MESIN PENDINGIN MINUMAN DENGAN DUA EVAPORATOR RANGKAIAN SERI SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MESIN PENDINGIN MINUMAN DENGAN DUA EVAPORATOR RANGKAIAN SERI SKRIPSI"

Transkripsi

1 MESIN PENDINGIN MINUMAN DENGAN DUA EVAPORATOR RANGKAIAN SERI SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Mesin Oleh : MATHEIS EVERDIN MAKATITA PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i

2 COOLER DRINKS MACHINE WITH TWO EVAPORATORSERIES CIRCUIT FINAL PROJECT As partial fulfillment of the requirement to obtain the SarjanainMechanical Engineering By : MATHEIS EVERDIN MAKATITA MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2017 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 vi

7 ABSTRAK Seiring berjalannya waktu semakin banyak mesin pendingin yang dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan manusia. Mesin pendingin ditinjau dari kegunaanya memiliki fungsi yang berbeda. Adapun fungsi dari mesin pendingin yaitu untuk mendinginkan, membekukan dan untuk pengkondisian udara. Sebagai contoh mesin pendingin yang berfungsi untuk mendinginkan yaitu refrigerator, dan yang untuk membekukan yaitu freezer, sedangkan yang untuk pengkondisian udara yaitu air conditioner (AC). Tujuan penelitian ini adalah (a) merakit mesin pendingin dengan dua evaporator yang digunakan untuk mendinginkan minuman, (b) menghitung kerja kompresor per satuan massa refrigeran, kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigeran, kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran, laju aliran massa refrigeran, (c) mengetahui COP aktual mesin pendingin, COP ideal mesin pendingin dan efisiensi mesin pendingin. Penelitian ini menggunakan mesin pendingin minuman dengan dua evaporator rangkaian seri, yang menggunakan siklus kompresi uap dengan panjang pipa kapiler 150cm, daya kompresor 1/5 Hp, refrigeran134a, kondensor yang memiliki lekukan sebanyak 8U dan dua evaporator plat datar. Data yang diambil yaitu (a) suhu refrigeran saat masuk kompresor (T 1 ), (b) suhu refrigeran saat keluar kondensor (T 3 ), (c) suhu udara di dalamruang pendinginan (T ruangpendingin ), (d) tekanan rendah refrigeran masuk kompresor (P 1 ), (e) tekanan tinggi refrigeran keluar kompresor (P2). Penelitian ini mendapatkan hasil (a) mesin pendingin minuman dengan dua evaporator rangkaian seri telah berhasil dibuatdan pada penelitian yang menggunakan kipas pendingin kondensor menghasilkan suhu kerja evaporator T e = -35,9 o C, suhu kondensor T c = 42,2 o C, dan Suhu ruang pendingin yang dapat dicapai T ruang pendingin = 0,47 o C, sedangkan pada penelitian yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor menghasilkan suhu kerja evaporator T e = -38,4 o C, suhu kondensor T c = 45,8 o C, dan Suhu ruang pendingin yang dapat dicapai T ruang pendingin = 2,32 o C. (b) kerja kompresor per satuan massa refrigeran (W in ) yang menggunakan kipas pendingin kondensor pada saat stabil 67 kj/kg,dan yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor pada saat stabil 64 kj/kg. kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigeran (Q out ) yang menggunakan kipas pendingin kondensor pada saat stabil185 kj/kg, dan yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor pada saat stabil 184 kj/kg.kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran (Q in ) yang menggunakan kipas pendingin kondensor pada saat stabil 118 kj/kg dan yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor pada saat stabil 120 kj/kg. laju aliran massa refrigeran (ṁ) yang menggunakan kipas pendingin kondensor pada saat stabil 0,00296 kg/detik dan yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor pada saat stabil 0,00309 kg/detik. COP aktual yang menggunakan kipas pendingin kondensor pada saat stabil 1,76 dan yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor pada saat stabil 1,88. COP ideal yang menggunakan kipas pendingin kondensor pada saat stabil 2,8 dan yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor pada saat stabil 2,84. Efisiensi (η) yang menggunakan kipas pendingin vii

8 kondensor pada saat stabil 59% dan yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor pada saat stabil 66%. Kata Kunci : Mesin Pendingin, COP aktual, COP ideal, efisiensi. viii

9 ABSTRACT As time goes by more and more cooling machines are utilized in accordance with human needs. Cooling engine in terms of it is functionality has different functions. As for the function of the cooling machine is to cool, freeze, and for air condiioning. For example a cooling machine that serves to cool the refrigerator, and which to freeze ie freezer, while those for air conditioning are air conditioner. The purpose of this study is to (a) assemble the cooling machine with two evaporators used to cool the beverage, (b) calculate the compressor work per unit mass of thr refrigerant, the heat released by the condenser per unit mass of he refrigerant, the heat absorbed by evaporator per unit mass of the refrigerant, the mass flow rate, (c) knowing thecop actual, COP ideal, and cooling machine efficiency. The air temperature inside the cooling chamber, This study used a beverage cooling machine with two evaporators series circuit, evaporators using a vapor compression cycle with 150 cm, capillary tube length, 1/5 Hp compressor power, refrigeran 134a, 8U condensor, and two flat plate evaporator. The data taken is the refrigeran temperature when entering the comressor, temperature of refrigerant upon exit condenser, low pressure refrigerant in compressor, high pressure refrigerant out comperssor. This research gets results (a) a beverage cooling machine with two series circut evaporators has been successfully manufactured and in research using a condenser cooling fan produces evaporator work T e = -35,9 o C, condenser temperature T c = 42,2 o C, and the temperature of the cooling chamber can be reached T cooling room = 0,47 o C, whereas in the study that did not use condenser cooling fan to produce the working temperature of evaporator T e = -38,4 o C, condenser tempereture T c = 45,8 o C, and the temperature of the cooling chamber can be reached T cooling room = 2,32 o C. (b) the working of a refrigerant mass union compressor (W in ) using a condenser cooling fan at a stable 67 kj/kg, and which does not use a condenser cooling fan at a stable 64 kj/kg.headreleased by condenser per unit mass of refrigerant (Q out ) using codenser cooling fan at stable 185 kj/kg, and which does not use condenser cooling fan when stable 184 kj/kg.heatabsorbed by evaporator per unit mass of refrigerant (Q in ) using condenser cooling fan at stable 118 kj/kg, and not using condenser cooling fan at stable 120 kj/kg. Refrigerant mass flow rate (ṁ) using condenser cooling fan at stable 0,00296 kg/sec, and which does not use condenser cooling fan at stable 0,00309 kg/sec.cop actual that uses condenser cooling fans at a stable 1,76, and that does not use condenser cooling fans at a stable 1,88. COP ideal that uses condenser cooling fans at a stable 2,8, and that does not use condenser cooling fans at a stable 2,84. Efficiency using condenser cooling fan at stable 59%, and which did not use condenser cooling fan when stable 66%. Keywords :Refrigerator, COP actual, COP ideal, efficiency. ix

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang diberikan dalam penyusunan Skripsi ini sehingga semuanya berjalan dengan baik dan lancar. Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib mendapatkan gelar sarjana S-1 pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Santa Dharma, Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah memberikan dorongan motivasi dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. 3. Budi Setyahandana, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik. 4. Kepala Lab Energi Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Santa Dharma, Yogyakarta. 5. Para Dosen dan Tenaga Kependidikan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Santa Dharma, Yogyakarta. 6. Tenaga Kependidikan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Santa Dharma, Yogyakarta. 7. Alexius Makatita, dan Maria Makatita selaku orang tua penulis dan keluarga penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung dan memberi semangat penulis dalam menyelesaikan Skripsi. 8. Teman-teman Teknik Mesin, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Angkatan 2011 dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuannya. x

11 xi

12 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i TITLE PAGE... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... v LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii ISTILAH PENTING... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR TABEL.. xvii DAFTAR LAMPIRAN.. xix BAB IPENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Batasan-Batasan Manfaat Penelitian... 3 BAB II DASAR TEORI Perpindahan Panas Definisi Mesin Pendingin Komponen Utama Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Rumus Perhitungan Pada Mesin Pendingin Tinjauan Pustaka BAB III PEMBUATAN ALAT Alat Penelitian Komponen-Komponen Alat Penelitian xii

13 3.3 Peralatan Pendukung Pembuatan Mesin Pendingin Proses Pembuatan Mesin Pendingin Proses Pemvakuman dan Pemetilan Proses Pengisian Refrigeran 134a Uji Coba BAB IVMETODOLIGI PENELITIAN Alur Penelitian Obyek yang Diteliti Skematik Alat Penelitian Variasi Penelitian Alat Bantu Penelitian Cara Mendapatkan Data Cara Mengolah Data dan Pembahasan Cara Mendapatkan Kesimpulan & Saran BABVHASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Perhitungan Pembahasan BABVIKESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Nilai Entalpi Menggunakan Kipas Nilai Entalpi Tidak Menggunakan Kipas xiii

14 ISTILAH PENTING Simbol h 1 h 2 h 2 h 3 W in Q out Q in ṁ COP aktual COP ideal T e T c η W V I Keterangan Nilai entalpi refrigeran masuk ke kompresor, (kj/kg) Nilai entalpi refrigeran keluar dari kompresor, (kj/kg) Nilai entalpi refrigeran masuk ke kondensor, (kj/kg) Nilai entalpi refrigeran keluar dari kondensor, (kj/kg) Kerjakompresorpersatuanmassa refrigeran, (kj/kg) Kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran, (kj/kg) Kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran, (kj/kg) Laju aliran massa refrigeran, (kg/detik) Koefisien prestasi aktual mesin pendingin Koefisienprestasi ideal mesin pendingin Suhu evaporator, (K) Suhu kondensor, (K) Efisiensi mesin pendingin Kerja kompresor per satuan waktu, (J/detik) Besar tegangan listrik yang digunakan kompresor, (V) Besar arus listrik yang digunakan kompresor, (A) xiv

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Perpindahan panas secara konduksi... 6 Gambar 2.2 Perpindahan panas secara konveksi... 6 Gambar 2.3 Perpindahan panas secara radiasi... 8 Gambar 2.4 Kompresor hermetik Gambar 2.5 Kondensor dengan jari-jari penguat Gambar 2.6 Filter Gambar 2.7 Pipa kapiler Gambar 2.8 Evaporator Plat datar Gambar 2.9 Refrigerant 134a Gambar 2.10 Skematik rangkaian komponen siklus kompresi uap Gambar 2.11 P-h diagram siklus kompresi uap Gambar 2.12 T-s diagram siklus kompresi uap Gambar 2.13 P-h diagram refrigeran 134a Gambar 3.1 Mesin yang diteliti Gambar 3.2 Rangka atau badan mesin pendingin Gambar 3.3 Pemotong pipa Gambar 3.4 Pelebar pipa Gambar 3.5 Manifold gauge Gambar 3.6 Alat las Gambar 3.7 Bahan las Gambar 3.8 Metil Gambar 3.9 Thermostatdan spesifikasinya Gambar 3.10 Pompa vakum Gambar 3.11 Styrofoam Gambar 3.12 Kipas dan kompresor Gambar 3.13 Letak styrofoam dalam ruang pendinginan Gambar 3.14 Letak thermostat pada bagian bawah ruang pendinginan xv

16 Gambar3.15 Sambungan ujung pipa keluar kompresor dan ujung Pipa masuk kondensor serta dudukan manifold gauge Gambar 3.16 Sambungan filter dengan ujung pipa keluar kondensor Gambar 3.17 Sambungan las pipa kapiler, evaporator 1 dan Gambar 3.18 Letak potongan pipa kapiler pada lubang keluar filter Gambar 3.19 Letak fan dekat kompresor Gambar 4.1 Diagram alur pembuatan dan penelitian mesin pendingin Gambar 4.2 Skematik alat penelitian menggunakan kipas pendingin kondensor Gambar 4.3 Skematik alat penelitian tidak menggunakan kipas pendingin kondensor Gambar 4.4 Thermokopel Gambar 4.5 Alat penampil suhu digital (APPA) Gambar 4.6 Thermokopel dan alat penampil suhu digital Gambar 4.7 Pressure gauge Gambar 4.8 Stopwatch Gambar 5.1 W in dari waktu ke waktu Gambar 5.2 Qout dari waktu ke waktu Gambar 5.3 Q in dari waktu ke waktu Gambar 5.4 ṁ dari waktu ke waktu Gambar 5.5 COP aktual mesin pendingin dari waktu ke waktu Gambar 5.6 COP ideal mesin pendingin dari waktu ke waktu Gambar 5.7 Efisiensi mesin pendingin (%) dari waktu ke waktu xvi

17 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tebel pengambilan data Tabel5.1 Nilai rata-rata data hasil penelitian tekanan (psi) menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.2 Nilai rata-rata data hasil penelitian tekanan (MPa) menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.3 Nilai rata-rata data hasil penelitian tekanan (psi) tidak menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.4 Nilai rata-rata data hasil penelitian tekanan (MPa) tidak menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.5 Nilai entalpi, suhu evaporator dan suhu kondensor yang menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.6 Nilai entalpi, suhu evaporator dan suhu kondensor yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.7 Kerja kompresor(w in ) dari waktu ke waktu yang menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel5.8 Kerja kompresor(w in ) dari waktu ke waktu yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.9 Kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigerant (Q out ) Yangmenggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.10 Kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigerant (Q out ) tidak menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.11 Kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran (Q in ) yang menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.12 Kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran (Q in ) yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.13 Nilai laju aliran massa refrigeran (ṁ) yang menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.14 Nilai laju aliran massa refrigeran (ṁ) yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor xvii

18 Tabel 5.15 Nilai COP aktual mesin pendinginyang menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.16 Nilai COP aktual mesin pendinginyang tidak menggunakan kipaspendingin kondensor Tabel 5.17 Nilai COP ideal mesin pedingin yang menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.18 Nilai COP ideal mesin pedingin yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.19 Nilai efisiensi mesin pendingin (η) yang menggunakan kipas pendingin kondensor Tabel 5.20 Nilai efisiensi mesin pendingin (η) yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor Table 5.21 Hasil penelitian yang menggunakan kipas pendingin kondensor Table 5.22 Hasil penelitian yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor xviii

19 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data Menggunakan kipas pendingin kondensor t = 10 menit Lampiran 2 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data Menggunakan kipas pendingin kondensor t = 20 menit Lampiran 3 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data Menggunakan kipas pendingin kondensor t = 30 menit Lampiran 4 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data Menggunakan kipas pendingin kondensor t = 40 menit Lampiran 5 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data Menggunakan kipas pendingin kondensor t = 50 menit Lampiran 6 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data Menggunakan kipas pendingin kondensor t = 60 menit Lampiran 7 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data Menggunakan kipas pendingin kondensor t = 70 menit Lampiran 8 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data Menggunakan kipas pendingin kondensor t = 80 menit Lampiran 9 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data Menggunakan kipas pendingin kondensor t = 90 menit Lampiran 10 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data Menggunakan kipas pendingin kondensor t = 100 menit Lampiran 11 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data Menggunakan kipas pendingin kondensor t = 110 menit Lampiran 12 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data Menggunakan kipas pendingin kondensor t = 120 menit Lampiran 13 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data Menggunakan kipas pendingin kondensor t = 130 menit Lampiran 14 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 10 menit xix

20 Lampiran 15 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 20 menit Lampiran 16 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 30 menit Lampiran 17 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 40 menit Lampiran 18 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 50 menit Lampiran 19Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 60 menit Lampiran 20Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 70 menit Lampiran 21 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 80 menit Lampiran 22 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 90 menit Lampiran 23 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 100 menit Lampiran 24 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 110 menit Lampiran 25 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 120 menit Lampiran 26 Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 130 menit xx

21 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini semakin banyak mesin pendingin yang dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan manusia. Mesin pendingin adalah suatu peralatan yang sering dijumpai di setiap gedung perkantoran, rumah sakit, tempat industri, rumah tangga, mall/supermarket, hotel dan bahkan pada alat transportasi. Mesin pendingin dapat berfungsi untuk mendinginkan (refrigerator), membekukan (freezer), dan mengkondisikan udara (air conditioner/ac). Refrigerator, jenis ini lebih dikenal dengan sebutan lemasi es atau kulkas. Pada umumnya berfungsi untuk mengawetkan makanan, mendinginkan minuman, dan membekukan. Pada Refrigerator perkembangbiakan dan kehidupan bakteri dalam makanan yang didinginkan atau dibekukan dihentikan sehingga makanan akan bertahan lebih lama dan dalam keadaan baik. Sedangkan minuman didinginkan untuk mendapatkan kesegaran saat diminum. Freezer, jenis ini tidak berbeda jauh dengan kulkas, hanya saja suhu kerja Freezer lebih rendah dan dapat mencapai suhu -30 sampai -40. Fungsi utamanya untuk membekukan air atau bahan makanan seperti daging dan ikan. Air Conditioner (AC), jenis ini berbeda dengan Refrigerator ataupun Freezer. AC dipergunakan manusia untuk mengkondisikan udara dalam suatu ruangan, agar manusia yang berada di dalamnya merasa lebih nyaman. Pengkondisian udara yang nyaman meliputi suhu, kelembaban, distribusi dan kebersihan udara. 1

22 2 Jika AC digunakan di dalam alat transportasi (pesawat, mobil, bus, kereta api, kapal laut, dll), diharapkan manusia yang berada didalamnya bisa menikmati perjalanan dengan rasa nyaman. Mengingat pentingnya peranan mesin pendingin bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari, maka penulis berkeinginan untuk mengerti, memahami, dan mengenal cara kerja beserta dengan karakteristik mesin pendingin, dengan cara membuat mesin pendingin dengan dua evaporator dan melakukan penelitian terhadap karakteristik mesin pendingin tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Masalah pada mesin pendingin pada umumnya adalah tidak diketahuinya karakteristik dari mesin pendinginnya, oleh karenanya diperlukan suatu pengalaman penelitian untuk dapat mengetahui karakteristik dari mesin pendingin. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Merakit mesin pendingin dengan dua evaporator yang digunakan untuk mendinginkan minuman. b. Menghitung kerja kompresor per satuan massa refrigeran, kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigeran, kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran, laju aliran massa refrigeran.

23 3 c. Mengetahui COP aktual mesin pendingin, COP ideal mesin pendingin dan efisiensi mesin pendingin. 1.4 Batasan-Batasan Batasan-batasan yang dipergunakan dalam pembuatan mesin pendingin dengan dua evaporator ini adalah : a. Mesin pendingin bekerja dengan siklus kompresi uap. b. Daya kompresor yang dipergunakan sebesar 1/5 HP, komponen utama yang lain menyesuaikan dengan besarnya daya kompresor. c. Refrigeran yang digunakan adalah refrigeran 134a (R-134a). d. Panjang pipa kapiler yang digunakan 150 cm, dengan diameter pipa 0,028 inch, berbahan tembaga. e. Kondensor yang digunakan memiliki lekukan atau lintasan sebanyak 8U. f. Dua evaporator plat datar yang digunakan merupakan evaporator standar. g. Komponen utama yang digunakan adalah komponen standart yang dijual di pasaran. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : a. Bagi penulis, dapat memberikan bekal pemahaman terhadap mesin pendingin dengan dua evaporator dan memberikan pengalaman dalam pembuatan mesin pendingin dengan dua evaporator.

24 4 b. Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin membuat mesin pendingin dengan dua evaporator atau lebih. c. Hasil penelitian dapat di tempatkan di perpustakaan untuk menambah kasanah ilmu pengetahuan tentang mesin pendingin dengan dua evaporator.

25 BAB II DASAR TEORI 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas merupakan perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur atau suhu. Dimana energi yang berpindah dinamakan kalor (heat). Panas akan terus mengalir dari temperature tinggi ke temperatur rendah dan akan terhenti saat mencapai kesetimbangan temperature, ada tiga cara perpindahan panas yaitu : secara (a) konduksi, (b) konveksi, dan (c) radiasi. a. Konduksi Perpindahan panas secara konduksi ialah pemindahan panas yang dihasilkan dari kontak langsung antara permukaan-permukaan benda yang menghasilkan panas. Setiap benda mempunyai konduktivitas termal (kemampuan mengalirkan panas) tertentu yang akan mempengaruhi panas yang dihantarkan dari sisi yang satu ke sisi yang lain. Semakin tinggi nilai konduktivitas termal suatu benda, semakin cepat benda tersebut mengalirkan panas yang diterima dari satu sisi ke sisi yang lain. Contohnya seperti pada Gambar 2.1 batang besi yang dipanaskan sisi satunya, mengalirkan panas juga pada ke sisi yang satunya. 5

26 6 Gambar 2.1 Perpindahan panas secara konduksi b. Konveksi Proses perpindahan panas melalui suatu zat yang disertai deangan perpindahan bagian-bagian yang dilaluinya disebut konveksi. Konveksi dapat terjadi pada zat cair dan gas. Syarat terjadinya konveksi pada zat cair adalah adanya pemanasan. Hal ini disebabkan oleh massa jenis zat cair ikut berpindah tempat. Contohnya pada Gambar 2.2 air yang dipanaskan dengan panci, massa jenis air bagian bawah akan berkurang sehingga digantikan dengan air bagian atas yang memiliki massa jenis lebih berat. Gambar 2.2 Perpindahan panas secara konveksi

27 7 Ada dua macam perpindahan panas secara konveksi yaitu: Perpindahan panas konveksi bebas Perpindahan panas karena adanya pergerakan fluida atau zat cair pada benda panas tanpa adanya alat bantu yang menggerakan fluida tersebut, tetapi pergerakan fluidanya terjadi karena adanya perbedaan massa jenis yang disebabkan oleh perbedaan suhu.contoh perpindahan panas konveksi bebas adalah panas kondensor yang berpindah secara bebas karena adanya perbedaan suhu. Perpindahan panas konveksi paksa Perpindahan panas yang fluidanya bergerak karena adanya alat yang digunakan untuk menggerakan fluida tersebut, seperti fan/kipas, blower, pompa dan sebagainya. Contoh perpindahan panas konveksi paksa adalah panas kondensor yang dipindahkan secara paksa dengan menggunakan kipas yang menggerakan udara sekitar melewati kondensor. c. Radiasi Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas yang terjadi karena adanya pancaran gelombang-gelombang elektromagnetik tanpa adanya media penghalang. Dengan kata lain radiasi panas dapat melalui ruang hampa. Contoh perpindahan panas radiasi melalui ruang hampa dapat dilihat pada Gambar 2.3.

28 8 Gambar 2.3 Perpindahan panas secara radiasi Pada Gambar 2.3 menunjukan sinar matahari yang langsung mengenai permukaan bumi. Maka permukaan bumi yang terkena langsung sinar matahari akan menjadi panas. Pada kejadian ini terjadi perpindahan panas secara radiasi oleh sinar matahari yang sampai ke bumi melalui ruang hampa tanpa adanya media penghalang. 2.2 Definisi Mesin Pendingin Mesin pendingin atau refrigerator bekerja untuk memindahkan panas dari suatu ruangan yang memiliki temperatur rendah ke suatu tempat yang memiliki temperatur yang lebih tinggi. Mesin pendingin yang banyak dipakai manusia umumnya menggunakan siklus kompresi uap. Siklus ini terdiri dari beberapa proses yaitu kompresi, kondensasi (pengembunan), penurunan tekanan, dan evaporasi (penguapan). Proses tersebut berlangsung secara terus menerus dan berulang-ulang sehingga didapat temperatur yang diinginkan. Adapun proses kerja mesin pendingin sebagai berikut :

29 9 a. Proses Kompresi Proses kerja mesin pendingin dimulai dari kompresor, dengan adanya aliran listrik, motor kompresor akan bekerja dan menghisap gas refrigeran yang bersuhu rendah. Kemudian kompresor memampatkan gas refrigeran sehingga menjadi uap atau gas bertekanan tinggi yang langsung mengalir ke kondensor. b. Proses Kondensasi (pengembunan) Gas bertekanan tinggi yang sampai di kondensor akan didinginkan. Proses pendinginan refrigeran di dalam kondensor dapat terjadi karena suhu refrigeran lebih tinggi dari suhu udara di luar, maka panas pada refrigeran dapat mengalir ke udara luar. sehingga suhu refrigeran turun dan wujud refrigeran berubah menjadi cairan, dan memasuki pipa kapiler. c. Proses Penurunan Tekanan Refrigeran kemudian memasuki pipa kapiler, untuk proses penurunan tekanan. Penurunan tekanan refrigeran diakibatkan karena diameter pipa kapiler lebih kecil dari diameter pipa lainya, sehingga terjadi hambatan pada tekanan refrigeran. Dengan adanya penurunan tekanan maka suhu refrigeran menjadi lebih rendah. Selanjutnya refrigeran memasuki ruang evaporator untuk proses penguapan. d. Proses Evaporasi (penguapan) Saat refrigeran sampai di evapoator, refrigeran tersebut akan menguap atau berubah fase dari cair menjadi gas. Karena adanya perbedaan suhu dimana suhu refrigeran lebih rendah dari suhu lingkungan evaporator sehingga panas dari

30 10 lingkungan evaporator dapat mengalir ke refrigeran akibatnya ruangan di dalam evaporator menjadi dingin. Ada dua jenis mesin pendingin atau kulkas yaitu nonfreezer dan freezer. Mesin pendingin minuman digolongkan sebagai kulkas nonfreezer, karena di dalam kulkas tidak hanya terdapat bagian pembeku (evaporator). Sedangakan kulkas freezer memiliki evaporator di setiap raknya, jadi freezer mampu mambekukan sesuatu lebih banyak dibandingkan dengan kulkas nonfreezer. 2.3 Komponen Utama Mesin Pendingin Pada mesin pendingin terdapat komponen-komponen utama yang mempunyai peranannya masing-masing, komponen-komponen tersebut yaitu : (a) kompresor, (b) kondensor, (c) filter, (d) pipa kapiler, (e) evaporator, dan fluida kerjanya adalah refrigeran. a. Kompresor Kompresor adalah alat yang digunakan untuk menaikkan tekanan fluida gas. Kompresor merupakan inti dari sistem kompresi uap. Kompresor yang sering digunakan adalah kompresor hermatik (Hermatic Compressor). Kompresor ini berada dalam satu wadah yang tertutup rapat, dan digerakkan oleh motor listrik dengan komponen mekanik. Kompresor ini dapat bekerja dengan prinsip recipocating ataupun rotary dimana posisi poros atau toraknya bisa vertikal maupun horizontal.

31 11 Gambar 2.4 Kompresor hermatik b. Kondensor Kondensor berfungsi untuk melepas panas pada refrigeran. Pelepasan panas dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu refrigeran yang tinggi dengan suhu udara di lingkungan yang rendah. Dimana akan terjadi perpindahan panas secara alami dari refrigeran ke udara lingkungan. Saat proses pelepasan panas terjadi, refrigeran akan mengalami proses kondensasi. Proses ini pada mesin pendingin merupakan perubahan fase refrigeran dari gas menjadi cair.

32 12 Gambar 2.5 Kondensor dengan jari-jari penguat c. Filter Filter pada mesin pendingin terbuat dari bahan tembaga. Filter berfungsi untuk menyaring kotoran yang ikut terbawa oleh refrigeran. Kotoran disaring dengan tujuan agar tidak terjadi penyumbatan di dalam pipa kapiler saat refrigeran mengalir, karena diameter pipa kapiler lebih kecil dari pipa-pipa yang lain. Kotoran yang disaring dapat berupa sisa-sisa debu pada saaat proses pengelasan, uap air yang masih terjebak di dalam sistem, dan korosi pada pipa.

33 13 Gambar 2.6 Filter d. Pipa Kapiler Pipa kapiler berfungsi untuk menurunkan tekanan refrigeran, dengan tujuan agar suhu refrigeran menjadi sangat rendah sehingga panas yang akan diserap oleh evaporator dapat lebih optimal. Penyebab turunnya tekanan pada refrigeran karena diameter pipa kapiler sangat kecil yang menyebabkan adanya hambatan yang dapat menurunkan tekanan refrigeran sebelum masuk ke dalam evaporator. Gambar 2.7 Pipa kapiler e. Evaporator Evaporator berasal dari kata evaporasi yang berarti penguapan. Evaporator adalah ruang atau tempat refrigeran menyerap panas. Ketika refrigeran melewati evaporator, akan terjadi perubahan fase dari cair menjadi gas. Proses ini terjadi karena perbedaan suhu refrigeran lebih rendah dari suhu lingkungan sekitar

34 14 evaporator. Evaporator terbuat dari bahan logam tembaga atau aluminium karena logam berfungsi sebagai konduktor yang baik. Jenis evaporator yang bayak digunakan pada mesin pendingin adalah jenis pipa berplat pada kulkas 1 pintu dan pipa bersirip pada kulkas 2 pintu. Gambar 2.8 Evaporator plat datar f. Refrigeran Refrigeran juga sangat penting dalam suatu sistem mesin pendingin, karena refrigeran berfungsi sebagai fluida yang dapat menyerap panas pada evaporator dan kemudian melepaskan panas tersebut setelah memasuki kondensor. Refrigeran dapat berubah wujud zat dari cair ke gas dan juga sebaliknya. Refrigeran yang digunakan pada penelitian mesin pendingin dengan dua evaporator ini adalah Refrigeran 134a (R-134a), karena refrigeran 134a ini tidak beracun, tidak mudah terbakar dan relatif stabil. Berikut adalah spesifikasinya : Tidak berwarna. Tidak berbau. Tidak merusak lapisan ozon. Memiliki titik didih -26,1 C.

35 15 Memiliki suhu kritis 101,1 C. Memiliki tekanan kritis 4,06 Mpa. Ada beberapa bahan pending sejenis refrigeran 134a yg sering kita temukan di pasaran antara lain SUVA 134a, HFC 134a, dan KLEA Forane 134a. Gambar 2.9 Refrigeran134a 2.4 Siklus Kompresi Uap Dari berbagai jenis system refrigerasi pada mesin pendingin, siklus kompresi uaplah yang banyak digunakan. Pada siklus ini komponen yang digunakan adalah kompresor, kondensor, pipa kapiler, dan evaporator. Skema rangkaian komponen siklus kompresi uap disajikan pada Gambar Gambar 2.11 menyajikan siklus kompresi uap pada P-h diagram dan pada Gambar 2.12 menyajikan siklus kompresi uap pada T-s diagram.

36 16 Qout 3a Kondensor 2a Komp resor Win Evaporator 4 1a Qin Gambar 2.10 Skematik rangkaian komponen siklus kompresi uap P Pendinginan lanjut Penurunan temperatur P 2 3 3a Kondensasi T c Q out 2a 2 Kompresi P 1 4 T e Q in Proses pendidihan 1a 1 W in Pemanasan lanjut h 3 = h 4 h 1 h 2 h Gambar 2.11 P-h diagram siklus kompresi uap

37 17 T 3a Q out 2a 2 3 W in 1 4 Q in 1a s Gambar 2.12 T-s diagram siklus kompresi uap Proses siklus di atas dijelaskan sebagai berikut : a. Proses 1-2 (Kompresi) Sebelum dimulainya proses ini, refrigeran berupa gas panas lanjut bertekanan rendah masuk ke kompresor. Kemudian kompresor menaikkan tekanan refrigeran sehingga refrigeran menjadi gas panas lanjut bertekanan tinggi. Proses kompresi berlangsung secara isentropic. Pada proses ini memerlukan energi listrik (untuk kompresor hermatic). b. Proses 2-2a (Penurunan temperatur/desuperheating) Pada proses ini refrigeran mengalami proses penurunan suhu sampai mencapai titik gas jenuh yang disertai dengan pelepasan kalor, sebelum refrigeran memasuki kondensor. Penurunan temperatur disebabkan oleh perbedaan suhu refrigeran dengan lingkungan sekitar evaporator. Proses ini berlangsung pada tekanan yang tetap.

38 18 c. Proses 2a-3a (Kondensasi) Proses ini terjadi saat refrigeran sampai di kondensor. Dimana refrigeran yang bertemperatur tinggi melepas panas ke lingkungan luar, sehingga terjadi proses perubahan fase dari gas jenuh menjadi cair jenuh. Proses ini berlangsung pada tekanan tinggi dan temperatur yang tetap. Pelepasan ini terjadi karena temperatur refrigeran lebih tinggi dari temperatur lingkungan luar. d. Proses 3a-3 (Pendinginan lanjut) Proses ini berfungsi untuk memastikan agar refrigeran yang keluar dari kondensor sudah dalam kondisi cair. Supaya refrigeran yang masuk ke dalam pipa kapiler tidak bercampur dengan gas, yang dapat menyebabkan masalah pada sistem pendingin. Pada proses ini terjadi penurunan temperatur refrigeran, dimana temperature refrigeran lebih rendah dari temperatur refrigeran saat proses kondensasi. e. Proses 3-4 (Penurunan tekanan dan temperatur) Proses ini berlangsung di pipa kapiler yang memiliki diameter sangat kecil dari pipa yang lainnya. Sehingga terjadi penurunan tekanan yang mengakibatkan terjadi pula penurunan temperatur. Proses ini berlangsung pada entalpi yang tetap. f. Proses 4-1a (Evaporasi) Pada proses ini panas yang berada di dalam eveporator akan diserap oleh refrigeran. Sehingga terjadi perubahan fase campuran (cairan+gas) menjadi fase gas jenuh. Proses ini berlangsung pada temperatur dan tekanan yang sama.

39 19 g. Proses 1a-1 (Pemanasan lanjut) Proses ini berfungsi memastikan agar refrigeran yang akan masuk ke kompresor sudah sepenuhnya berbentuk gas. Proses ini berlanjut pada tekanan yang tetap. Gambar 2.13 P-h diagram refrigeran 134a

40 Rumus Perhitungan Pada Mesin Pendingin Dengan diketahuinya nilai entalpi, suhu kerja kondensor, dan evaporator pada P-h diagram, dapat dihitung besarnya : (a) kerja kompresor, (b) kalor yang dilepas kondensor, (c) kalor yang diserap evaporator, (d) laju aliran massa refrigeran, (e) COP, dan (g) efisiensi mesin pendingin. a. Kerja kompresor (W in ). Besarnya kerja kompresor per satuan massa refrigeran dapat dihitung dengan Persamaan (2.1). W in = h 2 h 1 (2.1) Pada Persamaan (2.1) : W in h 1 h 2 : kerja kompresor per satuan massa refrigeran : nilai entalpi refrigeran saat masuk ke kompresor : nilai entalpi refrigeran saat keluar dari kompresor b. Kalor yang dilepas kondensor (Q out ) Besarnya kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigeran dapat dihitung dengan Persamaan (2.2). Q out = h 2 h 3 (2.2) Pada Persamaan (2.2) : Q out h 2 h 3 : kalor yang dilepas oleh kondensor per satuan massa refrigeran : nilai entalpi saat refrigeran keluar dari kompresor : nilai entalpi saat refrigeran keluar dari kondensor

41 21 c. Kalor yang diserap evaporator (Q in ) Besarnya kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran dapat dihitung dengan Persamaan (2.3) Q in = h 1 h 4 (2.3) Pada Persamaan (2.3) : Q in h 1 h 4 : kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran : nilai entalpi refrigeran saat keluar dari evaporator : nilai entalpi refrigeran saat masuk ke evaporator d. Laju aliran massa refrigeran Laju aliran massa per satuan waktu dapat dihitung dengan Persamaan (2.4) = W/W in = ( ) W in (2.4) Pada Persamaan (2.4) : : laju aliran massa refrigeran W : kerja kompresor per satuan waktu W in : kerja kompresor per satuan massa refrigeran V I : besar tegangan listrik yang digunakan kompresor (V) : besar arus listrik yang digunakan kompresor (A)

42 22 e. COP (Coefficient Of Performance) COP digunakan untuk mengetahui kerja dari siklus kompresi uap. Semakin tinggi nilai COP, maka semakin baik juga kerja siklus kompresi uapnya. COP tidak memiliki satuan karena merupakan hasil perbandingan antara kalor yang diserap evaporator dengan kerja kompresor. COP dapat dihitung dengan Persamaan (2.5) dan (2.6) : COP aktual = Q in / W in (2.5) COP ideal = T e / (T c - T e ) (2.6) Pada Persamaan (2.5) dan (2.6) : COP aktual COP ideal T e T c : koefisien prestasi aktual mesin pendingin. : koefisien prestasi ideal mesin pendingin. : temperatur mutlak evaporator (K). : temperatur mutlak kondensor (K). f. Efisiensi (η) Efisiensi adalah besarnya tingkat efektifitas pada mesin pendingin, yang dapat dihitung dengan Persamaan (2.7) η = (COP aktual / COP ideal ) (2.7) Pada Persamaan (2.7) : η : efisiensi mesin pendingin.

43 Tinjauan Pustaka Anwar, K., melakukan penelitian tentang efek beban pendingin terhadap performa sistem mesin pendingin. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan variasi beban pendingin yang menempatkan bola lampu 60, 100, 200, 300 dan 400 watt di dalam ruang pendingin. Performa optimum pada pengujian selama 30 menit diperoleh pada bola lampu 200 watt dengan COP sebesar Sedangkan untuk waktu pendinginan diperoleh paling lama pada beban pendingin yang paling tinggi (bola lampu 400 watt). Basri, M. H., melakukan penelitian tentang pengaruh temperatur kondensor terhadap kinerja mesin refrigerasi Focus 808. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengaruh perubahan tekanan pada kondensor dan mendapatkan kondisi kerja yang optimal dalam pengoperasian mesin dengan mensimulasikan temperatur kondensor. Hasil penelitian menunjukkan kenaikan temperatur kondensor akan menyebabkan kenaikan daya kompresor, tetapi menurunkan kapasitas refrigerasi sehingga menurunkan koefisien prestasi sistem refrigerasi. Dwinanda, D., melakukan penelitian tentang analisis pengaruh bentuk lekukan pipa kapiler pada refrigerator. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bentuk lekukan pipa kapiler pada refrigerator. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan studi lapangan. Penelitian ini juga menyajikan daftar alat serta bahan yang dipergunakan untuk membuat refrigerator. Hasil dari percobaan ketiga pipa kapiler tersebut yang menghasilkan suhu dingin terendah dan COP terbesar adalah yang diberi lekukan spiral.

44 24 Wilis., melakukan penelitian penggunaan refrigeran 22 dan 134a pada mesin pendingin. Penelitian tersebut bertujuan : (a) menghitung prestasi kerja refrigeran 22 dibandingkan dengan refrigeran 134a. (b) membahas refrigeran yang lebih ramah antara refrigeran 22 dengan 134a. Penelitian ini dilakukan dengan batasanbatasan sebagai berikut : (a) menggunakan refrigeran 22 dan 134a. (b) menggunakan mesin pengkondisian udara dengan motor penggerak kompresor 2 HP. Dari hasil penelitian didapatkan : (a) refrigeran 22 dari segi prestasi kerjanya lebih baik dari refrigeran 134a, tetapi tidak ramah lingkungan. (b) refrigeran 134a lebih ramah lingkungan, tetapi prestasi kerjanya lebih rendah dari refrigeran 22. Riandri, S. R., melakukan penelitian tentang Mesin pendingin minuman dengan panjang pipa kapiler 150 cm dan daya kompresor 1/5 HP. Yang bertujuan : (a) menghitung kerja kompresor kerja kompresor per satuan massa refrigerant, (b) kalor yang dilepas kondensor per satuan masa refrigerant, (c) kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran, (d) laju aliran massa, (e) COP aktual, (f) COP ideal, (g) efisiensi mesin pendingin. Hasil yang didapatkan dari penelitian : (a) kerja kompresor terkecil = 47 kj/kg, terbesar = 53 kj/kg, rata-rata = 50,28 kj/kg dan saat stabil besarnya sekitar = 50 kj/kg. (b) kalor yang di lepas terkecil = 176 kj/kg, terbesar = 200 kj/kg, rata-rata = 184,71 kj/kg dan saat stabil besarnya sekitar = 180 kj/kg. (c) kalor yang diserap terkecil = 128 kj/kg, terbesar = 147 kj/kg, rata-rata = 134,42 kj/kg dan saat stabil besarnya sekitar 130 kj/kg. (d) laju aliran massa terkecil = 0,00371 kg/detik, terbesar = 0,00429 kg/detik, ratarata = 0,00392 kg/detik dan saat stabil besarnya sekitar 0,00390 kg/detik. (e) COP aktual terkecil = 2,47, terbesar = 2,89, rata-rata = 2,67 dan saat stabil besarnya

45 25 sekitar 2,60. (f) COP ideal terkecil = 3,69, terbesar = 3,83, rata-rata = 3,77 dan saat stabil besarnya sekitar 3,70. (g) Efisiensi terbesar = 76 %, terkecil = 64 %, ratarata = 70,42 % dan saat stabil besarnya sekitar 70 %.

46 BAB III PEMBUATAN ALAT 3.1 Alat Penelitian Mesin yang digunakan pada penelitian ini adalah mesin pendingin dengan daya kompresor 1/5 HP, kondensor dengan jumlah lintasan 8 lekukan U dengan jari-jari penguat, dua evaporator, filter, pipa kapiler dan refrigeran. Mesin pendingin minuman yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 3.1. d b c a Keterangan : Gambar 3.1 Mesin yang diteliti a. kompresor b. Kondensor c. Pipa kapiler d. Evaporator 26

47 Komponen Komponen Alat Penelitian Dalam pembuatan mesin pendingin dengan dua evaporator membutuhkan komponen komponen : (a) kompresor, (b) kondensor, (c) filter, (d) pipa kapiler, (e) evaporator, dan (f) refrigeran. a. Kompresor Kompresor berfungsi untuk menaikkan tekanan refrigeran dari tekanan rendah ke tekanan tinggi, dan mengalirkan refrigeran di dalam sistem mesin pendingin. Mesin pendingin ini menggunakan kompresor hermatik merk panasonic dengan daya input 1/5 HP. (1 HP = 745,7 watt, dengan arus 0,9 ampere, dan voltage : 220 V). b. Kondensor Dalam penelitian ini menggunakan kondensor jenis pipa dengan jumlah lintasan 8 lekukan U dengan sirip (jari-jari penguat). Kondensor bekerja secara berkebalikan dengan evaporator, yaitu merubah fase refrigeran dari gas menjadi cair. Kondensor melepas panas dari refrigeran ke udara disekitarnya karena adanya perbedaan suhu. Spesifikasi kondensor yang digunakan yaitu : panjang kondensor 65 cm, lebar kondensor 45 cm. Pipa kondensor berbahan besi, dengan diameter pipa 4,8 mm, Sirip (jari-jari penguat) kondensor berbahan baja, dengan diameter sirip 1,2 mm, dan jarak antar sirip 1,6 cm.

48 28 c. Filter Fungsi dari filter ialah untuk menyaring kotoran-kotoran refrigeran agar kotoran-kotoran tidak masuk ke dalam pipa kapiler di sistem pendingin dan juga agar tidak menyumbat pipa kapiler. Filter yang digunakan berbahan tembaga dengan panjang 8,5 cm, dan berdiameter 19 mm. d. Pipa Kapiler Pipa kapiler berfungsi menurunkan tekanan refrigeran sebelum masuk evaporator (atau dari tekanan tinggi ke tekanan rendah). Dalam penelitian ini menggunakan pipa kapiler berbahan tembaga dengan panjang 150 cm dan diameter 0,028 inch. e. Evaporator Evaporator difungsikan untuk mengubah fase refrigeran dari fase cair menjadi fase gas. Pada saat terjadi perubahan fase, kalor mengalir dari lingkungan ke evaporator. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan suhu antara refrigeran dengan suhu lingkungan sekitar. Suhu evaporator lebih rendah dari lingkungan. Jenis evaporator yang digunakan dalam penelitian adalah evaporator permukaan datar yang terbuat dari aluminium dan besi dengan ukuran panjang 44 cm, dan lebar 25 cm yang berjumlah dua evaporator.

49 29 f. Refrigeran Refrigeran digunakan sebagai fluida kerja di dalam sistem pendingin. Dalam penelitian ini menggunakan refrigeran 134a (R-134a). Sifat-sifat refrigeran 134a tersaji pada Gambar (2.13). 3.3 Peralatan Pendukung Pembuatan Mesin Pendingin Adapun peralatan pendukung dalam proses pembuatan mesin pendingin ini sebagai berikut : a. Rangka atau badan mesin pendingin Rangka berfungsi sebagai pendukung wadah dari semua rangkaian mesin pendingin yang diteliti. Ukuran rangka atau badan : tinggi 121 cm, panjang 95,5 cm, dan lebar 35 cm. Gambar 3.2 Rangka atau badan mesin pendingin

50 30 b. Pemotong pipa (Tubing cutter) Sesuai namanya alat ini berfungsi sebagai alat pemotong pipa tembaga lunak. Pemotong pipa ini mempunyai sebuah pisau yang bulat dan tajam. Pisau tersebut dapat diputar pada porosnya, dimana sisi yang lain terdapat dua buah roda untuk menahan pipa yang akan di potong. Dua roda tersebut dapat ikut berputar. Gambar 3.3 Pemotong pipa c. Pelebar pipa (Swagging tool) Fungsinya untuk melebarkan diameter ujung pipa tembaga lunak yang akan disambung dengan pipa tembaga lunak yang berdiameter sama. Gambar 3.4 Pelebar pipa

51 31 d. Manifold gauge Manifold gauge digunakan untuk mengukur tekanan refrigeran dalam sistem pendinginan. Baik pada saat pengisian refrigeran dalam sistem pendingin maupun pada saat sistem beroperasi. Tekanan yang diukur adalah tekanan tinggi (keluar kompresor) dan tekanan rendah (tekanan masuk kompresor). Gambar 3.5 Manifold gauge e. Alat las Alat las merupakan pipa dengan kran dan tabung berisi gas seperti tersaji pada Gambar 3.6 yang digunakan untuk menambal, menyambung dan melepaskan sambungan pipa tembaga pada sistem mesin pendingin. Gambar 3.6 Alat las

52 32 f. Bahan las Bahan las yang digunakan dalam penyambungan pipa dalam sistem mesin pendingin menggunakan bahan tembaga dan borak. Bahan borak digunakan jika penyambungan antara tembaga dan besi. Gambar 3.7 Bahan las g. Metil Metil adalah cairan yang berfungsi untuk membersihkan saluran-saluran pipa setelah selesai penyambungan dan pemasangan pipa sistem pendingin. Penggunaan cairan sebanyak satu tutup botol metil. Gambar 3.8 Metil

53 33 h. Thermostat Thermostat adalah alat yang digunakan untuk mengatur suhu ruangan pendingin. Pada penelitian ini menggunakan thermostat dengan pengaturan suhu 12,5-1,5 C. Jika suhu yang diinginkan telah tercapai, maka kompresor akan mati. Gambar 3.9 Thermostat dan spesifikasinya i. Pompa vakum Pompa vakum digunakan untuk mengkondisikan agar sistem mesin pendingin dalam kondisi vakum, agar uap air yang berada di dalam sistem mesin pendingin dapat keluar dari sistem. Karena jika uap air tidak dikeluarkan maka ketika sistem berjalan uap air akan menjadi beku dan menyumbat aliran refrigeran.

54 34 Gambar 3.10 Pompa vakum j. Styrofoam Styrofoam berfungsi untuk menjaga agar kalor dari luar tidak masuk kedalam ruang pendinginan. Karena styrofoam memiliki nilai konduktivitas yang rendah sehingga kalor dari lingkungan luar tidak dapat masuk dengan cepat kedalam ruangan pendinginan. Gambar 3.11 Styrofoam

55 35 k. Kipas Kipas atau fan berfungsi mengalirkan udara untuk membantu menurunkan suhu casing kompresor agar kompresor tidak mengalami overheating. Gambar 3.12 Kipas dan kompresor 3.4 Proses Pembuatan Mesin Pendingin Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan mesin pendingin yaitu : a. Mempersiapkan rangka yang terbuat dari aluminium yang berfungsi sebagai badan mesin pendingin. Lihat Gambar 3.2. b. Memasang styrofoam di bagian dalam ruang pendinginan. Tepatnya di bagian samping kiri, kanan, atas, bawah, depan dan belakang dari ruang pendinginan yang terbuat dari kaca.

56 36 Gambar 3.13 Letak styrofoam dalam ruang pendinginan c. Memasang kompresor pada dudukan dibagian bawah rangka yang sudah di siapkan, lihat Gambar 2.4. d. Memasang kondensor pada bagian samping kiri pada rangka dengan menggunakan baut, lihat Gambar 2.5. e. Memasang evaporator di dalam ruang pendinginan yang sudah ditutupi dengan styrofoam, lihat Gambar 2.8. f. Memasang thermostat pada salah satu sisi pojok bagian bawah ruang pendinginan, lalu menghubungkan kabel thermostat dengan kabel kompresor dan memasukkan sensor thermostat di dalam ruangan pendinginan.

57 37 Gambar 3.14 Letak thermostat pada bagian bawah ruang pendinginan g. Melakukan pengelasan ujung pipa keluar kompresor dengan pipa masuk kondensor, tetapi sebelum itu, melas (melakukan pengelasan) dan menyambungkan terlebih dahulu pipa untuk dudukan Manifold gauge. Seperti tersaji pada Gambar Gambar 3.15 Sambungan ujung pipa keluar kompresor dan ujung pipa masuk kondensor serta dudukan Manifold gauge

58 38 h. Melakukan pengelasan dan menyambungkan ujung pipa masuk filter dengan lubang pipa keluar kondensor. Gambar 3.16 Sambungan filter dengan ujung pipa keluar kondensor i. Melakukan pengelasan ujung pipa keluar filter dengan ujung masuk pipa kapiler, lalu melakukan pengelasan ujung pipa kapiler yang satunya dengan ujung pipa masuk evaporator 1. j. Melakukan pengelasan bagian ujung pipa keluar evaporator 1 dengan ujung pipa masuk evaporator 2 menggunakan sambungan T.

59 39 Gambar 3.17 Sambungan las pipa kapiler, evaporator 1 dan 2 k. Melakukan pengelasan ujung pipa masuk kompresor dengan ujung pipa keluar evaporator 2. l. Memasangkan dan melakukan pengelasan potongan pipa kapiler dengan panjang kira-kira 10 cm pada lubang keluar filter. Gambar 3.18 Letak potongan pipa kapiler pada lubang keluar filter

60 40 m. Memasang fan (kipas) pada bagian bawah rangka bersebelahan dengan kompresor. Gambar 3.19 Letak fan dekat kompresor 3.5 Proses Pemvakuman dan Pemetialan Agar mesin pendingin dapat digunakan, perlu dilakukan proses pemvakuman. Proses ini merupakan proses untuk menghilangkan udara yang terjebak dalam sistem mesin pendingin. Setelah proses pemvakuman dilanjutkan dengan proses pemetilan. Proses ini merupakan proses pemberian cairan metil dengan tujuan untuk membersihkan sistem pendinginan dari kotoran atau debu-debu yang masuk kedalam pipa saat pengelasan atau pemasangan komponen mesin pendingin. Langkah-langkah proses pemvakuman dan pemetilan sebagai berikut :

61 41 a. Pertama menyiapkan pompa vakum, manifold gauge berserta selang merah dan biru, memasangkan selang merah pada tabung freon dan pipa hisap pompa vakum, lalu memasangkan selang biru pada pipa tekan pompa vakum dan pentil kompresor. b. Menyalakan pompa vakum, secara otomatis udara yang terjebak dalam rangkaian akan keluar melewati potongan pipa kapiler yang telah dilas dengan lubang keluar filter. c. Menaruh korek api yang sudah dinyalakan di depan ujung potongan pipa kapiler. Untuk memastikan sudah tidak ada udara lagi di dalam sistem. d. Ketika sistem telah mencapai kondisi vakum, maka pada jarum pressure gauge akan menunjukkan angka yang negatif (secara maksimal). e. Memasukkan metil ke dalam sistem sebanyak 1 tutup botol metil dengan cara menempelkan cairan metil pada potongan pipa kapiler. f. Mematikan pompa vakum agar metil dapat terhisap dan masuk ke dalam sistem. g. Melakukan pengelasan pada ujung potongan pipa kapiler.

62 Proses Pengisian Refrigeran 134a Pengisian refrigeran setelah proses pemvakuman dan pemetilan berhasil dilakukan. Ketika proses pengisian refrigeran, kompresor harus dalam keadaan menyala atau bekerja dan tekanannya harus dibawah 0 s/d 30 psi. Langkahlangkah proses pengisian refrigeran pada mesin pendingin sebagai berikut : a. Persiapkan refrigeran 134a, manifold gauge, selang merah dan biru, pentil kompresor, dan clamp meter. b. Pasangkan pentil di bagian pipa pengisian refrigeran pada kompresor. c. Pasang selang manifold berwarna merah pada pentil pengisian refrigeran pada kompresor dan selang warna biru pada tabung refrigeran 134a. d. Setelah semua selang terpasang, buka penuh kran pada tabung refrigeran, dan nyalakan komperesor. e. Kemudian pasang tang ampere pada salah satu kabel yang menuju overload kompresor. f. Buka keran manifold warna biru secara perlahan-lahan jangan sampai melebihi 10 psi. g. Setelah angka tekanan sudah menunjukkan 10 psi dan pada clamp metersudah menunjukan angka yang sesuai pada spesifikasi kompresor tersebut misal 0,9A berarti refrigeran telah selesai diisi dan menutup semua keran pada manifold. Bila terjadi bunga es pada pipa evaporator, maka refrigeran telah bekerja dengan baik.

63 43 h. Setelah refrigeran telah terisi ke dalam sistem kemudian mematikan komperesor. Lalu melepaskan selang manifold, dan menutup penutup pentil kompresor. 3.7 Uji Coba Mesin pendingin yang telah selesai dibuat perlu diuji untuk mendapatkan informasi dan spesifikasi apakah mesin pendingin telah benar-benar dapat bekerja dengan baik atau belum. Bila mesin pendingin dapat bekerja dengan baik berarti mesin pendingin tidak mengalami kebocoran atau kebuntuan, tetapi bila mesin pendingin bekerja dengan tidak baik berarti mesin pendingin mengalami kebocoran atau kebuntuan. Jika mesin pendingin belum dapat bekerja dengan baik, maka mesin pendingin perlu dibenahi atau dibetulkan dahulu, jika mesin pendingin sudah dapat bekerja dengan baik maka pengambilan data penelitian dapat dilakukan.

64 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Alur Penelitian Tahap pembuatan dan penelitian mesin pendingin minuman mengikuti diagram alur seperti yang tersaji pada Gambar 4.1 : Mulai Perancangan Mesin Pendingin Persiapan Komponen-Komponen Mesin Pendingin Pemvakuman, Pemetilan, Penyambungan Mesin Pendingin Pengisian Refrigeran 134a Uji Coba Tidak Baik Baik Pengambilan Data P 1, P 2, T 1, T 3, T ruang pendingin Penggambaran Siklus Kompresi Uap Pada P-h Diagram, Diperoleh h 1, h 2, h 3, h 4, T c, dan T e Pengolahan Data W in, Q in, Q out, COP ideal, Laju Aliran Massa Refrigeran (ṁ), COP aktual, Efisiensi ( ), Pembahasan, Kesimpulan dan saran. Selesai Gambar 4.1 Diagram alur pembuatan dan penelitian mesin pendingin. 44

65 45 Dalam penelitian mesin pendingin minuman dengan dua evaporator ini menggunakan beban pendingin minuman mineral kemasan sebanyak 1 botol dengan ukuran 600 ml. Proses penelitian berlangsung selama 130 menit dan dilakukan sebanyak 5 kali pengambilan data, dengan hari dan waktu yang berbeda. 4.2 Obyek yang Diteliti Obyek yang diteliti adalah mesin pendingin minuman dengan dua evaporator, lihat Gambar Skematik Alat Penelitian Untuk mengambil data-data pada penelitian diperlukan alat ukur tekanan dan alat ukur suhu. Posisi-posisi alat ukur untuk pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3.

66 46 filter Kondensor P 2 T 3 Kipas Kondensor Pipa Kapiler Ruang Kompresor Thermometer Analog 1 2 P 1 T 1 Thermokope l Gambar 4.2 Skematik alat penelitian menggunakan kipas pendingin kondensor filter Kondensor P 2 T 3 Pipa Kapiler Ruang pendingin Kompresor Thermometer Analog 1 2 P 1 T 1 Thermokopel Gambar 4.3 Skematik alat penelitian tidak menggunakan kipas pendingin kondensor

67 47 Keterangan alat bantu penelitian pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 sebagai berikut : a. Thermokopel dan alat penampil suhu digital (T 1 ) Berfungsi untuk mengukur suhu refrigeran masuk kompresor. b. Thermokopel dan alat penampil suhu digital (T 3 ) Berfungsi untuk mengukur suhu refrigeran yang keluar dari kondensor sebelum masuk ke pipa kapiler. c. Thermometer Hygrometer Analog (T beban ) Berfungsi untuk mengukur suhu beban pendinginan di dalam ruang pendinginan. d. Pressure gauge (P 1 ) Berfungsi untuk mengukur tekanan rendah refrigeran yang masuk ke kompresor. e. Pressure gauge (P 2 ) Berfungsi untuk mengukur tekanan tinggi refrigeran yang keluar dari kompresor. 4.4 Variasi Penelitian Penelitian dilakukan dengan membandingkan karakteristik mesin pendingin yang menggunakan kipas pendingin kondensor dengan mesin pendingin tanpa kipas pendingin kondensor.

68 Alat Bantu Penelitian Untuk memperoleh data-data dalam penelitian ini, menggunakan beberapa alat bantu yaitu : a. Thermokopel dan Penampil Suhu Digital Kedua alat ini berfungsi untuk mengukur suhu pada saat pengambilan datadata dalam penelitian. Cara penggunaanya yaitu pertama pasangkan thermokopel pada penampil suhu digital lalu tempelkan ujung thermokopel pada bagian yang akan diukur. Gambar 4.4 Thermokopel

69 49 Gambar 4.5 Alat penampil suhu digital (APPA) Gambar 4.6 Thermokopel dan alat penampil suhu digital

70 50 b. Pressure Gauge Pada penelitian ini pressure gauge digunakan untuk mengukur tekanan refrigeran masuk ke kompresor dan keluar dari kompresor. Gambar 4.7 Pressure gauge c. Stopwatch Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu pada saat proses pengambilan data. Gambar 4.8 Stopwatch

71 Cara Mendapatkan Data Data-data didapatkan dari alat-alat ukur yang telah di pasang pada bagian mesin pendingin yang sudah di tentukan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan data adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan peralatan pendukung untuk pengambilan data. b. Memasukkan thermometer hygrometer analog kedalam ruang pendinginan, lalu tutup rapat ruang pendinginan agar dapat melihat peningkatan suhu di dalam ruang pendingin. c. Menempelkan ujung kabel thermokopel 1 pada pipa masuk kompresor, untuk mendapatkan data suhu dari refrigeran sebelum masuk ke kompresor. d. Menempelkan ujung kabel thermokopel 2 pada bagian pipa setelah filter sebelum refrigeran masuk ke pipa kapiler, untuk mendapatkan data suhu refrigeran sebelum masuk pipa kapiler. e. Setelah semua alat ukur terpasang, nyalakanlah mesin pendingin minumannya untuk melakukan pengambilan data-data. f. Data-data yang dicatat yaitu : T beban T 1 T 3 P 1 P 2 : suhu beban pendinginan, ( C) : suhu refrigeran sebelum masuk ke kompresor, ( C) : suhu refrigeran sebelum masuk pipa kapiler, ( C) : tekanan randah refrigeran sebelum masuk kompresor, (psi) : tekanan tinggi refrigeran setelah keluar dari kompresor, (psi)

72 52 Pengambilan data dilakukan 5 kali dengan waktu dan hari yang berbeda. Data diambil setiap 10 menit dengan total waktu selama 130 menit.tabel pengisian data disajikan pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Tabel pengambilan data Waktu (t) (Menit) Tekanan (psi) Suhu ( C) P 1 P 2 T 1 T 3 T ruang pendingin

73 Cara Mengolah Data dan Pembahasan Cara yang digunakan unuk mengolah data dan pembahasan yaitu : a. Menghitung rata-rata data yang sudah di dapat ( P 1, P 2, T 1, T 3,T ruang pendingin ) dari hasil penelitian 1, 2, 3, 4, dan 5. b. Sesudah diperoleh rata-rata dari datanya, selanjutnya menggambar siklus kompresi uap pada p-h diagram. c. Dari hasil gambar siklus kompresi uap pada p-h diagram diperoleh nilai entalpi (h 1, h 2, h 3, h 4 ), suhu kondensor, dan suhu evaporator. d. Setelah nilai entalpi didapat, lalu digunakan untuk mengetahui karakteristik dari mesin pendingin minuman yang diteliti dengan cara mengitung kerja kompresor per satuan massa refrigeran, kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigeran, kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran, laju aliran massa refrigeran, COP aktual, COP ideal, dan efisiensi dari mesin pendingin minuman dengan dua evaporator tersebut. e. Hasil-hasil dari perhitungan untuk karakteristik mesin pendingin minuman dengan dua evaporator digambarkan dalam bentuk grafik untuk mempermudah pembahasan. Pembahasan yang dilakukan terhadap grafik mengacu juga pada tujuan penelitian.

74 Cara Mendapatkan Kesimpulan & Saran Dari hasil perhitungan dan pembahasan yang telah dilakukan, akan diperoleh suatu kesimpulan pada penelitian ini. Kesimpulan merupakan intisari dari pembahasan, yang harus sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan. Saran ditulis dan diberikan agar pelaksanaan penelitian untuk masa-masa yang akan datang, dapat berjalan lebih baik. Saran juga berupa masukkan-masukkan terhadap pelaksanaan penelitian agar diperoleh hasil yang lebih baik.

75 BAB V HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap mesin pendingin minuman dengan dua evaporator rangkaian seri, diperoleh nilai rata-rata tekanan refrigeran masuk kompresor (P 1 ), tekanan refrigeran keluar kompresor (P 2 ), suhu refrigeran masuk kompresor (T 1 ), suhu refrigeran keluar kondensor (T 3 ), dan suhu udara di dalam ruang pendinginan (T ruang pendingin ). Data hasil penelitian tersaji di dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Nilai rata-rata data hasil penelitian tekanan (psi) menggunakan kipas pendingin kondensor waktu Tekanan Suhu No (t) (psi) C Menit P 1 P 2 T 1 T 3 T ruang pendingin ,8 168,2 17,16 40,78 8, , ,18 41,24 2, ,4 172,4 15,48 41,56 0, , ,74 41,02 0, ,8 178,4 13,6 42, ,6 182,6 14,08 43, ,68 44,22-0, ,2 176,4 15,74 42,7-0, , ,14 42,76-0, , ,78 42,82-0, , ,38 41,32-1, ,4 178,8 16,68 43,4-1, ,6 176,8 14,82 43,26-1,2 55

76 56 Tabel 5.2 Nilai rata-rata data hasil penelitian tekanan (MPa) menggunakan kipas pendingin kondensor waktu Tekanan Suhu No (t) (MPa) C Menit P 1 P 2 T 1 T 3 T ruang pendingin ,05 1,2 17,16 40,78 8, ,06 1,2 17,18 41,24 2, ,06 1,2 15,48 41,56 0, ,06 1,2 15,74 41,02 0, ,07 1,2 13,6 42, ,07 1,3 14,08 43, ,07 1,3 15,68 44,22-0, ,06 1,2 15,74 42,7-0, ,07 1,2 15,14 42,76-0, ,07 1,2 15,78 42,82-0, ,06 1,2 13,38 41,32-1, ,06 1,2 16,68 43,4-1, ,07 1,2 14,82 43,26-1,2 Tabel 5.3 Nilai rata-rata data hasil penelitian tekanan (psi) tidak menggunakan kipas pendingin kondensor. waktu No (t) Tekanan (psi) Suhu C Menit P 1 P 2 T 1 T 3 T ruang pendingin , ,36 22,56 8, , ,54 15,1 3, , ,44 20,68 2, , ,7 20,96 2, , ,66 19,78 2, , ,08 19,92 1, ,72 19,42 1, , ,28 19,36 1, ,9 19,8 1, , ,5 18,78 1, , ,2 18,02 1, , ,86 18,64 0, , ,5 18,46 0,7

77 57 Tabel 5.4 Nilai rata-rata data hasil penelitian tekanan (MPa) tidak menggunakan kipas pendingin kondensor. waktu No (t) Tekanan (MPa) Suhu C Menit P 1 P 2 T 1 T 3 T ruang pendingin ,04 1,1 1,36 22,56 8, ,04 1,2-0,54 15,1 3, ,05 1,3-9,44 20,68 2, ,05 1,3-7,7 20,96 2, ,06 1,3-8,66 19,78 2, ,06 1,3-6,08 19,92 1, ,06 1,3-7,72 19,42 1, ,06 1,3-7,28 19,36 1, ,06 1,3-5,9 19,8 1, ,06 1,3-6,5 18,78 1, ,06 1,4-5,2 18,02 1, ,07 1,4-4,86 18,64 0, ,07 1,4-2,5 18,46 0,7 Keterangan Tabel 5.2 dan Tabel 5.4 : P 1 P 2 T 1 T 3 = Tekanan refrigeran masuk kompresor (MPa). = Tekanan refrigeran keluar kompresor (MPa). = Suhu refrigeran masuk kompresor ( C). = Suhu refrigeran keluar kondensor ( C). T ruang pendingin = Suhu udara di dalam ruang pendinginan ( C). Tekanan yang dicantumkan dalam Tabel 5.2 dan Tabel 5.4 adalah tekanan absolut.

78 58 Dari hasil menggambar siklus kompresi uap pada P-h diagram, diperoleh nilai entalpi (h 1, h 2, h 3, h 4 ), suhu evaporator (T e ) dan suhu kondensor (T c ), yang datanya disajikan pada Tabel 5.5 yang menggunakan kipas pendingin kondesor dan Tabel 5.6 yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor. Tabel 5.5 Nilai entalpi, suhu evaporator dan suhu kondensor yang menggunakan kipas pendingin kondensor No Waktu t Entalpi (kj/kg) Suhu ( C) (menit) h 1 h 2 h 3 h 4 T e T c

79 59 Tabel 5.6 Nilai entalpi, suhu evaporator dan suhu kondensor yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor No Waktu t Entalpi (kj/kg) Suhu ( C) (menit) h 1 h 2 h 3 h 4 T e T c Perhitungan a. Kerja kompresor per satuan massa refrigeran (W in ). Kerja kompresor per satuan massa refrigeran (W in ) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (5.1). Sebagai contoh perhitungan untuk mencari nilai W in diambil pada menit ke 40 yang disajikan pada Tabel 5.5. W in = h 2 h 1 (kj/kg)... (5.1) = ( ) kj/kg = 67 kj/kg

80 60 Tabel 5.7 Kerja kompresor (W in ) dari waktu ke waktu yang menggunakan kipas pendingin kondensor No Waktu t Entalpi (kj/kg) W in Menggunakan Kipas (menit) h 2 h Tabel 5.8 Kerja kompresor (W in ) dari waktu ke waktu yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor No Waktu t Entalpi (kj/kg) W in Tidak Menggunakan kipas (menit) h 2 h

81 Win (kj/kg) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 Dari Tabel 5.7 W in dari waktu ke waktu yang menggunakan kipas pendingin kondensor, dan Tabel 5.8 yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti tersaji pada Gambar Menggunakan Kipas Tidak Menggunakan Kipas Menit (t) Gambar 5.1 W in dari waktu ke waktu Pada Gambar 5.1 W in yang menggunakan kipas dan yang tidak meggunakan kipas dari waktu ke waktu telihat tidak jauh berbeda namun yang tidak menggunakan kipas lebih terlihat stabil dari yang menggunakan kipas.

82 62 b. Kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigeran (Qout). Kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigeran (Qout) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5.2). Sebagai contoh perhitungan untuk mencari nilai Q out diambil pada menit ke 40 yang disajikan pada Tabel 5.7. Q out = h 2 h 3 (kj/kg)... (5.2) = ( ) kj/kg = 185 kj/kg Tabel 5.9 Kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigerant (Q out ) yang menggunakan kipas pendingin kondensor No Waktu t Entalpi (kj/kg) Qout (menit) h 2 h

83 Qout (kj/kg) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 Tabel 5.10 Kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigerant (Q out ) tidak menggunakan kipas pendingin kondensor No Waktu t Entalpi (kj/kg) Qout (menit) h 2 h Dari Tabel 5.9 nilai Q out dari waktu ke waktu yang menggunakan kipas pendingin kondensor, dan Tabel 5.10 nilai Qout dari waktu ke waktu yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti tersaji pada Gambar Menggunakan Kipas Tidak Menggunakan Kipas Menit (t) Gambar 5.2 Qout dari waktu ke waktu

84 64 Pada Gambar 5.2 Q out yang menggunakan kipas dan yang tidak meggunakan kipas dari waktu ke waktu telihat sama sama stabil. c. Kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran (Qin). Kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran (Qin) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (5.3). Sebagai contoh perhitungan untuk mencari nilai Q in diambil pada menit ke 40 yang disajikan pada Tabel 5.9. Q in = h 1 h 4 (kj/kg)... (5.3) = ( ) kj/kg = 118 kj/kg Tabel 5.11 Kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran (Q in ) yang menggunakan kipas pendingin kondensor No Waktu t Entalpi (kj/kg) Qin (menit) h 1 h

85 Qin (kj/kg) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 Tabel 5.12 Kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran (Q in ) yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor No Waktu t Entalpi (kj/kg) Qin (menit) h 1 h Dari Tabel 5.11 nilai Qin dari waktu ke waktu yang menggunakan kipas pendingin kondensor, dan Tabel 5.12 nilai Qin dari waktu ke waktu yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti pada Gambar Menit (t) Menggunakan Kipas Tidak Menggunakan Kipas Gambar 5.3 Q in dari waktu ke waktu

86 66 Pada Gambar 5.3 Q in yang menggunakan kipas dan yang tidak meggunakan kipas dari waktu ke waktu telihat tidak jauh berbeda dan stabil. d. Laju aliran massa refrigeran (ṁ). Laju aliran massa refrigeran (ṁ) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (5.4). Sebagai contoh perhitungan untuk mencari nilai laju aliran massa refrigeran (ṁ) diambil pada menit ke 40 yang disajikan pada Tabel ṁ = Daya / W in = (V.I/1000) / W in... (5.4) = (220 V. 0,9 A / 1000) / (67 kj/kg) = (198 Watt /1000) / (67 kj/kg) = (0,198 kj/detik) / (67 kj/kg) = 0,00296 kg/detik = 2,96 gr/detik Tabel 5.13 Nilai laju aliran massa refrigeran (ṁ) yang menggunakan kipas pendingin kondensor Waktu Daya W No t in ṁ (menit) (kj/detik) (kj/kg) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00319

87 67 Tabel 5.14 Nilai laju aliran massa refrigeran (ṁ) yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor No Waktu t Daya W in ṁ (menit) (kj/detik) (kj/kg) (kg/detik) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00309 Dari Tabel 5.13 nilai laju aliran massa refrigeran (ṁ) dari waktu ke waktu yang menggunakan kipas pendingin kondensor dan Tabel 5.14 nilai laju aliran massa refrigeran (ṁ) dari waktu ke waktu yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti tersaji pada Gambar 5.4.

88 ṁ (kg/detik) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 0,0035 0,0033 0,0031 0,0029 Menggunakan Kipas Tidak Menggunakan Kipas 0,0027 0, Menit (t) Gambar 5.4 ṁ dari waktu ke waktu Pada Gambar 5.4 ṁ yang menggunakan kipas dan yang tidak menggunakan kipas dari waktu ke waktu telihat tidak jauh berbeda namun yang tidak menggunakan kipas lebih terlihat stabil dari yang menggunakan kipas. e. Koefisien prestasi aktual (COP aktual )mesin pendingin. Koefisien prestasi aktual (COP aktual ) mesin pendingin dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (5.5). Sebagai contoh perhitungan untuk mencari nilai COP aktual diambil pada menit ke 40 yang disajikan pada Tabel COP aktual = Q in /W in = (h 1 -h 4 )/(h 2 -h 1 )... (5.5) = (118/67) = ( )/( ) kj/kg = 1,76 kj/kg

89 69 Tabel 5.15 Nilai COP aktual mesin pendingin yang menggunakan kipas pendingin kondensor Waktu No t Q in W in (menit) (kj/kg) (kj/kg) ,77 COP aktual , , , , , , , , , , , ,00 Tabel 5.16 Nilai COP aktual mesin pendingin yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor Waktu No t Q in W in (menit) (kj/kg) (kj/kg) , , , , , , , ,88 COP aktual , , , , ,83

90 70 Dari Tabel 5.15 nilai COP aktual mesin pendingin dari waktu ke waktu yang menggunakan kipas pendingin kondensor dan Tabel 5.16 nilai COP aktual mesin pendingin dari waktu ke waktu yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti pada Gambar 5.5. COP aktual 2,5 2,4 2,3 2,2 2,1 1,9 2 1,8 1,7 1,6 1, Menit (t) Menggunakan Kipas Tidak Menggunakan Kipas Gambar 5.5 COP aktual mesin pendingin dari waktu ke waktu Pada Gambar 5.5 COP aktual yang menggunakan kipas dan yang tidak meggunakan kipas dari waktu ke waktu telihat tidak jauh berbeda namun yang tidak menggunakan kipas lebih terlihat stabil dari yang menggunakan kipas. f. Koefisien prestasi ideal (COP ideal ) mesin pendingin. Koefisien prestasi ideal (COP ideal ) mesin pendingin dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (5.6). Sebagai contoh perhitungan untuk mencari nilai COP ideal diambil pada menit ke 40 yang disajikan pada Tabel COP ideal = (T e )/(T c - T e )... (5.6) = (236)/( ) = 236/79 = 2,99

91 71 Tabel 5.17 Nilai COP ideal mesin pedingin yang menggunakan kipas pendingin kondensor No Waktu t Suhu (K) COP ideal (menit) T e T c , , , , , , , , , , , , ,80 Tabel 5.18 Nilai COP ideal mesin pedingin yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor No Waktu t Suhu (K) COP ideal (menit) T e T c , , , , , , , , , , , , ,91

92 72 Dari Tabel 5.17 nilai COP ideal mesin pendingin dari waktu ke waktu yang menggunakan kipas pendingin kondensor dan Tabel 5.18 nilai COP ideal mesin pendingin dari waktu ke waktu yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti tersaji pada Gambar 5.6 COP ideal 2,95 3 2,9 2,85 2,8 2,75 2,7 2,65 2,6 2,55 2, Menit (t) Menggunakan Kipas Tidak Menggunakan Kipas Gambar 5.6 COP ideal mesin pendingin dari waktu ke waktu Pada Gambar 5.6 COP ideal yang menggunakan kipas dan yang tidak meggunakan kipas dari waktu ke waktu telihat tidak jauh berbeda namun yang tidak menggunakan kipas lebih terlihat stabil dari yang menggunakan kipas.

93 73 g. Efisiensi mesin pendingin ( ) Efisiensi mesin pendingin ( ) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5.7). Sebagai contoh perhitungan untuk efisiensi mesin pendingin ( ) diambil pada menit ke 40 yang disajikan pada Tabel = (COP aktual / COP ideal ) x 100 %... (5.7) = (1,76/2,99) x 100% = 0,59 x 100% = 59 % Tabel 5.19 Nilai efisiensi mesin pendingin ( ) yang menggunakan kipas pendingin kondensor No Waktu t COP aktual COP ideal η (%) (menit) ,77 2,8 63% ,76 2,99 59% ,76 2,8 63% ,76 2,99 59% ,00 2,8 71% ,05 2,99 69% ,05 2,8 73% ,76 2,99 59% ,00 2,8 71% ,00 2,99 67% ,76 2,8 63% ,76 2,99 59% ,00 2,8 71%

94 Efisiensi 74 Tabel 5.20 Nilai efisiensi mesin pendingin ( ) yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor No Waktu t COP aktual COP ideal η (%) (menit) ,71 2,65 65% ,63 2,62 62% ,66 2,67 62% ,66 2,67 62% ,88 2,84 66% ,88 2,84 66% ,88 2,84 66% ,88 2,84 66% ,88 2,84 66% ,88 2,84 66% ,83 2,78 66% ,83 2,91 63% ,83 2,91 63% Dari Tabel 5.19 nilai efisiensi mesin pendingin ( ) dari waktu ke waktu yang menggunakan kipas pendingin kondensor dan Tabel 5.20 nilai efisiensi mesin pendingin ( ) dari waktu ke waktu yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti tersaji pada Gambar Menit (t) Menggunakan Kipas Tidak Menggunakan Kipas Gambar 5.7 Efisiensi mesin pendingin (%) dari waktu ke waktu

95 75 Pada Gambar 5.7 Efisiensi mesin pendingin (%) yang menggunakan kipas dan yang tidak meggunakan kipas dari waktu ke waktu telihat berbeda namun yang tidak menggunakan kipas lebih terlihat stabil dari yang menggunakan kipas. 5.3 Pembahasan Pada penelitian ini, mesin pendingin minuman dengan dua evaporator rangkaian seri telah berhasil dibuat. Pada penelitian yang menggunakan kipas pendingin kondensor menghasilkan suhu kerja evaporator T e = -35,9 o C, suhu kondensor T c = 42,2 o C, dan Suhu ruang pendingin yang dapat dicapai sebesar T ruang pendingin = 0,47 o C selama 130 menit atau 2 jam 10 menit. Sedangkan pada penelitian yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor menghasilkan T e = -38,4 o C, suhu kondensor T c = 45,8 o C, dan Suhu ruang pendingin yang dapat dicapai sebesar T ruang pendingin = 2,32 o C selama 130 menit atau 2 jam 10 menit. Table 5.21 Hasil Penelitian Yang Menggunakan Kipas Pendingin Kondensor Hasil data dari Terkecil Terbesar Rata-rata Stabil W in ,7 67 Q out ,9 185 Q in ,2 118 m 0, ,0033 0, COP aktual 1,76 2,05 1,88 1,76 COP ideal 2,76 2,99 2,88 2,8 efisiensi 59% 73% 65% 59% Hasil penelitian disajikan dalam Table Untuk kerja kompresor persatuan massa refrigeran (W in ) dari t = 0 s/d t = 130 menit disajikan pada Tabel 5.5 dan

96 76 dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 5.1. Diperoleh (a) W in terkecil = 60 kj/kg, (b) W in terbesar = 71 kj/kg, (c) W in rata-rata = 64,7 kj/kg, (d) W in pada saat stabil besarnya sekitar = 67 kj/kg. Hasil penelitian untuk kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigeran (Q out ) dari t = 0 s/d t = 130 menit disajikan pada Tabel 5.7 dan dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 5.3. Data yang diperoleh (a) Q out terkecil = 185 kj/kg, (b) Q out terbesar = 197 kj/kg, (c) Q out rata-rata = 185,9 kj/kg, (d) Q out pada saat stabil besarnya sekitar = 185 kj/kg. Hasil penelitian untuk kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (Q in ) dari t = 0 s/d t = 130 menit disajikan pada Tabel 5.9 dan dalam bentuk Grafik pada Gambar 5.5. Data yang diperoleh (a) Q in terkecil = 118 kj/kg, (b) Q in terbesar = 126 kj/kg, (c) Q in rata-rata = 121,2 kj/kg, (d) Q in pada saat stabil besarnya sekitar 118 kj/kg Hasil penelitian untuk laju aliran massa refrigeran (ṁ) dari t = 0 s/d t = 130 menit disajikan pada Tabel 5.11 dan dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 5.7. Data yang diperoleh (a) ṁ terkecil = 0,00279 kg/detik, (b) ṁ terbesar = 0,0033 kg/detik, (c) ṁ rata-rata = 0, kg/detik, (d) ṁ pada saat stabil besarnya sekitar 0,00296 kg/detik. Hasil penelitian untuk koefisien prestasi aktual (COP aktual ) mesin pendingin dari t = 0 s/d t = 130 menit disajikan pada Tabel 5.13 dan dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 5.9. Data yang diperoleh (a) COP aktual terkecil = 1,76, (b) COP aktual terbesar = 2,05, (c) COP aktual rata-rata = 1,88, (d) COP aktual pada saat stabil besarnya sekitar 1,76.

97 77 Hasil penelitian untuk koefisien prestasi ideal (COP ideal ) mesin pendingin dari t = 0 s/d t = 130 menit disajikan pada Tabel 5.15 dan dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar Data yang diperoleh (a) COP ideal terkecil = 2,76, (b) COP ideal terbesar = 2,99, (c) COP ideal rata-rata = 2,88, (d) COP ideal pada saat stabil besarnya sekitar 2,8. Hasil penelitian untuk efisiensi mesin pendingin ( ) dari t = 0 s/d t = 130 menit disajikan pada Tabel 5.17 dan dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar Data yang diperoleh (a) terbesar = 73 %, (b) terkecil = 59 %, (c) ratarata = 65 %, (d) pada saat stabil besarnya sekitar 59 %. Table 5.22 Hasil Penelitian Yang Tidak Menggunakan Kipas Pendingin Kondensor hasil data dari Terkecil Terbesar Rata-rata Stabil W in Q out , Q in , m 0, , , ,00309 COP aktual 1,63 1,88 1,8 1,88 COP ideal 2,62 2,91 2,79 2,84 Efisiensi 62% 66% 65% 66% Hasil penelitian disajikan dalam Table Untuk kerja kompresor persatuan massa refrigeran (W in ) yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor dari t = 0 s/d t = 130 menit disajikan pada Tabel 5.6 dan dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 5.2. Data yang diperoleh (a) W in terkecil = 64 kj/kg, (b) W in terbesar = 72 kj/kg, (c) W in rata-rata = 66 kj/kg, (d) W in pada saat stabil besarnya sekitar = 64 kj/kg.

98 78 Hasil penelitian untuk kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigeran (Q out ) yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor dari t = 0 s/d t = 130 menit disajikan pada Tabel 5.8 dan dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 5.4. Data yang diperoleh (a) Q out terkecil = 181 kj/kg, (b) Q out terbesar = 190 kj/kg, (c) Q out rata-rata = 184,849 kj/kg, (d) Q out pada saat stabil besarnya sekitar = 184 kj/kg. Hasil penelitian untuk kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (Q in ) yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor dari t = 0 s/d t = 130 menit disajikan pada Tabel 5.10 dan dalam bentuk Grafik pada Gambar 5.6. Data yang diperoleh (a) Q in terkecil = 116 kj/kg, (b) Q in terbesar = 120 kj/kg, (c) Q in rata-rata = 118,462 kj/kg, (d) Q in pada saat stabil besarnya sekitar 120 kj/kg Hasil penelitian untuk laju aliran massa refrigeran (ṁ) yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor dari t = 0 s/d t = 130 menit disajikan pada Tabel 5.12 dan dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 5.8. Data yang diperoleh (a) ṁ terkecil = 0,00279 kg/detik, (b) ṁ terbesar = 0,00309 kg/detik, (c) ṁ rata-rata = 0,00301 kg/detik, (d) ṁ pada saat stabil besarnya sekitar 0,00309 kg/detik. Hasil penelitian untuk koefisien prestasi aktual (COP aktual ) yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor mesin pendingin dari t = 0 s/d t = 130 menit disajikan pada Tabel 5.14 dan dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar Data yang diperoleh (a) COP aktual terkecil = 1,63, (b) COP aktual terbesar = 1,88, (c) COP aktual rata-rata = 1,8, (d) COP aktual pada saat stabil besarnya sekitar 1,88. Hasil penelitian untuk koefisien prestasi ideal (COP ideal) yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor mesin pendingin dari t = 0 s/d t = 130 menit

99 79 disajikan pada Tabel 5.16 dan dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar Data yang diperoleh (a) COP ideal terkecil = 2,62, (b) COP ideal terbesar = 2,91, (c) COP ideal rata-rata = 2,79, (d) COP ideal pada saat stabil besarnya sekitar 2,84. Hasil penelitian untuk efisiensi mesin pendingin ( ) yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor dari t = 0 s/d t = 130 menit disajikan pada Tabel 5.18 dan dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar Data yang diperoleh (a) terbesar = 66 %, (b) terkecil = 62 %, (c) rata-rata = 65 %, (d) pada saat stabil besarnya sekitar 66 %. Besar kerja kompresor per satuan massa refrigeran, kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigeran, kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran, laju aliran massa refrigeran, COP aktual mesin pendingin, COP ideal mesin pendingin dan efisiensi mesin pendingin tidak konstan atau berubah dari waktu ke waktu. Kemungkinan hal ini disebabkan karena suhu minuman yang didinginkan berubah-ubah setiap waktu. Demikian juga suhu udara luar yang tidak konstan. Kecepatan aliran udara di sekitar kondensor tidak konstan. Kompresor juga memiliki suhu yang tidak tetap. Kompresor cenderung panas, hal ini berarti ada energi panas yang hilang dari kompresor ke udara sekitar kompresor. Proses kompresi yang terjadi pada kompresor tidak berlangsung secara adiabatis. Idealnya proses kompresi yang berlangsung di dalam kompresor secara isentropis adiabatis. Efisiensi mesin pendingin tidak dapat mencapai 100%, hal ini kemungkinan disebabkan misalnya karena :(a) proses-proses pada siklus kompresi uap tidak berlangsung secara ideal. (b) terjadi kebocoran-kebocoran kalor pada kompresor dan pada pipa-pipa saluran mesin pendingin ke luar sistem.

100 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan : a. Mesin pendingin minuman telah berhasil dibuat dan bekerja dengan baik. b. Kerja kompresor per satuan massa refrigeran yang menggunakan kipas pendingin kondensor (W in ) terkecil = 60 kj/kg, W in terbesar = 71 kj/kg, W in rata-rata = 64,7 kj/kg dan W in pada saat stabil besarnya sekitar = 67 kj/kg. c. Kerja kompresor per satuan massa refrigeran yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor (W in ) terkecil = 64 kj/kg, W in terbesar = 72 kj/kg, W in rata-rata = 66 kj/kg dan W in pada saat stabil besarnya sekitar = 64 kj/kg. d. Kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigeran yang menggunakan kipas pendingin kondensor (Q out ) terkecil = 185 kj/kg, Q out terbesar = 197 kj/kg, Q out rata-rata = 185,9 kj/kg dan Q out pada saat stabil besarnya sekitar = 185 kj/kg. e. Kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigeran yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor (Q out ) terkecil = 181 kj/kg, Q out terbesar = 190 kj/kg, Q out rata-rata = 184,846 kj/kg dan Q out pada saat stabil besarnya sekitar = 120 kj/kg. 80

101 81 f. Kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran yang menggunakan kipas pendingin kondensor (Q in ) terkecil = 118 kj/kg, Q in terbesar= 126 kj/kg, Q in rata-rata = 121,2 kj/kg dan Q in pada saat stabil besarnya sekitar 118 kj/kg. g. Kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor (Q in ) terkecil = 116 kj/kg, Q in terbesar = 120 kj/kg, Q in rata-rata = 118,462 kj/kg dan Q in pada saat stabil besarnya sekitar 120 kj/kg. h. Laju aliran massa refrigeran yang menggunakan kipas pendingin kondensor (ṁ) terkecil = 0,00279 kg/detik, ṁ terbesar = 0,0033 kg/detik, ṁ rata-rata = 0, kg/detik dan ṁ pada saat stabil besarnya sekitar 0,00296 kg/detik. i. Laju aliran massa refrigeran yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor (ṁ) terkecil = 0,00275 kg/detik, ṁ terbesa r= 0,00309 kg/detik, ṁ rata-rata = 0,00301 kg/detik dan ṁ pada saat stabil besarnya sekitar 0,00309 kg/detik. j. Koefisien prestasi aktual yang menggunakan kipas pendingin kondensor (COP aktual ) mesin pendingin terkecil = 1,76, COP aktual mesin pendingin terbesar = 2,05, COP aktual mesin pendingin rata-rata = 1,88, dan COP aktual mesin pendingin pada saat stabil besarnya sekitar 1,76. k. Koefisien prestasi aktual yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor (COP aktual ) mesin pendingin terkecil = 1,63, COP aktual mesin pendingin terbesar = 1,88, COP aktual mesin pendingin rata-rata = 1,8, dan COP aktual mesin pendingin pada saat stabil besarnya sekitar 1,88.

102 82 l. Koefisien prestasi ideal yang menggunakan kipas pendingin kondensor (COP ideal ) mesin pendingin terkecil = 2,76, COP ideal mesin pendingin terbesar = 2,99, COP ideal mesin pendingin rata-rata = 2,88, dan COP ideal mesin pendingin pada saat stabil besarnya sekitar 2,8. m. Koefisien prestasi ideal yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor (COP ideal ) mesin pendingin terkecil = 2,62, COP ideal mesin pendingin terbesar = 2,91, COP ideal mesin pendingin rata-rata = 2,79, dan COP ideal mesin pendingin pada saat stabil besarnya sekitar 2,84. n. Efisiensi mesin pendingin yang menggunakan kipas pendingin kondensor ( ) terbesar = 73 %, terkecil = 59 %, rata-rata sebesar = 65 % dan pada saat stabil besarnya sekitar 59 %. o. Efisiensi mesin pendingin yang tidak menggunakan kipas pendingin kondensor ( ) terbesar = 66 %, terkecil = 62 %, rata-rata sebesar = 65 % dan pada saat stabil besarnya sekitar 66 %.

103 Saran Dari proses perakitan dan penelitian mesin pendingin minuman yang telah dilakukan, adapun beberapa saran yang dapat diberikan yaitu : a. Gunakan bahan yang kuat dan tahan lama untuk rangka mesin pendingin minuman, jangan gunakan bahan yang cepat rusak contohnya bahan kau atau besi. b. Pada saat pengambila data ada baiknya dilakukan di luar ruangan dan di saat cuaca yang normal, sehingga data-data yang dihasilkan benar-benar baik. c. Gunakan material yang memiliki sifat isolator lebih baik agar proses pendinginan berjalan dengan sempurna.

104 DAFTAR PUSTAKA Anwar, K., 2010, Efek Beban Pendingin Terhadap Performa Sistem Mesin Pendingin, Universitas Tadulako, Palu. Dirja, 2004, Dasar Mesin Pendingin, Departemen Pendidikan Nasional, Diakses : Tanggal 02 November Frank, K., 1986, Principle of Heat Transfer (Prinsip-prinsip Perpindahan Panas), Erlangga, Jakarta. Panggalih, L., L., 2013, Mesin Pendingin Air dengan Siklus Kompresi Uap, Yogyakarta. Perdana, H., 2012, Mesin Pendingin untuk Membekukan Air pada Lapisan Bidang Datar, Yogyakarta. Riandri, S. R., 2014 Mesin pendingin minuman dengan panjang pipa kapiler 150 cm dan daya kompresor 1/5 H, Yogyakarta Sumanto, 2004, Dasar-dasar Mesin Pendingin, Andi Offset, Yogyakarta. Stoecker, W., F., 1986, Refrigeran dan Pengkondisian Udara, Erlangga, Jakarta. Wilis., 2013, Penggunaan refrigeran 22 dan 134a pada mesin pendingin, Jurnal Teknik Mesin, 8, hal

105 Lampiran 1.1. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data menggunakan kipas pendingin kondensor t = 10 menit. LAMPIRAN 1. Data-Data Menggunakan Kipas Pendingin Kondensor 85

106 Lampiran 1.2. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data menggunakan kipas pendingin kondensor t = 20 menit. 86

107 Lampiran 1.3. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data menggunakan kipas pendingin kondensor t = 30 menit 87

108 Lampiran 1.4. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data menggunakan kipas pendingin kondensor t = 40 menit 88

109 Lampiran 1.5. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data menggunakan kipas pendingin kondensor t = 50 menit 89

110 Lampiran 1.6. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data menggunakan kipas pendingin kondensor t = 60 menit 90

111 Lampiran 1.7. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data menggunakan kipas pendingin kondensor t = 70 menit 91

112 Lampiran 1.8. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data menggunakan kipas pendingin kondensor t = 80 menit 92

113 Lampiran 1.9. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data menggunakan kipas pendingin kondensor t = 90 menit 93

114 Lampiran Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data menggunakan kipas pendingin kondensor t = 100 menit 94

115 Lampiran Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data menggunakan kipas pendingin kondensor t = 110 menit 95

116 Lampiran Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data menggunakan kipas pendingin kondensor t = 120 menit 96

117 Lampiran Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data menggunakan kipas pendingin kondensor t = 130 menit Data-Data Tidak Menggunakan Kipas Pendingin Kondensor

118 Lampiran 2.1. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 10 menit 98

119 Lampiran 2.2. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 20 menit 99

120 Lampiran 2.3. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 30 menit 100

121 Lampiran 2.4. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 40 menit 101

122 Lampiran 2.5. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 50 menit 102

123 Lampiran 2.6. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 60 menit 103

124 Lampiran 2.7. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 70 menit 104

125 Lampiran 2.8. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 80 menit 105

126 Lampiran 2.9. Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 90 menit 106

127 Lampiran Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 100 menit 107

128 Lampiran Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 110 menit. 108

129 Lampiran Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 120 menit 109

130 Lampiran Cara menentukan nilai entalpi (h) dari rata-rata data tidak menggunakan kipas pendingin kondensor t = 130 menit 110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KULKAS 2 PINTU DENGAN KONDENSOR 14U DAN 12U SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan oleh: JULIUS SUTAWIJAYA

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

MESIN PENDINGIN BUAH DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 200 CM DAN DAYA KOMPRESOR 1/5 HP SKRIPSI

MESIN PENDINGIN BUAH DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 200 CM DAN DAYA KOMPRESOR 1/5 HP SKRIPSI MESIN PENDINGIN BUAH DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 200 CM DAN DAYA KOMPRESOR 1/5 HP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Oleh: ALEX PUTRA NIM : 115214052

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KULKAS DUA PINTU DENGAN DAYA 1/8 PK, PANJANG PIPA KAPILER 150 CM DAN REFRIGERAN R134A SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh: DUWI SEPTIYANTO NIM : 105214046

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK MESIN FREEZER DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 190 CM TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan Oleh: STEFANUS TRI

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI COP DAN EFISIENSI SHOWCASE DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 250 CM DAN DAYA KOMPRESOR 0,5 HP SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Program Studi Teknik Mesin

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KONDENSOR 13U DAN 12U PADA MESIN PENDINGIN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan oleh: ANDRIAN NIM:

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH KIPAS KONDENSOR TERHADAP KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/3 HP SKRIPSI

PENGARUH JUMLAH KIPAS KONDENSOR TERHADAP KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/3 HP SKRIPSI PENGARUH JUMLAH KIPAS KONDENSOR TERHADAP KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/3 HP SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh MARSELINUS DWI SANTOSO

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN REFRIGERAN R134a DAN R502 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar sarjana teknik program studi Teknik Mesin Diajukan Oleh: FETERNUS ANDI 105214048

Lebih terperinci

Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase

Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase Wibowo Kusbandono, PK Purwadi T. Mesin Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PRINSIP PENDINGINAN PROSES MEMINDAHKAN ATAU MENAMBAHKAN PANAS DARI SUATU BENDA ATAU TEMPAT KE

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN MESIN PENGERING KAPASITAS LIMAPULUH BAJU SISTEM TERTUTUP Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 2 2017 ISSN 1412-7350 PK Purwadi 1* 1 Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

Lebih terperinci

FREEZER DENGAN DAYA 1/6 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 170 CM

FREEZER DENGAN DAYA 1/6 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 170 CM FREEZER DENGAN DAYA 1/6 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 170 CM SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin Diajukan Oleh CANDRA RISTIADI NIM : 105214054 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH MENGGUNAKAN TIGA DAN EMPAT KIPAS PENDINGIN KONDENSOR

KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH MENGGUNAKAN TIGA DAN EMPAT KIPAS PENDINGIN KONDENSOR KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH MENGGUNAKAN TIGA DAN EMPAT KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh: KAREL GIOVANNI 125214079

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI MESIN PENDINGIN (AC SPLIT) 1PK DENGAN PENAMBAHAN ALAT AKUMULATOR MENGGUNAKAN REFRIGERAN MC-22 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK MESIN FREEZER DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 175 CM TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan Oleh: BONAVENTURA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK MESIN FREEZER BERPENUKAR KALOR DENGAN PIPA KAPILER MELILIT PIPA KELUARAN EVAPORATOR TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat sarjana S-1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK MESIN FREEZER DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 160 CM TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan Oleh: KRISNA AJI

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH DENGAN MENGGUNAKAN SATU DAN DUA KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI

KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH DENGAN MENGGUNAKAN SATU DAN DUA KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH DENGAN MENGGUNAKAN SATU DAN DUA KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : SIGIT JALU PRAKOSA

Lebih terperinci

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin BELLA TANIA Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya May 9, 2013 Abstrak Mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP COEFFISIENT OF PERFORMANCE PADA REFRIGERATOR

ANALISIS PENGARUH DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP COEFFISIENT OF PERFORMANCE PADA REFRIGERATOR ANALISIS PENGARUH DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP COEFFISIENT OF PERFORMANCE PADA REFRIGERATOR Disusun oleh : Nama : Angga Govinda NPM : 20412874 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing 1 : Dr. Ir. Sunyoto.,

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK MESIN KULKAS DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 175 CM TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Teknik Mesin Diajukan Oleh: ALBERTUS WINDYA INDRIYANTO NIM :

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Waktu pendinginan yang diperlukan untuk sistem Blast

Lebih terperinci

CHEST FREEZER DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/5 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 150 CM SKRIPSI

CHEST FREEZER DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/5 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 150 CM SKRIPSI CHEST FREEZER DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/5 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 150 CM SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : RATBAYU BANGKIT MARDIKA NIM : 125214076

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN 1 Amrullah, 2 Zuryati Djafar, 3 Wahyu H. Piarah 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Bosowa, Makassar 90245,Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI 2012 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Brine Sistem Brine adalah salah satu sistem refrigerasi kompresi uap sederhana dengan proses pendinginan tidak langsung. Dalam proses ini koil tidak langsung mengambil

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN COP DAN EFISIENSI MESIN PENDINGIN REFRIGERAN SEKUNDER ANTARA REFRIGERAN PRIMER R-134a DENGAN R-404a SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simulator Pengertian simulator adalah program yg berfungsi untuk menyimulasikan suatu peralatan, tetapi kerjanya agak lambat dari pada keadaan yg sebenarnya. Atau alat untuk melakukan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T.

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T. MODUL PRAKTIKUM Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T. PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016 i ii KATA PENGANTAR Assalaamu

Lebih terperinci

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin.

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin. Mengenal Cara Kerja Mesin Pendingin MESIN PENDINGIN Mesin pendingin adalah suatu rangkaian rangkaian yang mampu bekerja untuk menghasilkan suhu atau temperature dingin. Mesin pendingin bisanya berupa kulkas,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret Yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret Yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret 2015. Yang meliputi uji coba dan pengolahan data, dan bertempat di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisian udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk mengkondisikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar operasi prosedur : 3.1 Data-Data Penelitian Spesifikasi : Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA 1/3 HP DAN PANJANG PIPA KAPILER 1 M DENGAN VARIASI JUMLAH KIPAS DI KONDENSOR SKRIPSI

KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA 1/3 HP DAN PANJANG PIPA KAPILER 1 M DENGAN VARIASI JUMLAH KIPAS DI KONDENSOR SKRIPSI KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA 1/3 HP DAN PANJANG PIPA KAPILER 1 M DENGAN VARIASI JUMLAH KIPAS DI KONDENSOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Teknik bidang Teknik Mesin

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN Eko Budiyanto Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyan Metro Jl. KH. Dewantara No.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman

Lebih terperinci

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA Dalam pengambilan data perlu diperhatikan beberapa hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pengambilan data dilakukan agar tidak terjadi kesalahan yang

Lebih terperinci

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh : TRI

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy, Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin Kondensor Terhadap Kooefisien Prestasi PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Refrigerasi adalah proses pengambilan kalor atau panas dari suatu benda atau ruang tertutup untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk dari energi,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem Refrigerasi Kompresi Uap merupakan system yang digunakan untuk mengambil sejumlah panas dari suatu barang atau benda lainnya dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer SISTEM REFRIGERASI Sistem refrigerasi sangat menunjang peningkatan kualitas hidup manusia. Kemajuan dalam bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari perkembangan sistem kontrol yang menunjang

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KULKAS 2 PINTU PANJANG PIPA KAPILER 170 CM DENGAN REFRIGERAN R134a DAN DENGAN DAYA 1/8 PK Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Teknik di Prodi Teknik Mesin Disusun Oleh :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK AC MOBIL DENGAN PUTARAN KOMPRESOR 1200 RPM SKRIPSI

KARAKTERISTIK AC MOBIL DENGAN PUTARAN KOMPRESOR 1200 RPM SKRIPSI KARAKTERISTIK AC MOBIL DENGAN PUTARAN KOMPRESOR 1200 RPM SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 TeknikMesin Diajukan ; SLAMET PUTRO CAHYONO NIM : 115214021 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik

Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik PK Purwadi 1, Wibowo Kusbandono 2 T. Mesin Fakultas Sains dan Teknologi, Univ. Sanata Dharma 1, pur@mailcity.com

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL. KARAKTERISTIK SHOWCASE MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-134a BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI

HALAMAN JUDUL. KARAKTERISTIK SHOWCASE MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-134a BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI HALAMAN JUDUL KARAKTERISTIK SHOWCASE MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-134a BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SHOWCASE MENGGUNAKAN SATU DAN DUA KECEPATAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/6 PK SKRIPSI

KARAKTERISTIK SHOWCASE MENGGUNAKAN SATU DAN DUA KECEPATAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/6 PK SKRIPSI KARAKTERISTIK SHOWCASE MENGGUNAKAN SATU DAN DUA KECEPATAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/6 PK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin oleh

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI MESIN PENDINGIN 1-PK DENGAN PENAMBAHAN SUBCOOL MENGGUNAKAN REFRIGERANT R-22

ANALISA PERFORMANSI MESIN PENDINGIN 1-PK DENGAN PENAMBAHAN SUBCOOL MENGGUNAKAN REFRIGERANT R-22 ANALISA PERFORMANSI MESIN PENDINGIN 1-PK DENGAN PENAMBAHAN SUBCOOL MENGGUNAKAN REFRIGERANT R-22 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik RIKARDO GOODLAS MANURUNG

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN 3.1.1 Pengertian AC Air Conditioner(AC) merupakan sebuah alat yang mampu mengkondisikan udara. Dengan kata lain,ac berfungsi sebagai penyejuk udara. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

PENGARUH KIPAS TERHADAP WAKTU DAN LAJU PENGERINGAN MESIN PENGERING PAKAIAN

PENGARUH KIPAS TERHADAP WAKTU DAN LAJU PENGERINGAN MESIN PENGERING PAKAIAN Pengaruh Kipas Terhadap Waktu dan Laju Pengeringan Mesin Pengering Pakaian (P.K. Purwadi dkk) PENGARUH KIPAS TERHADAP WAKTU DAN LAJU PENGERINGAN MESIN PENGERING PAKAIAN P.K. Purwadi 1, Wibowo Kusbandono

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi Mesin pendingin icyball beroperasi pada tekanan tinggi dan rawan korosi karena menggunakan ammonia sebagai fluida kerja. Penelitian

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Vaksin Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi

Lebih terperinci

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli 2005 25 PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR EVAPORATOR TERHADAP PRESTASI AIR COOLED CHILLER DENGAN REFREGERAN R-134a, PADA TEMPERATUR KODENSOR TETAP Bambang Yunianto 1) Abstrak Pengujian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Mesin Pendingin Untuk pertama kali siklus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S. Carnot pada tahun 1824. Sebelumnya pada tahun 1823, Cagniard de la Tour (Perancis),

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN R-12 DAN R134a SKRIPSI

KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN R-12 DAN R134a SKRIPSI KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN R-12 DAN R134a SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin Diajukan oleh HERU SETIAWAN NIM : 105214082 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK AC MOBIL DENGAN PUTARAN KOMPRESOR 888 RPM SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : ADIMAS NUKI PRADANA NIM : 115214029 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Refrigeran merupakan media pendingin yang bersirkulasi di dalam sistem refrigerasi kompresi uap. ASHRAE 2005 mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC

PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC Marwan Effendy Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura email : effendy@ums.ac.id

Lebih terperinci

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK PROS ID I NG 2 0 1 3 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA MESIN PENDINGIN

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA MESIN PENDINGIN BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA MESIN PENDINGIN 4.1. Analisis data Analisis data yang di gunakan dalam pembuatan laporan kerja praktek kerja nyata ini adalah analisa kualitatif sebuah analisa data yang berdasarkan

Lebih terperinci

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Sugiyono 1, Ir Sumpena, MM 2 1. Mahasiswa Elektro, 2. Dosen

Lebih terperinci

Bab III. Metodelogi Penelitian

Bab III. Metodelogi Penelitian Bab III Metodelogi Penelitian 3.1. Kerangka Penelitian Analisa kinerja AC split 3/4 PK dengan mengunakan refrigeran R-22 dan MC-22 variasi tekanan refrigeran dengan pembebanan terdapat beberapa tahapan

Lebih terperinci

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC) Pertemuan ke-9 dan ke-10 Materi Perkuliahan : Kebutuhan jaringan dan perangkat yang mendukung sistem pengkondisian udara termasuk ruang pendingin (cool storage). Termasuk memperhitungkan spatial penempatan

Lebih terperinci

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya Di era serba maju sekarang ini, kita pasti sudah sangat akrab dengan air conditioner. Kehidupan modern, apalagi di perkotaan hampir tidak bisa lepas dari pemanfaatan

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGGUNAAN AC SEBAGAI ALAT PENDINGIN RUANGAN

OPTIMASI PENGGUNAAN AC SEBAGAI ALAT PENDINGIN RUANGAN OPTIMASI PENGGUNAAN AC SEBAGAI ALAT PENDINGIN RUANGAN Irnanda Priyadi Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu, Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro Universitas Bengkulu Jl.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Air conditioner atau yang biasa di sebut AC merupakan sebuah alat yang mampu mengondisikan udara. Dengan kata lain, AC berfungsi sebagai penyejuk udara. Penggunaan

Lebih terperinci

Penerapan Hukum Termodinamika II dalam Bidang Farmasi 1. Penggunaan Energi Panas dalam Pengobatan, misalnya diagnostik termografi (mendeteksi

Penerapan Hukum Termodinamika II dalam Bidang Farmasi 1. Penggunaan Energi Panas dalam Pengobatan, misalnya diagnostik termografi (mendeteksi Penerapan Hukum Termodinamika II dalam Bidang Farmasi 1. Penggunaan Energi Panas dalam Pengobatan, misalnya diagnostik termografi (mendeteksi temperatur permukaan kulit) Termografi dengan prinsip fotokonduktivitas:

Lebih terperinci

REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA

REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA Trainer Sistem Kelistrikan AC Mobil Daihatsu Zebra REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA Wildan Fahmi D3 Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya e-mail:

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN Kemas. Ridhuan 1), I Gede Angga J. 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar

Lebih terperinci