PERBANDINGAN MASA PROTROMBIN SETELAH PEMBERIAN VITAMIN K DOSIS MULTIPEL ORAL DENGAN DOSIS TUNGGAL INTRAMUSKULER PADA BAYI ATERM TESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN MASA PROTROMBIN SETELAH PEMBERIAN VITAMIN K DOSIS MULTIPEL ORAL DENGAN DOSIS TUNGGAL INTRAMUSKULER PADA BAYI ATERM TESIS"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN MASA PROTROMBIN SETELAH PEMBERIAN VITAMIN K DOSIS MULTIPEL ORAL DENGAN DOSIS TUNGGAL INTRAMUSKULER PADA BAYI ATERM TESIS NANCY ERVANI /IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008 Nancy Ervani : Perbandingan Masa Protrombin Setelah Pemberian Vitamin K Dosis Multipel Oral, 2008 USU e-repository 2008

2 PERBANDINGAN MASA PROTROMBIN SETELAH PEMBERIAN VITAMIN K DOSIS MULTIPEL ORAL DENGAN DOSIS TUNGGAL INTRAMUSKULER PADA BAYI ATERM TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak) Dalam Program Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Anak Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara NANCY ERVANI PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008

3 Judul Tesis : Perbandingan Masa Protrombin setelah Pemberian Vitamin K Dosis Multipel Oral dengan Dosis Tunggal Intramuskuler pada Bayi Aterm Nama Mahasiswa : Nancy Ervani Nomor Induk Mahasiswa : Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak Menyetujui Komisi Pembimbing : ( Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) ) Ketua ( Dr. Wisman Dalimunthe, SpA) Anggota Ketua Program Studi, Ketua TKP-PPDS, (Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K) ) ( Dr. Zainuddin Amir, SpP(K) ) Tanggal Lulus : 15 September 2008

4 PERNYATAAN PERBANDINGAN MASA PROTROMBIN SETELAH PEMBERIAN VITAMIN K DOSIS MULTIPEL ORAL DENGAN DOSIS TUNGGAL INTRAMUSKULER PADA BAYI ATERM TESIS Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, 8 September 2008 (Nancy Ervani)

5 Telah diuji pada Tanggal : 15 September 2008 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. H. Guslihan D Tjipta, SpA(K)... Anggota: 1. Dr. Wisman Dalimunthe, SpA Prof. Dr. Hj. Bidasari Lubis, SpA(K) Dr. Sri Sofyani, SpA(K) Prof. Dr. H. Adi Koesoema... Aman SpPK. KH

6 UCAPAN TERIMA KASIH Assalamualaikum Wr. Wb. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Pembimbing Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) dan Dr. Wisman Dalimunthe, SpA, yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesain tesis ini. 2. Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK- USU, Prof. Dr. Hj. Bidasari Lubis, SpA(K) dan Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K), sebagai sekretaris program yang telah banyak membantu selama pendidikan, penelitian dan dalam menyelesaikan tesis ini. 3. Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode , Dr. H. Ridwan M Daulay, SpA(K) Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak periode 2007 sampai sekarang, yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini. 4. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

7 5. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. H. Chairuddin P Lubis, DTM&H, SpA(K) dan Dekan FK-USU yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK- USU. 6. Pimpinan beserta karyawan Laboratorium Klinik Pramita yang telah membantu pemeriksaan darah pada penelitian ini. 7. Pimpinan beserta karyawan PT. Sari Husada Indonesia yang telah memberikan bantuan dana untuk pemeriksaan laboratorium. 8. Kepala Badan Layanan Umum Pirngadi Medan Dr. H. Syahrial Anas, MHA dan Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak Badan Layanan Umum Pirngadi Medan Dr. H. Chairul Adillah, SpA yang telah memberikan izin dan fasilitas pada penelitian ini sehingga dapat terlaksana dengan baik. Teristimewa untuk suami tercinta Noveri Wandy, ST dan ananda tersayang Danish Orly Arshady, terima kasih atas doa, pengertian, dukungan dan pengobanan selama penulis menyelesaikan pendidikan ini. Kepada yang tercinta orangtua, Kamili Bakar dan Nurhayati serta mertua H. M. Zen, MA dan Hj. Nuraini Nadin, Bsc serta semua adik-adik teman-teman yang selalu mendoakan, memberikan dorongan, bantuan moril dan materil selama penulis mengikuti pendidikan ini. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, Amin. Wassalamualaikum Wr. Wb. Medan, September 2008 ( Penulis )

8 DAFTAR ISI Halaman Persetujuan iii Halaman Pernyataan iv Ucapan Terima Kasih vi Daftar Isi viii Daftar Tabel x Daftar Gambar xi Daftar Singkatan dan Lambang xii Abstrak xiii BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Hipotesis Tujuan Penelitian Manfaat penelitian 3 Bab 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hemostasis pada Neonatus Peran Vitamin K dalam Fisiologi Pembekuan Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K Patofisiologi PDVK Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Diagnosis PDVK Penatalaksanaan PDVK Pemberian Vitamin K Profilaksis Jenis Vitamin K Kontroversi Pemberian Vitamin K Profilaksis Kerangka Konseptual 16 BAB 3. METODOLOGI 3.1. Desain Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Alur Penelitian Populasi Penelitian Perkiraan Besar Sampel Kriteria Penelitian Persetujuan/Inform Consent Cara Kerja Penelitian Identifikasi Variabel Definisi Operasional Analisis Data 22 BAB 4. HASIL 23 BAB 5. PEMBAHASAN 26 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

9 5.1. Kesimpulan Saran 31 Ringkasan 32 Daftar Pustaka 34 Lampiran 1. Surat Pernyataan Kesediaan Lembar Kuesioner Hasil Pemeriksaan Laboratorium Riwayat Hidup 41

10 DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Karakteristik ibu dan bayi 24 Tabel 4.2. Data hemogram bayi 24 Tabel 4.3. Hubungan antara nilai PT sebelum dan sesudah pemberian vitamin K 25 Tabel 4.4. Perbandingan perbaikan nilai PT pada kelompok oral dengan intramuskuler sesudah pemberian vitamin K 25

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Proses karboksilasi faktor pembekuan yang tergantung vitamin K 5 Gambar 2.2. Struktur kimia vitamin K 14 Gambar 2.3. Kerangka konseptual 16 Gambar 3.1. Alur penelitian 17 Gambar 4.1. Profil penelitian 23

12 DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG VKDB PDVK AAP PT INR HDN PIVKA aptt HPLC FFP PRC PCCs CPS NHMRC HTA IM SPSS H 1 H 4 Ht SD Ca 2+ : Vitamin K Deficiency Bleeding : Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K : American Academy of Pediatric : Prothrombin Time : International Normalized Ratio : Hemorrhagic Disease of Newborn : Protein Induced by Vitamin K Antagonism or Absence : Activated Partial Thromboplastin Time : High Performance Liquid Chromatography : Fresh Frozen Plasma : Packed Red Cell : Prothrombin Complex-Concentrates : Canadian Pediatric Society : National Health and Medical Research Council : Health Technology Assesment : Intramuskuler : Statistical Package for Social Science : Hari ke-1 : Hari ke-4 : Hematokrit : Standar Deviasi : Calcium : Besar sampel n α : Kesalahan tipe 1 β : Kesalahan tipe 2

13 ABSTRAK Latar belakang. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) dapat menyebabkan perdarahan pada bayi yang mendapat ASI eksklusif. Efikasi vitamin K profilaksis secara intramuskuler pada bayi baru lahir sudah terbukti dapat mencegah kelainan ini, tetapi prosedur ini bersifat infasif. Pemberian secara oral lebih efektif, murah, dan tidak menimbulkan trauma dibanding intramuskuler. Tujuan. Membandingkan masa protrombin setelah pemberian vitamin K dosis multipel oral dengan dosis tunggal intramuskuler Metode. Bayi aterm dibagi atas kelompok IM (diberikan vitamin K 1 1 mg intramuskuler) dan kelompok oral (diberikan 2 mg saat lahir dan 2 mg hari ketiga). Masa protrombin diperiksa sebelum dan sesudah pemberian vitamin K 1. Hasil. Tujuh puluh bayi diacak kedalam kelompok oral (36) dan kelompok IM (34). Rerata masa protrombin sebelum pemberian vitamin K adalah (SD 20.03) detik pada kelompok oral dan (SD 25.51) detik pada kelompok IM, setelah pemberian vitamin K rerata masa protrombin adalah (SD 7.35) detik pada kelompok oral dan (SD 3.4) detik pada kelompok IM. Masa protrombin setelah pemberian vitamin K tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok (P= 0,857). Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan bermakna masa protrombin setelah pemberian vitamin K pada kelompok oral atau IM Kata Kunci. Masa protrombin, vitamin K 1, oral, intramuskuler, aterm

14 ABSTRACT Background. Vitamin K deficiency bleeding (VKDB) can cause bleeding disorders on healthy breastfed infants. The efficacy of newborn intramuscular (IM) vitamin K prophylaxis for prevention of this bleeding problem has been well established, but this is an invasive procedure. Oral vitamin K prophylaxis is an effective, less expensive, and less traumatic than intramuscular administration. Objective. To compare prothrombin time after giving multiple oral dose vitamin K 1 with an intramuscular preparation Methods. Infants were randomised at birth to the IM group (1 mg vitamin K 1 ) or the oral group (2 mg given at birth and repeated at days 3). Prothrombin time were monitored before and after giving vitamin K 1. Results. Seventy infants were randomised to oral group and to IM group. Mean (SD) prothrombin times before vitamin K administration (20.03) second in oral group and (SD 25.51) second in IM group, after vitamin K administration prothrombin time were (SD 7.35) second in oral group and (SD 3.4) second in IM group. Prothrombin times did not differ between the two groups (p= 0,857). Conclusion. Prothrombin time did not differ significantly between oral and IM group Key Words. Prothrombin time, vitamin K 1, oral, intramuscular, term

15 BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Pemberian vitamin K 1 sudah merupakan standar penatalaksanaan bayi baru lahir sebagai profilaksis terhadap perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi vitamin K (PDVK) atau disebut juga dengan hypoprothrombinemia. 1-3 Salah satu faktor risiko terjadinya kelainan ini adalah pemberian ASI eksklusif. 2 Program pemerintah tentang ASI eksklusif giat dipromosikan mengingat manfaatnya yang sangat besar, oleh sebab itu risiko terhadap kelainan ini harus diatasi dengan pemberian vitamin K profilaksis. Sampai saat ini cara paling efektif yang direkomendasikan adalah dosis tunggal intramuskuler. 1 Pemberian satu dosis intramuskuler dapat mencegah perdarahan onset dini, bentuk klasik, dan onset lambat. Pemberian satu dosis oral hanya mencegah onset dini dan klasik. 4 Pemberian secara tunggal intramuskuler efektif sampai 2 bulan sedangkan secara oral hanya 3-4 minggu. 5 Pemberian secara intramuskuler ini bersifat invasif dan juga biaya lebih mahal, 4,6 serta adanya laporan hubungan pemberian vitamin K intramuskuler dengan peningkatan risiko kanker pada anak, 7,8 sehingga pemberian secara oral lebih disukai. Pemberian secara oral dikatakan lebih murah, lebih aman, dan dapat diberikan oleh bidan. 2,9 American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efikasi, keamanan, bioavailabilitas, dan dosis optimal

16 vitamin K oral untuk mencegah PDVK. 1 Belum ada bukti pengaruh perbedaan antara jalur pemberian secara oral maupun intramuskuler terhadap faktor koagulasi. 10 Kadar vitamin K plasma rendah setelah 2 minggu pemberian satu dosis oral atau intramuskuler dan lebih tinggi setelah pemberian tiga dosis oral dibanding satu dosis intramuskuler. 11 Tingkat kepatuhan pemberian tiga dosis oral ini rendah. 12, Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: apakah pemberian vitamin K dosis multipel oral sama efektifnya dengan dosis tunggal intramuskuler terhadap perbaikan masa protrombin (prothrombin time= PT) pada bayi aterm yang mendapatkan ASI eksklusif Hipotesis Pemberian vitamin K dosis multipel oral sama efeknya dengan dosis tunggal intramuskuler terhadap perbaikan masa protrombin pada bayi aterm dengan ASI eksklusif Tujuan Penelitian Tujuan umum adalah untuk mengetahui apakah pemberian vitamin K 1 dosis multipel oral sama efektifnya dengan dosis tunggal intramuskuler

17 dalam mencegah PDVK onset lambat pada bayi aterm yang mendapat ASI eksklusif Tujuan khusus adalah untuk mengetahui apakah pemberian vitamin K 1 dosis multipel oral sama efeknya dengan dosis tunggal intramuskuler terhadap perbaikan masa protrombin 1.5. Manfaat Penelitian 1. Di bidang akademik/ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang perinatologi anak, khususnya dalam pencegahan terhadap PDVK 2. Di bidang pelayanan masyarakat : meningkatkan pelayanan kesehatan bayi, khususnya pelayanan bidang perinatologi 3. Di bidang pengembangan penelitian : memberikan masukan terhadap bidang perinatologi, khususnya profilaksis terhadap PDVK

18 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hemostasis pada Neonatus Sistem hemostasis pada bayi tidak sama dengan anak dan dewasa Hal ini karena secara fisiologis sistem hemostasis pada bayi belum matur. Maturitas sistem ini terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan. 14 Beberapa perbedaan itu diantaranya, pertama; protein yang dibutuhkan untuk pembentukan fibrin dan fibrinolisis jumlahnya sedikit dibandingkan dengan anak yang lebih besar, kedua; pada fase plasma dari pembekuan dan fibrinolisis neonatus kadar beberapa faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K rendah, ketiga; plasma neonatus resisten terhadap aktivator plasminogen eksogen, dan keempat; dalam 24 jam pertama neonatus mengalami reduksi mekanisme fibrinolisis karena kurangnya kadar proenzim plasminogen dan meningkatnya jumlah inhibitor. 9,16 Diantara beberapa perbedaan ini, kadar faktor pembekuan yang tergantung vitamin K yang rendah lebih menjadi perhatian karena bisa menyebabkan perdarahan hebat dan berakibat fatal tetapi dapat dicegah dengan pemberian vitamin K profilaksis Peran Vitamin K dalam Fisiologi Pembekuan Vitamin K diperlukan untuk sintesis enam faktor pembekuan yaitu; protrombin, faktor VII, IX, X, protein C dan S. 17 Molekul-molekul faktor II, VII, IX, dan X disintesis dalam sel hati dan disimpan dalam bentuk

19 prekursor tidak aktif. Molekul yang dikenal sebagai descarboxy proteins ini disebut PIVKA (proteins induced by vitamin K absence or antagonism). Vitamin K dibutuhkan untuk konversi prekursor tidak aktif menjadi faktor pembekuan yang aktif. 17,18 Peran vitamin K dalam proses biokimiawi tersebut adalah dalam reaksi karboksilasi atom C pada gamma-metilen senyawa asam glutamat tertentu yang terdapat pada bahan prekursor protein pembekuan. Sebagai hasil reaksi karboksilasi ini akan terbentuk senyawa gamakarboksiglutamat yang mampu mengikat Ca 2+. Faktor pembekuan (faktor II, VII, IX, X) yang memiliki kemampuan mengikat Ca 2+ memegang peranan dalam mekanisme hemostasis fase plasma. 9,19-21 Proses pembentukan senyawa gamakarboksiglutamat tersebut tergambar pada reaksi kimia berikut: 19 Gambar 2.1. Proses karboksilasi protein pembekuan yang tergantung vitamin K 19

20 2.2. Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK) Perdarahan akibat defisiensi vitamin K atau Vitamin K deficiency bleeding (VKDB) yang dulunya lazim dikenal dengan hemorrhagic disease of the newborn (HDN) didefinisikan sebagai perdarahan spontan atau akibat trauma pada bayi yang berhubungan dengan defisiensi vitamin K dan menurunnya aktifitas faktor pembekuan II, VII, IX, dan X dengan fibrinogen dan trombosit normal. 18,22 Kelainan ini dapat berakibat fatal dengan insiden diperkirakan 1:100 hingga 1:400 kelahiran. 2,9 Di Amerika defisiensi Vitamin K menyebabkan perdarahan 0,25% hingga 1,7% minggu pertama setelah lahir pada bayi yang tadinya terlihat sehat. 1 Sebanyak 91 % bayi yang didiagnosis dengan PDVK di Mexico merupakan bentuk late onset yang berat berupa perdarahan intrakranial. 23 Di Hanoi insidens late onset PDVK diperkirakan 116 per kelahiran pada bayi yang tidak mendapat vitamin K profilaksis. 24 Data PDVK secara nasional di Indonesia belum tersedia, namun berdasarkan data dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM ( ), terdapat 21 kasus dengan 81% mengalami perdarahan otak Patofisiologi PDVK Bayi baru lahir mengalami defisiensi faktor pembekuan yang tergantung vitamin K (Vitamin K-dependent coagulation factor) secara bermakna, konsentrasi faktor pembekuan ini rendah dalam plasma beberapa hari

21 setelah lahir dan mencapai titik terendah pada hari ketiga. 15,17 Hal ini disebabkan karena bayi baru lahir mengalami defisiensi vitamin K dengan berbagai alasan antara lain rendahnya cadangan vitamin K pada saat lahir, kadar vitamin K yang rendah pada air susu ibu, prematuritas, bayi yang lahir dari ibu yang mendapat pengobatan luminal, hidantoin, salisilat, kumarin, rifampisin, dan isoniazid. 4,17,26 Faktor lain yang berhubungan dengan defisiensi vitamin K adalah terlambatnya kolonisasi bakteri usus disebabkan oleh terlambatnya pemberian diet, ASI eksklusif, diare hebat, pemberian antibiotik terutama jangka lama. 2,27 Vitamin K sangat sedikit yang dapat melewati sawar plasenta, dimana kadar pada plasma ibu 1-2 µg/l sedangkan kadar pada tali pusat kurang dari 0,05 µg/l. 15 Kadar vitamin K pada ASI 1,5-2,1 µg/l, kolostrum 2,3 µg/l sedang pada susu formula 6 µg/l. Kombinasi berbagai keadaan ini menimbulkan gangguan hemostasis pada bayi baru lahir yang menyebabkan PDVK. 15,28, Klasifikasi dan Manifestasi Klinis PDVK Ada tiga bentuk perdarahan akibat defisiensi vitamin K yaitu, onset dini (early onset), bentuk klasik (classic disease), serta onset lambat (late onset). 4,30 1. Onset dini (early onset) terjadi 24 jam pertama setelah lahir. Merupakan bentuk yang sangat jarang. Biasanya berhubungan dengan obat obat yang dikonsumsi ibu selama hamil yang

22 mempengaruhi produksi vitamin K pada bayi baru lahir seperti golongan barbiturat, fenitoin, rifampisin, isoniazid, warfarin. Manifestasi perdarahan yang sering dari umbilikus, saluran cerna, hematoma sefal. Juga dapat terjadi perdarahan intrakranial. 2. Bentuk klasik (classic disease) dapat terjadi pada hari ke 2 sampai ke 7, biasanya terlihat pada bayi bayi dengan asupan yang tidak adekuat atau hanya mendapat air susu ibu dan tidak mendapat vitamin K profilaksis pada waktu lahir. Perdarahanyang terjadi biasanya dari bekas suntikan, sirkumsisi, saluran cerna, umbilikus, THT, umbilikus dan juga perdarahan intrakranial. 3. Onset lambat (late onset) terjadi pada 2 minggu pertama kehidupan sampai usia 6 bulan, dengan insiden tertinggi pada usia 4-8 minggu. Merupakan sekunder terhadap tidak adekuatnya asupan vitamin K ( bayi dengan ASI eksklusif ) atau menderita penyakit hepatobilier. Manifestasi klinis biasanya berat berupa perdarahan intrakranial (50%) dengan kematian %, dan 40 % yang bertahan mengalami cacat neurologis. Lokasi perdarahan lain bisa juga dari saluran cerna, kulit, THT, bekas suntikan, saluran kemih dan intratorakal Diagnosis PDVK Sama halnya dengan pendekatan diagnosis pada umumnya, diagnosis PDVK melalui tahapan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium. 9

23 Anamnesis difokuskan terhadap awitan perdarahan, lokasi perdarahan, pemberian ASI eksklusif atau formula, riwayat ibu minum obat-obatan terutama antikoagulan dan antikonvulsan, serta anamnesis untuk menyingkirkan kemungkinan lain. 9,22 Klinis berupa manifestasi perdarahan ringan sampai berat dengan berbagai komplikasinya. 4,10,14 Penting untuk diketahui adalah jika ditemukan bayi baru lahir dengan keadaan umum baik tetapi ada perdarahan segar dari mulut atau feses berdarah maka harus dibedakan apakah itu darah ibu yang tertelan saat persalinan atau dari saluran cerna bayi itu sendiri dengan melakukan uji Apt, warna merah muda menunjukkan darah bayi sedangkan warna coklat menunjukkan darah ibu. 29 Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk mendeteksi defisiensi vitamin K termasuk skrining perdarahan, pemeriksaan faktor pembekuan yang tergantung vitamin K, pemeriksaan kadar vitamin K secara direk atau indirek, dan pemeriksaan PIVKA II (protein induced by vitamin K antagonism or absence). 4 Pada skrining perdarahan dijumpai masa protrombin (PT) dan activated partial thromboplastin time (aptt) memanjang dengan kadar trombosit dan fibrinogen normal. 29 Pemeriksaan konsentrasi vitamin K dalam plasma dengan teknik Fluorometric Detection dimana kadar normal pada orang dewasa 0,55 μg/l. 31 Pemeriksaan status vitamin K total juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan metabolit aglycone dalam urine dengan teknik HPLC (High Performance Liquid Chromatography). 32

24 Beberapa literatur mengemukakan bahwa pemeriksaan vitamin K secara langsung tidak bermanfaat dalam menentukan diagnosis PDVK karena kadar vitamin K plasma pada bayi baru lahir normal rendah, disamping pemeriksaan ini membutuhkan waktu lama dan biaya mahal. 15,29 Pemeriksaan yang lebih spesifik untuk mengetahui defisiensi vitamin K adalah kadar PIVKA II plasma dimana kadar PIVKA II meningkat pada PDVK. 4 Pemeriksaan ini dikatakan sensitif serta mampu mendeteksi defisiensi vitamin K bahkan setelah terapi vitamin K dan adanya perbaikan masa protrombin. Adanya respon yang baik setelah pemberian vitamin K serta perbaikan nilai PT dapat dijadikan konfirmasi diagnosis Penatalaksanaan PDVK Bayi dengan PDVK segera diberikan vitamin K 1 secara subkutan atau intravena dengan dosis 0,5-1 mg, untuk kasus yang berat dapat diberikan 2 mg dua atau tiga dosis dengan interval 4-8 jam. 17 Respons yang cepat terjadi dalam 4-6 jam dengan berhentinya perdarahan dan membaiknya masa protrombin. 29 Pemberian secara intramuskuler tidak dianjurkan untuk pengobatan PDVK karena menyebabkan hematom yang besar pada tempat suntikan. Pemberian intravena harus hati-hati dengan kecepatan kurang dari 1 mg/menit karena dapat terjadi reaksi anafilaksis walaupun kasus ini jarang. 4,14 Pemberian secara oral efektif tetapi

25 perbaikan masa protrombin lebih lambat dibanding pemberian secara parenteral. 3 Selain pemberian vitamin K, bayi yang mengalami perdarahan luas juga harus mendapatkan fresh frozen plasma (FFP) 10 sampai 15 ml/kg berat badan. 14 Pada perdarahan yang hebat yang menyebabkan Hb turun di bawah 12 mg/dl dapat diberikan packed red cells (PRC). 29 Jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa seperti perdarahan intrakranial, untuk memperbaiki hemostasis secara cepat adalah dengan memberikan prothrombin complex-concentrates (PCCs). 3,14 Penatalaksanaan terhadap PDVK lebih ditujukan kepada pencegahan daripada pengobatan Pemberian Vitamin K Profilaksis Pencegahan terhadap PDVK dapat dilakukan sejak antenatal dengan pemberian vitamin K pada ibu hamil trimester ketiga, tetapi ini tidak efektif karena vitamin K yang dapat melewati sawar plasenta sangat sedikit (hanya 10% dari kadar pada ibu) sehingga cara ini tidak direkomendasikan lagi. 4,10 Saat ini yang direkomendasikan berbagai negara adalah pemberian vitamin K segera setelah lahir. 4 American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian vitamin K 1 terhadap semua bayi baru lahir 0,5 sampai 1 mg dosis tunggal intramuskuler, disamping itu AAP juga merekomendasikan pemberian secara oral namun perlu penelitian lebih lanjut tentang efektifitas, keamanan, serta dosis optimal vitamin K oral. 1 Sedangkan

26 Canadian Paediatric Society (CPS) merekomendasikan pemberian vitamin K 1 intramuskuler 0,5 mg untuk berat lahir 1500 gram atau kurang dan 1 mg untuk lebih dari 1500 gram pada semua bayi dalam 6 jam pertama setelah lahir. 6 National Health and Medical Research Council (NHMRC) merekomendasikan pemberian vitamin K (Konakion MM) di Australia, untuk bayi sehat 1 mg intramuskuler pada saat lahir atau vitamin K oral 2 mg (Konakion MM) saat lahir, diulang pada hari ketiga sampai kelima, dosis ketiga diberikan usia 4 minggu dengan dosis yang sama. 22 Di Jerman pemberian vitamin K profilaksis untuk bayi sehat yaitu 1 mg intramuskular atau subkutan dan 3 dosis oral masing-masing 1 mg diberikan saat lahir, hari ke-4 sampai 10, dan minggu ke-4 sampai Kemudian rekomendasi ini berubah menjadi 2 mg dengan jadwal pemberian saat lahir, hari ke-3 sampai ke-10, dan dosis ketiga minggu ke- 2 sampai 6. 4 Di Swedia dosis oral yang dianjurkan 1-2 mg, Switzerland 1-3 mg dengan dosis intramuskuler sama yaitu 1 mg. 4 Di Inggris pemberian vitamin K profilaksis berbeda antara satu unit pelayanan dengan lainnya, variasi ini antara lain cara pemberian (oral, intramuskuler, intravena), dosis ataupun frekuensi pemberian hal ini disebabkan antara lain karena permintaan orangtua, obat yang tidak mendapat lisensi, dan penelitian baru tentang PDVK. 10 Di Indonesia rekomendasi pemberian vitamin K profilaksis ini diajukan Health Technology Assesment (HTA) Departemen Kesehatan

27 (Depkes) RI tahun Rekomendasi yang diajukan HTA sebagai berikut: Semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K 1 2. Dosis yang diberikan 1 mg dosis tunggal IM atau oral 3 kali masingmasing 2 mg pada waktu lahir, umur 3-7 hari, dan saat bayi berumur 1-2 bulan 3. Untuk bayi yang lahir ditolong dukun diwajibkan pemberian vitamin K 1 secara oral 4. Ibu hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan harus mendapat vitamin K 5 mg sehari selama trimester ketiga atau 24 jam sebelum melahirkan diberikan vitamin K 10 mg/im, kepada bayinya diberikan vitamin K 1 mg IM dan diulang 24 jam kemudian. Masih terdapat kontroversi dari berbagai dosis dan cara pemberian vitamin K profilaksis ini Jenis Vitamin K Vitamin K bersifat larut dalam lemak, sehingga absorbsinya sangat tergantung pada garam empedu. 10 Diidentifikasi pertama kali oleh ahli biokimia Denmark tahun 1939, hal ini berawal dari penemuan adanya perdarahan yang terjadi pada ayam yang diberikan diet tanpa lemak. 14 Secara alamiah ada dua bentuk vitamin K: vitamin K 1 (phytonadione/phylloquinone) berasal dari diet sayuran berwarna hijau dan K 2 (menaquinone/menatetrenone) yang berasal dari sintesis flora

28 intestinal. Vitamin K 1 dan K 2 bersifat larut dalam lemak. Vitamin K 3 (menadione/ menadiol/ menadioldiacetate) yang dikonversi menjadi menaquinone di hati merupakan bentuk sintetis dari vitamin K yang bersifat larut dalam air, tetapi sudah tidak direkomendasikan lagi untuk diberikan karena menyebabkan anemia hemolitik dan ikterus. 10,28 Berikut ini struktur kimia dari vitamin K 1, K 2, dan K 3 : 33 Gambar 2.2. Struktur kimia vitamin K Kontroversi Pemberian Vitamin K Profilaksis Golding dkk pada penelitiannya di Royal Hospital for Sick Children, Bristol, tahun 1990 dan 1992 mendapatkan adanya hubungan antara pemberian vitamin K intramuskuler dengan peningkatan risiko kanker pada anak

29 dibandingkan dengan pemberian secara oral. 7,8 Hasil penelitian Golding ini banyak dibantah oleh peneliti lain. 4,10 Dari 10 penelitian case control, 7 diantaranya membantah adanya hubungan pemberian vitamin K profilaksis dengan peningkatan kejadian kanker pada anak, dan 3 lainnya menunjukkan hubungan yang lemah antara pemberian vitamin K intramuskuler dengan peningkatan risiko leukemia pada masa anak-anak. 4

30 2.4. KERANGKA KONSEPTUAL Riwayat ibu minum: - Antikonvulsan - Antikoagulan - Antituberkulosis ASI eksklusif Cukup bulan Risiko perdarahan (-) Risiko PDVK pada Bayi bayi Baru baru Lahir lahir -Diet tertunda -Diare -Antibiotik jangka lama -Kelainan hepatobilier Vitamin K profilaksis Prematur Risiko perdarahan (-) Gambar 2.3. Kerangka Konseptual

31 BAB 3. METODOLOGI 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini adalah uji klinis terbuka. Sampel dibagi atas dua kelompok secara consecutive sampling, kelompok pertama mendapat vitamin K 1 oral dan kelompok kedua mendapat vitamin K 1 secara intramuskuler 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah di ruang perinatologi Badan Layanan Umum Pirngadi Medan. Penelitian berlangsung dari bulan Februari 2006 sampai Juli Alur Penelitian Kelompok Perbaikan Bayi Randomisasi Oral masa Aterm Kelompok protrombin Intramuskuler Gambar 3.1. Alur penelitian

32 3.4 Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah semua bayi yang lahir selama periode penelitian di Badan Layanan Umum Pirngadi Medan dengan usia gestasi minggu. Pengambilan sampel secara consecutive sampling 3.5 Perkiraan Besar Sampel Besar sampel ditentukan dengan rumus rerata dua populasi independen 34 n 1 = n 2 = 2 (z α + zβ)s 2 (x 1 - x 2 ) S = simpang baku kedua kelompok = 5,8 4 x 1 - x 2 = perbedaan klinis yang diinginkan = 4,1 Bila ditetapkan α = 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%, maka: z α = deviat baku normal untuk α = 1,960 Bila β = 0,20 dan power = 0,80 maka: Zβ = deviat baku normal untuk β = 0,842 Sehingga diperoleh besar sampel 32 orang pada setiap kelompok 3.6. Kriteria Penelitian Kriteria inklusi 1. Usia gestasi minggu (skor New Ballad) 2. Berat badan lahir 2500 gram 3. Ibu merencanakan pemberian ASI eksklusif

33 4. Tidak ada asfiksia 5. Tidak dijumpai kelainan kongenital 6. Tidak ada riwayat pemberian antikoagulan atau antikonvulsan pada ibu Kriteria eksklusi 1. Mendapat antibiotika 2. Mendapat susu formula/makanan padat 3. Hiperbilirubinemia 3.7. Persetujuan / Inform Consent Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu mengenai kondisi penyakit yang dialami, pengobatan yang diberikan, dan efek samping pengobatan. formulir Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) dan draft penjelasan sebagaimana terlampir dalam tesis ini Cara Kerja Penelitian Data Maternal yang dicatat adalah identitas ibu, usia ibu, jumlah paritas, cara persalinan, berat badan ibu dan tekanan darah ibu. Berat badan bayi ditimbang dengan timbangan bayi merek TANITA dengan ketepatan sampai 0,05 kg, panjang badan diukur dengan stadiometer dengan ketepatan sampai 0,5 cm, suhu rektal dicatat dengan menggunakan termometer air raksa, dan dinilai skor Apgar bayi menit pertama dan

34 kelima. Kemudian diambil sampel darah sebanyak 3 ml dengan melakukan pungsi vena femoralis untuk dilakukan pemeriksaan darah rutin dan masa protrombin (PT). Pemeriksaan darah rutin dengan menggunakan automatic cell counter dari ABX Micros (France), sedangkan pemeriksaan masa protrombin dengan menggunakan Automated blood coagualation analyzer merek Sysmex Ca-50 (Japan). Diberikan vitamin K 1 (Phylloquinone=Phytonadione) 1 mg dosis tunggal intramuskular atau dua dosis oral vitamin K 1 (Kaywan, Eisai) masingmasing 2 mg bentuk pulvis yang diberikan melalui pipa nasogastrik bersamaan dengan pemberian ASI, 6-12 jam setelah bayi lahir. Dosis kedua oral diberikan jam setelah lahir. Pemeriksaan masa protrombin (PT) dilakukan sebelum pemberian vitamin K 1 dan diulang pemeriksaan PT pada hari ke empat. Bayi diamati sampai usia 6 bulan untuk melihat ada atau tidaknya manifestasi perdarahan Identifikasi Variabel Variabel Tidak Tergantung Pemberian vitamin K Variabel Tergantung Skala Nominal Skala - Usia kehamilan Numerik - Nilai PT Numerik - Manifestasi perdarahan Nominal - Diet bayi Nominal

35 Variabel Perancu Skala - Usia ibu Numerik - Riwayat ibu minum antikoagulan/antikonvulsan Nominal - Pemakaian antibiotik pada ibu/bayi Nominal Definisi Operasional - Masa protrombin adalah : waktu yang diperlukan untuk perubahan protrombin menjadi trombin - Bayi aterm adalah: bayi yang lahir dengan usia gestasi lebih atau sama dengan 37 minggu dan kurang atau sama dengan 42 minggu - Usia gestasi adalah : lamanya waktu sejak terjadinya konsepsi sampai saat kelahiran - ASI Eksklusif adalah : bayi hanya mendapatkan ASI sampai usia 6 bulan - Manifestasi perdarahan adalah : perdarahan yang terjadi pada sampel yang diamati sejak lahir sampai berusia 6 bulan berupa perdarahan dari talipusat, kulit, hidung, saluran pencernaan, perdarahan dari bekas suntikan, perdarahan otak dengan gejalanya seperti penurunan kesadaran, pucat dan setelah pemberian vitamin K terjadi perbaikan.

36 3.11. Pengolahan dan Analisis Data Data diolah dengan menggunakan program SPSS for WINDOWS 13 (SPSS Inc, Chicago). Perbedaan nilai rerata masa protrombin sebelum dan sesudah pemberian vitamin K 1 diuji dengan uji t dan jika distribusi data tidak normal digunakan Mann Whitney U test. Perbedaan dikatakan bermakna apabila nilai P<0.05 dengan tingkat kepercayaan 95%.

37 BAB 4. HASIL Selama periode penelitian didapatkan 70 bayi cukup bulan yang memenuhi kriteria yang dibagi kedalam kelompok oral dan intramuskuler. Sebanyak 36 bayi masuk kelompok IM dan sebanyak 34 bayi masuk kedalam kelompok oral. Dua bayi pada kelompok oral mengalami kuning 24 jam pertama dan didapatkan peninggian bilirubin darah, 4 bayi tidak diikutkan dalam analisis karena orangtua menolak diperiksa darah hari keempat. Tiga puluh dua bayi dari masing-masing kelompok dapat menyelesaikan penelitian (Gambar 4.1). n = 70 Oral 36 IM 34 Hiperbilirubinemia (2) Menolak diperiksa darah hari ke-4 (2) Menolak diperiksa darah hari ke-4 (2) n = 32 n = 32 Gambar 4.1. Profil penelitian

38 Data ibu dan bayi yang menjadi subyek penelitian terlihat pada tabel 4.1, dimana tidak terdapat perbedaan bermakna karakteristik ibu atau bayi pada kedua kelompok. Tabel 4.1. Karakteristik ibu dan bayi. Karakteristik Oral (n=32) ( x, SD) IM (n=32) ( x, SD) Ibu Umur (tahun) 30,91 (5,625) 31,13 (6,450) Berat badan (kg) 58,66 (5,090) 60,31 (6,453) Jumlah paritas 2,72 (1,764) 2,50 (1,566) Tekanan sistolik (mmhg) 125,00 (7,620) 128,28 (14,290) Tekanan diastolik (mmhg) 75,63 (6,189) 78,75 (6,720) Bayi Jenis Kelamin laki-laki(%) Berat badan (g) Panjang badan (cm) Suhu rektal ( 0 C) Apgar menit ke 1 Apgar menit ke 5 IM = intramuskuler 17 (53) 3303,13 (377,158) 50,44 (1,458) 36,72 (0,2615) 7,91 (0,734) 9,22 (0,608) 15 (47) 3281,25 (405,357) 49,75 (2,125) 36,55 (0,3852) 7,78 (1,807) 8,48 (1,338) Rerata kadar Hb, Ht, lekosit, trombosit, bayi terlihat pada tabel 4.2. Tidak terdapat perbedaan bermakna nilai Hb, Ht, lekosit, atau trombosit pada kedua kelompok yang diteliti. Tabel 4.2. Data hemogram bayi Hemogram Oral (n=32) ( x, SD) IM (n=32) ( x, SD) Hb (g/dl) 14,27 (2,11) 14,43 (1,98) Ht (%) 44,74 (6,90) 44,96 (6,71) Eritrosit (juta/mm 3 ) 4,14 (0,59) 4,17 (0,65) Lekosit (/mm 3 ) (6.72) (7.06) Trombosit (/mm 3 ) (74.50) (70.27) Hb = Hemoglobin Ht = hematokrit

39 Tabel 4.3. Hubungan antara nilai PT sebelum dan sesudah pemberian vitamin K 1 pada kelompok oral dan intramuskuler Oral (n=32) H 1 H 4 P IM (n=32) H 1 H 4 P ( x, SD) ( x, SD) ( x, SD) ( x, SD) PT(detik) 36,34 (20,03) 20,05 (7,35) ,96 (25,51) 19,38 (3,40) 0.01 PT = Prothrombin Time H 1 =Hari Pertama H 4 =Hari Keempat Rerata nilai PT sebelum dan sesudah pemberian vitamin K 1 pada kelompok oral dan intramuskuler ditunjukkan pada tabel 3. Rerata penurunan atau perbaikan nilai PT pada kelompok oral lebih besar dibanding kelompok intramuskuler, tetapi setelah diuji secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna penurunan nilai PT antara kedua kelompok (tabel 4.4.). Tabel 4.4. Perbandingan perbaikan nilai PT pada kelompok oral dengan intramuskuler sesudah pemberian vitamin K 1 Oral (n=32) ( x, SD) IM (n=32) ( x, SD) P PT (detik) 16,29 (7,35) 11,58 (10,62) 0,203 Setelah enam bulan pengamatan, tidak dijumpai manifestasi perdarahan baik onset dini, bentuk klasik, atau onset lambat pada kedua kelompok yang diteliti.

40 BAB 5. PEMBAHASAN Penggunaan vitamin K 1 oral untuk profilaksis PDVK semakin luas sejak dilaporkan adanya hubungan pemberian vitamin K 1 secara intramuskuler dengan peningkatan risiko kanker pada anak. 7,8,10 Walaupun laporan ini banyak dibantah dan sudah dibuktikan dengan sampel penelitian yang lebih besar oleh peneliti lain Rekomendasi AAP masih tetap pemberian vitamin K profilaksis secara intramuskuler dengan alasan belum ada vitamin K oral untuk profilaksis yang mendapat lisensi di Amerika. 1 Di Indonesia pemberian vitamin K 1 sebagai profilaksis terhadap risiko PDVK baru secara resmi direkomendasikan oleh Depkes RI melalui HTA tahun 2003 dengan merujuk kepada rekomendasi AAP dan bagaimana implementasi di lapangan belum ada laporan secara resmi apakah sudah diikuti oleh seluruh instansi terkait yang ada di Indonesia. 25 Pada penelitian ini dibandingkan pemberian dua dosis oral vitamin K 1 (masing-masing 2 mg) dengan pemberian vitamin K 1 dosis tunggal intramuskuler (1 mg) yang menjadi standar pemberian vitamin K profilaksis pada bayi baru lahir. Greer FR sudah membuktikan bahwa pemberian vitamin K 1 oral 2 mg tiga dosis dengan jadwal pemberian segera setelah lahir, hari ke tujuh dan hari ke 30 setelah lahir memberikan efektifitas yang sama atau lebih baik dibandingkan dengan pemberian profilaksis vitamin K 1 intramuskular 1 mg dosis tunggal. Greer dkk mendapatkan konsentrasi vitamin K 1 plasma

41 pada hari ke 56 lebih tinggi secara bermakna pada kelompok oral dibandingkan dengan kelompok IM. Tetapi tidak didapatkan perbedaan nilai PT pada kedua kelompok. 11 Pada penelitian ini hanya diberikan dua dosis oral vitamin K 1 (keduanya diberikan selama bayi masih berada di rumah sakit) dengan alasan tingkat kepatuhan terhadap pemberian tiga dosis oral sangat rendah. Ansell dkk pada suatu survey di Inggris menyimpulkan salah satu penyebab rendahnya kepatuhan terhadap pemberian secara oral adalah orangtua enggan untuk membawa anaknya kembali ke dokter atau bidan untuk mendapatkan dosis kedua atau ketiga. Sedangkan Croucher menyimpulkan kegagalan pemberian vitamin K 1 oral dosis kedua dan ketiga adalah karena tidak adanya lisensi terhadap preparat oral. 12,39 Pada penelitian ini tidak satupun dari sampel yang mengalami perdarahan baik onset dini, bentuk klasik ataupun onset lambat walaupun nilai PT pada saat lahir dua sampai tiga kali nilai normal pada orang dewasa dimana pada kelompok yang diteliti rerata nilai PT 36,34 (SD 20,03) detik pada kelompok oral dan 31,96 (SD 25,51) detik pada kelompok intramuskuler. Dikatakan bahwa nilai PT normal pada orang dewasa 12,4 (SD 1,55) detik. 4 Wariyar dkk pada observasinya terhadap pemberian vitamin K 1 profilaksis oral 1 mg dosis tunggal di Inggris mendapatkan 4 kasus PDVK onset lambat dari bayi yang diteliti, dari 4 kasus ini 2 tidak mendapatkan vitamin K 1 profilaksis dan 2 kasus menderita defisiensi α 1 antitrypsin. 40 Pereira dkk menyimpulkan bahwa

42 kegagalan pemberian vitamin K profilaksis oral adalah kelainan hepatobilier seperti kolestasis. Pereira dkk mendapatkan kadar vitamin K plasma lebih tinggi setelah pemberian vitamin K oral dibanding dengan suntikan pada bayi sehat. Dosis yang sama diberikan pada bayi dengan gangguan hepatobilier tidak mampu meningkatkan kadar vitamin K dalam plasma. 41 Hal ini juga dilaporkan oleh van Hasselt dkk pada penelitian di Belanda dan Denmark, dimana didapatkan perdarahan pada bayi-bayi dengan ASI eksklusif yang mendapatkan profilaksis vitamin K 1 oral 25 μg/hari pada bayi yang terdiagnosis sebagai atresia bilier, tidak dengan pemberian vitamin K 1 intramuskuler 2 mg saat lahir atau dosis oral vitamin K 1 1 mg/minggu. 42 Penelitian ini menitik beratkan risiko perdarahan oleh PDVK ini terhadap bayi yang mendapat ASI sejalan dengan program pemerintah tentang promosi ASI eksklusif. Walaupun data tentang kelainan ini belum ada secara pasti, beberapa peneliti memperkirakan risiko PDVK jauh lebih tinggi di negara berkembang dibanding negara maju karena hampir semua laporan tentang PDVK onset lambat berasal dari negara berkembang. 23,24,43 Masa protrombin diperiksa untuk menilai efek pemberian vitamin K terhadap faktor koagulasi, dimana pada penelitian ini didapatkan perubahan nilai PT pada kedua kelompok setelah pemberian vitamin K baik secara oral ataupun intramuskuler. Dikatakan bahwa nilai PT pada bayi baru lahir lebih rendah dibandingkan dengan anak dan dewasa. Hal ini sama dengan yang didapatkan oleh Greer dkk. 11 Pada penelitian ini

43 tidak diperiksa kadar PIVKA II atau konsentrasi vitamin K plasma karena tidak tersedianya pemeriksaan ini. Beberapa literatur menyatakan bahwa pemeriksaan PIVKA II sangat spesifik dan sensitif dalam mendiagnosis PDVK subklinik. 4,14 PIVKA II tidak terdeteksi pada bayi yang mendapat susu formula dan orang dewasa, tetapi sering ditemukan pada pada bayi yang mendapat ASI eksklusif dan tidak mendapatkan vitamin K profilaksis. 44,45 Walaupun pemeriksaan PIVKA II atau pemeriksaan kadar vitamin K plasma sangat bermanfaat untuk mendiagnosis PDVK, tetapi hanya nilai PT yang dikatakan berkorelasi dengan risiko terjadinya perdarahan. 14 Berbagai cara untuk mencegah terjadinya PDVK pada bayi pernah dilakukan seperti pemberian suplementasi pada ibu hamil dan menyusui, tetapi cara ini masih kontroversi. Pemerian pada ibu hamil tidak efektif karena sedikitnya vitamin K yang akan melewati sawar plasenta. 4 Pemberian suplementasi vitamin K pada ibu menyusui 5 mg/hari dapat meningkatkan kadar vitamin K plasma bayi sampai usia 12 minggu yang mendapatkan ASI eksklusif dengan catatan sudah mendapatkan profilaksis vitamin K 1 1 mg/im saat lahir. 46 Preparat oral yang digunakan pada penelitian ini adalah tablet vitamin K 1 (Kaywan, Eisai) yang dijadikan pulvis dan diberikan melalui pipa nasogastrik dan dilarutkan dengan ASI. Von Kries dkk mendapatkan bahwa pemberian oral mixed micellar vitamin K (preparat baru) tidak lebih baik dari pemberian oral old cremophor vitamin K (preparat lama) dengan

44 dosis 3 X 2 mg untuk mencegah VKDB onset lambat. 47 Penelitian di Inggris menyimpulkan bahwa tidak ada kesamaan cara atau dosis pemberian vitamin K pada klinik bersalin atau rumah sakit terhadap implementasi kebijakan pemberian vitamin K profilaksis pada bayi baru lahir. Alasan adanya perbedaan tersebut antara lain adalah penolakan dari orangtua bayi, preparat yang akan diberikan tidak mendapat lisensi, serta penemuan terbaru tentang profilaksis terhadap PDVK. 39,48 Pada penelitian ini perubahan nilai PT pada kelompok oral lebih baik dibanding kelompok intramuskuler namun setelah diuji secara statistik tidak didapatkan perbedaan secara bermakna pada kedua kelompok. Sama dengan yang disimpulkan oleh Greer dkk dimana dibuktikan bahwa konsentrasi vitamin K plasma setelah pemberian oral lebih tinggi dibanding dengan pemberian secara intramuskuler dan demikian pula dengan perbaikan terhadap faal hemostasis. 11 Crowther dkk yang membandingkan nilai PT dengan menggunakan INR (International Normalized Ratio) setelah pemberian vitamin K 1 secara oral dengan subkutan dosis yang sama menyimpulkan bahwa penurunan nilai INR lebih cepat pada kelompok oral dibandingkan subkutan. 49

45 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian ini dapat kami simpulkan bahwa pemberian vitamin K 1 oral dosis multipel sama efeknya dengan dosis tunggal intramuskuler terhadap perbaikan masa protrombin pada bayi aterm dan pemberian vitamin K 1 oral dosis multipel sama efektifnya dengan dosis tunggal intramuskuler dalam mencegah PDVK onset lambat 5.2 Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat efektifitas pemberian vitamin K profilaksis secara oral sehingga dapat dijadikan alternatif profilaksis terhadap PDVK pada bayi baru lahir. Diperlukan sosialisasi pemberian vitamin K lebih luas dan rekomendasi yang tegas sehingga dapat diikuti oleh seluruh institusi yang ada di Indonesia.

46 RINGKASAN Bayi baru lahir mengalami defisiensi faktor pembekuan yang tergantung vitamin K, hal ini disebabkan berbagai alasan antara lain rendahnya cadangan vitamin K pada saat lahir, kadar vitamin K yang rendah pada air susu ibu, prematuritas, bayi yang lahir dari ibu yang mendapat antikonvulsi atau antikoagulan, terlambatnya kolonisasi bakteri usus disebabkan oleh terlambatnya pemberian diet, ASI eksklusif, diare hebat, serta pemberian antibiotik terutama jangka lama. Manifestasi klinis berupa perdarahan ringan hingga berat. Penatalaksanaan lebih ditujukan kepada profilaksis. Profilaksis terhadap kelainan ini adalah berdasarkan rekomendasi AAP yaitu pemberian vitamin K 1 1 mg intramuskuler, tetapi cara ini bersifat invasif. Pemberian profilaksis secara oral lebih aman, murah, dan tidak invasif. Pemberian tiga dosis oral vitamin K sama efektifnya dengan dosis tunggal intramuskuler dalam mencegah semua bentuk PDVK. Kepatuhan terhadap tiga dosis ini rendah. Penelitian ini membandingkan dua dosis oral vitamin K 1 (Kaywan, Eisai) dengan dosis tunggal intramuskuler (phylloquinone). Tidak terdapat perbedaan bermakna perubahan masa protrombin antara dua kelompok. Tidak dijumpai manifestasi perdarahan pada kedua kelompok yang diteliti. Kepatuhan terhadap dua dosis ini lebih baik dan mencegah semua onset PDVK.

47 SUMMARY Newborn baby is born with low level of vitamin K dependent coagulation factors, this drop is caused by low body stores vitamin K at birth, low level in human milk, prematurity, maternal anticoagulants and anticonvulsants, delay the colonization of the gut, breastfeeding, severe diarrhea, and antibiotics. Clinical manifestation from mild to severe bleeding. Management is prophylactic rather than therapeutic. Prophylaxis to this bleeding problem is recommended by AAP with 1 mg vitamin K 1 intramuscular at birth, but this is an invasive procedure. Oral administration of vitamin K is effective, less expensive, and less traumatic than intramuscular. Three dose oral prophylaxis were as efective as single dose intramuscular in preventing all onset of VKDB. Compliance with such regimen is poor. This study compare two dose oral vitamin K 1 (Kaywan,Eisai) with single dose intramuscular (Phylloquinone).No significant differences prothrombin time changes between the two regimen. We did not find any kind of bleeding in two study groups. We suggest that compliance with two oral dose higher than three oral and can prevent all onset of VKDB.

48 DAFTAR PUSTAKA 1. American Academy of Pediatric, Committee on Fetus and Newborn. Controversies concerning vitamin K and the newborn. Pediatrics 2003; 112: Rennie JM, Roberton NR. Coagulation disorders. Dalam: Rennie JM, Roberton NR, penyunting. Textbook of neonatology. Edisi ke-3. Edinburgh: Churchill, h Lubis B. Therapy and prophylaxis of vitamin K. Dalam: Garna H, Nataprawira HMD, editor. Proceedings book KONIKA XIII. Bandung: Kongres Ilmu Kesehatan Anak XIII, 2005: Andrew M. Developmental hemostasis: relevans to newborn and infants. Dalam: Nathan GD, Orkin SH, penyunting. Nathan and Oski s hematology of infancy and childhood. Edisi ke-5. Philadelphia: WB Saunders, h McNinch AW, Upton C, Samuels M, Shearer MJ, McCarthy P, Tripp JH, dkk. Plasma concentrations after oral or intramuscular vitamin K 1 in neonates. Arch Dis Child. 1985; 60: Canadian Paediatrics Society. Routine administration of vitamin K to newborns. J Paediatr Child Health. 1997; 6: Golding J, Paterson M, Kinlen LJ. Factors associated with childhood cancer in national cohort study. Br J Cancer.1990; 62: Golding J, Greenwood R, Birmingham K, Mott M. Childhood cancer, intramuscular vitamin K, and pethidin giving labour. BMJ. 1992; 305: Raspati H, Reniarti L, Susanah S. Hemorrhagic disease of the newborn. Dalam: Permono B, Sutaryo, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku ajar hematologi-onkologi anak. Jakarta: IDAI, h Puckett RM, Offringa M. Prophylactic vitamin K for vitamin K deficiency bleeding in neonates (Rev). Dalam: The Cochrane Library. Chichester UK: John Wiley & Sons, Greer FR, Marshall SP, Severson RR, Smith DA, Shearer MJ, Pace DG, dkk. A new mixed micellar preparation for oral vitamin K prophylaxis: randomized controlled comparison with an intramuscular formulation in breast fed infants. Arch Dis Child. 1998; 79: Croucher C, Azzopardi D. Compliance with recommendations for giving vitamin K to newborn infants. BMJ. 1994; 308: von Kries R, Hachmeister A, Gobel U. Repeated oral vitamin K prophylaxis in West Germany: acceptance and efficacy. BMJ. 1995; 310: Chalmers EA, Gibson BE. Acquired disorders of hemostasis during childhood. Dalam: Lilleyman JS, Hann IM, Blanchette VS,

49 penyunting. Pediatric hematology, edisi ke-2. London: Churchill; h Lanzkowsky P. Manual of pediatric hematology and oncology. Edisi ke-2. New York: Churchill Livingstone, h Manco-Johnson MJ. Hemostasis in the neonate. NeoReviews. 2008; 9(3): Bithell TC. Acquired coagulation disorder. Dalam: Lee GR, Bithell TC, Foerster J, Athens JW, Lukens JN. Wintrobe s clinical hematology, penyunting. Edisi ke-9. Philadelphia: Lea & Febiger; h Avery ME, Taeusch HW. Bleeding disorders in the newborn infant. Dalam: Schaffer s diseases of the newborn, penyunting. Edisi ke-5. Philadelphia: Saunders,1984. h Sugiura I, Furie B, Walsh CT, Furie BC. Propeptide and glutamatecontaining substrates bound to the vitamin K-dependent carboxylase convert its vitamin K epoxidase function from an inactive to an active state. Proc Natl Acad Sci. 1997; 94: Furie B, Bouchard BA, Furie BC. Vitamin K-dependent biosynthesis of γ-carboxyglutamic acid (rev). Blood. 1999; 93: Suttie JW. Sintesis of vitamin K-dependent proteins. FASEB J. 1993; 7: National Health and Medical Research Council, Joint statement and recommendations on vitamin K administration to newborn infants to prevent vitamin K deficiency bleeding in infancy. Aust Paediatr J. 2001; 117: Newton-Sanchez OA, Basurto-Celaya G, Richardson V, Gerson JB. Hemorrhagic disease of the newborn, a resurgent disease implications for prevention. Salud publica de mexico. 2002; 44: Danielsson N, Hoa DP, Thang NV, Vos T, Loughman PM. Intracranial haemorrhage due to late onset vitamin K deficiency bleeding in Hanoi province, Vietnam. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed. 2004; 89: Health Technology Assesment Indonesia. Pemberian profilaksis vitamin K pada bayi. Konvensi Perdana HTA. Depkes RI: Jakarta, Hey E. Effect of maternal anticonvulsant treatment on neonatal blood coagulation. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed. 1999; 81: Canfield LM, Hopkinson JM, Lima AF, Silva B, Cutberto G. Vitamin K in colostrum and mature human milk over the lactation period-a cross sectional study. Am J Clin Nutr. 1991; 53: Haroon Y, Shearer MJ, Rahim S, Gunn WG, McEnery G, Barkhan P. The content of phylloquinone (vitamin K 1 ) in human milk, cows milk and infant formula foods determined by high-performance liquid chromatography. J Nutr. 1982; 112:

Penyakit perdarahan pada bayi baru lahir dapat

Penyakit perdarahan pada bayi baru lahir dapat Artikel Asli Perbandingan Pemberian Vitamin K Dosis Tunggal Intramuskular pada Bayi Prematur dan Aterm Terhadap Masa Protrombin Asrul, Nancy Ervani, Bugis M Lubis, Emil Azlin, Lily Emsyah*, Bidasari Lubis,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL ANAK PENDERITA HEMOFILIA DENGAN ANAK YANG NORMAL

PERBANDINGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL ANAK PENDERITA HEMOFILIA DENGAN ANAK YANG NORMAL TESIS PERBANDINGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL ANAK PENDERITA HEMOFILIA DENGAN ANAK YANG NORMAL ANDY SANCE KOSMAN PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK) dilaporkan antara 0,25 sampai 1,7%, di Inggris 10 kasus dari 27 penderita atau sebesar 37%, dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENONTON TELEVISI DAN PRESTASI AKADEMIK ANAK USIA SEKOLAH

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENONTON TELEVISI DAN PRESTASI AKADEMIK ANAK USIA SEKOLAH HUBUNGAN ANTARA LAMA MENONTON TELEVISI DAN PRESTASI AKADEMIK ANAK USIA SEKOLAH TESIS ARMILA RAMADHANI IKA /067103004 PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

MANFAAT AMITRIPTILIN DALAM PENGOBATAN DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA REMAJA

MANFAAT AMITRIPTILIN DALAM PENGOBATAN DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA REMAJA MANFAAT AMITRIPTILIN DALAM PENGOBATAN DISPEPSIA FUNGSIONAL PADA REMAJA TESIS INDRA MUSTAWA O87103031/IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO TERJADINYA EPILEPSI PADA ANAK PALSI SEREBRAL TESIS

FAKTOR RISIKO TERJADINYA EPILEPSI PADA ANAK PALSI SEREBRAL TESIS FAKTOR RISIKO TERJADINYA EPILEPSI PADA ANAK PALSI SEREBRAL TESIS MEGA OKTARIENA SYAFENDRA 107103038/IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL ANAK PENDERITA HEMOFILIA DENGAN ANAK YANG NORMAL

PERBANDINGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL ANAK PENDERITA HEMOFILIA DENGAN ANAK YANG NORMAL TESIS PERBANDINGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL ANAK PENDERITA HEMOFILIA DENGAN ANAK YANG NORMAL ANDY SANCE KOSMAN PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS FOTOTERAPI TUNGGAL DIBANDINGKAN FOTOTERAPI GANDA PADA NEONATUS DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA INDIREK TESIS

EFEKTIVITAS FOTOTERAPI TUNGGAL DIBANDINGKAN FOTOTERAPI GANDA PADA NEONATUS DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA INDIREK TESIS EFEKTIVITAS FOTOTERAPI TUNGGAL DIBANDINGKAN FOTOTERAPI GANDA PADA NEONATUS DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA INDIREK TESIS NANDA SUSANTI MILYANA 067103013/ IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai antikoagulan oral untuk terapi tromboembolisme vena dan untuk mencegah emboli sistemik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian Gastroenterologi, nutrisi metabolik dan perinatologi. 4.2. Tempat dan waktu

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test design sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi akibat perlakuan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak subbagian Perinatologi dan Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Neurologi dan Sub Bagian Infeksi dan Penyakit Tropik. 3.2. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada

BAB I PENDAHULUAN. sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan ekstrauterin. Secara normal, neonatus aterm akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan ekstrauterin. Secara normal, neonatus aterm akan mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penurunan berat badan neonatus pada hari-hari pertama sering menjadi kekhawatiran tersendiri bagi ibu. Padahal, hal ini merupakan suatu proses penyesuaian fisiologis

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KADAR TIMBAL DARAH DENGAN NILAI IQ PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

KORELASI ANTARA KADAR TIMBAL DARAH DENGAN NILAI IQ PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR TESIS KORELASI ANTARA KADAR TIMBAL DARAH DENGAN NILAI IQ PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR NOPITA HIDAYAH 127041009 / IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM. 1. Prof. dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) 6. dr. Hj. Beby Syofiani Hasibuan, SpA

LAMPIRAN. Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM. 1. Prof. dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) 6. dr. Hj. Beby Syofiani Hasibuan, SpA LAMPIRAN 1. Personil Penelitian 1. Ketua Penelitian Nama : dr. Nelly Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM 2. Anggota Penelitian 1. Prof. dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) 2. dr. H.

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Viskositas Darah Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap resistensi aliran darah. Viskositas darah tergantung beberapa faktor, dimana

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS Renaldi, 2013 Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : dr. Indahwaty,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS KOMBINASI ZINK-PROBIOTIK DENGAN ZINK TUNGGAL DALAM MENGURANGI KEPARAHAN DIARE AKUT

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS KOMBINASI ZINK-PROBIOTIK DENGAN ZINK TUNGGAL DALAM MENGURANGI KEPARAHAN DIARE AKUT PERBANDINGAN EFEKTIVITAS KOMBINASI ZINK-PROBIOTIK DENGAN ZINK TUNGGAL DALAM MENGURANGI KEPARAHAN DIARE AKUT TESIS MUHAMMAD HATTA 067103009/IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

TESIS HUBUNGAN SCREENTIME DENGAN STATUS OBESITAS PADA REMAJA

TESIS HUBUNGAN SCREENTIME DENGAN STATUS OBESITAS PADA REMAJA TESIS HUBUNGAN SCREENTIME DENGAN STATUS OBESITAS PADA REMAJA ROSE GRAND CHEN 117041003/IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya subbagian Perinatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

PENJELASAN MENGIKUTI PENELITIAN

PENJELASAN MENGIKUTI PENELITIAN Lampiran 1 PENJELASAN MENGIKUTI PENELITIAN Yth. Bapak / Ibu. Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri, saya dokter..., bertugas di Divisi Perinatologi Departemen Iimu Kesehatan Anak FK USU/RSUP H. ADAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di

BAB I PENDAHULUAN. Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di dalam sisitem retikuloendotelial. Mayoritas bilirubin diproduksi dari protein yang mengandung heme

Lebih terperinci

LAMPIRAN. b. NIP : e. Fakultas / Program Studi : Kedokteran / PPDS IKA

LAMPIRAN. b. NIP : e. Fakultas / Program Studi : Kedokteran / PPDS IKA LAMPIRAN 1. Personal Penelitian 1. Ketua Penelitian a. Nama : dr.ira silvia b. NIP : 197810192005042001 c. Pangkat/ Golongan : Penata Tk I / IIId d. Bidang keahlian : Divisi Perinatologi e. Fakultas /

Lebih terperinci

ABSTRAK. HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN

ABSTRAK. HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN ABSTRAK HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN Exaudi C.P Sipahutar, 2013 Pembimbing 1 : dr. Fenny,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak. awal Maret 2016 sampai dengan jumlah sampel terpenuhi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak. awal Maret 2016 sampai dengan jumlah sampel terpenuhi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Perinatologi dan Neurologi. 4.. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 36 pasien yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum

BAB I PENDAHULUAN. bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum mengalami

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN RADIODERMATITIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN JANUARI AGUSTUS Oleh : MUHAMMAD FACHRUL ROZI LUBIS

KARAKTERISTIK PASIEN RADIODERMATITIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN JANUARI AGUSTUS Oleh : MUHAMMAD FACHRUL ROZI LUBIS KARAKTERISTIK PASIEN RADIODERMATITIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN JANUARI 2014- AGUSTUS 2015 Oleh : MUHAMMAD FACHRUL ROZI LUBIS 120100056 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana bilirubin berasal dari penguraian protein dan heme. 13 Kadar

Lebih terperinci

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter?

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter? Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter? Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU 1 Kuning/jaundice pada bayi baru lahir atau disebut

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK JUS PAPRIKA (Capsicum annuum L. annuum) TERHADAP WAKTU PEMBEKUAN DARAH PRIA DEWASA NORMAL

ABSTRAK. EFEK JUS PAPRIKA (Capsicum annuum L. annuum) TERHADAP WAKTU PEMBEKUAN DARAH PRIA DEWASA NORMAL ABSTRAK EFEK JUS PAPRIKA (Capsicum annuum L. annuum) TERHADAP WAKTU PEMBEKUAN DARAH PRIA DEWASA NORMAL Yuliana, 2007. Pembimbing I : Pinandojo Djojosoewarno, dr., drs., AIF. Pembimbing II : Rosnaeni, dra.,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi, penyakit metabolik dan perinatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1

Lebih terperinci

HUBUNGAN MIGREN TERHADAP TERJADINYA GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA TESIS LINA WATY /IKA

HUBUNGAN MIGREN TERHADAP TERJADINYA GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA TESIS LINA WATY /IKA HUBUNGAN MIGREN TERHADAP TERJADINYA GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA TESIS LINA WATY 087103004/IKA PROGRAM MAGISTER KLINIS SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix

Lebih terperinci

TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Biomedik

TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Biomedik 1 PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN ERITROMISIN PROFILAKSIS ORAL DOSIS 2 mg/kgbb, 5 mg/kgbb DAN 10 mg/kgbb TERHADAP WAKTU MENCAPAI NUTRISI ENTERAL PENUH PADA BAYI KURANG BULAN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN BAYI BARU LAHIR DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RSUP H.ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh : PRIYA DARISHINI GUNASEGARAN

GAMBARAN BAYI BARU LAHIR DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RSUP H.ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh : PRIYA DARISHINI GUNASEGARAN GAMBARAN BAYI BARU LAHIR DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RSUP H.ADAM MALIK PADA TAHUN 2011 Oleh : PRIYA DARISHINI GUNASEGARAN 090100399 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 GAMBARAN BAYI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ikterus merupakan perubahan warna kuning pada kulit, jaringan mukosa,

BAB I PENDAHULUAN. Ikterus merupakan perubahan warna kuning pada kulit, jaringan mukosa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikterus merupakan perubahan warna kuning pada kulit, jaringan mukosa, sklera dan organ lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin dalam darah sehingga menjadi

Lebih terperinci

Perbedaan Kadar Hemoglobin dan Hematokrit Bayi Baru Lahir Akibat Perbedaan Waktu Penjepitan Tali Pusat

Perbedaan Kadar Hemoglobin dan Hematokrit Bayi Baru Lahir Akibat Perbedaan Waktu Penjepitan Tali Pusat 78 Artikel Penelitian Perbedaan Kadar Hemoglobin dan Hematokrit Bayi Baru Lahir Akibat Perbedaan Waktu Penjepitan Tali Pusat Nuriah Arma 1, Yanwirasti 2, Lisma Evareny 3 Abstrak Bayi baru lahir memiliki

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta ekskresi. Bilirubin merupakan katabolisme dari heme pada sistem retikuloendotelial.

Lebih terperinci

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik : anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah merah yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN DIABETES MELITUS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh : ANNISA DWI ANDRIANI

HUBUNGAN DIABETES MELITUS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh : ANNISA DWI ANDRIANI HUBUNGAN DIABETES MELITUS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012 Oleh : ANNISA DWI ANDRIANI 090100056 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 HUBUNGAN DIABETES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH KHAIRUNNISAK Mahasiswi D-III Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan memberikan perubahan yang besar terhadap tubuh seorang ibu hamil. Salah satu perubahan yang besar yaitu pada sistem hematologi. Ibu hamil sering kali

Lebih terperinci

PERBEDAAN KARAKTERISTIK KLINIS PADA ANAK SAKIT PERUT BERULANG DENGAN DAN TANPA RIWAYAT KELUARGA SAKIT PERUT BERULANG

PERBEDAAN KARAKTERISTIK KLINIS PADA ANAK SAKIT PERUT BERULANG DENGAN DAN TANPA RIWAYAT KELUARGA SAKIT PERUT BERULANG TESIS PERBEDAAN KARAKTERISTIK KLINIS PADA ANAK SAKIT PERUT BERULANG DENGAN DAN TANPA RIWAYAT KELUARGA SAKIT PERUT BERULANG SISCA KARTIKA DEWI 107103009 / IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Hasil Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi September hingga

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Hasil Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi September hingga 34 BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi September hingga November 2014 dengan jumlah sampel sebanyak 82 orang. Data yang dianalisis berasal dari

Lebih terperinci

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP dr. Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Gambaran Perdarahan Intrakranial pada Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK) di RSUP Dr. M. Djamil

Gambaran Perdarahan Intrakranial pada Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK) di RSUP Dr. M. Djamil 379 Artikel Penelitian Gambaran Perdarahan Intrakranial pada Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK) di RSUP Dr. M. Djamil Rizka Hanifa 1, Iskandar Syarif 2, Yusri Dianne Jurnalis 2 Abstrak Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat ketidak matangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, badan kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. akibat ketidak matangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, badan kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi prematur merupakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan < 32 minggu, mempunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian nefrologi. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang Lingkup Tempat Semarang.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Subbagian Nutrisi dan Penyakit Metabolik serta Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET YANG MENGANDUNG XYLITOL TERHADAP CURAH DAN ph SALIVA PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN TERAPI AMLODIPINE

PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET YANG MENGANDUNG XYLITOL TERHADAP CURAH DAN ph SALIVA PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN TERAPI AMLODIPINE PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET YANG MENGANDUNG XYLITOL TERHADAP CURAH DAN ph SALIVA PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN TERAPI AMLODIPINE LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

TESIS PERBANDINGAN DIAMETER INDURASI UJI MANTOUX PADA ANAK KONTAK SERUMAH DENGAN TUBERKULOSIS DEWASA BTA POSITIF DAN NEGATIF WARDAH / IKA

TESIS PERBANDINGAN DIAMETER INDURASI UJI MANTOUX PADA ANAK KONTAK SERUMAH DENGAN TUBERKULOSIS DEWASA BTA POSITIF DAN NEGATIF WARDAH / IKA TESIS PERBANDINGAN DIAMETER INDURASI UJI MANTOUX PADA ANAK KONTAK SERUMAH DENGAN TUBERKULOSIS DEWASA BTA POSITIF DAN NEGATIF WARDAH 097103006 / IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case 64 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case control, dimana kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol berdasarkan status

Lebih terperinci

ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005

ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005 ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005 Astri Maulani, 2007; Pembimbing I: Bambang Hernowo, dr.,sp.a.,m.kes. Pembimbing

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : PUTRI RAHMITASARI J

Diajukan Oleh : PUTRI RAHMITASARI J PERBEDAAN FREKUENSI DIARE ANTARA BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN BAYI YANG DIBERI SUSU FORMULA PADA RENTANG USIA 2-4 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLATEN TENGAH SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2016

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2016 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2016 Chetrine Andiani, 2016, Pembimbing I : Cindra Paskaria, dr., MKM. Pembimbing II

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN SUPLEMEN ZAT BESI DENGAN PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III. Oleh: YURI SHABRINA SUSANI

HUBUNGAN PEMBERIAN SUPLEMEN ZAT BESI DENGAN PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III. Oleh: YURI SHABRINA SUSANI HUBUNGAN PEMBERIAN SUPLEMEN ZAT BESI DENGAN PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III Oleh: YURI SHABRINA SUSANI 120100355 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 HUBUNGAN

Lebih terperinci

PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh : AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK

PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh : AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009 Oleh : AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK 070100463 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER KETIGA DI RSUP H. ADAM MALIK TAHUN Oleh : SUJITHA MUNAIDY

KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER KETIGA DI RSUP H. ADAM MALIK TAHUN Oleh : SUJITHA MUNAIDY KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER KETIGA DI RSUP H. ADAM MALIK TAHUN 2009 Oleh : SUJITHA MUNAIDY 070100270 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional). 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi menurut WHO ( World Health Organization)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, disiplin ilmu yang dipakai adalah obstetri dan ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang/FK Universitas Diponegoro, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi. 4.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

ABSTRAK. PERBANDINGAN KADAR PROTHROMBIN TIME (PT) DAN ACTIVATED PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME (aptt) ANTARA PASIEN HIPERTENSI DAN NOMOTENSI

ABSTRAK. PERBANDINGAN KADAR PROTHROMBIN TIME (PT) DAN ACTIVATED PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME (aptt) ANTARA PASIEN HIPERTENSI DAN NOMOTENSI ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR PROTHROMBIN TIME (PT) DAN ACTIVATED PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME (aptt) ANTARA PASIEN HIPERTENSI DAN NOMOTENSI Shendy Rozalina, 2016 Pembimbing 1: dr. Adrian Suhendra, Sp.PK.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi. Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Rowosari, Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi. Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Rowosari, Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi 2. Ilmu Gizi, khususnya perhitungan asupan energi dan pengukuran status gizi antropometri 3.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendengaran adalah salah satu indera yang memegang peran sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendengaran adalah salah satu indera yang memegang peran sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendengaran adalah salah satu indera yang memegang peran sangat penting karena perkembangan bicara sebagai komponen utama komunikasi. Kesehatan indera pendengaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar

BAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari presentil

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERUBAHAN BERAT BADAN NEONATUS DENGAN KADAR BILIRUBIN HARI KETIGA DAN BILIRUBIN AKHIR MINGGU PERTAMA

HUBUNGAN PERUBAHAN BERAT BADAN NEONATUS DENGAN KADAR BILIRUBIN HARI KETIGA DAN BILIRUBIN AKHIR MINGGU PERTAMA HUBUNGAN PERUBAHAN BERAT BADAN NEONATUS DENGAN KADAR BILIRUBIN HARI KETIGA DAN BILIRUBIN AKHIR MINGGU PERTAMA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 11 Waktu : 50 menit Pokok bahasan : 1. Hemostasis (Lanjutan) Subpokok bahsan : a. Evaluasi hemostasis di laboratorium. b. Interpretasi hasil

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr. Kariadi/FK Undip Semarang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang. Indonesia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang. Indonesia. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup Anak. Disiplin ilmu yang digunakan dalam ini adalah Ilmu Kesehatan 4.2 Tempat dan waktu Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang Indonesia. Ruang

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Dian Puspita

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi / FK UNDIP Semarang. 4.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Heatlh Organization 40% kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan

Lebih terperinci

PENGARUH INTERVENSI MUSIK KLASIK MOZART DIBANDING MUSIK INSTRUMENTAL POP TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DENTAL PASIEN ODONTEKTOMI

PENGARUH INTERVENSI MUSIK KLASIK MOZART DIBANDING MUSIK INSTRUMENTAL POP TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DENTAL PASIEN ODONTEKTOMI PENGARUH INTERVENSI MUSIK KLASIK MOZART DIBANDING MUSIK INSTRUMENTAL POP TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DENTAL PASIEN ODONTEKTOMI LAPORAN AKHIR HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN HAND HYGIENE TENAGA KESEHATAN DAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN KEPATUHAN HAND HYGIENE TENAGA KESEHATAN DAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN HAND HYGIENE TENAGA KESEHATAN DAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran GISELA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: prevalensi, anemia, kelahiran prematur, bayi berat lahir rendah. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: prevalensi, anemia, kelahiran prematur, bayi berat lahir rendah. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PREVALENSI ANEMIA PADA WANITA HAMIL DENGAN KELAHIRAN PREMATUR DAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2012 Wima, 2014 Pembimbing 1: dr. Dani,

Lebih terperinci

163 Acquired Prothrombin Complex Deficiency (APCD)

163 Acquired Prothrombin Complex Deficiency (APCD) 163 Acquired Prothrombin Complex Deficiency () Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 60 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 120 menit (coaching session) Sesi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS Oleh : ABDUL RAHIM B ABDUL RAUF 100100283 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Rawat inap ulang merupakan masalah kesehatan yang penting. Hal ini disebabkan karena morbiditas yang bermakna dan mempengaruhi pembiayaan kesehatan yang meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap pasangan suami istri. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat

Lebih terperinci

UJI DIAGNOSTIK PROTEINURIA MENGGUNAKAN ASAM SULFOSALISILAT 20% DIBANDINGKAN DENGAN SPEKTROFOTOMETER TESIS JEANIDA MAULIDDINA /IKA

UJI DIAGNOSTIK PROTEINURIA MENGGUNAKAN ASAM SULFOSALISILAT 20% DIBANDINGKAN DENGAN SPEKTROFOTOMETER TESIS JEANIDA MAULIDDINA /IKA UJI DIAGNOSTIK PROTEINURIA MENGGUNAKAN ASAM SULFOSALISILAT 20% DIBANDINGKAN DENGAN SPEKTROFOTOMETER TESIS JEANIDA MAULIDDINA 067103005/IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY Y DENGAN ASFIKSIA RINGAN DISERTAI KAPUT SUKSEDANEUM DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY Y DENGAN ASFIKSIA RINGAN DISERTAI KAPUT SUKSEDANEUM DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY Y DENGAN ASFIKSIA RINGAN DISERTAI KAPUT SUKSEDANEUM DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kongenital faktor koagulasi di dalam darah. Penyakit ini diturunkan secara X-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kongenital faktor koagulasi di dalam darah. Penyakit ini diturunkan secara X- 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hemofilia adalah gangguan koagulasi yang disebabkan defisiensi kongenital faktor koagulasi di dalam darah. Penyakit ini diturunkan secara X- linked recessive

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci