HALAMAN JUDUL. KARAKTERISTIK SHOWCASE MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-134a BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HALAMAN JUDUL. KARAKTERISTIK SHOWCASE MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-134a BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI"

Transkripsi

1 HALAMAN JUDUL KARAKTERISTIK SHOWCASE MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-134a BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : FALEMON LEONARDO WILANI PUTRA NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i

2 TITLE PAGE CHARACTERISTICS SHOWCASE USING REFRIGERANT R-134a BASED ON VARIATIONS IN CONDENSER COOLING FAN SPEED FINAL PROJECT As partial fulfillment of the requirement to obtain the Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering By : FALEMON LEONARDO WILANI PUTRA Student Number : MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2017 ii

3 HALAMAN PENGESAHAN iii

4 DAFTAR DEWAN PENGUJI iv

5 v

6 vi

7 INTISARI Saat ini showcase sangat banyak digunakan untuk berjualan minuman kemasan yang sering dijumpai di supermarket, warung-warung, bahkan di pasarpasar. karena kegunaannya tersebut showcase sering sekali dijumpai pada depan warung-warung, hal ini dimaksudkan agar pembeli mudah melihat bahwa warung tersebut menjual minuman kemasan dingin. Dengan penempatan showcase di luar ruangan, membuat showcase sering bersentuhan dengan angin, terutama kondensor yang merupakan alat pembuang panas dari sistem mesin showcase, dimana penempatan kondensor pada umunya terletak di bagian belakang showcase dan kontak langsung dengan udara luar. Dengan adanya angin yang sering berhembus berpengaruh terhadap proses pembuangan panas dari kondensor ke lingkungan sekitar. Tujuan dari penelitian ini adalah (a) merakit mesin pendingin showcase dengan siklus kompresi uap, (b) mengetahui karakteristik mesin pendingin showcase, meliputi : energi kalor yang diserap evaporator, energi kalor yang dilepas kondensor, kerja kompresor, nilai COP aktual dan COP ideal, laju aliran refrigeran serta nilai efisiensi mesin pendingin showcase untuk berbagai variasi kecepatan kipas. Penelitian ini menggunakan mesin showcase yang bekerja dengan siklus kompresi uap. Komponen utama Showcase meliputi kompresor, evaporator, kondensor, dan pipa kapiler. Daya kompresor sebesar 115 watt, komponen yang lain menyesuaikan dengan daya kompresor, refrigeran yang dipergunakan adalah R-134a. Variasi yang dilakukan pada penelitian yaitu kecepatan putaran kipas yang mengaliri udara melewati kondensor : (a) Tanpa kipas (b) Kecepatan kipas medium dan (c) Kecepatan kipas high. Daya kipas yang digunakan 35 W dan beban pendinginan 4,8 L air. Pengambilan data setiap 20 menit, suhu maksimal ruang evaporator diatur 4 C. Penelitian ini memberikan hasil (a) Mesin showcase berhasil dirakit dan bekerja dengan baik, dengan tekanan kerja terendah pada evaporator sebesar 1,45 bar dan tekanan terendah pada kondensor sebesar 10 bar (b) Karakteristik mesin showcase terbaik dialiri oleh udara dengan kecepatan high, dengan nilai rata-rata untuk kerja kompresor sebesar 45,43 kj/kg, kalor yang dilepas kondensor sebesar 212,00 kj/kg, kalor yang diserap evaporator sebesar 164,43 kj/kg, COP aktual sebesar 3,64, COP ideal sebesar 4,45, laju aliran refrigerant sebesar 0,00447 kg/s, dan efisiensi sebesar 81,35%. Kata kunci : kondensor, showcase, siklus kompresi uap, kecepatan udara. vii

8 ABSTRACT In this time, the showcase very much to used for sell of beverage packaging, which is often found in supermarket, small shop, even in the markets. Because of its usefulnes, the showcase is often to finded in the front of shops, it s the mean for easy buyers to see thats the shop for sell cold beverage packaging. With placement the showcase out of the room, make it have exposed to the wind, especially condensers, it s heat dissipation tool of the showcase engine system, in the general the condensers placement have a located back of the showcase and have direct contach with out air. With the wind has often blowing effect to heat dissipation process from condensers to environment. The purpose from research is (a) assemble the cooling machine showcase with vapor compresion cycle, (b) to know characteristics of the cooling machine showcase, that is : kalor energy have the absorbed by evaporator, kalor energy has removed condensers, compressor work, coefficient of performance (COP), refrigerant flow rate and efficiency value of cooling machine showcase for fan speed variation. This study used the showcase machine that s worked with vapor compression cycle. The main component the showcase is compressor, evaporator, condensers, and capillary tube. The power of compressor is 115 W, others component have adjust with compressor power,the used refrigerant is R-134a. Variety of research is speed of fan which flowing air and then past the condenser : (a) without fan (b) medium fan speed and (c) high fan speed. The power of fan have to used 35 W and cooling load 4,8 L water. The taked data every 20 minute, maximum temperature evaporator room has setting 4 C. The study give to results (a) the showcase machine got assembled succeed and worked well, with minimum work pressure on the evaporator as big as 1,45 bar and minimum pressure on the condenser as big as 10 bar (b) the best characteristics of showcase machine is flowed by air with high speed, with the average to compressor work as big 45,43 kj/kg, the heat that condensers released as big as 212,00 kj/kg, the heat that evaporator absorbed as big as 164,43 kj/kg, COP aktual as big as 3,64, COP ideal as big as 4,45, the refrigerant flow rate as big as 0,00447 kg/s, and efficiency as big as 81,35%. Keywords : condenser, showcase, vapor compression cycle, air speed. viii

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang diberikannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan berjalan lancar sesuai yang diinginkan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang wajib ditempuh untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 pada Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat selesai tepat waktu. Pada kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi, sekaligus sebagai Ketua Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 3. Doddy Purwadianto S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Akademik. 4. Para Dosen beserta Tenaga Kependidikan di Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 5. Sekretariat Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma. 6. Wolhel M. Salim dan A. Y. Sinta selaku orang tua penulis yang telah mendukung dan memberi semangat penulis dalam menyelesaikan Skripsi. ix

10 x

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i TITLE PAGE... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii DAFTAR DEWAN PENGUJI... iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... v PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi INTISARI... vii ABSTRACT... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvii ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN... xviii BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Manfaat penelitian... 4 BAB II... 5 xi

12 DASAR TEORI DAN TINJAU PUSTAKA Dasar Teori Pengertian Mesin Pendingin Pengertian Showcase Prinsip Kerja Showcase Siklus Kompresi Uap Perhitungan Karakteristik Pada Siklus Kompresi Uap Komponen-komponen Utama Mesin Siklus Kompresi Uap Komponen-komponen Tambahan Mesin Siklus Kompresi Uap Refrigeran Tinjauan Pustaka BAB III PEMBUATAN ALAT Persiapan Komponen Utama dan tambahan Mesin Showcase Peralatan Yang Digunakan Pembuatan Mesin Pendingin Showcase Proses Pembuatan Mesin Pendingin Showcase Pembuatan Mesin Pendingin Showcase Proses Pemvakuman dan Pemetilan Proses Pengisian Refrigeran 134a Uji Coba Mesin Pendingin Showcase BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Objek Penelitian xii

13 4.2 Variasi Penelitian Alat Bantu Penelitian Alur Penelitian Skema Pengambilan Data Cara Mendapatkan Data Cara Mengolah Data Cara Mencari Nilai Entalpi Menggunakan P-h Diagram Cara Mendapatkan Kesimpulan BAB V HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN, DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Perhitungan Pembahasan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Rangkaian komponen utama pada siklus kompresi uap... 5 Gambar 2.2 : Mesin showcase... 6 Gambar 2.3 : Skema Showcase... 7 Gambar 2.4 : Siklus kompresi uap pada diagram P-h... 8 Gambar 2.5 : Siklus kompresi uap pada diagram T-s... 8 Gambar 2.6 : Kompresor hermatik Gambar 2.7 : Kompresor semi hermetik Gambar 2.8 : Kompresor open type Gambar 2.9 : kondensor dengan jari-jari penguat Gambar 2.10 : kondensor AC mobil Gambar 2.11 : Pipa kapiler Gambar 2.12 : Thermostatic exspansion valve Gambar 2.13 : Automatic exspantion valve Gambar 2.14 : Shut off valve dan Pneumatic valve Gambar 2.15 : Evaporator permukaan datar Gambar 2.16 : Evaporator pipa bersirip Gambar 2.17 : Thermostat Gambar 2.18 : filter Gambar 2.19 : Motor dan daun kipas pada mesin showcase Gambar 3.1 : Kompresor hermatik yang digunakan Gambar 3.2 : Kondensor jari-jari penguat (8U) yang digunakan Gambar 3.3 : Pipa kapiler yang digunakan xiv

15 Gambar 3.4 : Evaporator datar yang digunakan Gambar 3.5 : Filter yang digunakan Gambar 3.9 : Fan yang digunakan untuk ruang evaporator Gambar 3.11 : pelebar pipa (sumber : Aliexpress.com) Gambar 3.12 : Alat las Gambar 3.13 : Bahan las Gambar 3.14 : Cairan metil Gambar 3.15 : Pompa vakum Gambar 3.16 : Pressure gauge Gambar 3.17 : Kerangka aluminium Gambar 3.18 : Posisi kompresor sudah terpasang Gambar 3.19 : Posisi kondensor yang telah terpasang Gambar 3.20 : Posisi evaporator telah terpasang Gambar 3.21 : Thermostat yang telah terpasang Gambar 3.22 : Proses pemotongan pipa tembaga Gambar 3.23 : Proses pengelasan pipa dari evaporator ke kompresor Gambar 3.24 : Proses pengelasan pipa dari kompresor ke kondensor Gambar 3.25 : Proses pengelasan sambungan pipa kondensor dengan filter Gambar 3.26 : Proses pengelasan sambungan filter ke pipa kapiler Gambar 3.27 : Posisi fan pada kondensor telah terpasang Gambar 3.28 : Posisi fan pada ruang evaporator telah terpasang Gambar 3.29 : Proses pemvakuman dan pemetilan Gambar 3.30 : Proses pengisian refrigerant xv

16 Gambar 4.1 : Sketsa mesin showcase Gambar 4.2 : Unit mesin showcase Gambar 4.3 : Pressure gauge Gambar 4.4 : Thermocauple digital Gambar 4.5 : Tang amper (calmp ampere) Gambar 4.6 : Thermometer ruangan Gambar 4.7 : Stopwatch Gambar 4.8 : Alur penelitian Gambar 4.9 : Skema pengambilan data Gambar 4.10 : P-h diagram Gambar 5.1 : Perbandingan kerja kompesor (Win) Gambar 5.2 : Perbandingan kalor yang dilepas kondensor (Q out ) Gambar 5.3 : Perbandingan kalor yang diserap oleh ovaporator (Q in ) Gambar 5.4 : Perbandingan nilai COP aktual Gambar 5.5 : Perbandingan COP ideal Gambar 5.6 : Perbandingan efisiensi showcase Gambar 5.7 : Perbandingan laju aliran massa refrigeran (ṁ) xvi

17 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 : Tabel pengambilan data Tabel 5.1 : Data pengujian tanpa kipas Tabel 5.2 : Data pengujian Kecepatan medium Tabel 5.3 : Data kecepatan kecepatan high Tabel 5.4 : Nilai entalpi, T E dan T K tanpa kipas Tabel 5.5 : Nilai entalpi, T E dam T K kecepatan kipas medium Tabel 5.6 : Nilai entalpi, T E dan T K kecepatan kipas high Tabel 5.7 : Kerja kompresor (W in ) Tabel 5.8 : Kalor yang dilepas kondensor (Q out ) Tabel 5.9 : Kalor yang diserap oleh evaporator (Q in ) Tabel 5.10 : Koefisien prestasi (COP aktual ) Tabel 5.11 : Koefisien prestasi ideal (COP ideal ) Tabel 5.12 : Efisiensi dari mesin showcase Tabel 5.13 : Laju aliran massa refrigeran (ṁ) Tabel 6.1 : Nilai rata-rata karakteristik showcase Tabel 6.2 : Nilai rata-rata COP dan efisiensi xvii

18 ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN Q in Q out W in T E T k P 1 P 2 T 1 T 2 T 3 h 1 h 2 h 3 h 4 s h ṁ : Energi kalor yang diserap oleh evaporator (kj/kg). : Energi kalor yang dilepas kondensor (kj/kg) : Kerja kompresor (kj/kg) : Temperatur kerja evaporator ( C) : Temperatur kerja kondensor ( C) : Tekanan refrigeran masuk kompresor (bar) : Tekanan refrigeran keluar kompresor (bar) : Suhu refrigeran keluar evaporator ( C) : Suhu refrigeran keluar kompresor ( C) : Suhu refrigeran keluar kondensor ( C) : Nilai entalpi masuk kompresor (kj/kg) : Nilai entalpi keluar kompresor (kj/kg) : Nilai entalpi keluar kondensor (kj/kg) : Nilai entalpi masuk evaporator (kj/kg) : Nilai entropi (kj/kg.k) : Nilai entalpi (kj/kg) : Laju aliran massa refrigeran (kg/s) ƞ : Efisiensi (%) COP : Coefficient of performance. xviii

19 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini showcase sangat banyak digunakan untuk berjualan minuman kemasan yang sering dijumpai di supermarket, warung-warung, bahkan di pasarpasar. Showcase tidak hanya digunakan untuk mendinginkan minuman tetapi ada juga yang digunakan untuk mendinginkan bahan makanan. Minuman atau makanan yang didinginkan mengunakan showcase tidak boleh dalam kondisi beku, hal itu dimaksudkan supaya minuman mudah diminum. Secara umum mesin showcase digunakan untuk berjualan, karena kegunaannya tersebut showcase sering sekali dijumpai pada depan warungwarung, hal ini dimaksudkan agar pembeli mudah melihat bahwa warung tersebut menjual minuman kemasan dingin. Selain penempatan showcase di luar atau di depan warung, showcase pada umumnya memiliki pintu yang didesain menggunakan bahan yang transparan, hal itu dimaksudkan agar minuman dalam showcase mudah dilihat dan pembeli dapat memastikan minuman yang diinginkan ada dalam showcase, jika minuman yang diinginkan tidak ada maka pintu showcase tidak perlu dibuka, hal ini membuat beban yang didinginkan tidak terganggu, apa bila pintu showcase sering dibuka maka suhu dalam ruang showcase dapat dengan mudah keluar hal itu berpengaruh terhadap lamanya proses pendingin minuman atau makanan yang ada dalam showcase. Dengan penempatan showcase di luar ruangan, membuat showcase sering bersentuhan dengan angin, terutama kondensor yang merupakan alat pembuang

20 2 panas dari sistem mesin showcase, dimana penempatan kondensor pada umunya terletak di bagian belakang showcase dan kontak langsung dengan udara luar. Dengan adanya angin yang sering berhembus berpengaruh terhadap proses pembuangan panas dari kondensor ke lingkungan sekitar. Menurut Marwan Effendy (2005), Semakin besar kecepatan udara pendingin pada kondensor menyebabkan kenaikan efek refrigerasi, sedangkan kerja kompresi dan daya kompresor ada kecenderungan menurun. Dengan demikian perlu dilakukan pengujian terhadap mesin showcase untuk mengetahui pengaruh kecepatan udara yang melintasi kondensor terhadap karakteristik mesin showcase serta mengetahui nilai COP dan efisensi dari mesin showcase yang akan diuji. Aliran udara pada penelitian ini menggunkan kipas angin yang dipasang pada kondensor. Melihat latar belakang diatas kebutuhan mesin showcase sangat penting dalam berjualan minuman kemasan dingin dan perlunya diketahui pengaruh penempatan mesin showcase dalam rungan maupun luar rungan. penulis tertarik untuk mendalami tentang mesin showcase menggunakan refrigeran R-134a berdasarkan variasi keceptan kipas pendingin kondensor, dengan melakukan penelitian tentang mesin showcase. Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan mamfaat bagi para insan akademis dan publik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah performa mesin pendingin showcase, dikaitkan terhadap pemasangan kipas pendingin pada kondensor. Oleh karena itu diperlukan

21 3 pengujian dengan memvariasikan kecepatan kipas untuk mengetahui karekteristik dari mesin pendingin showcase. 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Membuat dan merakit mesin pendingin Showcase. b. Mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk mendinginkan ruang evaporator. c. Mengetahui karakteristik mesin pendingin showcase dengan refrigeran R- 134a dengan memvariasi kecepatan kipas yang dipergunakan dalam mendinginkan kondensor, meliputi : 1. Energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (Q in ) 2. Energi kalor yang dilepas kondensor parsatuan massa refrigeran (Q out ) 3. Kerja kompresor persatuan massa refrigeran (W in ) 4. COP aktual dan COP ideal showcase 5. Nilai efisiensi showcase 6. Laju aliran massa refrigeran 1.4 Batasan Masalah Batasan permasalahan dalam penelitian ini antara lain : a. Dalam unit mesin pendingin terdapat komponen-komponen utama dan tambahan yaitu : kompresor 115 w, kondensor 8U jari-jari penguat, pipa kapiler, filter, evaporator, dan thermostat. b. Kipas angin untuk mendinginkan kondensor menggunakan kipas angin merek SAKAI model HFN 950, ukuran 23 cm, daya 35 W, tegangan 220 V (AC), dan frekuensi 50 Hz.

22 4 c. Dalam penelitian ini menggunakan refrigeran R-134a. d. Beban pendingin yang dipakai adalah 8 botol air mineral (600 ml/botol). e. Karakteristik mesin pendingin yang digunakan untuk menghitung COP didasarkan pada kondisi ideal kerja siklus kompresi uap dari mesin pendingin dengan proses kompresi yang berlangsung dengan entropi konstan dan proses penurunan tekanan yang berlangsung dengan nilai entalpi yang konstan. 1.5 Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : a. Dapat digunakan sebagai referensi untuk para peneliti lain dengan penelitian sejenis. b. Dapat menambah ilmu dan pengetahuan tentang mesin pendingin showcase dengan penambahan kipas pada kondensor, yang dapat di letakan di perpustakaan. c. Hasil dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi acuan bagi para insan akademis dan publik dalam rangka memilih dan menggunakan mesin pendingin supaya dapat melestarikan lingkungan dan konversi energi.

23 5 BAB II DASAR TEORI DAN TINJAU PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pengertian Mesin Pendingin Mesin pendingin adalah salah satu mesin konversi energi yang digunakan untuk memindahkan panas dari temperatur rendah menuju temperatur yang lebih tinggi dengan bantuan kerja dari luar. Mesin pendingin yang banyak digunakan pada umumnya menggunakan siklus kompresi uap. Mesin pendingin yang bekerja dengan siklus kompresi uap mempunyai komponen utama yang terdiri dari empat bagian yaitu : evaporator, kompresor, kondensor, dan pipa kaplier/katup ekspansi. Fluida kerja yang digunakan pada siklus kompresi uap disebut refrigeran. Gambar 2.1 memperlihatkan rangkaian komponen utama mesin pendingin pada siklus kompresi uap. 3 FILTER Q out KONDENSOR 2 PIPA KAPILER W in 1 KOMPRESOR 4 EVAPORATOR Q in Gambar 2.1 : Rangkaian komponen utama pada siklus kompresi uap Pengertian Showcase Showcase adalah mesin pendingin yang digunakan untuk mendinginkan berbagai jenis makanan dan minuman kemasan. Showcase pada umumnya

24 6 memiliki bentuk fisik dan prinsip kerja seperti kulkas, tetapi showcase memiliki pintu yang didesain menggunakan bahan transparan. Suhu kerja pada showcase diatur agar berada pada suhu antara 0 C sampai 10 C. Pengaturan suhu tersebut dilakukan dengan tujuan agar makanan dan minuman yang didinginkan tidak mengalami pembekuan. Pengaturan suhu dilakukan oleh thermostat. Gambar 2.2 memperlihatkan beberapa jenis showcase yang ada di pasaran. Gambar 2.2 : Mesin showcase (Sumber : Prinsip Kerja Showcase Ketika kompresor dinyalakan, maka refrigeran akan mengalir kesemua bagian sistem. Sebelum masuk kompresor, refrigeran dengan kondisi uap jenuh dikompresikan sehingga uap keluar kompresor menjadi uap panas lanjut, lalu uap tersebut mengalir pada bagian kondensor untuk melepas kalor ke lingkungan sehingga terjadi proses kondensasi. Uap berubah menjadi cair jenuh kemudian melewati filter, selanjutnya menuju pipa kapiler dan mengalami penurunan tekanan. Pada bagian evaporator cairan refrigeran akan mengalami evaporasi sehingga berubah menjadi uap jenuh dan masuk kedalam kompresor untuk dikompresikan. Proses itu akan terjadi secara terus menerus hingga mendapat

25 7 suhu yang diinginkan. Showcase terdiri dari beberapa bagian komponen utama yang masing-masing dihubungkan menggunakan pipa tembaga sehingga menjadi satu rangkaian. Fluida kerja yang digunakan pada mesin showcase adalah refrigeran. Gambar 2.3 menunjukkan skema mesin showcase. Keterangan : a : Kompresor b : Kondensor c : Thermostat d : Evaporator e : Filter f : Pipa kapiler Gambar 2.3 : Skema Showcase Siklus Kompresi Uap Mesin pendingin dengan siklus kompresi uap merupakan mesin yang paling banyak digunakan pada refrigerasi. Komponen utama dari siklus kompresi uap adalah kompresor, kondensor, evaporator dan katup ekspansi atau pipa kapiler. Untuk membersihkan kotoran pada refrigeran dalam sistem mesin pedingin siklus kompresi uap, menggunakan filter yang dipasang sebelum pipa kapiler. Proses-proses siklus kompresi uap jika disajikan pada diagram P-h dan diagram T-s ditunjukkan seperti Gambar 2.4 dan Gambar 2.5.

26 8 P P 2 3 3a Q out 2a 2 P 1 4 Q in 1a 1 W in h 3 =h 4 h 1 h 2 h Gambar 2.4 : Siklus kompresi uap pada diagram P-h T 2 3 a Q out 2a 3 W in 1 4 Q in 1 a s Gambar 2.5 : Siklus kompresi uap pada diagram T-s Pada siklus ini uap ditekan, kemuadian diembunkan menjadi cairan, kemudian tekanan diturunkan agar cairan tersebut dapat menguap kembali. Penyerapan panas pada siklus kompresi uap dilakukan dalam evaporator dengan temperatur dan tekanan rendah. Dalam evaporator, refrigeran berubah dari fase cair menjadi fase gas, lalu masuk ke kompresor. Karena kerja kompresor, refrigeran menjadi gas yang bertemperatur dan bertekanan tinggi. Untuk melepas panas yang diserap

27 9 oleh evaporator, refrigeran diembunkan di dalam kondensor sehingga refrigeran menjadi cair. Sebelum refrigeran memasuki evaporator, refrigeran diekspansikan terlebih dahulu oleh pipa kapiler atau katup ekspansi. Pada alat ini tekanan refrigeran yang masuk ke evaporator diturunkan, penurunan tekanan ini disesuaikan dengan kondisi yang diinginkan. Proses-proses yang terjadi pada siklus kompresi uap mesin refrigerasi yaitu : a. Proses 1-2 Proses 1-2 adalah proses kompresi. Proses ini berlangsung secara isentropik adiabatik (isoentropi atau entropi konstan). Kompresor menghisap refrigeran kemudian mengkompresikan refrigeran menuju kondensor. Kondisi awal refrigeran pada saat masuk di kompresor adalah uap panas lanjut bertekanan rendah. Setelah dikompresi refrigeran menjadi uap panas lanjut bertekanan tinggi. Akibat tekanan naik, suhu refrigeran juga mengalami kenaikan. b. Proses 2-2a Proses 2-2a adalah proses penurunan suhu atau disebut juga dengan proses desuper heating. Proses ini berlangsung mulai dari keluar kompresor sampai ke dalam kondensor. Penurunan suhu ini disebabkan karena proses pembuangan kalor dari refrigeran ke udara. Fase refrigeran berubah dari gas panas lanjut ke uap jenuh. Proses penurunan suhu berlangsung pada tekanan kerja kondensor (P 2 ) yang tetap. c. Proses 2a-3a Proses 2a-3a adalah proses kondensasi. Proses ini berlangsung dari kondisi refrigeran berupa fase gas jenuh sampai cair jenuh, proses berlangsung pada suhu

28 10 dan tekanan yang tetap. Pada proses ini terjadi perubahan fase dari gas menjadi cair yang mengeluarkan kalor. Kalor yang dibuang ke lingkungan kondensor. Kalor dapat mengalir ke lingkungan karena suhu pada kondensor lebih tinggi dari suhu lingkungan. d. Proses 3a-3 Proses 3a-3 adalah proses pendinginan lanjut atau disebut dengan subcooling. Pada proses ini terjadi pelepasan panas dari refrigeran ke udara di luar kondensor setelah refrigeran pada kondisi cair jenuh, sehingga refrigeran yang keluar dari kondensor suhunya lebih rendah dari suhu pengembunan. Fase refrigeran pada keadaan cair lanjut proses ini berlangsung pada tekanan tetap dan tekanan tinggi (P 2 ). Dengan keadaan cair lanjut pada saat keluar kondensor maka refrigeran akan mudah masuk ke dalam pipa kapiler, karena pipa kapiler mempunyai diameter yang sangat kacil. Tujuan proses pendingin lanjut ini agar refrigeran yang masuk ke pipa kapiler benar-benar dalam keadaan cair. e. Proses 3-4 Proses 3-4 adalah proses ekspansi. Proses ini berlangsung di pipa kapiler secara isoentalpi ( entalpi sama ). Hal ini berarti tidak terjadi penambahan entalpi tetapi terjadi penurunan tekanan dan penurunan temperatur. Fase ini berlangsung dari fase cair menjadi fase campuran (cair dan gas). f. 4-1a Proses 4-1a adalah proses evaporasi. Proses ini berlangsung di evaporator secara isobar (tekanan sama) dan isotermal (suhu sama).

29 11 Refrigeran dalam wujud cair bertekanan rendah menyerap kalor dari lingkungan sekitar atau media yang di dinginkan sehingga wujudnya berubah menjadi gas jenuh bertekanan rendah. g. Proses 1a-1 Proses 1a-1 adalah proses pemanasan lanjut. Pada proses ini refrigeran mengalami kenaikan suhu. Fase refrigeran berubah dari uap jenuh ke uap panas lanjut. Proses ini berlangsung pada tekanan tetap, pada tekanan rendah (P 1 ). Tujuan dari pemanasan lanjut ini supaya refrigeran yang masuk ke kompresor benar-benar dalam keadaan gas Perhitungan Karakteristik Pada Siklus Kompresi Uap Diagram tekanan entalpi siklus kompresi uap dapat digunakan untuk menganalisa unjuk kerja mesin pendingin yang meliputi kerja kompresor, energi yang dilepas kondensor, energi yang diserap evaporator, Coefficient of performance (COP aktual ), COP ideal, dan Efisiensi mesin pendingin. a. Kerja Kompresor (W in ) Kerja kompresor persatuan massa refrigeran merupakan perubahan entalpi pada diagram P-h di titik 1-2 dari siklus kompresi uap dapat di hitung dengan Persamaan (2.1). W in h 2 h (2.1) W in adalah kerja kompresor persatuan massa refrigeran (kj/kg), h 2 adalah nilai entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kj/kg), dan h 1 adalah nilai entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kj/kg). b. Energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas kondensor (Q out)

30 12 Energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor merupakan perubahan entalpi pada titik 2-3 pada P-h diagram, perubahan entalpi tersebut dapat dihitung dengan Persamaan (2.2). Q out h 2 h (2.2) Q out adalah energi kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran (kj/kg), h 2 adalah nilai entalpi refrigeran saat masuk kondensor (kj/kg), dan h 3 adalah nilai entalpi refrigeran saat keluar kondensor (kj/kg). c. Energi kalor persatuan massa refrigeran yang diserap evaporator (Q in ) Energi kalor persatuan massa refrigeran yang diserap oleh evaporator merupakan proses perubahan entalpi pada titik 4-1 pada P-h diagram, perubahan entalpi tersebut dapat dihitung dengan Persamaan (2.3). Q in h 1 h 4....(2.3) Q in adalah energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (kj/kg), h 1 adalah nilai entalpi refrigeran saat keluar evaporator atau sama dengan nilai pada saat masuk kompresor (kj/kg), dan h 4 adalah nilai entalpi refrigeran saat masuk evaporator atau sama dengan nilai entalpi saat keluar dari pipa kapiler. Karena proses pada pipa kapiler berlangsung pada entalpi yang tetap maka nilai h 4 sama dengan h 3 (kj/kg). d. Koefisien prestasi / Coefficient of Performance (COP) Koefisien prestasi siklus kompresi uap standar adalah perbandingan antara panas yang dilepas dari ruang yang didinginkan dengan kerja yang disalurkan. Energi kalor persatuan massa yang diserap evaporator dibagi kerja kompresi, yang dapat dihitung dengan Persamaan (2.4).

31 13 COP Q h h in 1 4 aktual..... (2.4) Win h2 h1 COP aktual adalah koefisien prestasi mesin pendingin, Q in adalah kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (kj/kg), W in adalah kerja yang dilakukan kompresor persatuan massa refrigeran (kj/kg), h 1 adalah nilai entalpi refrigeran saat keluar evaporator atau sama dengan nilai entalpi pada saat masuk kompresor (kj/kg), h 2 adalah nilai entalpi refrigeran saat masuk kondensor (kj/kg), dan h 4 adalah nilai entalpi refrigeran saat masuk evaporator atau sama dengan nilai entalpi saat keluar dari pipa kapiler. Karena proses pada pipa kapiler berlangsung pada entalpi yang tetap maka nilai h 4 = h 3 (kj/kg). e. Koefisien prestasi ideal (COP ideal ) Koefisien prestasi ideal pada siklus kompresi uap standar dapat dihitung dengan Persamaan (2.5). COP ideal Tevap..... (2.5) T T cond evap COP ideal adalah koefisien prestasi maksimum mesin pendingin, T evap adalah suhu evaporator (K) dan T cond adalah suhu kondensor (K). f. Efisiensi mesin pendingin (η) Efisiensi mesin pendingin dapat dihitung dengan Persamaan (2.6). COPaktual 100%..... (2.6) COP ideal Dengan COP ideal adalah koefisien prestasi maksimum mesin pendingin, dan COP aktual adalah koefisien prestasi mesin pendingin.

32 14 g. Laju aliran massa refrigeran (ṁ) Laju aliran massa refrigeran dapat dihitung menggunakan persamaan (2.7). I V m W in..... (2.7) ṁ adalah laju aliran massa refrigeran (kg/s), I adalah arus listrik (A), V adalah voltase (watt), dan W in adalah kerja yang dilakukan kompresor (KJ/kg) Komponen-komponen Utama Mesin Siklus Kompresi Uap a. Kompresor Kompresor berfungsi untuk menaikan tekanan refrigeran dari tekanan rendah ke tekanan tinggi. Kompresor menghisap kemudian mengkompresi refrigeran sehingga terjadi sirkulasi atau perputaran refrigeran yang mengalir dari dalam pipa-pipa mesin pendingin. Jenis kompresor yang sering dipakai pada mesin pendingin adalah kompresor hermetik yang merupakan kompresor torak (reciprocating compressor) yang digerakkan oleh motor listrik. Jenis kompresor torak lainnya yaitu kompresor semi hermetik dan kompresor open type. Kompresor torak jenis hermetik dapat dilihat pada Gambar 2.6. Motor penggerak kompresornya berada dalam satu tempat atau rumah yang tertutup, bersatu dengan kompresor. Motor penggerak langsung memutarkan poros kompresor, sehingga jumlah putaran kompresor sama dengan jumlah putaran motornya. Kompresor bekerja secara dinamis menghisap dan kemudian mengkompresi refrigeran sehingga terjadi sirkulasi refrigeran yang mengalir dalam pipa-pipa pada mesin pendingin. Fase yang terjadi ketika masuk dan keluar kompresor berupa gas. kondisi gas yang keluar kompresor berupa gas panas lanjut. Suhu gas refrigeran yang keluar kompresor lebih tinggi dari suhu kerja

33 15 kondensor. Gambar 2.6 sampai Gambar 2.8 memperlihatkan jenis-jenis kompresor. Gambar 2.6 : Kompresor hermatik (Sumber : Teachintegration.wordpres.com) Gambar 2.7 : Kompresor semi hermetik (Sumber : Gambar 2.8 : Kompresor open type (Sumber :

34 16 b. Kondensor Kondensor adalah peralatan yang berfungsi sebagai alat pengembunan atau kondensasi refrigeran. Gambar 2.9 : kondensor dengan jari-jari penguat ( Sumber : Gambar 2.10 : kondensor AC mobil (sumber : m.acmobilindonesia.com) Di dalam kondensor berlangsung dua proses yaitu proses penurunan suhu refrigeran dari gas panas lanjut menjadi gas jenuh (proses desuperheating), proses berikutnya dari gas panas jenuh menuju ke cair jenuh (proses kondensasi) dan proses pendinginan lanjut (subcooling). Proses pengembunan refrigeran dari kondensasi panas jenuh menuju ke cair jenuh berlangsung pada tekanan tetap. Saat ketiga proses itu berlangsung, kondensor membuang kalor dalam bentuk panas ke lingkungan sekitar (udara luar). Jenis kondensor yang sering digunakan dalam sistem mesin pendingin dalam kapasitas kecil adalah kondensor dengan

35 17 bentuk jari-jari penguat, pipa dengan plat besi dan pipa bersirip. dua jenis kondensor berdasarkan media pendinginnya, kondensor berpendingin udara (air cooled condenser), kondenser berpendingin air (water cooled condenser). Umumnya kondensor yang dipakai dalam sistem mesin pendingin adalah kondensor dengan pipa jari-jari penguat berpendingin udara, sedangkan mesin AC menggunakan jenis pipa bersirip. Gambar 2.9 memperlihatkan kondensor dengan jari-jari penguat. Gambar 2.9 dan Gambar 2.10 memperlihatkan jenis-jenis kondensor. c. Pipa Kapiler Pipa kapiler merupakan alat untuk menurunkan tekanan refrigeran. Pipa kapiler umumnya mempunyai panjang 1 meter hingga 6 meter, dengan diameter dalam 0,5 mm hingga 2 mm. Ketika refrigeran mengalir di dalam pipa kapiler maka akan terjadi penurunan tekanan refrigeran dikarenakan adanya gesekan dengan bagian dalam pipa kapiler. Proses penurunan tekanan refrigeran dalam pipa kapiler berlangsung ada entalpi konstan atau tetap. Pada saat refrigeran masuk dalam pipa kapiler, refrigeran dalam bentuk fase cair penuh. Saat refrigeran masuk ke dalam evaporator refrigeran dalam fase cair dan gas. Jenis alat ekspansi lain yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan, yaitu hend valve, TXV (thermostatic exspansion valve), AXV (automatic ekspansion valve). Ketup ekspansi jenis TXV dan AXV bisasanya digunakan pada sistem mesin pendingin yang memiliki kapasitas sedang hinga kapasitas besar. Gambar 2.11 sampai Gambar 2.14 memperlihatkan jenis-jenis pipa kapiler dan alat ekspansi lainnya.

36 18 Gambar 2.11 : Pipa kapiler (sumber : Gambar 2.12 : Thermostatic exspansion valve (Sumber : Gambar 2.13 : Automatic exspantion valve (Sumber : Gambar 2.14 : Shut off valve dan Pneumatic valve (sumber : dan

37 19 d. Evaporator Evaporator merupakan tempat perubahan fase dari cair menjadi gas, atau dapat disebut juga sebagai tempat penguapan. Saat perubahan fase, diperlukan energi kalor. Energi kalor tersebut diambil dari lingkungan evaporator yaitu berupa benda-benda yang ada di dalam ruang evaporator. Hal tersebut terjadi karena temperatur refrigeran lebih rendah dari pada temperatur sekelilingnya, sehingga panas dapat mengalir ke refrigeran. Proses penguapan refrigeran di dalam evaporator berlangsung pada tekanan tetap dan suhu tetap. Berbagai jenis evaporator yang sering di gunakan pada mesin pendingin adalah jenis evaporator permukaan datar, dan jenis evaporator dengan pipa bersirip. Gambar 2.15 dan 2.16 memperlihatkan jenis-jenis evaporator. Gambar 2.15 : Evaporator permukaan datar (sumber : Gambar 2.16 : Evaporator pipa bersirip (Sumber :

38 Komponen-komponen Tambahan Mesin Siklus Kompresi Uap a. Thermostat Thermostat adalah alat yang berfungsi untuk mengatur batas suhu dalam ruang evaporator, mengatur lama kompresor berhenti dan mengatur kerja kompresor. Gambar 2.17 : Thermostat (Sumber : Pada thermostat dilengkapi dengan tabung yang berisi cairan yang mudah menguap. Tabung tersebut ditempatkan pada ruang mesin pendingin (ruang evaporator) kemudian disalurkan oleh pipa kapiler ke ruang gas. Prinsip kerja thermostat adalah jika ruang dalam mesin pendingin mencapai titik beku ( dalam evaporator sudah mencapai suhu yang ditentukan), maka cairan dalam tabung thermostat akan beku, cairan yang membeku akan menyusut, dengan terjadinya penyusutan berarti gas dari ruang gas akan mengalir ke pipa kapiler yang kosong, ruang gas akan menjadi kendur, kemudian pegas akan menekannya sehingga kontak sekelar akan membuka dengan demikian hubungan arus listrik akan terputus. Kompresor akan berhenti bekerja dalam waktu yang relatif lama dan apabila ruang pendingin atau evaporator suhunya naik dan tidak pada titik beku. Fluida dalam thermostat akan menjadi cair yang berarti ruang gas memberi tekanan pada sekelar kontak sehingga sekelar menutup dan menghubungkan

39 21 kembali arus listrik, kompresor akan kembali bekerja. Gambar 2.17 memperlihatkan thermostat pada mesin pendingin. b. Filter Filter adalah alat yang digunakan untuk menyaring kotoran yang terbawa saat proses sirkulasi refrigeran. Dengan adanya filter, bahan pendingin yang membawa kotoran akan tersaring dan kemudian bahan pendingin yang telah melewati filter akan menjadi lebih bersih sehingga proses sirkulasi refrigeran dapat berlangsung dengan maksimal. Selain itu jika tidak ada filter, kotoran akan masuk kedalam pipa kapiler dan dapat membuat pipa tersumbat, dan dapat menyebabkan sistem tidak bekerja. Oleh kerna peran pipa kapiler sangat penting dalam sistem sirkulasi refrigeran dalam mesin pendingin maka filter dipasang sebelum pipa kapiler. Gambar 2.18 memperlihatkan filter. Gambar 2.18 : filter (sumber : m.indonesia.alibaba.com) c. Fan Evaporator Fan adalah alat yang didigunakan untuk menyalurkan udara dari evaporator ke ruang yang akan didinginkan, serta mensirkulasikan udara agar suhu di dalam ruang tetap dalam kondisi yang sama. Gambar 2.19 memperlihatkan motor dan daun kipas yang biasa digunakan pada mesin showcase.

40 22 Gambar 2.19 : Motor dan daun kipas pada mesin showcase ( Sumber : Sadhanas.co.ic) Refrigeran Refrigeran atau bahan pendingin adalah fluida atau zat yang digunakan dalam mesin pendingin yang berfungsi menghisap panas dari suatu tepat atau suatu benda. Refrigeran pada mesin pendingin berperan penting untuk menyerap panas melalui perubahan fase refrigeran dari cair ke gas (evaporasi) dan membuang panas melalui perubahan fase dari gas ke cair (kondensasi). Refrigeran dalam mesin pendingin mengalami perubahan dari cair ke gas kemudian setelah melewati beberapa proses akan kembali lagi pada kondisi awal yaitu cair. Secara umum pemilihan refrigeran untuk suatu keperluan tergantung dari sifat-sifat refrigeran, bukan hanya kemampuannya untuk membuang panas, ada pun sifat-sifat refrigeran yang harus diperhatikan yaitu apakah refrigeran beracun atau tidak beracur, mudah terbakar, densitas, viskositas dan mudah didapat. Sifat refrigeran yang aman adalah syarat utama yang harus diperhatikan saat memilih refrigeran sifat aman yang menjadi acuan adalah tidak mudah dan tidak dapat terbakar, tidak meledak, tidak beracun baik keadaan murni maupun bercampur dengan air. Refrigeran tidak bereaksi dengan oli pelumas, tidak bereaksi dengan material atau komponen-komponen pipa, refrigeran juga tidak bereaksi dengan

41 23 uap air pada temperatur rendah, dan jika terjadi kebocoran refrigeran tidak berkontaminasi dengan bahan makanan atau produk yang disimpan. Setiap refrigeran memiliki batasan tekanan atau suhu tertentu, batasan ini merupakan titik yang disebut dengan tekanan kritis, lewat dari keadaan kritis refrigeran tetap berbentuk cairan walaupun panas terus menerus diberikan. Setiap refigeran yang diberi temperatur kritis tidak dapat berwujud cair, dan tidak lagi tergantung tekanan yang bekerja pada refrigeran. Jenis golongan refrigeran yang umum digunakan pada masyarakat yaitu : a. CFC (Cloro Fluoro Farbon), merupakan refrigeran yang paling berbahaya terhadap lapisan luar bumi atau lapisan ozon, dikarenakan jumlah kaporitnya sangat tinggi. Golongan refrigeran jenis CFC ini mengandung klorin, fluoro, dan karbon. b. HFC (Hydro Fluoro Carbon), merupakan refrigeran yang dapat digunakan untuk menggantikan freon karena tidak menggunakan atom chlor (C1) yang tidak merusak lapisan luar bumi atau lapisan ozon. Golongan refrigeran jenis ini mengandung hidrogen, flourin dan karbon. c. HCFC (Hydro Cloro Fluoro Carbon), merupakan refrigeran yang dapat merusak lingkungan karena mengandung jumlah minimal klorin. Golongan refrigeran jenis ini mengandung hidrogen, klorin dan karbon. 2.2 Tinjauan Pustaka Markus (2007) Melakukan penelitian tentang fungsi dan karakterisasi mesin AC dengan kondensor berpendingin udara dan air. Penelitian bertujuan : (a) mendapatkan kesiapan fungsional mesin AC (b) mengetahui karakteristik mesin

42 24 AC dengan kondensor berpendingin udara dan air (c) mengetahui karakteristik komponen-komponen utamanya meliputi : Evaporator, kompresor, kondensor dan katup ekspansi. Fluida kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah : air, udara, dan preon R-134a. Pengamatan dilakukan pada : (a) komponen-komponen utama peralatan pengujian (b) pengukuran suhu, tekanan, dan laju aliran masingmasing. Alat ukur yang digunakan pada pengamatan ini yaitu : thermometer analog air, thermometer digital, pressure gauge, dan flowmeter. Hasil penelitian menunjukkan : (a) semua komponen-komponen berfungsi dengan baik (a) dengan kondensor berpendingin udara dan air masing-masing suhu yang dapat dicapai adalah 14 C dan 17 C setelah refrigator beroperasi selama 10 menit (c) koefisien prestasi COP masing-masing untuk kondensor berpendingin udara dan air adalah 2,97 dan 3,28. Hasan (2009) Melakukan penelitian tentang efek perubahan suhu aliran massa air pendingin pada kondensor terhadap kinerja mesin refrigerasi. Penelitian bertujuan : (a) mendapatkan pengaruh perubahan laju aliran massa air pendingin pada kondensor terhadap kinerja mesin siklus refrigerasi (b) mendapatkan suatu kondisi optimal dan aman dalam pengoperasian mesin. Hasil penelitian menunjukkan : (a) penambahan laju aliran massa air pendingin menyebabkan temperatur air keluar turun, tetapi kalor yang dilepas ke sekeliling juga naik (b) daya kompresor meningkat (c) nilai COP yang bervariasi (d) Kondisi optimal dan aman untuk pengoperasian mesin dilaboratorium yaitu laju aliran massa air pendingin kondensor 20 gr/s dan dan laju aliran avaporator 30 gr/s dengan koefisien prestasi 6,0.

43 25 Puji (2012) Melakukan penelitian tentang analisis pengaruh gangguan heat transfer kondensor terhadap performance air conditioning. Tujuan penelitian adalah : (a) merakit satu unit sistem refrigerasi berupa seperangkat AC windows yang meliputi : kompresor, kondensor, evaporator, pipa kapiler, air dryer dan refrigeran yang digunakan adalah R-22 (b) mengetahui kecepatan udara dari fan pendingin kondensor (c) mengetahui tekanan, temperatur, dan laju aliran massa dengan variasi putaran kipas kondensor terhadap kecepatan udara pendingin, variasi kecepatan udara pendingin 1,6 3,5 m/s yang dihasilkan dari putaran kipas rpm. Hasil penelitian ini menunjukan : (a) semakin cepat putaran kipas maka semakin besar laju aliran massa udara untuk mendinginkan kondensor (b) koefisien prestasi (COP) semakin meningkat. Ubab dan Arsana (2013) Melakukan penelitian tentang pengaruh laju aliran fluida masuk terhadap kapasitas penukar panas jenis pembuluh dan kawat konveksi bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh laju aliran fluida masuk terhadap kapasitas penukar panas jenis pembuluh dan kawat pada konveksi bebas. Penelitian ini menggunakan alat penukar panas dengan panjang kawat 445 mm, jarak antar kawat 7 mm, diameter kawat 1,2 mm, lebar kawat 431 mm, jarak antar tube 40 mm, diameter tube 5 mm dan lebar tube 476 mm serta pembuluh di buat dalam 12 belitan, fuida kerja yang digunakan minyak (thermo 22). Metode dalam penelitian ini adalah (a) Memasang thermocauple di sembilan titik lokasi pengukuran pada alat penukar panas (b) Pengamatan menggunakan tiga variasi laju aliran fluida masuk yaitu 0,006 kg/s, 0,005 kg/s dan 0,004 kg/s dengan suhu fluida masuk dijaga konstan yaitu 70 C

44 26 dan suhu ruangan 30 C. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laju aliran fluida masuk berpengaruh terhadap kapasitas penukar panas, hal ini terbukti bahwa dengan laju aliran fluida yang tinggi menghasilkan kapasitas penukar panas yang paling baik yaitu sebesar 42,2 watt pada keadaan konveksi bebas. Heroe (2015) Melakukan penelitian tentang analisis kerakteristik unjuk kerja sistem pendingin yang menggunakan freon R-22 berdasarkan pada variasi putaran kipas pendingin kondensor. Penelitian ini bertujuan: (a) mengatur kelembaban, pemanasan dan pendinginan di dalam ruangan tersebut. (b) mendapatkan suhu udara yang sesuai dengan yang diinginkan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah : (a) percobaan menggunakan peralatan dari mesin refrigerasi sistem pendingin udara di laboratorium fluid (b) pengukuran dilakukan terhadap : suhu, tekanan dan perbedaan tekanan di kompresor (c) variasi putaran motor listrik fan kondensor adalah 50 rpm sampai dengan 150 rpm. Dari percobaan ini menunjukkan hasil yaitu : semakin besar laju aliran udara pendingin kondensor maka besarnya koefisien prestasi semakin meningkat (b) karena pelepan kalor yang cepat akan berimbas pada temperatur kondesor yang semakin rendah, sehingga dapat menghasilkan suhu yang lebih rendah lagi pada keluaran evaporator (c) kerja kompresor lebih ringan pada variasi laju pelepasan kalor yang paling besar.

45 27 BAB III PEMBUATAN ALAT 3.1 Persiapan Komponen Utama dan Komponen tambahan Mesin Showcase Pembuatan mesin pendingin showcase pada penelitian ini menggunakan beberapa komponen utama dan komponen tambahan, dimana komponen utama meliputi : Kompresor, Kondensor, Pipa kapiler, Evaporator, sedangkan untuk komponen tambahan meliputi : filter, thermostat, kipas angin, dan Refrigeran. a. Kompresor Kompresor merupakan komponen utama yang digunakan sebagai alat untuk menaikan tekanan dan mengalirkan fluida kerja di dalam sistem mesin pendingin showcase, Kompresor yang digunakan adalah kompresor jenis hermetik dengan merek Nipon Compressor, dimana kompresor ini memiliki daya 115 W, Arus 0,88 A dan tegangan 220 V. Gambar 3.1 menunjukkan kompresor hermetik yang digunakan. Gambar 3.1 : Kompresor hermatik yang digunakan b. Kondensor Kondensor merupakan komponen utama yang digunakan sebagai alat untuk membuang panas refrigeran yang ada dalam sistem mesin pendingin Showcase.

46 28 Kondensor yang digunakan adalah kondensor dengan jari-jari penguat atau kondensor U, dimana kondensor ini memiliki material pipa yang terbuat dari besi dan sirip terbuat dari baja, kondensor ini memiliki 53 jari-jari penguat dan 8 lekukan pipa atau 8U. Gambar 3.2 menunjukkan kondensor dengan jari-jari penguat (kondensor U). Gambar 3.2 : Kondensor jari-jari penguat (8U) yang digunakan c. Pipa Kapiler Pipa kapiler merupakan alat yang digunakan untuk menurunkan tekanan refrigeran di dalam sistem mesin pendingin showcase, Pipa kapiler yang digunakan memiliki bahan dari tembaga dengan panjang pipa 150 cm, dan diameter pipa 0,71 mm. Gambar 3.3 menunjukkan pipa kapiler. Gambar 3.3 : Pipa kapiler yang digunakan d. Evaporator Evaporator merupakan komponen utama yang digunakan sebagai alat untuk menguapkan refrigeran sehingga fase refrigeran berubah dari campuran (cair dan

47 29 gas) menjadi fase gas. Perubahan fase ini terjadi karena adanya perpindahan kalor dari lingkungan evaporator ke refrigeran. Evaporator yang digunakan pada pembuatan mesin pendingin showcase adalah evaporator datar. Gambar 3.4 menunjukkan evaporator datar yang akan digunakan. Gambar 3.4 : Evaporator datar yang digunakan e. Filter Filter merupakan komponen tambahan yang digunakan sebagai alat untuk menyaring kotoran yang ada pada refrigeran, misalnya kotoran korosi pipa, debudebu sisa pemotongan pipa. Pemasangan filter dengan tujuan agar tidak terjadinya penyumbatan pada pipa kapiler. Filter yang digunakan pada pembuatan mesin pendingin showcase adalah filter berbahan tembaga. Gambar 3.5 menunjukkan filter yang digunakan. Gambar 3.5 : Filter yang digunakan f. Pipa Tembaga Pipa tembaga merupakan komponen yang digunakan untuk menyalurkan refrigeran dalam sistem mesin pendingin siklus kompresi uap, penggunaan pipa tembaga karena lebih fleksibel untuk dipasang, tidak melepas gas beracun, dan

48 30 cukup tahan terhadap korosi. Gambar 3.6 menunjukkan pipa tembaga yang digunakan. Gambar 3.6 : Pipa tembaga yang digunakan g. Refrigeran Refrigeran merupakan fluida kerja yang digunakan sebagai penghantar panas dari ruang evaporator menuju kondensor dengan bantuan kompresor. Jenis refrigeran yang digunakan pada mesin pendingin showcase adalah refrigeran 134a. Gambar 3.7 menunjukkan tabung refrigeran 134a yang digunakan. Gambar 3.7 : refrigeran 134a yang digunakan h. Fan kondesor Fan merupakan komponen tambahan yang digunakan sebagai alat untuk mempercepat proses pembuangan panas dari kondensor ke lingkungan. Jenis kipas angin yang digunakan pada mesin pendingin showcase adalah kipas merek sakai model HFN 950 dengan ukuran 23 cm serta memiliki daya 35 w. Gambar 3.8 menunjukkan fan yang digunakan untuk kondensor.

49 31 Gambar 3.8 : Fan yang digunakan untuk kondensor i. Fan evaporator Kipas angin untuk evaporator digunakan untuk mensirkulasikan udara didalam ruangan evaporator agar suhu disetiap ruang dalam kondisi sama. Kipas yang digunakan adalah kipas model 120x120x38 yang memiliki daya 220V-240V, 50/60 HZ, dan arus 0,14 A. Gambar 3.9 menunjukkan fan yang digunakan untuk evaporator. Gambar 3.9 : Fan yang digunakan untuk ruang evaporator 3.2 Peralatan Yang Digunakan Dalam Pembuatan Mesin Pendingin Showcase Dalam pembuatan mesin pendingin showcase memerlukan alat-alat pendukung sebagai berikut : a. Pemotong pipa (Tube cutter) Tube cutter berfungsi untuk memotong pipa-pipa tembaga yang akan digunakan pada mesin pendingin showcase. Gambar 3.10 menunjukkan Tube cutter.

50 32 Gambar 3.10 : Pemotong pipa (Tube cutter) b. Pelebar pipa (Tube expander) Tube expander digunakan untuk melebarkan ujung pipa agar mudah dalam proses penyambungan pipa. Gambar 3.11 menunjukkan tube expander. Gambar 3.11 : pelebar pipa (sumber : Aliexpress.com) c. Alat Las Alat las merupakan alat yang digunakan untuk menyambung dan menambal pipa-pipa tembaga pada mesin pendingin showcase. Gambar 3.12 menunjukkan alat las. Gambar 3.12 : Alat las d. Bahan Las Bahan las merupakan bahan yang digunakan untuk menyambung pipa-pipa pada mesin pendingin showcase dengan menggunakan bahan tembaga jika

51 33 sambungan antar pipa tembaga, dan menggunakan bahan torak jika sambungan pipa tembaga dan besi. Gambar 3.13 menunjukkan bahan las. Gambar 3.13 : Bahan las e. Cairan Metil Cairan metil digunakan sebagai cairan untuk membersihkan saluran-saluran pipa tembaga, pada saat pemvakuman pada sistem mesin pendingin showcase. Gambar 3.14 menunjukkan botol cairan metil merek thawzone yang digunakan. Gambar 3.14 : Cairan metil f. Pompa vakum Pompa vakum digunakan sebagai alat untuk mengkondisikan sistem mesin pendingin agar kondisi dalam sistem berada pada kondisi vakum. Gambar 3.15 : Pompa vakum

52 34 Proses pemvakuman dimaksudkan agar uap air yang berada di dalam sistem mesin pendingin dapat keluar dari sistem. Jika uap air tidak dikeluarkan dari dalam sistem maka membuat air menjadi beku pada saat sitem sedang berjalan dan uap yang membeku akan berkumpul di dalam filter dan refrigeran akan tersumbat. Gambar 3.15 menunjukkan model pompa vakum yang digunakan. g. Pressuare gauge (pengukur tekanan) Pressre gauge digunakan sebagai alat untuk mengukur tekanan refrigeran dalam sistem mesin pendingin pada saat pengisian maupun pada saat sistem mesin pendingin beroperasi. Gambar 3.16 menunjukkan pressure gauge yang digunakan. Gambar 3.16 : Pressure gauge 3.3 Proses Pembuatan Mesin Pendingin Showcase Pembuatan Mesin Pendingin Showcase Dalam Pembuatan Mesin Pendingin Showcase ada beberapa langkahlangkah pembuatannya sebagai berikut : a. Mempersiapkan kerangka aluminium yang digunakan untuk tempat kompresor di bagian bawah dan kotak kaca sebagai ruang evaporator yang terletak di bagian atas dilapisi dengan gabus, pelapisan menggunakan gabus dimaksudkan agar suhu dalam ruang evaporator tidak keluar dan tetap terjaga,

53 35 serta tempat kipas dibagian tengah dengan penguat dua plat aluminium. Gambar 3.17 menunjukkan kerangka aluminium yang digunakan. Gambar 3.17 : Kerangka aluminium b. Mempersiapkan kompresor dan dipasang pada bagian bawah ruang evaporator dan diperkuat dengan 2 pasang Baut dan mur agar tidak bergerak saat terjadi getaran pada saat kompresor beroperasi. Gambar 3.18 menunjukkan kompresor yang telah terpasang. Gambar 3.18 : Posisi kompresor sudah terpasang

54 36 c. Mempersiapkan kondensor dan dipasang pada bagian tiang kerangka bagian belakang, dan diperkuat dengan 4 pasang baut dan mur, pemasang di belakang agar panas yang dilepas oleh kondensor tidak terasa oleh pengguna mesin pendingin dan membuat mesin lebih rapi. Gambar 3.19 menunjukkan posisi kondensor yang telah terpasang. Gambar 3.19 : Posisi kondensor yang telah terpasang d. Mempersiapkan dan memasang evaporator di dalam kotak kaca, pada setiap bagian kotak sudah dilapisi gabus. Gambar 3.20 menunjukkan gambar posisi evaporator yang telah terpasang. Gambar 3.20 : Posisi evaporator telah terpasang e. Mempersiapkan thermostat kemudian pasang thermostat pada sisi kanan bawah kotak kaca dan diperkuat dengan dua sekrup, serta pasang kabel yang

55 37 menghubungkan thermostat dengan kompresor dan masukan kabel sensor suhu pada ruang evaporator. Gambar 3.21 menunjukkan posisi thermostat yang telah terpasang. Gambar 3.21 : Thermostat yang telah terpasang f. Mempersiapkan pipa tembaga dan memotong pipa menggunakan tube catter sesuai ukuran yang dibutuhkan, serta melebarkan bagian ujung-ujung pipa yang akan disambung menggunakan tube expander agar mudah disambungkan dan dilas. Gambar 3.22 : Proses pemotongan pipa tembaga g. Menyambungkan dan mengelas pipa tembaga dari evaporator menuju kompresor. Gambar 3.23 : Proses pengelasan sambungan pipa dari evaporator ke kompresor

56 38 h. Menyambungkan dan mengelas pipa tembaga dari kompresor menuju kondensor. Gambar 3.24 : Proses pengelasan sambungan pipa dari kompresor ke kondensor i. Mengelas sambungan pipa antara kondensor dengan filter. Gambar 3.25 : Proses pengelasan sambungan pipa kondensor dengan filter j. Mengelas sambungan antara filter dengan pipa kapiler serta sambungan antara pipa kepiler ke pipa menuju evaporator. Gambar 3.26 : Proses pengelasan sambungan filter ke pipa kapiler k. Memasang kipas (fan) pendingin kondensor pada bagian bawah kotak kaca dan diperkuat dengan plat aluminium, dan arahkan posisi angin ke kondensor,

57 39 serta sambungkan kabel kipas angin ke kabel kompresor, pastikan semua kabel tersambung dengan baik. Gambar 3.27 : Posisi fan pada kondensor telah terpasang l. Memasang kipas (fan) dalam ruang evaporator dan sambungkan juga kabel listrik kipas pada kabel kompresor dan pastikan sambungan terpasang dengan rapi dan aman. Gambar 3.28 : Posisi fan pada ruang evaporator telah terpasang Proses Pemvakuman dan Pemetilan Proses pemvakuman dan pemetilan pada sistem mesin pendingin diperlukan agar sistem mesin pendingin dapat digunakan. Proses pemvakuman merupakan proses untuk menghilangkan udara yang terjebak dalam pipa-pipa dalam sistem mesin pendingin, dan proses pemetilan dimana proses ini dilakukan setelah proses pemvakuman dengan cara pemberian cairan metil agar kotoran-kotoran yang ada

58 40 dalam pipa-pipa pada sistem mesin pendingin showcase. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk proses pemvakuman dan proses pemetilan sebagi berikut : a. Menyiapkan alat-alat dan bahan yang digunakan yaitu : pompa vakum, cairan metil, pressure gauge dan selang. b. Memasangkan selang pada pompa vakum dan sambung pada sistem mesin pendingin serta pentil kompresor. c. Menyalakan pompa vakum, secara perlahan udara yang terjebak dalam pipapipa pada rangkaian akan keluar melewati potongan pipa kapiler yang telah dilas dengan lubang keluar filter. d. Ketika sistem telah mencapai keadaan vakum, maka pada jarum penunjuk pressure gauge akan menunjukan angka negatif. e. Memberikan cairan metil kurang lebih satu tutup botol dengan cara menempelkan cairan metil pada potongan pipa kapiler. f. Mematikan pompa vakum, agar cairan metil terhisap dan masuk ke dalam sistem mesin showcase. g. Kemudian Mengelas ujung potongan pipa kapiler dan pastikan tidak ada kebocoran. Gambar 3.29 : Proses pemvakuman dan pemetilan

59 Proses Pengisian Refrigeran 134a Pengisian refrigeran pada mesin pendingin merupakan tahap terakhir pada proses pembuatan mesin pendingin showcase, agar mesin pendingin bisa beroperasi, ada pun tahap-tahap pengisian refrigeran pada mesin showcase sebagai berikut : a. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan yaitu, refrigeran 134a dan pressure gauge serta selangnya. b. Memasang pentil dibagian pipa pengisian refrigeran pada kompresor. c. Memasang selang pressure gauge pada tabung refrigeran dan memasang ujung selang pressure gauge pada pentil pengisian refrigeran yang ada dikompresor. d. Setalah semua selang terpasang dengan baik. Kemudian menyalakan kompresor dan membuka penuh kran pada tabung refrigeran. e. Ketika proses pengisian refrigeran tekanan pada sistem harus dibawah 0 bar yang sebelumnya telah divakum terlebih dahulu. f. Kemudian mengukur arus pada kompresor menggunakan tang amper, pada umumnya arus yang dikonsumsi kompresor berada dibawah angka arus yang tertera pada name plate kompresor jika belum diisi refrigeran. g. Membuka kran pada pressure gauge hingga angka menunjukkan 10 psi dan arus yang terukur kurang lebih yang tertera pada name plate berarti refrigeran sudah selesai diisi dan menutup semua kran pada pressure gauge.

60 42 h. Mengecek pipa yang dekat dengan evaporator jika sudah terbetuk bunga es pada pipa-pipa tersebut maka refrigeran dalam sistem mesin pendingin bekerja dengan baik. i. Setelah refrigeran sudah terisi, mematikan kompresor kemudian menutup dan melepas selang pressure gauge dan menutup pentil pada kompresor. Gambar 3.30 : Proses pengisian refrigerant Uji Coba Mesin Pendingin Showcase Mesin showcase yang telah selesai dirakit perlu diuji coba guna mendapatkan informasi apakah mesin showcase benar-benar dapat bekerja dengan baik atau belum. Uji coba dilakukan dengan cara mengoperasikan mesin showcase, kemudian mengukur suhu dan tekanan yang diperlukan agar dapat diketahui berapa suhu kerja yang dihasilkan kondensor dan evaporator. Setelah suhu dan tekanan diketahui dalam jangka waktu yang ditentukan, kemudia olah data yang sudah ada dengan menggunakan P-h diagram agar dapat dilihat hasil yang ingin diketahui. Jika suhu yang dicapai evaporator dan kondensor sesuai dengan yang diinginkan berarti sistem mesin pendingin bekerja dengan baik. Tetapi jika suhu

61 43 yang dihasilkan oleh evaporator dan kondensor tidak sesuai dengan yang di nginkan maka mesin pendingin mengalami kerusakan mungkin terjadi kebuntuan atau kebocoran pada sistem.

62 44 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah unit mesin pendingin showcase yang dirakit di Laboratorium Konversi Energi, Universitas Sanata Dharma. Gambar 4.1 : Sketsa mesin showcase Gambar 4.2 : Unit mesin showcase

63 45 Mesin showcase bekerja dengan siklus kompresi uap. Daya kompresor yang dipergunakan 115 W, dan komponen utama lainya menyesuikan. Sebelum pipa kapiler terpasang filter. Ukuran ruangan evaporator adalah panjang 50 cm, lebar 35, dan tinggi 20 cm. Pada bagian kondensor mesin pendingin showcase dipasang kipas sebagai alat yang dipergunakan untuk mempercepat proses pelepasan panas dari kondensor ke lingkungan. Daya kipas yang dipergunakan 35 W. Pada mesin showcase dilengkapi thermostat sebagai pengatur suhu dalam ruang evaporator. Refrigeran yang dipergunakan R134a, dan beban pendinginan yang dipakai adalah air, sebanyak 8 botol, dengan ukuran 600 ml/botol. Gambar 4.1 menunjukkan sketsa komponen mesin pendingin showcase dan Gambar 4.2 menunjukkan unit mesin pendingin showcase yang sudah dirakit. 4.2 Variasi Penelitian Peneltian dilakukan dengan memvariasikan kecepatan kipas yang dipergunakan untuk mempercepat aliran udara melewati kondensor, variasinya adalah (a) tanpa kipas, (b) kecepatan kipas medium (4,4 m/s), dan (c) kecepatan kipas high (5,1 m/s). 4.3 Alat Bantu Penelitian Pada penelitian unit mesin showcase dibutuhkan beberapa alat bantu ukur seperti pressure gauge, thermocouple digital, tang amper (calmp meter), thermometer ruangan, dan stopwatch. a. Pressure gauge Pressure gauge digunakan untuk mengukur tekanan refrigeran yang masuk dan yang keluar dari kompresor, pada penelitian ini, angka yang ditunjukan oleh

64 46 jarum pressure gauge dalam satuan bar. Pressure gauge warna biru menampilkan nilai tekanan yang masuk kompresor, dan pressure gauge warna merah menampilkan nilai tekanan keluar kompresor. Gambar 4.3 memperlihatkan pressure gauge. Gambar 4.3 : Pressure gauge b. Thermocouple digital Thermocauple digital digunakan untuk mengukur perubahan suhu pada titiktitik yang ingin diambil datanya pada mesin pendingin showcase. Prinsip kerja thermocouple digital adalah dengan menempelkan ujung kawat logam pada komponen yang akan diukur suhunya. Kemudian nilai suhu yang terbaca oleh kawat logam thermocauple akan ditampilkan pada alat penampil suhu digital. Gambar 4.4 memperlihatkan thermocouple digital. Gambar 4.4 : Thermocauple digital (sumber : c. Tang amper (clamp meter) Tang amper digunakan untuk mengukur arus listrik yang dikonsumsi oleh kompresor. Cara kerja tang ampere adalah dengan menaruh kabel diantara dua

65 47 rahang penjepitnya kemudian baca nilai arus tertera pada layar tang amper. Gambar 4.5 memperlihatkan tang amper digital. Gambar 4.5 : Tang amper (calmp ampere) (sumber : d. Thermometer ruangan Thermometer ruangan di gunakan untuk mengukur suhu ruangan pada saat pengambilan data penelitian. Gambar 4.6 memperlihatkan thermometer ruangan. Gambar 4.6 : Thermometer ruangan ( sumber : id.alixpress.com) e. Stopwacth Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu pengambilan data, jarak data 1 dan 2 ± 20 menit, seperti itu sampai seterusnya hingga mendapatkan suhu yang diinginkan dalam ruang evaporator tercapai (pengaturan suhu ruang evaporator 4 C). Gambar 4.7 memperlihatkan stopwacth. Gambar 4.7 : Stopwatch ( Sumber : )

66 Alur Penelitian Sebelum melakukan pengambilan data pada unit mesin pendingin showcase, terlebih dahulu membuat alur penelitian agar mempermudah proses pengambilan data. Gambar 4.8 menunjukkan alur penelitian. Mulai Mempersiapkan komponen dan alat bantu pembuatan mesin Pembuatan mesin dan pemasangan alat ukur Uji coba Tidak baik Baik Persiapan pengambilan data Pengambilan data dengan memvariasikan kecepatan kipas 4.5 Skema Pengambilan Data Pengolahan data dan pembahasan Membuat kesimpulan dan saran Selesai Gambar 4.8 : Alur penelitian Pada proses pengambilan data memerlukan beberapa alat akur seperti thermocouple digital, tang ampere, stopwacth, thermometer ruangan, dan pressure

67 49 gauge. Semua alat ukur tersebut memiliki fungsi masing-masing dan dipasang pada titik-titik yang ingin diambil datanya pada penelitian ini. Gambar 4.9 menunjukkan skema pengambilan data. Gambar 4.9 : Skema pengambilan data a. Thermocauple digital (T 1 ) Digunakan untuk mengukur suhu yang keluar dari evaporator menuju kompresor, dalam satuan ( C). b. Thermocauple digital (T 2 ) Digunakan untuk mengukur suhu yang keluar dari kompresor menuju kondensor, dalam satuan ( C).

68 50 c. Thermocauple digital (T 3 ) Digunakan untuk mengukur suhu yang keluar dari kondensor menuju pipa kapiler, dalam satua ( C). d. Manifold (P 1 ) Digunakan untuk mengukur tekanan yang masuk menuju kompresor, dalam satuan (Bar). e. Manifold (P 2 ) Digunakan untuk mengukur tekanan yang keluar dari kompresor, dalam satuan (Bar). f. Tang amper Digunakan untuk mengukur arus yang di konsumsi oleh kompresor, dalam satuan (A). g. Thermometer ruangan Digunakan untuk mengukur suhu ruangan, dalam satuan ( C). h. Stopwacth Digunakan untuk mengukur waktu pengambilan data, dalam satuan (menit). 4.6 Cara Mendapatkan Data Data-data penelitian diperoleh dari hasil pengukuran yang ditampilkan oleh alat ukur yang telah dipasang pada titik-titik yang ditentukan pada mesin pendingin showcase. Cara yang dilakukan untuk mendapatkan data pada proses pengambilan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menyiapkan unit mesin showcase, dan alat ukur serta beban pendingin yang akan digunakan.

69 51 b. Memastikan bahwa alat ukur seperti thermocouple yang digunakan sudah dikalibrasi. c. Memasang kabel thermocouple pada ruang evaporator, pipa dari evaporator ke kompresor (T 1 ), pipa dari kompresor ke kondensor (T 2 ), dan pipa dari kondensor ke pipa kapiler (T 3 ). d. Memasang tang amper pada kabel listrik yang masuk ke kompresor. e. Menyalakan mesin pendingin showcase, setelah langkah a sampai d dilakukan. f. Menyalakan kipas pendingin pada kondensor (jika diperlukan) g. Pencatatan dalam pengambilan data yaitu : T 1 : suhu refrigeran dari evaporator menuju kompresor. ( C) T 2 : suhu refrigeran dari kompresor menuju kondensor. ( C) T 3 : suhu refrigeran dari kondensor menuju pipa kapiler. ( C) P 1 : Tekanan refrigeran masuk kompresor. (Bar) P 2 : Tekanan refrigeran keluar kompresor. (Bar) I : Besar arus listrik untuk kerja kompresor. (Amper) Setelah semua alat ukur terpasang dengan baik, dan proses pengambilan data sudah berjalan, maka data yang terbaca oleh alat ukur dicatat ke dalam tabel. Proses pengambilan data diambil setiap 20 menit dengan 3 variasi data yaitu, data tanpa kipas, kecepatan kipas medium, dan kecepatan kipas high. Pengaturan suhu maksimal dalam ruang evaporator 4 C. Tabel 4.1 menyajikan tabel yang dipergunakan untuk pencatatan data.

70 52 Tabel 4.1. Tabel pengambilan data No Waktu ( menit ) Tekanan (Bar) Suhu ( C) P 1 P 2 T 1 T 2 T 3 Ruang Evaporator Arus (amper) 4.7 Cara Mengolah Data Data yang telah tercatat di tabel pengamatan, digunakan untuk menggambar siklus kompresi uap pada P-h diagram sesuai dengan jenis refrigeran yang digunakan pada mesin pendingin, untuk mencari nilai entalpi, yaitu h 1, h 2 h 3, h 4, suhu kondensor dan suhu evaporator. Setelah semua nilai entalpi diketahui, selanjutnya menghitung karakteristik dari mesin pendingin showcase dengan cara menghitung kalor yang dilepas oleh kondensor (Q out), kalor yang diserap oleh evaporator (Q in ), kerja yang dilakukan kompresor (W in ), COP serta efisinesi dari mesin pendingin showcase, dengan menggunakan rumus-rumus yang ada pada dasar teori. Gambar 4.10 menunjukkan P-h diagram R134a.

71 Cara Mencari Nilai Entalpi Menggunakan P-h Diagram Cara mencari nilai entalpi menggunakan P-h diagram yaitu : a. Menyiapkan P-h diagram, penggaris, pensil/pulpen (warna), dan data hasil pengukuran. b. Membuat garis lurus secara horizontal dengan acuan nilai tekanan P 1 dan P 2 (penelitian ini menggunakan satuan bar dan tekanan yang digunakan adalah tekanan absolut). Dari sini akan didapat nilai suhu maksimal kerja dari kondensor ( C) dan evaporator ( C). Suhu maksimal kerja kondensor yaitu garis tekanan P 2 (tekanan tinggi) dan suhu maksimal kerja evaporator yaitu tekanan P 1 (tekanan rendah). c. Setelah garis tekanan sudah didapat, kemudian menggunakan suhu keluar kondensor (T 3 ) yang terukur sebagai titik acuan, dan membuat garis temperatur kearah kiri, sampai memotong garis takanan P 2. Setelah titik pertemuan kedua garis didapat (biasanya berada difase cair), selanjutnya membuat garis lurus secara vertikal (entalpi konstan). Dan didapat nilai h 3 dan h 4 ( kj/kg). d. Kemudian, menggunakan suhu masuk kompresor (T 1 ) yang terukur sebagai acuan. Membuat garis mengikuti garis temperatur kearah kanan sampai garis tekanan P 1. Kemudian dari titik pertemuan (biasanya berada difase gas) garis lurus secara vertikal. Dan akan didapat nilai h 1 (kj/kg). e. Selanjutnya, membuat garis ke arah atas, mengikuti garis entropy, dengan acuan titik pertemuan, suhu evaporator dengan garis tekanan P 1, sampai garis tekanan P 2, kemudian setelah titik pertemuan di garis entropy dan tekanan P2

72 54 didapat. membuat garis lurus secara vertikal. Dari sini akan didapat nilai h 2 (kj/kg). Jadi nilai-nilai yang didapat dari P-h diagram adalah h 1, h 2, h 3, h 4 (dalam satuan kj/kg), suhu kerja dari evaporator dan kondensor (dalam satuan C), yang akan digunakan untuk mengetahui karakteristik mesin pendingin showcase. Gambar 4.10 : P-h diagram 4.9 Cara Mendapatkan Kesimpulan Kesimpulan didapat dari hasil pengolahan data, kemudian hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk grafik agar mempermudah pembahasan, setelah itu melakukan perbandingan hasil perhitungan karakteristik mesin pendingin showcase.

73 55 BAB V HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN, DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian No Hasil dari penelitian yang telah dilakukan terhadap mesin showcase dengan memvariasikan kecepatan kipas pendingin pada kondensor, diperoleh beberapa nilai hasil pengukuran tekanan refrigeran masuk kompresor (P 1 ), tekanan refrigeran keluar kompresor (P 2 ), suhu refrigeran dari evaporator menuju kompresor (T 1 ), suhu refrigeran dari kompresor menuju kondensor (T 2 ), suhu refrigeran dari kondensor menuju pipa kapiler (T 3 ), besar arus listrik untuk kerja kompresor (I), dan suhu pada ruangan evaporator. Data-data yang diperoleh terdiri dari beberapa variasi kecepatan kipas pada kondensor, yaitu data tanpa kipas, data kecepatan kipas medium, data kecepatan kipas high. Tabel 5.1 menyajikan data tanpa kipas, Tabel 5.2 menyajikan data kecepatan kipas medium, dan Tabel 5.3 menyajikan data kecepatan kipas high. Waktu (Menit) Tabel 5.1. Data pengujian tanpa kipas Tekanan (Bar) Suhu ( C) Ruang P 1 P 2 T 1 T 2 T 3 evaporator I (A) , ,7 59,2 47,5 17,5 0, , ,9 65,4 47,3 15,6 0, , ,4 67,2 47,1 13,8 0, , ,7 70,4 45,3 12,4 0, , ,5 70,5 49,3 11,5 1, ,8 14 9,8 68,7 49,6 10,3 0, ,8 14 9,5 72,2 49,7 9,2 1, ,8 14 8,4 69,5 45,2 8,1 1, ,8 14 7,6 71,7 48,1 7,2 1, ,8 14 5,8 68,6 47,9 6,5 1, ,8 14 2,8 70,1 50,4 6,4 1, ,8 14 0,7 68,7 48,5 5,7 1,02

74 56 No Waktu ( Menit ) Tabel 5.2. Data pengujian Kecepatan medium Tekanan (Bar) Suhu ( C) Ruang P 1 P 2 T 1 T 2 T 3 evaporator I (A) , , ,7 23 0, , ,7 78,5 40,3 18,9 0, , ,6 82,7 40,4 15,4 0, ,45 11,1 16,9 84, ,1 0, ,45 11,1 15,2 84,9 40,5 9,8 0, , ,8 84,4 40,1 7,8 0, , ,3 83,2 38,8 6,1 0, , ,7 82,3 39,1 5,4 0,98 No Waktu ( menit ) Tabel 5.3. Data kecepatan kecepatan high Tekanan (Bar Suhu ( C) P 1 P 2 T 1 T 2 T 3 Ruang evaporator I (A) , ,8 64,8 38,4 24,2 0, , ,7 74,3 38,8 19,8 0, , ,7 81,2 38,5 15,8 0, , ,2 83,7 38,4 11,9 0, , ,2 83,3 37,9 8,9 0, , ,4 81,4 37,6 6,2 0, , ,2 82,7 37,8 5,1 0,92 Data hasil penelitian digunakan untuk mencari nilai entalpi pada diagram P- h, nilai entalpi yang diperoleh adalah h 1, h 2, h 3, h 4 dalam satuan (kj/kg) serta suhu kerj pada evaporator (T E ) dalam satuan ( C) dan suhu kerja pada kondensor (T K ) dalam satuan ( C), nilai-nilai yang diperoleh dari diagram P-h akan digunakan untuk mengetahui karakteristik dari mesin showcase. Tabel 5.4 sampai Tabel 5.6 menyajikan nilai entalpi (h 1, h 2, h 3, h 4 ) serta suhu kerja dari evaporator (T E ) dan kondensor (T K ) dari setiap variasi kecepatan kipas.

75 57 Tabel 5.4. Nilai entalpi, T E dan T K tanpa kipas No Waktu Entalpi (kj/kg) Suhu ( C) ( Menit) h 1 h 2 h 3 h 4 T E T K ,73 52, ,73 52, ,73 52, ,73 52, ,73 52, ,73 52, ,73 52, ,73 52, ,73 52, ,73 52, ,73 52, ,73 52,41 No Waktu ( Menit) Tabel 5.5. Nilai entalpi, T E dam T K kecepatan kipas medium Entalpi (kj/kg) h 1 h 2 h 3 h ,82 42, ,97 42, ,97 42, ,97 42, ,97 42, ,97 42, ,97 42, ,97 42,96 T E Suhu ( C) T K

76 58 Tabel 5.6. Nilai entalpi, T E dan T K kecepatan kipas high No Waktu ( Menit) h 1 Entalpi (kj/kg) h2 Suhu ( C) ,97 39, ,97 39, ,97 39, ,97 39, ,97 39, ,97 39, ,97 39,38 h 3 h 4 T E T K 5.2 Perhitungan a. Kerja kompresor (W in ) Tabel 5.7. Kerja kompresor (W in ) Win (kj/kg) Waktu Tanpa Kecepatan Kecepatan ( menit) Kipas Medium High Rata-rata 60,17 50,25 45,43

77 W in (kj/kg) 59 Kerja kompresor (W in ) dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.1) yang tercantum pada dasar teori. Sebagai contoh perhitungan untuk mencari nilai W in diambil pada data menit ke 100 tanpa kipas, kecepatan kipas medium dan kecepatan kipas high. Hasil dari perhitungan disajikan pada Tabel 5.7. W in = h 2 h 1 (kj/kg) Tanpa kipas Kecepatan kipas medium Kecepatan kipas high : W in = = 61 kj/kg : W in = = 50 kj/kg : W in = = 45 kj/kg Dari hasil perhitungan W in pada Tabel 5.7, dapat disajikan dalam bentuk grafik, agar mudah melihat perbandingan antara variasi kecepatan kipas. Gambar 5.1 menyajikan grafik perbandingan kerja kompresor (W in ) dari waktu ke waktu Tanpa Kipas Kecepatan Medium Kecepatan high Waktu (menit) Gambar 5.1 : Perbandingan kerja kompesor (Win)

78 60 b. Kalor yang dilepas kondensor (Q out ) Kalor yang dilepas kondensor (Q out ) dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.2) yang tercantum pada dasar teori. Sebagai contoh perhitungan untuk mencari nilai Q out diambil pada data menit ke 100 tanpa kipas, kecepatan kipas medium dan kecepatan kipas high. Hasil dari perhitungan disajikan pada Tabel 5.8. Q out = h 2 h 3 (kj/kg) Tanpa kipas : Q out = = 202 kj/kg Kecepatan kipas medium : Q out = = 209 kj/kg Kecepatan kipas high : Q out = = 210 kj/kg Tabel 5.8. Kalor yang dilepas kondensor (Q out ) Qout (kj/kg) Waktu Tanpa Kecepatan Kecepatan ( menit) kipas Medium High Rata-rata 200,58 211,00 212,00 Dari hasil perhitungan Q out pada Tabel 5.8, dapat disajikan dalam bentuk grafik, agar mudah melihat perbandingan antara variasi kecepatan kipas. Gambar

79 Qout (KJ/Kg) menyajikan grafik perbandingan Kalor yang dilepas kondensor (Q out ) dari waktu ke waktu Tanpa Kipas Kecepatan Medium Kecepatan High Waktu (menit) Gambar 5.2 : Perbandingan kalor yang dilepas kondensor (Q out ) c. Kalor yang diserap oleh evaporator (Q in ) Tabel 5.9. Kalor yang diserap oleh evaporator (Q in ) Qin (kj/kg) Waktu Tanpa Kecepatan Kecepatan ( menit) kipas Medium High Rata-rata 140,42 160,75 164,43

80 Qin (KJ/Kg) 62 Kalor yang diserap oleh evaporator (Q in ) dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.3) yang tercantum pada dasar teori. Sebagai contoh perhitungan untuk mencari nilai Q in diambil pada data menit ke 100 tanpa kipas, kecepatan kipas medium dan kecepatan kipas high. Hasil dati perhitungan disajikan pada Tabel 5.9. Q in = h 1 h 4 (kj/kg) Tanpa kipas Kecepatan kipas medium Kecepatan kipas high : Q in = = 141 kj/kg : Q in = = 159 kj/kg : Q in = = 164 kj/kg Dari hasil perhitungan Q in pada Tabel 5.9, dapat disajikan dalam bentuk grafik, agar mudah melihat perbandingan antara variasi kecepatan kipas. Gambar 5.3 menyajikan grafik perbandingan Kalor yang diserap oleh evaporator (Q in ) dari waktu ke waktu Tanpa Kipas Kecepatan medium kecepatan high Waktu (menit) Gambar 5.3. Perbandingan kalor yang diserap oleh ovaporator (Q in )

81 63 d. Koefisien prestasi/coeffcient of performance (COP) Koefisien prestasi (COP aktual ) dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.4) yang tercantum pada dasar teori. Sebagai contoh perhitungan untuk mencari nilai Q in diambil pada data menit ke 100 tanpa kipas, kecepatan kipas medium dan kecepatan kipas high. Hasil dari perhitungan disajikan pada Tabel COP aktual = Q W in in h1 h4 h h Tanpa kipas : COP aktual = 2, Kecepatan medium : COP aktual = 3, Kecepatan high : COP aktual = 3, Tabel Koefisien prestasi (COP aktual ) COPaktual Waktu Tanpa Kecepatan Kecepatan ( menit) kipas Medium High 20 2,43 3,37 3, ,34 3,16 3, ,32 3,06 3, ,35 3,14 3, ,31 3,18 3, ,21 3,18 3, ,27 3,24 3, ,37 3, , , , ,28 Rata-rata 2,33 3,20 3,62

82 COP aktual 64 Dari hasil perhitungan COP aktual pada Tabel 5.10, dapat disajikan dalam bentuk grafik, agar mudah melihat perbandingan antara variasi kecepatan kipas. Gambar 5.4 menyajikan grafik perbandingan COP aktual waktu ke waktu. 4,0 3,5 Tanpa kipas Kecepatan medium kecepatan high 3,0 2,5 2,0 1, Waktu (menit) Gambar 5.4 : Perbandingan nilai COP aktual e. Koefisien prestasi ideal (COP ideal ) Koefisien prestasi ideal (COP ideal ) dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.5) yang tercantum pada dasar teori. Sebagai contoh perhitungan untuk mencari nilai Q in diambil pada data menit ke 100 tanpa kipas, kecepatan kipas medium dan kecepatan kipas high. Hasil dari perhitungan disajikan pada Tabel COP ideal = TE T T K E Tanpa kipas 260,42 : COP ideal = 4 325,56 260,42 Kecepatan medium 255,18 : COP ideal = 4, ,11 255,18

83 COP ideal ,18 Kecepatan high : COP ideal = 4, ,53 255,28 Tabel Koefisien prestasi ideal (COP ideal ) COPideal Waktu Tanpa Kecepatan Kecepatan ( menit) kipas Medium High 20 4,00 4,12 4, ,00 4,19 4, ,00 4,19 4, ,00 4,19 4, ,00 4,19 4, ,00 4,19 4, ,00 4,19 4, ,00 4, , , , ,00 Rata-rata 4,00 4,18 4,45 Dari hasil perhitungan COP ideal pada Tabel 5.11, dapat disajikan dalam bentuk grafik, agar mudah melihat perbandingan antara variasi kecepatan kipas. Gambar 5.5 menyajikan grafik perbandingan COP ideal dari waktu ke waktu. 4,5 4,4 4,3 Tanpa kipas Kecepatan medium Kecepatan high 4,2 4,1 4,0 3,9 3, Waktu (menit) Gambar 5.5 : Perbandingan COP ideal

84 66 f. Efisiensi (ƞ) mesin showcase Efisiensi mesin showcase dengan siklus kompresi uap dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.6) yang tercantum pada dasar teori. Sebagai contoh perhitungan untuk mencari nilai efisiensi diambil pada data menit ke 100 tanpa kipas, kecepatan kipas medium dan kecepatan kipas high. Hasil dari perhitungan disajikan pada Tabel COP COP aktual ideal 100% 2,31 Tanpa kipas : 100% 57, ,18 Kecepatan medium : 100% 75,93% 4,19 3,64 Kecepatan high : 100% 81,91% 4,45 Tabel Efisiensi dari mesin showcase Efisiensi (ƞ) Waktu Tanpa Kecepatan Kecepatan ( menit) kipas Medium High 20 60,87 81,80 80, ,50 75,38 81, ,10 73,01 82, ,76 74,91 81, ,82 75,93 81, ,27 75,93 80, ,70 77,36 80, ,20 78, , , , ,93 Rata-rata 58,40 76,60 81,35

85 Efisiensi (ƞ) 67 Dari hasil perhitungan Efisiensi pada Tabel 5.12, dapat disajikan dalam bentuk grafik, agar mudah melihat perbandingan antara variasi kecepatan kipas. Gambar 5.6 menyajikan grafik perbandingan Efisiensi dari waktu ke waktu Tanpa kipas Kecepatan medium Kecepatan high Waktu (menit) Gambar 5.6 : Perbandingan efisiensi showcase g. Laju aliran massa refrigerant (ṁ) Laju aliran massa refrigeran dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.7) yang tercantum pada dasar teori. Sebagai contoh perhitungan untuk laju aliran massa refrigeran diambil pada data menit ke 100 tanpa kipas, kecepatan kipas medium dan kecepatan kipas high. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel Daya ( I V /1000) ṁ =...( kg / s) W W in Tanpa kipas : in ṁ = (1, /1000) 0, kg / s

86 68 Kecepatan kipas medium : ṁ = (0, /1000) 0, kg / s Kecepatan kipas high : ṁ = (0, /1000) 0, kg / s Tabel Laju aliran massa refrigeran (ṁ) ṁ (Kg/detik) Waktu ( menit) Tanpa Kecepatan Kecepatan kipas Medium High 20 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00387 Rata-rata 0, , ,00447 Dari hasil perhitungan laju aliran massa refrigeran pada Tabel 5.13, dapat disajikan dalam bentuk grafik, agar mudah melihat perbandingan antara variasi kecepatan kipas. Gambar 5.7 menyajikan grafik perbandingan laju aliran massa refrigeran dari waktu ke waktu.

87 ṁ (Kg/s) 69 0, , , , ,00300 Tanpa kipas 0,00250 kecepatan medium kecepatan high 0, Waktu (m) Gambar 5.7 : Perbandingan laju aliran massa refrigeran (ṁ) 5.3 Pembahasan Dari hasil data penelitian terhadap mesin showcase yang disajikan pada Tabel 5.1, Tabel 5.2, dan Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa semakin cepat aliran udara yang melewati kondensor maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang diinginkan pada ruang evaporator semakin cepat. Pada penelitian ini pengaturan suhu maksimal dalam ruang evaporator 4 C, dengan adanya penambahan kipas pada kondensor, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu ruang evaporator berturut-turut untuk : tanpa kipas, kecepatan kipas medium, dan kecepatan kipas high sebesar : 240 menit, 160 menit, dan 140 menit. Dari hasil pengolahan data seperti yang disajikan pada Tabel 5.4 sampai Tabel 5.6, memperlihatkan bahwa penambahan kecepatan aliran udara melintasi kondensor berpengaruh terhadap tekanan kompresor baik itu tekanan masuk maupun tekanan keluar kompresor, semakin tinggi kecepatan aliran udara yang

88 70 melewati kondensor maka semakin kecil tekanan masuk dan tekanan keluar kompresor. Hal ini akan mempengaruhi kerja yang dilakukan oleh kondensor dan evaporator. Secara keseluruhan maka tekanan, suhu, dan entalpi akan berubah. Dengan demikian kerja yang dilakukan kompresor (W in ), kalor yang dilepas kondensor (Q out ), kalor yang diserap evaporator (Q in ), COP aktual,,cop ideal, laju aliran massa refrigeran (ṁ) dan efisiensi (ƞ) pada mesin showcase dengan siklus kompresi uap akan menyesuaikan perubahan yang terjadi. Dengan adanya peningkatan kecepatan kipas pendingin kondensor, maka suhu kerja dari kondensor cenderung menurun. Suhu kerja kondensor yang menurun disebabkan oleh jumlah kalor yang dilepas kondensor ke lingkungan semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 5.8, dan dilengkapi grafik pada Gambar 5.2. Rata-rata kalor yang dilepas kondensor berturut-turut untuk : tanpa kipas, kecepatan kipas medium, dan kecepatan kipas high sebesar : 200,58 kj/kg, 211,00 kj/kg, dan 212,00 kj/kg. Dengan meningkatnya kalor yang dilepas oleh kondensor karena pengaruh dari penambahan kecepatan aliran udara melintasi kondensor akan menyebabkan semakin meningkatnya kalor yang diserap oleh evaporator karena suhu evaporator ikut berubah. Pada penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi kecepatan kipas pendingin pada kondensor, maka semakin tinggi pula kalor yang diserap oleh evaporator. Tabel 5.9 dan dilengkapi dengan grafik perbandingan pada Gambar 5.3, dengan rata-rata nilai kalor yang diserap evaporator berturut-turut untuk : tanpa kipas, kecepatan medium, dan kecepatan high sebesar : 140,42 kj/kg, 160,75 kj/kg, dan 164,43 kj/kg.

89 71 Penurunan tekanan masuk kondensor, karena adanya penambahan kecepatan aliran udara melewati kondensor menyebabkan penurunan tekanan yang keluar dari evaporator. Penurunan tekanan ini berdampak pada kerja yang dilakukan oleh kompresor pada sistem mesin showcase. Pada penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi kecepatan kipas pendingin pada kondensor maka semakin kecil kerja yang dilakukan kompresor seperti yang disajikan pada Tabel 5.7 dan dilengkapi grafik perbandingan pada Gambar 5.1, dengan rata-rata nilai kerja yang dilakukan oleh kompresor berturut-turut untuk : tanpa kipas, kecepatan medium, dan kecepatan high sebesar : 60,17 kj/kg, 50,25 kj,kg, dan 45,43 kj/kg. Pada penelitian ini penurunan kerja kompresor berbanding terbalik pada besarnya aliran refrigeran di dalam sistem mesin showcase dengan siklus kompresi uap menggunakan refrigeran R134a, hal ini lah yang membuat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu ruang evaporator yang diinginkan lebih cepat (lihat hasil penelitian pada Tabel 5.1 sampai Tabel 5.3). Pada hasil ini tegangan pada kompresor dianggap sama. Hasil dari perhitungan terhadap laju aliran refrigeran diperlihatkan pada Tabel 5.13 dan dilengkapi dengan grafik perbandingan pada Gambar 5.7, dengan nilai rata-rata laju aliran refrigeran berturut-turut untuk : tanpa kipas, kecepatan medium, dan kecepatan high sebesar : 0,00363 kg/s, 0,00424 kg/s, dan 0,00447 kg/s. Dengan perubahan jumlah kalor yang diserap evaporator, dan jumlah kalor yang dilepas oleh kondensor, serta menurunya kerja dari kompresor pada sistem mesin pendingin siklus kompresi uap karena adanya penambahan kecepatan aliran

90 72 udara yang melintasi kondensor akan berpengarus pada COP aktual dan COP ideal yang mampu dicapai oleh sistem mesin showcase. Pada penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi kecepatan aliran udara yang melintasi kondensor maka semakin meningkat nilai COP aktual dan COP ideal yang mampu dicapai oleh sistem mesin Showcase dengan siklus kompresi uap. Hasil dari perhitungan yang tersaji pada tabel 5.10 dan tabel 5.11 dan dilengkapi dengan grafik perbandingan pada gambar 5.4 dan gambar 5.5, dengan nilai rata-rata pada COP aktual dan COP ideal berturut-turut untuk : tanpa kipas, kecepatan medium, dan kecepatan high, untuk COP aktual sebesar : 2,33, 3,20, dan 3,62. Untuk COP ideal sebesar : 4, 4,18 dan 4,45. Perubahan pada nilai COP aktual dan COP ideal, karena adanya penambahan kecepatan aliran udara melintasi kondensor, berpengaruh terhadap nilai efisiensi pada mesin showcase dangan siklus kompresi uap. Pada penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi kecepatan aliran yang melintasi kondensor maka efisiensi dari mesin showcase akan semakin meningkat, seperti yang tersaji pada Tabel 5.12 dan dilengkapi dengan grafik perbandingan pada Gambar 5.6, dengan nilai rata-rata efisiensi berturut-turut untuk: tanpa kipas, kecepatan medium, dan kecepatan high sebesar : 58,40%, 76,60%, dan 81,35%. Secara keseluruhan penambahan kecepatan aliran udara yang melintasi kondensor sangat mempengaruhi kinerja dari mesin pendingin showcase dengan siklus kompresi uap. Hal itu dibuktikan berubahnya nilai kalor yang diserap evaporator, kalor yang dilepas kondensor, kerja yang dilakukan kompresor, COP aktual, COP ideal, laju aliran refrigeran dan efisiensi dari mesin showcase.

91 73 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh bebrapa kesimpulan : a. Unit mesin showcase berhasil dirakit dan bekerja dengan baik seperti yang diharapkan. b. Dengan adanya penambahan kecepatan aliran udara melewati kondensor waktu yang dibutuhkan untuk mendinginkan ruang evaporator lebih cepat. Untuk tanpa kipas 240 menit, kecepatan kipas medium 160 menit, dan kecepatan kipas high 140 menit. c. Adanya penambahan kipas pada kondensor berpengaruh terhadap karateristik dari mesin showcase. Tabel 6.1 menyajikan rata-rata nilai karakteristik showcase. Tabel 6.1. Nilai rata-rata karakteristik showcase Variasi kecepatan Tanpa kipas Kecepatan medium (4,4 m/s) Kecepatan high (5,1 m/s) Karakteristik showcase W in (kj/kg) Q in (kj/kg) Q out (kj/kg) 60,17 140,42 200,58 50,25 160, ,43 164, d. Dengan berubahnya nilai karakteristik mesin showcase, maka nilai COP dan efisinesi akan ikut berubah. Tabel 6.2 menyajikan rata-rata nilai COP dan efisiensi pada mesin showcase.

92 74 Tabel 6.2. Nilai rata-rata COP dan efisiensi Variasi kecepatan Tanpa kipas Kecepatan medium (4,4 m/s) Kecepatan high (5,1 m/s) Karakteristik showcase COP ideal COP aktual Efisinesi 4 2,33 58,4 4,18 3,2 76,6 4,45 3,62 81,35 e. Adanya kipas pada kondensor laju aliran massa refrigrean cenderung meningkat. Dengan nilai rata-rata yang didapat, berturut-turut untuk tanpa kipas, kecepatan kipas medium, dan kecepatan kipas high. Sebesar 0,00363 kg/s, 0,00424 kg/s dan 0,00447 kg/s. 6.2 Saran Dari proses penelitian yang telah dilakukan terhadap mesin showcase, adapun beberapa saran yang dapat diberikan yaitu : a. Gunakan kondensor dengan bahan yang memiliki penghantar panas yang baik. b. Gunakan material yang mempunyai sifat isolator agar proses pendinginan berjalan dengan baik. c. Pintu showcase sebaiknya diberi karet mengelilingi pinggiran pintu, supaya pintu tertutup rapat dengan bagian utama showcase, dan sebagai peredam suara saat pintu ditutup, serta menjaga suhu dalam showcase terjaga. d. Tambahkan magnet pada pintu agar pintu pada showcase semakin rapat dan menempel pada bagian utama, tetapi tidak sulit untuk dibuka dan ditutup.

93 75 DAFTAR PUSTAKA Wood, B.D., 1989, Penerapan Termodinamika Jilid 1, Terj. Harapan, Z., Jakarta, Penerbit Erlangga Moran, M. J., Shapiro, H. N., 2004, Fundamentals Of Engineering Thermodynamics, 4 th Edition, Joohn Wiley & Sons, Inc. USA Sumanto, M.A., 2004, Dasar-dasar Mesin Pendingin, Yogyakarta, Penerbit Andi Effendy M, 2005, Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin Kondensor Terhadap Koefisien Prestasi Air Conditioning, Jurnal Teknik Gelagar, Vol 16, No 01, April, Saksono P, 2012, Analisis Pengaruh Gangguan Heat Transfer Kondensor Terhadap Performensi Air Conditioning, Proton, Vol 4, No 1, Arsana, I. M., Fikri, U. K., 2013, Pengaruh Laju Aliran Fluida Masuk Terhadap Kapasitas Penukar Panas Jenis Pembuluh dan Kawat Pada Konveksi Bebas, JTM, Vol 01, No 02, Willis, G. R., 2013, Prestasi Kerja Refrigeran R22 dengan R134a Pada Mesin Pendingin, Jurnal Teknik Mesin. Heroe P, 2015, Analisis Karateristik Unjuk Kerja Sistem Pendingin AC Menggunakan Freon R-22 Berdasarkan pada Pariasi Putaran Kipas Pendingin Kondensor, Jurnal Teknik Permesinan Kapal, Vol 12, Januari

94 76 LAMPIRAN Lampiran 1 : Nilai hasil penelitian dengan tekanan terukur. Data data pengujian tanpa kipas : No Waktu (Menit) Tekanan (Bar) Suhu ( C) Ruang P 1 P 2 T 1 T 2 T 3 evaporator I (A) 1 0 0, ,1 28,8 28,9 25,7 0, , ,7 59,2 47,5 17,5 0, , ,9 65,4 47,3 15,6 0, , ,4 67,2 47,1 13,8 0, , ,7 70,4 45,3 12,4 0, , ,5 70,5 49,3 11,5 1, ,8 13 9,8 68,7 49,6 10,3 0, ,8 13 9,5 72,2 49,7 9,2 1, ,8 13 8,4 69,5 45,2 8,1 1, ,8 13 7,6 71,7 48,1 7,2 1, ,8 13 5,8 68,6 47,9 6,5 1, ,8 13 2,8 70,1 50,4 6,4 1, ,8 13 0,7 68,7 48,5 5,7 1,02 Data pengujian kecepatan kipas medium (4,4 m/s) : No Waktu ( Menit ) Tekanan (Bar) Suhu ( C) P 1 P 2 T 1 T 2 T 3 Ruang evaporator I (A) 1 0 0, ,7 29,7 29,7 29,7 0, , , ,7 23 0, , ,7 78,5 40,3 18,9 0, , ,6 82,7 40,4 15,4 0, ,45 10,1 16,9 84, ,1 0, ,45 10,1 15,2 84,9 40,5 9,8 0, , ,8 84,4 40,1 7,8 0, , ,3 83,2 38,8 6,1 0, , ,7 82,3 39,1 5,4 0,98

95 77 Data pengujian kecepatan kipas high (5,1 m/s) : No Waktu ( menit ) Tekanan (Bar Suhu ( C) P 1 P 2 T 1 T 2 T 3 Ruang evaporator I (A) 1 0 0, ,5 29,6 29,7 29 0, , ,8 64,8 38,4 24,2 0, , ,7 74,3 38,8 19,8 0, , ,7 81,2 38,5 15,8 0, , ,2 83,7 38,4 11,9 0, , ,2 83,3 37,9 8,9 0, , ,4 81,4 37,6 6,2 0, , ,2 82,7 37,8 5,1 0,92 Dari hasil pengukuran digunakan untuk mencari nilai entapi pada P-h diagram, tetapi tekanan (P 1 dan P 2 ) diubah kedalam tekanan absolut yaitu tekanan terukur ditambah tekanan atmosfer. 1 atmosfer = 1,013 bar. Untuk data dengan tekanan absolut bisa dilihat pada bab 5. Untuk data tanpa kipas, data kecepatan kipas medium, maupun data kecepatan kipas high. Lampiran 2 : Membuktikan nilai suhu T E dan T K. Nilai suhu dari T K dan T E didapat dari P-h diagram, dengan acuan takanan absolut (P 1 dan P 2 ), tetapi nilai yang didapat tidak akurat pengaruh kesalahan pembuatan garis, bahkan mata tidak jelas melihat angka yang ada dalam P-h diagram, hal itu bisa dibenarkan dengan menggunakan metode interpolasi linier. dengan tebel temperature (Saturated refrigerant 134a).

96 78 Rumus interpolasi linier : ( x x1 ) ( x x ) 2 1 ( y ( y 2 y1) y ) 1 ( x x1 ) ( y y1) y y1 ( y2 y1) x x1 ( x2 x1 ) ( x x ) ( y y ) Contoh mencari nilai T E pada tekanan masuk kompresor (P 1 ) dengan nilai tekanan 1,8 bar. 1,8 bar 0,18 MPa Pressure Temperature 0, ,18 T E? 0, T E ( 16) 16 ( 12) 0,18 0, ,154 0,15784 T E , ,02792 T E 16 (4 0,8065) T 16 3,260 12,734 C E Sedangkan untuk nilai tekanan yang lain bisa menggunkan cara yang sama, supaya nilai dari T E dan T K benar dan sesuai dengan tekanan yang didapat.

97 79 Lampiran 3 : Tabel temperature refrigeran R-134a

98 80 Lampiran 4 : Nilai T e dan T c untuk mencari nilai COP ideal. Untuk mencari COP ideal nilai T E dan T K harus dalam satuan kelvin. Jadi nilai T e dan T c yang didapat dari P-h diagram dalam satuan celcius haris diubah ke satuan kelvin. 0 celcius = 273,15 kelvin Berikut nilai T e dan T c dalam satuan Celcius : No Waktu Suhu ( C) Tanpa kipas Kecepatan Kecepatan High ( menit) Te Tc Te Tc Te Tc ,73 52,41-18,82 42,96-17,97 39, ,73 52,41-18,82 42,96-17,97 39, ,73 52,41-17,97 42,96-17,97 39, ,73 52,41-17,97 42,96-17,97 39, ,73 52,41-17,97 42,96-17,97 39, ,73 52,41-17,97 42,96-17,97 39, ,73 52,41-17,97 42,96-17,97 39, ,73 52,41-17,97 42,96-17,97 39, ,73 52,41-17,97 42, ,73 52, ,73 52, ,73 52, ,73 52,41 Berikut nilai T e dan T c dalam satuan kelvin : No Waktu ( menit) Tanpa kipas Suhu (kelvin) Kecepatan Medium Kecepatan High T E T K T E T K T E T K ,42 325,56 254,33 316,11 255,18 312, ,42 325,56 254,33 316,11 255,18 312, ,42 325,56 255,18 316,11 255,18 312, ,42 325,56 255,18 316,11 255,18 312, ,42 325,56 255,18 316,11 255,18 312, ,42 325,56 255,18 316,11 255,18 312, ,42 325,56 255,18 316,11 255,18 312, ,42 325,56 255,18 316,11 255,18 312, ,42 325,56 255,18 316, ,42 325, ,42 325, ,42 325, ,42 325,56

99 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 Lampiran 5 : mencari nilai entalpi, Te dan Tc pada P-h diagram. Menit 20 tanpa kipas :

100 82 Menit 100 tanpa kipas :

101 83 Menit 20 kecepatan kipas medium :

102 84 Menit 100 kecepatan kipas medium :

103 85 Menit 20 kecepatan kipas high :

104 86 Menit 100 kecepatan kipas high :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase

Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase Wibowo Kusbandono, PK Purwadi T. Mesin Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK PENDINGIN

DASAR TEKNIK PENDINGIN DASAR TEKNIK PENDINGIN Oleh : Agus Maulana Praktisi Mesin Pendingin HP. 0813 182 182 33 PT Mitra Lestari Bumi Abadi Jl.Gading Indah Raya Blok C No. 25 Kelapa Gading - Jakarta, 14240 Siklus Sistem Mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN COP DAN EFISIENSI MESIN PENDINGIN REFRIGERAN SEKUNDER ANTARA REFRIGERAN PRIMER R-134a DENGAN R-404a SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI COP DAN EFISIENSI SHOWCASE DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 250 CM DAN DAYA KOMPRESOR 0,5 HP SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Program Studi Teknik Mesin

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy, Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin Kondensor Terhadap Kooefisien Prestasi PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy Jurusan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI 2012 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Brine Sistem Brine adalah salah satu sistem refrigerasi kompresi uap sederhana dengan proses pendinginan tidak langsung. Dalam proses ini koil tidak langsung mengambil

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

CHEST FREEZER DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/5 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 150 CM SKRIPSI

CHEST FREEZER DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/5 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 150 CM SKRIPSI CHEST FREEZER DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/5 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 150 CM SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : RATBAYU BANGKIT MARDIKA NIM : 125214076

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer SISTEM REFRIGERASI Sistem refrigerasi sangat menunjang peningkatan kualitas hidup manusia. Kemajuan dalam bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari perkembangan sistem kontrol yang menunjang

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KULKAS DUA PINTU DENGAN DAYA 1/8 PK, PANJANG PIPA KAPILER 150 CM DAN REFRIGERAN R134A SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh: DUWI SEPTIYANTO NIM : 105214046

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisian udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk mengkondisikan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH KIPAS KONDENSOR TERHADAP KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/3 HP SKRIPSI

PENGARUH JUMLAH KIPAS KONDENSOR TERHADAP KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/3 HP SKRIPSI PENGARUH JUMLAH KIPAS KONDENSOR TERHADAP KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/3 HP SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh MARSELINUS DWI SANTOSO

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan suatu sistem yang menggunakan kompresor sebagai alat kompresi refrigeran, yang dalam keadaan bertekanan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Cara pendinginan produk pada Blast Chiller ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect Cooling System) Sistem pendinginan tidak langsung (indirect Cooling system) adalah salah satu jenis proses pendinginan dimana digunakannya

Lebih terperinci

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh : TRI

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK MESIN FREEZER DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 190 CM TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan Oleh: STEFANUS TRI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Refrigerasi adalah proses pengambilan kalor atau panas dari suatu benda atau ruang tertutup untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk dari energi,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN REFRIGERAN R134a DAN R502 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar sarjana teknik program studi Teknik Mesin Diajukan Oleh: FETERNUS ANDI 105214048

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KULKAS 2 PINTU DENGAN KONDENSOR 14U DAN 12U SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan oleh: JULIUS SUTAWIJAYA

Lebih terperinci

MESIN PENDINGIN MINUMAN DENGAN DUA EVAPORATOR RANGKAIAN SERI SKRIPSI

MESIN PENDINGIN MINUMAN DENGAN DUA EVAPORATOR RANGKAIAN SERI SKRIPSI MESIN PENDINGIN MINUMAN DENGAN DUA EVAPORATOR RANGKAIAN SERI SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Mesin Oleh : MATHEIS EVERDIN MAKATITA 115214015 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA 1/3 HP DAN PANJANG PIPA KAPILER 1 M DENGAN VARIASI JUMLAH KIPAS DI KONDENSOR SKRIPSI

KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA 1/3 HP DAN PANJANG PIPA KAPILER 1 M DENGAN VARIASI JUMLAH KIPAS DI KONDENSOR SKRIPSI KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA 1/3 HP DAN PANJANG PIPA KAPILER 1 M DENGAN VARIASI JUMLAH KIPAS DI KONDENSOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Teknik bidang Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Mesin Refrigerasi Secara umum bidang refrigerasi mencakup kisaran temperatur sampai 123 K Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang beroperasi pada kisaran temperatur

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN Kemas. Ridhuan 1), I Gede Angga J. 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KONDENSOR 13U DAN 12U PADA MESIN PENDINGIN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan oleh: ANDRIAN NIM:

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simulator Pengertian simulator adalah program yg berfungsi untuk menyimulasikan suatu peralatan, tetapi kerjanya agak lambat dari pada keadaan yg sebenarnya. Atau alat untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH MENGGUNAKAN TIGA DAN EMPAT KIPAS PENDINGIN KONDENSOR

KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH MENGGUNAKAN TIGA DAN EMPAT KIPAS PENDINGIN KONDENSOR KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH MENGGUNAKAN TIGA DAN EMPAT KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh: KAREL GIOVANNI 125214079

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI MESIN PENDINGIN (AC SPLIT) 1PK DENGAN PENAMBAHAN ALAT AKUMULATOR MENGGUNAKAN REFRIGERAN MC-22 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Florist Cabinet Florist cabinet merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses pendinginan bunga. Florist cabinet sangat beragam dalam ukuran dan konstruksi. Biasanya florist cabinet

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Florist Cabinet Florist cabinet merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses pendinginan bunga. Florist cabinet beragam dalam ukuran dan konstruksi. Biasanya florist cabinet

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar operasi prosedur : 3.1 Data-Data Penelitian Spesifikasi : Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin.

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin. Mengenal Cara Kerja Mesin Pendingin MESIN PENDINGIN Mesin pendingin adalah suatu rangkaian rangkaian yang mampu bekerja untuk menghasilkan suhu atau temperature dingin. Mesin pendingin bisanya berupa kulkas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret Yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret Yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret 2015. Yang meliputi uji coba dan pengolahan data, dan bertempat di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Waktu pendinginan yang diperlukan untuk sistem Blast

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

MESIN PENDINGIN BUAH DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 200 CM DAN DAYA KOMPRESOR 1/5 HP SKRIPSI

MESIN PENDINGIN BUAH DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 200 CM DAN DAYA KOMPRESOR 1/5 HP SKRIPSI MESIN PENDINGIN BUAH DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 200 CM DAN DAYA KOMPRESOR 1/5 HP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Oleh: ALEX PUTRA NIM : 115214052

Lebih terperinci

Basic Comfort Air Conditioning System

Basic Comfort Air Conditioning System Basic Comfort Air Conditioning System Manual Book (CAC BAC 09K) 5 PERCOBAAN 32 5.1. KOMPONEN KOMPONEN UTAMA DALAM SISTEM PENDINGIN TUJUAN: Setelah melakukan percobaan ini siswa akan dapat : 1. Memahami

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin BELLA TANIA Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya May 9, 2013 Abstrak Mesin

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PRINSIP PENDINGINAN PROSES MEMINDAHKAN ATAU MENAMBAHKAN PANAS DARI SUATU BENDA ATAU TEMPAT KE

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Data data yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini : pendingin dengan refrigeran R-22 dan MC-22.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Data data yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini : pendingin dengan refrigeran R-22 dan MC-22. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Data data yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini : 1. Data dari hasil pengujian Data diperoleh dari hasil pengujian alat praktikum mesin pendingin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Mesin Pendingin Untuk pertama kali siklus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S. Carnot pada tahun 1824. Sebelumnya pada tahun 1823, Cagniard de la Tour (Perancis),

Lebih terperinci

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Oleh : Robbin Sanjaya 2106.030.060 Pembimbing : Ir. Denny M.E. Soedjono,M.T PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK MESIN FREEZER BERPENUKAR KALOR DENGAN PIPA KAPILER MELILIT PIPA KELUARAN EVAPORATOR TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat sarjana S-1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi

Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi Sudirman 1, I Nyoman Suprapta Winaya 2 1 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali, Mahasiswa Program Magister Teknik Mesin

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Azridjal Aziz 1,a* dan Boby Hary Hartanto 2,b 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK Dwi Bayu Saputro, Suryadimal, S.T.,M.T 1), Ir. Wenny Marthiana., M.T 2) Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Refrigeran merupakan media pendingin yang bersirkulasi di dalam sistem refrigerasi kompresi uap. ASHRAE 2005 mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja

Lebih terperinci

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli 2005 25 PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR EVAPORATOR TERHADAP PRESTASI AIR COOLED CHILLER DENGAN REFREGERAN R-134a, PADA TEMPERATUR KODENSOR TETAP Bambang Yunianto 1) Abstrak Pengujian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk memperbaiki kualitas ikan, dibutuhkan suatu alat yaitu untuk menjaga kondisi ikan pada kondisi seharusnya dengan cara menyimpannya didalam sebuah freezer yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin U N I V E R S I T A S MERCU BUANA Disusun oleh : Nama : Ari Siswoyo

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN MESIN PENGERING KAPASITAS LIMAPULUH BAJU SISTEM TERTUTUP Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 2 2017 ISSN 1412-7350 PK Purwadi 1* 1 Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem Refrigerasi Kompresi Uap merupakan system yang digunakan untuk mengambil sejumlah panas dari suatu barang atau benda lainnya dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

FREEZER DENGAN DAYA 1/6 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 170 CM

FREEZER DENGAN DAYA 1/6 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 170 CM FREEZER DENGAN DAYA 1/6 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 170 CM SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin Diajukan Oleh CANDRA RISTIADI NIM : 105214054 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-2 DAN R-34a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W Ridwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma e-mail: ridwan@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

MESIN PENDINGIN DENGAN PEMANASAN LANJUT DAN PENDINGINAN LANJUT

MESIN PENDINGIN DENGAN PEMANASAN LANJUT DAN PENDINGINAN LANJUT MESIN PENDINGIN DENGAN PEMANASAN LANJUT DAN PENDINGINAN LANJUT TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Diajukan oleh

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T.

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T. MODUL PRAKTIKUM Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T. PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016 i ii KATA PENGANTAR Assalaamu

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK MESIN FREEZER DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 175 CM TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan Oleh: BONAVENTURA

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KULKAS 2 PINTU PANJANG PIPA KAPILER 170 CM DENGAN REFRIGERAN R134a DAN DENGAN DAYA 1/8 PK Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Teknik di Prodi Teknik Mesin Disusun Oleh :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI

RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ZAKARIA

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH DENGAN MENGGUNAKAN SATU DAN DUA KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI

KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH DENGAN MENGGUNAKAN SATU DAN DUA KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH DENGAN MENGGUNAKAN SATU DAN DUA KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : SIGIT JALU PRAKOSA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PERALATAN PENGUJIAN Sistem cascade yang digunakan dalam pengujian ini terdapat di gedung P2M (Salemba). Sebelumnya sistem ini dimanfaatkan untuk mendinginkan komponen pesawat

Lebih terperinci

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a Faldian 1, Pratikto 2, Andriyanto Setyawan 3, Daru Sugati 4 Politeknik Negeri Bandung 1,2,3 andriyanto@polban.ac.id

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC

PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC Marwan Effendy Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura email : effendy@ums.ac.id

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) B-151

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) B-151 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-151 Performansi Sistem Refrigerasi Cascade Menggunakan MC22 Dan R407F Sebagai Alternatif Refrigeran Ramah Lingkungan Dengan Variasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Sistem refrigerasi kompresi uap paling umum digunakan di antara

Lebih terperinci

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya Di era serba maju sekarang ini, kita pasti sudah sangat akrab dengan air conditioner. Kehidupan modern, apalagi di perkotaan hampir tidak bisa lepas dari pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman

Lebih terperinci

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA Dalam pengambilan data perlu diperhatikan beberapa hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pengambilan data dilakukan agar tidak terjadi kesalahan yang

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng MULTIREFRIGERASI SISTEM Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng SIKLUS REFRIGERASI Sistem refrigerasi dengan siklus kompresi uap Proses 1 2 : Kompresi isentropik Proses 2 2 : Desuperheating Proses 2 3 : Kondensasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

Termodinamika II FST USD Jogja. TERMODINAMIKA II Semester Genap TA 2007/2008

Termodinamika II FST USD Jogja. TERMODINAMIKA II Semester Genap TA 2007/2008 TERMODINAMIKA II Semester Genap TA 007/008 Siklus Kompresi Uap Ideal (A Simple Vapor-Compression Refrigeration Cycle) Mempunyai komponen dan proses.. Compressor: mengkompresi uap menjadi uap bertekanan

Lebih terperinci