BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian tentang Tugas Perkembangan Remaja a. Pengertian Tugas Perkembangan Setiap individu akan melalui periode tertentu sepanjang hidupnya. Pada setiap periode yang dilalui individu diikuti oleh sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh setiap individu agar individu tersebut dapat berkembang secara maksimal. Robert Havighurst dalam Syamsu Yusuf (2011:65) melalui perspektif psikososial berpendapat bahwa periode yang beragam dalam kehidupan individu menuntut untuk menuntaskan tugas perkembangan yang khusus. Tugas ini berkaitan erat dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama, dan hal lainnya sebagai prasarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya. Havighurst (1953:2) juga memberikan pengertian, bahwa tugas perkembangan adalah sebagai berikut : A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, succesful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disaproval by society, difficulty with later task. Tugas-tugas perkembangan berkaitan dengan sikap, perilaku, atau keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh individu, sesuai dengan fase perkembangannya. Hurlock Tej. Istiwidayanti & Soedjarwo (1980:9) menyebut tugas-tugas perkembangan ini sebagai social expectations atau harapan sosial dalam arti bahwa setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui bagi berbagai usia sepanjang rentang kehidupan. Setiap individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya melalui beberapa periode atau fasefase perkembangan, setiap fase perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap individu. Sebab, 5

2 6 kegagalan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada fase tertentu akan memperlambat pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya. Dari pendapat tersebut dapat dimengerti bahawa tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orangtua atau masyarakat maka perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Sehingga kebahagiaan individu dapat dilihat dari berhasil atau tidaknya dalam pencapaian tugas perkembangan. b. Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Tugas Perkembangan Pencapaian tugas perkembangan satu individu akan berbeda dengan individu lainnya karena dipengaruhi oleh perkembangan yang dialami masingmasing individu. Terdapat faktor yang mempengaruhi perkembangan setiap individu, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut dibagi menjadi dua macam yaitu faktor yang berasal dari dalam individu dan faktor yang berasal dari luar individu (Desmita, 2011:27). Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Faktor internal Semenjak dari dalam kandungan, janin tumbuh menjadi besar dengan sendirinya, dengan kodrat-kodrat yang dikandungnya sendiri. Menurut Hurlock terjemahan Meeitasari Tjandrasa (1978:41) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan tugas-tugas perkembangan. Faktor yang dapat membantu penguasaan tugas perkembangan diantaranya adalah tingkat perkembangan yang normal, kesempatan dan bimbingan untuk mempelajari tugas perkembangan, motivasi, kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh, tingkat kecerdasan yang tinggi serta kreativitas. Paparan tersebut dapat dimaknai bahwa individu dapat mencapai tugas perkembangannya apabila berkembang secara normal, sehat secara fisik dan psikis, memiliki kecerdasan yang tinggi, kreatif dalam mencapai tugas perkembangannya, dan termotivasi secara internal maupun eksternal.

3 7 Diantara faktor-faktor di dalam diri yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah : bakat atau pembawaan, sifat-sifat keturunan, serta dorongan dan instink (Desmita, 2011 : 27) a) Bakat atau pembawaan Setiap individu dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Bakat yang dimiliki individu akan membuatnya mudah untuk mempelajari seuatu yang berhubungan dengan bakatnya. Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2004:80) berpendapat, bakat sangat menentukan prestasi seseorang. Paparan tersebut dapat dimaknai bahwa individu dapat mencapai tugas perkembangan atau mencapai prestasi akademik apabila memiliki bakat tertentu yang berhubungan dengan kemampuan untuk prestasi akademik. Individu yang memiliki bakat di bidang bahasa diprediksi mampu mencapai prestasi akademik dalam bidang bahasa. Prestasi akademik dalam bidang bahasa yang dicapai individu merupakan cerminan dari bakat atau pembawaan yang dimiliki individu dalam bidang tersebut. b) Sifat-sifat keturunan Sifat-sifat keturunan pada setiap individu yang berupa keadaan fisik maupun mental dapat diturunkan dari orang tua atau nenek moyangnya. Keadaan fisik yang dimiliki individu seperti kesehatan badan akan mempengaruhi pencapaian tugas perkembangan dalam hal ini pencapaian prestasi akademik individu tersebut. Individu yang sehat mampu berpikir secara optimal sehingga akan lebih mudah mencapai prestasi akademik dan secara otomatis dapat mencapai tugas perkembangannya. Sifat-sifat keturunan berupa keadaan mental seperti daya intelektual dapat mempengaruhi pencapaian tugas perkembangan. Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2004:35) berpendapat, perbedaan individual dalam perkembangan intelek menunjuk kepada perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar. Pernyataan tersebut dapat dimengerti bahwa individu dapat lebih mudah mencapai

4 8 tugas perkembangannya apabila memiliki daya kerja intelektual tinggi karena individu tersebut lebih cepat dalam belajar. c) Dorongan Dorongan adalah kodrat hidup yang menggerakkan individu untuk melaksanakan sesuatu atau bertindak pada waktu tertentu. Dorongan dalam diri individu akan terus berkembang, terdapat dorongan yang terus aktif mempengaruhi kejiwaan individu selama hidupnya seperti dorongan untuk berprestasi. d) Instink Instink merupakan bisikan naluriah yang menunjukkan kepada individu mengenai cara untuk melaksanakan dorongan batin. Setiap individu dilahirkan dengan membawa instink. Instink merupakansuatu perwujudan perilaku yang timbul secara naluri atau alami tanpa disuruh. Misal, seseorang akan langsung berteriak ketika tersulut rokok atau terkena panas. 2) Faktor eksternal Salah satu faktor luar yang sangat mempengaruhi perkembangan individu menurut Desmita (2011:29) adalah ekonomi. Tekanan ekonomi pada orang tua juga seringkali menimbulkan tekanan jiwa yang berujung pada konflik antara ibu dan bapak sehingga anak menjadi frustasi. Latar belakang ekonomi orang tua berpengaruh terhadap pencapaian tugas perkembangan anak. Orang tua yang memiliki latar belakang ekonomi lemah akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Kebutuhan anak yang kurang terpenuhi dapat menghambat pertumbuhan fisik maupun perkembangan psikisnya. Individu yang secara fisiologis belum dapat memenuhi kebutuhannya, maka individu tersebut akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan berprestasi. Keberhasilan individu dalam mencapai tugas perkembangan juga dipengaruhi oleh kesempatan dan bimbingan untuk mempelajari tugas perkembangan sesuai dengan usia perkembangannya. Individu yang memperoleh banyak bimbingan dari orang tua akan lebih mudah dalam

5 9 memahami tugas perkembangan yang harus dicapai sehingga tugas perkembangan yang dicapai individu tersebut dapat lebih optimal dibandingkan dengan individu yang tidak memperoleh bimbingan dari orang tua. Bimbingan untuk mempelajari tugas perkembangan dapat dilakukan oleh orang tua kepada anak saat di rumah dengan memberikan perhatian kepada anak saat melakukan kegiatan belajar, mendorong dan memotivasi anak untuk belajar, memberi reinforcement setelah anak melakukan kegiatan belajar dan memberikan bimbingan belajar ketika anak mengalami kesulitan dalam belajar. Kesempatan dan bimbingan orang tua kepada anak untuk mempelajari tugas perkembangan akan menumbuhkan motivasi belajar sehingga anak akan terbiasa belajar tanpa ada paksaan dari orang lain. Hurlock terjemahan Meitasari Tjandrasa (1978:201) berpendapat beberapa sumbangan keluarga pada perkembangan anak antara lain menjadi sumber kasih sayang dan penerimaan, menjadi orang yang di harapkan bantuannya dalam menyelesaikan masalah, sebagai sumber persahabatan sampai mereka besar ketika tidak ada teman di luar. Syamsu Yusuf (2011:66) juga menguraikan munculnya tugas-tugas perkembangan, bersumber pada faktor-faktor berikut : 1) Kematangan fisik, misalnya : a) Belajar berjalan karena kematangan otot kaki-kaki b) Belajar bertingkah laku, bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa remaja karena kematangan organ-organ seksual 2) Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya : a) Belajar membaca b) Belajar menulis c) Belajar berhitung d) Belajar berorganisasi 3) Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya : a) Memilih pekerjaan b) Memilih teman hidup 4) Tuntutan norma agama, misalnya : a) Taat beribadah kepada Allah

6 10 b) Berbuat baik kepada sesama manusia Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan dapat terjadi karena adanya faktor internal dan eksternal, perubahan kematangan baik fisik maupun psikis, serta adanya tuntutan dari lingkungan. c. Tugas-tugas Perkembangan Remaja Setiap fase perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap individu. William Kay dalam Syamsu Yusuf (2011:72) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut : 1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya 2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas 3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok 4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya 5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendiri 6) Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup 7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan Tugas perkembangan berkaitan dengan sikap, perilaku, atauketerampilan yang seharusnya dimiliki oleh individu, sesuai dengan fase perkembangannya. Dalam kaitannya menyelesaikan tugas perkembangan remaja, Havighurst dalam Syamsu Yusuf (2011:74) juga berpendapat bahwa tugas-tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut : 1) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya 2) Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita

7 11 3) Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif 4) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya 5) Mencapai jaminan kemandirian ekonomi 6) Memilih dan mempersiapkan karier (pekerjaan) 7) Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga 8) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara 9) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial 10) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku 11) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Seperti yang sudah disebutkan oleh Havighurst, maka tugas-tugas perkembangan muncul pada periode kehidupan tertentu, demikian juga pada siswa sekolah menengah atas (SMA). Menurut Sunaryo Kartadinata dalam Mamat Supriatna (2011:121) bahwa ada 11 aspek perkembangan siswa SMA meliputi : landasan hidup religius, perilaku etis, kematangan emosional, kematangan intelektual, kesadaran tanggung jawab, peran sosial sebagai pria dan wanita, penerimaan diri dan perkembangannya, kemandirian perilaku ekonomi, wawasan dan persiapan karir, kematangan hubungan teman sebaya, dan persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga. Berdasarkan pada pendapat Sunaryo tersebut berikut merupakan aspek-aspek dalam tugas perkembangan siswa SMA : 1) Landasan Hidup Religius Landasan hidup religius meliputi sholat dan berdoa, belajar agama, keimanan, dan sabar. 2) Landasan perilaku etis Landasan perilaku etis meliputi jujur, hormat kepada orang tua, sikap sopan dan santun, ketertiban dan kepatuhan. 3) Kematangan emosional

8 12 Kematangan emosional meliputi kebebasan dalam mengemukakan pendapat, tidak cemas, pengendalian emosi, dan kemampuan menjaga stabilitas emosi. 4) Kematangan intelektual Kematangan intelektual meliputi sikap kritis, sikap rasional, kemampuan membela hak pribadi, dan kemampuan menilai. 5) Kesadaran tanggung jawab Kesadaran tanggung jawab meliputi mawas diri, tanggung jawab atas tindakan pribadi, partisipasi pada lingkungan, dan disiplin. 6) Peran sosial sebagai pria atau wanita Peran sosial sebagai pria atau wanita meliputi perbedaan pokok laki-laki dan perempuan, peran sosial sesuai jenis kelamin, tingkah laku dan kegiatan sesuai jenis kelamin, serta cita cita sesuai jenis kelamin. 7) Penerimaan diri dan pengembangannya Penerimaan diri dan pengembangannya meliputi kondisi fisik, kondisi mental, pengembangan cita-cita, dan pengembangan pribadi 8) Kemandirian perilaku ekonomis Kemandirian perilaku ekonomis meliputi upaya menghasilkan uang, sikap hemat dan menabung, bekerja keras dan ulet, dan tidak mengharap pemberian orang. 9) Wawasan persiapan karir Wawasan persiapan karir meliputi pemahaman jenis pekerjaan, kesungguhan belajar, upaya meningkatkan keahlian, dan perencanaan karir. 10) Kematangan hubungan dengan teman sebaya Kematangan hubungan dengan teman sebaya meliputi pemahaman tingkah laku orang lain, kemampuan berempati, kerja sama, dan kemampuan hubungan sosial. 11) Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga

9 13 Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga meliputi pemilihan pasangan/teman hidup, kesiapan menikah, membangun keluarga, dan reproduksi yang sehat. Selain William Kay dan Havighurst, tugas perkembangan masa remaja menurut Elizabeth Hurlock (1980:10) antara lain : 1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita 2) Mencapai peran sosial pria dan wanita 3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif 4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab 5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya 6) Mempersiapkan karier ekonomi 7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga 8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi Dari pendapat para ahli, macam tugas perkembangan remaja yang paling lengkap atau lebih khusus adalah pendapat dari Havighurst yaitu mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita, menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, mencapai jaminan kemandirian ekonomi, memilih dan mempersiapkan karier (pekerjaan), mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga, mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara, mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial, memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku dan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

10 14 d. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa Tingkat pencapaian tugas perkembangan merupakan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki individu yang berlangsung dari tahap sederhana sampai tahap yang lebih kompleks. Syamsu Yusuf (2011:76) menyebutkan bahwa tingkat pencapaian tugastugas perkembangan ada tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Ketiga kategori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Tinggi. Indikatornya : memiliki sahabat dekat dua orang atau lebih, sebagai anggota klik dari jenis kelamin yang sama secara mantap, dipercaya oleh teman sekelompok dalam posisi tanggung jawab tertentu, memiliki penyesuaian sosial yang baik, meluangkan waktu untuk berinteraksi, mau bekerjasama dengan orang lain yang mungkin tidak disenangi untuk mencapai tujuan kelompok, menyenangi lawan jenis, memilihara diri secara baik, aktif dalam berolahraga, mempunyai minat untuk mempersiapkan diri dalam suatu pekerjaan yang sesuai dengan jenis kelaminnya, mampu mengarahkan diri dalam memelihara kesehatan secara rutin, mempersepsi tubuh dan jenis kelaminnya secara tepat, memiliki pengetahuan tentang reproduksi, memiliki tujuan hidup yang realistik, mampu mengembangkan persepsi yang positif terhadap orang lain dan mencoba berintegrasi dengan keluarga secara mandiri, dan memiliki reputasi sifat moral yang baik. 2) Sedang. Indikatornya : memiliki seorang teman dekat, menjadi anggota klik namun kurang mendapat perhatian, memiliki kemampuan sosial yang sedang, merasa tidak percaya diri, apabila berada dalam kelompok yang beragam, remaja pria matang seksualnya namun kurang mempunyai perhatian terhadap remaja wanita, menampilkan ciri-ciri maskulinitas, namun masih ragu, takut atau menolak peran heteroseksualnya, hanya menyenagi olahraga ringan, mampu mengarahkan diri dalam memelihara kesehatan, namun tidak mampu memelihara program kesehatan dalam jangka waktu lama, ego

11 15 idealnya dipengaruhi oleh dewasa muda, sikapnya belum ajeg antara desakan untuk menjadi dewasa dengan sikap kekanak-kanakan, kadang-kadang kurang bersikap jujur, bersikap altruis namun kurang matang, cenderung mementingkan kebutuhan sendiri daripada orang lain, mau bekerjasama apabila ada tekanan dari kelompoknya atau orang dewasa. 3) Rendah. Indikatornya : tidak memiliki teman akrab, tidak pernah diundang oleh teman untuk menghadiri acara kelompok, sering dikambing hitamkan oleh teman sebaya, sering balas dendam dengan sikap bermusuhan, remaja pria tidak mempunyai interes terhadap remaja wanita, tidak menyenangi olahraga, remaja wanita penampilannya seperti anak kecil, berpenampilan seperti remaja pria, kurang memiliki kebiasaan untuk memelihara kesehatan diri dan cenderung menolak apa yang dinasehati oleh orang tua, menampakkan ketidaksenangan terhadap tubuhnya, merasa cemas tentang kematangan yang lambat, tidak memiliki pengetahuan tentang reproduksi, ego idealnya sangat ditentukan oleh orang tua, menghabiskan banyak waktu senggangnya dengan orang tua, menerima otoritas orang tua, mengalami kesulitan dalam menempuh hidup berkeluarga, berperilaku tidak jujur, tidak bertanggung jawab, tidak konsisten, tidak suka memperhatikan perasaan orang lain, bersikap kasar dan tidak sopan, menolak bekerjasama, dan suka memaksa otoritas. Sehingga dapat di simpulkan bahwa tingkat pencapaian tugas perkembangan ini menggambarkan posisi atau keadaan individu dalam perkembangannya. Hal tersebut tentu saja ada faktor yang mempengaruhi baik faktor internal maupun eksternal. Dalam penelitian ini, dukungan orang tua sebagai faktor eksternal yang memberikan kontribusi terhadap tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa.

12 16 2. Kajian tentang Dukungan Orang Tua a. Pengertian Dukungan Orang Tua Dukungan orang tua, yang mencerminkan ketanggapan orang tua atas kebutuhan anak merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Dukungan orang tua mengacu kepada dukungan sosial yang diterima oleh anak. Sarafino (1994:102) mengemukakan bahwa social support refers to the perceived comfort, caring, esteem, or help a person receives from other people or groups. Dapat dimengerti bahwa dukungan sosial merupakan kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lainnya yang diterima individu dari orang lain ataupun dari kelompok. Gottlieb dalam Desmita (2005:204) juga mengatakan dukungan orang tua terhadap pembentukan orientasi masa depan remaja dapat dilakukan melalui pemberian informasi atau nasehat verbal dan non-verbal, bantuan nyata atau tindakan nyata yang mempunyai manfaat emosional bagi remaja. Ellis, Thomas dan Rollins dalam Sri Lestari (2013:59) mendefinisikan dukungan orang tua sebagai interaksi yang dikembangkan oleh orang tua yang dicirikan perawatan, kehangatan, persetujuan, dan berbagai perasaan positif orang tua terhadap anak. Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa dukungan orang tua adalah merupakan ketanggapan dan keterlibatan orang tua dalam upaya memberikan perhatian, penghargaan, motivasi dan dukungan instrumental atau dukungan material sehingga anak merasa dicintai dan diakui keberadaannya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional juga merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. b. Komponen-komponen Dukungan Orang Tua Dukungan orang tua, mencerminkan ketanggapan orang tua atas kebutuhan anak merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Dukungan orang tua mengacu kepada dukungan sosial yang diterima oleh anak.

13 17 Van Beest & Baerveldt dalam Sri Lestari (2013: 60) berpendapat bahwa dukungan orang tua kepada anak dapat berupa dukungan emosi dan dukungan instrumental. 1) Dukungan emosi mengarah pada aspek emosi dalam relasi orang tuaanak, yang mencakup perilaku-perilaku yang secara fisik atau verbal menunjukkan afeksi atau dorongan dan komunikasi yang positif/terbuka. Misalnya, orang tua mendengarkan curahan hati anaknya. 2) Dukungan instrumental mencakup perilaku-perilaku yang tidak menunjukkan afeksi secara terbuka, namun masih berkontribusi pada perasaan diterima dan disetujui yang dirasakan anak. Misalnya orang tua memberi tambahan uang jajan anaknya ketika libur sekolah. Winnubst,dkk 1988 dalam Desmita (2005:204) mengemukakan bahwa dukungan orang tua dapat diwujudkan dalam empat bentuk : 1) Dukungan emosional; mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang tua terhadap remaja. Misalnya orang tua memantau setiap aktivitas anak. 2) Dukungan penghargaan; terjadi lewat ungkapan penghargaan positif terhadap remaja, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan, dan membangkitkan harga diri remaja. Misalnya orang tua memberikan kepercayaan kepada anak dalam mengambil keputusan. 3) Dukungan instrumental; mencakup bantuan langsung secara materi atau pemberian fasilitas dan pelayanan pada remaja. Misalnya seperti pemberian dana, pemenuhan buku-buku dan sarana pendidikan lainnya serta kesediaan orang tua meluangkan waktu untuk berdialog atau senantiasa siap memberikan pertolongan ketika dibutuhkan remaja. 4) Dukungan informatif; mencakup memberikan nasehat, petunjukpetunjuk, saran-saran atau umpan balik mengenai bagaimana remaja seharusnya bertindak, mengenali dan menyelesaikan masalah secara lebih mudah, sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang

14 18 dimiliki orang tua. Misalnya orang tua memberikan wejangan dari pengalaman-pengalaman masa lalunya. Sarafino (1994: 103) juga mengemukakan komponen-komponen dukungan sosial terdiri dari dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif, dan ditambahkan satu komponen lagi yaitu dukungan kelompok. Berikut adalah uraiannya: 1) Dukungan emosional Dukungan emosional ini mencakup empati, kepedulian, dan perhatian orang tua kepada anak. Dukungan ini akan membuat anak merasa dicintai, diperhatikan, dan mempunyai tempat untuk berbagi ketika sedang memiliki masalah. Anak yang mendapat dukungan emosional akan bersikap lebih tenang dan tidak gegabah ketika menghadapi suatu permasalahan karena mereka merasa mempunyai orang yang bisa diandalkan keberadaanya untuk membantu mereka dalam menghadapi masalah. Contoh bentuk dukungan emosional yang bisa diberikan oleh orang tua kepada anaknya misalnya dengan cara menghibur anak ketika anak sedang mengalami permasalahan, mendengarkan curahan hatinya, memahami perasaannya ketika sedang dilanda kesedihan, dan memperhatikannya ketika sedang sakit. 2) Dukungan penghargaan Dukungan penghargaan ini berupa penghargaan positif, dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan anak, ataupun melakukan perbandingan positif terhadap anak. Perbandingan positif adalah perbandingan yang dapat membuat anak merasa menjadi lebih baik dan lebih beruntung, misalnya dengan membandingkan keadaan anak dengan seseorang yang memiliki keadaan atau permasalahan yang lebih berat darinya. Dukungan ini dapat membuat anak yang menerima dukungan menjadi percaya diri, meningkat harga dirinya, dan merasa bernilai. Dukungan ini akan sangat berguna ketika anak memperoleh tugas yang lebih berat dari kemampuan yang dimilikinya. Contoh dukungan penghargaan yang bisa diberikan oleh orang tua kepada

15 19 anaknya misalnya dengan memberikan pujian ketika anak melakukan hal positif, memberikan respon positif terhadap pendapat anak, memberikan kepercayaan kepada anak atas usaha yang dilakukannya, dan mendukung minat positif anak. 3) Dukungan instrumental Dukungan instrumental ini mencakup bantuan langsung dan nyata. Maksudnya langsung dan nyata adalah bantuan ini bisa langsung dirasakan manfaatnya oleh anak karena merupakan pertolongan secara langsung untuk kesulitan yang dihadapi anak. Bantuan jenis ini bisa mempermudah anak untuk melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Dukungan instrumental ini biasanya berbentuk materi atau barang. Contoh dari dukungan instrumental yang bisa diberikan oleh orang tua kepada anaknya misalnya dengan mencukupi fasilitas anak sesuai kebutuhan anak pada umumnya dan memberikan uang cukup untuk keperluan yang wajar. 4) Dukungan informatif Dukungan informatif ini merupakan bantuan informasi yang diberikan oleh orang tua agar dapat digunakan oleh anak dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapinya. Dukungan informatif ini mencakup pemberian nasehat, pengarahan, saran dan penilaian. Dukungan jenis ini sangat bermanfaat bagi anak ketika harus memilih jalan keluar terbaik untuk permasalahannya. Contoh dari dukungan informatif yang bisa diberikan oleh orang tua kepada anaknya misalnya dengan memberikan saran atau solusi yang bijaksana untuk anak ketika anak bimbang dengan permasalahannya 5) Dukungan kelompok Dukungan kelompok dalam penelitian ini merupakan bantuan yang diperoleh anak dari orang tua yang akan membuat anak mengenal dan memiliki perasaan bahwa dirinya menjadi bagian dari kelompok (keluarga) dan dapat saling berbagi. Hal ini berkaitan dengan penerimaan orang tua terhadap anak yang biasanya terlihat dari

16 20 pemberian kepercayaan dan kesempatan dari orang tua kepada anak untuk memberikan suatu sumbangan kepada keluarga atau diikutsertakan dalam kegiatan keluarga. Contoh dari dukungan kelompok ini misalnya anak diajak berekreasi bersama dengan seluruh anggota keluarga, diajak dalam acara perkumpulan keluarga, atau diberikan kesempatan untuk menentukan pilihan tujuan rekreasi keluarga Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang komponen dukungan orang tua, peneliti menyimpulkan bahwa dukungan orang tua terdiri dari beberapa komponen, yaitu kenyamanan, perhatian, penghargaan, informasi, perawatan, kehangatan, dan persetujuan. Komponen itulah yang akan dijadikan acuan peneliti dalam pembuatan angket. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Orang Tua Anak dapat belajar untuk bergaul dengan orang lain apabila dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang baik. Sarafino (1994: 104) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan dukungan sosial. Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi faktor dari diri penerima dan faktor dari pemberi dukungan. Berikut adalah uraiannya: 1) Faktor dari diri penerima dukungan Penerima dukungan dalam hal ini adalah anak. Beberapa hal yang mempengaruhi dukungan orang tua adalah karena anak tidak ingin orang tuanya mengetahui bahwa dia sedang memiliki masalah sehingga membutuhkan dukungan, atau anak merasa bahwa dia seharusnya mandiri dan tidak mengganggu orang tuanya, ataupun karena anak cenderung tertutup dan menolak dukungan orang tuanya. 2) Faktor dari pemberi dukungan Pemberi dukungan dalam hal ini adalah orang tua. Beberapa hal yang mempengaruhi dukungan orang tua adalah apabila orang tua sendiri sedang berada dalam permasalahan atau tengah menghadapi stres dan

17 21 menjadi kurang sensitif terhadap keluarganya sehingga tidak menyadari bahwa ada anaknya yang membutuhkan dukungan darinya. Berdasarkan kedua faktor tersebut dapat dimengerti bahwa sikap anak dan orang tua dapat mempengaruhi dukungan yang diterima oleh anak. 3. Kajian Siswa Sekolah Menengah Atas Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kondisi orang tua dalam mendukung perkembangan anak remajanya yang duduk dibangku SMA. SMA adalah kependekan dari Sekolah Menengah Atas, yaitu jenjang pendidikan formal di Indonesia. Tingkat SMA dijalani siswa setelah mereka lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), pada umumnya berusia tahun. Periode yang paling rawan dalam suatu fase perkembangan individu yaitu masa remaja. Sesuai pendapat Hurlock Tej. Istiwidayanti & Soedjarwo (1980:207) bahwa masa remaja merupakan periode yang penting akibat perkembangan secara fisik dan psikologis. Hal ini dikarenakan pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa peralihan antara masa kanak-kanak sebelum menjadi dewasa ini disebut masa mencari jati diri. Menurut Desmita (2005) mengenai karakteristik fisik, kognitif dan sosial dari remaja adalah sebagai berikut : a. Fisik 1) Remaja mengalami perubahan tunggi dan berat badan. 2) Remaja mengalami perubahan proporsi tubuh, berkembangnya jaringan otot. 3) Remaja mengalami ciri-ciri seks primer dan skunder. b. Kognitif 1) Cara berfikir semakin matang dan sistematik. 2) Dapat mengambil keputusan. 3) Memiliki orientasi kedepan.

18 22 c. Sosial 1) Mampu berpikir kritis mengenai isu-isu dalam hubungan interpersonal. 2) Berkembangnya penalaran moral yaitu mampu menyelesaikan konflik dengan diri sendiri maupun orang lain. 3) Memiliki hubungan sosial baik dengan individu sekitarnya. 4. Sumbangan Dukungan Orang Tua terhadap Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tugas perkembangan, faktor internal maupun eksternal. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tugas perkembangan dari luar yaitu keluarga. Peran keluarga sendiri, khususnya orang tua tidak hanya memberikan jaminan makanan kepada anaknya, tetapi juga memberikan kasih sayang dan perhatian tentang perkembangan anaknya dengan memberikan dorongan, menjadi teman bagi anak-anaknya sehingga anak terbuka dengan orang tua, memberikan atau mencukupi kebutuhan financial sehingga anak merasa diperhatikan. Sri Lestari (2013:22) menguraikan bahwa keluarga merupakan tempat yang paling penting bagi perkembangan anak secara fisik, emosi, spiritual, dan sosial. Karena keluarga merupakan sumber bagi kasih sayang,perlindungan dan identitas bagi anggotanya. Individu yang memperoleh banyak bimbingan dari orang tua akan lebih mudah dalam memahami tugas perkembangan yang harus dicapai sehingga tugas perkembangan yang dicapai individu tersebut dapat lebih optimal dibandingkan dengan individu yang tidak memperoleh bimbingan dari orang tua. Elizabeth Hurlockt Tej. Meitasari Tjandrasa (1978:201) berpendapat bahwa pengaruh keluarga pada anak dan perkembangannya baru dapat dihargai sepenuhnya saat seseorang menyadari apa saja sumbangan para anggota keluarga pada anak. Beberapa sumbangan keluarga pada perkembangan anak antara lain menjadi sumber kasih sayang dan penerimaan, menjadi orang yang dapat diharapkan bantuannya dalam memecahkan masalah, sebagai sumber persahabatan sampai mereka cukup besar ketika tidak ada teman di luar.

19 23 Dari pendapat para ahli diatas dapat dimengerti bahwa keluarga khususnya orang tua memberikan kontribusi besar untuk membantu dalam perkembangan anak pada masa remaja. Dukungan orang tua juga akan membawa pengaruh terhadap sikap anak, sesuai dengan bagaimana orang tua dalam menerapkan pola asuhnya dalam keluarga. 5. Hasil Penelitian yang Relevan a. Penelitian yang dilakukan oleh Ade Riza Rahma Rambe dan Tarmidi, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2009 dalam Jurnal Psikologi Volume 37, no.2, Desember 2010 : dengan judul : Hubungan Dukungan Sosial Orang Tua dan Kemandirian Belajar pada Siswa SMA. Dalam penelitian ini, dilatar belakangi adanya anggapan bahwa kemandirian belajar merupakan proses dimana individu mengambil inisiatif dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi sistem pembelajarannya. Salah satu karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kemandirian belajar pada diri siswa adalah motivasi pada diri siswa. Dalam meningkatkan motivasi berprestasi bagi diri siswa, peran atau dukungan sosial dari orangtua adalah hal yang sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan kemandirian belajar pada siswa SMA. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dan kemandirian belajar. Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial orangtua dengan kemandirian belajar pada siswa sekolah menengah atas dengan nilai r 0.477, ρ (0,05). Artinya semakin tinggi dukungan sosial orangtua maka akan semakin tinggi kemandirian belajar pada siswa dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial orangtua maka akan semakin rendah kemandirian belajar pada siswa. b. Penelitian yang dilakukan oleh Jane Heidyani Tan, Amatus Yudi Ismanto, Abram Babakal, Universitas Sam Ratulangi, Manado pada tahun 2013 dalam E-Journal keperawatan (e-kp) volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

20 24 dengan judul : Hubungan Antara Dukungan Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pada Anak Usia Sekolah Kelas IV Dan V di SD Negeri Kawangkoan Kalawat. Dalam penelitian ini, motivasi belajar merupakan dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia untuk belajar. Motivasi belajar dapat dipengaruhi dari diri sendiri (intrinsik), yang didasari oleh adanya kebutuhan untuk belajar, dan dari luar diri sendiri (ekstrinsik) yaitu motivasi yang berasal dari keluarga (terutama orang tua). Dukungan orang tua adalah interaksi yang dikembangkan oleh orang tua yang dicirikan oleh perawatan,kehangatan, persetujuan, dan berbagai perasaan positif orang tua terhadap anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dukungan orang tua dengan motivasi belajar pada anak usia sekolah kelas IV dan V di SD Negeri Kawangkoan Kalawat. Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu total sampling. Sampel 117 responden. Teknik analisa data dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan á = 0,05. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan orang tua dengan motivasi belajar pada anak usia sekolah di SD Negeri Kawangkoan Kalawat dengan uji chi square didapatkan nilai p = 0,002 < á = 0,05. Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara dukungan orang tua dengan motivasi belajar pada anak usia sekolah di SD Negeri Kawangkoan Kalawat. B. Kerangka Berpikir Dukungan orang tua diduga memberikan kontribusi terhadap tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan siswa dimasa remaja. Keluarga khususnya orang tua merupakan tempat yang paling penting bagi perkembangan anak secara fisik, emosi, spiritual, dan sosial karena keluarga merupakan sumber bagi kasih sayang,perlindungan dan identitas bagi anggotanya. Dalam memberikan dukungan, orang tua satu tidak sama dengan yang lainnya, hal ini menyebabkan perbedaan pula dalam tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa tersebut.

21 25 Siswa yang memperoleh dukungan orang tua yang tinggi, maka akan terbantu dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya sebagai remaja, sehingga siswa merasa berbahagia ketika mampu mencapai tugas perkembangannya. Sebaliknya, jika siswa memperoleh dukungan orang tua yang rendah, maka siswa tersebut kurang terbantu dalam mencapai tugas perkembangannya dan akan merasa kesulitan untuk mencapai tugas perkembangannya sebagai remaja secara optimal. Dukungan orang tua Dukungan orang tua tinggi Dukungan orang tua rendah Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap penelitian atau suatu permasalahan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: 1. Tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa kelas XI SMA N 2 Surakarta berada dalam kategori sedang. 2. Dukungan orang tua terhadap siswa tersebut berada dalam kategori sedang. 3. Dukungan orang tua berkontribusi terhadap tingkat pencapaian tugas perkembangan siswa.

22

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP A. Pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini terjadi pada setiap individu manusia sejak dalam kandungan, yaitu sejak terjadi pertemuan antara

Lebih terperinci

cxü~xåutçztç exåt}t Setiawati PPB FIP UPI

cxü~xåutçztç exåt}t Setiawati PPB FIP UPI cxü~xåutçztç exåt}t Oleh : Setiawati PPB FIP UPI Tugas Perkembangan Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan dewasa. Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat

Lebih terperinci

Sahabat. Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata;

Sahabat. Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata; Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata; Barang siapa yang tidak mau merasakan sakitnya belajar, maka dia tidak akan merasakan nikmatnya ilmu. Sahabat Waktu hanya memberikan kita kesempatan satu kali,

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa a. Pengertian Tugas Perkembangan Individu dalam periode tertentu mempunyai tugas-tugas yang harus dicapai, seperti yang

Lebih terperinci

Perkembangan Individu

Perkembangan Individu Perkembangan Individu oleh : Akhmad Sudrajat sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perkembangan-individu/ 1. Apa perkembangan individu itu? Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja Menurut Havighurst (dalam Syaodih. 2009.: 161) mengatakan bahwa: Definisi tugas perkembangan adalah suatu tugas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya, dimana proses kehidupan manusia terus berjalan dimulai sejak lahir (bayi),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan bantuan orang lain. Oleh karena itu, setiap manusia diharapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI merupakan masa usia seseorang di sebut remaja. Pikunas (1976) menyatakan bahwa masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup bersama dengan orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Walgito (2001)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak dan semakin menguat pada masa remaja.hurlock (1980:235) kesatuan membentuk apa yang disebut sebagai konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak dan semakin menguat pada masa remaja.hurlock (1980:235) kesatuan membentuk apa yang disebut sebagai konsep diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep diri atau self conceptmerupakan suatu kombinasi dari perasaan dan kepercayaan mengenai diri sendiri.konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi

Lebih terperinci

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu generasi harapan bangsa dimana masa depan yang dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Masrun, dkk (1986), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap individu yang diperoleh selama masa perkembangan. Kemandirian seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat manusia perlu adanya hubungan yang baik antar sesamanya. Manusia tidak dapat hidup sendiri karena manusia merupakan makhluk sosial dan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah usia seseorang yang sedang dalam masa transisi yang sudah tidak lagi menjadi anak-anak, dan tidak bisa juga dinilai dewasa, saat usia remaja ini anak ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sekolah merupakan salah satu badan pendidikan yang memiliki peran penting dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kualitas. Menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyar

PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyar TUGAS TUGAS PERKEMBANGAN (Developmental Task) PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki tujuan sama dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk membantu individu dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai harapan serta cita-cita sendiri yang ingin dicapai. Mencapai suatu cita-cita idealnya memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada rentang usia remaja, yaitu berkisar antara 12-15 tahun (Lytha, 2009:16). Hurlock (1980:10) mengemukakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) : POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) : 1. Konsep dasar bimbingan dan konseling pribadi - sosial : a. Keterkaitan diri dengan lingkungan sosial b. Pengertian BK pribadi- sosial c. Urgensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan berlanjut menjadi orang tua merupakan proses yang dilalui oleh setiap manusia secara berkesinambungan dalam hidupnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN (SKK)

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN (SKK) MATA KULIAH DASAR-DASAR BK STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN (SKK) Oleh : Sugiyatno, M.Pd sugiyatno@uny.ac.id PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan

Lebih terperinci

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Volume 1 Nomor 1 Januari 2012 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling Halaman 1-5 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa menjadi satu

Lebih terperinci

terhadap kreativitas siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo melalui motivasi belajar

terhadap kreativitas siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo melalui motivasi belajar Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kreativitas Siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo melalui Motivasi Belajar Yunita Rahmasari 11410031 A. Pendahuluan Pendidikan di Indonesia, menurut Munandar, masih berorientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia 1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap

Lebih terperinci

PENTINGNYA GURU MEMAHAMI KONDISI PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK

PENTINGNYA GURU MEMAHAMI KONDISI PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK PENTINGNYA GURU MEMAHAMI KONDISI PSIKOLOGIS PESERTA DIDIK I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami psikologis peserta didik, merupakan sikap yang harus dimiliki dan dilakukan guru, agar guru dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat memberikan pengaruh kepada manusia dalam kehidupannya. Manusia mengalami perkembangan bertahap dalam kehidupannya, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah media penghantar individu untuk menuju masa depan yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu solusi atau upaya yang dibuat agar dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

Silabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / Layanan : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil )

Silabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / Layanan : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil ) Silabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil ) Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan - Mencapai kematangan dalam

Lebih terperinci

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh) Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima01/01/2013 Direvisi12/01/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 hlm. 310-316 USAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah hal yang baru lagi, khususnya bagi masyarakat. Kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah hal yang baru lagi, khususnya bagi masyarakat. Kualitas pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembahasan mengenai rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bukanlah hal yang baru lagi, khususnya bagi masyarakat. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya

Lebih terperinci

Langkah I : Need Assessment (Analisis Kebutuhan)

Langkah I : Need Assessment (Analisis Kebutuhan) Langkah I : Need Assessment (Analisis Kebutuhan) 1 2 3 PERMASALAHAN/KEBUTUHAN TUJUAN PENYELESAIAN ALTERNATIF KEGIATAN JENIS 1 2 3 4 5 ASPEK LANDASAN HIDUP RELIGIUS a. Minimnya siswa ibadah minat mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran identitas gender yang merupakan salah satu aspek tugas perkembangan siswa sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Asertif 1. Pengertian Asertif menurut Corey (2007) adalah ekspresi langsung, jujur dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak seseorang tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan manusia terbagi menjadi beberapa fase selama rentang kehidupan. Beberapa fase tersebut diantaranya fase bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan mendorong peserta didik untuk memiliki kekuatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci