SEMESTER 2 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP 2006 & K-13

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEMESTER 2 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP 2006 & K-13"

Transkripsi

1 Kurikulum 2006/2013 Sejarah Kelas XII PROSES BERAKHIRNYA PEMERINTAHAN ORDE BARU DAN TERJADINYA REFORMASI SEMESTER 2 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KTSP 2006 & K-13 Peminatan Standar Kompetensi 2. Menganalisis proses berakhirnya pemerintah Orde Baru dan terjadinya reformasi. Kompetensi Dasar 2.2 Menganalisis proses berakhirnya pemerintah Orde Baru dan terjadinya reformasi. 2.3 Menganalisis perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan masyarakat di Indonesia pada masa reformasi. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami proses berakhirnya pemerintahan Orde Baru. 2. Memahami awal reformasi. 3. Memahami ciri pokok masa reformasi.

2 A. Berakhirnya Pemerintahan Orde Baru 1. Faktor Munculnya Reformasi Reformasi di Indonesia menjadi sebuah gerakan yang meluas pada Secara umum, adanya gerakan reformasi menuntut perbaikan di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini dilatarbelakangi kebablasan dari tekad pemerintah Orde Baru yang pada awalnya ingin melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Namun, ketika memegang kekuasaan, timbul keinginan untuk mempertahankan status quo (berkuasa secara terus-menerus). Kemudian, berujung pada kekuasaan atau pemerintahan otoriter. Akibatnya, terjadinya berbagai penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945 untuk melindungi kepentingan penguasa. Walaupun pemerintah Orde Baru telah melaksanakan pembangunan di Indonesia, hal itu didasari oleh utang luar negeri serta praktik korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) yang merajalela di Indonesia. Pengaruh ini sangat terasa pada masyarakat Indonesia ketika Indonesia terkena dampak krisis moneter di Asia yang berlangsung sejak Munculnya tuntutan reformasi bermula dari adanya krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi. Akibatnya tatanan ekonomi rusak, pengangguran meningkat, dan kemiskinan merajalela. Dampak langsung dari krisis adalah makin pudarnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah Orde Baru. Dalam kondisi yng kacau tersebut muncul gerakan reformasi yang dipelopori oleh para mahasiswa dan cendekiawan serta didukung oleh masyarakat luas yang sadar dan menginginkan adanya perubahan yang lebih baik bagi pemerintahan di Indonesia. Tujuan reformasi adalah terciptanya kehidupan yang lebih baik dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial di Indonesia. Secara umum, faktor pendorong terjadinya gerakan reformasi, meliputi beberapa faktor berikut. a. Faktor politik 1.) Adanya KKN dalam kehidupan pemerintahan yang mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya kepada pemerintah. 2.) Kekuasaan Orde Baru yang otoriter. 3.) Adanya keinginan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa. 4.) Mahasiswa menginginkan adanya perubahan. 2

3 b. Faktor ekonomi 1.) Adanya krisis mata uang rupiah. 2.) Naiknya harga barang-barang kebutuhan masyarakat. 3.) Sulitnya mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok. c. Faktor sosial 1.) Adanya kerusuhan pada 13 dan 14 Juni 1998 yang melumpuhkan perekonomian rakyat. 2.) Kebebasan pers dibungkam. d. Faktor hukum, belum adanya keadilan dalam perlakuan hukum yang adil di antara warga negara. 2. Budaya Korupsi di Pemerintahan Indonesia Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Korupsi di Indonesia selalu diikuti dengan kolusi dan nepotisme yang memiliki arti sebagai berikut. 1. Kolusi berarti penyuapan. 2. Nepotisme berarti mengangkat atau memilih seseorang berdasarkan hubungan kedekatan emosional. Kasus korupsi di Indonesia sudah terjadi sejak lama, bahkan dianggap telah membudaya karena maraknya kasus korupsi di Indonesia. Namun, upaya penyelesaiannya dianggap tak kunjung meningkat. Tindak korupsi yang pernah terjadi di Indonesia sepanjang sejarah adalah sebagai berikut. a. Keruntuhan kerajaan Hindu-Budha diduga karena adanya praktik korupsi yang bertujuan memperkaya diri di kalangan bangsawan kerajaan. Oleh sebab itu, pada masa ini banyak sekali perang saudara untuk memperebutkan kekuasaan. b. Pada masa penjajahan bangsa Belanda dari VOC hingga Pemerintah Kolonial Belanda, korupsi menjadi ancaman. Bahkan, korupsi menjadi salah satu penyebab VOC bangkrut dan dibubarkan pada Kebiasaan menarik upeti dari kalangan bangsawan dan penguasa setempat sejak zaman kerajaan masih dilanjutkan pada zaman kolonial dengan kebijakan penyerahan wajib. Petugas yang menarik upeti atau penyerahan wajib merupakan orang lokal suruhan penjajah. Kecenderungan mereka mau melakukannya adalah peningkatan kesejahteraan dengan cara menuruti atau memuaskan perintah VOC atau pemerintah kolonial. 3

4 c. Setelah merdeka, praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang ditinggalkan oleh penjajah kolonial, tidak lenyap begitu saja. Hal tersebut tercermin dari perilaku pejabat-pejabat pemerintahan sejak era Orde Lama di masa Soekarno dan akhirnya makin berkembang di pemerintahan Orde Baru yang menyeret nama Soeharto hingga saat ini. Hal ini terjadi karena pola kepemimpinan yang cenderung otoriter dan antikritik membuat jalan bagi praktik korupsi terbuka. Selain itu, kedekatan dengan penguasa seakan-akan para koruptor mempunyai pelindung. Akhirnya, tingkat korupsi Indonesia cukup tinggi. 3. Krisis Moneter dan Hutang Luar Negeri Pada 1997, terjadi krisis moneter yang melanda Asia yang memengaruhi aktivitas perekonomian negara Asia termasuk Indonesia. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia terjadi karena penurunan nilai tukar mata uang rupiah terhadap nilai dolar AS. Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terlihat ketika pada Juli 1997 dari Rp2.500 per dolar AS menjadi Rp2.603 per dolar AS. Pada Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp5.000 per dolar AS, dan pada Maret 1998 telah mencapai sekitar Rp per dolar AS. Berikut adalah dampak dari krisis moneter di Indonesia. a. Banyaknya perusahaan yang bangkrut akibat tingginya biaya produksi. b. Terjadi PHK besar-besaran. c. Kredit macet yang menyebabkan bank-bank kehilangan modal minimum sehingga banyak yang bangkrut akibat tidak bisa melunasi utangnya pada badan keuangan internasional. d. Sebanyak 16 bank di Indonesia dilikuidasi sebagai cara penyelamatan sistem perbankan Indonesia, namun tidak berhasil walaupun seluruh aset bank nasional dijual. Akibatnya, pemerintah menanggung utang pihak swasta nasional sebanyak 73,962 miliar dolar AS melebihi jumlah utang negara sebanyak 63,462 miliar dolar AS. e. Pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0 % sehingga bisnis tidak berkembang di Indonesia. 4. Krisis Politik Berbagai kebijakan politik dari pemerintah Orde Baru dituding sebagai cara untuk mempertahankan kekuasaan Presiden Soeharto beserta kroni-kroninya. Pelaksanaan 4

5 kebijakan pada masa Orde Baru dianggap represif. Hal ini terlihat dari tindakan pemerintah berikut. a. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagai tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia). b. Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan kritikan. Lima paket UU Politik adalah sebagai berikut. 1.) UU tentang Pemilu. 2.) Susunan, kedudukan, tugas, dan wewenang DPR/MPR. 3.) Partai politik dan golongan karya. 4.) Referendum. 5.) Organisasi Massa. Akibat pelaksanaan lima paket UU Politik hanya tiga partai yang diakui oleh pemerintah. Namun, tiga partai tersebut dianggap tidak mampu mewakili aspirasi rakyat. Kemudian lahir Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di bawah Megawati Soekarnoputri. Pada masa awal kemunculannya, terjadi Peristiwa 27 Juli 1996, yaitu penyerangan kantor PDIP oleh massa PDI yang pro dengan kepemimpinan Suryadi hasil kongres di Medan. Kerusuhan ini yang memakan korban dan kerugian material. c. Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan masyarakat tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya. d. Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang menyebabkan menguatnya peran negara. Selain itu, Dwi Fungsi ABRI menyebabkan ABRI menguasai berbagai aspek kehidupan, tidak hanya di bidang militer. e. Tuntutan mengenai pembatasan masa jabatan Presiden. f. Kemenangan mutlak Golkar dalam Pemilu 1997 dan kemudian memberikan dukungan kepada Soeharto untuk kembali menjadi Presiden pada periode Krisis Hukum Penyimpangan UUD dan fungsi lembaga negara pada masa Orde Baru banyak terjadi. Sebagai contoh, pada pasal 24 UUD 1945 bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif). Namun, dalam pelaksanaannya, kekuasaan kehakiman di bawah kekuasaan eksekutif. Hukum sering dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan dan kebijakan pemerintah. Krisis hukum pada masa Orde Baru terlihat dari berbagai pelanggaran HAM sebagai berikut. a. Pelanggaran HAM di Aceh berbentuk pemberlakuan Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh. 5

6 b. Penumpasan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua. c. Kasus Marsinah dan penculikan aktivis mahasiswa reformasi. Reformasi menghendaki penegakan hukum secara adil bagi semua pihak sesuai dengan prinsip negara hukum. 6. Krisis Kepercayaan Berbagai krisis pada akhir masa Orde Baru berkembang menjadi krisis multidimensi yang berujung pada menurunnya tingkat kepercayaan rakyat kepada pemerintah. Hal inilah yang sering disebut sebagai krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan rakyat Indonesia ditandai dengan aksi damai yang dilakukan oleh para masyarakat dan mahasiswa yang menginginkan perubahan. Aksi demonstrasi mahasiswa semakin gencar ketika pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada 4 Mei Namun, aksi mahasiswa ada yang berujung rusuh seperti pada Tragedi Trisaksi. Tragedi Trisakti yang terjadi pada 12 Mei 1998 menyebabkan empat orang mahasiswa tewas tertembak. Empat mahasiswa Trisakti, yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hendriawan Sie, dan Hafidin Royan. Tragedi Trisakti mengakibatkan gelombang protes mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah makin besar. Akibatnya, gedung MPR/DPR mulai diduduki oleh mahasiswa sejak 19 Mei 1998 yang menuntut pengunduran diri Soeharto sebagai Presiden. Di samping demonstrasi, kerusuhan juga terjadi di Jakarta dengan sasarannya adalah pusat pertokoan dan etnis Tiongkok yang menyebabkan banyaknya etnis Tiongkok yang pergi dari Jakarta. B. Awal Reformasi 1. Munculnya Gerakan Reformasi Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia pada 1998 merupakan suatu gerakan untuk mengadakan perbaikan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum. 6

7 Gerakan ini dipicu dengan keadaan masyarakat Indonesia sejak terjadinya krisis moneter dan ekonomi sangat terpuruk. Masalah yang dihadapi pemerintah adalah upaya untuk mengatasi kesulitan kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako) dengan harga yang terjangkau oleh rakyat. Pada waktu itu, harga sembako melambung tinggi sehingga warga masyarakat harus antre untuk membelinya. Hal ini diperparah dengan kondisi politik dan ekonomi Indonesia yang semakin tidak terkendali. Oleh karena itu, kemunculan gerakan reformasi bertujuan untuk memperbaharui tatanan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara agar kesejahteraan rakyat tercapai. Beberapa agenda reformasi yang disuarakan para mahasiswa antara lain sebagai berikut. a. Adili Soeharto dan kroni-kroninya. b. Amandemen UUD c. Penghapusan Dwi fungsi ABRI. d. Otonomi daerah yang seluas-luasnya. e. Supremasi hukum. f. Pemerintahan yang bersih dari KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme). 2. Arti dan Definisi Reformasi Reformasi adalah suatu perubahan tatanan kehidupan lama dengan tatanan kehidupan yang baru dengan tujuan menuju ke arah perbaikan kehidupan di masa depan. Orang yang mendukung reformasi disebut dengan reformis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Reformasi berarti perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara. Berikut adalah contoh beberapa gerakan reformasi di dunia. a. Reformasi Protestan: gerakan pembaruan di kalangan Gereja Kristen di Eropa Barat pada abad ke-16. Tokoh-tokoh Reformasi Gereja antara lain Martin Luther, Ulrich Zwingli, dan John Calvin. b. Reformasi Katolik: kadang disebut "Kontra Reformasi" adalah pembaruan pada Gereja Katolik yang diawali dengan Konsili Trente. Beberapa tokoh Reformasi Katolik adalah: St. Pius V, St. Ignatius Loyola, St. Teresa dari Avila, St. Yohanes dari Salib, St. Fransiskus dari Sales. c. Reformasi Indonesia: gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan Presiden Soeharto. 7

8 3. Agenda Reformasi Pada dasarnya agenda reformasi yang dituntut oleh mahasiswa meliputi reformasi politik, ekonomi, dan hukum. a. Agenda reformasi politik Inti agenda reformasi politik adalah demokratisasi, mengembalikan dan melaksanakan kedaulatan rakyat. Agenda reformasi politik yang dituntut mahasiswa antara lain sebagai berikut. 1.) Penghapusan lima paket undang-undang politik yang menimbulkan ketidakadilan. 2.) Reformasi di bidang ideologi negara dan konstitusi. 3.) Pemberdayaan DPR, MPR, DPRD agar lembaga perwakilan rakyat benar-benar melaksanakan fungsi perwakilannya sebagai aspek kedaulatan rakyat. Hal ini diusahakan dengan langkah sebagai berikut. Anggota DPR harus benar-benar dipilih dalam pemilu yang jujur dan adil. Perlu diadakan perubahan tata tertib DPR yang menghambat kinerja DPR. Memberdayakan MPR. Perlu pemisahan jabatan ketua MPR dengan DPR. 4.) Reformasi lembaga kepresidenan dan kabinet meliputi hal-hal berikut. Menghapus kewenangan khusus presiden yang berbentuk keputusan presiden dan instruksi presiden. Membatasi penggunaan hak prerogatif. Menyusun kode etik kepresidenan. 5.) Pembaharuan kehidupan politik yaitu memberdayakan partai politik untuk menegakkan kedaulatan rakyat dengan mengembangkan sistem multipartai yang demokratis tanpa intervensi pemerintah. 6.) Penyelenggaraan pemilu yang jujur dan adil. 7.) Birokrasi sipil mengarah pada terciptanya institusi birokrasi yang netral dan profesional yang tidak memihak. 8.) Penghapusan dwi fungsi ABRI mengarah kepada mengurangi peran sosial politik secara bertahap sampai akhirnya hilang sama sekali sehingga ABRI berkonsentrasi pada fungsi hankam. 9.) Sistem pemerintah daerah dengan sasaran memberdayakan otonomi daerah dengan asas desentralisasi. 10.) Terjaminnya kebebasan berbicara serta mengeluarkan pendapat bagi rakyat termasuk kebebasan pers. 8

9 b. Agenda reformasi ekonomi Agenda reformasi ekonomi antara lain sebagai berikut. 1.) Penyehatan ekonomi dan kesejahteraan pada bidang perbankan, perdagangan, dan koperasi serta pinjaman luar negeri untuk perbaikan ekonomi. 2.) Penghapusan monopoli dan oligopoli dalam kegiatan ekonomi. 3.) Mencari solusi dalam mengatasi utang luar negeri. 4.) Penurunan harga sembilan pokok (sembako). 5.) Menciptakan stabilitas nilai tukar rupiah untuk mencegah terjadinya krisis moneter. c. Agenda reformasi hukum Berikut adalah agenda reformasi hukum. 1.) Terciptanya keadilan hukum atas dasar hak asasi manusia (HAM). 2.) Dibentuk perundang-undangan yang sesuai dengan tuntutan reformasi. 3.) Penegakan supremasi hukum karena semua warga negara berkedudukan sama di mata hukum. C. Kronologi Reformasi a. Pada awal Maret 1998, Soeharto kembali menjadi Presiden Republik Indonesia melalui Sidang Umum MPR, serta melaksanakan pelantikan Kabinet Pembangunan VII. Namun, perekonomian mengalami kemerosotan dan masalah sosial semakin menumpuk. b. Pada Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai menggelar demokrasi untuk menuntut turunnya harga sembako, penghapusan KKN, dan turunnya Soeharto sebagai Presiden. Semakin bertambah banyaknya aksi para mahasiswa tersebut menyebabkan para aparat keamanan bertindak tegas sehingga terjadi bentrokan-bentrokan. c. Pada 12 Mei 1998 dalam demonstrasi mahasiswa Trisakti, terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan tertembaknya empat mahasiswa hingga tewas, serta puluhan mahasiswa lainnya mengalami luka-luka. d. Pada 13 dan 14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal dan penjarahan yang mengakibatkan lumpuhnya kegiatan masyarakat. e. Pada 17 Mei 1998 di hotel wisata, Jakarta, Nurcholish Madjid dalam jumpa pers menggulirkan ide untuk mempercepat pemilu (paling lambat pada tahun 2000). Menteri Sekretaris Negara pada saat itu Saadillah Mursjid tertarik dengan ide itu. 9

10 f. Peristiwa yang terjadi pada 18 Mei 1998 adalah sebagai berikut. 1.) Pukul WIB Saadillah mengundang Nurcholish Madjid untuk menjelaskan gagasannya. 2.) Pukul WIB Harmoko sebagai ketua MPR/DPR mengumumkan hasil rapat pimpinan DPR yang meminta agar Presiden Soeharto secara arif dan bijaksana untuk mengundurkan diri. 3.) Pukul pernyataan ini dianulir oleh Jenderal Wiranto yang menyatakan bahwa pendapat Harmoko adalah sebagai pendapat individual meskipun disampaikan secara kolektif. 4.) Pukul Nurcholish Madjid bertemu dengan Presiden Soeharto. Presiden Soeharto menanggapi dengan menyatakan bersedia untuk mundur. g. Pada 19 Mei 1998 mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya berhasil menduduki Gedung DPR/MPR. Di Yogyakarta, sejuta manusia berkumpul di alun-alun utara Keraton Yogyakarta untuk mendengarkan maklumat dari Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Sri Paku Alam VII. Inti dari isi maklumat itu adalah menganjurkan kepada seluruh masyarakat untuk menggalang persatuan dan kesatuan bangsa. h. Pada 20 mei 1998, Presiden Soeharto mengundang tokoh-tokoh bangsa Indonesia untuk dimintai pertimbangannya dalam rangka membentuk Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden Soeharto, namun mengalami kegagalan. Pada tanggal itu pula gedung DPR/MPR semakin penuh sesak oleh para mahasiswa dengan tuntutan tetap yaitu reformasi dan turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan. i. Pada 21 Mei 1998, pukul WIB di Istana Negara, Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden RI. Selanjutnya, berdasarkan Pasal 8 UUD 1945, Presiden menunjuk Wakil Presiden B.J. Habibie untuk menggantikannya menjadi presiden yang ke-3. D. Ciri Pokok Masa Reformasi 1. Pengangkatan Habibie menjadi Presiden RI B.J. Habibie dilantik menjadi Presiden Indonesia pada 21 Mei 1998 setelah Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden RI. Presiden Habibie bertekad mewujudkan pemerintahan yang bersih dari KKN. Tugas Presiden Habibie adalah berusaha untuk mengatasi krisis ekonomi dan menciptakan pemerintahan yang bersih, berwibawa, bebas dari praktik KKN untuk menjawab tantangan reformasi. 10

11 Berikut adalah kebijakan Presiden Habibie selama beberapa bulan masa jabatannya menggantikan Soeharto. a. Kebijakan politik 1.) Pada 22 Mei 1998, Presiden Habibie membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan yang terdiri atas 16 menteri yang diambil dari unsur ABRI, PPP, Golkar, dan PDI. 2.) Pada 25 Mei 1998, diselenggarakan pertemuan pertama kabinet yang menghasilkan pembatasan masa jabatan presiden menjadi 2 periode. 3.) Mengadakan Pemilu pada 1999 yang diikuti 48 Partai. 4.) Mencabut larangan berdirinya serikat buruh yang independen. 5.) Membebaskan tahanan politik yang ditahan pada masa Orde Baru. b. Kebijakan ekonomi 1.) Merekapitulasi perbankan. 2.) Merekonstruksi perekonomian Indonesia. 3.) Melikuidasi beberapa bank bermasalah. 4.) Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga di bawah Rp ) Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan oleh IMF. 2. Kebebasan Berpendapat Kebebasan berpendapat pada masa pemerintahan Presiden Habibie mendapatkan dukungan pemerintah. Pemerintah mengizinkan rakyat mengadakan rapat umum maupun demonstrasi. Namun, untuk demontrasi tetap perlu mendapatkan izin dari kepolisian. Untuk menjamin kepastian hukum bagi demonstran. Pemerintah dan DPR berhasil menyelesaikan UU No. 9 Tahun 1998 tentang kebebasan berpendapat di muka umum. Adanya perundangan-undangan tersebut menunjukkan pemerintah Indonesia telah melaksanakan sistem demokrasi dengan memberikan kebebasan berpendapat di muka umum. 3. Masalah Dwi Fungsi ABRI Dwi Fungsi ABRI menyebabkan ABRI tidak hanya berperan dalam kehidupan militer, namun juga berperan dalam kehidupan sipil. Hal ini menyebabkan ABRI memiliki peran lebih dalam kehidupan rakyat sipil yang kemudian menyebabkan menguatnya peran negara pada masa Orde Baru. 11

12 Oleh sebab itu, penghapusan Dwi Fungsi ABRI merupakan salah satu tuntutan dalam reformasi 1998 ditanggapi pemerintah dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Jumlah anggota ABRI yang duduk di DPR dikurangi, dari 75 orang menjadi 38 orang. b. Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) memisahkan diri dari ABRI pada 5 Mei c. Istilah ABRI diubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Udara (TNI AU), Angkatan Darat (TNI AD), dan Angkatan Laut (TNI AL). 4. Reformasi Bidang Hukum Kebijakan hukum pada masa Orde Baru lebih bersifat konservatif dan elitis, artinya pelaksanaan hukum lebih mencerminkan keinginan pemerintah dan menjadi alat pelaksanaan ideologi dan program negara. Oleh sebab itu, rakyat seakan-akan tidak memiliki hak hukum di Indonesia karena telah dikebiri. Oleh sebab itu, Presiden Habibie melakukan reformasi hukum sebagai berikut. a. Melakukan rekonstruksi atau pembongkaran watak hukum Orde Baru, baik berupa Undang-Undang, peraturan pemerintah, maupun peraturan menteri. b. Melahirkan 69 Undang-Undang. c. Penataan ulang struktur kekuasaan kehakiman. 5. Sidang Istimewa MPR Sidang istimewa MPR dilaksanakan pada November Harapan dari sidang istimewa MPR adalah MPR dapat benar-benar mewakili aspirasi rakyat dari berbagai kalangan. Ketika penyelenggaraan sidang istimewa MPR, suasana di luar gedung MPR/ DPR memanas karena tuntutan perubahan makin gencar melalui demonstrasi mahasiswa dan kelompok masyarakat lainnya yang menginginkan perubahan. Bagian ketetapan yang terdiri dari enam ketetapan MPR baru, yaitu: 1. Tap. MPR No. X/MPR/1998, yang berisi mengenai pokok-pokok pelaksanaan reformasi pembangunan Indonesia, sebagai kerangka dasar untuk menyelamatkan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara Indonesia. 2. Tap. MPR No. XI/MPR/1998, yang berisi pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dari unsur korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). 3. Tap. MPR No. XIII/MPR/1998, yang berisi mengenai pembatasan masa tugas presiden dan wakil presiden republik Indonesia. 4. Tap. MPR No. XV/MPR/1998, yang berisi proses penyelenggaraan Otonomi Daerah. 12

13 5. Tap. MPR No. XVI/MPR/1998, yang berisi tentang kehidupan politik ekonomi dalam rangka melanggengkan konsep demokrasi ekonomi. 6. Tap. MPR No. XVII/MPR/1998, yang berisi mengenai penegakan Hak Asasi Manusia (HAM). Bagian ketetapan yang terdiri dari dua ketetapan yang mengubah dan menambah ketetapan yang lama, yaitu sebagai berikut. 1. Tap. MPR No. VII/MPR/1998. Ketetapan ini berisi hal-hal terkait perubahan dan penambahan terhadap Tap. MPR No. I/MPR/1983 yang membahas mengenai peraturan tata-tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. 2. Tap. MPR No. XIV/MPR/1998. Ketetapan ini mengubah dan menambahkan Tap. MPR No. III/MPR/1998 yang membahas mengenai pelaksanaan Pemilihan Umum. Bagian yang berisi empat ketetapan yang bersifat mencabut ketetapan-ketetapan MPR terdahulu, yaitu sebagai berikut. 1. Tap. MPR No. IX/MPR/1998. Ketetapan ini mencabut Tap. No. II/MPR/1998 yang membahas mengenai Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). 2. Tap. MPR No. XII/MPR/1998. Ketetapan ini mencabut Tap. MPR No. V/MPR/1998 yang membahas tentang pemberian tugas dan wewenang khusus kepada presiden selaku Mandataris MPR untuk menyukseskan dan mengamankan pembangunan nasional sebagai wujud pengamalan pancasila. 3. Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998. Ketetapan ini mencabut Tap. MPR No. 11/MPR/1978, yang berisi tentang Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4 atau Ekaprasetia Pancakarsa). Selain itu, ketetapan ini juga menetapkan pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. 4. Tap No.VII/MPR/1998. Ketetapan ini berisi tentang pencabutan Tap IV/MPR/1983 tentang referendum. 6. Pemilu 1999 Pemilu 1999 dilaksanakan pada 7 Juni Tujuan dilaksanakannya Pemilu 1999 adalah sebagai berikut. 13

14 a. Tuntutan reformasi untuk mengganti pejabat-pejabat Orde Baru termasuk mengganti anggota MPR/DPR dan Presiden. b. Untuk memperoleh pengakuan dan kepercayaan dari publik, termasuk dunia internasional karena pemerintah dan lembaga-lembaga lain yang merupakan hasil Pemilu 1997 sudah dianggap tidak dapat dipercaya. Pemilu 1999 diikuti oleh 48 Partai. Presiden Habibie mengadakan beberapa perubahan, yaitu: a. menggunakan asas Luber dan Jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil); b. mencabut 5 paket undang-undang tentang politik; c. badan pelaksana pemilihan umum dilakukan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang terdiri atas wakil dari pemerintahan dan partai politik serta pemilihan umum; d. mempersilakan lembaga independen untuk mengawasi jalannya Pemilu. Partai dengan suara terbanyak pada Pemilu 1999: 1.) PDIP dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri; 2.) Golkar dipimpin Akbar Tanjung; 3.) PPP dipimpin Hamzah Haz; 4.) PKB dipimpin K.H. Abdurrahman Wahid; 5.) PAN dipimpin Amien Rais. Kelima partai tersebut mendapatkan hak untuk mengajukan calon Presiden dan Wakil Presiden dalam sidang umum MPR Sidang Hasil Pemilu 1999 Sidang Umum MPR dilaksanakan Oktober 1999 yang dimulai dengan agenda mendengarkan pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie. Salah satu penyebab ditolaknya pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie adalah menyangkut pemberian referendum kepada Timor Timur yang mengakibatnya lepasnya Timor Timur dari Indonesia. Akibat tidak diterimanya pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie, Presiden Habibie tidak mencalonkan diri sebagai kandidat Presiden lagi. Sebelum pembacaan pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie, dalam Sidang Umum MPR dilaksanakan pemilihan ketua MPR dan DPR yang hasilnya: a. Akbar Tanjung sebagai ketua DPR; b. Amien Rais sebagai ketua MPR. 14

15 Selanjutnya pemilihan Presiden dengan 3 kandidat kuat, yaitu: a. Megawati Soekarnoputri dari PDIP; b. Abdurrahman Wahid dari PKB; c. Yusril Ihza Mahendra dari PBB (kemudian mengundurkan diri). Hasilnya adalah Abdurahman Wahid terpilih sebagai Presiden dan Megawati sebagai Wakil Presiden. E. Pemerintahan Indonesia di Masa Reformasi 1. Pemerintahan B.J. Habibie Pemerintahan B.J. Habibie dimulai sejak 21 Mei Oktober Pengangkatan Habibie menimbulkan pro dan kontra di beberapa kalangan, adapun beberapa argumen dasarnya adalah berikut ini. a. Pihak Pro berdasarkan pada pasal 8 UUD 1945 yang berisi, Jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya, ia digantikan oleh wakil presiden sampai habis masa tugasnya. b. Pihak Kontra berdasarkan pada pasal 9 UUD 1945 yang berisi, Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini kemudian diselesaikan dalam sidang istimewa MPR pada November 1998, dengan menerima pengunduran diri Presiden Soeharto yang secara otomatis digantikan oleh B.J. Habibie secara konstitusional. Presiden Habibie membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan untuk membantu tugas-tugasnya. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi Presiden Habibie, antara lain: a. utang menumpuk dengan total mencapai miliar dolar AS; b. lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar; c. banyak perusahaan yang bangkrut sehingga terjadi PHK besar-besaran sehingga angka kemiskinan meningkat; d. menurunnya daya beli rakyat akibat mahalnya harga barang dan rendahnya penghasilan rakyat. 15

16 Namun, Pemerintahan Habibie mampu melaksanakan beberapa langkah tepat dalam rangka menjawab tuntutan reformasi sebagai berikut. a. Membebaskan tahanan politik Orde Baru seperti Budiman Sujatmiko dan Muchtar Pakpahan. b. Memberikan rehabilitasi bagi tokoh-tokoh yang menentang Soeharto seperti A.M Fatwa, H.R. Dharsono, Ir. Sanusi. c. Penghentian Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUPP) ciptaan Soeharto. Hal ini menandakan dimulainya kebebasan pers dan berpendapat. d. Pemberian gelar Pahlawan Reformasi bagi 4 mahasiswa Trisakti yang tewas tertembak. e. Pengurangan peran ABRI di DPR dalam rangka menghilangkan dwi fungsi ABRI. f. Adanya kebebasan berserikat sehingga menyebabkan munculnya banyak organisasi dan partai politik. g. Berhasil menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp per dolar AS. h. Berhasil membuat Soeharto menyerahkan semua aset yayasan yang dimiliki. Pemerintah selanjutnya tidak ada yang mampu melakukan hal sejauh ini terhadap kasus Soeharto. i. Melaksanakan Pemilu 1999 yang diikuti 48 partai. Namun, pemerintahan Habibie dianggap gagal mempertahankan kesatuan NKRI dengan lepasnya Timor Timur dari Indonesia pada 1999 melalui referendum. Pemerintahan Habibie berakhir setelah pidato pertanggungjawabannya di tolak oleh MPR sehingga B.J. Habibie tidak mengikuti pencalonan Presiden RI. 2. Pemerintahan Abdurrahman Wahid Pemerintahan Abdurrahman Wahid dimulai sejak 20 Oktober Juli Pemilihan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Presiden melalui pemilihan di MPR. Gus Dur kemudian membentuk Kabinet Persatuan Nasional untuk membantu tugasnya sebagai Presiden. Berikut ini adalah beberapa kebijakan Gus Dur. a. Menghapus Departemen Penerangan dan Departemen Sosial. b. Menyerahkan jabatan Panglima TNI kepada Laksamana Widodo H.S. sebelumnya Panglima TNI selalu dijabat oleh TNI AD. 16

17 c. Menggagas pembentukan poros Jakarta-Beijing-New Delhi yang merupakan calon kekuatan ekonomi dan militer baru di dunia sehingga diharapkan mampu menaikkan posisi tawar Indonesia di Dunia. d. Mencabut Instruksi Presiden No. 14 Tahun Hal ini menyebabkan etnis Tionghoa dapat merayakan imlek di depan umum yang sebelumnya dilarang pemerintah. Namun, ada kebijakan Gus Dur yang menimbulkan kontroversi, yaitu rencana membuka hubungan langsung dengan Israel. Pada masa pemerintahan Gus Dur terjadi konflik antara DPR dengan Presiden Gus Dur karena DPR menganggap Presiden Gus Dur tidak mengindahkan teguran DPR salah satu contohnya adalah kasus Buloggate dan Bruneigate. Presiden Gus Dur tidak mengindahkan teguran keras dari DPR yang berujung pada permintaan DPR kepada MPR agar menggelar Sidang Istimewa untuk mendengar pertanggungjawaban Presiden Gus Dur namun ditolak Presiden Gus Dur. Kemudian pada 23 Juli 2001 pukul WIB, Gus Dur mengeluarkan Dekret Presiden yang pada intinya berisi hal sebagai berikut. a. Membekukan MPR dan DPR RI. b. Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun badan-badan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pemilihan umum dalam waktu satu tahun. c. Menyelamatkan gerakan reformasi total dari hambatan unsur-unsur Orde Baru dengan membekukan Partai Golkar sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung. Dekret ini dinilai tidak sah oleh MPR pada pukul WIB dan kemudian dalam Sidang Istimewa MPR tetap berjalan pada 23 Juli 2001 memutuskan untuk memberhentikan Presiden Gus Dur yang kemudian digantikan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri. 3. Pemerintahan Megawati Soekarnoputri Pemerintahan Megawati Soekarnoputri dimulai sejak 23 Juli Oktober Presiden Megawati membentuk kabinet Gotong Royong untuk membantunya dalam menjalankan tugas sebagai presiden. Pada masa Pemerintahan Megawati kondisi perekonomian negara belum stabil karena beberapa kewajiban keuangan harus 17

18 diselesaikan dengan IMF. Akibatnya Presiden Megawati menjual beberapa aset negara seperti: Indosat, BCA, dan dua Kapal Tanker Pertamina. Kasus lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke Malaysia pada 2002 juga dianggap sebagai bentuk kegagalan pemerintahan Megawati. Selain itu, beberapa permasalahan lainnya yang dihadapi pemerintahan Megawati antara lain sebagai berikut. a. Ketidakmampuan pemerintah memberikan perlindungan TKI, bahkan banyak TKI di Malaysia diusir ke Nunukan dan dianggap tidak terurus. b. Konflik etnis di Poso dan konflik agama di Ambon. c. Permasalahan dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sehingga Aceh diberikan status Darurat Militer. Beberapa pencapaian penting pada masa Megawati adalah: a. Pembentukan KPK pada b. Pelaksanaan Pemilu Langsung pertama di Indonesia yang dibagi 2 tahap, yaitu sebagai berikut. 1.) Tahap 1: Pemilihan anggota legislatif pada 5 April ) Tahap 2: Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada 5 Juli Masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri berakhir ketika Pemilu 2004 memilih Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden. 4. Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dimulai sejak 20 Oktober Oktober Presiden SBY menjadi Presiden keenam Indonesia yang menjabat 2 periode yaitu dan Pada periode pertama Presiden SBY didampingi Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden dan pada periode kedua, Presiden SBY didampingi Boediono sebagai Wakil Presiden. Untuk membantu tugasnya sebagai Presiden, SBY membentuk Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I dan II. Secara umum kebijakan Presiden SBY adalah sebagai berikut. a. Kebijakan politik 1.) Menerapkan konsep Trias Politika dalam pemerintahan Indonesia. Hal ini terlihat dengan adanya Pemilu langsung untuk memilih legislatif dan eksekutif. 18

19 2.) Kebebasan mendirikan partai politik 3.) Mengurangi konflik dalam negeri. Contohnya penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara RI dengan GAM di Helsinki, Finlandia pada 15 Agustus b. Kebijakan ekonomi 1.) Kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang negara yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat. Selain itu dampaknya adalah: Indonesia mampu bertahan dari krisis global pada Indonesia kembali menjadi pilihan investasi asing. Naiknya Indeks Harga Saham Gabungan (ISHG) Indonesia yang mencapai angka ) Mengurangi subsidi BBM yang mengakibatkan harga BBM naik yang menimbulkan kontroversi. c. Kebijakan hukum 1.) Usaha penanggulangan teroris dengan membentuk Detasemen Khusus 88 (Densus 88). 2.) Komitmen terhadap pemberantasan korupsi walaupun belum sepenuhnya teratasi, contohnya Kasus Bank Century yang hingga saat ini belum selesai. d. Kebijakan sosial 1.) Mengalihkan subsidi BBM untuk meningkatkan anggaran pendidikan sebesar 20% dari keseluruhan APBN. 2.) Kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin, namun menimbulkan kontroversi karena BLT tidak sampai sasaran dan proses pembagiannya menimbulkan masalah. Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono berakhir ketika Pemilu 2014 memilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden. 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan dan penelitian ini dapat di simpulkan dalam beberapa hal: 1. Di balik kesuksesan pembangunan di depan, Orde Baru menyimpan beberapa kelemahan.

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

BAB VIII Politik Hukum Pada Masa Reformasi Oleh: Prof.Gunarto.SH.SE,Akt.Mhum. Pada masa reformasi, konfigurasi politik di DPR dan MPR tidak berubah,

BAB VIII Politik Hukum Pada Masa Reformasi Oleh: Prof.Gunarto.SH.SE,Akt.Mhum. Pada masa reformasi, konfigurasi politik di DPR dan MPR tidak berubah, BAB VIII Politik Hukum Pada Masa Reformasi Oleh: Prof.Gunarto.SH.SE,Akt.Mhum. Pada masa reformasi, konfigurasi politik di DPR dan MPR tidak berubah, sama dengan konfigurasi politik yang dihasilkan melalui

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: Cecep Winata FEB Fakultas Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA Periode Reformasi Masa Orde Baru Orde Reformasi -Sejarah Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran, perilaku, dan kebijakan pemerintahan negara

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK PKN 1 ORDE REFORMASI TAHUN 1998-SEKARANG. DosenPengampu: Ari Wibowo, M.Pd. Kelompok 12: MadinatulMunawaroh ( )

TUGAS KELOMPOK PKN 1 ORDE REFORMASI TAHUN 1998-SEKARANG. DosenPengampu: Ari Wibowo, M.Pd. Kelompok 12: MadinatulMunawaroh ( ) TUGAS KELOMPOK PKN 1 ORDE REFORMASI TAHUN 1998-SEKARANG DosenPengampu: Ari Wibowo, M.Pd. Kelompok 12: MadinatulMunawaroh (14144600187) Mega AyuSetyana (14144600211) Novi TrisnaAnggrayni (14144600199) Kelas

Lebih terperinci

Ketetapan MPRS No. XV/MPRS/1966 tentang Pemilihan/ penunjukan Wakil Presiden dan tata cara pengangkatan Pejabat Presiden

Ketetapan MPRS No. XV/MPRS/1966 tentang Pemilihan/ penunjukan Wakil Presiden dan tata cara pengangkatan Pejabat Presiden D A F T A R I S I KATA SAMBUTAN...iii KATA PENGANTAR...v Ketetapan-ketetapan MPRS-RI Tahun 1960 Ketetapan MPRS No. I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai Garis-garis Besar dari

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN INPRES 29/1998, KOORDINASI TINDAK LANJUT KETETAPAN KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HASIL SIDANG ISTIMEWA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MATERI AUDIENSI DAN DIALOG DENGAN FINALIS CERDAS CERMAT PANCASILA, UUD NEGARA RI TAHUN 1945, NKRI, BHINNEKA TUNGGAL IKA, DAN KETETAPAN MPR Dr. H. Marzuki Alie

Lebih terperinci

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran 2016 2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas / Semester : VI (Enam) / 1 (Satu) Hari / Tanggal :... Waktu : 90 menit A. Pilihlah

Lebih terperinci

Komitmen Dan Kebersamaan Untuk Memperjuangkan Hak Asasi Manusia diselenggarakan oleh Pusham UII bekerjasama dengan

Komitmen Dan Kebersamaan Untuk Memperjuangkan Hak Asasi Manusia diselenggarakan oleh Pusham UII bekerjasama dengan HAK SIPIL DAN POLITIK (Civil and Political Rights) Oleh: Suparman Marzuki Disampaikan pada PERJAMUAN ILMIAH Tentang Membangun Komitmen Dan Kebersamaan Untuk Memperjuangkan Hak Asasi Manusia diselenggarakan

Lebih terperinci

[102] Pancasila di Tangan Orba Monday, 22 April :22

[102] Pancasila di Tangan Orba Monday, 22 April :22 Rezim Orba sengaja menempatkan Islam sebagai ancaman dengan dalih anti-pancasila. Sebutan ekstrem kanan digunakan untuk kalangan Islam yang menyuarakan kewajiban penerapan syariat Islam. Lain Soekarno,

Lebih terperinci

TENACIOUS Sejarah UKK Sem. I XII

TENACIOUS Sejarah UKK Sem. I XII Sejarah UKK Sem. I XII Landasan hukum terbentuknya Orde Baru : TAP MPR No. IX/ MPRS/ 1966 : penyerahan kekuasaan Soekarno kepada Soeharto akibat G 30S/ PKI, pengukuhan Supersemar (11 Maret 1966) TAP MPR

Lebih terperinci

BAB II BERAKHIRNYA MASA ORDE BARU DAN LAHIRNYA ERA REFORMASI. menerima pencalonannya oleh Golkar untuk jabatan kepresidenan.

BAB II BERAKHIRNYA MASA ORDE BARU DAN LAHIRNYA ERA REFORMASI. menerima pencalonannya oleh Golkar untuk jabatan kepresidenan. BAB II BERAKHIRNYA MASA ORDE BARU DAN LAHIRNYA ERA REFORMASI A. Berakhirnya Orde Baru Pada tanggal 20 Januari 1998, presiden Soeharto secara resmi menerima pencalonannya oleh Golkar untuk jabatan kepresidenan.

Lebih terperinci

BAB IX oleh : Prof.Gunarto.SH.SE,Akt.M.Hum Politik Hukum Pasca Pemilu 1999

BAB IX oleh : Prof.Gunarto.SH.SE,Akt.M.Hum Politik Hukum Pasca Pemilu 1999 BAB IX oleh : Prof.Gunarto.SH.SE,Akt.M.Hum Politik Hukum Pasca Pemilu 1999 Sistem politik yang dianut pasca Pemilu 1999 di Indonesia kembali pada masa demokrasi liberal, yaitu sistem politik yang demokratis,

Lebih terperinci

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Sistem pemerintahan negara Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Semuanya itu tidak terlepas dari sifat dan watak

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi Undang Undang yang berkaitan dengan Demokrasi a. Dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 (sebelum

Lebih terperinci

BAB II LATAR BELAKANG KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA BBM PADA PEMERINTAHAN SBY-JK PERIODE

BAB II LATAR BELAKANG KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA BBM PADA PEMERINTAHAN SBY-JK PERIODE BAB II LATAR BELAKANG KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA BBM PADA PEMERINTAHAN SBY-JK PERIODE 2004-2009 Pemilihan legislatif dan eksekutif tahun 2004 yang lalu menjadi pemilihan yang bersejarah bagi negeri ini dimana

Lebih terperinci

PRESS RELEASE. Consulate General of the Republic of Indonesia Zeppelinallee 23, Frankfurt am Main, tel fax

PRESS RELEASE. Consulate General of the Republic of Indonesia Zeppelinallee 23, Frankfurt am Main, tel fax PRESS RELEASE Consulate General of the Republic of Indonesia Zeppelinallee 3, 6035 Frankfurt am Main, tel. 069-4 70 98 0 fax 069-4 70 98 40 No.113/Pen/VII/001 KETETAPAN NOMOR I/MPR/001 TENTANG SIKAP TERHADAP

Lebih terperinci

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) JURNAL MAJELIS MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) Oleh: Dr. BRA. Mooryati Sudibyo Wakil Ketua MPR RI n Vol. 1 No.1. Agustus 2009 Pengantar Tepat pada ulang

Lebih terperinci

KEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM SISTEM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Oleh: Muchamad Ali Safa at

KEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM SISTEM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Oleh: Muchamad Ali Safa at KEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM SISTEM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Oleh: Muchamad Ali Safa at MPR DAN PERUBAHAN STRUKTUR KETATANEGARAAN Salah satu perubahan mendasar dalam UUD 1945 adalah perubahan

Lebih terperinci

Sistem Politik Era Reformasi

Sistem Politik Era Reformasi Sistem Politik Era Reformasi KATA PENGANTAR Puji syukur, saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih rahmat dan pertolongannya saya dapat membuat makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dibebarapa wilayah Asia, termasuk Indonesia pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dibebarapa wilayah Asia, termasuk Indonesia pada 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi dibebarapa wilayah Asia, termasuk Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah membawa perekonomian Indonesia dibawah kendali Lembaga Moneter Internasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Kuliah ke 13) suranto@uny.ac.id 1 A. UUD adalah Hukum Dasar Tertulis Hukum dasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) Hukum dasar tertulis yaitu UUD, dan

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF Demokrasi: Antara Teori dan Pelaksanaannya Di Indonesia Modul ini akan mempelajari pengertian, manfaat dan jenis-jenis demokrasi. selanjutnya diharapkan diperoleh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dipercaya sebagai kunci utama dalam sistem informasi manajemen. Teknologi informasi ialah seperangkat alat yang sangat penting untuk bekerja

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA MASA REFORMASI SAMPAI SEKARANG

SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA MASA REFORMASI SAMPAI SEKARANG Modul ke: SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA MASA REFORMASI SAMPAI SEKARANG Perkembangan ekonomi Indonesia Pasca krisis moneter, masa reformasi sampai sekarang Fakultas Ekonomi dan Bisnis Yusman, SE.,

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: PEREKONOMIAN INDONESIA Sejarah Perekenomian Indonesia Periode Orde Baru Fakultas FEB Sitti Rakhman, SP., MM. Program Studi Manajemen Latar belakang lahirnya Orde Baru Terjadinya peristiwa Gerakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2014 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Bagan Lembaga Negara Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Tugas dan Wewenang MPR Berikut tugas dan wewenang dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 30 menit)

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 30 menit) Langkah untuk mendapatkan kunci jawaban dan pembahasan download di Ferry Andriyanto, S. Pd. 1. Perhatikan pernyataan berikut i. Sistem ceck and balances dapat menghasilkan keseimbangan antarorgan yang

Lebih terperinci

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan Posted by KuliahGratisIndonesia Materi soal Undang-undang merupakan salah satu komposisi dari Tes Kompetensi Dasar(TKD) yang mana merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

B. Perkembangan Politik dan Ekonomi

B. Perkembangan Politik dan Ekonomi B. Perkembangan Politik dan Ekonomi 1. Masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie Sumber : Atlas Nasional Indonesia, Bakosurtanal, 2011 Gambar 5.4 Pengambilan Sumpah Presiden B.J. Habibie Setelah Presiden

Lebih terperinci

ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB

ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB KELOMPOK 11 Nama Anggota: Nur Ihsani Rahmawati (14144600186) Rizki Utami (14144600210) Siti Aminah (14144600198) Kelas: A5-14 FKIP/PGSD Tugas Kelompok : PKN Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

KETETAPAN MPR HASIL ST 2002

KETETAPAN MPR HASIL ST 2002 KETETAPAN MPR HASIL ST 2002 Enam Ketetapan dihasilkan ST MPR 2002 dan Perubahan Amandemen Keempat UUD 1945. Selengkapnya putusan Majelis yang menjadi hasil ST MPR Tahun 2002 ini sebagai berikut: 1.Perubahan

Lebih terperinci

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA bpk.go.id Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan pertemuan dengan pimpinan lembaga negara di Majelis Permusyawaratan Rakyat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB XIII AMANDEMEN UNDANG UNDANG DASAR 1945

BAB XIII AMANDEMEN UNDANG UNDANG DASAR 1945 BAB XIII AMANDEMEN UNDANG UNDANG DASAR 1945 A. SEJARAH PELAKSANAAN DAN AMANDEMEN UUD 1945 MPR hasil Pemilu 1999, mengakhiri masa tugasnya dengan mempersembahkan UUD 1945 Amandemen IV. Terhadap produk terakhir

Lebih terperinci

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR I/MPR/2003 TENTANG

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR I/MPR/2003 TENTANG KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR I/MPR/2003 TENTANG PENINJAUAN TERHADAP MATERI DAN STATUS HUKUM KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA DAN KETETAPAN MAJELIS

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Modul ke: 07 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengertian dan Definisi Konstitusi 2. Hakikat dan Fungsi

Lebih terperinci

REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA

REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA Drs. ZAKARIA Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Kehidupan Kepartaian selama

Lebih terperinci

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Hari / Tanggal : SENIN, 27 NOPEMBER 2017

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Hari / Tanggal : SENIN, 27 NOPEMBER 2017 PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 TAMPAKSIRING Jl. DR. Ir. Soekarno, Desa Sanding, Kecamatan Tampaksiring Telp. (0361) 981 681 SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL

Lebih terperinci

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4 1 TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4 DISUSUN OLEH: NAMA NIM PRODI : IIN SATYA NASTITI : E1M013017 : PENDIDIKAN KIMIA (III-A) S-1 PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR VIII/MPR/2000 TENTANG LAPORAN TAHUNAN LEMBAGA-LEMBAGA TINGGI NEGARA PADA SIDANG TAHUNAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK

Lebih terperinci

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Copyright (C) 2000 BPHN UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *14124 UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

TUGAS FINAL PEMILU INDONESIA

TUGAS FINAL PEMILU INDONESIA TUGAS FINAL PEMILU INDONESIA MATAKULIAH : (PENGANTAR ILMU POLITIK) DI SUSUN OLEH : REXY MARTINO A321 15 135 PRODI PPKN JURUSAN PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO

Lebih terperinci

Perbandingan Perilaku Kekuasaan beberapa Presiden Paska Soeharto. BJ. Habibie Abdurrahman Wahid Megawati SBY. Pemimpin kharismatik NU.

Perbandingan Perilaku Kekuasaan beberapa Presiden Paska Soeharto. BJ. Habibie Abdurrahman Wahid Megawati SBY. Pemimpin kharismatik NU. Latar Belakang Perbandingan Perilaku Kekuasaan beberapa Presiden Paska Soeharto BJ. Habibie Abdurrahman Wahid Megawati SBY Bekas Menteri di zaman Soeharto selama 4 periode Wapres RI Pemimpin kharismatik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR VII/MPR/2000 TENTANG PERAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN PERAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU ANGGOTA KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER 145 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA (Studi Tentang Kebijakan Dwifungsi ABRI Terhadap Peran-peran Militer di Bidang Sosial-Politik

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN UU 4/2004, KEKUASAAN KEHAKIMAN *14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan oleh suatu prinsip yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan salah satu sistem

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi

Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi Modul ke: 04Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi S1 MANAJEMEN Sejarah Perkembangan Perekonomian Indonesia Periode Revormasi Krisis ekonomi di Indonesia Fundamental ekonomi nasional pengaruh

Lebih terperinci

DEMOKRASI PANCASILA. Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH.

DEMOKRASI PANCASILA. Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH. DEMOKRASI PANCASILA Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH. PENGERTIAN, PAHAM ASAS DAN SISTEM DEMOKRASI Yunani: Demos

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) 1. MPR terdiri atas a. anggota DPR dan anggota DPD b. anggota DPR dan Presiden c. Presiden dan Wakil Presiden d. Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi e.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya amandemen besar menuju penyelenggaraan negara yang lebih demokratis, transparan,

BAB I PENDAHULUAN. adanya amandemen besar menuju penyelenggaraan negara yang lebih demokratis, transparan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berhentinya Presiden Soeharto di tengah-tengah krisis ekonomi dan moneter menjadi awal dimulainya era reformasi di Indonesia. 1 Dengan adanya reformasi, masyarakat berharap

Lebih terperinci

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg No.1748, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik dan Pedoman Perilaku. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN

Lebih terperinci

Reformasi Kelembagaan MPR Pasca Amandemen UUD 1945

Reformasi Kelembagaan MPR Pasca Amandemen UUD 1945 Reformasi Kelembagaan MPR Pasca Amandemen UUD 1945 Oleh: Jamal Wiwoho Disampaikan dalam Acara Lokakarya dengan tema Penyelenggaraan Sidang Tahunan MPR : Evaluasi Terhadap Akuntablitas Publik Kinerja Lembaga-Lembaga

Lebih terperinci

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-77 - - 78 - MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERUBAHAN KETIGA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011

PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 MENU Masa Orde Lama Masa Orde Baru Kelebihan dan kekurangan Orde Baru Berakhirnya

Lebih terperinci

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : II/MPR/2001 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA K.

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : II/MPR/2001 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA K. K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : II/MPR/2001 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA K.H. ABDURRAHMAN WAHID DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG PENYERTAAN MODAL NEGARA UNTUK PENDIRIAN PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DI BIDANG PERBANKAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan laju perdagangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR. (Ditetapkan di Bandung 19 November 1960)

Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR. (Ditetapkan di Bandung 19 November 1960) Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR I. Periode 1960 1965 1. Ketetapan MPRS No. I/MPRS 1960 tentang Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai Garis-Garis

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT 37 BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT A. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia Demokrasi adalah bentuk

Lebih terperinci

R. Herlambang P. Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2014

R. Herlambang P. Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2014 R. Herlambang P. Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2014 Memahami kedudukan TAP MPR pasca pemberlakuan UU No. 12 Tahun 2011 Memahami implikasi pemberlakuan kembali

Lebih terperinci

Peran Pancasila dalam Konteks Modern & Global Pasca Reformasi

Peran Pancasila dalam Konteks Modern & Global Pasca Reformasi 1. LATAR BELAKANG MASALAH Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan orde baru, terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum. Pemerintahan Orde Baru

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Kuliah ke-11 suranto@uny.ac.id 1 Latar Belakang Merajalelanya praktik KKN pada hampir semua instansi dan lembaga pemerintahan DPR dan MPR mandul, tidak mampu

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. MENYEBUTKAN PENGERTIAN, MAKNA DAN MANFAAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

K E T E T A P A N NOMOR VIII/MPR/2000

K E T E T A P A N NOMOR VIII/MPR/2000 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR VIII/MPR/2000 TENTANG LAPORAN TAHUNAN LEMBAGA-LEMBAGA TINGGI NEGARA PADA SIDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Setelah mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

AMANDEMEN (amendment) artinya perubahan atau mengubah. to change the constitution Contitutional amendment To revise the constitution Constitutional

AMANDEMEN (amendment) artinya perubahan atau mengubah. to change the constitution Contitutional amendment To revise the constitution Constitutional Dewi Triwahyuni AMANDEMEN (amendment) artinya perubahan atau mengubah. to change the constitution Contitutional amendment To revise the constitution Constitutional revision To alter the constitution Constitutional

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT Title? Author Riendra Primadina Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov 2010 14:10:06 GMT Author Comment Hafizhan Lutfan Ali Comments Jawaban nya...

Lebih terperinci

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 33 TAHUN 1999 (33/1999) Tanggal: 19 MEI 1999 (JAKARTA) Tentang: PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci