PROFIL IDENTIFIKASI KEMAMPUAN ARTIKULASI ANAK AUTISTIK KELAS 1 SEKOLAH DASAR DI SEKOLAH LUAR BIASA AUTIS CITRA MULIA MANDIRI KALASAN SLEMAN SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL IDENTIFIKASI KEMAMPUAN ARTIKULASI ANAK AUTISTIK KELAS 1 SEKOLAH DASAR DI SEKOLAH LUAR BIASA AUTIS CITRA MULIA MANDIRI KALASAN SLEMAN SKRIPSI"

Transkripsi

1 PROFIL IDENTIFIKASI KEMAMPUAN ARTIKULASI ANAK AUTISTIK KELAS 1 SEKOLAH DASAR DI SEKOLAH LUAR BIASA AUTIS CITRA MULIA MANDIRI KALASAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nugroho Irvan Susanto NIM JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA AGUSTUS 2015 i

2 ii

3 ii

4 ii

5 MOTTO Artikulasi ibarat amarah, kuasailah (Nugroho Irvan Susanto) v

6 HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas karunia yang diberikan kepada kami sehingga selesai dalam pembuatan skripsi dan sekaligus saya persembahkan kepada: 1. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Nusa dan Bangsa. vi

7 PROFIL IDENTIFIKASI KEMAMPUAN ARTIKULASI ANAK AUTISTIK KELAS 1 SEKOLAH DASAR DI SEKOLAH LUAR BIASA AUTIS CITRA MULIA MANDIRI KALASAN SLEMAN Oleh: Nugroho Irvan Susanto NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan artikulasi dan kesalahan-kesalahan artikulasi anak autistik kelas 1 Sekolah Dasar di Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian kelas 1 Sekolah Dasar berjumlah 2 siswa, dilaksanakan pada semester genap antara bulan April hingga Mei Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian menggunakan panduan wawancara dan observasi. Pengujian keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan artikulasi subjek FB masih mengalami kesulitan pada pengucapan huruf /b/, /d/, /g/, /m/, /s/, /x/, /z/. Pada pengucapan suku kata yang diawali dengan huruf /c/, /k/, /m/, /n/, /r/, /q/ dan /f/, /h/, /v/, /x/, /z/ sangat lemah dan diberikan bantuan. Pada pengucapan kata, subjek melakukan omisi huruf /m/, /n/, /k/, /r/, /ng/ dan melakukan subtitusi pada huruf /t/, /p/, /d/, dan, /b/. Sedangkan pada subjek TB mengalami kesulitan pada pengucapan huruf /d/, /m/, /o/, /w/ dan pada pengucapan suku kata yang diawali dengan huruf /b/, /m/, /n/, /r/. Pada pengucapan kata subjek melakukan omisi huruf /n/, /ng/, /r/, /m/, /l/dan melakukan subtitusi pada huruf //p/, /n/, /l/, /t/, /j/, /w/, dan/y/. Kata kunci: kemampuan artikulasi, kesalahan artikulasi, anak autistik vii

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan, penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan judul Profil Identifikasi Kemampuan Artikulasi Anak Autistik Kelas 1 Sekolah Dasar di Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman sebagaimana mestinya. Laporan skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam pembuatan laporan ini penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, penelitian ini memperlancar dalam penyusunan skripsi. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd. M.A., selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Bapak Dr. Haryanto, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Ibu Dr. Mumpuniarti M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Yogyakarta dan dosen pembimbing skripsi I yang selalu memberikan arahan dan motivasi. 4. Ibu Sukinah M. Pd., selaku dosen pembimbing skripsi II yang senantiasa selalu membantu serta memberikan arahan dan motivasi. viii

9 5. Bapak Drs. Gondo Prayitno selaku kepala sekolah SLB Autis Citra Mulia Mandiri yang telah memberikan ijin dilakukan penelitian. 6. Ibu Eni Winarni S. Pd dan Ibu Sri Sumeiti S. Pd selaku guru kelas di SLB Autis Citra Mulia Mandiri atas waktu dan bimbingannya. 7. Semua Bapak/Ibu guru SLB Autis Citra Mulia Mandiri atas semua bantuan yang telah diberikan. 8. Semua Bapak/Ibu dosen dan karyawan Universitas Negeri Yogyakarta, atas semua bantuan yang telah diberikan. 9. Rahmad Riyadi dan Suryani, orangtua yang telah memberikan do a dan ijabah yang tak terhingga demi tercapainya tujuan dan cita-cita. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih jika ada saran maupun kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan laporan ini. Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Yogyakarta, 14 Juli 2015 Penulis ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 6 C. Fokus Penelitian... 6 D. Rumusan Masalah... 7 E. Tujuan Penelitian... 7 F. Manfaat Penelitian... 7 G. Batasan Istilah... 8 x

11 BAB II. KAJIAN TEORI A. Kajian Profil... 9 B. Kajian Anak Autistik Pengertian Anak Autistik Penyebab Anak Autistik Gejala dan Gangguan Anak Autistik Klasifikasi Anak Autistik Karakteristik Anak Autistik B. Kajian Tentang Kemampuan Artikulasi Pengertian Kemampuan Artikulasi Penyebab Gangguan Artikulasi Penyebab Gangguan Artikulasi Anak Autistik Klasifikasi Gangguan Artikulasi Pengertian Fonem Klasifikasi Fonem Fonetik Artikulatoris C. Penelitian Relevan D. Kerangka Pikir E. Pertanyaan Penelitian BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Tempat Penelitian C. Waktu Penelitian D. Subjek Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data xi

12 1. Teknik Wawancara Teknik Dokumentasi Teknik Observasi F. Instrumen Penelitian Pedoman Observasi Pedoman Wawancara G. Keabsahan Data H. Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian B. Deskripsi Subjek Penelitian C. Hasil Penelitian Deskripsi Kemampuan Artikulasi Subjek FB Deskripsi Kemampuan Artikulasi Subjek TB Deskripsi Kesalahan Artikulasi Subjek FB Deskripsi Kesalahan Artikulasi Subjek TB Analisis Hasil D. Pembahasan E. Keterbatasan Penelitian BAB V. PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Tabel 1. Tingkatan level hambatan anak autistik Tabel 2. Alokasi waktu penelitian Tabel 3. Instrumen observasi pada siswa Tabel 4. Instrumen wawancara pada guru Tabel 5. Instrumen wawancara pada orangtua Tabel 6. Kemampuan subjek FB membentuk huruf Tabel 7. Kemampuan subjek FB membentuk suku kata Tabel 8. Kemampuan subjek FB membentuk kata Tabel 9. Kemampuan subjek TB membentuk huruf Tabel 10. Kemampuan subjek FB membentuk suku kata Tabel 11. Kemampuan subjek FB membentuk kata Tabel 12. Analisis hasil kemampuan dan kesalahan artikulasi Subjek FB dan TB xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Pedoman Observasi Lampiran 2. Pedoman Wawancara Guru Lampiran 3. Pedoman Wawancara Orangtua Lampiran 4. Hasil wawancara hari Senin, 27 April 2015 dengan EW (Guru dari FB) Lampiran 5. Hasil wawancara hari Senin, 27 April 2015 dengan BD (Ayah dari FB) Lampiran 6. Hasil wawancara hari Jumat, 1 Mei 2015 dengan SS (Guru dari TB) Lampiran 7. Hasil wawancara hari Rabu, 6 Mei 2015 dengan YT (Nenek dari TB) Lampiran 8. Hasil Observasi subjek FB di Sekolah Lampiran 9. Hasil Observasi subjek TB di Sekolah Lampiran 10. Hasil Dokumentasi Data Subjek FB Lampiran 11. Hasil Dokumentasi Data Subjek FB Lampiran 12. Surat ijin penelitian Lampiran 13. Surat keterangan melakukan penelitian xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan artikulasi secara umum harus dimiliki oleh setiap orang. Kemampuan artikulasi menjadi faktor penting untuk melakukan suatu komunikasi yang dapat di mengerti. Tarmansyah (Endang Supartini, 2003: 25) menyatakan artikulasi adalah perangkat alat ucap atau alat bicara yang mekanisme kerjanya memproduksi suara atau bunyi bahasa yang mempunyai sifat-sifat sehingga bunyi yang dihasilkan antara satu dengan lainnya berbeda. Anak autistik perlu menguasai kemampuan artikulasi untuk melakukan komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Anak autistik sebenarnya tidak mempunyai perbedaan perkembangan artikulasi dengan anak normal lainnnya. Permasalahan yang dialami anak autistik sangatlah kompleks dan membuat penguasaan kemampuan artikulasi menjadi terhambat. Sunu (2012: 7) menjelaskan bahwa autistik merupakan salah satu bentuk gangguan tumbuh kembang, berupa sekumpulan gejala akibat adanya kelainan syaraf tertentu yang menyebabkan fungsi otak tidak bekerja secara normal sehingga mempengaruhi tumbuh kembang, kemampuan komunikasi, dan kemampuan interaksi sosial seseorang. Biasanya, gejala sudah mulai tampak pada anak berusia di bawah 3 tahun. Pada usia awal sekolah, anak autistik perlu diperkenalkan terlebih dahulu dengan huruf, angka, dan tanda baca sebagai 1

17 kemampuan dasar membaca dan menulis tingkat lanjut. Modalitas belajar yang dimiliki anak lebih mengarah pada kemampuan artikulasi. Seringkali modalitas anak autistik tersebut mengalami masalah yang sangat menghambat sehingga membuat anak mengalami kesulitan untuk berkomunikasi verbal dengan orang lain. Kemampuan artikulasi anak autistik tidak berkembang dengan baik karena anak autistik gagal untuk melakukan kontak mata dengan orang lain, merespon, menanggapi, melakukan ekolalia, dan pembalikan kata ganti sehingga anak autistik mengalami defisit pesan verbal yang membuat kemampuan artikulasinya menjadi sangat minim. Anak autistik sering mengalami kesulitan dalam berkomunikasi verbal karena kemampuan artikulasi yang dimiliki anak tidak berkembang dengan baik. Komunikasi menjadi sarana penting untuk anak autistik dalam menyampaikan maksud dan keinginan. Melalui komunikasi setiap orang dapat berhubungan, menyampaikan pesan, menyampaikan informasi dan memenuhi rasa ingin tahu. Anak autistik memiliki kesempatan besar untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sebagai modal utama dalam pengembanganpengembangan kemampuan lain. Kemampuan dasar yang harus dikuasai adalah kemampuan pengembangan diri, kemampuan merespon, dan kemampuan komunikasi. Ada dua macam komunikasi yaitu verbal dan non verbal. Khusus untuk kemampuan komunikasi verbal, terlebih dahulu perlu menguasai kemampuan artikulasi sebagai dasar dari komunikasi. Anak autistik sering kali mengalami kesulitan dalam mengeluarkan kata-kata verbal sehingga membuat 2

18 anak autistik tidak dapat mengucapkan artikulasi dan tidak dapat mempertahankan percakapan dengan orang lain. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan dalam bahasa yang dimiliki anak autistik. Ketidakmampuan anak autistik untuk berkomunikasi serta keterikatan terhadap kegiatan rutinnya membuat anak autistik terlihat hidup di dunianya sendiri. Hal tersebut tentu akan berbeda dibandingkan dengan perkembangan anak lain sebayanya. Ada berbagai kesalahan-kesalahan dalam artikulasi anak yang membuat makna dari komunikasi tersebut menjadi hilang dan tidak ada artinya. Kesalahan-kesalahan artikulasi yang dialami anak autistik seperti omisi (menghilangkan), adisi (menambahkan), subtitusi (mengganti), dan distorsi (mengubah) sering ditemukan pada usia dasar sehingga perlu diungkap dan diberikan tindak lanjut perbaikan agar anak dapat menguasainya. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan artikulasi anak adalah tidak ada pengakuan dari orang tua untuk mengakui bahwa anaknya seorang autistik. Fenomena ini sangat merugikan bagi anak. Semakin lama orang tua tidak mengakui bahwa anaknya adalah anak autistik, semakin terlambat pula pelayanan yang sesuai dengan anak termasuk dalam hal komunikasi. Kesadaran orang tua sangat penting untuk mendukung perkembangan dan pemberian layanan yang sesuai dengan anak. Untuk itu penelitian tentang kemampuan pengucapan huruf vokal dan konsonan, suku kata, dan kata termasuk kesalahankesalahan pengucapan yang dilakukan anak penting untuk dilakukan. Pada usia 3

19 dasar, artikulasi anak autistik perlu diperhatikan dan dikembangkan supaya kemampuan yang lain dapat mengikuti dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Sundawati tahun 2010 tentang kemampuan anak autistik mendeskripsikan subyek melalui tulisan. Pada masalah ini, tampak gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal seperti keterlambatan dalam bicara, mengeluarkan kata-kata dengan bahasanya sendiri dan tidak dapat dimengerti (echolalia). Subyek sering meniru dan mengulang kata tanpa mengerti maknanya. Subyek menuliskan kalimat Lama sakali Ane betung dengan kakak jarta, sedangkan versi asli dari kalimat subyek adalah Lama sekali ane tidak bertemu dengan kakak yang di Jakarta. Data di atas menunjukkan kesalahan dalam penulisan sehingga mempunyai pemahaman yang berbeda. Tata penulisan mengalami kesalahan penulisan huruf, kata, frasa, klausa, dan kalimat. Bahkan, mengalami perubahan (subtitusi) dan penghilangan huruf (omisi). Hasil penelitian diharapkan dapat mendukung dan sebagai referensi pustaka dalam melakukan penelitian yang akan dilakukan di Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman. Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri yang berada di kecamatan Kalasan kabupaten Sleman kota Yogyakarta adalah salah satu sekolah yang menerima anak-anak autistik. Dalam menyampaikan pelajaran/materi dengan berbagai cara agar tujuan materi dapat diterima oleh siswa, begitu pula siswa dalam menyampaikan pendapatnya dengan cara isyarat, tulisan, bahasa tubuh 4

20 maupun verbal. Kemampuan artikulasi yang dimiliki anak autistik kelas 1 Sekolah Dasar di Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman belum diketahui secara rinci. Hanya sebatas mengetahui dalam proses seharihari. Kenyataan ini perlu diperhatikan dengan seksama untuk kebaikan siswa. Penelitian yang dilakukan di Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman dilatarbelakangi karena peneliti telah melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman dan menemukan beberapa kesalahan artikulasi anak autistik pada usia dasar. Kesalahan yang ditemukan peneliti saat PPL antara lain adalah omisi, subtitusi, dan addisi. Ditemukannya kesalahan tersebut saat dilakukan observasi dalam rangka membuat rancangan program pembelajaran. Namun kesalahan-kesalahan itu tidak menjadi perhatian khusus. Berdasarkan masalah tersebut, peneliti ingin mengungkap dan mengidentifikasi kemampuan artikulasi anak autistik kelas 1 di Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman beserta kemungkinan kesalahan-kesalahan artikulasi yang ditemukan dengan harapan ada penelitian lanjutan setelah dilakukan penelitian awal untuk mengembangkan kemampuan artikulasi anak. Penelitian yang dilakukan adalah mendeskripsikan profil kemampuan artikulasi anak autistik dengan maksud memberikan gambaran jelas secara deskripsi tentang identitas kemampuan artikulasi yang dimiliki anak autistik. 5

21 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Belum dilakukan identifikasi tentang kemampuan artikulasi anak autistik kelas 1 Sekolah Dasar di Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman. 2. Ditemukannya kesalahan-kesalahan artikulasi pada anak autistik kelas 1 Sekolah Dasaar di Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman saat dilakukan PPL. 3. Kesalahan-kesalahan artikulasi yang telah ditemukan saat PPL belum menjadi perhatian khusus. C. Fokus Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini difokuskan pada masalah sebagai berikut: 1. Bentuk kemampuan artikulasi yang dimiliki anak autistik kelas 1 Sekolah Dasar di Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman. 2. Perbedaan dan kesamaan kesalahan-kesalahan artikulasi yang dimiliki anak autistik kelas 1 Sekolah Dasar di Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman. 6

22 D. Rumusan Masalah 1. Seperti apa kemampuan dan bentuk-bentuk kesalahan artikulasi yang dimiliki anak autistik kelas 1 Sekolah Dasar di Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman? 2. Apa sajakah kesamaan dan perbedaan kemampuan artikulasi yang dialami anak autistik kelas 1 Sekolah Dasar di Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman? E. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan kemampuan artikulasi yang dimiliki anak autistik kelas 1 Sekolah Dasar di Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman. 2. Mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan artikulasi yang dialami anak autistik kelas 1 Sekolah Dasar di Sekolah Luar Biasa Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi guru Penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk mengetahui profil kemampuan dan kesalahan artikulasi yang dimiliki anak autistik kelas 1 SD di SLB Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman. 7

23 2. Bagi siswa Penelitian ini diharapkan anak autistik kelas 1 SD di SLB Autis Citra Mulia Mandiri Kalasan Sleman lebih rajin meningkatkan kemampuan artikulasi dengan menggunakan metode peningkatan artikulasi yang diberikan guru. 3. Bagi kepala sekolah Penelitian ini dapat berguna untuk peningkatan mutu pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan artikulasi anak dan dalam jangka panjang dapat sebagai upaya peningkatan mutu lembaga. G. Batasan Istilah 1. Anak autistik adalah anak yang mengalami keterlambatan dalam bidang komunikasi, interaksi, dan perilaku yang membuat anak autistik tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Keterlambatan penguasaan artikulasi anak autistik disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor organik dan fungsional. 2. Kemampuan artikulasi merupakan kesanggupan individu dalam membentuk huruf menggunakan alat-alat artikulasi sehingga muncul suatu lambang bunyi. 3. Klasifikasi gangguan artikulasi terbagi menjadi empat yaitu kesalahan omisi (menghilangkan), adisi (menambahkan), subtitusi (mengganti), dan distorsi (mengubah). 8

24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Profil Terdapat berbagai kajian tentang pengertian dari profil. Profil menurut Victoria Neufeld (Desi Susiani, 2009: 41) menjelaskan bahwa profil merupakan grafik, diagram, atau tulisan yang menjelaskan suatu keadaan yang mengacu pada data seseorang atau sesuatu. Sedangkan menurut Hasan Alwi (2005: 40) profil adalah pandangan mengenai seseorang. Daari kedua pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa profil merupakan gambaran data secara jelas tentang seseorang atau sesuatu. Dalam penelitian ini, profil yang dibahas adalah tentang kemampuan artikulasi anak autistik. B. Kajian Tentang Anak Autistik 1. Pengertian anak autistik Melihat dari berbagai sudut pandang dewasa ini, anak autistik bukanlah menjadi hal yang tabu dalam kehidupan sosial. Banyak orang yang menyebutkan anak itu adalah anak autistik karena sulit diajak bicara, bermain sendiri, atau semacamnya. Hal seperti ini perlu lebih ditegaskan lagi agar masyarakat lebih tahu dan mengenal tentang anak autistik agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami serta memberikan bantuan pada anak autistik. 9

25 Menurut Yuwono (2009:15) Autistik merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi beberapa aspek bagaimana anak melihat dunia dan belajar dari pengalamannya. Anak-anak dengan gangguan autistik biasanya kurang dapat merasakan kontak sosial. Mereka cenderung menyendiri dan menghindari kontak dengan orang lain. Hadis (2006: 82) mengatakan bahwa autistik bukan sekedar kelemahan mental tetapi gangguan perkembangan mental, sehingga penderita mengalami kelambanan dalam kemampuan, perkembangan fisik dan psikisnyapun tidak mengikuti irama dan tempo perkembangan yang normal. Pengertian tersebut didukung dengan pendapat dari Peeters (2004: 14) yang menyatakan bahwa autistik merupakan suatu gangguan perkembangan, gangguan pemahaman atau pervasif, dan bukan suatu bentuk penyakit mental. Anak autistik mempunyai tiga karakteristik mendasar yang biasa disebut trias autistik yakni mengalami hambatan dalam berkomunikasi, gangguan perilaku serta kesulitan dalam interaksi sosial. Menurut Priyatna (2010: 2) Autistik mengacu pada problem dengan interaksi sosial, komunikasi, dan bermain imajinatif, yang mulai muncul sejak anak berusia di bawah 3 tahun. Mereka mempunyai keterbatasan pada level aktivitas dan interest. Autistik biasanya muncul sejak tiga tahun pertama kehidupan seorang anak. Menimbang dari berbagai penjelasan diatas maka disimpulkan bahwa autistik adalah gangguan yang dialami anak terkait tentang kemampuan 10

26 komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku yang menjadikan anak mengalami keterlambatan dalam perkembangannya. 2. Penyebab anak autistik Kelainan pada anak autistik pasti ada penyebabnya. Perlu diketahui bahwa penyebab tersebut berdampak pada kondisi anak autistik. Menurut Prasetyono (2008: 69) penyebab anak autistik dan diagnosa medisnya seperti konsumsi obat pada ibu menyusui seperti ergot, obat ini mempunyai efek samping yang buruk pada bayi dan mengurangi jumlah ASI. Gangguan susunan saraf pusat yang trjadi di dalam otak anak autistik ditemukan adanya kelainan di beberapa tempat. Gangguan metabolisme (sistem pencernaan), peradangan dinding usus terjadi karena anak autistik, umumnya memiliki pencernaan buruk dan diduga disebabkan oleh virus. Faktor genetika atau turunan setidaknya telah ditemukan dua puluh gen yang terkait dengan autistik. Akan tetapi, gejala autistik baru bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak gen. Kandungan logam berat karena adanya sekresi logam berat dari tubuh terganggu secara genetis. Keracunan logam berat seperti arsetik (As), antimon (Sb), Cadmium (Cd), air raksa (Hg), dan timbal (Pb), adalah racun yang sangat kuat. 3. Gejala dan Gangguan Anak Autistik Gejala dan gangguan yang dialami anak autistik beraneka ragam. Gejala dan gangguan tersebut mempengaruhi kemampuan anak autistik dari berbagai 11

27 aspek baik komunikasi, emosi, maupun interaksi. Berikut adalah gangguangangguan yang dialami anak autistik menurut Santoso (2010: ), yaitu: a. Gangguan dalam bidang komunikasi Gangguan dalam bidang komunikasi terdiri dari kesulitan dalam bahasa, mengalami kesulitan berbicara atau pernah mampu berbicara, tapi kemudian hilang kemampuannya. Salah dalam memilih kata, atau pilihan katanya tidak sesuai dengan maknanya. Misalnya, mengoceh tanpa arti secara berulang-ulang atau bahasanya tidak dapat dipahami orang lain. Materi yang dibicarakan tidak dipakai untuk berkomunikasi. Suka meniru atau membeo (echolalia). Mampu menghafal kata atau nyanyian yang ditiru tanpa memahami artinya. Beberapa anak autistik tidak berbicara (nonverbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai mereka dewasa. Suka menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkannya atau dimintanya. b. Interaksi sosial Bidang interaksi sosial, anak autistik lebih suka menyendiri. Minus atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan. Tidak tertarik bermain bersama teman atau menolak diajak bermain. c. Gangguan sensoris Anak autistik mengalami gangguan pada sensorisnya seperti sangat sensitif terhadap sentuhan, misalnya: tidak suka dipeluk, selalu menghindari suara yang keras dengan menutup kedua telinga, senang 12

28 mencium dan menjilati mainan dan tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut. d. Pola bermain Anak autistik mempunyai pola bermain yang berbeda dengan anak normal dan tidak suka bermain lazimnya anak-anak seumurnya, tidak suka bermain dengan anak sebayanya, tidak kreatif, tidak imajinatif, tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya mobil-mobilan digunakan untuk bermain pistol-pistolan. Menyukai benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda, dan semacamnya. Sangat lekat pada bendabenda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana. e. Perilaku Anak autistik mempunyai perilaku yang berlebihan (hiperaktif) atau sebaliknya, kekurangan (hipoaktif). Anak autistik juga memperlihatkan perilaku perangsangan diri, misal bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat TV, lari/berjalan bolak-balik dan melakukan gerakan yang diulang-ulang. Tidak suka perubahan dan suka duduk bengong dengan tatapan kosong. f. Emosi Kondisi emosi anak autistik sulit ditebak karena mudah bergantiganti. Anak autistik sering marah-marah, tertawa-tawa, dan menangis. Tempertantrum (mengamuk tak terkendali) jika kecewa akibat dilarang atau keinginannya tidak dipenuhi, suka menyerang atau merusak,dan 13

29 menyakiti dirinya sendiri. Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain. Selanjutnya, dijelaskan kriteria diagnostik gangguan autistik berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V). a. Kurangnya komunikasi dan interaksi sosial yang bersifat menetap pada berbagai konteks. 1) Kekurangan dalam kemampuan komunikasi sosial dan emosional. Contohnya pendekatan sosial yang tidak normal dan kegagalan untuk melakukan komunikasi dua arah; kegagalan untuk berinisiatif atau merespon pada interaksi sosial. 2) Terganggunya perilaku komunikasi non-verbal yang digunakan untuk interaksi sosial. Integrasi komunikasi verbal dan non-verbal yang sangat parah, hilangnya kontak mata, bahasa tubuh dan ekspresi wajah. 3) Kekurangan dalam mengembangkan dan mempertahankan hubungan. Contohnya kesulitan menyesuaikan perilaku pada berbagai konteks sosial, kesulitan dalam bermain imajinatif atau berteman, tidak adanya ketertarikan terhadap teman sebaya. b. Perilaku yang terbatas, pola perilaku yang repetitif, ketertarikan, atau aktifitas yang termanifestasi minimal dua dari perilaku berikut: 14

30 1) Pergerakan motor repetitif atau stereotype, penggunaan objek-objek atau bahasa, misalnya: perilaku stereotype, yang sederhana, membariskan mainan-mainan atau membalikkan objek. 2) Perhatian yang berlebihan pada kesamaan, rutinitas yang kaku atau pola perilaku verbal atau non-verbal yang diritualkan, contohnya stress ekstrim pada suatu perubahan yang kecil, kesulitan pada saat adanya proses perubahan, pola pikir yang kaku. 3) Kelekatan dan pembatasan diri yang tinggi pada suatu ketertarikan yang abnormal. Contoh: kelekatan yang kuat atau preokupasi pada objek-objek yang tidak biasa, pembatasan yang berlebihan atau perseverative interest. 4) Hiperaktivitas/hipoaktivitas pada input sensori atau ketertarikan yang tidak biasa pada aspek sensori pada lingkungan. Contoh: sikap tidak peduli pada rasa sakit atau temperatur udara, respon yang berlawanan pada suara atau tekstur tertentu, penciuman yang berlebihan atau sentuhan dari objek, kekaguman visual pada cahaya atau gerakan. c. Gejala-gejala harus muncul pada periode perkembangan awal tapi tidak mungkin termanifestasi secara penuh sampai tuntutan sosial melebihi kapasitas yang terbatas, atau mungkin tertutupi dengan strategi belajar dalam kehidupannya. d. Gejala-gejala menyebabkan perusakan yang signifikan pada kehidupan sosial, pekerjaan atau setting penting lain dalam kehidupan. 15

31 e. Gangguan-gangguan ini lebih baik tidak dijelaskan dengan istilah ketidakmampuan intelektual (intellectual disability), gangguan perkembangan intelektual, keterlambatan perkembangan secara global. Kemudian dijelaskan lebih lanjut lagi dalam tabel tentang tingkat hambatan gangguan spektrum autistik menurut DSM-V. Dalam diagnosa gangguan spektrum autistik diperkenalkan juga tingkat keparahan autistik yang bervariasi tergantung pada konteks dan perubahannya dari waktu ke waktu. Tingkat keparahan ini dispesifikasikan menjadi 3 tingkatan (level) yaitu dari level 1, 2, dan 3. Tingkatan ini didasarkan pada sejauh mana anak penyandang spektrum autistik membutuhkan dukungan orang lain dalam melakukan tugas perkembangannya. Tingkatan ini menunjukkan tentang anak dengan tingkat ASD ringan sampai berat. Berikut tabel tingkatan level hambatan autistik menurut DSM-V: Tingkat Hambatan Komunikasi Sosial Perilaku berulang terbatas Level 3 Kekurangan yang parah dari Perilaku yang tidak fleksibel, memerlukan kemampuan komunikasi verbal dan kesulitan ekstrim menghadapi dukungan sangat non-verbal menyebabkan gangguan perubahan, atau perilaku- substansial parah dalam keberfungsian, perilaku berulang terbatas jelas keinginan untuk mengawali sekali tampak mengganggu interaksi sosial sangat terbatas, dan keberfungsian pada semua minimnya tanggapan terhadap bidang. Kesulitan paling besar ajakan bersosialisasi dari pihak lain. adalah merubah perhatian dan 16

32 Sebagai contoh, seseorang yang tindakan. berbicara dengan jelas menggunakan beberapa kata, sangat jarang mengawali interaksi, dan apabila hal tersebut dilakukan dengan cara yang tak lazim untuk pemenuhan kebutuhannya, Level 2 sehingga tanggapan hanya pada pendekatan sosial yang sangat langsung. Kekurangan yang kentara dari Perilaku yang tidak fleksibel, Memerlukan kemampuan komunikasi verbal dan kesulitan menghadapi dukungan subtansial non-verbal, gangguan sosial nyata walaupun mendapat dukungan lingkungan; keterbatasan memulai interaksi sosial; mempunyai respon perubahan, atau perilakuperilaku berulang dan terbatas cukup sering terjadi sehingga tampak jelas oleh pengamat sedikit atau abnormal terhadap yang biasa mengganggu ajakan bersosialisasi dari pihak lain. Sebagai contoh, seseorang yang berbicara dengan kalimat sederhana, interaksinya terbatas keberfungsian pada konteks yang beragam. Kesulitan merubah perhatian dan tindakan. pada minat tertentu saja, paling tampak adalah keganjilan dalam komunikasi non-verbal. 17

33 Level 1 Memerlukan dukungan Tanpa dukungan dari lingkungan, kekurangan dalam komunikasi sosial menimbulkan gangguan yang berarti. Kesulitan memulai interaksi sosial, contoh dari respon yang tidak normal, tidak merespon ajakan dari pihak lain. Terlihat penurunan minat dalam interaksi sosial. Sebagai contoh, seseorang yang dapat berbicara dengan kalimat utuh dan mampu terlibat dalam komunikasi, gagal dalam percakapan dua arah dengan orang lain, dan tidak mampu menjalin hubungan. Perilaku yang tidak fleksibel menyebabkan pengaruh yang signifikan dalam kebefungsian pada suatu konteks atau lebih. Kesulitan beralih diantara beberapa aktivitas. Masalah dalam mengorganisir dan merencanakan sesuatu dapat menghalangi kemandirian. Tabel 1. Tingkatan level hambatan anak autistik 4. Klasifikasi Anak Autistik Kemampuan dari anak autistik yang satu berbeda dengan anak autistik lainnya. Anak autistik yang mengalami hambatan dalam komunikasi, interaksi, maupun emosi masih dapat dikelompokkan berdasarkan usia. Lebih lanjut untuk mengetahui pengelompokkannya, Mangunsong (2009: 169) menjelaskan tingkatan seperti autistik infantil atau autistik masa anak-anak yaitu ditandai dengan penarikan diri yang ekstrem dari lingkungan sosialnya, 18

34 gangguan dalam berkomunikasi, serta tingkah laku yang terbatas dan berulang (stereotipik) yang muncul sebelum usia 3 tahun. Gangguan ini 3 sampai 4 kali lebih banyak pada anak lelaki daripada perempuan. Asperger Syndrome (AS) yaitu abnormalitas yang secara kualitatif sama seperti autistik. Dapat disebut sebagai mild autism, tanpa gangguan yang signifikan dalam kognisi dan bahasa. Individu dengan sindrom asperger memiliki tingkat intelegensi dan komunikasi yang lebih tinggi daripada mereka yang autistik masa anak-anak. Namun mereka kesulitan dalam interaksi sosial. Secara umum, dapat dikatakan bahwa asperger adalah bentuk lebih ringan dari autistik. Rett Syndrome umumnya dialami anak perempuan. Muncul pada usia 7 sampai 24 bulan, dimana sebelumnya terlihat perkembangan yang normal, kemudian diikuti dengan kemunduran berupa hilangnya kemampuan gerakan tangan serta ketrampilan motorik yang telah terlaltih. Childhood Disintegrative Disorder yaitu perkembangan yang normal hingga usia 2 sampai 10 tahun, kemudian diikuti dengan kehilangan kemampuan yang signifikan dalam ketrampilan terlatih pada beberapa bidang perkembangan setelah beberapa bulan gangguan berlangsung. Terjadi pula gangguan yang khas dari fungsi sosial, komunikasi, dan perilaku. Sebagian penderita mengalami retardasi mental yang berat. 19

35 Pervasive Developmental not Otherwise Specified (PDD-NOS) adalah individu yang menampilkan perilaku autistik, tetapi pada tingkat yang lebih rendah atau baru muncul setelah usia tiga tahun atau lebih. 5. Karakteristik Anak Autistik Karakteristik anak autistik sangat kompleks terutama pada bidang komunikasi, interaksi sosial, sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi. Secara kasat mata keadaan anak autistik terlihat jelas dan berbeda dari anak normal lainnya. Berikut adalah karateristik anak autistik bidang komunikasi, emosi, dan interaksi sosial menurut Suryana (2004: 16), antara lain: a. Komunikasi Komunikasi anak autistik mengalami perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah bicara tapi kemudian sirna. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain. Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi. b. Senang meniru atau membeo (echolalia). Anak autistik melakukan echolalia dan senang meniru. Bila meniru, anak autistik dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya. Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa. Senang menarik- 20

36 narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang dia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu. c. Interaksi sosial Anak autistik lebih suka menyendiri, tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari untuk bertatapan, tidak tertarik untuk bermain bersama teman. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh. d. Gangguan sensoris Sensoris anak autistik sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga. Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda. Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut. e. Pola Bermain Anak autistik tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya, tidak suka bermain dengan anak sebayanya, tidak kreatif, tidak imajinatif, dan tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar-putar. Senang akan benda yang berputar seperti kipas angin dan roda sepeda. Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana. f. Perilaku Anak autistik dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (deficit). Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakan tangan, berputar-putar dan melakukan 21

37 gerakan yang berulang-ulang serta tidak suka pada perubahan. Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong. g. Emosi Kondisi emosi anak autistik sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan. Tempertantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang tidak diberikan keinginannya. Kadang suka menyerang dan merusak. Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri. Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain. Namun karakteristik diatas tidak harus ada pada setiap anak autistik. Pada anak autistik berat mungkin hampir semua gejala ada tapi pada kelompok yang ringan mungkin hanya terdapat sebagian saja (Suryana, 2004: 22). Menurut Endang Supartini (2009: 45) karakteristik anak autistik dilihat dari perilakunya pada tahun pertama, menunjukkan gangguan interaksi sosial, anak menolak untuk disayang atau di peluk, kurang bereaksi terhadap ajakan, suka menyendiri, tidak ada atau sedikit kontak mata, kurang mampu melakukan hubungan sosial dan emosional secara timbal balik. Kemampuan komunikasinya terhambat. Perkembangan bahasa baik reseptif maupun ekspresif terhambat, mengoceh tanpa arti, echolalia, senang menarik tangan orang lain untuk melakukan apa yang di inginkan. Adanya gangguan sensoris, sensitif terhadap sentuhan, tidak suka mendengar suara keras, senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda- 22

38 benda, tidak sensitif terhadap rasa sakit atau takut. Pola bermain tidak seperti anak sebaya, lebih suka bermain sendiri tapi tidak kreatif, tidak imaginatif, bermain tidak sesuai dengan fungsi mainannya, ada yang sangat lekat terhadap suatu benda yang terus dibawa kemanapun dia pergi. Perilaku anak dapat berlebihan (Hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif). Sering menstimuli diri, misalnya: bergoyang-goyang, lari-lari, mengepakkan tangan seperti akan terbang, menyakiti dirinya, tempertantrum (mengamuk tak terkendali), asyik dengan dunianya sendiri, tidak suka perubahan dan bertahan pada kegiatan rutin. Emosinya labil, sering marah, menangis atau tertawa tanpa sebab yang jelas, kadang suka menyerang atau merusak, tidak mempunyai empati dan tidak mampu memahami ekspresi wajah orang lain, serta tidak mampu mengekspresikan perasaannya baik secara verbal maupun non verbal. Minat anak terbatas dan sering berperilaku aneh dan diulang-ulang, misalnya memutar-mutar pegangan pintu, terpaku pada satu benda, suka pada benda yang bergerak, misalnya kipas angin, roda. Mengalami gangguan kognitif, hampir 70-80% anak autistik mengalami gangguan retardasi mental, dengan derajat retardasinya termasuk klasifikasi sedang. 23

39 C. Kajian Tentang Kemampuan Artikulasi 1. Pengertian Kemampuan Artikulasi Kemampuan artikulasi layaknya selalu menempel pada komunikasi verbal yang dimiliki setiap orang. Kemampuan artikulasi yang benar akan menghantarkan maksud yang di harapkan. Apabila kemampuan artikulasi buruk, maka komunikasi yang dilakukan menjadi tak berarti. Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Hasan Alwi, 2005: ). Artikulasi adalah suatu proses ketika udara yang berasal dari dalam paru-paru kemudian menggetarkan pita suara dan oleh organ-organ bicara seperti bibir, lidah, gigi, palatum dan sebagainya dibentuk sebagai vokal monoftong (vokal tunggal) yaitu /a, i, u, e, o/, serta vokal diftong (vokal rangkap) yaitu /ai, au, oi/ (BP Diksus Semarang, 2010: 1). Menurut Endang Rusyani (2008: 18) dalam modul buku artikulasi mengatakan artikulasi yaitu gerakan otot-otot bicara yang digunakan untuk berbicara. Otot-otot bicara dalam hal ini yaitu bibir, lidah, velum, sedangkan yang menggerakkan otot-otot bicara tersebut yaitu syaraf cranial, yaitu nervus 10 atau nervus vagus, nervus 12 atau nervus gloso pharyngius dan nervus 5 dan 9. Nervus 10 mensyarafi otot-otot velum, dan nervus 12 yang mensyarafi dinding pharing. Jadi yang dimaksud dengan artikukasi dalam hal ini adalah gerakan-gerakan otot bicara yang digunakan untuk mengucapkan lambang- 24

40 lambang bunyi bahasa yang sesuai dengan pola-pola yang standar sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Pengartikulasian bunyi bahasa atau suara akan terbentuk apabila adanya koordinasi unsur motoris (pernafasan), unsur yang bervibrasi (tenggorokan dengan pita suara), dan unsur yang beresonansi (rongga penuturan: rongga hidung, mulut dan dada). Apabila terdapat kelainan atau kerusakan pada salah satu unsur tersebut, maka akan mengakibatkan gangguan dalam artikulasinya. Menurut Raymon (Asep Sarepudin, 2008: 31) mengatakan organ artikulasi ada 12 antara lain: a. bibir atas, b. gigi atas, c. lengkung kaki gigi, d. langit-langit keras, e. Langit-langit lembut, f. anak tekak, g. dinding tenggorok, h. bibir bawah, i. Gigi bawah, j. ujung ludah, k. daun lidah, dan l. punggung lidah. Dari kedua definisi tersebut disimpulkan bahwa kemampuan artikulasi adalah kesanggupan/kecakapan individu menggunakan organ-organ bicara untuk membentuk bunyi vokal dan konsonan. 2. Penyebab Gangguan Artikulasi Gangguan artikulasi disebabkan oleh beberapa faktor baik dari segi fisik maupun fungsional. Menurut Mohammad Efendi (1993: 45) sebagai berikut: a. Faktor Organis Faktor organis terlihat dari hilangnya ketajaman indra pendengaran. Bentuk konstitusi fisik pada bagian mulut dan wajah (oral-facial) yang kurang atau tidak sempurna (abnormal). Buruknya koordinasi dari otot- 25

41 otot bicara. Tinggi atau sempitnya langit-langit sehingga menyebabkan kesukaran bagi lidah untuk bergerak. b. Faktor Fungsional Faktor fungsional yang menyebabkan gangguan artikulasi seperti metode pengajaran yang tidak konsisten atau salah dari orang tua dalam membicarakan stimulasi bicara pada anak. Buruknya model bicara yang diterapkan di lingkungan rumah, lingkungan sekitar dan lingkungan sekolah. Kemudian menurut Endang Rusyani (2008: 20-21) mengatakan bahwa gangguan artikulasi dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor organis dan faktor fungsional, berikut penjelasannya: a. Faktor Organis Faktor organis yang dimaksudkan yaitu kelainan bawaan berupa langit-langit terbelah (clept palate), kelainan rahang, kelainan susunan gigi, kelainan dalam rongga hidung dan rongga hulu kerongkongan. Kelainan-kelainan rongga mulut dan hidung seperti disebutkan di atas. Kelainan rahang/susunan gigi dengan posisi gigi terbuka ke depan, gigi seri rahang atas tidak dapat melewati gigi seri rahang bawah. Hal ini dapat menyebabkan terbuka dan posisi lidahnya terletak diantara gigi seri, akibatnya interdentalis. Gigi terbuka ke sebelah dengan posisi gigi-gigi seri rahang atas ketika menutup mulut tidak bisa kena/melewati gigi-gigi rahang bawah, 26

42 atau susunan gigi tidak teratur, akibatnya ujaran jadi telor. Prognasi yaitu posisi rahang atas terlalu kedepan sehingga terdapat lubang antara kedua rahang, bibir tidak dapat menutup. Progeni yaitu posisi rahang bawah terlalu kedepan Anomalio atau jumlah gigi graham tidak cukup, kelainan lidah, kelainan bibir berupa bibir sumbing atau terbelah, bibir atas terlalu kaku. Kelainan yang didapat setelah lahir dapat terjadi karena luka, seperti perforasi langit-langit, dan dapat terjadi akibat kelumpuhan, misalnya: kelumpuhan lidah sebagian atau seluruhnya, operasi polip, pendarahan dalam otak. b. Faktor fungsional Gangguan ini biasanya alat-alat artikulasi baik, tetapi tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Gangguan ini menunjukkan kesanggupan alatalat artikulasi tidak baik, gerak-gerak otot tidak cukup halus, gangguan perhatian, meniru gerakan artikulasi yang salah. Anak belajar bicara dengan meniru, apabila di sekelilingnya berartikulasi salah maka anak akan menirukan artikulasi yang salah tersebut, gangguan pendengaran, lemah ingatan, dan dyslalia. Endang Rusyani (2008: 18-19) dalam buku artikulasi menyebutkan ada beberapa gangguan yang menyebabkan artikulasi kurang baik, antara lain: a. Alat-alat pernafasan tidak sempurna, seperti: sakit paru-paru, pleuritis atau radang diselaput-selaput yang menyelubungi paru-paru, gangguan 27

43 dalam susunan yang menghubungkan paru-paru dengan bagian luar, gangguan otot-otot pernafasan, dan gangguan saraf-saraf yang merangsang otot pernafasan. b. Alat pernafasan sempurna tetapi tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kumpulan otot-otot dalam pita suara dapat menyebabkan gangguan pembentukan suara. Faktor-faktor penyebabnya antata lain: 1) Gangguan sentral yaitu gangguan pada saraf recurreus atau cabang saraf kelana yang merangsang si otot-otot di pita suara. 2) Gangguan ferifer yaitu adanya penghalang dalam hantaran ke uraturat saraf dari urat-urat syaraf. c. Adapun jenis-jenis penyakit akibat kelumpuhan otot, antara lain: 1) Satu pita suara tidak dapat bekerja, karena otot-ototnya tidak terangsang lagi. Penyakit ini dapat menyebabakan suara esek. 2) Kumpulan otot-otot suara: muscle. Posticus. Otot Posticus ini yang membuka celah suara, kelumpuhan ini menyebabkan pita suara tidak dapat digerakkan. 3) Aphoni: Tidak ada suara. Termasuk gangguan fungsional, yakni pita suara tidak dapat ditutup sehingga tidak ada suara. 4) Phonastani: Suara kurang keras. Termasuk gangguan fungsional, akibat kelelahan (terlalu banyak bicara, pidato), tidak ada kelainan pada pita suara. 28

44 5) Bengkak atau tumor pada pita suara. Gangguan organis. Suara kurang keras dan tidak jelas. Penyebabnya dapat karena: a) Infeksi pada pita suara, b) Terlalu keras berteriak/ menyanyi dengan kurang memperhatikan pernafasan, c) batuk-batuk. 6) Gangguan diwaktu perubahan (pubertet) 7) Rongga-rongga penuturan: a) rongga mulut, b) rongga hidung, c) rongga dada. Rongga mulut dalam adalah rongga yang terletak di belakang anak lidah. Rongga mulut yang terletak di depan anak lidah yaitu bagian yang membuat huruf-huruf bagian fonetik. Gangguan-gangguan dalam rongga mulut dan hidung: rhinolalia (sengau-sengauan): rhinolalia aperta (udara dan semua bunyi lewat hidung), rhinolalia clausa (udara dan huruf hidung tidak dapat lewat hidung, karena rongga mulut/rongga hidung tertutup), rhinolalia aperta (sengau-sengauan karena tidak dapat menutup anggota hidung). 3. Penyebab Gangguan Artikulasi Anak Autistik Penyebab gangguan komunikasi bisa disebabkan oleh gangguan pada masalah memproduksi kata-kata karena motorik mulut, gangguan pada pendengaran sehingga tidak bisa mendengar kata apalagi mengingat katakata dengan jelas, tidak memahami arti kata-kata dan mengasosiasikan dengan situasi, dan lingkungan tidak mendukung anak untuk termotivasi berbicara atau mengembangkan kemampuan bicaranya. Anak autistik 29

45 cenderung mengandalkan pada sintaksis dan bukan pada isi semantik dalam memahami bahasa. Carrol dalam Indah (2008: 3) mengggolongkan gangguan berbicara menjadi empat yaitu: a. Gangguan bicara pada anak dengan keterlambatan mental. b. Gangguan bicara pada anak-anak penderita tunarungu. c. Gangguan bicara pada anak penyandang autistik. d. Gangguan bicara pada anak yang mengalami cidera otak. Pada kasus autistik, penyandang autistik bisa jadi membisu hingga lima tahun, atau hanya membeo kata-kata orang dewasa yang didengarnya. Perkembangan keterampilan bahasanya tidak saja mengalami keterlambatan tetapi juga penyimpangan. Secara fonologis, artikulasi anak autistik cukup jelas meskipun sering muncul beragam kesalahan dalam penyebutan objek. Intonasinya cenderung datar dan salah dalam membuat penekanan ucapan. Kemampuan sintaksisnya sangat lamban karena sering muncul kalimat-kalimat peniruan atau echolalia, yaitu mengulang-ulang kalimat yang tidak relevan dengan konteks. Echolalia mengacu pada pengulangan kata yang mungkin terjadi segera setelah atau secara signifikan lebih lambat dari kata-kata asli yang diucapkan. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penyandang autistik yang berkemampuan verbal memiliki ciri echolalia. Echolalia hanya bisa dianggap suatu ciri autis jika muncul pada usia mental yang lebih tinggi. 30

46 Bagi seorang anak autistik dengan usia mental 5 tahun, tidaklah normal jika masih menunjukkan ekolalia (Peeters, 2009: 63). Gangguan berbicara pada anak autistik ini apabila tidak segera ditangani akan berdampak buruk terhadap anak autistik dan lingkungan disekitarnya. Dampak yang dapat terlihat dengan jelas adalah anak akan sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain sehingga terisolasi dari lingkungan, perkembangan bahasanya semakin terhambat, dan orang-orang di sekitarnya juga sulit untuk memahami apa yang dia inginkan. 4. Klasifikasi Gangguan Artikulasi Klasifikasi gangguan artikulasi menurut M. F Berry dan Jonh Bisension (Edja Sadjaah dan Dardja Sukarja 1995: 56) adalah sebagi berikut: a. Distortion (distorsi) dimaksudkan adanya pengubahan bunyi bahasa kepada bunyi yang tidak bisa digunakan, atau dapat merubah arti keseluruhan kata atau malah tidak mengandung arti seperti dalam kata /lari/ huruf /r/ diganti menjadi /l/ jadi kata lari menjadi lali yang mengandung makna berbeda. b. Subtitution (subtitusi) yaitu terjadinya penukaran suatu fonem dengan fonem yang lain, inipun tentu membuat makna yang lain dari kesukaran fonem yang diucapkan; seperti kata /dua/ menjadi /tua/. c. Ommition (omisi), yaitu terjadinya pengurangan satu dari kata yang diucapkan seperti kata /mobil/ menjadi /mobi/ dan sebagainya. 31

47 d. Addition (adisi) yaitu terjadinya penambahan fonem dari pengucapan suatu kata; sebagai contoh; kata /Bogor/ menjadi /Mbogor/ dalam pengucapannya dan sebagainya. 5. Pengertian Fonem Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau membedakan makna Achmad dan Abdullah (2013: 43). Untuk menentukan bunyi fonem, pertama kali adalah mencari sebuah kata yang mengandung bunyi tersebut lalu membandingkannya dengan kata lain yang mirip. Jika kedua kata itu berbeda maknanya, maka bunyi tersebut merupakan sebuah fonem, karena bunyi itu membedakan makna kedua kata tersebut. Dalam rangka untuk menentukan sebuah bunyi fonem, pertama-tama mencari pasangan minimalnya terlebih dahulu. Pasangan minimal tidak mempunyai jumlah bunyi yang sama. Contoh kecil adalah kata /tuju/ dengan /tujuh/ merupakan pasangan minimal, sebab tiadanya bunyi /h/ pada kata /tuju/ mengubah maknanya. Jadi, dalam hal itu, bunyi /h/ adalah sebuah fonem. Identitas sebuah fonem hanya berlaku dalam satu bahasa tertentu saja. 6. Klasifikasi Fonem Menurut Achmad dan Abdullah (2013: 45), Klasifikasi fonem sebenarnya sama dengan klasifikasi bunyi secara fonetis. Dalam fonem terdapat dua jenis yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental. Fonem segmental terdiri atas vokal dan konsonan. Salah satu contoh fonem konsonan adalah fonem /b/ sebagai fonem bilabial, hambat, bersuara. Fonem 32

48 /p/ adalah fonem bilabial, hambat, dan tidak bersuara. Sedangkan untuk fonem vokal contohnya adalah vokal /i/ sebagai fonem depan, tinggi, tidak bulat. Vokal /o/ adalah fonem belakang, sedang, dan bulat. 7. Fonetik Artikulatoris Menurut Asep Sarepudin (2008: 36-39), gerakan otot-otot dari langitlangit, rahang, lidah dan bibir yang diperlukan untuk berbicara, disebut artikulatoris. Tempat dimana mulut menjadi sempit atau sama sekali tertutup di sebut dasar artikulasi. Tiap bunyi bahasa terdiri dari satu gabungan dari beberapa nada yaitu, nada dasar atau nada utama, disebabkan oleh getaran selaput suara, ditambah dengan nada-nada tambahan atau forman-forman, yang disebabkan oleh getaran dalam rongga mulut, hidung dan tenggorokan. a. Vokal Terjadi dari getaran selaput suara, napas dapat keluar dari mulut tanpa halangan. Beraneka bentuk mulut menyebabkan beraneka getaran, artinya beraneka nada tambah, artnya beraneka vokal. Dalam sistem fonem bahasa Indonesia terdapat vokal berikut: /a/, /e/ (Dari kata /besar/), /e/ (Dari kata /memang/), /o/, /u/, dan /i/. Dalam pembentukan vokal, yang terpenting letak dan betuk dari lidah, bibir, rahang dan langit-langit lembut. Lidah dapat bergerak kebelakang atau kedepan. b. Konsonan 1) konsonan bibir (bilabial) /p/, /m/, /b/, /w/, dasar artikulasi itulah bibir atas dan bibir bawah. 33

BAHASA DAN KETUNARUNGUAN Oleh, Endang Rusyani

BAHASA DAN KETUNARUNGUAN Oleh, Endang Rusyani BAHASA DAN KETUNARUNGUAN Oleh, Endang Rusyani PENDAHULUAN Pemerolehan dan perkembangan bahasa berkaitan erat dengan kemampuan pendengaran seseorang, karena pemerolehan dan perkembangan bahasa dalam prosesnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunarungu seringkali memiliki kebiasaan-kebiasaan yang salah saat berbicara terutama ketika melafalkan kata-kata. Kondisi tersebut merupakan dampak dari

Lebih terperinci

Pedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY

Pedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY Pedoman Identifikasi Anak Autis Sukinah jurusan PLB FIP UNY Adanya gangguan dalam berkomunikasi verbal maupun non-verbal Terlambat bicara Tidak ada usaha untuk berkomunikasi Meracau dengan bahasa yang

Lebih terperinci

BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS

BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS 2.1 Definisi Informasi Informasi adalah ilmu pengetahuan yang didapatkan dari hasil belajar, pengalaman, atau instruksi. Namun informasi memiliki banyak arti bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Setiap orang yang telah terikat dalam sebuah institusi perkawinan pasti ingin dianugerahi seorang anak.

Lebih terperinci

MODUL 1 KONSEP DASAR ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN ===========================================================

MODUL 1 KONSEP DASAR ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN =========================================================== MODUL 1 KONSEP DASAR ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN =========================================================== Drs. Endang Rusyani, M.Pd. PENDAHULUAN Pemerolehan dan perkembangan bahasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Autis Istilah autisme pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner (1943) dalam bukunya Autistic Disturbances Of Affective Contact dan memberi istilah sebagai Infantile

Lebih terperinci

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575 Telp. (0274) 882481 Email: hermanuny@yahoo.com atau hermansp@uny.ac.id 1 ORGAN ARTIKULASI Bibir atas (labium superior) Bibir bawah (labium imperior)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Autisme berasal dari kata Yunani autos yang berarti self (diri). Kata. Menurut Handojo (2003: 42) Jenis-jenis Terapi Autisme:

BAB II LANDASAN TEORI. Autisme berasal dari kata Yunani autos yang berarti self (diri). Kata. Menurut Handojo (2003: 42) Jenis-jenis Terapi Autisme: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Autisme Autisme berasal dari kata Yunani autos yang berarti self (diri). Kata autisme ini digunakan didalam bidang psikiatri untuk menunjukkan gejala menarik diri (Mangunsong,

Lebih terperinci

Konsep Dasar Artikulasi

Konsep Dasar Artikulasi Mata Kuliah Artikulasi dan Optimalisasi Pendengaran Konsep Dasar Artikulasi Pengertian artikulasi berasal dari kata articulation yang artinya adalah pengucapan, maksudnya pengucapan lambang bunyi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya selaku warga negara, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3-4 bulan. Bila ibu merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bicara merupakan salah satu komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan alat ucap manusia. Bicara berarti memproduksi suara yang sistematis dari dua aspek yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu

Lebih terperinci

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Autism aritnya hidup sendiri Karakteristik tingkah laku, adanya defisit pada area: 1. Interaksi sosial 2. Komunikasi 3. Tingkah laku berulang dan terbatas A. Adanya gangguan

Lebih terperinci

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Pendahuluan Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya Tidak ada satupun manusia tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata orang tua. Karena anak merupakan buah cinta yang senantiasa ditunggu oleh pasangan yang telah menikah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaan kepada orang lain. 1. lama semakin jelas hingga ia mampu menirukan bunyi-bunyi bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaan kepada orang lain. 1. lama semakin jelas hingga ia mampu menirukan bunyi-bunyi bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang senantiasa berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya. Sejak bayi, manusia telah berkomunikasi dengan orang lain, yaitu ibu dan ayahnya. Menangis di

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik)

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik) Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik) Oleh Kartika Panggabean Drs. T.R. Pangaribuan, M.Pd. ABSTRAK Anak Autisme merupakan salah satu

Lebih terperinci

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Bicara Pemerolehan Bahasa,kesiapan Bicara DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Pengertian Bicara suatu proses pengucapan bunyi-bunyi bahasa dengan alat ucap manusia. merupakan produksi suara secara

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada anak autis perilaku tantrum sering muncul sebagai problem penyerta kerena ketidakstabilan emosinya, banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Labioshizchis atau lebih dikenal dengan bibir sumbing ini merupakan kelainan bawaan yang timbul saat pembentukan janin yang menyebabkan adanya celah di antara kedua

Lebih terperinci

STUDI KASUS TENTANG EKSPRESI EMOSI PADA ANAK AGRESIF KELAS II DI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA

STUDI KASUS TENTANG EKSPRESI EMOSI PADA ANAK AGRESIF KELAS II DI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA STUDI KASUS TENTANG EKSPRESI EMOSI PADA ANAK AGRESIF KELAS II DI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah suatu titipan Tuhan yang sangat berharga. Saat diberikan kepercayaan untuk mempunyai anak, maka para calon orang tua akan menjaga sebaik-baiknya dari mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya. 2 tersebut dapat disimpulkan bahwa autisme yang terjadi pada anak dapat menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kesulitan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain

Lebih terperinci

II. Deskripsi Kondisi Anak

II. Deskripsi Kondisi Anak I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan interaksi sosial dan hubungan timbalbalik di sekolah khususnya

BAB I PENDAHULUAN. melakukan interaksi sosial dan hubungan timbalbalik di sekolah khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan untuk hidup secara bersama-sama yang senatiansa mengadakan suatu hubungan komunikasi antarsesama di lingkungan sosial bermasyarakat. Proses

Lebih terperinci

Chapter I AUTISMA Autisma

Chapter I AUTISMA Autisma Chapter I AUTISMA Autisma berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autisma seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Autisma merupakan gangguan perkembangan yang ditandai dengan adanya gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena

Lebih terperinci

Isian Form 1 INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua)

Isian Form 1 INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua) Isian Form 1 INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua) Petunjuk : Isilah daftar berikut pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi anak yang sebenarnya. Jika ada yang kurang jelas, konsultasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah autisme sudah cukup familiar di kalangan masyarakat saat ini, karena media baik media elektronik maupun media massa memberikan informasi secara lebih

Lebih terperinci

Seri penyuluhan kesehatan

Seri penyuluhan kesehatan Seri penyuluhan kesehatan Penyakit Autisme Klinik Umiyah Jl. Lingkar Utara Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia Pengertian dan gejala Autisme Autisme adalah salah satu dari sekelompok masalah gangguan perkembangan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Leo Kanner 1943 : Anggapan sebenarnya : 11 kasus anak dgn kesulitan berkomunikasi. Tidak berhubungan dgn retardasi mental

Pendahuluan. Leo Kanner 1943 : Anggapan sebenarnya : 11 kasus anak dgn kesulitan berkomunikasi. Tidak berhubungan dgn retardasi mental AUTISME Pendahuluan Leo Kanner 1943 : 11 kasus anak dgn kesulitan berkomunikasi Disebut Autisme infantil Tidak berhubungan dgn retardasi mental Anggapan sebenarnya : 75 80% ada retardasi mental Istilah

Lebih terperinci

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal 1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu : a. Komponen subglotal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

ANIS SILVIA

ANIS SILVIA ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep a. Variabel Bebas Variabel bebas adalah yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan ataupun timbulnya variabel terikat, atau disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan suatu karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu menginginkan anaknya berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak. Autis pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak. Autis pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Istilah autis sudah cukup populer di kalangan masyarakat, karena banyak media massa dan elektronik yang mencoba untuk mengupasnya secara mendalam. Autisme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Variabel penelitian merupakan suatu atribut

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Nama : Nugraheni Widyapangesti NIM : 1402408207 TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Runtutan bunyi dalam bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel keputusan

Lampiran 1. Tabel keputusan Lampiran 1 Tabel keputusan No 1. Umur (U) DIAGNOSA/SPEKT GEJALA (G) RUM (S) Interval Gejala umum (keseluruhan) S1 S2 S3 S4 S 5 Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis) Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik

Lebih terperinci

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Konsep Dasar Ketunarunguan a. Pengertian Anak Tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata Tuna dan Rungu. Tuna artinya kurang

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. Komunikasi yang

Lebih terperinci

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis merupakan gangguan perkembangan yang menghambat berbagai aspek dalam kehidupan anak dengan gangguan autis. Anak autis rata-rata mengalami gangguan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak normal, usia 6 tahun merupakan masa yang paling sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa mendatang. Bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh anak baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai anak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Perilaku yang kita ketahui, baik pengalaman kita sendiri ataupun

Lebih terperinci

MENGENAL ANAK ASPERGER Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

MENGENAL ANAK ASPERGER Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* MENGENAL ANAK ASPERGER Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* Mengapa ada anak yang tampak menyendiri, ketika anak anak lain sebayanya sedang asyik bermain? Mengapa ada anak yang tampak sibuk berbicara

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri di dalam hidupnya.manusia membutuhkan manusia lain untuk melakukan banyak hal sepanjang hidup,

Lebih terperinci

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Apakah yang dimaksud dengan ABK (exceptional children)? a. berkaitan dengan konsep/istilah disability = keterbatasan b. bersinggungan dengan tumbuh kembang normal--abnormal, tumbuh

Lebih terperinci

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI BAB 4 Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terbentuk dari kata fon = bunyi dan logi

Lebih terperinci

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Pemerolehan Bahasa,kesiapan Bicara DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Persyaratan Perolehan Bahasa Pada Anak 1. Anak perlu memperoleh akses bahasa informasi kebahasaan dalam jumlah yang sangat besar. 2. Anak selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan orang lain. Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang

Lebih terperinci

Ternyata Dimas Autis. Berawal dari Kontak Mata 1

Ternyata Dimas Autis. Berawal dari Kontak Mata 1 Ternyata Dimas Autis Berawal dari Kontak Mata 1 Kenali Autisme Menghadapi kenyaataan Dimas autis, saya banyak belajar tentang autisme. Tak kenal maka tak sayang, demikian kata pepatah. Tak kenal maka ta

Lebih terperinci

Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009

Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009 Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009 Pengantar Variasi potensi dan masalah yang terdapat pada ABK Pemahaman yang beragam tentang ABK Koordinasi

Lebih terperinci

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme mrpk kelainan seumur hidup. Fakta baru: autisme masa

Lebih terperinci

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( ) LAPORAN BACA OLEH: Asep Saepulloh (180210110037) Hikmat Hamzah Syahwali (180210110035) Suherlan (180210110036) Identitas Buku Judul : Linguistik Umum (Bagian 4 TATARAN LINGUISTIK [1]: FONOLOGI halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki

Lebih terperinci

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Keraf (1997:1) bahasa merupakan alat komunikasi anggota masyarakat berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari

BAB I PENDAHULUAN. Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari bahasa yang digunakan individu dalam berkomunikasi. Komunikasi adalah pengiriman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat menggembirakan bagi pasangan suami istri. Kehadirannya bukan saja mempererat tali cinta pasangan

Lebih terperinci

Definisi Bell s palsy

Definisi Bell s palsy Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak autis di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai 35 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sementara berbahasa adalah proses penyampaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum anak tunarungu dapat diartikan anak yang tidak dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum anak tunarungu dapat diartikan anak yang tidak dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Anak Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu Secara umum anak tunarungu dapat diartikan anak yang tidak dapat mendengar. Tidak dapat mendengar tersebut dapat dimungkinkan kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia

Lebih terperinci

TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI

TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI REFERENSI 1. Tumbuh Kembang Anak Soetjiningsih EGC Jakarta, 1995 2. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan ---- Herawati Mansur, Salemba Medika 2009 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari interaksi dengan lingkungan sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi (Chaer, 2002:30). Bahasa merupakan alat terpenting dalam berkomunikasi antar manusia. Pada hakikatnya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini membuat instrumentasi untuk mendeteksi gangguan artikulasi dan pedoman terapi berbicara. Setelah menemukan instrumen yang tepat, penelitian ini juga menyajikan pola gangguan

Lebih terperinci

ANAK-ANAK DENGAN KELAINAN BICARA DAN BAHASA. bagian-bagian yang berhubungan dengannya seperti fungsi organ bicara

ANAK-ANAK DENGAN KELAINAN BICARA DAN BAHASA. bagian-bagian yang berhubungan dengannya seperti fungsi organ bicara ANAK-ANAK DENGAN KELAINAN BICARA DAN BAHASA A. Definisi Kelainan Bicara dan Bahasa Kelainan bicara dan/atau bahasa adalah adanya masalah dalam komunikasi dan bagian-bagian yang berhubungan dengannya seperti

Lebih terperinci

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

Perkembangan Bicara & Bahasa. Smith & Neisworth

Perkembangan Bicara & Bahasa. Smith & Neisworth Perkembangan Bicara & Bahasa Smith & Neisworth 1. Reflexive Vocalization Dari lahir sampai + 3 mg Menangis tidak dapat dibedakan tanpa memperhatikan keadaan psikologisnya, seperti lapar, dingin, sakit

Lebih terperinci

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Asuhan: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikiologi FIP UPI) Satu kemampuan dari berbagai berbagai kemampuan lain yang sangat penting bagi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nuraeni, 2014 Meningkatkan kemampuan berbicara melalui Penggunaan media puzzle

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nuraeni, 2014 Meningkatkan kemampuan berbicara melalui Penggunaan media puzzle 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang sangat diperlukan bagi perkembangan bahasa anak. Perkembangan bahasa merupakan kemampuan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG Nama Mata Kuliah Kode/SKS Waktu SOAL TUGAS TUTORIAL II : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD : PGSD 4405/3 (tiga) : 60 menit/pada pertemuan ke-5 PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang tuanya. Kehadiran anak diharapkan dan ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan yang terikat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah. LAMPIRAN LAMPIRAN Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Tingkat Aktifitas Tingkat aktifitas Gelisah, Terlalu lelah Jumlah pergerakan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Salah satu keterampilan yang penting dan harus dikuasai

Lebih terperinci

Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis

Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis PROGRAM PEMBELAJARAN BAGI ANAK AUTISTIK Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis MEMILIH PROGRAM PEMBELAJARAN Program Penilaian Kemampuan Memilih Program untuk memulai pembelajaran Saatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

BAB 2 KEMAMPUAN BERBAHASA DAN AUTISTIC DISORDER (AUTISME) dengan kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, maupun

BAB 2 KEMAMPUAN BERBAHASA DAN AUTISTIC DISORDER (AUTISME) dengan kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, maupun 9 BAB 2 KEMAMPUAN BERBAHASA DAN AUTISTIC DISORDER (AUTISME) 2.1. Hakikat Kemampuan Berbahasa Berbahasa merupakan salah satu perilaku dari kemampuan manusia, sama dengan kemampuan dan perilaku untuk berpikir,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN)

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN) KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN) TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik perkembangan aspek fisik, motorik, intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak juga merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan hal yang sangat kompleks, meliputi perkembangan motorik, perseptual, bahasa, kognitif, dan sosial. Selain itu, perkembangan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Dwi Lestari,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Dwi Lestari,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan individu untuk saling menyampaikan dan menerima pesan. Pesan yang dimaksud akan sampai jika bahasa tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fungsi manusia selain sebagai makhluk individu adalah sebagai makhluk sosial. Dengan fungsi tersebut, antara satu individu dengan individu lain

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN)

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah / Penggunaan Segmental Melalui Penerapan Teknik 515 PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah

Lebih terperinci