PENUTUP. Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia dapat. Korupsi (KPK) sebagai lembaga negara independen dalam sistem

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENUTUP. Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia dapat. Korupsi (KPK) sebagai lembaga negara independen dalam sistem"

Suhendra Darmadi
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Analisis Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. Terdapat beberapa poin terkait karakteristik dan fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga negara independen dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yaitu: a. Ada beberapa karakteristik dari kelembagaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga negara independen yang tidak dimiliki lembaga lain. Berdasarkan tabel perbandingan karakteristik kelembagaan antara KPK dengan lembaga negara independen lain, dapat diambil kesimpulan bahwa KPK merupakan lembaga negara independen yang peran dan fungsinya paling besar dibandingkan dengan lembaga negara independen yang lain karena kewenangannya mencakup sejak dalam tahap penyidikan hingga proses di persidangan, sehingga wajar apabila KPK memiliki keistimewaan tersendiri untuk menjalankan fungsi yang begitu besar. b. Fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga negara independen dalam sistem ketatanegaraan Indonesia adalah sebagai berikut: 1

2 1) Melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan 2) Melakukan supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan 3) Melakukan supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan 4) Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; 5) Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah negara. 2. Sistem pengawasan terhadap kinerja kelembagaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sehubungan dengan fungsi dan karakteristik yang diberikan oleh Undang-Undang terhadap KPK adalah sebagai berikut: a) Sistem pengawasan melekat atau pengawasan atasan langsung atau biasa disebut dengan pengawasan dari internal KPK. Sistem pengawasannya dilakukan oleh atasan langsung terhadpa bawahannya, secara preventif dan represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan dengan lancar, efektif dan efisien sesuai dengan rencana kerja dan kegiatan yang telah ditetapkan oleh KPK. Pengawasan yang demikian bisa berupa pula berbentuk tindakan, kegiatan atau usaha untuk mengawasi dan mengendalikan anak buah secara langsung, yang harus dilakukan sendiri oleh setiap pimpinan organisasi b) Sistem pengawasan fungsional yaitu pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI) atas penggunaan keuangan negara 2

3 meliputi pengauditan terhadap penggunaan uang negara dan pengauditan terhadap kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu sendiri baik di bidang penindakan maupun pencegahan. Hal tersebut yang menjadikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga satu-satunya yang diaudit kinerjanya karena lembaga negara lain yang menggunakan uang negara hanya diaudit mengenai penggunaan keuangan negara saja sedangkan kinerja dari lembaga yang diaudit tidak dilakukan. c) Sistem pengawasan legislatif yaitu pengawasan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga perwakilan rekyat terhadap suatu kebijakan serta pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan. d) Pengawasan terhadap KPK pun bisa dilakukan melalui; a. Pengawasan Politis, pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat sebagai representatif dari rakyat Indonesia terkait keputusan atau kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pimpinan KPK; b. Pengawasan Yuridis, pengawasan yang dilakukan lembaga negara lain yang telah diatur oleh hukum/yuridis. Sebagai contoh, Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) yang secara hukum dibentuk untuk melakukan pengauditan terhadap seluruh lembaga-lembaga negara yang menggunakan uang negara. c. Pengawasan Masyarakat, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh civil society seperti yang dilakukan PUKAT UGM, ICW, dll yang rutin dan 3

4 konsisten mengawasi dan mengawal kinerja KPK dalam memberantas tindak pidana korupsi. B. SARAN Berdasarkan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya serta kesimpulan seperti yang telah diuraikan di atas, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah jawaban atas ketidakpercayaan publik terhadap pola pemberantasan korupsi yang selama ini dijalankan oleh kepolisian dan kejaksaan. Lembaga-lembaga yang telah ada lebih dahulu dan dijamin keberadaannya oleh konstitusi tersebut dianggap tidak lagi efektif dalam menjalankan tugas pemberantasan korupsi sehingga negara menilai bahwa pendirian badan antikorupsi yang independen adalah kebutuhan yang mendesak. Oleh karena tergolong sebagai kejahatan luar biasa, tindak pidana korupsi harus pula diberantas oleh badan yang memiliki kewenangan luar biasa. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini telah memiliki dasar hukum yang kuat berupa undang-undang. Dengan demikian, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai suatu lembaga negara independen yang amat dibutuhkan eksistensinya saat ini, memerlukan dukungan yang maksimal dari rakyat sehingga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dapat melaksanakan tugas dan wewenangnya sesuai 4

5 ketentuan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 2. Dikarenakan gencarnya perlawanan terselubung para koruptor untuk melemahkan KPK (corruptors fight back), maka perlu diadakan perubahan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (amandemen V) yang secara eksplisit menjamin keberadaan KPK sebagai badan pemberantas korupsi yang independen dan bebas dari kekuasaan manapun. Eksistensi KPK pada jangka panjang harus diperkuat menjadi constitutional organ sehingga tidak dapat dikurangi, ditiadakan ataupun dibubarkan hanya karena kebijakan pembentukan undang-undang. Jika skenario ini tercapai, maka KPK sebagai organ konstitusi secara otomatis memperoleh legitimasi konstitusi dan status konstitusional dalam menjalankan fungsi dang kewenangannya. Hal ini tentu akan mempertajam dan memperkuat Komisi Pemberantasan Korupsi dalam memberantas Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. 5

dokumen-dokumen yang mirip

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik. 1. Lembaga Negara independen adalah lembaga yang dalam pelaksanaan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik. 1. Lembaga Negara independen adalah lembaga yang dalam pelaksanaan 1 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Lembaga Negara independen adalah lembaga yang dalam pelaksanaan fungsinya tidak