BAB I PENDAHULUAN. sebagai permulaan periode modern. Kontak dengan dunia barat selanjutnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sebagai permulaan periode modern. Kontak dengan dunia barat selanjutnya"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia Islam, terutama sesudah pembukaan abad ke 19 yang dalam sejarah Islam dipandang sebagai permulaan periode modern. Kontak dengan dunia barat selanjutnya membawa ide-ide baru ke dunia Islam, seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi dan sebagainya. Konteks yang demikian maka pembaharuan pemikiran Islam merupakan suatu keharusan, terutama ketika para pemikir muslim melihat banyak realitas baru dalam masyarakat yang dinilai tidak memiliki relevansi dengan doktrin Islam atau sebaliknya doktrin Islam dipahami tidak relevan dengan realitas baru itu. Salah satunya, realitas modernitas yang hadir di dunia Islam. (Amrullah,1997: 42). Menurut peneliti, realitas baru yang berupa modernitas tersebut menjadikan umat muslim silau dengan kemapanan barat. Semakin lama dan banyak realitas baru tersebut memperlebar jangkauannya sehingga terjadilah krisis mental. Umat muslim mulai meninggalkan tradisi klasik (turats) dan mengikuti tradisi barat. Para ulama terdahulu meninggalkan warisan tradisi klasik untuk bisa mengembangkan potensi diri dan bangsa begitu juga demi mempertahankan jati diri bangsa dari doktrin dan pengaruh pihak luar. Akan tetapi perkembangan zaman yang pesat membuat umat muslim sendiri mulai meninggalkan tradisi. Alasan utamanya adalah sudah tidak sesuainya tradisi dengan nilai-nilai kekinian. Faktor lainnya adalah umat muslim bersikap pragmatis terhadap 1

2 2 tradisinya sendiri dengan tidak mengkritisi tradisi dari ulama terdahulu. Padahal, umat muslim merupakan masyarakat tradisional yang kesadaran nasionalnya senantiasa terbuka terhadap orang-orang terdahulu atau biasa disebut qudama. Keadaan Mesir yang tidak kondusif, dengan banyaknya krisis dalam segala bidang kehidupan, tak terkecuali krisis intelektual yang dialami juga oleh para ulama dan para pemikir Islam. Semua keadaan di atas merupakan dominasi dan supremasi kelas atas (al-qimmah) terhadap kelas bawah (al-qa> idah), penguasa atas rakyat, pemimpin atas yang dipimpin (Badruzaman, 2005:142). Masalah di atas yang menjadikan hati Hassan Hanafi gelisah dan mulai tergerak hatinya untuk memberi kontribusi pemikirannya. Hasan Hanafi merupakan cendekiawan Mesir yang menyerukan gerakan pembaharuan sebagai pemikir revolusioner. Hassan Hanafi meluncurkan jurnal berkalanya Al-Yasa>r Al-Islami>: Kita>bat fi> an-nahdhah al Islami>yyah (Kiri Islam: beberapa esai tentang kebangkitan Islam) pada tahun Esai pertama jurnal itu berjudul Apa arti Kiri Islam? Hassan Hanafi mendiskusikan beberapa isu penting berkaitan dengan kebangkitan Islam (Shimogaki, 1993:8). Sebagai salah satu pemerhati Islam kontemporer Hassan Hanafi mencoba menawarkan konsep tentang masyarakat Islam. Menurut Hanafi masyarakat Islam dibentuk dari penguasaan dan pengembangan wacana keilmuan dalam menopang wawasan kehidupan yang progresif. Artinya pemikiran Hanafi diorientasikan pada pembentukan paradigma baru, yaitu dengan melontarkan pembebasan berfikir dan bertindak atas belenggu sosial yang ada dalam masyarakat Islam.

3 3 Di Mesir sendiri semenjak awal abad ke 19 terjadi dinamika politik dan selalu didominasi oleh pertentangan antara golongan nasionalis, sekuler dan golongan Islam tradisional. Sehingga berbagai golongan tersebut secara bergantian memberikan pengaruh dalam segala aspek sosial di kalangan umat muslim. Modernitas yang terus dikampanyekan oleh orang Barat terus merasuki akal umat muslim, sehingga mereka lupa bahwa sejatinya mereka sedang dalam penjajahan. Dalam pendapatnya Hassan Hanafi mengajak umat muslim kembali mengkritisi tradisi klasik dan disesuaikan dengan kondisi zaman terkini. Bukunya Hassan Hanafi yang berjudul Al-tura>ts wa al-tajdi>d menjelaskan ada 3 pendapat yang tersebar di masyarakat yaitu yang pertama kelompok yang beranggapan bahwa warisan masa lalu meliputi segala sesuatu dan menyediakan jawaban atas persoalan masa lalu dan masa sekarang. Kedua, kelompok yang beranggapan bahwa hanya dengan hal-hal baru saja persoalan umat dapat di selesaikan. Ketiga, kelompok yang bermaksud mengintegrasikan kedua kelompok tersebut (Amrullah,1997: 43). Peneliti mengambil judul Kritik tradisi Islam Pemikiran Hassan Hanafi Analisis Hermeneutika Paul Ricoeur karena peneliti ingin mengungkapkan sebuah pemikiran mampu melahirkan sebuah gerakan yang nantinya akan memberi perubahan dalam sejarah kehidupan umat manusia dan bangsa. Maka, penelitian ini akan mengkaji tentang sebuah pemikiran karena dalam sebuah pemikiran tersebut ada cita-cita atau keinginan yang ingin dicapai dan direalisasikan secara menyeluruh kedalam sebuah lapisan masayarakat atau bahkan mampu melebur ke dalam sebuah peradaban.

4 4 B. Batasan Masalah Peneliti akan membahas tentang Kritik Tradisi Islam Pemikiran Hassan Hanafi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, maka peneliti akan membatasi dengan menjelaskan kondisi social masyarakat Mesir yang mempengaruhi pemikiran Hassan Hanafi, menjelaskan pemikiran tokoh-tokoh yang mempengaruhi pemikiran Hassan Hanafi, menjelaskan pemikiran Kiri Islam Hassan Hanafi, menjelaskan tradisi secara umum, menjelaskan kritik tradisi Islam Mesir oleh Hassan Hanafi. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep pembaharuan Islam yang ditawarkan oleh Hassan Hanafi? 2. Bagaimana kritik tradisi Islam menurut Hassan Hanafi dalam upaya pembaharuan Islam? D. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan konsep pembaharuan Islam pemikiran Hassan Hanafi dalam upaya membangkitkan kembali kejayaan umat Islam. 2. Menjelaskan kritik tradisi Islam menurut pemikiran Hassan Hanafi sebagai upaya pembaharuan. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan agar mampu memberikan semangat kritis dalam menghadapi perkembangan dunia. Masyarakat muslim khususnya, mampu menyampaikan sikap kritisnya terhadap problematika yang telah terjadi pada masa kini, khususnya dalam hal

5 5 politik dan pemikiran. Dua hal tersebut terus berkembang sesuai perkembangan zaman, maka umat muslim harus terus berupaya mengikuti perkembangan agar tidak tertinggal dalam perkembangan tersebut. Sehingga umat muslim bisa menunjukkan jati dirinya dan bangsa. F. Tinjauan Pustaka Kajian tentang pemikiran Hasan Hanafi sampai saat ini telah banyak yang meneliti. Penelitian ini menggunakan beberapa buku, jurnal dan skripsi sebagai tinjauan pustaka. Penelitian oleh Amrullah Ahmad tahun 1997 dengan judul Pemikiran Transformatif Hassan Hanafi. Jurnal tersebut membahas tentang masalah-masalah yang dialami umat muslim dalam menghadapi gempuran realitas terkini terutama dari Barat yang terus menancapkan kekuasaannya di negara-negara Arab, kemudian muncullah ide Hanafi tentang pembaharuannya dengan tema merekonstruksi ulang warisan intelektual Islam. Hanafi mengusulkan sikap yang harus diambil umat muslim dalam menghadapi hegemoni Barat di Mesir. Sikap yang harus dilakukan oleh umat muslim dengan warisan masa lalu (tradisi) yang mulai luntur dan tergerus oleh pengaruh Barat adalah dengan mengkaji ulang warisan tersebut. Hanafi bercita-cita mengembalikan pengaruh Barat sesuai dengan sewajarnya, dan mengembangkan warisan keilmuan Islam sesuai perkembangan zaman. Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah cakupan objek peneliti lebih menjelaskan gambaran umum pada kajian tentang

6 6 tradisi yang mulai luntur dan terpengaruh dengan barat yang terjadi di kalangan masyarakat muslim di Mesir. Skripsi oleh Nur Idam Laksono, dengan judul Antroposentrisme dalam pemikiran Hassan Hanafi Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini membahas tentang ide yang ditawarkan Hanafi yaitu perubahan sikap dari teologi teosentrisme menjadi antroposentrisme. Hanafi melihat perkembangan zaman telah memunculkan realitas-relitas baru di kalangan umat muslim, sehingga perlu adanya perubahan pola sikap umat Islam dalam menghadapi tuntutan zaman yaitu dengan mengedepankan pengkajian ulang ilmu kalam klasik dan disesuaikan dengan realitas sekarang. Tema rasionalisme sebagai pendukung perubahan adalah solusi bagi umat muslim menjadi kembali mandiri dan berjaya. Sikap umat muslim harus berubah dengan lebih mengutamakan objek kajian pemikiran terpusat pada manusia, dan bukan lagi tuhan. Perbedaan kajian ini adalah peneliti lebih fokus pada pembahasan tentang kondisi tradisi Islam di Mesir yang sudah mulai di tinggalkan dan usaha apa yang ingin diberikan Hasan Hanafi untuk mengembalikan semangat nilai tradisi dalam masyarakat yang sejalan dengan perkembangan modernitas. Skripsi yang ditulis oleh Hary Perdana Harahap, pada tahun 2010 dengan judul Pemikiran Politik Hassan Hanafi (Studi terhadap Pemikiran Kiri Islam) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini membahas pemikiran Hanafi tentang konsep

7 7 kiri Islam, prinsip tura>ts dan tajdi>d, revitalisasi khazanah Islam klasik, oksidentalisme: sikap terhadap turats barat, serta pembacaan terhadap realitas. Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian penulis adalah dalam hal objek, peneliti lebih memfokuskan pembahasan mengenai tradisi yang mulai ditinggalkan oleh umat muslim dan telah terkikis dengan modernitas yang semakin maju. Jurnal yang ditulis oleh Asmuni M. Thaher, pada tahun 2003 dengan judul Pemikiran Akidah Humanitarian Hassan Hanafi Fakultas Ilmu Agama Islam UII Yogyakarta. Penelitian ini mengkaji tentang upaya Hanafi menyeru manusia untuk menelusuri asal muasal akidah dengan menggunakan rasio. Teologi kemanusiaan (humanitarian) harus dikembangkan demi keberlangsungan dan kejayaan hidup umat. Upaya rekonstruksi yang dilakukan oleh Hanafi adalah dengan menyeru kepada umat muslim sekalian untuk menggunakan rasio dalam menghadapi realitas zaman. Penguatan kembali akidah untuk membela manusia diperjuangkan kembali demi kepentingan manusia, untuk mendapatkan kebebasan, kemerdekaan, kesejahteraan, dan keadilan. Akidah harus mampu diwujudkan dalam tindakan dan mampu menyatukan umat. Perbedaan dengan penelitian yang akan dikaji peneliti terletak pada objek kajiannya yang lebih menekankan pada kritik terhadap tradisi untuk mengembalikan lagi semangat kebangkitan dan peninjauan kembali tradisi demi kemaslahatan umat.

8 8 Skripsi yang ditulis oleh Ihsan Maulana pada tahun 2009 yang berjudul Pola Hubungan Islam dan Negara dalam Pemikiran Jaringan Islam Liberal. Program Studi Pemikiran Politik Islam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini membahas tentang pola hubungan Islam dan negara, Islam dan Sekulerisme, hubungan Pluralisme dengan Islam, HAM serta penerapan syariat Islam di Indonesia. Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah terletak pada objeknya. Kajian tentang pola hubungan Islam dan negara mengambil objek dalam pemikiran JIL diambil di Indonesia, sedangkan objek peneliti adalah pemikiran Arab Islam dari Mesir. Skripsi yang ditulis oleh Ma tufathu Rohman mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2010 dengan judul Gagasan Reaktualisasi Pemikiran Islam Hassan Hanafi. Penelitian ini membahas tentang wacana pembaharuan Islam pemikiran Hanafi, pola pandangan Islam terhadap relitas global, revitalisasi khazanah Islam klasik, perlunya menantang barat, melakukan interpretasi terhadap realitas kontemporer, dan meraih cita-cita bersama yaitu keadilan, kemerdekaan, kebebasan, kesamaan sosial dan kesejahteraan umat. Perbedaan penelitian ini adalah peneliti lebih mengerucutkan objek pada bidang tradisi Islam. Skripsi yang ditulis oleh Moh. Zaki Ma rufi mahasiswa Program Studi Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

9 9 Depok tahun 2010 dengan judul Reformulasi Pemikiran Arab-Islam Perspektif Muhammad Abid Al-Jabiri. Penelitian ini membahas tentang formula yang ditawarkan oleh M. Abid Al-Jabiri untuk mengembangkan dan memajukan pemikiran Arab-Islam, karena pada waktu itu pemkiran Arab-Islam jauh tertinggal dengan barat tetapi dengan tidak menanggalkan otentisitas Islam pada masa kini dengan melihat kondisi umat Islam pada waktu itu yang sedang carut marut akibat kekalahan umat Islam dalam perang enam hari melawan Israel. Perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti peneliti adalah dalam hal tokoh pemikirnya, yaitu penelitian ini membahas ide dari M. Abid Al-Jabiri. Kemudian ada persamaan antara penelitian ini dengan penelitian peneliti yaitu tentang konsep pembaruan yang ditawarkan masing-masing tokoh yang samasama melihat keadaan sosial politik di negaranya masing-masing sedang dalam krisis dan adanya kolonialisme. Skripsi yang berjudul Relevansi Pemikiran Ibn Khaldun dengan Ekonomi Islam karya Khoirul Taqwim mahasiswa jurusan pengembangan masyarakat Islam, fakultas dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun Dalam penitian tersebut membahas tentang sejarah ekonomi Islam, konsep dasar ekonomi Islam, sumber hukum ekonomi Islam, nilai-nilai dasar ekonomi Islam, basis ekonomi, dan prinsip-prinsip ekonomi yang ada secara umum selain ekonomi Islam. Kemudian penelitian itu baru membahas konsep ekonomi Islam menurut Ibn Khaldun. Perbedaan penelitian diatas dengan penulis

10 10 tentu sudah terlihat jelas perbedaannya, yaitu dalam hal tokoh dan objek kajiannya yaitu antara pemikiran ibn Khaldun dengan ekonomi Islam, sedangkan kajian penulis adalah tentang kritik tradisi oleh pemikiran Hassan Hanafi. Skripsi dengan judul kritik terhadap pemikiran Muhammad Abid Al Jabiri tentang demokrasi karya Tika Listiami mahasiswa jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun Penelitian tersebut membahas tentang masalah epistemologis yang harus dikaji lagi oleh umat muslim bagian timur (Masyrik) tentang nalar(burhani). Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian penulis adalah tokoh dan objek dalam hal ini yaitu Hassan Hanafi dengan kritik tradisi Islam Mesir. Skripsi dengan judul Pemikiran Syaikh Ahmad Assurkati Al Anshari dan dampaknya terhadap keturunan Arab di Indonesia (1911 M M) karya Mudasir mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun Penelitian diatas membahas tentang pengaruh dan kontribusi Pemikiran Syaikh Ahmad Assurkati Al Anshari terhadap masyarakat etnis Arab yang tinggal di Indonesia dan juga terhadap masyarakat pribumi dalam beberapa bidang antara lain bidang pendidikan, bidang keagamaan dan bidang sosial. Pada penelitian diatas tokoh yang dikaji adalah Syaikh Ahmad Assurkati Al Anshari keturunan Arab yang berasal dari Sudan didatangkan oleh Jamiatul Khair pada

11 11 tahun 1911 M untuk menjadi pengajar di Indonesia. Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian penulis adalah dalam hal objek kajiannya, yang berupa tokoh dan kontribusinya dalam konteks tempat dan zaman. Meski sama-sama tokoh dari Timur Tengah, akan tetapi Assurkati memberikan pengaruh pemikiranya di Indonesia, sedangkan kajian penulis tentang Hassan Hanafi dengan kritiknya terhadap tradisi yang terjadi di Mesir. G. Landasan Teori Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka peneliti menggunakan landasan teori Hermeneutika Paul Ricoeur. Memahami kebudayaan tidak terlepas dari keberadaan manusia sebagai subjek dan objek. Keberadaan manusia yang terbagi antara tubuh dan pikiran menjadi factor penting dalam melihat fenomena kebudayaan (Sulasman, 2013: 81). Menurut peneliti, manusia menjadi subjek kebudayaan ketika manusia menjadi pelaku utama dalam kebudayaan, artinya keberadaan manusia sebagai perancang kebudayaan yang muncul dari nilai-nilai estetika. Sedangkan manusia sebagai objek adalah ketika manusia menjadi sasaran (pelaku) untuk mengembangkan dan melestarikan kebudayaan tersebut. Jadi, wujud fisik tindakan sosial atau gerak tubuh manusia memang yang terlihat nyata dalam sebuah kebudayaan, akan tetapi dibalik itu ada akal atau ide yang melatarbelakangi munculnya suatu kebudayaan dalam masyarakat. Masyarakat sendiri, selain adanya akal atau gagasan-gagasan yang dapat membantu menjalankan sistem sosial, ada faktor lain yang tidak

12 12 boleh dilupakan yaitu agama (Zaprulkhan, 2012: 44). Menurut peneliti, ide yang membentuk sistem sosial tidak mungkin terlepas dari doktrin agama. Kepercayaan masyarakat terhadap Tuhan yang menjadikannya sebagai doktrin agama seperti memberikan stimulan semangat dalam menjalani kehidupan. Sehingga dalam kehidupan bermasyarakat individu juga harus menjalankan kewajiban agamanya. Kewajiban tersebut yang nantinya akan mempengaruhi kinerja sistem sosial sehingga keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai keteraturan social. Menurut Ricoeur, tugas utama hermeneutika adalah untuk memahami teks.. Secara mendasar teks adalah any discourse fixed by writing. Dengan istilah discourse Ricoeur merujuk kepada bahasa sebagai event, yaitu bahasa yang membicarakan sesuatu. Gampangnya discourse adalah bahasa ketika ia digunakan untuk berkomunikasi yang berupa bahasa lisan dan bahasa tulis (Mulyono.dkk, 2012: ). Interpretasi adalah kasus partikular pemahaman. Ia adalah pemahaman yang diaplikasikan ke dalam ekspresi kehidupan yang tertulis (Ricoeur, 2012:153). Doktrin yang terkenal tentang intensionalitas menegaskan bahwa seluruh pengalaman diarahkan menuju beberapa objek tertentu, sementara setiap objek pengalaman dikorelasikan dengan pengalaman tertentu. Apa yang dialami selalu dikorelasikan dengan bagaimana ia dialami oleh seseorang. Objek kesadaran adalah sebuah entitas yang dapat diulang dan ditandai dalam sejumlah cara. Teknik metodologis pengelompokan atau

13 13 reduksi-reduksi fenomenologis merupakan serangkaian aturan untuk mengarahkan perhatian kita terhadap pengalaman tertentu. Apa yang kita kelompokkan adalah godaan baik untuk membuat penilaian-penilaian tentang status ontologis sebuah objek pengalaman maupun untuk melakukan teoretisasi dan menjelaskan alih-alih menggambarkan pengalaman. Bahkan kita semua memperlakukan seluruh seluruh pengalaman sebagai sesuatu yang terberi dalam kesadaran seperti fenomena, atau sebagai makna yang menghadirkan dirinya sendiri pada kesadaran (Kaplan, 2010:26). Pengalaman hermeneutika dalam momen keterbukaan dan penerimaan mendahului momen kritik dan penjelasan. Anggapan kebenaran berarti bahwa penerimaan penuh percaya diri yang kita gunakan untuk menanggapi, dalam sebuah gerakan awal yang mendahului seluruh kritisisme, setiap preposisi makna, setiap klaim terhadap kebenaran, karena kita tidak pernah berada di permulaan proses kebenaran dan karena kita menjadi bagian dari wilayah kebenaran tertentu yang diasumsikan sebelumnya, sebelum adanya sikap kritis. Akhirnya apa yang mengabsahkan otoritas tradisi adalah proses komunikasi dan argumentasi diskursif (Kaplan, 2010:64 dalam buku (TN3 227) Time and Narrative, vol. III, hal. 227 terj. Kathleen McLaughin dan David Pellauer, University of Chicago Press, University of Chicago Press, 1988). Penelitian ini membutuhkan pemahaman yang mendalam dalam menelaah objeknya. Pengalaman hermeneutika mewajibkan kepada peneliti untuk lebih

14 14 membuka diri dalam menelaah objek kajian ini, yaitu tentang pembaharuan pemikiran Hanafi. Sehingga setelah mampu membuka diri dan disertai dengan penerimaan dan pemahaman terhadap teks, maka penjelasan dan kritisisme akan muncul dari peneliti. Interpretasi menurut Ricoeur merupakan suatu hal yang teramat penting, terlebih ketika dihadapkan pada pluralitas makna. Oleh karena itu penggalian makna yang mungkin ada berlapis-lapis, merupakan persoalan pokok filsafat. Bagi Ricoeur, pada dasarnya filsafat adalah sebuah hermeneutik yang membaca makna yang tersembunyi dalam sebuah teks yang seolah sudah jelas dan mengandung makna (Mulyono.dkk, 2012: 278) Interpretasi sebagai sebuah gerakan dari dugaan menuju validasi dan dari penjelasan menuju komprehensi. Interpretasi terdiri dari dugaandugaan atas pengalaman-pengalaman yang dihasilkan dalam penjelasanpenjelasan yang harus divalidasi oleh yang lain, yang berakhir dalam komprehensi, yang merupakan nama lain untuk pemahaman yang diberi informasi dan diperkaya dengan proses objektif validasi (Kaplan, 2010:98 dalam buku (INT 71-88) Interpretation Theory: Discourse and the Surplus of Meaning. Hal Fort Worth: Texas Christian University Press, 1976). Ricoeur mengungkapkan penjelasan dan pemahaman tidak bisa berdiri dan berjalan sendiri. Keduanya saling berkaitan dan saling melengkapi. Peneliti berpendapat bahwa dalam memahami objek kajian tentang pemikiran Hassan Hanafi yaitu dengan menyimpulkan dugaan-

15 15 dugaan yang dirasa itu benar kemudian menjelaskannya sehingga bisa berterima dari apa yang dimaksud dari teks. Sebuah teks adalah otonom atau berdiri sendiri, tidak tergantung pada maksud pengarang. Ketika hermeneutic coba diterapkan pada teks, sifat hermeneutika sendiri berubah. Hermeneutika tidak lagi mencari makna tersembunyi dibalik teks (seperti dilakukan Ricoeur dalam hermeneutika tentang symbol-simbol), tetapi mengarahkan perhatiannya kepada makna objektif sebuah teks, terlepas dari maksud subjektif pengarang atau orang lain. Menginterpretasikan sebuah teks bukannya mengadakan suatu relasi intersubjektif antara subyektifitas pengarang dan subyektifitas pembaca, melainkan hubungan antara dua diskursus; diskursus teks dan diskursus interpretasi. Maka interpretasi akan selesai bila dunia teks dan dunia interpretor bercampur baur menjadi satu (Mulyono.dkk, 2012: ). Jadi, tugas yang harus dilakukan oleh peneliti adalah menginterpretasi kajian tentang pemikiran Hassan Hanafi dengan cara objektif. Karena tugas hermeneutika adalah menemukan makna objektif teks. Setiap kritik atas tradisi dimediasi oleh cita-cita regulatif akan komunikasi yang tak terbatas, yang pada gilirannya tetap ditempatkan secara historis dengan maksud agar dapat diterapkan dalam konteks tertentu. Ricoeur lebih suka menekankan dasar keabsahan komunikasi lebih daripada cita-cita yang dikandungnya. Agar mampu menegakkan

16 16 pemahaman melalui komunikasi, yaitu kita dapat mengklarifikasi apa yang kita bicarakan (Kaplan, 2010: 65). Proses interpretasi dimulai dengan dugaan karena pembaca tidak memiliki akses pada maksud-maksud pengarang yang tidak hadir. Begitu makna dibebaskan dari psikologi pengarangnya, maka tidak ada yang dapat berdiri di luar teks sebagai otoritas khusus untuk memediasi interpretasi-interpretasi yang saling bertentangan. Satu-satunya pilihan yang kita miliki adalah menduga makna tertentu dan kemudian membandingkan serta memvalidasi dugaan-dugaan hingga kita memutuskan keunggulan atau preferabilitas sebuah interpretasi di atas yang lain. Dengan mengikuti Hisrch, Ricoeur menawarkan tiga aturan untuk memvalidasi dugaan-dugaan makna dari sebuah teks (Kaplan, 2010: 100) Pertama adalah aturan holisme hermeneutik, dimana makna teks diuraikan sebagai satu keseluruhan dengan makna yang lebih besar daripada makna kalimat-kalimat konstitutifnya. Aturan validasi kedua adalah menguraikan sebuah teks sebagai individu. Meskipun sebuah karya menjadi bagian dari genre tertentu, kita dapat menentukan individualitasnya dengan secara progresif mengeliminasi konsep-konsep generik untuk menemukan apa yang secara unik menjadi bagiannya.

17 17 Ketiga melibatkan perhatian terhadap makna-makna lain yang mungkin dapat memengaruhi makna teks yang menghadirkan serangkaian interpretasi yang mungkin. H. Sumber data dan data 1. Sumber Data Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data di bedakan menjadi dua, yaitu: (1). data primer dan, (2). data sekunder. Data primer adalah data yang menjadi bahan utama peneliti dengan maksud khusus untuk menyelesaikan permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian. Sedangkan data sekunder yaitu data yang sudah dikumpulkan sebagai tambahan dalam menyelesikan masalah yang dihadapi sebagai acuan penelitian. Data yang merupakan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaaan (Library Research), baik berupa buku, jurnal, dokumen, majalah, dan makalah, serta data-data yang berasal dari internet. Sumber data primer dari penelitian ini yaitu Kiri Islam Antara Modernisme dan Posmodernisme Telaah Kritis Pemikiran Hassan Hanafi karya Kazuo Shimogaki terjemahan M. Imam Aziz & M. Jadul Maula tahun 1993, Studi Filsafat 1 Pembacaan Atas Tradisi Islam Kontemporer Hassan Hanafi karya Hassan Hanafi tahun 2015, Kiri Islam Hassan Hanafi Menggugat Kemapanan Agama dan Politik karya Abad Badruzaman tahun 2005, Islamologi 1 Dari Teologi Statis ke Anarkis karya Hassan Hanafi tahun 2004, Dialog Timur dan Barat Menuju

18 18 Rekonstruksi Metodologis Pemikiran Politik Arab yang Progresif dan Egaliter karya Hassan Hanafi dan Muhammad Abid Al Jabiri tahun 1990, Sumber data sekunder dari penelitian ini yakni :Teori-teori Kebudayaan dari Teori Hingga Aplikasi karya Sulasman dan Setia Gumilar tahun 2013, Metode, teori, teknik penelitian kebudayaan ideologi, epistemologi dan aplikasi karya Suwardi Endraswara tahun 2006, Skripsi oleh Nur Idam Laksono dengan judul Antroposentrisme dalam pemikiran Hassan Hanafi. Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah filsafat.uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurnal oleh Asmuni M. Thaher Pemikiran Akidah Humanitarian Hassan Hanafi.UII Yogyakarta, Jurnal Pembaharuan Pemikiran Islam Transformatif Hassan Hanafi karya Amrullah Ahmad tahun 1997, Teori Kritis Paul Ricoeur karya David M. Kaplan, tahun 2010, Teori Interpretasi Memahami Teks, Penafsiran dan Metodologinya karya Paul Ricoeur tahun 2012, Belajar Hermeneutika Dari Konfigurasi Filosofis menuju Praksis Islamic Studies karya Edi Mulyono, dkk tahun 2012, Jihad Menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir Zhilal karya Muhammad Chirzin tahun 2001, Post Mu tazilah Genealogi Konflik Rasionalisme dan Tradisionalisme Islam karya Woodward, dkk tahun 2002.

19 19 2. Data Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam (dalam arti luas), yang harus dicari, dikumpulkan, dan dipilih oleh peneliti (Subroto, 1992:34). Data dapat berupa wacana-wacana, jurnaljurnal, arikel-artikel, dokumen-dokumen, serta buku-buku. Data yang menjadi bahan penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan kebudayaan, pemikiran, tradisi, pemikiran Hassan Hanafi. Data yang dikumpulkan berasal dari penelitian pustaka, yaitu dengan mencari, menelusuri, memilih data yang relevan dengan topik bahasan dan menganalisa. Penelitian ini akan mengkaji data tentang Kritik tradisi yang dicetuskan Hassan Hanafi untuk mewujudkan cita-cita kebangkitan Islam. I. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif banyak digunakan oleh peneliti dalam kajian humaniora (Suwardi, 2006: 81). Hasil dari penelitian secara kualitatif akan menghasilkan penelitian yang sifatnya deskriptif, yaitu penelitian ini menggambarkan variabel masa lalu dan masa sekarang (Taufiq, dkk, 2007 : 87). Dalam penelitian ini, tahap pertama yang dilakukan adalah pemilihan topik, yaitu Kritik tradisi Islam Mesir Pemikiran Hassan Hanafi (1935- ) Analisis Hermeneutika Paul Ricoeur.

20 20 Setelah pemilihan topik, tahap selanjutnya adalah pengumpulan data sebagai referensi penelitian yang berkaitan dengan objek penelitian. Pada teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik penelitian pustaka (Library Research). Penelitian pustaka dengan menelaah bukubuku, majalah-majalah, artikel-artikel yang sesuai dengan pembahasan yakni pemikiran Hassan Hanafi. Kemudian tahap selanjutnya adalah analisis data. Data yang dianalisa diperoleh dan dijabarkan berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan. Tahap selanjutnya adalah tahap pendeskripsian hasil analisis kedalam bentuk laporan tertulis dengan menambahkan kesimpulan dan saran mengenai penelitian tersebut. J. Sistematika Penulisan Secara umum sistematika penulisan ini terdiri dari tiga bab. Bab pertama berupa pendahuluan, kemudian bab kedua yaitu pembahasan, dan bab ketiga adalah penutup. Ketiga bab tersebut mempunyai sub-sub bab sendiri yang saling berkaitan Bab I adalah latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode, sistematika penulisan. Bab II adalah pembahasan yang berisi biografi Hassan Hanafi. Biografi ini membahas tentang latar belakang keluarga Hassan Hanafi,

21 21 masa studi dan karier Hassan Hanafi dan karya-karyanya. Kemudian pembahasan selanjutnya yaitu membahas menjelaskan bagaimana latar belakang munculnya pemikiran Hassan Hanafi, yaitu dengan menjelaskan bagaimana kondisi masyarakat Mesir, kemudian tokoh yang mempengaruhi Hassan Hanafi. Pembahasan selanjutnya adalah Pemikiran Kiri Islam Hassan Hanafi yaitu tentang Revitalisasi tradisi klasik Islam, Olsidentalisme: Menantang Peradaban Barat, Sikap terhadap realitas dunia Islam. Kemudian pembahasan terakhir adalah tentang kritik tradisi oleh Hassan Hanafi. Bab ketiga adalah penutup terdiri dari Kesimpulan, Saran untuk peneliti dan pembaca.

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi i ii TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi iii iv TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012 satu cara yang perlu ditempuh adalah mengembangkan model home schooling (yang antara lain berbentuk pembelajaran personal ) seperti yang pernah diterapkan pada masa kejayaan Islam abad pertengahan. - Membangun

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

Rekonstruksi Ilmu Pengetahuan Kontemporer

Rekonstruksi Ilmu Pengetahuan Kontemporer U á Å ÄÄt{ ÜÜt{ÅtÇ ÜÜt{ Å Rekonstruksi Ilmu Pengetahuan Kontemporer Oleh: Sarjuni, S.Ag., M.Hum. 1 Sain Tidak Bebas Nilai (Not Values-Free) 1. Ilmu yang di dalam peradaban Barat diklaim sebagai bebas nilai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar pemeluk agama, misalnya Hindu, Islam, dan Sikh di India, Islam, Kristen dan Yahudi di Palestina,

Lebih terperinci

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH l Edisi 048, Februari 2012 P r o j e c t SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH i t a i g k a a n D Sulfikar Amir Edisi 048, Februari 2012 1 Edisi 048, Februari 2012 Sains, Islam, dan Revolusi Ilmiah Tulisan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode modern. Kemajuan zaman yang semakin pesat mendorong umat Islam untuk berfikir aktif, Yaitu

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kerja akademik yang menuntut penerapan prosedur ilmiah tertentu sehingga hasil riset dapat dipertanggungjawabkan. Atas dasar inilah penulis memandang penting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pustaka baik berupa konsep, teori-teori dan lain-lainnya yang berhubungan

BAB III METODE PENELITIAN. pustaka baik berupa konsep, teori-teori dan lain-lainnya yang berhubungan BAB III METODE PENELITIAN Pada dasarnya penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan (library research) yaitu penulis melakukan penggalian data dengan cara mempelajari dan menelaah sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma menurut Wimmer dan Dominick, yaitu seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia. 1 Sedangkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Permasalahan The Meeting Place of World Religions. 1 Demikianlah predikat yang dikenakan pada Indonesia berkaitan dengan kemajemukan agama yang ada. Selain majemuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU RESENSI BUKU Judul : Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan Penulis : Mohammad Muslih Penerbit : Belukar Yogyakarta Cetakan : I, 2005 Tebal : XI + 269 halaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemikiran Yoga dapat dilihat sebagai suatu konstelasi pemikiran filsafat, bukan hanya seperangkat hukum religi karena ia bekerja juga mencapai ranah-ranah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umat Islam. Dakwah di tengah masyarakat intelektual dalam arti tingkat SDM

BAB I PENDAHULUAN. umat Islam. Dakwah di tengah masyarakat intelektual dalam arti tingkat SDM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dakwah seyogyanya melihat apa yang menjadi kebutuhan dan kondisi umat Islam. Dakwah di tengah masyarakat intelektual dalam arti tingkat SDM nya cukup tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keilmuan modern telah berkembang sedemikian rupa di bawah hegemoni paham sekularisme. Akibat sangat lamanya paham ini mendominasi sejarah peradaban modern akibatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pembaharuan Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Saudi Arabia, Mesir, dan India

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi BAB V ANALISIS Adanya sekolah dan madrasah di tanah air sebagai institusi pendidikan Islam, hanyalah akan mempersempit pandangan kita tentang pendidikan Islam itu sendiri. Ini berarti, kita hanya mementingkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep BAB IV PERBANDINGAN KONSEP NEGARA MENURUT PEMIKIRAN IMAM MAWARDI DENGAN ALI ABDUL RAZIQ A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep Negara Dalam tulisan ini hampir semua pemikiran

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan

BAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan BAB VII KESIMPULAN Kesimpulan Setiap bangsa tentu memiliki apa yang disebut sebagai cita-cita bersama sebagai sebuah bangsa. Indonesia, negara dengan beragam suku, bahasa, agama dan etnis, juga pastinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi (Soekanto, 2003: 243). Peranan merupakan aspek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah dinamisasi terutama setelah semakin banyaknya pergolakan pemikiran yang menyebabkan

Lebih terperinci

Dr. Abdul Kadir POSTMODERNISM POSTMODERNISME

Dr. Abdul Kadir POSTMODERNISM POSTMODERNISME Dr. Abdul Kadir POSTMODERNISM E MODERNISME POSTMODERNISME PENGERTIAN POSTMODERNISME 1. Postmodernisme adalah lawan dari modernisme yang dianggap tidak berhasil mengangkat martabat manusia modern (Lyotard).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kalam dalam agama mempunyai kedudukan yang sama dengan logika

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kalam dalam agama mempunyai kedudukan yang sama dengan logika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kalam dalam agama mempunyai kedudukan yang sama dengan logika dalam filsafat. Dalam mengkaji agama (al-qur an), baik ayat-ayat yang muhkam maupun yang mutasyabihat

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Hakikat kebudayaan menurut Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks

Lebih terperinci

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M M E T O D O L O G I Pertemuan ke-1 S T U D I I S L A M Pendahuluan Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Kontrak Perkuliahan Pendahuluan Outline Kontrak Perkuliahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adnan Hidayat, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adnan Hidayat, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemerdekaan adalah sesuatu yang sangat diharapkan oleh setiap bangsa dimanapun. Suatu bangsa dikatakan merdeka dalam anggapan umum apabila bangsa tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

2 Mulanya istilah demokrasi memang hanya digunakan dalam wilayah politik akan tetapi pada perkembangan selanjutnya istilah tersebut diterjemahkan sebagai sistem atau prosedur operasional atau pelaksanaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah PENDAHULUAN Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah perkembangan Islam di Dunia. Turki juga merupakan wilayah yang terdiri dari dua simbol peradaban di antaranya peradaban

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita olahraga merupakan salah satu berita yang sering dihadirkan oleh media untuk menarik jumlah pembaca. Salah satu berita olahraga yang paling diminati masyarakat

Lebih terperinci

ARTICLE REVIEW: GAGASAN FORMASI NALAR ARAB AL-JABIRI DAN SIGNIFIKANSINYA UNTUK REKONSTRUKSI NALAR ACEH

ARTICLE REVIEW: GAGASAN FORMASI NALAR ARAB AL-JABIRI DAN SIGNIFIKANSINYA UNTUK REKONSTRUKSI NALAR ACEH ARTICLE REVIEW: GAGASAN FORMASI NALAR ARAB AL-JABIRI DAN SIGNIFIKANSINYA UNTUK REKONSTRUKSI NALAR ACEH Penulis Artikel : Zulfata Reviewer : Cut Afrida Yulianti Penerbit : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh tertentu ataupun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow. Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1

Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow. Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1 Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1 Sebagai seorang akademisi yang sangat memperhatikan aspek-aspek pengajaran dan pengembangan kebudayaan, E.K.M. Masinambow merupakan

Lebih terperinci

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY DAFTAR ISI Halaman Lembar Persetujuan... ii Lembar Pernyataan.... iii Abstrak... iv Abstract... v Kata Pengantar... vi UcapanTerima Kasih... viii Daftar Isi... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Menyoal Kesiapan AMM dalam Upaya Revitalisasi Ideologi dan Reaktualisasi Gerakan Islam yang Berkemajuan

Menyoal Kesiapan AMM dalam Upaya Revitalisasi Ideologi dan Reaktualisasi Gerakan Islam yang Berkemajuan 1 Menyoal Kesiapan AMM dalam Upaya Revitalisasi Ideologi dan Reaktualisasi Gerakan Islam yang Berkemajuan Saleh P. Daulay (Ketua Umum PP. Pemuda Muhammadiyah) Pengantar Penggunaan istilah Islam yang Berkemajuan,

Lebih terperinci

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba BAB V KESIMPULAN Seni rupa modern Islam Indonesia adalah kenyataan pertumbuhan dan praktik seni rupa modern dan kontemporer Indonesia. Pada dasarnya semangatnya merangkul prinsip-prinsip baik pada nilai-nilai

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS 3.1 Teori Kritis Jurgen Habermas Habermas berasumsi bahwa modernitas merupakan sebuah proyek yang belum selesai. Ini artinya masih ada yang perlu untuk dikerjakan kembali.

Lebih terperinci

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER l Edisi 001, Oktober 2011 Edisi 001, Oktober 2011 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER Ihsan Ali Fauzi 1 Edisi 001, Oktober 2011 Informasi Buku: Abdullahi Ahmed An- Na`im,

Lebih terperinci

TOLERANSI BERAGAMA MENURUT PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID

TOLERANSI BERAGAMA MENURUT PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TOLERANSI BERAGAMA MENURUT PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Ushuluddin oleh: M. SUBKHAN NIM: 4104030/PA FAKULTAS USHULUDDIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada permulaan abad ke-20, Indonesia menghadapi tantangan modernisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada permulaan abad ke-20, Indonesia menghadapi tantangan modernisasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada permulaan abad ke-20, Indonesia menghadapi tantangan modernisasi yang juga dialami sebagian besar negara-negara di dunia. Kebutuhan untuk mewujudkan wacana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Pemikiran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme menarik untuk dicermati dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan hasil penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan 344 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan tiga rumusan masalah yang ada dalam penelitian tesis berjudul Konstruksi Eksistensialisme Manusia Independen dalam Teologi Antroposentris Hassan Hanafi, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

SEMIOTIKA ALQURAN YANG MEMBEBASKAN

SEMIOTIKA ALQURAN YANG MEMBEBASKAN SEMIOTIKA ALQURAN YANG MEMBEBASKAN Mu adz Fahmi 1 Semiotika Alquran yang Membebaskan Tafsir klasik konvensional seringkali dinilai hegemonik, mendominasi, anti-konteks, status-quois, mengkungkung kebebasan,

Lebih terperinci

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( ) FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE (1866-1952) Filsafat Sejarah Croce (1) Benedetto Croce (1866-1952), merupakan pemikir terkemuka dalam mazhab idealisme historis. Syafii Maarif mengidentifikasi empat doktrin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ekonomi yang falsafat dan nilai-nilainya baik nilai-nilai dasar dan

BAB V PENUTUP. ekonomi yang falsafat dan nilai-nilainya baik nilai-nilai dasar dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sistem ekonomi yang hendak dibangun Hatta adalah sebuah sistem ekonomi yang falsafat dan nilai-nilainya baik nilai-nilai dasar dan instrumentalnya digali dari ajaran agama islam.

Lebih terperinci

Silabus Mata Kuliah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara

Silabus Mata Kuliah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara SILABUS PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNISNU JEPARA TAHUN 2015 Mata Kuliah : Filsafat Dakwah Kode MK : FDK 14105 Bobot / Semester : 2 sks / IV Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

2014 PEMIKIRAN MUBYARTO TENTANG EKONOMI INDONESIA

2014 PEMIKIRAN MUBYARTO TENTANG EKONOMI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Ekonomi disuatu Negara memang sudah menjadi sebuah keharusan yang tidak bisa ditinggalkan atau dikesampingkan karena pada hakikatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

KESATUAN SURAT AL-QUR AN DALAM PANDANGAN SALWA M.S. EL-AWWA

KESATUAN SURAT AL-QUR AN DALAM PANDANGAN SALWA M.S. EL-AWWA KESATUAN SURAT AL-QUR AN DALAM PANDANGAN SALWA M.S. EL-AWWA Oleh: Adrika Fithrotul Aini Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jalan Laksda Adisucipto, 55281, Indonesia Adrikavenny@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

Muhammadiyah Sebagai. Gerakan Tajdid

Muhammadiyah Sebagai. Gerakan Tajdid Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid Latar Belakang Muhammadiyah didirikan Kondisi pengamalan ajaran Islam masyarakat Indonesia yang mengalami pencampuran dengan ajaran yang bertentangan dengan Islam (adanya

Lebih terperinci

Karenanya parpol Islam bukanlah parpol terbuka dan menganut paham pluralisme.

Karenanya parpol Islam bukanlah parpol terbuka dan menganut paham pluralisme. Karenanya parpol Islam bukanlah parpol terbuka dan menganut paham pluralisme. Mantan Wakil Presiden RI beberapa waktu lalu mengatakan bahwa saat ini tidak ada bedanya antara partai politik nasionalis sekuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mampu menentramkan kehidupan manusia terlebih dalam hal kerohanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mampu menentramkan kehidupan manusia terlebih dalam hal kerohanian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama dan kebudayaan mempunyai dua persamaan yaitu (1) keduanya adalah sistem nilai dan sistem simbol dan (2) keduanya mudah merasa terancam setiap kali ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya, matematika merupakan induk dari ilmu pengetahuan lain dan sekaligus berperan untuk membantu perkembangan ilmu tersebut (Suherman, 2012).

Lebih terperinci

Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme. (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian)

Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme. (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian) Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian) Seiring dengan perkembangan paradigma interpretivisme dan metodologi penelitian lapangan (f ield

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang 220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis ini memandang bahwa ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. BAB V KESIMPULAN Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. Dasar-dasar teosofi tumbuh bersamaan dan bercampur dalam perkembangan teoriteori tasawuf; filsafat; dan --dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Progresif

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Progresif 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan terpaan kapitalisme global dalam sistem dunia, hukum liberal juga semakin mendominasi kehidupan hukum dalam percaturan global. Negara-negara developmentalis,

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

Menurut Al-Khuli (1982: 157) dalam A dictionary of Theoretical Linguistics

Menurut Al-Khuli (1982: 157) dalam A dictionary of Theoretical Linguistics 1.1 Latar Belakang Kemampuan menguasai dan menggunakan bahasa merupakan ciri yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Dengan bahasa, manusia dapat berfikir dan mengkomunikasikan pikirannya. Manusia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah fundamentalisme Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari era orde lama sampai orde reformasi saat ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu wacana besar yang sampai sekarang masih terus dibicarakan adalah masalah ketertinggalan umat Muslim dengan bangsa-bangsa Barat, baik dalam hal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Ruang Lingkup Penelitian Dalam setiap penelitian sangat perlu sekali untuk membatasi ruang lingkup penelitian berupa batasan terhadap obyek masalah penelitian agar sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum pendidikan, misalnya, yang sebelumnya terbatas pada Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum pendidikan, misalnya, yang sebelumnya terbatas pada Al-Qur an dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam telah berlangsung kurang lebih 14 abad, yakni sejak Nabi Muhammad diutus sebagai Rasul. Pada awalnya pendidikan berlangsung secara sederhana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal BAB I PENDAHULUAN Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal menghargai keanekaragamaan budaya dan agama yang ada di dalamnya. Pancasila ini menjadi inti dari tindakan masyarakat

Lebih terperinci

PANDUAN PROGRAM BANTUAN PENELITIAN INDIVIDUAL KOMPETITIF KOPERTAIS WILAYAH X JAWA TENGAH TAHUN 2015

PANDUAN PROGRAM BANTUAN PENELITIAN INDIVIDUAL KOMPETITIF KOPERTAIS WILAYAH X JAWA TENGAH TAHUN 2015 PANDUAN PROGRAM BANTUAN PENELITIAN INDIVIDUAL KOMPETITIF KOPERTAIS WILAYAH X JAWA TENGAH TAHUN 2015 Program Penelitian Individual Kompetitif adalah program bantuan dana yang diberikan secara kompetitif

Lebih terperinci

KAJIAN JARINGANN ISLAM LIBERAL DI INDONESIA Oleh: Muhamad Nur

KAJIAN JARINGANN ISLAM LIBERAL DI INDONESIA Oleh: Muhamad Nur DIDAKTIKA ISLAMIKA Vol. 3 No. 1 - Maret 2014 KAJIAN JARINGANN ISLAM LIBERAL DI INDONESIA Oleh: Muhamad Nur Abstrak: Liberal mengandung konotatif negatif bagi sebagian umat Islam, karena diposisikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ISLAM DAN GLOBALISASI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ISLAM DAN GLOBALISASI Modul ke: 14Fakultas Didin EKONOMI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ISLAM DAN GLOBALISASI Hikmah P, SE, MM Program Studi MANAJEMEN Pengantar: Muslim dan Fenomena Globalisasi Era globalisasi ditandai dengan kemajuan

Lebih terperinci

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1 199 RESENSI BUKU 2 Simon Untara 1 Judul Buku : Tema-tema Eksistensialisme, Pengantar Menuju Eksistensialisme Dewasa Ini Pengarang : Emanuel Prasetyono Penerbit : Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO. Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas,

BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO. Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas, 78 BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas, baik yang tampak ataupun tidak tampak. Manusia pun mau tidak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. akan adanya perspektif penyeimbang di tengah dominasi teori-teori liberal. Kedua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. akan adanya perspektif penyeimbang di tengah dominasi teori-teori liberal. Kedua BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini berangkat dari sikap afirmasi penulis terhadap kebutuhan akan adanya perspektif penyeimbang di tengah dominasi teori-teori liberal. Kedua model pemikiran

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci

CRITICAL THEORIES Bagian II

CRITICAL THEORIES Bagian II CRITICAL THEORIES Bagian II 1 MARXISME Jalur Pengaruh Pemikiran Karl Mark & Teori Kritis Hegel Neo Marxisme Teori Kritis II Marks Muda Karl Mark Marks Tua Engels Kautsky Korsch Lukacs Gramsci Hokheimer

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek dinamika internal partai politik yang menyebabkan kinerja partai politik sebagai salah satu institusi

Lebih terperinci