BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBINAAN AKHLAK NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A PEKALONGAN. Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan
|
|
- Hendra Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBINAAN AKHLAK NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A PEKALONGAN A. Analisis Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan Melihat pentingnya akhlak dalam kehidupan sehari-hari maka tidak heran apabila tujuan pendidikan Islam yaitu terwujudnya akhlak yang baik. Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis dan seitemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta memerlukan asas tertentu. 1 Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan model pembinaanya sudah cukup baik. Pelaksanaan pembinaan akhlak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan antara lain melalui kurikulum yang digunakan, isi program yang telah direncanakan, sarana dan prasarana yang tersedia, sasaran didik, serta berbagai sumber pembelajaran yang membantu narapidana dalam memperoleh pembinaan yang sudah terealisasikan dengan baik. 1. Analisis dilihat dari Akhlak Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan Akhlak merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan, untuk mempunyai akhlak yang bagus, narapidana harus mengenal dirinya sendiri, karena dengan mengenal diri sendiri maka mereka bisa mengubah dirinya sendiri. Untuk akhlak narapidana di Lembaga 1 Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm,
2 90 Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan sudah cukup bagus karena sebagian besar mereka patuh dan taat terhadap berbagai peraturan yang ada didalam Lapas. Cerminan akhlak yang bagus bagi narapidana adalah mereka yang patuh dan taat terhadap berbagai peraturan yang ada didalam Lapas. Untuk narapidana yang berakhlak kurang baik yaitu mereka yang kurang patuh terhadap berbagai pembinaan yang ada didalam Lapas. 2. Analisis dilihat dari Kurikulum dalam Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan Kurikulum yang digunakan dalam membina akhlak narapidana tidak sama dengan kurikulum yang ada dalam pendidikan formal, kurikulum yang digunakan untuk membina narapidana adalah Petunjuk Pelaksanaan Program Pendidikan Agama Islam dengan Kurikulum Modul A bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara yaitu kurikulum khusus untuk Lapas, serta berbagai program tambahan yang dibuat sekreatif mungkin sehingga dalam pelaksanaanya narapidana tidak merasa lama dan bosan ketika menjalani masa pidananya karena telah disibukkan oleh berbagai kegiatan yang telah dicanangkan. 3. Analisis dilihat dari Metode Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan Dalam membina akhlak narapidana berbeda dengan pembianaan manusia pada umumnya. Mengenai metode yang
3 91 digunakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan dalam upaya pembinaan akhlak narapidana, para pembina menggunakan metode ceramah, curah pendapat, diskusi, peragaan, konseling, keteladanan, audio visual dan takzir serta menggunakan media yang dapat mendukung serta meningkatkan akhlak narapidana menjadi lebih baik. Dengan adanya metode pembinaan akhlak, para pembina dapat memberikan pemahaman tentang akhlak kepada narapidana serta dapat memantau akhlak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan. Dalam buku panduan Pelaksanaan Program Pendidikan dengan Kurikulum Modul A di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan disebutkan beberapa metode yang digunakan dalam pembinaan akhlak narapidana yaitu: metode ceramah, curah pendapat, diskusi, peragaan, konseling (bimbingan individu) dan bimbingan kelompok. 2 Dengan demikian pelaksanaan pembinaan akhlak narapidana sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Akan tetapi perlu adanya kajian ulang mengenai metode yang paling tepat digunakan dalam pembinaan narapidana dilapas karena dilatar belakangi perbedaan psikologi, bahasa, kadar keagamaan, kasus narapidana, serta umur sehingga pemilihan metode yang tepat dapat lebih efektif, materi yang 2 Dokumentasi, Petunjuk Pelaksanaan Program Pendidikan Agama Islam dengan Kurikulum Modul A bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, Jakarta, 2001, hlm, 8-9.
4 92 disampaikan lebih mudah difahami serta dapat memberikan dampat positif yang lebih baik kepada narapidana. 4. Analisis dilihat dari upaya Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan Analisis upaya pembinaan akhlak narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan dalam membina narapidana kita menganal dua tempat. Pertama di dalam Lembaga Pemasyarakatan dan kedua di luar Lembaga Pemasyarakatan. Baik di dalam dan di luar Lembaga Pemasyarakatan harus memiliki syaratsyarat tertentu untuk ditempatkan disalah satu tempat pembinaan narapidana. Keduanya memiliki kebaikan dan kelemahan tersendiri. Oleh sebab itu pembina narapidana harus mengenal dengan baik tempat pembinaan narapidana sebelum melakukan berbagai pembinaan. a. Pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Narapidana yang menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan selama menjalani pidana pada dasarnya telah kehilangan tempat untuk bergerak, artinya narapidana yang bersangkutan hanya dapat bergerak di dalam lembaga pemasyarakatan saja. Untuk itu model pembinaan narapidana di dalam Lembaga pemasyarakatan harus dirancang sedemikian rupa sehingga narapidana yang menjalani masa tahanan dapat berkembang dan termotivasi kembali untuk menjadi lebih baik.
5 93 Untuk pembinaan akhlak narapidana yang ada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan antara lain pembinaan kemandirian, kedisiplinan dan keagamaan. 1) Analisis Pembinaan melalui kegiatan keterampilan Kegiatan kemandirian yang dikembangkan didalam lapas merupakan keterampilan kerja yang umumnya dapat menjadi bekal terhadap narapidana ketika habis masa tahanannya. Apabila narapidana yang habis masa tahananya kurang mempunyai keterampilan kerja maka dikhawatirkan mereka akan mengulangi tindak kejahatan, karena salah satu faktor seseorang berbuat kejahatan adalah masalah perekonomian yang terhimpit karena kurangnya keterampilan kerja. Untuk itu moralitas seseorang juga harus diimbangi dengan berbagai keterampilan yang mendukung, salah satunya keterampilan kerja yang dalam hal ini di bina melalui kegiatan kemandirian. Dengan berbagai program yang di kembangkan di lapas diharapkan narapidana yang habis masa tahanannya dapat mengembangkan ketermpilan kerjanya dirumah ketika sudah di rumah nanti. 2) Analisis Pembinaan melalui kedisiplinan Disiplin merupakan sikap mental yang tecermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan,
6 94 etika, norma dan kaidah yang berlaku. Kedisiplinan dapat dilakukan dengan latihan antara lain dengan bekerja menghargai waktu dan biaya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap pembentukan mental kedisiplinan bagi narapidana. Pembinaan kedisiplinan membutuhkan pengorbanan, baik itu perasaan, waktu, kenikmatan dan lainlain. Disiplin bukanlah tujuan, melainkan sarana yang ikut memainkan peranan dalam pencapaian tujuan. Manusia sukses adalah manusia yang mampu mengatur, mengendalikan diri yang menyangkut pengaturan cara hidup. Dalam kehidupan sehari-hari telah terdapat keyakinan bahwa narapidana memerlukan sedikit disiplin agar ia dapat bertingkah laku sesuai dengan standar norma masyarakat dan agar ia dapat diterima dalam lingkungan masyarakat. Dengan disiplin narapidana dapat belajar bertingkah laku sesuai tuntutan masyarakat dan dapat diterima di lingkungannya. Disiplin bermanfaat bagi narapidana untuk perkembangan karena dengan disiplin beberapa kebutuhan akan terpenuhi. Pembinaan kedisiplinan yang ada di lembaga pemasyarakatan kelas II A Pekalongan sudah cukup baik dilihat dari para staff kepegawaian lapas dan juga narapidana yang disiplin terhadap peraturan yang ada, hal ini dikarenakan ada peraturan dan tata tertib yang jelas sehingga kehidupan
7 95 mereka ketika menjalani masa tahanan narapidana dapat mengetahui antara hak, kewajiban dan larangan yang telah di buat oleh lapas. Untuk hasil dan tujuan dari pembinaan kedisiplinan diharapkan mental disiplin dapat tertanam dalam diri narapidana ketika habis masa tahanannya nanti 3) Analisis Pembinaan melalui kegiatan keagamaan Pembinaan akhlak yang dilaksanaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan melalui kegiatan keagamaan mencakup aspek kesadaran agama yang berupaya menumbuhkan akhlak narapidana yang telah hilang. Setelah penumbuhan kesadaran yang dilakukan oleh para pembina setelah dirasa cukup maka di ajak agar perasaan mereka membawa keyakinan yang direalisasikan oleh tindakan amaliah keagamaan. Dalam pengamalan ini Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan melaksanaan kegiatan yang mendukung antara lain: a) Pelaksanaan sholat dhuhur dan ashar berjamaah b) Mengadakan peringatan hari besar Islam c) Tahfiidhul Qur an d) Maulid Nabi Muhammad e) Kegiatan ekstra seperti pelatihan rebana, kaligrafi dan MTQ Perbedaan keyakinan membuat model pembinaan keagamaan berbeda sesuai dengan agama masing-masing.
8 96 Untuk materi keagamaan di sama ratakan terhadap semua warga binaan pemasyarakatan sesuai dengan keyakinan agama masing-masing walaupun mempuyai kadar keagamaan yang berbeda-beda. Namun secara umum pembinaan keagamaan lebih padat atau berfokus pada pembinaan narapidana yang beragama Islam. b. Analisis pembinaan di luar lembaga pemasyarakatan Narapidana yang telah memenuhi syarat dan mempunyai catatan yang bagus serta mendapat ijin dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan dapat menjalani pembinaan di luar pemasyarakatan. Pada dasarnya pembinan di luar pemasyarakatan bertujuan untuk mengurangi dampak psikologis narapidana selama menjalani masa tahanan di dalam lembaga pemasyarakatan. Penahanan narapidana di lembaga pemasyarakatan selama bertahun-tahun membuat narapidana kurang tahu akan perkembangan dunia di luar pemasyarakatan, baik perkembangan berita, teknologi, ilmu pengetahuan dan perkembangan masyarakat. Dengan pembinaan di luar narapidana oleh lembaga pemasyarakatan kelas II A pekalongan diharapkan narapidana berlahan-lahan dapat beradaptasi kembali dengan lingkugan luar. Sehingga ketika habis masa tahanannya narapidana benar-benar telah siap terjun kembali di masyarakat.
9 97 5. Analisis dilihat dari Evaluasi, Monitoring dan Pelaporan Evaluasi merupakan tahap yang terpenting dalam berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan. Dengan evaluasi berbagai kekurangan dan kelebihan suatu kegiatan dapat terlihat sehingga pelaksanaan kedepanya dapat berjalan dengan baik. Proses evaluasi, monitoring dan pelaporan sudah berjalan dengan baik di Lapas Kelas II A Pekalongan dilihat dari berbagai kegiatan yang sudah berjalan dengan baik, proses yang transparan dan melaporkan berbagai kegiatan yang telah terlaksana ke pusat dengan sistem online. B. Analisis Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan Dalam setiap kegiatan pasti terdapat beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat tidak terkecuali pada pelaksanan pembinaan akhlak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan. 1. Analisis faktor pendukung a. Dukungan penuh dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Pekalongan terhadap kegiatan pembinaan Akhlak. Pemimpin merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam berbagai hal, khususnya berbagai pembinaan yang ada didalam lapas. Keberadaan pemimpin berarti di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat dan di belakang memberi
10 98 daya kekuatan. Keberhasilan pembinaan akhlak yang ada di dalam lapas tidak terlepas dari peran kalapas Pekalongan. Keberadaan Kalapas Pekalongan yang memiliki kepedulian penuh terhadap narapidana membuat kebijakan-kebijakan yang ada dapat dijalankan oleh semua komponen yang ada di dalam lapas. b. Adaanya koordinasi yang baik antara elemen Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan sebagai lembaga pembinaan yang baik. Pembinaan narapidana tidak hanya dilakukan oleh petugas Pemasyarakatan saja, tetapi sangat diperlukan bantuan dari berbagai pihak yang terlibat dalm pembinaan. Hasrat narapidana untuk membina diri sendiri, keterlibatan keluarga dalam membina keluarganya yang menjadi narapidana, keterlibatan masyarakat untuk ikut serta membina membina narapidana dan peran pemerintah terhadap kegiatan pembinaan. Dengan peran serta semua pihak yang terlibat, pembinaan narapidana dapat dicapai dengan baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk menjadikan narapidana memiliki akhlak yang baik dan berbudi luhur. Apabila dari berbagai elemen tersebut kurang ada kerjasama dengan baik maka mental narapidana untuk menjadi lebih baik akan terhambat, semisal dari keluarga tidak mendukung terhadap perubahan yang ada pada diri narapidana, secara naluri maka narapidana tersebut akan merasa tidak dihargai oleh keluarganya
11 99 dan akan menjadi putus asa. Untuk itu peran berbagai pihak yang terlibat tersebut merupakan faktor yang paling mendukung terhadap motivasi narapidana untuk menjadi lebih baik. c. Kesadaran para narapidana akan pentingnya perilaku yang baik sebagai bekal integrasi dengan masyarakat ketika habis masa tahanannya. Status mereka sebelum dan sesudah memasuki lapas membawa pengaruh terhadap interaksi kembali terhadap masyarakat. Menumbuhkan kembali kepercaan masyarakat terhadap mantan narapidana harus dibuktikan dengan tindakan dan perubahan yang lebih baik, hal ini menjadi motivasi tersendiri terhadap perubahan akhlak narapidana yang telah hilang. Hubungan yang baik dengan masyarakat diperlukan, karena tidak ada seorangpun yang hidup tanpa bantuan masyarakat. Baik dengan orang-orang sesama agama, maupun dengan agama lain, anak-anak orang tua dan lain sebagainya. 3 d. Adanya tata tertib yang jelas di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan. Tata tertib dibuat untuk memudahkan bukan untuk menyulitkan. Tujuan tata terbib sangat penting terhadap berbagai kegiatan pembinaan yang ada di dalam lapas. Sacara umum dibuatnya tata tertib mempunyai tujuan utama agar semua warga 3 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2004), hlm, 205.
12 100 binaan pemasyarakatan mengetahui apa tugas, hak, kewajiban dan larangan bagi warga binaan pemasyarakatan sehingga kegiatan pembinaan akhlak dapat berjalan dengan baik secara sistematis. Sebuah tata tertib harus ada sebuah hukuman atau takzir bagi yang melanggarnya. Menjatuhkan hukuman atau takzir terhadap narapidana yang melanggar peraturan lapas sebagai jalan keluar harus mempertimbangkan perkembangan narapidana, sehingga perkembangan dari hasil pembinaan tidak terganggu. e. Terpenuhinya sarana fasilitas pembinaan sebagai penunjang keberhasilan dalam pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan. Sarana dan fasilitas merupakan hal yang terpenting dalam pelaksanaan pembinaan akhlak dengan terpenuhinya fasilitas tersebut pelaksanaan pembinaan akhlak dapat berjalan dengan baik hal ini juga mendapat apresiasi dan dukungan dari pemerintah kota pekalongan berupa bantuan finansial. Dengan bantuan tersebut digunakan untuk membeli berbagai fasilitas yang digunakan dalam pembinaan akhlak seperti buku-buku, kitab, alat tulis, dan lain-lain. f. Adanya suri tauladan baik yang diberikan oleh Kalapas, petugas, pembina Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan. Tanpa akhlak yang baik tidak akan tercipta kehidupan yang saling menguntungkan, berdampingan, dan tolong menolong. Proses pembentukan akhlak tidak hanya selalu dari pembinaan dan
13 101 pendidikan. Pengamatan terhadap lingkungan sekitar juga dapat membentuk kepribadian akhlak dengan mencontoh seseorang yang di anggap mempunyai akhlak yang lebih baik dari pada kita. Suri tauladan yang baik yang ditunjukan oleh para petugas lapas membuat motivasi tersendiri pada diri narapidana. Diantara suri tauladan yang baik adalah kedisiplinan dan kesabaran para petugas lapas yang penuh dalam membina narapidana. g. Adanya kerja sama dengan lembaga lain sebagai sarana pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan seperti Batik TV, STAIN Pekalongan, STIKAP Wonopringgo, DEPAG, KEMENAG, Ponpes Al Fattah Temboro Jawa Timur dan Lain-lain. Komponen lain yang diharapkan ikut serta dalam membina narapidana adalah adanya kerjasama dengan lembaga lain. Dengan adanya kerjasama dari lembaga lain lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan mendapat bantuan baik dari segi finansial dan non finansial, sumbangan tenaga pembina serta buku-buku yang di sumbangkan dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan bagi narapidana. Perkembangan teknologi dan informasi dapat lebih mudah diakses karena banyak lembaga yang mendukung dan tertarik dengan pelaksanaan pembinaan kegiatan yang ada di dalam lapas. Kunjungan-kunjungan mereka akan sangat berguna dalam upaya menyadarkan narapidana akan diri sendiri, akan kedudukanya sebagai warga negara, akan kehidupan
14 102 beragama dan lain sebagainya. Dengan berbagai manfaat yang positif dari bentuk kerjasama ini lapas pekalongan dapat menumbuhkan kesadaran terhadap masyarakat bahwa kehidupan yang ada di lapas tidak selamanya buruk. 2. Analisis faktor penghambat a. Kurangnya perhatian serta minat dari warga binaan terhadap kegiatan pembinaan akhlak yang diadakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan. Adanya unsur keterpaksaan dari warga binaan pemasyarakatan yang cenderung menaati peraturan karena takut akan sangsi yang ditetapkan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan merupakan tantangan tersendiri bagi petugas Lapas untuk dapat membuat berbagai program yang sesuai dengan kemauan narapidana. Berbagai program yang dilaksanakan lapas sudah sesuai dengan ketentuan yang ada akan tetapi kurangnya variasi terhadap berbagai kegiatan. Pada akhirnya membuat narapidana kurang minat terhadap kegiatan yang ada. b. Bencana alam seperti rob dan banjir yang rutin ketika musim penghujan tiba. Faktor alam dalam pelaksanaan pembinaan akhlak narapidana sangat berpengaruh karena mempunyai dampak yang signifikan terhadap semua kegiatan yang ada di dalam lapas. Keberadaan lapas Pekalongan yang hanya berjarak kurang lebih 1
15 103 Km dari pantai utara mengakibatkan seringanya terjadi banjir rob dari laut, dalam musim penghujan pun lapas pekalongan menjadi langganan banjir hal ini dikarenakan sanitasi yang kurang baik serta efek dari peninggian jalan WR Soepratman yang ada di depan lapas. Walaupun mempunyai pengaruh yang cukup mengganggu dalam pelaksanaanya, lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan merubah situasi seperti ini dengan menjadikan hambatan menjadi peluang bisnis untuk kepentingan lapas diantaranya merubah genangan-genangan air yang sulit untuk dibuang menjadi empang-empang yang digunakan untuk membudidayakan ikan. c. Kurangnya tenaga pembina keagamaan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan karena dana yang digunakan dalam pembinaan yang minim. Kurangnya keberadaan tenaga pembina dan pendamping yang bertugas dari pagi hingga sore hari membuat kegiatan pembinaan yang ada di lembaga pemasyarakatan kelas II A Pekalongan menjadi sedikit terhambat. Hal ini Peran pembina sangat berpengaruh terhadap arah pembinaan para narapidana. Hal ini juga dikarenakan kurangnya dana yang digunakan dalam membina.
16 104 d. Adanya lingkungan tahanan yang kurang mendapat perhatian pembinaan keagamaan selain blok Bimaswat. Pusat pembinaan keagamaan yang ada di lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan berpusat pada blok Bimaswat yaitu pondok pesantren Darul Ulum untuk kegiatannya berbeda dengan blok-blok yang lain, perbedaanya antara lain mengenai jadwal kegiatan sehari-hari serta kadar kegiatan keagamaanya. Untuk mengatasi hal tersebut para petugas lapas berencana untuk mengembangkan potensi santri yang ada di blok Bimaswat untuk melaksanakan program dakwah keliling yang dilaksanakan sebelum maghrib, sehingga pembinaan akhlak tidak hanya berpusat dari peran petugas yang ada di lembaga pemasyarakatan, potensi narapidana juga dapat berperan dalam pembinaan yang ada didalam lapas. Blok Bimaswat mempunyai pengaruh terhadap kegiatan keagamaan yang cukup bagus hal ini terlihat dari para santri yang banyak hafal al-qur an bahkan sekarang sudah ada yang 12 juz, hal ini menjadi daya tarik tersendiri untuk blok diluar Bimaswat untuk lebih mendalami ilmu agama dan masuk pondok pesantren Daarul Ulum untuk mengikuti berbagai program yang ada.
BAB IV ANALISIS PEMBINAAN NARAPIDANA DAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH DINIYAH AT-TAUBAH LAPAS KLAS I KEDUNGPANE SEMARANG
BAB IV ANALISIS PEMBINAAN NARAPIDANA DAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH DINIYAH AT-TAUBAH LAPAS KLAS I KEDUNGPANE SEMARANG A. Analisis Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Lapas Klas I Kedungpane
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Ambon melalui peraturan tentang
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dalam Bab terakhir ini penulis akan dipaparkan kesimpulan dan rekomendasi yang mengacu pada deskripsi dari hasil penelitian sebagaimana yang telah diuraikan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI LAPAS KLAS II A PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI LAPAS KLAS II A PEKALONGAN A. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Pondok Pesantren Darul Ulum Nilai-nilai pendidikan
Lebih terperinciBAB III PEMBINAAN AKHLAK NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A PEKALONGAN. A. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan
BAB III PEMBINAAN AKHLAK NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A PEKALONGAN A. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan 1. Tinjauan Historis Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Lebih terperinciDenah Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Langsa KANTOR PU TEMPAT TEMU BESUK KANTIN
Lampiran 1 Denah Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Langsa KANTOR PU POS (3) P I N T U U T A M A AULA TANGGA MENUJU L.II PINTU II TEMPAT TEMU BESUK KANTIN PINTU III BLOK KAMAR NAPI / TAHANAN
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,
BAB V PEMBAHASAN Pada bab V ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari temuan sebelumnya dengan teori temuan saat penelitian. Menggabungkan antara pola-pola yang ada dalam teori sebelumnya dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan mengenai hasil penelitian merupakan jawaban dari fokus masalah dalam penelitian Pelaksanaan Pembinaan Mental Anak Tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Kondisi Kecerdasan Interpersonal Santri Di Pondok. Pesantren Al- Utsmani Winong Gejlig Kajen
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Kondisi Kecerdasan Interpersonal Santri Di Pondok Pesantren Al- Utsmani Winong Gejlig Kajen Kecerdasan interpersonal merupakan salah satu hal penting yang harus
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi
99 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat menyimpulkan :
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil paparan penyajian data hasil penelitian mengenai Implementasi kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat
Lebih terperinciBAB III HAMBATAN PROSES PEMBINAAN DAN UPAYA MENGATASI HAMBATAN OLEH PETUGAS LAPAS KELAS IIA BINJAI
BAB III HAMBATAN PROSES PEMBINAAN DAN UPAYA MENGATASI HAMBATAN OLEH PETUGAS LAPAS KELAS IIA BINJAI A. Faktor yang menghambat Proses Pembinaan Narapidana Narkotika di Lapas Klas IIA Binjai Dalam pelaksanaan
Lebih terperinciLAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 3 : Kuisioner kepada Petugas di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Binjai Nama : NIP : Umur : Jabatan : 1. Menurut saudara, bagaimana dengan Pembinaan keagamaan yang saudara
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG
BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Langkah-langkah Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi. Dampak Negatif Internet (Facebook) pada Peserta Didik MIN
BAB V PEMBAHASAN A. Langkah-langkah Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Dampak Negatif Internet (Facebook) pada Peserta Didik MIN Tunggangri Guru merupakan seorang pendidik yang tidak hanya mendidik
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN A. Analisis Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa-Siswi SD Negeri Salit Kajen
Lebih terperinci2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam proses perkembangan peserta didik. Pendidikan juga sebagai sebuah upaya untuk mempersiapkan peserta didik
Lebih terperinciBAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Paparan Data Penelitian Penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana gambaran mengenai upaya madrasah dalam menanggulangai pengaruh negatif teknologi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. membina warga binaan untuk memberikan bekal hidup, baik ketrampilan,
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Sesuai dengan tujuannya, lembaga pemasyarakatan adalah lembaga yang membina warga binaan untuk memberikan bekal hidup, baik ketrampilan, pengetahuan maupun mental spiritual
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN
74 BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Karakter Siswa di Madrasah Tsanawiyah YMI Wonopringgo Kabupaten
Lebih terperinciPANDUAN PKBR Pengertian Fungsi PKBR Tujuan PKBR
PANDUAN PKBR Pengertian Pembinaan karakter berbasis Religi (PKBR) dalam suatu sistem pendidikan merupakan suatu pembinaan kepribadian atau karakter yang merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun karakter, character building is never ending process
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun karakter, character building is never ending process pembentukan karakter adalah proses tanpa henti. Karakter atau watak merupakan komponen yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkecakapan tinggi, berkepribadian/berakhlaq mulia dan kecerdasan berpikir
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha secara sadar yang dilakukan oleh seseorang dengan sengaja untuk menyiapkan peserta didik menuju kedewasaan, berkecakapan tinggi, berkepribadian/berakhlaq
Lebih terperinciBAB IV. Pembinaan Narapidana, untuk merubah Sikap dan Mental. Narapidana agar tidak melakukan Tindak Pidana kembali setelah
BAB IV EFEKTIVITAS PEMBINAAN NARAPIDANA YANG DILAKUKAN OLEH LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I SUKAMISKIN DIKAITKAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional. Tantangan akan semakin besar, dan membutuhkan kelulusan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat membutuhkan kerja keras dari semua pihak untuk menyukseskan program pendidikan nasional. Tantangan akan semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengikuti kegiatan di sekolah, peduli terhadap orang lain, berkenan membantu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku siswa SMK saat ini sangatlah kompleks. Perilaku tersebut baik berupa perilaku positif maupun perilaku negatif. Perilaku siswa positif misalnya adalah usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur masyarakat itu, kaidah hukum itu berlaku untuk seluruh masyarakat. Kehidupan manusia di dalam pergaulan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai
69 BAB IV ANALISIS MASALAH 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai Rehabilitasi Data hasil penelitian lapangan memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa pada awal anak tuna netra
Lebih terperinci2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan manusia melalui pengembangan seluruh potensinya sesuai dengan yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan pendidikan untuk mencapai tujuan yang optimal. Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pembangunan mental dan akhlak. Jika kita mempelajari pendidikan agama, maka akhlak merupakan sesuatu yang sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irma Pujiawati, 2014 Model pendidikan karakter kedisiplinan Di pondok pesantren
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan berlangsung di segala jenis, bentuk,
Lebih terperinciA. Analisis Tata Tertib Pondok Pesantren Al Masyhad Mamba ul. Fallah Sampangan Pekalongan. Dalam menyusun tata tertib pondok pesantren, secara asasi
BAB IV ANALISIS PERAN TATA TERTIB PONDOK PESANTREN DALAM PEMBINAAN KEPRIBADIAN MUSLIM SANTRI PONDOK PESANTREN AL-MASYHAD MAMBAUL FALLAH SAMPANGAN PEKALONGAN A. Analisis Tata Tertib Pondok Pesantren Al
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan kajian-kajian, penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis tentang Peranan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung dapat ditarik beberapa
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Profil Lembaga Pemasyarakatan Wanitan Kelas IIA Way Hui
52 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Lembaga Pemasyarakatan Wanitan Kelas IIA Way Hui 4.1.1 Lokasi Penelitian Gambar 1. Lapas Wanita Kelas IIA Way Hui Lokasi penelitian adalah Lembaga Pemasyarakatan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN JUZ I DI PONDOK
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN JUZ I DI PONDOK PESANTREN AL-MASYHAD MANBA UL FALAH SAMPANGAN PEKALONGAN A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. landasan pendiriannya yang telah tertuang dalam Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara hukum Indonesia disebut sebagai negara hukum sesuai dengan landasan pendiriannya yang telah tertuang dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia
Lebih terperinciBAB IV PROFIL LEMBAGA PEMASYARAKATAN
BAB IV PROFIL LEMBAGA PEMASYARAKATAN A. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Pekalongan 1. Profil Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Pekalongan Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Kelas
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN
BAB V PEMBAHASAN A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin Kedisiplinan adalah kata kunci keberhasilan pendidikan. Kedisiplinan erat kaitannya dengan kepemimpinan, yang dalam organisasi pendidikan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil
BAB II URAIAN TEORITIS Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lahir ke alam dunia dalam keadaan yang paling sempurna. Selain diberi akal manusia juga diberi kesempurnaan jasmani. 1 Dengan akal dan jasmani yang sempurna
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO
BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kejahatan atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar (pendidikan) adalah proses yang dimana seseorang diajarkan untuk bersikap setia dan taat juga pikirannya dibina dan dikembangkan. Pendidikan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Pemasyarakatan lahir di Bandung dalam konferensi jawatan kepenjaraan para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini dicetuskan oleh DR.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi seperangkat ajaran tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan pendidikan yang memperbaiki sikap dan tingkah laku manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran keikhlasan, kejujuran, keadilan,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara hukum tercantum dalam Pasal 1 ayat 3 UUD
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum tercantum dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945. Tidak bisa dipungkiri walaupun pemerintah telah menetapkan hukum untuk para pelanggarnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK PADA KELUARGA BURUH BATIK DI DESA SEPACAR KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK PADA KELUARGA BURUH BATIK DI DESA SEPACAR KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN Dari data-data yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditemukan suatu
Lebih terperinciTujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DINIYAH TAKMILIYAH DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1981, didirikan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Karawang. Alasan didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi
BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pembelajaran maka Universitas Negeri Yogyakarta melaksanakan mata kuliah lapangan yakni Praktik Pengalaman Lapangan ( PPL ). Sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan karakter saat ini banyak diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narapidana sebagai warga negara Indonesia yang hilang kemerdekaannya karena melakukan tindak pidana pembunuhan, maka pembinaannya haruslah dilakukan sesuai dengan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, dan analisis data dan pembahasan hasil
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian, dan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, penulis dapat menarik kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan perubahan suatu bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI HUKUMAN (Studi Tentang Pandangan Stakeholder di SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik)
1 PENDIDIKAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI HUKUMAN (Studi Tentang Pandangan Stakeholder di SMP Miftahurrohman Punduttrate Benjeng Gresik) Muhammad Husnur Rofiq I Kedisiplinan masih menjadi problem serius
Lebih terperinciBAB III TINDAKAN KERAS SIPIR LAPAS TERHADAP WARGA BINAAN DAN UPAYA PENERAPAN DISIPLIN WARGA BINAAN
54 BAB III TINDAKAN KERAS SIPIR LAPAS TERHADAP WARGA BINAAN DAN UPAYA PENERAPAN DISIPLIN WARGA BINAAN A. Kasus Ketidakdisplinan Warga Binaan Asep salah satu warga binaan yang sedang menjalani masa tahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di Indonesia yang ditandai dengan adanya pembaharuan maupun eksperimen guna terus
Lebih terperinciTujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan
Lebih terperinciManusia hidup di dunia ini tidak hanya cukup
BAB I PENDAHULUAN Manusia hidup di dunia ini tidak hanya cukup makan, papan, dan sandang saja, tetapi manusia hidup harus mempunyai pegangan yang dapat dijadikan pedoman dalam menempuh kehidupan di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. dalam berbagai dimensi kehidupan.sudah sangat jelas bahwa dalam Al-Qur an
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Al-Qur an merupakan kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam berbagai dimensi kehidupan.sudah
Lebih terperinciBAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih
BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Percaya Diri Percaya Diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
221 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Sukabumi telah memberikan perubahan sikap yang signifikan terhadap kesadaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Dari hasil pengumpulan/penggalian data melalui observasi, wawancaca, dokumentasi strategi guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah shalat dalam membina kepribadian siswa di SMA merupakan program yang dirancang sebagai
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 1. Pembelajaran Intrakurikuler yang dilakukan Guru Pendidikan Agama
BAB V PEMBAHASAN Setelah data dipaparkan dan menghasilkan temuan-temuan maka kegiatan selanjutnya adalah mengkaji hakikat dan makna temuan penelitian. Masing-masing temuan penelitian akan dibahas mengacu
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. karyawan) pada Supermarket Sakit Sakinah Keputih Surabaya.
BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini diarahkan untuk menganalisis pengaruh variabel independen (disiplin dan kompetensi) terhadap variabel dependen (kinerja karyawan) pada Supermarket Sakit Sakinah Keputih
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksankan, penelitian ini
84 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksankan, penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut: 1. Strategi Pondok Pesantren Islamic Centre Bin Baz dalam membentuk karakter
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.
I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan
Lebih terperinciPERATURAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 62 TAHUN 2015
PERATURAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN PEMBINAAN KARAKTER BERBASIS RELIGI(PKBR) BAGI MAHASISWA BARU DI FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lesi Oktiwanti, 2014 Pembinaan Kesadaran Beragama Berbasis Pendidikan Orang Dewasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Korupsi di Indonesia pada saat ini menunjukkan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG
BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan
Lebih terperinciMetode Pendidikan Nilai dan Moralitas. menurut Howard Kirschenbaum
Metode Pendidikan Nilai dan Moralitas menurut Howard Kirschenbaum Ada 4 metode pendidikan nilai dan moralitas, yaitu: 1. Metode penanaman nilai-nilai dan moralitas. Beragam strategi digunakan sekolah untuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS APLIKASI METODE KETELADANAN DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK DI MADRASAH DINIYAH AWWALIYAH RAUDLOTUL MUTA ALIMIN SUKOLILAN PATEBON KENDAL
BAB IV ANALISIS APLIKASI METODE KETELADANAN DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK DI MADRASAH DINIYAH AWWALIYAH RAUDLOTUL MUTA ALIMIN SUKOLILAN PATEBON KENDAL A. Analisis Penerapan Metode Keteladanan Dalam Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas
Lebih terperinciBAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan
BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA A. Data Umum 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan Secara umum, letak desa Tahunan Baru adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar mampu menghadapi dinamika perubahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat akan merusak sendisendi
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Disiplin merupakan suatu hal yang sangat mutlak dalam kehidupan manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat akan merusak sendisendi kehidupannya, membahayakan
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN
PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN UMUM Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995
Lebih terperinci2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses pembelajaran Akidah Akhlak merupakan pembelajaran yang lebih menekankan penguasaan teori dan praktik, karena mata pelajaran Akidah Akhlak berhubungan
Lebih terperinciBAB III. Pemasyarakatan Anak Blitar. 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga
BAB III Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga Pemasayarakatan Anak Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-undang
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap problematika penanaman
Lebih terperinciPedoman Pengumpulan Data. 1. Wawancara Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Kebumen. a. Bagaimana sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Kebumen?
Pedoman Pengumpulan Data 1. Wawancara Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Kebumen a. Bagaimana sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Kebumen? b. Apa visi dan Misi SMP Negeri 7 Kebumen? c. Apa saja sarana dan prasarana
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data Setelah peneliti melakukan penelitian di MI Miftahul Ulum Plosorejo Kademangan Blitar dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi, maka dapat dipaparkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga. mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu peningkatan pendidikan secara keseluruhan. Meningkatkan mutu pendidikan menjadi bagian terpadu dari
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH
BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Dasar ABC Sekolah Dasar ABC merupakan salah satu jenis sekolah dasar islam terpadu yang berdiri pada Bulan Juli tahun 2007 di Medan. Pada awalnya, sekolah
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.
BAB V PEMBAHASAN Pada pembahasan ini peneliti akan menyajikan uraian sesuai dengan hasil penelitian, sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian dan memadukan dengan kajian pustaka.
Lebih terperinciBAB IV TEMUAN PENELITIAN
BAB IV TEMUAN PENELITIAN Setelah peneliti mengadakan observasi dan wawancara, maka dalam bab ini akan dikemukakan tentang hasil penelitian yang telah didapatkan. Pelaksanaan pendidikan agama Islam pada
Lebih terperincisaaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN
saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan menegaskan bahwa sistem pembinaan narapidana yang dilakukan oleh Negara Indonesia mengacu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam tata urutan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Undang- Undang dasar 1945 hasil
Lebih terperinci