PENENTUAN STATUS PERAIRAN WADUK PLTA KOTO PANJANG DAN BEBAN PENCEMARAN DI SUNGAI KAMPAR KANAN PROVINSI RIAU IKA FITRIA HASIBUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN STATUS PERAIRAN WADUK PLTA KOTO PANJANG DAN BEBAN PENCEMARAN DI SUNGAI KAMPAR KANAN PROVINSI RIAU IKA FITRIA HASIBUAN"

Transkripsi

1 PENENTUAN STATUS PERAIRAN WADUK PLTA KOTO PANJANG DAN BEBAN PENCEMARAN DI SUNGAI KAMPAR KANAN PROVINSI RIAU IKA FITRIA HASIBUAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penentuan Status Perairan Waduk PLTA Koto Panjang dan Beban Pencemaran di Sungai Kampar Kanan Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016 Ika Fitria Hasibuan C

4 RINGKASAN IKA FITRIA HASIBUAN. Penentuan Status Perairan Waduk PLTA Koto Panjang dan Beban Pencemaran di Sungai Kampar Kanan Provinsi Riau. Dibimbing oleh SIGID HARIYADI dan ENAN M ADIWILAGA. Waduk PLTA Koto Panjang merupakan waduk yang terdapat di provinsi Riau. Fungsi utama dari waduk ini adalah sebagai pembangkit listrik dan pengendali banjir. Di sekitar perairan waduk PLTA Koto Panjang terdapat aktivitas, seperti pemukiman dan perkebunan, sedangkan di waduknya sendiri terdapat kegiatan keramba jaring apung dan kegiatan pemancingan. Peningkatan kesuburan yang terus-menerus dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya dampak yang tidak diinginkan bagi keberlanjutan fungsi waduk, pendangkalan, penurunan kualitas perairan, dan ancaman terhadap keberlangsungan hidup biota yang mendiami perairan. Seluruh aktivitas yang ada di sekitar dan di badan waduk, serta limbah yang terbawa oleh aliran sungai Kampar Kanan, diduga akan memberikan kontribusi buangan limbah yang akan menyebabkan perubahan kondisi kualitas lingkungan perairan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dan menganalisis beban pencemaran yang terbawa oleh aliran sungai Kampar Kanan dan status perairan waduk PLTA Koto Panjang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015 di perairan Waduk PLTA Koto Panjang Provinsi Riau. Analisis kualitas air menggunakan metode Storet dilakukan dengan membandingkan baku mutu Kelas II dan Kelas III (PP Nomor 82 Tahun 2001), sedangkan status kesuburan perairan Waduk PLTA Koto Panjang ditentukan dengan indeks Trophic Level Index (TLI), sedangkan analisis beban pencemaran ditentukan dengan perhitungan secara langsung di muara sungai yang menuju Waduk PLTA Koto Panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kualitas Perairan Waduk PLTA Koto Panjang dapat dikategorikan tercemar sedang berdasarkan baku mutu Kelas III dan tercemar berat terhadap baku mutu Kelas II. Parameter yang telah melebihi baku mutu air Kelas II dan Kelas III adalah amonia, nitrit, total P dan BOD 5. Hasil pengukuran menunjukkan beban pencemar yang paling besar masuk keperairan Waduk PLTA Koto Panjang adalah limbah organik mudah urai (BOD 5 ) yaitu kg/hari diikuti limbah hara dari total N yaitu kg/hari. Untuk P total sebesar kg/hari sedangkan nitrat sebesar 9682 kg/hari, dan ortofosfat 2170 kg/hari. Amonia memberikan kontribusi yang tidak begitu besar. Beban pencemaran yang keluar dari outlet perairan waduk PLTA Koto Panjang yang besar memberikan kontribusi adalah bahan organik mudah urai (BOD 5 ) sebesar kg/hari dan yang paling sedikit adalah limbah organik hara yaitu total N dan P-total. Jika dipersentasikan beban yang terendap di perairan waduk sebesar 15,8-80,6 % terendap di perairan waduk dan 19,4 84,2 % keluar dari outlet perairan waduk. Status kesuburan perairan waduk adalah kategori supertrofik hingga hipertrofik dengan kisaran nilai TLI 5,3-6,1. Kata kunci: beban pencemaran, kualitas air, Trophic Level Index (TLI), Waduk PLTA Koto Panjang

5 SUMMARY IKA FITRIA HASIBUAN. Determining PLTA Koto Panjang Reservoir s Water State and Kampar Kanan River s Pollution Load, Riau Province. Supervised by SIGID HARIYADI and ENAN M ADIWILAGA. PLTA Koto Panjang Reservoir, functioning mainly as hydroelectric power plant and flood controller, is located in Riau Province. Various activities around the reservoir are among others settlement and plantation, while in the reservoir are among others floating net cage (FNC) and fishing activities. Continuously increasing fertility (eutrophication) is concerning as it brings numerous undesired adverse impacts for the reservoir s sustainable function such as silting, water quality decrease, and threat against aquatic organisms survival. All activities around and in the reservoir, along with wastes carried by Kampar Kanan River s water flow, allegedly give contribution to waste disposal, changing the qualityof water environment condition. This study aimed to determine and analyze pollution load carried by Kampar Kanan River s water flow and the status of PLTA Koto Panjang Reservoir s water. The study was carried out in April-May 2015 in Koto Panjang Reservoir, Riau Province. Water quality was analyzed following Storet method by comparing the quality standard of Class II and Class III (Government Regulation No. 82 Year 2001), the fertility status of PLTA Koto Panjang Reservoir was determined using Trophic Level Index (TLI), and pollution load was analyzed by direct measurement at the estuary emptying to Koto Panjang Reservoir. The result of the study indicated that according to Class III quality standard Koto Panjang Reservoir s water quality status belonged to moderately polluted category, while according to Class II it belonged to heavily polluted category. Parameters exceeding Class II and III quality standards were ammonia, nitrite, total P, and BOD 5. The result of pollution measurement indicated that the highest pollution load entering PLTA Koto Panjang Reservoir s water was BOD 5 ( kg/day), followed with organic waste from N (26796 kg/day), total P (10619 kg/day), nitrate (9682 kg/day),and orthophosphate (2170 kg/day), while ammonia brought no significant contribution. In addition, the highest contributing pollution load leaving the reservoir through the outlet was BOD 5 ( kg/day), while the lowest was organic waste, namely total N and total P. Total percentage of precipitated pollution load in the reservoir water was %, while precipitated pollution load leaving the reservoir through the outlet was %. The status of the reservoir water fertility belonged to supertrophic to hypertrophic category with TLI value ranged Keywords: Koto Panjang Reservoir, pollution load, Trophic Level Index (TLI), water quality.

6 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 PENENTUAN STATUS PERAIRAN WADUK PLTA KOTO PANJANG DAN BEBAN PENCEMARAN DI SUNGAI KAMPAR KANAN PROVINSI RIAU IKA FITRIA HASIBUAN Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Niken T M Pratiwi, MSi

9 Judul Tesis : Penentuan Status Perairan Waduk PLTA Koto Panjang dan Beban Pencemaran di Sungai Kampar Kanan Provinsi Riau Nama : Ika Fitria Hasibuan NIM : C Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc Ketua Dr Ir Enan M Adiwilaga Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 18 Juli 2016 Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2015 ini adalah Penentuan Status Perairan Waduk PLTA Koto Panjang dan Beban Pencemaran di Sungai Kampar Kanan Provinsi Riau. Karya ilmiah ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan. Pelaksanaan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Institut Pertanian Bogor (IPB) yang telah menyediakan berbagai fasilitas sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. 2. Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc selaku ketua komisi pembimbing dan Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan yang telah memberikan banyak arahan dan masukan kepada Penulis selama penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. 3. Dr Ir Enan M Adiwilaga selaku anggota komisi pembimbing dan yang telah memberikan banyak arahan dan masukan kepada Penulis selama penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. 4. Dr Ir Niken TM Pratiwi, MSi selaku dosen penguji luar komisi yang telah memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan karya ilmiah ini. 5. Seluruh keluarga Ayah, ibu, Adik atas doa dan dukungan yang telah diberikan. 6. Dosen UNRI Ibu Yuliati SPi MSi, Bapak Nur El Fajri SPi, MSi dan Ibu Dr Ir Eni Sumiarsih MSc dan seluruh anggota serta tim lapangan selama penelitian. 7. PT PLN Waduk PLTA Koto Panjang dan Badan Lingkungan Hidup, Kabupaten Kampar serta petani keramba di Waduk PLTA Koto Panjang. 8. Seluruh staf program studi SDP terimakasih atas bantuan yang diberikan selama penelitian. 9. Teman-teman Pondok Kemuning 25 dan SDP 2012 serta teman-teman lainnya atas dukungan yang telah diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2016 Ika Fitria Hasibuan

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 2 METODE 3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3 Pengumpulan Data 4 Pelaksanaan Penelitian 5 Penanganan Contoh Air 6 Analisis Data 6 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Hasil 8 Pembahasan 20 4 KESIMPULAN DAN SARAN 26 Kesimpulan 26 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 27 LAMPIRAN 31 RIWAYAT HIDUP 35 vi vi vi

12 DAFTAR TABEL 1 Parameter kualitas air dan alat/metode pengukuran selama penelitian 5 2 Penentuan sistem nilai untuk mutu air 2 3 Tingkatan trofik dan kisaran nilai masing-masing parameter untuk analisi indeks tingkat trofik (Burns et al 2015) 3 4 Kondisi tata guna lahan di sekitar Waduk PLTA Koto Panjang tahun 2003 (PPLH - UNRI 2004 DALAM Nur 2006) 9 5 Nilai dan Kiasaran fisika kimia selama penelitian 10 6 Beban pencemaran dari Sungai Kampar Kanan yang masuk ke perairan Waduk PLTA Koto Panjang 16 7 Beban pencemaran dan persentase beban pencemaran yang keluar dan yang terendap di perairan Waduk PLTA Koto Panjang 17 8 Nilai TLI masing-masing parameter klorofil-a, kecerahan, total fosfor dan total nitrogen 19 9 Parameter yang telah melebihi baku mutu perairan Kelas II dan Kelas III Status kesuburan di perairan Waduk PLTA Koto Panjang 25 DAFTAR GAMBAR 1 Bagan alir pendekatan masalah 2 2 Peta lokasi penelitian dan titik stasiun pengambilan sampel 4 3 Sebaran nilai DO selama penelitian 11 4 Sebaran nilai BOD 5 selama penelitian 12 5 Sebaran nilai amonia selama penelitian 12 6 Sebaran nilai nitrit selama penelitian 13 7 Sebaran nilai ortofosfat selama penelitian 13 8 Sebaran nilai P-Total selama penelitian 14 9 Nilai indeks STORET setiap setiap stasium di perairan waduk PLTA Koto Panjang terhadap baku mutu Kels II dan Kelas III Nilai Rata-rata konsentrasi parameter yang telah melebihi baku mutu air Kelas II dan Kelas III (a: amonia dan nitrit, b: BOD 5, c: P-Total) Status trofik Waduk PLTA Koto Panjang dengan metode TLI 19 DAFTAR LAMPIRAN 1 Stasiun Penelitian 31 2 Penentuan status mutu lingkungan perairan Waduk PLTA Koto Panjang menggunakan metode Storet 32 3 Skoring fisika kimia air metode STORET perairan waduk PLTA Koto Panjang dengan baku mutu Kelas II dan Kelas III 33 4 Rata-rata curah hujan di Kecamatan XIII Koto Kampar 33 5 Rata-rata nilai outflow Waduk PLTA Koto Panjang 34

13

14

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang merupakan waduk yang terdapat di provinsi Riau.Waduk Koto Panjang ini merupakan hasil pembendungan beberapa sungai, yaitu Sungai Kampar Kanan, Sungai Batang Mahat, Sungai Gulamo, Sungai Tapung Air Tiris, Sungai Kapau, Sungai Tiwi, Sungai Takus, Sungai Osang, Sungai Arau Kecil, Sungai Arau Besar, dan Sungai Cunding di Provinsi Sumatera Barat, dengan luas Ha. Sungai Kampar Kanan merupakan sungai besar yang mengalir menuju waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang sebagai inlet yang berhulu di Sumatera Barat. Fungsi utama dari waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) ini adalah sebagai pembangkit listrik dan pengendali banjir. Di sekitar sungai ini terdapat banyak aktivitas-aktivitas masyarakat dan adanya pemanfaatan lahan seperti pemukiman, perkebunan kelapa sawit dan karet, kegitaan penambangan pasir dan batu kali serta adanya kegiatan illegal logging dan terdapat Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Aktivitas-aktivitas yang berada di sekitar sungai ini diduga akan memberikan pengaruh terhadap kualitas perairan sungai ini dan berpotensi mempengaruhi kualitas perairan di Waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang. Perubahan kondisi kualitas perairan pada aliran sungai merupakan dampak dari buangan penggunaan lahan yang ada di sekitar sungai (Tafangenyasa & Dzinomwa 2005). Sungai-sungai besar yang ada di Indonesia ini mengalami penurunan kualitasnya ditandai dengan meningkatnya kadar BOD, COD dan TOC (Sahabudin et al. 2014; Irsanda et al. 2014) serta ditandai dengan meningkatnya kadar logam berat dalam perairan (Tilaar 2014). Perairan waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang yang di sekitarnya terdapat aktivitas-aktivitas seperti pemukiman, perkebunan, keramba jaring apung dan juga dimanfaatkan untuk kegiatan memancing dan adakalanya digunakan untuk persinggahan perjalanan karena waduk ini berada di jalan Lintas Sumatera Barat (Sumbar) Riau. Peningkatan pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian, perkebunan, dan pemukiman serta penebangan hutan yang dilakukan masyarakat telah menyebabkan penurunan kualitas perairan yaitu sedimentasi dan eutrofikasi yang merupakan hasil dari akumulasi bahan organik yang terbawa aliran sungai atau aliran permukaan ke dalam waduk. Menurut Widiyati (2011) hutan yang dirambah merupakan sumber pencemaran bagi waduk terutama terhadap sendimentasi di perairan. Berdasarkan hasil penelitian Nur (2006) dan Hatta (2007) juga menunjukkan kandungan klorofil-a telah mencapai eutrof yaitu berturut-turut 12 33,9 mg/m 3 dan 18,29 23,21 mg/m 3. Sedangkan untuk nilai kecerahan, nutrien (ortofosfat), dan klorofil-a yang mencapai status eutrof pada musim hujan. Gambaran kandungan klorofil-a tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan kesuburan perairan dari tahun ke tahun. Peningkatan kesuburan yang terusmenerus dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya dampak yang tidak diinginkan bagi keberlanjutan fungsi waduk, pendangkalan, penurunan kualitas

16 2 perairan, dan ancaman terhadap keberlangsungan hidup biota yang mendiami perairan. Seluruh aktivitas-aktivitas yang ada disekitar dan di badan waduk serta limbah yang terbawa oleh aliran Sungai Kampar Kanan diduga akan memberikan kontribusi buangan limbah yang akan menyebabkan perubahan kondisi kualitas lingkungan perairan. Apabila aktivitas ini semakin berkembang dari tahun ketahun dikhawatirkan akan menyebabkan pencemaran perairan waduk tersebut. Perumusan Masalah Semakin banyaknya aktivitas yang ada di sekitar Sungai Kampar Kanan dan perairan waduk PLTA Koto Panjang ini akan menyebabkan penurunan kualitas perairan waduk ini. Aktivitas-aktivitas tersebut akan menghasilkan limbah organik maupun anorganik berasal dari limbah domestik dari kegiatan masyarakat di sekitar sungai Kampar Kanan dan perairan waduk seperti kegiatan perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet yang ada disekitar perairan Sungai Kampar Kanan, dan pemukiman penduduk. ini akan memberikan dampak negatif pada perairan waduk tersebut yang terbawa aliran sungai keperairan waduk, dan kegiatan yang ada di perairan waduk seperti industri rumah tangga serta kegiatan pariwisata. Limbah-limbah yang dihasilkan akan terbawa oleh aliran sungai yang bermuara ke perairan waduk. Selain itu semakin meningkatnya jumlah KJA yang beroperasi di areal dam site, sisa-sisa pakan yang tidak termakan dan kotoran ikan (sisa metabolisme) berupa feses dan urin yang terbuang ke perairan akan menyebar sekitar KJA dan terakumulasi di dasar perairan, sehingga dapat mempengaruhi kualitas perairan waduk. Jika aktivitas ini semakin bertambah seiring berjalannya waktu akan dikhawatirkan menyebabkan terjadinya perubahan tingkat kualitas perairan yang subur dan menyebabkan pencemaran di perairan tersebut, seiring berjalannya waktu apabila kegiatan ini tidak dilakukan pengelolaan secara berlanjut, maka akan dikhawatirkan menimbulkan pencemaran perairan waduk, karena waduk tidak hanya menerima beban dari perairan itu sendiri dan juga akan menerima beban pencemaran dari sungai Kampar Kanan yang bermuara ke perairan Waduk tersebut (Gambar 1). Masukan Beban Pencemaran Sungai Kampar kanan Limbah domestik Limbah Perikanan Limbah Perkebunan dan pertanian Limbah Pabrik kelapa Sawit Kualitas PerairanWaduk Status Perairan (Kualitas perairan dan Kesuburan perairan Waduk) Pengelolaan Perairan Waduk PLTA Koto Panjang Gambar 1 Bagan alir pendekatan masalah

17 3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis dan menentukan beban pencemaran perairan waduk yang terbawa oleh aliran sungai Kampar Kanan ke perairan waduk PLTA Koto Panjang 2. Menganalisis dan menentukan status pencemaran dan status kesuburan perairan waduk PLTA Koto Panjang Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi terbaru dari Perairan waduk PLTA Koto Panjang sebagai langkah dalam pengelolaan perairan waduk.. 2 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015 yang berlokasi di Waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang Provinsi Riau. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, pengambilan sampel air lebih diarahkan pada pusat-pusat kegiatan penduduk sebagai sumber pencemar yang masuk ke perairan waduk seperti permukiman, perkebunan dan lokasi Pariwisata yaitu pada lima stasiun yang telah ditentukan berdasarkan pada aktivitas lokasi sungai Kampar Kanan dan waduk pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang. Penentuan titik-titik pengambilan contoh air di sungai dengan pertimbangan bahwa lokasi pengambilan sampel air diduga sebagai aliran limbah dari berbagai kegiatan aktivitas penduduk yang mengalir ke perairan waduk. Selanjutnya untuk menentukan posisi stasiun penelitian menggunakan Global Positioning System (GPS) ditentukan lokasi pengambilan sampel air yang diambil dianggap mewakili keadaan Sungai Kampar Kanan yang masuk ke perairan waduk dan waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang Sampel diambil pada lima stasiun sebagai berikut (Gambar 2 dan Lampiran 1). Stasiun I Stasiun II Stasiun III :Merupakan aliran di sungai Kampar Kanan sebelum masuk waduk yang berada di muara sungai Kampar Kanan yang menuju ke Waduk PLTA Koto panjangterdapat pemukiman penduduk dan Perkebunan Kelapa Sawit dan karet yakni di desa Tanjung. :Di sekitaran inlet Waduk PLTA Koto Panjang yaitu Candi Muara Takus yang merupakan daerah pariwisata. :Di bagian tengah perairan waduk yaitu di desa Pongkai Istiqomah yang di sekitarnya terdapat pemukiman penduduk dan

18 4 Stasiun IV Stasiun V banyak terdapat batang-batang pohon sisa penggenangan dan tidak terdapat KJA. :Di daerah dekat dari bagian tengah waduk (Jembatan Sungai Kampar) yang berlokasi di desatanjung alai di sekitar kawasan terdapat beberapa pemukiman penduduk, keramba jaring apung dengan jumlah 263 petak dan juga biasanya dijadikan daerah pariwisata. : Di perairan waduk dekat Outlet dekat dari dam dan merupakan daerah PLTA (Dam Site), yaitu daerah hilir dari perairan waduk yang di sekitarnya terdapat pemukiman penduduk dan keramba jaring apung dengan jumlah sekitar petak. Gambar 2 Peta lokasi penelitian dan titik stasiun pengambilan sampel Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey, perairan sungai yang merupakan masukan ke waduk dan Waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air Koto Panjang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Data yang diperoleh merupakan data primer berupa pengukuran dari parameter fisika, kimia serta biologi yang diukur langsung di lapangan dan ada yang kemudian dianalisis di laboratorium. Sementara data sekunder seperti data morfometrik waduk, data

19 pendukung lainnya diperoleh dari instansi terkait dan selanjutnya kedua data tersebut dianalisa secara statistik dan dijelaskan secara deskriptif. 5 Pelaksanaan Penelitian Pengambilan sampel parameter kualitas air Pengambilan contoh air di lapangan dilakukan pada setiap stasiun dengan interval waktu dua minggu sebanyak tiga kali pengamatan. Pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan Van Dorn water sampler. Titik (stasiun) pengambilan sampel air yaitu satu titik pada stasiun di perairan Sungai Kampar Kanan dan pengambilan contoh air di perairan waduk dilakukan di kolom fotik secara komposit berdasarkan kedalaman pada kedalaman (dekat permukaan, kedalaman Secchi dan kedalaman 1.5 kali Secchi). Parameter dan metode yang akan diukur dan digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Parameter kualitas air dan alat/metode pengukuran selama penelitian NO Parameter Satuan Alat/Metode Pengukuran Fisika 1 Suhu C Termometer In situ 2 Kekeruhan FTU Turbidimeter Laboratorium 3 Kecerahan Cm Secchi disk In situ Kimia 4 ph - ph indikator In situ 5 Oksigen terlarut mg/l Titrimetrik Winkler In situ 6 Nitrat mg/l Spektrofotometri Laboratorium 7 Amonia mg/l Spektrofotometri Laboratorium 8 Nitrit mg/l Spektrofotometri Laboratorium 9 Ortofosfat mg/l Spektrofotometri Laboratorium 10 Total Nitrogen mg/l Spektrofotometri Laboratorium 11 Total Fosfat mg/l Spektrofotometri Laboratorium 12 BOD 5 mg/l Titrimetrik Winkler inkubasi Laboratorium Biologi 13 Fecal coliform MPN/100 ml MPN Laboratorium 14 Klorofil a µg/l Aceton 90 % Laboratorium Hidrodinamika 15 Kedalaman dan In situ M Rol, meteran dan pemberat lebar perairan 16 Kecepatan Arus m/det Current meter In situ Hasil pengukuran karakteristik kualitas air (fisika, kimia dan biologi) mengacu pada APHA (1995). Hasil yang diperoleh tersebut dibandingkan dengan standar baku mutu kelas II dan kelas III berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Status kualitas lingkungan Waduk Koto Panjang ditetapkan dengan

20 6 menggunakan metode STORET. Status kualitas lingkungan perairan ditetapkan untuk setiap titik stasiun pengamatan. Penanganan Contoh Air Parameter kualitas perairan yang telah diambil dari perairan Muara Sungai Kampar Kanan dan Waduk PLTA Koto Panjang dibawa ke laboratorium pengujian untuk diuji setiap parameter yang dikehendaki. Penyimpanan contoh air dilakukan dalam boks pendingin yang berisi es (2 4 C) sebagian sampel diberi pengawet serta diberi label sesuai dengan stasiun pengamatan. Analisis BOD 5, ortofosfat, contoh air disimpan pada boks pendingin tanpa diberi pengawet. Analisis kecerahan menggunakan secchi disk, oksigen terlarut, ph diukur dengan menggunakan ph indikator, dan suhu air menggunakan termometer dianalisis secara langsung di lapangan, serta warna perairan dan sampah yang ada dilihat secar visual di lapangan. Analisis Data Data primer dan sekunder dikumpulkan seperti data hasil pengukuran parameter kualitas air (fisika, kimia dan biologi), data dari instansi terkait, menyangkut kondisi daerah penelitan, ditabulasikan dalam bentuk tabel dan ditampilkan dalam bentuk grafik atau gambar. Selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif. Analisis parameter fisika, kimia dan biologi Analisis parameter fisika, kimia, dan biologi perairan dilakukan pengukuran di Laboratorium dan perhitungan parameter kualitas air mengacu dan memperbandingkan dengan PP Nomor 82 tahun 2001 tentang baku mutu air Kelas II dan Kelas III. Analisis beban pencemaran Sungai Kampar Kanan Analisis beban pencemaran yang berasal dari darat melalui sungai yang menuju perairan waduk dilakukan dengan perhitungan secara langsung di muara sungai yang menuju Waduk PLTA Koto Panjang. Cara menghitung beban pencemaran ini didasarkan atas pengukuran debit sungai dan konsentrasi limbah di muara sungai berdasarkan persamaan (Mitsch & Goesselink 1993 dalam Marganof 2007): BP= Q x C Keterangan : BP = Beban pencemaran (kg/ hari) Q = Debit sungai (m 3 / det) C =Konsentrasi parameter ke-i (mg/l) Untuk mengkonversi beban limbah ke dalam kg/hari dikalikan dengan 10-3 x 3600x24

21 7 Pengukuran debit sungai dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran dan luas penampang (Sosrodarsono & Takeda 1993) : Keterangan : Qd = Debit sungai (m 3 / det) Fd = Luas Penampang (m 2 ) Vd = Kecepatan aliran rata-rata pada garis pengukuran (m 3 / det) b = Lebar sungai (m) c, d, e = Kedalaman sungai tiap pengukuran (m) Analisis status mutu perairan Berdasarkan (Kepmen No.115/MENLH/2003) untuk menentukan status mutu lingkungan perairan Waduk PLTA Koto Panjang digunakan metode STORET, yaitu dengan membandingkan antara data kualitas air selama penelitian dengan standar baku mutu air Kelas II dan Kelas III (PP Nomor 82 tahun 2001). Baku mutu Kelas II digunakan kegiatan pariwisata atau rekreasi air dan baku mutu Kelas III digunakan untuk kegiatan perikanan air tawar. Melalui metode ini dapat diketahui parameter yang masih memenuhi atau telah melampaui baku mutu air. Selain itu dari nilai yang diberikan (skoring), dapat diketahui kondisi perairan apakah kondisinya baik, tercemar ringan atau buruk. Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari US-EPA (United State Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas, yaitu : 1. Kelas A : baik sekali skor = 0 memenuhi baku mutu 2. Kelas B : baik skor = -1 s/d -10 tercemar ringan 3. Kelas C : sedang skor = -11 s/d -30 tercemar sedang 4. Kelas D : buruk skor = -31 tercemar berat Jika hasil pengukuran masing-masing parameter kualitas air memenuhi baku mutu air maka diberi skor 0 dan jika hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu air maka diberi skor sebagaimana seperti terlihat pada Tabel 2. Jumlah contoh <10 Tabel 2 Penentuan sistem nilai untuk status mutu air Nilai Parameter Fisika Kimia Biologi Maksimum Minimum Rata-rata

22 8 Pendugaan status kesubuan perairan waduk PLTA Koto Panjang Trophic Level Index (TLI) Trophic Level Index merupakan indeks yang dikembangkan oleh Burns et al. (2005). Pada dasarnya TLI merupakan pengembangan dari TSI, namun TLI mengikutsertakan parameter total nitrogen dalam perhitungannya. Nilai kisaran TLI rata-rata Tabel 3. Secara matematis nilai TLI dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: TLI chl = 2,22 + 2,54 log(chl) TLI S = 5,10 + 2,60 log ( - ) TLI TP = 0, ,92 log(tp) TLI TN = -3,61 +3,01 log(tn) TLI rata-rata = Keterangan : TLI Chl TLI S TLI TP TLI TN = Nilai TLI untuk klorofil-a = Nilai TLI untuk kedalaman Secchi disk = Nilai TLI untuk total fosfat = Nilai TLI untuk total nitrogen Tabel 3 Tingkat trofik dan kisaran nilai masing-masing parameter untuk analisis indeks tingkat trofik (Burns et al. 2005) Stasus tingkat trofik Kategori pengkayaan nutrien Krisis unsur TLI Klorofil-a (mg/m 3 ) Kecerahan (m) Total Fosfat (mg/m 3 ) Total Nitrogen (mg/m 3 ) Ultra 0,0 1,0 0,13 0, ,84 1, mikrotrofik hara Mikrotrofik Sangat rendah 1,0 2,0 0,33 0, ,8 4, Oligotrofik Rendah 2,0 3,0 0,82 2,0 15 7,8 4,1 9, Mesotrofik Sedang 3,0 4,0 2,0 5,0 7,8 3,6 9, Eutrofik Tinggi 4,0 5,0 5,0 12,0 3,6 1, Supertrofik Sangat tinggi 5,0 6,0 12,0 31,0 1,6 0, Hipertrofik Saturasi 6,0 7,0 > 31 < 0,7 >96 > HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik lokasi penelitian Waduk PLTA Koto Panjang merupakan salah satu waduk terluas di Indonesia (±124 km 2 atau Ha) dengan kapasitas genangan efektif sekitar juta km 3 dan ketinggian muka air maksimal ± 85 m dpl pada kondisi

23 persediaan penuh (full supply). Berdasarkan data sekunder kedalaman rata-rata waduk 21 m, volume air waduk juta/m 3, laju pergantian air waduk per tahun 13,672 /tahun, sedangkan jumlah debit air keluar waduk ,54 juta m 3 /tahun. Waduk dioperasikan pada ketinggian maksimal m, dengan kapasitas penampungan aktif sekitar juta m 3. Secara geografis waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang terletak pada posisi 0 o Lintang Utara (LU) dan 100 o Bujur Timur (BT). Secara administratif waduk Koto Panjang termasuk kedalam wilayah kecamatan XIII Koto Kampar dan Bangkinang Barat Kabupaten Kampar Provinsi Riau serta Kecamatan Pangkalan Koto Kabupaten Lima Puluh Koto, provinsi Sumatera Barat. Desa-desa yang terletak di sekitar wilayah genangan dan buffer zone Waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang berjumlah 15 kelurahan/desa, yaitu 13 desa/kelurahan termasuk wilayah provinsi Riau dan 2 desa termasuk wilayah provinsi Sumatera Barat. Keadaan topografi cukup beragam mulai dari datar, bergelombang, berbukit, curam dan hingga sangat curam. Waduk ini dibuat dengan cara membendung bagian hulu Sungai Kampar dan menenggelamkan area, termasuk desa-desa, dan areal perkebunan yang ada di sekitarnya (PT PLN PERSERO 2012). Di sekitar waduk pada saat ini sudah banyak mengalami perubahan fungsi dari hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan, pemukiman dan lahan terbuka akibat adanya pembukaan lahan baru dan penebangan liar. Kondisi penggunaan lahan di daerah tangkapan air Waduk Koto Panjang tahun 2003 terlihat pada Tabel 4. Tabel 4 Kondisi tata guna lahan disekitar Waduk PLTA Koto Panjang tahun 2003 (PPLH- UNRI 2004 dalam Nur 2006) No Jenis penggunaan Lahan Luas (km 2 ) Persentase (%) 1 Hutan Belukar Kebun campuran Tanaman budidaya Lahan Terbuka Terbangun Jumlah Kualitas air juga dipengaruhi oleh kondisi curah hujan karena curah hujan akan mempengaruhi volume air waduk Koto Panjang. Kondisi curah hujan dan jumlah hujan di Kecamatan XIII Koto Kampar selama bulan April adalah 435,5 mm dan pada bulan Mei adalah 285,6 mm (BMKG Pekanbaru 2015) (Lampiran 4). Hasil pengukuran parameter fisika kimia pada setiap stasiun penelitian cukup beragam (Tabel 5). Waduk Koto Panjang berada dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) kampar Hulu (Provinsi Riau) dan DAS Mahat (Provinsi Sumatera Barat). Bagian hulu Sungai Kampar kanan adalah pegunungan. Sungai Kampar Kanan merupakan gabungan dari dua Sungai yaitu Sungai Kampar Kiri dan Sungai Kampar Kanan (Sumiarsih 2014). Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian, perairan Sungai Kampar Kanan yang merupakan muara dari perairan waduk tersebut 9

24 10 memiliki lebar 12 m Kecepatan arus sungai selama penelitian adalah 0,098 0,77 m 3 /detik. Debit sungai selama penelitian adalah 15,68 295,68 m 3 /detik. Perairan Waduk PLTA Koto Panjang dan perairan Sungai Kampar Kanan merupakan sumber utama penghasil ikan air tawar. Jenis ikan yang terdapat di Sungai Kampar lebih banyak ditemukan (114 jenis) daripada jenis ikan yang terdapat di perairan waduk PLTA Koto Panjang (44 jenis) dan di sekitar KJA Waduk PLTA Koto Panjang hanya ditemukan 14 jenis. Menurut Sumiarsih (2014) berbedanya jenis ikan-ikan yang terdapat di Sungai Kampar Kanan dan Waduk PLTA Koto Panjang, diduga karena perubahan kondisi lingkungan dan keterbatasan makanan. Tabel 5 Nilai dan kisaran fisika kimia selama penelitian Parameter Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV Stasiun V Suhu ( C) 27±0,58 28±I,73 33±0,58 33±0,58 32±1,73 (26-27) (26-29) (32-33) (33-34) (30-33) Kekeruhan (FTU) 71,00±115 (14,17-204) Kecerahan (Cm) 66 ±38 (25-99) ph 6,00±0,00 (6) DO (mg/l) 8,72±4,19 (4,00-12,00) BOD 5 (mg/l) 3,93±2,73 (0,8-6,0) Nitrat (mg/l) 0,39±0,490 (0,005-0,941) Amonia (mg/l) 0,04±0,03 (0,004-0,066) Nitrit (mg/l) 0,09±0,098 (0,01-0,20) Ortofosfat (mg/l) 0,121±0,01 (0,11-0,13) Total - N (mg/l) 1,56±1,66 (0,19-3,40) P- Total (mg/l) 0,93±0,07 (0,86-0,99) 21,87±24 (4,62-49,45) 51±13 (36-57) 6,00±0,00 (6) 9,30±3,32 (5,60-12,00) 6,32±2,24 (4,4-8,8) 1,467±2,001 (0,203-3,775) 0,05±0,02 (0,029-0,063) 0,15± 0,167 (0,04-0,34) 0,138±0,012 (0,13-0,15) 5,01±6,49 (0,96-12,49) 1,097±0,09 (0,96-1,14) 4,22±1,14 (2,9-4,9) 190±74 ( ) 6,00±0,00 (6) 8,90±2,75 (6,72-12,00) 8,14±3,07 (5,7-11,6) 0,33±0,296 (0,037-0,63) 0,06±0,03 (0,024 0,083) 0,06±0,063 (0,01-0,13) 0,117±0,02 (0,09-0,13) 1,38±1,06 (0,461-2,54) 0,89±0,13 (0,75-1,00) 3,18±1,25 (2,09-4,45) 266±17 ( ) 5,60±0,58 (5-6) 9,98±4,18 (5,8014,16) 8,76±3,02 (5,7-11,8) 0,345±0,278 (0,166-0,67) 0,05±0,01 (0,04-0,06) 0,08±0,062 (0,04-0,15) 0,13±0,01 (0,12-0,14) 1,43±1,00 (0,95-2,56) 1,001±0,07 (0,92-1,04) 3,31±0,55 (30-33) 176±34 ( ) 5,3±0,58 (5-6) 9,5±2,66 (6,7-12,00) 8,49±2,44 (6,5-11,2) 0,554±0,345 (0,185-0,868) 0,09±0,05 (0,04-0,14) 0,09±0,053 (0,04-0,15) 0,121±0,032 (0,097-0,157) 2,24±1,17 (1,00-3,31) 0,924±0,25 (0,72-1,20) Kondisi kualitas perairan lokasi penelitian Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa parameter-parameter kualitas perairan di waduk PLTA Koto Panjang (Tabel 4) dapat dilihat bahwa kisaran ratarata suhu air adalah C. Perbedaan kisaran nilai suhu yang diperoleh selama penelitian berkaitan dengan waktu pada saat pengukuran, kondisi cuaca yang tidak sama, dan urutan waktu pada saat pengukuran yang dimulai dari Stasiun I sampai dengan Stasiun V. Suhu yang relatif rendah didapatkan pada pengukuran pada waktu pagi hari yaitu pada Stasiun I dan II sedangkan suhu yang tinggi didapatkan pada pengukuran suhu pada siang hari hingga menjelang sore yaitu pada stasiun III, IV dan Stasiun V ini disebabkan karena intensitas sinar

25 matahari yang masuk ke dalam perairan akan lebih tinggi. Sedangkan hasil pengukuran kekeruhan diperairan waduk PLTA koto panjang pada setiap masingmasing stasiun selama penelitian dengan kisaran rata-rata 3,18 71,00 FTU. Nilai kekeruhan tertinggi terdapat pada Stasiun I dan yang terendah terdapat pada Stasiun IV. Adanya perbedaan nilai kekeruhan selama penelitian ini diduga karena partikel-partikel yang berbeda pada setiap stasiunnya. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain (APHA 1995; Davis & Cornwell 1991). Kekeruhan memiliki korelasi positif dengan padatan tersuspensi, yaitu semakin tinggi nilai kekeruhan maka semakin tinggi pula nilai padatan tersuspensi (Marganof 2007). Hasil kisaran rata-rata pengukuran kecerahan pada masing-masing stasiun selama penelitian adalah cm yang tertingi terdapat pada Stasiun IV dan yang terendah terdapat pada Stasiun I. Kecerahan di seluruh stasiun pengamatan mempunyai variasi yang berbeda. Untuk kisaran nilai rata-rata ph pada setiap stasiun pengamatan selama penelitian adalah 5,3 6. Nilai ph pada waktu pengamatan tidak terdapat perbedaan yang besar pada masing-masing stasiun pengamatan. Nilai ph 5 selama penilaian berada pada stasiun yang terdapat keramba jaring apung yaitu pada Stasiun IV dan Stasiun V. Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) dibutuhkan untuk pernapasan biota perairan. Sumber oksigen terlarut berasal dari fotosintesis dan difusi dari. oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen terlarut pada waduk PLTA Koto Panjang selama penelitian adalah 4,0-14,16 mg/l (Gambar 3). Kadar oksigen terendah terdapat di Stasiun I pada pengamatan I (4,0 mg/l) dan yang tertinggi terdapat pada Stasiun IV pada pengamatan II yaitu 14,16 mg/l. 16,00 14,00 11 DO (mg/l) 12,00 10,00 8,00 6,00 26-Apr Mei Mei-15 4,00 I II III IV V Stasiun Gambar 3 Sebaran nilai DO selama penelitian Hasil pengukuran konsentrasi BOD 5 diperairan waduk PLTA Koto Panjang adalah 0,8-11,80 mg/l (Gambar 4). Nilai BOD 5 di setiap stasiun pengamatan menunjukkan nilai yang tinggi, tetapi nilai BOD 5 pada pengamatan pertama masih memenuhi baku mutu yang disyaratkan, dan pengamatan selanjutnya nilai BOD 5 ini sudah melewati batas ambang baku mutu yaitu 6 mg /L.

26 12 Perairan waduk PLTA Koto Panjang sudah termasuk kategori tercemar bahanbahan organik. BOD 5 (mg/l) 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 I II III IV V Stasiun Gambar 4 Sebaran nilai BOD 5 selama penelitian 26-Apr Mei Mei-15 Konsentrasi nitrat selama pengamatan di waduk PLTA Koto Panjang berkisar antara 0,005 3,775 mg/l dengan nilai tertinggi di Stasiun II pada pengamatan I tingginya konsentrasi nitrat pada stasiun tersebut diduga berasal dari aktivitas perkebunan yang ada di sekitar Stasiun I yang masuk ke Stasiun II. Konsentrasi nitrat yang terendah terdapat pada Stasiun I pengamatan II. Secara keseluruhan konsentrasi nitrat pada masing-masing stasiun sampel masih dalam batasan baku mutu yang telah ditentukan. Konsentrasi amonia diperairan Waduk PLTA Koto Panjang selama penelitian adalah 0,004-0,144 mg/l (Gambar 5). 0,160 Amonia (mg/l) 0,120 0,080 0, Apr Mei Mei-15 0,000 I II III IV V Stasiun Gambar 5 Sebaran nilai amonia selama penelitian Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian terlihat bahwa nilai konsentrasi amonia hampir di seluruh stasiun pengamatan telah melebihi baku mutu yang telah ditentukan karena batas maksimum amonia untuk kegiatan perikanan bagi ikan yang peka 0,02 mg/l. Kadar amonia yang baik bagi kehidupan ikan air tawar kurang dari 1 mg/l. Apabila kadar amonia telah

27 melebihi 1,5 mg/l, maka perairan tersebut telah terjadi pencemaran (Tatangindatu et al 2013). Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi nitrit diperairan Waduk PLTA Koto Panjang selama pengelitian adalah 0,01-0,34 mg/l (Gambar 6). 13 0,40 0,35 Nitrit (mg/l) 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 26-Apr Mei Mei-15 0,05 0,00 I II III IV V Stasiun Gambar 6 Sebaran nilai nitrit selama penelitian Berdasarkan hasil selama pengamatan secara keseluruhan konsentrasi nitrit yang tertinggi terjadi pada pengamatan pertama di seluruh stasiun, dan konsentrasi nitrit pada pengamatan kedua dan ketiga telah melebihi baku mutu yang telah ditentukan yaitu < 0,06 mg/l. Tingginya kandungan nitrit di perairan waduk diduga berasal dari masukan limbah rumah tangga dan limbah KJA. Nitrit di perairan biasanya ditemukan dalam jumlah sedikit karena bersifat tidak stabil. Makmur et al. (2012) senyawa nitrit yang terdapat di perairan merupakan hasil reduksi senyawa nitrat atau oksidasi amonia oleh mikroorganisme dan berasal dari hasil ekskresi fitoplankton. Konsentrasi ortofosfat diperairan Waduk PLTA Koto Panjang selama penelitian adalah 0,09 0,16 mg/l (Gambar 7) dengan nilai tertinggi di Stasiun V pada pengamatan III yaitu 0,16 mg/l dan terendah Stasiun V pada pengamatan pertama yaitu 0,09 mg/l. Ortofosfat (mg/l) 0,200 0,180 0,160 0,140 0,120 0,100 0,080 0,060 0,040 0,020 0,000 I II III IV V 24-Apr Mei Mei-15 Stasiun Gambar 7 Sebaran nilai ortofosfat selama penelitian

28 14 Tingginya nilai ortofosfat pada Stasiun V disebabkan aktivitas KJA yang padat di stasiun tersebut. Pada umumnya, seluruh kadar ortofosfat di setiap stasiun menunjukkan peningkatan. Konsentrasi ortofosfat pada masing-masing stasiun masih dalam ambang batas baku mutu berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 Kelas III dan Kelas II. Berdasarkan hasil pengamatan konsentrasi total N adalah 0,18-12,49 mg/l. Konsentrasi tertinggi terdapat pada Stasiun II pada Pengamatan I dan yang terendah terdapat pada Stasiun I pada pengamatan II. Tingginya total N pada suatu perairan waduk disebabkan oleh adanya masukan beban limbah yang masuk bersamaan dengan aliran air maupun dari kegiatan budidaya keramba jaring apung (KJA) dan juga dikarenakan faktor terakumulasinya bahan organik diperairan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian nilai konsentrasi P total diseluruh stasiun pengamatan adalah 0,724 1,198 mg/l (Gambar 8). P- Total (mg/l) 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 I II III IV V Stasiun 26-Apr Mei Mei-15 Gambar 8 Sebaran nilai P- total selama penelitian Hasil pengamatan yang tertinggi terdapat pada stasiun V pada pengamatan yang ketiga dan yang terendah terdapat pada stasiun V pada pengamatan I. Konsentrasi P total di lokasi penelitian selama pengamatan sudah melebihi ambang batas baku mutu perairan, apabila dibandingkan dengan baku mutu Kelas II konsentrasi P total diperairan ini sudah melewati batas ambang baku mutu perairan. Konsentrasi P total pada pengamatan ketiga dapat dilihat bahwa konsentrasi P total sudah melebihi batas ambang baku mutu perairan Kelas III. Fecal coliform adalah anggota dari coliform yang mampu memfermentasi laktosa pada suhu 44,50 C dan merupakan 24 bagian yang paling dominan (97%) pada tinja manusia dan hewan (Effendi 2003). Alaerts & Santika (1994) menyatakan bahwa fecal coliform merupakan bakteri petunjuk adanya pencemaran tinja yang paling efisien, karena Faecal coliform hanya dan selalu terdapat dalam tinja manusia. Jika bakteri tersebut terdapat dalam perairan maka dapat dikatakan perairan tersebut telah tercemar dan tidak dapat dijadikan sebagai sumber air minum. Bakteri Coliform dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran feses atau kotoran manusia dan hewan di dalam perairan. Golongan bakteri ini umumnya terdapat di dalam feses manusia dan hewan. Oleh sebab itu keberadaannya di dalam air tidak dikehendaki, baik ditinjau dari segi kesehatan,

29 estetika, kebersihan maupun kemungkinan terjadinya infeksi yang berbahaya. Beberapa jenis penyakit dapat ditularkan oleh bakteri coliform melalui air, terutama penyakit perut seperti tipus, kolera dan disentri (Suriawiria, 1993). Bakteri coliform lainnya berasal dari hewan dan tanaman mati disebut dengan koliform non fecal. Bakteri fecal coliform di perairan waduk PLTA Koto Panjang masih dalam ketegori sangat baik menurut baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Kelas II dan Kelas III, karena nilai fecal coliform selama penelitian berkisar 3 23 MPN/100ml. Nilai konsentrasi klorofil-a merupakan parameter yang menunjukkan biomassa fitoplankton pada perairan waduk. Konsentrasi klorofil-a menentukan dalam tingkat kesuburan suatu perairan (Vidovic et al. 2015). Hasil pengamatan nilai kandungan klorofil-a pada 0,18-6,43 μg/l. Kandungan Klorofil-a Waduk PLTA Koto Panjang tergolong dalam kategori oligotrof sampai dengan mesotrof. Ini sesuai dengan penentuan status Eutrofikasi yang diklasifikasikan dalam empat kategori status trofik yaitu oligotrof, mesotrof, eutrof dan hipereutrof atau hipertrof modifikasi OECD 1982, MAB 1989; UNEP -ILEC, 2001 dalam KLH 2009 bahwa nilai klorofil-a < 2.0 μg/l termasuk kategori oligotrof, < 5.0 μg/l mesotrof, < 15.0 μg/l eutrof dan jika = μg/l tergolong kategori hipereutrof atau hipertrof. Warna air dapat dijadikan sebagai salah satu indikator terjadinya pencemaran lingkungan perairan. Walaupun dalam kondisi tidak terpolusi warna air tidak selalu jernih, namun biasanya air yang terpolusi memiliki warna tidak normal yang disebabkan oleh adanya bahan-bahan terlarut dan bahan-bahan tersuspensi, termasuk yang bersifat koloid (Fardiaz 1995). Berdasarkan hasil pengamatan secara visual warna perairan Waduk PLTA Koto Panjang secara keseluruhan warna perairan hijau kecoklatan, pada stasiun I yaitu muara Sungai Kampar Kanan berwarna coklat. Sedangkan untuk sampah, selama pengamatan sampah yang banyak ditemukan diperairan waduk PLTA Koto Panjang adalah sampah-sampah rumah tangga seperti bungkus deterjen, kaleng-kaleng bekas, dan sampah plastik. Beban pencemaran Sungai Kampar Kanan masuk perairan Waduk PLTA Koto Panjang Pada penelitian ini, analisis beban pencemaran yang masuk ke perairan waduk dilakukan dengan pendekatan penghitungan berdasarkan beban limbah yang masuk melalui sungai yang menuju waduk. Sumber pencemaran yang masuk ke perairan waduk secara umum berasal dari luar waduk dan dari dalam waduk. Penghitungan beban pencemaran bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi sumber pencemaran, jenis pencemar, dan besarnya beban pencemar yang masuk ke perairan waduk. Penghitungan beban pencemaran yang masuk ke waduk bersumber dari luar waduk, sangat terkait dengan debit sungai yang mengalir masuk ke perairan waduk. Penghitungan beban pencemaran dari parameter limbah organik (BOD 5 ) sedangkan zat hara (amonia, nitrogen, ortofosfat, total nitrogen dan total fosfat) dihitung berdasarkan perkalian antara debit sungai dengan konsentrasi parameter kualitas air yang diteliti. Beban pencemaran yang berasal dari luar waduk adalah besarnya beban pencemar yang berasal dari sungai utama yang mengalir ke 15

30 16 perairan Waduk PLTA Koto Panjang, yaitu Sungai Kampar Kanan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Beban pencemaran yang masuk ke perairan waduk PLTA Koto Panjang dipengaruhi oleh konsentrasi bahan beban pencemar dan debit air sungai yang masuk ke waduk PLTA Koto Panjang. Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 6 terlihat ada perbedan antara beban pencemaran yang dihitung berdasarkan debit sungai yang menggunakan data sekunder dan data primer. Karena debit dari data primer merupakan debit sesaat bukan debit ratarata tahunan, sehingga mempengaruhi hasilnya jika dibandingkan dengan debit yang menggunakan data sekunder. Beban pencemaran tertinggi yang masuk ke perairan waduk PLTA Koto Panjang berupa parameter BOD 5 dan diikuti oleh total N, selanjutnya diikuti oleh P-Total. Untuk parameter nitrat, ortofosfat dan amonia tidak begitu memberikan pengaruh yang besar, terutama beban yang dihasilkan oleh parameter amonia. Tabel 6 Beban pencemaran dari Sungai Kampar Kanan yang masuk ke perairan Waduk PLTA Koto Panjang Kisaran Beban masuk (Kg/hari) * Kisaran Beban masuk (Kg/hari) ** Parameter Rata-rata Rata-rata (Kg/hari) (Kg/hari) BOD 5 (mg/l) Nitrat (mg/l) Ortofosfat(mg/L) Ammonia (mg/l) Total N (mg/l) P -Total (mg/l) Keterangan: * Debit yang digunakan merupakan data primer (15,68 261,8 m 3 /det) (Sumber: Data pada penelitian) ** Debit yang digunakan merupakan data sekunder (550 m 3 /det) (Sumber : BLH Kabupaten Kampar 2015) Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa beban yang masuk lebih besar dari pada beban yang keluar dari outlet waduk PLTA Koto Panjang, Diduga telah terjadi akumulasi beban pencemaran didalam waduk. Persentase beban pencemaran yang keluar dan yang terendap pada perairan waduk PLTA Koto Panjang dapat dilihat pada Tabel 7. Beban pencemaan dari outlet perairan waduk dihitung melalui perkalian antara debit air yang keluar dengan konsentrasi limbah yang keluar dari waduk PLTA Koto Panjang dari data sekunder yang ada di Kantor PLN PLTA Koto panjang. Rata-rata nilai debit air yang keluar dari waduk PLTA Koto Panjang adalah 163,46 m 3 /det (Lampiran 5). Berdasarkan hasil pengamatan nilai rata-rata beban pencemaran yang keluar dari perairan waduk adalah kg/hari (Tabel 7). Beban pencemaran yang masuk ke perairan waduk PLTA Koto Panjang lebih besar dari pada beban yang keluar dari perairan waduk. Diduga konsentrasi limbah yang masuk terakumulasi di perairan waduk. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase beban yang terendap di waduk PLTA Koto Panjang berkisar 15,8-80,6 %, sedangkan persentase beban yang keluar dari outlet waduk berkisar antara 19,4 84,2 %. Dapat dilihat bahwa persentase beban pencemaran total N

31 merupakan beban yang paling sedikit keluar dari outlet waduk yaitu 19,4 % dan yang paling banyak terendap di perairan waduk Tabel 7 Beban pencemaran dan persentase beban pencemaran yang terendap dan yang keluar di perairan Waduk PLTA Koto Panjang Persentase Beban masuk yang terendap di waduk (%) 17 Persentase Beban yang keluar dari outlet di waduk (%) Beban keluar Parameter Beban masuk dari outlet (Kg/hari) (Kg/hari) BOD 5 (mg/l) (147567) (120045) 16,8 83,2 Nitrat (mg/l) (9682) (7820) 22,8 77,2 Ortofosfat (mg/l) (2170) (1709) 19,1 80,9 Amonia (mg/l) (1811) (1591) 15,8 84,2 Total N (mg/l) (45942) (12347) 80,6 19,4 P -Total (mg/l) (17179) (10026) 43,7 56,3 Keterangan: Debit yang keluar dari waduk merupakan data sekunder nilai rata-rata outflow 163, 46 m 3 /det (Sumber: PLN 2015) Status mutu perairan Waduk PLTA Koto Panjang Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan (Kepmen LH 2003). Penentuan status mutu perairan waduk PLTA Koto Panjang selain dengan menggunakan analisis deskriptif, kualitas air juga dianalisis dengan menggunakan metode STORET. Penggunaan metode STORET ini dimaksudkan untuk mengetahui baik buruknya kualitas air pada suatu waduk atau badan air lainnya untuk peruntukan air tertentu. Selain itu pada metode ini juga dapat diketahui parameter-parameter apa saja yang telah melampaui atau tidak memenuhi syarat baku mutu yang sudah ditentukan. Nilai STORET jika dibandingkan dengan baku mutu Kelas II Stasiun I diperoleh total skor -34, pada Stasiun II diperoleh total skor -38, Stasiun III diperoleh total skor -32, Stasiun IV diperoleh total skor -38, dan pada Stasiun IV diperoleh total skor -38. Jika dibandingkan dengan baku mutu Kelas III Stasiun I diperoleh total skor sebesar -16, Stasiun II diperoleh total skor sebesar -26, Stasiun III diperoleh total skor -14, Stasiun IV diperoleh total skor -26 dan daerah Stasiun V diperoleh total skor sebesar -28. Berdasarkan metode STORET dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan status mutu perairan waduk PLTA Koto Panjang dan muara Sungai Kampar kanan tergolong dalam kelas C (sedang) atau tercemar sedang dengan skor 11 s/d -30 untuk baku mutu kelas III sedangkan untuk kategori baku mutu kelas II perairan tersebut tergolong kelas D (buruk) atau tercemar berat dengan skor - 31 (Gambar 9).

32 18 Gambar 9 Nilai indeks STORET setiap stasiun di perairan waduk PLTA Koto Panjang terhadap baku mutu Kelas II dan Kelas III Kontribusi bahan pencemar pada setiap stasiun di lokasi peneletian berbedabeda dikarenakan aktivitas-aktivitas yang ada disekitar stasiun yang tidak sama. Beberapa parameter yang diukur telah mencapai batas baku mutu perairan berdasarkan PP No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Kelas II dan III. Parameter-parameter yang telah melebihi baku mutu adalah amonia, nitrit, BOD 5 dan P Total (Gambar 10). (a) (b) (c) Gambar 10 Nilai rata-rata konsentrasi parameter yang telah melebihi baku mutu air Kelas II dan Kelas III (a: amonia dan nitrit, b: BOD 5, c: P Total) Status kesuburan perairan Waduk PLTA Koto Panjang Hasil analisis parameter untuk mengetahui status trofik suatu perairan dengan menggunakan rumus perhitungan Trophic Level Index (TLI) yang dikembangkan oleh Burns et al. (2005) yang disajikan pada Tabel 8 dan kisaran

33 sebaran nilai kesuburan perairan pada setiap stasiun penelitian berdasarkan TLI disajikan pada Gambar 11. Tabel 8 Nilai TLI masing-masing parameter klorofil a, kecerahan, total fosfor dan total nitrogen Stasiun Lokasi TLI (CHL) TLI (SD) TLI (TP) TLI (TN) TLI (rata-rata) I Muara Sungai Kampar Kanan 1,9 5,7 8,9 5,3 5,4 II Muara Takus 2,8 5,9 9,1 6,7 6,1 III Desa Pongkai Istiqomah 3,5 4,4 8,9 5,5 5,6 IV Tanjung Alai 2,8 3,9 9,0 5,7 5,3 V Area Dam 2,6 4,4 8,9 6,3 5,5 Keterangan : TLI Chl = klorofil-a, TLI SD = kedalaman Secchi disk (Secchi deepht), TLI TP = total fosfat, TLI TN = total nitrogen Analisis kualitas perairan keempat parameter yang diukur pada perhitungan TLI menggambarkan dinamika kondisi suatu waduk (Pavluk & Vaate 2008). Berdasarkan nilai TLI rata-rata klorofil-a di perairan waduk PLTA Koto Panjang tergolong mesotrofik, untuk nilai TLI Secchi disk perairan ini tergolong mesotrofik, sementara itu jika dilihat dari nilai TLI total P perairan ini tergolong oligotrofik dan nilai TLI total N perairan ini tergolong ultramikrotrofik. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggabungkan seluruh parameter yang digunakan dalam perhitungan kesuburan selama penelitian tingkat trofik ini, hasil analisis menunjukkan bahwa perairan Waduk PLTA Koto Panjang seluruhnya termasuk dalam kategori supertrofik hingga hipertrofik karena nilai TLI secara keseluruhan adalah 5,3 6,1 (Gambar 11). 19 Gambar 11 Status Trofik Waduk PLTA Koto Panjang dengan metode TLI Namun jika dilihat dari nilai TLI secara rinci dapat digambarkan bahwa nilai TLI yang tertinggi berada di Stasiun II yaitu daerah Muara Takus, untuk nilai

34 20 TLI di stasiun lainnya tidak jauh berbeda, yang terendah dari stasiun lainnya berada di Stasiun IV. Pembahasan Kondisi kualitas perairan Waduk PLTA Koto Panjang merupakan salah satu waduk yang terdapat di Provinsi Riau, Waduk PLTA Koto Panjang memiliki peranan yang sangat penting untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), transportasi dan wisata di wilayah ini, namun juga dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan perikanan, transportasi, dan pertanian. Waduk ini dimanfaatkan untuk berbagai bidang usaha, seperti budidaya ikan di karamba jaring apung. Keberadaan keramba secara signifikan telah menambah volume limbah padat yang tertampung di dekat turbin yang berasal dari kegiatan keramba seperti plastik kantong bibit ikan, kantong pakan, botol-botol aqua, sampah-sampah kemasan makanan sisa dari warung-warung terapung, maupun masyarakat yang kadang berekreasi di waduk ini (Rosalina et al. 2014). Karakteristik kualitas perairan Waduk PLTA Koto Panjang dan Sungai Kampar dari tahun berfluktuasi pada parameter kekeruhan, nitrat, amonia dan fosfat, sedangkan suhu ph dan oksigen terlarut tidak berfluktuasi (PT. PLN Pekanbaru ). Hasil pengamatan parameter fisik, kimiawi perairan di kelima stasiun penelitian bervariasi bedasarkan kondisi cuaca pada saat pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian parameter kualitas perairan yang diamati selama penelitian di setiap stasiun, beberapa parameter telah melebihi baku mutu perairan berdasarkan PP No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Kelas II dan Kelas III yaitu BOD 5, amonia, nitrit dan P- total. Ini disebabkan semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas yang ada disekitar maupun didalam waduk itu sendiri secara pesat, terutama aktivitas keramba jaring apung. Berdasarkan hasil pengamatan nilai fecal Coliform masih dalam kondisi baik dan parameter lainnya seperti ph, suhu, kekeruhan, kecerahan, nitrat, fosfat, dan total N yang masih dalam ambang baku mutu. Namun ada beberapa parameter yang telah melebihi batas ambang baku mutu, ini diduga kegiatan-kegiatan yang ada di sekitar dan di perairan Waduk PLTA Koto Panjang itu sendiri sudah memberikan dampak yang negatif terhadap perairan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian parameter kualitas perairan yang telah melebihi baku mutu perairan limbah organik dan unsur hara. Konsentrasi BOD 5 yang telah melebihi baku mutu perairan, terutama yang berada pada stasiun yang memiliki KJA, Nilai BOD 5 pada penelitian sebelumnya juga melebihi baku mutu berdasarkan hasil penelitian (Siregar et al. 2011) nilai BOD 5 konsentrasi BOD 5 di Waduk PLTA Koto Panjang berkisar antara 3,2-10,2 mg/l. Stasiun yang memiliki aktivitas KJA nilai konsentrasi BOD 5 yang tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya. Ini menunjukkan bahwa bahan organik di perairan waduk PLTA Koto Panjang tinggi, terutama di stasiun yang memiliki aktivitas KJA. Menurut Tatangindatu 2013; Yudo 2010), tingginya konsentrasi BOD suatu perairan menunjukkan konsentrasi bahan organik di dalam air makin tinggi. Tingginya konsentrasi BOD menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang

35 dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi. Hal tersebut berarti bahwa dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan banyaknya makanan yang tersedia. Oleh karena itu secara tidak langsung BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam air. Konsentrasi unsur hara nitrit, amonia, dan P total juga sudah melebihi baku mutu perairan yang telah ditentukan. Tingginya konsentrasi nitrit, amonia, dan P total selama penelitian berada pada stasiun yang terdapat aktivitas KJA, serta diduga berasal dari limpahan pupuk yang berasal dari kegiatan pertanian dan perkebunan. Selain itu Konsentrasi nitrat juga termasuk dalam ketegori tinggi meskipun masih dalam batas ambang baku mutu yang ditentukan. Untuk parameter total fosfor (P-total) perairan waduk selama penelitian sudah melebihi baku mutu perairan ini disebabkan unsur fosfor berpotensi dihasilkan oleh aktivitas penduduk dan aktivitas pertanian di stasiun ini. Senada dengan Lukman (2013) bahwa kadar Total Fosfor tertinggi berasal dari sungai-sungai yang melewati permukiman penduduk dan pemanfaatan lahan yang tinggi. Menurut Goldman & Horne (1983) perairan dengan konsentrasi nitrat > 0,2 mg/l termasuk dalam kategori perairan eutrofik, sehingga dapat dikatakan bahwa perairan Waduk PLTA Koto Panjang sudah termasuk kategori eutrofik. Tingginya konsentrasi nitrat diperairan ini diakibatkan oleh aktivitas KJA yang ada diperairan tersebut yang menghasilkan sisa pakan dan sisa metabolisme berupa feses dan urin merupakan sumber bahan organik bagi perairan. Dagefu et al. (2011) menyatakan bahwa tingginya kadar nitrat disebabkan oleh tingginya unsur hara yang berasal dari adanya sisa pakan yang tidak dimakan dari kegiatan KJA. Masalah yang ditimbulkan oleh aktivitas aktivitas di waduk PLTA Koto Panjang tidak jauh berbeda dari perairan lain. Misalnya pada perairan Waduk Gajah Mungkur bahwa dari hasil penelitian terdapat beberapa parameter kualitas perairan WGM yang melampaui baku mutu air kelas dua dan tiga PP Nomor 82 tahun 2001 yaitu: TSS pada Daerah Aliran Sungai Keduang, Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, Daerah Aliran Sungai Alang Unggahan dan Daerah Aliran Sungai Temon. Oksigen terlarut pada semua area perairan yang diteliti yang telah melebihi baku mutu, BOD pada semua area perairan yang diteliti. COD pada hampir semua wilayah perairan WGM yang diteliti, kecuali tengah waduk dan lokasi 100 m dari Daerah Aliran Sungai Temon, Alang dan Wiroko. NO 2 pada semua wilayah perairan yang diteliti PO 4 pada semua wilayah Waduk Gajah Mungkur kecuali lokasi di tengah-tengah waduk. Fecal Coliform pada Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, peternakan, KJA dan tengah-tengah WGM. Total Coliform pada KJA, peternakan, pertanian, DAS Bengawan Solo dan DAS Keduang (Pujiastuti et al. 2013). Guo & Zhongjie 2003; Erlania et al 2010) menyatakan bahwa kegiatan budidaya ikan dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) dapat meningkatkan bahan organik diperairan dan penurunan kualitas perairan. Pencemaran bahan organik juga terjadi di perairan Waduk Sutami bahwasanya tingkat pencemaran bahan organik yang tinggi di waduk Sutami sudah terlihat pada tahun terutama daerah bendungan yang termasuk dalam tingkat tercemar sampai tercemar berat. Tingginya tingkat pencemaran tersebut, telah menyebabkan terjadinya algae bloom di perairan Waduk Sutami 21

36 22 pada daerah bendungan pada Tahun Penelitian selanjutnya didapatkan hasil bahwa kondisi air waduk Sutami adalah sudah tercemar dalam tingkat sedang hingga parah, baik itu di lokasi hulu waduk maupun hilir waduk (Juantari et al 2013). Menurut Ling et al. (2012) limbah domestik menyebabkan kandungan oksigen dalam perairan rendah, tingginya nilai BOD Limbah domestik harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang keperairan untuk menghindari eutrofikasi pada badan air penerima. Beban pencemaran Sungai Kampar Kanan masuk perairan Waduk PLTA Koto Panjang Beban pecemaran yang masuk ke perairan Waduk PLTA Koto Panjang melalui Muara Sungai Kampar Kanan dapat berasal dari aktivitas permukiman, pertanian, dan perkebunan. Beban pencemaran di analisis melalui konsentrasi parameter (BOD 5, nitrat, ortofosfat, ammonia, total N dan P total). Nilai rata-rata beban pencemar dapat dilihat pada Tabel 7. Beban pencemaran yang masuk keperairan waduk juga ditentukan oleh besarnya debit sungai, semakin besar debit air sungai yang masuk ke waduk, maka semakin tinggi kemungkinan terjadi peningkatan konsentrasi beban pencemaran yang masuk apabila daratannya banyak menghasilkan limbah. Namun sebaliknya akan terjadi penurunan konsentrasi bahan pencemar karena pengenceran apabila daratannya relatif sedikit limbah. Waduk PLTA Koto Panjang mendapatkan aliran limbah berasal dari kegiatan masyarakat disekitar perairan Sungai Kampar Kanan. Hasil pengukuran menunjukkan beban pencemar yang paling besar masuk keperairan Waduk PLTA Koto Panjang adalah limbah organik mudah urai (BOD 5 ) yaitu kg/hari diikuti limbah hara dari total N yaitu kg/hari. Untuk P-total sebesar kg/hari sedangkan nitrat sebesar 9682 kg/hari, dan ortofosfat 2170 kg/hari. Amonia memberikan kontribusi yang tidak begitu besar. Besarnya beban pencemaran yang berasal dari BOD 5 diduga karena disepanjang aliran Sungai Kampar Kanan terdapat pemukiman penduduk, hal ini akan mengintroduksi limbah domestik masuk ke perairan sungai. Ini akan terbawa oleh aliran sungai ke perairan waduk. Beban pencemaran total N disebabkan karena aktivitas yang ada disekitar perairan Sungai Kampar Kanan, terutama dari perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet yang hampir ada sepanjang aliran sungai, dan limpasan dari daerah pertanian yang menghasilkan nitrogen organik di perairan. Aktivitas ini juga menyebabkan tingginya konsentrasi nitrat yang berasal dari perkebunan dan pertanian karena menggunakan pupuk yang masuk ke perairan. Berdasarkan hasil pengamatan beban yang keluar dari perairan Waduk PLTA Koto Panjang lebih kecil dari beban yang masuk ke perairan waduk yang terbawa aliran Sungai Kampar Kanan diduga terjadi akumulasi di perairan waduk, yang menyababkan limbah yang terbawa oleh aliran Sungai Kampar Kanan terendap di perairan waduk. Kondisi ini akan memberikan dampak terhadap kualitas perairan waduk Beban pencemaran yang keluar dari outlet perairan waduk PLTA Koto Panjang yang besar memberikan kontribusi adalah bahan organik mudah urai (BOD 5 ) sebesar kg/hari dan yang paling sedikit adalah limbah organik

37 hara yaitu ortofosfat dan amonia. Jika dipersentasikan beban yang terendap di perairan waduk yang paling banyak adalah dari limbah total N sebesar 80,6 % dan yang paling sedikit adalah amonia sebesar 15,8 %. Beban pencemaran dari total N yang terbawa aliran Sungai Kampar Kanan terendap di perairan waduk, hanya 19,4 % beban yang terbuang dari perairan waduk. Beban pencemaran BOD 5 merupakan beban yang paling besar masuk keperairan waduk, akan tetapi hanya 16,8 % yang terendap diperairan waduk, sementara sebesar 83,2 % limbah ini terbuang melalui outlet pada perairan waduk. Pada perairan yang relatif tenang (stagnant) seperti Waduk PLTA Koto Panjang, limbah organik dan limbah hara yang masuk dimungkinkan akan mengendap dan terakumulasi pada subtrat dasar perairan. Ini juga terjadi pada Danau Maninjau bedasarkan penelitian Marganove (2007) menyatakan bahwa limbah organik BOD 5 yang terendap diperairan Danau Maninjau dan menyebabkan kandungan oksigen terlarut diperairan tersebut menurun, limbah organik yang masuk dimungkinkan akan mengendap dan terakumulasi pada subtrat dasar perairan, sehingga proses dekomposisi meningkat dan menyebabkan kandungan oksigen terlarut menurun. Pada perairan DAS Waduk Riam Kanan, potensi beban pencemaran nitrogen dan fosfat di DAS Waduk Riam Kanan, terutama berasal dari limbah penduduk, ternak dan pupuk. Selain sumber tersebut nitrogen dan fosfat di DAS Waduk Riam Kanan berasal dari sedimen, jerami, atau sisa tanaman. Beban pencemaran dari pakan ikan adalah nitrogen rata-rata 480 kg/hari dan fosfat 20 kg/hari. Jumlah beban pencemaran ini tergolong sedikit karena jumlah jaring apung di Waduk Riam Kanan saat ini juga masih sedikit, yaitu 600 unit (Brahmana et al. 2010). Bahan pencemaran yang masuk ke perairan Waduk PLTA Koto Panjang secara umum berasal dari luar waduk (limbah domestik) dan dari dalam waduk (limbah KJA dan lainnya). Beban pencemaran yang dibawa oleh perairan Sungai Kampar Kanan juga akan mempengaruhi kondisi kualitas perairan Waduk PLTA Koto Panjang karena perairan Sungai Kampar Kanan bermuara ke perairan Waduk PLTA Koto Panjang. Debit sungai juga mempengaruhi besar kecilnya masukan beban pecemaran ke perairan waduk selama pengamatan. Marganof (2007) terjadinya perbedaan nilai dari beban pencemaran di masing-masing sumber pencemar tersebut dipengaruhi oleh besarnya masing-masing debit sungai yang mengalir ke perairan. Dalam hal ini, curah hujan berperan dalam mempengaruhi besarnya dampak limbah yang berasal dari aktivitas-aktivitas di sekitar perairan Sungai Kampar Kanan, hal tersebut dikarenakan dampak yang disebabkan limbah tidak hanya ditentukan dari sifat toksisitas dan volume limbah saja, melainkan juga dari konsentrasi limbah. Masukan air hujan dapat memberikan efek pengenceran terhadap limbah sehingga konsentrasinya menjadi lebih kecil dan dampak yang ditimbulkan juga menjadi relatif berkurang. Status mutu perairan Waduk PLTA Koto Panjang Hasil perhitungan STORET dapat dilihat bahwa kondisi mutu perairan setiap stasiun pengamatan secara keseluruhan termasuk dalam kategori Kelas D tergolong buruk (tercemar berat) untuk baku mutu Kelas II dan termasuk kategori Kelas C tergolong sedang (tercemar sedang) untuk baku mutu Kelas III ini 23

38 24 dikarenakan ada parameter yang sudah melebihi baku mutu perairan yang disyaratkan yaitu BOD 5, nitrit, amonia, dan P Total (Gambar 10). Tabel 9 Parameter yang telah melebihi baku mutu perairan Kelas II dan Kelas III Parameter Satuan Baku mutu Kelas II Baku mutu Kelas III Rata-rata hasil pengukuran Kisaran BOD 5 mg/l 3 6 7,13 0,8-11,8 Nitrit mg/l 0,06 0,06 0,09 0,001 0,34 Amonia mg/l 0,02 0,02 0,06 0,004 0,144 P-Total mg/l 0,2 1 1,14 0,72 1,20 Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran rata-rata parameter kualitas perairan yang ada diperairan Waduk PLTA Koto Panjang selama penelitian telah melebihi baku mutu yang telah disyaratkan berdasarkan baku mutu Kelas II dan Kelas III. Parameter yang sudah melebihi batas ambang baku mutu Kelas II dan Kelas III adalah amonia, konsentrasi amonia yang paling tinggi selama pengamatan terdapat pada terdapat ada kontribusi pencemar pada setiap stasiun di perairan ini diduga berasal dari aktivitas-aktivitas yang ada di sekitar perairan. Untuk parameter BOD 5 pada Stasiun IV dan Stasiun V yang telah melebihi baku mutu Kelas II dan Kelas III ini diduga karena tingginya bahan organik di stasiun ini karena merupakan daerah KJA yang terbanyak dari stasiun yang lainnya terutama pada Stasiun V. Stasiun I, II dan III telah melebihi baku mutu air kelas II saja karena aktivitas yang ada pada stasiun hanya berasal dari limbah pertanian dan pemukiman penduduk. Hardiyanto et al. (2012) tingginya bahan organik pada perairan waduk diperoleh dari buangan limbah pertanian, perumahan, industri dan sisa pakan dari KJA. Konsentrasi total fosfor pada setiap stasiun penelitian telah melebihi baku mutu air Kelas II dan pada Stasiun II telah melebihi baku mutu air Kelas II dan III ini menunjukkan bahwa kontribusi pencemar terlihat jelas bahwa kondisi tersebut merupakan efek dari aktivitas yang memicu tingginya total fosfor di perairan terutama stasiun yang keberadaan KJAnya yang banyak dari pada di stasiun lainnya. Aktivitas-aktivitas yang ada di sekitar perairan Sungai Kampar Kanan hingga ke perairan waduk PLTA Koto Panjang yaitu perkebunan, pertanian, pemukiman penduduk, warung-warung yang ada disekitar perairan yang akan menghasilkan limbah domestik. Meskipun hasil perhitungan nilai STORET tercemar sedang hingga tercemar berat jika dibandingkan dengan baku mutu Kelas II dan Kelas III dan tetapi ada beberapa parameter yang masih memenuhi baku mutu perairan yang disyaratkan yang sesuai dengan peruntukannya. Berdasarkan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan Haryanto et al (2014) di perairan Waduk PLTA Koto panjang, perairan waduk tergolong pada perairan yang tercemar ringan hingga tercemar sedang. Dengan parameter yang digunakan dalam perhitungan nilai STORET hanyalah parameter suhu, DO, ph dan P total. Hasil penelitian menunjukkan dari perhitungan Indeks STORET, di area Dam site tergolong pada tercemar sedang. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya ini menunjukkan bahwa waduk PLTA Koto Panjang telah mengalami

39 perubahan status mutu perairan dari status mutu baik (tercemar ringan) hingga sedang (tercemar sedang) menjadi status mutu sedang hingga status mutunya buruk (tercemar berat). Status mutu perairan waduk PLTA Koto Panjang sudah meningkat menjadi tercemar sedang hingga tercemar berat jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. 25 Status kesuburan perairan Waduk PLTA Koto Panjang Status trofik merupakan indikator tingkat kesuburan suatu perairan yang dapat diukur dari unsur hara (nutrien) dan tingkat kecerahan serta aktivitas biologi lainnnya yang terjadi di suatu badan air (Shaw et al. 2004). Kondisi kualitas perairan waduk di klasifikasikan berdasarkan kesuburan atau eutrofikasi yang disebabkan adanya peningkatan kadar unsur hara dalam air. Penentu eutrofikasi adalah unsur Fosfor dan Nitrogen. Eutrofikasi terutama dipengaruhi oleh pengaturan fisik dari badan air dan dapat dipengaruhi oleh proses alam dan antropogenik di DAS sekitarnya. Kegiatan manusia dapat mempercepat proses dengan meningkatkan tingkat nutrien dan zat organik ynag memasuki lingkungan DAS. Pembuangan limbah, pertanian dan perkotaan limpasan, dan erosi dapat meningkatkan aliran nutrisi dan zat organik di waduk (Texas Commission on Environmental Quality 2011). Perhitungan TLI untuk menentukan status kesuburan didasarkan pada perhitungan dengan cara menggabungkan seluruh empat parameter yang digunakan yaitu kecerahan, total nitrogen, total fosfat, dan klorofil-a. Nilai yang dihasilkan TLI ini berkisar antara < 1 sampai > 6. Semakin besar nilai TLI yang diperoleh mengindikasikan kondisi kualitas perairan waduk semakin jelek, atau sebaliknya (Radiarta & Sophia 2012). Berdasarkan Tabel 8 hasil dari penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kondisi perairan waduk sudah terjadi peningkatan yaitu status trofik Waduk PLTA Koto Panjang sudah mencapai tingkat supertrofik (perairan yang subur) hingga hipereutrofik (perairan yang sangat subur), dimana status ini menunjukan bahwa air waduk menuju status tercemar berat oleh peningkatan kadar nitrogen dan fosfat. Menurut Kagalou et al. (2007), status kesuburan eutrofik dapat menggambarkan tingkat dari dampak aktivitas manusia pada suatu danau atau waduk. Diduga aktivitas-aktivitas yang ada diperairan waduk telah memberikan dampak terhadap kondisi kualitas perairan, terutama pada peningkatan unsur hara. Ini terlihat dari perhitungan TLI secara keseluruhan. Tabel 10 Status kesuburan di perairan waduk PLTA Koto Panjang Tahun Status kesuburan Sumber 2007 Oligotrofik hingga eutrofik Rahman (2010) 2013 Eutrofik menuju hipereutrofik Haryanto et al. (2014) 2015 Supertrofik hingga hipertrofik Penelitian ini Kondisi perairan yang sudah mengalami tingkat trofik yang eutrofik akibat adanya aktivitas-aktivitas juga terjadi di Danau batur berdasarkan peneltian Radiarta & Sophia (2012) di Danau Batur, berdasarkan penelitian tingkat

40 26 kesuburan menunjukkan bahwa Danau Batur sudah tergolong eutrofik dengan indeks berkisar antara 4,2 5,0. Kategori eutrofik ini diakibatkan karena adanya aktifitas yang yang cukup tinggi seperti daerah pemukiman, perhotelan, pertanian, dan KJA. Berdasarkan hasil penelitian Rahman (2010) yang juga melakukan penelitian yang sama bahwa perairan Waduk PLTA Koto Panjang berdasarkan parameter kandungan klorofil-a berstatus eutrof, kecerahan berstatus eutrof, ph berstatus eutrof, nitrat berstatus mesotrof, dan ortofosfat berstatus eutrof. Jika monitoring tidak dilakukan dengan baik, maka dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh rendahnya kondisi kualitas perairan yang akan berakibat buruk bagi perkembangan aktivitas budidaya ikan. Waduk PLTA Koto Panjang pada kondisi seperti ini sangat diperlukan monitoring secara berkelanjutan guna mendukung kondisi perairan waduk agar tetap terjaga mengingat banyaknya manfaat dari perairan ini. Dapat disimpulkan bahwa perairan Waduk PLTA Koto Panjang jika dihubungkan dengan kondisi kualitas perairan mengindikasikan kondisi perairan waduk yang jelek. 4 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Beban pencemaran yang paling besar masuk ke perairan Waduk PLTA Koto Panjang adalah limbah organik BOD 5, sedangkan untuk persentase beban terendap yang paling banyak berasal dari beban pencemaran total N sebesar 80,6 % dan yang keluar sebesar 19,4 %. Kondisi ini menujukkan terjadi akumulasi beban pencemaran yang terbawa aliran Sungai Kampar Kanan di perairan waduk PLTA Koto Panjang terutama beban pencemaran total N yang berasal dari aktivitas-aktivitas perkebunan yang ada di sepanjang aliran Sungai Kampar Kanan. 2. Kondisi status perairan Waduk PLTA Koto Panjang termasuk kategori status mutu sedang (tercemar sedang) hingga status mutu buruk (tercemar berat), Status kesuburan termasuk supertrofik disemua lokasi penelitian hingga hipertrofik pada daerah inlet. Saran 1. Perlu dilakukannya pengurangan jumlah unit KJA yang beroperasi saat ini khususnya didaerah Dam site agar tidak terjadi peningkatan unsur hara. 2. Agar petani keramba dapat mengontrol pola pemberian pakan budidaya, agar jumlah bahan organik yang terurai dalam perairan tidak semakin tinggi. 3. Perlu juga dilakukan monitoring kandungan limbah organik hara untuk mengevaluasi kandungan limbah organik hara yang masuk keperairan Waduk yang berasal dari Sungai Kampar Kanan.

41 27 DAFTAR PUSTAKA Aisyah S Pengaruh Variasi Iklim Terhadap Konsentrasi Senyawa Nitrogen di Wilayah Karamba Jaring Apung, Waduk Cirata, Jawa Barat. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan MLI I, Cibinong 3 Desember Hal Alaerts, G and S.S. Santika Metode Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional Surabaya [APHA]American Public Health Association Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater. 19 th Edition. American Public HealthAssosiation/American Water Work Association-Water Enviroment Federation Washington. DC.(US): 1100 pp. An KG, Seok SP Indirect Influence Of The Summer Monsoon On Chlorophyll-A Total Phosphorus Models In Reservoirs: A Case Study. Ecological Modelling 152, [BLH] Badan Lingkungan Hidup Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Kampar Kanan Provinsi Riau. 250 hal. Brahmana SS, Yani S,Firdaus A Kualitas Air Dan Eutrofikasi Waduk Riam Kanan Di Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Nasional Limnologi V. Burns N, McIntosh J, Scholes P Strategies for Managing the Lakes of the Rotura District, New Zealand. J Lake and Reservoir Management. Vol 21. No 1. Hal Boyd CE, Lichkopper, Water Quality Managemen in Pont Fish culture. Aubum Univercity Agricultural Experimental Station. Alabama. Dagefu F, Mangestu S and Schgeri M Influence of fish cage farming on water quality and plaknton in fish pond: Acase study in the Rift Valley and north Shoa Reservoirs, Ethiopia. Aquaculture. Vol 316. Page Davis ML, Cornwell DA Introduction to Environmental Engeering. Second Edition. New York. 822 p. Effendi H Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumberdaya dan Ligkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal. Erlania, Rusmaedi AB. Prasetio J. Haryadi Dampak Manajemen Pakan dari Kegiatan Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Keramba Jaring Apung terhadap Kualitas Perairan Danau Maninjau. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Fardiaz S Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta. Guo L, Zhongjie L Effects of Nitrogen and Phosphorus from Fish CageCulture on the Communities of a Shallow Lake in Middle Yangtze River basin of China. Aquaculture 226: Hardiyanto R, Henhen S, Rusky IP Kajian Produktivitas Primer Fitoplankton di Waduk Saguling, Desa Bongas Dalam Kaitannya Dengan Kegiatan Perikanan. J Perikanan dan Kelautan. 3 (4): Haryanto H, Thamrin, Sukendi Status Trofik Dan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Limbah Budidaya Ikan KJA Di Waduk Koto Panjang. J Ilmu lingkungan. 8 (2):

42 28 Hatta M Hubungan Antara Produktivitas Primer Fitoplankton Dengan Unsur Hara Pada Kedalaman Secchi Di Perairan Waduk PLTA Koto Panjang, Riau [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Irsanda PGR, Karnaningroem N, Bambang D Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Kali Pelayaran Kabupaten Sidoarjo Dengan Metode Qual2kw. J Teknik Pomits. Vol 3. No 1. Hal Jorgensen SE Lake Management, Water Development, Supply and Management, Developments in Hydrology. Vol 14. Pergamon Press, Oxford, UK. 167 p. Juantari GY, Rini WS, Donny H Status Trofik Dan Dayatampung Beban Pencemaran Waduk Sutami. J Teknik Pengairan Vol 4. No 1. Hal Kagalou I, Papastergiadou E, Leonardos I Long Term Changes in the Eutrophication Process in a Shallow Mediterranian Lake Ecosystem of W. Greece: Response After the Reduction of External Load. J of Environment Management. 87: [KLH]Kementerian Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Jakarta. [KLH] Kementerian Lingkungan Hidup No Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan /atau Waduk. Ling TY, Dana MY, Bostam S, Nyanti L Domestic Wastewater Quality and Pollutan Loadings from Urban Housing Areas. J of Energy and Environment. Vol 3. No 2. Hal Lukman Danau Toba : Karakteristik Limnologi dan Mitigasi Ancaman Lingkungan dari Pengembangan Keramba Jaring Apung. Jakarta (ID): LIPI Press. Makmur M, Haryoto K, Setyo SM, Djarot SW Pengaruh Limbah Organik dan Rasio N/P terhadap Kelimpahan Fitoplankton di Kawasan Budidaya Kerang Hijau Cilincing. J of Waste Management Technology. Vol 15. No 2. Hal Marganof Model Pengendalian Pencemaran Perairan di Danau Maninjau Sumatra Barat. [Disertasi]. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nur M Evaluasi Pengelolaan Waduk PLTA Koto Panjang sebagai Upaya Pelestarian Fungsi Waduk yang Berkelanjutan. [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Patty SI Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen Terlarut di perairan Kema, Sulaswesi Utara. J Ilmiah Platax. Vol 1. No 3. Pavluk T, Vaate A Trophic index and efficiency. Ecological Indicators. J Elsevier. 3,602-3,608. [PLN] Perusahaan Listrik Negara Pikitring Sumatera Barat dan Riau Pemantauan Pelaksana Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) PLTA Koto Panjang. [PLN] Perusahaan Listrik Negara Pikitring Sumatera Barat dan Riau Pemantauan Pelaksana Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan

43 Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) PLTA Koto Panjang tahun [PP] Peraturan Pemerintah No 82 Tahun Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pujiastuti P, Bagus I, Pranoto Kualitas dan Beban Pencemaran Perairan Waduk Gajah Mungkur. J Ekosains. Vol V. No. I. Hal uv Radiarta IN, Sophia LS Model Spasial Tingkat Kesuburan Perairan Di Danau Batur Kabupaten Bangli Provinsi Bali dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis. J Ris Akuakultur. Vol 7. No 3. Hal Rahman A Penentuan Status Trofik Waduk PLTA Koto Panjang Propinsi Riau Berdasarkan Kandungan Klorofil-A Dan Beberapa Parameter Lingkungan. [Skripsi]. Departemen Manejemen Sumberdaya Perairan. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan institut pertanian bogor. Rosalina H, Sujianto, Sofyan HS Strategi Pengembangan Ekowisata di Kawasan Waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang Kabupaten Kampar. J Dinamika Lingkungan. Vol 1. No. 2. Hal Sahabuddin H, Harisuseno D, Yuliani E Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendar. J Teknik Pengairan.Vol 5. No 1. Hal Sedana IP, Saberina H dan Syafriadiman Pengelolaan Kualitas Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru, 50 hal (tidak diterbitkan). Shaw B, C Mechenich, L Klessig Understanding lake data. 20 p. Documents/G3582.pdf. Diunduh pada tanggal 31 Maret 2015 pukul WIB. Siagian M Jenis Dan Keanekaragaman Fitoplankton Di Waduk PLTA Koto Panjang, Kampar, Riau. J Bumi Lestari. Vol 12 No. 1. Hal Siregar SI, Usman, dan P. Nasution Studi Kualitas Air Untuk Kesehatan Ikan Dalam Budidaya Perikanan Pada Aliran Sungai Kampar Kiri. J Perikanan dan Kelautan. Vol 16. Hal Sosrodarsono S, Takeda K Hidrologiuntuk Pengairan.Jakarta :PT. Pradnya Paramita. Sumiarsih E Dampak Limbah Kegiatan Keramba Jaring Apung (KJA) terhadap Karakteristik Biologis Ikan Endemik di Sekitar KJA Waduk Koto Panjang, Riau. [Disertasi]. Program Pascasarjana. Universitas Padjajaran. Bandung. Suriawiria U Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Penertbit Alumni. Bandung. Susana T Tingkat Keasaman (ph) dan Oksigen Terlarut Sebagai Indikator Kualitas Perairan Muara Sungai Cisadane. J Teknologi Lingkungan. Vol 5. Hal 2. Tafangeyasha C, T. Dzinomwa Land use Impacts on River Water Quality in Lowveld Sand River Systems in South-East Zimbabwe. Land Use and Water Resources Research 5 :

44 30 Tatangindatu F, Ockstan K, Robert R Study on water physical-chemical parameters around fish culture areas in Lake Tondano, Paleloan Village, Minahasa Regency. J Budidaya Perairan. Vol. 1 No. 2. Hal Texas Commission on Environmental Quality Trophic Classification of Texas Reservoirs 2010 Texas Water Quality Inventory and 303(d). Page 1 of 18. Tilaar S Analisis Pencemaran Logam Berat di Muara Sungai Tondano dan Muara Sungai Sario Manado Sulawesi Utara. J Ilmiah Platax. Vol 2 No.1. Hal Vidovic MM, Marko NR, Marija UV, Ivana ST, Sanja ZJ Assessment of the Trophic Status by Monitoring of Reservoir s Water Quality. J Water Resource and Protection. Vol 7. Hal Widiyati A Rancang Bangun Model Pengelolaan Waduk Berkelanjutan Berbasis Perikanan Budidaya Keramba Jaring Apung Kasus Waduk Cirata. Jawa Barat. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yudo S Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta Ditinjau dari Parameter Organik, Amoniak, Fosfat, Deterjen dan Bakteri Coli. J Air Indonesia. 6(1) : 34-4 Zapata AA, Rivera RC, & Donato RJ Dynamics of Photosynthetic Pigments in an Andean Lake in Colombia. J of Lakes & Reservoirs. Vol 11. Hal Zulfia N, Aisyah Status Trofik Perairan Rawa Pening Ditinjau Dari Kandungan Unsur Hara (No 3 dan Po 4 ) serta klorofil-a. J BAWAL. Vol 5. No 3. Hal

45 LAMPIRAN 31

46 32 Lampiran 1 Stasiun penelitian Muara Sungai Kampar Kanan (Stasiun I) Muara Takus (Stasiun II) Desa Pongkai Istiqomah (Stasiun III) Tanjung Alai (Bawah jembatan) (Stasiun IV) AreaDam (Stasiun V)

47 33 Lampiran 2 Penentuan status mutu lingkungan perairan Waduk PLTA Koto Panjang menggunakan metode STORET Hasil Pengukuran Parameter Baku mtu air Kelas II Suhu ( C) dev 3 Stasiun I Stasiun II Maks Rerata Min Skor Maks Rerata Min Skor 27 26, Kekeruhan (FTU) t.a ,0 4, ,45 21,87 4,62 0 Kecerahan (m) t.a 0,99 0,7 0,25 0 0,6 0,51 0,36 0 ph (6-9) DO (mg/l) 4 5,80 5,1 4,00 0 6,40 7,2 5,60 0 Nitrat (mg/l) 10 0,941 0,4 0, ,8 1,47 0,20 0 Ammonia (mg/l) <0,02 0,066 0,04 0, ,063 0,05 0,29-10 Nitrit (mg/l) 0,06 0,20 0,1 0, ,344 0,15 0,04-8 Ortofosfat (mg/l) 0,2 0,129 0,121 0, ,149 0,138 0,126 0 Total N (mg/l) t.a 3,40 1,6 0, ,49 5,01 0,96 0 P - Total (mg/l) 0,2 0,99 0,9 0, ,14 1,06 0,97-10 BOD 5 (mg/l) 3 6,00 3,9 0,80-8 8,80 6,32 4,40-10 Fecal Coliform (MPN/100 ml) ,0 5,7 7,0 0 3,0 3,0 3,0 0 Total Kategori Berat Berat Lanjutan Parameter Baku mtu air kelas II Maks Hasil Pengukuran Stasiun III Stasiun IV Stasiun V Maks Maks Rerata Min Skor Rerata Min Skor Rerata Min Skor Suhu ( C) dev , Kekeruhan (FTU) t.a 4,9 4,22 2,9 0 4,54 3,18 2,09 0 3,71 3,31 2,68 0 Kecerahan (m) t.a 2,48 1,9 1,08 0 2,86 2,66 2,54 0 2,11 1,75 1,42 0 ph (6-9) , ,3 5 0 DO (mg/l) 4 8,00 7,2 6,72 0 7,20 5,8 6,40 0 6,70 6,2 6,00 0 Nitrat (mg/l) 10 0,628 0,326 0, ,665 0,345 0,17 0 0,868 0,554 0,185 0 Ammonia (mg/l) <0,02 0,083 0,06 0, ,060 0,06 0, ,144 0,09 0, Nitrit (mg/l) 0,06 0,13 0,06 0,01-2 0,15 0,08 0, ,15 0,09 0,04-8 Ortofosfat (mg/l) 0,2 0,131 0,117 0, ,137 0,131 0, ,157 0,121 0,095 0 Total N (mg/l) t.a 2,54 0,38 0,46 0 2,59 1,43 0, ,31 2,24 3,31 0 P - Total (mg/l) 0,2 1,00 0,89 0, ,05 1,00 0, ,20 0,92 0,72-10 BOD5 (mg/l) 3 11,60 5,7 5, ,80 8,76 5, ,20 8,49 6,50-10 Fecal Coliform (MPN/100 ml) ,0 5,7 3,0 0 23,0 12,3 3,0 0 23,0 16,3 11,0 0 Total Kategori Berat Berat Berat

48 34 Lampiran 3 Skoring fisika kimia air metode STORET perairan waduk PLTA Koto Panjang dengan baku mutu Kelas II dan Kelas III Kelas II Kelas III Stasiun Lokasi Skor Kualitas Air Skor Kualitas Air I Muara Sungai Kampar Kanan -34 Tercemar berat -16 Tercemar sedang II Muara Takus -38 Tercemar berat -26 Tercemar sedang III Desa Pongkai -32 Tercemar berat -14 Tercemar sedang IV Tanjung Alai -38 Tercemar berat -26 Tercemar sedang V Area Dam -38 Tercemar berat -28 Tercemar sedang Lampiran 4 Rata-rata curah hujan di Kecamatan XIII Koto Kampar Curah Hujan (mm) ,5 285, , ,9 220,8 365,

49 35 Lampiran 5 Rata-rata nilai outflow Waduk PLTA Koto Panjang Nilai Outflow (m³/det)

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang aliran Sungai Cihideung dari hulu Gunung Salak Dua dimulai dari Desa Situ Daun hingga di sekitar Kampus IPB Darmaga.

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983) 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waduk Waduk merupakan badan air tergenang yang dibuat dengan cara membendung sungai, umumnya berbentuk memanjang mengikuti bentuk dasar sungai sebelum dijadikan waduk. Terdapat

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Umar Ode Hasani Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO Email : umarodehasani@gmail.com Ecogreen Vol. 2 No. 2, Oktober

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2011 di kawasan KJA Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat (Lampiran

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi 17 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan contoh air dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2012. Lokasi penelitian di Way Perigi, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN AIR DANAU DAN/ATAU WADUK

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN AIR DANAU DAN/ATAU WADUK SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN AIR DANAU DAN/ATAU WADUK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata 11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Waduk Cirata, Jawa Barat pada koordinat 107 o 14 15-107 o 22 03 LS dan 06 o 41 30-06 o 48 07 BT. Lokasi pengambilan sampel

Lebih terperinci

The Vertical Profile of Nitrate in the Lacustrine and Transition Zone Koto Panjang Reservoir Kampar District Riau Province ABSTRACT

The Vertical Profile of Nitrate in the Lacustrine and Transition Zone Koto Panjang Reservoir Kampar District Riau Province ABSTRACT 1 The Vertical Profile of Nitrate in the Lacustrine and Transition Zone Koto Panjang Reservoir Kampar District Riau Province Simon D. Sihotang 1, Asmika H. Simarmata 2, Clemens Sihotang 2 ABSTRACT This

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh: BETZY VICTOR TELAUMBANUA 090302053 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan Waduk Koto Panjang 4.1.1. Suhu air Suhu air perairan pada setiap stasiun, kedalaman, dan waktu pengamatan berkisar antara 25,0 32,7 o C, pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2005 - Agustus 2006 dengan lokasi penelitian di Pelabuhan Sunda Kelapa, DKI Jakarta. Pengambilan contoh air dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03LU '6.72 BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km. 8 menyebabkan kematian biota tersebut. Selain itu, keberadaan predator juga menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi hilangnya atau menurunnya jumlah makrozoobentos. 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH Rezha Setyawan 1, Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah, MT 2, dan Hafiizh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan dan berbentuk pelebaran alur atau badan atau palung sungai (PerMen LH No 28 Tahun 2009). Waduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

Profil Vertikal Fosfat di Waduk Bandar Kayangan Lembah Sari Kelurahan Lembah Sari Kabupaten Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.

Profil Vertikal Fosfat di Waduk Bandar Kayangan Lembah Sari Kelurahan Lembah Sari Kabupaten Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Profil Vertikal Fosfat di Waduk Bandar Kayangan Lembah Sari Kelurahan Lembah Sari Kabupaten Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru By: Nursaida Sitompul 1, Asmika Harnalin Simarmata 2, Madju Siagian 2 Abstract

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 11 3. METODE PENELITIAN 3. 1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat. Danau Lido berada pada koordinat 106 48 26-106 48 50 BT dan 6 44 30-6 44 58 LS (Gambar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh

Lebih terperinci

Abstract. Keywords: Koto Panjang reservoir, phosphate, lacustrine and transition

Abstract. Keywords: Koto Panjang reservoir, phosphate, lacustrine and transition 1 Vertical profiles of phosphate in the lacustrine and transition zones in the Koto Panjang Reservoir, XIII Koto Kampar Districts, Kampar Regency, Riau Province. By Sistim Wehalo 1), Asmika H. Simarmata

Lebih terperinci

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh. PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (214), Hal. 99-15 ISSN : 2337-824 Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh. Ishak

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR PADA SENTRAL OUTLET TAMBAK UDANG SISTEM TERPADU TULANG BAWANG, LAMPUNG

ANALISIS KUALITAS AIR PADA SENTRAL OUTLET TAMBAK UDANG SISTEM TERPADU TULANG BAWANG, LAMPUNG ANALISIS KUALITAS AIR PADA SENTRAL OUTLET TAMBAK UDANG SISTEM TERPADU TULANG BAWANG, LAMPUNG RYAN KUSUMO ADI WIBOWO SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON OLEH : CAROLUS NIRAHUA NRP : 000 PROGRAM PASCASARJANA BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MANAJEMEN

Lebih terperinci

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI This research was conducted to find out the impact of agricultural

Lebih terperinci

KAJIAN STATUS KUALITAS AIR SUNGAI RIAM KANAN Studi Kasus Sungai Riam Kanan Di Desa Awang Bangkal Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar

KAJIAN STATUS KUALITAS AIR SUNGAI RIAM KANAN Studi Kasus Sungai Riam Kanan Di Desa Awang Bangkal Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar EnviroScienteae 7 (2011) 88-92 ISSN 1978-8096 KAJIAN STATUS KUALITAS AIR SUNGAI RIAM KANAN Studi Kasus Sungai Riam Kanan Di Desa Awang Bangkal Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Lestari Fatria Wahyuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities. Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities Dedy Muharwin Lubis, Nur El Fajri 2, Eni Sumiarsih 2 Email : dedymuh_lubis@yahoo.com This study was

Lebih terperinci

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen Sumber DO di perairan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen Sumber DO di perairan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen) 2.1.1. Sumber DO di perairan Oksigen terlarut (DO) adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut di dalam air (Wetzel 2001). DO dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi Umum Waduk Cirata Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari kaskade tiga waduk Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Waduk Cirata terletak diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara maritim karena sebagian besar wilayahnya didominasi oleh perairan. Perairan ini meliputi perairan laut, payau, maupun perairan

Lebih terperinci

STATUS KUALITAS AIR SUNGAI SEKITAR KAWASAN PENAMBANGAN PASIR DI SUNGAI BATANG ALAI DESA WAWAI KALIMANTAN SELATAN

STATUS KUALITAS AIR SUNGAI SEKITAR KAWASAN PENAMBANGAN PASIR DI SUNGAI BATANG ALAI DESA WAWAI KALIMANTAN SELATAN EnviroScienteae Vol. 12 No. 1, April 2016 Halaman 1-6 p-issn 1978-8096 e-issn 2302-3708 STATUS KUALITAS AIR SUNGAI SEKITAR KAWASAN PENAMBANGAN PASIR DI SUNGAI BATANG ALAI DESA WAWAI KALIMANTAN SELATAN

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Situ IPB yang terletak di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor. Situ IPB secara geografis terletak pada koordinat 106 0 34-106 0 44 BT dan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2014. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian terdiri dari peninjauan lokasi penelitian pada

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 pada beberapa lokasi di hilir Sungai Padang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP Lutfi Noorghany Permadi luthfinoorghany@gmail.com M. Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The

Lebih terperinci

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR R Rodlyan Ghufrona, Deviyanti, dan Syampadzi Nurroh Fakultas Kehutanan - Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Situ

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Carrying Capacity) DANAU SIAIS TERHADAP KEGIATAN KERAMBA JARING APUNG TESIS OLEH IMELDA SARI HARAHAP /PSL

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Carrying Capacity) DANAU SIAIS TERHADAP KEGIATAN KERAMBA JARING APUNG TESIS OLEH IMELDA SARI HARAHAP /PSL DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Carrying Capacity) DANAU SIAIS TERHADAP KEGIATAN KERAMBA JARING APUNG TESIS OLEH IMELDA SARI HARAHAP 117004011/PSL SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 DAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003).

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003). PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan sebagai hajat hidup orang banyak. Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk kehidupannya sehingga sumberdaya air perlu dilindungi

Lebih terperinci

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1) LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Hasil rata-rata pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Way Perigi Parameter Satuan Baku Mutu Kelas I 1) Baku Mutu Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Kelas III 2) Stasiun 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 A. PEMANTAUAN KUALITAS AIR DANAU LIMBOTO Pemantauan kualitas air ditujukan untuk mengetahui pengaruh kegiatan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang 16 PENDAHULUAN Latar Belakang Rawa sebagai salah satu habitat air tawar yang memiliki fungsi yang sangat penting diantaranya sebagai pemancingan, peternakan, dan pertanian. Melihat fungsi dan peranan rawa

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

The Vertical Profile Of Nitrate and Orthophosphate in Pinang Luar Oxbow Lake Buluh China Village Siak Hulu Sub District Kampar District Riau Province

The Vertical Profile Of Nitrate and Orthophosphate in Pinang Luar Oxbow Lake Buluh China Village Siak Hulu Sub District Kampar District Riau Province 1 The Vertical Profile Of Nitrate and Orthophosphate in Pinang Luar Oxbow Lake Buluh China Village Siak Hulu Sub District Kampar District Riau Province By : Cristy A D Sinurat 1, Madju Siagian 2, Asmika

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Lebih terperinci

Abstract

Abstract 1 Dissolved Oxygen Concentration From the Water around the Floating Cage Fish Culture Area and from the Area with No Cage, in the DAM site of the Koto Panjang Reservoir By Nia Anggraini 1), Asmika H. Simarmata

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS DAN KLASIFIKASI MUTU AIR TUKAD YEH POH DENGAN METODE STORET

ANALISIS KUALITAS DAN KLASIFIKASI MUTU AIR TUKAD YEH POH DENGAN METODE STORET ANALISIS KUALITAS DAN KLASIFIKASI MUTU AIR TUKAD YEH POH DENGAN METODE STORET SKRIPSI Oleh: KADEK ARI ESTA 1108105032 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2009 berlokasi di Danau Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Danau Lido berada pada koordinat 106 0 48

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Maksud dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh berkembangnya aktivitas kolam jaring apung di Waduk Cirata terhadap kualitas air Waduk Cirata. IV.1 KERANGKA PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009- Juli 2010 di Danau Lut Tawar. Metode yang digunakan dalam penentuan stasiun adalah dengan metode Purposive

Lebih terperinci

ANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI

ANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI Sahabuddin, dkk., Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari 19 ANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI Hartina Sahabuddin

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian METODOLOGI. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari tahapan, yakni dilaksanakan pada bulan Agustus 0 untuk survey data awal dan pada bulan FebruariMaret 0 pengambilan data lapangan dan

Lebih terperinci

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen pokok dan mendasar dalam memenuhi kebutuhan seluruh makhluk hidup di bumi. Menurut Indarto (2012) : Air adalah substansi yang paling melimpah

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH Doso Sarwanto 1) dan Eko Hendarto 2) ABSTRAK Produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas air yang dikonsumsinya.

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISIS DATA PARAMETER FISIKA KIMIA AIR DI SUNGAI KAMPAR KANAN, PROPINSI RIAU MENGGUNAKAN WATER QUALITY INDEX

TEKNIK ANALISIS DATA PARAMETER FISIKA KIMIA AIR DI SUNGAI KAMPAR KANAN, PROPINSI RIAU MENGGUNAKAN WATER QUALITY INDEX Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA Volume 15 Nomor 1 Juni 2017 p-issn: 1693-7961 e-issn: 2541-2450 TEKNIK ANALISIS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir Kalimantan Barat Parameter oseanografi sangat berperan penting dalam kajian distribusi kontaminan yang masuk ke laut karena komponen fisik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Waduk Cirata dengan tahap. Penelitian Tahap I merupakan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHLUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHLUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHLUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan paling mendasar untuk menunjang suatu kehidupan. Sifat-sifat air menjadikannya sebagai suatu unsur yang paling penting bagi makhluk hidup. Manusia

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Lebih terperinci

INDUSTRI LISTRIK PLTA KOTOPANJANG Vs PERMASALAHAN LINGKUNGAN

INDUSTRI LISTRIK PLTA KOTOPANJANG Vs PERMASALAHAN LINGKUNGAN INDUSTRI LISTRIK PLTA KOTOPANJANG Vs PERMASALAHAN LINGKUNGAN Aras Mulyadi *) Abstract: Power plant PLTA Koto Panjang that was built in 1997 is one of energy resources that has great benefit to Riau. For

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River)

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River) 87 STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River) Infa Minggawati dan Lukas Fakultas Perikanan Universitas Kristen

Lebih terperinci

KAJIAN MUTU AIR DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN PADA SUNGAI KRENGSENG, KOTA SEMARANG

KAJIAN MUTU AIR DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN PADA SUNGAI KRENGSENG, KOTA SEMARANG KAJIAN MUTU AIR DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN PADA SUNGAI KRENGSENG, KOTA SEMARANG Dody Azhar Mutawakkil Manjo, Sudarno, Irawan Wisnu Wardhana*) ABSTRAK Sungai melewati wilayah Kecamatan Banyumanik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapannya sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan

Lebih terperinci

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015)

Tersedia online di:  Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015) PENENTUAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN BOD DAN FECAL COLIFORM SUNGAI DENGAN METODE QUAL2E (Studi Kasus: Sungai Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta) Rama Paundra Aristiawan *), Syafrudin **), Winardi Dwi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009. Lokasi penelitian berada di wilayah DAS Cisadane segmen Hulu, meliputi

Lebih terperinci

STATUS TROFIK PERAIRAN RAWA PENING KABUPATEN SEMARANG. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna memperoleh gelar Sarjana Sains

STATUS TROFIK PERAIRAN RAWA PENING KABUPATEN SEMARANG. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna memperoleh gelar Sarjana Sains STATUS TROFIK PERAIRAN RAWA PENING KABUPATEN SEMARANG Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Disusun oleh: PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Waduk didefinisikan sebagai perairan menggenang atau badan air yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Waduk didefinisikan sebagai perairan menggenang atau badan air yang memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waduk Waduk didefinisikan sebagai perairan menggenang atau badan air yang memiliki ceruk, saluran masuk (inlet), saluran pengeluaran (outlet) dan berhubungan langsung dengan sungai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM HBNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERHAN PADA PERAIRAN TELK AMBON DALAM PENDAHLAN Perkembangan pembangunan yang semakin pesat mengakibatkan kondisi Teluk Ambon, khususnya Teluk Ambon Dalam (TAD)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR KEMANG, KOTA BOGOR DAN PENGARUHNYA PADA SUNGAI CILIWUNG. Oleh : Muhammad Reza Cordova C

KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR KEMANG, KOTA BOGOR DAN PENGARUHNYA PADA SUNGAI CILIWUNG. Oleh : Muhammad Reza Cordova C KAJIAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PERUMNAS BANTAR KEMANG, KOTA BOGOR DAN PENGARUHNYA PADA SUNGAI CILIWUNG Oleh : Muhammad Reza Cordova C24104056 DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Situ Gede. Situ Gede terletak di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor-Darmaga, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat,

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan perikanan keramba jaring apung (KJA) di Waduk Ir. H. Juanda Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (Gambar 4). Kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Status Mutu Air Sungai adalah salah satu dari sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga pemanfaatan air di hulu akan menghilangkan peluang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian LAMPIRAN 55 56 Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian Kegiatan Alat Bahan Pengambilan contoh Alat aerasi hipolimnion Generator System GPS Van Dorn water sampler Tali berskala ph meter

Lebih terperinci

Haryanto, H., Thamrin., Sukendi 2014:8 (2) STATUS TROFIK DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN AIR LIMBAH BUDIDAYA IKAN KJA DI WADUK KOTO PANJANG

Haryanto, H., Thamrin., Sukendi 2014:8 (2) STATUS TROFIK DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN AIR LIMBAH BUDIDAYA IKAN KJA DI WADUK KOTO PANJANG Haryanto, H., Thamrin., Sukendi 2014:8 (2) STATUS TROFIK DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN AIR LIMBAH BUDIDAYA IKAN KJA DI WADUK KOTO PANJANG Hari Haryanto Staf SKIPM Kelas I Pekanbaru Jl. Rawa Indah Marpoyan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017 PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017 1. Latar belakang Air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Air diperlukan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, pengairan dalam bidang pertanian

Lebih terperinci

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU UNTUK KEGIATAN BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU UNTUK KEGIATAN BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU UNTUK KEGIATAN BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG Mharia Ulfa Alumni Pascasarjana Ilmu lingkungan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 670/Kpts-II/1999 telah mengukuhkan kawasan register 9 dan sekitarnya sebagai Taman Nasional Way Kambas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitor kualitas perairan (Leitão, 2012), melalui pemahaman terhadap siklus

BAB I PENDAHULUAN. memonitor kualitas perairan (Leitão, 2012), melalui pemahaman terhadap siklus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status trofik merupakan indikator tingkat kesuburan suatu perairan yang dapat ditentukan oleh faktor-faktor yang meliputi nutrien perairan, produktivitas fitoplankton

Lebih terperinci