RU II Dumai BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RU II Dumai BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak bumi (petroleum, crude oil) adalah campuran berbagai senyawa hidrokarbon dalam berbagai komposisi yang berasal dari dalam bumi. Terdapat dua teori pembentukan minyak bumi, yaitu teori Biogenic (organic source material) yang menyatakan bahwa minyak bumi dihasilkan dari hasil proses perubahan materi organik karena tekanan dan pemanasan selama kurun waktu geologi (jutaan tahun), dan teori Abiogenic (anorganic source material) menyatakan bahwa minyak bumi telah ada sejak terbentuknya bumi dan sifatnya mengalir serta terkumpul pada tempat-tempat tertentu. Namun sebagian besar ahli meyakini teori Biogenic, bahwa minyak bumi terbentuk dari binatang dan tumbuhan laut yang tekubur selama jutaan tahun oleh pengaruh lingkungannya, yaitu temperatur, tekanan, kehadiran senyawa logam dan mineral, letak geologis dan waktu proses perubahan. Pengaruh lingkungan pada proses pembentukan minyak bumi menyebabkan minyak bumi akan mempunyai komposisi yang berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya. Minyak bumi merupakan senyawa hidrokarbon. Berdasarkan perbedaan komposisinya, minyak bumi dapat diklasifikasikan menjadi minyak bumi parafinik (paraffinic-base crude oil), minyak bumi naftenik (naphthene-base crude oil), dan minyak bumi aromatik (aromate-base crude oil). Minyak bumi digunakan untuk menghasilkan berbagai macam bahan bakar, diantaranya LPG, gasoline, avigas, jet fuel, kerosene, solar, IDO, serta bahan bahan lainnya seperti aspal, pelumas, bahan pelarut, lilin dan bahan baku petrokimia. Fungsi suatu pengilangan minyak bumi adalah mengubah minyak mentah dengan berbagai proses menjadi suatu produk yang ekonomis dan dapat dipasarkan. Dalam kilang minyak bumi dikenal beberapa proses pengolahan yang dapat dikategorikan sebagai proses pemisahan fisis, proses konversi kimia dan proses treating. Proses pemisahan dan treating secara fisis pada umumnya merupakan proses pengolahan pertama, sedangkan proses konversi dan treating Universitas Riau 1

2 yang disertai dengan perubahan kimia dari senyawa-senyawa merupakan proses lanjutan. PT Pertamina merupakan Badan Usaha Milik Negara yang telah berubah menjadi PT Persero dan bergerak di bidang energi petrokimia, mengubah minyak mentah dengan proses pemisahan secara fisis, proses konversi kimia dan proses treating menjadi produk berupa minyak dan gas yang bermanfaat sebagai sumber energi di dalam negeri. Konsumsi energi di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan yang diakibatkan oleh perkembangan maupun pertumbuhan kegiatan ekonomi, peningkatan industrialisasi, pertambahan penduduk dan lain sebagainya. Konsumsi energi yang cukup tinggi terutama berada di sektor industri. Sebagai gambaran pada tahun 1975 di Indonesia, kebutuhan energi di sektor industri mencapai 26% dari konsumsi energi total dan pada tahun 1990 meningkat menjadi sekitar 47% dari konsumsi energi total. Keadaan ini akan semakin bertambah sesuai dengan peningkatan atau pertumbuhan di sektor industri. Masalah yang terjadi secara umum adalah terjadinya ketidakseimbangan antara kebutuhan energi dengan suplai energi yang ada, dimana suplai energi relatif masih lebih kecil dibandingkan kebutuhan energi yang dibutuhkan, berdasarkan sumber yang diperoleh, kebutuhan energi di Indonesia rata-rata pertahun meningkat 7-10% sedangkan suplai energi primer lebih kecil sekitar 2-3% pertahun. Sehubungan dengan hal tersebut maka telah diambil suatu kebijakan energi melalui usaha-usaha antara lain: Intensifikasi energi yang dimaksudkan sebgai usaha meningkatkan survei dan eksplorasi sumber energi. Diversifikasi energi yang merupakan usaha penganekaragaman penggunaan berbagai macam jenis energi. Konservasi energi yang merupakan kegiatan untuk dapat memelihara kelestarian sumber daya alam yang merupakan sumber energi dengan memanfaatkan secara efisien, rasional dan bijaksana guna mencapai suatu keadaan keseimbangan antara kegiatan pembangunan, pemerataan dan pelestarian lingkungan hidup. Universitas Riau 2

3 Indeksasi usaha penentuan penggunaan energi secara tepat untuk setiap sektor kegiatan terutama dalam sektor industri. Secara teoritis, konsumsi energi di kilang minyak dan gas bumi dapat mencapai sekitar 7,5% dari nilai produk yang dihasilkan sehingga perusahaan PERTAMINA melakukan suatu program konservasi energi yang dapat memberikan keuntungan-keuntungan antara lain : Menekan biaya produksi. Meningkatkan efisiensi di dalam pemanfaatan sumber daya. Meningkatkan daya saing di pasaran berkaitan dengan komersialisasi produk. Kemampuan mengantisipasi terjadinya kelangkaan energi dapat dilakukan secara dini. Menekan adanya pencemaran lingkungan akibat bahan buangan dari penggunaan energi di kilang. 1.2 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) Pertamina didirikan berdasarkan UU No. 08 tahun 1971 dengan nama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina). Bidang usahanya adalah melaksanakan pengelolaan minyak dan gas bumi untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan Negara serta memenuhi kebutuhan bahan bakar migas dalam negeri. Pertamina mengoperasi beberapa kilang minyak, kilang gas (LNG/LPG) dan kilang petrokimia yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia dengan tingkat kehandalan operasi dan keamanan yang tinggi. Kilang minyak bumi di dalam negeri yang beroperasi di 6 unit pengolahan (Tabel 1.1) telah beroperasi secara optimal dengan kapasitas terpasang ± barrel per hari. Universitas Riau 3

4 Tabel 1.1 Kapasitas Produksi Kilang PT. PERTAMINA (Persero) NAMA KILANG RU I Pangkalan Brandan RU II Dumai & Sei.Pakning, Riau RU III Plaju-Sungai Gerong, SumSel RU IV Cilacap & Cepu, Jawa Tengah RU V Balikpapan, Kalimantan Timur RU VI Balongan, Jawa Barat RU VII Kasim, Papua TOTAL KAPASITAS BPSD BPSD BPSD BPSD BPSD BPSD BPSD BPSD BPSD: Barel Per Stream Day Pertamina dalam usahanya memiliki visi, misi dan tata nilai organisasi sebagai berikut : Visi : Menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia Misi : Menjalankan perusahaan inti minyak, gas dan bahan bakar nabati secara terintegrasi berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat. Tata nilai : Clean (Bersih) Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik. Competitive (Kompetitif) Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja Confident (Percaya Diri) Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa Universitas Riau 4

5 Customer Focused (Fokus Pada Pelanggan) Beorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Commercial (Komersial) Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. Capable (Berkemampuan) Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan. 1.3 PT Pertamina RU II Dumai Berdasarkan pasal 33 UUD 1945: "Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat" maka hak untuk mengelola industri perminyakan jatuh ke tangan pemerintah. Tahun 1960, Dewan Perwakilan Rakyat mengeluarkan kebijaksanaan yang menyatakan bahwa penambangan minyak dan gas bumi hanya boleh dilaksanakan oleh negara melalui perusaahaan negara. Semenjak itu, pihak asing yang terlibat di dalamnya berdasarkan kepada kontrak saja. Dua perusahaan negara dibentuk pada zaman transisi tersebut. PERTAMINA yang diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk administrasi, manajemen dan pengawasan terhadap kerja sama dibidang eksplorasi dan produksi. Sementara itu PERTAMINA mendapat tanggung jawab untuk mengatur proses distribusi minyak bagi kepulauan Indonesia Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga ahli di bidang perminyakan, PERMINA mendirikan Sekolah Kader Teknik di Brandan. PERMINA kemudian juga mendirikan Akademi Perminyakan di Bandung pada tahun Kurikulum dari Akademi Perminyakan meliputi berbagai aspek dalam industri perminyakan, dan para lulusannya kemudian menjadi tenaga inti di PERMINA (yang kemudian menjadi PERTAMINA). Tahun 1968, untuk mengkonsolidasi industri Universitas Riau 5

6 perminyakan dan gas, manajemen, eksplorasi pemasaran dan distribusi maka PERMINA dan PERTAMINA merger menjadi PT PERTAMINA. Sejak 17 September 2003 Pertamina telah berubah status menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 Tahun Saat ini Pertamina berada di bawah koordinator Menteri Negara BUMN. Seperti kontraktor lainnya, sebagai pemain bisnis Pertamina juga melakukan Kontrak Kerja Sama dengan BP Migas. Dengan berubahnya status Pertamina menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) maka Pertamina menjadi entitas bisnis murni yang lebih berorientasi laba. Saat ini, Pertamina RU II dumai mengoperasikan 2 buah kilang, dengan kapasitas total sekitar 180 MBSD, yaitu : 1. Kilang Minyak Putri Tujuh Dumai, dengan kapasitas 130 MBSD 2. Kilang Minyak Sei Pakning dengan kapasitas 50 MBSD Berdasarkan surat keputusan Direktur Utama Pertamina Nomor 334/KPTS/DM/1967, dibangunlah kilang minyak Pertamina Unit Pengolahan II pada bulan April Pembangunan ini merupakan hasil kerja sama Pertamina dengan Far East Sumitomo Jepang, atas dasar perjanjian Turn Key Project. Pelaksana teknis pembangunan dilakukan oleh kontraktor asing : IHI (Ishikawajima Harima Heavy Industries) yang membangun permesinan dan instalasi. TAISEI Construction Co. yang membangun kontruksi kilang minyak RU II Dumai. Unit yang pertama didirikan adalah Crude Distillation Unit (CDU/100), selesai pada bulan Juni 1971 dan berhasil melakukan test run pengolahan minyak jenis Sumatra Light Crude (SLC) dengan kapasitas bbl/day atau 6 juta liter/hari. Pada tanggal 9 September 1971 operasi kilang ini diresmikan dan diberi nama Kilang Putri Tujuh, yang diambil dari cerita rakyat setempat. Crude Distillation ini terdiri dari Topping Unit dan Plat Reformer dengan produk yaitu naphtha, kerosene, solar/automotive Diesel Oil (ADO) dan 55% - 60% volume Low Sulphur Wax residu (LSWR). Kerosene dan solar dipakai untuk kebutuhan Universitas Riau 6

7 dalam negeri, sedangkan residu diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat sebagai dana angsuran untuk pembayaran hutang pembangunan kilang. Dalam jangka waktu tiga tahun, seluruh hutang pembangunan kilang dapat dilunasi. Selanjutnya pengiriman residu ke Jepang tersendat-sendat karena pihak Jepang menunda-nunda pembelian residu, sehingga residu yang menumpuk di tangki menjadi melimpah. Karena kebutuhan akan bahan bakar dalam negeri meningkat, maka pemerintah dalam hal ini Pertamina membangun proyek Hydrocracking, yang bertujuan mengolah residu menjadi kerosene dan solar semaksimum mungkin. Pada tahun 1972, Kilang Putri Tujuh mengalami perluasan untuk mengolah bottom product menjadi bensin premium dan komponen mogas dengan mendirikan unit-unit baru seperti: 1. Platforming Unit. 2. Naphtha Rerun Unit. 3. Hydrobon Unit. 4. Mogas Component Blending Plant. Perluasan selanjutnya dilakukan pada tahun 1980 dengan ditandatangani perjanjian pemakaian lisensi dan proses kilang Dumai dari Universal Oil Product (UOP), dimana Amerika Serikat sebagai pemegang hak patent. Pada tanggal 27 April 1981 ditandatangani kontrak pembangunan perluasan kilang dengan kontaktor utama Technidas Reunidas dan Centunion Spanyol. Tahap tahap pelaksanaan pembangunan proyek tersebut antara lain : 1. Survey tanah dilakukan oleh SOFOKO (Indonesia) dan dievaluasi oleh HASKONING (Belanda). 2. Penimbunan area dilaksanakan oleh PT SAC Nusantara (Indonesia). Pasir timbunan diambil dari pulau Jelintik (8 km dari area proyek) dengan cutter section dredger. 3. Pemancangan tiang pertama dilaksanakan oleh PT Jaya Sumpiles Indonesia dengan jumlah tiang pancang buah dan panjang 706 km. Universitas Riau 7

8 4. Pembangunan unit-unit proses beserta fasilitas penunjang dikerjakan oleh kontraktor utama Technidas Reunidas Centunion Spanyol yang bekerjasama dengan Jaya Group, dan sub kontraktor : a. DAELIM (Korea) mengerjakan kontruksi: High Vacuum Unit, HC Unibon Unit, Hidrogen Plant Unit, Naphtha Hidrotreater Unit, CCR Platformer Unit, Delayed Coking Unit, serta Amine dan LPG Recovery Unit. b. HYUNDAI (Korea) mengerjakan kontruksi unit penunjang dan Offsite Facilities yang meliputi Power Plant, Boiler Unit, Coke Calciner Unit, Water Treated Boiler, Waste Water Treatment Unit, Tank Inter Connection dan Sewer System. c. Pembangunan tangki tangki penyimpanan dilakukan oleh Toro Kanetsu Indonesia. d. Pembangunan Fasilitas Jetty dikerjakan oleh PT. Jaya Sumpiles Indonesia e. Pembangunan sarana penunjang seperti pipa penghubung kilang lama dan kilang baru, gedung laboratorium, gedung Fire & Safety, perkantoran dan perumahan karyawan dikerjakan oleh kontraktor- kontraktor Indonesia. f. Pengawasan proyek dilakukan oleh TRC dan Pertamina dibantu oleh konsultan CF dari Amerika Serikat. Setelah proyek perluasan ini selesai dibangun, kilang baru ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 16 Februari Proyek ini mencakup beberapa proses dengan teknologi tinggi, yang terdiri dari unit-unit proses sebagai berikut: 1. High Vacuum Distillation Unit (110) 2. Delayed Coking Unit (140) 3. Coke Calciner Unit (170) 4. Naphtha Hydrotreating Unit (200) 5. Hydrocracker Unibon (211/212) 6. Distillat Hydroteating Unit (220) 7. Continuous Catalyst Regeneration Platforming Unit (300/310) 8. Hidrobon Platforming Unit /PL-I (310) 9. Amine LPG Recovery Unit (410) Universitas Riau 8

9 10. Hydrogen Plant (701/702) 11. Sour Water Stripper Unit (840) 12. Nitrogen Plant (940) 13. Fasilitas penunjang operasi kilang (Utilitas) 14. Fasilitas tangki penimbun dan dermaga baru Kilang Minyak Sei Pakning dibangun pada tahun 1968 oleh Refining Associater (Canada) Ltd atau Refican dan selesai pada tahun 1969, dengan kapastas desain 25 MBSD. Beberapa sejarah penting Kilang Sei Pakning: 1. Penyerahan kilang dari pihak Refican pada Pertamina pada tahun Peningkatan kapasitas produksi menjadi 35 MBSD pada tahun Peningkatan kapasitas produksi menjadi 40 MBSD pada tahun peningkatan kapasitas produksi menjadi 50 MBSD pada tahun 1982 Beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang telah diproduksi oleh kilang Pertamina RU II Dumai Saat ini : a. Premium -88 b. Aviation Turin (AVTUR) c. Kerosene d. Automotive Diesel Oil (ADO) Sedangkan produk non BBM antara lain : a. LPG b. Green Coke c. Produk lain Universitas Riau 9

10 Berikut ini adalah kapasitas produksi masing-masing jenis produk RU II Dumai : Tabel 1.2 Kapasitas Produk No Produk Kapasitas (ton/hari) 1. Fuel gas 14,93 2. LPG 14,2 3. Premium 81,28 4. Avtur 46,42 5. Kerosene 132,30 6. Automotive Diesel Oil (ADO) 418,05 7. Low Sulphur Wax Residue (LSWR) 81,27 8. Coke 41,7 Saat ini Pertamina RU II Dumai berencana untuk menghasilkan Produk baru dengan nama solar plus, bahan bakar busway. Kontribusi kilang Pertamina RU II Dumai dan Sei Pakning terhadap kebutuhan bahan bakar nasional mencapai 22-24%. Disain dan konstruksi kilang Pertamina RU II Dumai telah menggunakan teknologi tinggi sehingga aspek keselamatan kerja karyawan dan peralatan produksi, serta unit-unit pengolahan limbah untuk program perlindungan lingkungan telah dibuat secara memadai dan mengikuti standar internasional. Oleh karena itu, Pertamina RU II Dumai telah memperoleh sertifikat ISO Lokasi Pabrik RU II Pertamina RU II terletak di kota Dumai, yang berjarak 180 km dari kota Pekanbaru di tepi pantai Timur Sumatera, Propinsi Riau. Sebelah utara kilang berbatasan dengan Pulau Rupat, sebelah selatan merupakan perkampungan penduduk, sebelah barat terdapat perkantoran dan perumahan karyawan (sekitar 8 km dari kilang), dan disebelah timur terdapat perumahan penduduk. Dipilihnya kota Dumai sebagai lokasi kilang minyak disebabkan beberapa faktor yang menguntungkan yaitu : 1. Terletak di tepi pantai (selat Rupat) yang memiliki perairan tenang dan luas sehingga dapat dikunjungi oleh kapal-kapal berat dan supertanker, serta merupakan persimpangan lalu lintas dari barat ke timur. Universitas Riau 10

11 2. Letaknya berdekatan dengan daerah pengeboran minyak yang merupakan bahan baku kilang dan terdapat PT Caltex Pasific Indonesia sebagai penyalur crude oil. 3. Daerah Dumai merupakan daerah dataran rendah dan cukup stabil sehingga aman untuk mendirikan dan memperluas kilang di kemudian hari. 4. Daerah Dumai masih memiliki banyak hutan-hutan sehingga memungkinkan perluasan daerah maupun pengembangan pabrik. 5. Kota Dumai termasuk daerah dengan kepadatan penduduk rendah sehingga di harapkan dapat membantu pemerintah dalam program pemerataan penyebaran penduduk. 6. Tanah Dumai merupakan tanah yang kurang subur sehingga tidak merugikan bila didirikan kilang. Gambar 1.1 Lokasi Kota Dumai 1.5 Visi dan Misi PERTAMINA RU II Dumai Keikutsertaan PERTAMINA RU II Dumai dalam pembangunan nasional memiliki visi dan misi. Diantaranya: Universitas Riau 11

12 Visi : Menjadi Kilang Minyak Kebanggaan Nasional Yang Kompetitif mulai tahun 2012 Misi : Melakukan usaha di bidang pengolahan minyak bumi yang dikelola secara profesional dan kompetitif berdasarkan tata nilai unggulan untuk memberikan nilai tambah lebih bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja dan lingkungan 1.6 Struktur dan Manajemen Organisasi Struktur organisasi di pertamina RU II Dumai-Sei Pakning berbentuk staff line yang dipimpin oleh General Manager yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Pengolahan Pertamina Pusat di Jakarta. General Manager ini membawahi bidang-bidang kegiatan seperti yang terlihat pada bagan organisasi Pertamina RU II Dumai. Struktur organisasi dapat dilihat di Lampiran A Struktur Organisasi Pertamina Pusat Pertamina dikelola oleh suatu Dewan Direksi perusahaan dan diawasi suatu komisaris atau pemerintah RI. Pelaksanaan kegiatan diawasi oleh seperangkat pengawas yaitu lembaga negara unsur PERTAMINA itu sendiri. Melalui Surat Keputusan Menteri BUMN selaku Rapat Umum Pemegang Saham Nomor KEP-68/MBU/2010 tertanggal 5 Mei 2010 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota Dewan Komisaris PT Pertamina (Persero), telah diputuskan memberhentikan dengan hormat anggota Dewan Komisaris yang diangkat berdasarkan Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor: KEP- 10/MBU/2005, KEP-18/MBU/2010, KEP-122/MBU/2006, KEP-29/MBU/2009 dan KEP-234/MBU/2009. Berikut nama-nama dewan komisaris PERTAMINA sebagaimana dicantumkan dalam Surat Keputusan Menteri BUMN, antara lain : 1. Sugiharto; sebagai Komisaris Utama 2. Umar Said; sebagai Wakil Komisaris Utama 3. Evita Herawati Legowo; sebagai anggota Dewan Komisaris 4. Anny Ratnawati; sebagai anggota Dewan Komisaris 5. Tryharyo Indrawan Soesilo; sebagai anggota Dewan Komisaris Universitas Riau 12

13 6. Nurdin Zainal; sebagai anggota Dewan Komisaris 7. Luluk Sumiarso; sebagai anggota Dewan Komisaris Dalam menjalankan operasinya, Direktur Utama PERTAMINA dibantu oleh seorang Direktur untuk tiap Direktorat. Direktorat tersebut adalah: a. Direktorat Pemasaran dan Niaga Tujuan yang akan dicapai dari direktorat ini adalah meningkatkan kelancaran distribusi produk BBM dan memperluas pemasaran produk Non-BBM untuk kebutuhan dalam negeri dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik dan tepat waktu, ekonomi, efisien, sejalan dengan kebijakan Pemerintah dan tuntutan Pembangunan Nasional. b. Direktorat Umum dan Aset Tujuan yang akan dicapai dari direktorat ini adalah meningkatkan pembinaan organisasi dan sumber daya manusia. Mengusahakan peningkatan volume penjualan dan perluasan daerah pemasaran luar negeri. Meningkatkan citra PERTAMINA di mata masyarakat internasional dengan mempromosikan iklim usaha yang menarik. Meningkatkan kesadaran hukum dan meningkatkan kepastian hukum untuk setiap kegiatan perusahaan. Mengelola dan meningkatkan sistem informasi terpadu melalui penerapan teknologi informasi mutakhir. c. Direktorat Sumber Daya Manusia d. Direktorat Keuangan Tugas dari Direktorat ini adalah mengelola keuangan dan pendanaan proyek perusahaan yang dinilai sehat dan baik sehingga mampu mendukung operasi dan pengembangan proyek. e. Direktorat Hulu Tugas daripada Direktorat ini adalah mempertahankan atau meningkatkan produksi minyak dan gas bumi, baik yang diperlukan di dalam negeri maupun di luar negeri guna meningkatkan devisa negara den mengembangkan pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energi panas alternatif yang digunakan sehemat mungkin. f. Direktorat Pengolahan Pertamina Universitas Riau 13

14 Tujuan yang akan dicapai Direktorat ini adalah mengusahakan tersedianya produk-produk migas berupa BBM maruun bahan baku untuk kebutuhan dalam negeri serta pemasaran luar negeri. Pengolahan yang dapat dilakukan dengan cara menggunakan seperangkat kilang-kilang minyak, gas dan petrokimia yang ada maupun yang akan dibangun kemudian pengoprasiannya secara optimal, ekonomi dan efisien. Direktorat pengolahan ini membawahi 7 unit pengolahan yaitu: - Unit Pengolah I di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara - Unit Pengolahan II di Dumai dan Sei Pakning, Riau - Unit Pengolahan III di Plaju dan Sei Gerong, Sumatera Selatan - Unit Pengolahan IV di Cilacap, Jawa Tengah - Unit Pengolahan V di Balikpapan, Kalimantan Timur - Unit Pengolahan VI di Balongan, Jawa Barat - Unit Pengolahan VII di Kasim-Serong, Irian Jaya Struktur Organisasi di PERTAMINA RU II Dumai Struktur organisasi di PERTAMINA RU II Dumai-Sei Pakning dipimpin oleh General Manager dan bertanggung jawab langsung kepada direktur pengolahan PERTAMINA di Jakarta. General manager ini membawahi bagianbagian dibawah ini : a. Manager Healthy Safety Enviromental ( HSE ) Dalam melaksanakan tugasnya HSE dibagi menjadi empat seksi yaitu : 1. Fire & Insurance Section Head Tugas dan tanggung jawabnya : Menciptakan sistem penanggulangan kebakaran yang handal bagi operasi kilang, melalui pengadaan perangkat keras, perangkat lunak, dan pembinaan sumber daya manusia. Mengkoordinir pelaksanaan pembinaan Melaksanakan penyelenggaraan tertib administrasi umum. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh bagian ini adalah : Universitas Riau 14

15 Mobil pemadam yang dilengkapi dengan water tender, foam tender, powder tender, triple agent, dll. Alat pemadam portable, terdiri dari APAR (Alat Pemadam Api Ringan), alat pemadam beroda, pompa pemadam kebakaran dan perlengkapannya. Alat pemadam tetap terdiri dari foam chamber, sprinkler, hydrant, emergency pump, jockey pump. Alat deteksi kebakaran yang terdiri dari alat deteksi panas dan alat deteksi asap. 2. Safety Section Head Tugas dan tanggung jawabnya adalah : Membuat dan me-review prosedur kerja Mengidentifikasi, menganalisis dan mengendalikan bahaya serta melaksanakan audit K3. Melakukan pengawasan penggunaan peralatan keselamatan kerja. Memberikan penjelasan tentang pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja. Sarana yang dimilikinya adalah : Alat monitoring bahaya kesehatan, antara lain alat ukur bahaya kimiawi dan fisika. Alat perlindungan seperti helm dan safety shoes. Perlengkapan P 3 K. Pengendalian bahaya biologi. 3. Environmental Section Head Tugas dan tanggung jawabnya adalah : Menciptakan lingkungan bersih dengan mengupayakan pengurangan dan pemantauan emisi udara, cair dan limbah padat yang menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Menerapkan sistem manajemen lingkungan (SMR) ISO Meyakinkan bahwa peralatan perlindungan lingkungan dirawat dan dioperasikan dengan baik. Universitas Riau 15

16 Menciptakan citra perusahaan yang berwawasan lingkungan. Sarana dan prasarana yang dimilikinya adalah : Tiga unit oil separator untuk memisahkan kandungan air dengan minyak Sour Water Stripper (SWS) untuk mengurangi kandungan sulfide dan ammonia dari air buangan. Empat unit ballast tank untuk menampung air ballast dari kapal serta pemisahaan settlement. Tiga unit alat ukur debit limbah. Satu unit return sea water pond yang berfungsi sebagai bak kontrol atau separator terhadap buangan air pendingin. Tempat penampungan sementara (TPS) limbah padat. Empat unit flare. Silencer yang berfungsi mengurangi intensitas kebisingan. Peralatan penanggulangan tumpahan minyak. Penghijauan sebagai buffer zone. Sarana monitoring seperti ph, temperatur dan lainnya. 4. Occupational Health Section Head Mengatasi masalah yang berkaitan dengan kesehatan tentang penyakit yang ditimbulkan dari resiko pekerjaan. b. Man. Procurement Bertugas dan bertanggungjawab terhadap adanya kegiatan penyediaan, pengadaan material suku cadang yang diperlukan operasi perusahaan. Bidang ini membawahi bagian pengadaan, kontrak, fasilitas umum dan marine. c. Senior Man. Operation & Manufacturing Bertugas dan bertanggungjawab atas kegiatan pengolahan minyak menjadi produk- produk kilang. Mulai dari strategi dan pola pengoperasian kilang, pemeliharaan peralatan-peralatan produksi engineering. Dipimpin oleh seorang manajer kilang dan membawahi bidang - bidang antara lain: Man. Production Sei Pakning Universitas Riau 16

17 Bertugas dan bertanggungjawab atas operasi kilang RU II Sei Pakning yang dipimpin oleh seorang manajer produksi BBM Sei Pakning. Adapun bagianbagiannya : 1. Production Section Head 2. Maintenance Section Head 3. HSE Section Head 4. Procurement Section Head 5. General affairs Section 6. Reliability Sr. Engineer 7. Plant Engineering Supervisor 8. Distribution BBM Supervisor Man. Production Dumai Bertugas dan bertanggungjawab atas operasi kilang RU II Dumai yang dipimpin oleh seorang manajer produksi BBM Dumai. Bidang ini dibagi menjadi enam bagian yang masing-masing diketuai oleh seorang section head. Bagian-bagian tersebut antara lain: 1. Hydro Skimming Complex (HSC) Bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses sebagai berikut: Crude Distillation Unit (CDU) Platforming I (Existing) Naphta Rerun Unit (NRU) Platforming II/ CCR Naphta Hydrotreating Unit (NHDT) 2. Hydro Cracker Complex (HCC) Bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses berikut: Hydrocracker Unibon Hydrogen Plant Amine & LPG Recovery Sour Water Stripper Nitrogen Plant Universitas Riau 17

18 3. Heavy Oil Complex (HOC) Bertanggung jawab terhadap unit-unit proses sebagai berikut: HighVacuum Unit Delayed Coking Unit Distillate Hydrotreating Unit Coke Calcining Unit 4. Utilitas Bertanggung jawab terhadap unit - unit penunjang operasi kilang meliputi: Unit Penjernihan Air (Water Treatment Plant) Unit Penyediaan Uap (Boiler Plant) Unit Air Pendingin (Cooling Water Unit) Unit Penyediaan Udara Bertekanan Unit Penyediaan Fuel Unit Penyediaan Power Unit Pengolahan Limbah 5. Oil Movement ( OM ) Berfungsi sebagai penunjang operasi kilang untuk kegiatan penampungan produk dan pengapalan (distribusi). Bertanggung jawab atas pergerakan minyak di dalam kilang yang meliputi kegiatan-kegiatan : - mengatur pergerakan minyak, mengatur produk-produk unit proses untuk ditampung dalam tangki produksi maruun tangki lain yang berupa fasilitas produksi - mengatur pekerjaan BBM dan non-bbm untuk pengapalan ke tangker - melaksanakan pencampuran (blending) produk-produk setengah jadi menjadi bahan bakar yang memenuhi spesifikasi pasaran. Dalam pelaksanaannya dibagi menjadi tiga bagian: 1. Area Tangki (tank farm) a. Tank Yard Kegiatan ini operasinya meliputi : Universitas Riau 18

19 Menerima dan mempersiapkan crude oil dari PT Chevron untuk bahan baku Melayani kebutuhan bahan baku (feed) untuk unit-unit Menyediakan flushing oil untuk keperluan start-up Menerima dan mengirim produk intermediate dan produk akhir ke tangki-tangki produk sesuai dengan jenisnya Melaksanakan blending komponen mogas untuk membuat premium 88/Pertamax Mengatur pergerakan minyak Menyediakan fuel oil untuk keperluan operasi Menerima dan mengolah kembali ballast dari kapal Pemompaan untuk loading unit. Kapasitas tangki yang ada di tank yard yaitu: Crude oil sebanyak enam buah masing-masing dengan kapasitas KL Intermediate dan Finished product sebanyak 54 buah dengan kapasitas masing- masing m 3 Tangki LPG sebanyak empat buah dengan kapasitas m 3 Silo penampung Calcined Coke sebanyak tiga buah dengan kapasitas masing-masing ton. b. Loading dan Unloading Kegiatan ini operasinya adalah sebagai berikut Pengiriman dan pengapalan minyak dari tangki ke kapal Menerima pengiriman minyak dari kapal ke tangki Pengiriman fuel oil ke kilang dan utilitas Menerima slop oil dan ballast dari kapal Fasilitas darat dalam pengiriman minyak ke PT Chevron. c. Blending Part Merupakan fasilitas pencampuran beberapa komponen minyak mentah untuk mendapatkan produk jadi, antara lain : Universitas Riau 19

20 Premium dari naphtha dan komponen mogas Diesel dari LVGO, HCGO dan ADO Kerosene dari komponen ADO dan kerosene. 2. Separator dan Deballasting a. Separator RU II Dumai - Berfungsi untuk memisahkan minyak dengan air berdasarkan specific gravity, dan mengolah limbah cair yang berasal dari seluruh unit produksi. - Di bagian ITP terbagi dalam 3 buah separator b. Deballasting Berfungsi sebagai tangki penampungan ballast (air cucian kapal) yang masih mengandung minyak yang dipompakan dari separator 3. Area Dermaga (Jetty) Fungsi dari jetty adalah tempat loading atau unloading dari/ ke kapal, baik distribusi BBM dalam dan luar negeri maupun pelaksanaan eksport/import. ITP memiliki enam buah jetty, yakni: a. Jetty I dengan kapasitas ton memiliki fasilitas: - 1 buah LSWR loading arm Ø 16-1 buah kerosene/solar loading arm Ø12-1 buah premium loading arm Ø 8-1 buah line bunker dengan selang Ø 3 dan Ø 6 b. Jetty II dengan kapasitas ton memiliki fasilitas: - 1 loading arm solar/kerosene Ø 8-1 loading arm premium Ø 12-1 line bunker dengan selang Ø 3 dan Ø 6 c. Jetty III dengan kapasitas ton memiliki fasilitas: - 1 loading arm solar Ø 12-1 loading arm kerosene/ avtur Ø 12-1 loading arm premium Ø 12-1 line bunker dengan selang Ø 3 dan Ø 6 d. Jetty IV dengan kapasitas ton khusus diperuntukkan pemuatan coke dengan belt conveyor Universitas Riau 20

21 e. Jetty V dengan kapasitas ton memiliki fasilitas: - 1 loading arm solar Ø 12-1 loading arm kerosene/ avtur Ø 12-1 loading arm premium Ø 12-1 loading arm LPG Ø 6-1 line bunker dengan selang Ø 3 dan Ø 6 f. Jetty VI dengan kapasitas ton memiliki fasilitas 1 loading arm LPG Ø 6 6. Laboratorium Tugas utamanya adalah sebagai berikut: Quality Control (QC) Quality Insurance Feed Intermediate Product Feed Finished Product (Contoh : pengapalan) Peralatan produksi dan saran-saran teknik pemeliharaan Pemeriksaan kualitas material suku cadang. Laboratorium di kilang menggunakan parameter - parameter penguji, peralatan uji terdiri dari 2 bagian yaitu konvensional terdiri dari gravity dan titrimetry, dan instrumental terdiri dari AAS, GC, spektro, dan potensiograf. Parameterparameter pengujinya khusus untuk : Avtur Premium Kerosin Air minum Solar LPG Coke Air limbah Berdasarkan fungsinya, laboratorium terbagi atas bagian sebagai berikut: 1. Stream Produk dan Pengapalan (SPP) Universitas Riau 21

22 RU II Dumai Bagian ini berfungsi untuk melakukan analisa terhadap produk-produk jadi hasil dari refinery dan produk dari atau ke kapal. 2. Laboratorium Analitika Laboratorium ini menganalisa baik stream (produk setengah jadi) secara kimia melalui reaksi-reaksi kimia, titrasi dan spektrometri. Adapun peralatan-peralatan yang dimiliki antara lain: Flow Injection Analysis (FIA), Potensiometer, Foster ATLAS dan spektofotometri. 3. Sub Seksi Gas Analisis Bagian ini berfungsi menganalisa stream dari unit-unit khususnya produk gas dan LPG. Analisa yang diambil meliputi komposisi, SG Schilin serta analisa orsat. Peralatan yang dimiliki diantaranya adalah Gas Chromatography (GC). 4. Laboratorium Coke Laboratorium ini khusus menganalisa produk coke dari Delayed Cooking Unit DCU. Analisa terhadap coke tersebut meliputi: Moisture Content Volatile Matter Ash Content Carbon Content Fixed Heating Value Sulfur Content Particle Size +4 Mesh 5. Pengembangan Lingkungan 6. Quality Insurance/ Quality Control (QA/QC) Man. Refinery Planning & Optimization (RPO) Terdiri dari 3 bagian : 1. Refinery planning section head Membawahi bagian Perencanaan Crude, Produksi dan Keekonomian atau keuntungan serta Bagian Penjadwalan Crude. Bertanggung jawab kepada pengolahan dan produksi minyak. Perencanaan akan kapasitas produk yang akan dihasilkan bisa berupa perencanaan tahunan, bulanan, maupun harian. Sebagai Universitas Riau 22

23 contoh, untuk perencanaan produksi 2 bulan kedepan, maka jumlah konsumsi BBM untuk masyarakat, jumlah BBM yang dihasilkan kilang, jumlah crude oil yang tersedia di kilang, berapa banyak yang diolah dan berapa jumlah yang diproduksi harus sudah diketahui bulan ini. 2. Supply Chain Optimization Section Head Bertugas membuat rapat master program. Serta alokasi tangki dan jadwal kedatangan kapal. 3. Budget & Performance Section Head Bertugas membuat laporan, menghitung margin serta membuat bahan rapat dari general manager. Man. Maintenance Execution Man. Maintenance Planning & Support Man. Area P. Brandan d. Manager Engineering & Development Mempunyai tugas-tugas sebagai berikut : Memberikan saran-saran kepada bagian kilang untuk mendapatkan kondisi operasi yang optimum dari segi unjuk kerja, ekonomis, dan keamanan. Evaluasi kondisi operasi dan bila diperlukan memberikan saran untuk memodifikasikan peralatan produksi serta memajukan teknik perbaikan. Evaluasi kondisi operasi unit untuk uji unjuk kerja, perbandingan kondisi operasi sebelum dan sesudah Turn Around (TA). Memberikan saran pada pemeliharaan sistem instrumentasi. Melaksanakan studi-studi/modifikasi peralatan/ proses. Bidang ini membawahi Bagian Proses Engineering, Fasilitas Engineering, dan Proyek Engineering, Energy conservasi & loss control serta Quality Management. 1. Process Engineering dibagi empat seksi yaitu : a. Seksi Optimasi dan Kesisteman b. Seksi Pengembangan c. Seksi Proses Kontrol Universitas Riau 23

24 d. Seksi Safety dan Environmental e. Seksi Plant Engineering 2. Facility Engineering Bertanggung jawab terhadap kehandalan peralatan kilang dari sisi engineering mengenai non proses seperti rotating equipment dan non rotating equipment, seperti : Mengenai problem yang terjadi pada peralatan operasi Menganalisa rencana pengembangan pada suatu alat operasi 3. Proyek Engineering Bertanggung jawab atas pemeliharaan peralatan produksi, modifikasi peralatan produksi, pembuatan paket kontak dan pengawasan proyek-proyek yang meliputi kegiatan : Teknik perencanaan, mekanikal, listrik, instrumentasi dan sipil Penyiapan pembuatan paket kerja yang dikontrak oleh rekanan Pengawasan proyek proyek yang sedang dikerjakan di kilang 4. Energy conservasi & loss control serta 5. Quality Management. e. Man. Reliability Terdiri dari 2 section head : Plant Reliability Section Head Equipment Reliability Section Head f. Man. General Affairs Bidang ini membawahi bagian hukum dan pertahanan, hubungan pemerintah dan masyarakat, serta bagian sekuriti. Terdiri dari 3 section head : Legal Section Head Public Relation Section Head Security Section Head Universitas Riau 24

25 g. Man. HR Area/Business Partner RU II Terdiri dari 6 section head : Head of People Development Head of Industrial Relation HR Consultant Analyst Organization Development Head of HR Service Head of Medical Tugas pokok bagian ini adalah bertanggung jawab atas pembinaan sumber daya manusia dan fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan-karyawan PERTAMINA. Bidang umum ini dipimpin oleh seorang manajer umum yang membawahi sub bidang sesuai fungsinya seperti organisasi dan tata laksana, personalia, kesehatan, hukum dan hubungan dengan pemerintah serta masyarakat luas. h. Man. Keuangan Bertugas dan bertanggung jawab atas keuangan perusahaan yang meliputi fungsi administrasi, kebendaharaan, dan anggaran keuangan minyak dan akuntansi perusahaan. Bidang ini membawahi bagian kontroler, akuntansi kilang dan perbendaharaan. i. Man. IT Membawahi bagian operasi telekomunikasi dan jaringan serta pengembangan informasi. j. Director of Pertamina Hospital Terdiri dari 4 section head : Head of Patient & Nursing Head of Out Patient & Medical Support Head og General Affairs Head of Finance Universitas Riau 25

26 1.7 Garis Besar Proses Untuk memproses minyak mentah menjadi produk minyak jadi, diperlukan proses fisika dan kimia untuk mengolahnya. Proses produksi dimulai dari proses penerimaan minyak mentah. Kilang Pertamina RU II Dumai mengolah minyak mentah Minas Crude 85% volume dan Duri Crude 15% volume yang disrulai oleh PT Chevron Pasific Indonesia melalui sistem perpipaan. Selanjutnya minyak diolah dalam dua tahap pengolahan. Pada pengolahan tahap I (Primary Processing), setelah diendapkan airnya, minyak mentah didistilasi dalam Crude Distilation Unit (CDU). Produk yang diperoleh adalah Naftha (8,2%), Kerosene(16,0%), Solar (17,8%), Gas (0,6%) dan Long Residue (57,2%) serta Losses (0,2%). Karena perolehan BBM tahap I masih sedikit, maka diperlukan pengolahan tahap II untuk mengubah long residue menjadi BBM. Pengolahan Tahap II (Secondary Processing), dimulai dengan distilasi vakum long residue di High Vacuum Unit (HVU). Produk distilasi HVU ini adalah Solar, Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO), Light Vacuum Gas Oil (LVGO) dan short residue. HCGO dan short residue masih perlu direngkah untuk menghasilkan BBM. HVGO direngkah secara katalitik dalam Hydrocracker Unibon (HCU). Dengan menggunakan katalis dan hidrogen tekanan tinggi, HVGO direngkah menghasilkan LPG, Naftha, Kerosin, Avtur, dan Solar. Pada bagian lain, short residue direngkah secara thermal dalam Delayed Cooking Unit (DCU). Di DCU, short residue dipanaskan hingga 500 o C agar terengkah menjadi LPG, Naftha, Solar, dan coke. Produk- produk rengkahan ini berkualitas rendah sehingga harus di treating sebelum dipasarkan. Demikian pula untuk menghasilkan bensin, yang memerlukan proses platforming. Produk Naftha dari CDU, HCU, dan DCU adalah komponen bensin, namun masih mempunyai bilangan oktan rendah. Oleh sebab itu Naftha harus diolah dalam platforming Unit (PL) untuk menghasilkan komponen bensin beroktan tinggi. Proses ini membutuhkan katalis platina. Universitas Riau 26

27 Produk LPG secara khusus diproduksi oleh kilang RU II Dumai. LPG diproduksi sebagai prduk samping proses perengkahan di Hydrocracker, Delayed Coker, dan juga dari proses Platforming. Secara sederhana proses pengilangan minyak bumi di RU-II Dumai diperlihatkan dalam Lampiran A Ruang Lingkup Kerja Praktek Dalam rangka menunjang proses pendidikan, Pertamina RU II Dumai memberi kesempatan pada mahasiswa untuk melaksanaka Kerja Praktek/Magang agar Mahasiswa/Pelajar dapat menambah wawasannya tentang proses produksi pengilangan minyak. Sehubungan hal tersebut, sesuai dengan Surat Pembantu Dekan I Fakultas Teknik Universitas Riau No. 285/H /AK/2010 dan Surat Pertamina RU II Dumai No.1007/KI0031/2010-S8 telah memberi kesempatan kepada: Melissa Atikalidia ( ) Honest Hollerith AS ( ) Aulia Rahmi ( ) Untuk melaksanakan Kerja Praktek di Pertamina RU II Dumai. Ruang lingkup kerja praktek terdiri dari: orientasi umum, orientasi lapangan, orientasi khusus, dan tugas khusus. Orientasi umum adalah penjelasan secara umum tentang proses yang terjadi dalam kilang beserta sarana-sarana proses, penjelasan tentang utilitas, pengolahan limbah, dan penjelasan tentang keorganisasian kerja RU II Dumai. Orientasi lapangan adalah melihat kilang dari dekat, mengenal alat-alat proses, mengenal sistem perpipaan, mengenal sistem pengendaliaan, dan mencoba mencermati arah aliran bahan yang sebenarnya. Orientasi khusus adalah mencoba menelaah secara seksama unit yang akan dijadikan objek pembahasan, pengevaluasian dalam tugas khusus yang diberikan oleh pembimbing. Adapun tugas khusus yang diberikan berjudul Evaluasi Performance Naphtha Splitter 211-V-20 Hydrocracer Unibon. Universitas Riau 27

28 1.9 Tujuan Kerja Praktek Tujuan dari Kerja Praktek di kilang Pertamina RU II Dumai ini adalah: 1. Mendapatkan gambaran nyata pengoperasian sistem pemroses dan utilitas untuk pengolahan minyak dan gas bumi. 2. Memahami dan dapat menggambarkan pola inti proses produksi pada Pertamina RU II Dumai, meliputi : a. Bahan baku utama maupun penunjang b. Proses yang terjadi c. Produk yang dihasilkan, meliputi produk utama, produk samping, energi, dan limbah untuk industri proses pengolahan minyak dan gas bumi. 3. Mengenal dan lebih memahami wujud dan karakteristik perangkatperangkat proses, termasuk alat ukur dan alat kendali. 4. Mendapatkan kesempatan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari bangku kuliah untuk menganalisis jalannya proses kegiatan dan memecahkan persoalan yang nyata yang ada di dalam kegiatan pengoperasian Pertamina RU II Dumai. 5. Mendapatkan gambaran nyata tentang organisasi kerja, manajemen dan penerapannya, dalam upaya mengoperasikan suatu sarana produksi, termasuk pengenalan terhadap praktik-praktik pengelolaan dan peraturan-peraturan kerja di Pertamina RU II Dumai Pelaksanaan Kerja Praktek Pelaksanaan kerja praktek di Pertamina RU II Dumai pada bagian Proses Engineering dari tanggal 1 Juli s/d 1 Agustus 2010 dengan alokasi waktu sebagai berikut : Orientasi Umum ke berbagai unit di Pertamina RU II Dumai yang dilaksanakan pada tanggal 05 s/d 14 Juli 2010, yaitu: Universitas Riau 28

29 Tabel 1.3 Jadwal Orientasi Kerja Praktek Hari / tanggal Orientasi Target Senin / Refinery Planning Mengetahui fungsi dan peranan bagian terkait Selasa / HSC - Production Mengetahui feed & produk masing-masing unit, dan kondisi operasi alat utama Rabu / HCC - Production Mengetahui feed & produk masing-masing unit, dan kondisi operasi alat utama Kamis / HOC - Production Mengetahui feed & produk masing-masing unit, dan kondisi operasi alat utama Jumat / UTL - Production Mengetahui sistem pengolahan air, pembangkit steam, dan pembangkit listrik Senin / Oil Mov - Mengetahui system transfer Production dan penampungan feed dan produk Selasa / HSE - Safety Mengetahui fungsi dan peranan bagian terkait Rabu / Lab - Production Mengetahui sistem analisa gas, liquid & padatan Orientasi Khusus yang meliputi studi literatur, pengumpulan data dan pembuatan laporan dari tanggal 15 s/d 30 Juli 2010, serta pengesahan laporan dan kegiatan administrasi hingga tanggal 1 Agustus Universitas Riau 29

30 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal Usul Minyak Bumi Minyak bumi mentah (crude oil) adalah cairan coklat kehijauan hingga hitam yang terdiri dari karbon dan hydrogen. Minyak bumi merupakan campuran yang sangat kompleks, mengandung ribuan senyawa hidrokarbon tunggal mulai dari yang paling ringan seperti gas metana sampai dengan aspal yang berat dan berwujud padat. Produksi komersial minyak bumi dimulai pada tahun 1857 dan sejak itu produksi terus meningkat. Berbagai teori bermunculan untuk menjelaskan asal minyak bumi. Teori yang paling popular adalah organic source materials. Teori ini menyatakan bahwa binatang dan tumbuhan-tumbuhan berakumulasi dalam tempat yang sesuai, jutaan tahun yang lalu, seperti dalam swamps, delta atau shallow dalam laut. Disana bahan organik akan terdekomposisi secara parsial dengan bantuan bakteri. Karbohidrat dan protein dipecah menjadi gas gas atau komponen yang larut dalam air dan terbawa pergi oleh air tanah. Sedangkan lemak-lemak yang tertinggal dan bahan-bahan yang terlarut, diubah secara perlahan-lahan menjadi minyak bumi melalui reaksi yang menghasilkan bahan-bahan dengan titik didih rendah. Cairan minyak bumi yang dihasilkan kemudian dapat berpindah ke pasir alam atau reservoir batu kapur. Pembentukan petroleum bearing diperkirakan kurang dari 300 juta tahun. Katalis akan terdapat di alam, demikian juga ditemui bahan radioaktif yang turut mempercepat reaksi. Berdasarkan mekanisme ini, diduga minyak mentah yang lebih tua telah bereaksi secara sempurna. Oleh karena itu minyak mentah tersebut akan mengandung lebih banyak fraksi ringan seperti gasoline dan kerosin. Minyak yang diperoleh dalam pembentukan yang lebih dalam cenderung lebih ringan. 2.2 Klasifikasi Minyak Bumi Komposisi merupakan parameter kualitas setiap fraksi utama dalam minyak mentah. Indikasi kasar terhadap komposisi minyak bumi ini disajikan Universitas Riau 30

31 dalam bentuk Bureau of Mines Correlation Index (BMCI). Nilai BMCI ditentukan berdasarkan pengukuran titik didih dan spesifik gravity. 1. Bureau of Mines Correlation Index (BMCI) Bureau of Mines Correlation Index (BMCI) menunjukkan kadar parafin dan aromatik di dalam minyak mentah. Minyak mentah dengan nilai 0 BMCI mengandung 100% parafin, sedangkan minyak mentah dengan nilai 100 BMCI mengandung 100% aromatik (misalnya benzena). BMCI menunjukkan hubungan titik didih rata-rata dari fraksi distilasi dengan densitasnya, sehingga dapat didefenisikan sebagai berikut : BMCI ,7 456,8 T SG Dengan T adalah titik didih rata- rata minyak mentah [K]. Klasifikasi minyak mentah berdasarkan BMCI disajikan dalam Tabel 2.1, berikut : Tabel 2.1. Klasifikasi Minyak Mentah Berdasarkan Harga BMCI Tipe minyak Mentah Nilai BMCI Ultra- parafinik 10 Parafinik 30 Naftenik 30 s/d 40 Aromatik 40 s/d K-UOP (K-Universal Oil Product) Nilai K ini ditentukan oleh lisensor Pertamina yaitu Universal Oil Product, dan didefinisikan sebagai berikut : K UOP 3 1, 8 SG xt Dengan T adalah titik didih rata- rata minyak mentah [K]. Universitas Riau 31

32 Berdasarkan K-UOP, minyak mentah diklasifikasikan seperti yang tersaji dalam Tabel 2.2 berikut : Tabel 2.2. Klasifikasi Minyak Mentah Berdasarkan K-UOP Tipe Minyak Mentah Nilai K-UOP Parafinik 12.5 s/d 13.0 Naftenik 11.0 s/d 12.0 Aromatik 9.8 s/d Komposisi Minyak Bumi Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hampir semua senyawa dalam minyak bumi terdiri atas atom karbon dan hydrogen (Hidrokarbon). Selain itu juga terdapat senyawa-senyawa yang mengandung belerang, oksigen dan nitrogen. Berbagai seri hidrokarbon dapat ditemui dalam minyak bumi. Seri utama yang dapat diketahui berada dalam minyak bumi sangat bervariasi, namun komposisi elemental pada umumnya adalah adalah tetap. Tabel 2.3 Komposisi Elemental dalam Minyak Mentah Elemen Komposisi (% w/w) Karbon (C) Hydrogen (H) Sulfur (S) 0-3 Nitrogen (N) 0-1 Oksigen (O) 0-2 Komposisi yang konstan ini terjadi karena suatu minyak disusun dari beberapa seri homolog hidrokarbon. Setiap seri mempunyai komposisi elemental yang konstan. Dekomposisi tak sempurna protein dapat menjelaskan kandungan nitrogen dan sulfur yang berada dalam minyak mentah, sedangkan oksigen dapat berasal dari asal sumber bahan atau merupakan hasil oksidasi produk antara. Universitas Riau 32

33 Dalam minyak mentah, konsentrasi sulfur dan nitrogen bertambah dengan kenaikan titik didih fraksi Senyawa Hidrokarbon dan Non Hidrokarbon Minyak bumi merupakan senyawa organik yang terdiri dari karbon dan hydrogen, sehingga disebut sebagai hidrokarbon. Berdasarkan strukturnya secara umum, maka senyawa hidrokarbon dibagi atas empat kategori yaitu parafinik, naphtenik aromatik dan olefin. Di dalam minyak bumi juga terdapat pengotor-pengotor lainnya (non hidrokarbon) yang dapat mengganggu keberlangsungan proses karena dapat merusak katalis dan menyebabkan kerusakan alat Senyawa Hidrokarbon a. Senyawa paraffinik (C n H 2n+2 ) Hidrokarbon golongan ini mempunyai ikatan rantai yang dalam bentuk lurus maupun bercabang dengan kestabilan yang tinggi. Pada temperatur kamar dan tekanan atmosferik, maka metana (CH 4 ), etana (C 2 H 6 ), propana (C 3 H 8 ) dan butana (C 4 H 10 ) akan berada dalam fase gas. Senyawa paraffinik yang berbentuk cair pada atmosferik adalah propane (C 3 H 8 ) sampai gasoline range. Paraffin bereaksi dengan gas klor perlahan-lahan pada sinar matahari dan dengan klor dan brom jika terdapat katalis. Semakin panjang rantai paraffinik, maka semakin tinggi titik bekunya. b. Senyawa naphtenik (C n H 2n ) Naphten adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang memebentuk struktur siklik. Naphten tidak memiliki ikatan rangkap sehingga tidak dapat bereaksi secara langsung. Panjang dan jumlah senyawa paraffin yang melekat pada rantai cincin sangat bervariasi sesuai dengan formula C n H 2n. Pada Catalytic Reforming Unit, Naphten tersebut akan kehilangan atom hidrogennya dan terkonversi menjadi aromatik. Universitas Riau 33

34 c. Senyawa aromatik (C n H 2n-6 ) Bentuk dan rangkaian yang paling sederhana dari aromatik adalah benzene (C 6 H 6 ). Senyawa ini hampir sama dengan naphten yang mempunyai cincin, tetapi hanya satu atom hydrogen yang dilepaskan dari setiap cincin karbon. Karakteristik dari golongan senyawa aromatik ini terdiri dari struktur benzene segi enam. Aromatik umumnya bersifat kurang efektif dan pada range gasoline merupakan pelarut yang bagus serta mempunyai angka oktan yang tinggi. d. Senyawa olefinik (C n H 2n ) Contoh olefin adalah etena (etilen), propena dan butena. Hidrokarbon yang termasuk dalam seri ini dapat bereaksi langsung dengan klor, brom, asam klorida dan asam sulfat, sehingga dapat dihilangkan dari minyak mentah. Olefin dengan titik didih rendah kemungkinan tidak ditemukan pada minyak mentah, tetapi berada dalam produk perengkahan. Senyawa golongan ini agak jarang terdapat dalam minyak bumi oleh karena senyawa ini merupakan hasil dekomposisi dari tipe golongan hidrokarbon lainnya. Olefin pada konsentrasi tinggi dapat kita peroleh pada produk dari thermal cracking atau catalytic cracking Senyawa Non Hidrokarbon Selain dari beberapa senyawa hidrokarbon seperti yang telah disebutkan di atas, maka minyak bumi juga mengandung material yang digolongkan sebagai impurities seperti garam, sulfur, logam-logam, pasir mineral dan air. a. Garam Unsur ini adalah klorida yang selalu menimbulkan kesulitan pada kolom fraksinasi. Garam dapat terurai menjadi asam menyebabkan korosi terutama pada dinding atas kolom. Garam ini juga sering menimbulkan terjadinya penyumbatan pada tray dan heat exchanger. b. Sulfur Senyawa sulfur yang merupakan komponen terbesar dalam minyak bumi, dapat menyebabkan korosi. Jumlah dan tipe senyawa sulfur yang terdapat dalam minyak bumi sangat beragam. Senyawa sulfur yang paling ringan adalah Universitas Riau 34

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimililiki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden LATAR BELAKANG Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Teknologi Minyak dan Gas Bumi Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto(1500020074) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Proses Sour Water Stripping di Pabrik Minyak di Indonesia Balongan Cilacap Kilang

Lebih terperinci

Pengolahan Minyak Bumi

Pengolahan Minyak Bumi Primary Process Oleh: Syaiful R. K.(2011430080) Achmad Affandi (2011430096) Allief Damar GE (2011430100) Ari Fitriyadi (2011430101) Arthur Setiawan F Pengolahan Minyak Bumi Minyak Bumi Minyak bumi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi 1.1.1 Profil PT. PERTAMINA Persero PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company) yang berdiri sejak

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) :

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) : BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV A. Sejarah PT. Pertamina (Persero) PT.Pertamina (Persero) telah melewati beberapa fase perubahan, berikut ini adalah penjelasan fase-fase

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V A. Sejarah PT Pertamina ( Persero ) Sejarah PT Pertamina ( Persero ) dibagi menjadi beberapa sesi sebagai berikut: 1. Tahun 1957 Masa

Lebih terperinci

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan) dan oleum (minyak). Nama petroleum diberikan kepada fosil hewan dan tumbuhan

Lebih terperinci

BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU)

BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU) BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU) I. Pendahuluan Pada awalnya kilang hanya terdiri dari suatu Crude Distillation Unit (CDU) yang beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih komponen

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Profil Perusahaan PT Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Minyak bumi terutama terdiri dari campuran senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat kompleks, yaitu senyawa-senyawa organik yang mengandung unsurunsur karbon dan hidrogen. Di samping

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang

Lebih terperinci

MENGENAL KILANG PENGOLAHAN MINYAK BUMI (REFINERY) DI INDONESIA

MENGENAL KILANG PENGOLAHAN MINYAK BUMI (REFINERY) DI INDONESIA MENGENAL KILANG PENGOLAHAN MINYAK BUMI (REFINERY) DI INDONESIA Risdiyanta, ST., MT *) Abstrak Pengolahan adalah kegiatan utama dalam kegiatan usaha industri hilir minyak dan gas bumi, pengolahan bertujuan

Lebih terperinci

RESIDU DAN FRAKSI-FRAKSI PETROLEUM CAIR

RESIDU DAN FRAKSI-FRAKSI PETROLEUM CAIR RESIDU DAN FRAKSI-FRAKSI PETROLEUM CAIR Fraksi-fraksi cair dari petroleum adalah nafta ringan, nafta berat, minyak-tanah, dan solar. Produk bawah dari unit distilasi adalah residu. Campuran-campuran ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULLUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULLUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULLUAN I.1 Latar Belakang BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pelajaran : SMA Kelas/Semester : X/2 Mata Pelajaran Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi Waktu : Kimia : Hidrokarbon : Minyak Bumi : 2 x 45 menit Standar Kompetensi

Lebih terperinci

KOMPOSISI MINYAK BUMI

KOMPOSISI MINYAK BUMI KOMPOSISI MINYAK BUMI Komposisi Elementer Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbon dan senyawa-senyawa organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen yang paling banyak terkandung

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Indoturbine terbentuk pada tanggal 6 Juni 1973, bersamaan dengan dimulainya eksplorasi minyak dan gas bawah laut di Indonesia. Dimulai sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam tersebut merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah 9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan krisis energi cukup menjadi perhatian utama dunia, hal ini disebabkan menipisnya sumber daya persediaan energi tak terbarukan seperti minyak bumi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai gabungan antara senyawa hidrokarbon (unsur karbon dan hidrogen) dan nonhidrokarbon (unsur oksigen,

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik metil tersier butil eter adalah unit

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN Nomor 11 Tahun 2014 WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN ATAU KEGIATAN

Lebih terperinci

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas untuk

Lebih terperinci

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang sedang menggalakkan pembangunan di bidang industri. Dengan program alih teknologi, perkembangan industri di Indonesia khususnya industri

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN. Laporan Kerja Praktek dengan judul Evaluasi Kinerja Reboiler E-2 Pada Unit

LEMBAR PERSETUJUAN. Laporan Kerja Praktek dengan judul Evaluasi Kinerja Reboiler E-2 Pada Unit LEMBAR PERSETUJUAN Laporan Kerja Praktek dengan judul Evaluasi Kinerja Reboiler E-2 Pada Unit Sour Water Stripper 840-V2 Hydrocracking Complex (HCC) di PT.PERTAMINA (persero) RU II Dumai Riau oleh Mohd

Lebih terperinci

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA Prof. Indra Bastian, MBA, Ph.D, CA, CMA, Mediator PSE-UGM Yogyakarta,25 Agustus 2014 PRODUK GAS 1. Gas alam kondensat 2. Sulfur 3. Etana 4. Gas alam cair (NGL): propana,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia minyak bumi memiliki peran yang penting dan strategis. Peran penting ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A, 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A,

Lebih terperinci

Kondisi Pasokan dan Permintaan BBM di Indonesia dan Upaya Pertamina Dalam Pemenuhan Kebutuhan BBM Nasional

Kondisi Pasokan dan Permintaan BBM di Indonesia dan Upaya Pertamina Dalam Pemenuhan Kebutuhan BBM Nasional PT PERTAMINA (PERSERO) Direktorat Pengolahan Kondisi Pasokan dan Permintaan BBM di Indonesia dan Upaya Pertamina Dalam Pemenuhan Kebutuhan BBM Nasional Rachmad Hardadi Direktur Pengolahan 23 Januari 2015

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

MINYAK BUMI DAN GAS ALAM

MINYAK BUMI DAN GAS ALAM 2013 MINYAK BUMI DAN GAS ALAM Di susun Oleh : Nama : RUSMIYATI NPM : 0221 12 326 1i Akuntansi Universitas Pakuan 1.Latar Belakang Penulisan MAKALAH MENGENAI MINYAK BUMI DAN GAS ALAM BAB 1 PENDAHULUAN Sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 83 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA FISIK DAN KIMIA BBM PERTAMINA Data Fisik dan Kimia tiga jenis BBM Pertamina diperolah langsung dari PT. Pertamina (Persero), dengan hasil uji terakhir pada tahun

Lebih terperinci

APAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON?

APAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON? APAKAH LUMPUR DI SIDOARJO MENGANDUNG SENYAWA HIDROKARBON? Oleh: Didi S. Agustawijaya dan Feny Andriani Bapel BPLS I. Umum Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SUMBER EMISI DAN PERHITUNGAN BEBAN EMISI

IDENTIFIKASI SUMBER EMISI DAN PERHITUNGAN BEBAN EMISI IDENTIFIKASI SUMBER EMISI DAN PERHITUNGAN BEBAN EMISI Oleh: *) Martono ABSTRAK Agar mampu menghitung beban emisi langkah pertama kita harus memahami sumber emisi dan beban emisi sehingga mampu mengestimasi

Lebih terperinci

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil

Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil F127 Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline Pada Kilang Minyak Skala Kecil Bilal Chabibulloh, Wisnu Kusuma Atmaja, Juwari dan Renanto Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI BBM DARI MINYAK BUMI DAN KILANG-KILANG BBM PERTAMINA. Refining Technology DIREKTORAT PENGOLAHAN PERTAMINA Januari 2015

PROSES PRODUKSI BBM DARI MINYAK BUMI DAN KILANG-KILANG BBM PERTAMINA. Refining Technology DIREKTORAT PENGOLAHAN PERTAMINA Januari 2015 PROSES PRODUKSI BBM DARI MINYAK BUMI DAN KILANG-KILANG BBM Refining Technology DIREKTORAT PENGOLAHAN Januari 2015 AGENDA PRESENTASI 1. Minyak Bumi yang diolah di Kilang 2. Proses-Proses di Kilang 3. Kualitas

Lebih terperinci

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai. BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I 2.1 Sejarah Ringkas Di Indonesia sendiri, pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian,

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

REFINERY LOCATION OPERATION AREAS HISTORY PROCESS FLOW DIAGRAM PROCESS UNIT & SUPPORTING FACILITIES PRODUCTS MAN POWER DEVELOPMENT

REFINERY LOCATION OPERATION AREAS HISTORY PROCESS FLOW DIAGRAM PROCESS UNIT & SUPPORTING FACILITIES PRODUCTS MAN POWER DEVELOPMENT MUSI REFINERY OVERVIEW REFINERY LOCATION OPERATION AREAS HISTORY AGENDA ORGANISATION STRUCTURE PROCESS FLOW DIAGRAM PROCESS UNIT & SUPPORTING FACILITIES PRODUCTS MAN POWER DEVELOPMENT REFINERY LOCATION

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN Energi merupakan penggerak utama roda perekonomian nasional. Konsumsi energi terus meningkat mengikuti permintaan berbagai sektor pembangunan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Energi merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia di samping sandang, pangan, dan papan. Keberlangsungan hidup manusia bergantung pada ketersediaan energi. Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan BBM mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan bahan bakar ini untuk kegiatan transportasi, aktivitas industri, PLTD, aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tetradecene Senyawa tetradecene merupakan suatu cairan yang tidak berwarna yang diperoleh melalui proses cracking senyawa asam palmitat. Senyawa ini bereaksi dengan oksidan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aspek kunci ketahanan negara, kemampuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aspek kunci ketahanan negara, kemampuan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi adalah isu global yang terus menjadi topik perbincangan publik sebagai salah satu aspek kunci ketahanan negara, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dan banyak negara di dunia masih sangat bergantung dengan kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan akan minyak bumi terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA PEMISAHAN

MAKALAH KIMIA PEMISAHAN MAKALAH KIMIA PEMISAHAN Destilasi Bertingkat DISUSUN OLEH : Nama :1. Shinta Lestari ( A1F014011) 2. Liis Panggabean ( A1F014018) 3. Dapot Parulian M ( A1F014021) 4. Wemiy Putri Yuli ( A1F014022) 5. Epo

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation).

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). Kemudian diteruskan pada tahapan pembangunan sipil

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. 2.1 Profil Perusahaan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169 TAHUN 2000 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169 TAHUN 2000 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169 TAHUN 2000 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : 1. 2. 3. Menetapkan : bahwa pengusahaan pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero) 1.1.2 Lokasi Perusahaan Jl. Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta 10110

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama tiga dekade terakhir. Sifat plastik yang ringan, transparan, mudah diwarnai, tahan terhadap korosi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Chevron Corporation merupakan salah satu perusahaan dunia yang bergerak dalam bidang minyak bumi dan gas yang berpusat di California, Amerika Serikat. Di Indonesia

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : 131 803 987 Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 1 KEBIJAKSANAAN ENERGI 1. Menjamin penyediaan di dalam negeri secara terus-menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir manusia mulai berpikir untuk memperoleh sumber energi baru sebagai pengganti sumber energi yang banyak dikenal dan digunakan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah banyak, mudah dibawa dan bersih. Untuk bahan bakar motor gasoline. mungkin belum dapat memenuhi persyaratan pasaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah banyak, mudah dibawa dan bersih. Untuk bahan bakar motor gasoline. mungkin belum dapat memenuhi persyaratan pasaran. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semakin berkembangnya teknologi dewasa ini, maka kebutuhan akan bahan bakar minyak semakin banyak karena lebih ekonomis, tersedia dalam jumlah banyak, mudah dibawa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1),

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Lokasi Area Kilang Minyak

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Lokasi Area Kilang Minyak BAB II DASAR TEORI 2.1 Kilang Minyak Balikpapan Kilang minyak ini terletak di tepi teluk Balikpapan, meliputi daerah seluas 2,5 km 2. Kilang ini merupakan kilang tua yang dibangun tahun 1922. Saat pecah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah berdirinya PT. PERTAMINA (persero) RU II Pembangunan kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai dilaksanakan mulai bulan 20 April 1969 atas dasar persetujuan Turn Key Project

Lebih terperinci

PROSES PEMISAHAN FISIK

PROSES PEMISAHAN FISIK PROSES PEMISAHAN FISIK Teknik pemisahan fisik akan memisahkan suatu campuran seperti minyak bumi tanpa merubah karakteristik kimia komponennya. Pemisahan ini didasarkan pada perbedaan sifat fisik tertentu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi serta eksplorasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi serta eksplorasi dan eksploitasi sumber daya

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Linier Alkil Benzena dengan Proses Detal Kapasitas Ton/Tahun Pendahulan BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Linier Alkil Benzena dengan Proses Detal Kapasitas Ton/Tahun Pendahulan BAB I PENDAHULUAN Prarancangan Pabrik Linier Alkil Benzena dengan Proses Detal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bisnis kilang modern yang sangat dinamis dan kompetitif (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki performance operasionalnya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Indragiri hulu Berdasarkan Undang-undang nomor 10 tahun 1948 dibentuk Kabupaten Indragiri hulu yang termasuk didalam provinsi Sumatra Tengah dan Diralisi dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG PERIZINAN PERUSAHAAN DI BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI DALAM WILAYAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini penanganan sampah kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia hanya menimbun dan membakar langsung sampah di udara terbuka pada TPA (Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan bakar fosil merupakan salah satu sumber energi yang membutuhkan proses hingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu bahan bakar fosil yaitu minyak.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1),

Lebih terperinci

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI KODE KEAHLIAN DESKRIPSI KEAHLIAN 03 BIDANG ENERGI 03.01 PERENCANAAN ENERGI 03.01.01 PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI Keahlian

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung bertambah. Hingga akhir tahun 2006, diperkirakan terdapat 50 juta kendaraan bermotor di

Lebih terperinci

INDUSTRI MINYAK BUMI

INDUSTRI MINYAK BUMI INDUSTRI PENGILANGAN MINYAK BUMI A. Teori Pengertian Minyak Bumi Minyak bumi adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No No.116, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kontrak Bagi Hasil Gross Split. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2017 TENTANG KONTRAK

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP; Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang menghasilkan pelumas (oli). PT. Federal Karyatama berusaha untuk tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alamnya terutama pada sumber daya minyak dan gas bumi. Pada masa sekarang ini permintaan akan minyak bumi

Lebih terperinci

Addres: Fb: Khayasar ALKANA. Rumus umum alkana: C n H 2n + 2. R (alkil) = C n H 2n + 1

Addres: Fb: Khayasar ALKANA. Rumus umum alkana: C n H 2n + 2. R (alkil) = C n H 2n + 1 ALKANA Rumus umum alkana: C n H 2n + 2 R (alkil) = C n H 2n + 1 Alkana Adalah rantai karbon yang memiliki ikatan tunggal (jenuh) A. Alkana 1. Alkana disebut juga senyawa hidrokarbon jenuh (senyawa parafin).

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, pres-lambang01.gif (3256 bytes) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 52 BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik PEA adalah unit pengadaan air, unit

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK FURFURAL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT KAPASITAS 20.000 TON/TAHUN Oleh : Yosephin Bening Graita ( I 0509043 ) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 No. Dokumen : F/751/WKS1/P/5 No. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2016 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Godean Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/ Gasal

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS TON/TAHUN. Oleh :

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS TON/TAHUN. Oleh : EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS 80.000 TON/TAHUN Oleh : JD Ryan Christy S Louis Adi Wiguno L2C008065 L2C008070 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci