Angger Reda Tama NIM : K

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Angger Reda Tama NIM : K"

Transkripsi

1 PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN MELALUI PIPA KAPILER DI DALAM UPPER TANK RADIATOR DAN PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN DAIHATSU TARUNA CX TAHUN 2000 SKRIPSI Oleh: Angger Reda Tama NIM : K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 i

2 PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN MELALUI PIPA KAPILER DI DALAM UPPER TANK RADIATOR DAN PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN DAIHATSU TARUNA CX TAHUN 2000 SKRIPSI Oleh: Angger Reda Tama NIM : K Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 ii

3

4

5 PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakutltas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta, 11 Oktober 2011 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Drs. C. Sudibyo, M.T. Drs. Bambang Dwi Wahyudi NIP iii

6 SURAT PERNYATAAN Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan menurut sepengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Oktober 2011 Penulis Angger Reda Tama K iv

7 PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : Senin Tanggal : 17 Oktober 2011 Tim Penguji Skripsi Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Drs. Ranto, M.T. Sekertaris : Ngatou Rohman, S.Pd., M.Pd. Anggota I : Drs. C. Sudibyo, M.T. Anggota II : Drs. Bambang Dwi Wahyudi Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan, Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP v

8 ABSTRAK Angger Reda Tama, PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN MELALUI PIPA KAPILER DI DALAM UPPER TANK RADIATOR DAN PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN DAIHATSU TARUNA CX TAHUN Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Oktober Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui pengaruh pemanasan bahan bakar bensin melalui pipa kapiler di dalam upper tank radiator terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun (2) Mengetahui pengaruh putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun (3) Mengetahui interaksi pengaruh pemanasan bahan bakar bensin melalui pipa kapiler di dalam upper tank radiator dan putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun (4) Menganalisis konsumsi bahan bakar yang paling efisien ditinjau dari pemanasan bahan bakar dan putaran mesin. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen untuk mengetahui konsumsi bahan bakar dari setiap treatment percobaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mobil Daihatsu Taruna CX Tahun 2000 dengan nomor mesin 2E Sampel diambil secara purposive sampling dengan mengambil satu sampel kendaraan saja, yaitu satu mobil Daihatsu Taruna CX Tahun 2000 dari populasi Mobil Daihatsu Taruna CX Tahun 2000 pada umumnya. Teknik analisis data hasil penelitian ini dikaji secara statistik menggunakan Uji Anava Dua Jalan 4 x 3. Hasil penelitian ini adalah: (1) Ada pengaruh pemanasan bahan bakar bensin melalui media pipa tembaga di dalam upper tank radiator terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun Ini ditunjukan pada hasil uji analisis data yang menyatakan bahwa F 1337,97 > F tabel 0,01 (3;36) =4,38 pada taraf signifikansi 1 %. (2) Ada pengaruh yang signifikan variasi putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun A Hitung vi

9 2000. Ini ditunjukan pada hasil uji analisis data yang menyatakan bahwa F 1144,15 > F 5,25 pada taraf signifikansi 1 %. (3) Ada B Hitung Tabel 0,01 (2;36) interaksi pengaruh yang signifikan antara pemanasan bahan bakar bensin melalui pipa kapiler di dalam upper tank radiator dan variasi putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun Ini ditunjukan pada hasil uji analisis data yang menyatakan bahwa F 31,73 > F = 3,32 pada taraf signifikansi 1 %. (4) AB Hitung tabel 0,01 (6;36) Perbandingan konsumsi bahan bakar dari setiap percobaan pemanasan bahan bakar pada putaran mesin 1000, 1500, dan 2000 r.p.m. menunjukan bahwa konsumsi bahan bakar paling efisien sebesar 25,65 % pada percobaan dengan menggunakan tiga pipa kapiler untuk memanasan bahan bakar pada putaran mesin 1500 r.p.m. vii

10 ABSTRACT Angger Tama Reda, "EFFECT OF HEATING GASOLINE FUEL THROUGH CAPILLARY PIPE IN THE UPPER TANK RADIATOR AND ENGINE SPEED OF FUEL CONSUMPTION ON THE DAIHATSU TARUNA CX 2000 ENGINE." Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University of Surakarta, October The purpose of this study were (1) Knowing effect the heating of gasoline fuel through capillary pipe in the upper tank radiator of fuel consumption on The Daihatsu Taruna CX engine (2) Determining the influence of engine speed of fuel consumption on The Daihatsu Taruna CX engine (3) Knowing the interaction effect of heating gasoline fuel through capillary pipe in the upper tank radiator and engine speed to fuel consumption on The Daihatsu Taruna CX engine (4) Analyze the fuel consumption of the most efficient in terms of heating gasoline fuel and engine speed. The research was conducted in the Laboratory of Mechanical Engineering, Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University of Surakarta. This research used experimental methods to determine the fuel consumption of each trial treatment. The Sample was used in this study is the Daihatsu Taruna CX engine 2000 with engine number 2E Sample taken in a purposive sampling by taking a sample vehicle Daihatsu Taruna CX engine 2000 from the population of vehicle Daihatsu Taruna CX engine 2000 generally. Techniques of data analysis examined with statistic used Two Way Anava 4 x 3. The results of this study were: (1) There is effect the heating of gasoline fuel through capillary pipe in the upper tank radiator of fuel consumption on The Daihatsu Taruna CX engine This is shown in the test results of data analysis which states that F 1337,97 > F tabel 0,01 (3;36) =4,38 at significance level 1%. A Hitung (2) There is significant influence the variations engine speed of fuel consumption on The Daihatsu Taruna CX engine This is shown in the test results of data analysis which states that FB Hitung 1144,15 > FTabel 0,01 (2;36) 5,25 at significance viii

11 level 1%. (3) There is significant influence between the heating gasoline fuel through capillary pipe in the upper tank radiator and variation engine speed to fuel consumption on The Daihatsu Taruna CX engine This is shown in the test results of data analysis which states that FAB Hitung 31,73 > F tabel 0,01 (6;36) = 3,32 at significance level 1%. (4) Comparison of fuel consumption from each experiments the heating gasoline fuel on the variation engine speed 1000, 1500, and 2000 r.p.m. showed that fuel consumption is most efficient at 25.65% which occurred in experiments used three capillary pipe to heated gasoline fuel on engine speed 1500 r.p.m. ix

12 MOTTO Barang siapa menginginkan kebahagian di dunia ia harus berilmu, barang siapa menginginkan kebahagiaan akherat ia harus berilmu dan barang siapa menginginkan keduanya ia harus berilmu. (Al-Hadist) Berbuatlah kamu sekalian terhadap kebaikan, agar supaya kamu sekalian termasuk orang-orang yang beruntung. (Q.S. Al-Hajj: 77) Dari Abu Hurairah هللا عنه,رضي bahwa Rasulullah هللا عليه وسلم : bersabdaصلی "Sesungguhnya kalian tidak akan cukup memberi manusia dengan harta kalian, tetapi kalian akan cukup memberikan kepada mereka dengan wajah yang berseri dan akhlak yang baik."( Bulughul Maram: 1558) Keberhasilan tidak akan dinikmati tanpa adanya usaha dan pengorbanan. (Q.S. Al-An am: 3) Bersama kesabaran ada kemenangan, bersama kesusahan ada jalan keluar, bersama kesulitan ada kemudahan. (HR. At-Tirmidzi) Barangsiapa yang menjaga diri dari meminta-minta pada orang lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah dan barang siapa yang merasa dirinya cukup, maka akan diberi kekayaan oleh Allah, kaya hati dan jiwa.." (H.R Bukhori- Muslim) Dan barangsiapa yang berlaku sabar maka akan dikarunia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang dikaruniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas kegunaannya daripada karunia kesabaran itu." (H.R Bukhori-Muslim) Sesungguhnya disamping kesukaran ada kemudahan. Apabila engkau telah selesai mengerjakan suatu urusan maka kerjakan urusan yang lain dengan sungguh-sungguh. Dan hanya kepada Tuhanmu, hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al-Insyirah 6-8) x

13 HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah, Karya ini dipersembahkan Kepada : Ibunda dan Ayahanda yang aku cinta atas kasih sayang, bimbingan, pengorbanan, dan do a beliau berdua., serta saudara-saudara yang selalu dekat di hati. Ady Susanto, Sugiyarto, Dhoni Endryatma, Agus Suriawan, Prihutomo Dirga, Soni Jatmiko, Muadi Eksan, Wachid Yahya, Ledy Kusuma, dan Haryo Kusnanto yang sudah menjadi teman dekat dan ikut mendukung sampai selesai. Semua Bapak dan Ibu Dosen PTM yang telah membimbing saya selama melaksanakan studi kuliah dai PTM, FKIP, Universitas Sebelas Maret. Seluruh staff karyawan PTM, FKIP, Universitas Sebelas Maret. Teman-teman PTM angkatan 2007, dan Almamaterku xi

14 KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN MELALUI PIPA KAPILER DI DALAM UPPER TANK RADIATOR DAN PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN DAIHATSU TARUNA CX TAHUN Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1 yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini bukan merupakan hasil dari segelintir orang, karena setiap keberhasilan manusia tidak akan lepas dari ridho Illahi serta bantuan orang lain. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Koordinator Skripsi Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Bapak Drs. C. Sudibyo, M.T. Dosen Pembimbing Skripsi I. 6. Bapak Drs. Bambang Dwi Wahyudi selaku Dosen Pembimbing Skripsi II. 7. Bapak Herman Sapurto, S.Pd., M.Pd., M.T. selaku Dosen Pembimbing Akademik. 8. Teman-teman mahasiswa PTM 2007 yang telah membantu dalam penulisan laporan ini. xii

15 Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan penyusunan skripsi selanjutnya. Akhir kata, dengan tangan terbuka dan tanpa mengurangi makna serta esensial skripsi ini, semoga apa yang ada dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya Surakarta, Agustus 2011 Penulis xiii

16 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN SURAT PERNYATAAN... iv HALAMAN PENGESAHAN... v HALAMAN ABSTRAK... vi HALAMAN MOTTO... x HALAMAN PERSEMBAHAN... xi KATA PENGANTAR... xii DAFTAR ISI... xiv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Pembatasan Masalah... 5 D. Rumusan Masalah... 5 E. Tujuan Penelitian... 6 F. Manfaat Penelitian... 6 BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Karakteristik Bahan Bakar Premium Pemanasan Bahan Bakar Bensin Proses Pembakaran Motor Bensin Pipa Kapiler Tembaga Perpindahan Kalor pada Pipa Tembaga Konsumsi Bahan Bakar xiv

17 7. Radiator B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berpikir D. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Metode Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Teknik Pengumpulan Data E. Teknik Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data B. Pengujian Persyaratan Analisis C. Pengujian Hipotesis D. Pembahasan Hasil Penelitian BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Penelitian B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xv

18 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel 2. Format Pengambilan Data Untuk Waktu Konsumsi Bahan Bakar Premium Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar Tanpa Pemanasan dan dengan Pemanasa Tabel 3. Ringkasan Perhitungan Homogenitas Dengan Uji Bartlett Tabel 4. Rangkuman Anava Dua Jalan Tabel 5. Data Keseluruhan Hasil Konsumsi Bahan Bakar Tabel 6. Perolehan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 1000 r.p.m Tabel 7. Persentase Percobaan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 1000 r.p.m Tabel 8. Perolehan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 1500 r.p.m Tabel 9. Persentase Percobaan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 1500 r.p.m Tabel 10. Perolehan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 2000 r.p.m Tabel 11. Persentase Percobaan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 2000 r.p.m Tabel 12. Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar terhadap waktu dari Setiap Percobaan pada Putaran Mesin 1000, 1500, dan 2000 r.p.m Tabel 13. Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar dari setiap Percobaan pada Putaran Mesin 1000, 1500, dan 2000 r.p.m Tabel 14. Hasil Uji Normalitas Kolom A Metode Lilliefors Tabel 15. Hasil Uji Normalitas Baris B Metode Lilliefors Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas Dengan Metode Bartlet Tabel 17. Hasil Pengujian Anava Dua Arah Tabel 18. Hasil Uji Z Antar Kolom Tabel 19. Uji Z Antar Kolom Tabel 20. Ringkasan Hasil Uji Z Antar Kolom Tabel 21. Waktu Konsumsi pada Percobaan Tanpa Pemanasan Bahan Bakar pada Putaran Mesin 1000 r.p.m xvi

19 Tabel 22. Perhitungan Konversi Waktu Konsumsi Bahan Bakar ke Dalam Menit Tabel 23. Perolehan Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Tanpa Pemanasan Bahan Bakar pada 1000 r.p.m Tabel 24. Waktu Konsumsi pada Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar Melalui Satu Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 1000 r.p.m Tabel 25. Perhitungan Konversi Waktu Konsumsi Bahan Bakar ke Dalam Menit Tabel 26. Perolehan Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar dengan Pemanasan Bahan Bakar Melalui Satu Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 1000 r.p.m Tabel 27. Waktu Konsumsi pada Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar Melalui Dua Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 1000 r.p.m Tabel 28. Perhitungan Konversi Waktu Konsumsi Bahan Bakar ke Dalam Menit Tabel 29. Perolehan Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar dengan Pemanasan Bahan Bakar Melalui Dua Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 1000 r.p.m Tabel 30. Waktu Konsumsi pada Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar Melalui Tiga Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 1000 r.p.m Tabel 31. Perhitungan Konversi Waktu Konsumsi Bahan Bakar ke Dalam Menit Tabel 32. Perolehan Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar dengan Pemanasan Bahan Bakar Melalui Tiga Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 1000 r.p.m Tabel 33. Perolehan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 1000 r.p.m Tabel 34. Persentase Percobaan Konsumsi Bahan Bakar pada putaran mesin 1000 r.p.m Tabel 35. Waktu Konsumsi pada Percobaan Tanpa Pemanasan Bahan Bakar pada Putaran Mesin 1500 r.p.m Tabel 36. Perhitungan Konversi Waktu Konsumsi Bahan Bakar ke Dalam Menit Tabel 37. Perolehan Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Tanpa xvii

20 Pemanasan Bahan Bakar pada 1500 r.p.m Tabel 38. Waktu Konsumsi pada Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar melalui Satu Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 1500 r.p.m Tabel 39. Perhitungan Konversi Waktu Konsumsi Bahan Bakar ke Dalam Menit Tabel 40. Perolehan Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar dengan Pemanasan Bahan Bakar Melalui satu Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 1500 r.p.m Tabel 41. Waktu Konsumsi pada Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar melalui dua Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 1500 r.p.m Tabel 42. Perhitungan Konversi Waktu Konsumsi Bahan Bakar ke Dalam Menit Tabel 43. Perolehan Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar dengan Pemanasan Bahan Bakar melalui Dua Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 1500 r.p.m Tabel 44. Waktu Konsumsi pada Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar Melalui Tiga Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 1500 r.p.m Tabel 45. Perhitungan Konversi Waktu Konsumsi Bahan Bakar ke Dalam Menit Tabel 46. Perolehan Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar dengan Pemanasan Bahan Bakar Melalui Tiga Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin1500 r.p.m Tabel 47. Perolehan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 1500 r.p.m Tabel 48. Persentase Percobaan Konsumsi Bahan Bakar pada putaran mesin 1500 r.p.m Tabel 49. Waktu Konsumsi pada Percobaan Tanpa Pemanasan Bahan Bakar pada Putaran Mesin 2000 r.p.m Tabel 50. Perhitungan Konversi Waktu Konsumsi Bahan Bakar ke Dalam Menit Tabel 51. Perolehan Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Tanpa Pemanasan Bahan Bakar pada 1500 r.p.m Tabel 52. Waktu Konsumsi pada Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar Melalui Satu Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 2000 r.p.m xviii

21 Tabel 53. Perhitungan Konversi Waktu Konsumsi Bahan Bakar ke Dalam Menit Tabel 54. Perolehan Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar dengan Pemanasan Bahan Bakar Melalui Satu Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 2000 r.p.m Tabel 55. Waktu Konsumsi pada Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar Melalui Dua Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 1000 r.p.m Tabel 56. Perhitungan Konversi Waktu Konsumsi Bahan Bakar ke Dalam Menit Tabel 57. Perolehan Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar dengan Pemanasan Bahan Bakar Melalui Dua Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 2000 r.p.m Tabel 58. Waktu Konsumsi pada Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar Melalui Tiga Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 2000 r.p.m Tabel 59. Perhitungan Konversi Waktu Konsumsi Bahan Bakar ke Dalam Menit Tabel 60. Perolehan Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar dengan Pemanasan Bahan Bakar Melalui Tiga Saluran Pipa Pemanas Kapiler pada Putaran Mesin 2000 r.p.m Tabel 61. Perolehan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 2000 r.p.m Tabel 62. Persentase Percobaan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 2000 r.p.m Tabel 63. Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar dari setiap pada Pecobaan Putaran Mesin 1000, 1500, dan 2000 r.p.m xix

22 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Diagram P V Pembakaran Motor Bensin Gambar 2. Radiator Gambar 3. Skema Paradigma Penelitian Gambar 4. Design Radiator pada Penelitian Gambar 5. Termokopel Gambar 6. Tachometer Gambar 7. Diagram Alir Proses Eksperimen Gambar 8. Bagan Design Eksperimen Gambar 9. Pandangan atas Variasi Panjang Pipa Pemanas pada Upper Tank Radiator Gambar 10. Histogram Konsumsi Bahan Bakar pada 1000 r.p.m Gambar 11. Histogram Konsumsi Bahan Bakar pada 1500 r.p.m Gambar 12. Histogram Konsumsi Bahan Bakar pada 2000 r.p.m Gambar 13. Histogram Perbandingan Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar dari Setiap Percobaan pada Putaran Mesin 1000, 1500, dan 2000 r.p.m xx

23 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Lampiran 2. Uji Normalitas Kolom Lampiran 3. Uji Normalitas Baris Lampiran 4. Uji Homogenitas Lampiran 5. UJI ANALISIS VARIANSI DUA JALAN Lampiran 6. Uji Z Lampiran 7. Tabel Distribusi Normal Baku Lampiran 8. Tabel Nilai Kritis Uji Barlett Lampiran 9. Tabel Nilai Kritis Uji Lilliefors Lampiran 10. Tabel Nilai X Lampiran 11. Tabel Nilai Uji F Lampiran 12. Tabel Nilai t α;v Lampiran 13. Daftar Peserta Seminar Lampiran 14. Pengesahan Proposal Skripsi Lampiran 15. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Lampiran 16. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out Lampiran 17. Surat Keterangan Research di Lab. Otomotif Lampiran 18. Surat Keterangan Hasil Research di Lab. Otomotif Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian xxi

24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor energi di Indonesia mengalami masalah serius, karena laju permintaan energi di dalam negeri melebihi pertumbuhan pasokan energi. Minyak mentah dan BBM sudah diimpor guna mengatasi permintaan yang melonjak dari tahun ke tahun sehingga ketahanan energi nasional rentan terhadap fluktuasi harga dan pasokan minyak mentah dunia. Kementerian ESDM memperkirakan dalam kurun waktu tahun mendatang akan mengalami krisis energi. Hal ini bertambah buruk seiring bertambahnya kebutuhan manusia akan transportasi membuat penggunaan kendaraan bermotor di Indonesia semakin meningkat. diakses tanggal 21/08/2011 pada pukul 23:42 WIB. Kenaikan harga bahan bakar minyak, baik bensin (premium, pertamax, dan pertamax plus), ataupun solar yang banyak dikonsumsi masyarakat dan industri. Sehingga muncul upaya-upaya positif untuk menghemat pemakaian bahan bakar yang dapat dilakukan dengan jalan meningkatan mutu jasa angkutan umum, mencari sumber energi bahan bakar alternatif, dan penambahan alat pada sistem pembakaran mesin kendaraan bermotor dengan cara memanaskan bahan bakar sebelum memasuki ruang bakar. Hal ini agar siklus pembakaran dalam pada mesin kendaran bermotor jangan sampai ada bahan bakar yang terbuang atau lolos dari ruang silinder tanpa pembakaran sempurna. Sistem pembakaran sangat dipengaruhi oleh keadaan dari keseluruhan proses pembakaran di mana atom-atom dari komponen yang dapat bereaksi dengan oksigen dan membentuk produk yang berupa gas. Bila oksigen dan hidrokarbon tidak bercampur dengan baik, maka akan terjadi proses cracking di mana pada nyala akan timbul asap. Pembakaran seperti ini dinamakan 1

25 2 pembakaran tidak sempurna (Toyota Astra Motor, New Step 2: 1995). Pembakaran tidak sempurna menyebabkan konsumsi bahan bakar kurang efisien. Suyanto (1989: 257) menyatakan bahwa proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh temperatur, kerapatan campuran, komposisi, dan turbulensi yang ada pada campuran. Apabila temperatur campuran bahan bakar dengan udara naik, maka semakin mudah campuran bahan bakar dengan udara tersebut untuk terbakar. Dengan temperatur yang cukup campuran bahan bakar dalam hal ini bensin dengan udara akan lebih homogen. Salah satu syarat agar campuran lebih homogen adalah bahan bakar harus mudah menguap. Sehingga apabila bahan bakar dipanaskan terlebih dahulu maka diharapkan bahan bakar akan lebih mudah bercampur dengan udara yang masuk ke dalam silinder sehingga homogenitas campuran bahan bakar dan udara akan lebih baik. Jika homogenitas baik maka akan memperbaiki sistem pembakaran sehingga diharapkan dapat mengurangi besar konsumsi bahan bakar. Hubungan pemanasan bahan bakar dengan konsumsi bahan bakar menurut Soenarta (1995: 21), yaitu jika terdapat sebagian bahan bakar yang tidak dapat menguap maka akan mengakibatkan campuran yang lebih gemuk dari pada campuran stoichiometris, seperti campuran untuk tenaga maksimum adalah 12 13:1. Apabila dalam proses pencampuran udara terdapat sebagian bahan bakar yang tidak dapat menguap maka distribusi campuran menjadi sangat tidak homogen. Kondisi seperti ini dapat berakibat pada konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros, sehingga dapat diasumsikan bahwa, bila bahan bakar dipanaskan, bahan bakar lebih cepat menguap, maka bahan bakar akan lebih mudah bercampur dengan udara, dan pembakaran menjadi lebih baik. Urip Sudirman (2006: 34) menerangkan bahwa metode pemanasan (Heater) ini dengan mengalirkan bensin pada saluran bahan bakar melewati media pemanas. Media pemanas yang digunakan dapat memanfaatkan sirkulasi air pendingin radiator atau bias juga mengguanakan alat pemanas heater. Bensin

26 3 yang telah melewati media pemanas mendapat pertambahan nilai kalori bakar sehingga bensin yang masuk pada karburator lebih mudah terbakar. Keunggulan metode pemanasan sebagai berikut: 1. Menaikan kalor bahan bakar bensin, sehingga bensin lebih mudah dibakar di ruang bakar. 2. Proses pembakaran bensin lebih sempurna. 3. Meningkatkan tenaga mesin. 4. Mengurangi emisi gas buang dan ramah lingkungan. Kekurangan metode pemanasan bahan bakar: 1. Pemasangan rumit. 2. Harganya relatif mahal Mesin mobil Taruna CX 1600 cc tahun 2000 pabrikan Daihatsu merupakan jenis mesin konvensional yang masih menggunakan karburator dan sistem katup pada sistem pembakaran. Pada mesin konvensional proses waktu buka dan tutup katup dari saat mesin stasioner sampai putaran tertinggi adalah sama. Hal ini mengakibatkan kerja mesin tidak optimal dan efisien. Dalam hal ini, kompromi yang dilakukan hanyalah membuat mesin efisien pada putaran menengah. Namun, pada putaran rendah dan tinggi hasilnya kurang efisien karena terjadi campuran gemuk yang tidak homogen, sehingga tidak terbakar sempurna. Penyesuaian antara waktu buka dan tutup katup dengan putaran dan beban mesin perlu dilakukan supaya mesin mendapatkan tenaga yang lebih besar. Pada putaran tinggi, diperlukan udara dan bahan bakar yang lebih banyak untuk memperoleh tenaga lebih besar. / 2010 / 10/ 16/ mobil keluarga ideal - terbaik-indonesia/, diakses tanggal 21/8/2011, pukul 5:16 WIB. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas kesempurnaan proses pembakaran bahan bakar dan putaran mesin mempengaruhi konsumsi bahan bakar. Bahan bakar bensin sebagai sebagai elemen dasar dalam proses

27 4 pembakaran memiliki peranan penting dalam proses pembakaran yang sempurna dalam ruang bakar. Dalam penelitian ini adalah melakukan suatu percobaan yaitu memberikan perlakuan pemanasan terhadap bahan bakar bensin melalui pipa yang dipasang pada upper tank radiator kendaraan Taruna CX 1600 cc tahun 2000, sehingga diharapkan memperoleh suatu kondisi di mana campuran bahan bakar dengan udara diharapkan dapat lebih baik sehingga bahan bakar dapat terbakar dengan sempurna. Proses perlakuan pemanasan bahan bakar dilakukan dengan memanfaatkan fluida di radiator yang berada pada upper tank radiator yaitu dengan membuat saluran yang terbuat dari pipa tembaga melalui upper tank radiator. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengambil judul skripsi PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN MELALUI PIPA KAPILER DI DALAM UPPER TANK RADIATOR DAN PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN DAIHATSU TARUNA CX TAHUN B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, identifikasi masalah yang akan diungkapkan adalah: 1. Sektor energi di Indonesia mengalami masalah serius, karena laju permintaan energi di dalam negeri melebihi pertumbuhan pasokan energi. 2. Upaya-upaya positif untuk menghemat pemakaian bahan bakar yang dapat dilakukan dengan jalan meningkatan mutu jasa angkutan umum, mencari sumber energi bahan bakar alternatif, dan penambahan alat pada sistem pembakaran mesin kendaraan bermotor dengan cara memanaskan bahan bakar sebelum memasuki ruang bakar.

28 5 3. Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh temperatur, kerapatan campuran, komposisi, dan turbulensi yang ada pada campuran. 4. Salah satu syarat agar campuran lebih homogen adalah bahan bakar harus mudah menguap. 5. Apabila dalam proses pencampuran udara terdapat sebagian bahan bakar yang tidak dapat menguap maka distribusi campuran menjadi sangat tidak homogen. 6. Media pemanas yang digunakan dapat memanfaatkan sirkulasi air pendingin radiator atau bias juga mengguanakan alat pemanas heater. 7. Pada mesin kendaraan Taruna CX 1600 cc tahun 2000 termasuk jenis mesin konvensional yang diketahui bahwa kerja mesin konvensional tidak efisien pada putaran rendah dan tinggi karena terjadi campuran gemuk yang tidak homogen, sehingga tidak terbakar sempurna. 8. Perlakuan pemanasan bahan bakar dilakukan dengan memanfaatkan fluida di radiator yang berada pada upper tank radiator yaitu dengan membuat saluran yang terbuat dari pipa tembaga melalui upper tank radiator pada kendaraan Taruna CX 1600 cc tahun C. Pembatasan Masalah Penelitian in dibatasi dengan ruang lingkup penelitian sebagai berikut: 1. Pengaruh pemanasan bahan bakar bensin melalui pipa kapiler di dalam upper tank radiator dan putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun Penelitian ini meninjau suhu bahan bakar dari variasi panjang pipa pemanasan 480 mm, 960 mm, dan mm dengan diameter pipa 6 mm upper tank radiator. 3. Penelitian ditentukan pada putaran mesin 1000, 1500, dan 2000 r.p.m.

29 6 4. Penelitian ini menggunakan mesin bensin Daihatsu Taruna CX 4 silinder tahun D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh pemanasan bahan bakar bensin melalui pipa kapiler di dalam upper tank radiator terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun 2000? 2. Apakah ada pengaruh putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun 2000? 3. Apakah ada interaksi pengaruh pemanasan bahan bakar bensin melalui pipa kapiler di dalam upper tank radiator dan putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun 2000? E. Tujuan Penelitian Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh pemanasan bahan bakar bensin melalui pipa kapiler di dalam upper tank radiator terhadap konsumsi bahan bakar bensin pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun Mengetahui pengaruh putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun Mengetahui interaksi pengaruh pemanasan bahan bakar bensin melalui pipa kapiler di dalam upper tank radiator dan putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun 2000.

30 7 4. Menganalisa konsumsi bahan bakar yang paling efisien ditinjau dari pemanasan bahan bakar dan putaran mesin. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai kajian teoritis dan praktis bagi pihak-pihak yang berkompeten di bidang otomotif, yaitu: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang studi yang berkaitan dengan penelitian ini. b. Sebagai referensi penelitian sejenis bagi pihak lain berkaitan dengan konsumsi bahan bakar. c. Membangkitkan minat mahasiswa untuk melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan efisiensi konsumsi bahan bakar. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan alternatif solusi untuk upaya penghematan bahan bakar pada kendaraan bermotor roda empat. b. Mengembangkan ide kreatifitas dalam memberi solusi penghematan bahan bakar dengan metode pemanasan bahan bakar.

31 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Karakteristik Bahan Bakar Premium Premium berasal dari bensin yang merupakan salah satu fraksi dari penyulingan minyak bumi yang diberi zat tambahan atau aditif, yaitu Tetra Ethyl Lead (TEL). Premium mempunyai rumus empiris Ethyl Benzena (C 8 H 18 ). (Sumber: 20TA /BAB_IInikko_c.pdf, diakses 23 maret 2011). Premium adalah bahan bakar jenis detilasi berwarna kuning akibat adanya zat pewarna tambahan. Penggunaan premium pada umumnya digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin, seperti mobil, sepeda motor, dan lain lain. Bahan bakar ini juga sering disebut motor gasoline atau petrol dengan angka oktan adalah 88, dan mempunyai titik didih 200 C. Adapun rumus kimia untuk pembakaran pada bensin premium adalah sebagai berikut: 2 C 8 H O 2 16 CO H 2 O Bensin jenis premium mempunyai sifat anti ketukan yang baik dan dapat dipakai pada mesin kompresi tinggi pada saat semua kondisi. Komposisi bahan bakar bensin, yaitu : 1. Bensin (gasoline) C 8 H Berat jenis bensin 0,65-0,75 kg/m 3 3. Pada suhu 40 bensin menguap 30-65% 4. Pada suhu 100 bensin menguap 80-90% (Sumber: Encyclopedia Of Chemical Technologi, Third Edition, 1981: 399). 8

32 9 Syarat-syarat bahan bakar untuk motor bakar bensin, meliputi: (1) Volatilitas Bahan Bakar Volatilitas bahan bakar didefinisikan sebagai kecenderungan cairan bahan bakar untuk menguap. Pada motor bensin, campuran bahan bakar dan udara yang masuk dalam silinder sebelum dan sesudah selama proses pembakaran diusahakan sudah dalam keadaan campuran uap bahan bakar dan udara, sehingga memudahkan proses pembakaran. Oleh karena itu kemampuan menguapkan bahan bakar untuk motor bensin sangat penting. (2) Angka oktan Bilangan oktan (octane number) merupakan ukuran dari kemampuan bahan bakar untuk mengatasi ketukan sewaktu terbakar dalam mesin. Nilai bilangan oktan 0 ditetapkan untuk n-heptana yang mudah terbakar, dan nilai 100 untuk isooktana yang tidak mudah terbakar. Suatu campuran 12 % n- heptana dan 88 % iso-oktana akan mempunyai bilangan oktan = (12/100 x 0) + (88/100 x 100) = 88. Besar angka oktan bahan bakar tergantung pada presentase isooktana (C 7 H 18 ) dan normal heptana (C 7 H 16 ) yang terkandung didalamnya. Sebagai pembanding, bahan bakar yang sangat mudah berdetonasi adalah normal heptana (C 7 H 16 ) sedang yang sukar berdetonasi adalah iso-oktana (C 7 H 18 ). Bensin yang cenderung kearah sifat normal heptana disebut bensin dengan nilai oktan rendah (angka oktan rendah) karena mudah berdetonasi, sebaliknya bahan bakar yang lebih cenderung kearah sifat iso-oktana dikatakan bensin dengan nilai oktan tinggi atau lebih sukar berdetonasi. Misalnya suatu bensin mempunyai angka oktan 90 akan lebih sukar berdetonasi daripada bensin beroktan 70. Jadi kecenderungan bensin untuk

33 10 berdetonasi dinilai dari angka oktannya. Iso-oktana murni diberi indeks 100, sedangkan normal heptana murni diberi indeks 0. Dengan demikian jika suatu bensin memiliki angka oktan 90 berarti bensin tersebut cenderung berdetonasi sama dengan campuran yang terdiri atas 90% volume iso-oktana dan 10% volume normal heptana. Muhammad Nasikin menyatakan bahwa proses pemanasan bahan bakar bensin membuat rantai lurus oktana (pembuat nilai oktan dalam bensin) dengan rumus kimia C 8 H 18 jadi bercabang makin banyak, nilai oktan juga meninggi. misalnya rantai oktan lurus bernilai 50, maka rantai cabangnya (iso-oktana) dapat bernilai 100 (Sumber: detail&id=2, diakses tanggal 10 April 2011). 2. Pemanasan Bahan Bakar Bensin Pemanasan bahan bakar bensin sebagai upaya memperbaiki sistem pengabutan masih awam bagi sebagian besar masyarakat. Pemanasan lewat air radiator (sistem pendingin mesin) hanya membantu proses pengabutan di spuyer nosel ataupun karburator pada mesin bensin. Karena bensin yang semula cair, kini memiliki tekanan cenderung lebih tinggi. Banyak pendapat yang pro maupun kontra seputar prinsip pemanasan bensin. Ada yang menilai tak banyak berguna, karena bensin sendiri sudah mudah menguap. Sehingga tidak perlu dipanaskan lagi. Ada juga yang mengatakan, seharusnya bahan bakar bensin harus bersuhu dingin agar bensin yang masuk ke ruang bakar lebih padat. Kepala Departement Gas dan Petrokimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. M. Nasikin, M.Eng. mengatakan bahwa "Perlu analisis terhadap bahan bakar bensin itu sendiri". Ternyata, pemanasan memang dapat meningkatkan sifat bensin. (Sumber: = detail&id =3, diakses tanggal 10 April 2011).

34 11 Prof. M. Nasikin menyatakan bahwa proses pemanasan bahan bakar bensin ini membuat rantai lurus oktana (pembuat nilai oktan dalam bensin) dengan rumus kimia C 8 H 18 jadi becabang makin banyak, nilai oktan juga meninggi. misalnya rantai oktan lurus bernilai 50, maka rantai cabangnya (isooktana) dapat mencapai 100 oktan. Panas tinggi dan katalis merupakan dua faktor yang tak dapat dipisahkan. Rantai hanya dapat lepas dengan adanya katalis. Energi pemutus rantai perlu suhu sampai 200 o C, sedangkan suhu radiator mobil berkisar o C. (Sumber: detail&id=2, diakses tanggal 10 April 2011). Dari paparan sebelumnya menunjukan bahwa pemanasan dapat meningkatkan angka oktan bensin. Angka Oktan adalah suatu bilangan yang menunjukkan sifat anti ketukan (detonasi). Dengan kata lain, makin tinggi angka oktan maka semakin berkurang kemungkinan untuk terjadinya detonasi (knocking). Dengan berkurangnya intensitas untuk berdetonasi, maka campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan oleh torak menjadi lebih baik sehingga tenaga motor akan lebih besar dan pemakaian bahan bakar menjadi lebih hemat. (Sumber: o_c.pdf, diakses 23 maret 2011) Untuk membuktikan teori ini, kru otomotif Sigma speed melakukan uji coba langsung pada alat ini dengan memakai dynamometer. Dari beberapa kali test pada mobil Toyota Kijang kapsul 1997 (1.800 cc karburator) memang terbukti adanya peningkatan tenaga dan torsi maksimal pada putaran mesin tertentu. Adanya peningkatan tenaga terasa di r.p.m. (putaran mesin tertinggi pada gigi 4) menurut kru otomotif Sigma speed yang menangani dyno test.

35 12 Kesimpulan mereka, komponen mesin dan pasokan bahan bakar jadi lebih awet karena bensin yang dipanaskan sudah memiliki tekanan, jadi beban kerja karburator menjadi lebih ringan dan deposit akibat sisa pembakaran hampir tidak ada. Hal ini sudah terbukti dari test CO dan pengesekan busi pada saat pengetesan. Dari beberapa kali test pada mobil Toyota Kijang kapsul 1997 (1.800 cc karburator) memang terbukti adanya peningkatan tenaga dan torsi maksimal pada putaran mesin tertentu. (Sumber: = detail&id =2, diakses tanggal 10 April 2011). 3. Proses Pembakaran Motor Bensin 4 Tak Pembakaran sebagai reaksi kimia atau reaksi persenyawaan bahan bakar dengan oksigen dengan diikuti sinar atau panas. Mekanisme pembakaran sangat dipengaruhi oleh keadaan dari keseluruhan proses pembakaran dimana atom-atom dari komponen yang dapat bereaksi dengan oksigen dan membentuk produk yang berupa gas. Bila oksigen dan hidrokarbon tidak bercampur dengan baik, maka akan terjadi proses cracking dimana pada nyala akan timbul asap. Pembakaran seperti ini dinamakan pembakaran tidak sempurna (Toyota Astra Motor, New Step 2: 1995). Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi pada pembakaran motor bensin yaitu pembakaran sempurna dan tidak sempurna. Pembakaran normal (sempurna), dimana bahan bakar dapat terbakar seluruhnya pada saat dan keadaan yang dikehendaki. Mekanisme pembakaran normal pada motor bensin dimulai pada saat terjadinya loncatan bunga api pada busi. Selanjutnya api membakar gas yang berada di sekelilingnya dan terus menjalar ke seluruh bagian sampai semua partikel gas terbakar habis. Pada saat gas bakar dikompresikan, tekanan dan suhunya naik, sehingga terjadi reaksi kimia dimana molekul-molekul hidrokarbon terurai dan tergabung dengan oksigen dan udara. Sebelum langkah kompresi berakhir terjadilah percikan api pada busi yang kemudian membakar gas tersebut. Dengan timbulnya energi panas, tekanan dan

36 13 suhunya naik secara mendadak, maka torak terdorong menuju titik mati bawah (Toyota Astra Motor, New Step 2: 1995). Gambar 1. Diagram P V Pembakaran Motor Bensin Pembakaran tidak sempurna (tidak normal), adalah pembakaran dimana nyala api dari pembakaran ini tidak menyebar secara teratur dan merata sehingga menimbulkan masalah atau bahkan kerusakan pada bagian-bagian motor (Suyanto, 1989: 257). Pembakaran yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki sehingga tekanan di dalam silinder tidak bisa dikontrol, sering disebut dengan autoignition. Autoignition adalah proses pembakaran dimana campuran bahan bakar tidak terbakar karena nyala api yang dihasilkan oleh busi melainkan oleh panas yang lain, misalnya panas akibat kompresi atau panas akibat arang yang membara dan sebagainya. Pembakaran tidak sempurna dapat mengakibatkan seperti knocking dan pre-ignition yang memungkinkan timbulnya gangguan dan kesukaran-kesukaran dalam motor bensin (Suyanto, 1989: 259). Pada pembakaran yang tidak sempurna sering pula terjadi pembakaran yang tidak lengkap. Pembakaran tidak sempurna merupakan proses pembakaran di mana sebagian bahan bakar tidak ikut terbakar, atau tidak terbakar bersama

37 14 pada saat dan keadaan yang dikehendaki. Pembakaran tidak sempurna dibedakan dalam dua jenis, yaitu knocking dan pre-ignition. Knoking terjadi karena campuran bahan bakar dan udara yang belum terbakar terdesak oleh gas yang sudah terbakar, sehingga tekanan dan suhunya sampai keadaan hampir terbakar. Jika pada saat ini gas tadi terbakar dengan sendirinya, maka timbul ledakan kecil (denotasi) yang menghasilkan gelombang kejutan berupa ketukan. Pre-ignition terjadi karena bahan bakar dan udara terbakar dengan sendirinya disebabkan oleh tekanan dan suhu yang cukup tinggi sebelum busi memercikan bunga api. Tekanan dan suhu tadi dapat membakar bahan bakar tanpa pemberian api dari busi. Sehingga pre-ignition adalah peristiwa pembakaran yang terjadi sebelum sampai pada saat yang dikehendaki. Pembakaran yang normal pada motor bensin adalah dimulai pada saat terjadinya loncatan api pada busi dan membakar semua hidrogen dan oksigen yang terkandung dalam campuran bahan bakar. Dalam pembakaran normal semua atom karbon dan hidrogen bereaksi sempurna dengan udara yaitu oksigen. Berikut adalah contoh hasil pembakaran normal: CH O 2 CO H 2 O Tetapi dalam pembakaran yang tidak lengkap yaitu pembakaran yang ada kelebihan atau kekurangan oksigen. Contoh hasil reaksi kelebihan oksigen: CH O 2 CO H 2 O + O 2 Jadi di dalam persamaan hasil reaksi di atas jelas ada kelebihan O 2 (Oksigen). Contoh hasil reaksi kekurangan oksigen: 2 CH 4 + 3,5 O 2 CO 2 + CO + 4 H 2 O Jadi di dalam persamaan hasil reaksi di atas masih ada CO yang tidak terbakar dan keluar bersama-sama dengan gas buang. Hal tersebut disebabkan karena kekurangan oksigen.

38 15 4. Pipa Kapiler Tembaga Pipa kapiler digunakan untuk menyalurkan bahan bakar dari pompa bahan bakar sebelum masuk ke karburator. Bahan pipa kapiler yang digunakan dari bahan tembaga karena tembaga memiliki kekuatan tarik hingga 150 N/mm² dalam bentuk tembaga tuangan dan dapat ditingkatkan hingga 390 N/mm². Tembaga memiliki sifat thermal dan electrical conduktifitas nomor dua setelah Silver. Tembaga yang digunakan sebagai penghantar listrik banyak digunakan dalam keadaan tingkat kemurnian yang tinggi hingga 99,9 %. Sifat lain dari tembaga ialah sifat ketahanannya terhadap korosi atmospheric serta berbagai serangan media korosi lainnya. Tembaga sangat mudah disambung melalui proses penyolderan, brazing serta pengelasan. Tembaga termasuk dalam golongan logam berat dimana memiliki berat jenis 8,9 kg/m3 dengan titik cair 1083 C. Pipa tembaga yang digunakan dalam penelitian ini berdiameter dalam 6 mm dengan panjang 480 mm, 960 mm, dan 1440 mm. Pipa tembaga akan di pasang pada upper tank radiator sebagai tempat mengalirnya bahan bakar dari pompa bahan bakar sebelum ke karburator. Dengan harapan bahan bakar yang mengalir di dalam pipa tembaga akan terkonveksi panas dari fluida yang ada pada radiator. Dengan konveksi panas maka akan mendapatkan pertambahan nilai kalori bakar sehingga molekul bensin yang bermutu kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang). 5. Perpindahan Kalor pada Pipa Tembaga Perpindahan kalor dapat didefinisikan sebagai suatu proses berpindahnya suatu energi (kalor) dari satu daerah ke daerah lain akibat adanya perbedaan suhu pada daerah tersebut.

39 16 Bahan bakar bensin yang mengalir di dalam pipa tembaga yang di pasang pada upper tank radiator akan menyebabkan terjadinya proses perpindahan kalor dari fluida panas di upper tank radiator ke bahan bakar bensin yang ada di dalam pipa tembaga, adapun proses perpindahan kalor yang terjadi dapat berupa: a. Perpindahan Kalor Secara Konduksi Perpindahan kalor secara konduksi ialah proses perpindahan kalor yang hanya terjadi di dalam bahan. Arah aliran energi kalor konduksi terjadi dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah ( diakses 12 Mei 2011). Dalam penelitian ini perpindahan kalor secara konduksi terjadi di dalam pipa tembaga, yaitu proses perambatan panas dari satu titik bersuhu tinggi ke titik lain yang bersuhu rendah di dalam pipa tembaga tersebut sebelum panas dari fluida di upper tank radiator mengkonveksi panas ke bahan bakar bensin yang mengalir. Persamaan dasar konduksi adalah sebagai berikut: Keterangan : q k A q = - k. A. dx dt. ΔT = Laju Perpindahan Panas (kj / det) = Konduktifitas Termal (W / cm K atau j / cm sk) = Luas Penampang (cm²) dt = Perbedaan Temperatur ( C ) dx = Perbedaan Jarak (cm / det) ΔT = Perubahan Suhu ( C)

40 17 b. Perpindahan Kalor Secara Konveksi Perpindahan kalor secara konveksi adalah proses perpindahan energi dengan kerja gabungan dari konduksi kalor, penyimpanan energi dan gerakan mencampur. Konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat dan cair atau gas. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi dari suatu permukaan yang suhunya di atas suhu fluida disekitarnya. Perpindahan kalor secara konveksi berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama, kalor akan mengalir dengan cara konduksi dari permukaan ke partikel-partikel fluida yang berbatasan. Energi yang berpindah dengan cara demikian akan menaikkan suhu dan energi dalam partikel-partikel fluida tersebut. Kedua, partikel-partikel tersebut akan bergerak ke daerah suhu yang lebih rendah dimana partikel tersebut akan bercampur dengan partikel-partikel fluida lainnya ( ir/doc.pdf, diakses 12 Mei 2011). Pada penelitian ini perpindahan kalor tersebut terjadi antara fluida pada upper tank radiator ke pipa tembaga dan terjadi antara pipa tembaga dengan bahan bakar bensin yang mengalir di dalamnya. Laju perpindahan kalor antara suatu permukaan plat dan suatu fluida dapat dihitung dengan hubungan: q c = h c. A. (T w T ) Dimana : q c h c A T = Laju perpindahan kalor secara konveksi (W) = Koefisien perpindahan kalor konveksi (W/m²K) = Luas permukaan yang terkonveksi kalor (m²) = Beda antara suhu permukaan T w dan suhu fluida T

41 18 6. Konsumsi Bahan Bakar Konsumsi bahan bakar pada setiap proses siklus pembakaran untuk empat silinder dapat dihitung dengan menggunakan rumus hasil konversi dari konsumsi bahan bakar spesifik putaran mesin (VL. Maleev, 1991). Perhitungan konsumsi bahan bakar pada setiap proses siklus pembakaran untuk empat silinder. Keterangan: V KS V V t n V K = V t n 2 atau V K = V t. n. 2 = Konsumsi bahan bakar pada setiap proses pembakaran untuk empat silinder (cc tiap siklus). = Volume bahan bakar yang telah ditentukan (cc). = Volume bahan bakar setiap menit (cc/menit) = Putaran mesin (r.p.m.). t = Waktu untuk menghabiskan bahan bakar (menit). Campuran bahan bakar yang dihisap masuk ke dalam silinder akan mempengaruhi tenaga yang dihasilkan karena jumlah bahan bakar yang akan dibakar akan menentukan besar panas dan tekanan akhir pembakaran yang digunakan untuk mendorong torak dari TMA ke TMB pada saat langkah usaha (Soenarta, 1985: 20). Kualitas bahan bakar dapat juga dipakai untuk mengetahui prestasi unjuk kerja mesin. Pembakaran yang sempurna akan menghasilkan tingkat konsumsi bahan bakar yang ekonomis karena pada pembakaran sempurna campuran bahan bakar dan udara dapat terbakar seluruhnya dalam waktu dan kondisi yang tepat (Toyota Astra Motor, New Step 2: 1995).

42 19 7. Radiator Radiator berfungsi mendinginkan cairan pendingin yang telah menjadi panas setelah mendinginkan mesin. Radiator terdiri dari tangki air bagian atas (upper water tank), tangki air bagian bawah (lower water tank) dan radiator core pada bagian tengahnya. Cairan pendingin masuk ke dalam upper tank dari selang atas (upper hose). Upper tank dilengkapi dengan selang yang dihubungkan ke reservoir tank sehingga air pendingin atau uap yang berlebihan dapat ditampung. Upper Tank Lower Tank Gambar 2. Radiator Lower tank dilengkapi dengan outlet dan keran penguras. Inti radiator terdiri dari pipa-pipa yang dapat dilalui air pendingin dari upper tank ke lower tank dan sirip-sirip pendingin yang fungsinya untuk menyerap panas.

43 20 B. Penelitian yang Relevan Dari beragam eksperimen yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya dengan panjang pipa kapiler yang berbeda ataupun sama antara lain : Hariyono (2007) pada motor bensin dengan menggunakan panjang pipa tembaga 450 mm, 900 mm, dan mm dengan diameter pipa 6 mm pada upper tank radiator, dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada bahan bakar premium maka pemanasan awal bahan bakar dapat membantu mengurangi konsumsi bahan bakar. Pada penelitian ini konsumsi bahan bakar premium mengalami penurunan masing-masing sebesar 9.09 % untuk saluran 1, sedangkan untuk saluran 2 sebesar %, dan % untuk saluran 3. sedangkan kandungan CO gas buang pada % untuk saluran 1, untuk saluran 2 sebesar %, dan untuk saluran 3 sebesar %. M. Mohlis (2007) pada mesin Isuzu Panther C 223 dengan menggunakan pajang pipa pemanas tembaga 450 mm, 900 mm, dan mm dengan diameter pipa 6 mm pada upper tank radiator, dan dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada pengaruh pemanasan bahan bakar pada setiap tekanan injeksi nosel 100, 110, 120 kg/cm 2 dan putaran mesin 1000, 1500, 2000, 2500, 3000 r.p.m. terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Isuzu Panther C 223. Konsumsi bahan bakar pada setiap putaran mesin paling irit dihasilkanpada saluran pemanasan 3 dengan panjang pipa pemanasan 1,35 m. Besar konsumsi bahan bakar pada 1000 r.p.m. yaitu 0,0238 cc dengan tekanan injeksi nosel 110 kg/cm 2, 1500 r.p.m. (0,0223 cc pada 110 kg/cm 2 ), 2000 r.p.m. (0,0236 cc pada 110 kg/cm 2 ), 2500 r.p.m. (0,0243 cc pada 110 kg/cm 2 ), dan 3000 r.p.m. (0,025 cc pada 120 kg/cm 2 ). Semakin tinggi temperatur pemanasan bahan bakar, semakin efisien konsumsi bahan bakar yang dihasilkan.

44 21 C. Kerangka Berpikir Salah satu usaha untuk menghemat konsumsi bahan bakar, terutama bahan bakar bensin dapat dilakukan dengan memperbaiki proses pembakaran bahan bakar dengan cara membuat campuran bahan bakar dan udara lebih homogen. Pencampuran bahan bakar bensin dengan udara yang baik akan menghasilkan pembakaran yang sempurna. Kondisi campuran yang baik adalah dengan memanaskan bahan bakar. Pemanasan bahan bakar dapat diperoleh dengan memanfaatkan kalor pada Radiator dengan meodifikasinya dengan menambahkan pipa kapiler di dalam upper tank radiator. Pipa kapiler ini sebagai saluran yang dilalui bahan bakar sebelum memasuk ke dalam pompa bahan bakar yang kemudian dilanjutkan ke dalam Karborator. Jadi penamanasan tersebut mempercepat proses pencampuran bahan bakar dengan udara menjadi lebih homogen. Konsumsi bahan bakar juga dipengaruhi oleh putaran mesin. Pada mesin konvensional proses waktu buka dan tutup katup dari saat mesin stasioner sampai putaran tertinggi adalah sama. Sehingga efisien pada putaran menengah. Namun, pada putaran rendah dan tinggi hasilnya kurang efisien karena terjadi campuran gemuk yang tidak homogen, sehingga tidak terbakar sempurna. Dari analisa tersebut, maka konsumsi bahan bakar dengan variasi putaran mesin pada kondisi standar mesin Daihatsu Taruna CX Tahun 2000 akan berbeda dengan mesin Daihatsu Taruna CX Tahun 2000 yang sudah dimodifikasi pada sistem bahan bakarnnya. Pengujian ini menggunakan variasi panjang pipa pemanas dalam upper tank radiator sehingga suhu bahan bakar yang dihasilkan berbeda sesuai panjang pipa pemanasnya. Pengujian ini menggunakan sampel mesin Daihatsu Taruna CX Tahun 2000 pada putaran mesin yang berbeda, yaitu pada 1000 r.p.m., 1500 r.p.m., dan 2000 r.p.m.

45 22 Dari uraian tersebut, maka dapat ditentukan suatu paradigma penelitian sebagai berikut : X 11 X 1 X 12 X 13 X 14 Y X 21 X 2 X 22 X 23 Gambar 3. Skema Paradigma Penelitian Keterangan : X 1 X 11 X 12 X 13 X 14 : Variasi Panjang Pipa Kapiler Tembaga. : Tanpa Variasi Pemanasan Bahan Bakar Dengan Pipa Kapiler Tembaga. : Variasi Panjang Pipa Kapiler Tembaga Dengan Panjang 480 mm. : Variasi Panjang Pipa Kapiler Tembaga Dengan Panjang 960 mm. : Variasi Panjang Pipa Kapiler Tembaga Dengan Panjang 1440 mm. X 2 X 21 X 22 X 23 : Variasi putaran mesin. : Variasi putaran mesin 1000 r.p.m. : Variasi putaran mesin 1500 r.p.m. : Variasi putaran mesin 2000 r.p.m. Y : Konsumsi bahan bakar pada Mesin Daihatsu Taruna CX Tahun 2000.

46 23 D. Hipotesis Berdasarkan uraian kerangka berfikir di atas maka rumusan hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah: 1. Pemanasan bahan bakar bensin melalui pipa kapiler di dalam upper tank radiator mempengaruhi konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun Putaran mesin mempengaruhi konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun Interaksi pengaruh pemanasan bahan bakar bensin melalui pipa kapiler di dalam upper tank radiator dan putaran mesin berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun 2000.

47 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian untuk mengetahui pengaruh pemanasan bahan bakar bensin melalui pipa kapiler di dalam upper tank radiator dan putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun 2000 dilaksanakan di laboratorium otomotif Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Alasan pemilihan di laboratorium tersebut, karena peralatan dan kelengkapan di sana dapat menunjang pelaksanaan penelitian ini seperti timing light, toolbox, termokopel digital, stopwatch, buret, dan termometer. 2. Waktu Penelitian Adapun jadwal pelaksanaan prosedur penelitian sebagai berikut : a. Seminar proposal skripsi pada tanggal 03 Mei b. Perijinan proposal penelitian pada tanggal 11 Mei 2011 s/d 21 Mei c. Pelaksanaan penelitian pada tanggal 5 Juli 2011 s/d 7 Juli d. Revisi Perijinan penyusunan skripsi pada tanggal 8 Juli s/d 14 Juli 2011, karena perubahan sampel yang akan diteliti dari mobil Kijang Toyota 5k tahun 1994 ke mobil Daihatsu Taruna CX tahun e. Penulisan laporan penelitian pada tanggal 8 Juli 2011 s/d 25 September B. Metode penelitian Metode penelitian adalah suatu rancangan penelitian yang memberikan arah bagi pelaksanaan penelitian sehingga data yang diperlukan dapat terkumpul. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen (Research Method). Arikunto 24

48 25 (2002: 4), pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan penelitian secara langsung pada obyek penelitian. Selanjutnya data yang telah dihasilkan tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis varians dua jalan. Analisis varians (ANAVA) dua jalan digunakan untuk menguji hipotesis yang berkenaan dengan perbedaan dua mean. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007: 80). Populasi dalam penelitian ini adalah mobil Daihatsu Taruna CX Tahun Sampel Penelitian Dalam penelitian ini sampel penelitiannya di ambil dengan menggunakan Purposive Sampling. Sugiyono (2007: 85) berpendapat bahwa Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel penelitian ini dilakukan pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun 2000 (nomor mesin 2E ) )dengan memodifikasi radiator yang ditempatkan pipa kapiler di dalam upper tank radiator dengan panjang pipa kapiler 480 mm, 960 mm, dan 1440 mm dengan diameter pipa 6 mm pada upper tank radiator. Upaya untuk menghindari adanya kegagalan terhadap validitas rancangan penelitian maka perlu dilakukan beberapa pengontrolan terhadap jalannya eksperimen selama penelitian. Pengontrolan tersebut meliputi: eksperimen menggunakan mobil yang sama, eksperimen dilakukan setelah mobil dilakukan pemanasan awal dengan asumsi mobil telah beroperasi pada suhu kerja, eksperimen dilakukan pada kondisi putaran mesin yang berbeda pada setiap kondisi penelitian dan eksperimen

49 26 menggunakan peralatan yang sudah dikalibrasi sebelumnya sehingga hasil pengukurannya diharapkan akurat. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian merupakan himpunan beberapa gejala yang berfungsi sama dalam suatu masalah. Dari pengertian di atas secara garis besar variabel dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan dijelaskan sebagai berikut: a. Variabel Bebas Variabel bebas adalah kondisi yang mempengaruhi munculnya suatu gejala. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah variasi panjang pipa pemanas (X 1 ) dan variasi putaran mesin (X 2 ). Variasi pipa pemanas bahan bakar yaitu panjang 480 mm, 960 mm, dan 1440 mm dengan jenis bahan bakar premium (bensin), sedangkan variasi putaran mesin dalam penelitian ini adalah putaran mesin 1000 r.p.m., 1500 r.p.m., dan 2000 r.p.m. b. Variabel Terikat Variabel terikat adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki pula sejumlah aspek atau unsur di dalamnya, yang berfungsi menerima atau menyesuaikan diri dengan kondisi variabel lain. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah konsumsi bahan bakar. c. Variabel Kontrol H. Hadari Nawawi dan H. Mimi Martini (1995: 52) Variabel kontrol adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki pula sejumlah aspek atau unsur didalamnya, yang berfungsi untuk mengendalikan agar variabel terikat yang muncul bukan karena variabel lain, yang disebut variabel bebas yang tertentu.

50 27 Pengendalian variabel ini dimaksudkan agar tidak merubah atau menghilangkan variabel bebas tertentu yang akan diungkapkan pengaruhnya. Adapun variabel-variabel kontrol dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Mesin mobil tanpa beban. 2. Temperatur permukaan radiator C. 3. Pendingin zat cair radiator menggunakan radiator collant. 4. Pembatasan bahan bakar bensin pada volume 50 cc. Untuk memperoleh data yang diinginkan untuk variabel ini dibuat sama. a. Alat Penelitian 2. Pelaksanaan Eksperimen Peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1) Kendaraan uji Kendaraan roda empat yang digunakan untuk penelitian yaitu motor bensin 4 langkah dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Mesin : Daihatsu Taruna CX 2. Tahun Pembuatan : Mesin : Segaris 4 silinder 1600 CC (karburator) 4. Jumlah katup : 16 Valve DOHC 5. Urutan pengapian : Tenaga : 86 PC/6000 r.p.m. 7. Perlengkapan : power steering, central lock, power window, alarm 2) Radiator Radiator sebagai media untuk memanaskan bahan bakar. Radiator yang digunakan bagian upper tanknya telah dipasangi pipa tembaga sebagai

51 28 saluran bensin dari pompa bensin ke karburator. Panjang ketiga pipa tersebut adalah sama yaitu 480 mm sedangkan diameter pipa 6 mm. Gambar 4. Design Radiator pada Penelitian 3) Termokopel Termokopel digital dalam penelitian ini dipakai untuk mengukur suhu bahan bakar bensin. Alat ini dipasang pada saluran bahan bakar sebelum masuk ke karburator. Gambar 5. Termokopel

52 29 4) Tachometer Tachometer alat yang berfungsi untuk mengetahui besarnya putaran mesin dalam satuan r.p.m. (rotation per minutes). Gambar 6. Tachometer 5) Stopwatch dipakai untuk mengukur waktu konsumsi bahan bakar. 6) Buret berkapasitas 1000 cc. 7) Timing light, dipakai untuk penyetelan saat pengapian. 8) Termometer. 9) Toolbox. 10) Lembar observasi. b. Bahan Penelitian Dalam penelitian ini bahan bakar yang digunakan bahan bakar untuk mesin bensin yang banyak digunakan di masyarakat yaitu Premium.

53 30 1. Urutan Langkah Eksperimen Tahap eksperimen dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan bagan aliran proses eksperimen sebagai berikut : Tune Up pada Mesin Daihatsu Taruna CX Persiapan Perlengkapan Eksperimen Pada Mesin Daihatsu Taruna CX dengan modifikasi upper tank radiator menggunakan pipa kapiler tembaga berdiameter = 6 mm sebagai pemanasan bahan bakar bensin Pemanasan Mesin pada Temperatur Kerja ( C) Tanpa Pemansan Bahan Bakar Pemanasan Bahan Bakar Melalui Saluran 1 Pemanasan Bahan Bakar Melalui Saluran 2 Pemanasan Bahan Bakar Melalui Saluran 3 Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 1000, 1500, dan 2000 r.p.m. Analisis Data Kesimpulan Gambar 7. Diagram Alir Proses Eksperimen

54 31 2. Skema Aliran Pemanasan Bahan Bakar Gambar 8. Bagan Design Eksperimen 1. Pemanasan bahan bakar pada pipa dengan panjang 480 mm 2. Pemanasan bahan bakar pada pipa dengan panjang 960 mm

55 32 3. Pemanasan bahan bakar pada pipa dengan panjang 1440 mm Gambar 9. Pandangan atas Variasi Panjang Pipa Pemanas pada Upper Tank Radiator 3. Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu: a) Tahap Persiapan Mesin dan Alat Tahap persiapan mesin dan alat, yaitu: menyiapkan alat-alat yang diperlukan, kemudian melakukan persiapan mesin, yaitu pemasangan kelengkapan mesin seperti pemasangan accu, memeriksa oli dan sistem pendinginannya, memasang buret pada sebagai pengganti bahan bakar, dan memasang thermokopel digital pada saluran bahan bakar yang menuju ke karburator. b) Tahap Pengukuran 1. Memanaskan mesin sampai mencapai kondisi kerja ( 80 o 90 o C ). 2. Mengatur putaran mesin dengan cara menyetel baut putaran mesin kemudian diukur putarannya dengan menggunakan tachometer. 3. Mengisi buret dengan bensin premium, catat waktu yang diperlukan oleh mesin untuk menghabiskan bahan bakar sejumlah 50 cc. 4. Lakukan pengukuran masing-masing dengan variasi putaran mesin 1000, 1500, dan 2000 r.p.m. serta tiap pengukuran diulang sebanyak empat kali. 5. Memasang selang bensin pada saluran 1 (460 mm) 6. Lakukan langkah yang sama seperti point 2), 3) dan 4).

56 33 7. Menambah saluran pemanas bahan bakar menjadi 2 saluran pipa (960 mm) pada upper tank radiator. 8. Lakukan langkah yang sama seperti point 2), 3) dan 4). 9. Menambah saluran pemanas bahan bakar menjadi 3 saluran pipa (1440 mm) pada upper tank radiator. 10. Lakukan langkah yang sama seperti point 2), 3) dan 4). c) Format Pengambilan Data Format tabel pengukuran konsumsi bahan bakar dengan variasi panjang pipa pemanas 480 mm, 960 mm, 1440 mm, serta dengan variasi putaran mesin pada 1000, 1500, dan 2000 r.p.m. Tabel 1. Format Pengambilan Data Untuk Waktu Konsumsi Bahan Bakar Premium Waktu Konsumsi Bahan Bakar 50 cc (detik) Jumlah Rata-rata Putaran Dengan Pemanasan Keseluruhan Keseluruhan Mesin Tanpa (r.p.m.) Saluran Saluran 2 Saluran 3 Pemanasan (L 0 ) 1 (L 1 ) (L 2 ) (L 3 ) X 111 X 121 X 131 X X 112 X 122 X 132 X 142 X 113 X 123 X 133 X 143 Jumlah J 110 J 120 J 130 J 140 J 100 Rata-rata X 110 X 120 X 130 X 140 X 100 X 211 X 221 X 131 X X 212 X 222 X 132 X 242 X 213 X 223 X 133 X 243 Jumlah J 210 J 220 J 130 J 240 J 200 Rata-rata X 210 X 220 X 230 X 240 X 200 X 311 X 321 X 331 X X 312 X 322 X 332 X 342 X 313 X 323 X 333 X 343 Jumlah J 310 J 320 J 330 J 340 J 300 Rata-rata X 310 X 320 X 330 X 340 X 300 Keterangan : X J : Data konsumsi bahan bakar. : Jumlah data konsumsi bahan bakar.

57 34 X : Data rata-rata konsumsi bahan bakar. E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis varian dua arah. Namun sebelumnya dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut ini adalah desain penelitian guna mempermudah analisis data. Desain data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar Tanpa Pemanasan dan dengan Pemanasan Konsumsi Bahan Bakar 50 cc (detik) Jumlah Rata-rata Putaran Dengan Pemanasan Keseluruhan Keseluruhan Mesin Tanpa (r.p.m.) Pemanasan (L 0 ) Saluran 1 (L 1 ) Saluran 2 (L 2 ) Saluran 3 (L 3 ) X 111 X 121 X 131 X X 112 X 122 X 132 X 142 X 113 X 123 X 133 X 143 Jumlah J 110 J 120 J 130 J 140 J 100 Rata-rata X 110 X 120 X 130 X 140 X 100 X 211 X 221 X 131 X X 212 X 222 X 132 X 242 X 213 X 223 X 133 X 243 Jumlah J 210 J 220 J 130 J 240 J 200 Rata-rata X 210 X 220 X 230 X 240 X 200 X 311 X 321 X 331 X X 312 X 322 X 332 X 342 X 313 X 323 X 333 X 343 Jumlah J 310 J 320 J 330 J 340 J 300 Rata-rata X 310 X 320 X 330 X 340 X 300 Keterangan : X J X : Data waktu konsumsi bahan bakar tiap 50 cc bensin. : Jumlah data konsumsi bahan bakar. : Data rata-rata konsumsi bahan bakar.

58 35 1. Uji Persyaratan Analisis Data a. Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data pada variable-variabel penelitian berasal dari data yang berdistribusi normal atau tidak, Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas Lilliefors. Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Tentukan hipotesis H 0 = Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. H i = Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. 2) Tentukan taraf nyata α = 0,01 3) Menentukan harga S dengan rumus : Keterangan: SD = nσx i 2 (ΣX i )² n(n 1) SD = Simpangan Baku atau Deviasi Standart n = Jumlah Baris X i 2 = Jumlah keseluruhan kolom pangkat dua ΣX i 2 = Hasil pangkat dua X i 2 kemudian dijumlahkan keseluruhan 4) Pengamatan X 1, X 2,,X n dijadikan bilangan Z 1, Z 2,., Z n dengan menggunakan rumus : Z i = X i X SD 5) Statistic uji yang digunakan L=Maks. F (Z i ) S (Z i ) Dengan F (Z i ) = F (Z Z i ); Z N(0,1); S (Z i ) = banyaknya Z 1, Z 2, Z 3, Z N Z 1 n 6) Daerah kritik uji DK= {L L>L α,n H 0 di tolak apabila L 0 maks > L tabel H 1 di tolak apabila L 0 maks < L tabel (Sumber: Budiyono, 2004: 170)

59 36 b. Uji Homogenitas Bentuk lain untuk uji Bartlett adalah sebagai berikut (Winer, 1971: 208). Pada bentuk kedua ini, statistik uji yang digunakan adalah: X² X² (k-1) 1) Hipotesis X²= 2230 c ( f log RKG Σ f j log s j 2 ) H 0 : σ 1 2 = σ 2 2 = σ 3 2 (variasi populasi homogen) H i : tidak semua variasi sama (variasi populasi tidak homogen) 2) α = 0,05 1) Statistik uji yang digunakan: X²= 2230 c X² X² (k-1) ( f log RKG Σ f j log s j 2 ) k=banyaknya populasi = banyaknya sampel N=banyaknya seluruh nilai(ukuran) n j = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j= ukuran sampel ke-j f j = n j - 1= derajat kebebasan untuk s j 2 ; j = 1, 2,, k; f = N k = c = (k 1) (Σ 1 f j - 1 f ) k j 1 fj = derajat kebebasan untuk RKG RKG = ΣSS j Σf j SS j = (n i - 1) S i 2

60 37 Setelah di hitung, diperoleh. Tabel 3. Ringkasan Perhitungan Homogenitas Dengan Uji Bartlett. Sampel f j SS j 2 S j 2 log S j 2 f j log S j 1 n (n 1-1) S 1 2 S 1 2 Log S 1 2 (n 1-1) log S 1 2 n (n 2-1) S 2 2 S 2 2 log S 2 2 (n 2-1)log S 2 3 n (n 3-1) S 3 2 S 3 2 log S 3 2 (n 3-1)log S 3 4 n (n 4-1) S 4 2 S 4 2 log S 4 2 (n 4-1)log S 4 Jumlah Σ(f j ) ΣSS j 2 Σ(n 1-1) log S 1 2) Daerah kritik: 2 X 0.01,3 = DK={X² X 2 2 obs > X 0.01,3 } Kesimpulan: 2 bila didapat X hitung 2 X tabel 2 dengan X tabel 2 = X α (k 1) maka data homogen. Variansi- variansi dari tiga populasi tersebut sama (homogen). (Sumber: Budiyono, 2004: 176) 2. Uji Analisis Data a. Anava Dua Arah Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pemanasan bahan bakar bensin melalui pipa kapiler di dalam upper tank radiator dan putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun 2000 dilakukan uji analisis varian dua arah. 1) Mengambil hipotesis, dimana : a) Ha 1 : σ 2 A 0 ; Ha 1 : Ada pengaruh pemanasan bahan bakar bensin melalui pipa kapiler di dalam upper tank radiator terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun 2000.

61 38 b) Ha 2 : σ 2 B 0 ; Ha 2 : Ada pengaruh putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun c) Ha 3 : σ 2 C 0 ; Ha 3 : Ada pengaruh pemanasan bahan bakar bensin melalui pipa kapiler di dalam upper tank radiator dan putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun ) Memilih taraf signifikasi tertentu (α = 0,01) 3) Menentukan besarnya F Rumus-rumus yang digunakan untuk menganalisa data guna menentukan jumlah kuadrat (JK), derajat kebebasan (dk), mean kuadrat (KT) dan F observasi adalah: a b n Y 2 = Y ijk 2 i=1 j =1 k=1, dengan dk = abn J i00 = Jumlah nilai pengamatan yang ada dalam taraf ke i faktor A b = Y ijk j =1 k=1 J 0j0 = Jumlah nilai pengamatan yang ada dalam taraf ke j faktor B a n = Y ijk J ij0 i=1 k=1 = Jumlah nilai pengamatan yang ada dalam taraf ke i faktor A dalam taraf ke j faktor B n = Y ijk J 000 k=1 = Jumlah nilai semua pengamatan a b n i=1 j =1 k=1 Y 2 ijk Ry = J abm, dengan dk = 1

62 39 Ay = Jumlah kuadrat-kuadrat (JK) untuk semua taraf faktor A a = bn ( Y 100 Y 000 ) 2 a = ( i=1 i=1 J bn ) Ry dengan dk = (a 1) B y = Jumlah kuadrat (JK) untuk semua taraf faktor B a = an ( Y 100 Y 000 ) 2 b = ( i=1 i=1 J n ) Ry dengan dk = (b 1) J ab = Jumlah kuadrat-kuadrat (JK) untuk semua sel untuk daftar sel a x b. a b = n ( Y 0j 0 Y 000 ) 2 i=1 j =1 b b = ( i=1 j =1 J 0j 0 2 n ) Ry Ab y = Jumlah kuadrat-kuadrat untukinteraksi antara faktor A dan faktor B. a b = n ( Y ij 0 Y 000 Y 0j 0 Y 000 ) 2 i=1 j =1 = J ab A y B, dengan dk = (a 1) (b 1) E y = Y 2 - R y - A y - B y - AB y dengan dk = ab (n-1) A = Mean kuadrat untuk faktor A = A y (a 1) B = Mean kuadrat untuk faktor B = A y (b 1)

63 40 AB = Mean kuadrat untuk faktor A dan B = AB y a 1 (b 1) = E y ab (n 1) sebagai berikut : Setelah perhitungan selesai, hasilnya dimasukan kedalam daftar anava Tabel 4. Rangkuman Anava Dua Jalan Sumber Variasi dk JK KT F Rata-rata perlakuan A B AB Kekeliruan (E) 1 a-1 b-1 (a-1)(b-1) Ab(n-1) R y A y B y AB y E y A y / dk A B y / dk A AB y / dk AB E y / dk E F A = KTA / KTE F B = KTA / KTE F AB = KTA / KTE Jumlah Abn Y ) Menetapkan kriteria pengujian, yaitu : a) Ha 1 diterima apabila F Fα (a-1, ab(n-1)) Ha 1 ditolak apabila F Fα (a-1, ab(n-1)) b) Ha 2 diterima apabila F Fα (b-1, ab(n-1)) Ha 2 ditolak apabila F Fα (a-1, ab(n-1)) c) Ha 3 diterima apabila F Fα ((a-1)(b-1), ab(n-1)) Ha 3 ditolak apabila F Fα ((a-1)(b-1), ab(n-1)) 5) Menetapkan kesimpulan. F A F t ; Ha 1 diterima F B F t ; Ha 1 diterima F AB F t ; Ha 1 diterima (Sumber: Sudjana, 1989: 114)

64 41 b. Komparasi Ganda Pasca Anava Dua Jalan Komparasi ganda pasca anava bertujuan untuk mengetahui rerata mana yang berbeda atau rerata mana yang sama. Dalam penelitian ini, komparasi ganda yang digunakan untuk tindak lanjut anava dua jalan adalah dengan memakai metode Scheffe. Langkah-langkah yang harus ditempuh pada metode Scheffe adalah sebagai berikut : 1) Mengidentifikasikan semua pasangan komparasi rataan yang ada. 2) Menentukan tingkat signifikasi α = 0,01. 3) Mencari nilai statistik uji F dengan menggunakan formula : a. Uji scheffe untuk komparasi rataan antar baris. F i-j = Xi X j RKG n.i n.j, RKG = E Daerah kritik uji (DK) = { F F > (p-1) F α ; p-1, N-pq } b. Uji scheffe untuk komparasi rataan antar kolom. Xi X j 2 F i-j = 1 1, RKG = E RKG n.i n.j Daerah kritik uji (DK) = { F F > (q-1) F α ; q-1, N-pq } c. Uji scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama. X X 2 i j F ij-kj = 1 1, RKG = E RKG n.ij n.kj Daerah kritik uji (DK) = { F F > (pq-1) F α ; pq-1, N-pq } d. Uji scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama. F ij-ik = X X 2 i j 1 1 RKG n.ij n.ik, RKG = E

65 42 Daerah kritik uji (DK) = { F F > (pq-1) F α ; pq-1, N-pq } 4) Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda. 5) Mengambil kesimpulan keputusan uji yang ada. Keterangan : Fi j = Nilai F obs. Pada pembandingan baris ke i dan baris ke j Fij kj = Nilai F obs. Pada pembandingan rataan pada sel ke i dan sel ke j X i X j X i j = Rataan pada baris ke-i. = Rataan pada baris ke-j. = Rataan pada sel ij. X k j = Rataan pada sel kj. RKG = E = Rataan kuadrat galat. n. i = Ukuran sampel baris ke-i. n. j = Ukuran sampel baris ke-j. n. ij = Ukuran sel ij. n. kj = Ukuran sel kj. (Sumber : Budiyono, 2000 : 209) c. Uji Z (analisis rataan) Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penurunan konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 1000 r.p.m., 1500 r.p.m., dan 2000 r.p.m. pada mesin Daihatsu Taruna CX Tahun 2000 dilakukan uji Z (analisis rataan). H A0 H Ai diterima -Z tabel < Z A Hitung < Z tabel. Maka Rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 1000 r.p.m. sama dengan rata-rata konsumsi putaran mesin yang lain. Atau dengan kata lain, tidak ter dapat perbedaan konsumsi bahan bakar dengan putaran mesin yang lain. diterima -Z tabel > Z A Hitung > Z tabel. Maka Rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 1000 r.p.m. tidak sama dengan rata-rata

66 43 H B0 H Bi konsumsi putaran mesin yang lain. Atau dengan kata lain, terdapat perbedaan konsumsi bahan bakar dengan putaran mesin yang lain. diterima -Z tabel < Z BHitung < Z tabel. Maka Rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 1500 r.p.m. sama dengan rata-rata konsumsi putaran mesin yang lain. Atau dengan kata lain, tidak ter dapat perbedaan konsumsi bahan bakar dengan putaran mesin yang lain. diterima -Z tabel > Z BHitung > Z tabel. Maka Rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 1500 r.p.m. tidak sama dengan rata-rata konsumsi putaran mesin yang lain. Atau dengan kata lain, terdapat perbedaan konsumsi bahan bakar dengan putaran mesin yang lain. H C0 H Ci diterima -Z tabel < Z BHitung < Z tabel. Maka Rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 2000 r.p.m. sama dengan rata-rata konsumsi putaran mesin yang lain. Atau dengan kata lain, tidak ter dapat perbedaan konsumsi bahan bakar dengan putaran mesin yang lain. diterima -Z tabel > Z BHitung > Z tabel. Maka Rata-rata konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 2000 r.p.m. tidak sama dengan rata-rata konsumsi putaran mesin yang lain. Atau dengan kata lain, terdapat perbedaan konsumsi bahan bakar dengan putaran mesin yang lain. Rumus yang digunakan dalam uji Z, yaitu: X = rataan sampel μ 0 = rataan populasi Z = X μ 0 σ/ n N (0,1) σ = nσy i 2 ΣY i 2 n n 1 σ= standart deviasi populasi

67 44 n= banyak sampel DK= { Z Z < -Z α } DK= { Z Z < -3,365} Z 0,01 = 3,365 (Sumber: Budiyono, 2004: 151)

68 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Berdasarkan data dari hasil penelitian yang telah dilakukan pengambilan data dengan hasil data terlampir, mengenai pengaruh dari pemanasan bahan bakar terhadap konsumsi bahan, maka dapat digunakan untuk menjawab permasalahanpermasalahan pada bab sebelumnya dan dapat digunakan untuk memberikan analisis maupun memberikan gambaran tentang pengaruh pemanasan bahan bakar melalui pipa kapiler di dalam radiator terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin Daihatsu Taruna CX tahun Data-data konsumsi bahan bakar tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 5. Keseluruhan Data Konsumsi Bahan Bakar Konsumsi Bahan Bakar ( cc tiap siklus) Putaran Mesin 1000 r.p.m r.p.m r.p.m. Keterangan: L 0 L 1 L 2 L 3 dengan T=33 0 C dengan T= C dengan T= C dengan T= C 27,85 25,71 24,27 23,70 27,55 25,45 24,21 23,59 27,93 25,38 24,09 23,64 27,62 25,38 24,16 23,59 25,94 22,91 20,33 19,05 25,74 22,91 20,26 18,94 25,16 22,45 19,90 18,83 25,35 22,75 20,20 19,16 28,41 26,46 24,39 22,62 28,25 26,04 24,27 22,32 27,62 25,91 24,16 21,83 27,93 26,18 23,92 22,03 T adalah temperatur bahan bakar yang akan masuk ke karburator dari tiap treatment pemanasan bahan bakar. 45

69 46 L 0 adalah percobaan tanpa pemansan bahan bakar. L 1 adalah percobaan pemanasan dengan satu saluran pipa pemanas. L 2 adalah percobaan pemanasan dengan dua saluran pipa pemanas. L 3 adalah percobaan pemanasan dengan tiga saluran pipa pemanas. 1. Hasil Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 1000 r.p.m. Hasil percobaan dari waktu konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 1000 r.p.m. yang kemudian dihitung dengan rumus konsumsi bahan bakar dengan satuan cc tiap siklus. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6. Perolehan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 1000 r.p.m. Putaran Mesin (r.p.m.) 1000 Konsumsi Bahan Bakar ( cc tiap siklus) Tanpa Pemanasan Pemanasan Dengan 1 Saluran 2 Saluran 3 Saluran 27,85 25,71 24,27 23,70 27,55 25,45 24,21 23,59 27,93 25,38 24,09 23,64 27,62 25,38 24,16 23,59 Jumlah 110,95 101,92 96,73 94,52 Rata-rata 27,74 25,48 24,18 23,63 Konsumsi Bahan Bakar ( cc tiap siklus) 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, ,74 25,48 24,18 23,63 L0 L1 L2 L3 Gambar 10. Histogram Konsumsi Bahan Bakar pada 1000 r.p.m.

70 47 Keterangan L 0 = Pecobaan Tanpa Pemanasan dengan T Bahan Bakar = 33 0 C. L 1 = Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar melalui 1 Saluran Pipa dengan T Bahan Bakar = C. L 2 = Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar melalui 2 Saluran Pipa dengan T Bahan Bakar = C. L 3 = Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar melalui 3 Saluran Pipa dengan T Bahan Bakar = C. Pada Gambar 10. Histogram Konsumsi Bahan Bakar pada 1000 r.p.m. menunjukan bahwa terdapat penurunan konsumsi bahan bakar dari percobaan tanpa pemanasan 27, cc tiap siklus, kemudian pada percobaan dengan menggunakan satu saluran pipa pemanas kapiler turun menjadi 25, cc tiap siklus. Penurunan konsumsi bahan pun juga terjadi pada percobaan menggunakan dua saluran pipa kapiler dan tiga saluran pipa kapiler. Sehingga pada percobaan 1000 r.p.m. seiring dengan perubahan jumlah pipa pemanasan semakin suhu bahan bakar naik, maka konsumsi bahan bakar mengalami penurunan. Berdasarkan pada tabel di bawah dapat dilihat penurunan konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 1000 r.p.m. yang terbesar terdapat pada pencobaan dengan menggunakan tiga saluran bahan bakar sebesar 14,83 %. Tabel 7. Persentase Percobaan Konsumsi Bahan Bakar pada putaran mesin 1000 r.p.m. Percobaan Persentase Penurunan Satu Saluran Pipa Pemanas (L 1 ) 8,15 % Dua Saluran Pipa Pemanas (L 2 ) 12,82 % Tiga Saluran Pipa Pemanas (L 3 ) 14,83 %

71 48 2. Hasil Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 1500 r.p.m. Hasil percobaan dari waktu konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 1500 r.p.m. yang kemudian dihitung dengan rumus konsumsi bahan bakar dengan satuan cc tiap siklus. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 8. Perolehan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 1500 r.p.m. Konsumsi Bahan Bakar ( cc tiap siklus) Putaran Mesin (r.p.m.) Tanpa Pemanasan Pemanasan Dengan 1 Saluran 2 Saluran 3 Saluran ,94 22,91 20,33 19,05 25,74 22,91 20,26 18,94 25,16 22,45 19,90 18,83 25,35 22,75 20,20 19,16 Jumlah 102,19 91,02 80,69 75,98 Rata-rata 25,55 22,76 20,17 18,99 30,000 Konsumsi Bahab Bakar ( cc tiap siklus ) 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 25,55 22,76 20,17 18,99 0 L0 L1 L2 L3 Gambar 11. Histogram Konsumsi Bahan Bakar pada 1500 r.p.m.

72 49 Keterangan L 0 = Pecobaan Tanpa Pemanasan dengan T Bahan Bakar = 33 0 C. L 1 = Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar melalui 1 Saluran Pipa dengan T Bahan Bakar = C. L 2 = Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar melalui 2 Saluran Pipa dengan T Bahan Bakar = C. L 3 = Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar melalui 3 Saluran Pipa dengan T Bahan Bakar = C. Pada Gambar 11. Histogram Konsumsi Bahan Bakar pada 1500 r.p.m. menunjukan bahwa terdapat penurunan konsumsi bahan bakar dari percobaan tanpa pemanasan 25, cc tiap siklus, kemudian pada percobaan dengan menggunakan satu saluran pipa pemanas kapiler turun menjadi 22, cc tiap siklus. Penurunan konsumsi bahan pun juga terjadi pada percobaan menggunakan dua saluran pipa kapiler dan tiga saluran pipa kapiler. Sehingga pada percobaan 1500 r.p.m. seiring dengan perubahan jumlah pipa pemanasan semakin suhu bahan bakar naik, maka konsumsi bahan bakar mengalami penurunan. Berdasarkan pada tabel di bawah dapat dilihat penurunan konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 1500 r.p.m. yang terbesar terdapat pada pencobaan dengan menggunakan tiga saluran bahan bakar sebesar 25,65 %. Tabel 9. Persentase Percobaan Konsumsi Bahan Bakar pada putaran mesin 1500 r.p.m. Percobaan Persentase Penurunan Satu Saluran Pipa Pemanas (L 1 ) 10,93 % Dua Saluran Pipa Pemanas (L 2 ) 21,04 % Tiga Saluran Pipa Pemanas (L 3 ) 25,65 %

73 50 3. Hasil Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 2000 r.p.m. Hasil percobaan dari waktu konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 2000 r.p.m. yang kemudian dihitung dengan rumus konsumsi bahan bakar dengan satuan cc tiap siklus. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 10. Perolehan Konsumsi Bahan Bakar pada Putaran Mesin 2000 r.p.m. Putaran Mesin (r.p.m.) Konsumsi Bahan Bakar ( cc tiap siklus) Tanpa Pemanasan Pemanasan Dengan 1 Saluran 2 Saluran 3 Saluran 28,41 26,46 24,39 22, ,25 26,04 24,27 22,32 27,62 25,91 24,16 21,83 27,93 26,18 23,92 22,03 Jumlah 112,21 104,59 96,74 88,80 Rata-rata 28,05 26,15 24,19 22,20 Konsumsi bahan bakar ( cc tiap siklus) 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 28,05 26,15 24,19 22,20 0 L0 L1 L2 L3 Gambar 12. Histogram Konsumsi Bahan Bakar pada 2000 r.p.m.

74 51 Keterangan L 0 = Pecobaan Tanpa Pemanasan dengan T Bahan Bakar = 33 0 C. L 1 = Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar melalui 1 Saluran Pipa dengan T Bahan Bakar = C. L 2 = Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar melalui 2 Saluran Pipa dengan T Bahan Bakar = C. L 3 = Percobaan dengan Pemanasan Bahan Bakar melalui 3 Saluran Pipa dengan T Bahan Bakar = C. Pada Gambar 12. Histogram Konsumsi Bahan Bakar pada 2000 r.p.m. menunjukan bahwa terdapat penurunan konsumsi bahan bakar dari percobaan tanpa pemanasan 28, cc tiap siklus, kemudian pada percobaan dengan menggunakan satu saluran pipa pemanas kapiler turun menjadi 26, cc tiap siklus. Penurunan konsumsi bahan pun juga terjadi pada percobaan menggunakan dua saluran pipa kapiler dan tiga saluran pipa kapiler. Sehingga pada percobaan 2000 r.p.m. seiring dengan perubahan jumlah pipa pemanasan semakin suhu bahan bakar naik, maka konsumsi bahan bakar mengalami penurunan. Berdasarkan pada tabel di bawah dapat dilihat penurunan konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 2000 r.p.m. yang terbesar terdapat pada pencobaan dengan menggunakan tiga saluran bahan bakar sebesar 20,86 %. Tabel 11. Persentase Percobaan Konsumsi Bahan Bakar pada putaran mesin 2000 r.p.m. Percobaan Persentase Penurunan Satu Saluran Pipa Pemanas (L 1 ) 6,80 % Dua Saluran Pipa Pemanas (L 2 ) 13,79 % Tiga Saluran Pipa Pemanas (L 3 ) 20,86 %

75 52 4. Perbandingan Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar dari setiap Percobaan pada Putaran Mesin 1000, 1500, dan 2000 r.p.m. Perbandingan rata-rata konsumsi bahan bakar dari setiap pecobaan pada putaran mesin 1000, 1500, dan 2000 r.p.m. dapat dilihat pada gambar berikut ini. Konsumsi Bahan Bakar (1x10-3 cc tiap siklus) ,74 28,05 25,55 25,48 22,76 26,15 24,18 24,19 23,63 22,20 20,17 18, L1 0 2L 1 L3 2 L r.p.m r.p.m r.p.m. Gambar 13. Histogram Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar terhadap Waktu Pada Gambar 13 di atas menunjukan bahwa pada putaran mesin dari 1000 r.p.m sampai 1500 r.p.m. mengalami penurunan, karena putaran 1000 dan 1500 r.p.m. termasuk putaran rendah. Akan tetapi, pada putaran mesin 2000 r.p.m. mengalami peningkatan konsumsi bahan bakar. Hal ini merupakan fenomena yang lazim pada mesin konvensional proses waktu buka dan tutup katup dari saat mesin stasioner sampai putaran tertinggi adalah sama. Sehingga mesin konvensional efisien pada putaran menengah. Namun, pada putaran rendah dan tinggi hasilnya kurang efisien. / 2010 / 10/ 16/ mobil keluarga ideal -terbaik-indonesia/, diakses tanggal 21/8/2011, pukul 5:16 WIB.

PENGARUH VARIASI PUTARAN MESIN DAN PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN MELALUI PIPA KAPILER BERSIRIP RADIAL DI DALAM UPPER TANK

PENGARUH VARIASI PUTARAN MESIN DAN PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN MELALUI PIPA KAPILER BERSIRIP RADIAL DI DALAM UPPER TANK PENGARUH VARIASI PUTARAN MESIN DAN PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN MELALUI PIPA KAPILER BERSIRIP RADIAL DI DALAM UPPER TANK RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR BENSIN PADA MESIN TOYOTA KIJANG SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN Suriansyah Sabarudin 1) ABSTRAK Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh: temperatur,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN Agus Suyatno 1) ABSTRAK Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh: temperatur, kerapatan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ELEKTROLISER AIR

PENGARUH PENGGUNAAN ELEKTROLISER AIR PENGARUH PENGGUNAAN ELEKTROLISER AIR DAN PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN MELALUI PIPA KAPILER BERSIRIP RADIAL DI DALAM UPPER TANK RADIATOR TERHADAP EMISI GAS BUANG CO DAN HC PADA MESIN TOYOTA KIJANG SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BIODIESEL PADA BAHAN BAKAR

PENGARUH PENAMBAHAN BIODIESEL PADA BAHAN BAKAR PENGARUH PENAMBAHAN BIODIESEL PADA BAHAN BAKAR SOLAR DAN PEMANASAN BAHAN BAKAR MELALUI PIPA BERSIRIP PERSEGI DI DALAM UPPER TANK RADIATOR TERHADAP TORSI DAN DAYA PADA MOBIL MITSUBISHI L300 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH Widya Teknika Vol.21 No.1; Maret 2013 ISSN 1411 0660 : 37-41 PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH Toni Dwi Putra 1), Budyi Suswanto

Lebih terperinci

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH. Toni Dwi Putra 1) & Budyi Suswanto 2)

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH. Toni Dwi Putra 1) & Budyi Suswanto 2) PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH Toni Dwi Putra 1) & Budyi Suswanto 2) ABSTRAK Tingkat pemakaian kendaraan bermotor semakin

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP TORSI

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP TORSI PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP TORSI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T) Pada Program Studi Teknik Mesin OLEH : M. YONGKI MAHENDRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini transportasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan pengangkutan barang oleh berbagai jenis

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM (HCS) DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR BENSIN TERHADAP TORSI DAN DAYA SEPEDA MOTOR SUZUKI SATRIA FU150 SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM (HCS) DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR BENSIN TERHADAP TORSI DAN DAYA SEPEDA MOTOR SUZUKI SATRIA FU150 SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN HYDROCARBON CRACK SYSTEM (HCS) DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR BENSIN TERHADAP TORSI DAN DAYA SEPEDA MOTOR SUZUKI SATRIA FU150 SKRIPSI Oleh: WAHYU KURNIALY K2513069 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1) Widya Teknika Vol.18 No.2; Oktober 2010 ISSN 1411 0660 : 50-54 PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET 1000 Suriansyah Sabaruddin

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K Adi Purwanto 1, Mustaqim 2, Siswiyanti 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TEMPERING DAN WAKTU TAHAN TEMPERING PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP NILAI IMPAK BAJA EMS-45

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TEMPERING DAN WAKTU TAHAN TEMPERING PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP NILAI IMPAK BAJA EMS-45 PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TEMPERING DAN WAKTU TAHAN TEMPERING PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP NILAI IMPAK BAJA EMS-45 Oleh SIDIQ PRAMONO K2500040 SKRIPSI Oleh: ANDRIANTO K 2501023 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ETANOL PADA BAHAN BAKAR

PENGARUH PENAMBAHAN ETANOL PADA BAHAN BAKAR PENGARUH PENAMBAHAN ETANOL PADA BAHAN BAKAR DAN PEMANASAN BAHAN BAKAR MELALUI PIPA BERSIRIP PERSEGI DI DALAM UPPER TANK RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR TOYOTA KIJANG (IMPLIKASI PADA MATA KULIAH

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA PENGUJIAN PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BBM PADA MESIN BERBAHAN BAKAR BENSIN DAN SPIRITUS DITINJAU DARI ASPEK EMISI GAS BUANG

TUGAS SARJANA PENGUJIAN PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BBM PADA MESIN BERBAHAN BAKAR BENSIN DAN SPIRITUS DITINJAU DARI ASPEK EMISI GAS BUANG TUGAS SARJANA PENGUJIAN PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BBM PADA MESIN BERBAHAN BAKAR BENSIN DAN SPIRITUS DITINJAU DARI ASPEK EMISI GAS BUANG Diajukan sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana strata-1 (S-1)

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR MELALUI PIPA BERSIRIP TRANSVERSAL PADA UPPER TANK

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR MELALUI PIPA BERSIRIP TRANSVERSAL PADA UPPER TANK PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR MELALUI PIPA BERSIRIP TRANSVERSAL PADA UPPER TANK RADIATOR DAN PENAMBAHAN ETANOL TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA TOYOTA KIJANG Danar Susilo Wijayanto, Ngatou Rohman, Ranto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini menjadikan teknologi otomotif juga semakin berkembang. Perkembangan terjadi pada sistem pembakaran dimana sistem tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR MELALUI PIPA BERSIRIP SPIRAL PADA UPPER TANK

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR MELALUI PIPA BERSIRIP SPIRAL PADA UPPER TANK PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR MELALUI PIPA BERSIRIP SPIRAL PADA UPPER TANK RADIATOR DAN PENAMBAHAN BIODIESEL DALAM SOLAR TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 SKRIPSI Oleh : DIKI

Lebih terperinci

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX THE INFLUENCE OF INDUCT PORTING INTAKE AND EXHAUST FOR THE 4 STROKES 200 cc PERFORMANCE

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN GIPSUM PADA KNALPOT DAN PUTARAN MESIN TERHADAP KADAR EMISI GAS BUANG CO PADA MOTOR YAMAHA MIO AT TAHUN 2010

PENGARUH PEMASANGAN GIPSUM PADA KNALPOT DAN PUTARAN MESIN TERHADAP KADAR EMISI GAS BUANG CO PADA MOTOR YAMAHA MIO AT TAHUN 2010 PENGARUH PEMASANGAN GIPSUM PADA KNALPOT DAN PUTARAN MESIN TERHADAP KADAR EMISI GAS BUANG CO PADA MOTOR YAMAHA MIO AT TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh : DWI HARYANTO K2508096 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC Riza Bayu K. 2106.100.036 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H.D. Sungkono K,M.Eng.Sc

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN TURBO ELEKTRIK DAN SARINGAN UDARA MODIFIKASI TERHADAP TORSI DAN DAYA PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 TAHUN 2009

ANALISIS PENGGUNAAN TURBO ELEKTRIK DAN SARINGAN UDARA MODIFIKASI TERHADAP TORSI DAN DAYA PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 TAHUN 2009 ANALISIS PENGGUNAAN TURBO ELEKTRIK DAN SARINGAN UDARA MODIFIKASI TERHADAP TORSI DAN DAYA PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : HERMAN SUWITO K 2509030 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN Wachid Yahya, S.Pd, M.Pd Mesin Otomotif, Politeknik Indonusa Surakarta email : yahya.polinus@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BIODIESEL KE DALAM BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP OPASITAS PADA MESIN DIESEL

PENGARUH PENAMBAHAN BIODIESEL KE DALAM BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP OPASITAS PADA MESIN DIESEL PENGARUH PENAMBAHAN BIODIESEL KE DALAM BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP OPASITAS PADA MESIN DIESEL SKRIPSI Oleh : CHOERIN AMRI K2512025 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi di dunia terus berjalan seiring dengan timbulnya masalah yang semakin komplek diberbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali dalam

Lebih terperinci

Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin

Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin I Gusti Ngurah Putu Tenaya 1), I Gusti Ketut Sukadana 1), I Gusti Ngurah Bagus Surya Pratama 1) 1) Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana Kampus

Lebih terperinci

ANALISIS PERPINDAHAN KALOR PADA ALAT PENUKAR KALOR PIPA GANDA BERSIRIP ENAM JARUM. Skripsi. Oleh : ARIF JOKO WICAKSONO NIM K

ANALISIS PERPINDAHAN KALOR PADA ALAT PENUKAR KALOR PIPA GANDA BERSIRIP ENAM JARUM. Skripsi. Oleh : ARIF JOKO WICAKSONO NIM K ANALISIS PERPINDAHAN KALOR PADA ALAT PENUKAR KALOR PIPA GANDA BERSIRIP ENAM JARUM Skripsi Oleh : ARIF JOKO WICAKSONO NIM K 2507010 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ENQUIRING MINDS TERHADAP HASIL BELAJAR MOTOR OTOMOTIF SISWA KELAS XI TKR SMK NEGERI 5 SURAKARTA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ENQUIRING MINDS TERHADAP HASIL BELAJAR MOTOR OTOMOTIF SISWA KELAS XI TKR SMK NEGERI 5 SURAKARTA PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ENQUIRING MINDS TERHADAP HASIL BELAJAR MOTOR OTOMOTIF SISWA KELAS XI TKR SMK NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : RIZA RIZANDO K2510056 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bensin Prinsip Dasar Motor Bensin

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bensin Prinsip Dasar Motor Bensin 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bensin Motor bensin dapat juga disebut sebagai motor otto. Motor tersebut dilengkapi dengan busi dan karburator. Busi menghasilkan loncatan bunga api listrik yang membakar

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA DENG

PEMBELAJARAN FISIKA DENG PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI ILMIAH SISWA PADA MATERI FLUIDA KELAS XI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT Skripsi Oleh : Emilia Nur

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR BENSIN DAN VARIASI RASIO KOMPRESI TERHADAP TORSI DAN DAYA PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN FL 125 SP TAHUN 2007

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR BENSIN DAN VARIASI RASIO KOMPRESI TERHADAP TORSI DAN DAYA PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN FL 125 SP TAHUN 2007 PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR BENSIN DAN VARIASI RASIO KOMPRESI TERHADAP TORSI DAN DAYA PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN FL 125 SP TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: NURLIANSYAH PUTRA K2509047 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Bakar Bahan bakar yang dipergunakan motor bakar dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yakni : berwujud gas, cair dan padat (Surbhakty 1978 : 33) Bahan bakar (fuel)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya, terlihat dari kebutuhan alat transportasi sebagai. penunjang perokonomian, hal ini dapat dilihat dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya, terlihat dari kebutuhan alat transportasi sebagai. penunjang perokonomian, hal ini dapat dilihat dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat tranportasi merupakan sarana yang tidak dapat dihindari penggunaannya, terlihat dari kebutuhan alat transportasi sebagai penunjang perokonomian, hal ini dapat

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PEMANAS BAHAN BAKAR TERHADAP PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG MOTOR DIESEL MITSUBISHI MODEL 4D34-2A17 Indartono 1 dan Murni 2 ABSTRAK Efisiensi motor diesel dipengaruhi

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH Pradana Aditya *), Ir. Arijanto, MT *), Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL

TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL HALAMAN JUDUL Teknik LAPORAN PENELITIAN DOSEN TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL Oleh : Bagiyo Condro Purnomo NIK. 087606031 Fakultas Teknik Saifudin,

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS BAHAN PIPA PADA PEMANASAN BAHAN BAKAR

PENGARUH JENIS BAHAN PIPA PADA PEMANASAN BAHAN BAKAR PENGARUH JENIS BAHAN PIPA PADA PEMANASAN BAHAN BAKAR DAN PENAMBAHAN ETANOL PADA PREMIUM TERHADAP EMISI GAS BUANG SUZUKI SHOGUN SP 125 TAHUN 2008 SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH MOTOR BAKAR SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kemajuan teknologi. Tahun 1885, Karl Benz membangun Motorwagen,

1. PENDAHULUAN. kemajuan teknologi. Tahun 1885, Karl Benz membangun Motorwagen, 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu, baik manusia atau benda dari satu tempat ke tempat lain, dengan ataupun tanpa mempergunakan alat bantu.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS LPG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR 4 LANGKAH 100cc

TUGAS AKHIR. PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS LPG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR 4 LANGKAH 100cc TUGAS AKHIR PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS LPG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR 4 LANGKAH 100cc Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN PEMANAS BAHAN BAKAR BIO SOLAR

PERANCANGAN PEMANAS BAHAN BAKAR BIO SOLAR PERANCANGAN PEMANAS BAHAN BAKAR BIO SOLAR Diajukan untuk memenuhi Persyratan kurikulum sarjana strata satu ( S-1 ) Disusun oleh : NAMA : JONMEYLIN NIM : 41305010051 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN Pengaruh penggantian koil pengapian sepeda motor dengan koil mobil dan variasi putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Honda Supra x tahun 2002 Oleh: Nuryanto K. 2599038 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN OLI MESIN TERHADAP KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN OLI MESIN TERHADAP KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Kedirgantaraan (SENATIK) Vol. III, 21 Desember 2017, P-ISSN: 2337-3881, E-ISSN: 2528-1666 DOI: http://dx.doi.org/10.28989/senatik.v3i0.122 PENGARUH PEMANASAN BAHAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR Untoro Budi Surono, Syahril Machmud, Dwi Anto Pujisemedi Jurusan Teknik Mesin, Universitas Janabadra Jalan T.R.

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN PEMBAKARAN DARI BAHAN BAKAR BENSIN MENJADI GAS LPG PADA SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA PRIMA TAHUN 1990 SKRIPSI.

PENGARUH PERUBAHAN PEMBAKARAN DARI BAHAN BAKAR BENSIN MENJADI GAS LPG PADA SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA PRIMA TAHUN 1990 SKRIPSI. PENGARUH PERUBAHAN PEMBAKARAN DARI BAHAN BAKAR BENSIN MENJADI GAS LPG PADA SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA PRIMA TAHUN 1990 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jenjang Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri khususnya dunia otomotif memang sudah sangat maju dan pesat. Berbagai produk otomotif dihasilkan dengan beraneka jenis dan variasi baik dari

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR INJEKSI ABSTRAK

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR INJEKSI ABSTRAK PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR INJEKSI Rusmono 1, Akhmad Farid 2,Agus Suyatno 3 ABSTRAK Saat ini sudah berkembang jenis sepeda motor yang menggunakan sistem injeksi bahan bakar

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN PANJANG KRITIS PADA BEBERAPA MACAM SERAT ALAM DENGAN METODE PULL OUT FIBER TEST

STUDI PERBANDINGAN PANJANG KRITIS PADA BEBERAPA MACAM SERAT ALAM DENGAN METODE PULL OUT FIBER TEST STUDI PERBANDINGAN PANJANG KRITIS PADA BEBERAPA MACAM SERAT ALAM DENGAN METODE PULL OUT FIBER TEST SKRIPSI Oleh: MUHAMMAD KHOIRUDDIN K2507029 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH IGNITION BOOSTER

PENGARUH JUMLAH IGNITION BOOSTER PENGARUH JUMLAH IGNITION BOOSTER PADA KABEL BUSI DAN PENAMBAHAN METANOL DALAM PREMIUM TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA YAMAHA MIO SPORTY TAHUN 2007 Angga Aditya Abdullah Ir. Husin Bugis, M.Si & Drs.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM MAGNET

PENGARUH PEMASANGAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM MAGNET TUGAS AKHIR PENGARUH PEMASANGAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM MAGNET DAN ELECTRIC HEATER PADA SALURAN BAHAN BAKAR TERHADAP PRESTASI MESIN PADA MOTOR BENSIN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN MYGREENOIL

PENGARUH PENAMBAHAN MYGREENOIL PENGARUH PENAMBAHAN MYGREENOIL DALAM PREMIUM DAN PENGGUNAAN CDI DUAL BAND TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA CITY SPORT 1 TAHUN 2008 Prasetyo Nur Ahmadi, Husin Bugis, C. Sudibyo PTK

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH KAPASITAS KONDENSATOR DAN JUMLAH PLAT STAINLESS STEEL

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH KAPASITAS KONDENSATOR DAN JUMLAH PLAT STAINLESS STEEL KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH KAPASITAS KONDENSATOR DAN JUMLAH PLAT STAINLESS STEEL ELEKTROLISER TERHADAP DAYA HONDA SUPRA X 125 CC TAHUN 2013 SEBAGAI BAHAN AJAR TEKNIK SEPEDA MOTOR SKRIPSI Oleh: RIKY IRAWAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BIODIESEL PADA BAHAN BAKAR SOLAR DAN PEMANASAN BAHAN BAKAR MELALUI PIPA BERSIRIP SPIRAL

PENGARUH PENAMBAHAN BIODIESEL PADA BAHAN BAKAR SOLAR DAN PEMANASAN BAHAN BAKAR MELALUI PIPA BERSIRIP SPIRAL PENGARUH PENAMBAHAN BIODIESEL PADA BAHAN BAKAR SOLAR DAN PEMANASAN BAHAN BAKAR MELALUI PIPA BERSIRIP SPIRAL DI DALAM UPPER TANK RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ELEKTROLISER KAWAT TEMBAGA DAN VARIASI LARUTAN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO TAHUN 2010

PENGGUNAAN ELEKTROLISER KAWAT TEMBAGA DAN VARIASI LARUTAN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO TAHUN 2010 PENGGUNAAN ELEKTROLISER KAWAT TEMBAGA DAN VARIASI LARUTAN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh : HEPY ARI SAPUTRA K2508099 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL Didi Eryadi 1), Toni Dwi Putra 2), Indah Dwi Endayani 3) ABSTRAK Seiring dengan pertumbuhan dunia

Lebih terperinci

PERNYATAAN. Yogyakarta, Andriansyah. iii

PERNYATAAN. Yogyakarta, Andriansyah. iii PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir ini adalah asli karya saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi

Lebih terperinci

PERUBAHAN BENTUK THROTTLE VALVE KARBURATOR TERHADAP KINERJA ENGINE UNTUK 4 LANGKAH

PERUBAHAN BENTUK THROTTLE VALVE KARBURATOR TERHADAP KINERJA ENGINE UNTUK 4 LANGKAH TUGAS AKHIR PERUBAHAN BENTUK THROTTLE VALVE KARBURATOR TERHADAP KINERJA ENGINE UNTUK 4 LANGKAH Tugas Akhir Ini Disusun Untuk Memenuhi Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana S1 Pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN KOIL DAN BUSI RACING DENGAN JENIS BAHAN BAKAR BENSIN TERHADAP UNJUK KERJA MOBIL SUZUKI VITARA TIPE JLX 1994

PENGARUH PENGGUNAAN KOIL DAN BUSI RACING DENGAN JENIS BAHAN BAKAR BENSIN TERHADAP UNJUK KERJA MOBIL SUZUKI VITARA TIPE JLX 1994 PENGARUH PENGGUNAAN KOIL DAN BUSI RACING DENGAN JENIS BAHAN BAKAR BENSIN TERHADAP UNJUK KERJA MOBIL SUZUKI VITARA TIPE JLX 1994 SKRIPSI Oleh : ARIA SIDIQ LAKSANA ADI K2512020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BIODIESEL PADA BAHAN BAKAR

PENGARUH PENAMBAHAN BIODIESEL PADA BAHAN BAKAR PENGARUH PENAMBAHAN BIODIESEL PADA BAHAN BAKAR SOLAR DAN PENERAPAN PIPA BERSIRIP SPIRAL DI DALAM UPPER TANK RADIATOR TERHADAP TORSI DAN DAYA MOBIL MITSUBISHI L300 SKRIPSI Oleh: ARDY YULIYANTO NUR IKHSAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah PENGERTIAN SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala bunga api pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran bahan bakar dan udara dibakar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan Ainul Ghurri 1)*, Ketut Astawa 1), Ketut Budiarta 2) 1) Jurusan Teknik Mesin, Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh modifikasi diameter venturi dan pemasangan turbo cyclone terhadap daya mesin pada sepeda motor FIZR 2003

Pengaruh modifikasi diameter venturi dan pemasangan turbo cyclone terhadap daya mesin pada sepeda motor FIZR 2003 Pengaruh modifikasi diameter venturi dan pemasangan turbo cyclone terhadap daya mesin pada sepeda motor FIZR 2003 Tri Sularto NIM. K.2502062 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER DAN TANPA AIR HEATER UNTUK BEJANA PENGUAP PIPA API

TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER DAN TANPA AIR HEATER UNTUK BEJANA PENGUAP PIPA API TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER DAN TANPA AIR HEATER UNTUK BEJANA PENGUAP PIPA API Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA PENGUJIAN PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BBM PADA MESIN BERBAHAN BAKAR BENSIN DAN SPIRITUS DITINJAU DARI ASPEK TEMPERATUR

TUGAS SARJANA PENGUJIAN PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BBM PADA MESIN BERBAHAN BAKAR BENSIN DAN SPIRITUS DITINJAU DARI ASPEK TEMPERATUR TUGAS SARJANA PENGUJIAN PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BBM PADA MESIN BERBAHAN BAKAR BENSIN DAN SPIRITUS DITINJAU DARI ASPEK TEMPERATUR Diajukan sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana strata-1 (S-1) Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TURBO ELEKTRIK DAN SARINGAN UDARA MODIFIKASI TERHADAP KADAR EMISI GAS BUANG CO DAN HC SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 TAHUN 2009

PENGARUH PENGGUNAAN TURBO ELEKTRIK DAN SARINGAN UDARA MODIFIKASI TERHADAP KADAR EMISI GAS BUANG CO DAN HC SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 TAHUN 2009 PENGARUH PENGGUNAAN TURBO ELEKTRIK DAN SARINGAN UDARA MODIFIKASI TERHADAP KADAR EMISI GAS BUANG CO DAN HC SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : SURYA CATUR SUDRAJAT K 2509061 FAKULTAS

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH DIAMETER RONGGA PENAMPANG KONDUKTOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU

STUDI PENGARUH DIAMETER RONGGA PENAMPANG KONDUKTOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU STUDI PENGARUH DIAMETER RONGGA PENAMPANG KONDUKTOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU SKRIPSI Oleh Dewi Puspitasari NIM 080210102054 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang disertai dengan peningkatan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: July Trianita Widya Rahayu K

SKRIPSI. Oleh: July Trianita Widya Rahayu K EKSPERIMEN BLENDED LEARNING TIPE KELAS MURNI DAN APLIKASI PRAKTIS SUB TEMA BIOMASSA ENERGI TERBARUKAN DITINJAU DARI MINAT SISWA KELAS VIII SMP N 7 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: July Trianita Widya Rahayu K2311039

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motor Bensin Motor bensin adalah suatu motor yang menggunakan bahan bakar bensin. Sebelum bahan bakar ini masuk ke dalam ruang silinder terlebih dahulu terjadi percampuran bahan

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS Rio Arinedo Sembiring 1, Himsar Ambarita 2. Email: rio_gurky@yahoo.com 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI UKURAN MAIN JET KARBURATOR DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125

PENGARUH VARIASI UKURAN MAIN JET KARBURATOR DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 PENGARUH VARIASI UKURAN MAIN JET KARBURATOR DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Yoga Prastowo Mukti K

SKRIPSI. Oleh: Yoga Prastowo Mukti K EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DAN AKTIVITAS BELAJAR PADA MATERI KALOR DAN PERPINDAHANNYA TERHADAPKEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS VII SMP N 1 WONOGIRI SKRIPSI Oleh: Yoga Prastowo Mukti K2311085 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN STABILISER TEGANGAN ELEKTRONIK DAN VARIASI BUSI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010

PENGARUH PENGGUNAAN STABILISER TEGANGAN ELEKTRONIK DAN VARIASI BUSI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010 PENGARUH PENGGUNAAN STABILISER TEGANGAN ELEKTRONIK DAN VARIASI BUSI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010 Agung Murdianto, Karno MW, & Ngatou Rohman Prodi. Pendidikan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh : PURWANTO K

Skripsi. Oleh : PURWANTO K UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS INTEGRAL MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK II MELALUI PEMBELAJARAN MODEL KONSTRUKTIVISME MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja mesin serta mencari refrensi yang memiliki relevansi terhadap judul

Lebih terperinci

LAPOR. Program JURUSA MEDAN

LAPOR. Program JURUSA MEDAN ANALISAA PERFORMANSI MOTOR BAKAR 4 LANGKAH PADA MOBIL KIJANG 1800 CC LAPOR RAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan n dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diplomaa III Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidrogen Hidrogen adalah unsur kimia terkecil karena hanya terdiri dari satu proton dalam intinya. Simbol hidrogen adalah H, dan nomor atom hidrogen adalah 1. Memiliki berat

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN MEDIA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KANDUNGAN CO GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SKRIPSI

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN MEDIA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KANDUNGAN CO GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SKRIPSI PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN MEDIA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KANDUNGAN CO GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini teknologi merupakan sudah menjadi kebutuhan manusia, dikarenakan dikarenakan adanya teknologi dapat membantu dan mempermudah pekerjaan manusia. Oleh karena

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PIPA BERSIRIP PERSEGI DI DALAM UPPER TANK

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PIPA BERSIRIP PERSEGI DI DALAM UPPER TANK PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PIPA BERSIRIP PERSEGI DI DALAM UPPER TANK RADIATOR DAN PENAMBAHAN ETANOL PADA PREMIUM TERHADAP TORSI DAN DAYA PADA MOBIL TOYOTA KIJANG SKRIPSI Oleh : NICOLAS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : FIRDAUS DONI SAPUTRA K

SKRIPSI. Oleh : FIRDAUS DONI SAPUTRA K PENGARUH PEMANASAN DAN VARIASI CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN ETANOL TERHADAP EMISI GAS BUANG KARBON MONOKSIDA (CO) DAN HIDROKARBON (HC) PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA VEGA R TAHUN 2009 DAN IMPLIKASI PEDAGOGIS

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Senyawa Acetone Pada Bahan Bakar Bensin Terhadap Emisi Gas Buang

Pengaruh Penambahan Senyawa Acetone Pada Bahan Bakar Bensin Terhadap Emisi Gas Buang LJTMU: Vol. 03, No. 02, Oktober 2016, (61-66) ISSN Print : 2356-3222 ISSN Online: 2407-3555 http://ejournal-fst-unc.com/index.php/ljtmu Pengaruh Penambahan Senyawa Acetone Pada Bahan Bakar Bensin Terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Motor Bakar Motor bakar adalah motor penggerak mula yang pada prinsipnya adalah sebuah alat yang mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diubah ke energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang terjadi saat ini banyak sekali inovasi baru yang tercipta khususnya di dalam dunia otomotif. Dalam perkembanganya banyak orang yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK) Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK) Jurnal Homepage: https://jurnal.uns.ac.id/jptk PENGARUH PENGGUNAAN HYDROGEN ECO BOOSTER TIPE DRY CELL DENGAN VARIASI LARUTAN ELEKTROLIT TERHADAP TORSI

Lebih terperinci

SKRIPSI UNJUK KERJA KENDARAAN RODA DUA TRANSMISI MANUAL YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR LNG. Oleh : GANJAR KUSMANEGARA NIM:

SKRIPSI UNJUK KERJA KENDARAAN RODA DUA TRANSMISI MANUAL YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR LNG. Oleh : GANJAR KUSMANEGARA NIM: SKRIPSI UNJUK KERJA KENDARAAN RODA DUA TRANSMISI MANUAL YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR LNG Oleh : GANJAR KUSMANEGARA NIM: 0804305060 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2013 i LEMBAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR.... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian.............

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Apabila meninjau mesin apa saja, pada umumnya adalah suatu pesawat yang dapat mengubah bentuk energi tertentu menjadi kerja mekanik. Misalnya mesin listrik,

Lebih terperinci

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan

Lebih terperinci

Latar belakang Meningkatnya harga minyak mentah dunia secara langsung mempengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Masyarakat selalu r

Latar belakang Meningkatnya harga minyak mentah dunia secara langsung mempengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Masyarakat selalu r PENGARUH VAPORASI BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP PENGHEMATAN KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUNG PADA MOTOR 4 LANGKAH Ridwan.,ST.,MT *), sandi kurniawan **), Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin, SNTTM-VI, 2007 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bensin Motor bensin adalah suatu motor yang mengunakan bahan bakar bensin. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas yang kemudian

Lebih terperinci

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PEMBAKARAN MODEL BURNER DENGAN DIAMETER 26 MM DENGAN JUMLAH LUBANG 8,11 DAN 16 PADA KOMPOR METANOL

PENGUJIAN KARAKTERISTIK PEMBAKARAN MODEL BURNER DENGAN DIAMETER 26 MM DENGAN JUMLAH LUBANG 8,11 DAN 16 PADA KOMPOR METANOL TUGAS AKHIR PENGUJIAN KARAKTERISTIK PEMBAKARAN MODEL BURNER DENGAN DIAMETER 26 MM DENGAN JUMLAH LUBANG 8,11 DAN 16 PADA KOMPOR METANOL Disusun oleh : ANDI WIBOWO NIM : D 200 060 115 JURUSAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian 1 I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian meningkat. Berbanding lurus dengan hal tersebut, penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH DAN VOLUME FOAM TERHADAP KUAT TEKAN, DAYA SERAP AIR, DAN BERAT JENIS BETON RINGAN FOAM DENGAN PERBANDINGAN 1 PC : 1 PS

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH DAN VOLUME FOAM TERHADAP KUAT TEKAN, DAYA SERAP AIR, DAN BERAT JENIS BETON RINGAN FOAM DENGAN PERBANDINGAN 1 PC : 1 PS PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH DAN VOLUME FOAM TERHADAP KUAT TEKAN, DAYA SERAP AIR, DAN BERAT JENIS BETON RINGAN FOAM DENGAN PERBANDINGAN 1 PC : 1 PS SKRIPSI Oleh : MAHARANI K1512039 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci