Mikrobiologi bahan pangan dan pakan Metode horizontal untuk deteksi dan enumerasi Escherichia coli terduga Teknik Angka Paling Mungkin (APM)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mikrobiologi bahan pangan dan pakan Metode horizontal untuk deteksi dan enumerasi Escherichia coli terduga Teknik Angka Paling Mungkin (APM)"

Transkripsi

1 Standar Nasional Indonesia Mikrobiologi bahan pangan dan pakan Metode horizontal untuk deteksi dan enumerasi Escherichia coli terduga Teknik Angka Paling Mungkin (APM) ICS (ISO 7251:2005, IDT) Badan Standardisasi Nasional

2 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp Fax Diterbitkan di Jakarta

3 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan...iv 1 Ruang lingkup Acuan normatif Istilah dan definisi Prinsip Pengencer, media biakan dan pereaksi Peralatan dan alat gelas Pengambilan contoh Penyiapan contoh uji Prosedur Pernyataan hasil Laporan uji... 9 Lampiran A (normatif) Tabel APM Bibliografi Tabel A.1 Tabel APM untuk 5 x 1 g (ml), 5 x 0,1 g (ml) and 5 x 0,01 g (ml) BSN 2012 i

4 Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) ISO 7251:2012, Mikrobiologi bahan pangan dan pakan Metode horizontal untuk deteksi dan enumerasi Escherichia coli terduga Teknik Angka Paling Mungkin (APM) merupakan hasil adopsi identik dengan metode terjemahan dari ISO 7251:2005, Microbiology of food and animal feeding stuffs -- Horizontal method for the detection and enumeration of presumptive Escherichia coli -- Most probable number technique. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis (PT) Makanan dan Minuman. Standar ini telah dibahas dalam rapat teknis dan terakhir disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal 15 Desember 2011 di Jakarta. Untuk tujuan penggunaan standar ini, yang dimaksud dengan This International Standard adalah This National Standar (SNI) dan diterjemahkan menjadi Standar Nasional atau Standar ini. Apabila terdapat keraguan pada standar ini, maka mengacu pada standar aslinya. Standar ISO yang digunakan dalam acuan normatif telah diadopsi identik menjadi SNI, yaitu: 1. ISO :1999 Microbiology of food and animal feeding stuffs - Preparation of test samples, initial suspension and decimal dilutions for microbiological examination -- Part 1: General rules for the preparation of the initial suspension and decimal dilutions, dan diadopsi identik menjadi SNI ISO :2012, Mikrobiologi bahan pangan dan pakan Penyiapan contoh uji, suspensi awal dan pengenceran desimal untuk pengujian mikrobiologi - Bagian 1: Aturan umum untuk penyiapan suspensi awal dan pengenceran desimal. 2. ISO :2003, Microbiology of food and animal feeding stuffs -- Preparation of test samples, initial suspension and decimal dilutions for microbiological examination -- Part 2: Specific rules for the preparation of meat and meat products diadopsi identik menjadi SNI ISO :2012, Mikrobiologi bahan pangan dan pakan Penyiapan contoh uji, suspensi awal dan pengenceran desimal untuk pengujian mikrobiologi - Bagian 1: Aturan khusus untuk penyiapan dan produk daging. 3. ISO :2003, Microbiology of food and animal feeding stuffs -- Preparation of test samples, initial suspension and decimal dilutions for microbiological examination -- Part 3: Specific rules for the preparation of fish and fishery products diadopsi secara identik menjadi SNI ISO :2012, Mikrobiologi bahan pangan dan pakan Penyiapan contoh uji, suspensi awal dan pengenceran desimal untuk pengujian mikrobiologi - Bagian 3: Aturan khusus untuk penyiapan ikan dan produk perikanan. 4. ISO :2003, Microbiology of food and animal feeding stuffs -- Preparation of test samples, initial suspension and decimal dilutions for microbiological examination -- Part 4: Specific rules for the preparation of products other than milk and milk products, meat and meat products, and fish and fishery products diadopsi secara identik menjadi SNI ISO :2012, Mikrobiologi bahan pangan dan pakan Penyiapan contoh uji, suspensi awal dan pengenceran desimal untuk pengujian mikrobiologi - Bagian 4: Aturan khusus untuk produk selain susu dan produk susu, daging dan produk daging, ikan dan produk perikanan. BSN 2012 ii

5 5. ISO 7218:1996, Microbiology of food and animal feeding stuffs - General rules for microbiological examinations. telah direvisi oleh ISO 7218:2007 Microbiology of food and animal feeding stuffs -- General requirements and guidance for microbiological examinations, diadopsi secara identik menjadi SNI ISO 7218:2012, Mikrobiologi bahan pangan dan pakan Persyaratan umum dan panduan untuk pengujian mikrobiologi. 6. ISO/TS :2009, Microbiology of food and animal feeding stuffs Guidelines on preparation and production of culture media Part 1: General guidelines on quality assurance for the preparation of culture media in the laboratory, diadopsi secara identik menjadi SNI ISO/TS :2012 Mikrobiologi bahan pangan dan pakan Panduan penyiapan dan pembuatan media biakan Bagian 1: Panduan umum jaminan mutu untuk penyiapan media biakan di laboratorium. 7. ISO/TS :2003, Microbiology of food and animal feeding stuffs Guidelines on preparation and production of culture media Part 2: Practical guidelines on performance testing of culture media, dan diadopsi secara identik menjadi SNI ISO/TS :2012, Mikrobiologi bahan pangan dan pakan Pedoman penyiapan dan pembuatan media biakan Bagian 2: Panduan praktis pengujian kinerja media biakan. BSN 2012 iii

6 Pendahuluan Karena terdapat berbagai macam produk di bidang aplikasi ini, panduan ini mungkin tidak sesuai dalam setiap rincian untuk produk tertentu dan untuk beberapa produk lain mungkin perlu menggunakan metode yang berbeda. Namun demikian, diharapkan bahwa dalam semua kasus setiap usaha akan dilakukan untuk menerapkan panduan ini sedapat mungkin dan bahwa penyimpangan hanya akan dilakukan jika benar-benar diperlukan karena alasan teknis. Jika standar ini selanjutnya dikaji, pertimbangan akan diambil terhadap semua informasi yang kemudian tersedia, mengenai sejauh mana metode horizontal ini telah diikuti dan alasan penyimpangan dalam kasus pada produk tertentu. Harmonisasi metode uji tidak dapat dilakukan dengan segera, dan untuk kelompok produk tertentu, Standar Internasional dan/atau nasional mungkin sudah ada tetapi tidak sesuai dengan metode horizontal ini. Ketika standar tersebut ditelaah, diharapkan standar akan diubah agar sesuai dengan Standar Internasional ini sehingga yang harus dipertimbangkan selanjutnya dari metode horizontal ini adalah hanya yang diperlukan untuk alasan teknis yang mapan. BSN 2012 iv

7 Mikrobiologi bahan pangan dan pakan Metode horizontal untuk deteksi dan enumerasi Escherichia coli terduga Teknik Angka Paling Mungkin (APM) 1 Ruang lingkup Standar ini memberikan pedoman umum untuk deteksi dan enumerasi Escherichia coli terduga dengan teknik biakan media cair dan perhitungan angka paling mungkin (APM) setelah diinkubasi pada suhu 37 C, kemudian pada suhu 44 C. Standar ini berlaku untuk - produk yang ditujukan untuk konsumsi manusia dan pakan hewan, dan - contoh lingkungan dalam areal produksi pangan dan penanganan pangan. Perhatian Beberapa strain patogen Escherichia coli tidak tumbuh pada suhu 44 C. Keterbatasan penggunaan standar ini dipengaruhi oleh kerentanan metode ini terhadap variabilitas yang luas (lihat Pasal 10). 2 Acuan normatif Dokumen berikut merupakan bagian tidak terpisahkan untuk penggunaan dokumen ini. Untuk acuan bertanggal, hanya edisi yang diacu digunakan. Untuk acuan tidak bertanggal, edisi terakhir dari dokumen acuan (termasuk amandemen) digunakan ISO , Microbiology of food and animal feeding stuffs Preparation of test samples, initial suspension and decimal dilutions for microbiological examination Part 1: General rules for the preparation of the initial suspension and decimal dilutions. ISO , Microbiology of food and animal feeding stuffs Preparation of test samples, initial suspension and decimal dilutions for microbiological examination Part 2: Specific rules for the preparation of meat and meat products. ISO , Microbiology of food and animal feeding stuffs Preparation of test samples, initial suspension and decimal dilutions for microbiological examination Part 3: Specific rules for the preparation of fish and fishery products. ISO , Microbiology of food and animal feeding stuffs Preparation of test samples, initial suspension and decimal dilutions for microbiological examination Part 4: Specific rules for the preparation of products other than milk and milk products, meat and meat products, and fish and fishery products. ISO 7218, Microbiology of food and animal feeding stuffs General rules for microbiological examinations. ISO 8261, Milk and milk products General guidance for the preparation of test samples, initial suspensions and decimal dilutions for microbiological examination ISO/TS , Microbiology of food and animal feeding stuffs Guidelines on preparation and production of culture media Part 1: General guidelines on quality assurance for the preparation of culture media in the laboratory BSN dari 14

8 ISO/TS , Microbiology of food and animal feeding stuffs Guidelines on preparation and production of culture media Part 2: Practical guidelines on performance testing of culture media 3 Istilah dan definisi Untuk penggunaan standar ini, digunakan istilah dan definisi sebagai berikut. 3.1 Escherichia coli terduga (presumptive Escherichia coli) bakteri ini pada suhu 44 C memfermentasi laktosa dengan menghasilkan gas, dan pada suhu 44 C menghasilkan indol dari tryptophan, ketika dilakukan pengujian sesuai dengan metode spesifik dalam standar ini 3.2 enumerasi Escherichia coli terduga angka paling mungkin E. coli per milliliter atau per gram contoh uji jika uji dilakukan sesuai metode spesifik dalam standar ini 4 Prinsip 4.1 Metode deteksi Media pengayaan selektif cair diinokulasi dengan sejumlah tertentu suspensi awal contoh uji Tabung diinkubasikan pada suhu 37 C dengan waktu sampai dengan 48 jam. Pembentukan gas dalam tabung diperiksa setelah 24 jam dan 48 jam Jika tabung memberikan peningkatan kekeruhan (opacity), seperti berkabut atau menghasilkan gas, maka disub-biakkan pada tabung yang berisi media selektif cair (EC broth) Tabung yang diperoleh pada diinkubasikan pada suhu 44 C dengan waktu sampai dengan 48 jam. Pembentukan gas dalam tabung diperiksa setelah 24 jam dan 48 jam Jika tabung media yang diperoleh pada menunjukkan pembentukan gas, dari suspensi ini disub-biakkan pada tabung yang berisi pepton water bebas indol Tabung yang diperoleh pada diinkubasikan pada suhu 44 C selama 48 jam. Pengamatan dilakukan terhadap produksi indol dalam tabung, sebagai hasil degradasi tryptophan yang terkandung dalam pepton Tabung yang memperlihatkan kekeruhan, berkabut atau menghasilkan gas dalam media pengayaan selektif cair (4.1.1) dan menghasilkan gas pada EC broth serta indol dalam peptone water pada suhu 44 C dipertimbangkan mengandung Escherichia coli terduga. Hasil dinyatakan sebagai "ada" atau "tidak ada" Escherichia coli terduga dalam x g atau x ml produk. BSN dari 14

9 4.2 Metode enumerasi Tiga tabung media pengayaan selektif cair dengan konsentrasi ganda diinokulasi dengan sejumlah tertentu suspensi awal Tiga tabung media pengayaan selektif cair dengan konsentrasi tunggal diinokulasi dengan sejumlah tertentu suspensi awal. Selanjutnya pada kondisi yang sama, tiga tabung lain yang berisi media dengan konsentrasi tunggal diinokulasi dengan sejumlah tertentu pengenceran desimal dari suspensi awal Semua tabung berisi media konsentrasi ganda dan tunggal diinkubasikan pada suhu 37 C dengan waktu sampai dengan 48 jam. Pembentukan gas dalam tabung diperiksa setelah 24 jam dan 48 jam Setiap tabung media konsentrasi ganda yang memperlihatkan peningkatan kekeruhan, berkabut atau peningkatan pengeluaran gas, serta setiap tabung media konsentrasi tunggal yang memberikan peningkatan pengeluaran gas, disub-biakkan pada tabung berisi media selektif cair (EC broth) Semua tabung yang diperoleh pada diinkubasikan pada suhu 44 C sampai dengan 48 jam. Produksi gas dalam semua tabung diperiksa setelah 24 jam dan 48 jam Setiap tabung media yang diperoleh pada yang memberikan peningkatan pengeluaran gas disub-biakkan pada tabung yang berisi peptone water bebas indol Semua tabung yang diperoleh pada diinkubasikan pada suhu 44 C selama 48 jam. Pengamatan dilakukan terhadap produksi indol dalam tabung, sebagai hasil degradasi tryptophan yang terkandung dalam pepton Nilai Angka Paling Mungkin Escherichia coli terduga ditentukan dengan tabel APM (lihat Lampiran A), menurut jumlah semua tabung media konsentrasi ganda dan tunggal dari sub-biakan yang menghasilkan gas dalam EC broth dan indol dalam peptone water pada suhu 44 C. 5 Pengencer, media biakan dan pereaksi Untuk praktek laboratorium terkini, lihat ISO Pengencer Secara umum, lihat ISO , tetapi untuk produk susu lihat ISO BSN dari 14

10 5.2 Media pengayaan selektif (lauryl sulfate broth) Komposisi a) Media konsentrasi ganda b) Media konsentrasi tunggal Enzymatic digest of plan and animal tissues 40,0 g 20,0 g Laktosa 10,0 g 5,0 g Dikalium hidrogen fosfat (K 2 HPO 4 ) 5,5 g 2,75 g Kalium dihidrogen fosfat (KH 2 PO 4 ) 5,5 g 2,75 g Natrium klorida 10,0 g 5,0 g Natrium lauril sulfat [CH 3 (CH 2 ) 11 OSO 3 Na] 0,2 g 0,1 g Air ml ml Penyiapan Larutkan semua bahan atau media lengkap kering (dehydrated) dalam air, dengan pemanasan jika diperlukan. Atur ph jika diperlukan, sehingga ph setelah sterilisasi menjadi 6,8 ± 0,2 pada suhu 25 C. Masukkan masing-masing media sejumlah 9 ml ke dalam tabung berukuran 16 mm x 160 mm (6.4) yang berisi tabung Durham (6.6) untuk media konsentrasi tunggal, dan sejumlah 10 ml ke dalam tabung reaksi berukuran 18 mm x 180 mm atau 20 mm x 200 mm (6.4) yang berisi tabung Durham (6.6) untuk media konsentrasi ganda. Sterilisasi dalam otoklaf (6.1) yang diatur pada suhu 121 C selama 15 menit. Tabung Durham harus tidak berisi gelembung udara setelah sterilisasi. 5.3 EC broth (media selektif) Komposisi Enzymatic digest of casein Laktosa Bile salts No. 3 a Dikalium monohidrogen fosfat (K 2 HPO 4 ) Kalium dihidrogen fosfat (KH 2 PO 4 ) Natrium klorida Air a lihat referensi [1] Penyiapan 20,0 g 5,0 g 1,5 g 4,0 g 1,5 g 5,0 g ml Larutkan semua bahan atau media komersial siap pakai (dehydrated) dalam air, dengan pemanasan jika diperlukan. Atur ph jika diperlukan, sehingga ph setelah sterilisasi menjadi 6,8 ± 0,2 pada suhu 25 C. BSN dari 14

11 Masukan media sejumlah 10 ml ke dalam semua tabung berukuran 16 mm x 160 mm (6.4) yang diberi tabung Durham (6.6). Sterilisasi dalam otoklaf (6.1) yang diatur pada suhu 121 C selama 15 menit. Tabung Durham harus tidak berisi gelembung udara setelah sterilisasi Uji kinerja dan jaminan mutu media biakan Untuk menguji kinerja media, lihat ISO/TS dan ISO/TS Peptone water, bebas indol Komposisi Enzymatic digest of casein Natrium klorida Air Penyiapan 10,0 g 5,0 g ml Larutkan semua bahan atau media komersial siap pakai (dehydrated) dalam air, dengan pemanasan jika diperlukan. Atur ph jika diperlukan, sehingga ph setelah sterilisasi menjadi 7,3 ± 0,2 pada suhu 25 C. Masukkan masing-masing media sejumlah 5 ml sampai 10 ml ke dalam tabung berukuran 16 mm x 160 mm (6.4). Sterilisasi dalam otoklaf (6.1) yang diatur pada suhu 121 C selama 15 menit. 5.5 Pereaksi indol (pereaksi Kovacs) Komposisi 4-Dimetilaminobenzaldehida 2-Metilbutana-1-ol atau pentana-1-ol Asam klorida (ρ 20 1,18 g/ml to 1,19 g/ml) Penyiapan 5,0 g 75,0 ml 25,0 ml Larutkan 4-dimetillaminobenzaldehida dalam alkohol dengan pemanasan secara perlahan menggunakan penangas air yang dipertahankan antara suhu 50 C dan 55 C. Dinginkan dan tambahkan asam klorida. Lindungi dari cahaya dan simpan pada suhu sekitar 4 C (lihat ISO 7218). Pereaksi harus berwarna kuning terang sampai coklat terang. CATATAN Pereaksi komersial siap pakai yang tersedia juga dapat dipakai. BSN dari 14

12 6 Peralatan teknis dan alat gelas CATATAN Peralatan sekali pakai (disposable) dapat digunakan jika memiliki spesifikasi yang sama dengan peralatan yang dapat dipakai ulang. Perlengkapan laboratorium mikrobiologi yang umum dan khusus adalah sebagai berikut: 6.1 Peralatan untuk sterilisasi kering (oven) atau sterilisasi basah (otoklaf) Lihat ISO Inkubator, mampu beroperasi pada suhu 37 C± 1 C dan 44 C ± 1 C. 6.3 Penangas air, mampu dipertahankan pada suhu 44 C ± 1 C. 6.4 Tabung reaksi, berukuran kira-kira16 mm x 160 mm dan 18 mm x 180 mm atau 20 mm x 200 mm. 6.5 Jarum-Ose (sampling loop), terbuat dari platina/iridium atau nikel/krom, berdiameter kira-kira 3 mm, atau jarum-ose steril sekali pakai kira-kira 10 μl. 6.6 Tabung Durham, ukuran yang sesuai untuk digunakan dalam tabung reaksi (6.4). 6.7 Pipet habis tuang (total-delivery pippetes), mempunyai kapasitas nominal 1 ml dan 10 ml 6.8 ph-meter, memiliki resolusi 0,01 unit ph dan ketelitian ± 0,1 unit ph pada suhu 25 C. 7 Pengambilan contoh Contoh yang dikirim ke laboratorium sebaiknya mewakili contoh uji. Contoh sebaiknya tidak rusak atau berubah selama pengangkutan atau penyimpanan. Pengambilan contoh bukan bagian dari metode yang dipersyaratkan dalam standar ini. Jika tidak tersedia standar spesifik yang terkait dengan pengambilan contoh produk yang bersangkutan, direkomendasikan untuk mendapat kesepakatan dari pihak-pihak terkait. 8 Penyiapan contoh uji Siapkan contoh uji sesuai dengan standar spesifik yang berhubungan dengan produk terkait. Jika tidak tersedia standar yang terkait dengan pengambilan contoh produk yang bersangkutan, direkomendasikan untuk mendapatkan kesepakatan dari pihak-pihak terkait. 9 Prosedur 9.1 Metode deteksi Porsi uji dan suspensi awal Lihat bagian yang sesuai pada ISO 6887 yang tergantung pada produk terkait, atau ISO BSN dari 14

13 Tambahkan 1 ml suspensi awal pada 9 ml lauryl sulfate broth konsentrasi tunggal [5.2.1 b)] (yaitu 0,1 g atau 0,1 ml contoh), atau 10 ml suspensi awal pada 10 ml lauryl sulfate broth konsentrasi ganda [(5.2.1 a)] (yaitu 1 g atau 1 ml contoh). Untuk volume porsi uji yang lebih besar, siapkan suspensi awal dengan penambahan x ml atau x g ke dalam 9x mll pengencer (lihat ISO 6887 atau ISO 8261), lalu tambahkan seluruh suspensi awal ke dalam 90x ml lauryl sulfate broth konsentrasi tunggal [5.2.1 b)]. Sebagai contoh, tambahkan 5 ml atau 5 g contoh ke dalam 45 ml pengencer, dan tambahkan seluruh suspensi awal ini ke dalam 450 ml lauryl sulfate broth konsentrasi tunggal [5.2.1 b)], atau tambahkan porsi uji pada volume yang sama pada lauryl sulfate broth konsentrasi ganda [5.2.1 a)] Inkubasi media pengayaan selektif (lauryl sulfate broth) Inkubasikan lauryl sulfate broth konsentrasi tunggal atau konsentrasi ganda (5.2) dalam inkubator (6.2) yang diatur pada suhu 37 C selama 24 jam ± 2 jam. Jika pada tahapan ini, tidak ada pembentukan gas dan kekeruhan, inkubasikan kembali sampai dengan 48 jam ± 2 jam. CATATAN Untuk kekerangan hidup, dapat digunakan waktu inkubasi selama 48 jam ± 2 jam Untuk beberapa produk susu (misalnya kasein), tabung Durham dapat tetap terletak di bagian bawah tabung media pengayaan selektif. Jika setelah 48 jam inkubasi, kekeruhan teramati tetapi tidak ada pembetukan gas, inokulasi EC broth dengan lauryl sulfate broth ini dan dilanjutkan dengan metode seperti diuraikan sesuai Inokulasi dan inkubasi media selektif (EC broth) Setelah inkubasi media konsentrasi ganda [(5.2.1 a)] menurut 9.1.2, jika teramati kekeruhan, berkabut atau penampakkan gas, atau setelah inkubasi media konsentrasi tunggal [(5.2.1 b)] menurut jika penampakan gas teramati, inokulasikan pada tabung of EC broth (5.3) menggunakan jarum-ose (6.5) dan inkubasikan dalam penangas air (6.3) atau inkubator (6.2) yang diatur pada suhu 44 C selama 24 jam ± 2 jam. Jika tidak terlihat gas dalam EC broth (5.3), total waktu inkubasi diperpanjang sampai dengan 48 jam ± 2 jam. CATATAN Untuk kekerangan hidup, dapat digunakan.total waktu inkubasi tidak lebih dari 24 jam ± 2 jam Inokulasi dan inkubasi peptone water Setelah inkubasi menurut 9.1.3, jika pembentukan gas teramati, inokulasikan pada tabung peptone water (5.4) yang telah dipanaskan terlebih dahulu sampai suhu 44 C menggunakan jarum-ose (6.5). Inkubasikan selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 44 C Pengujian untuk produksi indol Tambahkan 0,5 ml pereaksi indol (5.5) ke dalam tabung peptone water (5.4) yang telah diinkubasi menurut Kocok merata dan amati setelah 1 menit. Warna merah dalam fase alkohol mengindikasikan adanya indol Interprestasi Hasil pengujian dianggap positif, jika media pengayaan selektif yang diinkubasi menurut menunjukkan peningkatan penampakan gas dalam tabung EC broth (setelah disub- BSN dari 14

14 biakkan dan inkubasi menurut dan 9.1.4), serta menunjukkan produksi indol dalam tabung peptone water. 9.2 Metode enumerasi Porsi uji, suspensi awal dan pengenceran Lihat bagian yang sesuai pada ISO 6887 sesuai produk terkait, atau ISO Siapkan sejumlah pengenceran secukupnya untuk memastikan bahwa semua tabung pengenceran terakhir akan menghasilkan nilai negatif Inokulasi dan inkubasi media pengayaan selektif (lauryl sulfate broth) Tiga seri tabung disiapkan untuk setiap pengenceran. Untuk kekerangan hidup atau produk tertentu lainnya, dan/atau ketika ketelitian hasil yang lebih tinggi diperlukan, perlu digunakan lima seri tabung (lihat Lampiran A) Ambil tiga tabung media pengayaan selektif dengan konsentrasi ganda [5.2.1 a)]. Pipetkan 10 ml suspensi awal ke dalam setiap tabung menggunakan pipet steril (6.7). Porsi uji ini setara dengan 1 g contoh per tabung Lalu ambil tiga tabung media pengayaan selektif dengan konsentrasi tunggal [5.2.1 b)]. Pipetkan 1 ml suspensi awal ke dalam setiap tabung menggunakan pipet steril (6.7). Porsi uji ini setara dengan 0,1 g contoh per tabung Untuk setiap pengenceran lebih lanjut (setara dengan 0,01 g, 0,001 g, dan seterusnya contoh per tabung), dikerjakan seperti dalam Gunakan pipet steril yang baru untuk setiap pengenceran. Hati-hati dalam mencampur inokulum dan media Inkubasikan semua tabung media pengayaan selektif konsentrasi ganda yang diinokulasi sesuai dan tabung media pengayaan selektif konsentrasi tunggal yang diinokulasi sesuai dan dalam inkubator (6.2) yang diatur pada suhu 37 C selama 24 jam ± 2 jam. Jika pada tahap ini, tidak ada pembentukan gas dan kekeruhan, inkubasikan kembail sampai dengan 48 jam ± 2 jam. Untuk kekerangan hidup, inkubasi harus selama 48 jam ± 2 jam. Untuk beberapa produk susu (misalnya kasein), tabung Durham dapat tetap terletak dibagian bawah tabung media pengayaan selektif. Jika setelah 48 jam periode inkubasi, kekeruhan teramati tetapi tidak ada pembentukan gas, Inokulasikan EC broth dengan lauryl sulfate broth ini dan dilanjutkan dengan metode seperti diuraikan sesuai Pembuatan sub-biakan dan inkubasi media selektif (EC broth) Untuk setiap tabung media konsentrasi ganda yang diinkubasikan sesuai dan menunjukkan kekeruhan, berkabut atau penampakan gas, serta untuk setiap tabung media konsentrasi tunggal diinkubasi sesuai yang menunjukkan penampakan gas, buat sub-biakan ke dalam tabung berisi EC broth (5.3) menggunakan jarum-ose.(6.5) Inkubasikan tabung-tabung yang diinokulasi seperti pada dalam penangas air (6.3) atau inkubator (6.2) yang diatur pada suhu 44 C selama 24 jam ± 2 jam. Jika pada tahap ini tidak ada penampakan gas dalam EC broth (5.3), perpanjang total waktu inkubasi sampai dengan 48 jam ± 2 jam. BSN dari 14

15 Untuk kekerangan hidup, total waktu inkubasi harus dibatasi sampai 24 jam ± 2 jam Inokulasi dan inkubasi peptone water Untuk setiap tabung yang diinkubasi sesuai dan menunjukkan penampakan gas, inokulasikan menggunakan jarum-ose (6.5) pada tabung peptone water (5.4) yang telah dipanaskan sampai suhu 44 C. Inkubasi selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 44 C Pengujian untuk produksi indol Tambahkan 0,5 ml pereaksi indol (5.5) ke tabung peptone water (5.4) yang telah diinkubasi sesuai Kocok merata dan periksa setelah 1 menit. Warna merah dalam fase alkohol mengindikasikan adanya indol Interpretasi Tabung berisi media pengayaan selektif dengan konsentrasi ganda [5.2.1 a)] atau konsentrasi tunggal [5.2.1 b)] yang diinkubasikan sesuai 9.2.2, dianggap positif, jika tabung tersebut menunjukkan peningkatan penampakan gas dalam tabung EC broth (setelah disubbiakkan dan diinkubasi sesuai dan 9.2.4) serta menunjukkan produksi indol dalam tabung peptone water. Untuk setiap pengenceran, hitung jumlah tabung dengan media konsentrasi ganda [5.2.1 a)] dan konsentrasi tunggal [5.2.1 b)] yang menunjukkan hasil positif. 10 Pernyataan hasil 10.1 Metode deteksi Berdasarkan interprestasi hasil (9.1.6), laporkan ada atau tidaknya Escherichia coli terduga pada porsi uji, berat dinyatakan dalam gram, atau volume dalam milliliter contoh uji Metode enumerasi Lihat Lampiran A. CONTOH Pada penggunaan contoh padat dan tiga seri tabung, dalam 95% kasus, batas kepercayaan bervariasi dari 13 sampai 200 Escherichia coli terduga per gram untuk APM 7,4 x 10 Escherichia coli terduga per gram, dan bervariasi dari 4 sampai 99 Escherichia coli terduga per gram untuk APM 2,4 x 10 Escherichia coli terduga per gram. 11 Laporan uji Laporan hasil uji harus menyatakan: a) semua informasi yang diperlukan untuk identifikasi contoh secara lengkap; b) metode pengambilan contoh, jika diketahui; c) metode uji yang digunakan, dengan mengacu pada standar nasional ini; BSN dari 14

16 d) semua rincian pelaksanaan yang tidak dijelaskan dalam standar nasional ini, atau diperlakukan sebagai opsional, bersama dengan rincian setiap kejadian yang mungkin mempengaruhi hasil; e) hasil uji yang diperoleh. BSN dari 14

17 Lampiran A (normatif) Tabel APM A.1 Perhitungan APM menggunakan 3 tabung Lihat ISO A.2 Perhitungan APM menggunakan 5 tabung Lihat Tabel A.1. Tabel A.1 Tabel APM untuk 5 x 1 g (ml), 5 x 0,1 g (ml) and 5 x 0,01 g (ml) Jumlah hasil positif Indeks APM Kategori a ketika jumlah contoh (setiap batch) yang diuji adalah Batas kepercayaan % 95 % 99 % 99 % < 0,18 0,00 0,65 0,00 0, , ,00 0,65 0,00 0, , ,01 0,65 0,00 0, , ,07 0,99 0,02 1, , ,07 0,99 0,02 1, , ,17 1,40 0,09 2, , ,17 1,40 0,09 2, , ,02 0,99 0,01 1, , ,07 1,00 0,02 1, , ,17 1,40 0,09 2, , ,07 1,10 0,03 1, , ,17 1,40 0,09 2, , ,33 2,20 0,20 2, , ,18 1,40 0,09 2, , ,33 2,20 0,20 2, , ,33 2,20 0,20 2, , ,3 2,2 0,2 2, , ,3 2,2 0,2 2, , ,08 1,4 0,04 2, , ,18 1,50 0,09 2, , ,33 2,20 0,20 2, , ,19 1,70 0,10 2, , ,33 2,20 0,20 2,80 BSN dari 14

18 Jumlah hasil positif Indeks APM Tabel A.1 (lanjutan) Kategori a ketika jumlah contoh (setiap batch) yang diuji adalah Batas kepercayaan % 95 % 99 % 99 % , ,4 2,5 0,2 3, , ,34 2,20 0,20 2, , ,4 2,5 0,2 3, , ,6 3,4 0,4 4, , ,4 2,5 0,2 3, , ,6 3,4 0,4 4, , ,6 3,4 0,4 4, , ,21 2,20 0,12 2, , ,4 2,2 0,2 2, , ,6 3,4 0,4 4, , ,4 2,5 0,2 3, , ,6 3,4 0,4 4, , ,6 3,4 0,4 4, , ,6 3,4 0,4 4, , ,7 3,9 0,5 5, , ,7 3,9 0,5 5, , ,7 3,9 0,5 5, , ,7 3,9 0,5 5, , ,0 6,6 0,7 9, , ,7 4,0 0,5 5, , ,0 6,6 0,7 9, , ,0 6,6 0,7 9, , ,4 3,4 0,3 4, , ,5 3,4 0,4 4, , ,7 3,9 0,5 5, , ,0 6,6 0,7 9, , ,6 3,9 0,4 5, , ,7 4,1 0,5 5, , ,0 6,6 0,7 9, , ,0 6,6 0,7 9, , ,7 4,8 0,5 6, , ,0 6,6 0,7 9, , ,0 6,6 0,7 9, , ,3 10,0 0,9 14, , ,0 6,6 0,7 9, , ,0 6,6 0,7 9, , ,3 10,0 0,9 14,7 BSN dari 14

19 Jumlah hasil positif Indeks APM Tabel A.1 (lanjutan) Kategori a ketika jumlah sampel Batas kepercayaan (setiap batch) yang diuji adalah % 95 % 99 % 99 % , ,3 10,0 0,9 14, , ,3 10,0 0,9 14, , ,4 11,3 0,9 14, , ,3 10,0 0,9 14, , ,4 11,3 0,9 14, , ,7 6,6 0,5 9, , ,0 6,6 0,7 9, , ,3 10,0 0,9 14, , ,1 14,9 1,4 20, , ,0 10,0 0,7 14, , ,4 11,3 0,9 14, , ,1 14,9 1,4 20, , ,4 11,0 2,1 27, , ,5 14,9 0,9 20, , ,2 16,8 1,4 23, , ,4 22,0 2,1 28, , ,3 22,0 1,5 27, > 160 CATATAN Hasil ini didasarkan pada acuan [2]. a Untuk penjelasan kategori, lihat ISO BSN dari 14

20 Bibliografi [1] ICMSF Microorganisms in Foods, 1988, Vol. 1, p. 280, University of Toronto Press, Toronto, Canada [2] DE MAN, J.C. MPN tables, corrected. Eur. J. Appl. Biotechnol., 1983, 17, pp BSN dari 14

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji berat jenis aspal keras Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis aspal keras ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

SNI 4482:2013  Standar Nasional Indonesia Durian  ICS Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Durian ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011 Standar Nasional Indonesia ICS 13.060.50 Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Susu segar-bagian 1: Sapi

Susu segar-bagian 1: Sapi Standar Nasional Indonesia Susu segar-bagian 1: Sapi ICS 67.100.01 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji daktilitas aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium Teknologi Pascapanen dan Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia SNI ASTM D6934:2012 Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D 6934 04, IDT) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D 6935 04, IDT) Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin,

Lebih terperinci

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2009. Pengambilan sampel susu dilakukan di beberapa daerah di wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

Analisis kadar abu contoh batubara

Analisis kadar abu contoh batubara Standar Nasional Indonesia Analisis kadar abu contoh batubara ICS 19.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Spesifikasi aspal emulsi kationik Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi kationik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standard atmospheres for conditioning and/or testing Specifications ICS 19.020 (ISO 554 1976, IDT) Badan

Lebih terperinci

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C117 2004, IDT) ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2004

Lebih terperinci

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Minyak terpentin SNI 7633:2011 Standar Nasional Indonesia Minyak terpentin ICS 65.020.99 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Tempat Pelaksanaan Pengujian ini dilaksanakan di. Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP), Kelurahan

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Tempat Pelaksanaan Pengujian ini dilaksanakan di. Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP), Kelurahan BAB III TEKNIK PELAKSANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Tempat Pelaksanaan Pengujian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP), Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2. MATERI DAN METODE 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2.2. Materi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. uji kandungan bakteriologis Escherichia coli pada es buah yang dijajakan dipasar

BAB III METODE PENELITIAN. uji kandungan bakteriologis Escherichia coli pada es buah yang dijajakan dipasar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yaitu dengan mendeskriptifkan atau memberi gambaran tentang hygiene sanitasi dan uji

Lebih terperinci

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 SNI 3643:2012 Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode observasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Kesehatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode deskriptif. B. Tempat dan waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis

Lebih terperinci

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air Standar Nasional Indonesia Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN. Sampel Kode sampel Tes perkiraan

LAMPIRAN. Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN. Sampel Kode sampel Tes perkiraan LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN Sampel Kode sampel Tes perkiraan Tes penegasan MPN Air Bersih 290/B/AB/02/201 4 5-1-0 5-1-0 33 Lampiran 2 Flowsheet Pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. unit perinatologi di Rumah Sakit Abdoel Moeloek dengan melakukan uji coliform pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. unit perinatologi di Rumah Sakit Abdoel Moeloek dengan melakukan uji coliform pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang observasi dan pemeriksaannya hanya dilakukan dalam satu waktu untuk memperoleh gambaran kualitas air

Lebih terperinci

u\x#t^'")*^ffimf-'n#iffi*iit;i,#ii,'il;;' ""

u\x#t^')*^ffimf-'n#iffi*iit;i,#ii,'il;;' A KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN r\ ts BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU -I J{J.I. DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN u\x#t^'")*^ffimf-'n#iffi*iit;i,#ii,'il;;' "" KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perhitungan bakteri coliform ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu : Hasil Tabung Reaksi Setelah Uji Pendugaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perhitungan bakteri coliform ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu : Hasil Tabung Reaksi Setelah Uji Pendugaan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Pengujian ini memperoleh hasil dalam uji pendugaan, uji penegasan serta perhitungan bakteri coliform ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu : 1.1.1 Hasil Tabung Reaksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. C), 6 gerobak pangsit (gerobak pangsit D, E, F, G,H dan I). Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. C), 6 gerobak pangsit (gerobak pangsit D, E, F, G,H dan I). Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dilingkungan Universitas Negeri Gorontalo yang berjumlah 9 penjual jajanan bakso, yang terdiri dari 3 kantin ( kantin

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel nasi bungkus diambil dari penjual nasi bungkus di wilayah sekitar kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran.

Lebih terperinci

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification SNI ISO 1096:2010 Standar Nasional Indonesia Kayu lapis - Klasifikasi Plywood - Classification (ISO 1096:1999,IDT) Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 79-01 Hasil Hutan Kayu ICS 79.060 Badan

Lebih terperinci

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan SNI 7537.3:2011 Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme pengganti Air Susu Ibu di Unit Perinatologi Rumah Sakit

Lebih terperinci

Cara uji sifat tahan lekang batu

Cara uji sifat tahan lekang batu Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat tahan lekang batu ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian Standar Nasional Indonesia SNI 1975:2012 Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian ICS 13.080.20; 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di Desa Karya Baru Kecamatan Dengilo. Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di Desa Karya Baru Kecamatan Dengilo. Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Desember 2013. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian akan dilakukan di Desa Karya Baru Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI VIROLOGI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI VIROLOGI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI VIROLOGI Perhitungan Jumlah Bakteri Dengan Metode Most Probable Number (MPN) atau Angka Paling Mungkin (APM) Oleh : Dyah Sukma Rengganingtyas Novi Astuti Novita Ratna

Lebih terperinci

Setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering.

Setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering. Lampiran 1.Flowsheet Pembuatan Media Lactose Broth Double Ditimbang seksama media Lactose Broth Double sebanyak 52 gr. Dimasukkan ke dalam beaker gelas. Dilarutkan dalam 1 liter aquadest. Dimasukkan magnetic

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pasca Panen Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal Standar Nasional Indonesia SNI 6890:2014 Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal ICS 93.080.20 (ASTM D 979-01 (2006), IDT) Badan Standardisasi Nasional ASTM 2006 All rights reserved BSN 2014

Lebih terperinci

Pupuk amonium klorida

Pupuk amonium klorida Standar Nasional Indonesia Pupuk amonium klorida ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1

Lebih terperinci

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D 6930-04, MOD.) Badan Standardisasi Nasional SNI 6828:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4 2- secara turbidimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Kos Smart Center Kota Gorontalo dan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Kos Smart Center Kota Gorontalo dan 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di Kos Smart Center Kota Gorontalo dan pengujiannya dilaksanakan di laboratorium. 3.1.2 Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar Sentral Kota Gorontalo. Dari keseluruhan penjual

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan April Bahan dan Alat.

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan April Bahan dan Alat. 23 METODE PENELITIAN Tempat Penelitian Pengambilan sampel daging sapi impor untuk penelitian ini dilakukan di Instalasi Karantina Produk Hewan (IKPH). Pengujian sampel dilakukan di laboratorium Balai Besar

Lebih terperinci

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Pupuk amonium sulfat

Pupuk amonium sulfat Standar Nasional Indonesia Pupuk amonium sulfat ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Prakata... i Daftar isi... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.)

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI ASTM C123:2012 Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C 123-03,IDT.) Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di

BAHAN DAN METODE. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di Balai Laboratorium Kesehatan Medan. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah garam buffer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif, yaitu penelitian yang menjajaki sesuatu informasi sementara atau kasus yang belum dikenal atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN. Pemeriksaan bakteri Coliform pada air limbah dilakukan Balai Riset dan

BAB III METODE PENGUJIAN. Pemeriksaan bakteri Coliform pada air limbah dilakukan Balai Riset dan BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pemeriksaan bakteri Coliform pada air limbah dilakukan Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan Jalan Sisingamangaraja No 24, Medan yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan  Metode Penelitian Sampel 16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2012 di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan kegiatan, yaitu pengambilan sampel, isolasi dan identifikasi bakteri

Lebih terperinci

Air demineral SNI 6241:2015

Air demineral SNI 6241:2015 Standar Nasional Indonesia Air demineral ICS 67.160.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Febuari 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Febuari 2014 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Febuari 2014 dengan tahapan kegiatan, yaitu pengambilan sampel, isolasi dan

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data 2.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UPT Laboratorium Biosain dan Bioteknologi Universitas Udayana. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

Bambu lamina penggunaan umum

Bambu lamina penggunaan umum Standar Nasional Indonesia Bambu lamina penggunaan umum ICS 79.060.01 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo Tahun 2014. Waktu penelitian ini pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September - Desember 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September - Desember 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September - Desember 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah SNI 4144 : 2012 Badan Standardisasi Nasional Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan

Lebih terperinci

Tes Pendugaan 216/B/AM

Tes Pendugaan 216/B/AM Lampiran 1.Tabel Hasil Percobaan Sampel Nomor Sampel Tes Pendugaan Tes penegasan MPN Air Minum Isi Ulang 216/B/AM 5 3 0 3 0 0 7.8 34 Lampiran 2.Flowsheet Pembuatan Media Lactose Broth Single Ditimbang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014. 14 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 215 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PENGUJIAN KUALITAS ASPEK

Lebih terperinci

Pupuk SP-36 SNI

Pupuk SP-36 SNI Standar Nasional Indonesia Pupuk SP-36 ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Syarat

Lebih terperinci

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI 7619:2012 Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan atau Explanatory Research karena ingin mengetahui variabel-variabel

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. B. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium mikrobiologi, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Lebih terperinci

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur Standar Nasional Indonesia ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional SNI 4868.2:2013 Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur BSN 2013 Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan Standar Nasional Indonesia Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan ICS 67.050 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

BAB II MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB II MATERI DAN METODE PENELITIAN BAB II MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.1. Materi Penelitian 2.1.1. Lokasi Sampling dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini sampel diambil dari lokasi-lokasi sebagai berikut: 1. Rumah Pemotongan Hewan

Lebih terperinci

Cara uji penyulingan aspal cair

Cara uji penyulingan aspal cair Standar Nasional Indonesia Cara uji penyulingan aspal cair ICS 91.100.15; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel air diambil dari air sumur gali yang berada di Kelurahan Nunbaun Sabu Kecamatan Alak Kota Kupang yang selanjutnya sampel air dianalisa di

Lebih terperinci

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

Pupuk tripel super fosfat plus-zn Standar Nasional Indonesia Pupuk tripel super fosfat plus-zn ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2012 di Bagian Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera utara.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasit dan waktu penelitiannya yaitu : Lokasi pengambilan sampel air sumur ini yaitu di Dusun III, Desa Pulubala

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasit dan waktu penelitiannya yaitu : Lokasi pengambilan sampel air sumur ini yaitu di Dusun III, Desa Pulubala BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasit dan waktu penelitiannya yaitu :.. Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan sampel air sumur ini yaitu di Dusun III, Desa Pulubala Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel dilakukan di pasar di sekitar kota Bandar Lampung,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel dilakukan di pasar di sekitar kota Bandar Lampung, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel dilakukan di pasar di sekitar kota Bandar Lampung, sebanyak 7 sampel diambil dari pasar tradisional dan 7 sampel diambil dari

Lebih terperinci

Pantai Kabupaten Bone Bolango. Tahap analisis dari segi bakteriologis. dilaksanakan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.

Pantai Kabupaten Bone Bolango. Tahap analisis dari segi bakteriologis. dilaksanakan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Desa Bilungala Utara Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango. Tahap analisis dari segi bakteriologis dilaksanakan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1

Lebih terperinci

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii ) Standar Nasional Indonesia Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii ) ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Pupuk super fosfat tunggal

Pupuk super fosfat tunggal Standar Nasional Indonesia Pupuk super fosfat tunggal ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur

BAB III METODE PENELITIAN. hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian survei ini bersifat Deskriptif yaitu mengetahui gambaran hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur yang dijual oleh

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Sterilisasi Alat dan Bahan Semua peralatan yang akan digunakan dalam penelitian disterilisasikan terlebih dahulu. Peralatan mikrobiologi disterilisasi dengan oven pada suhu 171 o C

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya ANALISIS CEMARAN MIKROBA

Lebih terperinci

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup Standar Nasional Indonesia ICS 75.140; 93.080.20 Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Pupuk dolomit SNI

Pupuk dolomit SNI Standar Nasional Indonesia Pupuk dolomit ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Syarat mutu... 1 4 Pengambilan contoh...

Lebih terperinci

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Standar Nasional Indonesia ICS 93.010 Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara semi terstruktur (semi-structured interview) disertai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara semi terstruktur (semi-structured interview) disertai dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini diawali dengan mengkaji tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan baku jamu gendong dengan

Lebih terperinci

Pupuk kalium sulfat SNI

Pupuk kalium sulfat SNI Standar Nasional Indonesia Pupuk kalium sulfat ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat Isolat bakteri koleksi Laboratorium Mikrobiologi hasil isolasi Laut Belawan ditumbuhkan

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN VI. PEMBAHASAN Mutu mokrobiologis dari suatu produk makanan ditentukan oleh jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan. Mutu mikrobiologis ini akan menentukan ketahanan simpan dari

Lebih terperinci