BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam
|
|
- Handoko Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh manusia dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam keluarga, manusia belajar untuk mulai berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itulah umumnya orang banyak menghabiskan waktunya dalam lingkungan keluarga. Sebuah keluarga memerlukan seorang kepala keluarga sebagai pemimpin yang dapat mengarahkan setiap anggota keluarganya. Sebuah keluarga biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang ketiganya mempunyai hubungan timbal balik yang baik antara sesama anggota keluarga. Salah satu ciri keluarga harmonis adalah tidak ada konflik dan ketegangan yang terjadi di dalamnya. Akan tetapi, hampir tidak pernah ada keluarga yang tidak mengalami konflik, entah konflik antara suami dengan istri, konflik antara orang tua dengan anak, bahkan konflik antara majikan dengan pekerja rumah tangganya. Hal yang membedakannya adalah bagaimana cara masing-masing keluarga mengatasi dan menyelesaikan konflik tersebut. Ada keluarga yang dapat menyelesaikan konflik secara sehat dan baik, dengan tidak mengedepankan ego masing-masing, saling terbuka dan mau mendengarkan saran maupun kritik, sehingga masalah atau konflik yang muncul dapat dijadikan pembelajaran dan penguatan hubungan antar anggota keluarga. Akan tetapi, ada keluarga yang memilih jalan kekerasan dan pemaksaan kehendak 1
2 dalam penyelesaian masalah. Terkadang muncul perilaku seperti menyerang, memaksa, mengancam atau melakukan kekerasan fisik. Perilaku seperti ini dapat dikategorikan sebagai tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Biasanya anggota yang mempunyai wewenang lebih besar atas anggota keluarga lainnyalah yang melakukan tindak kekerasan ataupun pemaksaan. Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya inilah yang disebut Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan persoalan kekerasan berbasis gender yang paling sering dihadapi oleh banyak perempuan di dunia. Upaya penghapusan dan penanganan tindak KDRT saat ini menjadi isu global. KDRT yang dialami oleh perempuan kebanyakan dilakukan oleh pasangannya atau mantan pasangannya. Dalam Heise et all (1999), terdapat data yang menunjukkan bahwa antara 10% 60% perempuan di 36 negara yang pernah menikah atau mempunyai pasangan setidaknya pernah mengalami satu kali insiden kekerasan fisik dari pasangannya. Semakin maraknya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah sebuah fenomena yang memperihatinkan. Dari berbagai data statistik, jumlah angka KDRT semakin meningkat. Banyak upaya yang dilakukan untuk menekan angka KDRT, akan tetapi banyak kendala yang menghambat usaha pencegahan dan penanganan KDRT. Data kasus KDRT yang terjadi di Indonesia dapat dilihat dalam tabel berikut: 2
3 Tabel 1.1 Data Kasus KDRT di Indosesia Tahun Tahun Sumber Kasus 2007 Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan, 2008) KDRT 2011 Antaranews (311 kasus KDRT per hari) 2013 (Jan-Mar) Okezone (25% dilakukan oleh suami terhadap istri) Berdasarkan data catatan tahunan Komnas Perempuan sejak tahun 2001, kasus KDRT selalu menjadi kasus kekerasan terhadap perempuan yang paling banyak terjadi. Bentuk KDRT yang kerap terjadi adalah pemukulan, penganiayaan, penyekapan, penelantaran, penyiksaan, bahkan tak jarang menyebabkan kematian. Tingginya kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga ini, dikarenakan pemerintah terkesan lamban dan kurang tegas dalam menindak para pelaku, sehingga masalah ini terus meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya. Selain itu, sejumlah Undang-Undang yang melindungi korban dari ancaman dan tindakan KDRT dinilai tidak berjalan secara optimal dalam prakteknya. Data diatas adalah data Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang terjadi secara global di seluruh Indonesia. Berikut beberapa data kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang terjadi di Kota Yogyakarta, yang didapatkan dari beberapa sumber
4 Tabel 1.2 Data Kasus KDRT di Kota Yogyakarta Tahun Tahun Sumber Kasus Rifka Annisa (rata-rata kasus per tahun) 2010 LPPM 442 (368 dialami perempuan, 63 dialami laki-laki, 9 dialami anakperempuan, 2 dialami anak laki-laki) 2010 BP4 Kemenag Yogyakarta 48kasus (10 fisik, 38 psikis dan 43 cerai, 5 damai) 2012 (Jan-Nov) Rifka Annisa kasus (84 kasus disebabkan perselingkuhan, 2 kasus disebabkan nikah siri) Fungsi keluarga yang salah satu diantaranya adalah memberikan rasa aman dan nyaman pada anggota keluarga lainnya dapat terhapus ketika dalam sebuah keluarga terjadi tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Anggapan yang muncul di masyarakat saat ini adalah apabila terjadi tindakan KDRT dalam sebuah keluarga yang notabene merupakan sebuah tempat privat yang sangat tertutup, maka persoalan itu hanya akan menjadi persoalan pribadi dan tabu untuk dicampuri pihak luar sehingga tidak mudah seseorang atau suatu lembaga memasuki area tersebut. Fakta ironis lainnya adalah korban (yang mayoritas perempuan) terkadang menganggap perlakuan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang diterima merupakan kewajaran sebagai konsekuensi atas perbuatan atau kesalahan yang mereka perbuat. Selain enggannya para korban itu melapor pada pihak berwenang, kuatnya budaya patriarki di masyarakat juga berperan dalam tingginya kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga selama ini. Kaum laki-laki mempunyai superioritas yang tinggi dan mendominasi atas istri atau pasangannya sehingga kaum perempuan seolah kurang dihargai dan dihormati hak-haknya
5 Selain itu, permasalahan yang terjadi dalam keluarga walaupun termasuk tindakan KDRT, korban biasanya lebih cenderung menyimpan masalah karena dianggap sebagai aib keluarga dan tidak pantas diketahui orang lain. Korban juga menganggap pelaku khilaf dan suatu saat akan menyadari kesalahannya. Alasan lainnya, korban masih mencintai pelaku sehingga tidak tega untuk melaporkan permasalahan ke pihak berwenang. Pernyataan di atas seperti apa yang diungkapkan Harkristuti Harkrisnowo (2000) dalam artikelnya yang berjudul Hukum Pidana dan Kekerasan Terhadap Perempuan bahwa adanya non-reporting of crime disebabkan oleh: 1. Si korban malu karena peristiwa ini telah mencemarkan dirinya baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. 2. Si korban berkewajiban melindungi nama baik keluarganya terutama pelaku adalah anggota keluarga. 3. Si korban merasa proses peradilan pidana belum tentu dapat membuat dipidananya pelaku. 4. Si korban khawatir bahwa diprosesnya kasus ini akan membawa cemar yang lebih tinggi lagi bagi dirinya, misalnya publikasi di media massa. 5. Si korban khawatir akan adanya pembalasan dari pelaku. 6. Lokasi kantor polisi yang jauh dari tempat tinggal korban membuatnya enggan melapor. 7. Keyakinan korban bahwa walaupun ia melapor ia tidak akan mendapat perlindungan khusus dari penegak hukum. 5
6 8. Ketidaktahuan korban bahwa yang dilakukan terhadapnya merupakan suatu bentuk tindak kekerasan. Pemahaman seperti di atas itulah yang menghambat dalam upaya penanganan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Sebagian masyarakat masih menganggap Kekerasan Dalam Rumah Tangga bukanlah sebuah kejahatan. Oleh karena itu, dalam menangani kasus KDRT yang terjadi dalam sebuah keluarga sangatlah sulit. Membutuhkan cara dan pendekatan tertentu untuk dapat mendapatkan kepercayaan dan kenyamanan dari sebuah keluarga dalam penanganan dan penyelesaian kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Selain dari pihak korban sendiri yang enggan melapor, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi selama ini kurang mendapat perhatian yang serius dari masyarakat. Beberapa penyebabnya antara lain: Pertama, kekerasan dalam rumah tangga memiliki ruang lingkup yang relatif tertutup dan terjaga ketat dalam privasinya karena persoalannya terjadi di dalam keluarga. Kedua, Kekerasan Dalam Rumah Tangga seringkali dianggap wajar karena diyakini bahwa memperlakukan istri sekehendak suami sebagai pemimpin dan kepala keluarga. Ketiga, Kekerasan Dalam Rumah Tangga terjadi dalam lembaga yang legal, yaitu perkawinan. Kenyataan inilah yang menyebabkan minimnya respon masyarakat terhadap keluh kesah para korban dan istri yang mengalami persoalan KDRT dalam perkawinan. Akibatnya, mereka memendam persoalan itu sendiri, tidak tahu bagaimana menyelesaikannya, dan semakin yakin pada anggapan yang keliru, yaitu suami memang mengontrol istri (Hasbianto, 1996). 6
7 Dari banyaknya kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang terjadi di Indonesia, beberapa diantaranya berujung pada perceraian. Data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa mayoritas istri yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga lebih memilih menyelesaikan masalahnya dengan melakukan perceraian daripada memperkarakan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang dialaminya kepada pihak yang berwajib. Fenomena perceraian dengan istri yang mengajukan gugat cerai semakin tinggi yaitu 59.32% ( ) dibandingkan dengan talak yang diajukan oleh suami yaitu 29.33% (94.099). Data ini terkonfirmasi dengan tingginya angka Kekerasan Dalam Rumah Tangga dibandingkan angka kekerasan terhadap perempuan lainnya. Komnas Perempuan misalnya mencatat, angka Kekerasan Dalam Rumah Tangga khususnya kekerasan terhadap istri tahun 2012 sebesar (Catatan tahunan Komnas Perempuan, 2012). Banyaknya istri yang mengajukan cerai terhadap suaminya juga merupakan fenomena yang terjadi di Kota Yogyakarta. Data dari Pengadilan Agama Yogyakarta menyebutkan bahwa angka perceraian di Kota Yogyakarta cukup tinggi dan didominasi oleh istri sebagai penggugat. Penyebab yang paling mendominasi adalah adanya kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami terhadap istri. Banyak pasangan memilih menyelamatkan kehidupannya dengan bercerai karena sering mendapat aniaya baik secara fisik, psikis, maupun verbal. Berikut merupakan data kasus perceraian yang terjadi di Kota Yogyakarta dalam kurun waktu tahun 2011 hingga tahun
8 Thn /Bln Tabel 1.3 Data Kasus Perceraian di Kota Yogyakarta Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jml Sumber: diolah dari Statistik Perkara Pengadilan Agama Yogyakarta Ketika terjadi perceraian, anak merupakan korban yang paling terkena imbasnya. Anak-anak dapat mengalami dampak psikologis dan dampak sosial dari adanya perceraian. Anak dapat merasa ketakutan karena kehilangan sosok ayah atau ibu mereka, takut kehilangan kasih sayang orang tua yang kini tidak tinggal bersama lagi. Mungkin juga mereka merasa bersalah dan menganggap diri mereka sebagai penyebab perceraian kedua orang tuanya. Prestasi anak cenderung akan menurun atau mereka mengalami perubahan perilaku seperti jadi lebih sering untuk menyendiri dan menjadi pemurung. Anak-anak yang sedikit lebih besar bisa pula merasa terjepit di antara ayah dan ibu mereka. Salah satu atau kedua orang tua yang telah berpisah mungkin menaruh curiga bahwa mantan pasangan hidupnya tersebut mempengaruhi sang anak agar membencinya. Ini dapat mebuat anak menjadi serba salah, sehingga mereka tidak terbuka termasuk ketika mereka menghadapi masalah-masalah besar dalam kehidupannya. Sebagai pelarian yang buruk, anak-anak bisa terlibat dalam pergaulan yang bebas, narkoba, atau hal negatif lainnya yang bisa merugikan masa depan mereka. Melihat banyaknya kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang terjadi dan dampak yang diakibatkan dari adanya tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, 8
9 maka salah satu upaya pemerintah dalam menangani Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah pada tahun 2004 pemerintah mengeluarkan Undang- Undang No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), sehingga masalah KDRT kini tidak lagi menjadi masalah pribadi namun menjadi masalah publik. Fokus dari UU PKDRT ini adalah kepada upaya pencegahan, perlindungan, dan pemulihan korban kekerasan dalam rumah tangga. Dalam upaya pencegahan, perlindungan, dan pemulihan korban kekerasan dalam rumah tangga, beberapa pihak seperti pekerja sosial, advokat, lembaga sosial, harus bekerja sama dalam mewujudkan tujuan penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Enam tahun kemudian pada tahun 2010 pemerintah melalui Kementrian Sosial mengeluarkan peraturan tentang sebuah lembaga sosial yaitu Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 84/HUK/2010 dan pada tahun 2013 mengeluarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 16 Tahun 2013 mengenai Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3). Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) yang berada dibawah Kementrian Sosial merupakan salah satu wahana penanganan masalah sosial psikologis keluarga yang mengedepankan pendekatan pekerjaan sosial dalam proses pelayanannya dengan dukungan dari disiplin ilmu yang terkait. Pelayanan yang diberikan oleh LK3 antara lain pemberian informasi, konsultasi, konseling, advokasi secara profesional, serta merujuk sasaran ke lembaga pelayanan lain yang benar-benar mampu memecahkan masalah secara lebih intensif. Sejalan 9
10 dengan makin kompleksnya permasalahan keluarga ini, maka diperlukan mekanisme penanganan masalah yang lebih dekat dengan kelompok sasaran. 5 Salah satu Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga yang concern dalam menangani permasalahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Yogyakarta adalah LK3 Sekar Melati. LK3 Sekar Melati merupakan lembaga yang memberikan pelayanan konsultasi hukum dan psikologi baik kepada individu, keluarga, kelompok, organisasi, maupun masyarakat. Masalah yang ditangani LK3 Sekar Melati salah satunya adalah masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Munculnya LK3 Sekar Melati dilatarbelakangi karena tidak semua keluarga dapat menyelesaikan permasalahan dan konflik yang dialami, termasuk masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Selain itu, angka perceraian yang tinggi akibat dari kasus KDRT juga menyebabkan lembaga ini muncul sebagai upaya antisipasi agar dampak yang diakibatkan oleh terjadinya kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga tidak berujung pada perceraian. Ada berbagai macam bentuk Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga berdasarkan pendirinya, yaitu yang dibentuk oleh masyarakat, pemerintah, dan oleh universitas. Saat ini LK3 non-universitas berjumlah 14 LK3, yang tersebar di seluruh wilayah DIY. Diantara banyaknya LK3 yang ada di Kota Yogyakarta, alasan pemilihan LK3 Sekar Melati sebagai objek dalam penelitian ini adalah karena : 1. Pada tahun 2012 LK3 Sekar Melati merupakan salah satu LK3 Terbaik dalam
11 lingkup nasional dan dijadikan sebagai LK3 percontohan bagi LK3 lainnya di seluruh Indonesia. 2. Pada tahun 2013 LK3 Sekar Melati merupakan satu-satunya LK3 di Kota Yogyakarta yang mendapatkan bantuan mobil keliling dari Kementrian Sosial RI, yang didapatkan melalui seleksi dan penilaian berdasarkan kinerja serta prestasi dari LK3. 3. LK3 Sekar Melati juga merupakan satu-satunya LK3 yang mendapatkan Program Bantuan Hukum Gratis bagi Warga Miskin dari Kementrian Hukum dan HAM RI pada tahun Dalam wawancara pra-penelitian dengan petugas LK3 Sekar Melati, mereka juga menyebutkan bahwa kasus yang paling banyak masuk dari awal berdirinya lembaga adalah kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga, sehingga tujuan penelitian mengenai peran LK3 Sekar Melati dalam menangani KDRT di wilayah Kota Yogyakarta ini dapat terepresentasikan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Bagaimana peran LK3 Sekar Melati dalam menangani kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Yogyakarta? 11
12 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui peran LK3 Sekar Melati dalam menangani kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Yogyakarta Manfaat Penelitian Bagi stakeholder : mendapatkan gambaran dan informasi untuk membuat kebijakan dalam hal penanganan KDRT di Kota Yogyakarta Bagi pembaca : sebagai referensi pembanding kajian-kajian mengenai tema sejenis yaitu tentang upaya penanganan KDRT di Kota Yogyakarta Bagi masyarakat : sebagai informasi tentang pentingnya menyadari secara dini terjadinya dan bahayanya KDRT, sehingga dapat mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dalam kehidupan berumahtangga. 12
BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perempuan, sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gencarnya pembangunan yang dilakukan oleh negara pada hakikatnya memberikan dampak buruk kepada perempuan. Maraknya kasus-kasus yang terjadi terhadap perempuan seperti
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan mengenai Peran LK3 Sekar Melati dalam Menangani Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Yogyakarta, maka dapat disimpulkan bahwa:
Lebih terperinciPEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari
PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Chandra Dewi Puspitasari Pendahuluan Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat
Lebih terperinciPENELITIAN KAJIAN WANITA
PENELITIAN KAJIAN WANITA KUPAS TUNTAS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA/DOMESTIC VIOLENCE (Studi Kasus Perempuan-Perempuan Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Bandung) Selly Feranie,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
Lebih terperinciKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Kekerasan dalam rumah tangga telah menjadi wacana tersendiri dalam keseharian. Perempuan dan juga anak sebagai korban utama dalam kekerasan dalam rumah tangga, mutlak memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat, rumah tangga juga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis kejahatan yang kurang mendapatkan perhatian dan jangkauan hukum. Tindak kekerasan di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah tangga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat yang terbentuk karena adanya ikatan perkawinan. Keluarga terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak. Di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kekerasan merupakan permasalahan yang telah mengakar sangat dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan dapat menimpa siapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kekerasan semakin marak dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian individu dapat mengatasi pengalaman akan kekerasannya, namun sebagian besar mencari solusi kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis dengan rasa cinta dan kasih sayang antar keluarga, namun tidak setiap keluarga dapat menjalani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering menjadi bahan perbincangan setiap orang. Perempuan sering kali menjadi korban diskriminasi, pelecehan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap
Lebih terperinciAbstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT
JUDUL : Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang NAMA : Sefti Diona Sari NIM : 14030110151026 Abstraksi Penelitian ini dilatarbelakangi
Lebih terperinci2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA
1 BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA A. Sejarah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini. Salah satu bentuk kekerasan yang ada justru dekat dan berada di
Lebih terperinci"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN
"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kemajuan dalam penegakan hukum mendapatkan
Lebih terperinci- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan
Pendahuluan Kekerasan apapun bentuknya dan dimanapun dilakukan sangatlah ditentang oleh setiap orang, tidak dibenarkan oleh agama apapun dan dilarang oleh hukum Negara. Khusus kekerasan yang terjadi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyidik Polri dalam menjalankan tugasnya untuk membuat terang setiap tindak pidana yang terjadi di masyarakat adalah peran yang sangat penting terutama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum merupakan suatu norma yang berfungsi mengatur mengenai segala sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak merugikan orang lain
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Definisi Perkawinan, Perceraian serta akibat-akibat Hukumnya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Perkawinan, Perceraian serta akibat-akibat Hukumnya. A.1. Perkawinan Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan, maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Itu semua tak lepas dari peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai pemberitaan publik, baik dalam media cetak, media elektronik dan media online, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk dapat mempunyai pasangan dan akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang mempersatukan sepasang manusia
Lebih terperinciSTRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
STRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat
Lebih terperinciBUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,
SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBentuk Kekerasan Seksual
Bentuk Kekerasan Seksual Sebuah Pengenalan 1 Desain oleh Thoeng Sabrina Universitas Bina Nusantara untuk Komnas Perempuan 2 Komnas Perempuan mencatat, selama 12 tahun (2001-2012), sedikitnya ada 35 perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
124 BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab tujuh ini membahas tentang kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan dalam tesis dimaksudkan sebagai rangkuman hasil telaah dan analisa yang telah dilakukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengendalian diri setiap orang di lingkup rumah tangga tersebut. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah tangga merupakan komunitas terkecil dari suatu masyarakat. Rumah tangga yang bahagia, aman, dan tentram menjadi dambaan setiap orang. Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)
BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004) A. Landasan Undang-Undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004 Salah satu tujuan dibentuknya Undang-Undang R.I.
Lebih terperinciKEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak
1 KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Khoirul Ihwanudin 1 Abstrak Keharmonisan dalam rumah tangga menjadi hilang saat tindakan kekerasan mulai dilakukan suami terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan pelanggaran kondisi kemanusiaan yang tidak pernah tidak menarik untuk dikaji. Menurut Mansour Fakih (2004:17) kekerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang mulai menginjak usia dewasa, pasti memiliki keinginan dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya. Keinginan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menyenangkan bagi anggota keluarga, di sanalah mereka saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang dalam perkawinannya menginginkan agar dapat membangun keluarga yang harmonis, damai dan bahagia karena saling mencintai. Sebuah keluarga yang harmonis menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tegas dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini telah dinyatakan dengan tegas dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 bahwa Negara
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kekerasan Secara umum kekerasan identik dengan pengerusakan dan menyebabkan kerugian bagi pihak lain. Namun jika kita pilah kedalam jenis kekerasan itu sendiri, nampaknya
Lebih terperinciKekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal, berdasarkan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bentuk kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan pembatasan ruang gerak. Kedua, publik yaitu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kekerasan terhadap perempuan berdasarkan wilayah terjadinya kekerasan terbagi dalam tiga ranah, pertama privat yaitu kekerasan yang terjadi dalam ruang lingkup
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. sebelumnya, dapat penulis ketengahkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap sumber data dan analisa pada bab sebelumnya, dapat penulis ketengahkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor penyebab terjadinya kasus
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi Kasus: Istri Korban Penelantaran Rumah Tangga Di Wilayah Kota Palu)
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi Kasus: Istri Korban Penelantaran Rumah Tangga Di Wilayah Kota Palu) JULIANTY / D 101 09 034 ABSTRAK skripsi ini membahas upaya perlindungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpendidikan menengah ke atas dengan penghasilan tinggi sekalipun sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan bukan merupakan hal yang baru lagi, pemikiran masyarakat kebanyakan selama ini adalah kekerasan hanya terjadi pada golongangolongan berpendidikan rendah
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian dari kemajemukan identitas perempuan adalah identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan, penganiayaan, pemerasan dan perkosaan atau tindakan yang membuat seseorang merasa kesakitan baik secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat, rumah tangga juga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara.
Lebih terperinciPendampingan Terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Tahun 2016
Pendampingan Terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Tahun 2016 Sanggar Suara Perempuan Jln. Beringin No.1, Kesetnana SoE, TTS-NTT Telp/Fax : 0388-21889 Email : ssp.okomama@yahoo.co.id www.sanggarsuaraperempuan.com
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini kita sebagai manusia tidak bisa hidup dalam kesendirian, kita sebagai makhluk yang sosialis, tentunya membutuhkan proses saling tolong menolong
Lebih terperinciHadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017
Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid 14-15 November 2017 Kondisi kekerasan seksual di Indonesia Kasus kekerasan terhadap perempuan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG
BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Berita mengenai kekerasan, terutama kekerasan terhadap perempuan (KtP) seakan sudah menjadi bagian sehari-hari yang dapat diketahui melalui media massa. Laporan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rumah adalah tempat untuk membangun keluarga yang bahagia, harmonis dan sejahtera. Tempat pengayom bagi seluruh penghuninya dan juga sebagai tempat berlindung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi. Tindak kekerasan (violence)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,
Lebih terperinciWajib Lapor Tindak KDRT 1
Wajib Lapor Tindak KDRT 1 Rita Serena Kolibonso. S.H., LL.M. Pengantar Dalam beberapa periode, pertanyaan tentang kewajiban lapor dugaan tindak pidana memang sering diangkat oleh kalangan profesi khususnya
Lebih terperinciMARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!
MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kunci dari hidup yang baik adalah kebahagiaan. Oleh karena itu, secara disadari maupun tidak, manusia terus berupaya untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum gambaran dari manusia yang sehat adalah mereka yang mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, teratur, dan tepat pada masing-masing tahap
Lebih terperinci2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada akibat yang
Lebih terperinciNaskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA I. UMUM Keutuhan dan kerukunan rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. maka pada bab ini penulis menyimpulkan sebagai rumusan terakhir dengan
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bab terakhir dari seluruh pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka pada bab ini penulis menyimpulkan sebagai rumusan terakhir dengan harapan mendapatkan saran-saran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lain hal. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, pengertian pernikahan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan ikatan diantara dua insan yang mempunyai banyak perbedaan, baik dari segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, cara berfikir (mental), pendidikan
Lebih terperinciBAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA. A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri
BAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, merupakan suatu upaya pemerintah untuk mengatasi keanekaragaman,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA AMELIA FEBRIANA / D
IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA AMELIA FEBRIANA / D 101 08 369 ABSTRAK Tulisan ini berjudul Implementasi Perlindungan Saksi dan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Lebih terperinciBAB III BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN JEPARA DAN PERANNYA DALAM PENYELESAIAN KASUS KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
BAB III BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN JEPARA DAN PERANNYA DALAM PENYELESAIAN KASUS KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA A. Gambaran Umum Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di daerah Yogyakarta cukup memprihatinkan dan tidak terlepas dari permasalahan kekerasan terhadap perempuan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan melihat kepada hakikat perkawinan itu merupakan akad yang membolehkan laki-laki dan perempuan melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dibolehkan, maka
Lebih terperinciPERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih
PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Wahyu Ernaningsih Abstrak: Kasus kekerasan dalam rumah tangga lebih banyak menimpa perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan
Lebih terperinciLAMPIRAN A. Data Kasar A-1 DATA KASAR SIKAP TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN A-2 DATA KASAR STEREOTIP GENDER
LAMPIRAN A Data Kasar A-1 DATA KASAR SIKAP TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN A-2 DATA KASAR STEREOTIP GENDER LAMPIRAN A-1 Data Kasar SIKAP TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN LAMPIRAN A-2 Data Kasar STEREOTIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komnas perempuan tahun 2014 yang dirilis pada 6 Maret Jumlah kasus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Meskipun telah ditetapkannya UU Republik Indonesia No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Namun kasus KDRT masih saja meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara hukum, dimana menurut Logemann Negara merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan kekuasaannya yang mengatur serta menyelenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat yang semakin beragam saat ini, peran serta pemerintah sangatlah penting untuk menjaga keseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Kabupaten Malang sering kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan dalam rumah tangga
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,
SALINAN BUPATI DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkawinan merupakan hal yang sakral bagi manusia, tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan hal yang sakral bagi manusia, tujuan perkawinan diantaranya untuk membentuk sebuah keluarga harmonis yang dapat membentuk suasana bahagia
Lebih terperinciSOSIALISASI LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA (LK3)
SOSIALISASI LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA (LK3) DEPARTEMEN ILMU KESSOS FISIP USU 2013 LATAR BELAKANG Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) merupakan salah satu wahana penanganan masalah
Lebih terperinciTinjauan Sosio Juridis terhadap Masalah Penyelesaian Kejahatan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)
1 Tinjauan Sosio Juridis terhadap Masalah Penyelesaian Kejahatan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) Novelina MS Hutapea Dosen DPK Fakultas Hukum USI Pematangsiantar Abstrak Kekerasan dalam rumah tangga
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara
Lebih terperinciKekerasan Seksual. Sebuah Pengenalan. Bentuk
Kekerasan Seksual Sebuah Pengenalan Bentuk 1 Desain oleh : Thoeng Sabrina Universitas Bina Nusantara untuk Komnas Perempuan 2 Komnas Perempuan mencatat, selama 12 tahun (2001-2012), sedikitnya ada 35 perempuan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB.
GASTER, Vol. 4, No. 2 Agustus 2008 (260-267) ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB. SUKOHARJO Maryatun, Wahyuni Dosen
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN KABUPATEN JEMBER
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN POSO
PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN, PELAYANAN DAN PEMULIHAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419)
Lebih terperinci2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus kekerasan di dalam rumah tangga merupakan hal yang bersifat pribadi dan cenderung dirahasiakan dari dunia luar. Kasus ini dapat merugikan sebagian orang dan
Lebih terperinci