BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan"

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa a. Pengertian Tugas Perkembangan Individu dalam perjalanan hidupnya terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap tahapan perkembangan terdapat fase yang harus di lalui dan di tuntaskan. Tahapan perkembangan individu terbagi menjadi empat fase, antara lain dimulai dari masa anak, masa remaja, dan masa dewasa. Masa Remaja dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanaknya sampai datangnya awal masa depannya (Makmun, 2004: 130). Berdasarkan hal tersebut individu yang memasuki usia remaja akan berusaha memenuhi tugas perkembangan pada saat ini, agar dapat lebih mudah memenuhi tugas tugas perkembangan selanjutnya. Adapun menurut Havighurst (1953:2) mengartikan tugas-tugas perkembangan sebagai berikut: A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society, and difficult with later task. Maksudnya, bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil di tuntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang

2 9 bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas tugas berikutnya. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa pencapaian tugas perkembangan pada siswa sangatlah penting sebagai pondasi dan tolak ukur kesuksesan memenuhi syarat keberhasilan dan kebahagiaanya dalam suatu masa perkembangan, dan juga sebagai pendongkrak keberhasilan dalam menempuh tugas-tugas berikutnya. Namun apabila seorang tidak dapat menempuh tugas perkembangan secara sempurna akan menimbulkan kemunduran berupa munculnya rasa tidak bahagia dalam diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan dalam masyarakatnya, bahkan individu yang bersangkutan mengalami hambatan dalam penyelesaian tugas-tugas berikutnya. Mamat Supriatna (2010:37) mengemukakan perkembangan perilaku yang efektif sebagai tujuan pelaksanaan bimbingan dapat dilihat dari pencapaian tugas-tugas perkembangan. Dari pendapat tersebut dapat dimaknaai bahwa dalam bimbingan perkembangan, perilaku yang efektif dari seorang individu dapat dilihat dari pencapaian tugas perkembangan individu tersebut yaitu sebagai salah satu tujuan dari bimbingan konseling perkembangan. b. Pentingnya Pemahaman akan tugas perkembangan Setiap masa perkembangan seorang individu memiliki tugas perkembangan yang harus di penuhi, penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui pentingnya pemahaman terhadap tugas perkembangan siswa untuk mengawal siswanya memenuhi tugas-tugas perkembangan yang harus di lewatinya. Havighurst (1953:5) mengemukakan alasan pentingnya pemahaman terhadap tugas perkembangan bagi pendidik, yaitu: First, it helps in discovering and starting the purposes of education in school education may be conceived of the society, through the school to help the individual achieve certain of his developmental task. The second use of concept is in the timing of educational efforts. When the

3 10 body is ripe, and the society requires, and the self is ready to achieve a certain task, the teachable moment has come. Dari kutipan tersebut di ketahui bahwa pemahaman terhadap tugas perkembangan penting karena, pertama, membantu dalam menemukan dan menyatakan tujuan pendidikan di sekolah. Pendidikan dapat dipahami sebagai upaya masyarakat melalui sekolah membantu seorang individu untuk mencapai tugas perkembangannya. Kedua, salah satu upaya membantu individu dalam mencapai tugas perkembangannya di masyarakat. Mamat Supriatna (2010:32) menjelaskan bahwa Konselor juga bekerja sebagai perancang dan pengembang kurikulum dalam pengembangan kognitif, afektif, dan perkembangan serta pertumbuhan fisik. Sehingga guru adalah sebagai pemberi kontrol terhadap aspek penunjang perkembangan. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa guru pembimbing berusaha menjadi fasilitator perkembangan peserta didik dengan cara merancang dan mengembangkan kurikulum. c. Tugas Perkembangan Siswa Sekolah Menengah Atas Menurut Sunaryo Kartadinata,dkk (2003) Ada 10 aspek perkembangan pada siswa SD dan SLTP, serta 11 Aspek pada siswa SLTA dan siswa PT. Aspek aspek yang diungkap berdasarkan permasalahan dan kebutuhan akan perkembangan siswa yang dihadapi dalam proses pendidikan di sekolah. Walaupun aspek-aspek itu bersinggungan dengan teori Havighurst, temuan ini sudah lebih banyak muatan empirik sesuai dengan kondisi Indonesia. Sebelas aspek perkembangan siswa sebagai berikut : 1) Landasan Hidup Religius meliputi: a) sholat dan berdoa, b) belajar agama, c) keimanan, d) sabar 2) Landasan perilaku etis meliputi: a) jujur, b) hormat kepada orang tua, c) sikap sopan dan santun, d) ketertiban dan kepatuhan

4 11 3) Kematangan emosional meliputi: a) kebebasan dalam mengemukakan pendapat, b) tidak cemas, c) pengendalian emosi, d) kemampuan menjaga stabilitas emosi 4) Kematangan intelektual meliputi: a) sikap kritis, b). sikap rasional, c) kemampuan membela hak pribadi, d) kemampuan menilai 5) Kesadaran tanggung jawab meliputi: a) mawas diri, b) tanggung jawab atas tindakan pribadi, c) partisipasi pada lingkungan, d) disiplin 6) Peran sosial sebagai pria atau wanita meliputi: a) perbedaan pokok lakilaki dan perempuan, b) peran sosial sesuai jenis kelamin, c) tingkah laku dan kegiatan sesuai jenis kelamin, d) cita cita sesuai jenis kelamin. 7) Penerimaan diri dan pengembangannya meliputi: a) kondisi fisik, b) kondisi mental, c) pengembangan cita-cita, d) pengembangan pribadi 8) Kemandirian perilaku ekonomis meliputi: a) upaya menghasilkan uang, b) sikap hemat dan menabung, c) bekerja keras dan ulet, d) tidak mengharap pemberian orang. 9) Wawasan persiapan karir meliputi: a) pemahaman jenis pekerjaan, b) kesungguhan belajar, c) upaya meningkatkan keahlian, d) perencanaan karir 10) Kematangan hubungan dengan teman sebaya meliputi: a) pemahaman tingkah laku orang lain, b) kemampuan berempati, c) kerja sama, d) kemampuan hubungan sosial 11) Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga meliputi: a) pemilihan pasangan/teman hidup, b) kesiapan menikah, c) membangun keluarga, d) reproduksi yang sehat. d. Tingkat pencapaian tugas perkembangan Tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa adalah seberapa tinggi tingkat pencapaian suatu tugas perkembangan.

5 12 Syamsu Yusuf (2011:76) menyebutkan bahwa tingkat pencapaian tugastugas perkembangan ada tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Ketiga kategori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Tinggi. Indikatornya, memiliki sahabat dekat dua orang atau lebih, sebagai anggota klik dari jenis kelamin yang sama secara mantap, dipercaya oleh teman sekelompok dalam posisi tanggung jawab tertentu, memiliki penyesuaian sosial yang baik, meluangkan waktu untuk berinteraksi, mau bekerjasama dengan orang lain yang mungkin tidak disenangi untuk mencapai tujuan kelompok, menyenangi lawan jenis, memilihara diri secara baik, aktif dalam berolahraga, mempunyai minat untuk mempersiapkan diri dalam suatu pekerjaan yang sesuai dengan jenis kelaminnya, mampu mengarahkan diri dalam memelihara kesehatan secara rutin, mempersepsi tubuh dan jenis kelaminnya secara tepat, memiliki pengetahuan tentang reproduksi, memiliki tujuan hidup yang realistik, mampu mengembangkan persepsi yang positif terhadap orang lain dan mencoba berintegrasi dengan keluarga secara mandiri, dan memiliki reputasi sifat moral yang baik. 2) Sedang. Indikatornya, memiliki seorang teman dekat, menjadi anggota klik namun kurang mendapat perhatian, memiliki kemampuan sosial yang sedang, merasa tidak percaya diri, apabila berada dalam kelompok yang beragam, remaja pria matang seksualnya namun kurang mempunyai perhatian terhadap remaja wanita, menampilkan ciri-ciri maskulinitas, namun masih ragu, takut atau menolak peran heteroseksualnya, hanya menyenagi olahraga ringan, mampu mengarahkan diri dalam memelihara kesehatan, namun tidak mampu memelihara program kesehatan dalam jangka waktu lama, ego idealnya dipengaruhi oleh dewasa muda, sikapnya belum ajeg antara desakan untuk menjadi dewasa dengan sikap kekanak-kanakan,

6 13 kadang-kadang kurang bersikap jujur, bersikap altruis namun kurang matang, cenderung mementingkan kebutuhan sendiri daripada orang lain, mau bekerjasama apabila ada tekanan dari kelompoknya atau orang dewasa. 3) Rendah. Indikatornya, tidak memiliki teman akrab, tidak pernah diundang oleh teman untuk menghadiri acara kelompok, sering dikambing hitamkan oleh teman sebaya, sering balas dendam dengan sikap bermusuhan, remaja pria tidak mempunyai interes terhadap remaja wanita, tidak menyenangi olahraga, remaja wanita penampilannya seperti anak kecil, berpenampilan seperti remaja pria, kurang memiliki kebiasaan untuk memelihara kesehatan diri dan cenderung menolak apa yang dinasehati oleh orang tua, menampakkan ketidaksenangan terhadap tubuhnya, merasa cemas tentang kematangan yang lambat, tidak memiliki pengetahuan tentang reproduksi, ego idealnya sangat ditentukan oleh orang tua, menghabiskan banyak waktu senggangnya dengan orang tua, menerima otoritas orang tua, mengalami kesulitan dalam menempuh hidup berkeluarga, berperilaku tidak jujur, tidak bertanggung jawab, tidak konsisten, tidak suka memperhatikan perasaan orang lain, bersikap kasar dan tidak sopan, menolak bekerjasama, dan suka memaksa otoritas. 2. Kemampuan Berfikir Kreatif a. Pengertian Kemampuan Berfikir Kreatif Keterampilan berpikir diperlukan oleh setiap orang untuk berhasil dalam kehidupannya. John Dewey (1916), menyatakan bahwa sekolah semestinya mengajarkan siswa untuk berpikir. Dia juga mendefinisikan berpikir adalah aktivitas mental untuk memformulasikan atau memecahkan masalah, membuat

7 14 keputusan, usaha untuk mememahami sesuatu, mencari jawaban atas permasalahan, dan mencari arti sesuatu hal (Ida Bagus, 2007:674). Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Momon Sudarma (2013:21) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kecerdasan yang berkembang dalam diri individu, dalam bentuk sikap, kebiasaan, dan tindakan dalam melahirkan sesuatu yang baru dan orisinal untuk memecahkan masalah. Sehingga pribadi kreatif adalah seorang yang dapat memecahkan masalahnya dengan sesuatu cara baru yang terbentuk dari sikap, kebiasaan, maupun tindakannya yang terus berkembang. Makna kreatif secara sederhana di kemukakan oleh Momon Sudarma (2013: 232) yaitu kemampuan menemukan sesuatu yang berbeda. Orang disebut kreatif, karena dia mampu menemukan cara yang berbeda dari orang lain, sehingga melahirkan produk yang berbeda. Utami Munandar (1999:12) menyatakan bahwa Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungan. Sehingga seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubahan di dalam individu maupun dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif Proses berpikir terbentuk dari pribadi seseorang, oleh karena itu kemampuan berpikir kreatif seseorang dipengaruhi juga oleh pribadi yang kreatif yang akan mendorong dari dalam untuk berkreasi. Berpikir kreatif pada dasarnya adalah penemuan sesuatu, dan menghasilkan sesuatu baru dari sesuatu yang sebelumnya telah ada maupun belum ada. Anwar (2000) mengemukakan bahwa creative thinking is a way of generating ideas that can in some way be applied to the world (Muhammad Nadeem Anwar, Muhammad Aness, dkk. 2012:44) Dari penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa berpikir kreatif adalah salah satu cara menciptakan suatu ide dan gagasan dengan cara tertentu dapat di aplikasikan di dunia

8 15 Pengertian lain disampaikan oleh Siswono (2009:6) bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan siswa dalam memahami masalah dan menemukan penyelesaian dengan strategi atau metode yang bervariasi (divergen). Dalam memandang kaitan antara berpikir kreatif dan berpikir kritis terdapat dua pandangan. Pertama memandang berpikir kreatif bersifat intuitif yang berbeda dengan berpikir kritis (analitis) yang didasarkan pada logika, dan kedua memandang berpikir kreatif merupakan kombinasi berpikir yang analitis dan intuitif. Berpikir yang intuitif artinya berpikir untuk mendapatkan sesuatu dengan menggunakan naluri atau perasaan (feelings) yang tiba-tiba (insight) tanpa berdasar fakta-fakta yang umum. Pandangan pertama cenderung dipengaruhi oleh pandangan terhadap dikotomi otak kanan dan otak kiri yang mempunyai fungsi berbeda, sedang pandangan kedua melihat dua belahan otak bekerja secara sinergis bersama-sama yang tidak terpisah. Menurut Krulik (1995) dalam memahami maupun merencanakan penyelesaian masalah diperlukan suatu kemampuan berpikir kreatif siswa yang memadai, karena kemampuan tersebut merupakan kemampuan berpikir (bernalar) tingkat tinggi setelah berpikir dasar (basic) dan kritis. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa dalam proses pembelajaran diperlukan cara yang mendorong siswa untuk memahami masalah, meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyusun rencana penyelesaian dan melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan sendiri penyelesaian masalah (Siswono, 2005: 2). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah suatu kemampuan yang berkembang dalam individu untuk menciptakan sesuatu yang baru yang dinilai kelancaran, flaksibilitas, rasionalitas, kerincian, sikap evaluatif, dalam berpikir, dengan memanfaatkan interaksi antara individu dan lingkungan berupa strategi atau metode yang bervariasi guna memecahkan masalah yang ada

9 16 b. Kriteria Kreativitas Penentuan kreativitas menyangkut tiga dimensi, yaitu: dimensi proses, person dan produk kreatif. Proses kreatif sebagai kriteria kreativitas, maka segala produk yang dihasilkan dari proses kreatif dianggap sebagai produk kreatif, dan orangnya disebut sebagai orang kreatif. Menurut Rothernberg (1976) proses kreatif identik dengan berpikir Janusian (Dedi Supriadi, 1994), yaitu suatu tipe berpikir divergen yang berusaha melihat berbagai dimensi yang beragam atau bahkan bertentangan menjadi suatu pemikiran yang baru. Dimensi person sebagai kriteria kreativitas identik dengan kepribadian kreatif. Trefingger dalam Utemi Munandar mengatakan bahwa kepribadian kreatif merupakan individu yang biasanya lebih terorganisirdalam melakukan sebuah tindakan. Rencana inovasi dan produk orisinil telah dipikirkan dengan matanglebih dahulu, dengan memikirkan masalah yang timbul dan impilkasinya (Utami Munandar, 1999:35). Kepribadian kreatif (creative personality) menurut Guilford dalam Dedi Supriadi (1994: 13) meliputi kognitif, dan non kognitif (minat, sikap, kualitas temperamental). Orang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang secara signifikan berbeda dengan orang-orang yang tidak kreatif. Karakteristikkarakteristik kepribadian ini menjadi kriteria untuk mengidentifikasi orangorang kreatif. Produk kreatif yaitu menunjuk kepada hasil perbuatan, kinerja, atau karya seseorang dalam bentuk barang atau gagasan. Kriteria ini merupakan paling ekplisit untuk menentukan kreativitas seseorang, sehingga disebut sebagai kriteria puncak bagi kreativitas. Kriteria kreativitas pendapat lainnya dibedakan atas dua jenis, yaitu concurrent kriteria yang didasarkan kepada produk kreatif yang ditampilkan oleh seseorang selama hidupnya atau ketika ia menyelesaikan suatu karya kreatif; kedua concurent kriteria yang didasarkan pada konsep atau definisi kreativitas yang dijabarkan ke dalam indikator-indikator perilaku kreatif.

10 17 c. Aspek dalam Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat kemungkinankemungkinan untuk menyelesaikan masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Siswa lebih dituntut untuk berpikir linier, logis, penalaran, ingatan atau pengetahuan yang menuntut jawaban paling tepat terhadap permasalahan yang diberikan. Kreativitas perlu di pupuk pada diri siswa terutama pada penyelesaian masalah karena kreativitas dapat melatih anak keterampilan berpikir luwes (flexibility) yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran, keterampilan berpikir lancar (fluency) yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah dan pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban., keterampilan berpikir asli (originality) yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri serta mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsurunsur, keterampilan berpikir menguraikan (elaboration) yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan menambahkan atau merinci secra detail dari suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik, dan keterampilan perumuskan kembali (redefinition) yaitu menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, serta tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melakukan hal tersebut sesuai dengan ciri berpikir kreatif yang dikemukakan oleh Guilford (Supriadi, 1997:7).

11 18 Ambarjaya (2008:58), mengemukakan ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berfikir kreatif yaitu kemampuan berpikir lancar (fluency), kemampuan berpikir fleksibel (flexibility), kemampuan berpikir orisinil (originality), kemampuan memperinci (elaboration), dan kemampuan menilai (evaluation). Hal senada juga diungkapkan Utami Munandar (1999:51) bahwa kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas, elaborasi, atau perincian merupakan ciriciri kreativitas yang berhubungan kemampuan berfikir seseorang dengan kemampuan berfikir kreatif. Makin kreatif seseorang, ciri tersebut makin di miliki. Seseorang yang memiiki kemampuan berpikir kreatif dapat tercermin dari cara berfikirnya, adapun jabaran diuraikan dalam Tabel 2.1. Tabel.2.1. Ciri Aptitude Kemampuan Berpikir Kreatif No Ciri-ciri aptitude kemampuan berfikir kreatif 1 Kemampuan berpikir lancar Perilaku siswa (indikator) a. Menjawab sebuah pertanyaan dengan beberapa alternatif jawaban b. Selalu dapat menemukan dan mengemukakan gagasan c. Menanyakan banyak pertanyaan 2 Kemampuan berpikir luwes a. Dapat memberikan suatu penafsiran terhadap suatu permasalah ataupun gambaran b. Memiliki pandangan yang berbeda dengan orang lain dalam menyikapi suatu masalah 3 Kemampuan berpikir orisinil 4 Kemampuan memperinci atau mengelaborasi a. Memiliki daya imajinasi tinggi b. Dapat memikirkan penyelesaian masalah yang tidak terfikirkan orang lain a. Memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk yang sudah ada b. Memaparkan langkah kerjanya secara nyata dan terperinci

12 19 5 Kemampuan menilai atau mengevaluasi 6 Strategi atau metode yang bervariasi a. Member pandangan atas sudut pandangnya sendiri b. Mampu merancang rancangan rencana kerja dari gagasan yang tercetus a. Menemukan cara mencapai tujuan b. Menciptakan cara yang mudah untuk menyelesaikan tugas 3. Hubungan Antara Tingkat Pencapaian Tugas-Tugas Perkembangan dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Pencapaian tugas perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang dapat dikelompokkan ke dalam faktor diri (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor internal meliputi bakat dan kecerdasan, kreativitas, motivasi, minat, dan perhatian. Sedangkan faktor eksternal ialah lingkungan sosial, lingkungan fisik, dan fasilitas belajar. Faktor yang paling menentukan keberhasilan seseorang adalah faktor diri. Jika faktor diri sudah mendukung, besar kemungkinan yang bersangkutan akan berhasil. Salah satunya yaitu cara berpikir kreatif yang penting bagi remaja untuk memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Gough (1991:3) berpendapat bahwa Perhaps most importantly in today's information age, thinking skills are viewed as crucial for educated persons to cope with a rapidly changing world. Dari pendapat tersebut dapat di maknai bahwa mungkin yang terpenting dalam jaman tekhnologi sekarang, keterampilan berpikir dipandang sangat penting untuk individu yang berpendidikan untuk mengatasi dunia yang cepat berubah. Pendidikan menghasilkan banyak manusia unggulan dengan tingkat pengetahuan yang rata-rata tinggi. Munculnya masalah baru, diantaranya adalah ledakan penduduk yang membuat adanya persaingan dalam bertahan hidup yang juga meningkatkan kualifikasi dari tenaga kerja dan perlombaan meningkatkan mutu pendidikan. Dengan begitu meningkat pula tingkat stress dan masalah baru bagi tiap individu khususnya siswa yang menempuh pendidikan. Disinilah salah satu

13 20 hambatan tercapainya tugas perkembangan siswa. Karenanya, di perlukan sebuah cara baru yang dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah dengan berpikir kreatif. Menurut Siswono (2005: 4), meningkatkan kemampuan berpikir kreatif artinya menaikkan skor kemampuan siswa dalam memahami masalah, kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan penyelesaian masalah. Siswa dikatakan memahami masalah bila menunjukkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, siswa memiliki kefasihan dalam menyelesaikan masalah bila dapat menyelesaikan masalah dengan jawaban bermacam-macam yang benar secara logika. Siswa memiliki fleksibilitas dalam meyelesaikan masalah bila dapat menyelesaikan soal dengan dua cara atau lebih yang berbeda dan benar. Siswa memiliki kebaruan dalam menyelesaikan masalah bila dapat membuat jawaban yang berbeda dari jawaban sebelumnya atau yang umum diketahui siswa. Hubungan bermakna tersebut bersifat positif, artinya semakin tinggi kemampuan berpikir kreatif, maka pemenuhan kepuasan akan pengetahuan, kesenangan, dan kegunaan pribadi semakin terpenuhi. Pemenuhan cara berpikir kreatif adalah penting sebagai salah faktor yang mendorong tugas perkembangan siswa SMA baik secara langsung maupun tidak langsung, dan sebaliknya tidak terpenuhinya faktor ini akan menghambat pencapaian tugas perkembangan siswa. B. Hasil Penelitian yang Relevan Pada penelitia sebelumnya yang meneliti tentang tugas perkembangan siswa SMA dan kemampuan berpikir kreatif antara lain a. Sri Indah Rini Astuti (2002) dalam penelitiannya dengan judul Penerapan Pendekatan Problem Solving Melalui Model Pembelajaran Search, Solve, Create And Share (SSCS) Disertai Hands on Activities untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa di SMP Negeri I Bulu Sukoharjo.

14 21 Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui penerapan pendekatan problem solving melalui model pembelajaran search, solve, create and share (SSCS) disertai hands on activities untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa di SMP Negeri I Bulu Sukoharjo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan persentase dari kuesioner dan observasi dalam setiap aspek yang meliputi kelancaran, fleksibilitas, orisinality, dan elaborasi. Rata persentase ini hasil pertanyaan di urutan I adalah 73,39 persen meningkat 6,88 persen secara berurutan II, setelah pengobatan yang diberikan dalam urutan I. Ada peningkatan dalam setiap aspek keterampilan berpikir kreatif dan peningkatan paling signifikan adalah dalam aspek kelancaran. Refleksi dari urutan pertama menunjukkan bahwa siswa memiliki rendah penjelasan argumen dalam tujuan pembelajaran, sehingga peneliti memberi perawatan lebih lanjut di urutan II. Di urutan kedua rata-rata persentase ini hasil kuesioner adalah 80,27 persen, pada siklus ini setiap aspek peserta meningkat sejalan dengan target. Hal ini dapat disimpulkan dari penelitian yang memecahkan aplikasi pendekatan dengan menggunakan penerapan Pendekatan Problem Solving Melalui Model Pembelajaran Search, Solve, Create And Share (SSCS) Disertai Hands on Activities dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif kelas VII G siswa SMP Negeri I Bulu Sukoharjo.

15 22 b. Roihanah Hardiyani (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Science Activities Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh science activities terhadap kemampuan berpikir kreatif anak. Hasil penelitian setelah perlakuan menunjukan ada perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara kelompok kontrol dan eksperimen. Hal ini terlihat dari rerata post-test kelas eksperimen sebesar 11,3810 yang mengalami peningkatan dari nilai rerata tes awal (pretest) sebesar 9,4762 sedangkan nilai rerata post test kelas kontrol sebesar 9,8571 yang mengalami sedikit peningkatan dari nilai rerata tes awal (pretest) sebesar 9,3333. Kesimpulan dari penelitian ini adalah science activities berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif anak. Berdasarkan penelitian penelitian tersebut diperoleh hasil mengenai hubungan kemampuan berpikir kreatif yang memberikan peranan bagi perkembangan pribadi sosial serta bagi pemenuhan tugas perkembangan. C. Kerangka Pemikiran Salah satu keteramplan yang dibutuhkan dalam jaman persaingan yang semakin ketat sekarang adalah keterampilan dalam berpikir. Pemikiran yang terlatih bukan hanya penting untuk dunia kerja, pendidikan, pelatihan, maupun riset. Kemampuan ini penting dimiliki setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan keterampilan berfikir yang baik, setiap orang memiliki modal untuk secara mandiri memecahkan masalah dalam kehidupannya.

16 23 Tuntas atau tidaknya tugas tugas perkembangan siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah melalui cara berpikir. Cara berpikir yang sangat penting adalah Berpikir kreatif karena cara berpikir tersebut dapat mengaktualisasikan diri yang merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi manusia. Berpikir kreatif juga sebagai kemampuan untuk melihat bermacam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, namun masih kurang mendapat perhatian dalam dunia pendidikan. Adapun lagi keunggullannya adalah bahwa cara berpikir kreatif memungkinkan manusia meningktkan kualitas hidup dan memberikan kepuasan pada individu. Dalam memenuhi tugas perkembangan individu haruslah mampu mengatasi hambatan dalam setiap aspeknya, karena itu individu harus mampu membuat sebuah pemecahan yang orisinil dengan suatu metode dan stretegi yang bervariasi dengan cara berpikir luwes, berpikir lancar, dan orisinil dengan kemampuan menilai dan merinci keadaan sekitarnya, seperti yang tercantum pada aspek kemampuan berpikir kreatif. Karena itulah semakin tinggi kemampuan berpikir yang dimiliki siswa maka makin tinggi pula pencapaian tugas perkembanganya. Apabila kerangka pemikiran di ilustrasikan kedalam skema seperti berikut: Kemampuan Berfikir Siswa Tidak Kreatif Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Rendah Kreatif Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Tinggi Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

17 24 D. Hipotesis Menurut Dantes (2012:28) hipotesis merupakan pernyataan sederhana mengenai suatu harapan peneliti tentang hubungan antar variabel dalam masalah. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan jawaban yag bersifat sementara tentang harapan hasil penelitian peneliti sesuai dengan teori dan gagasan tentang hubungan antar variabel dalam penelitian sampai teruji melalui data yang terkumpul. Berdasarkan analisis teoritis dan kerangka berfikir di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis alternatif (Ha). 1. Tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 adalah tinggi. 2. Tingkat kemampuan berpikir kreatif tergolong tinggi 3. Terdapat kontribusi dari kemampuan berpikir kreatif terhadap tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI merupakan masa usia seseorang di sebut remaja. Pikunas (1976) menyatakan bahwa masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini terjadi pada setiap individu manusia sejak dalam kandungan, yaitu sejak terjadi pertemuan antara

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP A. Pengertian

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pengertian Berpikir Kreatif Kreatif merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Umumnya orang menghubungkan kreatif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa a. Pengertian Tugas Perkembangan Individu dalam periode tertentu mempunyai tugas-tugas yang harus dicapai, seperti yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan dewasa. Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

Kreativitas. MIF Baihaqi

Kreativitas. MIF Baihaqi Kreativitas Disampaikan pada acara Seminar bertema GURU SENIOR vs GURU MUDA: Pengkaderan Tenaga Didik, Realita dan Tantangan & Pelatihan bertema: Menggali Kreativitas Tenaga Didik yang diadakan oleh Forum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini berguna untuk menghasilkan ide-ide baru yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini berguna untuk menghasilkan ide-ide baru yang kreatif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak ada manusia yang hidup tanpa mengalami masalah dan rintangan yang harus dicari jalan keluarnya. Sama halnya dalam dunia pendidikan yang selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011). 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Kemampuan berpikir adalah kecakapan menggunakan akal menjalankan proses pemikiran/kemahiran berfikir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan bersaing dengan sangat ketat untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu setiap manusia memiliki tingkat kemampuan berpikir yang berbeda-beda dan tidak ada yang sama persis baik dari tingkat berpikir kreatif secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian tentang Tugas Perkembangan Remaja a. Pengertian Tugas Perkembangan Setiap individu akan melalui periode tertentu sepanjang hidupnya. Pada setiap periode

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah penting. Hal ini merujuk pada kebutuhan era global dimana sumberdaya manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya, dimana proses kehidupan manusia terus berjalan dimulai sejak lahir (bayi),

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM (MASALAH TERBUKA) Fatimah 1*) 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan serta sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan serta sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ditinjau dari berbagai aspek kehidupan, kebutuhan akan kreativitas sangatlah penting untuk mengatasi ancaman terhadap kelangsungan hidup. Pada saat ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kreativitas diperlukan setiap individu untuk menghadapi tantangan dan kompetisi yang ketat pada era globalisasi sekarang ini. Individu ditantang untuk mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, tidak terlepas dari peran matematika sebagai salah ilmu dasar. Perkembangan yang sangat cepat itu sebanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR Murhima A. Kau Universitas Negeri Gorontalo Email : murhimakau@ymail.com ABSTRAK Permasalahan kreativitas menjadi sangat penting untuk dibicarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang melibatkan guru, siswa, media, bahan ajar dan komponen lainnya sehingga tercipta proses interaksi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Supardi Uki S (2012: 248), siswa hanya diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Supardi Uki S (2012: 248), siswa hanya diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlu disadari bahwa selama ini pendidikan formal hanya menekankan perkembangan yang terbatas pada ranah kognitif saja. Sedangkan perkembangan pada ranah afektif

Lebih terperinci

cxü~xåutçztç exåt}t Setiawati PPB FIP UPI

cxü~xåutçztç exåt}t Setiawati PPB FIP UPI cxü~xåutçztç exåt}t Oleh : Setiawati PPB FIP UPI Tugas Perkembangan Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat

Lebih terperinci

Perkembangan Individu

Perkembangan Individu Perkembangan Individu oleh : Akhmad Sudrajat sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perkembangan-individu/ 1. Apa perkembangan individu itu? Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja Menurut Havighurst (dalam Syaodih. 2009.: 161) mengatakan bahwa: Definisi tugas perkembangan adalah suatu tugas yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu keterampilan yang didasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 1) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurangkurangnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. berpikir matematis tingkat tinggi (higher order thinking), yang diharapkan dapat

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. berpikir matematis tingkat tinggi (higher order thinking), yang diharapkan dapat 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan salah satu kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan di indonesia senantiasa tidak pernah lepas dari berbagai masalah. Bahkan tak jarang setelah satu masalah terpecahkan akan muncul masalah baru. Hal ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran identitas gender yang merupakan salah satu aspek tugas perkembangan siswa sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Selain itu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan bidang pelajaran yang ditemui diberbagai jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Matematika mengajarkan kita untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas 1. Pengertian Kreativitas Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu mengarang atau membuat sesuatu yang berbeda baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia modern seperti saat ini, diperlukan sikap dan kemampuan yang adaptif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemilihan sekolah antara SMA dan SMK saat ini menjadikan kendala yang sangat besar bagi siswa kelas IX SMP. Pemilihan sekolah SMA ataupun SMK menjadi awal

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) DISERTAI HANDS ON ACTIVITIES UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI

Lebih terperinci

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dapat diwujudkan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global sekarang ini menuntut individu untuk berkembang menjadi manusia berkualitas yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kecakapan hidup manusia, pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang diterapkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai bagian dari usaha untuk meningkatkan taraf kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan nasional. Menghadapi proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran a. Pengertian Model pembelajaran Menurut Muhaimin dalam Yatim Riyanto (2010: 131) Pembelajaran adalah upaya membelajarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget (Sanjaya, 2008) berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang 9 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang dimiliki sebagai hasil dari kemampuan berpikir kreatif merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika bukan pelajaran yang hanya memberikan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian yakni belum tersedianya suatu

Lebih terperinci

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan 2 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan untuk maksud tertentu. Maksud yang dapat dicapai dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 1. Pengertian Berpikir Kreatif Berpikir dapat diartikan sebagai alur kesadaran yang setiap hari muncul dan mengalir tanpa kontrol, sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman, ketua pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI JURUSAN IPS SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Untuk

Lebih terperinci

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP Fransiskus Gatot Iman Santoso Universitas Katolik Widya Mandala Madiun ABSTRAK.Tujuan matematika diajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fathimah Bilqis, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fathimah Bilqis, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah peradaban yang gemilang menghasilkan kemajuan dalam dunia pendidikan. Pendidikan berperan penting dalam penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pengembangan kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu fokus pembelajaran matematika. Melalui pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian akan dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta yang beralamat di

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian akan dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta yang beralamat di 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian akan dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta yang beralamat di Jl. Mr. Muh. Yamin 79 Kelurahan Tipes Kecamatan Serengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dalam diri seseorang, dengan pendidikan seseorang dapat mengeluarkan kemampuan yang tersimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Di dalam proses pendidikan ini, keluhuran martabat manusia dipegang erat karena manusia adalah

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : LAKSMI PUSPITASARI K4308019

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan andil yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Pernyataan ini juga didukung oleh Kline (Suherman,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Cooperative Script, Pembelajaran Ekspositori, Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis, dan Sikap 1. Model Pembelajaran Cooperative Script Penggunaan pembelajaran

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Proses berpikir kreatif berhubungan erat dengan kreativitas. Setiap manusia pada dasarnya memiliki kreativitas, namun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam menghasilkan peserta didik

Lebih terperinci

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 24 BANJARMASIN MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar dikelas merupakan sesuatu yang perlu menjadi perhatian guru. Proses ini perlu untuk dievaluasi dan diberikan tindakan untuk memperbaiki kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu matematika dipelajari pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak dan semakin menguat pada masa remaja.hurlock (1980:235) kesatuan membentuk apa yang disebut sebagai konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak dan semakin menguat pada masa remaja.hurlock (1980:235) kesatuan membentuk apa yang disebut sebagai konsep diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep diri atau self conceptmerupakan suatu kombinasi dari perasaan dan kepercayaan mengenai diri sendiri.konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu komponen yang dapat membantu perkembangan diri individu adalah pendidikan. Melalui pendidikan individu diharapkan bisa mengarahkan dirinya dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. fisik, psikis dan sosial. Namun sayangnya, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. fisik, psikis dan sosial. Namun sayangnya, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Focused Coping Pada umumnya setiap individu memiliki banyak kebutuhan yang ingin selalu dipenuhi dalam kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai bakat kreatif tertentu yang dibawa sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai bakat kreatif tertentu yang dibawa sejak lahir. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mempunyai bakat kreatif tertentu yang dibawa sejak lahir. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Devito (Supriadi, 1994:15) bahwa kreativitas merupakan

Lebih terperinci

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel Siti Gia Syauqiyah Fitri, Vina Septifiana

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF 1. Macam-Macam Keterampilan Berpikir dalam Matematika Menurut Langrehr (2006), terdapat tiga jenis informasi yang disimpan atau diingat dalam otak. Ketiga jenis informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Kajian Teori 1. Deskripsi konseptual a. Berpikir kreatif Santrock (2011) mengemukakan bahwa berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori.

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Puput Dwi Maret Tanti K

Skripsi. Oleh: Puput Dwi Maret Tanti K PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) DENGAN METODE MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI A3 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI Skripsi Oleh: Puput Dwi Maret Tanti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan disiplin ilmu yang sifatnya terstruktur dan terorganisasi dengan baik, mulai dari konsep atau ide yang tidak terdefinisi sampai dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dicapai oleh anak. Menurut Polmalato (Wardhani, 2008), salah satu

BAB I PENDAHULUAN. harus dicapai oleh anak. Menurut Polmalato (Wardhani, 2008), salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kreativitas adalah salah satu aspek yang penting yang harus dicapai oleh anak. Menurut Polmalato (Wardhani, 2008), salah satu kemampuan yang turut menentukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kreativitas anak usia 10 11 tahun di SD X yang menggunakan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Pengaruh Pembiasaan Belajar terhadap Tingkat Pencapaian Tugas-Tugas Perkembangan Siswa SMA

Pengaruh Pembiasaan Belajar terhadap Tingkat Pencapaian Tugas-Tugas Perkembangan Siswa SMA CONSILIUM : Jurnal Program Studi Bimbingan dan Konseling First Published Vol 5 (2) June 2017 CONSILIUM Pengaruh Pembiasaan Belajar terhadap Tingkat Pencapaian Tugas-Tugas Perkembangan Siswa SMA Rizka Nurhidayah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind map atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci