Laporan kemurnian benih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan kemurnian benih"

Transkripsi

1 Laporan kemurnian benih Posted by YULFA UPA (yulfa sari tarigan) on Laporan Praktikum Teknologi dan Industri Benih PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH Disusun oleh: Kelompok 2 Fathul Rizal ( ) Azzura ( ) Yulfa Sari Tarigan ( ) Era Maulia ( ) Ria Kurnia ( ) LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2 DARUSSALAM BANDA ACEH 2015 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih merupakan benda hidup yang di dalam Undang-undang RI No. 12 Tahun 1992 disebut sebagai tanaman atau bagian tanaman yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakan tanaman. Produksi benih oleh produsen benih diadakan untuk kelangsungan atas ketersediaan bahan perbanyakan tanaman tertentu. Hal tersebut dilakukan guna mempertahankan plasma nutfah yang ada. Produksi benih yang dilakukan tidak hanya sekedar memperhatikan kuantitatif dari produksi itu sendiri tetapi kualitatif benih juga diutamakan. Mutu benih sangat penting untuk diperhatikan karena benih bukan merupakan benda mati yang dijual di pasaran kemudian dipakai/ dikonsumsi hingga habis kegunaannya. Benih yang hendak digunakan oleh para konsumen (konsumen dalam hal ini adalah petani) adalah benih yang memiliki kriteria sesuai dengan permintaan/ selera masyarakat. Kemurnian benih adalah persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. Pengujian kemurnian benih yang juga merupakan deskripsi mutu benih yang pada umumnya dicantumkan pada kemasan oleh pihak produsen merupakan pengujian yang bertujuan untuk memperoleh persentase kemurnian suatu lot benih. Prinsip dari pengujian ini yaitu dengan memisahkan benih ke dalam tiga komponen, yaitu benih murni (benih yang dimaksud oleh pihak produsen), benih tanaman lain (benih komoditas lain atau varietas lain yang masih satu komoditas), dan kotoran benih. Untuk memperoleh persentase kemurnian maka benih murni ditimbang pada unit penimbang, dan hasilnya dibandingkan dengan standar minimum benih murni. Untuk pengembangan industri benih nasional perlu terus dikembangkan kebijaksanaan operasional, terutama dengan optimalisasi fungsi dan pembinaan, pelayanan dan pengawasan dari pemerintah, serta meningkatkan peran swasta dalam industri benih. Upaya-upaya tersebut ditempuh antara lain melalui: peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang perbenihan,

3 pembenahan kelembagaan perbenihan, peningkatan peran Indonesia dalam organisasi benih internasional serta penciptaan iklim yang kondusif untuk mengembangkan agribisnis dan industri benih. (Rasaha, 2003). Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih murni. Dengan demikian hasil pengujian kemurnian benih dan daya kecambah benih mempengaruhi nilai benih untuk tujuan pertanaman. Pengujian kemurnian digunakan untuk mengetahui komposisi contoh kerja, kemurnian, dan identitasnya yang akan mencerminkan komposisi lot benih yang didasarkan pada berat komponen pengujian. Dalam pengujian kemurnian contoh kerja kemurnian dipisahkan menjadi benih murni, biji tanaman lain, dan kotoran. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikun pengujian kemurnian benih ini adalah untuk mendapatkan data mutu benih untuk benih bersertifikat. II. TINJAUAN PUSTAKA Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman. Sehingga masalah teknologi benih berada dalam ruang lingkup agronomi. Agronomi sendiri diartikan sebagai suatu gugus ilmu pertanian yang mempelajari pengelolaan lapang produksi dengan segenap unsure alam (iklim, tanah, air), tanaman, hewan dan manusia untuk mencapai produksi tanaman secara maksimal (Kartasapoetra, 1986). Uji kemurnian benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan. Benih murni yang diperoleh itu baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yaitu presentase kadar air dan viabilitas benih. Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin diperoleh adalah nilai dari benih murni, bukan dari benih campuran (Kuswanto, 1997). Faktor-faktor genetik adalah benih yang berasal dari varietas-varietas yang memiliki genotipe yang baik seperti hasil produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik, atau tahan terhadap cekaman abiotik. Faktor fisik adalah benih bermutu tinggi dengan kemurnian yang tinggi, daya kecambah yang tinggi, bebasa

4 dari kotoran dan benih rerumputan serat bebas dari hama dan penyakit, serta kadar air benih yang rendah (Kamil, 1986). Dalam pengertian benih murni termasuk semua varietas dari species yang dinyatakan berdasarkan penemuan dengan uji laboratorium. Yang termasuk ke dalam kategori benih murni dari suatu species adalah benih masak dan utuh, benih yang berukuran kecil, mengerut tidak masak, benih yang telah berkecambah sebelum diuji dan pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke dalam species yang dimaksud (Justice, 1990). Benih species lain, komponen ini mencakup semua benih dari tanaman pertanian yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. Benih gulma mencakup semua benih ataupun bagian vegetatif tanaman yang termasuk dalam kategori gulma. Juga pecahan gulma yang berukuran setengah atau kurang dari setengah ukuran yang sesungguhnya tetapi masih mempunyai embrio. Bahan lain atau kotoran, termasuk semua pecahan benih yang tidak memenuhi persyaratan baik dari komponen benih murni, benih species lain maupun benih gulma, partikel-partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan bagian-bagian tanaman seperti ranting dan daun (Sutopo, 1984). III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan praktikum ini pada tanggal 27 Maret 2015, pukul WIB, dan Tempat pelaksanaan praktikum ini adalah di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala - Banda Aceh.

5 3.2 Alat dan Bahan 1. Benih padi yang di analisa : Varietas Ciherang 2. Timbangan, pembagi tepat type Boerner, seed blower, Purity Desk, Cerra tester, Counter dan A.P.B. type 73-2A/B

6 3.2 Prosedur/ Langkah Kerja Adapun cara kerja praktikum ini adalah: Benih yang diterima dari produsen benih merupakan contoh pengujian : 1. Ditimbang berat contoh pengujian dengan timbangan 2. Contoh pengujian di Devide (dibagi) sampai diperoleh 100 gram 3. Di masukkan dalam Seed Blower setelah di devide selama 5 menit dengan kecepatan angin skala 3-3,5 untuk mendapatkan kotoran fisik. 4. Ditimbang kotoran fisis dengan timbangan halus, misalnya di peroleh a gram. 5. Dipisahkan kotoran varietas seperti batu, tanah, biji tanaman lain dan benih yang pecah. 6. Ditimbang dengan timbangan halus kotoran fisis yang berat, misalnya diperoleh b gram, dihitung dalam persen didapatkan persentase kotoran fisis = maka didapat persentase benih bersih fisis = c%. 7. kotoran varietas misalnya ada d butir, di timbang e gram. Di dapatkan kadar kotoran varietas. Benih bersih varietas = 100 f %. Jadi persentase benig bersih = IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Tabel 1. hasil pengamatan kadar air benih padi var. Ciherang No Ulangan/ Persentase Kadar Air Perlakuan ( % ) 1 I 11,7 % 2 II 11,4 % 3 III 12,3 % Total 35,4 % Rerata 11,8 %

7 Tabel 2. Berat Kotor Benih NO Komponen yang Berat ditimbang (Gram) 1 Kotoran fisis halus 3,2 2 Kotoran fisis kasar 3,5 3 Varietas Lain 2, Butir benih 2,9 Keterangan: 1. Berat Kotoran fisis halus = a 2. Berat Kotoran fisis kasar = b 3. Hasil Perhitungan Kotoran fisis = c 4. Jumlah Butir Kotoran Varietas / Spesies Lain = d 5. Berat Kotoran Varietas / Spesies Lain = e 6. Hasil Perhitungan Kotoran Varietas = f Persentase Kotoran fisis = Persentase benih bersih = (100 6,7 ) % = 93,3 % Persentase Spesies Lain = Jadi, Persentase benih bersih = (100 6,7 2,9 ) % = 90,4 % Daya kecambah benih = berat 25 butir benih x 40 = 2,9 x 40 = 116 butir 4.2 Pembahasan Uji kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, dan kotoran pada masa benih. Benih uji dipisahkan menjadi 3 komponen yaitu ;

8 1. Benih murni adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benih murni diantaranya adalah: a) Benih masak utuh b) Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak c) Benih yang telah berkecambah sebelum diuji d) Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud e) Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali 2. Benih varietas lain adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. 3. Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah: a) Benih dan bagian benih b) Benih tanpa kulit benih c) Benih yang terlihat bukan benih sejati d) Biji hampa tanpa lembaga pecahan benih 0,5 ukuran normal e) Cangkang benih ataupun batu Tahap selanjutnya adalah analisis kemurnian, setiap benih diidentifikasi satu persatu secara visual menggunakan purity desk bedasarkan penampakan morfologi. Setelah dilakukan analisis kemudian dilakukan penimbangan dengan menggunakan timbangan pada setiap komponen tersebut, yaitu benih tanaman lain/ varietas lain dan kotoran benih dipisahkan dimana kotoran benih yang dipisah yaitu kotoran fisis halus dan kasar, dimana berat dari benih varietas lain yang berupa terdapat benih jagung, kacang hijau dan lainnya,setelah ditimbang adalah 2,9 gr, sedangkan berat kotoran fisis yang berupa batu, pasir dan lainnya sebesar 3,2 gr, dan kotoran kasarnya 3,5 gr. Dengan adanya hasil penimbangan tiap komponen dapat di ketahui persentase benih, mulai dari berat fisis halus dan kasar dengan persentase sekitar 6,7%. Kemudian persentase fisis yang didapat dikurang 100 sehingga didapatkan hasil persentase benih bersih sekitar 93,3 %.Setelah itu,dipisahkan lagi hal yang terdapat pada benih selanjutnya,yaitu spesies atau varietas lain.varietas lain yang didapatkan memiliki berat sekitar 2,9 gram.selanjutnya dicari perhitungan persentase varietas lain dan hasil yang di dapat adalah 2,9 %. Dan didapatkan persentase benih dari 93,3 % menjadi 90,4 %.

9 Sehingga dengan adanya hasil tersebut akan di dapatkan seberapa benih murni yang ada pada benih padi varietas ciherang. Benih yang murni merupakan benih yang tidak rusak dan tidak berpenyakit. Benih varietas lain merupakan benih yang jenisnya tidak sama, misalnya benih padi dengan benih kacang hijau atau jagung. Kotoran atau benda mati merupakan bagian dari sejumlah benih yang sedang diuji yang tidak berupa benih, melainkan benda-benda mati yang hanya mengotori benih, seperti misalnya kerikil, gumpalan tanah, sekam serta bentuk-bentuk lain yang menyerupai benih dan gulma serta benih yang rusak atau pecah dan terkena penyakit. Benih yang memiliki kemurnian yang tinggi merupakan salah satu takaran atau ukuran untuk menjadi benih bersertifikat. Oleh karena itu pengujian kemurnian benih dilakukan untuk menentukan komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok benih identitas dari berbagai spesies benih dan partikel-partikel lain yang terdapat dalam benih. V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Manfaat kemurnian benih untuk menjaga kualitas benih dan mengetahui presentase kemurnian benih. 2. Benih yang murni merupakan benih yang tidak rusak dan tidak berpenyakit. Hasil presentase benih murni kedelai sebesar 90,4 %. 3. Benih varietas lain merupakan benih yang jenisnya tidak sama. Hasil presentasi benih varietas lain (kacang hijau dan jagung) sebesar 2,9 %. 4. Kotoran benih merupakan bagian dari sejumlah benih yang sedang diuji yang tidak berupa benih atau benih yang rusak atau pecah dan terkena penyakit ataupun batu. Hasil presentase kotoran benih sebesar 6,7 %. 5.2 Saran

10 Praktikan diharapkan memperhatikan pada saat pengarahan, dan mengurangi keributan dalam praktikum agar pengamatan yang dilakukan berjalan dengan lancar dan dapat memperoleh hasil yang akurat. DAFTAR PUSTAKA Justice, Oren L. dan Louis N. B Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali Press. Jakarta. Kamil, J Teknologi Benih 1 cetakan ke 10. Angkasa Raya, Padang. Kartasapoetra, A. G Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta. Kuswanto, H Analisis Benih. Andi, Yogyakarta. Rasaha, C.A., dkk Refleksi Pertanian. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Sutopo, L Teknologi Benih cetakan ke empat. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta. kemurnian benih I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

11 Sertifikasi benih bertujuan memelihara kemurnian dan mutu benih dari varietas unggul, serta menyediakan benih secara kontinyu kepada petani.kegiatan pengujian meliputi : 1. Pengujian lapangan. 2. Pengujian alat-alat pengolahan benih, cara-cara dan tempat penyimpanan benih. 3. Pengujian benih di laboratorium. Kemurnian benih merupakan salah satu pengujian yang dilakukan untuk menyediakan benih yang masih mempunyai tingkat kemurnian tinggi, yaitu tidak tercampur dengan varietas lain, kotoran maupun benih yang rusak. Kemurnian benih sangat penting dilakukan terutama dalam menjaga kualitas suatu varietas unggul. Pada prinsipnya, pengujian kemurnian benih di laboratorium merupakan secara fisik/berdasarkan indentitas fisik yang telah ditetapkan dengan jalan memisahkan contoh kerja benih ke dalam komponen-komponen: benih murni, varietas lain, kotoran benih. Kemurnian benih dapat dilakukan secara manual dengan menyeleksi dari bahan atau varietas selain benih murni sehingga akan diperoleh kemurnian benih dari suatu varietas.. 2. Tujuan 1. untuk mengetahui komposisi dari contoh yang diuji yang akan mencerminkan komposisi kelompok benih dari mana contoh tersebut diambil dengan cara cara yang sudah ditetapkan. 2. Menganalisa macam-macam jenis/kultivar/varietas dan kotoran benih pada contoh tersebut dengan indentitas yang telah ditetapkan

12 II. TINJAUAN PUSTAKA Tujuan utama dari analisa kemurnian benih adalah untuk menentukan komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok benih dan untuk mengidentifikasi dari berbagai species benih dan partikel-partikel lain yang terdapat dalam suatu benih. (Kartasapoetra, 1986). Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. (Sutopo, 1984). Dalam pengertian benih murni termasuk semua varietas dari species yang dinyatakan berdasarkan penemuan dengan uji laboratorium. Kategori benih murni dari suatu species adalah benih masak dan utuh, benih yang berukuran kecil, mengerut tidak masak, benih yang telah berkecambah sebelum diuji dan pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke dalam species yang dimaksud. (Justice, 1990) Beda antara hasil ulangan pertama dan kedua tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah dari 5%. Setiap komponen ditimbang lalu ditotal, dimana berat total seharusnya dengan berat mula-mula keseluruhan contoh uji untuk kemurnian tetapi bisa kurang. Persentase dari setiap komponen didapatkan dari berat masing-masing komponen dibagi berat total kali 100%. Hasilnya ditulis dalam dua desimal atau dua angka di belakang koma. (Kartasapoetra, 1986). Benih species lain, komponen ini mencakup semua benih dari tanaman pertanian yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. Bahan lain atau kotoran, termasuk semua pecahan benih yang tidak memenuhi persyaratan baik dari komponen benih murni, benih species lain maupun benih gulma, partikel-partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan bagian-bagian tanaman seperti ranting dan daun. (Sutopo, 1984)

13 III. METODE PRAKTIKUM 1. Bahan 1. Benih padi 2. Benih kedelai hitam (Glycine max) 3. Benih Kedelai hijau (Glycine max) 4. Kotoran benih 2. Alat 1. Meja pemurnian 2. Timbangan analitik 3. Prosedur Kerja 1. Diambil contoh kerja dari benih yang ada dengan cara pengurangan memakai pembagi benih, sehingga diperoleh berat benih yang diinginkan dan timbangannya. 2. Disediakan alat-alat yang diperlukan. 3. Diperiksa contoh kerja sedikit demi sedikit diatas meja pemurnian dengan teliti (ingat waktu identifikasi biji) dan dipisahkan ke dalam komponenkomponen : benih murni, biji tanaman/ varietas lain, biji gulma dan kotoran benih.

14 4. Dihitung persentase berat komponen-komponen tersebut terhadap berat contoh benih. Persentase benih murni adalah (100 % - jumlah persentase komponen-komponen). 5. Hasil perhitungan diisikan dalam tabel IV. HASIL PENGAMATAN No conto h kerja Berat komponen presentase BA BM VL KB BM VL KB A % 13.5% 1.29% A5 A % 83.52% % % 1.56% 0.57% X 84.71% % 1.14%

15 2.8 VL = X 100 % = 15.91% KB = X 100% = 0.57% 17 BM = 100% - (15.91% 0.57%) = 83.52%

16 V. PEMBAHASAN Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut (Qamara,,1990): 1. Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benih murni diantaranya adalah : 1. Benih masak utuh 2. Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak 3. Benih yang telah berkecambah sebelum diuji 4. Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud 5. Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali b) Benih varian lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. ( kedelai hitam dan kedelai hijau) c) Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah: 1. Benih dan bagian benih 2. Benih tanpa kulit benih

17 3. Benih yang terlihat bukan benih sejati 4. Bijihampa tanpa lembaga pecahan benih 0,5 ukuran normal 5. Cangkang benih 6. Kulit benih 7. Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll. Kemurnian benih merupakan salah satu pengujian yang dilakukan untuk menyediakan benih yang masih mempunyai tingkat kemurnian tinggi.berdasarkan praktikum yang telah dilakukan benih murni diperoleh sebesar %, sehingga bisa dikatakan varietas kedelai yang diuji cukup baik dilihat dari kemurnian benihnya., sedang yang bervarietas lain merupakan benih dari tanaman sejenis yang varietasnya berbeda,yaitu benih kedelai hitam dan kedelai hijau Berdasarkan praktikum yang dilakukan benih varietas lain sebesar %. Kotoran atau benda mati merupakan bagian dari sejumlah benih yang sedang diuji yang tidak berupa benih, melainkan benda-benda mati yang hanya mengotori benih, seperti misalnya kerikil, gumpalan tanah, sekam serta bentuk-bentuk lain yang menyerupai benih dan gulma.berdasarkan praktikum yang dilakukan kotoran benih hanya terdapat sebesar 0.57 %, sehingga dikatakan cukup baik karena tidak banyak kotoran yang masuk ke dalam benih. Dalam pelaksanaan pengujian kemurnian ini dimana komponen-komponen telah berhasil dipisah-pisahkan, yang merupakan hasil-hasil uji benih murni, varietas lain dan benda-benda mati atau kotoran, selanjutnya masing-masing harus ditimbang dengan seksama dengan contoh kerja dalam satuan gram, dengan memperhatikan ketentuan perhitungan sebagai berikut: karena dalam praktikum ini praktikan menggunakan benih 17.6 gram maka setelah menghitung persentase berat dari varietas lain dan kotoran kemudian dibandingkan dengan jumlahnya terhadap berat asli maka hasil uji komponen benih murni tidak perlu ditimbang, dianggap 100%, perhitungan selanjutnya 100% minus persentase berat varietas lain dan kotoran.

18 diantaranya Kemurnian benih perlu dilakukan karena mempunyai beberapa manfaat 1. Menjaga kualitas benih terutama varietas unggul. 2. Mengetahui persentase kemurnian benih dari suatu varietas VI. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan 1. Kemurnian benih merupakan salah satu pengujian yang dilakukan untuk menyediakan benih yang masih mempunyai tingkat kemurnian tinggi. 2. Kemurnian benih pada praktikum yang dilakukan sebesar % Varietas lain 15.91%, kotoran benih 0.57% 3. Kemurnian benih dilakukan dengan memisahkan dari varietas lain maupun kotoran. 2. Saran Varietas yang digunakan sebaiknya lebih beragam misalnya padi, jagung, kacang tanah sehingga kemurnian benih dari varietas lain juga bisa diketahui.

19 DAFTAR PUSTAKA Justice, Oren L. dan Louis N. B Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. CV. Rajawali, Jakarta. Kamil, J Teknologi Benih. Penerbit Angkasa, Bandung. Kartasapoetra, A. G Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntutan Praktikum. Bina Aksara, Jakarta.

20 Qamara, M dan Asep, S Pengantar Produksi Benih. CV. Rajawali, Jakarta. Sutopo, L Teknologi Benih. Penerbit CV. Rajawali, Jakarta. Laporan praktikum Pengujian Kemurnian Benih Smangat Acara I Pengujian Kemurnian Benih

21 Oleh: Nama : Kustam NIM : A1L Kelas : Agroteknologi P KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah kita ketahui bersama bahwa benih mempunyai peranan penting dalam produksi pertanian. Oleh karena itu

22 diperlukan adanya usaha untuk melakukan pengujian benih agar diperoleh benih yang berkualitas. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan konsumen, dalam hal ini adalah petani mengalami kerugian. Pengujian benih untuk mendapatkan benih bermutu tinggi diperlukan karena walaupun pertumbuhan dari suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan, namun pada umumnya benih bermutu tinggi akan memberikan hasil produksi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan benih bermutu rendah. Oleh sebab itu usaha pengembangan dan pengadaan benih bermutu tinggi sangat penting dan harus sampai pada petani tepat pada waktu yang dibutuhkan. Selain itu pemakaian benih bermutu tinggi adalah cara yang paling mudah diantara sekian banyak teknikteknik untuk meningkatkan hasil tanaman. Pengujian benih ini dilakukan untuk menetapkan nilai setiap contoh benih yang diuji sehingga akan diketahui bagaimana keadaan faktor kualitas benihnya. Faktor kualitas benih ditentukan oleh persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, gaya berkecambah atau daya tumbuh benih. Ternyata usaha pengujian benih ini telah dilaksanakan sejak zaman nenek moyang kita, walaupun hasilnya kurang memuaskan tetapi berhasil menyelamatkan usaha taninya. Pengujian yang mereka laksanakan biasanya menggunakan perasaan, melihat, meraba, mencium, dan menggigit benih-benih tersebut, dengan patokanpatokan tradisional. Hasil dari usaha pengujian-pengujian benih yang mereka lakukan adalah mereka dapat mempertahankan kelangsungan usaha taninya, serta mencukupi kebutuhan pangan masyarakat dalam jangka waktu panjang (beratus-ratus tahun). B. Tujuan Mahasiswa dapat melakukan pengujian kemurnian benih secara fisik.

23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Uji kemurnian benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan. Benih murni yang diperoleh itu baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yaitu presentase kadar air dan viabilitas benih. Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin diperoleh adalah nilai dari benih murni, bukan dari benih campuran (Kuswanto, 1997). Di Indonesia telah ada peraturan pemerintah tentang pelaksanaan pengujian kualitas benih. Peraturan inilah yang kemudian menjadi acuan bagi pihak manapun yang melakukan pengujian benih dan ingin hasil dari pengujiannya mendapatkan pengakuan secara nasional. Peraturan pemerintah tersebut adalah (Badan Standardisasi Nasional, 2003): 1. Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1995 tentang perbenihan. 2. Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000 tentang standardisasi nasional. 3. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 170/Kpts/OT.210/3/2002 tentang pelaksanaan Standardisasi Nasional di bidang pertanian. 4. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 803/Kpts/OT.210/7/1997 tentang sertifikasi dan pengawasan mutu benih bina. Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor fisik. Menurut Kartasapoetra (1992), faktor-faktor genetik adalah benih yang berasal dari varietasvarietas yang memiliki genotipe yang baik seperti hasil produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik, atau tahan terhadap cekaman abiotik. Faktor fisik adalah benih bermutu tinggi dengan kemurnian yang tinggi, daya kecambah yang tinggi, bebasa dari kotoran dan benih rerumputan serat bebas dari

24 hama dan penyakit, serta kadar air benih yang rendah (Kamil, 1986). Menurut Kamil (1986) program pengembangan perbenihan yang terarah pada dasarnya harus diarahkan kepada dua bidang, yaitu : 1. Pengadaan dan pengaturan penyaluran benih bermutu tinggi yang murni sifat genetiknya dan tepat waktunya sampai pada petani dengan jumlah yang cukup sehingga kebutuhan petani akan benih unggul dapat terpenuhi. 2. Pengontrolan dan meningkatkan mutu (quality control) dan kemurnian hasil (benih). Jika hasil pengujian kemurnian benih menunjukan persentase yang tinggi sekali, maka working sample untuk pengujian kadar air dan viabilitas benih dapat diambilkan dari submited sample (Kuswanto, 1997). Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. (Sutopo, 1984) Tujuan utama dari analisa kemurnian benih adalah untuk menentukan komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok benih dan untuk mengidentifikasi dari berbagai species benih dan partikel-partikel lain yang terdapat dalam suatu benih. Untuk analisa kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 4 komponen yaitu benih murni, benih species lain, benih gulma dan bahan lain atau kotoran. (Kartasapoetra, 1986) Dalam pengertian benih murni termasuk semua varietas dari species yang dinyatakan berdasarkan penemuan dengan uji laboratorium. Yang termasuk ke dalam kategori benih murni dari suatu species adalah benih masak dan utuh, benih yang berukuran kecil, mengerut tidak masak, benih yang telah

25 berkecambah sebelum diuji dan pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke dalam species yang dimaksud. (Justice, 1990) Benih species lain, komponen ini mencakup semua benih dari tanaman pertanian yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. Benih gulma mencakup semua benih ataupun bagian vegetatif tanaman yang termasuk dalam kategori gulma. Juga pecahan gulma yang berukuran setengah atau kurang dari setengah ukuran yang sesungguhnya tetapi masih mempunyai embrio. Bahan lain atau kotoran, termasuk semua pecahan benih yang tidak memenuhi persyaratan baik dari komponen benih murni, benih species lain maupun benih gulma, partikel-partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan bagianbagian tanaman seperti ranting dan daun. (Sutopo, 1984)

26

27 BAB III METODE PRAKTIKUM A. Bahan Bahan yang digunakan, antara lain: biji kedelai. Alat yang digunakan, antara lain: timbangan analitik, pinset, petridish, kertas, kalkulator, magnifier, alat tulis, dan lembar pengamatan. B. Prosedur kerja 1. Diambil contoh kerja dari benih yangada dengan cara pengurangan dengan memakai pembagi benih sehingga diperoleh berat benih yang diinginkan dan ditimbang. 2. Disediakan alat-alat yang diperlukan. 3. Diperiksalah contoj kerja sedikit demi sedikit di atas meja pemurnian dengan teliti (diingat waktu identifikasi biji) dan dipisahkan ke dalam komponen-komponen: benih murni, biji tanaman atau varietas lain, biji gulma, dan kotoran benih. 4. Dihitung persentase berat komponen-komponen tersebut terhadap berat contoh benih. Persentase benih murni adalah = 100% jumlah presentase komponen komponen)

28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan ACARA 1.PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH Berat perlakuan persentase VL(gr) KB(gr) BM (%) UL (%) Kb (%) 7,1 1,1 72,57 23,74 3,8 Pengamatan ( 1 minggu ) / di foto Tinggi tanaman Jumlah daun Warna daun Kecepatan berkecambah Persentase perkecambahan %VL = berat VL x 100% = 7,1 x 100% = 23,74% Jumlah total 29,9 %KB = berat KB x 100% = 1,1 x 100% = 3,68% Jumlah total 29,9 %BM = berat BM x 100% = 21,7 x 100% = 72,57% Jumlah total 29,9 Jumlah total persentase perkecambahan 3,68% + 23,74% + 72,57% = 99,99%

29 B. Pembahasan Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. ( Sutopo, 1998): 1) benih murni, 2) varietas lain, 3) kotoran benih Benih murni Benih murni adalah segala macam biji-bijian yang merupaka jenis/spesies yang sedang diuji. Termasuk dalam kategori: a. Benih masak dan utuh b. Benih yang berukuran kecil, mengkerut dan tidak masak c. Benih yang telah berkecambah sebelum diuji d. Pecahan/potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke dalam spesies yang dimaksud e. Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali. Benih Tanaman Lain Yang termasuk benih tanaman lain adalah benih jenis lain yang ikut tercampur dalam contoh & tidak dimaksudkan untuk diuji. Dalam hal ini beenih tanaman/varietas lain adalah benih dari semua dan/atau varietas tanaman pertanian yang tidak termasuk atau jenis varietas yang namanya tercantum pada label kemasan. Kotoran Benih

30 Kotoran benih adalah benih dan bagian dari benih serta bahan/material lain yang ukan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Dalam hal ini termasuk benih tanpa kulit benih, benih yang terlihat bukan benih sejati, biji hampa tanpa lembaga, pecahan benih ½ ukuran normal, cangkang benih, kulit benih, sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai dan lain-lain. Menurut Kuswanto (1997) prosedur pengujian kemurnian benih adalah sebagai berikut: 1. pengambilan working sample; 2. penimbangan working sample; 3. komponen-komponen yang ada dipisahkan; 4. timbang masing-masing komponen; 5. masingmasing komponen dihitung dalam persen kecuali pure pellet; dan 6. komponen-komponen yang ada diidentifikasi dan diberi tanda. Hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan pada praktikum yang telah dilaksanakan.

31 Gb. Skema analisis pengujian kemurnian benih Analisa kemurnian benih mengharuskan pemisahan menjadi empat komponen sebagai berikut: benih murni, benih varietas lain, dan kotoran benih. Tujuan dari uji kemurnian benih adalah (Kuswanto,1997) 1. Melindungi konsumen dan memberikan informasi kepada konsumen tentang komposisi benih. Pengguna benih tentunya menginginkan agar benih yang dibelinya adalah benar-benar benih dengan sifat yang sesuai dengan yang tercantum pada sertifikatnya. Kesesuaian ini sangat penting karena dapat mempengaruhi jumlah benih yang dibutuhkan, keragaman tanaman di lahan, pengelolaan dan kualitas hasil panen. Selain itu, konsumen pengguna benih perlu mengetahui apa saja yang tercampur dalam benih yang akan dipakai untuk usaha taninya. 2. Mengetahui macam spesies atau varietas lain yang tercampur dalam benih. Jika benih tercampur dengan biji dari spesies yang sama tetapi varietasnya berbeda maka hal itu akan menyulitkan penangkar benih pada waktu melakukan roguing, karena perbedaan kadang-kadang sangat sedikit dan sukar dipilih sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya polusi kromosom. Seringkali hal itu dapat menjadi sumber penyakit. 3. Untuk menentukan apakah presentase kemurnian benih dapat melampaui syarat yang ditentukan oleh peraturan pemerintah untuk kelas benih tertentu sehingga benih tersebut dapat memperoleh sertifikat.

32 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. 2. Pengujian kemurnian benih merupakan suatu proses atau kegiatan yang berfungsi untuk menelaah kepositifan fisik komponen komponen pada benih. 3. Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari suatu jenisatau kelompokbenih. Data dan informasi mengenai benih yangdiuji tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun konsumen benih. Hal ini dilandasi oleh kerena konsumen dapatmemperoleh keterjaminan mengenai benih yang akan digunakan. B. Saran 1. Kriteria benih murni, benih tanaman/varietas lain dan kotoran benih harus ditentukan dengan jelas. Apabila kriteria tidak ditentukan dengan jelas maka akan terjadi kesalahan pada proses seleksi dan akan mempengaruhi hasil dari uji kemurnian fisik benih 2. Proses seleksi pada benih berukura kecil sangat sulit. Apabila contoh kirim yang ditetapkan terlalu banyak akan menyita banyak waktu pada proses seleksi.

33 DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional Benih Padi-Bagian 1: Kelas Benih Penjenis. file=standard-mutu/standard-nasional- indonesia/sni_horti/benih/old/sni pdf&folder=mutu-standardisasi. Diakses pada tanggal 11 Juni Justice, O.L., dan Louis, N.B Prinsip Dan Praktek Penyimpanan Benih Rajawali. Jakarta. Kamil, J TEKNOLOGI BENIH 1 cetakan ke 10. Angkasa Raya, Padang. Kartasapoetra, A.G Teknologi Benih: Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta, Jakarta. Kuswanto, H Analisis Benih. Andi, Yogyakarta. Sutopo, L Teknologi Benih cetakan ke empat. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Laporan Teknologi Benih Acara 6 Pengujian Mutu Fisik Benih LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH ACARA 6 PENGUJIAN MUTU FISIK BENIH

34 Disusun Oleh : Nama NPM Prodi Hari, Jam Co-ass : Putri Mian Hairani : E1J : Agroekoteknologi : Selasa, WIB : Claudia Sitompul Laboratorium Agronomi

35 Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Benih merupakan sarana produksi yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan budidaya tanaman perkebunan. Penggunaan bahan tanam bermutu merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan pertanaman. Petani sering mengalami kerugian yang sangat besar baik dari segi biaya maupun waktu yang berharga akibat dari penggunaan benih yang tidak bermutu atau tidak jelas asal-usulnya. Kesalahan dalam penggunaan bahan tanam akan mengakibatkan kerugian jangka panjang. Penggunaan bibit bermutu merupakan salah satu kunci untuk mendapatkan pertanaman yang mampu memberikan hasil yang memuaskan. Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut. Tujuan utama dari analisa kemurnian benih adalah untuk menentukan komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok benih dan untuk mengidentifikasi dari berbagai species benih dan partikel-partikel lain yang terdapat dalam suatu benih. Untuk analisa kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 4 komponen yaitu benih murni, benih species lain, benih gulma dan bahan lain atau kotoran. 1.2 Tujuan

36 Mahasiswa mampu mengetahui komposisi contoh kerja, kemurnian dan identitasnya yang akan mencerminkan komposisi lot benih yang didasarkan pada berat komponen pengujian. Mahasiswa mampu memisahkan contoh kerja benih menjadi komponen benih murni, biji tanaman lain, dan kotoran (inert matter) BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kepastian mutu suatu kelompok benih yang diedarkan dan digunakan untuk penanaman sangat diperlukan untuk menjamin baik pengguna, pengedar, maupun pengada. Aspek legal dari mutu benih ini memerlukan perangkat berupa metode pengujian yang standar. Standar metode pengujian mutu benih yang ada selama ini mengacu pada ketentuan Internasional Seed Testing Association (ISTA) sehingga diperoleh sertifikasi benih yang bertujuan memelihara kemurnian dan mutu benih dari varietas unggul, serta menyediakan benih secara kontinyu kepada petani. Sebagai langkah pertama dalam pengujian mutu benih adalah menyediakan contoh benih yang dapat dianggap seragam dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh ISTA. Tujuan penarikan contoh adalah untuk mendapatkan contoh benih yang mewakili kelompok benih dalam jumlah yang cukup untuk keperluan pengujian mutu benih. Pada prinsipnya, pengambilan contoh dilakukan dari beberapa bagian dari suatu kelompok benih yang kemudian dicampur menjadi satu. Penarikan contoh dilakukan dengan mengambil benih dari berbagai sudut pada wadah terpilih dalam jumlah yang sama. Pengujian benih di laboratorium bertujuan untuk mendapatkan keterangan tentang multi suatu benih digunakan untuk keperluan penanaman (Darutiyastireni, 2010). Kemurnian benih merupakan salah satu pengujian yang dilakukan untuk menyediakan benih yang masih mempunyai tingkat kemurnian tinggi, yaitu tidak tercampur dengan varietas lain, kotoran maupun benih yang rusak. Kemurnian benih sangat penting dilakukan terutama dalam menjaga kualitas suatu varietas unggul (Annas S, 2011). Dalam pengertian benih murni termasuk semua varietas dari species yang dinyatakan berdasarkan penemuan dengan uji laboratorium. Yang termasuk ke dalam kategori benih murni dari suatu species adalah benih masak dan utuh, benih yang berukuran kecil, mengerut tidak masak, benih yang telah berkecambah sebelum diuji dan

37 pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke dalam species yang dimaksud. Pemurnian benih tidak dapat dilakukan dengan sembarangan karena masing-masing kelompok benih mempunyai masalahyang harus dianalisis dan dipecahkan dengan menggunakan perangkat mesin dengan cara yang benar.untuk benih yang sedikit pengayakan dapat dilakukantetapi pada benih yang banyak harus dilakukan dengan mesin penampi. Ketika dibersihkan, benih dipisahkan dari kontaminan, tanah,debu, dan sekam dan benih yang inferior (diluar ukuran lazim,keriput, retak-retak,dan berpenyakit) (Anonim, 2010). Kemurnian benih adalah tingkatan kebersihan benih dari materimateri non benih/serasah, atau benih varietas lain yang tidak diharapkan. Biasanya kemurnian benih dinyatakan dalam persentase (%). Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut : a. Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benihmurni diantaranya adalah : Benih masak utuh Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak Benih yang telah berkecambah sebelum diuji Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya. Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali b. Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. c. Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah: Benih dan bagian benih Benih tanpa kulit benih Benih yang terlihat bukan benih sejati Biji hampa tanpa lembaga pecahan benih = 0,5 ukuran normal Cangkang benih, kulit benih, bahan lain, sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll (Nasrudinb,2009). Pengujian benih sangat berperan penting, terujinya benih berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam pelaksanaan usaha taninya. Selain itu benih yang baik atau unggul ditunjang dengan kultur teknik yang mantap, akan dapat meningkatkan berbagai produk pertanian (Kartasapoetra, 2003).

38 BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan Alat : Alat tulis dan kertas, timbangan digital Bahan: Benih jagung 50 gr, benih padi 50 gr, benih tomat, dan benih cabai 3.2 Cara Kerja 1. Mengambil contoh kerja dan menimbang berat awalnya 2. Memisahkan komponen-komponen analisis kemurnian menjadi benih murni, biji tanaman lain, dan kotoran dengan kriteria sebagai berikut: Benih murni a. Kacang-kacangan: Benih utuh dengan selaput (kulit) benih utuh Pecahan benih > ½ ukuran asli dengan selaput melekat b. Padi: Meliputi spikelet, floret, kariopsis utuh Pecahan kaliopsis > ½ ukuran asli, tidak termasuk bulu yang panjangnya lebih dari panjang spikelet atau floret c. Jagung: Kaliopsis utuh Pecahan kaliopsis > ½ ukuran asli d. Biji tanaman lain: Semua biji yang tidak termasuk dengan spesies yang dimaksud (seharusnya < 5%) e. Kotoran Semua materi yang terdapat di dalam contoh kerja kemurnian akan tetapi tidak termasuk didalm kedua komponen sebelumnya seperti: jerami, sekam, debu, tanah, pecahan benih yang ukuirannya < ½ ukuran benih asli

39 3. Menimbang berat masing-masing komponen hasil pemisahan dengan menggunakan 1 angka desimal 4. Menghitung masing-masing komponen dengan rumus sebagai berikut: Benih murni (2%) = x 100% Biji tanaman lain (%) = x 100% Kotoran (%) = x 100% 5. Menjumlahkan semua berat masing-masing komponen untuk mendapatkan berat total setelah pengujian. Jika selisih antara berat awal dengan berat setelah pengujian > 6% maka pelaksanaan percobaan diulang

40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil PADI Bobot padi = 10 gr Bobot akhir = 10 gr Bobot murni = 10 gr Bobot kotoran = 0 gr Benih murni (2%) = x 100% = x 100% = 2 % Kotoran (%) = x 100%

41 = x 100% = 0 % JAGUNG Bobot jagung = 50 gr Bobot akhir = 50 gr Bobot murni = 21,6 gr Bobot kotoran = 28,4 gr Benih murni (2%) = x 100% Benih murni (2%) = x 100% = 0,86 % Kotoran (%) = x 100% = x 100% = 56,8 % TOMAT Bobot tomat = 1,4 gr Bobot akhir = 1,4 gr Bobot murni = 1,3 gr Bobot kotoran = 0,1 gr Benih murni (2%) = x 100% Benih murni (2%) = x 100% = 1,85 % Kotoran (%) = x 100%

42 = x 100% = 7,14 % CABAI Bobot cabai = 2,4 gr Bobot akhir = 2,4 gr Bobot murni = 2,3 gr Bobot kotoran = 0,1 gr Benih murni (2%) = x 100% Benih murni (2%) = x 100% = 1,9% Kotoran (%) = x 100% = x 100% = 4,16 % 4.2 Pembahasan Pengujian mutu benih merupakan salah satu bagian yang sangat penting dari suatu proses produksi benih selain pemeriksaan lapangan, penanganan hasil dan pelabelan. Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih.

43 Pengujian mutu benih meliputi : pengujian mutu genetik, pengujian mutu fisik dan pengujian mutu fisiologis. Pengujian mutu genetik bertujuan untuk mengetahui kebenaran jenis atau klon, pengujian mutu fisik yaitu mengenai kebersihan fisik benih dan pengujian mutu fisiologis meliputi viabilitas (daya hidup),daya kecambah dan kesegaran benih. Dari pengamatan yang dilakukan, sampel benih yang diambil memiliki persentase kemurnian yaitu, padi 2% dengan kotoran 0%. Kemudian jagung kemurnian 0,86% dengan kotoran 56,8%. Selanjutnya benih tomat 1,85% dengan kotoran 7,14%. Dan yang terakhir benih cabai kemurnian 1,9% dengan kotoran 4,16%. Dari keseluruhan sampel benih, kotoran yang adalah meliputi bubuk putih, pasir, dan sisa plasenta dari benih seperti cabai dan tomat. Untuk adanya benih lain, tidak ditemukan. Semakin baik mutu fisik benih, akan berpengaruh pada semakin baik muru genetis dan fisiologis. Sebab murni benih tersebut, maka daya kecambah dan campuran dari benih lain juga sedikit, sehingga karakter benih terjaga dan tumbuh dilapangan dengan optimal. 1.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP

44 Pengujian mutu benih merupakan salah satu bagian yang sangat penting dari suatu proses produksi benih selain pemeriksaan lapangan, penanganan hasil dan pelabelan. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Pengujian mutu benih meliputi : pengujian mutu genetik, pengujian mutu fisik dan pengujian mutu fisiologis. Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. Komponen suatu benih terdiri dari benih murni,kotoran benih dan varietas lain. 1.2 Saran Diharapkan sarana dan prasarana praktikum mengalami kemajuan yang lebih baik dari tahun sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA

45 Annas Saputra, 2011, Kemurnian Benih, /2011/06/kemurnianbenih.html, di akses pada tanggal 28 Maret Anonima, 2010, Kemurnian Benih, kemurnianbenih.html, di akses pada tanggal 28 Maret Darutiyastireni, 2010, Pengujian kemurnian benih, di akses pada tanggal 28 Maret Kartasapoetra, Ance G Teknologi Benih. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta pengambilan- Nasrudinb, 2009, Kemurnian Benih, contoh-benih.html, di akses pada tanggal 28 Maret 2014.

PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH DAN PENETAPAN BOBOT 1000 BUTIR BENIH

PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH DAN PENETAPAN BOBOT 1000 BUTIR BENIH PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH DAN PENETAPAN BOBOT 1000 BUTIR BENIH Pengujian kemurnian benih merupakan pengujian untuk menghasilkan benih berkualitas tinggi secara fisik, selain itu digunakan juga untuk mengetahui

Lebih terperinci

MATERI 5. UJI MUTU FISIK DAN KADAR AIR BENIH

MATERI 5. UJI MUTU FISIK DAN KADAR AIR BENIH MATERI 5. UJI MUTU FISIK DAN KADAR AIR BENIH PENDAHULUAN Uji mutu Fisik benih merupakan pengujian yang meliputi uji kemurnian, uji bobot 1000 butir benih. Uji kemurnian Benih Pengujian kemurnian benih

Lebih terperinci

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) Standar Nasional Indonesia Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH (BA-2203) PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH PADI DAN PENETAPAN BOBOT 1000 BENIH PADI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH (BA-2203) PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH PADI DAN PENETAPAN BOBOT 1000 BENIH PADI LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH (BA-2203) PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH PADI DAN PENETAPAN BOBOT 1000 BENIH PADI Tanggal Praktikum : 29 Januari 2016 Tanggal Pengumpulan : 5 Februari 2016 Disusun oleh: Angela

Lebih terperinci

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) Standar Nasional Indonesia Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang

Lebih terperinci

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) Standar Nasional Indonesia Benih panili (Vanilla planifolia Andrews) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3

Lebih terperinci

I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH

I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH Satriyas Ilyas 1.1. Program Sertifikasi Produksi benih memerrlukan jaminan dari pihak ketiga sehingga lahirlah program sertifikasi benih. Sertifikasi benih adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor pembatas produksi benih adalah tejadinya kemunduran benih selama penyimpanan. Kemunduran benih ini dapat menyebabkan berkurangnya benih berkualitas

Lebih terperinci

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih.

Tahapan di Pertanaman. Tahapan Pasca Panen. Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam. Pengawasan Pengolahan Benih. Tahapan di Pertanaman Permohonan oleh Penangkar Benih 10 hari sebelum tanam Tahapan Pasca Panen Pengawasan Pengolahan Benih 5-7 hari Pemeriksaan Dokumen 1 hari Pembuatan Kelompok Benih Pengawas Benih dan

Lebih terperinci

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENETAPAN BERAT 1000 BUTIR DALAM MENGETAHUI KUALITAS BENIH TANAMAN PERKEBUNAN. Oleh:

PENTINGNYA PENETAPAN BERAT 1000 BUTIR DALAM MENGETAHUI KUALITAS BENIH TANAMAN PERKEBUNAN. Oleh: PENTINGNYA PENETAPAN BERAT 1000 BUTIR DALAM MENGETAHUI KUALITAS BENIH TANAMAN PERKEBUNAN Oleh: Diana Kustantini, SP / PBT Ahli Pertama Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PERATURAN JAKARTA DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Nomor : P. 04 /V-PTH/2007 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang berasal dari biji, contohnya yaitu padi. Dalam Al-Qur'an telah

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang berasal dari biji, contohnya yaitu padi. Dalam Al-Qur'an telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biji merupakan sumber makanan yang penting bagi hewan dan manusia. Diantara divisi Angiospermae, family Poaceae paling banyak menghasilkan pangan yang berasal dari

Lebih terperinci

Benih lada (Piper nigrum L)

Benih lada (Piper nigrum L) Standar Nasional Indonesia Benih lada (Piper nigrum L) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Syarat mutu...

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 10 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI A. DEFINISI Benih

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SORTASI BENIH, UJI VIABILITAS DAN UJI VIGOR BENIH

LAPORAN PRAKTIKUM SORTASI BENIH, UJI VIABILITAS DAN UJI VIGOR BENIH LAPORAN PRAKTIKUM SORTASI BENIH, UJI VIABILITAS DAN UJI VIGOR BENIH Oleh : Golongan A/Kelompok 6B 1. Kizah Musdalifah 161510501012 2. Ulin Nuha Soraya 161510501210 LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH PROGRAM

Lebih terperinci

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH PENGUJIAN KADAR AIR BENIH A. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Benih merupakan material yang bersifat higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 44 TAHUN 1995 (44/1995) Tanggal : 30 DESEMBER 1995 (JAKARTA) Sumber : LN 1995/85; TLN NO.

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa benih tanaman merupakan salah satu sarana budidaya tanaman yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara agronomis benih didefinisikan sebagai biji tanaman yang diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara agronomis benih didefinisikan sebagai biji tanaman yang diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih merupakan biji yang digunakan sebagai sumber perbanyakan tanaman, atau berkaitan dengan perbanyakan tanaman. Batasan tentang pengertian benih dapat dibedakan

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN Siti Saniah dan Muharyono Balai Pengujian dan Sertifikasi Benih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya

Lebih terperinci

PENYIAPAN BENIH TANAMAN PADI

PENYIAPAN BENIH TANAMAN PADI PETUNJUK LAPANGAN Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENYIAPAN BENIH TANAMAN PADI 1 PENYIAPAN BENIH UNTUK PERBENIHAN PADI I. LATAR BELAKANG Benih padi bermutu tinggi sangat penting dalam suatu usahatani, karena

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH UJI MUTU BENIH

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH UJI MUTU BENIH LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH UJI MUTU BENIH Nama : Amul Heksa Bajafitri NIM : 125040201111131 Kelompok : Jumat 11.00 Asisten : Intan Ratri Prasundari PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas terpenting di dunia. Sebagai tanaman kacang-kacangan sumber protein dan lemak nabati,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh rangkaian program pertanian Indonesia pada masa Orde Baru diarahkan kepada swasembada beras. Cara utama untuk mencapai tujuan itu adalah dengan pemakaian varietas

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

PENENTUAN STADIA KEMASAKAN BUAH NANGKA TOAYA MELALUI KAJIAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BENIH ABSTRAK

PENENTUAN STADIA KEMASAKAN BUAH NANGKA TOAYA MELALUI KAJIAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BENIH ABSTRAK Media Litbang Sulteng 2 (1) : 56 61, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 PENENTUAN STADIA KEMASAKAN BUAH NANGKA TOAYA MELALUI KAJIAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BENIH Oleh : Enny Adelina 1) ABSTRAK Dalam penyediaan

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI

PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI A. Latar Belakang Dalam bercocok tanam pemilihan benih yang ditanam merupakan langkah pertama yang sangat penting, salah memilih benih

Lebih terperinci

1. Berdo alah menurut agama dan kepercayaan masing masing, sebelum mengerjakan

1. Berdo alah menurut agama dan kepercayaan masing masing, sebelum mengerjakan Bidang Lomba : Budidaya Tanaman Tema Lomba : Produksi Benih Tanaman Pangan Dan Hortikultura Bersertifikat Tanggal : 007 Waktu : 10 Menit PETUNJUK MENGERJAKAN SOAL : 1. Berdo alah menurut agama dan kepercayaan

Lebih terperinci

PROSEDUR SERTIFIKASI MUTU BENIH TANAMAN HUTAN

PROSEDUR SERTIFIKASI MUTU BENIH TANAMAN HUTAN LAMPIRAN 8 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.1/Menhut-II/2009 Tanggal : 6 Januari 2009 PROSEDUR SERTIFIKASI MUTU BENIH TANAMAN HUTAN A. Standar Mutu 1. Standar mutu benih terdiri dari : a. standar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih Produksi benih non hibrida meliputi : inbrida untuk tanaman menyerbuk sendiri bersari bebas/open bebas/open pollinated (OP) untuk tanaman menyerbuk silang Proses produksi lebih sederhana, karena hampir

Lebih terperinci

KAJIAN PENGUJIAN MUTU BENIH BUDSET TEBU G2 PADA MEDIA PASIR

KAJIAN PENGUJIAN MUTU BENIH BUDSET TEBU G2 PADA MEDIA PASIR KAJIAN PENGUJIAN MUTU BENIH BUDSET TEBU G2 PADA MEDIA PASIR Oleh :EkoPurdyaningsih, SP (PBT AhliMadya) BalaiBesarPerbenihan Dan ProteksiTanaman Perkebunan Surabaya I. PENDAHULUAN Berdasarkan Permentan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan konsumsi pangan juga ikut meningkat. Namun pada kenyataannya, produksi pangan yang dihasilkan

Lebih terperinci

PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU

PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU Diah Pratiwi, S.P., M.P PBT Pertama BBPPTP Surabaya PENDAHULUAN Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) merupakan salah satu tanaman rempah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT 225)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT 225) LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT 225) ACARA I PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH Oleh : Nama : Ahmad Syarif H NIM : A1L012055 Rombongan : B1 PJ Asisten :Ibnu Kosim Sutri utami KEMENTERIANPENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan

BAB I PENDAHULUAN. Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Secara agronomis biji merupakan hasil budidaya yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2015 KEMENTAN. Benih Bina. Produksi. Sertifikasi. Peredaran. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/Permentan/PK.110/11/2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA TANAMAN PANGAN DAN TANAMAN HIJAUAN PAKAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang sangat peting, selain padi dan gandum. Jagung juga berfungsi sebagai sumber makanan dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa sebagai penjabaran dari Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN PEMBERSIHAN, SORTASI, DAN GRADING BAHAN HASIL PERTANIAN. Oleh :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN PEMBERSIHAN, SORTASI, DAN GRADING BAHAN HASIL PERTANIAN. Oleh : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN PEMBERSIHAN, SORTASI, DAN GRADING BAHAN HASIL PERTANIAN Oleh : Nama : Wendi Irawan Dediarta NPM : 150310080137 Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 20 April

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini jenis penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya

Lebih terperinci

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada :

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada : SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH Disampaikan Pada : PELATIHAN AGRIBISNIS KEDELAI BERBASIS KAWASAN Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan, 25-31 Maret 2008 PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ROGUING DAN SORTASI PADA PROSES PRODUKSI BENIH RINGKASAN

ROGUING DAN SORTASI PADA PROSES PRODUKSI BENIH RINGKASAN ROGUING DAN SORTASI PADA PROSES PRODUKSI BENIH Suhartina, Gatut Wahyu Anggoro Susanto, dan Novita Nugrahaeni Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi E-mail: t_ina_suhartina@yahoo.com; nnugrahaeni@gmail.com

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Benih kapas. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Benih kapas. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Benih kapas ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Syarat mutu... 4 4 Pemeriksaan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH Faktor Genetik/ Internal Faktor Lingkungan/ Eksternal FAKTOR GENETIK Genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih. Mutu benih berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertumpu pada satu sumber karbohidrat yaitu beras, melemahkan ketahanan. pangan dan menghadapi kesulitan dalam pengadaanya.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertumpu pada satu sumber karbohidrat yaitu beras, melemahkan ketahanan. pangan dan menghadapi kesulitan dalam pengadaanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan beras sebagai bahan pangan utama Indonesia cenderung terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Menurut Suswono (2011),

Lebih terperinci

PENYIAPAN BENIH PADI

PENYIAPAN BENIH PADI PENYIAPAN BENIH PADI A.DEFINISI Penyiapan benih padi adalah proses menyediakan benih padi meliputi memilih varietas spesifik lokasi, seleksi benih, dan perlakuan benih B. TUJUAN Setelah berlatih peserta

Lebih terperinci

PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL (PTM) MUTU FISIK BENIH BEBERAPA KOMODITAS SAYURAN

PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL (PTM) MUTU FISIK BENIH BEBERAPA KOMODITAS SAYURAN No. 012, Juli 2016 (Tanggal diunggah 20 Juli 2016) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar PERSYARATAN

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH SNI 6128:2015 BERAS Ruang lingkup : SNI ini menetapkan ketentuan tentang persyaratan mutu, penandaan dan pengemasan semua jenis beras yang diperdagangkan untuk konsumsi.

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL J. Agrotek Tropika. ISSN 27-4 24 Jurnal Agrotek Tropika 1():24-251, 21 Vol. 1, No. : 24 251, September 21 PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH Ir. Yunizar, MS HP. 08527882006 Balai Pengkajian Teknologi Riau I. PENDAHULUAN Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian, juga menjadi pembawa perubahan

Lebih terperinci

Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi

Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi Zuyasna 1*), Chairunnas 2), Efendi 1) dan Arwin 3) 1) Program Studi Agroteknologi

Lebih terperinci

SERTIFIKASI BENIH DI SUSUN O L E H NAMA : ELRADHIE NOUR AMBIYA NPM : A

SERTIFIKASI BENIH DI SUSUN O L E H NAMA : ELRADHIE NOUR AMBIYA NPM : A SERTIFIKASI BENIH DI SUSUN O L E H NAMA : ELRADHIE NOUR AMBIYA NPM : A. 082003 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN YAYASAN PENDIDIKAN POLITEKNIK AGROINDUSTRI SUKAMANDI-SUBANG 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA Menimbang: a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

Lebih terperinci

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut. 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Pelaksanaan percobaan berlangsung di Kebun Percobaan dan Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil penentuan mutu biji kakao yang diperoleh dengan berdasarkan uji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil penentuan mutu biji kakao yang diperoleh dengan berdasarkan uji BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Dari hasil penentuan mutu biji kakao yang diperoleh dengan berdasarkan uji visual dan kadar air dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 2 hasil yang di dapat No Jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus mampu mengantisipasi persaingan ekonomi yang semakin ketat di segala bidang dengan menggali sektor-sektor yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 85, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3616) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai VARIETAS ANJASMORO KABA SINABUNG No. Galur MANSURIAV395-49-4 MSC 9524-IV-C-7 MSC 9526-IV-C-4 Asal Seleksi massa dari populasi Silang ganda 16 tetua Silang ganda

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2 PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2 1 Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine soya/ Glycine max L.) berasal dari Asia Tenggara dan telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah ditanam di negara tersebut dan

Lebih terperinci

PROSESSING BENIH. Bagian dari keseluruhan rangkaian teknologi benih dalam usaha memproduksi benih bermutu tinggi

PROSESSING BENIH. Bagian dari keseluruhan rangkaian teknologi benih dalam usaha memproduksi benih bermutu tinggi PROSESSING BENIH Bagian dari keseluruhan rangkaian teknologi benih dalam usaha memproduksi benih bermutu tinggi PENGUMPULAN PRA PEMBERSIHAN PEMBERSIHAN PEMILAHAN PENYIMPANAN PERLAKUAN PENGEMASAN PENYIMPANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.199, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Pemasukan. Pengeluaran. Benih Hortikultura. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang dan mencukupi kebutuhan pangan Indonesia memerlukan peningkatan produksi padi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1316/HK.150/C/12/2016

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1316/HK.150/C/12/2016 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1316/HK.150/C/12/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 355/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN

Lebih terperinci

TEKNIK SELEKSI DAN SORTASI BIJI UNTUK BIBIT JARAK PAGAR YANG BERKUAUTAS

TEKNIK SELEKSI DAN SORTASI BIJI UNTUK BIBIT JARAK PAGAR YANG BERKUAUTAS Workshop Pendirian Keblln Bibit Sumber. Demplot dan Feasibility Study untuk Perkebunari Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) TEKNIK SELEKSI DAN SORTASI BIJI UNTUK BIBIT JARAK PAGAR YANG BERKUAUTAS Dr. Ir.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L)

PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L) PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L) A. PENDAHULUAN Oleh : EKO PURDYANINGSIH(PBT Ahli Madya) Balai Besar Perbenihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi

I. PENDAHULUAN. Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi padi yang tinggi pula agar kebutuhan akan beras tersebut dapat terpenuhi. Menurut Badan Pusat

Lebih terperinci

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) I. PENDAHULUAN Plasma nutfah merupakan sumber daya alam keempat selain

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH FAPERTA UNSOED. Oleh : LABORATORIUM AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH FAPERTA UNSOED. Oleh : LABORATORIUM AGRONOMI DAN HORTIKULTURA PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH Oleh : LABORATORIUM AGRONOMI DAN HORTIKULTURA KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 85/Kpts-II/2001 Tentang : Perbenihan Tanaman Hutan

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 85/Kpts-II/2001 Tentang : Perbenihan Tanaman Hutan KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 85/Kpts-II/2001 Tentang : Perbenihan Tanaman Hutan MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 telah ditetapkan ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jagung Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, menurut Purwono dan Hartanto (2007), klasifikasi dan sistimatika tanaman

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.1176 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN KELAPA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi 1. Sejarah BPSB Jawa Tengah Awal BPSB II Tegalgondo Jawa Tengah didirikan oleh Hamengkubuwono X pada tahun 1920, yang mulanya merupakan

Lebih terperinci

Benih jambu mete (Anacardium occidentale L.)

Benih jambu mete (Anacardium occidentale L.) Standar Nasional Indonesia Benih jambu mete (Anacardium occidentale L.) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PERSIAPAN TANAM BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PERSIAPAN TANAM BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PERSIAPAN TANAM BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : Persiapan Tanam Tujuan berlatih:

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR AIR PADA BERBAGAI METODE PENGHANCURAN BENIH JARAK PAGAR. Abstract Ratri Kusumastuti, SP PBT Pertama BBPPTP Surabaya

PENETAPAN KADAR AIR PADA BERBAGAI METODE PENGHANCURAN BENIH JARAK PAGAR. Abstract Ratri Kusumastuti, SP PBT Pertama BBPPTP Surabaya PENETAPAN KADAR AIR PADA BERBAGAI METODE PENGHANCURAN BENIH JARAK PAGAR Abstract Ratri Kusumastuti, SP PBT Pertama BBPPTP Surabaya Kajian Penetapan Kadar Air Pada Berbagai Metode Penghancuran Benih Jarak

Lebih terperinci

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi yang dikenal sebagai sumber utama protein nabati yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci