PERKEMBANGAN DAN PERUBAHAN FUNGSI LUMBUNG PADA ARSITEKTUR TRADISIOAL BALI ( Kajian Fenomena Sosial )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKEMBANGAN DAN PERUBAHAN FUNGSI LUMBUNG PADA ARSITEKTUR TRADISIOAL BALI ( Kajian Fenomena Sosial )"

Transkripsi

1 1

2 PERKEMBANGAN DAN PERUBAHAN FUNGSI LUMBUNG PADA ARSITEKTUR TRADISIOAL BALI ( Kajian Fenomena Sosial ) I Nyoman Adi Tiaga Dosen Tetap pada Jurusan Desain Interior Institut Seni Indonesia Denpasar Alamat Jl. Nusa Indah, Tlp 0361) , Fax.0361) Denpasar No Hp : dan art_desain21@yahoo.com ABSTRAK Arsitektur Bali berkembang dengan pesatnya seiring dengan perkembangan jaman, terutama setelah dipromosikannya Bali sebagai pusat kepariwisataan di Indonesia bagian tengah. Jika dilihat perkembangannya dari waktu ke waktu maka arsitektur Bali merupakan suatu arsitektur yang selalu berusaha menyelaraskan diri dengan lingkungannya, Lumbung sebagai salah salah satu contohnya hasil rancangan manusia dimana hasil desainnya melibatkan keputusan dan pemilihan sesuai dengan kebutuhan manusianya. Hal ini akan dikaitkan dengan pencerminan kebudayaan masyarakat dari wujud desainnya. Apabila perubahan wujud desain ini terjadi, maka kebudayan yang diatur akan mengalami pergeseran nilai yang sesuai dengan hukum-hukum, norma-norma yang berlaku, serta prilaku sosial. Sebab perwujudan desain pada lingkungan kawasan dapat mempengaruhi cara masyarakat berinteraksi melalui suasana ruang dan waktu. Pilihan-pilihan tersebut akhirnya menghasilkan gaya (style), baik dalam perwujudan desain maupun kehidupan masyarakatnya. Fenomena saat ini di daerah-daerah kawasan pariwisata pola tata letak, fungsi, dan wajah bangunan telah mengalami perubahan, Berdasarkan hal itu, pembahasan dalam makalah ini akan mengkaji perkembangan dan perubahan fungsi arsitektur lumbung Bali sebagai artefak yang digunakan sebagai fasilitas penyimpanan padi dan upacara ritual pemujaan Dewi Sri, dimana artefak tersebut telah mengalami perkembangan serta perubahan bentuk dan pergeseran fungsi yang disebabkan oleh proses sosial. Hal ini sangatlah menarik untuk dijadikan topik kajian dalam pembahasan ini. Untuk itu, permasalahan ini akan diungkap dengan menggunakan pendekatan sosiologi seni, dimana seni dipandang sebagai proses sosial yang diambil dari teorinya Vera L. Zolberg. Sekarang ini Lumbung tidak hanya memiliki satu fungsi akan tetapi multifungsi yaitu dari sakral menjadi profan atau sekuler. Untuk mengungkap hal tersebut perlu dirumuskan suatu permasalahan, dalam hal ini permasalahan yang muncul adalah; Konstruksi sosial yang mempengaruhi keberadaan bangunan lumbung di Bali, sehingga mengakibatkan terjadinya perkembangan serta perubahan fungsi bangunan lumbung dalam kehidupan sosial masyarakat Bali. Kata kunci : Perubahan Fungsi, Lumbung, Sosial. 2

3 DEVELOPMENT AND CHANGES IN FUNCTIONS OF RICE STOREHOUSES IN TRADITIONAL BALINESE ARCHITECTURE (A Study of Social Phenomena) ABSTRACT Bali Architecture has grown rapidly in recent years, especially after the promotion of Bali as a tourism center in central Indonesian zone. From its development every now and then, we can see that Balinese architecture is always sought to align itself with its surroundings. Take lumbung or rice storehouse, for example. It is the end product of human design that involves decision and selection that accord with the relevant human needs. This will be associated with the reflection of local culture in the designed forms. When this change in design takes place, the local culture will experience a shift in values in accordance with the applicable laws, norms, and social behaviors. This is due to the fact that the changes in design of the surrounding areas may affect the way people interact with each other in terms of time and place. The selections will, eventually, give birth to style, both in the forms of design and in the community life. Changes in lot layout, functionality, and building facades are the phenomena that occur in areas with tourism resorts. For that reason, the discussion in this paper will be on the development and changes in the functionality of architecture of Balinese lumbung as the artifact that serve both as rice storehouse and as a site for ritual worship of Goddess Sri. The development and changes in the form and function of the artifact might be caused by social processes. That is why it is an interesting topic for discussion in current paper. Therefore, this issue will be explored using sociological approach to artworks, in which art is viewed as a social process, as Vera L. Zolberg s theory suggests. These days, lumbungs serve not merely a single function; in fact, it serves multiple functions, i.e. sacred, profane, and secular functions. To delve into such functions, we formulate the problem as follows: Social construction that affects the existence of lumbung buildings in Bali has led to the development and changes in the functionality of lumbungs in the social life of Balinese people. Keywords: changes in function, lumbung, social 3

4 PENDAHULUAN Keberadaan manusia pada hakekatnya terwujud sebagai makhluk sosial dan berbudaya dengan berbagai kondisi obyektif. Perjalanan historis mengakibatkan manusia berusaha mengembangkan sistem sosial dan sistem budayanya secara khas, seperti sistem sosial masyarakat Bali yang khas merupakan bagian dari salah satu sistem sosial budaya Indonesia yang beranekaragam. Bali sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia memiliki kekayaan alam dan berbagai jenis kesenian yang merupakan hasil pemikiran manusianya. Seni sebagai sistem sosial cenderung dianggap sebagai indikator kegiatan religius, bukan semata-mata hanya sebagai ekspresi bebas setiap individunya, sehingga kesenian mendominasi seluruh kehidupan masyarakat Bali, karena setiap kegiatan masyarakatnya selalu terkait dengan kesenian. Seluruh cabang kesenian tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Bali yang meliputi seni rupa (seni pahat, seni lukis dan seni hias), seni pertunjukan (seni tari, seni drama, pedalangan dan seni kerawitan), seni sastra dan arsitektur, interior. Dalam hal ini penulis akan memfokuskan bahasan dalam bidang arsitektur dan interior. Arsitektur Bali berkembang dengan pesatnya seiring dengan perkembangan jaman, terutama setelah dipromosikannya Bali sebagai pusat kepariwisataan di Indonesia bagian tengah. Jika dilihat perkembangannya dari waktu ke waktu maka arsitektur Bali merupakan suatu arsitektur yang selalu berusaha menyelaraskan diri dengan lingkungannya, mengikuti pedoman tradisi religiusnya tanpa mengabaikan perkembangan dari material dan teknologi yang sedang berkembang. Arsitektur Bali selalu berusaha menyelaraskan diri dengan alam sebagai makrokosmos, agama Hindu, adat istiadat, kebudayaan serta kepercayaan dalam masyarakat. Pendatang-pendatang dari luar Bali, sudah tentu membawa pengaruh pada arsitektur Bali yang bisa dilihat pada unsur-unsur kebudayaan, bahan bangunan dan teknologi modern dari luar seperti munculnya ornamen-ornamen cetakan sebagai pengaruh budaya luar yang telah memperkenalkan teknologi baru menggeser teknologi yang telah ada sebelumnya (teknik ukiran). Hal ini memperlihatkan gejala masuknya nilai-nilai yang lebih 4

5 menekankan pada segi kemudahan dan kecepatan (praktis), dimana hasilnya cenderung memiliki kualitas yang lebih kuat, awet dan tidak memerlukan perawatan khusus. Bali merupakan wilayah yang terbagi dalam wilayah yang sebagian besar penduduknya merupakan petani yang dapat kita lihat dari konsep bangunan tempat tinggal tradisional Bali yang selalu mewujudkan bangunan lumbung (kerumpu) yang berlokasi di area utamaning nista yang berguna sebagai tempat penyimpanan hasil panen berupa padi dan alat-alat pertanian lainnya. Budaya tradisional Bali sebagai masyarakat agraris terbukti pula dengan adanya sistem pengairan pada pertanian yang bernama sistem subak. Lumbung dalam nilai-nilai agama Hindu yang mempercayai adanya kekuatan dewa dan dewi sebagai sumber kekuatan yang dianggap sangat sakral, lumbung atau kerumpu dipercayai sebagai tempat bersemayamnya Dewi Sri yang dipercaya sebagai dewi kesuburan. (Dwijendra, 2008:99) Seiring perkembangan jaman yang semakin maju dengan dicetuskanya sebagai kawasan wisata yang memiliki keindahan alam yang sangat mengagumkan. Bali sebagai daerah pariwisata yang terkenal di dunia, selain ditopang oleh keindahan alamnya juga dikarenakan oleh perilaku masyarakatnya yang bertipe komunal. Perilaku ini menyebabkan tumbuhnya berbagai ragam budaya yang terimplementasi ke dalam karya seni dan artefak budaya yang sangat beragam. Lumbung sebagai salah salah satu contoh merupakan hasil rancangan manusia dimana hasil desainnya melibatkan keputusan dan pemilihan sesuai dengan kebutuhan manusianya. Hal ini akan dikaitkan dengan pencerminan kebudayaan masyarakat dari wujud desainnya. Apabila perubahan wujud desain ini terjadi, maka kebudayan yang diatur akan mengalami pergeseran nilai yang sesuai dengan hukum-hukum, norma-norma yang berlaku, serta prilaku sosial. Kondisi tersebut juga berlaku perwujudan lingkungan buatan dalam hal ini sebuah pola tata bangunan/arsitektur yang ada pada kawasan tertentu. Sebab perwujudan desain pada lingkungan kawasan dapat mempengaruhi cara masyarakat berinteraksi melalui suasana ruang dan waktu. Pilihan-pilihan tersebut akhirnya menghasilkan gaya (style), baik dalam perwujudan desain maupun kehidupan masyarakatnya. 5

6 Fenomena saat ini di daerah-daerah kawasan pariwisata pola tata letak, fungsi, dan wajah bangunan telah mengalami perubahan, Claire Holt menjelaskan bahwa terjadinya perubahan budaya dalam perjalanan waktu merupakan suatu yang wajar sejalan dengan perkembangan kehidupan masyarakatnya. Perubahan itu tidak berarti secara menyeluruh, sedangkan aspek tertentu dari budaya lama masih dimungkinkan karena masih dianggap relevan dengan zamannya. (Claire Holt, 2000:75). Kehadiran unsur-unsur baru dalam rangkaian pertumbuhan budaya tidak berarti punahnya unsurunsur yang lama, keduanya dapat hidup secara berdampingan, tumpang tindih atau bercampur. Perkembangan fungsi maupun yang lain memiliki berbagai tujuan yang berbeda-beda. Berdasarkan latar belakang tersebut, wilayah yang mewakili dan memiliki karakter budaya yang khas, seharusnya mewakili informasi tentang makna-makna untuk memenuhi tujuan masyarakat seperti: perilaku yang tepat dan sistem pola tata ruang arsitektur yang tidak lagi menjadi petunjuk dalam memahami fungsi yang nampak maupun tidak. Berdasarkan hal itu, pembahasan dalam makalah ini akan mengkaji perkembangan dan perubahan fungsi arsitektur lumbung Bali sebagai artefak yang digunakan sebagai fasilitas penyimpanan padi dan upacara ritual pemujaan Dewi Sri, dimana artefak tersebut telah mengalami perkembangan serta perubahan bentuk dan pergeseran fungsi yang disebabkan oleh proses sosial. Hal ini sangatlah menarik untuk dijadikan topik kajian dalam pembahasan ini. Untuk itu, permasalahan ini akan diungkap dengan menggunakan pendekatan sosiologi seni, dimana seni dipandang sebagai proses sosial yang diambil dari teorinya Vera L. Zolberg. Berdasarkan pada paparan latar belakang tersebut di atas, arsitektur Lumbung sebagai bangunan yang memiliki fungsi sakral dalam masyarakat Bali telah mengalami perkembangan dan perubahan fungsi akibat proses sosial, dimana, sekarang ini Lumbung tidak hanya memiliki satu fungsi akan tetapi multifungsi yaitu dari sakral menjadi profan atau sekuler. Untuk mengungkap hal tersebut perlu dirumuskan suatu permasalahan, dalam hal ini permasalahan yang muncul adalah; Konstruksi sosial apa yang mempengaruhi keberadaan bangunan lumbung di Bali, sehingga mengakibatkan terjadinya perkembangan serta perubahan fungsi bangunan lumbung dalam kehidupan sosial masyarakat Bali. 6

7 METODE DAN PENDEKATAN TEORI Bangunan Lumbung sebagai objek seni arsitektur yang dibangun untuk fungsi penyimpanan hasil panen tetapi dipercaya juga sebagai fungsi ritual sebagai tempat pesemayaman Dewi Sri yang dipercaya sebagai Dewi kesuburan oleh masyarakat Bali. Secara sosiologis tidaklah muncul begitu saja, namun dalam perjalanannya dapat dipahami sebagai suatu proses sosial. Dalam buku Constructung a Sociology of The Art, Vera L. Zolberg (1990) mengemukakan bahwa objek seni sebagai proses sosial, dalam pengertian ini karya seni arsitektur dipahami atas dasar proses penciptaannya sehingga suatu karya dapat didevinisikan sebagai hasil karya yang memiliki unsur seni, selanjutnya seni itu sendiri menjadi sebuah objek yang harus direkonstruksi untuk menunjukkan aspek struktur sosial dan proses penggunaan indikator-indikator yang tersedia. Pada pandangan ini, suatu karya seni dipandang sebagai produk usaha bersama (kolektif) bukan sebagai kreasi individual. Pandangan tersebut sejalan dengan pendapat Howard S. Becker bahwa seni merupakan konstruksi sosial yang bisa dipahami dengan melibatkan berbagai aktor, termasuk kekuasaan sosialnya yang memungkinkan untuk menekankan nilai pada objek. Analisis tersebut dapat dimanfaatkan sebagai metode untuk mengkaji bangunan lumbung, yang keberadaannya tidak terlepas dari suatu pemahaman terhadap proses sosialnya. Perjalanannya selalu berkaitan dengan peran serta komponen-komponen dan medium sosial lainnya, sehingga untuk memahaminya harus direkonstruksi dari berbagai struktur sosial yang membentuknya. Zolberg mengemukakan the socially constructed nature of art, cultural institutions, artists, and publics. Dapat diartikan bahwa: pada dasarnya konstruksi sosial dalam kesenian mencakup, institusi budaya, seniman, dan masyarakat. Teori ini digunakan sebagai pendekatan utama dalam melihat berbagai permasalahan dan fenomena Lumbung dalam arsitektur tradisional Bali yang kenyataannya tidak dapat terlepas dari tiga komponen tersebut yaitu masyarakat (undagi), institusi budaya, peran serta arsitek dan desainer PEMBAHASAN 7

8 A. Fungsi bangunan lumbung dan bentuk lumbung sesuai lapisan sosial pada masyarakat Bali. Lumbung bagi masyarakat Bali memiliki fungsi untuk menyimpan hasil pertanian pada bagian atasnya, yang mana lumbung Bali terbentuk dalam dua ruang yaitu: ruang atas dan ruang bawah. Lumbung dibangun pada pemukiman rumah tradisional Bali terutama pada rumah-rumah petani penggarap atau pemilik sawah (petani buruh). Sebelum ditemukanya bibit padi unggul dengan sistem tanam intensif, di Bali terutama di daerah yang memiliki sistem pengairan yang teratur dengan masa panen padi berlangsung enam sampai delapan bulan sekali, jenjang waktu antara satu masa panen dengan masa panen selanjutnya memerlukan sistem penyimpanan hasil panen yang baik dan terlindung dari kelembaban serta terhindar dari gangguan hama seperti serangga dan tikus, sehingga dibangunlah lumbung dengan fungsi utama sebagai tempat penyimpanan stok makanan hingga masa panen selanjutnya tiba. Bangunan lumbung juga berfungsi sebagi ungkapan identitas yang dapat menujukkan status sosial pemiliknya sebagai keluarga yang berada. Rumah tangga yang memiliki bangunan lumbung atau beberapa lumbung menunjukkan bahwa mereka memiliki sawah atau cukup bekal untuk kehidupannya. Selain itu lumbung juga berfungsi sebagai tempat pemujaan Dewi Sri sebagai Dewi kesuburan dengan upacara menaikan padi ke lumbung atau mengupacarai padi di lumbung dengan bentuk cili yang di sebut Sang Hyang dengan upacara Nguduh Dewa. Fungsi lumbung lainya pada bagian bawah adalah sebagai tempat melaksanakan kerja-kerja sosial dalam rangka kehidupan beradat dan beragama, dan dapat juga di fungsikan sebagai tempat menerima tamu, dan sebagai tempat beraktifitas untuk kegiatan pendukung yang ada pada dapur (pawon) dan Bale Semanggen. Lumbung dalam kehidupan tradisional masyarakat Bali selain sebagai tempat penyimpanaan padi atau bahan persediaan pangan seperti yang sudah dijelaskan di atas. Lumbung juga berfungsi sebagai penunjuk status sosial dalam masyarakat Bali dengan jenis lumbung yang ada pada pekarangan rumahnya sebagai tanda orang itu berada (saudagar) atau petani biasa yang dapat dilihat dari bentuk dan karakter bangunan lumbung yang ada pada bangunan arsitektur tradisional rumahnya. 8

9 1. Kelumpu Bangunan dengan denah berbentuk segi empat dengan empat atau enam kolom (tiang), dengan atap pelana dari atas bale-bale sampai ke atap. Padi dimasukkan ke ruang penyimpanan dari sisi samping bangunan. Namun, terdapat juga Kelumpu yang memiliki pintu di atas bangunan, dan untuk memasukkan padi ke dalam ruang penyimpanan hasil panen menggunakan bantuan tangga. Dinding dan selasar ruang penyimpanan terbuat dari bahan gedeg anyaman bambu atau papan kayu. Atap bangunan umumnya dari alang-alang atau bahan lain yang ditentukan dari iklim setempat. Bentuk lumbung ini banyak dijumpai pada masyarakat yang berkasta brahmana. Namun karena perjalanan waktu dan perkembangan dan perubahan mata pencaharian lumbung yang berbentuk kelumpu sudah semakin langka. 2. Kelingking Kelingking merupakan lumbung padi yang menggandakan dimensi atau luas ruang kelumpu. Pola ruang, bentuk, dan struktur serupa dengan kelumpu. Sesuai dengan fungsi aslinya sebagai tempat menyimpan padi dengan beban yang cukup berat, maka dimensi disesuaikan dengan pembebanan, stabilitas, dan estetika. Batu sendi alas tiang dan pondasi (jongkok asu) ukurannya lebih besar dibandingkan lumbung tradisional Bali tipe lainnya. Bentuk lumbung ini banyak dijumpai pada masyarakat yang berkasta kesatria. 3. Jineng Jineng merupakan bangunan penyimpanan padi dengan denah persegi empat, memiliki 4 kolom, dengan atap pelana lengkung. Letak jineng umumnya berdekatan dengan paon( dapur), sehingga ruang bale jineng dapat difungsikan sebagai perluasan dari kegiatan paon. Jineng jika dilihat dari struktur dan konstruksinya merupakan bangunan bertingkat, dengan ruang penyimpanan padi di atas. Langki kepala tiang dengan lantai selasar berbatas sisi dalam atap lengkung, dan balai di bagian bawah untuk tempat duduk, istirahat, atau tempat bekerja. Sesuai dengan fungsi aslinya dan adanya ruang bertingkat, maka konstruksi jineng dibuat dengan kolom yang cukup besar, bukan hanya satu rai seperti umumnya bangunan tradisional Bali lainnya. Bentuk lumbung ini banyak di 9

10 jumpai pada rumah masyarakat yang memiliki pekerjaan petani walaupun mereka tidak memiliki tanah sawah, namun hanya sebagai petani penggarap saja, dari upah yang mereka peroleh dalam bentuk padi/gabah mereka simpan kedalam jineng, makanya jineng adalah bentuk lumbung yang paling kecil pada arsitektur tradisional Bali yang hanya berkonstruksi empat kolom. 4. Gelebeg Serupa dengan jineng, berdenah segi empat dengan atap pelana lengkung, dan memiliki 6 sampai 8 kolom. Tempat menyimpan padi di bawah atap sampai dengan bagian atas bale, dengan dinding papan atau bambu dari bale sampai bertemu atap. Pada Gelebeg, tidak ada tempat yang berfungsi untuk duduk- duduk seperti pada jineng, sehingga semua ruang yang ada di bawah atap sampai dengan bale digunakan untuk tempat menyimpan padi. Pintu masuk untuk menyimpan padi searah dengan panjang bangunan dari sisi bagian atas. Gelebeg ada yang dilengkapi dengan gelagar sebagai pemisah ruang bawah balai sampai ke atap, Ruang bagian atas yang tertutup difungsikan sebagai ruang menyimpan bibit padi. Bentuk lumbung ini banyak di jumpai pada masyarakat yang memiliki aktifitas pertanian namun juga sebagai pembeli hasil pertanian pada petani (sebagai saudagar padi), maka bangunan lumbung ini dibangun dengan ukuran lebih besar dari lumbung yang lain. 1.Kelumpu 2.Kelingking 3 Jineng 4. Gelebeg Gambar 1 : Jenis bangunan lumbung arsitektur tradisional Bali Sumber, Agusta, arsitektur tradisional Bali.co.id. Diakses tanggal 29 Nopember 2012, jam15.00 WIB B. Tata letak bangunan lumbung pada pemukiman rumah tinggal masyarakat Bali. 10

11 Lumbung Bali menurut pedoman Asta kosala-asta kosali-asta gumi terletak di zona nista (Barat Daya untuk daerah Bali bagian selatan) dari pekarangan rumah tinggal tradisional Bali, tepatnya disebelah timur atau utara paon (dapur). Konsep tata letak ini mengikuti filosofi dan nilai fungsi bangunan. Sebagai bangunan yang berfungsi lebih profan dari bangunan lainnya, maka bangunan lumbung menempati zona nista. Bila ditinjau dari hubungan fungsi lumbung dengan bangunan sekitarnya maka lumbung sebagai gudang penyimpan bahan makanan sangatlah setrategis, dalam artian lumbung berdekatan dengan dapur yang merupakan tempat kesibukan ibu rumah tangga sehari-hari. Letak lumbung pada tata letak bangunan tradisional Bali Gambar 2: Bentuk pola tata ruang bangunan tradisional Bali Sumber, Buku Arsitektur rumah tradisional Bali Karangan Ngakan Ketut Acwin Dwijendra C. Konstruksi Sosial yang Mempengaruhi Perubahan Bentuk dan Fungsi Lumbung dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Bali. 1. Peran Institusi budaya Institusi budaya merupakan lembaga-lembaga yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat yang memiliki berbagai aturan atau ketentuan yang menuntun masyarakat kearah yang keberagaman tingkah laku sosial baik dalam kehidupan tradisi seperti aturan adat atau yang lainya. Institusi berasal dari bahasa Inggris Institution, dalam ilmu sosiologi dan antropologi disebut dengan perantara sosial, yaitu sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta adat-istiadat dan 11

12 norma yang mengatur tingkah laku dan seluruh perlengkapannya guna memenuhi berbagai komplek kebutuhan manusia dalam masyarakat. Pranata berakar dari kebiasaan orang banyak yang kemudian berkembang menjadi ukuran-ukuran dan tumbuh matang berupa aturan-aturan atau perilaku tertentu. Institusi atau lembaga budaya yang terkait dengan kebutuhan lumbung dalam masyarakat Bali dapat dilihat dari peran serta lembaga pemerintah. Peran serta lembaga pemerintah Bali khususnya dinas pariwisata dan cagar budaya terhadap keberadaan arsitektur tradisional Bali khususnya arsitektur lumbung dewasa ini sangatlah besar karena berubahnya sistem kehidupan masyarakat dari pertanian ke industri pariwisata dan pekerjaan yang lain dari pertanian mengakibatkan kebutuhan akan fasilitas lumbung sebagai penyimpan padi tidak dibutuhkan lagi. Hal ini mengakibatkan bangunan lumbung pada arsitektur tradisional banyak yang terbengkalai dan tidak terawat karena fungsi utama sebagai tempat padi sudah tidak berjalan. Sekarang hanya berfungsi sebagai tempat ritual pemujaan Dewi Sri hanya sebatas sebagai simbolisasi saja dalam tradisi masyarakat Bali. Hal tersebut telah mempengaruhi fungsi lumbung itu sendiri. Memang tidak dapat dipungkiri dalam perjalanan yang panjang, keberadaan lumbung dalam upacara ritual telah terkontaminasi oleh berbagai faktor sosial, seperti halnya faktor ekonomi, pilitik, pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga, desakan pariwisata dan lain sebagainya, yang mengakibatkan kaum petani menjadi berkurang. Mau tidak mau hal tersebut telah memaksa lembaga pemerintah maupun lembaga swasta yang merupakan bagian dari konstrusi sosial ikut serta dalam menjaga kelestariannya. Ibarat gayung bersambut, kesempatan tersebut dimanfaatkan lembaga pemerintahan dalam memajukan dan meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat dan pembangunan daerah. Atas dasar kesepakatan dan untuk kepentingan bersama maka dibangun lumbung-lumbung di kawasan pariwisata seperti di Sanur, Ubud, Kuta, dan lain sebagainya. Dibeberapa tempat, lumbung dijadikan sebagai tempat perhistirahatan untuk para turis yang datang berlibur ke Bali. Sebagai media promosi budaya lokal pada dunia Pariwisata, yang mana sebelumnya lumbung dikenal sebagai bangunan penyimpan padi atau gabah (bahan pangan). 12

13 Dalam menyikapi fenomena sosial yang akan terjadi akibat perubahan status dari lumbung sebagai bangunan sakral dalam adat menjadi lumbung sebagai bangunan penginapan untuk wisata, pemerintahan Bali bertindak dengan sangat fleksibel, dimana lumbung dikelola dengan fungsi ganda yaitu, sebagai acara ritual dalam memenuhi kebutuhan rohani kaum adat dan sebagai ajang promosi budaya lokal terhadap wisata dalam memenuhi kebutuhan fasilitas wisatawan dan investasi usaha melestarikan yang dilakukan oleh pemerintahan daerah. Hal ini sesuai dengan pendapat J. Maquet, dimana produk seni dapat dikelompokan kedalam dua kategori, 1) Produk seni yang tujuan pembuatannya untuk masyarakat yang mempunyai karya itu sendiri (art by destination), dalam hal ini kaum petani yang memiliki tradisi dan ahli dalam pembuatan bangunan lumbung. 2) Produk seni yang tujuan pembuatannya untuk masyarakat luar atau masyarakat asing (art by metamorphosis, art of acculturation atau pseudo-traditional art), dalam hal ini adalah masyarakat yang bergerak dalam industri pariwisata dengan mengangkat budaya budaya lokal/tradisi termasuk kaum investor pemilik modal dan kaum intelektual, dengan tujuan utamanya adalah wisatawan mancanegara dari dalam maupun luar negeri. Dengan demikian program pemerintahan dapat berjalan dengan baik sampai sekarang. Adapun realisasinya dalam kehidupan sosial masyarakat Bali dapat dilihat sekarang ini adalah, dimana lumbung yang awalnya sebagai bangunan sakral yang hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi dan tempat pesemayaman Dewi Sri sebagai simbol dewi kesuburan dalam upacara ritual unduh padi pada saat menaikan padi kedalam lumbung, namun sekarang upacara ini sudah jarang ditemui lagi pada masyarakat Bali, diakibatkan pergeseran sistem kehidupan dan pola mata pencaharian sebagian besar masyarakat berpindah dari bertani ke industri pariwisata mengakibatkan bidang arsitektur dan desain interior berkembang sejalan dengan tumbuhnya gaya hidup modern masyarakat untuk menata sendiri dekonstruksi rumah yang dapat mempersentasikan status sosialnya. Dengan lingkungan yang lebih besar terutama dalam pembangunan perkotaan, hotel, pusat bisnis, berbagai fasilitas umum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari konsep bangunan arsitekturnya. Untuk menghindari terjadinya kepunahan dari arsitektur lumbung sebagai simbol dari 13

14 masyarakat yang agraris pada masyarakat Bali, bangunan lumbung pun dimunculkan sebagai bangunan penunjang industri pariwisata dengan memunculkan bentuk lumbung sebagai bangunan hotel, villa, restoran dengan memodifikasi dan merubah fungsi lumbung itu sendiri namun tidak menghilankan karakteristik dari lumbung itu sendiri dimana bangunan ini dimunculkan tidak lagi terikat dengan aturan-aturan ritual. Meskipun demikian arsitektur lumbung adalah hasil pekerjaan kolektif yang terbentuk atas pembagian kerja. Namun begitu, tidak dapat dipungkiri penampilan lumbung sebagai karya seni arsitektur dekoratif jauh berbeda dengan penampilan jenis seni rupa lainnya. Lumbung dalam penampilannya tidak dapat berdiri sendiri seperti halnya seni lukis atau seni kriya, yang hanya dipajang di galeri-galeri ataupun di musium-musium, akan tetapi penampilan lumbung hampir sama dengan lumbung yang ada dalam upacara ritual, yaitu lumbung dibangun dengan bentuk yang sama namun karena berrubahnya fungsi dari lumbung itu sendiri tentunya adanya penambahan fasilitas baru dalam bangunan lumbung itu sendiri sesuai dengan aktifitas yang akan berlangsung didalam lumbung itu sendiri,seperti halnya dalam sebuah villa arsitektur lumbung dibangun sebagai kamar istirahat untuk turis wisatawan yang menginap tentu harus di dukung dengan adanya penambahan fasilitas tempat tidur, almari penyimpanan, penambahan ruang santai dan toilet sebagai ruang kebutuhan kebersihan sangat diperlukan. Lumbung ini dibangun dengan berbagai fasititas seperti di atas bertujuan untuk membangun suasana yang unik yang tidak didapatkan oleh wisatawan di tempat asalnya atau di tempat yang lain. Bentuk lain akibat peran serta industri budaya dalam fungsi yang lain lumbung berubah fungsi sebagai Cottage, Artshop, dan Museum sebagai bentuk inovasi lain dari lumbung pada umumnya hampir sama. Semua itu hanya dibedakan oleh kebutuhan fungsi dan tuntutan ruang. Pelaku aktivitas yang memilih ruang dengan bentuk bangunan lumbung sering dilatarbelakangi oleh daya tarik perwujudannya. Lama kelamaan, fenomena ini merupakan salah satu dasar pemilihan wujud bangunan tradisional sebagai bentuk bangunan komersil, seperti cottage berbentuk lumbung sebagai salah satu fasilitas akomodasi pariwisata. Berkaitan dengan tujuan pariwisata di Bali, yaitu 14

15 pariwisata budaya, maka pemilihan bentuk bangunan ini sesuai dengan selera wisatawan. Dengan tarif sewa yang tidak terlalu mahal, bentuk ini memiliki nilai privasi yang kuat, dan menjawab tuntutan wisatawan yang menyukai suasana ketenangan, santai dan kesendirian. Jenis- jenis cottage berbentuk lumbung banyak terdapat di Sanur dan Kuta. Cottage berbentuk lumbung sering dimodifikasi menjadi bangunan rumah kebun. Terkadang ditambah dengan teras menjorok ke luar di bagian badan sehingga memungkinkan adanya ruang tambahan untuk berjemur. Penambahan tangga langsung menuju bagian badan lumbung bertujuan untuk memudahkan si pemakai menuju ruang utama. Ruang ini berada di bagian badan sampai atap. Pada umumnya daya tarik lumbung, selain bentuknya yang menyerupai wujud rumah panggung, perwujudan lumbung pada bagian atapnya merupakan bentuk dengan daya tarik tersendiri yang sangat mendukung. Bentuk bangunan ini sering menjadi bentuk atap bangunan artshop yang menjual barang-barang antik, termasuk bangunan lumbung untuk museum. Lumbung berubah fungsi sebagai ruang musik atau ruang santai keluarga lumbung dengan bentuk ruang yang bertingkat ruang bagian bawah dan ada ruang bagian atas. Dalam perubahan fungsi lumbung ruang atas sebagai ruang musik, dimana ruang atas pada awalnya difungsikan sebagai tempat penyimpanan padi dimanfaatkan menjadi ruang untuk mendengarkan musik serta ruang tidur sementara. Untuk naik ke lantai atas yang difungsikan sebagai ruang musik, pintu masuk dibuat tidak mengikuti pola pintu masuk lumbung tradisional Bali. Pintu masuk diubah pada bagian samping dibuatkan tangga yang permanen tidak seperti lumbung yang dahulu dengan tangga naiknya dibuat secara terpisah. Struktur atap dibuat lebih tinggi dari lumbung tradisional dengan maksud agar ruangan lebih leluasa dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai ruang tempat mendengarkan musik keluarga. Secara vertikal ruang pada bagian atap dibuat bertingkat di atas ruang musik dapat juga dipakai ruang tidur sementara. Untuk menerangi ruangan ini, pada sisi atap depan dan belakang dibuat jendela yang sejajar dengan tingkatan lantainya. Atap depan dan belakang dibuat bertingkat mengikuti tingkatan ruangan secara vertikal. Sebagai pelindung dari terpaan angin, sinar matahari tropis di siang hari dan hujan yang berkepanjangan pada akhir tahun. Lumbung ini berubah fungsi 15

16 akibat terjadinya kebutuhan yang bertambah akan hunian akibat adanya pengaruh budaya barat seperti medengarkan musik bersantai yang diadopsi dari budaya barat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan tanpa mengabaikan budaya lokal dan terbatasnya lahan akibat pertambahan populasi. Sebagai salah satu contoh ditemukan lumbung sebagai ruang santai dan ruang musik di daerah perkampungan Ubud Bali. Bentuk lain akibat peran serta istitusi budaya dalam fungsi yang lain, lumbung diguankan sebagai pos jaga, tugu, dan papan nama perwujudan lumbung banyak pula dipakai sebagai bangunan pos jaga atau poskamling di perbatasan desa, sebagai pos jaga pintu air dan sebagai pos jaga polisi. Bangunan ini sering mernpunyai beberapa fungsi, baik untuk pelaku aktivitas utama di dalamnya maupun pihak yang terkait atau berkepentingan. Fungsi tersebut dapat dirinci sebagai berikut: bagi pihak sponsor perwujudan bangunan ini dapat dipakai sebagai tempat promosi perusahaannya, fungsi utama dipakai sebagai pos penjagaan, bagi pemerintah dan masyarakat, keberadaan pos jaga merupakan sarana untuk mempopulerkan lambang daerahnya, sekaligus merangsang munculnya bentuk-bentuk alternatif lain dari bangunan lumbung. Lumbung juga lmenjadi inspirasi bentuk dasar bangunan tugu pembatas daerah dan papan nama. Bangunan ini berfungsi sebagai pembatas desa, kecamatan, kabupaten dan papan nama fasilitas umum, misalnya restoran. Perwujudannya hanya mengambil kontur dari struktur bentuk lumbung. Sedangkan pemilihan bahan, warna, konstruksi dan elemen lainnya disesuaikan dengan selera pembuat atau pemiliknya. Sebagai daya tarik yang unik untuk menarik konsumen atau wisatawan datang ketempat tersebut. Sebagai ikon budaya kota pertanian dengan simbol-simbol yang mencerminkan kepribadian masyarakat Bali selain menvisualisasikan pesan-pesan tertentu dalam bahasa ungkapan tiga dimensional, juga untuk memenuhi tuntutan pelestarian bangunan tradisi di era modern sehingga menjadikan lumbung sebagai fungsi untuk memberikan kepuasan emosional dalam sejarah bangsa. 2. Peran Undagi dan Arsitek Bila ditinjau kembali sejarah mengenai asal-usul upacara ritual unduh padi dalam masyarakat Bali, terlihat dengan jelas, bahwa ritual unduh padi merupakan budaya Hindu yang diselenggarakan 16

17 dalam rangka memperingati peristiwa menaikan padi sebagai simbol penghormatan pada Dewi Sri sebagai dewi kesuburan dengan harapan hasil panen agar tetap berlimpah pada musim yang akan datang. Budaya tersebut membaur dengan budaya masyarakat Bali yang memiliki adat-istiadat yang kuat ini terbukti dengan adanya upacara unduh padi yang menjadi tradisi masyarakat Bali sampai sekarang sebagai daya tarik wisatawan dan objek lumbung adalah sebagai simbol budaya pertanian. Menurut Gelebet (1984), Undagi berasal dari kata u-nda-gi dimana u artinya Shiwa, nda artinya pangkal, gi artinya tubuh, ia yang berbadan utamalah undagi, dan undagi-lah yang diperkenankan membuat gegulak (alat ukur dalam arsitektur tradisional bali). Sebagaimana kita ketahui gegulak sebagai sikut atau ukuran dipergunakan untuk ukur mengukur dalam hal membangun karya arsitektur, sehingga seorang undagi adalah arsitek. Namun yang membedakanya hanya dari latar belakang pendidikannya saja. Arsitek menghasilkan karya arsitektur, dan dalam Laporan Mahasiswa Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (1983), pengertian arsitektur (bhs. Yunani : arkhe berarti yang asli, awal, utama, otentik; tektoon berarti berdiri stabil, kokoh, stabil statis; dan arkhitektoon berarti pembangunan utama, tukang ahli bangunan). Menurut Robi Sularto (1974), arsitektur dalam pengertian umum adalah tata ruang-waktu dari lingkungan hidup manusia, baik individu maupun masyarakat keseluruhan. Dengan demikian, karya arsitektur adalah tata ruang, waktu tempat hidup dan kehidupan manusia yang secara bijak memperhitungkan unsur materiil dan imateriil dalam hirarkhi tatanan nilai. Undagi atau arsitek masing-masing memiliki keahlian dalam rancang bangun dan sangat fasih mewujudkan tata nilai pada karya arsitekturnya. Undagi bila dilihat dalam proses menghasilkan karya arsitektur, mereka bekerja dimulai dengan menghadirkan gegulak terkait dengan hari baik (dewasa ayu) dengan segala upakara dan upacaranya melalui proses awal dengan dihidupkan (dipasupati), dan dimusnahkan (diprelina) sesudah selesai digunakan. Undagi berkreasi atas dasar gegulak dalam bangun membangun lumbung, perumahan dan lingkungannya. Menurut Purwita (1984), sebelum melaksanakan profesinya terlebih dahulu patut menyucikan diri dengan melakukan upacara Mawinten Triguna, dan pada waktu 17

18 mendirikan bangunan lumbung ia harus mendirikan sanggah dan diisi banten pejati dihaturkan kepada Bhagawan Wiswakarma sebagai gurunya undagi. Semua alat-alat kerja diberi banten segehan, sepertialat untuk mengukur atau meteran) dan lain-lainnya. Dalam proses berkarya dalam pembangunan lumbung berangkat dari keagamaan (Hindu) melalui pendekatan nyata (sekala) dan spiritual (niskala). Proses pendidikan seperti ini tentunya berbeda dengan pendidikan seorang arsitek yang berangkat dari mendapatkan pengetahuan lewat pendidikan formal dengan kurikulum yang pasti, sedangkan undagi berpegang pada pendidikan informal dengan pengetahuan yang terhampar dalam berbagai lontar. Pola pendidikan ke-undagi-an yang demikian memberikan nilai-nilai taksu (inner power) dan kekhusukan dalam mewujudkan tata nilai bangunan lumbung dan lingkungan dalam tatanan berkonotasi dualistis antara pertimbangan sakral dan profan dalam pembentukan sikap dan tingkah laku dengan tujuan materiil (jagadhita), dan imateriil (moksartham). Keunggulan suatu karya undagi ditentukan oleh pemaknaan dan taksu yang sarat filosofi, konsepsi dan pengalaman seni membangun, melalui pendekatan nyata dan tidak nyata. Keterbatasanya, sering terbelenggu karena hanya mematuhi kaidah-kaidah dan pakem-pakem tradisi yang takut dilanggar karena terkena timpaan sangsi sosial dan spiritual. Dengan demikian, fungsi dan peran undagi dalam melahirkan karya arsitektur adalah serupa dengan arsitek kendatipun belum tentu dapat disetarakan. Dengan demikian, Peran seorang undagi dan arsitek dalam proses pengembangan arsitektur terutama lumbung. Seorang undagi masih mempertahankan tradisi dalam proses pembangunan lumbung, namun berbeda dengan seorang arsitek dalam pembangunan lumbung arsitek sudah melepaskan diri dari aturan tradisi hanya berpedoman pada ilmu pasti yang menjadi faktor penyebab berubahnya bentuk lumbung dan fungsi lumbung pada arsitektur tradisional Bali karena adanya tuntutan dari industri pariwisata dalam wujud lumbung sebagai hotel, penginapan, villa, restoran,tapal batas daerah,dan sebagai fasilitas penunjang pariwisata lainnya karena karakternya yang unik. Perubahan bentuk tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 3. Peran masyarakat 18

19 Objek sosiologi adalah masyarakat, yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dengan alam dan proses yang timbul dari hubungan manusia di alam menimbulkan mata pencaharian dalam masyarakat. Mata pencahaian ini pun meyesuaikan dengan kondisi alam dimana masyarakat itu berada dan akan berangsur- angsur bergeser apa bila terjadi perubahan struktur sosial dan perubahan dari lingkungan masyarakat itu sendiri, Bali sebagai salah satu contoh dengan arsitektur lumbungnya sebagai tanda masyarakatnya sebagai petani, namun seiring perjalanan waktu bergesernya lapangan pekerjaan yang digeluti oleh penduduk Bali mata pencaharian yang semula adalah bertani berubah menjadi pelaku industri pariwisata yang mengakibatkan berkurangnya fungsi lumbung di Bali. Sedangkan masyarakat perkotaan yang menggeluti pertanian karena semakin sempitnya lahan, banyak juga yang merubah fungsi lumbung di pekarangan mereka. Kendati demikian dukungan peran masyarakat akan bangunan lumbung tetap antusias sebagai usaha pelestarian budaya walau dengan fungsi yang sudah berubah disesuaikan dengan kebutuhan mereka saat ini namun keunikan arsitektur lumbung Bali tidak lah pudar begitu saja banyak dari mereka yang terjun ke industri pariwisata memanfaatkan bentuk lumbung sebagai bangunan hotel, restoran. Sebagai contoh dapat dilihat pada hotel di kawasan Sanur Bali yang membuat sebagian hotelnya dengan mengembangkan arsitektur lumbung menjadi kamar yang mereka bernama Club Lumbung. Selain itu ada pula lumbung dengan fungsi yang berbeda dengan membangun kembali di halaman hotel yang berfungsi sebagai tempat duduk bagi pengunjung yang datang ke hotel. Ada juga peran masyarakat membangun tokonya dengan mengembangkan bentuk unik dari lumbung, bisa dilihat beberapa jalan di kawasan wisata di Bali. Sebagai peran masyarakat dalam mempekenalkan lumbung Bali banyak pengusaha furniture yang membuat bangunan lumbung dengan sistem knock donw untuk dipasarkan keluar negeri sebagai salah satu produk ekspor. Sebagai wujud perkembangan fungsi arsitektur lumbung dalam arsitektur tradisional Bali, dimana keberadaan lumbung merupakan bangunan yang unik dan berkarakter sebagai arsitektur kebanggaan di kalangan masyarakat pendukungnya dalam perjalanannya. 19

20 KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lumbung merupakan karya arsitektur tradisional yang mampu masuk dalam industri pariwisata akibat adanya peran dari masyarakat sebagai usaha mempertahankan bangunan tradisional. Kemunculan lumbung dalam industri pariwisata merupakan akibat dari proses sosial, melalui proses peralihan budaya bertani ke industri pariwisata sebagai upaya mempertahankan wujud pelestarian lumbung. Terjadinya perubahan bentuk dan pergeseran fungsi pada lumbung, dipengaruhi oleh konstruksi sosial yakni, lembaga pemerintah, Undagi dan arsitek serta masyarakat pendukung. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut: Peran serta lembaga pemerintah terhadap keberadaan lumbung sangat jelas terlihat dengan munculnya lumbung sebagai bangunan pendukung industri pariwisata, dimana perwujudannya tetap dipertahankan sebagi usaha pelestarian bangunan arsitektur tradisional Bali. Lumbung sebagai bangunan pendukung fasilitas wisatawan, penampilan wujudnya lebih mengutamakan nilai estetik dari pada nilai sakralnya. Dengan munculnya penampilan lumbung dengan bentuk dan berubah fungsi sebagai bangunan kamar hotel, banguan artshop, museum, tapal batas dan lainnya sebagai. Undagi adalah arsitek dan arsitek belum tentu undagi, mereka sama-sama memiliki kemampuan ipteks, namun pola pendekatan supernatural yang penekanannya berbeda. Undagi memiliki kemampuan yang lebih statis karena berangkat dari pendidikan informal yang terikat pada kaidah-kaidah tradisi yang telah mapan. Kendatipun demikian kinerja undagi memiliki fungsi dan peran dalam rancang bangun perumahan,terutama lumbung dalam lingkungannya dengan mengungkapkan filosofi dan konsep serta aturan-aturan tradisi dalam rancang bangun lumbung, sebagai kegiatan pembangunan, sosial, ekonomi, dan budayanya serta ikut berperan sebagai perantara diantara pelaku pembangunan untuk mencapai kinerja yang lebih tinggi serta bertolak dari pendekatan yang bertumpu pada komunitas sebagai pendamping dan penggerak masyarakat dalam pembangunan informal sesuai latar belakang pendidikannya. Berbeda dengan seorang arsitek. Arsitek dalam hal ini memiliki peran sangat kuat atas terjadinya perubahan fungsi lumbung. Peran arsitek dalam perancangan lumbung tidak lagi sebagai undagi yang secara kosmologis punya wewenang 20

21 untuk mengubah kosmos dengan memandang arsitektur sebagai model surgawi (indah), tidak sebagai seorang master builders yang individualistis terhadap kreatifitas rancangannya semata, melainkan lebih sebagai seorang fasilitator dengan gagasan-gagasan yang lebih demokratis. Seorang arsitek dengan kepekaannya untuk merepresentasikan identitas lokal dengan pengembangan arsitektur tradisional lumbung Bali sebagai bangunan yang berfungsi sebagai pendukung industri pariwisata disebabkan tidak berfungsinya lumbung secara maksimal akibat perubahan dari mata pencaharian masyarakat dari bertani beralih ke industri pariwisata. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya upaya pelestarian bangunan lumbung tidak hilang atau punah dari kehidupan masyarakat Bali. Perubahan bentuk dan bergesernya fungsi lumbung dari bangunan sakral menjadi bangunan komersil, tidak lepas dari peran serta masyarakat dengan tetap berjalan beriringan lumbung dengan fungsi kesakralannya masih tetap terjaga sebagai tradisi ritual dalam masyarakat sebagai usaha pelestarian budaya. Lumbung dengan fungsi yang berubah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat saat ini sebagai fasilitas penunjang pariwisata dengan wujud lumbung sebagai hotel, kamar penginapan, restoran, dan lain sebagainya hanya sebagai pendukung usaha peningkatan faktor ekonomi dalam masyarakat Bali. Gambar 3 : Bentuk lumbung sebagai hotel penginapan Sumber : Foto Penulis. 21

22 Gambar 4 : Bentuk lumbung sebagai tempat istirahat Sumber, Dokumen Penulis KEPUSTAKAAN Zolberg, Vera L. (1990), Constructing A Sociology of The Arts. York.New : Cambridge University Press. Gelebet, I Nyoman Arsitektur Rumah Tradisional Bali. Penerbit Departeme Pendidikan Dan Kebudayaan Dwijendra, Ketut Acwin Arsitektur Rumah Tradisional Bali. Denpasar: Penerbit Udayana University Press. Robi Sularto, Arsitektur Tradisional Bali dan Permasalahannya, Denpasar: Building Information Centre, Dit Jen. Cipta Karya, Dep. PUTL. Nadia I Ketut, I Nyoman Prastika Arsitektur Rumah Tradisional Bali. Penerbit UNHI, Widya Dharma. Bali Maryadi Transformasi Budaya. Penerbit Universitas Muhammadyah Surakarta Holt, Claire, (1967), Art in Indonesia: Continuities and Change atau Melacak jejak GLOSARIUM Area Bale Banjar Bhur, bhuwah, swah Dewasa ayu Gegulak Jagaditha Kaje Kandik, timpas, pahat, Lumbung Mawinten Moksatham Niskala Subak Sekale = Batas lingkungan = Bangunan terbuka dari bambu atau kayu = Organisasi kemasyarakatan di Bali = Pembagian tiga lapisan jagat, yaitu bawah, tengah dan atas = Hari Baik = Alat ukur bangunan tradisional Bali = Masi terikat dengan material keduniaan = Utara = Alat-alat pertukangan Bali = Tempat Penyimpan Padi = Penyucian diri = Terbebas dari ikatan material keduniaan = Dunia tidak nyata / Alam neraka dan Surga = Organisasi penggarap sawah/petani di ali = Dunia nyata alam ini 22

23 Sikut Undagi Utamaning nista Upakara Pasupati Pralina = Ukuran Bali = Tukang bangunan tradisional Bali = Area utama pada area terbawah = Prosesi aturan acara sacral = Di beri Roh = Diancurkan 23

IDENTIFIKASI VARIAN ARSITEKTUR LUMBUNG DI BALI

IDENTIFIKASI VARIAN ARSITEKTUR LUMBUNG DI BALI UNDAGI Jurnal Arsitektur Warmadewa, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2017, Hal 9-16 ISSN 2338-0454 IDENTIFIKASI VARIAN ARSITEKTUR LUMBUNG DI BALI Oleh: I Made Suwirya Dosen Jurusan Program Studi Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN KAJIAN FUNGSI DAN EFISIENSI KONSTRUKSI BANGUNAN JINENG DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN MODERN

LAPORAN PENELITIAN KAJIAN FUNGSI DAN EFISIENSI KONSTRUKSI BANGUNAN JINENG DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN MODERN i LAPORAN PENELITIAN KAJIAN FUNGSI DAN EFISIENSI KONSTRUKSI BANGUNAN JINENG DALAM DINAMIKA KEHIDUPAN MODERN Oleh I Kadek Mardika UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG 2016 i ii KATA PENGANTAR Rumah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BANGUNAN BALE METEN, SERTA PROSES PEMBANGUNANNYA

KARAKTERISTIK BANGUNAN BALE METEN, SERTA PROSES PEMBANGUNANNYA KARAKTERISTIK BANGUNAN BALE METEN, SERTA PROSES PEMBANGUNANNYA Desak Made Sukma Widiyani Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Dwijendra E-mail : sukmawidiyani@gmail.com Abstrak Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Project Pada zaman sekarang ini, manusia selalu memperoleh tekanan untuk bertahan hidup. Tekanan untuk bertahan hidup ini mendorong manusia

Lebih terperinci

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Rumah adat Bali adalah cerminan dari budaya Bali yang sarat akan nilai-nilai

Lebih terperinci

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini kata modern merupakan kata yang tidak asing lagi didengar, terutama dalam dunia arsitektur. Hal ini yang kemudian memunculkan sebuah arsitektur yang disebut

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.1.1. Kelayakan. Saat ini kegiatan pariwisata telah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia pada umumnya, yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masingmasing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

Konsep Design Mikro (Bangsal)

Konsep Design Mikro (Bangsal) Panggung tempat acara adat Konsep Design Mikro (Bangsal) Pintu masuk utama Ruang Tunggu / lobby dibuat mengelilingi bangunan, hal ini sesuai dengan kebuadayaan masyarakat yang menggunakan ruang ruang teras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

HOTEL WISATA ETNIK DI PALANGKA RAYA

HOTEL WISATA ETNIK DI PALANGKA RAYA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL WISATA ETNIK DI PALANGKA RAYA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK (S-1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga menunjukan identitas suatu bangsa. Kebudayaan ini yang biasanya berkembang dari masa ke masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dengan 13.466 pulau 1, yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA Elfrida Rosidah Simorangkir Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep utama yang mendasari Rancang Ulang Stasiun Kereta Api Solobalapan sebagai bangunan multifungsi (mix use building) dengan memusatkan pada sistem dalam melayani

Lebih terperinci

Konservasi Nilai-nilai Hunian Bali Aga (Bali Kuno) dalam Wisata Budaya di desa Penglipuran, Bangli

Konservasi Nilai-nilai Hunian Bali Aga (Bali Kuno) dalam Wisata Budaya di desa Penglipuran, Bangli SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Konservasi Nilai-nilai Hunian Bali Aga (Bali Kuno) dalam Wisata Budaya di desa Penglipuran, Bangli Ida Ayu Dyah Maharani (1), Imam Santosa (2), Prabu Wardono (3),

Lebih terperinci

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn Konsepsi sangamandala menentukan sembilan tingkatan nilai ruang pada sembilan zone bumi atau tata zoning tapak. Sembilan zona ini lahir berdasarkan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU Oleh: Drs. I Made Radiawan,M.Erg. 195804111985031001 PROGRAM STUDI DESAIN FASHION FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013 ABSTRAK Keanekaragaman

Lebih terperinci

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00 LANTAI DAN DINDING Seluruh ruangan dalam rumah Bubungan Tinggi tidak ada yang dipisahkan dinding. Pembagian ruang hanya didasarkan pembagian bidang horisontal atau area lantai yang ditandai dengan adanya

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2  Jum'at, 3 Mei :48 wib Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek A. Umum Pertumbuhan ekonomi DIY meningkat 5,17 persen pada tahun 2011 menjadi 5,23 persen pada tahun 2012 lalu 1. Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbetuk dari banyak unsur

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Pagelaran merupakan salah satu daerah penghasil gerabah di Kabupaten Malang. Di tengah wilayah desa ini dilintasi jalan yang menghubungkan Malang dengan Bantur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni rupa merupakan cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gaya hidup sehat saat ini menjadi sorotan banyak masyarakat Indonesia, khusnya masyarakat yang tinggal di perkotaan. Bahkan disisi lain gaya hidup sehat sudah menjadi

Lebih terperinci

ABSTRAK. STUDI PENERAPAN PRINSIP REGIONALISME DALAM KARYA ARSITEKTUR POPO DANES DI BALI (xii + 71 halaman; 49 gambar; 6 tabel)

ABSTRAK. STUDI PENERAPAN PRINSIP REGIONALISME DALAM KARYA ARSITEKTUR POPO DANES DI BALI (xii + 71 halaman; 49 gambar; 6 tabel) ABSTRAK Vincent (02220070043) STUDI PENERAPAN PRINSIP REGIONALISME DALAM KARYA ARSITEKTUR POPO DANES DI BALI (xii + 71 halaman; 49 gambar; 6 tabel) Bali merupakan daerah pariwisata yang dikenal di mancanegara

Lebih terperinci

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Gambar 3.1 Gerbang Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah perkampungan budaya yang dibangun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan pariwisata di kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat semakin mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari padatnya pintu tol Pasteur sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta atau yang lebih dikenal dengan nama Jogja, merupakan kota yang terkenal dengan sejarah dan warisan budayanya. Pegunungan, pantai, sawah

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa arsitektur rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang mencerminkan sebuah ekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Lebih terperinci

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Asmat adalah suku terbesar di Irian Jaya yang terkenal dengan seni pahatan kayunya. Uniknya, ketika mereka membuat ukiran tersebut, mereka tidak membuat sketsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di pulau Jawa. Di kota ini banyak terjadi sejarah penting seperti kebakaran besar Bandung Lautan Api, Konfrensi Asia Afrika

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan DKI Jakarta yang terkenal dengan kota yang tidak pernah berhenti beraktifitas menyebabkan meningkatnya tingkat stress penduduknya. Oleh karena itu, dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bangsa memiliki ciri dan kebiasaan yang disebut kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1974), Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 1 133 134 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA Aspek Pertanyaan 1. Latar belakang 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya LPIT BIAS? 2. Siapakah pendiri LPIT BIAS? 3. Apa tujuan didirikan LPIT BIAS? 4. Ada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Keraton Surakarta sebagai simbol obyek dan daya tarik wisata memiliki simbol fisik dan non fisik yang menarik bagi wisatawan. Simbol-simbol ini berupa arsitektur bangunan keraton,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang kaya dengan hasil pertanian serta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang kaya dengan hasil pertanian serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya dengan hasil pertanian serta perkebunan. Letak geografis Indonesia yang berada di daerah tropis sangat menguntungkan bagi

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA 1501204956 SCHOOL OF DESIGN INTERIOR DESIGN DEPARTMENT UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2015 2 BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, tingkat kebutuhan manusia akan wisata kian berkembang dan menjadi lebih mudah orang-orang melakukan perjalanan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

Fasilitas Ecomuseum Suku Dayak Kenyah Desa Pampang di Samarinda

Fasilitas Ecomuseum Suku Dayak Kenyah Desa Pampang di Samarinda JURNAL edimensi ARSITEKTUR, Vol : 1 No. 2 (2013) 225-232 225 Fasilitas Ecomuseum Suku Dayak Kenyah Desa Pampang di Samarinda Penulis : Ivan Sulisthio dan Esti Asih Nurdiah Program Studi Arsitektur, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) G-15 Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi Alivia Bianca Bella Diena dan Murtijas Sulistijowati Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angklung merupakan salah satu instrumen yang berasal dari tanah Sunda, Jawa Barat. Angklung merupakan salah satu instrumen tradisional yang berasal dari material Bambu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG 1.1. Latar Belakang Bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan bangga akan kebudayaannya sendiri. Dari kebudayaan suatu bangsa bisa dilihat kemajuan

Lebih terperinci

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam objek wisata, seperti pulau-pulau dengan pemandangan pantai yang indah, pegunungan, dan keindahan baharinya.

Lebih terperinci

RESOR PANTAI WEDI OMBO DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

RESOR PANTAI WEDI OMBO DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA RESOR PANTAI WEDI OMBO DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA Tri Mardiyanti, Suparno, Hari Yuliarso Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Email : mardi.ab18@gmail.com Abstract:.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. A. Studi Masyarakat Indonesia

PEMBAHASAN. A. Studi Masyarakat Indonesia PENDAHULUAN Bali terkenal sebagai pulau dewata adalah nama salah satu provinsi di indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Bali terletak diantara pulau

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1 Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan gb. 1.1. Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar Potensi dan daya tarik Pantai Lebih 1. Potensi alam Pantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling populer akan kepariwisataannya. Selain itu, pariwisata di Bali berkembang sangat pesat bahkan promosi pariwisata

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL PADA HOTEL GRAND HYATT BALI

PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL PADA HOTEL GRAND HYATT BALI PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL PADA HOTEL GRAND HYATT BALI Haryanto, Dhanoe Iswanto Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang 50131

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masakan Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan tradisi yang berasal dari kepulauan Nusantara yang terdiri dari sekitar 6.000 pulau dan memegang peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banten sebagai bagian dari negara Kesatuan Republik Indonesia, memiliki keanekaragaman bentuk dan jenis seni pertujukan. Seni pertunjukan yang tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

METAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI

METAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI METAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI Cara hidup manusia pada awalnya adalah berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain. Aktivitas sehari-harinyapun hanya mencari makan untuk bertahan hidup seperti berburu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam mendongkrak pendapatan di sektor usaha atau pendapatan daerah. Dunia pariwisata saat ini sudah mengalami

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA Pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM) dari aspek kondisi fisik, non-fisik, dan spesifikasi khusus GKGM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Fenomena

BAB I PENDAHULUAN Fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seni pertunjukan dalam kehidupan masyarakat Jawa memiliki dimensi dan fungsi ganda. Seni pertunjukan Jawa selain sebagai ekspresi estetik manusia, tidak jarang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI

BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI 2.1 PENGERTIAN PASAR KERAJINAN DAN SENI Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran bertemu ( http://id.wikipedia.org/ : 7/9/2009

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain yang digunakan pada proyek Komples Wisata Budaya di Kota

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain yang digunakan pada proyek Komples Wisata Budaya di Kota BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain 5.1.1 Teori Tema Desain Tema desain yang digunakan pada proyek Komples Wisata Budaya di Kota Solo menggunakan langgam arsitektur Neo-Vernakular. Arsitektur

Lebih terperinci