BAB III SISTEM CATU DAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III SISTEM CATU DAYA"

Transkripsi

1 BAB III SISTEM CATU DAYA 3.1 Umum Dalam industri telekomunikasi, sistem catu daya merupakan salah satu hal yang mutlak diperlukan untuk membangun, menggunakan, memelihara, dan menjamin ketersediaan jaringan telekomunikasi. Bagaimana mungkin suatu perangkat dapat beroperasi tanpa suatu catuan listrik atau energi. Untuk itu diperlukan suatu informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sistem catu daya tersebut. 3.2 Sistem Catu Daya di STO SLIPI Catu daya atau energi listrik diperlukan untuk mengoperasikan seluruh perangkat telekomunikasi. Energi listrik yang digunakan untuk mencatu perangkat tersebut berupa arus listrik bolak-balik (AC) dan arus searah (DC). (Gambar 3.1) Sumber arus bolak balik dapat diperoleh dari PLN sebagai sumber daya utamanya. Hal ini disebabkan karena catuan PLN dianggap sangat ekonomis, dapat dipercaya dan merupakan sumber energi yang mudah di dalam pemeliharaannya. Selain itu PT.TELKOM juga menyediakan perangkat diesel engine generator yang berfungsi sebagai pembangkit cadangan apabila catuan listrik utama dari PLN mengalami pemadaman atau gangguan. Sedangkan untuk catuan arus searah memerlukan perangkat yang disebut rectifier. Penggunaan energi listrik tergantung beban yang akan dicatu. Sebagai contoh, beban-beban penting seperti perangkat sentral dan transmisi mendapat catuan yang langsung dari baterai dimana baterai tersebut langsung terhubung ke rectifier. Hal ini dimaksudkan agar pada saat listrik padam maka tidak akan terjadi perangkat yang mati. 10

2 Gambar 3.1 Blok Diagram Instalasi Catu Daya Telekomunikasi Secara Umum Keterangan gambar : PLN : Perusahaan Listrik Negara, merupakan perusahaan yang menyediakan catuan tegangan tinggi dari PLN menjadi tegangan menengah yang sesuai dengan kebutuhan (150 KV menjadi 20KV) maka diperlukan suatu trafo penurun tegangan. AVR : Automatic Voltage Regulator, merupakan perangkat yang berfungsi untuk menstabilkan tegangan catuan AC yang dari PLN, dan apabila diesel menyala maka bay-pass switch akan dioperasikan (kontaknya menutup). DEG : Diesel Engine Generator, berfungsi sebagai sumber catuan cadangan. ATS : Automatic Transfer Switch, merupakan perangkat yang berfungsi sebagai pemindah / pengalih sumber catuan arus bolak-balik secara otomatis. 11

3 MDP : Main Distribution Panel, merupakan perangkat yang berfungsi sebagai panel distribusi sumber catuan / energi arus bolak-balik (PLN/DEG). SDP : Sub Distribution Panel, merupakan perangkat yang befungsi sebagai panel yang terdekat dari beban dan biasa digunakan untuk mencatu sumber catuan / energi arus bolak-balik (PLN/DEG). Biasanya panel ini berisi MCB, lampu indicator, sekering pembatas, dan digunakan untuk pemeliharaan. Rectifier : Berfungsi untuk mengubah catuan input arus bolak-balik menjadi catuan output arus searah. Inverter : Berfungsi untuk mengubah catuan input arus searah menjadi catuan output arus bolak-balik. Inverter ini biasa digunakan untuk catuan no break sistem. Baterai : Berfungsi sebagai energi cadangan jika rectifier tidak berfungsi Maksud dan Persyaratan Catu Daya 1. Voltage Regulator (Pengaturan Tegangan) Tegangan yang didapat dari jaringan listrik sangat tidak stabil sehingga tidak mungkin untuk disambung langsung dengan perangkat yang memerlukannya. Untuk mengatasi hal-hal tersebut sebelum disambungkan dengan perangkat, terlebih dahulu diusahakan untuk menstabilkannya yaitu dengan alat pengatur tegangan (perangkat AVR). 2. Convertion (pengubahan) Tiap perangkat telekomunikasi membutuhkan catu daya, yaitu tegangan dan arus yang berbeda sesuai dengan sistem yang digunakan. Untuk menyesuaikannya maka tegangan yang didapat dari sumber catuan (PLN atau Diesel Genset) harus diadakan perubahan terlebih dahulu, baik tegangan AC-DC (converter AC-DC) dan tegangan DC-AC (Converter DC-AC). 12

4 3. Baterai (cadangan catuan listrik) Untuk menjaga pemutusan pada saat pemindahan daya dari sumber catuan tegangan utama ke sumber catuan cadangan, maka diperlukan cadangan tersendiri yang dapat digunakan selama masa transisi tersebut. Untuk mengatasi pemutusan bila terjadi gangguan, maka diperlukan sumber catuan cadangan yaitu Diesel Engine Generator. Perangkat ini digunakan untuk mengatasi bila PLN mati. Sistem catuan pada telekomunikasi tersebut diatas disebut dengan no-break sistem yaitu sistem catuan tanpa adanya pemutusan arus. Beban AC pada gedung telekomunikasi dibagi ke dalam tiga katagori yaitu: 1. Beban AC penting (Essential). Perangkat yang termasuk dalam katagori ini, apabila catuan AC putus untuk sementara waktu maka tidak akan mengalami mengganggu terhadap pelayanan telekomunikasi yang diberikan kepada konsumen. Contohnya: rectifier. 2. Beban AC tidak penting (Non Essential). Perangkat ini apabila catuan AC terputus untuk waktu yang lama beban AC dalam katagori ini tidak menyebabkan terputusnya pada pelayanan telekomunikasi, seperti lampu penerangan, air conditioning maupun untuk keperluan umum. 3. Beban AC yang tidak boleh terputus (No Break System). Perangkat ini apabila catuan AC ini terputusnya, maka akan berakibat serius terhadap pelayanan komunikasi, seperti perangkat sentral, transmisi, multimedia, server, AC sentral Pembagi Daya Listrik (Panel Induk) Daya listrik dari sumber utama harus dibagi dalam kelompok-kelompok terpisah (sub panel). Banyak kelompok tersebut tergantung dari klasifikasi beban (pembagian beban). Keuntungan pengelompokan beban terpisah antara lain untuk mengurangi ukuran kapasitas dari pembangkit tegangan cadangan. Dengan demikian panel ini 13

5 berfungsi untuk mendistribusikan daya listrik dan sumbernya ke dalam kelompokkelompok beban dan ke masing-masing perangkat yang membutuhkannya. Selain kabel-kabel rel pembagi, juga terdapat alat pengaman atau pembatas arus seperti fuse (sekering) MCB untuk mengatasi hubungan sigkat atau kelebihan arus pemakaian, instrumen pengukur seperti volt meter, amper meter, cos phi meter, frequensi meter, watt meter, lampu-lampu indikator dan saklar pemutus. Berdasarkan jenis penggunaannya, terdapat 2 jenis panel, yaitu: Panel daya AC Panel daya DC Berdasarkan sistem perkawatannya, terdapat 2 macam panel, yaitu: Sistem distribusi MDP dan SDP Pesawat-pesawat / beban-beban yang mendapat suplay daya listrik langsung dari sub panel induk (gambar 3.2). Dimana sistem ini mula-mula hantaran pengisi utama mensuplay panel induk, kemudian didistribusikan ke sub-sub panel untuk mensuplai beban. Sistem ini digunakan bila bebanbebannya tersebar ke dalam beberapa ruangan yang berbeda dan berjauhan. Sistem busbar Pesawat-pesawat/beban-beban yang mendapat suplay daya listrik langsung dari rel-rel panel induk (gambar 3.2). Dimana hantaran pengisi utama ini mensuplay panel dan dari panel ini, daya listrik disalurkan melalui rel-rel pembagi. Beban-beban disambungkan pada rel-rel tersebut. Sistem ini dipakai apabila beban-bebannya berkelompok dalam satu ruangan. Gambar 3.2 Sistem Distribusi MDP dan SDP 14

6 Gambar 3.3 Panel Sistem Busbar Sebagai mana sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa panel berfungsi untuk mendistribusikan daya listrik, sebagai catuan input utamanya adalah PLN. Panel dapat disambungkan pada sistem tegangan tinggi maupun sistem tegangan rendah, sebagai berikut: 1. Sambungan tegangan medium atau tinggi. Untuk kebutuhan daya diatas 4400 VA sampai 20 KVA digunakan sambungan AC 3 phasa. Untuk sistem tegangan ini maka harus disediakan trafo distribusi penurun tegangan 20 KV ke tegangan 220/380 V yang tidak disatukan dengan pelanggan umum lainnya seperti (gambar 3.4) Gambar 3.4 Instalasi Daya Sambungan Tegangan Medium 15

7 2. Sambungan tegangan rendah Untuk kebutuhan daya mulai dari 450 VA sampai 4400 VA digunakan sambungan AC 1 phasa 220 Volt (gambar 3.5). Gambar 3.5 Instalasi Daya Sambungan Tegangan Rendah 3.3 Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah sistem penyaluran daya listrik mulai dari panel kwhmeter sampai ke beban. Berdasarkan jenis bebannya, instalasi listrik ini terbagi menjadi: 1. Instalasi penerangan (lampu dan stop kontak). 2. Instalasi daya (beban-beban berdaya besar seperti lift, rectifier, motor listrik, dan sebagainya). 3.4 Pengoperasian Instalasi dan Distribusi Daya Instalasi daya terdiri dari instalasi AC dan instalasi DC. Sedangkan panel distribusi terdiri dari: panel utama (MDP), sub panel (SDP), sub secondary (SSDP), dan panel DC. Pada prinsipnya untuk mengoperasikan instalasi dan panel-panel tersebut tidak terlalu sulit, karena sudah terpasang pada posisi operasi (ON). Hal yang perlu diperhatikan agar instalasi dan panel dapat bekerja semestinya adalah pada waktu perencanaan dan pemasangannya komponenkomponennya sesuai dengan arus dan tegangan yang digunakan antara lain: 1. Luas penampang kabel Besar ukuran luas penampang kabel ditentukan oleh: a. Kuat arus yang mengalir pada kabel tersebut. 16

8 b. Besarnya tahanan dari kabel tersebut. c. Kerugian tegangan yang diizinkan (instalasi penerangan 2%, instalasi daya 5%). 2. Ukuran besar pengaman (sekering). Besar ukuran sekering dapat ditentukan sebagai berikut: a. Arus nominal sekering cabang sama dengan kuat arus beban I Sekering = I Beban b. Arus nominal sekering pengisi I Sekering K x I Beban K = 0.7 s/d 0.95 c. Besarnya kuat arus dapat dihitung sebagai berikut: d. Berdasarkan table penghantar dan pengaman. 3. Sakelar atau pemisah. Untuk sakelar atau pemisah adalah 125% dari arus nominal. Demikian pula untuk instrument pengukur dan indicator harus sesuai dengan sistem tegangan arus yang mengalir. 4. Untuk penempatan panel dan komponen-komponen lainya yang harus diperhatikan antara lain: P I V a. Panel yang berdiri sendiri b. SDP tanpa sakelar input dan output c. SDP dengan sakelar input dan output d. Panel dengan input/output yang dilengkapi saklar dan pengaman, Khusus untuk MDP yang dilengkapi dengan COS (Change Over Switch), ada tambahan pengoperasian pada cos yaitu dapat dipilih operasi dengan sistem otomatis atau manual. COS berfungsi saklar untuk memilih masukan/input pada MDP yaitu input dari PLN atau Genset. Pemilihan ini dapat dilakukan dengan memutar switch auto/manual (Gambar 3.6). 17

9 Gambar 3.6 Main Distribution Panel 3.5 Pemeliharaan Panel Pemeliharaan untuk instalasi dan panel sangat mudah dilaksanakan, antara lain: 1. Pengukuran arus dan tegangan. 2. Menjaga kebersihan dan kerapihan komponen, serta adanya gambar instalasi beserta penjelasan beban yang dicatu, sehingga apabila terjadi sesuatu mudah untuk mengidentifikasinya. 3. Mengencangkan baut / mur yang tidak kencang apabila diperlukan. 18

10 3.6 Rectifier Fungsi dasar dari rectifier pada suatu instalasi catu daya telekomunikasi adalah: 1. Mengubah tegangan input arus bolak-balik (AC) menjadi tegangan arus searah (DC) yang sesuai dengan karakteristik beban (perangkat telekomunikasi) yang dicatunya. 2. Mengisi, menormalisasikan kapasitas baterai dan menjaga kondisi kapasitas penuh (Full Charge) dalam kondisi kerja normal. Gambar 3.7 Rectifier EMERSON 3.7 Inverter Inverter merupakan perangkat yang digunakan untuk mengubah input berupa tegangan DC menjadi output bertegangan AC. Keluaran inverter dapat berupa tegangan yang dapat diatur dan tegangan yang tetap. Sumber tegangan input inverter dapat menggunakan baterai, cell bahan bakar, tenaga surya, atau sumber tegangan DC yang lain. Tegangan output yang biasa dihasilkan adalah 120 V 60 Hz, 220 V 50 Hz, 115 V 400 Hz. 19

11 Gambar 3.8 Rangkaian Inverter Prinsip kerja inverter dapat dijelaskan dengan menggunakan 4 sakelar seperti ditunjukkan pada (Gambar 3.12). Bila sakelar S1dan S2 dalam kondisi on maka akan mengalir aliran arus DC ke beban R dari arah kiri ke kanan, jika yang hidup adalah sakelar S3 dan S4 maka akan mengalir aliran arus DC ke beban R dari arah kanan ke kiri. Inverter dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam : inverter 1 fasa inverter 3 fasa Inverter biasanya menggunakan rangkaian modulasi lebar pulsa (pulse width modulation PWM). Inverter juga dapat dibedakan dengan cara pengaturan tegangannya, yaitu : jika yang diatur tegangan input konstan disebut Voltage Fed Inverter (VFI) jika yang diatur arus input konstan disebut Current Fed Inverter (CFI) jika tegangan input yang diatur disebut Variable dc linked inverter 20

12 Gambar 3.9 Inverter SIEMENS 3.8 Baterai Prinsip Dasar Baterai Gambar 3.10 Kontruksi Sel Listrik / Sel Baterai Kontruksi Sel Listrik / Sel Baterai: 1. Plat positif 2. Plat negatif 3. Separator / Penyekat 4. Elektrolit / Cairan Kimia 5. Container / Wadah 21

13 Apabila dua logam yang berbeda dimasukan ke dalam suatu larutan kimia/elektrolit, diantara kedua logam tersebut akan timbul suatu beda logam potensial. Besarnya beda potensial tergantung jenis dan kwalitas logam atau jenis elektrolitnya, beda potensial antara kedua logam tersebut adalah karena adanya electric cell yang mempunyai aktif material (Gambar 3.10). Separator adalah suatu bahan berbentuk lembaran seluas permukaan plat yang fungsinya sebagai pemisah atau penyekat antara plat positif dengan plat negatif dan sekaligus juga dapat memperlancar proses reaksi kimia di dalam sel baterai. Kapasitas suatu sel baterai adalah banyaknya daya listrik yang dapat disupplaikan selama discharge. Kapasitas baterai tergantung pada efisiensi komponen kimia dan luas permukaan elektrode, biasanya dinyatakan dalam satuan Ampere Hour (AH). Tahanan dalam sel listrik ini bertambah sesuai dengan bertambahnya umur yang akhirnya seperti sel yang sudah habis dipakai, tahanan dalam naik secara cepat menjadi basar harganya yang disebabkan oleh: 1. Efek polarisasi, semakin lama/semakin berumur sel listrik depolarisasi menjadi tidak aktif/tidak berguna dan membentuk air sehingga tahanan dalam sel akan menjadi naik. 2. Reaksi kimia, efek sekunder dari reaksi kimia mengakibatkan bagian dalam sel terbentuk campuran yang menyebabkan tahanan menjadi lebih besar terhadap arus Jenis-Jenis Baterai 1. Voltaic Cell Sederhana. Sumber arus DC yang pertama dihasilkan tahun 1799 proses reaksi kimia di dalam sel listrik, sel listrik ini dikatakan ciptaan Volta, seorang ahli farmasi dari Itali. Dalam primer sel yang sederhana tipe ini, sumber EMF dihasilkan dengan menempatkan dua penghantar yang berbeda didalam larutan kimia. Harga EMF tergantung pada jenis penghantar yang berbeda dan sifat jenis larutan kimianya. 1. Tembaga dan seng dilarutkan dalam asam belerang (H 2 SO 4 ) = 0.8 Volt. 2. Kuningan dan seng di dalam larutan asam belerang = 0.2 Volt. 22

14 3. Tembaga dan carbon didalam larutan asam elerang = 0.25 Volt. 4. Carbon dengan seng didalam asam belerang = 1.5 Volt. Dari beberapa percobaan untuk larutan kimia asam belerang yang menghasilkan EMF yang paling baik, jenis-jenis logam yang digunakan, kita sebut elektroda, sedangkan cairan kimia dikatakan elektrolit. Sel primer ini menggunakan elektroda karbon dan seng sedangkan elektrolitnya menggunakan cairan selamminica (ammonium chloride). Cara kerja dari voltaic cell adalah sebagai berikut: Sebelum elektrode dari sel sederhana ini dihubungkan dengan beban lampu, maka tidak ada arus mengalir. Tetapi jika sel primer ini dihubungkan dengan beban (lampi pijar) maka arus pengosongan (discharge) akan mengalir ke lampu. Reaksi kimia yang terjadi yang menyebabkan arus listrik, ternyata mengakibatkan perubahan unsur-unsur di dalam sel primer ini: 1. Sebagian dari elektrode seng termakan dan terkikis/rontok. 2. Gelembung-gelembung Hidrogen akan mengelilingi elektrode karbon. Electrolyte Voltaic Cell mengandung banyak muatan ion negatif dan ion positif yang bebas bergerak. Bila elektrode seng dan karbon dimasukan ke dalam larutan elektrolit, maka akan terjadi reaksi kimia, dan masing-masing elektroda akan mempunyai beda potensial terhadap elektrolit, juga beda potensial antara elektroda satu dengan yang lain besarnya sekitar 1,5 Volt. Elektroda seng berpotensial negatif terhadap elektroda karbon. Di dalam elektrolit yang terdiri dari Ammonium chloride ( NH4Cl). Biasanya muatan posotif adalah ion-ion Ammonium (NHS) dan muatan negatif adalah ion chlorine (Cl). Bila terjadi aliran arus, reaksi kimia terjadi di dalam, di mana plat seng akan terkikis, sedangkan plat positif terisi oleh ion-ion seng yang berpindah sampai ion-ion negatif dari chlorine menjadi (Zn Cl) didalam elektrolit. Elektron dari ion seng yang tinggal pada plat seng sehingga mengakibatkan plat seng berpotensial negatif. Akibat dari reaksi kimia ini menghasilkan bentuk gas ammonium yang menguap dan gas hidrogen yang mengumpul di sekeliling batang karbon dalam bentuk seperti gelembung-gelembung saat sel mengalirkan arus ke beban. 23

15 Pada saat sel mengalirkan arus ke beban, maka reaksi kimia akan terjadi terus menerus. Gelembung-gelembung gas Hidrogen tinggal dan mengelilingi elektrode karbon sehingga menimbulkan efek berkurangnya reaksi kimia dan sekaligus juga mengurangi tegangan dan arus hidrogen cenderung menimbulkan electromitive yang kuat (hambatan reaksi kimia) sehingga mengurangi efektif EMF dari sel, kondisi ini yang dinamakan polarisasi. Gambar 3.11 Baterai 2. Laclanche Cell Tipe sel listrik ini menggunakan elektrode dan elektrolit yang sama dengan yang digunakan pada voltaic cell, tetapi sudah dilengkapi dengan bahan untuk mengurangi proses polarisasi / bahan depolarisasi selama sel listrik mengalirkan arus ke beban. Adapun sifat dari bahan ini akan menghisap / menyerap gas hidrogen sehingga aktif material sel dapat bekerja lebih lama. Bahan depolarisasi pada sel ini adalah Manganose dioxide (Mn O2). 3. Sel kering / Dry Cell Tipe sel listrik ini mempunyai komponen yang sama dengan komponen yang ada pada laclanche cell, tetapi Salammonica elektrolitnya dalam bentuk pasta sehingga dapat mengurangi tumpahnya elektrolit dan membuat sel lebih praktis untuk dipindah-pindahkan. Sebenarnya sel ini tidak kering, karena elektrolit harus tetap memungkinkan terjadinya proses reaksi kimia, jadi tidak mungkin kering sehingga menghambat reaksi kimia. 24

16 3.9 Air Conditioning (AC) Definisi Air conditioning adalah suatu perangkat yang digunakan untuk menyejukkan dan menjaga kondisi temperatur pada suatu ruangan sesuai keinginan pemakainya. Biasanya pemakai menginkan suhu ruangan menjadi dingin maka untuk itu diperlukan proses refrigerasi. Referegerasi adalah suatu cara pengambilan panas dari obyek yang akan didinginkan, sehingga mencapai kondisi atau temperatur yang diinginkan / diharapkan Penggunaan Air Conditioning Pendingin udara yang ada di STO PT.Telkom ini berfungsi untuk menjaga suhu ruangan perangkat-perangkat catu daya tertentu. Suhu ruangan perlu diperhatikan karena ada beberapa perangkat catu daya yang kinerjanya sangat bergantung pada suhu ruangannya. Apabila suhu yang ada melebihi batas yang ditetapkan maka kinerja perangkat bisa terganggu. Contoh-contoh perangkat yang perlu diperhatikan kestabilan suhunya adalah rectifier, ruang sentral, dan ruang transmisi. Suhu yang biasa dijadikan standar di seluruh STO PT.Telkom adalah 20 o C. Jika suhu ruangan tempat perangkat-perangkat tersebut melebihi suhu tersebut, maka alarm akan berbunyi untuk memberitahu petugas bahwa ada ruangan yang suhunya di atas 20 o C. Selain suhu ruangan, arus beban pada masing-masing AC pun harus diperhatikan dalam rangka perawatan bulanan. Arus beban ini dapat diukur melalui masing-masing panel yang ada. Alat ukur yang biasa digunakan adalah tang ampere. Beban yang harus diukur adalah ketiga fasa yang tersambung dengan sambungan listrik tersebut. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi ruangan, yaitu: a. suhu / temperatur b. kelembaban udara c. distribusi udara / kecepatan gerak udara d. kebersihan udara 25

17 A. Skema blok diagram Gambar 3.12 Blok Diagram AC Komponen Air Conditioning A. Komponen Utama Evaporator Evaporator adalah suatu alat yang digunakan untuk menyerap panas dari ruangan untuk dikondisikan, yaitu dengan cara mengalirkan udara panas dalam ruang yang akan dikondisikan untuk menguapkan referigeran didalam pipa pendingin melalui sirip-sirip yang dipasang dibagian pipa tersebut. Gambar 3.13 Evaporator 26

18 Kondensor Kondensor adalah suatu alat yang berfungsi untuk membuang udara panas dari referigerator pada tempratur dan tekanan tinggi, sehingga digunakan untuk mencairkan uap / gas refrigrant dan membuang udara panas keluar. Gambar 3.14 Air Conditioner Outdoor Unit Jenis-jenis kondensor yang digunakan : 1. Air cooled condensor, yaitu udara sebagai bahan pendingin. 2. Water cooled condensor, yaitu air sebagai bahan pendingin. 3. Evaporative condensor, yaitu campuran air dan udara sebagai bahan pendingin. Metering Device Metering device (MT) adalah suatu alat yang berfungsi untuk menurunkan tekanan bahan pendingin cairan yang mengalir pada siklus refrigerasi. Selain itu metering device digunakan untuk membedakan tekanan antara evaporator dan kondensor. Macam-macam metering device: 1. Pipa kapiler / impedance tube / restictor tube / chocke tube. 2. Automatic expansion valve (Tx valve). Kompresor Kompresor adalah suatu alat yang berfungsi untuk memompakan refrigerant bertekanan tinggi sehingga temperatur rendah menjadi tempratur tekanan tinggi. Dilihat dari cara kerja kompresor dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: 1. Kompresor volume. 2. Kompresor sentrifugal (turbo). 27

19 B. Komponen Penunjang Filter Drier (saringan) Saringan atau filter drier, berfungsi untuk menyaring kotoran di dalam sistem, seperti potongan timah, korosi lumut atau kotoran lainnya sehingga tidak mengganggu peredaran / siklus refrigrant. Thermostat Thermostat berfungsi sebagai sensor dan transducer yang bertugas untuk mengatur lamanya kompresor bekerja. Selain itu, thermostat juga berfungsi mengatur batas-batas suhu dalam temperatur tertentu serta menjalankan atau menghentikan kompresor secara otomatis. Refrigrant Refrigrant adalah zat pembawa kalor selama sirkulasinya dan akan menyerap kalor pada tekanan dan suhu yang rendah pada evaporator dan kemudian dimanfaatkan oleh kompresor menjadi tekanan dan suhu tinggi untuk selanjutnya melalui kondensor akan dibuang panasnya dan tekanannya diturunkan. Fan Motor Fan motor berfungsi untuk memutar daun kipas dan blower. Selain itu fan juga berfungsi untuk menghembuskan udara baik udara segar atau udara yang dikondisikan kedalam ruangan dan menghembuskan udara panas keluar. Minyak pelumas Minyak pelumas berfungsi untuk melumasi bagian yang bergerak dan bergesekan sehingga dapat mengurangi kehausan yang ditimbulkan sekecil mungkin. Golongan minyak pelumas ada 3 macam yaitu: 1. Minyak hewani. 2. Minyak tumbuhan. 3. Mineral (yang banyak digunakan). 28

20 3.10 Generator (Genset) Genset adalah suatu peralatan elektro mekanikal yang berfungsi untuk merubah energi gerak menjadi energi listrik, artinya dari tenaga kerja mekanis diperoleh dari hasil tenaga listrik. Dalam hal ini tenaga mekanis diperolah dari hasil kerja motor berbahan bakar diesel engine yang dihubungkan dengan dinamo atau generator. Gambar 3.15 Genset merk MERCEDES (KOHLER) Pengoperasian diesel engine atau jenis motor Bakar pada umumnya akan berfungsi dengan baik, apabila didukung 5 rangkaian sistem yang saling terkait. Artinya, apabila salah satu dari sistem ada yang terganggu atau tidak memenuhi persyaratan maka kerja mesin akan terganggu, lebih serius lagi motor bakar tersebut akan rusak fatal. 5 rangkaiannya antara lain : 1. Sistem pembakaran (solar) 2. Sistem sirkulasi udara 3. Sistem pelumasan 4. Sistem pendinginan 5. Sistem kelistrikan 29

BAB II NO BREAK SYSTEM

BAB II NO BREAK SYSTEM BAB II NO BREAK SYSTEM 2.1 Definisi Umum Sistem Catu Daya Sistem catu daya adalah suatu kumpulan dari perangkat-perangkat catu daya yang bekerja bersama-sama dalam rangka penyelenggaraan suatu energi listrik

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS 4.1 Perancangan UPS 4.1.1 Menghitung Kapasitas UPS Uninterruptible Power Supply merupakan sumber energi cadangan yang sangat penting bagi perusahaan yang bergerak di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI MAKANAN PT. FORISA NUSAPERSADA

BAB III PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI MAKANAN PT. FORISA NUSAPERSADA BAB III PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI MAKANAN PT. FORISA NUSAPERSADA 3.1 UMUM Pada suatu industri, untuk menghasilkan suatu produk dibutuhkan peralatan yang memadai. Dalam pemakaian peralatan

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 2. RANGKAIAN LISTRIK DAN SUMBER ENERGI LISTRIKLatihan Soal 2.6

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 2. RANGKAIAN LISTRIK DAN SUMBER ENERGI LISTRIKLatihan Soal 2.6 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 2. RANGKAIAN LISTRIK DAN SUMBER ENERGI LISTRIKLatihan Soal 2.6 1. Polarisasi pada elemen volta terjadi akibat peristiwa... menempelnya gelembung H 2 pada lempeng Zn menempelnya

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra 6.2 SEL BAHAN BAKAR Pada dasarnya sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah baterai ukuran besar. Prinsip kerja sel ini berlandaskan reaksi kimia, bahwa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN 3.1.1 Pengertian AC Air Conditioner(AC) merupakan sebuah alat yang mampu mengkondisikan udara. Dengan kata lain,ac berfungsi sebagai penyejuk udara. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1. Metodologi Pengujian Alat Dengan mempelajari pokok-pokok perancangan yang sudah di buat, maka diperlukan suatu pengujian terhadap perancangan ini. Pengujian dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI 4.1 Umum Seperti yang telah dibahas pada bab III, energi listrik dapat diubah ubah jenis arusnya. Dari AC menjadi DC atau sebaliknya. Pengkonversian

Lebih terperinci

AC (AIR CONDITIONER)

AC (AIR CONDITIONER) AC (AIR CONDITIONER) AC adalah suatu jenis mesin pendingin yang berfungsi sebagai penyejuk ruangan. Ditinjau dari konstruksi, AC bias dibagi menjadi dua bagian, yakni sisi luar dan sisi dalam. Sisi luar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Sistem Pengisian Konvensional Pembangkit listrik pada alternator menggunakan prinsip induksi yaitu perpotongan antara penghantar dengan garis-garis gaya magnet.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

Standby Power System (GENSET- Generating Set) DTG1I1 Standby Power System (- Generating Set) By Dwi Andi Nurmantris 1. Rectifiers 2. Battery 3. Charge bus 4. Discharge bus 5. Primary Distribution systems 6. Secondary Distribution systems 7. Voltage

Lebih terperinci

PENYEDIA DAYA CADANGAN MENGGUNAKAN INVERTER

PENYEDIA DAYA CADANGAN MENGGUNAKAN INVERTER PENYEDIA DAYA CADANGAN MENGGUNAKAN INVERTER Zainal Abidin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Dalam penelitian ini di buat rancang pengganti cadangan sumber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini meliputi waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan, rancangan alat, metode penelitian, dan prosedur penelitian. Pada prosedur penelitian akan dilakukan beberapa

Lebih terperinci

Retno Kusumawati PENDAHULUAN. Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari.

Retno Kusumawati PENDAHULUAN. Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. Retno Kusumawati Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan prinsip kerja elemen dan arus listrik yang ditimbulkannya

Lebih terperinci

BAB III PENGETAHUAN DASAR TENTANG AC ( AIR CONDITIONER )

BAB III PENGETAHUAN DASAR TENTANG AC ( AIR CONDITIONER ) BAB III PENGETAHUAN DASAR TENTANG AC ( AIR CONDITIONER ) A. Pengertian Dasar Tentang AC (Air Conditioner) Secara umum pengertian dari AC (Air Conditioner) suatu rangkaian mesin yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TEORI DASAR GENSET Genset adalah singkatan dari Generating Set. Secara garis besar Genset adalah sebuah alat /mesin yang di rangkai /di design /digabungkan menjadi satu kesatuan.yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar operasi prosedur : 3.1 Data-Data Penelitian Spesifikasi : Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

Lebih terperinci

BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN

BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN Pada bab ini, sistem pendingin dibagi dalam dua kategori yaitu sistem pemipaan dan sistem kelistrikan. Komponen dalam sistem pemipaan terdiri dari; kompresor, kondenser,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sistem distribusi tenaga listrik di gedung Fakultas Teknik UMY masuk pada sistem distribusi tegangan menengah, oleh karenanya sistim distribusinya menggunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI 2012 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Brine Sistem Brine adalah salah satu sistem refrigerasi kompresi uap sederhana dengan proses pendinginan tidak langsung. Dalam proses ini koil tidak langsung mengambil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

ABSTRAK. kontrol pada gardu induk 150 kv UPT Semarang. lainnya seperti panel-pane

ABSTRAK. kontrol pada gardu induk 150 kv UPT Semarang. lainnya seperti panel-pane Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM CATU DAYA SEARAH ( DC POWER ) PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL PT PLN (PERSERO) UPT SEMARANG Oleh : Guspan Hidi Susilo L2F 008 041 Jurusan Teknikk Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Data data yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini : pendingin dengan refrigeran R-22 dan MC-22.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Data data yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini : pendingin dengan refrigeran R-22 dan MC-22. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Data data yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini : 1. Data dari hasil pengujian Data diperoleh dari hasil pengujian alat praktikum mesin pendingin

Lebih terperinci

SISTEM AIR CONDITIONER (AC)

SISTEM AIR CONDITIONER (AC) SISTEM AIR CONDITIONER (AC) KOMPETENSI Setelah mempelajari materi ini, siswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan prinsip terjadinya pendinginan pada sistem AC. 2. Menjelaskan Fungsi AC pada mobil. 3. Menjelaskan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PRINSIP PENDINGINAN PROSES MEMINDAHKAN ATAU MENAMBAHKAN PANAS DARI SUATU BENDA ATAU TEMPAT KE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi tenaga listrik adalah pemasangan komponen-komponen peralatan

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi tenaga listrik adalah pemasangan komponen-komponen peralatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Instalasi tenaga listrik adalah pemasangan komponen-komponen peralatan listrik untuk melayani perubahan energi listrik menjadi tenaga mekanis dan kimia. Instalasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

1. EMISI GAS BUANG EURO2

1. EMISI GAS BUANG EURO2 1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output

Lebih terperinci

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin.

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin. Mengenal Cara Kerja Mesin Pendingin MESIN PENDINGIN Mesin pendingin adalah suatu rangkaian rangkaian yang mampu bekerja untuk menghasilkan suhu atau temperature dingin. Mesin pendingin bisanya berupa kulkas,

Lebih terperinci

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive) 15 BAB III CAPACITOR BANK 3.1 Panel Capacitor Bank Dalam sistem listrik arus AC/Arus Bolak Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya Semu (S,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simulator Pengertian simulator adalah program yg berfungsi untuk menyimulasikan suatu peralatan, tetapi kerjanya agak lambat dari pada keadaan yg sebenarnya. Atau alat untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM CATU DAYA

BAB II SISTEM CATU DAYA BAB II SISTEM CATU DAYA 2.1 Catu Daya Secara Umum Dalam industri telekomunikasi, sistem catu daya merupakan salah satu hal yang mutlak diperlukan untuk membangun, menggunakan, memelihara, dan menjamin

Lebih terperinci

ANALISIS PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DENGAN PEMAKAIAN REFRIGERANT

ANALISIS PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DENGAN PEMAKAIAN REFRIGERANT MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISIS PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DENGAN PEMAKAIAN REFRIGERANT PENGKONDISI UDARA MC-22 SEBAGAI PENGGANTI R-22 PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK. DIVISI REGIONAL IV PROVINSI

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

10/22/2015 BATERAI BATERAI BATERAI

10/22/2015 BATERAI BATERAI BATERAI Baterai didefinisikan sebagai peralatan (device) yang mengubah energi kimia yang terkandung di dalamnya menjadi energi listrik secara langsung dan spontan. Prinsip kerja yang digunakan dalam reaksi baterai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN GENSET. Genset yang akan dipasang di PT. Aichitex Indonesia sebagai sumber energi

BAB III PERANCANGAN GENSET. Genset yang akan dipasang di PT. Aichitex Indonesia sebagai sumber energi BAB III PERANCANGAN GENSET 3.1 SPESIFIKASI GENSET Genset yang akan dipasang di PT. Aichitex Indonesia sebagai sumber energi listrik cadangan adalah terdiri dari 2 ( dua ) unit generating set yang memiliki

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) Refrigeration, Ventilation and Air-conditioning RVAC Air-conditioning Pengolahan udara Menyediakan udara dingin Membuat udara

Lebih terperinci

BATERAI-CHARGER PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

BATERAI-CHARGER PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia BATERAI-CHARGER PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL Ibnu Salam 1, Susatyo Handoko, ST. MT 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang,

Lebih terperinci

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono UTILITAS BANGUNAN Tjahyani Busono UTILITAS BANGUNAN INSTALASI KELISTRIKAN DI BANDUNG TV STASIUN TELEVISI BANDUNG TV JL. SUMATERA NO. 19 BANDUNG SISTEM INSTALASI LISTRIK Sistim kekuatan / daya listrik Sistim

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA

REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA Trainer Sistem Kelistrikan AC Mobil Daihatsu Zebra REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA Wildan Fahmi D3 Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya e-mail:

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kerja Panel Kontrol Lift BAB III LANDASAN TEORI Gambar 3.1 Lift Barang Pada lift terdapat 2 panel dimana satu panel adalah main panel yang berisi kontrol main supaly dan control untuk pergerakan

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 32 BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 4.1 Deskripsi Perancangan Dalam perancangan ini, penulis akan merancang genset dengan penentuan daya genset berdasar beban maksimum yang terukur pada jam 14.00-16.00 WIB

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

Pelatihan Sistem PLTS Maret 2015 PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI. Rabu, 25 Maret Oleh: Nelly Malik Lande

Pelatihan Sistem PLTS Maret 2015 PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI. Rabu, 25 Maret Oleh: Nelly Malik Lande PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI Rabu, 25 Maret 2015 Oleh: Nelly Malik Lande POKOK BAHASAN TUJUAN DAN SASARAN PENDAHULUAN PENGERTIAN, PRINSIP KERJA, JENIS-JENIS INVERTER TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC) Pertemuan ke-9 dan ke-10 Materi Perkuliahan : Kebutuhan jaringan dan perangkat yang mendukung sistem pengkondisian udara termasuk ruang pendingin (cool storage). Termasuk memperhitungkan spatial penempatan

Lebih terperinci

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar Mesin Diesel 1. Prinsip-prinsip Diesel Salah satu pengegrak mula pada generator set adala mesin diesel, ini dipergunakan untuk menggerakkan rotor generator sehingga pada out put statornya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN MINI REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK TENAGA SURYA. Pada perancangan ini akan di buat pendingin mini yang menggunakan sel

BAB III PERANCANGAN MINI REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK TENAGA SURYA. Pada perancangan ini akan di buat pendingin mini yang menggunakan sel BAB III PERANCANGAN MINI REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK TENAGA SURYA 3.1 Tujuan Perancangan Pada perancangan ini akan di buat pendingin mini yang menggunakan sel surya sebagai energy tenaga surya. Untuk mempermudah

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PERBAIKAN AIR CONDITIONER

PERAWATAN DAN PERBAIKAN AIR CONDITIONER PERAWATAN DAN PERBAIKAN AIR CONDITIONER Disusun untuk memenuhi tugas pemeliharaan dan perbaikan listrik Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Dosen Pembimbing : Heri Liamsi, S.T., M.T (196311091991021001)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Distribusi Daya (Panel Daya)

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Distribusi Daya (Panel Daya) BAB III DASAR TEORI 3.1 Distribusi Daya (Panel Daya) Catu daya atau energi listrik mutlak diperlukan untuk mengoprasikan gedung bertingkat. Energy listrik yg digunakan untuk perangkat tersebut meliputi

Lebih terperinci

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET Wandi Perdana 1, Tohari 2, Sabari 3 D3Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jln.

Lebih terperinci

Bab III. Metodelogi Penelitian

Bab III. Metodelogi Penelitian Bab III Metodelogi Penelitian 3.1. Kerangka Penelitian Analisa kinerja AC split 3/4 PK dengan mengunakan refrigeran R-22 dan MC-22 variasi tekanan refrigeran dengan pembebanan terdapat beberapa tahapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meulaboh,15 Januari Penulis. Afrizal Tomi

KATA PENGANTAR. Meulaboh,15 Januari Penulis. Afrizal Tomi KATA PENGANTAR Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menulis dan menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara Sistem tata udara adalah suatu sistem yang digunakan untuk menciptakan suatu kondisi pada suatu ruang agar sesuai dengan keinginan. Sistem tata udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator. BAB III METODOLOGI 3.1 Desain Peralatan Desain genset bermula dari genset awal yaitu berbahan bakar bensin dimana diubah atau dimodifikasi dengan cara fungsi karburator yang mencampur bensin dan udara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP Posted on December 6, 2012 PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP I. TUJUAN 1. Mampu merancang instalasi penerangan satu fasa satu grup. 2. Mengetahui penerapan instalasi penerangan

Lebih terperinci

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia Memahami konsep penggerak mula (prime mover) dalam sistem pembangkitan tenaga listrik Teknik Pembangkit Listrik 1 st

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Dasar Teori Teori Dasar Ilmu Kelistrikan: A. Muatan Listrik Muatan listrik tidak dapat dilihat oleh mata tetapi efeknya dapat dirasakan dan diamati gejalanya. Besar muatan listrik

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL PTS SEMESTER 1 KELAS 9 TAHUN PELAJARAN

LATIHAN SOAL PTS SEMESTER 1 KELAS 9 TAHUN PELAJARAN LATIHAN SOAL PTS SEMESTER 1 KELAS 9 TAHUN PELAJARAN 2017-2018 1. Daerah di sekitar benda bermuatan listrik yang dipengaruhi oleh muatan listrik pada benda disebut... 2. Lengkapi table berikut! No Benda

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Flow Chart Pengujian Deskripsi sistem rancang rangkaian untuk pengujian transformator ini digambarkan dalam flowchart sebagai berikut : Mulai Peralatan Uji Merakit Peralatan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR AC PADA TOYOTA FORTUNER

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR AC PADA TOYOTA FORTUNER Laporan Kerja Praktek 34 BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR AC PADA TOYOTA FORTUNER 4.1 Tahapan-Tahapan Perawatan Sebelum mobil diberikan perawatan, mobil tersebut terlebih dahulu harus diperiksa di WO ( Working

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENGGUNAAN PANEL SURYA (SOLAR CELL) SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF UNTUK POMPA AKUARIUM DAN PEMBERI MAKAN OTOMATIS

NASKAH PUBLIKASI PENGGUNAAN PANEL SURYA (SOLAR CELL) SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF UNTUK POMPA AKUARIUM DAN PEMBERI MAKAN OTOMATIS NASKAH PUBLIKASI PENGGUNAAN PANEL SURYA (SOLAR CELL) SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF UNTUK POMPA AKUARIUM DAN PEMBERI MAKAN OTOMATIS TUGAS AKHIR Disusun untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

BAB I RANGKAIAN DAN ALAT UKUR LISTRIK

BAB I RANGKAIAN DAN ALAT UKUR LISTRIK BAB I RANGKAIAN DAN ALAT UKUR LISTRIK Pengenalan Rangkaian kelistrikan dalam suatu sistem pemanas, tata udara dan refrigerasi modern sangat penting diketahui oleh orang yang akan melakukan penginstalan

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI.

BAB III DASAR TEORI. 13 BAB III DASAR TEORI 3.1 Pengertian Cubicle Cubicle 20 KV adalah komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan, pengukuran tegangan, arus, maupun daya, peralatan proteksi, dan control

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator. BAB III METODOLOGI 3.1 Desain Peralatan Desain genset bermula dari genset awal yaitu berbahan bakar bensin dimana diubah atau dimodifikasi dengan cara fungsi karburator yang mencampur bensin dan udara

Lebih terperinci

ALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR

ALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR ALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR 1. Pendahuluan Listrik seperti kita ketahui adalah bentuk energi sekunder yang paling praktis penggunaannya oleh manusia, di mana listrik dihasilkan dari proses konversi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420 RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420 Suhanto Prodi D3 Teknik Listrik Bandar Udara, Politeknik Penerbangan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem tata udara Air Conditioning dan Ventilasi merupakan suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian 3.1.1. Metode Observasi Metode observasi dimasudkan untuk mengadakan pengamatan terhadap subyek yang akan diteliti, yaitu tentang perencanaan sistem

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI 4.1 In Service / Visual Inspection 4.1.1 Pengertian Merupakan kegiatan inspeksi atau pengecekan yang dilakukan dengan menggunakan 5 sense (panca

Lebih terperinci

RANGKAIAN INVERTER DC KE AC

RANGKAIAN INVERTER DC KE AC RANGKAIAN INVERTER DC KE AC 1. Latar Belakang Masalah Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC). Inverter mengkonversi DC dari perangkat

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi senantiasa selalu mengalami peningkatan seiring dengan ditemukan berbagai ilmu-ilmu baru pada dunia pendidikan. Teknologi yang telah ada mengalami

Lebih terperinci