BAB I PENDAHULUAN. baru dalam sektor pemerintahan. Penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan akuntansi berbasis akrual sejatinya bukanlah sesuatu yang baru dalam sektor pemerintahan. Penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual sudah diterapkan sejak 40 tahun yang lalu pada pemerintahan Chili tepatnya pertengahan tahun 1970 pada zaman rezim Pinochet (Wynne, 2004: 4). Namun akuntansi berbasis akrual di Indonesia sendiri baru mulai dicanangkan setelah terbitnya Undang-undang (UU) nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 36 ayat (1) dan UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 70 ayat (2) yang mengamanatkan pemerintah untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual ( Kedua Undang-undang tersebut diperkuat setelah munculnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang kemudian diganti dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Namun penerapan akuntansi berbasis akrual pada seluruh entitas pemerintah daerah dan pemerintah pusat di Indonesia baru berjalan pada tahun Pada tahun 2015 seluruh entitas pemerintahan wajib menyajikan laporan keuangannya sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual. Perkembangan Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual dimulai dari berkembangnya teori New Public Management pada tahun 1990-an. Teori NPM sendiri membawa pendekatan bisnis ke dalam sektor publik yang notabene 1

2 bersifat non-profit. Teori NPM inilah yang kemudian dalam perkembangannya membawa entitas publik termasuk didalamnya sektor pemerintahan kedalam sistem pencatatan akuntansi berbasis akrual. Implementasi akuntansi akrual sebagai salah satu aspek New Public Management (Christiaens, 2003). Setelah kemunculan pendekatan NPM yang salah satu implementasinya adalah dalam bentuk sistem akrual dalam sektor publik, kemudian pada tahun-tahun setelahnya beberapa negara anggota OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) mulai menerapkan pencatatan berbasis akrual sebagai laporan keuangan negara mereka masing-masing. Beberapa negara telah berusaha mencoba menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual tersebut, penerapan akutansi berbasis akrual di berbagai negara tersebut tentu saja memiliki cerita sangat beragam. Beberapa negara mengalami permasalahan yang pelik bahkan gagal dalam penerapan akuntansi berbasis akrual namun ada pula negara yang mampu melewati proses penerapan akuntansi berbasis akrual secara mulus. Penelitian yang dilakukan oleh Rhumy Gulam dengan judul Mencari Batu Pijakan bagi Akrualisasi Sektor Publik di Indonesia : Studi atas Penerapan Akuntansi berbasis Akrual di Nepal, Hongkong dan Selandia Baru menceritakan bahwa, salah satu negara yang mengalami kegagalan dalam penerapan akuntansi berbasis akrual adalah Nepal. Sebagai negara berkembang yang pernah mencoba menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual, Nepal mengalami kegagalan setelah puluhan tahun mencoba menerapkannya dalam sistem akuntansi pemerintahannya. Permasalahan utama yang ditemui adalah kemampuan Sumber Daya Manusia yang lemah dan tidak siapnya sarana 2

3 prasarana menjadi kendala utama bagi negara tersebut untuk menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual. Sementara itu berkebalikan dengan Nepal, Selandia Baru merupakan salah satu negara paling sukses dalam menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual di sektor publiknya. Perubahan dilalui dengan sangat cepat dan inovatif dalam berbagai lini pemerintahan. Keberhasilan mereka tak lepas dari adanya peran sentral orang-orang penting, adanya komitmen untuk meniadakan intervensi politik, adanya komunikasi yang baik dalam pemerintahan bahkan dengan organisasi luar, adanya keterbukaan untuk melakukan reformasi, memiliki SDM yang memumpuni serta adanya inovasi pendekatan yang baik oleh pemerintahan saat itu. Di Indonesia sendiri perjalanan akuntansi akrual mengalami berbagai macam tantangan. Dimulai dari munculnya PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dengan basis cash toward accrual atau berbasis kas menuju akrual yang berarti penerapan basis kas untuk pendapatan dan belanja serta basis akrual untuk aset, kewajiban dan ekuitas. Selanjutnya munculnya PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan mengamanatkan penerapan akuntansi akrual berbasis akrual secara menyeluruh. Penerapan tersebut selambat-lambatnya dilaksanakan pada tahun Namun hingga tahun ini penerapan akuntansi berbasis akrual di Indonesia bukan tanpa masalah baik itu di level pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pada level pemerintah pusat di tahun 2014 semester II, hasil pemeriksaan kinerja oleh BPK menjelaskan bahwa pemerintah pusat belum sepenuhnya efektif untuk mendukung penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual pada tahun Permasalahan yang muncul adalah akibat ketentuan turunan 3

4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dan Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Akrual tidak segera ditetapkan. Hal tersebut mengakibatkan ketidakjelasan bagi para satuan kerja (satker) pengelola bagian anggaran Bendahara Umum Negara (BUN) dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual, ketidakseragaman penyajian laporan keuangan Kementerian atau Lembaga (K/L), dan ketidakhandalan data untuk penyusunan laporan keuangan. Permasalahan kedua adalah, penerapan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) dan Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) yang tidak berjalan efektif akibat penerapannya yang tidak sesuai jadwal yang ditetapkan. Akibatnya tujuan pengembangan aplikasi yang terintegrasi antara K/L dan BUN melalui aplikasi SPAN dan aplikasi SAKTI belum tercapai. Permasalahan lainnya adalah, dalam hasil survei terhadap 52 dari 83 KL terdapat 19,23% K/L belum melakukan komunikasi internal terkait rencana penerapan SAP berbasis akrual, 36,53% K/L belum melakukan pemetaan kebutuhan SDM, dan sebanyak 46,15% K/L belum mengalokasikan anggaran khusus ( Permasalahan juga terjadi pada level pemerintah daerah yaitu pada semester I tahun 2014 BPK melakukan pemeriksaan atas 184 Lembaga Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang hasilnya menunjukan ketidaksiapan pemerintah daerah dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual. Permasalahan yang muncul pun sangat beragam yang diantaranya berupa, pemerintah daerah yang belum mempersiapkan SDM yang kompeten, belum dilakukannya pelatihan dan sosialisasi mengenai PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi 4

5 Pemerintah (SAP) secara intensif, struktur organisasi yang belum mendukung penerapan akuntansi berbasis akrual, belum adanya kebijakan dari pemerintah daerah terkait sistem akuntansi yang berbasis akrual, belum adanya alokasi anggaran secara khusus untuk persiapan pelaksanaan akuntansi berbasis akrual, aplikasi pengelolaan keuangan daerah yang belum terintegrasi antara entitas akuntansi dan entitas pelaporan, dan belum adanya rencana dari pemerintah daerah untuk mengembangkan aplikasi/sistem pengelolaan keuangan yang berbasis akrual ( Satu periode sudah yaitu pada tahun 2015, Indonesia menerapkan pelaksanaan sistem akuntansi berbasis akrual. Selama pelaksanaan di tahun pertama tentu saja masih terdapat potensi kekeliruan dan kerancuan dalam penyusunan laporan keuangan dengan basis akrual. Hal tersebut mengingat masih banyaknya permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam menyongsong akuntansi berbasis akrual pada tahun-tahun sebelumnya. Adanya potensi terjadinya kesalahan penyusunan dalam laporan keuangan dengan sistem akuntansi berbasis akrual pada tahun pertama penerapannya mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul EVALUASI IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL : Studi Kasus pada Kabupaten Gunungkidul dan Kulon Progo). Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengevaluasi penerapan sistem akuntansi berbasis akrual pada tahun pertama penerapannya di kedua Kabupaten tersebut. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu instansi pemerintah dalam menerapkan sistem akuntansi akrual yang lebih baik di masa mendatang. Bagi akademisi, hasil 5

6 penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi mengenai penerapan sistem akuntansi berbasis akrual pada entitas pemerintah daerah. 1.2 Problem Riset Berdasarkan uraian yang tertulis dalam latar belakang mengenai pelaksanaan akuntansi berbasis akrual pada entitas pemerintah daerah serta berbagai ketidaksiapannya pada awal pelaksanaannya maka penulis akan mencoba mengevaluasi mengenai implementasi penerapan akuntansi berbasis akrual pada entitas pemerintah daerah yang dimulai pada tahun Dengan demikian permasalahan penelitian ini adalah apakah pemerintah daerah telah melaksanakan akuntansi akrual secara tepat sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. 1.3 Pertanyaan Riset Berdasarkan problem riset yang telah dirumuskan sebelumnya maka pertanyaan riset yang akan diajukan pada penelitian ini adalah bagaimana kesesuaian pelaksanaan akuntansi berbasis akrual pada entitas pemerintah daerah di Kabupaten Gunungkidul dan Kulon Progo dengan ketentuan Standar Akuntansi Pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2010? 1.4 Tujuan Riset Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian pelaksanaan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah Kabupaten Gunungkidul dan Kulon Progo dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah 6

7 1.5 Manfaat Riset Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak, antara lain : a. Bagi pemerintah kabupaten/kota, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi mengenai kesesuaian pelaksanaan akuntansi berbasis akrual dengan PP nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah b. Bagi KSAP, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi pengembangan SAP di masa berikutnya c. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan menambah referensi mengenai penerapan sistem akuntansi berbasis akrual pada entitas pemerintah daerah untuk penelitian selanjutnya yang terkait d. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai penerapan sistem akuntansi berbasis akrual pada entitas pemerintah daerah 7

8 1.6 Proses Riset Adapun tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut : Pencatatan Akuntansi Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah Permasalahan Penelitian Akuntasi Akrual berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah PP 71/2010 Pencatatan Akuntansi Akrual berbasis Akrual pada Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo Temuan Evaluasi Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual dengan : Teknik Deskriptif Presentase Hasil Penelitian Gambar 1.1 Bagan Proses Penelitian 8

9 1.7 Sistematika Riset Secara garis besar penelitian ini akan disusun dan dibagi dalam lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pembuka yang didalamnya akan menguraikan mengenai latar belakang riset, problem riset, pertanyaan riset, tujuan riset, manfaat riset, proses riset serta sistematika riset BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini akan menguraikan mengenai tinjauan pustaka yang berkaitan dengan riset yang akan dilakukan peneliti yang didalamnya membahas mengenai penerapan akuntansi akrual di dunia internasional pada entitas pemerintahan, peraturan perundangan tentang akuntansi akrual di Indonesia, pengertian akuntansi akrual dan penelitian terdahulu terkait akuntansi berbasis akrual. BAB III METODE RISET Bab ini akan menguraikan mengenai gambaran umum obyek penelitian, rasionalitas obyek penelitian, pendekatan penelitian, metode pengumpulan data, teknik analisis data, validitas dan realibilitas data. BAB IV DISKUSI DAN ANALISIS Bab ini akan menjelaskan mengenai temuan yang ada di lapangan dan analisis terhadap temuan tersebut atas dasar pertanyaan penelitian 9

10 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menguraikan mengenai simpulan atas dasar hasil penelitian yang telah dilakukan serta masukan dan saran terhadap pihak-pihak yang terkait dengan penelitian 10