IDENTIFIKASI RISIKO KONSULTAN PERENCANA JALAN DAN JEMBATAN (Studi Kasus : Morowali Utara)
|
|
- Ade Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : Buku 2 ISSN (E) : IDENTIFIKASI RISIKO KONSULTAN PERENCANA JALAN DAN JEMBATAN (Studi Kasus : Morowali Utara) Ajeng Listianti¹, Jane Sekarsari ² ¹ ² Program Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti ajeng.listianti@yahoo.com¹.tamtana.js@gmail.com² Abstrak Ada beberapa masalah utama yang sering dihadapi oleh para penyelenggara jalan dan jembatan yang terkait dengan proyek pembangunan jalan dan jembatan, baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Seperti kemampuan sumber daya manusia yang terbatas, fasilitas yang kurang menunjang, dan faktor faktor lainnya. Terlebih dalam perencanaan, umumnya konsultan perencana pada proyek jalan dan jembatan mendapatkan kontrak untuk merencanakan sejumlah lokasi yang tersebar di suatu wilayah Pemerintahan. Tentu saja dalam melaksanakan perencanaan jalan dan jembatan tersebut konsultan perencana memiliki risiko. Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi risiko pada proyek perencanaan jalan dan jembatan. Penelitian ini difokuskan di Kabupaten Morowali. Studi ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif untuk dapat memberikan suatu deskripsi yang akurat dan sistematik tentang suatu keadaan dan hubungan yang terjadi antar keadaan yang diteliti. Dengan menguji kevalidan dan reliabilitas data. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat beberapa kelompok risiko yang harus dihadapi konsultan perencana jalan dan jembatan. Tindakan penanganan risiko perlu dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari risiko risiko yang termasuk dalam risiko dominan (major risk). Dari risiko risiko dominan (major risk), dilakukan tindakan mengurangi risiko (risk reduction), mengalihkan risiko (risk transfer) dan menghindari risiko (risk avoidance), Keberadaan risiko-risiko yang tidak dapat diterima (unacceptable) harus mendapatkan perhatian khusus. Kata kunci : identifikasi risiko, konsultan perencana, jalan dan jembatan Pendahuluan Proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur. Proses yang terjadi pada suatu proyek tidak akan berulang pada proyek lainnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi yang mempengaruhi proses suatu proyek satu sama lain, Ervianto, (2004). Dalam pelaksanaannya, proyek konstruksi membutuhkan suatu manajemen. Manajemen proyek mempunyai kewajiban untuk mengkoordinasikan para pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi tersebut, sehingga tujuan proyek dapat tercapai dengan baik dan semua pihak secara optimal mendapat halhal yang menjadi sasaran mereka untuk terlibat dalam proyek tersebut. Masing-masing unsur tersebut mempunyai tugas, kewajiban, tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan posisinya masing masing. Dalam melaksanakan kegiatan perwujudan konstruksi dan pembangunan tersebut, masing masing pihak (sesuai dengan posisinya) saling berinteraksi satu sama lain sesuai dengan hubungan kerja yang telah ditetapkan Sekarsari, Jane (2014). Konsultan perencana pada proyek jalan dan jembatan mendapatkan kontrak untuk merencanakan sejumlah lokasi yang tersebar di suatu wilayah Pemerintahan. Tentu saja dalam melaksanakan perencanaan jalan dan jembatan tersebut konsultan perencana memiliki resiko. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis resiko pada proyek perencanaan jalan dan jembatan di Kabupaten Morowali Utara yang beerpengaruh/berdampak langsung kepada Konsultan Perencana. Untuk mencapai tujuan penelitian ini maka pokok permasalahan yang ada yaitu : 1. Apa saja risiko yang terjadi pada pekerjaan pembangunan jalan dan jembatan yang berpengaruh/berdampak terhadap konsultan perencana? 15
2 2. Seberapa besar pengaruh/dampak risiko pekerjaan pembangunan jalan dan jembatan tersebut terhadap konsultan perencana? 3. Bagaimana penanganan risiko risiko yang memberikan pengaruh/dampak terhadap konsultan perencana? Kegiatan pada Pekerjaan perencanaan pembanguan jalan dan jembatan di Kabupaten Morowali Utara. Studi Pustaka Menurut UU RI No. 38 Tahun 2014 tentang jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Klasifikasi jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam: Jalan arteri, Jalan kolektor, Jalan lokal dan Jalan lingkungan Klasifikasi jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam: a. Jalan nasional b. Jalan provinsi c. Jalan kabupaten d. Jalan kota e. Jalan desa Pasal 86 ayat (3) PP No. 34 Tahun 2006 tentang jalan menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan jembatan adalah jalan yang terletak di atas permukaan air dan/atau di atas permukaan tanah. Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintanganrintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain. Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan kosntruksi dan tipe struktur sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang mutakhir. Klasifikasi jembatan terbagi: (1) Menurut kegunaannya (2) Menurut jenis materialnya (3) Menurut sistem strukturnya Cakupan Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan, umumnya kontrak pekerjaan jalan dan jembatan meliputi: 1. Pembangunan jalan dan/atau jembatan baru; 2. Peningkatan jalan dan/atau penggantian jembatan; 3. Pemeliharaan berkala jalan, pada ruas jalan dan/atau jembatan. Sedangkan pekerjaan-pekerjaan yang dicakup di dalam spesifikasi teknik meliputi: 1. Pekerjaan Utama Yang termasuk pekerjaan utama antara lain: a. Pekerjaan pelapisan aspal struktural b. Pekerjaan pelapisan non struktural: c. Pekerjaan pelaburan non struktural: Pelaburan BURTU atau BURDA pada perkerasan jalan lama dengan lalu lintas rendah, permukaan perkerasan cukup rata dan mempunyai punggung jalan (camber) yang baik. d. Pekerjaan pengerikilan kembali jalan tanpa berpenutup aspal: 16
3 Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : Buku 2 ISSN (E) : Pengerikilan kembali mengganti kerikil yang hilang oleh lalu lintas dan meningkatkan kekuatan struktur perkerasan kerikil yang ada pada ruas jalan yang lemah. e. Pekerjaan penambahan/rekonstruksi bahu jalan sepanjang jalan berpenutup aspal: f. Penambahan atau rekonstruksi pekerjaan menunjang g. Pekerjaan pembangunan jembatan baru atau penggantian jembatan lama: 2. Pekerjaan Pengembalian Kondisi dan Minor ; a. Pengembalian kondisi perkerasan: b. Pengembalian kondisi bahu jalan: c. Pengembalian kondisi selokan, saluran air, timbunan, galian, dan penghijauan: d. Perlengkapan jalan dan pengatur lalu lintas: e. Pengembalian kondisi jembatan 3. Pekerjaan Pemeliharaan Rutin a. Perkerasan lama b. Bahu jalan lama c. Selokan, saluran air, galian dan timbunan d. Perlengkapan jalan e. Jembatan i) Pemeriksaan dan pembersihan rutin pada semua komponen struktur jembatan ii) Pemeriksaan dan pembersihan rutin kotoran dari semua saluran air melindungi penggerusan terhadap timbunan atau pondasi jembatan. iii) Pemeriksaan dan pembersihan rutin semua kotoran dan sampah dari lubanglubang drainase lantai jembatan dan pipa-pipa saluran. Pelaksanaan Konstruksi Jembatan Seperti halnya pada pelaksanaan konstruksi jalan, urutan atau tahapan pelaksanaan pada konstruksi jembatan sangat penting untuk diperhatikan karena pekerjaan jembatan tidak dapat dilanjutkan apabila pekerjaan sebelumnya belum selesai dikerjakan. Terutama bagian bawah jembatan yang biasanya berhubungan dengan adanya gangguan air pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Karena perkembangan lalu lintas yang ada relatif besar, jembatan yang dibangun, biasanya dalam beberapa tahun tidak mampu lagi menampung volume lalu lintas, sehingga biasanya perlu diadakan pelebaran. Untuk memudahkan pelebaran perlu disiapkan desain dari seluruh jembatan sehingga dimungkinkan dilakukan pelebaran dikemudian hari, sehingga pelebaran dapat dilaksanakan dengan biaya murah dan konstruksi menjadi mudah. Risiko Risiko secara umum didefinisikan sebagai kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa di luar yang diharapkan. Makin besar kemungkinan rencahnya keuntungan atau bahkan rugi dikatakan makin besar risiko usaha tersebut, Soeharto (1995). Risiko merupakan variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami di dalam suatu situasi, Fisk (1997). Risiko adalah ancaman kehidupan, properti atau keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi, Duffield & Trigunarsyah 1999). Jenis-jenis risiko yang terdapat pada proyek konstruksi sangat banyak, namun tidak semua risiko-risiko tersebut perlu diprediksi dan diperhatikan untuk memulai suatu proyek karena hal itu akan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu pihak-pihak didalam proyek konstruksi perlu untuk memberikan prioritas pada risiko-risiko yang penting yang akan memberikan pengaruh terhadap keuntungan proyek. Risiko-risiko tersebut adalah : Eksternal, tidak dapat diprediksi (tidak dapat di kontrol): 17
4 Eksternal, dapat diprediksi (tetapi tidak dapat dikontrol) Internal, non teknik (tetapi umumnya dapat dikontrol) Internal, teknik (dapat dikontrol): a) Perubahan teknologi b) Risiko-risiko spesifikasi atas teknologi proyek c) Desain Hukum, Manajemen Risiko Manajemen risiko menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi risiko yang terkait dengan proyek dan menanggapi risiko tersebut. Manajemen risiko menyatu dengan area manajemen proyek lainnya. Menurut Djojosoedarso (2003) manajemen risiko adalah pelaksanaan fungasi-fungsi manajemen dalam penaggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/ mengkordinir, dan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program penanggulangan risiko. Sedangkan menurut Djohanputro (2008), manajemen risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, memonitor dan mengendalikan penanganan resiko. Elemen-elemen utama dari proses manajemen risiko, adalah Menetapkan konteks, Mengidentifikasikan risiko, Menganalisa risiko, Mengevaluasi risiko, Menangani risiko, Memantau dan mereview serta Mengkomunikasikan dan berkonsultasi Metodologi Penelitian Penelitin ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif untuk dapat memberikan suatu deskripsi yang akurat dan sistematik tentang suatu keadaan dan hubungan yang terjadi antar keadaan yang diteliti. Adapun langkah langkah dalam proses penelitian adalah sebagai berikut :Penyebaran kuisioner, Pengumpulan data, Menguji kevalidan dan reliabilitas data menggunakan software SPSS v.20, Analisa data dengan analisa tingkat penerimaan risiko, Analisa risiko yang dominan. Tabel 1 Skala Kemungkinan (Likehood) Tingkat Frekuensi Skala Sangat Sering 5 Sering 4 Kadang kadang 3 Jarang 2 Sangat Jarang 1 Tabel 2 Skala Konsekuensi (Consequences) Tingkat Konsekuensi Skala Sangat Besar 5 Besar 4 Sedang 3 Kecil 2 Sangat Kecil 1 Analisis Data, Analisis Tingkat Penerimaan RisikoAnalisis tingkat penerimaan risiko (risk acceptability) tergantung dari hasil perkalian kemungkinan (likehood) denga konsekuensi 18
5 Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : Buku 2 ISSN (E) : (consequences). Penilaian tingkat penerimaan risiko dapat dilihat seperti table sebagai berikut Tabel 3 Penilaian Tingkat Penerimaan Risiko (Assement of Risk Acceptability) (Mahadipta,Ngurah Gede Dwi, 2010, Pengembangan dari Godfery, 1996) Dari Tabel 3 di atas, dapat diuraikan tingkat penerimaan risiko sebagai berikut : 1. Unacceptable, adalah risiko yang tidak dapat diterima dan harus dihilangkan. 2. Undesirable, adalah risiko yang tidak diharapkan dan harus dihindari. 3. Acceptable, adalah risiko yang dapat diterima. 4. Negligible, adalah risiko yang sepenuhnya dapat diterima. Dari pertimbangan tingkat penerimaan risiko dan nilai dari skala likehood dan consequences, maka skala penerimaan risiko dapat dirumuskan seperti tabel di bawah ini Skala Penerimaan Risiko Unacceptable X 15 Undesirable 5 X < 15 Acceptable 3 X < 5 Negligible X < 3 Hasil dan Pembahasan Setelah dilakukan penyebaran kuisioner terhadap responden, maka langkah selanjutnya adalah mentabulasikan data-data yang didapat dari masing-masing kuisioner tersebut. Kuisioner disebar pada 40 (empat puluh) responden. Uji validitas dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu dengan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson) dan Corrrected Item Total Correlation (Priyanto, 2008). Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai koefisien Cornbach s Alpa. Nilai koefisien Cornboach s Alpa ini dihitung dengan program SPSS for Windows ver. 22 dengan hasil 0,893 dari hasil Cornboach s Alpa tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pertanyaan kuisioner tersebut adalah reliabel. Analisis data untuk mengetahui risiko yang signifikan terhadap konsultan perencana pada perencanaan pembangunan jalan dan jembatan di Kabupaten Morowali Utara, dilakukan dengan analisis statistik berdasarkan kemungkinan (likehood) dan pengaruh (consequences) yang teridentifikasi dari penilaian responden melalui kuisioner. Risiko risiko Dominan (Major risk) Risiko risiko yang bersifat dominan (major risk) adalah risiko risiko yang termasuk kategori unacceptable (risiko yang tidak dapat diterima) dan risiko risiko yang termasuk kategori undesirable (risiko yang tidak diharapkan). Risiko risiko ini merupakan 19
6 risiko dengan risk acceptability nilai perkalian likehood dan consequences sama dengan atau di atas 5 (lima). Berdasarkan skala penerimaan tersebut, nilai risiko dan nilai penerimaan risiko (acceptability of risk) pada pembangunan jalan dan jembatan di Kabupaten Morowali Utara dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini. Tabel 4 Distribusi Tingkat Penerimaan Risiko No Tingkat Penerimaan Jumlah Presentase Risiko 1 Unacceptable (tidak 5 19% dapat diterima) 2 Undesirable (tidak 18 66% diharapkan) 3 Acceptable (dapat 1 4% diterima) 4 Neligible (dapat 3 11% diabaikan) Jumlah total % Risiko dengan Kategori Unacceptable Risiko-risiko yang teridentifikasi sebagai risiko yang tidak dapat diterima (unacceptable) dalam pembangunan jalan dan jembatan di Kabupaten Morowali Utara adalah sebagai berikut : 1. Keterlambatan Proyek dimulai 2. Lambatnya Persiapan Administrasi Kerja 3. Tidak Cakap Dalam Menganalisis Data dan Masalah 4. Penggantian Personil Atas Perintah PPK 5. Penggantian Personil Perencana atas Permohonan Konsultan Perencana Risiko dengan kategori Undesirable 1. Salah dalam mengambil keputusan 2. Metode perencanaan tidak tepat 3. Distribusi data/ informasi kurang baik 4. Komunikasi antar pihak kurang baik 5. Pengendalian dokumen dilapangan kurang baik 6. PPK dan pejabat pemeriksa hasil pekerjaan tidak kooperatif 7. Perubahan ruang lingkup pekerjaan 8. Kesalahan penentuan lokasi 9. Lambatnya Team Leader mengambil keputusan 10. Penempatan personil tidak sesuai kompetensi 11. Penangguhan pembayaran 12. Penghentian kontrak 13. Ketidak lengkapan laporan bulanan dan dokumentasi 14. Adanya gangguan keamanan 15. Adanya penolakan dari pihak masyarakat 16. Bencana alam (Gempa bumi, banjir, tanah longsor, dll) 17. Bencana sosial (konflik social antar kelompok/ komunitas masyarakat) 20
7 Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : Buku 2 ISSN (E) : Kesimpulan Dari analisis risiko Konsultan Perencana yang telah dilakukan pada pembangunan jalan dan jembatan di Kabupaten Morowali Utara maka dapat disimpulkan : Hasil studi menunjukan sebanyak 27 (dua puluh tujuh) risiko teridentifikasi berdampak langsung terhadap Konsultan Perencana jalan dan jembatan di Kabupaten Morowali Utara. Dari risiko risiko yang teridentifikasi terdapat 3 (tiga) risiko faktor politik/ regulasi, 6 (enam) Faktor manajerial, 3 (tiga) Faktor kesalahan desain, 3 (tiga) Faktor kualitas perencana, 3 (tiga) Faktor personil, 3 (tiga) faktor keterlambatan proyek selesai, 3 (tiga) faktor kondisi lapangan dan 2 (dua) faktor Force Majeur. Risiko risiko yang termasuk dominan (major risk) terdiri dari 5 (lima) risiko yang tidak dapat diterima (unacceptable), yaitu keterlambatan proyek dimulai, Lambatnya persiapan administrasi kerja, tidak cakap dalam menganalisis data dan masalah, penggantian personil atas perintah PPK, penggantian personil perencana atas permohonan konsultan perencana. Sebagai saran dari studi ini sebaik nya tindakan penanganan risiko dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari risiko risiko yang termasuk dalam risiko dominan (major risk). Dari risiko risiko dominan (major risk), dilakukan tindakan mengurangi risiko (risk reduction), mengalihkan risiko (risk transfer) dan menghindari risiko (risk avoidance), Keberadaan risiko risiko yang tidak dapat diterima (unacceptable) ini harus mendapatkan perhatian khusus, yang paling utama adalah faktor kualitas konsultan perencana dan faktor personil, kesalahan dalam menentukan tenaga ahli/ personil menyebabkan faktor kualitas konsultan perencana dan faktor personil kurang baik, jika dalam memilih personil lebih teliti dan memilih personil yang lebih berpengalaman maka risiko ini dapat dikurangi. Untuk risiko dengan kategori tidak diharapkan (undesirable) yang sebanyak 18 (delapan belas) ini, semestinya juga mendapat perhatian karena berpengaruh juga terhadap Konsultan Perencana. Daftar Pustaka Ervuanto, W.I, 2004, Teori-Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Andi Yogyakarta, Godfrey, 1996, A Systematic Approach to Risk Management for Construction, Construction. Industry Research and Information Association, London, Kasidi, M, 2010 Manajemen Risiko, Ghana Indonesia, Bogor, Labombang, Mastura, 2011, Manajemen Risiko Dalam Proyek Konstruksi, Jurnal SMARTek, Vol.9 No. 1. Pebruari 2011 : 39 46, Mahadipta, Ngurah Gede Dwi, 2010 Analisis Risiko Pada Proyek Pembangunan Sentral Parkir di Pasar Bandung, Tesis, T. SIpil, Universitas Udayana, Mulyadi, 2001 Penilaian Kinerja Manajemen, Jakarta Nurdiana, Asri, Aplikasi Manajemen Risiko Dari Presepsi Para Stakeholders (Studi Kasus Proyek Pembangunan jalan Tol Semarang Solo Seksi I Ruas Tembalang Ged Wang), Tesis, T. Sipil, Universitas Diponegoro Norken, I Nyoman, Astana I Nyoman Yudha dan Manuasari, Luh Komang Ayu, 2013, Manajemen Resiko Pada Proyek Konstruksi di Pemerintah Kabupaten Jembrana, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol.16, No.2.Juli 2012, T. Sipil, Universitas Udayana, Peraturan Pemerintah No.34 Tahun Tentang Jalan 21
8 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 08/PRT/M/2011 Tahun Tentang Pembagian Subkualifikasi Usaha Jasa Konstruksi. Sekarsari, Jane, 2014 Sistem Informasi Manajemen Teori dan Konsep Aplikasi pada Sektor Konstruksi, Penerbit Universitas Trisakti, Sugiyono,2007 Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, Tumimomor, Jemmy E.E., Manalip, H dan Mandagi, R.J.M,2014 Analisis Risiko Pada Konstruksi Jembatandi Sulawesi Utara, Jurnal Sabua Vol.6, No.2: , Undang undang No. 38 Tahun Tentang Jalan. 22
PERINGKAT DAN PENANGANAN RISIKO DOMINAN KONSULTAN PENGAWAS JALAN DAN JEMBATAN DI KABUPATEN BOGOR
PERINGKAT DAN PENANGANAN RISIKO DOMINAN KONSULTAN PENGAWAS JALAN DAN JEMBATAN DI KABUPATEN BOGOR Fajar Naek Panjaitan 1, Jane Sekarsari 2 ABSTRAK Dalam setiap proses konstruksi selalu terdapat suatu risiko,
Lebih terperinciANALISIS RISIKO MANAJEMEN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN WADUK BAJULMATI BANYUWANGI - JAWA TIMUR
ANALISIS RISIKO MANAJEMEN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN WADUK BAJULMATI BANYUWANGI - JAWA TIMUR Anik Ratnaningsih 1, Dwi Gesang Ageng Pangapuri 2 1 Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Jember, Jl. Kalimantan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,
Lebih terperinciPerencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN
PENDAHULUAN Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan. Moda jalan merupakan jenis
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN www.bpkp.go.id DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Digunakan untuk kendaraan bermotor. Digunakan untuk publik. Dibiayai oleh badan publik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Raya Jalan raya adalah jalan besar atau main road yang menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain. Biasanya jalan besar ini memiliki fitur fitur berikut (www.academia.edu)
Lebih terperinciBUPATI BANGKA TENGAH
BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa jalan
Lebih terperinciANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA BANDARA NUSA DUA
ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA BANDARA NUSA DUA Ni Putu Mega Astiti 1, I Nyoman Norken 2, Ida Bagus Ngr. Purbawijaya Abstrak : Proyek jalan tol Benoa-Bandara-Nusa Dua adalah proyek
Lebih terperinciMANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR
TESIS MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR IDA AYU PRANITI TRESNA PUTRI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegagalan pencapaian tujuan/sasaran proyek pada umumnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan upaya pembangunan suatu bangunan infrastruktur. Faktor-faktor ketidakpastian dan
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MENYEBABKAN COST OVERRUN PADA PROYEK KONSTRUKSI
FAKTOR FAKTOR YANG MENYEBABKAN COST OVERRUN PADA PROYEK KONSTRUKSI Yeltsin C. Dapu A.K.T. Dundu, Ronny Walangitan Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email: yeltsindapu@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Hasil analisis dengan metode Decision Tree menunjukkan perbandingan
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,
BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi mempunyai
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR RISIKO PADA PROYEK RENOVASI DAN PENGEMBANGAN GEDUNG HOTEL YANG SEDANG BEROPERASI DI KABUPATEN BADUNG DAN DENPASAR
ANALISIS FAKTOR RISIKO PADA PROYEK RENOVASI DAN PENGEMBANGAN GEDUNG HOTEL YANG SEDANG BEROPERASI DI KABUPATEN BADUNG DAN DENPASAR TUGAS AKHIR Oleh : Putu Aindri Pradnyandari NIM: 1104105002 JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBANGUNAN JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA KEC. KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Analisis Manajemen Pembangunan Jembatan Kutai Kartanegara ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBANGUNAN JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA KEC. KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Rafi Rahayu Firdaus, Kustamar,
Lebih terperinciSTRATEGI PENANGANAN RISIKO PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA JAYAPURA (STUDI KASUS PROYEK JALAN)
STRATEGI PENANGANAN RISIKO PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA JAYAPURA (STUDI KASUS PROYEK JALAN) Irianto 1, Didik S. S. Mabui 2 1,2 Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Sistem Informasi, Universitas Yapis Papua
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERHADAP KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI WILAYAH PERKOTAAN SARBAGITA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERHADAP KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI WILAYAH PERKOTAAN SARBAGITA TUGAS AKHIR Oleh : Dewa Ayu Oka Narayanti NIM : 1204105012 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS
Lebih terperinciBUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU TABRANI 1 Arifal Hidayat, MT 2 dan Anton Ariyanto, M.Eng 2 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam perkembangannya, penekanan dan mekanisme internal audit telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangannya, penekanan dan mekanisme internal audit telah bergeser (berubah). Pada masa lalu fokus utama peran internal auditor adalah sebagai watchdog dalam
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,
WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sungai, saluran, waduk,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem
Lebih terperinciAnalisis Risiko pada Proyek Pembangunan Parkir Basement Jalan Sulawesi Denpasar
Analisis Risiko Pada Pembangunan Parkir Basement Jalan Sulawesi Denpasar Analisis Risiko pada Pembangunan Parkir Basement Jalan Sulawesi Denpasar I Wayan Muka S3 Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG
Lebih terperinciANALISIS RISIKO PADA PROYEK PEMBANGUNAN SENTRAL PARKIR DI PASAR BADUNG
ANALISIS RISIKO PADA PROYEK PEMBANGUNAN SENTRAL PARKIR DI PASAR BADUNG Sukada Wenten 1, Mayun Nadiasa 1 dan Dwi Mahadipta 2 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan
BAB 1 PENDAHULUAN Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menangani proyek konstruksi di kawasan Daerah Kabupaten Badung, dapat diperoleh
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian mengenai construction waste melalui penyebaran kuisioner dengan responden yang berasal dari kontraktor yang sedang atau telah menangani
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegagalan pada Proyek Konstruksi Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis. Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan
Lebih terperinciDIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN
DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 4.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penambahan lebar perkerasan lama sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 61 TAHUN 2006 TENTANG PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN PENGENDALIAN KETAT SKALA REGIONAL DI PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN I. Pendahuluan Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur yang memadai
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang menjadi landasan atau dasar dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Dari pembahasan bab ini nantinya diharapkan dapat
Lebih terperinciANALISA RESIKO TEKNIS YANG MEMPENGARUHI KINERJA WAKTU PROYEK PEMBANGUNAN PENGAMAN PANTAI DI PROVINSI SULAWESI BARAT
ANALISA RESIKO TEKNIS YANG MEMPENGARUHI KINERJA WAKTU PROYEK PEMBANGUNAN PENGAMAN PANTAI DI PROVINSI SULAWESI BARAT Anwar 1) dan Tri Joko Wahyu Adi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut
Lebih terperinciBUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR
SALINAN BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya
Lebih terperinciJurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) (STUDI KASUS PADA FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI JL. SOEKARNO HATTA BANDUNG) Edy Supriady Koswara 1, Roestaman, 2 Eko Walujodjati
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012
LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
- 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG JARAK BEBAS BANGUNAN DAN PEMANFAATAN PADA DAERAH SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008 TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM DENGAN
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN
Lebih terperinciBUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH
BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPEMPROVSU AKUI 584,301 KM JALAN PROVINSI RUSAK
PEMPROVSU AKUI 584,301 KM JALAN PROVINSI RUSAK Sumber gambar: medanbisnisdaily.com/news Medan Bisnis - Medan. Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) T Erry Nuradi mengakui, kondisi jalan provinsi sepanjang 584,
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi
Lebih terperinciBAB I PROFILE PERUSAHAAN
Contoh Usulan Teknis Pekerjaan perencanaan Jalan BAB I PROFILE PERUSAHAAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan Perusahaan... merupakan perusahaan swasta umum yamg sahamnya sepenuhnya dimiliki oleh warga negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1980 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1980 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana perhubungan hakekatnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Proyek dan Proyek Konstruksi Menurut Soeharto (1999), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 09 PERATURAN WALIKOTA JAMBI
BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 09 SALINAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG FUNGSI DINAS, SEKRETARIAT, BIDANG DAN RINCIAN TUGAS SUB BAGIAN, SEKSI, UPTD SERTA TATA KERJA PADA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG \IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi merupakan salah
Lebih terperinciKAJIAN MENGENAI PERUBAHAN PEKERJAAN KONSTRUKSI SEBAGAI PENYEBAB TERJADINYA PERUBAHAN DALAM KONTRAK
KAJIAN MENGENAI PERUBAHAN PEKERJAAN KONSTRUKSI SEBAGAI PENYEBAB TERJADINYA PERUBAHAN DALAM KONTRAK Syamsul Wathan Abstrak Syamsul Wathan, Manajemen proyek adalah sebuah disiplin keilmuan dalam hal perencanaan,
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG JARINGAN UTILITAS TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG JARINGAN UTILITAS TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan semakin
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan
46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 5.1.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan kerja a. Faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Jalan adalah transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya dan diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2009 TENTANG SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PADA PROYEK PEMERINTAHAN DI KOTA KUPANG
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PADA PROYEK PEMERINTAHAN DI KOTA KUPANG Sebastinus Baki Henong Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Email :henongsipilunwira15@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dengan semakin
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN
PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya
Lebih terperinciSPESIFIKASI UMUM DAFTAR ISI DIVISI I UMUM
SPESIFIKASI UMUM DAFTAR ISI DIVISI I UMUM Halaman SEKSI 1.1 RINGKASAN PEKERJAAN Pasal 1.1.1 Cakupan Pekerjaan... 1-1 1.1.2 Klasifikasi Pekerjaan Konstruksi... 1-2 1.1.3 Ketentuan Rekayasa (Engineering)...
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI I.A.Rai Widhiawati 1, I G.A.Adnyana Putera 1,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA
I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA Awal mulanya jalan hanya berupa jejak manusia dalam menjalani kehidupannya dan berinteraksi dengan manusia lain (jalan setapak). Baru setelah manusia menggunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko ialah kegagalan mempertahankan biaya, waktu dan mencapai kualitas serta keselamatan kerja. Risiko
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa jalan
Lebih terperinciANALISIS KINERJA KONSULTAN PENGAWAS PADA PROYEK JALAN DAN JEMBATAN DI SULAWESI UTARA
ANALISIS KINERJA KONSULTAN PENGAWAS PADA PROYEK JALAN DAN JEMBATAN DI SULAWESI UTARA Fergita Tomigolung Alumni Program Pascasarjana S2 Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Marthin D. J. Sumajouw, Huibert
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 3 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN 2005-2010 A. Latar Belakang Pembangunan jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi baik di pusat maupun
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH DAERAH
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 10 TAHUN TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 10 TAHUN 2012... 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciANALISIS YANG MEMPENGARUHI KINERJA KONTRAKTOR TERHADAP KUALITAS PROYEK-PROYEK PENINGKATAN JALAN DI KABUPATEN PROBOLINGGO
ANALISIS YANG MEMPENGARUHI KINERJA KONTRAKTOR TERHADAP KUALITAS PROYEK-PROYEK PENINGKATAN JALAN DI KABUPATEN PROBOLINGGO Subandiyah Azis 1, Edi Hargono D Putranto 2, Sudarmono 3, [ 1 ]Teknik Sipil Konsentrasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL
BAB II TINJAUAN PUTAKA. RIIKO DALAM PROYEK KONTRUKI MERUPAKAN PROBABILITA KEJADIAN YANG MUNCUL 5 BAB II TINJAUAN PUTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SECARA SWAKELOLA DI KABUPATEN PAMEKASAN
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SECARA SWAKELOLA DI KABUPATEN PAMEKASAN Muhammad Saifuddin 1 1 Jurusan Teknik
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG PENETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI DAN GARIS SEMPADAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH PADA KINERJA WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN LAYANG NON TOL
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH PADA KINERJA WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN LAYANG NON TOL Maya Anggraini 1 dan Bambang E. Yuwono 2 1 Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Trisakti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan desentralisasi, membuat pemerintah daerah harus mampu menjalankan berbagai kewenangan yang selama ini dijalankan oleh pemerintah pusat, seiring dengan pelayanan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan studi kasus pada salah satu proyek yang sedang dikerjakan oleh Takenaka Total J.O. Metode penelitian
Lebih terperinciSURVEI KESIAPAN MANAJEMEN PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL KAMPOENG KIDZ KOTA BATU BERDASARKAN STANDART ISO 9001:2015
SURVEI KESIAPAN MANAJEMEN PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL KAMPOENG KIDZ KOTA BATU BERDASARKAN STANDART ISO 9001:2015 Julistyana Tistogondo, Wendi Kurniawan Program Studi Teknik Sipil, Universitas Narotama,
Lebih terperinciPP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)
PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI
Lebih terperinciBUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPENYUSUNAN MEKANISME ALIH TEKNOLOGI PENYELENGGARAAN JALAN VOLUME LALU LINTAS RENDAH DAN BIAYA MURAH SECARA PARTISIPATIF
LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN MEKANISME ALIH TEKNOLOGI PENYELENGGARAAN JALAN VOLUME LALU LINTAS RENDAH DAN BIAYA MURAH SECARA PARTISIPATIF TA 2011 BALAI LITBANG SOSEKLING BIDANG JALAN & JEMBATAN PUSLITBANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04/PRT/M/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04/PRT/M/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI
BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan profitabilitas dan kinerja perusahaan. Salah satu unsur yang sangat. pekerjaan yang diselesaikan dalam tiap periode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di dalam bisnis terdapat persaingan ekonomi yang mendorong perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya maka perusahaan harus mampu meningkatkan
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM KONSTRUKSI DAN PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM KONSTRUKSI PADA PROYEK PEMERINTAH
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM KONSTRUKSI DAN PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM KONSTRUKSI PADA PROYEK PEMERINTAH Derry Febrian Putra 1 dan Theresita Herni Setiawan 2 1,2 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja sering digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai suatu hasil yang dicapai terhadap sesuatu. Sehingga kesuksesan suatu perusahaan dapat diukur dari kinerja
Lebih terperinciBUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN JALAN DI KABUPATEN BANGKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). yang diperkirakan (Lifson & Shaifer, 1982).
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Definisi resiko: 1. Kejadian yang sering terjadi pada event tertentu atau faktor yang terjad selama proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1979). 2. Hubungan
Lebih terperinciBAB IV Profil Proyek Resiko dari Persepsi Kontraktor... 62
BAB IV... 60 DATA DAN PENGOLAHAN DATA... 60 4.1. Profil Proyek... 60 4.2. dari Persepsi Kontraktor... 62 4.2.1. Analisis dari Persepsi Kontraktor dengan Metode Risk Breakdown Structure... 64 4.2.2. Analisis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. tahapan dari perancangan dan model operasional Tugas Akhir ini.
Bab III MetodePenelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini berisi pembahasan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu berisi tentang bagan alir penelitian beserta uraian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Konstruksi adalah semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Konstruksi adalah semua kegiatan membangun suatu
Lebih terperinciANALISIS RESIKO PADA KONSTRUKSI JEMBATAN DI SULAWESI UTARA
Sabua Vol.6, No.2: 235-241, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS RESIKO PADA KONSTRUKSI JEMBATAN DI SULAWESI UTARA Jemmy E. E. Tumimomor 1, H. Manalip 2 & R.J.M Mandagi 3 1 Mahasiswa Pascasarjana
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan mengenai
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan mengenai studi kasus tentang Penerapan Value Engineering pada proyek konstruksi di Jogjakarta
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci