Analisis Determinan Indeks Pembangunan Manusia

Transkripsi

1 IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: Analisis Determinan Indeks Pembangunan Manusia (Studi Kasus Sumatera Utara) Wahyu Danin* 1, Muammar Rinaldi 2, Sri Rezeki Pane 3 1,2 Jurusan Ilmu Ekonomi, Program Pascasarjana, Medan Sumatera Utara 3 Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Medan Sumatera Utara 1,2,3 Universitas Negeri Medan; address, telp/fax of institution/affiliation * muammarrinaldi@gmail.com, srirezeki@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak dari tingkat pengangguran, pendapatan perkapita dalam mempengaruhi indeks pembangunan manusia di Sumatera Utara. Tingkat pengangguran yang tinggi sangat menghambat laju pembangunan manusia di Sumatera Utara. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data tersebut berupa data time series yang di interpolasi menjadi data kuartal dari tahun Variabel yang menjadi fokus penelitian ini adalah tingkat penganguran, pendapatan per kapita sebagai variabel independen dan indeks pembangunan manusia sebagai variabel dependen. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signnifikan antara tingkat pengangguran dan pendapatan perkapita terhadap indeks pembangunan manusia, yang di lihat melalui R Square sebesar 66,3%. Dengan menurunnya tingkat pengangguran dan bertambahnya pendapatan perkapita dapat mendorong laju IPM ketingkat lebih tinggi. Kata kunci : Indeks pembangunan manusia, tingkat pengangguran, pendapatan per kapita PENDAHULUAN P embangunan merupakan salah satu proses dalam meningkatkan kualitas perekonomian yang baik, upaya pemerintah dalam pembangunan juga mengarah kepada masyarakat untuk mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Indikator yang digunakan untuk mengukur hasil dari pembangunan adalah melalui Indeks Pembangunan Manusia, karena Pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu upaya untuk perluasan pilihan yang lebih banyak kepada penduduk melalui tahapan pemberdayaan yang mengutamakan peningkatan kemampuan dasar manusia agar dapat sepenuhnya berpartisipasi di segala bidang pembangunan (United Nation Development Programme, UNDP). Sejak pengukuran HDI diberlakukan, orientasi pembangunan tidak hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi lebih kepada manusia sebagai elemen dasar untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan [1][2]. Pembangunan manusia berarti perubahan positif pada manusia seutuhnya, fokus pada masyarakat dan kesejahteraannya, serta pembangunan manusia adalah tujuan akhir dari segala macam pembangunan,[3]. Pembangunan manusia sebagai perluasan kebebasan nyata yang dinikmati oleh manusia,[4]. Kebebasan tersebut tergantung pada faktor sosial ekonomi seperti akses pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dam politik. Nilai modal manusia (Human Capital) suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh jumlah populasi penduduk, atau tenaga kerja kasar (labour intensif) tetapi sangat ditentukan oleh tenaga kerja intelektual (Brain intensif). Adam Smith (1952), pakar ekonomi klasik, mengakui bahwa pendidikan dan latihan, akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Ia mengatakan bahwa kesejahteraan dan keakayaan suatu bangsa sangat bergantung pada keunggulan intelegensi dan intelektual,[5]. Received June 1 st,2012; Revised June 25 th, 2012; Accepted July 10 th, 2012

2 2 ISSN: Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar, namun dibandingkan negara-negara tetangga, Indonesia masih tegolong rendah dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau human development index, ini dikarenakan Indonesia tergolong kurang maju dalam hal pendidikan. Di antara sesama negara Asia, IPM Indonesia berada pada peringkat 110, jauh tertinggal dari negara Singapura yang berada di peringkat 11 di dunia. Di Sumatera Utara Indeks Pembangunan Manusia (HDI) di tahun 2015 masih tergolong rendah karena berada di posisi kesepuluh dari 34 Provinsi di Indonesia dengan presentase sebesar 69.51% [3]. Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Sumatera, Sumatera Utara berada pada posisi keempat dan masih di bawah Kepulauan Riau, Riau, dan Sumatera Barat, dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2015 Pada gambar di atas, terlihat bahwa yang berhasil mencapai status pembangunan manusia tinggi se-indonesia adalah DKI Jakarta. Pada tahun 2010 sampai 2015 Indeks Pembangunan Manusia Sumatera Utara mengalami peningkatan yang signifikan, namun kenaikan tersebut tidak dapat membantu untuk mencapai status pembangunan tinggi. Gambar 2 Tren IPM Sumatera Utara Pencapaian pembangunan manusia yang dimaksud di atas adalah untuk memperluas peluang. Hal ini sejalan dengan prioritas pembangunan Provinsi Sumatera Utara yang salah satunya adalah kesejahteraan masyarakat yang komponen-komponennya meliputi tingkat pendidikan, pendapatan perkapita, pengangguran, kesehatan, dan sebagainya [3]. Pengangguran menjadi faktor utama penghambat pembangunan, maka pemerintah harus mampu dengan cepat mengurangi pengangguran tersebut. Tingkat pengangguran di sumatera IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page end_page

3 IJCCS ISSN: utara mencapai 6,71 persen atau sebanyak penduduk yang berstatus pengangguran atau mencari pekerjaan. Gambar 3 Tingkat Pengangguran di Sumatera Utara Hal ini menyebabkan rendahnya pendapatan per kapita masyarakat di Sumatera Utara yang akan memperburuk kondisi pembangunan manusia. METODE PENELITIAN Sesuai dengan judul penelitian, maka yang menjadi objek penelitian adalah Indeks Pembangunan Manusia. Dalam penelitian ini terdapat dua macam variable bebas yaitu tingkat pengangguran dan pendapatan perkapita, serta satu variable terikat yaitu Indeks Pembangunan Manusia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistik Data yang digunakan merupakan data runtun waktu (time series) tahunan yang di intepolasi menjadi kuartal. Data time series adalah sebuah kumpulan observasi terhadap nilai-nilai sebuah variable dari beberapa periode waktu yang berbeda dan data yang digunakan adalah priode tahun Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, analisis regresi berganda, uji hipotesis simultan ( uji F ) dan koefisien determinasi. Ke empat metode analisis ini bertujuan untuk melihat pengaruh yang signifikan diantara kedua variable bebas terhadap variable terikat. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Normalitas Sebelum melakukan uji regresi berganda terlebih dahulu dilakukan adalah uji normalitas karena ini menjadi ketentuan dalam regresi, biasanya disebut dengan model regresi berdistribusi normal. Kenormalan data dapat dilihat dari P-P Plot of Regression Standardized Residual. Data dianalisis dengan bantuan program SPSS versi 21 windows Dasar pengambilan keputusan berdasarkan persebaran data (titik) pada sumbu diagonal, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka data dikatakan berdistribusi normal. Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat dari output SPSS versi 21 seperti pada gambar berikut ini : Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

4 4 ISSN: Gambar 4 Hasil Uji Normalitas Analisis Regresi Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen, serta untuk mengetahui apakah variabel independen masing-masing berpengaruh positif atau negatif terhadap variabel dependen. Berdasarkan perhitungan analisis regresi linier yang dilakukan melalui analisa statistik dengan menggunakan program SPSS Versi 21 For Windows, hasil analisis tersebut selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.2. Coefficients a Model Unstandardized Coefficients B Std. Error 1 (Constant) 11,035 1,177 TPT -,255,260 PDRB 1,328,218 a. Dependent Variable: IPM Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1.2 diperoleh model regresi linier berganda sebagai berikut : IPM= 11,035-0,255X1 + 1,328X2 Keterangan : IPM = Indeks Pembangunan Manusia X1 = Tingkat Pengangguran X2 = PDRB per Kapita Berdasarkan model regresi tersebut diperoleh koofisien regresi variabel tingkat pengangguran sebesar -0,255 yang berarti bahwa setiap terjadi penurunan tingkat pengangguran sebesar satu-satuan, maka akan menyebabkan peningkatan atau kenaikan indeks pembangunan IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page end_page

5 IJCCS ISSN: manusia 25,5%. Sedangakan koofesien regresi variabel pendapatan perkapita sebesar 1,328 yang berarti bahwa setiap terjadi peningkatan pendapatan perkapita sebesar satu-satuan, maka akan menyebabkan peningkatan atau kenaikan indeks pembangunan manusia 132,8 %. Uji Simultan (uji F) Untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya antara rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya yaitu indeks pembangunan manusia, dengan kriteria nilai signifikannya harus lebih kecil dari 0,05 (< 0,05), maka dapat dinyatakan kedua variabel bebas ini secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat. ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression,732 2,366 20,653,000 b Residual,372 21,018 Total 1, a. Dependent Variable: IPM b. Predictors: (Constant), PDRB, TPT Berdasarkan hasil perhitungan uji F dari tabel Anova diperoleh nilai sig penelitian < 0,05 (0,000 < 0,05) berarti dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pengangguran dan pendapatan perkapita secara bersama-sama terhadap indeks pembangunan manusia. Koefisien Determinasi Uji determinasi ( R2 ) dilakukan untuk mengetahui besarnya sumbangan atau kontribusi antara variabel bebas rata-rata lama sekolah (X1) dan angka melek huruf (X2) secara bersamasama terhadapat variabel terikat indeks pembangunan manusia (Y). Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1,814 a,663,631,13308,204 a. Predictors: (Constant), PDRB, TPT b. Dependent Variable: IPM Kemudian diperoleh nilai R Square sebesar 0,663 atau 66,3 % dimana hal ini menunjukkan bahwa besarnya sumbangan pengaruh yang diberikan oleh variabel tingkat pengagguran dan pendapatan perkapita terhadap indeks pembangunan manusia adalah sebesar 66,3 %, sedangkan sisanya sebesar 33,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

6 6 ISSN: KESIMPULAN Berdasarkan hasil analis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel tingkat pengangguran berbanding negatif terhadap indeks pembangunan manusia, dan variabel pendapatan perkapita berbanding positif terhadap indeks pembangunan manusia. Berdasarkan hasil uji f menunjukkan bahwa variabel rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia. Berdasarkan hasil koefisien determinasi memperoleh hasil sebesar 66,3 % sumbangan yang diberikan variabel tingkat pengangguran dan pendapatan perkapita terhadap indeks pembangunan manusia. SARAN Bagi peneliti yang sejenis ini diharapkan dapat melihat lebih mendalam indikator yang sangat mempengaruhi indeks pembangunan manusia di priode selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA [1]. UNDP Human Development Report New UNDP Human Development Report New York: Oxford University Press [2]. BPS Human Development Index Jakarta : BPS [3]. BPS Human Development Index Jakarta : BPS [4]. Amartya Sen (1999) The ends and means of development Chapter 2 from Development as Freedom, Oxford University Press. [5]. Rinaldi Education Is As The Encouragement Of The Increasing Of Human Development Index In Indonesia. IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page end_page