BAB I PENDAHULUAN. perubahan konstitusi yang memberikan jaminan kemandirian dan akuntabilitas
|
|
- Yenny Widya Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi demokrasi di berbagai negara umumnya ditandai dengan terjadinya perubahan konstitusi yang memberikan jaminan kemandirian dan akuntabilitas kekuasaan kehakiman. Reformasi di Indonesia juga menghasilkan amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) yang memberikan jaminan konstitusional terhadap kemandirian kekuasaan kehakiman. 1 Amendemen UUD 1945 memberikan perubahan terhadap kekuasaan kehakiman di Indonesia yang membentuk dua kekuasaan kehakiman, yakni Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK) ditambah satu lembaga negara yang tugasnya bukan di bidang kekuasaan kehakiman, tetapi berkaitan dengan kekuasaan kehakiman, yakni Komisi Yudisial (KY). 2 KY bukan merupakan lembaga kekuasaan kehakiman, tetapi lembaga yang tugasnya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluruhan martabat serta perilaku hakim. Dengan demikian, KY adalah lembaga negara yang dibentuk melalui konstitusi untuk melakukan pengawasan eksternal terhadap hakim. 3 1 Imam Anshori Saleh, 2014, Konsep Pengawasan Kehakiman Upaya Memperkuat Kewenangan Konstitusional Komisi Yudisial dalam Pengawasan Peradilan, Setara Press, Malang, hlm Moh. Mahfud MD, 2009, Konstruksi dan Hukum dalam Kontroversi Isu, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm Ibid., hlm 269.
2 Wewenang KY dalam melakukan pengawasan terhadap hakim ternyata berdampak terhadap hubungan antara MA dan KY. Lebih dari itu sering terjadi perang pernyataan kedua lembaga negara tersebut. MA sebagai lembaga pemegang kekuasaan kehakiman yang mandiri dan dijamin dalam konstitusi, terkesan merespon dengan risih terhadap pengawasan dan setiap aktivitas KY, karena dianggap dapat mengancam kebebasan hakim. 4 Dalam pelaksanaan tugasnya pun ternyata langkah-langkah KY ditanggapi secara kontroversial. Bahkan kewenangan lembaga ini dipangkas melalui Putusan MK Nomor 005/PUU- IV/2006 yang dibuat berdasar permohonan pengujian atas Undang-Undang (UU) No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial oleh 31 orang hakim agung. MK berpendapat bahwa pengawasan yang dilakukan KY terhadap hakim adalah pengawasan terhadap individu-individu hakim dan bukan pengawasan terhadap institusi MA sebagai pemegang kekuasaan kehakiman sebab dengan kedudukannya sebagai lembaga negara yang bebas dan merdeka MA tidak dapat diawasi oleh lembaga negara lain. 5 Setelah putusan tersebut, wewenang KY kembali dipermasalahkan. Pada tanggal 26 Agustus 2015 MK mengeluarkan Putusan MK Nomor 43/PUU- XIII/2015 yang menyatakan bahwa frasa bersama dan Komisi Yudisial dalam Pasal 14A ayat (2) dan (3) UU No. 49 Tahun 2009, Pasal 13A ayat (2) dan (3) UU No. 50 Tahun 2009, dan Pasal 14A ayat (2) dan (3) UU No. 51 Tahun 2009 adalah bertentangan dengan Pasal 24B ayat (1) dan Pasal 18D ayat (1) UUD NRI Tahun 4 Imam Anshori Saleh, 2014, Op.Cit., hlm Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 006/PUU-III/2005.
3 1945, sehingga proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan negeri hanya dilakukan oleh Mahkamah Agung. Latar belakang dikeluarkannya putusan MK tersebut adalah adanya Perubahan atas UU Peradilan Umum, Agama dan Tata Usaha Negara (TUN) di tahun 2009 (tiga UU Peradilan tahun 2009) mengamanatkan agar proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan tingkat pertama dilakukan secara bersama oleh MA dan KY. Tetapi UU tersebut tidak mengatur dan menjelaskan bagaimana kata bersama tersebut diejawantahkan. Dampak ketidakjelasan pembagian kewenangan tersebut seketika muncul dalam pelaksanaan seleksi hakim di tahun MA telah melaksanakan seleksi hakim pengadilan tingkat pertama tanpa melibatkan KY, dan belakangan KY menyatakan bahwa hasil seleksi tahun 2010 tersebut inkonstitusional karena tidak melibatkan KY. Selanjutnya pasca gesekan tersebut dan sebagai amanat dari UU yang menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut proses seleksi diatur bersama oleh MA dan KY, maka disusunlah Peraturan Bersama (PERBA) MA dan KY Nomor 01/PB/MA/IX/ /PB/P.KY/09/2012 tentang seleksi pengangkatan hakim yang bersifat sementara, karena PERBA tersebut dibuat untuk melegalkan calon hakim yang terlanjur diterima melalui seleksi yang diselenggarakan oleh MA pada tahun 2010 tersebut. Setelah dibentuknya PERBA mengenai seleksi pengangkatan hakim tersebut dibentuk, selanjutnya MA dan KY berusaha untuk membentuk sebuah metode seleksi pengangkatan hakim pengadilan tingkat pertama sesuai dengan amanat tiga paket UU Peradilan Tahun MA dan KY telah duduk bersama untuk membahas PERBA yang mengatur proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan
4 tingkat pertama dengan status hakim sebagai pejabat negara, namun karena belum ada payung hukum yang mengatur menganai hal tersebut, proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan tingkat pertama tidak bisa dilaksanakan sejak tahun 2010 hingga sekarang. Konflik yang tidak kunjung berkesudahan tersebut menyebabkan perwakilan Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI) menggugat keterlibatan KY dalam seleksi hakim melalui permohonan uji materil kepada MK. Pasal yang digugat oleh IKAHI adalah Pasal 14A ayat (2) dan ayat (3) UU No. 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Pasal 13A ayat (2) dan ayat (3) UU No. 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, dan Pasal 14A ayat (2) dan ayat (3) UU No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) pada bulan Mei Pengurus pusat IKAHI mempersoalkan ketiga aturan tersebut yang memberi kewenangan KY untuk terlibat dalam seleksi pengangkatan hakim bersama MA di tiga lingkungan peradilan. IKAHI menganggap kewenangan KY dalam proses seleksi pengangkatan hakim mendegradasi peran IKAHI untuk menjaga kemerdekaan yang dijamin Pasal 24 UUD NRI Tahun Terlebih, Pasal 24B ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 tidak mengamanatkan keterlibatan KY dalam seleksi pengangkatan hakim. Bahkan menurut pemohon, keterlibatan KY dinilai menghambat regenerasi hakim. Karenanya, pemohon meminta agar keterlibatan KY dalam seleksi pengangkatan hakim dihapus dengan cara menghapus kata bersama dan frasa Komisi Yudisial dalam pasal-pasal tersebut, sehingga hanya MA yang berwenang melaksanakan seleksi pengangkatan hakim, dan KY tidak lagi
5 berwenang untuk terlibat dalam proses seleksi pengangkatan hakim di tiga lingkungan peradilan tersebut. 6 MK pada akhirnya mengeluarkan Putusan MK Nomor 43/PUU-XIII/2015. Dalam pertimbangannya, MK menyatakan bahwa frasa wewenang lain dalam Pasal 24B ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 tidak dapat memberi dasar bagi pemberian kewenangan lain yang dalam hal ini adalah proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan tingkat pertama. 7 Padahal justru kalimat wewenang lain dalam menegakkan keluhuran dan menjaga kehormatan martabat hakim justru memerlukan tafsir lebih lanjut, yang oleh karenanya dalam UU Peradilan dan UU Komisi Yudisial dirumuskan kewenangan lainnya. Namun, putusan ini tidak diambil secara bulat. Salah satu hakim konstitusi I Dewa Gede Palguna mengajukam dissenting opinion. Ia berpendapat bahwa seharusnya MK memutus ketiga pasal dengan konstitusional bersyarat. Alasannya, keterlibatan KY bersama MA dalam proses seleksi pengangkatan hakim di tiga lingkungan peradilan tidaklah mengganggu administrasi, organisasi, maupun finansial pengadilan. Lebih lanjut hakim konstitusi tersebut berpendapat bahwa sepanjang dipahami keterlibatan KY itu konteksnya adalah keterlibatan dalam memberikan pemahaman kode etik dan pedoman perilaku hakim bagi para calon hakim yang telah dinyatakan lulus dalam proses seleksi calon hakim. Menurut beliau, jika keterlibatan KY dipahami demikian, sebenarnya hal itu merupakan penafsiran sekaligus implementasi yang tepat terhadap pengertian wewenang lain 6 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 43/PUU-XIII/2015, hlm Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 43/PUU-XIII/2015, hlm
6 dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim yang diamanatkan UUD NRI Tahun 1945 kepada KY. 8 Konflik antara MA dan KY ternyata bukan hanya kali ini dan hanya dalam masalah ini saja. Sejak akhir tahun 2005 sampai paling tidak pertengahan tahun 2006, khususnya masyarakat hukum, menyaksikan adegan konflik antara MA dan KY. Konflik yang oleh masyarakat disayangkan ini sebenarnya bermula dari langkah-langkah KY ketika hendak menejermahkan dan melaksanakan amanat konstitusi atas pembentukannya yang kemudian membentur MA yang struktur dan karakternya sudah begitu kuat dan berpola. KY sebagai lembaga negara yang baru kemudian mendapat sorotan baik yang bersifat positif maupun negatif. 9 Ekor dari perseteruan kedua lembaga tersebut adalah diajukannya permohonan atau gugatan judicial review atas UU No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial oleh 31 hakim agung sebagai pribadi-pribadi. Mereka pada pokoknya meminta MK membatalkan sebagian isi UU tersebut karena bertentangan dengan UUD NRI Tahun 1945 yakni bagian yang menentukan bahwa KY berwenang mengawasi hakim agung. Para pemohon mendalilkan bahwa KY hanya berwenang mengawasi hakim dan pengertian hakim di sana tidak mencakup hakim agung. Hal ini mengherankan karena baik ditinjau dari latar belakang maupun dari sikap MA sendiri sebelum lahirnya UU tersebut jelas-jelas disebutkan bahwa KY berwenang mengawasi hakim termasuk hakim agung. 10 Hubungan kedua institusi ini tidak seperti yang diharapkan, yakni bekerja sama sebagai mitra (partnership). 8 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 43/PUU-XIII/2015, hlm Moh. Mahfud MD, 2011, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Rajawali Press, Jakarta, hlm Ibid., hlm. 111.
7 Putusan MK Nomor 43/PUU-XIII/2015 juga merupakan bentuk konflik antara MA dan KY, putusan ini banyak menimbulkan perdebatan, lenyapnya kewenangan KY dalam seleksi hakim menimbulkan banyak opini tentang pelemahan lembaga tersebut, karena bukan hanya kali ini saja kewenangan KY dikurangi dalam menjalankan tugasnya, tugas KY yang menyangkut pengawasan terhadap perilaku hakim menjadi terpangkas dengan dikeluarkannya Putusan MK Nomor 005/PUU-IV/2006. Namun di sisi lain, banyak juga opini yang menyatakan mendukung putusan ini karena berkaitan dengan kemandirian badan peradilan yang tercipta pada awal reformasi yang dicampuri oleh suatu lembaga baru yaitu KY. Dikeluarkannya Putusan MK Nomor 43/PUU-XIII/2015 tentu menimbulkan beberapa perubahan dalam proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan tingkat pertama dan juga terhadap lembaga MA dan KY, karena putusan tersebut telah menghilangkan wewenang KY untuk terlibat dalam proses seleksi pengangkatan hakim bersama dengan MA. Hal ini menimbulkan pertanyaan sebenarnya bagaimana proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan tingkat pertama dan problematikanya sebelum dikeluarkannya Putusan MK Nomor 43/PUU-XIII/2015 dan bagaimana proses seleksi hakim pengadilan tingkat pertama pasca putusan tersebut. Berdasarkan latas belakang masalah di atas, penulis sangat tertarik untuk membahas mengenai bagaimana proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan tingkat pertama yang sesuai Putusan MK Nomor 43/PUU-XIII/2015 dan bagaimana putusan tersebut berimplikasi terhadap MA dan KY.
8 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 43/PUU- XIII/2015 terhadap Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial? 2. Bagaimana proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan tingkat pertama yang sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 43/PUU-XIII/2015? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Subjektif Tujuan Subyektif yang hendak dicapai oleh Penulis adalah memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan hukum sebagai salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas Gadjah Mada. 2. Tujuan Objektif Tujuan Obyektif yang hendak dicapai Penulis dalam penulisan hukum ini meliputi 2 (dua) hal, yaitu: a. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana implikasi dari Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 43/PUU-XIII/2015 terhadap Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. b. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan tingkat pertama yang sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 43/PUU-XIII/2015.
9 D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh penulis di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada serta melalui internet, belum ada penulisan hukum yang meneliti secara spesifik mengenai proses seleksi hakim pengadilan tingkat pertama pasca Putusan MK Nomor 43/PUU-XII/2015. Namun terdapat beberapa penulisan yang memiliki kajian yang berkaitan dengan objek kajian yang akan yang diteliti. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Garry Rafeldha Sharon Tapilatu dalam Penulisan Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada tahun 2008 dengan judul: Implikasi Putusan MK Nomor 005/PUU-IV/2006 Terhadap Fungsi Komisi Yudisial Republik Indonesia di Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Penelitian tersebut membahas mengenai bagaimana putusan MK tidak berimplikasi pada kewenangan KY dalam mengusulkan pengangkatan hakim agung, namun putusan MK tersebut berimplikasi pada terpangkasnya beberapa tugas KY yang sebelumnya memiliki tugas mengawasi, memanggil, memeriksa dan memberikan hasil pemeriksaan berupa rekomendasi yang mengikat terhadap hakim agung dan jajaran hakim pada peradilan dibawahnya, serta hakim konstitusi. Penulisan peneliti lebih berfokus pada bagaimana Putusan MK Nomor 43/PUU- XIII/2015 berimplikasi pada kewenangan KY dalam proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan tingkat pertama. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Hifdzil Alim dalam Penulisan Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada tahun 2008 dengan judul: Pelaksanaan
10 Checks and Balances Antara Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 005/PUU-IV/2006. Penelitian tersebut salah satunya membahas mengenai kewenangan KY dalam mengusulkan pengangkatan hakim agung berperan dalam meminimalisasi politisasi terhadap perektrutan hakim agung karena KY bukan merupakan lembaga politik, sehingga diasumsikan tidak memiliki kepentingan politik, dan bagaimana kewenangan tersebut adalah bentuk pengawasan yang diharapkan dapat mewujudkan mekanisme checks and balances dalam kekuasaan kehakiman. Penulisan peneliti lebih berfokus pada bagaimana Putusan MK Nomor 43/PUU- XIII/2015 berimplikasi pada kewenangan KY dalam proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan tingkat pertama. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rudi dalam Penulisan Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada tahun 2014 dengan judul: Implikasi Putusan MK Nomor 27/PUU-XI/2013 Terhadap Sistem Pengangkatan Hakim Agung. Dalam penelitian tersebut, objek kajian berfokus pada bagaimana Putusan MK Nomor 27/PUU-XI/2013 berimplikasi terhadap sistem pengangkatan hakim agung berkaitan dengan adanya perubahan kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia menjadi hanya memberikan persetujuan terhadap calon hakim agung yang diajukan oleh KY. Penulisan peneliti lebih berfokus pada bagaimana proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan tingkat pertama pasca Putusan MK Nomor 43/PUU-XIII/2015. E. Kegunaan Penelitian
11 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya dalam bidang hukum ketatanegaraan, terutama mengenai hal-hal yang memiliki keterkaitan dengan proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan tingkat pertama pasca Putusan MK Nomor 43/PUU-XIII/ Kegunaan Praktis Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu memberikan saran dan masukan kepada Mahkamah Agung untuk dapat mewujudkan proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan tingkat pertama yang transparan, akuntabel, dan partisipatif untuk menciptakan hakim yang cerdas dan berintegritas demi terwujudnya peradilan yang bersih.
BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN
BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN A. Komisi Yudisial Komisi Yudisial merupakan lembaga tinggi negara yang bersifat independen. Lembaga ini banyak berkaitan dengan struktur yudikatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara senantiasa memiliki seperangkat kaidah yang mengatur susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan kenegaraan untuk menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat), bukan negara berdasarkan
1 BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat), bukan negara berdasarkan kekuasaan (macthstaat) yang berdasar atas kekuasaan belaka, sebagaimana telah diamanatkan di
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH : RANTI SUDERLY
SKRIPSI PENGUJIAN TERHADAP UNDANG - UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DAN UNDANG UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kekuasaan raja yang semakin absolut di Negara Perancis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kekuasaan raja yang semakin absolut di Negara Perancis pada abad ke-18 (delapan belas), memunculkan gagasan dari para pakar hukum dan negarawan untuk melakukan
Lebih terperinciREKONSTRUKSI KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN ANTARA MAHKAMAH AGUNG, MAHKAMAH KONSTITUSI DAN KOMISI YUDISIAL DI INDONESIA. Oleh: Antikowati, S.H.,M.H.
1 REKONSTRUKSI KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN ANTARA MAHKAMAH AGUNG, MAHKAMAH KONSTITUSI DAN KOMISI YUDISIAL DI INDONESIA Oleh: Antikowati, S.H.,M.H. 1 ABSTRAK Undang-Undang Dasar 1945 (pasca amandemen) tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:
34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan
Lebih terperinci1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final.
Tugas dan wewenang Mahkamah Agung adalah a. Memeriksa dan memutus 1) permohonan kasasi, 2) sengketa tentang kewarganegaraan, dan 3) permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh
Lebih terperinciInfo Lengkap di: buku-on-line.com 1 of 14
1 of 14 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIII/2015 Proses Seleksi Pengangkatan Hakim
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUUXIII/2015 Proses Seleksi Pengangkatan Hakim I. PEMOHON 1. Dr. H. Imam Soebechi, S.H., M.H.; 2. Dr. H. Suhadi, S.H., M.H.; 3. Prof. Dr. H. Abdul Manan, S.H., S.IP.,
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008
MAHKAMAH KONSTITUSI R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008 Pokok Bahasan Latar Belakang Kelahiran Mahkamah Konstitusi
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum dikenal adanya kewenangan uji materiil (judicial review atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diskursus mengenai Mahkamah Konstitusi muncul saat dirasakan perlunya sebuah mekanisme demokratik, melalui sebuah lembaga baru yang berwenang untuk menafsirkan
Lebih terperinciRechtsVinding Online
PENGHAPUSAN KEWENANGAN PEMERINTAH UNTUK MEMBATALKAN PERDA; MOMENTUM MENGEFEKTIFKAN PENGAWASAN PREVENTIF DAN PELAKSANAAN HAK UJI MATERIIL MA Oleh: M. Nur Sholikin * Naskah diterima: 24 pril 2017; disetujui:
Lebih terperinciKomisi Yudisial. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 25 Juni 2008
Komisi Yudisial R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 25 Juni 2008 Pokok Bahasan Latar Belakang Kelahiran Komisi Yudisial dan Konteks Pemantauan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.4 Metode penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam suatu negara harus memiliki hubungan antara lembaga negara yang satu dengan lembaga negara yang lainnya agar negara yang dipimpin dapat berjalan dengan baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (pemilu) untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan
Lebih terperinciRechtsVinding Online
ANALISA MENGENAI JALUR HAKIM NONKARIR DALAM PERKARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG MAHKAMAH AGUNG Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 20 Juli 2016; disetujui: 19 September 2016 Keberadaan Hakim Agung dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang (UU) tehadap Undang-Undang Dasar (UUD). Kewenangan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada satu peristiwa penting dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, yakni Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hasil Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1999 yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechstaat). 1 Di dalam sebuah Negara Hukum yang demokratis, kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (judicial power) untuk melakukan kontrol terhadap kekuasaan eksekutif(executive
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Unsur penting dalam negara hukum adalah adanya kekuasaan kehakiman (judicial power) untuk melakukan kontrol terhadap kekuasaan eksekutif(executive power) dan
Lebih terperinciNomor 005/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 29 Maret 2006
RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 005/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 29 Maret 2006 I. PARA PIHAK YANG TERKAIT DALAM POKOK PERKARA PEMOHON : Prof Dr. Paulus Effendi Lotulung, SH dkk KUASA HUKUM : Prof. Dr. Indrianto
Lebih terperinciTugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan
Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Oleh: Dr. (HC) AM. Fatwa Wakil Ketua MPR RI Kekuasaan Penyelenggaraan Negara Dalam rangka pembahasan tentang organisisasi
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali I. PEMOHON Abd. Rahman C. DG Tompo Kuasa Hukum DR. Saharuddin Daming. SH.MH., berdasarkan surat kuasa khusus
Lebih terperinciPERUBAHAN ATAS UU No 22/2004 tentang KY, UU NO 24/2003 tentang MK, dan UU No 5/2004 tentang MA
MASUKAN TERHADAP DRAF RUU versi BALEG PERUBAHAN ATAS UU No 22/2004 tentang KY, UU NO 24/2003 tentang MK, dan UU No 5/2004 tentang MA SALDI ISRA Dosen Hukum Tata Negara Fak. Hukum Univ. Andalas (UNAND),
Lebih terperinciKOMISI YUDISIAL DAN INDEPENDENSI KEKUASAAN KEHAKIMAN
KOMISI YUDISIAL DAN INDEPENDENSI KEKUASAAN KEHAKIMAN Oleh: A. AHSIN THOHARI Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul ABSTRAK Pasal 24B Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 yang ditetapkan
Lebih terperinciKEDUDUKAN KOMISI YUDISIAL SEBAGAI LEMBAGA NEGARA FANDI SAPUTRA / D
KEDUDUKAN KOMISI YUDISIAL SEBAGAI LEMBAGA NEGARA FANDI SAPUTRA / D 101 08 582 ABSTRAK Komisi Yudicial lahir pada era reformasi saat amandemen ke III Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Lebih terperinciHubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI
Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Lembaga negara merupakan lembaga pemerintahan negara yang berkedudukan di pusat yang fungsi, tugas, dan kewenangannya diatur secara tegas dalam
Lebih terperinciDR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015
DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015 POKOK BAHASAN Latar Belakang Kelahiran Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi dalam UUD 1945 Wewenang Mahkamah
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Halaman Penetapan Panitia Penguji Disertasi... iii Ucapan Terima Kasih... v Ringkasan... x Summary... xiii Abstrak... xvi Abstract... xvii
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut beberapa
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut beberapa kesimpulan mengenai Sistem Rekrutmen Hakim Konstitusi yang Transparan, Partisipatif, Obyektif dan
Lebih terperinciUrgensi Menata Ulang Kelembagaan Negara. Maryam Nur Hidayat i-p enelit i P usat St udi Fakult as Hukum UI I
Urgensi Menata Ulang Kelembagaan Negara Maryam Nur Hidayat i-p enelit i P usat St udi Fakult as Hukum UI I Prolog Lembaga negara (staatsorgaan/political institution) merupakan suatu organisasi yang tugas
Lebih terperinciDPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016
DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016 Dinamika perkembangan ketatanegaraan di Indonesia terusterjadi. Hal yang kembali mencuat
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL I. UMUM Pasal 24B Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciSIARAN PERS. Penjelasan MK Terkait Putusan Nomor 36/PUU-XV/2017
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS DAPAT SEGERA DITERBITKAN Penjelasan MK Terkait Putusan Nomor 36/PUU-XV/2017 Sehubungan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU- XV/2017 tanggal
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 39/PUU-XIII/2015 Pengawasan Tingkah Laku Hakim oleh Mahkamah Agung
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 39/PUUXIII/2015 Pengawasan Tingkah Laku Hakim oleh Mahkamah Agung I. PEMOHON Ina Mutmainah Kuasa Hukum Yandi Suhendra, S.H.; Dian F. Maskuri, S.H., M.H.; Samuel Silaban,
Lebih terperinciREFORMULASI PROSES REKRUITMEN HAKIM MAHKAMAH KONSTITUSI INDONESIA Oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 03 Juni 2016; disetujui: 27 Juni 2016
REFORMULASI PROSES REKRUITMEN HAKIM MAHKAMAH KONSTITUSI INDONESIA Oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 03 Juni 2016; disetujui: 27 Juni 2016 Ide pembentukan Mahkamah Konstitusi bermula dari kasus
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Bahan TIMUS 23-06-04 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara memerlukan aspek akuntabilitas (pertanggungjawaban).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan fungsi kenegaraan yang dilakukan oleh pejabat penyelenggara negara memerlukan aspek akuntabilitas (pertanggungjawaban). Salah satu yang paling krusial
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR:...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR:...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.
ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006/PUU-IV TAHUN 2006 TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagai
Lebih terperinciTUGAS KELOMPOK IV KOMISI YUDISIAL
TUGAS KELOMPOK IV KOMISI YUDISIAL O L E H : 1. NI KETUT DEVY RATNA SARI (D1A011264) 2. NI L.P KHRISTINA DEWI (D1A011266) 3. NI MADE ANDANI W.S (D1A011268) 4. NI NENGAH SUGIHARTINI (D1A011269) 5. NOVITA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kemajuan besar bagi perkembangan demokrasi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan Mahkamah Konstitusi dalam struktur ketatanegaraan Indonesia merupakan suatu kemajuan besar bagi perkembangan demokrasi di Indonesia, serta menjadi
Lebih terperinciOleh Eggy Dwikurniawan (Mahasiswa Hukum Universitas Pakuan)
PERKEMBANGAN PENGATURAN KOMISI YUDISIAL DALAM UNDANG UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Oleh Eggy Dwikurniawan (Mahasiswa Hukum
Lebih terperinciINTERVENSI POLITIK DALAM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 01 Juni 2016; disetujui: 23 Juni 2016
INTERVENSI POLITIK DALAM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 01 Juni 2016; disetujui: 23 Juni 2016 Mahkamah Konstitusi (yang selanjunya disebut MK) sebagai lembaga peradilan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,
Lebih terperinciKUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015.
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 22/PUU-XIII/2015 Pertimbangan DPR Dalam Rangka Pengangkatan Kapolri dan Panglima TNI Berkaitan Dengan Hak Prerogatif Presiden I. PEMOHON 1. Prof. Denny Indrayana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Founding fathers bangsa Indonesia telah memberikan ketegasan di dalam perumusan dasar pembentukan negara dimana Indonesia harus dibangun dan dikelola salah satunya dengan
Lebih terperinciPENGISIAN DAN MASA JABATAN HAKIM KONSTITUSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2
PENGISIAN DAN MASA JABATAN HAKIM KONSTITUSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 Pendahuluan Kemampuan MK menjalankan peran sebagai pengawal konstitusi dan pelindungan hak konstitusional warga negara melalui
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah mengalami beberapa kali revisi sejak pengajuannya pada tahun 2011, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 30
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. martabat, serta etika dan perilaku hakim. perundang-undangan harus diimplementasikan secara konkret dan konsisten
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini jabatan publik dalam wilayah kehakiman di Indonesia telah diikat oleh kode etik untuk menjaga kehormatan profesi hakim.salah satu hal penting yang disorot
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak yang berperkara untuk mengajukan suatu upaya hukum atas putusan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang memberikan hak yang dapat digunakan oleh para pihak yang berperkara untuk mengajukan suatu upaya hukum atas putusan pengadilan. Hak tersebut
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang:
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap I. PEMOHON Julkifli, SH. Kuasa Hukum Ahmad Irawan, SH., Dading Kalbuadi, SH., M.Kn.,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bergulirnya reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 membawa dampak banyak perubahan di negeri ini, tidak terkecuali terhadap sistem dan praktik ketatanegaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti Perseroan Terbatas. Hal tersebut menjadi alasan dibuatnya Undang-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan salah satu badan usaha yang menjadi tiang perekonomian bangsa yang belum memiliki peran sebaik badan usaha lainnya seperti Perseroan Terbatas.
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XI/2013 Tentang Nota Kesepakatan Bersama Tentang Pengurangan Masa Tahanan Bagi Tindak Pidana Umum, Pemeriksaan Cepat dan Restorative Justice I. PEMOHON Fahmi Ardiansyah
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018 Wewenang Mahkamah Kehormatan Dewan Mengambil Langkah Hukum Terhadap Perseorangan, Kelompok Orang, Atau Badan Hukum yang Merendahkan Kehormatan DPR Dan
Lebih terperinciPengujian Peraturan Perundang-undangan. Herlambang P. Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 30 Oktober 2017
Pengujian Peraturan Perundang-undangan Herlambang P. Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 30 Oktober 2017 Materi Dasar Hukum Pengujian PUU Pengujian UU di Mahkamah Konstitusi Pengujian PUU di
Lebih terperinciKOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.
KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. A. PERKEMBANGAN KONTEMPORER SISTEM ETIKA PUBLIK Dewasa ini, sistem etika memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekuasaan kehakiman di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam transisi politik di Indonesia pasca orde baru, terdapat perubahan mendasar kekuasaan kehakiman di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Lebih terperinciRINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji:
RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 10/PUU-VI/2008 tanggal 1 Juli 2008 atas Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota
Lebih terperinciPUTUSAN PUTUSAN Nomor 91/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
PUTUSAN PUTUSAN Nomor 91/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,
Lebih terperinciMengenal Mahkamah Agung Lebih Dalam
TUGAS AKHIR SEMESTER Mata Kuliah: Hukum tentang Lembaga Negara Dosen: Dr. Hernadi Affandi, S.H., LL.M Mengenal Mahkamah Agung Lebih Dalam Oleh: Nurul Hapsari Lubis 110110130307 Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciDapatkah Surat Keputusan Bersama MA-KY tentang Kode Etik & Pedoman Perilaku Hakim diuji materiil? Oleh :Abdul Fickar Hadjar
Dapatkah Surat Keputusan Bersama MA-KY tentang Kode Etik & Pedoman Perilaku Hakim diuji materiil? Pengantar Oleh :Abdul Fickar Hadjar SKB Ketua MA dan Ketua Komisi Yudisial No.047/KMA/SKB/IV/2009 Nomor
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang
Lebih terperinciCHECK AND BALANCES ANTAR LEMBAGA NEGARA DI DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA. Montisa Mariana
CHECK AND BALANCES ANTAR LEMBAGA NEGARA DI DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA Montisa Mariana Fakultas Hukum, Universitas Swadaya Gunung Jati E-mail korespondensi: montisa.mariana@gmail.com Abstrak Sistem
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciRANCANGAN. Tahun Sidang : Masa Persidangan : III Rapat ke :
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT FIT AND PROPER TEST KOMISI III DPR RI TERHADAP CALON ANGGOTA KOMISI YUDISIAL ------------------------------------- (BIDANG HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciUNIVERSITAS ESA UNGGUL JL. ARJUNA UTARA NO. 9, TOL TOMANG, KEBON JERUK, JAKARTA BARAT 11510
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JL. ARJUNA UTARA NO. 9, TOL TOMANG, KEBON JERUK, JAKARTA BARAT 11510 PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI NAMA : DIANA NURMA RIYANTI NIM : 2009-41-116 JUDUL : KEWENANGAN PENGAWASAN KOMISI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah institusi yang berperan melakukan kegiatan pengujian konstitusional di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial I. PEMOHON Dr. H. Taufiqurrohman Syahuri, S.H Kuasa Hukum Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H. dkk berdasarkan
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XV/2017 Tafsir konstitusional frasa rakyat pencari keadilan
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XV/2017 Tafsir konstitusional frasa rakyat pencari keadilan I. PEMOHON Nina Handayani selanjutnya disebut sebagai Pemohon; Kuasa Hukum: Dr. Youngky Fernando, S.H.,M.H,
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 I. UMUM TENTANG PERADILAN UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan Pasal 24 ayat (2) dan Pasal 24C amandemen ketiga Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah panjang mengenai pengujian produk legislasi oleh sebuah lembaga peradilan (judicial review) akan terus berkembang. Bermula dari Amerika (1803) dalam perkara
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 113/PUU-XII/2014 Keputusan Tata Usaha Negara yang Dikeluarkan atas Dasar Hasil Pemeriksaan Badan Peradilan Tidak Termasuk Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (UUD NRI Tahun 1945) terutama pada Pasal 18 ayat (4) yang menyatakan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca-Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) terutama pada Pasal 18 ayat (4) yang menyatakan, Gubernur, Bupati, dan
Lebih terperinciTUGAS DAN WEWENANG. Tugas dan Wewenang KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PROFIL KELEMBAGAAN KOMISI YUDISIAL
TUGAS DAN WEWENANG Tugas dan Wewenang REPUBLIK INDONESIA 23 Pengusulan Pengangkatan Hakim Agung dan Hakim Adhoc di Mahkamah Agung Salah satu kewenangan Komisi Yudisial adalah mengusulkan pengangkatan hakim
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciIMPLIKASI PUTUSAN MK ATAS PENGGUNAAN HAK ANGKET DPR TERHADAP KPK
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUKUM KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN
Lebih terperinciPERTANYAAN Bagaimanakan kasus Marbury vs Madison Apa alasan John Marshall membatalkan Judiciary Act. Bagaimana pemikiran Yamin tentang Yudisial Review
MAHKAMAH KONSTITUSI DAN HUKUM ACARA PERADILAN KONSTITUSI PERTANYAAN Bagaimanakan kasus Marbury vs Madison Apa alasan John Marshall membatalkan Judiciary Act. Bagaimana pemikiran Yamin tentang Yudisial
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciKUASA HUKUM Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H., dan Vivi Ayunita Kusumandari, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Oktober 2014.
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 106/PUU-XII/2014 Larangan Rangkap Jabatan di Lembaga Negara Lain dan Menjadi Anggota Partai Politik bagi Anggota BPK I. PEMOHON 1. Ai Latifah Fardhiyah 2. Riyanti,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH 2.1. Tinjauan Umum Mengenai Mahkamah Konstitusi 2.1.1. Pengertian Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi merupakan
Lebih terperincib. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 6/PUU-XIV/2016 Pembatasan Masa Jabatan dan Periodesasi Hakim Pengadilan Pajak
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 6/PUU-XIV/2016 Pembatasan Masa Jabatan dan Periodesasi Hakim Pengadilan Pajak I. PEMOHON Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI) Cabang Pengadilan Pajak. Kuasa Pemohon: Drs. R.
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XV/2017. I. PEMOHON 1. Hadar Nafis Gumay (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I);
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XV/2017 Presidential Threshold 20% I. PEMOHON 1. Hadar Nafis Gumay (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Yuda Kusumaningsih (selanjutnya disebut sebagai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciPERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG GARIS BESAR KEBIJAKAN DAN STRATEGI KOMISI YUDISIAL TAHUN
KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG GARIS BESAR KEBIJAKAN DAN STRATEGI KOMISI YUDISIAL TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci