BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan desain cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan pada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan desain cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan pada"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat analitik dengan pendekatan desain cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali untuk mencari pengaruh antara variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek). Secara analitik dimaksudkan untuk melihat apakah ada pengaruh antara variabel independen (pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan, kondisi jalan, dan kondisi cuaca) dengan variabel dependen (potensi kecelakaan kerja). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan Tahun 2015 dengan alasan : 1. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan penelitian pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tersebut Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015-April

2 Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah pengemudi truk PT BerkatNugraha SinarLestari yang bekerja pada tahun 2015 yaitu 94 orang Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling atau judgemental sampling, yaitu yang memenuhi kriteria sebuah sampel dalam penelitian. Dalam hal ini proses pengambilan sampel dilakukan melalui mekanisme penentuan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah pengemudi yang bekerja dengan sistem trucking (Belawan Porsea Belawan), sebab pengemudi ini yang melakukan sistem trip/perjalanan. Kriteria eksklusi adalah pengemudi yang bekerja dengan sistem langsir dan pengemudi yang bekerja di cabang Porsea. Berdasarkan kriteria diatas, maka didapat 39 orang yang memenuhi kriteria sampel penelitian. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data Primer Data primer diperoleh dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada pengemudi truk yang meliputi faktor pekerja

3 37 (pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh) dan faktor lingkungan kerja (kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi cuaca). Kuesioner yang digunakan berdasarkan pedoman dari Direktorat Lalu Lintas Polisi Republik Indonesia Data Sekunder Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak PT BerkatNugraha SinarLestari mengenai dokumen maupun informasi yang terkait dengan penelitian ini dan mengenai jumlah pengemudi sebagai bahan penentuan sampel Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan langsung oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner lembar checklist dan pertanyaan tertutup sesuai dengan variabel. Peneliti datang ke lokasi responden. Sebelum responden mengisi kuesioner terlebih dahulu peneliti menjelaskan cara mengisi kuesioner, kemudian memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya. Kemudian responden mengisi informat consent, dan mengisi sendiri kuesioner penelitian. Setelah selesai di isi, kuesioner dikumpulkan oleh peneliti dan diperiksa kembali. 3.5 Definisi Operasional 1. Pengalaman mengemudi adalah keadaan responden dalam pengalamannya sebagai pengemudi dan pengalaman dalam mengatasi situasi ataupun kondisi di jalan yang dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja.

4 38 2. Kemampuan mengemudi adalah keadaan responden dalam penguasaan mengemudikan kendaraan truk meliputi tata cara berlalu lintas yang dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja. 3. Kondisi fisik tubuh adalah keadaan dari responden saat mengemudikan kendaraan truk meliputi kesehatan fisik, lelah, mengantuk dan mabuk yang dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja. 4. Kondisi kendaraan adalah keadaan meliputi rem, ban, lampu kendaraan, mesin dan kapasitas beban yang dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja. 5. Kondisi jalan adalah keadaan yang meliputi jalan berlubang, jalan rusak, jalan sepi, jalan gelap, turunan-tanjakan, jalan licin, dan tikungan yang dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja. 6. Kondisi cuaca adalah keadaan yang meliputi hujan dan kabut yang dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja. 7. Potensi kecelakaan kerja adalah suatu keadaan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja yang dialami oleh pengemudi secara tidak terduga dalam hubungan kerja yang dipengaruhi oleh sesuatu.

5 39 Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Variabel Independen Skala Ukur 1. Pengalaman Mengemudi 2. Kemampuan Mengemudi 3. Kondisi Fisik Tubuh Kuesioner 1.Baik jika 50% dari total skor 2.Tidak baik jika <50% dari total skor Kuesioner 1.Baik jika 50% dari total skor 2.Tidak baik jika <50% dari total skor Kuesioner 1.Baik jika 50% dari total skor 2.Tidak baik jika <50% dari total skor Ordinal Ordinal Ordinal 4. Kondisi Kendaraan Kuesioner 1.Baik jika 50% dari Ordinal total skor 2.Tidak baik jika <50% dari total skor 5. Kondisi Jalan Kuesioner 1.Baik jika 50% dari Ordinal total skor 2. Tidak baik jika <50%

6 40 dari total skor 6. Kondisi Cuaca Kuesioner 1.Baik jika 50% dari Ordinal total skor 2.Tidak baik jika <50% dari total skor Variabel Dependen 7. Potensi Kecelakaan Kerja Kuesioner 1.Pernah Kecelakaan Kerja 2.Tidak Pernah Kecelakaan Kerja Nominal 3.6 Aspek Pengukuran Pengukuran dilakukan dengan cara kuesioner. Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan masing-masing variabel penelitian yaitu : 1. Pengalaman mengemudi Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Pengalaman mengemudi diukur berdasarkan 10 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10) diberi nilai: 1. Ya : 1 2. Tidak : 0 b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 2, 3, 4) diberi nilai:

7 41 1. Ya : 0 2. Tidak : 1 Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu pengalaman mengemudi dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut : a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50% dari seluruh pertanyaan. b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan. 2. Kemampuan Mengemudi Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kemampuan mengemudi diukur berdasarkan 20 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 2, 3, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 19, 20) diberi nilai: 1. Ya : 1 2. Tidak : 0 b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 4, 6, 7, 13, 16, 17,18) diberi nilai: 1. Ya : 0 2. Tidak : 1

8 42 Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kemampuan mengemudi dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut : a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50% dari seluruh pertanyaan. b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan. 3. Kondisi Fisik Tubuh Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kondisi fisik tubuh diukur berdasarkan 14 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 4, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 14) diberi nilai : 1. Ya : 1 2. Tidak : 0 b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 2, 3, 5, 8, 9) diberi nilai : 1. Ya : 0 2. Tidak : 1 Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 14 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi fisik tubuh dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

9 43 a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50% dari seluruh pertanyaan. b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan. 4. Kondisi kendaraan Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kondisi kendaraan diukur berdasarkan 13 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12) diberi nilai: 1. Ya : 1 2. Tidak : 0 b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 3,7,8,13) diberi nilai : 1. Ya : 0 2. Tidak : 1 Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 13 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi fisik tubuh dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut : a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50% dari seluruh pertanyaan. b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan.

10 44 5. Kondisi jalan Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kondisi jalan diukur berdasarkan 11 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 3, 7, 9, 10, 11) diberi nilai 1. Ya : 1 2. Tidak : 0 b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 2, 4, 5, 6, 8) diberi nilai 1. Ya : 0 2. Tidak : 1 Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 11 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi jalan dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut : a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50% dari seluruh pertanyaan. b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan. 6. Kondisi cuaca Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kondisi cuaca diukur berdasarkan 7 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :

11 45 a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 2, 3, 5, 6, 7) diberi nilai : 1. Ya : 1 2. Tidak : 0 b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 1, 3) diberi nilai : 1. Ya : 0 2. Tidak : 1 Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 7 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi cuaca dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut : a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50% dari seluruh pertanyaan. b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan. 3.7 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data Data yang telah terkumpul diolah dengan cara komputer dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Pengeditan (Editing) Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. b. Pengkodean (Coding)

12 46 Proses coding yaitu dengan membuat kode dalam rangka mempermudah perhitungan. c. Pemasukan Data (Entering) Entering merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer. d. Pembersihan Data (Cleaning) Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan kedalam komputer apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat memindahkan data kedalam komputer. Apabila ada data yang salah maka dilakukan editing data. e. Pentabulasian (Tabulating) Penyusunan data sedemikian rupa agar mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan untuk dimasukkan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi Analisa Data 1. Analisis univariat Analisis univariat merupakan analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi. Data ini merupakan data primer yang dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang rencananya dilakukan terhadap 39 responden. Data univariat ini terdiri atas variabel independen meliputi pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan, kondisi jalan, dan kondisi cuaca serta variabel dependen yaitu potensi kecelakaan kerja.

13 47 2. Analisis bivariat Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen yaitu pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan, kondisi jalan, dan kondisi cuaca serta variabel dependen yaitu potensi kecelakaan kerja. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95% (α=0,05). Jika p-value lebih kecil dari α (ρ<0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) dari kedua variabel yang diteliti. Bila ρ-value lebih besar dari α (ρ>0,05), artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara kedua variabel yang diteliti. Apabila pada hasil uji statistik terdapat lebih dari 0 cells maka ρ value yang digunakan adalah Exact Fisher Test. 3. Analisis Multivariat Analisis multivariat yang digunakan adalah uji regresi logistik berganda (multiple logistic regression) yang bertujuan untuk mengetahui variabel mana yang paling signifikan berhubungan dengan variabel dependen (potensi kecelakaan kerja) dengan metode Backward Stepwise (Notoadmodjo, 2010). Langkah-langkah pemodelan regresi logistik adalah sebagai berikut (Yasril dan Kasjono, 2009) : 1. Melakukan pemilihan variabel yang berpotensi dimasukkan dalam model yaitu variabel yang memenuhi syarat dengan nilai p-value 0,25 pada analisis bivariat. 2. Dalam analisis multivariat digunakan metode backward stepwise dimana variabel dengan nilai p-value >0,05 dilakukan secara bertahap oleh komputer.

14 48 3. Pada hasil regresi logistik berganda yang diperoleh variabel p-value <0,05 dan p-value <0,25 berarti ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. 4. Selanjutnya hasil variabel yang berpengaruh dimasukkan kedalam model persamaan logistik berganda p-value <0,05 untuk mengidentifikasi variabel yang paling berpengaruh.

15 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Berkat Transport didirikan pada tahun 1993 di Belawan, Sumatera Utara sebagai perusahaan jasa untuk mendukung perusahaan jasa Group RGMI, menangani CPO, inti sawit dan pengangkutan umum. Kantor operasional berada di Kampung Salam di Jalan Belawan, kantor operasional termasuk gudang dan bengkel untuk perawatan truk. Luas wilayah Berkat Transport adalah m 2. Berkat Transport adalah sebuah perusahaan jasa untuk Group RGMI dan perusahaan diluar Group RGMI dengan pelayanan truk, pergudangan, penyaluran dan bongkar-muat, saat ini Berkat Transport berada dibawah manajemen dan pengawasan dari PT Pec-Tech Services Indonesia. Strategi perusahaan adalah memperkuat perusahaan dengan penanganan kargo yang tepat, pengiriman tepat waktu, perekrutan dan pelatihan terbaik untuk supir dan memberikan keunggulan kompetitif. Berkat Transport mengoperasikan 60 unit truk yang terdiri dari truk kargo dan semi trailer untuk memastikan semua kargo disampaikan ke gudang atau ke perkebunan. Beberapa truk telah disediakan dengan sistem nagivasi GPS untuk real-time posisi truk dan mengikuti jalan. Supir yang mengoperasikan truk sudah mengikuti pelatihan mengemudi dengan keterampilan teknis dan juga mengemudi dengan defensif sebelum menjadi supir. Hal ini sesuai dengan peraturan OSHE (Occupational Safety Health Environment) dan kebijakan perusahaan. 49

16 50 Berkat Transport juga mengoperasikan sebuah gudang di Pelabuhan Belawan dengan luas wilayah m 2 terdiri dari zona 5.000m 2 yang disimpan dalam gudang dan zona 5.000m 2 yang tidak disimpan dalam gudang. Sebagian besar penanganan kargo adalah produk hutan mulai dari bale pulp, karet di palet, gula dan juga pupuk dalam jumlah besar. Penanganan termasuk menerima/mengirim di pergudangan, penyimpanan dan pengisian termasuk pengiriman ke pelabuhan atau ke gudang. Crane dan forklift tersedia untuk mendukung operasional dan juga kru manual jika diperlukan. Sebagai bagian dari pelayanan, Berkat Transport juga memberikan pelayanan untuk pemuatan/pembongkaran kargo di Pelabuhan Belawan untuk memastikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan perusahaan. Pupuk dalam jumlah besar adalah penanganan kargo utama yang tidak memiliki klaim atas kekurangan/kerusakan yang menjadi wewenang perusahaan. Berkat Transport memiliki 61 karyawan officer, 14 karyawan harian dan 96 driver yang terbagi di 2 (dua) tempat yakni : 1. PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan = 48 driver a. Sistem Trucking (Belawan Porsea Belawan) = 39 orang b. Sistem Langsir (Belawan Belawan) = 9 orang 2. PT BerkatNugraha SinarLestari, Porsea = 46 driver Berkat Transport juga ikut mendukung dari beberapa perusahaan berikut : 1. PT Toba Pulp Lestari 2. PT Pec-Tech Services Indonesia 3. PT Sasco Indonesia

17 51 4. PT Makro Chemindo 5. PT Asia Kimindo Prima 6. Badan Urusan Logistik 7. Group Asian Agri Abadi 8. Riau Andalan Pulp & Paper 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian Analisis Univariat Analisis Univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi yang meliputi : Umur, Pendidikan Terakhir, Pengalaman Bekerja, Masa Kerja, Pengalaman Mengemudi, Kemampuan Mengemudi, Kondisi Fisik Tubuh, Kondisi Kendaraan, Kondisi Jalan, Kondisi Cuaca dan Potensi Kecelakaan Kerja Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pengukuran usia pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui berapa orang usia yang paling dominan bekerja sebagai pengemudi sehingga dikategorikan menjadi umur 30 tahun, tahun dan >50 tahun. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan tahun 2015 Umur (tahun) N % 30 tahun 7 17, tahun 27 69,2 >50 tahun 5 12,8 Total Berdasarkan tabel 4.1dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar berada pada kelompok umur tahun yaitu

18 52 sebanyak 27 orang (69,2%) dan kelompok umur >50 tahun yaitu sebanyak 5 orang (12,8%) Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengukuran pendidikan terakhir pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui pendidikan terakhir apa yang paling banyak bekerja sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan menjadi SD, SMP, dan SMA/SMK. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Pendidikan Terakhir N % SD 8 20,5 SMP 6 15,4 SMA/SMK 25 64,1 Total Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari total responden (pengemudi truk) yaitu 39 orang, sebagian besar memiliki ijazah pendidikan terakhir SMA/SMK yaitu sebanyak 25 orang (64,1%) dan memiliki ijazah pendidikan terakhir SMP yaitu sebanyak 6 orang (15,4%) Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman Bekerja Pengukuran pengalaman bekerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui berapa lama pengalaman bekerja sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan menjadi 5 tahun, 6-10 tahun dan >10 tahun. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3.

19 53 Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pengalaman bekerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Pengalaman Bekerja N % (tahun) 5 tahun 11 28, tahun 11 28,2 >10 tahun 17 43,6 Total Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar memiliki pengalaman bekerja >10 tahun yaitu sebanyak 17 orang (43,6%) dan pengalaman bekerja 5 tahun dan 6-10 tahun yaitu sebanyak 11 orang (28,2%) Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pengukuran masa kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui berapa lama pekerja bekerja sebagai pengemudi truk di PT BerkatNugraha Sinar Lestari sehingga dikategorikan menjadi 5 tahun, 6-10 tahun dan >10 tahun. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan masa kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Masa Kerja (tahun) N % 5 tahun 11 28, tahun 11 28,2 >10 tahun 17 43,6 Total Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar memilki masa kerja >10 tahun yaitu 17 orang (43,6%) dan masa kerja 5 tahun dan 6-10 tahun yaitu sebanyak 11 orang (28,2%).

20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Potensi Kecelakaan Kerja Pengukuran potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui berapa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja selama bekerja sebagai pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari sehingga dikategorikan menjadi pernah dan tidak pernah. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Potensi Kecelakaan Kerja N % Pernah 14 35,9 Tidak Pernah 25 64,1 Total Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebanyak 14 orang (35,9%) pernah mengalami kecelakaan kerja dan selebihnya sebanyak 25 orang (64,1%) tidak pernah mengalami kecelakaan kerja Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman Mengemudi Pengukuran pengalaman mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran pengalaman mengemudi sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 dan tabel 4.7. Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan pengalaman mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Ya Tidak No Pengalaman Mengemudi N % N % 1 Pengalaman mengemudi membantu 25 64, ,9 responden menghindari kecelakaan kerja 2 Pengalaman mengemudi membuat 7 17, ,1

21 55 responden bertindak sesuka hati di jalanan 3 Responden tidak takut terjadi kecelakaan karena pengalaman mengemudi sudah banyak 4 Lamanya bekerja sebagai pengemudi, responden percaya diri tidak akan terkena kecelakaan 5 Responden akan berhati-hati saat mengemudi karena tahu resiko yang akan timbul ketika tidak tertib di jalan raya 6 Responden akan berhati-hati saat mengemudi untuk menghindari situasi bahaya sedini mungkin 7 Responden dan kenek wajib menggunakan sabuk pengaman 8 Responden wajib mematuhi ketertiban dan keselamatan di jalan raya 9 Responden memilih sabar dalam mengemudikan truk untuk menjaga keselamatan di jalan raya 10 Lama bekerja sebagai pengemudi membuat responden tahu bagaimana mengatasi situasi maupun kondisi yang ada di jalan raya 18 46, , , , ,3 3 7, ,7 4 10, ,9 2 5, ,7 4 10, ,9 9 23,1 Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori pengalaman mengemudi yang baik mengenai : wajib mematuhi ketertiban dan keselamatan di jalan raya sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar dan responden dan kenek wajib mengenakan sabuk pengaman sebanyak 37 orang (94,9%). Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori pengalaman mengemudi yang tidak baik mengenai : tidak takut terjadi kecelakaan karena pengalaman mengemudi sudah banyak sebanyak 18 orang (46,2%) menjawab dengan salah dan lamanya bekerja sebagai pengemudi, responden percaya diri tidak akan terkena kecelakaan sebanyak 14 orang (35,9%) menjawab dengan salah.

22 56 Tabel 4.7 Distribusi responden berdasarkan kategori pengalaman mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Pengalaman Mengemudi N % Baik ( 50%) 35 89,7 Tidak Baik (<50%) 4 10,3 Total Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar responden memiliki pengalaman mengemudi yang baik yaitu sebanyak 35 orang (89,7%) dan selebihnya memiliki pengalaman mengemudi yang tidak baik sebanyak 4 orang (10,3%) Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kemampuan Mengemudi Pengukuran kemampuan mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan mengemudi sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 dan tabel 4.9. Tabel 4.8 Distribusi responden berdasarkan kemampuan mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015 No Kemampuan Mengemudi Ya Tidak N % N % 1 Responden melihat kaca spion sebelum melewati kendaraan lain 2 Responden memberikan tanda (signal) saat akan melewati mobil didepannya 3 Responden memberikan ruang gerak yang 34 87,2 5 12,8 cukup disebelah kanan kendaraan untuk kendaraan lain dari arah berlawanan pada jalan dua arah 4 Responden menyalip kendaraan lain 4 10, ,7 menggunakan bahu jalan (sisi kiri jalan) 5 Responden tidak memberikan kesempatan pada 25 64, ,9 kendaraan yang memberikan tanda/signal untuk mengambil jalur kiri 6 Responden melewati mobil didepannya ketika mobil dari arah berlawanan sudah berada dalam

23 57 jarak yang dekat 7 Responden melewati kendaraan didepannya ketika berada dekat dipersimpangan 8 Responden memperlambat laju kendaraan ketika akan melewati kendaraan bermotor umum yang sedang menurunkan dan menaikkan penumpang 9 Responden mengurangi laju kendaraan truk ketika memasuki kawasan pemukiman atau pusat kegiatan masyarakat 10 Konsentrasi terganggu apabila berbincangbincang cukup lama dengan kenek ketika mengemudi 11 Konsentrasi terganggu apabila menerima telephone saat mengemudi 12 Konsentrasi terganggu apabila menggunakan satu tangan sedang tangan lainnya memegang makanan/minuman saat mengemudi 13 Responden melaju menerobos lampu merah yang sedang menyala 14 Konsentrasi terganggu apabila mendengarkan musik saat mengemudi 15 Konsentrasi terganggu apabila merokok saat mengemudi 16 Konsentrasi tidak akan terganggu apabila minum bir atau alkohol meskipun dalam jumlah yang sedikit 17 Responden tidak perlu menggunakan sabuk pengaman karna jarak tempuh yang tidak jauh 18 Walaupun jarak tempuh jauh, responden tidak menggunakan sabuk pengaman karena akan mengganggu konsentrasi 19 Memarkirkan kendaraan truk di jalan secara sejajar atau serong menurut arah lalu lintas 20 Memberikan hak utama kepada kendaraan yang lebih dahulu melintasi rel ketika berada pada perlintasan antara jalur kereta api dan jalan ,3 3 7, , , , , , ,3 3 7, , , , , ,2 5 12, ,2 4 10, ,7 9 23, ,9 36 7,7 3 92, ,2 5 12,8 Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kemampuan mengemudi yang baik mengenai : melihat kaca spion sebelum melewati kendaraan lain sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar, memberikan tanda (signal) saat akan melewati mobil didepannya sebanyak 39

24 58 orang (100%) menjawab dengan benar, mengurangi laju kendaraan truk ketika memasuki kawasan pemukiman atau pusat kegiatan masyarakat sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar, melewati mobil didepannya ketika mobil dari arah berlawanan sudah berada dalam jarak yang dekat sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar dan melewati kendaraan didepannya ketika berada dekat dipersimpangan sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar. Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kemampuan mengemudi yang tidak baik mengenai : konsentrasi terganggu apabila menerima telephone saat mengemudi sebanyak 26 orang (33,3%) menjawab dengan salah dan konsentrasi terganggu apabila mendengarkan musik saat mengemudi sebanyak 26 orang (33,3%) menjawab dengan salah. Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan kategori kemampuan mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Kemampuan Mengemudi N % Baik ( 50%) 33 84,6 Tidak Baik (<50%) 6 15,4 Total Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar memiliki kemampuan mengemudi yang baik yaitu sebanyak 33 orang (84,6%) dan memiliki kemampuan mengemudi yang tidak baik sebanyak 6 orang (15,4%) Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Fisik Tubuh Pengukuran kondisi fisik tubuh pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi fisik

25 59 tubuh yang dialami oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10 dan tabel Tabel 4.10 Distribusi responden berdasarkan kondisi fisik tubuh pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 No Kondisi Fisik Tubuh Ya Tidak N % N % 1 Ketika kondisi tubuh tidak sehat maka akan mempengaruhi responden saat mengemudi 28 71, ,2 2 Ketika mengantuk, responden tetap 12 69, ,8 mengemudikan truk 3 Konsentrasi terganggu ketika mengantuk, 14 35, ,1 sehingga responden tetap melanjutkan perjalanan 4 Responden berhenti sebentar/beristirahat 28 71, ,2 untuk menghilangkan rasa kantuk 5 Walaupun responden merasa lelah, tidak 12 30, ,2 perlu beristirahat/berhenti sebentar dan tetap melanjutkan perjalanan 6 Responden berhenti sebentar/beristirahat 29 74, ,6 ketika sudah merasa lelah 7 Responden dilarang mengemudikan truk 36 92,3 3 7,7 ketika sedang dibawah pengaruh minuman keras 8 Walaupun sedang dibawah pengaruh 2 5, ,9 minuman keras, responden tetap mengemudikan truk 9 Responden pernah/sedang mengkomsumsi obat-obatan terlarang atau minuman beralkohol saat bekerja 10 Jika responden sedang dibawah pengaruh obat-obatan terlarang, tidak boleh mengemudikan truk karena akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan 11 Responden berhenti/beristirahat untuk 22 43, ,4 memulihkan fisik ketika bahu terasa kaku saat mengemudi 12 Responden berhenti/beristirahat ketika 28 71, ,2 kepala terasa berat saat mengemudi 13 Responden tidak mengemudikan truk ketika sedang tertimpa masalah (keluarga/teman seprofesi) karena akan mengganggu konsentrasi 12 30, ,2

26 60 14 Setelah mengemudi selama 4 (empat) jam berturut-turut wajib beristirahat paling singkat setengah jam 22 65, ,6 Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kondisi fisik tubuh yang baik mengenai : jika responden sedang dibawah pengaruh obat-obatan terlarang, tidak boleh mengemudikan truk karena akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar, pernah/sedang mengkomsumsi obat-obatan terlarang atau minuman beralkohol saat bekerja sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar dan dilarang mengemudikan truk ketika sedang dibawah pengaruh minuman keras sebanyak 36 orang (92,3%) menjawab dengan benar. Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kondisi fisik tubuh yang tidak baik mengenai : tidak mengemudikan truk ketika sedang tertimpa masalah (keluarga/teman seprofesi) karena akan mengganggu konsentrasi sebanyak 27 orang (69,2%) menjawab dengan salah. Tabel 4.11 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi fisik tubuh pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Kondisi Fisik Tubuh N % Baik ( 50%) 29 74,4 Tidak Baik (<50%) 10 25,6 Total Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi fisik tubuh yang baik yaitu sebanyak yaitu 29 orang (74,4%) dan selebihnya menyatakan kondisi fisik tubuh yang tidak baik sebanyak 10 orang (25,6%).

27 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Kendaraan Pengukuran kondisi kendaraan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi kendaraan yang dialami oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.12 dan tabel Tabel 4.12 Distribusi responden berdasarkan kondisi kendaraan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 No Kondisi Kendaraan Ya Tidak N % N % 1 Sebelum digunakan kendaraan sebaiknya dipanaskan 20 menit terlebih dahulu 37 94,9 2 5,1 2 Pengukuran tekanan ban sebaiknya 35 89,7 4 10,3 dilakukan ketika ban dalam keadaan dingin 3 Ketika truk penuh dengan barang bawaan 8 20, ,5 sehingga tidak perlu membawa ban cadangan dan tool kit 4 Kondisi rem akan diperiksa sebelum dan 26 66, ,3 sesudah penggunaan 5 Kondisi lampu sen dan lampu rem akan diperiksa sebelum dan sesudah penggunaan 23 59, ,0 6 Responden selalu memeriksa keadaan 26 66, ,3 mesin truk sebelum menggunakannnya 7 Walaupun truk melebihi batas barang bawaan yang diperbolehkan, responden tetap menambah kecepatan kendaraan karena mengejar waktu sampai 8 Walaupun truk melebihi batas barang 7 17, ,1 bawaan, responden tetap melanjutkan perjalanan 9 Responden akan menyalakan lampu kendaraan pada saat malam hari Responden akan memasang segitiga 25 64, ,9 pengaman saat berhenti atau parkir karena ban kempes 11 Pada saat berkendara di jalanan, responden membawa segitiga pengaman, dongkrak dan pembuka roda 30 76,9 9 23,1 12 Responden akan memulai perjalanan apabila merasa keadaan truk sedang baik 13 Responden tetap menggunakan truk ketika merasa keadaan truk sedang kurang baik 1 2, ,4

28 62 Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kondisi kendaraan yang baik mengenai : akan menyalakan lampu kendaraan pada saat malam hari sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar, akan memulai perjalanan apabila merasa keadaan truk sedang baik sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar dan walaupun truk melebihi batas barang bawaan yang diperbolehkan, responden tetap menambah kecepatan kendaraan karena mengejar waktu sampai sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar. Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kondisi kendaraan yang tidak baik mengenai : kondisi lampu sen dan lampu rem akan diperiksa sebelum dan sesudah penggunaan sebanyak 16 orang (41%) menjawab dengan salah dan akan memasang segitiga pengaman saat berhenti atau parkir karena ban kempes sebanyak 14 orang (35,9%) menjawab dengan salah.. Tabel 4.13 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi kendaraan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Kondisi Kendaraan N % Baik ( 50%) 34 87,2 Tidak Baik (<50%) 5 12,8 Total Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi kendaraan yang baik sebanyak yaitu 34 orang (87,2%) dan selebihnya menyatakan kondisi kendaraan yang tidak baik sebanyak 5 orang (12,8%) Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Jalan Pengukuran kondisi jalan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi jalan yang dialami

29 63 oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.14 dan tabel Tabel 4.14 Distribusi responden berdasarkan kondisi jalan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 No Kondisi Jalan Ya Tidak N % N % 1 Responden akan mengurangi kecepatan 26 66, ,3 kendaraan saat melewati jalan berlubang walaupun sepi 2 Responden akan menambah kecepatan 10 89, ,3 kendaraan saat melewati jalan berlubang walaupun sepi 3 Responden akan mengurangi kecepatan 22 56, ,6 kendaraan saat melewati jalan rusak atau belum diaspal walaupun jalanan sepi 4 Responden akan menambah kecepatan 16 41, ,0 kendaraan saat melewati jalan rusak atau belum diaspal walaupun jalanan sepi 5 Saat jalanan sepi atau lengang, responden 17 43, ,4 mengemudikan truk dengan kecepatan yg melebihi batas 6 Saat kondisi jalanan gelap, responden tetap menyalakan lampu jauh walaupun ada kendaraan lain yang berlawanan arah Saat kondisi jalanan gelap dan sepi, 20 51, ,7 responden memilih untuk tidak melewati kendaraan yang ada di depan 8 Saat kondisi jalanan gelap, responden 17 43, ,4 mempercepat kendaraan walaupun jalanan sepi 9 Responden akan mengurangi kecepatan 29 74, ,6 kendaraan saat melewati jalanan licin walaupun jalanan sepi 10 Pada jalanan tanjakan atau menurun yang tidak memungkinkan bagi kendaraan untuk saling berpapasan, pengemudi kendaraan yang arahnya turun harus memberi kesempatan jalan kepada yang menanjak 11 Responden akan mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati jalan menikung Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kondisi jalan yang baik mengenai : saat kondisi jalanan gelap, responden tetap

30 64 menyalakan lampu jauh walaupun ada kendaraan lain yang berlawanan arah sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benars, akan mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati jalan menikung sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar dan pada jalanan tanjakan atau menurun yang tidak memungkinkan bagi kendaraan untuk saling berpapasan, pengemudi kendaraan yang arahnya turun harus memberi kesempatan jalan kepada yang menanjak sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar. Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kondisi jalan yang tidak baik mengenai : saat kondisi jalanan gelap dan sepi, responden memilih untuk tidak melewati kendaraan yang ada di depan sebanyak 19 orang (48,7%) menjawab dengan salah, saat jalanan sepi atau lengang, responden mengemudikan truk dengan kecepatan yg melebihi batas sebanyak 17 orang (43,6%) menjawab dengan salah dan saat kondisi jalanan gelap, responden mempercepat kendaraan walaupun jalanan sepi sebanyak 17 orang (43,6%) menjawab dengan salah. Tabel 4.15 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi jalan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Kondisi Jalan N % Baik ( 50%) 33 84,6 Tidak Baik (<50%) 6 15,4 Total Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi jalan baik yaitu sebanyak 33 orang (84,6%) dan yang menyatakan kondisi jalan yang tidak baik sebanyak 6 orang (15,4%).

31 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Cuaca Pengukuran kondisi cuaca pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi cuaca yang dialami oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.16 dan tabel Tabel 4.16 Distribusi responden berdasarkan kondisi cuaca pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 No Kondisi Cuaca Ya Tidak N % N % 1 Jika mendesak, responden tidak akan 7 17, ,1 mengurangi kecepatan kendaraan anda walaupun kondisi cuaca berkabut 2 Responden akan berhati-hati jika 35 89,7 4 10,3 mengemudi pada saat hujan walaupun jalanan sepi 3 Pada kondisi jalan yang kabut, responden 38 97,4 1 2,6 akan mengurangi kecepatan kendaraan walaupun jalanan sepi 4 Jika mendesak, responden akan menambah 4 10, ,7 kecepatan kendaraan walaupun kondisi saat itu hujan 5 Pada kondisi jalan yang kabut, responden 36 92,3 3 7,7 akan menghidupkan lampu kendaraan walaupun jalanan sepi 6 Pada kondisi hujan, responden akan 35 89,7 4 10,3 menghidupkan lampu kendaraan walaupun jalanan sepi 7 Pada kondisi permukaan jalan 32 82,1 7 17,9 basah/genangan air akibat hujan responden akan mengurangi kecepatan kendaraan Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kondisi cuaca yang baik mengenai : pada kondisi jalan yang kabut, responden akan mengurangi kecepatan kendaraan walaupun jalanan sepi sebanyak 38 orang (97,4%) menjawab dengan benar dan pada kondisi jalan yang kabut, responden

32 66 akan menghidupkan lampu kendaraan walaupun jalanan sepi sebanyak 36 orang (92,3%) menjawab dengan benar. Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kondisi cuaca yang tidak baik mengenai : jika mendesak, responden tidak akan mengurangi kecepatan kendaraan walaupun kondisi cuaca berkabut sebanyak 7 orang (17,9%) menjawab dengan salah dan pada kondisi permukaan jalan basah/genangan air akibat hujan responden akan mengurangi kecepatan kendaraan sebanyak 7 orang (17,9%) menjawab dengan salah. Tabel 4.17 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi cuaca pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Kondisi Cuaca N % Baik ( 50%) 34 87,2 Tidak Baik (<50%) 5 12,8 Total Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi cuaca yang baik yaitu sebanyak 34 orang (87,2%) dan yang menyatakan kondisi cuaca yang tidak baik sebanyak 5 orang (12,8%) Analisis Bivariat Untuk mengetahui hubungan antara pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi cuaca terhadap potensi kecelakaan kerja dengan menggunakan exact fisher.

33 Hubungan Pengalaman Mengemudi dengan Potensi Kecelakaan Kerja Hubungan antara pengalaman mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.18 Hasil uji exact fisher pengalaman pengemudi dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Potensi Kecelakaan Kerja Pengalaman Tidak No Pernah Total Sig (ρ) Mengemudi Pernah N % N % N % 1 Baik ( 50%) 12 30, , ,7 0,609 2 Tidak Baik (<50%) 2 5,1 2 5,1 4 10,3 Total 14 35, , Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa dari 35 responden menyatakan pengalaman mengemudi yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 23 orang (59,0%) dan dari 4 responden menyatakan pengalaman mengemudi yang tidak baik, pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 2 orang (5,1%). Hasil uji exact fisher antara pengalaman mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,609 (ρ>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pengalaman mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun Hubungan Kemampuan Mengemudi dengan Potensi Kecelakaan Kerja Hubungan antara kemampuan mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

34 68 Tabel 4.19 Hasil uji exact fisher kemampuan mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Potensi Kecelakaan Kerja Kemampuan Tidak No Pernah Total Sig (ρ) Mengemudi Pernah N % N % N % 1 Baik ( 50%) 11 28, , ,6 0,647 2 Tidak Baik (<50%) 3 7,7 3 7,7 6 15,4 Total 14 35, , Berdasarkan tabel 4.19 diketahui bahwa dari 33 responden menyatakan kemampuan mengemudi yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 22 orang (56,4%) dan dari 6 responden menyatakan kemampuan mengemudi yang tidak baik, pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 3 orang (7,7%). Hasil uji exact fisher antara kemampuan mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,647 (ρ>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kemampuan mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun Hubungan Kondisi Fisik Tubuh dan Potensi Kecelakaan Kerja Hubungan antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

35 69 Tabel 4.20 Hasil uji exact fisher kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Potensi Kecelakaan Kerja No Kondisi Fisik Tidak Pernah Tubuh Pernah Total N % N % N % 1 Baik ( 50%) 6 15, , ,4 2 Tidak Baik (<50%) 8 20,5 2 5, ,6 Total 14 35, , Sig (ρ) 0,001 Berdasarkan tabel 4.20 diketahui bahwa dari 29 responden menyatakan kondisi fisik tubuh yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 23 orang (59%) dan dari 10 responden menyatakan kondisi fisik tubuh yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 8 orang (20,5%). Hasil uji exact fisher antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,001 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun Hubungan Kondisi Kendaraan dan Potensi Kecelakaan Kerja Hubungan antara kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.21 Hasil uji exact fisher kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Potensi Kecelakaan Kerja No Kondisi Tidak Pernah Kendaraan Pernah Total N % N % N % 1 Baik ( 50%) 10 25, , ,2 2 Tidak Baik (<50%) 4 10,3 1 2,6 5 12,8 Total 14 35, , Sig (ρ) 0,047

36 70 Berdasarkan tabel 4.21 diketahui bahwa dari 34 responden menyatakan kondisi kendaraan yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 24 orang (61,5%) dan dari 5 responden menyatakan kondisi kendaraan yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 4 orang (10,3%). Hasil uji exact fisher antara kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,047 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun Hubungan Kondisi Jalan dan Potensi Kecelakaan Kerja Hubungan antara kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.22 Hasil uji exact fisher kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Potensi Kecelakaan Kerja Tidak No Kondisi Jalan Pernah Total Pernah Sig (ρ) N % N % N % 1 Baik ( 50%) 9 23, , ,6 0,016 2 Tidak Baik (<50%) 5 12,8 1 2,6 6 15,4 Total 14 35, , Berdasarkan tabel 4.22 diketahui bahwa dari 33 responden menyatakan kondisi jalan yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 24 orang (61,5%) dan dari 6 responden menyatakan kondisi jalan yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 5 orang (12,8%).

37 71 Hasil uji exact fisher antara kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,016 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun Hubungan Kondisi Cuaca dan Potensi Kecelakaan Kerja Hubungan antara kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.23 Hasil uji exact fisher kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Potensi Kecelakaan Kerja Tidak No Kondisi Cuaca Pernah Total Sig (ρ) Pernah N % N % N % 1 Baik ( 50%) 11 28, , ,2 0,329 2 Tidak Baik (<50%) 3 7,7 2 5,1 5 12,8 Total 14 35, , Berdasarkan tabel 4.23 diketahui bahwa dari 34 responden menyatakan kondisi cuaca yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 23 orang (59%) dan dari 5 responden menyatakan kondisi cuaca yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 3 orang (7,7%). Hasil uji exact fisher antara kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,329 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.

38 72 Tabel 4.24 Hasil analisis bivariat hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji exact fisher No Variabel Sig ( ρ<0,05) Ket. 1 Pengalaman Mengemudi 0,609 TB 2 Kemampuan Mengemudi 0,647 TB 3 Kondisi Fisik Tubuh 0,001 B 4 Kondisi Kendaraan 0,047 B 5 Kondisi Jalan 0,016 B 6 Kondisi Cuaca 0,329 TB Keterangan : B : Berhubungan TB : Tidak Berhubungan Analisis Multivariat Analisis multivariat merupakan kelanjutan dari analisis bivariat dengan ketentuan variabel-variabel independen pada analisis bivariat menunjukkan nilai ρ<0,25 dengan tujuan melihat pengaruh antara variabel independen terhadap dependen. Hasil analisis bivariat (tabel 4.24) menunjukkan terdapat tiga variabel independen yang mempunyai nilai signifikan ρ<0,25 yaitu antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja, kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja dan kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja sehingga ketiga variabel ini dapat diteruskan untuk dianalisis multivariat karena ρ<0,25. Kemudian seluruh variabel dengan metode backward stepwise, dimasukkan dalam model multivariat secara bersama-sama. Variabel yang terpilih dalam model akhir regresi logistik ternyata variabel yang mempunyai nilai p<0,05. Hasil akhir analisis multivariat dapat dilihat pada tabel 4.25 berikut :

39 73 Tabel 4.25 Hasil analisis multivariat uji regresi logistik ganda dengan metode backward stepwise Variabel Df B Sig Exp β (OR) 95% CI Kondisi Fisik Tubuh 1-2,730 0,003 0,065 0,011-0,391 Kondisi Kendaraan 1-1,844 0,164 0,158 0,012-2,119 Kondisi Jalan 1-1,348 0,334 0,260 0,017-4,010 Constant - 1, Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda kondisi fisik tubuh responden terhadap potensi kecelakaan kerja diperoleh nilai ρ = 0,003 dengan besar pengaruh kondisi fisik tubuh tentang potensi kecelakaan kerja dilihat dari nilai Exp (β) dengan nilai 0,065 (95% CI: ) dimana dari hasil analisis terlihat bahwa responden yang memiliki kondisi fisik tubuh yang tidak baik mempunyai kecenderungan untuk potensi kecelakaan kerja sebesar 0,065 kali jika dibandingkan responden yang memiliki kondisi fisik tubuh yang baik. Sehingga model regresi logistik untuk kondisi fisik tubuh terhadap potensi kecelakaan kerja adalah sebagai berikut : f (X) = e (α+β1x1) f (X) = e ( (k)) Tabel 4.26 Model Regresi Logistik Variabel Prediktor Proporsi Persentase Kondisi Fisik Tubuh 0 0,8 80% Kondisi Fisik Tubuh 1 0,20 2% Keterangan : Kondisi Fisik Tubuh : (1) : Baik Kondisi Fisik Tubuh : (0) : Tidak Baik

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA PENGEMUDI TRUK DI PT BERKATNUGRAHA SINARLESTARI BELAWAN TAHUN 2015 Bersama kuesioner ini, saya mahasiswi Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA PENGEMUDI TRUK DI PT BERKATNUGRAHA SINARLESTARI BELAWAN TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA PENGEMUDI TRUK DI PT BERKATNUGRAHA SINARLESTARI BELAWAN TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA PENGEMUDI TRUK DI PT BERKATNUGRAHA SINARLESTARI BELAWAN TAHUN 2015 Windy Pranita Sari 1, Eka Lestari Mahyuni 2, Umi Salmah 2 1 Mahasiswa Departemen

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK SATLANTAS POLRESTABES Bandung sebagai pihak berwajib selaku pelaksana penegakan hukum di Negara Indonesia berwenang menerbitkan SIM-C kepada pemohon SIM-C dan sebagai pihak yang melakukan pengawasan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan ini adalah : 1. Variabel-variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan variabel terikat perilaku safety

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mengemudi adalah kegiatan menguasai dan mengendalikan kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mengemudi adalah kegiatan menguasai dan mengendalikan kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengemudi adalah kegiatan menguasai dan mengendalikan kendaraan bermotor di jalan. Jalan merupakan ruang/tempat berlalu lintas segala jenis kendaraan bermotor, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross sectional untuk. peleburan besi baja PT. Gunung Gahapi Sakti Medan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross sectional untuk. peleburan besi baja PT. Gunung Gahapi Sakti Medan. 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemakaian APD pada pekerja bagian peleburan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat CRITICAL CARE UNIT Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat Rabu, 16 Februari 2011 PROSEDUR TETAP MENGOPERASIKAN AMBULANS GAWAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel dengan

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitis yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitis yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitis yaitu penelitian yang terdiri atas variabel bebas dan terikat (Hidayat, 2007). Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Obstetri dan Ginekologi 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Januari-Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, saat ini aktivitas kehidupan manusia telah mencapai taraf kemajuan semakin kompleks

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Peneitian Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. B. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 dan selesai pada bulan Desember

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu setiap variabel diobservasi hanya satu kali saja dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Peran PMO : - Pengetahuan - Sikap - Perilaku Kesembuhan Penderita TB Paru Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Terdapat hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan desain potong lintang (Cross sectional) yang dilakukan secara satu waktu atau mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil. BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus pengemudi kendaraan yang mengakibatkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas yaitu berkaitan dengan dasar hukum dan pengaturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana diteliti hubungan variabel dengan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Rowosari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Transportasi Menurut Nasution (1996) transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hubungan ini terlihat tiga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas

BAB III METODE PENELITIAN. Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif bermaksud untuk mendapatkan gambaran mengenai kecelakaan lalu lintas pada pengendara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Desain penelitian yang digunakan bersifat analitik yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Rowosari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan

Lebih terperinci

(1) Sebelum jalan, 2 hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah?

(1) Sebelum jalan, 2 hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah? () Sebelum jalan, hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah? Fokus hanya kepada satu saja diantara kaca spion dalam dan kaca spion luar serta pastikan aman. Semua pemastian aman dapat

Lebih terperinci

BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI

BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI B A B A K T I S H U A D A KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI A K T I S H U A D KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI DITJEN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

Lebih terperinci

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas Mengenal Undang Undang Lalu Lintas JAKARTA, Telusurnews Sejak Januari 2010 Undang Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 sudah efektif diberlakukan, menggantikan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional, yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional, yaitu 37 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya (status merokok orang tua, pergaulan teman sebaya,

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 13

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 13 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN KAWASAN TERTIB LALU LINTAS DAN PENYELENGGARAANNYA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mopuya, Kecamatan Bulawa, Kabupaten Bone Bolango. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 1 minggu pada bulan mei dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mopuya, Kecamatan Bulawa, Kabupaten Bone Bolango. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 1 minggu pada bulan mei dari BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di SMP Negeri 1 Bulawa yang terletak di desa Mopuya, Kecamatan Bulawa, Kabupaten Bone Bolango. 3.1.2

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 T E N T A N G PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek. Penelitian dilakukan di Bagian Sewing CV S Sukoharjo.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek. Penelitian dilakukan di Bagian Sewing CV S Sukoharjo. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana tiap subjek penelitian hanya di observasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah ilmu kesehatan masyarakat. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Aspek Pengukuran Skala 1. Faktor Manusia a. Lengah Faktor penyebab yang berasal dari manusia dikarenakan pengemudi melakukan hal atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif observasional untuk mengetahui tingkat kelelahan (fatigue) kerja akibat kegiatan

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode rancangan cross sectional (studi potong lintang). Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup A.1. Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu penyakit dalam A.2. Ruang lingkup responden Responden

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian, 3.8) Alat Pengumpulan Data, 3.9) Metode Pengumpulan Data, 3.10)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian, 3.8) Alat Pengumpulan Data, 3.9) Metode Pengumpulan Data, 3.10) BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang 3.1) Desain Penelitian, 3.2) Kerangka Operasional, 3.3) Populasi, Sampel, dan Sampling, 3.4) Kriteria Sampel, 3.5) Variabel Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian eksplanatory research dengan metode observasi dan wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada saat yang bersamaan dalam satu waktu (Notoatmojo, 2003)

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada saat yang bersamaan dalam satu waktu (Notoatmojo, 2003) 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional, dengan pengukuran variabel bebas dan variabel terikat yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Nursalam (2008), desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain penelitian adalah keseluruhan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan pengetahuan dan sikap pedagang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu rancangan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan survei analitik yang mana penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner, serta terdapat hubungan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 31 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain kohort retrospektif mengenai pengaruh PMT pada penderita TB paru terhadap konversi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah dekriptif korelasi. Penelitian korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian menggunakan rancangan penelitian kuantitatif pendekatan analitik dengan menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009

BAB III LANDASAN TEORI. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Penggunaan dan Perlengkapan Jalan Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 21 ayat 1 disebutkan setiap jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang ditetapkan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep - Pengalaman Kecelakaan Berkendara - Sikap Berkendara Praktik (Perilaku) SAFETY RIDING - Umur Responden Gambar 3.1 Kerangka konsep B. Hipotesis 1. Ada hubungan

Lebih terperinci

KUESIONER. Identitas Responden

KUESIONER. Identitas Responden KUESIONER Saya, Benny Ferdiansyah. Saya sedang mengadakan penelitian yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) Ilmu Komunikasi, dengan judul penelitian : Sejauhmana Tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan deskriptif analitik yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif antara variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 33 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gorontalo, Kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1: Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 1: Keterangan Telah Melakukan Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1: Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 2. Formulir Persetujuan Menjadi Responden LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik deskriptif dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik deskriptif dengan pendekatan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian Waktu penelitian akan dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang telah ditentukan (Anwar dan Prihartono, 2003). Desain

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang telah ditentukan (Anwar dan Prihartono, 2003). Desain 35 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian terpilih untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang telah ditentukan (Anwar dan Prihartono, 2003). Desain penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Survey Analitik yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Dalam penelitian ini, Survey

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak Sub bagian Tumbuh Kembang Anak. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Observasional Analitik study yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Observasional Analitik study yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Observasional Analitik study yaitu penelitian yang coba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan sebyek yang

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan sebyek yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian cross sectional yaitu suatu metode pengambilan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan sebyek yang berbeda

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Kecelakaan lalu lintas itu dapat diuraikan melalui adanya relasi statistik yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif

METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif 22 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. TIPE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif. 3.2. DESAIN PENELITIAN Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

(1) Sebelum jalan, 2 hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah?

(1) Sebelum jalan, 2 hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah? () Sebelum jalan, hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah? Fokus hanya kepada satu saja diantara kaca spion dalam dan kaca spion luar serta pastikan aman. Semua pemastian aman dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Berdasarkan hipotesis yang telah diterapkan, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi karena menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut bisa terjadi, kemudian melakukan analisis hubungan antara faktor. dipengaruhi oleh resiko) (Riyanto, 2011, p.28).

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut bisa terjadi, kemudian melakukan analisis hubungan antara faktor. dipengaruhi oleh resiko) (Riyanto, 2011, p.28). 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik, merupakan suatu penelitian yang mencoba mengetahui mengapa masalah kesehatan tersebut

Lebih terperinci

MENGEMUDI PADA JALAN LOGGING

MENGEMUDI PADA JALAN LOGGING PROSEDUR OPERASI STANDAR (SOP) SOP - HSE - 001 PENGESAHAN NAMA POSISI TANGGAL TANDA TANGAN Dibuat oleh Tejo Prihantoro HSE Superintendent Disetujui Oleh Daan Saputra Project Manager REVISI REV. ALASAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk menganalisa adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap (G2) Bedah RSUD Prof. DR. Aloei Saboe kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional (sekali waktu) antara faktor risiko/ paparan dengan penyakit.

BAB III METODE PENELITIAN. sectional (sekali waktu) antara faktor risiko/ paparan dengan penyakit. 41 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yang bertujuan mencari hubungan antar variabel. Rancangan penelitian ini merupakan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. waktu dengan tujuan untuk mencari hubungan Faktor-Faktor Resiko

III. METODE PENELITIAN. waktu dengan tujuan untuk mencari hubungan Faktor-Faktor Resiko 34 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kepatuhan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kepatuhan 27 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kepatuhan hukum masyarakat dalam berkendara menurut implementasi UU No. 22 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian Korelasi yaitu menganalisis faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian Korelasi yaitu menganalisis faktor BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Korelasi yaitu menganalisis faktor pengetahuan tentang ANC dan Paritas dengan frekuensi kunjungan antenatal pada ibu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Tata cara berlalu lintas dijelaskan pada Undang-Undang Republik

BAB III LANDASAN TEORI. Tata cara berlalu lintas dijelaskan pada Undang-Undang Republik BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Tata Cara Berlalu Lintas Tata cara berlalu lintas dijelaskan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada, 1. Pasal 105

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( point time

III METODE PENELITIAN. observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( point time 33 III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan dengan pendekatan, observasi, atau

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. banyak menyita perhatian masyarakat dan menjadi masalah yang semakin

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. banyak menyita perhatian masyarakat dan menjadi masalah yang semakin BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan lalu lintas jalan raya merupakan fenomena yang akhir-akhir ini banyak menyita perhatian masyarakat dan menjadi masalah yang semakin mengkhawatirkan.

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN SKALA DISIPLIN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bila melanggar rambu-rambu lalu lintas, saya siap ditindak. Saya akan memaki-maki pengendara lain jika tiba-tiba memotong jalan saya. Menurut saya penggunaan lampu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pasien waktu pelayanan diloket Praktik Petugas Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. hubungan antara pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control yang dilakukan dengan menggunakan desain studi observasional analitik. B. Lokasi dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik cross sectional. Yaitu dengan menggunakan metode kuantitatif dan dengan pendekatan cross sectional, dimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional. Desain penelitian ini dipilih karena peneliti mencoba mencari tahu hubungan tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM Naga Mas Di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data pengukuran pengetahuan, sikap dan kebiasaan minum

Lebih terperinci