ANALISIS PENERAPAN PRODUKSI BERSIH INDUSTRI KERTAS (Studi Kasus di PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia unit Paper Machine 4)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENERAPAN PRODUKSI BERSIH INDUSTRI KERTAS (Studi Kasus di PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia unit Paper Machine 4)"

Transkripsi

1 ANALISIS PENERAPAN PRODUKSI BERSIH INDUSTRI KERTAS (Studi Kasus di PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia unit Paper Machine 4) ARYOSAN TETUKO HARYONO DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Penerapan Produksi Bersih Industri Kertas (Studi Kasus di PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia unit Paper Machine 4) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2016 Aryosan Tetuko Haryono NIM F

3 ABSTRAK ARYOSAN TETUKO HARYONO. Analisis Penerapan Produksi Bersih Industri Kertas (Studi Kasus di PT. Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia unit Paper Machine 4). Dibimbing oleh TAJUDDIN BANTACUT. PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia memiliki berbagai masalah dalam kegiatan produksinya. Permasalahan ini akan berdampak pada lingkungan dan kualitas akhir produk yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penerapan produksi bersih pada industri kertas. Metode yang digunakan dimulai dari identifikasi proses produksi dan analisa limbah, penentuan alternatif produksi bersih secara teknik, ekonomi dan lingkungan serta penentuan prioritas opsi produksi bersih. Berdasarkan hasil penelitian, teridentifikasi masalah dari berbagai aspek diantaranya belum dilakukannya pengujian mutu pulp, pekerja tidak mengenakan earplug dan alat pelindung diri, pemakaian air yang terlalu besar, umur mesin yang sudah tua, banyaknya loss fiber di unit wire, sering terjadi putus kertas, terdapat kertas reject dan adanya wet broke dan limbah cair pada akhir proses. Alternatif produksi bersih yang direkomendasikan berupa penerapan good housekeeping, penggantian mesin, dilakukannya pengujian mutu pulp, pemantauan secara intensif pada lini produksi, penghematan penggunaan air, minimasi penggunaan bahan baku, daur ulang kertas reject dan daur ulang white water. Berdasarkan permasalahan utama yang terjadi di perusahaan, opsi produksi bersih yang diajukan adalah penerapan good housekeeping berupa perbaikan alat centricleaner. Perbaikan centricleaner dilakukan dengan menutup kebocoran. Biaya investasi yang dibutuhkan adalah sebesar Rp dengan memperoleh tambahan keuntungan sebesar Rp / tahun. Nilai payback period untuk penerapan opsi ini adalah tahun atau kurang dari 1 bulan. Kata kunci: produksi bersih, kertas, good housekeeping

4 ABSTRACT ARYOSAN TETUKO HARYONO. Analysis Implementation of Cleaner Production in Paper Industry. (Case Study in PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia unit Paper Machine 4). Supervised by TAJUDDIN BANTACUT. There are some problems occur in production process of PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia. Some of these affect environment and end product quality. The objective of this research was to identify possible improvement based on cleaner production principles. The method of were production process and waste analysis, determination of cleaner production alternative technically, economy and environment by of cleaner production option. The results showed that some problems exist include absent of pulp quality test, old machine, unused earplug and self protection equipment, a lot of water used as utility the occur of broken paper, a lot of waste (loss fibre) in wire unit, generation of rejected paper and wet broke and waste water in the end of process. The recommended cleaner production alternative is the improvement of good housekeeping, machine change and pulp quality. Based on those of main problem, the recommended cleaner production is good housekeeping improvement, fixing centricleaner by closing the leakage. Invesments cost of Rp with potential benefit of / year. The payback period is less than 1 month. Keywords: cleaner production, paper, good housekeeping

5 ANALISIS PENERAPAN PRODUKSI BERSIH INDUSTRI KERTAS (Studi Kasus di PT. Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia unit Paper Machine 4) ARYOSAN TETUKO HARYONO Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

6 Judul Skripsi: Analisis Penerapan Produksi Bersih Industri Kertas (Studi Kasus di PT. Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia unit Paper Machine 4) Nama : Aryosan Tetuko Haryono NIM : F Disetujui oleh Dr Ir Tajuddin Bantacut, MSc Pembimbing Diketahui oleh Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen Tanggal Lulus: ( )

7 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penulis mengambil tema Lingkungan, dengan judul skripsi Analisis Penerapan Produksi Bersih Industri Kertas (Studi Kasus di PT. Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia unit Paper Machine 4). Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr Ir Tajuddin Bantacut, MSc selaku dosen pembimbing skripsi atas perhatian, bimbingan, nasihat dan motivasinya selama ini. 2. Ir Riana Tjaturrangga selaku Pembimbing Lapang di PT Pindo-Delli Pulp and Paper Mills Indonesia atas masukan dan arahannya selama penelitian ini. 3. Pihak operator Stock PM 3-4 atas bantuannya selama pengambilan data penelitian. 4. Bapak Endang sebagai HRD di PT Pindo-Delli Pulp and Paper Mills Indonesia. 5. Bapak Arif sebagai Manager WWT PT Pindo-Delli Pulp and Paper Mills Indonesia. 6. Ibu Rini sebagai staff WWT PT Pindo-Delli Pulp and Paper Mills Indonesia. 7. Segenap dosen dan staff Departemen Teknologi Industri Pertanian yang senantiasa memberikan kritik, saran dan pelayanan yang baik. 8. Rekan satu bimbingan: Mohammad Ryan Pratama, Andreas Zuriel dan Muhammad Nurdiansyah yang bersama-sama melaksanakan penelitian dan saling memberikan bantuan. 9. Ayahanda Ir Haryono dan Ibunda Meity Zusana atas dukungan dan doanya selama ini. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat berkontribusi secara signifikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kritik dan saran penulis harapkan untuk pengembangan lebih lanjut demi pertanian Indonesia yang lebih baik. Bogor, Mei 2016 Aryosan Tetuko Haryono

8 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Bahan Baku Proses Produksi Kertas 2 Proses Produksi Kertas 3 Permasalahan Lingkungan Industri Kertas 8 Penerapan Produksi Bersih Industri Kertas 12 METODE 14 Waktu dan Tempat Penelitian 14 Kerangka Pemikiran 14 Teknik Pengumpulan Data 15 Teknik Analisa Data 15 HASIL DAN PEMBAHASAN 16 Proses Produksi Kertas 16 Produksi Bersih yang Sudah Diterapkan 18 Identifikasi Permasalahan di Industri Kertas 22 Analisa Penerapan Produksi Bersih di Perusahaan 27 SIMPULAN DAN SARAN 36 Simpulan 36 Saran 36 DAFTAR PUSTAKA 37 LAMPIRAN 40 RIWAYAT HIDUP 42

9 DAFTAR TABEL 1 Tahapan metode penelitian 16 2 Opsi produksi bersih pada industri kertas 27 DAFTAR GAMBAR 1 Diagram alir proses produksi kertas 3 2 Diagram alir proses pembuatan pulp mekanik 5 3 Diagram alir proses pembuatan pulp sulfit 7 4 Diagram alir proses pembuatan pulp semi-kimia 8 5 Cleaner Production Techniques 11 6 Aliran proses produksi kertas PT Pindo-Deli 18 7 Bak kropta PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia 20 8 Air limbah in kropta dan out kropta 21 9 Incleaner screen PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia Skema aspek kegiatan proses produksi Identifikasi permasalahan-permasalahan yang terdapat pada industri Neraca massa aktual perusahaan Skema opsi produksi bersih yang disarankan Kebocoran centricleaner pada area paper machine Alat con pada centricleaner 35 DAFTAR LAMPIRAN 1 Neraca massa aktual PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills 40 2 Analisa finansial penerapan opsi good housekeeping 41

10 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Industri kertas memiliki bahan baku yang mengandung serat selulosa, umumnya kayu, kertas daur ulang dan residu pertanian (Thompson et al. 2001; Gupta 1997). Di negara berkembang seperti Indonesia, sebanyak 60% serat selulosa dipenuhi dari bahan baku non kayu seperti bagasse, jerami, bambu, dan alang-alang (Worldbank 1996). Industri kertas merupakan salah satu industri pencemar paling besar di dunia (Thompson et al. 2001; Sumathi dan Hung 2006). Industri kertas menghasilkan limbah tercemar berat dalam jumlah yang besar (Thompson et al. 2001; Gupta 1997). Jumlah dan muatan limbah yang dihasilkan tergantung pada teknologi produksi, kemurnian bahan baku, penggunaan bahan aditif dan efisiensi pengolahan air (Tiku et al. 2007). Berdasarkan Kusumaputra (2011), kebutuhan kertas dalam negeri pada tahun 2010 telah mencapai 6.6 juta ton per tahun. Kebutuhan ini akan terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan kebutuhan mencapai angka 4.1 % per tahun. Seiring dengan peningkatan kebutuhan kertas tersebut, perusahaan-perusahaan kertas di Indonesia juga meningkatkan kapasitas produksinya. PT Pindo-Delli Pulp and Paper Mills Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang terus meningkatkan kapasitas produksinya. Dibalik hal tersebut, isu pencemaran lingkungan muncul menjadi permasalahan utama pada industri kertas. Dari hasil tinjauan di lapangan, terdapat banyak limbah industri kertas yang berpotensi mencemari lingkungan. Limbah cair merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan oleh industri kertas. Limbah ini berpotensi besar untuk mencemari lingkungan di sekitarnya. Limbah cair dapat diminimisasi salah satunya dengan penerapan produksi bersih. Menurut Hakimi dan Budiman (2006), jumlah dan intensitas limbah bisa dikurangi dengan penerapan konsep produksi bersih. Konsep produksi bersih dilakukan dengan strategi 5R (re-think, reduce, reuse, recycle dan recovery) (Purwanto 2009). Konsep produksi bersih ini sangat cocok dipakai di industri kertas. Produksi bersih adalah strategi untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan secara bersamaan mengurangi konsumsi sumberdaya. Fokus utama dari produksi bersih terdapat pada proses dan pengurangan kerugian, sesuai dengan tujuan meminimalkan input dan memaksimalkan output. Produksi bersih bukan hanya fokus kepada perbaikan teknis saja, tetapi mencakup pandangan terpadu pada semua aspek masalah. Produksi bersih menekankan upaya untuk mencegah pemborosan dan penggunaan sumberdaya yang tidak perlu. Produksi bersih dapat didefinisikan dalam tiga bagian utama, yakni pencegahan dan minimisasi, pemakaian ulang dan daur ulang serta optimisasi dan efisiensi. Konsep produksi bersih perlu diterapkan pada industri kertas dengan upaya pencegahan, minimisasi, reuse, dan recycle pada limbah yang terbentuk. Konsep ini menekankan pada pengurangan pencemaran lingkungan di setiap tahapan proses, sehingga diperoleh keuntungan berupa pengurangan produksi hasil samping, optimasi penggunaan sumberdaya dan peningkatan efisiensi produksi. Dalam definisi lain, menurut Abbasi (2004) produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang terpadu dan preventif yang digunakan untuk meningkatkan ekoefisiensi dan mengurangi resiko pada lingkungan. Pradipsinh et

11 2 al. (2013) menegaskan bahwa produksi bersih diterapkan untuk mengembangkan teknologi yang lebih bersih dengan memakai teknologi yang lebih baik. Berdasarkan Suprihatin et al. (2015), produksi bersih merupakan suatu elemen strategis dalam teknologi produksi saat ini. Dengan penerapan produksi bersih, diharapkan industri kertas mampu meningkatkan efisiensi dalam kegiatan produksinya. Penelitian tentang penerapan produksi bersih dilakukan untuk mengurangi limbah dengan memberikan strategi preventif dari studi serupa sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di Karawang, PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penerapan produksi bersih pada industri kertas. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada proses produksi kertas. Fokus dalam penelitian ini adalah menganalisis masalah yang terjadi pada lini produksi dan memberikan solusi dengan konsep produksi bersih. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah membantu mengatasi masalah penurunan efisiensi produksi kertas dengan memberikan opsi produksi bersih yang diharapkan mampu meningkatkan efisiensi produksi kertas. TINJAUAN PUSTAKA Bahan Baku Proses Produksi Kertas Berikut ini adalah klasifikasi dari bahan baku berserat untuk kegiatan produksi kertas. 1) Wood a. Softwood yang terdiri dari cemara dan pinus. b. Hardwood seperti eucalyptus. 2) Non-wood a. Bahan pertanian dan residu lainnya seperti jerami dan ampas tebu. b. Tanaman seperti bambu, alang-alang, papirus, esparto dan jenis-jenis rumput. c. Tanaman utama yang banyak mengandung serat seperti juite, rami, kenaft, abaca, sisal dan kapas. Dari serat-serat yang disebutkan di atas, ampas tebu, bambu dan jerami padi merupakan bahan baku serat non-kayu yang paling utama untuk membuat kertas. Keuntungan dari penggunaan bahan non-kayu adalah harga bahan baku yang

12 3 murah. Sedangkan kekurangannya terlihat pada persiapannya yang sulit saat proses persiapan bahan baku (pengumpulan, transportasi dan penyimpanan). Proses Produksi Kertas Pada umumnya proses pembuatan kertas dibagi dalam dua tahap, yakni pembuatan pulp dan pembuatan kertas. Pada tahapan pembuatan pulp, bahan baku selulosa diproses menjadi serat bebas. Pembuatan kertas adalah proses berkesinambungan, yang terdiri dari pembentukan bubur kertas ke pembentukan lembaran, kemudian ditekan, dikeringkan dan dipipihkan. Diagram alir dari proses produksi kertas ditunjukkan pada Gambar 1. Pulp Pencucian Pemurnian Pencampuran Head box Pembentukan Pengepresan Pengeringan Calendering Pope reel Kertas Gambar 1 Diagram alir proses produksi kertas (Tjiwi Kimia 2014)

13 4 Proses produksi kertas menggunakan berbagai jenis bahan baku diantaranya adalah pulp, broke (kertas reject), CaCO3 (kapur), AKD (alkyl ketena dimer), starch, retention dan pewarna. Kegiatan produksi dimulai dari tahap stock preparation. Pulp yang diperoleh dari PT Lontar Papirus kemudian dicuci untuk menghilangkan cairan hitam (sisa zat kimia dan limbah). Pencucian pulp secara efisien sangat penting dilakukan untuk memastikan kebutuhan maksimal zat kimia dalam proses pulping dan mengurangi jumlah limbah organik yang terbawa oleh pulp dalam proses pemutihan. Pulp yang kurang tercuci membutuhkan dosis zat pemutih yang lebih besar. Pulp kemudian masuk pada tahapan pemurnian/refining. Pada tahap refining, pulp melewati slot dalam piringan yang berputar untuk memisahkan gumpalan selulosa menjadi serat. Selanjutnya pulp masuk pada tahap bleaching. Bleaching dilakukan dengan tujuan menghilangkan lignin tanpa merusak selulosa. Bleaching merupakan proses pemucatan suatu material atau bahan dengan diberi penambahan bahan kimia. Pulp yang telah jadi kemudian masuk ke stuff box. Pada stuff box aliran bubur pulp diatur agar konstan untuk melaju ke tahap berikutnya. Bubur pulp masuk ke head box. Head box adalah alat terakhir yang berfungsi memproses pulp sebelum dibentuk lembaran. Selain itu, alat ini juga berfungsi sebagai penyalur pulp ke wire part. Tebal tipis lembaran yang dihasilkan dipengaruhi oleh slice yang berada di head box. Head box memiliki penyemprot air (shower) yang berfungsi untuk menghilangkan buih pada head box. Di dalam head box, biasanya konsistensi pulp sudah berkisar antara % sesuai dengan jenis produksi yang diinginkan. Pulp yang sudah stabil konsistensinya akan masuk pada tahap pembentukan lembaran/wire part. Wire merupakan anyaman kawat kasa yang memiliki mesh tertentu yang dapat bergoyang ke kiri dan kanan. Wire disangga dengan table roll dan terbentang di atas forming board, suction box, hidro foil dan suction couch roll. Table roll berfungsi untuk meratakan permukaan lembaran serta mempercepat turunnya air dari lembaran pulp. Suction box berfungsi sebagai penghisap air dari lembaran. Pada ujung lembaran kasa wire terdapat breast roll yang berfungsi sama dengan table roll. Besar kecilnya gramatur kertas yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh kecepatan bergeraknya wire dan laju alir stock. Pada wire part umumnya terjadi pengurangan kadar air karena pengaruh efek gravitasi dan penghisapan vacuum. Pulp berikutnya dimasukkan ke press felt/part. Press felt (alat pengepres) berfungsi untuk meratakan permukaan lembaran kertas dan mengurangi kandungan air yang terdapat pada kertas sehingga diperoleh kadar air sebesar 43-45%. Proses pengepresan dilakukan secara mekanis dengan menggunakan 3 komponen pengepres. Setelah cukup kering, lembaran kertas masuk pada alat pengering (dryer part). Pengering jenis ini bentuknya berupa silinder-silinder berputar dan berisi uap panas (steam) yang satu sama lainnya dihubungkan dengan press felt, sehingga silinder-silinder tersebut berputar pada sumbunya. Alat pengering terdiri atas 5 section yang memiliki suhu berbeda di tiap unitnya. Tujuan adanya perbedaan suhu di tiap unit adalah agar kertas yang dihasilkan tidak terlalu kering, sehingga tidak mudah sobek saat digulung. Lembaran kertas yang telah kering berikutnya masuk pada tahapan proses calendering. Proses calendering pada intinya adalah untuk membuat kertas yang dihasilkan menjadi lebih tipis, halus dan lembut. Proses calendering dilakukan pada

14 5 calendar stack yang terdiri dari beberapa pasangan silinder dengan jarak tertentu yang berfungsi untuk mengontrol ketebalan dan kehalusan hasil akhir kertas. Lembaran kertas yang telah halus kemudian masuk pada tahap pemotongan kertas di pope reel. Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari proses pembuatan kertas. Proses pemotongan kertas dilakukan dari gulungannya. Pada bagian ini, kertas yang digulung dalam gulungan besar dipotong pada ketebalan yang diinginkan dan kemudian dikemas. Pulping Proses pembuatan pulp dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pulping kimia, pulping mekanik dan pulping semi-kimia. 1) Pulping mekanik Pulp mekanik diproduksi dengan menggiling kayu atau bahan non-kayu untuk membebaskan serat. Selain itu, diberikan juga panas dan tekanan untuk membantu proses. Pulping mekanik menghasilkan pulp kelas rendah dengan warna dan serat pendek tinggi. Proses ini mengkonversi 95% kayu menjadi pulp dan menghasilkan polusi minimal di udara dan air. Proses pembuatan pulp mekanik disajikan pada Gambar 2. Bahan baku (kayu) Penghancuran dengan penambahan panas, zat kimia dengan diberi tekanan Penyaringan Pulp Gambar 2 Diagram alir proses pembuatan pulp mekanik (Polsri 2015) a. Pulping menggunakan batu groundwood Pada proses pulping menggunakan batu groundwood, pulp dibuat dengan menggunakan gerinda. Prinsip pembuatan pulp dengan metode ini adalah menekan bahan baku pada permukaan yang kasar dan abrasif dari gerinda yang terbuat dari batu. Sejumlah air digunakan dalam operasi ini. Air yang digunakan berfungsi untuk mendinginkan, membersihkan dan melumasi permukaan batu gerinda serta membawa pulp yang terbentuk. Pulp yang dihasilkan dari proses ini dipakai sebagai bahan baku pembuatan kertas cetak, karton dan kertas khusus.

15 6 b. Pulping pemurnian Proses ini menggunakan penggilingan dengan cakram untuk menguraikan bahan baku. Bahan baku utama yang digunakan adalah kayu jarum karena sifat fisik yang dihasilkan lebih baik dibandingkan pulp kayu asah, sedangkan energi yang digunakan lebih rendah jika dibandingkan dengan proses stone groundwood (SGP). c. Pressurized groundwood Pembuatan pulping dengan metode ini merupakan perkembangan yang relatif baru. Hal ini mirip dengan proses pulping dengan menggunakan batu groundwood, namun log kayu digiling menggunakan tekanan. 2) Pulping kimia Pulping kimia dilakukan dengan mencerna serat bebas dari serpihan kayu. Bahan bahan seperti bambu, jerami, rumput dan kapas diberi penambahan larutan kimia pada prosesnya dengan tujuan untuk melarutkan bahan yang terikat lignin. Rendemen pulp yang dihasilkan biasanya berada pada kisaran 35-37% dan sekitar 95% dari lignin yang dihilangkan dalam proses (McCubbin 1983). Metode pembuatan pulp secara kimia dapat dibagi menjadi pulping soda, sulfit, kraft (sulfat) dan semi-kimia. Berikut adalah penjelasan dari metode pembuatan pulp secara kimia. a. Pulping soda Pembuatan pulp menggunakan soda adalah proses kimia yang pertama kali diterapkan dalam pembuatan bubur kertas. Dalam prosesnya, natrium hidroksida digunakan sebagai cooking liquor dengan penambahan campuran abu soda (Na2CO3) dan kapur Ca(OH)2 ke digester. Proses ini paling cocok untuk pembuatan pulp dari residu pertanian (Palmer et al. 1983). b. Pulping sulfit Proses pembuatan pulp sulfit adalah salah satu metode pembuatan pulp yang utama. Proses ini paling cocok untuk kayu lunak non-resin. Dalam metode ini, lignin mengikat serat melunak dan larut hingga batas tertentu dalam larutan yang mengandung SO2 terlarut, ion hidrogen sulfit dengan nilai ph antara 1,5-12. Rendemen yang dihasilkan bervariasi antara 45-65% tergantung dari suhu pemanasan, akan tetapi biasanya hasil yang diperoleh adalah sekitar 50% untuk pulp standar yang tidak diputihkan. Jika pulp diputihkan, 4-5% berat kayu asli bisa hilang dalam proses. Keuntungan dari proses pembuatan pulp sulfit adalah kemungkinan adanya pemulihan bahan kimia dan kandungan panas dari lignin terlarut. Kelemahannya adalah proses ini menghasilkan pulp dengan bilangan kappa yang tinggi, sehingga membutuhkan proses pemutihan. Proses pembuatan pulp sulfit diilustrasikan pada Gambar 3.

16 Bahan baku (kayu) 7 Pemanasan Penambahan air jernih Penyaringan Pemutihan Pengeringan Pulp Gambar 3 Diagram alir proses pembuatan pulp sulfit (Tuong 1996) c. Pulping kraft Proses pembuatan pulp dengan metode kraft pertama kali digunakan pada tahun Metode ini merupakan hasil modifikasi dari proses soda kaustik dalam natrium sulfit (Na2S) yang ditambahkan pada cooking liquor. Dalam praktiknya, proses pembuatan pulp dimulai dari pengupasan kulit kayu, pencucian, pemotongan, penyaringan dan penyimpanan. 3) Pulping semi-kimia Proses pembuatan pulp dengan metode semi-kimia ditandai dengan adanya penambahan senyawa kimia seperti natrium karbonat, natrium hidroksida, natrium sulfat dan senyawa kimia lainnya yang digunakan untuk memurnikan pulp hasil mekanik. Peralatan dan proses pembuatan pulp sama dengan proses pembuatan pulp secara mekanik. Proses pembuatan pulp secara semi-kimia dapat dilihat pada Gambar 4.

17 8 Bahan baku (kayu) Penghancuran dengan penambahan panas, zat kimia dengan diberi tekanan Penyaringan Pemurnian (menggunakan natrium sulfat) Pulp Gambar 4 Diagram alir proses pembuatan pulp semi-kimia (Tuong 1996) Pembuatan Kertas Pada pembuatan kertas, pulp diubah menjadi kertas. Pada umumnya proses ini terdiri dari empat langkah utama yaitu persiapan bahan, pembentukan lembaran, penghilangan air dan pengukuhan lembaran. Dalam pelaksanaannya, pulp dalam stock dipanaskan dan dicampur dengan beberapa bahan pengisi seperti tawas, tanah liat dan pati. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan sifat tertentu dari kertas. Kemudian, pulp disebar merata di atas belt yang bergerak terhadap kawat halus penyaringan. Sebagian kecil dari air yang terkandung dalam pulp akan melewati saringan, sedangkan serat akan terbawa di atas kawat. Lembaran kertas (basah) lalu ditekan melalui serangkaian gulungan dan dikeringkan di pengering uap. Setelah kering, permukaan lembaran akan diberi perlakuan hingga selesai. Permasalahan Lingkungan Industri Kertas 1) Persiapan bahan baku berserat Terdapat dua jenis bahan baku berserat, yaitu kayu dan bahan non-kayu. Persiapan bahan kayu meliputi pengukuran bobot, penyimpanan, pencucian, pengulitan dan chipping. Metode pengupasan kulit (debarking) dan peralatan ditentukan oleh jenis kayu, proses pembuatan pulp, kualitas pulp dan kapasitas debarking. Pada proses ini teridentifikasi adanya limbah, yakni adanya pencemaran air saat proses persiapan pengulitan kayu khususnya bila kayu tersebut basah. Limbah yang teridentifikasi sebagian besar mengandung zat terlarut dan polutan. Secara umum, dalam proses ini kayu harus dicuci sebelum melewati proses chipping untuk mencegah kerusakan pada pisau. Sedangkan

18 9 untuk bahan non-kayu (seperti ampas tebu, bambu, sereal dan jerami padi) teridentifikasi adanya limbah saat proses penghancuran dan saat proses chipping untuk bambu, depithing untuk ampas tebu serta pencucian untuk jerami padi (Tuong 1996). 2) Pulping Pulping secara umum dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan cara kimia dan proses mekanikal. Proses pembuatan pulp dengan metode kimia dan proses mekanikal digunakan untuk memproduksi serat. Dalam metode kimia, bahan baku berserat dilumuri cooking liquor untuk melarutkan sebagian lignin dan membebaskan serat. Limbah ini disebut black liquor dan mengandung lignin, hemiselulosa serta bahan-bahan seperti dimetil sulfit dan methyl mercaptan. Air limbah yang tercemar akan berwarna coklat dan memiliki nilai COD yang tinggi. Residu dari bahan lignin yang terdapat pada titik pembuangan akan menyebabkan deplesi dissolved oxygen (Tuong 1996). 3) Pencucian atau pembilasan Pada proses pembuatan pulp, pembilasan setelah memasak adalah salah satu operasi yang paling utama. Pembilasan bertujuan untuk memisahkan serat pulp dari cairan matang yang mengandung bahan kimia dari bahan baku berserat. Pencucian menyeluruh akan meninggalkan residu black liquor yang lebih sedikit. Pulp yang dicuci juga menentukan jumlah polusi yang dikeluarkan pada proses berikutnya yakni penyaringan dan pemutihan (Tuong 1996). Produksi Bersih Dahulu kala, awalnya strategi pengelolaan lingkungan merujuk pada konsep kapasitas daya dukung. Setelah ditinjau lebih lanjut dalam pelaksanaannya, ternyata konsep ini terbilang sulit untuk diterapkan. Hal ini disebabkan adanya masalah yang dihasilkan seperti upaya perbaikan lingkungan menjadi rusak dan tercemar. Oleh karenanya, konsep ini memerlukan biaya yang tinggi. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya IPTEK, konsep berubah menjadi solusi berupa pengolahan limbah saat limbah sudah terbentuk (end of pipe treatment). Namun, konsep ini lagi-lagi masih menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Beberapa kendala yang muncul dalam konsep ini diantaranya, seperti limbah masih tetap terbentuk, dirasa kurang efektif dalam memecahkan masalah, sifat konsep yang reaktif dan undang-undang yang mengatur tentang pembuangan limbah cenderung dilanggar serta upaya penegakan hukum belum dapat berjalan sepenuhnya (Bapedal 1996). Strategi pengelolaan lingkungan sejak tahun 1990-an mulai berubah diikuti dengan kondisi lingkungan saat ini. Perubahan ini jika dilihat lebih dekat kepada upaya pencegahan. Selanjutnya, upaya ini terus dikembangkan secara perlahan dan akhirnya menghasilkan konsep baru yang dikenal dengan produksi bersih. Produksi bersih merupakan konsep baru berupa upaya preventif yang bersifat operasional dan terpadu. Produksi bersih adalah suatu strategi pengelolaan lingkungan yang preventif dan diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi dan daur hidup produk untuk meningkatkan eko-efisiensi dengan tujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan (Bapedal 1998). Dalam definisi lain, UNEP (1990) menjelaskan bahwa produksi bersih ialah strategi pengelolaan lingkungan yang preventif dan terpadu yang harus diaplikasikan secara kontinyu pada proses

19 10 produksi dengan fungsi untuk meminimalkan resiko terhadap makhluk hidup. Sedangkan beberapa tahun kemudian, UNEP mengartikan produksi bersih sebagai strategi pencegahan dampak lingkungan yang diterapkan secara berkelanjutan guna meningkatkan efisiensi secara menyeluruh (UNEP 1999). Generousdi dan Mulyadi (2005) menambahkan bahwa produksi bersih adalah suatu aksi yang mengakibatkan berkurangnya limbah pada sumbernya. Penerapan produksi bersih dapat dilakukan di berbagai tingkatan mulai dari skala mikro dengan sudut pandang atom, skala makro dengan cakupan pada makro yang berhubungan dengan kegiatan jejaring industri (Van Berkel 2001). Tindakan produksi bersih menurut Van Berkel (2001), meliputi modifikasi produk, penggantian bahan baku, modisikasi teknologi, tata kelola yang baik dan daur ulang di dalam industri. Menurut (Bishop 2000), tindakan produksi bersih meliputi perubahan produk dan perubahan proses yang mencakup perubahan bahan masuk, perubahan teknologi dan perbaikan praktikpraktik operasi. Sementara itu, tindakan produksi bersih menurut Freeman (1995), Van Berkel (2001) dan Purwanto (2003) terdiri dari atas tata kelola yang baik, penggantian bahan baku, perbaikan proses dan teknologi, penggantian teknologi dan penyesuaian spesifikasi. Tata kelola yang baik terdiri dari perbaikan penanganan bahan, pencegahan kebocoran, perbaikan jadwal produksi, perbaikan prosedur kerja, pengendalian penyediaan bahan, pelatihan, segregasi aliran dan segregasi limbah. Penggantian bahan baku meliputi penggantian dengan bahan yang tidak berbahaya dan beracun, pemakaian bahan baku yang lebih murni dan bahan baku yang ramah lingkungan. Kegiatan tindakan perbaikan proses dan teknologi terdiri dari perubahan tata letak, otomatisasi, perbaikan kondisi operasi, pengendalian proses yang baik, perbaikan proses dan modifikasi peralatan. Tindakan penggantian teknologi merupakan kegiatan mengganti dengan teknologi baru yang dapat mengurangi pemakaian bahan dan energi. Penyesuaian spesifikasi produk merupakan tindakan dengan kegiatan merancang produk yang mempunyai dampak negatif lingkungan lebih rendah dengan menggunakan bahan yang kurang berbahaya dan menimbulkan sedikit limbah, memperpanjang umur produk dan desain produk moduler (Freeman 1995; Van Berkel 2001; Purwanto 2003). Tujuan dari program produksi bersih adalah mencapai efisiensi produksi dan memperbaiki kualitas lingkungan. Pada praktik pelaksanaan di lapangan, program produksi bersih harus dijalankan berdasarkan prinsip produksi bersih. Prinsip-prinsip dalam produksi bersih yang dimaksud adalah: 1) Dirancang secara komprehensif pada tahap sedini mungkin. Produksi bersih dipertimbangkan pada tahap sedini mungkin dalam pengembangan proyekproyek baru atau pada saat mengkaji proses dan aktivitas yang sedang berlangsung. 2) Bersifat proaktif, harus diprakarsai oleh industri dan kepentingan-kepentingan yang terkait. 3) Bersifat fleksibel, dapat mengakomodasi berbagai perubahan seperti perkembangan di bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, IPTEK dan kepentingan berbagai kelompok masyarakat. 4) Perbaikan berlanjut. Terdapat manfaat atau keuntungan yang diperoleh bagi perusahaan atau industri yang mau menerapkan program produksi bersih, diantaranya adalah:

20 11 1) Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui upaya minimisasi limbah, daur ulang, pengolahan dan pembuangan limbah yang aman. 2) Mendukung prinsip pemeliharaan lingkungan dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. 3) Dalam jangka panjang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penerapan proses produksi, penggunaan bahan baku dan energi yang efisien. 4) Mencegah degradasi lingkungan dan mengurangi eksploitasi sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah dalam proses yang akhirnya menuju pada upaya konservasi sumberdaya alam untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. 5) Memberi peluang keuntungan ekonomi, sebab dalam produksi bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya, yakni mencegah terbentuknya limbah secara dini dengan pengolahan dan pembuangan limbah. 6) Memperkuat daya saing produk di pasar global. 7) Meningkatkan citra produsen dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. 8) Mengurangi tingkat bahaya kesehatan dan keselamatan kerja. Selain dari prinsip-prinsip pelaksanaan produksi bersih beserta manfaatnya, program produksi bersih juga memiliki teknik-teknik dalam menerapkan produksi bersih. Berikut adalah teknik dari produksi bersih. CLEANER PRODUCTION TECHNIQUES RECYCLING SOURCE REDUCTION PRODUCT MODIFICATION GOOD HOUSEKEEPING PROCESS CHANGE Gambar 5 Cleaner Production Techniques (NPC 1996) Afmar (1999) menegaskan juga bahwa terdapat beberapa teknik pelaksanaan produksi bersih, diantaranya adalah: 1) Pengurangan pada sumber Pengurangan pada sumber merupakan pengurangan atau eliminasi limbah pada sumbernya. Upaya ini meliputi: a) Perubahan produk Perancangan ulang produk, proses dan jasa yang dihasilkan sehingga akan terjadi perubahan produk, proses dan jasa. Perubahan ini dapat bersifat komprehensif maupun radikal. Perubahan ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: substitusi produk, konservasi produk dan perubahan komposisi produk.

21 12 b) Perubahan material input Perubahan material input dilaksanakan untuk mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau digunakan dalam proses produksi sehingga dapat menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi. c) Volume buangan diperkecil Terdapat dua macam cara yang dapat dilakukan untuk memperkecil volume dari buangan, yaitu dengan cara pemisahan dan pengkonsentrasian. Pemisahan limbah dimaksudkan untuk memisahkan limbah yang bersifat beracun dengan limbah yang tidak beracun. Sedangkan pengkonsentrasian merupakan cara yang dilakukan untuk menghilangkan sejumlah komponen pada limbah. Pengkonsentrasian pada limbah dapat dilakukan dengan cara pengolahan fisik, seperti pengendapan dan penyaringan. d) Perubahan teknologi Perubahan teknologi mencakup modifikasi proses dan peralatan. Tujuannya adalah untuk mengurangi limbah dan emisi. Perubahan teknologi dapat dilaksanakan mulai dari yang sederhana dalam waktu singkat dan biaya murah sampai dengan perubahan yang membutuhkan investasi tinggi. e) Penerapan operasi yang baik (Good Housekeeping) Praktik operasi yang baik (Good Housekeeping) adalah salah satu pilihan pengurangan pada sumber, mencakup tindakan prosedural, administratif atau institusional yang dapat digunakan di perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah. Penerapan operasi ini melibatkan unsur-unsur seperti pengawasan terhadap prosedur-prosedur operasi, loss prevention, praktik manajemen, segregasi limbah, perbaikan penanganan material dan penjadwalan produk. Peningkatan Good Housekeeping umumnya dapat menurunkan jumlah limbah antara 20-30% dengan biaya yang rendah. 2) Daur ulang Daur ulang merupakan penggunaan kembali limbah dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah: a) Dikembalikan lagi ke proses semula b) Digunakan sebagai bahan baku pengganti untuk proses produksi lain c) Dipisahkan untuk diambil kembali bagian yang bermanfaat d) Diolah kembali sebagai produk samping Walaupun daur ulang limbah cenderung efektif dari segi biaya dibandingkan dengan pengolahan limbah, tetapi terdapat hal yang harus diperhatikan yakni proses daur ulang limbah harus mempertimbangkan seluruh upaya pengurangan limbah pada sumber yang dilakukan. Penerapan Produksi Bersih Industri Kertas Produksi bersih merupakan strategi preventif dan terpadu yang harus diterapkan pada proses produksi untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan (UNEP 2001). Penerapan produksi bersih perlu dilakukan pada industri kertas untuk mengurangi timbulnya limbah. Pada umumnya, opsi produksi bersih yang dapat dilakukan terdiri dari good housekeeping, perubahan bahan baku, perubahan teknologi, modifikasi produk, on-site reuse dan recycling (UNEP 2002). Berdasarkan Ebook Cleaner Production (2015), tindakan produksi bersih yang penting harus dilakukan di industri kertas adalah:

22 1) Cleaning the roll: melakukan pembersihan roll pada lini produksi kertas untuk menghindari timbulnya kerusakan kertas selama produksi berlangsung. Tindakan ini meningkatkan good housekeeping bagi perusahaan. Good housekeeping adalah langkah-langkah prosedural dan administratif yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi timbulnya limbah dan emisi (UNEP 2002). Selain itu, tindakan ini akan mengurangi jumlah kerusakan pada kertas. Opsi cleaning the roll dapat dilakukan dengan mudah oleh perusahaan karena tidak perlu merubah proses. 2) Adjustment of edge cutter: melakukan penyesuaian terhadap kertas yang akan dihasilkan dengan memotong pinggir anyaman kawat wire untuk mengurangi kehilangan trim. Tindakan ini dapat mengurangi biaya produksi dan mengurangi konsumsi sumberdaya. 3) Use of soft water as a boiler feed water: menggunakan soft water sebagai umpan masuk boiler. Soft water merupakan air yang memiliki kandungan mineral yang rendah. Soft water dihasilkan dari proses water softening. Dengan menggunakan soft water sebagai umpan masuk boiler, maka akan mengubah proses ke arah yang lebih baik. Penggunaan soft water juga dapat mengurangi polusi udara. 4) Optimising the thermal effects on water: melakukan optimasi efek termal air yang digunakan di area paper machine dan stock preparation. Tindakan ini dapat mencegah terputusnya kertas selama proses produksi berlangsung. 5) Providing disk save-all: menyediakan gudang atau area yang dapat menyimpan semua kertas reject yang berasal dari area paper machine. Tujuannya untuk meningkatkan good housekeeping bagi perusahaan. 6) Repulping rejected paper: melakukan pengolahan kembali kertas yang rejected dengan dijadikan kembali bahan baku pada unit stock preparation. Tujuannya untuk mengurangi timbulnya limbah dan untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan bahan baku. Dalam riset berupa studi produksi bersih di IKPP Serang, Nugraha dan Susanti (2006) mengungkapkan bahwa produksi bersih secara substansi ialah pengurangan limbah pada sumbernya. Pengurangan limbah ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan reuse, recycle, recovery dan good housekeeping. Menurutnya, program produksi bersih yang dapat dilakukan di pabrik kertas (PT IKPP) adalah: 1) Recovery white water di area stock preparation. Recovery white water adalah pengolahan kembali air sisa produksi dengan diberi penambahan zat kimia untuk memisahkan serat dengan air. Serat yang telah terpisah akan ditekan untuk dikurangi kadar airnya, kemudian serat dikirim ke tempat penyimpanan bahan baku untuk diolah kembali dalam pulper. Air akan dikirim ke tangki air untuk digunakan sebagai media pembuburan. Alat yang digunakan untuk memisahkan air dan serat disebut dengan purgomat. Pengolahan air sisa produksi ini merupakan upaya penghematan dalam penggunaan air yang diperoleh dari Sungai Ciujung. Selain itu hal ini juga dapat mengurangi terbentuknya limbah cair. Di lain sisi, serat yang diperoleh dari recovery bisa digunakan pada proses produksi kembali. Bagi perusahaan, hal ini sangat memberikan keuntungan dalam segi ekonomi. Tindakan seperti ini termasuk kedalam on-site reuse. Onsite reuse adalah upaya pemakaian kembali bahan yang terkandung dalam limbah, baik untuk digunakan pada proses awal produksi ataupun digunakan sebagai material input dalam proses lain. 13

23 14 2) Penerapan produksi bersih di paper machine. Tindakan produksi bersih yang dilakukan di paper machine diantaranya adalah good housekeeping dan reuse. Berikut adalah good housekeeping dan reuse yang dilakukan di pabrik kertas (PT IKPP): a. Mengurangi fiber loss dengan cara pengoptimalan kinerja mesin-mesin produksi yang berada di paper machine, pengontrolan mesin secara intensif dan pengawasan formula dari bahan pembuatan kertas. b. Melakukan efisiensi bahan kimia dengan cara mengurangi dosis bahan kimia dalam proses produksi dan melakukan pemilihan bahan baku yang mengandung sedikit bahan kimia. c. Melakukan efisiensi penggunaan steam dengan menutup mesin menggunakan bahan dari besi. d. Mengurangi terjadinya broke. e. Melakukan reuse broke. 3) Recycle di area finishing. Tindakan produksi bersih yang dilakukan pada area ini ialah penyortiran produk. Produk yang tampak cacat akan dikirim kembali ke gudang bahan baku untuk diproses kembali sebagai bahan baku. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini adalah tiada produk cacat yang dibuang percuma, sehingga kerugian yang diderita perusahaan tidak begitu besar serta manfaat lainnya juga dapat menghemat penggunaan bahan baku alam, karena digunakannya produk cacat atau reject finisihing sebagai bahan baku. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015 pada pabrik pengolahan kertas PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia, Karawang Jawa Barat. Kerangka Pemikiran Produksi kertas berwarna mengalami penurunan efisiensi produksi pada beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, permasalahan ini yang menjadi landasan utama pemikiran untuk implementasi produksi bersih pada lini produksi kertas. Produksi bersih dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi produksi kertas. Pendekatan dilakukan dengan analisis penyebab inefisiensi menggunakan neraca massa. Berdasarkan hasil survey lapang, terdapat berbagai masalah dan dilakukan analisa penyelesaian dengan konsep produksi bersih. Pembuatan pilihan opsi produksi bersih dilakukan berdasarkan studi pustaka, survey lapang dan wawancara dengan pelaku industri. Rekomendasi pilihan opsi produksi bersih dianalisis studi kelayakannya untuk melihat seberapa besar penghematan dan keuntungan yang diperoleh bagi industri.

24 15 Teknik Pengumpulan Data Pada tahap awal penelitian dilakukan pengumpulan literatur yang berkaitan dengan tema penelitian. Seluruh informasi mengenai proses produksi kertas dari mulai bahan baku hingga menjadi kertas dikumpulkan menjadi satu. Pada tahap ini juga dilakukan wawancara terhadap Kepala Stock Preparation mengenai permasalahan yang terdapat pada lini produksi Paper Machine 4. Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari primer dan sekunder. Data primer berupa perhitungan neraca massa, analisa kuantitatif (finansial) dan penentuan prioritas produksi bersih. Data primer diperoleh dari pelaku yang terlibat dalam lini produksi dengan cara melakukan pengamatan langsung dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari pihak perusahaan khususnya pegawai unit Paper Machine 4 berupa data produksi kertas pada bulan yang bersangkutan. Teknik Analisa Data Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data untuk mendapatkan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari sumber data dengan menggunakan metode wawancara, pengisian kuisioner, pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh melalui buku-buku, hasil penelitian, jurnal dan internet. Identifikasi Proses Produksi dan Analisis Limbah Tahapan identifikasi proses produksi dilakukan dengan mengetahui input produksi, teknologi proses produksi, output produksi dan perhitungan neraca massa pada setiap tahapan proses. Dari setiap proses produksi, dilakukan analisis terbentuknya limbah untuk mempermudah dalam menentukan alternatif produksi bersih. Penentuan Alternatif Produksi Bersih secara Teknik, Ekonomi dan Lingkungan Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan opsi produksi bersih diantaranya adalah potensi keuntungan yang diperoleh ketika opsi tersebut diterapkan, hal ini ditinjau dari segi ekonomi, kemudahan pengadaan teknologi dan estimasi biaya investasi, kemungkinan adanya masalah pada unit lain. Dari data proses produksi dan analisis limbah yang diperoleh, maka dapat dilakukan penentuan opsi produksi bersih yang ditinjau dari aspek teknis, ekonomis dan lingkungan. Aspek teknik dilihat dari kemudahan dalam segi teknik pengolahan. Aspek ekonomis dilihat dari keuntungan yang diperoleh dan estimasi biaya ketika opsi produksi bersih diterapkan. Aspek lingkungan dilihat dari dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan saat opsi produksi bersih diterapkan. Analisis ekonomi (financial) akan dilakukan dengan mengevaluasi kelayakan ekonomis untuk melihat apakah opsi produksi bersih yang disarankan dapat diterapkan atau tidak pada industri yang bersangkutan, dengan membandingkan pengeluaran dan penerimaan yang diperoleh. Adapun perhitungan atau rumus yang digunakan dalam analisis ekonomi adalah sebagai berikut.

25 16 Keuntungan = (Penghasilan + Penghematan) (Biaya investasi + Biaya operasional) Payback period = Total investasi dan operasional Keuntungan X 12 Bulan Tabel 1 Tahapan Metode Penelitian Tahapan Penelitian 1) Pengumpulan Data 2) Identifikasi Proses Produksi dan Analisis Limbah 3) Penentuan Alternatif Produksi Bersih secara Teknik, Ekonomi dan Lingkungan 4) Penentuan Prioritas Opsi Produksi Bersih Keterangan Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang benar. Jenis data yang dikumpulkan terbagi menjadi dua, yaitu: data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari sumber data dengan menggunakan wawancara, pengisian kuisioner oleh pakar dan pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari bukubuku, hasil penelitian dan jurnal. Tahapan identifikasi proses produksi dilakukan dengan mengetahui input produksi, teknologi proses produksi, output produksi dan perhitungan neraca massa pada setiap tahapan proses. Dari setiap proses produksi, dilakukan analisis terbentuknya limbah untuk mempermudah dalam menentukan alternatif produksi bersih. Menentukan opsi produksi bersih yang tepat berdasarkan aspek teknik, ekonomi dan lingkungan. Menentukan opsi mana yang utama direkomendasikan dalam perbaikan pada lini produksi kertas. Hal ini ditentukan berdasarkan data primer dan sekunder. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Produksi Kertas Kertas diproduksi sebanyak 3 kali/shift dalam sehari. Satu shift membutuhkan waktu sebanyak 8 jam. Proses produksi kertas pada umumnya

26 menggunakan air dalam jumlah yang cukup besar. Proses produksi diawali pada tahap penyiapan bahan/stock preparation. Pada tahap ini terjadi pencampuran bahan baku, bahan baku yang digunakan diantaranya adalah pulp, broke (kertas reject), kalsium karbonat (CaCO3), AKD (alkyl ketena dimer), starch, retention dan pewarna kertas. Tujuan dari tahap penyiapan bahan baku adalah untuk membuat kondisi pulp sesuai dengan yang dibutuhkan di area pembentukan (wire). Setelah kondisinya siap untuk digunakan, pulp kemudian melewati wire. Pada unit wire terjadi pembentukan lembaran kertas (basah). Wire berfungsi untuk membentuk jaringan serat dari bubur kertas. Pemisahan kertas dari air dilakukan dengan proses vacuum. Lembaran kertas (basah) yang telah dihasilkan kemudian masuk ke unit Dryer. Dalam dryer terjadi proses pengeringan lembaran kertas (basah) untuk menjadi lebih kering dari sebelumnya. Kadar air dari lembaran kertas sebelum masuk proses drying sekitar 70% dan setelah masuk proses drying berubah menjadi 4%. Dalam kondisi aktual, dryer yang dimiliki oleh perusahaan terdiri dari empat section. Dryer yang dimaksud berupa silinder-silinder berputar dan berisi uap panas (steam) yang satu sama lainnya dihubungkan dengan felt sehingga silinder-silinder tersebut berputar pada sumbunya. Pada kondisi aktual di pabrik, dryer (alat pengering) terdiri dari lima section dan setiap section memiliki suhu yang berbeda. Tujuan dari pembedaan suhu di tiap section adalah supaya kertas yang dihasilkan tidak terlalu kering yang bisa berakibat robek saat digulung. Setelah proses pengeringan, kertas akan digulung di pope reel. Pope reel adalah tahapan akhir dari proses pembuatan kertas, yakni pemotongan kertas dari gulungannya. Pada tahapan ini, kertas yang digulung dalam gulungan besar akan dibelah pada ketebalan yang diinginkan, kemudian dipotong menjadi lembaran dan selanjutnya dirapikan serta dikemas. Proses produksi kertas PT Pindo-Deli untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6. 17

27 18 Pulp Broke, kalsium karbonat, AKD, starch, retention dan pewarna Penyiapan bahan (Stock preparation) Air panas (Mengandung pulp) Pembentukan lembaran (Wire) Air cucuran Buburan pulp Steam/Uap Pengeringan (Dryer) Air yang teruapkan Penggulungan (Pope reel) Gulungan kertas yang terselip Keterangan: 1 kali produksi = 1 Shift Pengemasan Kertas potongan kertas dan kertas rusak Gambar 6 Aliran proses produksi kertas PT Pindo-Deli Produksi Bersih yang Sudah Diterapkan Produksi bersih merupakan segala upaya yang dapat mengurangi jumlah bahan berbahaya, polutan atau kontaminan yang terbuang melalui saluran pembuangan limbah (Mostert 1997). Produksi bersih juga dianggap sebagai suatu upaya positif yang harus dilakukan industri guna mengurangi beban pencemaran terhadap lingkungan. Selain itu produksi bersih juga dapat memberikan pendapatan untuk suatu industri. Menurut Noer (2001), terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam konsep produksi bersih, yaitu: 1) Penggunaan sumberdaya alam secara efisien dan melakukan upaya konservasi 2) Penggantian bahan baku dan bahan penolong 3) Modifikasi proses 4) Formulasi kembali produk-produk 5) Pemeliharaan dan peningkatan usaha kebersihan 6) Meminimasi penggunaan air dan energi 7) Penerapan good housekeeping 8) Pelatihan Produksi bersih bertujuan untuk mengurangi tingkat emisi dan produksi limbah serta meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku dan energi. Melalui penerapan produksi bersih akan tercipta suatu proses produksi yang baik, sehingga

28 limbah yang dihasilkan dapat terminimasi. Selain itu, limbah tersebut dapat dimanfaatkan menjadi produk yang punya nilai jual tinggi. Penerapan produksi bersih dapat menjadi prioritas bagi suatu industri mengingat manfaat dan keuntungan yang diberikannya begitu baik. Manfaat yang bisa diperoleh dari penerapan produksi bersih adalah pengurangan biaya operasi, peningkatan mutu produk, penghematan bahan baku, peningkatan keselamatan kerja, perbaikan lingkungan hidup, citra positif industri terhadap masyarakat meningkat dan pengurangan biaya penanganan limbah (USAID 1997). Adapun manfaat ekonomi yang dapat diperoleh adalah (Noer 2001): 1) Pemakaian bahan yang lebih efisien 2) Menekan biaya penanganan limbah 3) Kualitas produk dapat diperbaiki 4) Citra perusahaan menjadi lebih baik 5) Pengurangan dampak lingkungan, sehingga perusahaan terhindar dari beban biaya pemerintah yang terkait dengan pajak serta pungutan lainnya. Berdasarkan referensi lain, strategi produksi bersih yang sudah diterapkan di berbagai negara menunjukkan hasil yang efektif dalam mengatasi dampak lingkungan dan memberi keuntungan seperti (Bapedal 1998): 1) Pengguna sumberdaya alam menjadi lebih efektif dan efisien 2) Mengurangi terbentuknya bahan pencemar 3) Mencegah perpindahan bahan pencemar dari satu media ke lainnya 4) Mengurangi resiko kesehatan manusia 5) Terhindar dari biaya pembersihan lingkungan 6) Produk yang dihasilkan bisa bersaing di pasar internasional Pada dasarnya pabrik Pindo-Deli sudah menerapkan program produksi bersih. Berdasarkan pengamatan di lapangan, teridentifikasi bahwa pabrik ini telah menerapkan beberapa program produksi bersih diantaranya adalah penjadwalan produksi per cycle (1 family), penggunaan Kropta untuk recovery fiber dan pengoperasian Incleaner Screen. Berikut adalah uraian detail mengenai program produksi yang telah dilakukan perusahaan. 1) Penjadwalan produksi per cycle (1 family) Pengaturan jadwal produksi per cycle (1 family) telah dilakukan oleh pabrik Pindo-Deli. Pengaturan seperti ini ditujukan untuk mengurangi kehilangan serat (loss fiber). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, pabrik Pindo- Deli melakukan produksi kertas dimulai dari warna termuda hingga yang paling tua untuk setiap jenis warna. Tindakan seperti ini termasuk ke dalam good housekeeping. Good housekeeping adalah tindakan prosedural dan institusional yang bisa digunakan perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah dan emisi. Konsep good housekeeping sudah banyak diterapkan oleh beberapa industri untuk meningkatkan efisiensi. Good housekeeping terdiri dari beberapa macam, yakni pengembangan program cleaner production, pengembangan sumberdaya manusia, tatacara penanganan dan investasi bahan, pencegahan kehilangan bahan, pemisahan limbah menurut jenisnya, tatacara perhitungan biaya dan penjadwalan produksi. Penjadwalan produksi per cycle (1 family) termasuk ke dalam komponen good housekeeping bagian penjadwalan produksi. 2) Penggunaan Kropta untuk recovery fiber Penggunaan Kropta (bak penampung seperti clarifier) dilakukan untuk mengolah white water dengan penambahan polimer PAC. Output dari 19

29 20 penggunaan alat Kropta ini adalah dihasilkannya serat yang terpisah dari air. Berikutnya serat tersebut akan masuk kembali ke bagian stock preparation. Tindakan produksi bersih seperti ini termasuk ke dalam opsi perubahan teknologis, artinya hal ini mencakup ke dalam modifikasi proses dan peralatan yang dilakukan untuk mengurangi limbah. Bak Kropta PT Pindo-Deli ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 7 Bak Kropta PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia Untuk mengetahui performansi atau prestasi kinerja Kropta, saat penelitian dilakukan observasi terhadap TSS (Total Suspended Solid) pada Kropta. TSS adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1μm) yang tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori 0.45 μm (APHA 1998). Pengamatan TSS dilakukan pada in Kropta dan out Kropta. In Kropta adalah air limbah yang masuk ke dalam bak Kropta, sedangkan out Kropta adalah air bening yang dihasilkan setelah melewati serangakaian proses di Kropta. Berdasarkan hasil observasi, diperoleh hasil TSS in Kropta adalah 1940 sedangkan TSS out Kropta adalah 89. TSS in Kropta diperoleh hasil yang cukup besar, yakni sebesar Artinya terdapat banyak makhluk hidup yang cukup berkontribusi pada kepekatan TSS. Hasil ini membuat cairan in Kropta cukup keruh. Dalam menentukan nilai TSS pada umumnya terdapat dua cara, yakni dengan metode gravimetri dan TPC. Metode gravimetri dilakukan dengan menggunakan kertas saring, oven dan desikator. Metode TPC (Total Plate Count) dilakukan dengan menghitung cairan lewat alat yang bernama spektrofotometer. Dengan alat spektrofotometer, cairan yang diamati akan dilihat nilai absorbansinya. Semakin kecil nilainya, maka semakin baik kualitas dari cairan tersebut. Penentuan performansi Kropta dilakukan dengan perhitungan matematika dengan rumus: TSS in Kropta TSS out Kropta TSS in Kropta Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai performansi sebesar 95.4%. Dari hasil diskusi dengan karyawan setempat, diperoleh informasi bahwa hasil tersebut menunjukkan performansi Kropta yang sudah baik atau optimal. Gambar 8 memperlihatkan air limbah in Kropta dan out Kropta.

30 21 Gambar 8 Air Limbah in Kropta dan out Kropta 3) Pengoperasian Incleaner Screen Pengoperasian Incleaner Screen dilakukan untuk mengurangi loss fiber agar beban kerja dari unit IPAL tidak berat. Incleaner Screen terletak di bagian dalam dari stock preparation PM 3-4. Pengoperasian Incleaner Screen dilakukan pada saat kegiatan produksi padat dan banyak memproduksi warna tua. Dengan dioperasikannya Incleaner Screen, perusahaan dapat memanfaatkan fiber yang terbuang menjadi bahan baku pembuatan kertas duplex. Kertas duplex adalah kertas yang memiliki satu sisi putih dan sisi lainnya abu-abu. Kertas duplex umumnya dipakai sebagai alas buku jenis nota dan khususnya untuk pembuatan box packaging karena harganya murah. Dengan pemanfaatan ini, maka akan berkontribusi baik bagi penambahan pemasukan perusahaan. Penggunaan kembali serat terbuang menjadi produk lain termasuk kedalam opsi on-site reuse yakni penggunaan kembali limbah sebagai material input dalam proses lain. Di samping hal tersebut, pengoperasian Incleaner Screen merupakan bagian dari perubahan teknologis yakni perubahan alat dengan biaya murah lewat pemanfaataan barang sisa lini produksi. Gambar 9 menunjukkan Incleaner Screen pabrik Pindo-Deli. Gambar 9 Incleaner Screen PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia Berdasarkan hasil survey dan wawancara di pabrik, dari keseluruhan opsi yang diterapkan ternyata belum optimal. Hal ini terlihat dari masih adanya kehilangan serat saat proses produksi berjalan maupun di akhir proses. Oleh karena

31 22 itu mengingat pentingnya kegiatan produksi yang optimal, maka dibutuhkan suatu upaya untuk mengurangi kehilangan serat. Identifikasi Permasalahan di Industri Kertas Limbah yang terbentuk serta penyebabnya Pada serangkaian proses produksi kertas dihasilkan sejumlah limbah, baik limbah padat, limbah buburan maupun limbah cair. Limbah padat berupa broke (kertas reject) padat, potongan kertas (trim), pengikat pulp dan pengotor padat. Limbah cair berupa residu air cucuran dan cairan yang masih mengandung serat. Sedangkan limbah buburan berupa wet broke (buburan basah). Limbah padat banyak ditemui di area stock preparation dan finishing. Limbah buburan di area manufacturing dan limbah cair hampir bisa ditemui di semua lini, pada umumnya di stock preparation dan manufacturing. Segala bentuk limbah cair nantinya akan dialirkan ke unit IPAL untuk diolah menjadi air bersih sesuai standar pemerintah. Limbah buburan akan di siklus ulang pada unit stock preparation. Limbah padat akan diolah di unit deinking. Inefisiensi berupa timbulnya pengikat pulp dan pengotor padat disebabkan oleh ketidakteraturan cara pekerja dalam bekerja. Berdasarkan hasil pengamatan, timbulnya pengikat pulp dan pengotor padat di area stock preparation terjadi karena para pekerja kurang hati-hati dalam menuangkan pulp ke dalam hydropulper dan juga mereka terlalu besar membuka lubang karung pulpnya, sehingga timbul ceceran cukup banyak di lantai. Limbah buburan berupa wet broke timbul karena penggunaan bahan baku yang kurang efisien. Dari hasil pengamatan di lapangan, limbah buburan berupa wet broke timbul manakala terjadi putus kertas saat proses produksi berjalan. Limbah cair timbul karena penggunaan air yang terlalu besar dari pusatnya. Permasalahan pada berbagai Aspek Kegiatan Produksi Selain limbah yang terbentuk dan timbulnya inefisiensi, teridentifikasi juga berbagai permasalahan lain yang dilihat dari aspek secara keseluruhan, yang mencakup bahan baku, operating practice, teknologi, proses produksi, limbah dan produk yang dihasilkan. Aspek secara umum yang mencakup kegiatan produksi dapat digambarkan pada skema Gambar 10. Operating practice Teknologi Bahan baku Proses Produksi Produk Limbah Gambar 10 Skema aspek kegiatan proses produksi

32 23 Berdasarkan aspek-aspek diatas, teridentifikasi berbagai masalah di industri. Masalah tersebut tidak hanya berfokus pada limbah, tetapi juga pada seluruh aspek di kegiatan produksi. Hasil masalah yang teridentifikasi bisa dilihat pada gambar 11. Operating practice: Pekerja tidak mengenakan earplug dan alat pelindung diri, merokok dan bekerja santai tidak memantau ditempat Teknologi: Mesin-mesin di pabrik sudah tua umurnya, sehingga menimbulkan suara berisik saat dinyalakan Bahan baku: Pulp Belum dilakukan pengujian terhadap mutu pulp Proses Produksi: Proses pembentukan kertas masih sering putus di unit dryer, banyak loss fiber di unit wire dan pemakaian air terlalu besar Produk: Kertas Kertas yang reject, ada goresan dan kurang bersih Permasalahan Khusus Industri Kertas Limbah: Limbah buburan (wet broke) dan limbah cair berupa cairan yang mengandung serat Gambar 11 Identifikasi permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam industri Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Stock Preparation, diketahui bahwa masalah utama pada proses produksi kertas adalah adanya kehilangan serat (loss fiber) pada unit wire. Dari hasil pengamatan di lapang, diperoleh hasil waste sebesar ton dari 1 kali produksi selama 1 shift. Hal ini menunjukkan adanya ketidakefisienan pada proses produksi yang berlangsung. Hasil ini terlihat dari neraca massa aktual proses produksi kertas. Neraca massa adalah perhitungan semua bahan yang ada dalam proses. Analisis neraca massa merupakan analisis pengecekan seluruh bahan yang masuk dan keluar (Yousfi 2004). Pembuatan

33 24 neraca massa dilakukan guna mengetahui berapa banyak bahan masuk, keluar dan jadi produk. Berikut neraca massa aktual proses produksi kertas pabrik Pindo-Deli.

34 A (Stock preparation) Moisture 3% = Bone Dry 97% = Total = ton B Moisture 99 % = Bone Dry 1 % = 54.2 Total = 5420 ton FPR 90 % Wire C Moisture 70 % = Bone Dry 30 % = Total = ton Moisture = air in wire air out wire = ton Bone Dry 10 % = 5.42 ton Total = ton E Moisture 100 %= Dryer 25 G (Kertas) Moisture 4 % = Bone Dry 96 % = Total = ton F= Bagian C-Bagian D F= F= ton F Moisture= 99.9% = Bone Dry= 0.1% = Total = ton D (Waste/Loss fiber) ton Moisture 99.92% = Bone Dry 0.08% = Total = ton Gambar 12 Neraca massa aktual pabrik Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia

35 26 Perhitungan Neraca Massa: Perhitungan unit A (Stock preparation) -Total bahan baku = ton -Moisture 3 % = 3% x ton = ton -Bone dry (Berat kering bahan) 97 % = 97 % x ton = ton Perhitungan unit B (Input wire) -Total bahan baku = 5420 ton -Moisture 99 % = 99% / 1% x 54.2 ton = ton -Bone dry (Berat kering bahan) 1 % = 100% / 90% x ton = 54.2 ton Perhitungan unit C (Waste wire) -Total = ton -Moisture 90% = air in wire air out wire = ton -Bone dry (Berat kering bahan) 10 % = 10% / 90% x ton = 5.42 ton Perhitungan unit D (Loss fibre) -Total limbah = ton -Moisture 99.92% = 99.92% x ton = ton -Bone dry (Berat kering bahan) 0.08 % = 0.08 % x ton = ton Perhitungan unit E (Input dryer) -Total bahan baku = ton -Moisture 70% = 70% / 30% x ton = ton -Bone dry (Berat kering bahan) 30 % = ton Perhitungan unit F (Waste dryer) -Total limbah = ton -Moisture 99.9% = 99.9% x ton = ton -Bone dry (Berat kering bahan) 0.1 % = 0.1% x ton = ton Perhitungan unit G (Kertas) -Total produk = ton -Moisture 4% = 4% x ton = ton -Bone dry (Berat kering bahan) 96% = 96% x ton = ton

36 27 Analisis Penerapan Produksi Bersih di PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia Menurut UNIDO (2002), produksi bersih adalah suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu untuk diaplikasikan pada semua siklus produksi. Purwanto (2005) menambahkan bahwa produksi bersih adalah tindakan hemat dalam pemakaian bahan baku, air dan energi. Dalam definisi lainnya, Oginawati (2010) menegaskan bahwa produksi bersih merupakan upaya penerapan yang kontinyu pada suatu strategi pengelolaan lingkungan yang saling terkait satu sama lain. Berdasarkan penelitian Tuong (1996), diketahui bahwa terdapat beberapa peluang produksi bersih yang bisa diaplikasikan pada industri kertas. Opsi penerapan produksi bersih yang bisa diterapkan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Opsi Produksi Bersih pada Industri Kertas Opsi Produksi Bersih Good Housekeeping 1. Pemasangan saringan untuk memisahkan debu dari bahan baku 2. Memperbaiki belt conveyor untuk mencegah tumpahnya bahan baku 3. Mengganti kran air jenis lain untuk menghindari bocor 4. Memasang katup penutup pada bahan baku bertekanan untuk meminimalkan adanya limbah berupa air 5. Memisahkan pipa steam 6. Memisahkan Digester 7. Melakukan pembersihan roll pada area paper machines untuk menghindari kerusakan kertas Kontrol Proses yang Baik 1. Pemisahan awal lindi hitam pekat 2. Pemasangan indikator konsistensi 3. Penyesuaian tepi cutter untuk mengurangi adanya loss 4. Penggunaan air lunak sebagai air umpan boiler 5. Instalasi unit fiber recovery Recycling 1. Recovery lindi hitam pekat untuk digunakan sebagai bahan tambahan konstruksi Bagian Raw Material Preparation Raw Material Preparation All All All Pulping Paper Machine Pulping All Paper Machine Paper Machine Paper Machine Pulping

37 28 Berdasarkan pembahasan mengenai identifikasi masalah pada industri kertas, diketahui terdapat beberapa masalah yang kerap terjadi di industri kertas. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya suatu upaya berupa penerapan produksi bersih. Opsi produksi bersih ditujukan sebagai solusi dari masalah yang ada. Opsi produksi bersih yang disarankan tidak hanya berfokus pada pengurangan limbah saja, tetapi secara luas berfokus pada perbaikan secara menyeluruh. Opsi produksi bersih yang disarankan dapat dilihat pada gambar berikut. Operating practice: Menerapkan good housekeeping Teknologi: Mengganti mesin dengan mesin baru Bahan baku: Pulp Dilakukan uji mutu/ kualitas pulp Proses Produksi: Dilakukan pemantauan intensif saat proses produksi berjalan, disesuaikan antara suhu dengan kecepatan berputar roll dryer, dikurangi pemakaian air berlebih dan diminimasi penggunaan bahan baku Produk: Kertas Dilakukan daur ulang di stock preparation untuk digunakan kembali Limbah: Dilakukan daur ulang terhadap white water agar bisa dipakai kembali di stock preparation Gambar 13 Skema opsi produksi bersih yang disarankan

38 1) Penerapan uji mutu/ kualitas pulp Bahan baku yang didatangkan dari para supplier seperti perusahaan Lontar Papyrus setiap akan dimasak belum dilakukan pengujian kualitas pulp. Padahal, pengujian terhadap kualitas awal bahan baku sangatlah penting karena dapat mempengaruhi kualitas akhir dari produk yang dihasilkan. Pengawasan terhadap kualitas pulp yang akan digunakan menjadi hal penting dalam rangka menjamin produk kertas yang dihasilkan. Uji atau analisa kualitas pulp menjadi hal yang dibutuhkan dalam hal ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa terhadap kualitas pulp. Analisa tersebut mencakup pengujian kappa number, brightness dan viskositas. Analisa kappa number merupakan pengujian kimia yang diperlakukan terhadap pulp untuk meningkatkan delignifikasi, kekuatan relatif dan kesanggupan untuk diputihkan. Analisa ini berguna untuk menentukan kadar lignin pulp. Analisa ini juga merupakan kunci untuk memantau dan mengontrol proses pemasakan. Berikutnya terdapat pengujian brightness. Brightness merupakan sifat lembaran pulp untuk memantulkan cahaya yang diukur pada suatu kondisi yang baku. Brightness juga digunakan sebagai indikasi tingkat keputihan. Keputihan pulp diukur dengan kemampuannya memantulkan cahaya monokromatik dan dibandingkan dengan standar yang telah diketahui (Sirait 2001). Tingkat kecerahan (brightness) pulp tergantung pada jenis dan jumlah bahan kimia pemutih yang digunakan pada tahap bleaching. Analisa terakhir yang harus dilakukan perusahaan untuk mengetahui kualitas pulp ialah analisa viskositas. Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida. Kekentalan suatu cairan berhubungan langsung dengan hambatan untuk mengalir. Jadi viskositas dilakukan untuk menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan. Viskositas cairan akan menimbulkan gesekan antara bagian-bagian lapisan cairan yang bergerak satu sama lain. Secara umum viskositas cairan dapat ditentukan dengan dua metode, yaitu: a. Viskometer Oswald Metode ini ditentukan berdasarkan Hukum Poiseuille menggunakan alat Viskometer Oswald. Penetapannya dilakukan dengan jalan mengukur waktu yang diperlukan untuk mengalirnya cairan dalam pipa kapiler dari atas ke bawah. Sejumlah cairan yang akan diukur viskositasnya dimasukkan ke dalam viskometer yang diletakkan pada termostat. Cairan kemudian diisap dengan pompa ke dalam bola sampai di atas tanda garis atas. Cairan dibiarkan mengalir ke bawah dan waktu yang diperlukan dari batas atas ke batas bawah dicatat menggunakan stopwatch. b. Viskositas Bola Jatuh Viskositas cairan dapat ditentukan dengan metode bola jatuh berdasarkan Hukum Stokes. Penetapannya diperlukan bola kelereng dari logam dan alat gelas silinder berupa tabung. Bola kelereng dengan rapatan d dan jari-jari r dijatuhkan ke dalam tabung berisi cairan yang akan ditentukan viskositasnya. Waktu yang diperlukan bola untuk jatuh melalui cairan dengan tinggi tertentu kemudian dicatat dengan stopwatch. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas ialah tekanan, konsentrasi dan suhu. 29

39 30 2) Penerapan good housekeeping Menurut Gandamiharja (2002), housekeeping adalah pendekatan praktis yang dikembangkan dalam melaksanakan perbaikan tempat kerja oleh setiap pegawai agar lingkungan menjadi aman dan nyaman. Secara umum, good housekeeping berkaitan dengan aktivitas 5R yakni tindakan yang diambil orang dalam bentuk rangkaian tahapan kegiatan Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin. Sehingga housekeeping sering dianggap sebagai bagian dari kegiatan yang bersifat preventive dan pengendalian. Pelaksanaan housekeeping yang kurang benar dapat mengakibatkan kerugian baik harta maupun raga. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuli (2000) dalam studinya tentang hubungan penerapan housekeeping (5R) dengan tingkat kecelakaan kerja di PT. Semen Gresik (Persero) Pabrik Tuban, diketahui terdapat hubungan bertautan antara penerapan housekeeping dengan tingkat kecelakaan kerja. Pada penerapan housekeeping yang masuk ke dalam kategori kurang, tingkat kecelakaan kerja yang terjadi lebih tinggi dibandingkan dengan penerapan housekeeping yang masuk dalam kategori sedang. Pada umumnya konsep good housekeeping sudah banyak diterapkan oleh kalangan industri untuk meningkatkan efisiensi. Konsep ini dilakukan dengan cara good operating practice yang mencakup: a. Pengembangan program cleaner production b. Pengembangan sumber daya manusia c. Tata cara penanganan dan investasi bahan d. Pencegahan kehilangan bahan e. Pemisahan limbah menurut jenisnya f. Tata cara perhitungan biaya g. Penjadwalan produksi 3) Penggantian mesin lama dengan mesin baru Berdasarkan survey di lapangan, diketahui bahwa umur mesin pembentukan kertas sudah cukup tua. Hal ini terbukti dari suaranya yang sudah tidak halus (kasar) serta nilai efisiensinya yang menurun. Efisiensi sendiri diartikan sebagai kesuksesan dalam mengakomodasi output semaksimal mungkin dari sejumlah input yang ada (Cahyani et al. 2012). Menurut pihak industri, dua hal ini adalah efek utama dari umur mesin yang sudah tua. Suara kasar disebabkan oleh banyaknya komponen yang sudah aus dan penggantian oli yang tak rutin. Penurunan efisiensi disebabkan oleh kinerja atau performansi mesin yang tidak optimal. Melihat kondisi begitu, dibutuhkan opsi produksi bersih sebagai solusi permasalahan tersebut. Opsi yang dimaksud adalah penggantian mesin lama dengan mesin baru, artinya perusahaan harus membeli mesin baru. Tujuan dari pembelian mesin baru adalah untuk meningkatkan efisiensi, sehingga dengan demikian kualitas produk yang dihasilkan benar-benar baik. Selain itu, jika mesin yang digunakan adalah mesin baru maka hal ini dapat mengurangi tingkat kebisingan pada lingkungan kerja.

40 4) Pemantauan secara intensif saat proses produksi berjalan Pemantauan secara intensif perlu dilakukan oleh pihak industri pada pos-pos yang telah disediakan di lini produksi. Tujuan dari karyawan melakukan pemantauan intensif adalah memastikan supaya proses produksi berjalan dengan lancar dan juga meminimalisir timbulnya loss pada produksi. Dengan pemantauan secara intensif, lini produksi perusahaan akan menghasilkan produk yang baik dan juga secara efisiensi akan lebih optimum. Berdasarkan hasil pengamatan di perusahaan, pihak industri (para pegawai) pada dasarnya sudah ditugaskan agar setiap orang menjaga di posnya masing-masing. Akan tetapi, dalam praktik pelaksanannya banyak karyawan yang tidak mengerjakan sesuai instruksi yang diberikan. Secara umum rata-rata kebanyakan karyawan hanya jaga di posnya sekitar menit awal, sisanya mereka akan masuk ke dalam ruang admin produksi. Berdasarkan hal ini, maka dapat dilihat bahwa perlu adanya penegasan SOP dari perusahaan terhadap karyawan. Penegasan SOP ditujukan agar para karyawan bekerja sesuai dengan aturan yang ada. Dengan demikian jika hal ini dilakukan, maka akan berdampak secara tidak langsung terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Tindakan penegasan SOP (Standar Operational Procedure) termasuk ke dalam komponen good housekeeping, artinya opsi ini berhubungan lurus dengan penerapan good housekeeping. 5) Penyesuaian suhu dengan kecepatan berputar roll dryer Salah satu proses terpenting dalam pembuatan kertas ialah pengeringan, selain daripada pembentukan kertas. Proses pengeringan dilakukan tepat setelah proses pembentukan dilakukan. Pada dasarnya, inti dari proses pengeringan adalah pengurangan kadar air sampai dengan standar yang ditentukan sehingga kertas dapat kering. Proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan steam (uap panas). Mekanismenya uap panas yang berada di belakang lini produksi, kemudian ditransfer ke roll dryer sehingga roll dryer menjadi panas. Panas tersebut yang nantinya akan membuat lembaran kertas basah menjadi kering saat melewati bagian roll dryer. Berdasarkan hasil survey di pabrik, tidak jarang perusahaan mengalami putus kertas saat proses produksi berjalan. Artinya sebenarnya ini menjadi kerugian bagi perusahaan, baik dari segi biaya maupun waktu. Disisi lain berdasarkan wawancara dengan pegawai setempat diketahui bahwa putusnya kertas di tengah-tengah lini produksi disebabkan karena ketidaksesuaian antara kecepatan berputar roll dengan suhu roll dryer, terlepas dari pencampuran bahan di stock preparation yang kurang tepat. Penyesuaian yang baik antara suhu dengan kecepatan berputar roll dryer sangat dibutuhkan demi tercapainya proses produksi yang maksimal. Opsi seperti ini termasuk ke dalam tindakan perubahan teknologi. Perubahan teknologi mencakup modifikasi proses dan peralatan (Afmar 1999). Perubahan teknologi yang dimaksud adalah lebih kepada perubahan kondisi proses pada lini produksi. 6) Penghematan penggunaan air dan pemakaian bahan baku Menurut Pokhrel dan Viraraghavan (2004), proses keseluruhan industri kertas membutuhkan energi besar dan air dalam jumlah banyak. Berdasarkan (Thompson et al. 2001; Sumathi dan Hung 2006), industri kertas merupakan salah satu industri pencemar paling besar di dunia. Industri kertas menghasilkan 31

41 32 limbah tercemar berat dalam jumlah yang besar (Thompson et al. 2001; Gupta 1997). Jumlah dan muatan limbah yang dihasilkan tergantung pada teknologi produksi, kemurnian bahan baku, penggunaan bahan aditif dan efisiensi pengolahan air (Tiku et al. 2007). Salah satu permasalahan yang terjadi pada industri kertas adalah timbulnya limbah pada akhir proses produksi. Penggunaan serat selulosa sebagai bahan baku dianggap sebagai salah satu faktor dalam menghasilkan limbah di industri kertas (Rodriguez et al. 2010). Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada unit stock preparation terlihat banyaknya ceceran air dimana-mana. Dari hasil wawancara dengan karyawan, ceceran air tersebut rata-rata dihasilkan dari selang air yang tidak ditutup selepas dipakai. Artinya hal ini merupakan bentuk inefisiensi. Air yang tercecer di lantai menimbulkan kerugian seperti membuat lantai licin sehingga membahayakan pegawai yang sedang bekerja, menambah cost perusahaan dalam melakukan produksi dan membuat kesan lembab area stock preparation, sehingga terlihat kotor. Tindakan produksi bersih yang harus dilakukan adalah mengurangi penggunaan air dengan cara memakai air secukupnya. Mematikan kran air selepas air digunakan. Kemudian untuk pemakaian bahan baku, berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa masih terdapat cukup banyak loss fiber di akhir proses produksi. Setelah ditelusuri, hal ini disebabkan oleh persentase pulp murni yang digunakan di area stock preparation di atas 50 %, artinya ini telalu banyak. Sehingga banyak serat yang terbuang di akhir proses produksi. Tindakan produksi bersih yang harus dilakukan adalah mengurangi penggunaan pulp murni dan menambah pemakaian bahan tambahan, sehingga dengan demikian tidak banyak serat yang terbuang di akhir proses produksi. Selain itu, mengumpulkan kembali ceceran pulp yang jatuh ketika pulp akan dimasukkan ke hidropulper. Dengan pengumpulan tersebut akan meminimasi timbulnya limbah di area stock preparation dan hal ini juga bisa mengurangi biaya produksi perusahaan. 7) Daur ulang limbah kertas (potongan kertas, kertas rusak) di stock preparation untuk digunakan kembali Dalam kegiatan finishing kertas, terdapat beberapa limbah yang dihasilkan, diantaranya seperti potongan kertas (trim) dan kertas rusak/ reject (baik yang sobek, tergores maupun kotor). Semua limbah-limbah ini diperoleh saat lini produksi melakukan penyesuaian ukuran berdasarkan permintaan konsumen. Untuk bisa mentaati permintaan konsumen, perusahaan melakukan resizing/ pemotongan termasuk sorting dan wrapping/ packaging sesuai dengan kualitas dan jenis kertas. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tidak sedikit limbah yang dihasilkan dari proses finishing ini. Artinya pada area finishing masih saja terdapat inefisiensi. Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan merugikan perusahaan. Seharusnya, pihak perusahaan bisa melakukan perencanaan produksi lebih matang sehingga bisa meminimasi limbah yang terbentuk. Selain opsi tersebut, alternatif produksi bersih lainnya adalah perusahaan melakukan daur ulang limbah kertas di unit stock preparation. Unit stock preparation adalah unit yang berfungsi mempersiapkan bahan baku pulp, sehingga kondisinya dapat digunakan dalam area pembentukan (wire). Berkel (2000) menambahkan bahwa stock preparation adalah unit yang mempersiapkan buburan pulp dengan

42 33 dimodifikasi sedemikian rupa, sebelum akhirnya di transfer ke mesin kertas sesuai dengan persyaratan dari mesin kertas dan tuntutan kualitas kertas yang akan dihasilkan. Dengan melakukan daur ulang limbah, perusahaan dapat menghemat biaya produksi. 8) Daur ulang terhadap white water agar bisa dipakai kembali di unit stock preparation White water adalah cairan limbah kertas yang masih mengandung serat. Cairan ini punya nilai cukup tinggi karena masih mengandung fiber (serat). Artinya sebenarnya cairan ini masih bisa dipakai lagi untuk membuat kertas. White water dihasilkan dari proses produksi kertas terutama di bagian area pembentukan (wire). Pada wire lembaran kertas yang masih basah kemudian diserap dengan vacuum sehingga kadar air lembaran berkurang. Air yang terhisap dan masuk ke dalam wire pit dinamakan white water. Tindakan produksi bersih yang dapat dilakukan perusahaan pada area limbah yaitu melakukan daur ulang white water dengan diberi penambahan polimer sehingga nantinya output dari pencampuran ini ialah air limbah dan serat akan terpisah. Air limbah akan masuk kembali ke hidropulper. Serat akan kembali dipakai di area stock preparation untuk diproduksi kembali menjadi kertas. Opsi produksi bersih seperti ini termasuk ke dalam on-site reuse, yakni penggunaan kembali bahan-bahan yang terkandung dalam limbah baik untuk digunakan kembali pada proses awal atau sebagai material input dalam proses lain. Penerapan Produksi Bersih pada Permasalahan Utama di Perusahaan Perusahaan PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia mengalami permasalahan utama dalam setiap proses produksinya, yakni terdapat kehilangan serat dari limbah cair yang dihasilkan. Permasalahan ini jika dibiarkan akan merugikan perusahaan dan akan menambah beban pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penerapan produksi bersih untuk mengurangi timbulnya loss fiber dalam proses produksi. Sebelum menentukan opsi produksi bersih yang tepat untuk perusahaan, dilakukan perhitungan neraca massa dari pengamatan yang dilakukan di lapangan. Fungsi dari neraca massa adalah untuk mengetahui sumber limbah pada aliran proses produksi dan juga untuk membantu dalam menentukan opsi produksi bersih yang tepat untuk mengurangi loss fiber di perusahaan. Neraca massa aktual proses produksi kertas PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari neraca massa dapat diketahui bahwa terdapat loss fiber sebesar ton dari proses produksi yang berlangsung selama 8 jam (1 shift). Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat ketidakefisienan pada proses produksi yang berlangsung. Berdasarkan survey yang dilakukan di area produksi, diketahui bahwa salah satu penyebab timbulnya loss fiber adalah karena adanya kebocoran pada centricleaner. Centricleaner adalah penyaring berbentuk kerucut yang bekerja dengan prinsip gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal merupakan gaya yang timbul akibat adanya gerakan sebuah benda atau partikel melalui lintasan melingkar (Sitorus 2010). Alat centricleaner ini digunakan pada proses produksi kertas untuk menghilangkan material yang tidak diinginkan yang berasal dari tahapan stock preparation (Smook 1992). Pemisahan material yang tidak diinginkan dipengaruhi oleh ukuran dan massa jenis dari material tersebut. Dari hasil survey langsung di lapangan, diketahui bahwa kebocoran centricleaner mengakibatkan perusahaan

43 34 kehilangan bubur pulp sebesar 1.2 liter per menit. Jika kebocoran ini tidak ditangani dengan baik, maka akan sangat merugikan perusahaan. Di lain sisi, kebocoran ini juga akan menambah beban pencemaran lingkungan sehingga nanti unit IPAL perusahaan harus bekerja ekstra dalam mengolah limbah yang akan dibuang ke lingkungan. Opsi penerapan produksi bersih yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki centricleaner. Menurut Steven (1998), melakukan perbaikan pada centricleaner dapat mengurangi timbulnya loss fiber pada proses produksi. Tindakan ini juga dapat meningkatkan good housekeeping bagi perusahaan, karena memperbaiki centricleaner dengan menutup kebocoran termasuk ke dalam komponen good housekeeping. Good housekeeping adalah langkah praktis dan prosedural yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi timbulnya limbah dan emisi. Tindakan good housekeeping mampu meningkatkan efisiensi bagi perusahaan. Pelaksanaan good housekeeping cukup mudah dengan membutuhkan biaya yang relatif rendah (UNEP 2002). Kebocoran centricleaner pada area paper machine ditunjukkan pada Gambar 14. Gambar 14 Kebocoran centricleaner pada area paper machine Penerapan good housekeeping yang disarankan untuk perusahaan berupa perbaikan alat centricleaner, yakni penutupan kebocoran pada alat. Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi timbulnya loss fiber yang akan berdampak pada tingginya beban biaya produksi perusahaan. Penutupan kebocoran pada alat centricleaner dilakukan dengan mengganti con yang telah rusak. Con yang digunakan untuk menutupi kebocoran ditunjukkan pada Gambar 15.

44 35 Gambar 15 Alat con pada centricleaner Berdasarkan aspek teknis, penerapan good housekeeping relatif mudah untuk dilakukan karena hanya membutuhkan sedikit alat tambahan dengan waktu pemasangan yang tidak lama. Penerapan good housekeeping akan mengurangi beban kerja unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) perusahaan. Berdasarkan aspek ekonomi, penerapan good housekeeping hanya membutuhkan biaya investasi sedikit, yakni sebesar Rp Opsi ini dapat dikatakan sebagai opsi yang murah. Selain itu, jika perusahaan PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills menerapkan opsi ini maka akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp Waktu pengembalian investasi dari opsi ini juga cepat, yakni kurang dari 1 bulan atau sekitar tahun. Penjelasan lebih lengkap mengenai analisa finansial dari opsi ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan aspek lingkungan, manfaat lingkungan yang dapat diperoleh dari diterapkannya opsi ini adalah mengurangi pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah ke lingkungan.

45 36 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia memiliki berbagai masalah dalam kegiatan produksinya. Pada aspek bahan baku, belum dilakukan pengujian terhadap mutu pulp yang akan diolah. Pada operating practice, pekerja tidak memakai earplug dan alat pelindung diri, kemudian juga merokok dan bekerja santai tidak memantau ditempat. Kedua aspek ini berpeluang dalam mempengaruhi kualitas akhir produk. Pada aspek lainnya seperti teknologi, mesin-mesin di pabrik sudah cukup berumur, sehingga ketika dipakai akan menimbulkan suara yang cukup bising. Pada aspek proses produksi, saat proses pembentukan kertas masih sering terjadi putus kertas, banyak loss fiber yang dihasilkan serta pemakaian air yang juga terlalu banyak. Pada aspek produk, terdapat reject kertas dan terdapat limbah cair serta wet broke pada aspek limbah. Terdapat beberapa alternatif produksi bersih yang diajukan kepada perusahaan, diantaranya adalah penerapan good housekeeping, penggantian mesin lama dengan yang baru, pengujian mutu pulp, pemantauan secara intensif di lini produksi, pengaturan suhu dengan kecepatan berputar roll dryer, pengurangan pemakaian air, minimasi penggunaan bahan baku, daur ulang white water dan daur ulang kertas reject agar bisa digunakan kembali. Berdasarkan permasalahan utama yang terjadi di perusahaan, opsi produksi bersih yang ditawarkan adalah penerapan good housekeeping berupa perbaikan alat centricleaner. Perbaikan alat centricleaner dilakukan dengan penutupan kebocoran pada alat dengan menggunakan con. Penerapan opsi ini membutuhkan biaya investasi sebesar Rp dengan memperoleh tambahan keuntungan sebesar Rp / tahun. Nilai payback period untuk penerapan opsi ini adalah tahun atau kurang dari 1 bulan. Saran Opsi produksi bersih berupa penutupan kebocoran pada centricleaner, direkomendasikan untuk diterapkan agar perusahaan dapat memperoleh keuntungan secara teknik (produktivitas), ekonomi (finansial) dan lingkungan.

46 37 DAFTAR PUSTAKA Abbasi GY, Abbasi BE Environmental assessment for paper and cardboard industry in Jordan a cleaner production concept. J Clean Prod. 12 (4): Afmar M Faktor Kunci dan Efektif Penerapan Cleaner Production di Industri. Prosiding Seminar Teknik Kimia ITB. APHA (American Public Health Association) Standard method for the examination of water and wastewater. American Public Health Association (APHA), American Water Works Association (AWWA), (Water Pollution Control Federation (WPCF). 20 th ed. Washington. Bapedal Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Tapioka di Indonesia. Buku Panduan. Jakarta. Bapedal Rencana Pelaksanaan Produksi Bersih. Booklet Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Jakarta. Berkel RV Overview of The Cleaner Production Concept and Relation with Other Environmental Management Strategies. Curtin University of Technology, Australia. Bishop, Paul L Pollution Prevention: Fundamental and Practice. U.S: The Mc Grawa-Hill. Cahyani N, Akbar SM, Susilaningrum D Kajian Tentang Tingkat Efisiensi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Pemerintah Kabupaten/Kota Di Jawa Timur Menggunakan Metode PCA-DEA. Jurnal Sains dan Seni. Vol. 1, No.1, ISSN: X. Ebook Cleaner Production Technologies and Tools for Resource Efficient Production. Book 2 in a series on Environmental Management. The Baltic University. Gandamiharja Perancangan House-keeping di Gedung PT DAPI [skripsi]. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh November. Generousdi, Mulyadi R Penerapan Teknologi Produksi Bersih Pada Industri Elektroplating. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 2, No 1, Juni Gupta A. Pollution load of paper mill effluent and its impact on biological environment. J Ecotoxicol Environmental Monitoring. 1997;(2): Hakimi, Budiman DR Aplikasi Produksi Bersih (Cleaner Production) pada Industri Nata De Coco. J. Teknik Mesin. Vol. 3. No. 2 ( ) (diakses tanggal 29 April 2016). Kusumaputra RA Indonesia ke-9 Penghasil Pulp Dunia Penghasil.Pulp.Dunia. (diakses tanggal 29 April 2016). Mc Cubbin N The Basic Technology of the Pulp and Paper Industry and Its Environmental Protection Practices. Training Manual EPS 6-EP Environmental Protection Programs Directorate-Canada, pp Mostert C Cleaner Technology- ABusiness Oppourtunity. Bandung: Presented in The Seminar Social Innovation for Cleaner Products and Technologies Noer E Perkembangan Interaksi Dunia Usaha, Konsumen dan Isu-Isu Lingkungan. Bogor: Diktat Kuliah Produksi Bersih Mahasiswa Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSL) IPB.

47 38 [NPC] National Productivity Council A Practical Manual for Cleaner Production Assessment in Pulp and Paper Industry. New Delhi Nugraha WD, Susanti I Studi penerapan produksi bersih (Studi kasus di perusahaan pulp and paper Serang). Jurnal Presipitasi 1 (1): Oginawati K Produksi Bersih. Bandung [ID]: Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Palmer ER, Greenhalgh P The Production of Pulp and Paper on a Small Scale. London: Report of the Tropical Development and Research Institute, London [UK]. ISBN: Pokhrel D, Viraraghavan T Treatment of pulp and paper mill wastewater a review. Sci. Tot. Env., Vol. 333, pp Polsri Pengolahan Limbah Pabrik. Palembang: PT. Mitra Ogan. Tbk. Pradipsinh KR, Beena S, Gopal C Cleaner Production in Pulp and Paper Industry. International Journal of Research in Information Technology (IJRIT): 1(4): Purwanto Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga. Purwanto Penerapan Produksi Bersih di Kawasan Industri. Seminar Penerapan Program Produksi Bersih dalam Mendorong Terciptanya Kawasan Ekoindustrial di Indonesia. Deputi Urusan Standardisasi dan Teknologi. Jakarta. Purwanto Penerapan Teknologi Produksi Bersih untuk Meningkatkan Efisiensi dan Mencegah Pencemaran Industri. Universitas Diponegoro, Semarang (diakses pada tanggal 29 April 2016). Rodriguez A, Sanchez R, Requejo A, Ferrer A Feasibility of rice straw as a raw material for the production of soda cellulose pulp. J. Clean. Prod. 18, Sirait Tiga Dimensi Farmasi, Ilmu-Teknologi, Pelayanan Kesehatan dan Potensi Ekonomi. Institut Darma Mahardika, Jakarta. Sitorus A Studi Eksperimental Deteksi Fenomena Kavitasi pada Pompa. Universitas Sumatera Utara, Medan. Smook Handbook for Pulp & Paper Technologists: 2 nd Edition. Friesen Printers, Vancouver, Canada, p Steven Analysis and Prevention of Usable Fiber Loss From a Fine Paper Mill [tesis]. Blacksburg (US): Virginia Tech. Stoner, Freeman, Gilbert Pengantar Bisnis. GRAHA ILMU. Yogyakarta. Sumathi S, Hung YT Treatment of pulp and paper mill wastes, In: Waste treatment in the process industries. Eds: Wang, L.K, Hung, Y.T, Lo, H.H, Yapijakis, C. pp Taylor%Francis. ISBN X, USA. Suprihatin, Romli M, Ismayana A Penerapan Membran Filtrasi dari Selulosa Asetat dan Chitosan untuk Produksi Bersih pada Industri Pulp dan Kertas. J. Tek. Ind: Pert. Vol. 13(3), Thompson G, Swain J, Kay M, Forster C The treatment of pulp and paper mill effluent: a review. Bioresource Technology, Vol. 77, pp Tiku DK, Kumar A, Sawhney S, Singh VP, Kumar R Effectiveness of treatment technologies for wastewater pollution generated by Indian pulp mills. Environ Monit Assess; 132: Tjiwi Kimia Laporan Penelitian Mahasiswa PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk [diunduh 2015 Jan 17].

48 Tuong Cleaner Production Audit in The Pulp and Paper Industry: A Case Study in Vietnam. Bangkok, Thailand: Asian Institute of Technology. UNEP United National Environmental Program. [UNEP] United Nation Environment Programme-International Environmental Technology Centre Planning and Management of Lakes and Reservoirs: An Integrated Approach to Eutrophication: A Student Guide. UNEP-IETC. Osaka/Shiga. Vesilind PA, J.J Peirce, R.F Weiner Environmental Pollution and Control. 3 th Ed. Butterwort-Heineman. Boston. UNEP Environmentally sound technologies for wastewater and stormwater management, an international source book London, IWA Publishing on behalf of the United Nations Environment Programme. UNIDO What is Cleaner Production. [131212]. USAID Panduan Pengintegrasian Produksi Bersih ke dalam Penyusunan Program Kegiatan Pembangunan. Jakarta Deperindag. Van Berkel R Environmental Performance Evaluation: Issues and Trend, Curtin University of Technology. World Bank Pollution Prevention and Abatement: Pulp and Paper Mills. Draft Technical Background Document. Environment Department, Washington DC. Yousfi AB Cleaner Production for Sustainable Industrial Development: Concept and Applications. 8(4): 265. doi: /(ASCE) X. Yuli M Hubungan Penerapan House-keeping (5R) dengan tingkat kecelakaan kerja di PT. Semen Gresik (Persero) Pabrik Tuban pada Bagian Produksi Departemen Operasi 1 PT DAPI [skripsi]. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh November. 39

49 40 LAMPIRAN Lampiran 1 Neraca massa aktual PT Pindo-Deli Pulp and Paper Mills Indonesia Moisture 70 % = Bone Dry 30 % = Total = ton Moisture 100 %= A (Stock preparation) Moisture 3% = Bone Dry 97% = Total = ton B Moisture 99 % = Bone Dry 1 % = 54.2 Total = 5420 ton FPR 90 % Wire C Moisture = air in wire air out wire = ton Bone Dry 10 % = 5.42 ton Total = ton E Dryer G (Kertas) Moisture 4 % = Bone Dry 96 % = Total = ton F= Bagian C-Bagian D F= F= ton F Moisture= 99.9% = Bone Dry= 0.1% = Total = ton D (Waste/Loss fiber) ton Moisture 99.92% = Bone Dry 0.08% = Total = ton

50 41 Lampiran 2 Analisa finansial penerapan opsi good housekeeping Asumsi: 1 USD = Rp tahun = 365 hari Sumber data: a hasil wawancara dengan manajer produksi b c hasil wawancara dengan pegawai bagian electric d hasil wawancara dengan pegawai bagian electric e f g

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat (selulosa) dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin supaya

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Pabrik Kertas

Pengolahan Limbah Pabrik Kertas A. Latar Belakang Pengolahan Limbah Pabrik Kertas Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan

Lebih terperinci

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat beragam. Selain untuk

Lebih terperinci

INDUSTRI PULP DAN KERTAS. 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC

INDUSTRI PULP DAN KERTAS. 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC INDUSTRI PULP DAN KERTAS 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC 1 A. BAHAN BAKU Selulosa (terdapat dalam tumbuhan berupa serat) Jenis-jenis selulosa : 1. α-selulosa untuk pembuatan kertas 2. β-selulosa

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER SERANG)

STUDI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER SERANG) ABSTRACT STUDI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER SERANG) Winardi Dwi Nugraha *), Ina Susanti Cleaner produktion is minimization of waste from source. That is can do

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah

I. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kertas merupakan salah satu kebutuhan penting, mulai dari dunia pendidikan, sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian.

I. PENDAHULUAN. keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Industri pulp dan kertas merupakan industri yang cukup penting untuk keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian. Kebutuhan pulp

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delignifikasi bahan baku industri pulp sehingga didapat

Lebih terperinci

24/05/2013. Produksi Bersih (sebuah pengantar) PENDAHULUAN. Produksi Bersih (PB) PB Merupakan pendekatan yang cost-effective

24/05/2013. Produksi Bersih (sebuah pengantar) PENDAHULUAN. Produksi Bersih (PB) PB Merupakan pendekatan yang cost-effective Produksi Bersih (sebuah pengantar) PENDAHULUAN Produksi Bersih (PB) United Nation Environmental Programme (UNEP) mendefinisikan produksi bersih sebagai penerapan yang kontinyu dari sebuah strategi pencegahan

Lebih terperinci

Pengertian, Konsep Dasar serta Perkembangan. Teknologi Bersih. (Clean Technology)

Pengertian, Konsep Dasar serta Perkembangan. Teknologi Bersih. (Clean Technology) Pengertian, Konsep Dasar serta Perkembangan Teknologi Bersih (Clean Technology) Pada awalnya Hanya tertuju pada bahan buangannya Daur ulang bahan buangan Penggabungan 3 aspek: Industrialisasi Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kertas adalah salah satu penemuan paling penting sepanjang masa. Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kertas seni merupakan salah satu produk yang semakin diminati baik di dalam pasar dalam negeri maupun luar negeri, umumnya merupakan hasil produk buatan tangan dengan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni Faridah, Anwar Fuadi ABSTRAK Kertas seni banyak dibutuhkan oleh masyarakat, kertas seni yang dihasilkan dapat digunakan sebagai kertas

Lebih terperinci

MINIMISASI LIMBAH PADA INDUSTRI PULP DAN KERTAS

MINIMISASI LIMBAH PADA INDUSTRI PULP DAN KERTAS Minimisasi Limbah pada Industri Pulp dan Kertas (Ali M. & Suciningtias W.) 37 MINIMISASI LIMBAH PADA INDUSTRI PULP DAN KERTAS Ali Masduqi dan Suciningtias Wardhani Jurusan Teknik Lingkungan - Institut

Lebih terperinci

PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI

PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI KULIAH UMUM 2010 29 Desember 2010 PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI Oleh: Ir. Yusup Setiawan, M.Eng. Balai Besar Pulp dan Kertas-Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sejumlah produk barang dan jasa mendorong tumbuhnya berbagai kegiatan industri yang memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi

Lebih terperinci

1.2 Tujuan Untuk mengetahui pengertian CMP Untuk mengetahui bagian bagian proses CMP Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan CMP

1.2 Tujuan Untuk mengetahui pengertian CMP Untuk mengetahui bagian bagian proses CMP Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan CMP BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulp adalah produk utama kayu, terutama digunakan untuk pembuatan kertas, tetapi pulp juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti rayon dan selofan. Pulp

Lebih terperinci

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA SEBUAH PENDEKATAN PENGELOLAAN USAHA BERUPA UPAYA MENINGKATKAN EFISIENSI UNTUK MENINGKATKAN MANFAAT, BAIK DARI ASPEK EKONOMI,

Lebih terperinci

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA SEBUAH PENDEKATAN PENGELOLAAN USAHA BERUPA UPAYA MENINGKATKAN EFISIENSI UNTUK MENINGKATKAN MANFAAT, BAIK DARI ASPEK EKONOMI, ORGANISASI MAUPUN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Bahan Baku. Aktivitas Produksi. Limbah

Bahan Baku. Aktivitas Produksi. Limbah Konsep Dasar Bahan Baku Produk Aktivitas Produksi Energi Limbah Bagaimana Penanganan Limbah? Energi Apakah dari sumber terbarukan? Apakah ramah lingkungan? Apakah sudah efisien penggunaannya? Bahan Baku

Lebih terperinci

CLEANER PRODUCTION (PRODUKSI BERSIH)

CLEANER PRODUCTION (PRODUKSI BERSIH) L/O/G/O CLEANER PRODUCTION (PRODUKSI BERSIH) Week 8 Khamdi Mubarok, S.T, M.Eng Teknik Industri - UTM Latar Belakang Industri menghadapi permasalahan pengolahan limbah yang kadangkala dirasa sangat memberatkan.

Lebih terperinci

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman Agro-industri Ramah Lingkungan Nopember 2007 Penulis: Dede Sulaeman, ST, M.Si Subdit Pengelolaan Lingkungan, Dit. Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Deptan

Lebih terperinci

THE VIET TRI PAPER DESKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES

THE VIET TRI PAPER DESKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES THE VIET TRI PAPER DESKRIPSI PERUSAHAAN THE VIET TRI PAPER, sebuah perusahaan negara, didirikan pada tahun 1961 dan berlokasi di propinsi Phu Tho. Viet Tri berada pada peringkat empat dalam hal kapasitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kertas Kertas merupakan lembaran yang terdiri dari serat-serat selulosa yang saling menempel dan menjalin. Linberg (2000) dalam Dewi (2006) mendefinisikan kertas sebagai produk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Kayu Lapis Menurut Tsoumis (1991), kayu lapis adalah produk panel yang terbuat dengan merekatkan sejumlah lembaran vinir. Arah serat pada lembaran vinir untuk face dan

Lebih terperinci

UJI KINERJA DIGESTER DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PROSES PULPING JERAMI PADI

UJI KINERJA DIGESTER DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PROSES PULPING JERAMI PADI LAPORAN TUGAS AKHIR UJI KINERJA DIGESTER DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PROSES PULPING JERAMI PADI (Test of Digester Work by Cooking Temperature and Time Variable in the

Lebih terperinci

PRODUKSI BERSIH. Definisi PB berdasarkan UNEP (1992)

PRODUKSI BERSIH. Definisi PB berdasarkan UNEP (1992) PRODUKSI BERSIH Definisi PB berdasarkan UNEP (1992) Aplikasi secara kontinyu dari suatu strategi pencegahan lingkungan terhadap proses dan produk untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan

Lebih terperinci

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting Pemakaian Bahan Baku Exploitasi dan Explorasi Sumber Daya Alam 100% Sumber Daya Alam Tidak Dapat Diperbaharui 10-15% Polutan Udara Pencemaran Udara Emisi Gas (CO, CO2, Sox, NOx) Penipisan Lapisan Ozon

Lebih terperinci

DELIGNIFIKASI KULIT KOPI MENJADI BAHAN BAKU PULP DENGAN METODE ORGANOSOLV SKRIPSI. Oleh: Kanidia Kunta Dena Nurseta

DELIGNIFIKASI KULIT KOPI MENJADI BAHAN BAKU PULP DENGAN METODE ORGANOSOLV SKRIPSI. Oleh: Kanidia Kunta Dena Nurseta DELIGNIFIKASI KULIT KOPI MENJADI BAHAN BAKU PULP DENGAN METODE ORGANOSOLV SKRIPSI Oleh: Kanidia Kunta Dena Nurseta 0931010021 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D 004 349 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Perusahaan PT. Pindo Deli Pulp and Paper merupakan produsen kertas terbesar di Jawa Barat berada dibawah naungan Sinar Mas Group yang memiliki dua pabrik, PT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

Disusun Oleh : MARUNE RENTA N. P.

Disusun Oleh : MARUNE RENTA N. P. PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN PULP DARI KAYU AKASIA DENGAN PROSES KRAFT DAN BLEACHING MENGGUNAKAN ENZIM LAKASE KAPASITAS 50.000 TON/TAHUN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Laporan Tugas Akhir STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Oleh: Didit Fitriawan 3305.100.042 Dosen Pembimbing : Ir. Ati Hartati, M.Sc JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri kertas merupakan salah satu industri yang terbesar di Dunia dengan menghabiskan 670 juta ton kayu. Kebutuhan kertas dunia terus meningkat, yang pada beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pulp dan kertas Indonesia terus

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pulp dan kertas Indonesia terus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Kertas merupakan salah satu produk turunan selulosa yang memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pulp dan kertas Indonesia terus mengalami

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap produk barang dan jasa mendorong tumbuhnya berbagai kegiatan industri yang memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

D BOG BANANA PAPER PULP AND PAPER GREEN INCUBATOR

D BOG BANANA PAPER PULP AND PAPER GREEN INCUBATOR D BOG BANANA PAPER D Bog Banana Paper A. PENDAHULUAN Pisang merupakan salah satu tanaman yang tumbuh subur di tanah Indonesia yang mempunyai banyak manfaat yaitu dari mulai mengatasi masalah kecanduan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,

Lebih terperinci

HO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK

HO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK HO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK Tentang Batik Cap ISTILAH BATIK (SII.0041-74) Cara pelekatan lilin batik Tulis Adalah bahan kain tekstil hasil pewarnaan menurut corakcorak khas Indonesia, dengan menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam masa menuju era globalisasi dan pasar bebas, kemajuan di bidang industri

I. PENDAHULUAN. Dalam masa menuju era globalisasi dan pasar bebas, kemajuan di bidang industri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam masa menuju era globalisasi dan pasar bebas, kemajuan di bidang industri dan teknologi sangat menunjang kebijakan yang telah disusun pemerintah. Salah satu kebijakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 % TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif yaitu keluaran bukan produk yang berupa bahan, energi dan air yang digunakan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT HENNI ARRYATI Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

PENELITIAN BAHAN BAKU KERTAS DARI JERAMI PADI DENGAN SUHU PEMASAKAN 140 C

PENELITIAN BAHAN BAKU KERTAS DARI JERAMI PADI DENGAN SUHU PEMASAKAN 140 C PENELITIAN BAHAN BAKU KERTAS DARI JERAMI PADI DENGAN SUHU PEMASAKAN 140 C Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian tentang penerapan produksi bersih pada agroindustri nata de coco ini dilakukan dengan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode

Lebih terperinci

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah:

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: BAB VII LAMPIRAN Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: Ukuran buah jambu biji merah: - Diameter = + 10 cm - 1kg = 7-8 buah jambu biji merah (berdasarkan hasil pengukuran)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga

BAB I PENDAHULUAN. industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, Industri yang survive dan kompetitif adalah industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga mampu menjadi industri

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JERAMI PADI DARI KABUPATEN BOYOLALI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PULP DENGAN MENGGUNAKAN NATRIUM HIDROKSIDA

PEMANFAATAN JERAMI PADI DARI KABUPATEN BOYOLALI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PULP DENGAN MENGGUNAKAN NATRIUM HIDROKSIDA LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN JERAMI PADI DARI KABUPATEN BOYOLALI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PULP DENGAN MENGGUNAKAN NATRIUM HIDROKSIDA Utilization of Rice Straw from Boyolali Regency as Raw Material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan dan penerapan perangkat-perangkat pengelolaan lingkungan diarahkan untuk mendorong seluruh pihak di dunia ini untuk melakukan tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Eucalyptus berserat pendek dan dikelompokkan dalam kayu keras (Training and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Eucalyptus berserat pendek dan dikelompokkan dalam kayu keras (Training and 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komposisi Kayu Kayu adalah yang dijadikan sebagai bahan baku yang mengandung serat utama untuk pembuatan pulp dikarenakan rendemen seratnya yang tinggi. Kayu Eucalyptus berserat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kertas memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dalam negeri maupun luar negeri yaitu untuk berkomunikasi dan berkreasi. Industri pulp dan kertas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea mays) Menurut Effendi S (1991), jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain padi dan gandum. Kedudukan tanaman ini menurut

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan

Lebih terperinci

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER Elida Novita*, Iwan Taruna, Teguh Fitra Wicaksono Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA PABRIK CARBOXYMETHYL CELLULOSE (CMC) DARI ECENG GONDOK DENGAN PROSES DELIGNIFIKASI SODA Oleh : Dian Aprilia Ratnasari (2311 030 002) Fiona Rossi Ramadhani (2311 030 056) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PRODUKSIPULP & PAPER. Sumber : Paper egg try machine production PT. PCP Gambar 3.1. Proses diagram Pulp & Paper

BAB III PROSES PRODUKSIPULP & PAPER. Sumber : Paper egg try machine production PT. PCP Gambar 3.1. Proses diagram Pulp & Paper BAB III PROSES PRODUKSIPULP & PAPER 3.1 Tahapan Proses Pulp & Paper Sumber : Paper egg try machine production PT. PCP Gambar 3.1. Proses diagram Pulp & Paper 3.2 Bahan Baku 3.2.1 Bahan Baku Utama Sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Kertas merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan yang dilakukan manusia. Hal ini ditunjukan dari tingkat konsumsinya yang makin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delidnifikasi bahan baku industri pulp sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di daerah Sleman, Yogyakarta banyak sekali petani yang menanam tanaman salak (Zalacca edulis, Reinw.) sebagai komoditas utama perkebunannya. Salak adalah tanaman asli

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Industri karet remah di Indonesia sebagian besar merupakan industri yang melibatkan petani karet sebagai penghasil bahan baku berupa bokar dan pabrik karet sebagai

Lebih terperinci

UJI KINERJA DIGESTER PADA PROSES PULPING KULIT JAGUNG DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU PEMASAKAN

UJI KINERJA DIGESTER PADA PROSES PULPING KULIT JAGUNG DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU PEMASAKAN TUGAS AKHIR UJI KINERJA DIGESTER PADA PROSES PULPING KULIT JAGUNG DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU PEMASAKAN (Digester Test Run on Corn s Skin Pulping Process with Temperature and Time Cooking Variable)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan industri dianggap memberikan dampak buruk bagi lingkungan yaitu meningkatkan pencemaran air dan udara, penurunan kualitas tanah, dampak dalam skala global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri disamping berdampak positif juga memiliki dampak negatif diantaranya berupa keluaran bukan produk berupa bahan, energi dan air yang ikut digunakan

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. United State Environmental Protection Agency DEFINISI

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Biaya Produksi Analisis biaya produksi yang dilakukan pada penelitian ini merupakan analisis biaya produksi berdasarkan komponen biaya dan tahapan produksi. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka yang sangat tinggi. Ada beberapa jenis kertas antara lain

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka yang sangat tinggi. Ada beberapa jenis kertas antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kertas merupakan bahan yang tipis dan rata yang biasanya terbuat dari kayu, sering digunakan untuk berbagai kepentingan misalnya untuk menulis, mencetak, menggambar,

Lebih terperinci

Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Sebagai Upaya Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup

Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Sebagai Upaya Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Sebagai Upaya Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Industri di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Jumlah penduduk yang tinggi dan tenaga

Lebih terperinci

Disusun oleh : Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng NIP

Disusun oleh : Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng NIP SEMINAR TA 2011 Disusun oleh : Sekarwati Abdul S. Wahyu Utami 2308 030 011 2308 030 053 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng NIP. 19630805 198903 2 002 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Lebih terperinci

Kuliah Pencegahan Pencemaran (CHA )

Kuliah Pencegahan Pencemaran (CHA ) Kuliah Pencegahan Pencemaran (CHA8210851) Pencegahan Pencemaran (Pollution Prevention) Minimisasi Limbah (Waste Minimization) Produksi Bersih (Cleaner Production) Pengelolaan Lingkungan (Environmental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan bahwa. pembangunan tidak hanya mengejar kemakmuran lahiriah

BAB I PENDAHULUAN. Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan bahwa. pembangunan tidak hanya mengejar kemakmuran lahiriah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan bahwa pembangunan tidak hanya mengejar kemakmuran lahiriah atau kepuasan batiniah saja akan tetapi juga keseimbangan

Lebih terperinci

POTENSI PENGGUNAAN KEMBALI AIR LIMBAH: STUDI KASUS INDUSTRI POLIPROPILENA PT. TRIPOLYTA INDONESIA, TBK ANDINA BUNGA LESTARI

POTENSI PENGGUNAAN KEMBALI AIR LIMBAH: STUDI KASUS INDUSTRI POLIPROPILENA PT. TRIPOLYTA INDONESIA, TBK ANDINA BUNGA LESTARI POTENSI PENGGUNAAN KEMBALI AIR LIMBAH: STUDI KASUS INDUSTRI POLIPROPILENA PT. TRIPOLYTA INDONESIA, TBK ANDINA BUNGA LESTARI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister sains pada Program

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Pelepah Pisang di Meteseh sebagai Bahan Baku pembuatan kertas dengan Proses Soda menggunakan Alat Digester

Pemanfaatan Limbah Pelepah Pisang di Meteseh sebagai Bahan Baku pembuatan kertas dengan Proses Soda menggunakan Alat Digester TUGAS AKHIR Pemanfaatan Limbah Pelepah Pisang di Meteseh sebagai Bahan Baku pembuatan kertas dengan Proses Soda menggunakan Alat Digester (Waste Utilization of Banana in Meteseh as Raw Material Soda Process

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian tekanan yang tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Di pasaran,

BAB I PENDAHULUAN. pemberian tekanan yang tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Di pasaran, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp (Paskawati dkk, 2010). Kompresi merupakan pemberian tekanan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE Deddy Kurniawan W, Fahmi Arifan, Tri Yuni Kusharharyati Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang

Lebih terperinci

Sebuah tempat yang fleksibel, seperti kertas, plastik, atau kulit, yang digunakan untuk membawa atau menyimpan barang-barang.

Sebuah tempat yang fleksibel, seperti kertas, plastik, atau kulit, yang digunakan untuk membawa atau menyimpan barang-barang. Bag Sebuah tempat yang fleksibel, seperti kertas, plastik, atau kulit, yang digunakan untuk membawa atau menyimpan barang-barang. Film Lembaran yang tipis, fleksibel, transparan, seperti plastik yang digunakan

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN NOTULENSI Pengelompokan Kegiatan Value Added dan Non Value Added No Kegiatan 1. Tebu dibawa ke pabrik menggunakan truk 2. Truk menunggu untuk ditimbang 3. Truk yang berisikan tebu ditimbang 4.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM DAN KULIT JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KERTAS SENI DENGAN PENAMBAHAN NaOH DAN PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI

PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM DAN KULIT JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KERTAS SENI DENGAN PENAMBAHAN NaOH DAN PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM DAN KULIT JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KERTAS SENI DENGAN PENAMBAHAN NaOH DAN PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI Oleh : RINDA CAHYA PRATIWI A420110067 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PABRIK PULP DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI AGAR-AGAR DENGAN PROSES SODA

PABRIK PULP DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI AGAR-AGAR DENGAN PROSES SODA PABRIK PULP DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI AGAR-AGAR DENGAN PROSES SODA Nama Mahasiswa : 1. Denti Bulan Trisna (2310 030 001) 2. Nunki Fathurrozi (2310 030 083) Dosen Pembimbing : Ir. Imam Syafril, MT NIP.

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah, BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Alat utama yang digunakan dalam penelitian pembuatan pulp ini adalah digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah,

Lebih terperinci

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI Elemen Kompetensi III Elemen Kompetensi 1. Menjelaskan prinsip-prinsip konservasi energi 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak dibutuhkan di industri, seperti industri tekstil dan pulp. Serat selulosa ini juga sudah dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Tanaman Sagu Spesies Mitroxylon Sago

Gambar 1.1. Tanaman Sagu Spesies Mitroxylon Sago 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman sagu (Metroxylon sago) merupakan tanaman yang tersebar di Indonesia, dan termasuk tumbuhan monokotil dari keluarga Palmae, marga Metroxylon, dengan ordo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semak belukar. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semak belukar. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum 2.1.1 Pengertian Kayu Kayu adalah bagian keras tanaman yang digolongkan kepada pohon dan semak belukar. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produktivitas telah menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaanperusahaan dikarenakan sebagai suatu sarana untuk mempromosikan sebuah produk atau jasa.

Lebih terperinci

Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan Lingkungan Pengelolaan Lingkungan Nur Hidayat Proses Produksi Energi dsb Bahan Baku Aktivitas Produksi produk limbah 1 Limbah Bagaimana penanganan limbah? Energi Apakah digunakan dari sumber terbarukan? Apakah ramah

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan suatu negara yang sangat subur dan kaya akan hasil pertanian serta perikanannya, selain hal tersebut Indonesia memiliki aset

Lebih terperinci

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen

Lebih terperinci

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI Gustriani, St Chadijah, dan Wa Ode Rustiah Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet.

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet. BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan No. Alat Ukuran Jumlah 1. Sendok 2. Ember 3. Pipet 2 buah 4. Pengaduk 5. Kertas ph Secukupnya 6. Kaca arloji 2 buah 7. Cawan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tapioka Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung tapioka mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PEMBUATAN KERTAS DARI KOMBINASI LIMBAH AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN PROSES SODA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PEMBUATAN KERTAS DARI KOMBINASI LIMBAH AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN PROSES SODA Bidang Unggulan: Lahan Basah/ Biomaterial Kode/ Nama Rumpun Ilmu**: 433/ Teknik Kimia LAPORAN AKHIR PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PEMBUATAN KERTAS DARI KOMBINASI LIMBAH AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN PROSES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci