RESPON DAN KERAGAMAN GENETIK POPULASI M 2 HASIL IRRADIASI SINAR GAMMA BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESPON DAN KERAGAMAN GENETIK POPULASI M 2 HASIL IRRADIASI SINAR GAMMA BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI"

Transkripsi

1 105 RESPON DAN KERAGAMAN GENETIK POPULASI M 2 HASIL IRRADIASI SINAR GAMMA BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI ABSTRAK Keragaman genetik merupakan dasar utama untuk merakit varietas dalam kegiatan pemuliaan tanaman. Untuk merakit varietas gandum di agroekosistem tropis, perlu adanya upaya peningkatan keragaman genetik. Salah satu upaya peningkatan keragaman genetik melalui introduksi galur galur yang adaptif untuk agroekosistem tropis. Selanjutnya galur galur yang adaptif keragamannya lebih ditingkatkan melalui iradiasi sinar gamma. Penelitian ini bertujuan mengetahui respon beberapa galur terhadap iradiasi sinar gamma dan memperoleh informasi mengenai keragaman genetik dari galur yang diiradiasi sinar gamma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis > 400 gy menyebabkan pertumbuhan kecambah mengalami cekaman dan menyebabkan kecambah tidak memiliki klorofil. Dosis 300 gy penelitian lapang menyebabkan kematian 50 % dari populasi tanaman yang di iradiasi. Iradiasi sinar gamma dengan dosis 300 gy tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap semua karakter pada tanaman M1. Terdapat perubahan nilai tengah yang lebih baik karakter jumlah biji/malai dan jumlah spikelet hampa pada populasi M 1 Oasis dan M 1 Rabe. Keragaman genetik nampak populasi generasi M 2 dari semua galur yang diiradiasi. Populasi M 2 dari galur OASIS/SKAUZ//4*BCN, Kasifbey dan Dewata merupakan populasi hasil iradiasi yang memiliki perubahan nilai tengah semua karakter paling banyak dibandingkan populasi M 2 hasil iradiasi lainnya. Pengaruh interaksi iradiasi dan cekaman suhu tinggi menyebabkan populasi keragaman genetik dari galur dan varietas pada generasi M 2. Karakter yang memiliki keragaman genetik sedang sampai luas adalah karakter umur panen, karakter jumlah floret hampa termasuk luas, kecuali pada populasi M 2 turunan varietas Selayar. Karakter yang memiliki keragaman genetik sedang hingga luas diikuti dengan nilai heritabilitas arti luas sedang hingga luas. Kata Kunci : keragaman genetik, populasi M 2 dan iradiasi sinar gamma ABSTRACT Genetic variability is the main basis for assembling varieties in plant breeding activities. In order to assemble varieties of wheat in tropical agroecosystems needs the efforts to increase genetic variability. The one effort to increase the genetic variability is through introduction of adaptive strains to tropical agroecosystems. Furthermore, the variability of adaptive strains was enhanced through gamma ray irradiation. This research aims to study the response of some strains to gamma irradiation and to obtain the information on the genetic variability of irradiated strains. The results showed that High dose (> 400 gy) caused the seedling growth was under pressure and the sprouts did not have chlorophyll. Dose of 300 gy in the field research led to the death of 50% of the irradiated plant population. Gamma-ray irradiation at dose of 300 gy had no significant effect on all the characters in M 1 plants. There was greater median alteration at the number of seeds / spike and number of hollow spikelet in M 1 population of Oasis and Rabe. The genetic variability showed in the generation of M 2 population of all irradiated strains. M 2 population of strains OASIS/SKAUZ//4*BCN, Kasifbey and Dewata were the irradiated population that have more the mean changes on all characters

2 106 than the other irradiated M 2 population result. Effect of irradiation and hightemperature stress interaction led to variability on population of strains and varieties in M 2 generation. The characters that have a moderate to high genetic variability were harvesting time character, a number of empty floret had high variability, except in M 2 population of derived Selayar varieties. The characters that had a moderate to high genetic variability followed by moderate to high broadsense hertability values. Keywords: Genetic variability, population M 2 and gamma ray irradiation PENDAHULUAN Latar Belakang Gandum bukan tanaman asli Indonesia, sehingga pengembangan gandum di Indonesia terkendala dengan tidak adanya sumber plasma nutfah gandum diberbagai wilayah Indonesia sebagai sumber keragaman genetik. Untuk meningkatkan keragaman genetik gandum di Indonesia dilakukan introduksi galur-galur yang dianggap dapat beradaptasi baik di agroekosistem tropis Indonesia. Introduksi tanaman merupakan salah satu cara dalam meningkatkan keragaman genetik tanaman gandum dalam memdukung keberhasilan kegiatan pemuliaan tanaman. Khusus untuk tanaman gandum sumber genetik sebagai plasma nutfah baik yang berada di bank gen dan lokal di seluruh dunia diperkirakan mencapai aksesi meskipun banyak aksesi telah banyak mengalami duplikasi (Poelhman dan Sleeper 2006). Sementara koleksi galur-galur di Indonesia, khususnya di Balitsereal yang telah diintroduksi berjumlah 101 aksesi (Balitser 2011) Keragaman genetik merupakan dasar utama dalam upaya perbaikan karakter tanaman dalam kegiatan pemuliaan tanaman. Dengan keragaman genetik yang luas maka peluang untuk mendapatkan individu tanaman yang bagus/superior makin besar. Keefektifan seleksi dalam program kegiatan pemuliaan ditentukan oleh luasnya keragaman genetik untuk karakter yang akan diseleksi dalam populasi (Hiremath et al. 2011). Genotipe introduksi dari berbagai negara, selain diadaptasikan langsung untuk mendapatkan genotipe-genotipe yang dapat beradaptasi baik di agroekosistem tropis Indonesia, juga dapat diperluas keragaman genetiknya

3 107 melalui persilangan/hibridisasi atau mutasi. Salah satu kegiatan mutasi yang sering digunakan dalam meningkatkan keragaman genetik tanaman adalah iradiasi sinar gamma. Teknologi iradiasi merupakan bagian dari teknologi nuklir yang menggunakan radioisotop. Dibandingkan zat kimia, radioisotope memiliki kelebihan sifat fisik, yaitu memancarkan sinar radioaktif. Kelebihan ini telah dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan penelitian termasuk perbenihan tanaman dan pemuliaan tanaman. Secara fisiologis, radiasi dengan sinar gamma menyebabkan terbentuknya elektron bebas yang dapat menginduksi terbentuknya radikal yang dapat bereaksi dengan makromolekul (IAEA 1977). Reaksi radikal dengan makromolekul dapat bersifat merusak. Iradiasi sinar gamma pada tanaman gandum ini diharapkan agar karakterkarakter yang terdapat dalam dalam satu lokus yang sering diturunkan secara bersama-sama melalui teknik persilangan dapat dipisahkan. Salah satu contoh 3 kromosom dalam suatu kelompok homologus ABD sering mengandung lokuslokus yang bersamaan untuk suatu karakter tertentu seperti 2 gen untuk ketahanan karat daun terletak pada kromosom 2A, 3 gen pada kromosom 2B, dan 3 gen pada kromosom 2D. lokus-lokus yang berulang memberi kesan bahwa genom A, B dan D mungkin berasal dari satu nenek moyang (Sleeper & Poelhman 2006). Hasil iradiasi diperbanyak untuk mendapatkan populasi dengan keragaman genetik yang luas seperti yang diharapkan. Selanjutnya setiap generasi dapat di seleksi berdasarkan metode pemuliaan. Penggabungan metode seleksi dapat mengefektifkan dan mengefisienkan program seleksi yang dilakukan. Pada generasi awal benih M 2 menggunakan metode Bulk, selanjutnya generasi M 3 menggunakan metode seleksi pedigree. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon beberapa genotipe terhadap iradiasi sinar gamma dan memperoleh informasi mengenai keragaman genetik dari genotipe yang diiradiasi sinar gamma.

4 108 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Iradiasi sinar gamma dilaksanakan di Laboratorium Batan, Pasar Jum at, Jakarta. Penelitian terbagi atas dua tahap yaitu a). Orientasi dosis iradiasi sinar gamma b). Penanaman benih yang telah diiradiasi M 1 untuk mengetahui respon genotipe terhadap dosis iradiasi sinar gamma, c) Perbanyakan dan studi keragaman populasi M 2 hasil iradiasi sinar gamma terhadap cekaman suhu tinggi berdasarkan karakter agronomi. Penelitian berlangsung mulai Mei Juli Radiosensivitas Iradiasi Sinar Gamma. Penembakan sinar gamma dilaksanakan di Laboratorium Batan, Pasar Jum at, Jakarta. Meteri genetik yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Nias. Benih yang diiradiasi dengan sinar gamma dengan laju aktivitas 1046,16976 ci dengan lama penyinaran 0 71 menit (Tabel Lampiran 4). Dosis iradiasi yang digunakan adalah 0, 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900 dan 1000 gy. Benih gandum ditanam dalam bak plastik ukuran, setiap lubang tanam terdiri dari 2 benih/lubang tanam sebanyak 7 lubang tanam, sehingga jumlah benih yang ditanam setiap ulangan adalah 14 benih. Penanaman di lapangan dilakukan untuk menverifikasi dosis iradiasi sinar gamma lingkungan yang lebih heterogen. Respon Genotipe terhadap Iradiasi Sinar Gamma Materi genetik yang digunakan untuk iradiasi sinar gamma adalah benih Basribey, Kasifbey (Turki), OASIS/SKAUZ//4*BCN, RABE/MO 88 (India) dan Selayar dan Dewata (varietas nasional) dengan dosis iradiasi sinar gamma 300 gy. Benih gandum yang telah diiiradiasi M 1 diperbanyak pada lingkungan optimal untuk mendapatkan benih M 2 Perbanyakan benih yang telah diiradiasi M 1 disusun dalam bentuk Rancangan Petak Terpisah diulang 3 kali. Petak utama terdiri dari kontrol dan Iradiasi, sedangkan anak petak adalah varietas/genotipe introduksi. Ukuran petak penelitian 1 x 5 m. Setiap galur ditanam 4 baris sepanjang 5 m, jarak tanam 25

5 109 cm antar baris, benih dilarik dalam barisan. Pemupukan diberikan dua kali yaitu saat tanaman berumur 10 Hst dengan dosis 150 kg.ha -1 Urea, 200 kg.ha -1 SP36 dan KCl 100 kg.ha -1 dan pemupukan kedua dengan dosis Urea 150 kg.ha -1 umur 30 Hst. Sebelum ditanam benih diberi insektisida Carbaryl 85% dan pada saat tanam lubang larikan diberi Karbofuran 3%. Benih dipanen secara terpisah dari masing-masing nomor tanaman M 1, kemudian dikeringkan untuk mendapatkan populasi generasi (M 2 ). Data yang dikumpulkan antara lain umur berbunga (Hst), umur masak (Hst), tinggi tanaman (cm), jumlah spiklet, jumlah floret hampa, panjang malai (cm), jumlah biji /malai (g), bobot biji/malai, bobot 1000 biji (g), kehijauan daun dan luas daun. Data yang dikumpulkan dianalisis ragam berdasarkan analisis ragam model split plot. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) Model linier dari rancangan petak terpisah secara umum dapat dituliskan sebagai berikut: Model : Keterangan : Y ijk = μ + α i + δ ik + β j + (αβ) ij + ε ijk Y ijk = nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan μ α i δ ik β j (αβ) ij ulangan ke-k = rataan umum = pengaruh utama faktor A (petak utama) taraf ke-i = pengaruh acak faktor A (petak utama) = pengaruh utama faktor B (anak petak) taraf ke-j = interaksi dari faktor A dan faktor B ε ijk = pengaruh acak yang menyebar normal (0,ζ 2 ) Keragaman Populasi M 2 Hasil Iradiasi Sinar Gamma terhadap Cekaman Suhu Tinggi Berdasarkan Karakter Agronomi Benih gandum yang ditanam adalah benih gandum turunan pertama M 2 dari iradiasi sinar gamma dari galur (Basribey, Kasifbey, OASIS SKAUZ//4*BCN, RABE/MO 88) dan varietas (Selayar dan Dewata). Penelitian dilaksanakan di ketinggian (<400 mdpl) dikebun percobaan Seameo-Biotrop Bogor. dilaksanakan mulai bulai Januari April Penelitian Pengolahan tanah, pemupukan, pemeliharaan dari hama dan penyakit sama seperti penelitian di atas. Pada tahap penelitian ini diamati keragaman pada karakter umur berbunga (hari), umur masak (hari), tinggi tanaman (cm), jumlah spiklet, jumlah

6 110 floret, jumlah floret hampa, panjang malai (cm), jumlah biji /malai (g), bobot biji/malai, kehijauan daun, dan nilai heritabilitas. Pada turunan M 2 ini malai dari masing-masing tanaman pada masing-masing varietas dipanen secara massa (bulk) untuk dilanjutkan penanaman pada pada M 3. Variasi genetik pada generasi M 2 dihitung dengan rumus sebagai berikut; ( 2 2 x ) [( n 1 x) 2 / n] ζ 2 M 2 = ζ 2 p; ζ 2 p = ζ 2 g + ζ 2 e; ζ 2 g = ζ 2 p - ζ 2 e = ζ 2 M 2 - ζ 2 M 0, dimana : ζ 2 = ragam n = jumlah anggota populasi ζ 2 p = ragam fenotip ζ 2 g = ragam genotip ζ 2 e = ragam lingkungan ζ 2 M 2 = ragam populasi M 2 ζ 2 M 0 = ragam populasi M 0 (populasi sebagai kontrol) nilai heritabilitas dihitung dengan menggunakan rumus : h 2 = ζ 2 g/ζ 2 p (Singh dan Chaudhari 1979) Kriteria nilai heritabilitas : h 2 > 0.5 : nilai heritabilitas tinggi h 2 terletak antara : nilai heritabilitas sedang h 2 < 0.2 : nilai heritabilitas rendah. Variasi genetik ditentukan berdasarkan pada koefisien variasi genetik (KVG) menggunakan metode yang dikemukakan oleh Singh dan Chaudhary (1985) sebagai berikut : g KVG ( ) x100% x Dimana : ζ g = akar varian genotip; X = rata-rata nilai sifat Nilai KVG mutlak yang tertinggi ditetapkan dari nilai KVG relatif 100%.

7 111 HASIL DAN PEMBAHASAN Radiosensivitas Iradiasi Sinar Gamma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis iradiasi sinar gamma tidak memperlihatkan pengaruh terhadap daya kecambah benih gandum. Penampilan perkecambahan benih gandum yang diiradiasi sinar gamma dengan dosis 0, 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900 dan 1000 gy disajikan pada Gambar 18. Gambar 18 Penampilan dosis irradiasi sinar gamma gy terhadap laju perkecambahan biji gandum. Iradiasi sinar gamma hanya memperlihatkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan kecambah gandum. Dosis 100, 200 dan 300 memperlihatkan daya kecambah lebih baik dibandingkan dengan kontrol (tidak diiradiasi sinar gamma). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan irrradiasi yang menggunakan dosis rendah dapat memperbaiki perkecambahan benih. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Sheppard (1986a) dan Sheppard (1987b) pada gandum dan barley yang menunjukkan bahwa dosis yang rendah dapat menstimulasi perkecambahan. Penelitian lainnya dengan menggunakan kisaran

8 112 dosis 1-4 krad, juga memberikan hasil yang sama, yaitu menstimulasi perkecambahan gandum dan barley, dimana daya berkecambah akan menurun dengan meningkatnya dosis radiasi; kecenderungan yang sama juga ditunjukkan oleh karakter tinggi bibit (Khanna 1986). Dosis 400 dan 500 gy memperlihatkan bahwa pertumbuhan kecambah gandum mulai mengalami penurunan. Bahkan pada dosis 600, 700, 800, 900 dan 1000 gy kecambah gandum yang muncul mulai tidak berwarna hijau atau tidak memperlihatkan adanya klorofil (abnormal) dan pertumbuhan juga kerdil (Gambar 19). Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji yang diiradiasi dengan sinar gamma dosis tinggi menyebabkan terganggunya sintesa protein (Xiuzher, 1994), keseimbangan hormon, pertukaran gas di daun (Stoeva & Bineva 2001), pertukaran air dan aktivitas enzim (Stoeva et al. 2001). Pada tembakau (Nicotiana) iradiasi dengan dosis tinggi mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman, degradasi klorofil, dan kerusakan morfologi pada tanaman (Wada et al. 1998). Gambar 19 Penampilan pertumbuhan kecambah biji gandum pada dosis iradiasi sinar gamma 600, 700, 800, 900 dan 1000 gy pada umur 7 HST. Penelitian lapang (Gambar 20) menunjukkan bahwa dosis mulai dosis 300 gy telah menghambat perkecambahan dan pertumbuhan gandum, sementara pada dosis 400 gy pertumbuhan gandum mulai memperlihatkan cekaman yang kuat, dimana pertumbuhan bibit gandum menjadi kerdil. Mulai dosis 500 gy hingga dosis 1000 gy benih gandum sudah tidak mampu menembus tanah di lapangan. Radiasi sinar gamma menyebabkan terganggunya proses pembelahan sel, mengakibatkan terbentuknya sel-sel yang abnormal, dan menurunkan frekuensi

9 113 pembelahan sel yang berakibat pada menurunnya laju pertumbuhan bibit, serta aberasi pada sifat-sifat morfologi (Mandal & Basu 1986). Kawamura et al. (1992b) yang menunjukkan bahwa panjang akar dan tunas bibit gandum lebih sensitif terhadap perlakuan iradiasi sinar gamma dibandingkan dengan proses perkecambahan itu sendiri. A B C D E F Gambar 20 Penampilan pertumbuhan kecambah gandum dilapangan pada dosis irradiasi sinar gamma (A) 0 gy, (B) 100 gy, (C) 200 gy, (D) 300 gy, (E) 400 gy dan (F) 500 gy pada umur 15 HST.

10 114 Respon Genotipe Gandum terhadap Iradiasi Sinar Gamma Analisis ragam (Tabel 41) menunjukkan bahwa induksi iradiasi memperlihatkan pengaruh nyata terhadap umur panen, luas daun, panjang malai, floret hampa, jumlah biji/malai, bobot biji/malai, jumlah spiklet, bobot 1000 biji sedangkan parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, umur berbunga, dan kehijauan daun tidak memperlihatkan respon yang nyata, sementara genotipe yang memperlihatkan pengaruh nyata terhadap umur panen, luas daun, panjang malai, jumlah spikelet, dan floret hampa, parameter yang tidak memperlihatkan respon nyata adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, umur berbunga, kehijauan daun, jumlah biji/malai, bobot biji/malai dan bobot 1000 biji. Tabel 41. Analisis ragam karakter agronomi beberapa genotipe gandum pada perlakuan Iradiasi sinar gamma Karakter Kuadrat Tengah Iradiasi Genotipe Iradiasi x Genotipe KK Tinggi Tanaman tn tn tn Jumlah Anakan tn tn tn Umur Berbunga tn tn tn Umur Panen * ** tn Kehijauan Daun tn tn tn Luas Daun * ** tn Panjang Malai 0.261* 3.324** tn Jumlah Spiklet ** ** tn Floret Hampa 8.382* 0.337* tn Jumlah Biji/Malai * tn tn Bobot Biji/Malai * tn tn Bobot 1000 biji ** tn tn Keterangan : PU = Petak Utama; AP = Anak Petak; KK = Koefisien Keragaman; * dan ** = nyata pada taraf uji P 0,05 dan P 0,01 Analisis interaksi iradiasi x genotipe, untuk semua karakter tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata. Pengaruh interaksi yang tidak nyata pada semua karakter yang diamati menunjukkan bahwa penampilan fenotipe pada generasi M 1 tidak menunjukkan adanya perubahan respon genotipe dari suatu perlakuan iradiasi dengan perlakuan kontrol. Hanya hasil mutasi dominan yang terekspresikan pada generasi M 1. Mutasi dapat menghasilkan kimera, yaitu dimana keturunan-keturunan sel-sel mutan dan sel-sel normal akan menghasilkan jaringan yang berbeda. Tanaman M 1 biasanya bersifat kimerik, melalui pertumbuhan tanaman M 1, kesempatan kompetisi antara mutan dan non mutan terjadi (Nasir

11 ). Keragaman genetik akan muncul pada generasi atau keturunan berikutnya dari biji atau tanaman yang diperlakukan dengan mutagen. Keragaman terbesar umumnya muncul pada generasi atau keturunan M 2. Berdasarkan penelitian Manjaya dan Nandanwar (2007), dengan dosis penyinaran sinar gamma 250 Gy berhasil menginduksi terjadinya mutasi dan menyebabkan terjadinya keragaman genetik pada kedelai cv JS Uji t memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata luas daun bendera pada populasi M 1 O dan M 1 D dengan kontrol. Terdapat perubahan nilai tengah yang lebih baik M 1 O dan M 1 R pada jumlah biji/malai, demikian halnya jumlah floret hampa mengalami penurunan floret hampa pada populasi M 1 O, M 1 R dan M 1 D (Tabel 42). Tabel 42. Perbedaan nilai tengah karakter agronomi populasi M 1 hasil iradiasi sinar gamma (300 gy) dengan kontrol Karakter IR M 1 Oasis M 1 Rabe M 1 Basribey M 1 Selayar M 1 Dewata KHD IR 45.1± ± ± ± ±2.9 K 43.3± ± ± ± ±0.9 LD IR 12.9 ** ± ± ± ± * ±1.9 K 12.9± ± ± ± ±1.5 PM IR 8.1± ± ± ± ** ±0.1 K 8.5± ± ± ± ±0.1 JS IR 17.8± ± ± ± 19.8 * ±0.6 K 19.4± ± ± ± ±0.3 JBM IR 46.4 * ± * ± ± ± ±2.6 K 22.0± ± ± ± ±10.4 SHMP IR 2.3 ** ± * ± ± ± * ±1.5 K 10.1± ± ± ± ±0.5 TT IR 57.8± ± ± ± ±15.2 K 61.9± ± ± ± ±11.4 JA IR 5.0± ± ± ± ±1.1 K 6.7± ± ± ± ±0.3 BBM IR 0.8± ± ± ± ±0.07 K 1.0± ± ± ± ±0.1 B1000B IR 32.3± ± ± ± ±4.7 K 28.3± ± ± ± ±2.0 UB IR 57.7± ± ± ± ±6.4 K 62.3± ± ± ± ±3.6 UP IR 96.7± ± ± ± ±6.4 K 97.7± ± ± ± ±2.0 Keterangan : IR = Iradiasi sinar gamma; K = Kontrol (Tidak diiradiasi); KHD = Kehijauan daun; LD = Luas Daun; PM = Panjang Malai; JS = Jumlah Spikelet, JSH = Jumlah spikelet hampa; TT = Tinggi tanaman; JA = Jumlah anakan; BBM = Bobot biji/malai; UB = Umur berbunga, UP = Umur panen;

12 116 Populasi M 1 Basribey dan M 1 Selayar tidak mengalami perubahan nilai tengah yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan keragaman genetik pada populasi tanaman M 1 pada lima galur yang diiradiasi tidak memperlihatkan adanya keragaman, hal ini disebabkan karena keragaman genetik muncul tertinggi berada pada populasi tanaman M 2 di mana segregasi tertinggi terjadi. Menurut Mugnozza et al. (1993) bahwa Mutasi induksi terhadap biji gandum dengan kadar air 11% memperlihatkan beberapa mutan yang sifat khlorofilnya berbeda pada turunan M 2 setelah dianalisis secara kimia dan fisika. Bahwa teknik mutasi iradiasi sinar gamma berpengaruh terhadap peningkatan jumlah khlorofil daun kedelai sehingga mempengaruhi morfologi tanaman tersebut (Hindriana 2004). Handayani (2006) yang meradiasi mata tunas terminal atau lateral mawar mini dengan dosis maksimal 3 krad, memperoleh fenotip yang berbeda dengan induk untuk warna, bentuk bunga dan jumlah petalnya. Keragaman Populasi M 2 Hasil Iradiasi Sinar Gamma terhadap Cekaman Suhu Tinggi Berdasarkan Karakter Agronomi Tabel 43 dan 44 menunjukkan perlakuan iradiasi sinar gamma (300 gy) pada cekaman suhu tinggi menghasilkan perbedaan nilai tengah setiap karakter populasi M 2 hasil iradiasi dengan kontrol. Karakter yang memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata terhadap semua karakter dari populasi M 2 hasil iradiasi dibanding dengan kontrol adalah M 2 Oasis, M 2 Kasifbey dan M 2 Dewata. Populasi M 2 hasil iradiasi M 2 Basribey, M 2 Rabe dan M 2 Selayar memperlihatkan perbedaan sangat nyata untuk karakter umur panen, jumlah floret hampa dan jumlah biji/malai. Sementar karakter umur berbunga, kehijauan daun, tinggi tanaman, panjang malai, jumlah spikelet, jumlah floret dan bobot biji/malai dari setiap populasi M 2 hasil iradiasi M 2 Basribey, M 2 Rabe dan M 2 Selayar berbeda dengan tetua asalnya. Keragaman yang muncul dari setiap genotipe hasil iradiasi pada setiap karakter yang berbeda disebabkan karena adanya perbedaan kontitusi genetik dan respon terhadap iradiasi sinar gamma. Induksi mutasi dapat menyebabkan terjadinya keragaman pada populasi generasi M 2 akibat tingginya segeregasi dari gen yang mengalami mutasi (Tah 2006; Pavadai et al. 2010).

13 117 Tabel 43. Perbedaa nilai tengah karakter agronomi populasi M 2 hasil iradiasi sinar gamma (300 gy) dengan kontrol pada cekaman suhu tinggi. Populasi Karakter UB UP KHD TT PM M 2 Oasis 53.8 ** ± ** ± ** ± ** ± ** ±1.2 Oasis 52.3± ± ± ± ±0.8 M 2 Kasifbey 49.5 ** ± ** ± ** ± ** ± ** ±0.8 Kasifbey 58.5± ± ± ± ±1.4 M 2 Basribey 49.3± ** ± ** ± ** ± ±1.1 Basribey 52.4± ± ± ± ±0.9 M 2 Rabe 55.4 ** ± * ± ± ± * ±1.0 Rabe 42.3± ± ± ± ±0.8 M 2 Selayar 46.1± ** ± ** ± ± ** ±2.9 Selayar 45.3± ± ± ± ±1.3 M 2 Dewata 48.0 ** ± ** ± ± ** ± ** ±1.1 Dewata 51.7± ± ±4 78.8± ±1.0 Keterangan : UB : Umur Bunga, UP : Umur panen; KHD : Kehijauan daun; TT : Tinggi tanaman; PM : Panjang Malai; * : Berbeda nyata dengan populasi kontrol (0 gy) pada taraf 5 % berdasarkan uji t; ** : Berbeda nyata dengan populasi kontrol (0 gy) pada taraf 1 % berdasarkan uji t. Perbedaan nilai tengah populasi M 2 hasil iradiasi turunan dari M 2 Oasis, M 2 Kasifbey, M 2 Basribey, M 2 Rabe, M 2 Selayar dan M 2 Dewata diduga karena keragaman genetik yang muncul akibat iradiasi sinar gamma dan adanya interaksi dengan cekaman lingkungan, khususnya cekaman suhu, sementara perbedaan yang muncul pada kontrol diduga karena disebabkan faktor cekaman lingkungan, khususnya cekaman suhu tinggi. Mutasi dengan iradiasi sinar gamma meningkatkan produksi, umur genjah, tahan dingin, patogen, rebah, lebih kerdil dan kualitas biji lebih baik pada kondisi lingkungan yang optimal (Cheng et al. 1990; Vrinten et al. 1999). Namun pada lingkungan bercekaman keragaman yang muncul pada populasi M 2 selain disebabkan oleh dua faktor dosis iradiasi sinar gamma dan juga cekaman oleh lingkungan. Tabel 44 dan 45 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai tengah pada karakter agronomi populasi M 2 dengan genotipe kontrol. Nilai tengah umur berbunga populasi M 2 berbeda nyata lebih tinggi dibanding kontrol Oasis dan Rabe, sedang nilai tengah populasi M 2 berbeda nyata lebih rendah dibanding kontrol kasifbey dan dewata. Sementara nilai tengah karakter umur panen populasi M 2 umumnya berbeda nyata lebih rendah dibanding semua kontrol. Iradiasi sinar gamma menyebabkan populasi M 2 lebih genjah dibanding kontrol. M 2 Oasis, M 2 Kasifbey dan M 2 Basribey memiliki laju pengisian biji yang lebih

14 118 cepat dibanding genotipe kontrol Oasis, Kasifbey dan Basribey. M 2 Rabe memiliki umur berbunga lebih dalam dibanding genotipe kontrol Rabe, namun umur panennya sama dengan genotype kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa populasi M 2 Rabe memiliki laju pengisian biji yang lebih cepat. Tabel 44. Nilai tengah karakter agronomi populasi M 2 galur gandum introduksi pada cekaman suhu tinggi Populasi Karakter JSP JFRTH JBM BBM M 2 Oasis 14.1 ** ± ** ± ** ± ** ±0.4 Oasis 16.3± ± ± ±0.2 M 2 Kasifbey 13.5 ** ± ** ± ** ± ** ±0.2 Kasifbey 16.6± ± ± ±0.2 M 2 Basribey 15.2 ** ± ** ± ** ± ** ±0.2 Basribey 16.3± ± ± ±0.2 M 2 Rabe 14.6± ** ± ** ± ** ±0.2 Rabe 14.2± ± ± ±0.2 M 2 Selayar 11.7 ** ± ** ± ** ± ±0.2 Selayar 14.6± ± ± ±0.2 M 2 Dewata 14.6 ** ± ** ± ** ± ** ±0.2 Dewata 16.9± ± ± ±0.3 Keterangan : JSP : Jumlah spikelet, JFRT : Jumlah floret; JFRTH : Jumlah floret hampa; JBM : Jumlah biji/malai; BBM : Bobot biji/malai; Gambar 21, memperlihatkan bahwa keragaman muncul paling tinggi untuk karakter umur berbunga dan umur panen terdapat pada populasi M 2 Selayar, M 2 Rabe dan M 2 Oasis (umur panen), selain memiliki keragaman tinggi, juga memperlihatkan bahwa populasi ini termasuk berumur genjah. Sehingga generasi selanjutnya seleksi dapat difokuskan untuk mendapatkan galur mutan umur genjah pada tiga populasi di atas. Keragaman karakter kehijauan daun hasil iradiasi sinar gamma tidak terlalu tinggi, namun populasi M 2 Selayar, M 2 Kasifbey dan M 2 Rabe nyata lebih tinggi dibanding M 2 Oasis, M 2 Basribey dan M 2 Dewata. Sementara karakter tinggi tanaman keragaman tertinggi terlihat pada populasi M 2 Kasifbey diikuti populasi M 2 Selayar, M 2 Rabe (Gambar 22). kedua karakter ini tidak memiliki keragaman yang cukup luas, namun pada beberapa populasi M 2 terdapat beberapa individu yang dapat diseleksi secara positif.

15 119 Gambar 21 Box plot umur berbunga dan umur panen tetua dan populasi M 2 hasil irradiasi sinar gamma pada lingkungan cekaman suhu tinggi. Gambar 22 Box plot kehijauan daun dan tinggi tanaman tetua dan populasi M 2 hasil irradiasi sinar gamma pada lingkungan cekaman suhu tinggi. Karakter panjang malai pada populasi M 2 yang memperlihatkan keragaman tertinggi terlihat pada populasi M 2 Kasifbey dan M 2 Dewata, namun tidak terdapat nilai tengah yang berbeda nyata lebih tinggi dibanding dengan semua kontrol tetua asalnya. Sementara nilai tengah karakter jumlah spikelet/malai juga tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata lebih tinggi dibanding semua kontrol tetua, namun terdapat keragaman paling tinggi diperlihatkan pada populasi M 2 Kasifbey dan M 2 Oasis (Gambar 23).

16 120 Gambar 23 Box plot panjang malai dan jumlah spikelet tetua dan populasi M 2 hasil irradiasi sinar gamma pada lingkungan cekaman suhu tinggi. Untuk karakter jumlah floret hampa diharapkan kedepan pada populasi selanjutnya semakin rendah. Keragaman jumlah floret hampa paling tinggi diperlihatkan pada populasi M 2 Dewata, M 2 Kasifbey dan M 2 Rabe (Gambar 24). Sementara karakter jumlah biji/malai yang menunjukkan keragaman paling tinggi adalah populasi M 2 Dewata, M 2 Oasis dan M 2 Kasifbey, dibanding dengan M 2 Basribey, M 2 Selayar dan M 2 Rabe. Sementara keragaman paling tinggi populasi M 2 untuk karakter bobot biji/malai diperlihatkan pada populasi M 2 Oasis dan M 2 Rabe (Gambar 24). Untuk mendapatkan individu individu segregan yang tinggi dengan tujuan lingkungan bercekaman, maka pengujian segregan dapat dilakukan langsung pada lingkungan bercekaman (direct breeding). Sehingga penampilan segregan yang diperlihatkan sudah terdapat interaksi genotipe x lingkungan. Kendala pengujian di lingkungan bercekaman adalah tingkat cekaman tidak dapat dikontrol. Cekaman suhu tinggi yang tidak terkontrol dapat berakibat negatif, karena jika cekaman menjadi sangat tinggi dapat menyebabkan populasi yang diuji semuanya mati.

17 121 Gambar 24 Box plot jumlah spikelet hampa, jumlah biji/malai dan bobot biji/malai tetua dan populasi M 2 hasil irradiasi sinar gamma pada lingkungan cekaman suhu tinggi. Hasil penelitian Tabel 45, menunjukkan bahwa karakter umur berbunga pada populasi M 2 Selayar memiliki ragam genetik paling tinggi (22.23) dibanding populasi M 2 lainnya dengan nilai duga heritabilitas sedang (48.22), sementara umur panen populasi M 2 yang memiliki ragam genetik tinggi adalah M 2 Oasis (53.08) dan M 2 Selayar (39.81) dengan keragaman genetik luas dan dan nilai duga heritabilitas tinggi masing-masing 0.93 dan Hal ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan galur mutan dengan umur yang lebih genjah dapat berfokus pada populasi M 2 Selayar. Iradiasi sinar gamma dapat mengubah karakter morfologi dan agronomi tanaman pear seperti mengurangi

18 122 ukuran tanaman, mempercepat panen, perubahan warna, dan kulit buah (Predieri et al. 1997). Karakter kehijauan daun dan tinggi tanaman hanya populasi M 2 Rabe memiliki ragam genetik tinggi dengan nilai duga heritabilitas tinggi 0.57 dan keragaman genetik sedang jika dibanding dengan populasi M 2 lainnya. Karakter tinggi tanaman populasi M 2 Rabe dan M 2 Dewata yang memiliki ragam genetik dan koefisien keragaman genetik luas dengan nilai duga heritabilitas luas masing-masing ragam genetik (57.14, 73.21), koefisien keragaman genetik (93.03, ) dan nilai duga heritabilitas (0.65, 0.61). Program seleksi selnajutnya untuk lingkungan bercekaman suhu tinggi, khusus untuk tinggi tanaman dapat difokuskan pada populasi M 2 Rabe dan M 2 Dewata. Tabel 45. Keragaman genetik dam heritabilitas karakter agronomi populasi M 2 pada cekaman suhu tinggi. Karakter M 2 O Populasi Hasil Iradiasi (300 gy) M 2 K M 2 B M 2 R M 2 S M 2 D Umur Berbunga ζ 2 g ζ 2 p h 2 bs KKg Kriteria KKG sempit sempit sempit sedang sedang Sempit Umur panen ζ 2 g ζ 2 p h 2 bs KKg Kriteria KKG luas sedang sedang sedang luas sedang Kehijauan daun ζ 2 g ζ 2 p h 2 bs KKg Kriteria KKG Sempit sempit sempit sedang sedang sempit Tinggi tanaman ζ 2 g ζ 2 p h 2 bs KKg Kriteria KKG sempit luas sempit luas sempit luas Keterangan : M 3 O : M 3 Oasis; M 3 K : M 3 Kasifbey; M 3 B : M 3 Basribey; M 3 R : M 3 Rabe; M 3 S : M 3 Selayar; M 3 D : M 3 Dewata ζ 2 g : ragam genotip; ζ 2 f : ragam fenotip; h 2 : Heritabilitas dalam arti luas; KKG : Koefisien keragaman genetik

19 123 Sementara karakter lain pada Tabel 46 menunjukkan untuk karakter panjang malai hanya populasi M 2 Selayar dengan ragam genetik dan koefisien keragaman genetik luas dengan nilai duga heritabilitas tinggi masing 7.05, 0.81 dan Karakter jumlah floret hampa terdapat empat populasi dengan koefisien keragaman genetik luas yaitu M 2 Oasis (59.81), M 2 Kasifbey (180.12), M 2 Basribey (35.07) dan M 2 M2Rabe (36.55), namun yang memiliki ragam genetik tertinggi dan nilai duga heritabilitas luas hanya populasi M 2 Kasifbey. Jumlah biji/malai ragam genetik tinggi dan koefisien keragaman genetik luas dengan nilai duga heritabilitas tinggi adalah populasi M 2 Kasifbey masing-masing 36.56, dan 0.58 floret hampa dan jumlah biji/malai memperlihatkan keragaman genetik sempit hingga luas. Sementara bobot biji/malai ragam genetik dan heritabilitas tinggi hanya pada populasi M 2 Oasis. Rendahnya dan tingginya perbedaan ragam genetik, koefisien keragaman genetik dan nilai duga heritabilitas pada populasi M 2 dari beberapa karakter yang diamati disebabkan karena perbedaan konstitusi genetik dari galur yang diiradiasi, perbedaan asal galur yang diiradiasi, perbedaan tanggap populasi M 2 terhadap cekaman suhu tinggi. Khusus untuk karakter jumlah biji/malai dan bobot biji/tanaman umumnya memiliki ragam genetik dan nilai duga heritabilitas rendah dengan koefisien keragaman genetik sempit disebabkan karakter ini merupakan karakter yang paling sensitive terhadap perubahan suhu. Pengujian populasi langsung pada lingkungan target bercekaman, khusunya cekaman suhu menyebabkan keragaman genetik dan nilai duga heritabilitas rendah, karena adanya pengaruh interaksi genetik dengan lingkungan yang sangat besar sehingga mempengaruhi ekspresi gen dalam bentuk penampilan feotipe tanaman (Beebe et al. 2008; Witcombe et al. 2008)

20 124 Tabel 46. Keragaman genetik dam heritabilitas karakter agronomi populasi M 2 pada cekaman suhu tinggi. Karakter M 2 O Populasi M2 Hasil Iradiasi (300 gy) M 2 K M 2 B M 2 R M 2 S M 2 D Panjang malai ζ 2 g ζ 2 p h 2 bs KKg Kriteria KKG sempit sempit Sempit sempit luas sempit Jumlah spikelet ζ 2 g ζ 2 p h 2 bs KKg Kriteria KKG sempit sedang sempit sedang sempit Sempit Jumlah floret hampa ζ 2 g ζ 2 p h 2 bs KKg Kriteria KKG luas luas luas luas sempit Luas Jumlah biji/malai ζ 2 g ζ 2 p h 2 bs KKg Kriteria KKG sempit luas sempit luas sempit Sempit Bobot biji/malai ζ 2 g ζ 2 p h 2 bs KKg Kriteria KKG sempit sempit sempit sempit sempit sempit Keterangan : M 3 O : M 3 Oasis; M 3 K : M 3 Kasifbey; M 3 B : M 3 Basribey; M 3 R : M 3 Rabe; M 3 S : M 3 Selayar; M 3 D : M 3 Dewata; ζ 2 g : ragam genotip; ζ 2 f : ragam fenotip; h 2 : Heritabilitas dalam arti luas; KKG : Koefisien keragaman genetik

21 125 SIMPULAN 1. Irradiasi sinar gamma meningkatkan keragaman genetik Populasi M 2 dari genotipe OASIS/SKAUZ//4*BCN Kasifbey dan Dewata dengan perubahan nilai tengah semua karakter paling banyak dibandingkan populasi M 2 hasil iradiasi lainnya. 2. Pengaruh interaksi iradiasi dan cekaman suhu tinggi menyebabkan populasi keragaman genetik dari genotipe dan varietas pada generasi M 2 sangat beragam mulai dari sempit hingga luas. Karakter yang memiliki keragaman genetik sedang sampai luas adalah karakter umur panen, karakter jumlah floret hampa termasuk luas, kecuali pada populasi M 2 turunan varietas Selayar.

INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA

INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA Amin Nur 1), Karlina Syahruddin 1), dan Muhammad Azrai 1) 1) Peneliti Pemuliaan pada Balai

Lebih terperinci

Agroekosistem Tropis Genetic Variability of Wheat M 3 Mutant Population in Tropical Agroecosystem

Agroekosistem Tropis Genetic Variability of Wheat M 3 Mutant Population in Tropical Agroecosystem Keragaman Genetik Gandum Populasi Mutan M 3 di (Amin Nur, dkk.) Keragaman Genetik Gandum Populasi Mutan M 3 di Genetic Variability of Wheat M 3 Mutant Population in Tropical Agroecosystem Amin Nur 1),

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 3. Keragaan Karakter Agronomi dari Populasi M3 Hasil Seleksi

BAHAN DAN METODE. 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 3. Keragaan Karakter Agronomi dari Populasi M3 Hasil Seleksi BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian secara keseluruhan terbagi dalam tiga percobaan sebagai berikut: 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 2. Studi Keragaan Karakter Agronomis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing NIP NIP Mengetahui : Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing NIP NIP Mengetahui : Ketua Program Studi Agroekoteknologi Judul : Seleksi Individu M3 Berdasarkan Karakter Umur Genjah dan Produksi Tinggi Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) Nama : Yoke Blandina Larasati Sihombing NIM : 100301045 Program Studi : Agroekoteknologi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode 23 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2012. Perbanyakan benih dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di KP Leuwikopo. Pengujian benih dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA Latar Belakang IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA MELALUI IRADIASI TUNGGAL PADA STEK PUCUK ANYELIR (Dianthus caryophyllus) DAN UJI STABILITAS MUTANNYA SAMPAI GENERASI MV3 Pendahuluan Perbaikan sifat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

POTENSI POPULASI GANDUM (Triticum aestivum) PUTATIF MUTAN GENERASI M4 UNTUK TOLERANSI TERHADAP DATARAN MENENGAH IKLIM TROPIS BASAH DI INDONESIA

POTENSI POPULASI GANDUM (Triticum aestivum) PUTATIF MUTAN GENERASI M4 UNTUK TOLERANSI TERHADAP DATARAN MENENGAH IKLIM TROPIS BASAH DI INDONESIA POTENSI POPULASI GANDUM (Triticum aestivum) PUTATIF MUTAN GENERASI M4 UNTUK TOLERANSI TERHADAP DATARAN MENENGAH IKLIM TROPIS BASAH DI INDONESIA MUHAMMAD AKBAR A24090086 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum. Fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum meliputi muncul daun ke permukaan (emergence),

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dilahan Pertanian, Fakultas Pertanian, Medan, dengan ketinggian tempat 25 meter di atas permukaan laut, yang di mulai

Lebih terperinci

KERAGAMAN MORFOLOGI DAN GENOTIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) HASIL IRADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M2 SKRIPSI OLEH :

KERAGAMAN MORFOLOGI DAN GENOTIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) HASIL IRADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M2 SKRIPSI OLEH : KERAGAMAN MORFOLOGI DAN GENOTIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) HASIL IRADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M2 SKRIPSI OLEH : Irfan Mustaqim 100301149/AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 010 Maret 011, kecuali lokasi Sukabumi pada bulan Maret Juni 011. Tempat Penelitian dilaksanakan di 7 lokasi yaitu Bogor,

Lebih terperinci

Selection of Wheat (Triticum aestivum L.) Segregant on High Altitude Conditions

Selection of Wheat (Triticum aestivum L.) Segregant on High Altitude Conditions Seleksi Segregan Gandum (Triticum aestivum L.) pada Dataran Tinggi Selection of Wheat (Triticum aestivum L.) Segregant on High Altitude Conditions Sri Wardani 1, Desta Wirnas 2*, dan Yudiwanti Wahyu 2

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR GARAM NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI KEDUA (M 2 ) HASIL RADIASI SINAR GAMMA

PENGARUH KADAR GARAM NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI KEDUA (M 2 ) HASIL RADIASI SINAR GAMMA PENGARUH KADAR GARAM NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI KEDUA (M 2 ) HASIL RADIASI SINAR GAMMA HERAWATY SAMOSIR 060307005 DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. 2 memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. Analisis Root re-growth (RRG) Pengukuran Root Regrowth (RRG) dilakukan dengan cara mengukur panjang akar pada saat akhir perlakuan cekaman Al dan pada saat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine soya/ Glycine max L.) berasal dari Asia Tenggara dan telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah ditanam di negara tersebut dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi 5 Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi 1. Tanaman menyerbuk sendiri 2. Dasar genetik Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Sendiri

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman di lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan Darmaga Bogor. Kebun percobaan memiliki topografi datar dengan curah hujan rata-rata sama dengan

Lebih terperinci

INTERAKSI GENETIK X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GENOTIPE GANDUM INTRODUKSI [(Triticum aestivum (L.)] DI AGROEKOSISTEM TROPIKA

INTERAKSI GENETIK X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GENOTIPE GANDUM INTRODUKSI [(Triticum aestivum (L.)] DI AGROEKOSISTEM TROPIKA 72 INTERAKSI GENETIK X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GENOTIPE GANDUM INTRODUKSI [(Triticum aestivum (L.)] DI AGROEKOSISTEM TROPIKA ABSTRAK Penampilan yang diperlihatkan oleh suatu tanaman di sebut fenotipe

Lebih terperinci

KERAGAMAN MORFOLOGI DAN GENOTIPE TANAMANROSELLA(Hibiscus SabdariffaL.). GENERASI M2 HASIL IRIDIASI SINAR GAMMA SKRIPSI OLEH:

KERAGAMAN MORFOLOGI DAN GENOTIPE TANAMANROSELLA(Hibiscus SabdariffaL.). GENERASI M2 HASIL IRIDIASI SINAR GAMMA SKRIPSI OLEH: KERAGAMAN MORFOLOGI DAN GENOTIPE TANAMANROSELLA(Hibiscus SabdariffaL.). GENERASI M2 HASIL IRIDIASI SINAR GAMMA SKRIPSI OLEH: AMALUDDIN SYAHPUTRA 130301037 AGROEKOTEKNOLOGI / PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

EVALUASI KARAKTER TANAMAN KEDELAI HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 2

EVALUASI KARAKTER TANAMAN KEDELAI HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 2 EVALUASI KARAKTER TANAMAN KEDELAI HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 2 HENRY ARDIANSYAH SIPAHUTAR 060307024 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : MUTIA RAHMAH AET-PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI OLEH : MUTIA RAHMAH AET-PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SELEKSI INDIVIDU TERPILIH PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine maxl.merrill) GENERASI M 5 BERDASARKAN KARAKTER PRODUKSI TINGGI DAN TOLERAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG Athelia rolfsii(curzi) SKRIPSI OLEH : MUTIA

Lebih terperinci

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh 81 PEMBAHASAN UMUM Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan selama cekaman suhu rendah diantaranya; (a) faktor fisiologi, faktor lingkungan sebelum dan sesudah fase penting pertumbuhan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH :

EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH : EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH : HENDRI SIAHAAN / 060307013 BDP PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada penelitian F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570 ini ditanam 15 genotipe terpilih dari generasi sebelumnya, tetua Wilis, dan tetua B 3570. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Agustus 2009 di Kebun Karet Rakyat di Desa Sebapo, Kabupaten Muaro Jambi. Lokasi penelitian yang digunakan merupakan milik

Lebih terperinci

KOMPONEN HASIL GENERASI M 1 LIMA VARIETAS PADI LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN YANG DIRADIASI DENGAN SINAR GAMMA

KOMPONEN HASIL GENERASI M 1 LIMA VARIETAS PADI LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN YANG DIRADIASI DENGAN SINAR GAMMA KOMPONEN HASIL GENERASI M 1 LIMA VARIETAS PADI LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN YANG DIRADIASI DENGAN SINAR GAMMA Hikma Ellya 1,2, Raihani Wahdah 2, Bakti Nur Ismuhajaroh 2 1) Program Studi Budidaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap,

Lebih terperinci

Penggunaan Mikro Irradiasi Sinar Gamma untuk Meningkatkan Keragaman Genetik pada Varietas Kedelai Argomulyo [Glycine max (L) Merr]

Penggunaan Mikro Irradiasi Sinar Gamma untuk Meningkatkan Keragaman Genetik pada Varietas Kedelai Argomulyo [Glycine max (L) Merr] Jurnal Natur Indonesia 14(1), Oktober 2011: 80-85 80 ISSN 1410-9379, Jurnal Natur Keputusan IndonesiaAkreditasi 14(1): 80-85 No 65a/DIKTI/Kep./2008 Hanafiah, et al. Penggunaan Mikro Irradiasi Sinar Gamma

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Padi (Varietas Ciherang) Padi merupakan kebutuhan vital bagi manusia Indonesia sehari-hari, disebabkan setiap hari orang mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Untuk menjaga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

SELEKSI MASSA KEDELAI (Glycine max L. Merrill) HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 4

SELEKSI MASSA KEDELAI (Glycine max L. Merrill) HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 4 SELEKSI MASSA KEDELAI (Glycine max L. Merrill) HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 4 SKRIPSI OLEH : SYAMSIR S. E. D. SAMOSIR 060307011 / PEMULIAAN TANAMAN Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Lebih terperinci

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi PENDAHULUAN Seleksi merupakan salah satu kegiatan utama dalam pemuliaan tanaman.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuliaan tanaman telah menghasilkan bibit unggul yang meningkatkan hasil pertanian secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan dihasilkan

Lebih terperinci

KARAKTER MORFOLOGIS, PRODUKSI, DAN KANDUNGAN LEMAK KEDELAI (Glycine Max L.Merrill) HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M6 SKRIPSI OLEH :

KARAKTER MORFOLOGIS, PRODUKSI, DAN KANDUNGAN LEMAK KEDELAI (Glycine Max L.Merrill) HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M6 SKRIPSI OLEH : KARAKTER MORFOLOGIS, PRODUKSI, DAN KANDUNGAN LEMAK KEDELAI (Glycine Max L.Merrill) HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M SKRIPSI OLEH : SEPRIANTO SITOMPUL 070307029 / PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan 13 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2011 hingga bulan Februari 2012 di Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat 18 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di kebun percobaan Institut Pertanian Bogor, Sawah Baru Babakan Darmaga, selama 4 bulan, dari bulan Mei-September 2010. Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oriza sativa) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan/ disubtitusi oleh makanan lainnya,

Lebih terperinci

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i ABSTRACT ERNI SUMINAR. Genetic Variability Induced

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur, dengan ketinggian 60 m dpl, jenis tanah Podsolik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil protein dan lemak nabati yang cukup penting untuk memenuhi nutrisi tubuh manusia. Bagi industri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

RESPON PERUBAHAN MORFOLOGI DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN TANAMAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP BEBERAPA DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA SKRIPSI

RESPON PERUBAHAN MORFOLOGI DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN TANAMAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP BEBERAPA DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA SKRIPSI 1 RESPON PERUBAHAN MORFOLOGI DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN TANAMAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP BEBERAPA DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA SKRIPSI OLEH : MUTIA DINULIA PUTRI / 120301185 AGROEKOTEKNOLOGI-PET

Lebih terperinci

KERAGAMAN GENETIK, HERITABILITAS, DAN RESPON SELEKSI SEPULUH GENOTIPE KEDELAI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

KERAGAMAN GENETIK, HERITABILITAS, DAN RESPON SELEKSI SEPULUH GENOTIPE KEDELAI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG KERAGAMAN GENETIK, HERITABILITAS, DAN RESPON SELEKSI SEPULUH GENOTIPE KEDELAI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG SKRIPSI Oleh Dheska Pratikasari NIM 091510501136 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama penduduk Indonesia. Kebutuhan beras terus meningkat setiap tahun seiring dengan peningkatan penduduk (Sinar Tani 2011). Beras merupakan bahan

Lebih terperinci

EVALUASI TOLERANSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI M3 HASIL RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP SALINITAS

EVALUASI TOLERANSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI M3 HASIL RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP SALINITAS 590. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 EVALUASI TOLERANSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI M3 HASIL RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP SALINITAS Rapi

Lebih terperinci

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif). PEMBAHASAN UMUM Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kekeringan sehingga berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering masam di Indonesia. Tantangan

Lebih terperinci

Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Mutan (M2) Kacang Hijau terhadap Pemberian Air 40% Kapasitas Lapang

Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Mutan (M2) Kacang Hijau terhadap Pemberian Air 40% Kapasitas Lapang Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Mutan (M2) Kacang Hijau terhadap Pemberian Air 40% Kapasitas Lapang Growth Response And Yield of Some Mutants (M2) Mungbean to Water Supply of 40% Field Capacity.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari 2013. Penanaman dilakukan di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung. Pengamatan

Lebih terperinci

FK = σ 2 g= KK =6.25 σ 2 P= 0.16 KVG= 5.79 Keterangan: * : nyata KVP= 8.53 tn : tidak nyata h= Universitas Sumatera Utara

FK = σ 2 g= KK =6.25 σ 2 P= 0.16 KVG= 5.79 Keterangan: * : nyata KVP= 8.53 tn : tidak nyata h= Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Data pengamatan Waktu Berkecambah (Hari) BLOK PERLAKUAN I II III Total Rataan R0S0 4.00 4.00 4.00 12.00 4.00 R1S0 4.00 4.00 4.00 12.00 4.00 R2S0 5.25 5.25 4.75 15.25 5.08 R3S0 4.75 5.50 4.75

Lebih terperinci

ANALISIS LINTAS KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH ABSTRAK

ANALISIS LINTAS KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH ABSTRAK ANALISIS LINTAS KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH ABSTRAK Upaya perakitan varietas padi di Indonesia ditujukan untuk menciptakan varietas yang berdaya hasil tinggi dan

Lebih terperinci

KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH :

KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH : KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH : DINI RIZKITA PULUNGAN 110301079 / PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi 87 PEMBAHASAN UMUM Pemanfaatan lahan yang ada di bawah tegakan tanaman perkebunan dapat memperluas areal tanam kedelai sehingga memacu peningkatan produksi kedelai nasional. Kendala yang dihadapi dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai VARIETAS ANJASMORO KABA SINABUNG No. Galur MANSURIAV395-49-4 MSC 9524-IV-C-7 MSC 9526-IV-C-4 Asal Seleksi massa dari populasi Silang ganda 16 tetua Silang ganda

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA (Role The Number of Seeds/Pod to Yield Potential of F6 Phenotype Soybean

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kedelai merupakan salah satu contoh dari komoditas tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan kedelai di Indonesia

Lebih terperinci

AMIN NUR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

AMIN NUR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 i ADAPTASI TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L.) TOLERAN SUHU TINGGI DAN PENINGKATAN KERAGAMAN GENETIK MELALUI INDUKSI MUTASI DENGAN MENGGUNAKAN IRADIASI SINAR GAMMA AMIN NUR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014. 1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 013 sampai dengan Januari 014. Penanaman dilaksanakan di laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia, sedangkan sisanya masih menkonsumsi jagung dan sagu. Usahatani

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia, sedangkan sisanya masih menkonsumsi jagung dan sagu. Usahatani PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk Indonesia, sedangkan sisanya masih menkonsumsi jagung dan sagu. Usahatani padi banyak menyediakan lapangan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA

PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA Upaya perakitan varietas unggul serealia saat ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan spesifik lingkungan, diantaranya jagung spesifik wilayah dengan curah hujan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas terpenting di dunia. Sebagai tanaman kacang-kacangan sumber protein dan lemak nabati,

Lebih terperinci

PENGARUH RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAMAN POPULASI M3 GALUR-GALUR MUTAN KEDELAI UMUR GENJAH

PENGARUH RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAMAN POPULASI M3 GALUR-GALUR MUTAN KEDELAI UMUR GENJAH PENGARUH RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAMAN POPULASI M3 GALUR-GALUR MUTAN KEDELAI UMUR GENJAH Arwin Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Raya Lebak Bulus Pasar Jumat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KAPAS. (Gossypium hirsutum.l)

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KAPAS. (Gossypium hirsutum.l) PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KAPAS (Gossypium hirsutum.l) Lilik Harsanti Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Cinere Pasar Jumat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

Perubahan Karakter Agronomi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Aksesi Simanindo Samosir Akibat Pemberian Berbagai Dosis Iradiasi Sinar Gamma

Perubahan Karakter Agronomi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Aksesi Simanindo Samosir Akibat Pemberian Berbagai Dosis Iradiasi Sinar Gamma Perubahan Karakter Agronomi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Aksesi Simanindo Samosir Akibat Pemberian Berbagai Dosis Iradiasi Sinar Gamma The Change of Agronomy Characters of Shallots (Allium ascalonicum

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN SELEKSI GALUR F5 GANDUM (OASIS X HP1744) DI DATARAN TINGGI

KERAGAAN DAN SELEKSI GALUR F5 GANDUM (OASIS X HP1744) DI DATARAN TINGGI KERAGAAN DAN SELEKSI GALUR F5 GANDUM (OASIS X HP1744) DI DATARAN TINGGI Yushi Mardiana 1, Yudiwanti Wahyu EK 2, Trikoesoemaningtyas 2, Amin Nur 3 1. Dosen Agroteknologi, Fakultas Pertanian UNISKA, 2. Dosen

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kedelai Klasifikasi ilmiah tanaman kedelai sebagai berikut: Divisi Subdivisi Kelas Suku Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Magnoliophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN MODUL I KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN 1.1 Latar Belakang Tujuan akhir program pemuliaan tanaman ialah untuk mendapatkan varietas unggul baru yang sesuai dengan preferensi petani dan konsumen. Varietas unggul

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman terpenting di Indonesia. Hal ini karena padi merupakan tanaman penghasil beras. Beras adalah makanan pokok bagi sebagian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI Metode Pemuliaan Introduksi Seleksi Hibridisasi penanganan generasi bersegregasi dengan Metode silsilah (pedigree) Metode curah (bulk) Metode silang balik (back

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) VARIETAS BALURAN AKIBAT IRRADIASI SINAR GAMMA ( 60 Co) DAN KONDISI CEKAMAN LENGAS

PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) VARIETAS BALURAN AKIBAT IRRADIASI SINAR GAMMA ( 60 Co) DAN KONDISI CEKAMAN LENGAS PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) VARIETAS BALURAN AKIBAT IRRADIASI SINAR GAMMA ( 60 Co) DAN KONDISI CEKAMAN LENGAS SKRIPSI diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih, Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Dramaga

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR MUTAN KACANG TANAH HASIL IRADIASI SINAR GAMMA

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR MUTAN KACANG TANAH HASIL IRADIASI SINAR GAMMA 21 UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR MUTAN KACANG TANAH HASIL IRADIASI SINAR GAMMA (YIELD EVALUATION OF PEANUT MUTAN CULTIVARS GENERATED FROM IRADIATION GAMMA RAYS) A. Farid Hemon 1 dan Sumarjan 1) 1) Program

Lebih terperinci

DAYA HASIL GALUR-GALUR MUTAN KACANG HIJAU

DAYA HASIL GALUR-GALUR MUTAN KACANG HIJAU DAYA HASIL GALUR-GALUR MUTAN KACANG HIJAU Apri Sulistyo 1* Yuliasti 2 1 Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak Km 8, Kotak Pos 66, Malang 65101 2 Pusat Aplikasi Teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung Manis Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada

Lebih terperinci

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,, Medan dan diharapkan dapat pula berguna bagi pihak-pihak membutuhkan. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut

Lebih terperinci

PENDUGAAN HERITABILITAS KARAKTER HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI HASIL PEMULIAAN BATAN

PENDUGAAN HERITABILITAS KARAKTER HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI HASIL PEMULIAAN BATAN PENDUGAAN HERITABILITAS KARAKTER HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI HASIL PEMULIAAN BATAN Nilahayati 1, Lollie Agustina P. Putri² ¹ Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pertanian Fakultas Pertanian USU, Medan 20155

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Sampai saat ini Indonesia adalah pengimpor potensial untuk komoditi kedelai. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Morfologi tanaman kedelai ditentukan oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji. Akar kedelai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar

Lebih terperinci

Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi

Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi Zuyasna 1*), Chairunnas 2), Efendi 1) dan Arwin 3) 1) Program Studi Agroteknologi

Lebih terperinci