ABSTRACT. Key Word: water quality for fish farming cages.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRACT. Key Word: water quality for fish farming cages."

Transkripsi

1 STUDI KUALITAS AIR DANAU SINGKARAK UNTUK BUDIDAYA IKAN KERAMBA (IKAN MAS, IKAN NILA, IKAN LELE IKAN GURAMI, IKAN BAWAL, IKAN BETUTU DAN IKAN PATIN) DI KABUPATEN SOLOK SUMATERA BARAT Inda Prawita * Dasrizal ** Elvi Zuriyani ** *Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat **Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This study aims to assess the feasibility of water quality of Danau Singkarak for cage fish farming. The method used is descriptive analysis in order to make a picture of systematic factual and accurate based on the feasibility of water quality parameters in measuring the physical parameters of the water temperature and the residue suspended and water chemistry parameters ph, dissolved oxygen (DO), phosphate, ammonia (NH3 ). Danau Singkarak by setting three sample points, namely: Kenagarian Tikalak (sample A) suitable for cultivated species of tilapia and catfish. Kenagarian Singkarak (sample C) suitable for cultivated species of catfish, carp and fish betutu. In Kenagarian Kacang (sample B) do not fit in aquaculture of all species of fish examined. Because there is have high temperature in Kenagarian Kacang and value of acidity (ph) also resulted in the growth of this high-stunted fish. Key Word: water quality for fish farming cages. PENDAHULUAN Air adalah sumber daya alam yang sangat vital, yang mutlak diperlukan bagi hidup dan kehidupan manusia. Dalam pemanfaatanya dari waktu ke waktu tingkat pemanfaatannya semakin bertambah. Bertambah meningkatnya pemanfaatan sumber daya air ini bukan hanya di sebabkan oleh tingginya kebutuhan akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi tapi juga disebabkan oleh semakin beragamnya pemanfaatan sumber daya air dan perairan dan juga air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan di pengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia serta makhluk hidup lainnya. Salah satu perairan yang dapat dimanfaatkan adalah danau. Danau merupakan sebuah bentukan muka bumi yang pemanfaatanya bisa berdampak ekonomi maupun sosial budaya. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak danau yang potensial. Di provinsi Sumatera Barat saja terdapat beberapa danau yang cukup terkenal, salah satunya adalah danau Singkarak. Danau Singkarak merupakan danau terbesar kedua di Pulau Suatera setelah danau Toba, dengan luas ha dan kedalaman rata-rata m. danau Singkarak memiliki potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang cukup besar. Pengembangan pariwisata danau Singkarak saat ini sudah mulai dilihat

2 dan dikembangkan baik pihak pemerintah maupun swasta. Sementara itu bentuk budidaya perikanan danau yang cukup populer adalah penggunaan keramba. Keramba sendiri adalah salah satu teknik budidaya perikanan selain kolam dan tambak. Untuk pembuatan keramba tentu saja memerlukan persyaratan khusus yang yang tentunya harus dipenuhi baik secara kondisi fisika danau, kimia dan lain-lain. Lokasi keramba harus dekat dengan sumber air dengan kualitas air baik dan tidak tercemar, kuantitas cukup lahan yang memungkinkan untuk petak pemeliharaan dan mudah dijangkau Soetrisno (2012). Kegiatan budidaya ikan berupa pemanfaatan genangan air untuk pemeliharaan ikan yang antara lain berupa keramba. Budi daya perikanan keramba tergantung kepada luas daerah genangan yang memenuhi persyaratan teknis budi daya ikan, antar lain sifat fisika, kimia dan biologis perairan (Syandri, 2008). Budidaya ikan air tawar memiliki jenis ikan yang dapat dibudidayakan sangat beragam. Hal ini tentu sangat wajar karena umumnya komoditas perikanan budidaya air tawar mudah untuk dibudidayakan dan memerlukan modal yang tidak mahal. Selain itu, perikanan budidaya air juga lebih memasyarakat karena jenis ikannya lebih banyak dikenali dan sangat disukai oleh para penggemar ikan. Jenis ikan yang di budidayakan dalam air tawar adalah ikan mas, ikan nila, ikan gurami, ikan lele, ikan patin, ikan betutu, ikan bawal dan banyak jenis ikan air tawar yang bisa di budidaya. Berdasarkan observasi peneliti masyarakat di sana belum mengerti cara membudidayakan ikan keramba dan juga persyaratannya, dan untuk membudidayakan membutuhkan biaya yang besar di tambah takut dalam mengambil resiko gagal. METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan analisis data, jenis penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif, dengan tujuan membuat gambaran secara sistematis faktual dan akurat mengenai faktorfaktor serta hubungan yang akan diteliti. Metode dan teknik penelitian ini mencangkup bagaimana memperoleh data, cara yang digunakan dan alat-alat yang di pakai untuk pelaksanaan pengukuran lapangan serta analisa laboratorium, sehingga dapat dicapai tujuan penelitian. Adapun metode yang dilakukan yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui keberadaan objek dilapangan terutama dalam usaha pengumpulan data. Parameter utama kualitas air yang di ukur antara lain: parameter fisik suhu dan residu tersusupensi. Parameter kimia ph, Oksigen Terlarut (DO), fosfat, amoniak (NH3). dengan tiga titik sampel yaitu: sampel A kenagarian Tingkalak, sampel B Kenagarian Kacang dan sampel C Kenagarian Singkarak. HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan Mas Ikan mas tergolong dalam genus cyprinus dan family cyprinidae memiliki ciri-ciri antara lain, badan memanjang dan sedikit pipih, mulut dapat di sembulkan dan bagian belakang di lengkapi jari-jari keras. Ikan mas tergolong jenis ikan pemakan segala, Secara taksonomi, ikan mas tergolong dalam marga cyprinus. Ikan ini dipercaya telah dipelihara sejak 475 sebelum masehi. Di Indonesia ikan ini mulai dipelihara sejak tahun Ikan ini berasal dari daratan eropa dan tiongkok. Sedangkan yang dibudidayakan di Indonesia diduga berasal dari daerah tiongkok selatan. Menurut buku statistik perikanan budidaya, daerah yang merupakan penghasil ikan mas budidaya adalah seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Sedangkan sentra budidaya ikan mas ada di provinsi Jawa Barat,

3 Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Ketiga provinsi ini merupakan penghasil utama ikan mas Indonesia. Ikan mas hidup dan berkembang baik pada daerah dengan ketinggian m di atas permukaan laut. Suhu air yang paling ideal untuk pertumbuhan ikan mas adalah C, residu tersuspensi terlarut untuk pertumbuhan ikan mas maksimal mg/l, ph berkisar 7,5-8,5 mg/l, oksigen terlarut (DO) 5-7 mg/l, kadar amoniak 0,1 ppm, dan kandungan fosfat yang baik untuk pertumbuhan ikan mas adalah maksimal 1 mg/l (Cahyono, 2000). budidaya ikan mas C. residu mas maksimal mg/l. ph 7,02 mg/l untuk budidaya ikan mas berkisar 7,5-8,5 budidaya ikan mas 5-7 mg/l, fosfat 0,135 mg/l untuk budidaya ikan mas 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,088 mg/l untuk budidaya ikan mas 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian Tikalak tidak cocok dilakukan budidaya ikan mas. Kenagarian Kacang (sampel B) suhu air 32 0 C dan suhu air yang cocok budidaya ikan mas C. residu tersuspensi 13 mg/l untuk budidaya ikan mas maksimal mg/l. ph 7,12 mg/l untuk budidaya ikan mas berkisar 7,5-8,5 budidaya ikan mas 5-7 mg/l, fosfat 0,215 mg/l untuk budidaya ikan mas 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,095 mg/l untuk budidaya ikan mas 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian ikan mas. Kenagarian Singkarak (sampel C) suhu air 28 0 C dan suhu air yang cocok budidaya ikan mas C. residu tersuspensi 16 mg/l untuk budidaya ikan mas maksimal mg/l. ph 6,89 mg/l untuk budidaya ikan mas berkisar 7,5-8,5 budidaya ikan mas 5-7 mg/l, fosfat 0,155 mg/l untuk budidaya ikan mas 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,076 mg/l untuk budidaya ikan mas 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian ikan mas. Ikan Nila Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga ikan nila dapat tumbuh dan berkembang biak sepanjang tahun. Daerah perairan yang paling ideal untuk usaha budidaya ikan nila adalah perairan yang memiliki ketinggian antara m di atas permukaan laut (dpl). Perairan yang terletak pada ketinggian lebih dari m di atas permukaan laut tidak layak untuk lahan usaha budidaya, karena ikan nila di dataran tinggi tidak tumbuh maupun berkembang biak secara memadai. Ikan nila adalah jenis ikan air tawar bernilai ekonomis dan banyak di gemari masyarakat, ikan nila dapat hidup di kolam, sawah, sungai, danau, waduk, rawa, situ dan genangan air lainnya. Ikan nila dapat beradaptasi di perairan payau dan perairan laut terutama dengan teknik adaptasi bertahab. Lingkungan tumbuh (habitat) yang paling ideal untuk usaha budidaya ikan nila adalah perairan tawar yang memiliki suhu antara 15, C, keadaan suhu rendah (kurang dari 14 0 C) ataupun suhu terlalu tinggi (diatas 30 0 C), pertumbuha ikan nila terganggu atau terhamba. Residu tersuspensi yang di toleransi oleh pertumbuhan ikan nila adalah maksimal mg/l dengan ph 7-8 mg/l, oksigen terlarut (DO) minimal 3 ppm, amoniak 0,1 ppm, dan kandungan fosfat untuk ikan nila adalah maksimal 1 ppm. budidaya ikan nila 15, C. residu nila maksimal mg/l. ph 7,02 mg/l untuk budidaya ikan nila berkisar 7-8 mg/l, oksigen terlarut (DO) 3 mg/l untuk budidaya ikan nila 3 mg/l, fosfat 0,135 mg/l untuk budidaya ikan nila 1 mg/l. dan amoniak

4 (NH3) 0,088 mg/l untuk budidaya ikan nila 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian Tikalak jenis ikan yang cocok dilakukan budidaya ikan adalah ikan nila. Kenagarian Kacang (sampel B) suhu air 32 0 C dan suhu air yang cocok budidaya ikan nila 15, C. residu tersuspensi 13 mg/l untuk budidaya ikan nila maksimal mg/l. ph 7,12 mg/l untuk budidaya ikan nila berkisar 7-8 mg/l, oksigen terlarut (DO) 4 mg/l untuk budidaya ikan nila 3 mg/l, fosfat 0,215 mg/l untuk budidaya ikan nila 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,095 mg/l untuk budidaya ikan nila 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian Kacang tidak cocok dilakukan budidaya ikan nila. Kenagarian Singkarak (sampel C) suhu air 28 0 C dan suhu air yang cocok budidaya ikan nila 15, C. residu tersuspensi 16 mg/l untuk budidaya ikan nila maksimal mg/l. ph 6,89 mg/l untuk budidaya ikan nila berkisar 7-8 mg/l, oksigen terlarut (DO) 4 mg/l untuk budidaya ikan nila 3 mg/l, fosfat 0,155 mg/l untuk budidaya ikan nila 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,076 mg/l untuk budidaya ikan nila 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian Singkarak tidak cocok dilakukan budidaya ikan nila. Ikan Lele Pertumbuhan ikan lele akan bagus jika dipelihara pada suhu air dan lingkungan yang hangat. Oleh karena itu, ketinggian lokasi budi daya disarankan tidak boleh lebih dari 600 m dpl. Air dengan kandungan oksigen yang rendah sekalipun dapat digunakan dalam budidaya lele karena lele mempunyai alat bantu pernapasan berupa labirin yang memungkinkan lele mengambil oksigen langsung di udara. Selain itu lele tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau air mengalir, seperti ikan-ikan lainnya. Pada budidaya lele di kolam air tergenang, lele masih dapat hidup dan berkembang selama air kolam tidak terpolusi oleh unsur polutan seperti amonia. Perubahan suhu yang terlalu ekstrim akan menyebabkan ikan stress yang akhirnya akan menyebabkan kematian ikan. Persyaratan air yang harus dipenuhi demi kesuksesan budidaya ikan lele meliputi suhu air C, residu tersuspensi ppm, ph air optimum 6,7-8,6 mg/l, oksigen terlarut (DO) 5-6 ppm, fosfat maksimum 1 mg/l, kadar amoniak yang di toleransi untuk pertumbuhan ikan lele adalah 0,1 mg/l (Susanto, 1988). budidaya ikan lele C. residu lele maksimal 400 mg/l. ph 7,02 mg/l untuk budidaya ikan lele berkisar 6,7-8,6 mg/l, oksigen terlarut (DO) 3 mg/l untuk budidaya ikan lele 3 mg/l, fosfat 0,135 mg/l untuk budidaya ikan lele 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,088 mg/l untuk budidaya ikan lele 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian Tikalak jenis ikan yang cocok dilakukan budidaya ikan adalah ikan lele. Kenagarian Kacang (sampel B) suhu air 32 0 C dan suhu air yang cocok budidaya ikan lele C. residu tersuspensi 13 mg/l untuk budidaya ikan lele maksimal 400 mg/l. ph 7,12 mg/l untuk budidaya ikan lele berkisar 6,7-8,6 mg/l, oksigen terlarut (DO) 4 mg/l untuk budidaya ikan lele 3 mg/l, fosfat 0,215 mg/l untuk budidaya ikan lele 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,095 mg/l untuk budidaya ikan lele 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian Kacang tidak cocok dilakukan budidaya ikan lele. Kenagarian Singkarak (sampel C) suhu air 28 0 C dan suhu air yang cocok budidaya ikan lele C. residu tersuspensi 16 mg/l untuk budidaya ikan lele maksimal 400 mg/l. ph 6,89 mg/l untuk budidaya ikan lele berkisar 6,7-8,6 mg/l, oksigen terlarut (DO) 4 mg/l untuk budidaya ikan lele 3 mg/l, fosfat 0,155 mg/l untuk budidaya ikan lele 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,076 mg/l untuk budidaya ikan lele 0,1 mg/l. Jadi pada Kenagarian Tikalak jenis ikan yang cocok dilakukan budidaya ikan adalah ikan lele.

5 Ikan Gurami Ikan gurami dapat tumbuh dan berkembang pada perairan tropis dan subtropis. Secara geografis ikan ini tersebar di berbagai Negara, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Australia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama ini, ternyata ikan gurami tidak tahan hidup dalam lingkungan air payau. Meskipun memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan, gurami lebih cocok hidup di perairan rawa di dataran rendah sampai di kolam-kolam pekarangan pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Oleh karena itu ada peneliti yang mengemukakan bahwa gurami merupakan ikan air tawar murni. Gurami senang hidup pada perairan yang tenang dan dalam, lingkungan teduh, tidak terlalu lembab, curah hujannya cukup tinggi, bebas polusi dan banyak tumbuhan air. Semuanya ini merupakan lingkungan ideal bagi kehidupan gurami. Temperatur yang ideal untuk pertumbuhan ikan gurami adalah C, residu tersuspensi maksimal mg/l, ph 7-8 mg/l, oksigen terlarut (DO) 3-5 ppm, fosfat 1 mg/l, dan kadar amoniak maksimal 0,1 mg/l (Puspowardoyo, 1992). budidaya ikan gurami C. residu gurami maksimal mg/l. ph 7,02 mg/l untuk budidaya ikan gurami berkisar 7-8 budidaya ikan gurami 3-5 mg/l, fosfat 0,135 mg/l untuk budidaya ikan gurami 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,088 mg/l untuk budidaya ikan gurami 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian Tikalak tidak cocok dilakukan budidaya ikan adalah ikan gurami. Kenagarian Kacang (sampel B) suhu air 32 0 C dan suhu air yang cocok budidaya ikan gurami C. residu tersuspensi 13 mg/l untuk budidaya ikan gurami maksimal 2000 mg/l. ph 7,12 mg/l untuk budidaya ikan gurami berkisar 7-8 mg/l, oksigen terlarut (DO) 4 mg/l untuk budidaya ikan gurami 3-5 mg/l, fosfat 0,215 mg/l untuk budidaya ikan gurami 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,095 mg/l untuk budidaya ikan gurami 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian ikan gurami. Kenagarian Singkarak (sampel C) suhu air 28 0 C dan suhu air yang cocok budidaya ikan gurami C. residu tersuspensi 16 mg/l untuk budidaya ikan gurami maksimal 2000 mg/l. ph 6,89 mg/l untuk budidaya ikan gurami berkisar 7-8 budidaya ikan gurami 3-5 mg/l, fosfat 0,155 mg/l untuk budidaya ikan gurami 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,076 mg/l untuk budidaya ikan gurami 0,1 mg/l. Jadi pada Kenagarian Singkarak jenis ikan yang cocok dilakukan budidaya ikan adalah ikan gurami. Ikan Bawal Ikan bawal termasuk jenis ikan air tawar yang mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan, ikan bawal mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan perairan tenang ataupun mengalir. Ikan bawal termasuk jenis ikan yang tidak banyak menuntut persyaratan air sebagai media (lingkungan) hidupnya. Ikan bawal mampu bertahan hidup pada perairan yang kondisinya jele. Akan tetapi, ikan bawal akan tumbuh normal dan optimal pada perairan yang memenuhi persyaratan ideal sebagaimana perairan alami atau habitat aslinya. Sebagai organisme air, ikan bawal memerlukan oksigen terlarut dalam air. Kandungan oksigen yang cukup baik untuk kehidupan ikan bawal berkisar 2,4-6 ppm, residu tersuspensi maksimal 400 mg/l, nilai derajad keasaman (ph) perairan yang cocok untuk ikan bawal adalah 7,2-7,7 mg/l, kandungan fosfat 1 mg/l, amoniak (NH3) yang masih dapat di toleransi oleh ikan bawal adalah 1 ppm. Keadaan suhu air yang

6 optimal untuk kehidupan ikan bawal adalah 27,2 0-29,1 0 C (Djarijah, 2001). budidaya ikan bawal 27,2 0-29,1 0 C. residu bawal maksimal 400 mg/l. ph 7,02 mg/l untuk budidaya ikan bawal berkisar 7,2-7,7 budidaya ikan bawal 2,4-6 mg/l, fosfat 0,135 mg/l untuk budidaya ikan bawal 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,088 mg/l untuk budidaya ikan bawal 1 mg/l. jadi pada Kenagarian Tikalak tidak cocok dilakukan budidaya ikan bawal. Kenagarian Kacang (sampel B) suhu air 32 0 C dan suhu air yang cocok budidaya ikan bawal 27,2 0-29,1 0 C. residu tersuspensi 13 mg/l untuk budidaya ikan bawal maksimal 400 mg/l. ph 7,12 mg/l untuk budidaya ikan bawal berkisar 7,2-7,7 mg/l, oksigen terlarut (DO) 4 mg/l untuk budidaya ikan bawal 2,4-6 mg/l, fosfat 0,215 mg/l untuk budidaya ikan bawal 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,095 mg/l untuk budidaya ikan bawal 1 mg/l. jadi pada Kenagarian Kacang tidak cocok dilakukan budidaya ikan bawal. Kenagarian Singkarak (sampel C) suhu air 28 0 C dan suhu air yang cocok budidaya ikan bawal ,1 0 C. residu tersuspensi 16 mg/l untuk budidaya ikan bawal maksimal 400 mg/l. ph 6,89 mg/l untuk budidaya ikan bawal berkisar 7,2-7,7 mg/l, oksigen terlarut (DO) 4 mg/l untuk budidaya ikan bawal 2,4-6 mg/l, fosfat 0,155 mg/l untuk budidaya ikan bawal 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,076 mg/l untuk budidaya ikan bawal 1 mg/l. jadi pada Kenagarian Singkarak tidak cocok dilakukan budidaya ikan bawal. Ikan Betutu Ikan betutu diduga ikan asli Indonesia yang berasal dari pulau Kalimantan. Namun, sementara orang ada juga yang berpendapat bahwa ikan betutu berasal dari Sumatra karena sejak dulu sudah ada di sana, bahkan menjadi maskot Kabupaten Talang Betutu. Mengingat nama betutu menjadi nama tunggal di pulau tersebut, maka ikan betutu diduga berasal dari Sumatra. Sedangkan di Kalimantan ikan ini dinamai ikan bakut atau ikan bakukut yang berarti diam. Di kota Pontianak, ikan ini bemama ikan bodoh atau ikan goblog karena sifatnya yang selalu diam. Ikan ini hanya bergerak bila lapar dan bila ada mangsa yang kebetulan lewat di depannya. Bila sudah kenyang, ikan ini akan diam saja meskipun melihat mangsa yang sudah dikuasai direbut oleh ikan lain. Ikan betutu hidup di dasar perairan, sesekali ia menyembul kepermukaan. Sifat yang sangat menonjol adalah pemalas, jika ada yang menyentuh tubuhnya atau ada mangsa di dekatnya, barulah betutu akan bergerak cepat dan berhenti secara tiba-tiba, ikan betutu tampak agresif pada malam hari. Ikan ini akan terlihat mengintip mangsa jika malam telah menjelang, demikian pula dalam hal perkembang biakan. Ikan betutu termasuk ikan labirin sehingga tahan terhadap kondisi air yang kurang baik, minsalnya air kolam yang jarang berganti atau hanya sedang terjadi pergantian air. Ikan betutu dapat hidup dengan baik pada ph 6-7,5 mg/l dengan suhu air berkisar C. ikan bertutu juga cukup tahan terhadap kadar amoniak dan H 2 S yang cukup tinggi dan juga tahan terhadap air keruh. Residu tersuspensi mg/l, fosfat 1 mg/l. dan kadar amoniak 0,1 mg/l, oksigen terlarut minimal 4 mg/l (Mulyono, 2001). budidaya ikan betutu C. residu betutu maksimal 2000 mg/l. ph 7,02 mg/l untuk budidaya ikan betutu berkisar 6-7,5 budidaya ikan betutu 4 mg/l, fosfat 0,135 mg/l untuk budidaya ikan betutu 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,088 mg/l untuk budidaya

7 ikan betutu 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian Tikalak tidak cocok dilakukan budidaya ikan betutu. Kenagarian Kacang (sampel B) suhu air 32 0 C dan suhu air yang cocok budidaya ikan betutu C. residu tersuspensi 13 mg/l untuk budidaya ikan betutu maksimal 2000 mg/l. ph 7,12 mg/l untuk budidaya ikan betutu berkisar 6-7,5 budidaya ikan betutu 4 mg/l, fosfat 0,215 mg/l untuk budidaya ikan betutu 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,095 mg/l untuk budidaya ikan betutu 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian ikan betutu. Kenagarian Singkarak (sampel C) suhu air 28 0 C dan suhu air yang cocok budidaya ikan betutu C. residu tersuspensi 16 mg/l untuk budidaya ikan betutu maksimal 2000 mg/l. ph 6,89 mg/l untuk budidaya ikan betutu berkisar 6-7,5 budidaya ikan betutu 4 mg/l, fosfat 0,155 mg/l untuk budidaya ikan betutu 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,076 mg/l untuk budidaya ikan betutu 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian Singkarak cocok dilakukan budidaya ikan bawal. Ikan Patin Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang dapat tumbuh besar. Ikan patin yang hidup di perairan alami dapat tumbuh mencapai ukuran panjang sekitar 1,2 meter. Beberapa kerabat ikan patin yang berkembang di berbagai Negara adalah ikan juaro (pangasius polyuranodo), P. macronema, P. micronemus, P. nasutus. Ikan pati di perdagangkan dengan nama ikan pangas. Ikan ini dapat di budidayakan di kolam tertutup atau tergenang, kolam mengalir ataupun diperlihara dalam keramba dan jala (jaring) apung yang di bangun di pinggir waduk atau danau dan perairan lainnya. Perairan yang memenuhi persyaratan ideal sebagaimana perairan alami atau habitat aslinya. Sebagai hewan air, ikan patin memerlukan oksigen yang tersedia (terlarut) dalam air 2-5 ppm, nilai ph perairan yang cocok bagi ikan patin 7,2-7,5. Dan amoniak (NH3) yang masih dapat ditoleransi oleh ikan patin adalah 1 ppm, residu tersusupensi mg/l. fosfat yang bisa di toleransi 1 mg/l. keadaan suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan patin adalah C (Djarijah, 2001). budidaya ikan patin C. residu patin maksimal 2000 mg/l. ph 7,02 mg/l untuk budidaya ikan patin berkisar 7,2-7,5 budidaya ikan patin 2-5 mg/l, fosfat 0,135 mg/l untuk budidaya ikan patin 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,088 mg/l untuk budidaya ikan patin 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian Tikalak tidak cocok dilakukan budidaya ikan patin. Kenagarian Kacang (sampel B) suhu air 32 0 C dan suhu air yang cocok budidaya ikan patin C. residu tersuspensi 13 mg/l untuk budidaya ikan patin maksimal 2000 mg/l. ph 7,12 mg/l untuk budidaya ikan patin berkisar 7,2-7,5 budidaya ikan patin 2-5 mg/l, fosfat 0,215 mg/l untuk budidaya ikan patin 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,095 mg/l untuk budidaya ikan patin 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian ikan patin. Kenagarian Singkarak (sampel C) suhu air 28 0 C dan suhu air yang cocok budidaya ikan patin C. residu tersuspensi 16 mg/l untuk budidaya ikan patin maksimal 2000 mg/l. ph 6,89 mg/l untuk budidaya ikan patin berkisar 7,2-7,5 budidaya ikan patin 2-5 mg/l, fosfat 0,155 mg/l untuk budidaya ikan patin 1 mg/l. dan amoniak (NH3) 0,076 mg/l untuk budidaya ikan patin 0,1 mg/l. jadi pada Kenagarian Singkarak cocok dilakukan budidaya ikan patin.

8 KESIMPULAN Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan pada Kenagarian Tikalak (sampel A) cocok untuk di budidayakan jenis ikan nila dan ikan lele. Di Kenagarian Singkarak (sampel C) cocok untuk dibudidayakan jenis ikan lele, ikan gurami dan ikan betutu. Pada Kenagarian Kacang tidak cocok dilakukan budidaya ikan dari semua jenis ikan yang di teliti. Karena di Kenagarian Tikalak memiliki suhu tinggi dan nilai keasaman (ph) juga tinggi ini mengakibatkan pertumbuhan ikan terhambat. DAFTAR PUSTAKA Cahyono, Bambang. (2000). Budi Daya Ikan Air Tawar. Penerbit: Kanisius. Djarijah, Abbas Siregar. (2001). Budi Daya Ikan Bawal. Penerbit: Kanisius. Djarijah, Abbas Siregar. (2001). Budi Daya Ikan Patin. Penerbit: Kanisius. Mulyono, David. (2001). Budi Daya Ikan Betutu. Penerbit: Kanisius. Puspowardoyo, Harsono. (1992). Membudidayakan Gurami Secara Intensif. Penerbit: Kanisius. Susanto, Heru. (1988). Budidaya Ikan Lele. Penerbit: Kanisius. Syandri, Hajrijal. Dkk. (2008). Pengelolaan Budidaya Ikan di Perairan Umum. Penerbit: Bung Hatta Universitas Press.

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River)

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River) 87 STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River) Infa Minggawati dan Lukas Fakultas Perikanan Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu dari luar sistem perairannya sehingga dapat dinetralkan atau distabilkan kembali dalam jangka waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menyimpan sumber daya alam yang tinggi, yang dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menyimpan sumber daya alam yang tinggi, yang dapat dimanfaatkan BAB I PENDAHULUAN RINGKASAN EKSEKUTIF Indonesia adalah negara yang mempunyai wilayah perairan laut dan perairan umum (waduk, rawa, sungai, dan danau) yang sangat luas. Perairan tersebut menyimpan sumber

Lebih terperinci

STUDI KESESUAIAN KUALITAS AIR DANAU DIATAS UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAMI SISTEM KERAMBA DI NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI JURNAL

STUDI KESESUAIAN KUALITAS AIR DANAU DIATAS UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAMI SISTEM KERAMBA DI NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI JURNAL STUDI KESESUAIAN KUALITAS AIR DANAU DIATAS UNTUK BUDIDAYA IKAN GURAMI SISTEM KERAMBA DI NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain: 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan maritim yang sangat luas sehingga Indonesia memiliki kekayaan perikanan yang sangat kaya.pengetahuan lingkungan

Lebih terperinci

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian PEMBAHASAN Spesies yang diperoleh pada saat penelitian Dari hasil identifikasi sampel yang diperoleh pada saat penelitian, ditemukan tiga spesies dari genus Macrobrachium yaitu M. lanchesteri, M. pilimanus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar, terutama tentang jenis-jenis ikan. Menurut Khairuman & Amri

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar, terutama tentang jenis-jenis ikan. Menurut Khairuman & Amri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sudah dikenal memiliki kekayaan sumberdaya perikanan yang cukup besar, terutama tentang jenis-jenis ikan. Menurut Khairuman & Amri (2008), diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan inroduksi yang telah lebih dulu dikenal masyarakat indonesia. Budidaya

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL FAISOL MAS UD Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,

Lebih terperinci

Potensi budidaya ikan di Waduk Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat: Kajian kualitas fisika kimia air

Potensi budidaya ikan di Waduk Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat: Kajian kualitas fisika kimia air Potensi budidaya ikan di Waduk Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat: Kajian kualitas fisika kimia air (Aquaculture potential in reservoir Embung Klamalu Sorong, West Papua: Study on water

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup dan dinyatakan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tawes 2.1.1 Taksonomi Tawes Menurut Kottelat (1993), klasifikasi ikan tawes adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Classis Ordo Familia Genus Species : Pisces : Ostariophysi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eichhornia crassipes atau dikenal dengan nama eceng gondok merupakan salah satu jenis tumbuhan air yang termasuk ke dalam famili Pontederiaceae. Tumbuhan eceng gondok

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN PATIN (Pangasius sp.) YANG DIPELIHARA DALAM SISTEM RESIRKULASI

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN PATIN (Pangasius sp.) YANG DIPELIHARA DALAM SISTEM RESIRKULASI PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN PATIN (Pangasius sp.) YANG DIPELIHARA DALAM SISTEM RESIRKULASI Oleh : AGUNG MAULANA PUTRA 100302052 NIM / 100302052 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Media Litbang Sulteng 2 (2) : 126 130, Desember 2009 1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Perikanan Pengertian budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sedangkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1.1 Sejarah Perkembangan Ikan Bandeng Ikan bandeng mempunyai nama Latin Chanos chanos, yang merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1.1 Sejarah Perkembangan Ikan Bandeng Ikan bandeng mempunyai nama Latin Chanos chanos, yang merupakan 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Sejarah Perkembangan Ikan Bandeng Ikan bandeng mempunyai nama Latin Chanos chanos, yang merupakan sejenis ikan laut yang tersebar dari Pantai Afrika Timur sampai Kepulauan Timotu,

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS DISUSUN OLEH: KELOMPOK 6 ADI SAPUTRA FAUZI ISLAHUL RIDHO ILHAM NENCY MAHARANI DWI PUJI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keramba jaring apung biasanya relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah

BAB I PENDAHULUAN. keramba jaring apung biasanya relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu sektor penggerak perekonomian di Indonesia. Ada berbagai macam bentuk kegiatan perikanan di Indonesia salah satunya yaitu budidaya perikanan

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geografi Kabupaten Bandung BAB II TINJAUAN PUSTAKA Gambar 2. Peta Kabupaten Bandung (Sumber : www.google.co.id ) Kabupaten Bandung merupakan salah satu wilayah administrasi yang berada di Provinsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas keseluruhan sekitar ± 5,18 juta km 2, dari luasan tersebut dimana luas daratannya sekitar ± 1,9 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hewan yang memiliki potensi budidaya yang menjanjikan di Indonesia. Berbagai macam ikan dapat dibudidayakan, terutama ikan air tawar yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar dengan berbagai sektor. Salah satu sektor yang menunjang pembangunan di Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Sektor perikanan memang unik beberapa karakter yang melekat di dalamnya tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian penanganan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan pemeliharaan ikan di kolam, di sungai, di danau, atau di laut, melainkan usaha yang mencakup berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara maritim karena sebagian besar wilayahnya didominasi oleh perairan. Perairan ini meliputi perairan laut, payau, maupun perairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1 Klasifikasi Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C.batracus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

Udayana, Denpasar. Alamat   (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 8,No. 2, Oktober 2017 ISSN: 2086-3861 E-ISSN: 2503-2283 KAJIAN KUALITAS AIR DAN PENILAIAN KESESUAIAN TAMBAK DALAM UPAYA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat di gali untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi yaitu sektor perikanan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu senggangnya (leisure time), dengan melakukan aktifitas wisata (Mulyaningrum, 2005). Lebih

Lebih terperinci

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi Definisi Akuakultur Berasal dari bahasa Inggris: aquaculture Aqua: perairan, culture: budidaya Akuakultur : kegiatan untuk memproduksi biota (organisme)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Akuakultur merupakan kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik di

I. PENDAHULUAN. Akuakultur merupakan kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuakultur merupakan kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit). Salah satu produk akuakultur

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pertumbuhan Hasil pengukuran ikan selais yang dipelihara dalam keramba yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, maka bobot rata-rata

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem - sistem terestorial dan lentik. Jadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam produksi komoditi yang bersumber dari kekayaan alam terutama dalam sektor pertanian. Besarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat

Lebih terperinci

Bisnis Budi Daya Ikan Gurami

Bisnis Budi Daya Ikan Gurami Bisnis Budi Daya Ikan Gurami Tugas mata kuliyah Lingkungan Bisnis Nama : M.Syaifuddin Zuhri Nim : 10.11.4060 Kelas : S1TI-2G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Membudidayakan ikan gurami untuk bisnis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Waduk Cirata merupakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terbesar di Pulau Jawa yang dibangun di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Air waduk diperoleh dari pasokan Sungai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 1 Oktober 2014 ISSN: 2302-3600 EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN Riska Emilia Sartika

Lebih terperinci

Kelayakan kualitas air kolam di lokasi pariwisata Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat

Kelayakan kualitas air kolam di lokasi pariwisata Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat Kelayakan kualitas air kolam di lokasi pariwisata Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat (Feasibility of pond water quality in tourism area of Embung Klamalu Sorong Regency, West Papua) Rut

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN PERJALANAN LOMBOK 8-14 JULI Determinasi Potensi Penyakit Aeromonas pada Ikan Budidaya Judul Kegiatan

LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN PERJALANAN LOMBOK 8-14 JULI Determinasi Potensi Penyakit Aeromonas pada Ikan Budidaya Judul Kegiatan LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN PERJALANAN LOMBOK 8-14 JULI 2012 Determinasi Potensi Penyakit Aeromonas pada Ikan Budidaya Judul Kegiatan untuk Mengamankan Produksi Perikanan di Lombok dan Sumbawa Pelaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eceng Gondok Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) adalah tumbuhan air yang hidup di perairan tawar yang menyerap nutrien untuk pertumbuhannya. Penyerapan nutrien dalam jumlah

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG PERAIRAN BERDASARKAN KUALITAS AIR TERHADAP PELUANG BUDIDAYA ABALON (Haliotis sp.) DI PERAIRAN KUTUH, BALI

ANALISIS DAYA DUKUNG PERAIRAN BERDASARKAN KUALITAS AIR TERHADAP PELUANG BUDIDAYA ABALON (Haliotis sp.) DI PERAIRAN KUTUH, BALI Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 7, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2086-3861 E-ISSN: 2503-2283 ANALISIS DAYA DUKUNG PERAIRAN BERDASARKAN KUALITAS AIR TERHADAP PELUANG BUDIDAYA ABALON (Haliotis sp.) DI

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) Rukmini Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM Banjarbaru Email rukmini_bp@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003).

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri perikanan budidaya air tawar sekarang mengalami kemajuan yang cukup pesat. Salah satu ikan budidaya yang cukup digemari adalah ikan gurami (Osphronemus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beranekaragam jenis ikan asli yang berhabitat di beberapa sungai di Indonesia. Ikan baung merupakan salah satu jenis ikan asli yang berhabitat di

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air Sebagai Tempat Hidup Ikan Bawal Air Tawar Hasil analisis kualitas media air yang digunakan selama penelitian ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis kualitas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA TUGAS PENGENALAN KOMPUTER ZURRIYATUN THOYIBAH E1A012065 PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH Rezha Setyawan 1, Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah, MT 2, dan Hafiizh

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Usaha perikanan Indonesia sudah sejak lama berlangsung dan terus

PENDAHULUAN. Usaha perikanan Indonesia sudah sejak lama berlangsung dan terus PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha perikanan Indonesia sudah sejak lama berlangsung dan terus berkembang hingga saat ini. Bisnis perikanan yang cukup berkembang adalah bisnis ikan hias yang mulai menunjukkan

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur

Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur Presentasi Tugas Akhir-MO091336 Bidang Studi Teknik Pantai Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur Nico Adi Purnomo 4308100111 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Wahyudi, M.Sc

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budidaya ikan hias dapat memberikan beberapa keuntungan bagi pembudidaya antara lain budidaya ikan hias dapat dilakukan di lahan yang sempit seperti akuarium atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tembakang Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy, hidup pada habitat danau atau sungai dan lebih menyukai air yang bergerak lambat dengan vegetasi

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG F1 05 1), Sigit Febrianto, Nurul Latifah 1) Muhammad Zainuri 2), Jusup Suprijanto 3) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNDIP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR PAYAU UNTUK BUDIDAYA PERIKANAN DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN.

STUDI KUALITAS AIR PAYAU UNTUK BUDIDAYA PERIKANAN DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN. STUDI KUALITAS AIR PAYAU UNTUK BUDIDAYA PERIKANAN DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh : 1 Reza Rammiko Putra, 2 Dr. Dedi Hermon, MP, 3 Farida S.Si, M.Sc 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Akuakultur merupakan sektor yang berkembang dengan pesat. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Akuakultur merupakan sektor yang berkembang dengan pesat. Pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuakultur merupakan sektor yang berkembang dengan pesat. Pada tahun 1990, akuakultur hanya mampu menyumbang 13% total produksi ikan dunia, namun pada tahun 2010,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok merupakan salah satu daerah penyangga DKI Jakarta dan menerima cukup banyak pengaruh dari aktivitas ibukota. Aktivitas pembangunan ibukota tidak lain memberikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buatan. Diperairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. buatan. Diperairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilihat dari segi potensi alam, Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup besar untuk pengembangan budidaya perikanan. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO OLEH: RIVAL S. NAKI NIM. 631409029 1 KAJIAN HUBUNGAN ANTARA

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek II. TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek Puntius Orphoides C.V adalah ikan yang termasuk anggota Familia Cyprinidae, disebut juga dengan ikan mata merah. Ikan brek mempunyai garis rusuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha perikanan budidaya dinilai tetap prospektif di tengah krisis keuangan global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN

LAPORAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN LAPORAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN No. SUB-KEGIATAN 1 Judul Kegiatan Determinasi Potensi Penyakit Aeromonas pada Ikan Budidaya untuk Mengamankan Produksi Perikanan di Lombok Dan Sumbawa. 2 Pelaksana Kegiatan

Lebih terperinci

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM 69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP Lutfi Noorghany Permadi luthfinoorghany@gmail.com M. Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The

Lebih terperinci

PENGARUH FOTOPERIODE TERHADAP PERTUMBUHAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

PENGARUH FOTOPERIODE TERHADAP PERTUMBUHAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 2 Februari 2013 ISSN: 2302-3600 PENGARUH FOTOPERIODE TERHADAP PERTUMBUHAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Belly Maishela *, Suparmono, Rara

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan sungai Sungai merupakan salah satu dari habitat perairan tawar. Berdasarkan kondisi lingkungannya atau daerah (zona) pada sungai dapat dibedakan menjadi tiga jenis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci