BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Salah satu gejala atau fenomena yang sedang banyak diminati masyarakat di Indonesia adalah fenomena batu akik yang banyak muncul di pasaran dan menarik banyak perhatian dari semua kalangan. Di Kota Medan sendiri femonena batu akik telah menjadi trend dan objek pembahasan dalam menjalin interaksi sosial di masyarakat dan telah banyak komunitas pecinta batu akik. Penampilan dan perubahan sikap individu yang memakai batu akik juga dapat di pengaruhi dengan kelas sosialnya. Dalam hal ini lingkungan sosial berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir individu dalam berpenampilan. Lingkungan sangat memberikan konstribusi yang sangat besar dalam kehidupan individu untuk dapat bertahan dalam hubungan masyarakat. Batu akik telah menjadi trend sejak lama dan menghipnotis begitu banyak orang. Saat ini, batu akik sedang menjadi primadona dan incaran banyak orang. Selain digunakan sebagai perhiasan, ada juga yang mengincarnya untuk berbisnis, sehingga orang rela merogoh kantong dalam-dalam untuk mengoleksinya. Bentuknya yang indah, unik, dan menarik menjadi daya pikat tersendiri. Ketika telah menjadi batu cincin, tentunya tidak pernah ada batu cincin yang sama persis bentuk, motif dan tekstur keindahan di dalamnya. Semakin unik, tentu harganya semakin selangit (Sujatmiko 2014:7). Komunikasi telah memperpendek jarak, menghemat biaya, menembus ruang dan waktu. Komunikasi berusaha menjabatani antara pikiran, perusahaan dan kebutuhan seseorang dengan dunia luarnya. Komunikasi membangun kontak-kontak manusia dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan berusaha memahami kehendak, sikap, dan perilaku orang lain. Komunikasi membuat cakrawala seseorang menjadi luas. Ilmu komunikasi sudah banyak digunakan untuk menganalisis peristiwa sosial dalam masyarakat. Misalnya konflik sosial antara kelompok-kelompok masyarakat, hubungan antar agama, merenggangkan hubungan komunikasi antara 1

2 2 orang tua dengan anak, opini publik dan pengambilan keputusan, metode penyebarluasan inovasi, teknik-teknik persuasi dalam kampanye, trenddan sebagainya. Sebagai lapangan kerja, komunikasi menjadi profesi dalam berbagai lapangan kehidupan yang menjadi sumber mata pencaharian. Misalnya jurnalistik, public relation, penulis, penyiar, dosen, artis, periklanan, riset, penerangan, manager, kampanye, dan sebagainya. Dalam penelitian ini pembahasan menitikberatkan kepada trend penggunaan batu akik pada masyarakat saat ini. Trend atau Mode atau fesyen (fashion) adalah gaya berpakaian yang populer dalam suatu budaya. Secara umum, fesyen termasuk masakan, bahasa, seni, dan arsitektur. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia : Trend atau mode merupakan bentuk nomina yang bermakna ragam cara atau bentuk terbaru pada suatu waktu tertentu (tata pakaian, potongan rambut, corak hiasan, dan sebagainya). Batu akik merupakan suatu trend yang termasuk kedalam bidang seni dan fashion. Ketika kita berbicara mengenai trend suatu barang makan kita akan bersinggungan dengan suatu rentang waktu berapa lama trend tersebut akan bertahan. Hal tersebut juga biasa disebut sebagai eksitensi.abidin Zaenal (2007:16) menyebutkan bahwa Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu menjadi atau, mengada.ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui, atau mengatasi.jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya. Pada saat ini kita melihat bahwa batu akik mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal tersebut diakibatkan oleh pemberitaan media secara terus menerus. Bahkan jika dulu sebagian kalangan hanya mengenal batu akik jenis merah delima, giok, dan ruby maka saat ini ratusan jenis batu akik sudah bermunculan dari pusat hingga pelosok negeri. Sejalan dengan konsep eksistensi tadi, batu akik juga merupakan trend yang bersifat lentur, tidak kaku dan perkembangannya berubah-ubah. Trend batu

3 3 akik seperti saat ini juga pernah terjadi pada tahun 1997 sampai akhir tahun Bahkan pada saat itu batu akik dengan berbagai jenis pernah dijadikan sebagai gambar untuk prangko. Tradisi manusia mengunakan batu akik, dan logam mulia (emas, intan, mutiara dan sejenisnya) sudah ada sejak awal kehidupan.karena, keindahan alam yang terdapat pada benda-benda indah itu menimbulkan pesona tersendiri, yang hanya bisa dirasakan oleh pemilik rasa seni pada alam bendawi tersebut. Namun, dalam perkembangan kehidupan ada 4 (empat) pengunaan seni keindahan pada alam, batu akik dan logam mulia, yang sudah ada sejak kehidupan ada. Pengunaan batu akik dan logam mulia sebagai simbol tradisi, termasuk di dalam simbol tradisi ritual pada kepercayaan animisme dan dinamisme, adalah bentuk paling tua. Kesan dan sisa kepercayaan yang menjadikan batu akik, benda tertentu seperti keris, emas, tembaga, perak, besi terdapat pada ritus pedukunan dan ilmu klenik di masyarakat tertentu. Tradisi memandikan keris dengan kembang, menjadikan cincin sebagai penanda diri sebagai orang pintar atau paranormal, pembuatan sesajian untuk pengobatan yang bersifat magis dengan mengunakan benda keras seperti besi, perak dan tembaga adalah contoh nyata hidupnya tradisi simbolik dengan bendabenda bertuah tertentu. Semua hal tersebut merupakan bagian dari persentase diri seseorang dalam lingkungan sosialnya.dalam ukuran ajaran Islam prilaku hidup sejenis ini berpotensi merusak akidah iman.atau setidak-tidaknya melakukan tradisi yang mengundang datangnya kemusrikan. Tidak dapat pula dipungkiri bahwa ada sejumlah pengiat dan penghobi batu akik dan logam mulia terseret kepada pola hidup mewah dan menjadikannya symbol kemewahan.sulit dimengerti secara ekonomi dan sosial, ketika sebuah batu cincin akik dapat bernilai jutaan rupiah, yang justru itu diperjual belikan dengan standar yang banyak orang tidak paham.selera dan keinginan pembeli saja yang menjadi ukuran nilai dan harganya.sehingga dipasaran banyak orang yang tertipu.

4 4 Disaat pengunaan batu akik atau logam mulia sebatas kesukaan dan pemenuhan rasa seni ini adalah hal yang wajar dan lumrah saja.akan tetapi hoby atau seni juga tentu harus dilakukan dalam batas-batas sewajarnya dan kepatutan social.kesenangan atau hoby adalah kebutuhan sekunder atau malah kebutuhan lux yang hanya baru dapat ditunaikan setelah kebutuhan pokok (primer dan sekunder) dipenuhi. Penyaluran kesenangan dan seni dapat dilaksanakan setelah kebutuhan pada hak-hak hidup diri, dan keluarga sudah terpenuhi menurut semestinya. Tidak bisa pula dapat disangkal bahwa trend batu akik ada padanya unsur pertumbuhan ekonomi. Tidak ada larangan jual beli atau transaksi batu akik atau logam mulia, hanya saja perlu diingatkan bahwa jual beli itu harus dilakukan dalam batas yang wajar. Memperjual belikan batu dan benda berharga memang sulit membuat standar harganya, karena motif pembeliaannya lebih pada selera dan kesukaan, namun daya guna, manfaat, fungsi dan kepatutan dapat dijadikan ukuran jual belinya. Dalam konteks instrument ekonomi batu akik dan sejenisnya dapat saja diterima, namun perlu ada pengaturan oleh pihak yang berwenang. Tindakan atau prilaku tanpa kontrol akan berdampak tidak baik bagi pasar, yang tentunya berpotensi merugikan satu pihak, atau merusak sistim sosial. Dapat dikatakan bahwa pengunaan batu akik adalah hal yang biasa dan merupakan bahagian dari kreativitas manusia dalam memenuhi selera seninya. Akan tetapi, perlu diingatkan bahwa simbolisasi akik sebagai tradisi, hobi, seni, kemewahan, persentase diri dan ekonomi dihimbau untuk ditempatkan secara proporsional sesuai fungsinya. Berkaitan dengan adanya indikasi sakralisasi (pemujaan), mitos, sinkritesime yang dilakukan oleh penggemar batu akik terhadap khasiat, tuah ataupun sejenisnya adalah perbuatan, prilaku dan tindakan yang menuju kepada bentuk desakralisasi. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya informasi yang simpang siur dalamsetiap pembahasan mengenai batu akik. Namun, walaupun begitu hal tersebut nyatanya merupakan bumbu yang menjadi penarik minat banyak orang untuk lebih menggeluti batu akik.

5 5 Mungkin kita masih ingat, sekitar empat dekade yang lalu (kurang lebih sekitar tahun 1970-an) Muchtar Lubis dalam bukunya yang berjudul Manusia Indonesia sebuah pertanggung jawaban pernah menyebutkan beberapa ciri manusia Indonesia, diantaranya berjiwa seni (Artistik). Dengan adanya ciri ini tentunya tidak mengherankan kalau kebiasaan orang Indonesia yang hobi mengoleksi barang seni termasuk batu akik sudah ada sejak lama, namun ketika itu peredarannya masih sporadis dan hanya terbatas pada kalangan tertentu saja. Awal mula batu akik mulai menjadi pusat perhatian publik nusantara baik penjual, kolektor dan masyarakat umum ditengarai setelah Presiden SBY menghadiahkan batu bacan (chrysocolla) kepada Presiden Barack Obama. Pemberitaan kemudian meluas, dan berkat kemajuan teknologi informasi yang memudahkan setiap orang dari segenap kalangan mengakses informasi mengenai serba serbi batu akik, akhirnya banyak orang yang awalnya tidak hobi batu akik kini menjadi keranjingan batu akik dan dalam tempo singkat hobi memakai dan mengoleksi batu akik telah menjadi lifestyle dan trend masa kini. Bahkan mereka yang tidak memakai batu akik bisa jadi akan dipersepsikan ketinggalan zaman. Keranjingan batu akik disadari atau tidak kini telah menjadi fenomena menarik untuk dibahasakan. Meluas dan meratanya hobi menggunakan serta mengoleksi batu akik di kalangan masyarakat tentunya menimbulkan suatu pertanyaan, Mengapa dan bagaimana hal tersebut bisa sampai terjadi? Apakah semata-mata karena pengaruh kemudahan akses informasi? Tidak dipungkiri bahwa akses informasi yang cepat, berlangsung realtime dan terus menerus memang memegang kendali dalam membentuk opini massa, namun opini massa semata tidak cukup untuk membangkitkan reaksi massa secara masif dan berantai. Hal yang menarik untuk menjadi bahan tambahan kajian pustaka dalam tulisan ini adalah konsep konformitas. Konformitas pertama kali dikenalkan oleh Solomon Asch, yang penelitian klasiknya mengindikasikan bahwa banyak orang akan mengikuti tekanan sosial dari kelompok yang bersuara bulat.

6 6 Konformitas sosial menurut Rongjun dan Sun (2013) adalah fenomena ketika seseorang mengubah perilaku dan sikapnya untuk menyamakan perilaku kelompok mayoritasnya. Baron dan Byrne (2005) mengatakan bahwa konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Myers (2005), konformitas adalah suatu perubahan dalam bertingkah laku atau kepercayaan untuk menyamakan tingkah laku dengan yang lainnya sebagai hasil dari tekanan kelompok yang bersifat nyata maupun yang dibayangkan. Mengapa manusia cenderung melakukan konformitas? Baron dan Byrne (2005) mengemukakan bahwa kecenderungan manusia untuk melakukan konformitas dilatarbelakangi oleh keinginan untuk disukai oleh orang lain dan keinginan untuk menjadi benar atau tepat mengenai dunia sosial. Kedua motif tersebut tercermin dalam dua jenis pengaruh sosial yang berbeda, antara lain : 1. Pengaruh sosial normatif (normative social influence), yaitu keinginan atau kebutuhan manusia untuk disukai dan rasa takut akan penolakan. Pengaruh sosial ini meliputi perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang lain; 2. Pengaruh sosial informasional (informational social influence), yaitu keinginan manusia untuk merasa benar, artinya kecenderungan manusia untuk bergantung pada orang lain sebagai sumber informasi tentang berbagai aspek dunia sosial. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Solomon Asch pada tahun 1951 dan 1955, sekiranya dapat digunakan untuk membantu lebih memahami apa yang dimaksud dengan konformitas. Dalam penelitian tersebut partisipan diminta untuk mengindikasikan yang mana dari ketiga garis pembanding yang sama persis dengan sebuah garis standar. Beberapa orang dari partisipan adalah asisten peneliti yang tidak diketahui oleh partisipan lainnya. Pada saat-saat yang disebut sebagai critical trials, para asisten peneliti tersebut dengan sengaja menjawab salah pertanyaan yang diajukan. Mereka secara bulat memilih garis yang salah sebagai garis yang sesuai dengan garis standar. Lebih dari itu, mereka menyatakan jawaban salah tersebut terlebih dahulu sebelum partisipan yang lain memberikan

7 7 jawaban. Hasilnya adalah bahwa ternyata partisipan yang lain kemudian terpengaruh dan memberikan jawaban yang sama dengan yang dikatakan oleh para asisten peneliti tersebut. Pada titik ini terjadilah apa yang disebut dengan konformitas. Teori diatas bila dikorelasi dengan fenomena trend batu akik yang dialami oleh mayoritas masyarakat kita belakangan ini, meskipun bukan sebuah kesimpulan akhir, tidak berlebihan jika fenomena tersebut diasumsikan berangkat dari proses sosial yang identik sebagaimana diuraikan diatas. Awalnya hanya merupakan kebiasaan kalangan tertentu, kemudian dipicu oleh suatu peristiwa extra ordinary (presiden SBY menghadiahkan batu bacan kepada Barack Obama), disusul dengan pemberitaan di media yang memungkinkan diakses oleh masyarakat secara luas dan real time tentang berbagai serba serbi batu akik, kemudian membentuk opini massa, lalu kemudian menggerakkan bilangan orang dalam jumlah yang cukup untuk melakukan tekanan sosial baik secara nyata maupun imajiner, sehingga terjadilah apa yang disebut dengan konformitas sosial pecinta batu akik. Sebagai benda seni, batu akik pada dasarnya tidak memiliki nilai intrinsik sebagaimana halnya batu mulia (intan dan permata) apalagi logam mulia (emas dan perak). Bernilai atau tidaknya batu akik ditentukan oleh subjek luar yang tidak lain adalah kolektor maupun seniman batu akik itu sendiri. Merekalah yang memiliki peranan penting dalam menentukan nilai, menaikkan maupun menjatuhkan harga batu akik meskipun dengan parameter yang irrasional. Namun secara pragmatis terlepas dari penilaian positif dan negatif, selama itu halal dan dapat memberikan margin ekonomi, sah-sah saja orang berkecimpung dalam dunia perbatu-akik-an, baik sebagai kolektor maupun pandai batu akik. Namun demikian menurut penulis, dibalik fenomena keranjingan batu akik itu ada fenomena yang jauh lebih luar biasa. Ibarat Fenomena dibalik fenomena. Bahwa fenomena menjamurnya batu akik juga sekaligus menjadi fakta yang membuktikan bahwa watak budaya bangsa indonesia menekankan pada keanggotaan kelompok atau budaya kolektif, dimana hampir sebagian besar individu (entitas) yang termasuk dalam domain budaya tersebut merasa lebih

8 8 nyaman jika berperilaku sebagaimana mayoritas orang berperilaku. Apa yang istimewa dari eksistensi budaya kolektif? Eksistensi budaya kolektif jika disadari dan dicermati secara saksama, memiliki kekuatan dan energi sosial luar biasa untuk melakukan rekayasa sosial (social enginering). Seandainya saja budaya kolektif tersebut bisa diarahkan untuk menciptakan konformitas yang tidak hanya sekedar mengimitasi kebiasaan tapi juga dapat mengimitasi kreatifitas. Seandainya saja budaya kolektif itu bisa menjadi instrumen dalam melakukan rekayasa sosial untuk menciptakan konformitas sosial dalam meningkatkan minat baca pada generasi muda, melakukan penemuan-penemuan sederhana untuk keperluan rumah tangga, berangkat dari hal-hal positif yang sederhana. Coba bayangkan apa yang akan terjadi? Mungkin dalam jangka waktu yang singkat niscaya Indonesia Akan Menjadi Negara Maju karena ditopang oleh lebih dari 200 juta penduduk bangsa yang kreatif. Jika selama ini, batu permata banyak digunakan kalangan orang-orang yang sudah dewasa namun belakangan ini batu akik banyak digunakan kalangan muda dan remaja bahkan batu akik telah menjadi trend dan gaya hidup sehingga harga batu akik semakin mahal karena semakin banyaknya pemikat dari berbagai kalangan. Beberapa jenis batu akik yang paling banyak diminati dan termahal antara lain: batu bacan, batu ruby, batu giok, dan batu lavender. Ada banyak hal yang membuat seseorang suka dengan batu akik. Batu akik ialah segala jenis batuan dan mineral yang bisa di manfaatkan sebagai bahan baku perhiasan (seperti cincin, kalung, gelang, dan lain-lain). Fenomena trend batu akik yang melanda Indonesia dari Sabang sampai Merauke termasuk unik. Ini terjadi secara spontan dan tiba-tiba. Sehingga memunculkan berbagai pertanyaan terkait mengapa banyak kalangan mulai dari tua, muda, miskin, kaya, pria maupun wanita mulai menggilai batu akik ini. Sudah lama menjadi bagian dari masyarakat Indonesia, trend batu akik ini sering sekali mengalami pasang surut. Namun, untuk yang terjadi saat ini banyak kalangan yang mengatakan bahwa salah satu faktor cepatnya batu akik menjadi

9 9 trend adalah karena publikasi dari media yang begitu hebat.bahkan saat ini isitilah batu mulia juga sudah mulai diterapkan pada semua mineral dan batuan yang di proses melalui pemotongan, pembentukan dan penggosokan, sehingga dapat dijadikan sebagai batu hias. Maka dari itu, jenis batu mulia pada masa kini semakin bervariasi atau beragam dan semakin banyak. Masyarakat mengenal batu akik sebagai bagian tradisi dan perhiasan untuk memperindah berpakaian. Melihat hal ini, fenomena batu akik masih akan bertahan lama. (Sumber: Alasan seseorang menyukai batu akik, menurut Sujarwanto Rahmat M. Arifin mengelompokkan penggemar batu di Indonesia menjadi 3 jenis, yaitu : 1. Alasan Mistis, Penggemar mistis adalah orang-orang yang menyukai batu akik karena hal-hal mistis yang dipercaya terkandung dalam batu-batu tersebut. Biasanya orang-orang tersebut mempercayai bahwa sebuah jenis batu bisa mendatangkan kekayaan, membawa pamor, atau memberi proteksi magis. Atau juga dipercaya bahwa dalam sebuah batu terdapat mahluk gaib yang perlu dirawat sedemikian rupa untuk mencapai satu tujuan tertentu. Mengenai orang-orang yang suka batu akik karena unsur kleniknya dikatakan Sujarwanto, Memang ada sebagian orang yang suka batu akik karena kepercayaan kleniknya. 2. Penggemar Energi Alam Batu Akik, penggemar energi batu alam batu akik tidak menaruh kepercayaan akan adanya kekuatan magis atau mahluk gaib dalam batu-batu itu. Penggemar kategori kedua ini meyakini bahwa sebagaimana benda alam lain, batu-batu tersebut juga memiliki energi sesuai dengan kandungan mineralnya. Energi dari kandungan-kandungan mineral dalam batu-batu tersebut diyakini akan berinteraksi dengan energi dari kandungan-kandungan mineral dalam tubuh manusia pemakainya. Hasilnya bisa bermacam-macam tergantung dari jenis batu apa yang dikenakan. Misalnya, sebuah batu dengan kandungan mineral dan energinya bisa membuat pemakainya menjadi lebih tenang.

10 10 3. Penggemar Keindahan, Warna, bentuk, dan ukuran batu menjadi perhatian utama dari penggemar jenis ini. Sebagian penggemar keindahan batu akik akan menilai sebuah batu dari bagaimana batu tersebut dapat dipasangkan dengan busana-busana yang dimilikinya. Penggemar ini akan memperhatikan segi fashion dari cincin. Selain penggemar keindahan dari sisi fashion, ada juga penggemar keindahan batu akik sebagai benda pajangan. Penggemar ini akan melihat keindahan batu akik sebagai sesuatu untuk dinikmati mata, bukan untuk dicocokkan dalam cara berpenampilan. Dari fenomena batu akik yang sedang menjadi trend di kota Medan dapat dilihat tingkat presentasi diri dari pemakai batu akik tersebut. Presentasi diri merupakan gambaran diri yang dapat dilihat orang lain yang berupaya mengolah tingkah lakunya agar orang lain terkesan kepadanya. Ketika orang menyajikan atau mempresentasikan dirinya maka dia mencoba untuk membuat orang lain terkesan. Menurut Goffman, penyajian diri terkait erat dengan persoalan pengelolaan kesan (self-presentation is very much a matter of impression management) (Mollisan, 2013: 124). Trend batu akik sekarang yang sedang marak di seluruh Indonesia, menarik peneliti untuk melakukan penelitian ini khususnya di Kota Medan, menarik semua kalangan untuk membeli dan memakainya. Hal yang menjadi menarik disini adalah batu akik bukan merupakan benda yang asing dan juga bukan benda yang sulit ditemukan di Indonesia. Namun, mengapa kali ini respon masyarakat akan batu akik sangat luar biasa. Bahkan bisa katakana bahwa hampir semua daerah di Indonesia berlomba-lomba untuk mencari batu akik yang berasal dari daerah nya untuk selanjutnya diklaim milik ataupun khas dari daerah tersebut. Tentu trend tersebut tidak lah datang begitu saja, warga masyarakat tentunya tidak mungkin dengan tanpa sebab ramai-ramai menggandrungi batu akik ini. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti presentasi diri pemakai batu akik. Di Kota Medan sendiri sebagai lokasi penelitian ini batu akik mulai kembali menjadi trend semenjak dua tahun yang lalu. Penyebabnya seperti efek domino yang pada awalnya trend di pulau Jawa dan juga Aceh. Aceh sendiri merupakan daerah yang paling dekat dengan Kota Medan

11 11 sehingga tidak mengherankan proses penularan trend batu akik ini cukup cepat sampai ke Kota Medan. 1.2 Fokus Masalah Berdasarkan konteks masalah di atas, maka dapat dirumuskan fokus permasalahanya dalam penelitian ini adalah Bagaimana Presentasi Diri dan Konsep Diri Pemakai Batu Akik di Kota Medan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana intrapersonal pemakai batu akik di Kota Medan 2. Untuk mengetahui alasan-alasan pemakai batu akik di kota Medan mengapa menggunakan batu akik. 3. Untuk mengetahui presentasi diri dan konsep diri pemakai batu akik di kota Medan 1.4 Manfaat Penelitian Setiap penelitian sudah seharusnya memiliki manfaat bagi keilmuannya.begitu pula dengan tulisan yang mencoba untuk melihat trend batu akik ini.adapun yang menjadi manfaat penelitian adalah: 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan terhadap fenomenologi batu akik dan tingkat presentasi diri khususnya di kota Medan. 2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperkaya bahan penelitian serta dapat dijadikan sebagai sumber bacaan bagi mahasiswa FISIP USU khususnya departemen Ilmu Komunikasi. 3. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan bagi pembaca untuk mengetahui fenomena batu akik di Kota Medan melalui studi fenomenologi.

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara serta analisis data. peneliti lakukan, maka didapat kesimpulan sebagai berikut :

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara serta analisis data. peneliti lakukan, maka didapat kesimpulan sebagai berikut : BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara serta analisis data yang peneliti lakukan, maka didapat kesimpulan sebagai berikut : Latar Belakang Pengguna Batu Akik di kawasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jenis serta bentuknya yang bermacam-macam.batu akik dengan kualitas terbaik

I. PENDAHULUAN. jenis serta bentuknya yang bermacam-macam.batu akik dengan kualitas terbaik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Era modern seperti saat ini, bebatuan sangat diminati oleh masyarakat dengan jenis serta bentuknya yang bermacam-macam.batu akik dengan kualitas terbaik mampu menembus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perhiasan yang menjadi trend akhir-akhir ini adalah memakai perhiasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perhiasan yang menjadi trend akhir-akhir ini adalah memakai perhiasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perhiasan yang menjadi trend akhir-akhir ini adalah memakai perhiasan yang dihiasi dengan batu akik yang marak diberbagai kalangan yang tidak membedakan usia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkelompok itu juga yang mendorong manusia untuk menyatukan dirinya dengan kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. berkelompok itu juga yang mendorong manusia untuk menyatukan dirinya dengan kelompok yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup berkelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan ini meliputi juga perubahan yang ada di dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan ini meliputi juga perubahan yang ada di dalam kehidupan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia berkembang seiring dengan perubahan waktu. Perubahan ini meliputi juga perubahan yang ada di dalam kehidupan sosial masyarakat. Perkembangan jaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus citacita bagi kemajuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada mulanya belanja merupakan suatu konsep yang menunjukan sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan sehari-hari dengan cara menukarkan sejumlah uang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batuan jenis ini memiliki komposisi kandungan kimia yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Batuan jenis ini memiliki komposisi kandungan kimia yang berbeda-beda. Oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batu mulia adalah jenis batu permata yang berasal dari campuran mineral alam. Batuan jenis ini memiliki komposisi kandungan kimia yang berbeda-beda. Oleh sebab itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pelaku kegiatan ekonomi dimana masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Masyarakat dalam kegiatan ekonomi melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia mode pakaian di Indonesia beberapa dekade ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia mode pakaian di Indonesia beberapa dekade ini mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia mode pakaian di Indonesia beberapa dekade ini mengalami peningkatan yang sangat pesat, bahkan menjadi sorotan publik karena dianggap sebagai ladang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri (KBBI, 2008:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi pada saat individu beranjak dari masa anak-anak menuju perkembangan ke masa dewasa, sehingga remaja merupakan masa peralihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang mode dan cara berpakaian mendukung perkembangan pasar produk fashion menjadi cukup pesat. Adanya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Penjelasan Judul Perancangan Promo Eksplorasi Dan Aplikasi Ragam Hias Ulos Batak merupakan kegiatan rancangan kerja yang berlandaskan pada teknik eksplorasi dan aplikasi kain tenun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Perhiasan Tradisional Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang sifatnya karena tuntutan gengsi semata dan bukan menurut tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dilahirkan, individu sudah memiliki naluri bawaan untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Gejala yang wajar apabila individu selalu mencari kawan baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Batu akik telah menjadi suatu fenomena yang menarik di Indonesia saat ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. Batu akik telah menjadi suatu fenomena yang menarik di Indonesia saat ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batu akik telah menjadi suatu fenomena yang menarik di Indonesia saat ini, termasuk di Kota Padang. Beberapa tahun belakangan ini, terlihat warga Kota Padang sangat

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang apa yang terjadi di seluruh dunia dan di sekitar mereka, selalu ada

BAB I PENDAHULUAN. tentang apa yang terjadi di seluruh dunia dan di sekitar mereka, selalu ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, informasi berkembang dengan sangat cepat. Fenomena tersebut membuat setiap orang ingin mengikuti perkembangan informasi yang terjadi agar dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah realita kehidupan pada era globalisasi seperti sekarang ini masih terbilang cukup unik. Karena dengan menawarkan begitu banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, khususnya dalam perilaku membeli. Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia fashion terus mengalami kemajuan sehingga menghasilkan berbagai trend mode dan gaya. Hal ini tidak luput dari kemajuan teknologi dan media sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai terjadinya variasi penggunaan hijab di masyarakat perkotaan, dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang menimbulkan pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaum wanita adalah kaum yang sangat memperhatikan penampilan. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun identitas, penampilan juga sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah remaja. Remaja memiliki karakteristik tersendiri yang unik, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan wilayah yang luas, pertumbuhan media dari waktu kewaktu semakin menunjukan peningkatan. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak diujung pulau Sumatra dan dikenal dengan julukannya sebagai kota Serambi Mekkah. Aceh juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Korea Selatan sudah dapat dikatakan berhasil dalam menyebar luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea telah menyebarkan budayanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu memiliki berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan pokok atau primer maupun kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat dunia dengan cara memperkenalkan atau menjual produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang akan menumbuhkan berbagai pengaruh bagi penggunanya. Masyarakat dituntut untuk lebih mampu memanfaatkan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memperhatikan adalah mengarah kepada dan mempersiapkan diri untuk melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu perbuatan. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk produk fashion pada masa sekarang ini memiliki banyak model dan menarik perhatian para pembeli. Mulai dari jenis pakaian, tas, sepatu, alat make up, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kain tradisi yang sangat beragam. Terdapat kain tradisi disetiap daerah dan memiliki perbedaan atau keunikan masing-masing disetiap daerahnya. Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep belanja ialah suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkankan sejumlah uang sebagai pengganti barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia jumlah muslimnya terbesar dan keanekaragaman budaya daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya. Oleh karena itu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin factio,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari lagi menjelang era millennium tiga ini. Era tersebut diyakini pula sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan teknologi membuat individu selalu mengalami perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan individu berada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman telah menunjukkan kemajuan yang tinggi dalam berbagai aspek kehidupan. Selain menunjukkan kemajuan juga memunculkan gaya hidup baru

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kanayatn yaitu pada zaman Kayo (memotong kepala lawan) sekitar ratusan tahun yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kanayatn yaitu pada zaman Kayo (memotong kepala lawan) sekitar ratusan tahun yang 122 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Tangkitn merupakan senjata yang berkembang di dalam masyarakat Suku Dayak Kanayatn yaitu pada zaman Kayo (memotong kepala lawan) sekitar ratusan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan konsumen atau kebutuhan manusia merupakan dasar bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan konsumen atau kebutuhan manusia merupakan dasar bagi semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumen atau kebutuhan manusia merupakan dasar bagi semua pemasaran modern. Kebutuhan merupakan intisari dari konsep pemasaran. Dimana kunci bagi

Lebih terperinci

kasihan kepada dia. Susuk yang sering dipakai oleh joged adalah susuk bersinar. Selain susuk tadi, ada juga joged yang mempunyai pengasihan

kasihan kepada dia. Susuk yang sering dipakai oleh joged adalah susuk bersinar. Selain susuk tadi, ada juga joged yang mempunyai pengasihan 141 Mereka menggunakan susuk pengasihan tersebut mempunyai tujuan agar mereka lebih kelihatan menarik dan bersinar ketika di atas panggung, sehingga orang yang melihatnya menjadi suka dan tertarik untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Sebagai komunitas yang dibentuk berdasarkan kesadaran religious, Komunitas Hijabers Yogyakarta ingin menampilkan sebuah identitas baru yaitu berbusana yang modis tapi tetap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gaya berbusana atau sering disebut fashion adalah istilah untuk menggambarkan gaya yang dianggap lazim pada satu periode tertentu (sumber: http://digilib.its.ac.id/).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pada tahun 2003 terdapat satu milyar pengguna telepon seluler di dunia (Krisna, 2001). Menurut riset PT Telkom, pengguna telepon seluler di Indonesia tahun 2000 sudah 3.198.649

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.Pengertian Perilaku Konsumtif A.Perilaku Konsumtif Konsumtif merupakan istilah yang biasanya dipergunakan pada permasalahan, berkaitan dengan perilaku konsumen dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Anggota

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Anggota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola hidup tiap masyarakat kerap berubah, masyarakat lebih cenderung memilih gaya hidup yang mencontoh tren mode terkini, terutama terjadi pada usia remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi merupakan suatu hal terpenting dalam kehidupan. Banyak cara untuk mendapatkan informasi, melalui media televisi maupun radio. Majalah dan koran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Tato merupakan salah satu karya seni rupa dua dimensi yang layak untuk dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2016). Belakangan ini, fenomena perkembangan fashion yang sedang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 2016). Belakangan ini, fenomena perkembangan fashion yang sedang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan Negara Muslim terbesar didunia, dengan jumlah penduduk Muslim mencapai 88% atau ± 205 juta jiwa (Indonesia halal food expo, 2016). Belakangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi ini telah membuat berbagai perusahaan berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bagi sebagian besar individu yang baru beranjak dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka. Masa remaja

Lebih terperinci

KONFORMITAS. Konformitas dan Norma SoSial. Konformitas dan Penelitian Solomon Asch. Pengaruh Sosial dan Kontrol Pribadi (bag 1) Halaman 1

KONFORMITAS. Konformitas dan Norma SoSial. Konformitas dan Penelitian Solomon Asch. Pengaruh Sosial dan Kontrol Pribadi (bag 1) Halaman 1 1 KONFORMITAS dan Norma SoSial adalah Suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. dan Norma Sosial Tekanan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru dijajaki merupakan proses awal untuk dapat bertahan hidup dalam sebuah lingkungan baru. Berbagai masalah-masalah akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (Bastian, 2001).Tingkatan kinerja organisasi dapat dilihat dari sejauh mana

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (Bastian, 2001).Tingkatan kinerja organisasi dapat dilihat dari sejauh mana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja organisasi merupakan sebuah alat ukur untuk menilai dan mengevaluasi berhasil atau tidak tujuan organisasi. Kinerja didefinisikan sebagai suatu gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan hal yang boleh dikatakan universal dalam hidup manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar belakang lingkungan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota BAB II LANDASAN TEORI II. A. Pria Metroseksual II. A. 1. Pengertian Pria Metroseksual Definisi metroseksual pertama kalinya dikemukakan oleh Mark Simpson (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diakses 19 Juni 2014 pukul 23.30

BAB I PENDAHULUAN.  yang diakses 19 Juni 2014 pukul 23.30 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tato merupakan suatu wahana identitas yang menyebar tidak hanya di belahan dunia barat, tetapi juga mulai mewabah di Indonesia. Pada saat ini tato mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kontribusi sektor industri pengolahan memberikan peranan besar

BAB I PENDAHULUAN. Kontribusi sektor industri pengolahan memberikan peranan besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kontribusi sektor industri pengolahan memberikan peranan besar terhadap PDB selama tahun 1994 hingga tahun 2004. Berdasarkan data BPS, pada tahun 1994 sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Indonesia kaya akan seni dan budaya, dari sekian banyak seni dan budaya yang terdapat di Indonesia salah satunya adalah seni kriya dari bahan lidi. Penggarapan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan pola pikir manusia mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami banyaknya perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gaya hidup selalu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Kehidupan yang semakin modern membawa manusia pada pola perilaku yang unik, yang membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penulisan skripsi ini berangkat dari pengamatan dan kesan penulis ketika melihat sikap dan tingkah laku anak muda yang cenderung tidak mengenal dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali tahun 2004 oleh Mark Zuckerberg dan mulai resmi dapat di akses secara umum pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhiasan adalah salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam ritual masyarakat pramoderen Indonesia, sehingga meskipun hingga kini lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besarnya kebutuhan sumber informasi atau referensi dan pesatnya perkembangan teknologi informasi menjadi tantangan tersendiri bagi pihak akademisi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Hal ini dikarenakan mausia sebagai mahluk sosial yang berusaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion kini merambah begitu besar. Para pelaku bisnis dan perancang busana berlombalomba untuk menciptakan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS. Judul : Kreatifitas Desain Kaos dan Baju

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS. Judul : Kreatifitas Desain Kaos dan Baju KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Judul : Kreatifitas Desain Kaos dan Baju Disusun Oleh : Wahyu Eka Pratiwi 11.12.6305 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siapa yang tidak mengenal istilah jilbab? Jilbab atau kerudung merupakan istilah yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Di Indonesia mengenakan jilbab atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin banyak orang yang sadar akan hidup sehat. Imbasnya, pusat kebugaran di kota-kota besar pun muncul sporadis. Kesehatan kini sudah menjadi bagian gaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menghabiskan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan kini tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menghabiskan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan kini tidak BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi telah berkembang demikian pesatnya. Seluruh umat manusia di belahan bumi manapun, termasuk masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku Konsumtif Remaja pada siswa kelas XI SMA Al-Kautsar Bandar Lampung yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, maka dengan sendirinya akan menimbulkan adanya perubahan di segala bidang seperti mode, informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang memiliki beberapa kabupaten dengan berbagai macam suku. Salah satu suku yang terdapat di Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini media massa mengalami perkembangan yang sangat pesat, dimana kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peranan media. Media massa menjadi sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Jilbab merupakan jenis pakaian yang memiliki arti sebagai kerudung lebar yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada (kbbiweb.id). Jilbab

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Religiusitas adalah suatu keadaan yang mendorong diri seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama yang dipeluknya. Religiusitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Setiap manusia melakukan interaksi dengan manusia lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hijab merupakan simbol komunikasi dan sebagai identitas bagi wanita,

BAB I PENDAHULUAN. Hijab merupakan simbol komunikasi dan sebagai identitas bagi wanita, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hijab merupakan simbol komunikasi dan sebagai identitas bagi wanita, sehingga wanita mudah dikenal melalui pesan penampilan atau hijab yang dikenakan. Melalui hijab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai persembahan untuk para putri raja atau sebagai hadiah kepada raja.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai persembahan untuk para putri raja atau sebagai hadiah kepada raja. digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Batu permata merupakan salah satu benda memiliki nilai tukar tinggi yang ada sejak jaman dahulu kala. Dibuktikan dengan adanya bukti permata sebagai

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1 Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta

Lebih terperinci