BAB I PENDAHULUAN. 1 Tulisan tersebut awalnya oleh Bellah ditulis sebagai bahan untuk dipresentasikan pada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1 Tulisan tersebut awalnya oleh Bellah ditulis sebagai bahan untuk dipresentasikan pada"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Wacana agama sipil (civil religion) sempat mengemuka dan menjadi tema debat teoritis di Amerika Serikat pada dekade 1960-an. Aktor utamanya adalah Robert Nheely Bellah, Profesor Sosiologi di Universitas California Berkeley, Amerika Serikat. Dalam tulisan yang berjudul Civil Religion in America, 1 Bellah memberikan gambaran mengenai dasar bersama warga Amerika yang sangat bermanfaat dalam membangun tata kehidupan bersama. Gagasan Bellah memunculkan polemik. Ada yang mendukung, tak sedikit pula yang menentang. Kalangan gereja, mempertanyakan gagasan agama sipil (civil religion) yang diintrodusir oleh Bellah. Namun, para akademisi dan pemerhati masalah sosial keagamaan, mengapresiasi tawaran Bellah. Tak lama setelah itu, agama sipil menjadi tema besar yang menjadi lahan perdebatan di ruang kajian sosiologi agama. 2 Watak dasar yang melandasi gagasan ini salah satunya berhubungan dengan diskursus integrasi sosial. Agama dipahami dalam kerangka bahwa setiap kelompok masyarakat selalu memiliki kualitas keagamaan. Bukan agama yang berfungsi menghasilkan integrasi sosial, tetapi justru dalam setiap 1 Tulisan tersebut awalnya oleh Bellah ditulis sebagai bahan untuk dipresentasikan pada konferensi Daedalus mengenai Agama Amerika pada Tulisan itu kemudian dmuat di Jurnal Daedalus, Lihat dalam Robert N. Bellah, Beyond Belief: Essay on Religion in a Post- Traditional World (University of California Press, 1997), Lester Kurtz, Gods in the Global Village: The World s Religions in Sociological Perspective (Pine Forge Press, 1995), Ronald L. Johnstone, Religion in Society: A Sociology of Religion (New Jersey: Prentice Hall, 1992), Arthur E. Farnsley et.al., Sacred Circles, Public Squares: The Multicentering of American Religion, (Indiana University Press, 2003), Michele Dillon (ed), Handbook of the Sociology of Religion (Cambridge University Press, 2003),

2 2 masyarakat ada kadar religiositas. Harus dimengerti pula bahwa pengertian agama menurut Emile Durkheim sangat besar berpengaruh dalam wacana agama sipil ini. 3 Bellah sesungguhnya bukanlah orang pertama yang secara eksplisit menulis gagasan agama sipil. Sejauh yang penulis dapatkan dan pahami dari beberapa literatur, Jean-Jacques Rosseau-lah yang kali pertama mengenalkan konsep mengenai civil religion. Dalam salah satu karyanya, On Social Contract, Buku IV, Rosseau menyinggung tentang apa yang ia maksud sebagai agama sipil, dengan penjabaran yang masih sangat sederhana. 4 Bellah menjadikan Rousseau sebagai salah satu rujukannya dalam mengupas ide agama sipil. Bellah mengatakan, di Amerika ada sebuah agama sipil yang tertata dan terlembagakan dengan baik, yang berjalan dengan gereja, namun juga secara jelas dapat dipisahkan dan dibedakan dari Kekristenan. Bellah sendiri memahami bahwa hal itu bukanlah dimaksudkan sebagai national self-worship, tetapi sebagai bentuk ketundukan bangsa Amerika pada prinsipprinsip etika yang melampauinya dan dari sudut mana hal itu harus dinilai. Konsepsi agama sipil ini berkaitan dengan sistem yang mengikat, tapi melampaui dogmatisme agama-agama. Latar belakang sebuah negara yang plural, baik dari sisi agama maupun budaya, sudah barang pasti tidak mungkin membangun negara di atas satu sistem keyakinan tertentu. Agama, dalam diskursus agama sipil digambarkan dalam karakter sosiologisnya. Agama yang dimaksud tentu saja ia yang bersifat historis dan subjektif. Meski ia berwatak historis, tetapi pemaknaan terhadap agama sipil selalu mengandung elemen yang bersifat suprahistoris atau melampau realitas 3 Emile Durkheim, The Elementary Forms of Religious Life (New York: Free Press, 1995). 4 Jean-Jacques Rousseau, On Social Contract, terj. G.D.H.Cole, (New York: Dover Publications, 2003), 93.

3 3 yang bersifat fisik. Agama sipil Amerika yang digambarkan Bellah, misalnya, dilihat sebagai seperangkat ide-ide transenden yang menunjukan sebuah fungsi integratif dalam masyarakat. 5 Dalam bahasan Rousseau, maksud yang tersirat ketika ia berbicara tentang agama sipil adalah political religion atau agama politik. Rousseau memang mengaitkan pembahasan agama sipil ini dengan filsafat politik yang berupaya mencari legitimasi atas hakikat dari good society. 6 Filsafat politik Rousseau seperti yang tertuang dalam social contract itu, menurut Marcela Cristi membahas dua hal pokok; menyediakan penjelasan rasional terhadap legitimasi tertib sosial dan untuk mengindikasikan dasar, pembenaran dan pembatasan kewajiban dan otoritas politik. 7 Agama sipil dalam pemikiran Rousseau karenanya harus dimengerti dalam pemahaman filsafat politik ini. Bagi Rousseau, kekuatan sebuah negara itu tidak diderivasikan dari kekuasaan tetapi dari dasar moral yang melegitimasinya. 8 Kata Rousseau, no state has ever been founded without a religious basis. 9 Muncul kemudian apa yang disebut sebagai religio-political problem. 10 Masalah itu hadir karena negara harus memiliki dasar agama (baca: moral). Lalu problem berikutnya adalah karena hukum Kristen (baca: agama) tidak hanya lemah tapi juga menodai konstitusi negara. 11 Persoalan itu yang kemudian ingin dipecahkan oleh Rousseau dengan tidak menjadikan agama tertentu sebagai basis tetapi ada ikatan seperti agama yang menjadi alat perekat kelompok-kelompok yang berbeda keyakinannya. Apa yang 5 Niels Reeh, American Civil Religion as State-Mythology, dalam Annika Hvithamar, Margit Warburg and Brian Arly Jacobsen (eds), Holy Nations and Global Identities Civil Religion, Nationalism, and Globalisation (Leiden-Boston: Brill, 2009), Marcela Cristi, From Civil to Political Religion: The Intersection of Culture, Religion and Politics (Wilfrid Laurier University Press, 2001), Ibid. 8 Ibid. 9 Jean-Jacques Rousseau, On Social Contract.,. 10 Marcela Cristi, From Civil to Political Religion Jean-Jacques Rousseau, On Social Contract

4 4 dimaksud Bellah dengan agama sipil itu merupakan gambaran tentang kehendak bersama dari sebuah masyarakat yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Kehendak bersama tersebut salah satunya temaktub dalam konstitusi, dasar dari sebuah negara. Pengalaman agama sipil Amerika yang diintrodusir Bellah itulah yang menjadi pijakan pembahasan karya ini yang kemudian mengaitkannya dengan konteks keindonesiaan. Karena agama sipil sangat terkait erat dengan general will, seharusnya cita-cita luhur yang disepakati bersama itu harus melampaui identitas-identitas primordial. Apakah konstitusi kita memuat aspek itu atau tidak? Jika semua elemen masyarakat dari berbagai agama bisa menerima dasar itu, maka bagaimana mereka beragama dalam payung bersama tersebut? Momentum yang erat berkaitan dengan pemantapan dasar bersama bangsa Indonesia adalah sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 28 Mei Agustus Ketika berpidato pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945, Soekarno menjabarkan tentang prinsip-prinsip dasar bernegara. Dalam pidato yang kemudian diperingati sebagai hari kelahiran Pancasila itu, presiden pertama republik ini menuturkan soal dasar negara Indonesia. Lima prinsip dasar itu adalah Kebangsaan Indonesia (nasionalisme), Internasionalisme, Mufakat, Kesejahteraan dan Ketuhanan. 12 Saat berbicara tentang Ketuhanan, Soekarno menuturkan bahwasanya segenap rakyat hendaknya bertuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada egoisme-agama. 13 Dengan menanggalkan egoisme itu, maka Soekarno menekankan pentingnya dikembangkan kultur toleransi atau berkeadaban, 12 Saafroedin Bahar dan Nani Hudawati, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)-Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), (Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998), Ibid., 101.

5 5 dimana hormat menghormati satu sama lain adalah fondasi dalam berhubungan satu dengan yang lainnya. Soekarno memberikan ciri dari apa yang ia sebut sebagai dasar negara yang berketuhanan itu. Ketuhanan yang dikembangkan, haruslah ketuhanan yang berkebudayaan, ketuhanan yang berbudi pekerti yang luhur serta ketuhanan yang hormat-menghormati satu sama lain. Dengan menggunakan azas itulah segenap agama yang ada di Indonesia akan mendapat tempat sebaikbaiknya. Dalam perjalanan bangsa Indonesia, setidaknya prinsip ketuhanan tersebut telah menjadi semacam fondasi etika. Dengan menggunakan kata ketuhanan dan tidak merujuk pada agama tertentu, Soekarno bermaksud untuk menjadikan Pancasila (terutama Ketuhanan) sebagai payung bersama bagi semua warga negara Indonesia tanpa membedakan identitas agamanya. Ketuhanan menjadi semacam prinsip moral-etis dimana kehidupan bersama yang dilandaskan atas semangat kekeluargaan adalah merupakan pengejawantahan dari prinsip pengabdian kepada Tuhan. Istilah Ketuhanan Yang Maha Esa yang diungkapkan Soekarno, secara prinsip, bukanlah konsep Ketuhanan yang rumit. Soekarno menyadari bahwa beragama (atau percaya pada Tuhan) dengan bentuk yang berbeda-beda adalah bagian terpenting dalam kehidupan masyarakatnya. Itulah makna terdalam dari apa yang diungkapkan Soekarno sebagai...hendaknya ber-tuhan. Tuhannya sendiri. Meminjam kategorisasinya Bellah di atas, penulis hendak mengaitkan Pancasila di Indonesia dengan gagasan civil religion. Pancasila merupakan agama sipil bangsa Indonesia. Kesimpulan itu setidaknya bisa dibaca dalam

6 6 tulisannya Matti Justus. Schindehütte, 14 Susan Selden Purdy, 15 atau Karel A. Steenbrink. 16 Sementara meminjam pendekatan Jose Casanova, Benjamin Fleming Intan 17 melihat Pancasila ini dalam kapasitasnya sebagai public religion. Bellah mengatakan bahwa agama sipil adalah dimensi keagamaan publik yang terekspresikan dalam seperangkat keyakinan, simbol dan ritual. Dimensi keagamaan itu ada dalam kehidupan setiap masyarakat, melalui interpretasinya terhadap pengalaman sejarahnya dalam terang realitas transenden. Makna sila Ketuhanan dalam Pancasila adalah sebagai penegasan bahwa kehidupan bangsa Indonesia tidak semata-mata didasarkan humanisme tetapi juga memiliki kualitas keagamaan atau dibangun di atas prinsip-prinsip moral. Disini, Pancasila bisa dibedakan dari agama dalam pengertian normatif, tetapi juga bisa dikatakan memiliki prinsip-prinsip yang ada dalam agama. Salah satunya, moralitas itu tadi. Diskursus civil religion yang dikembangkan Bellah bisa cukup menolong bagaimana Pancasila memiliki makna dalam kehidupan umat beragama. Pancasila tidak merupakan agama dan tidak menggantikan kedudukan agama. Pancasila hanya memerankan fungsi-fungsi di level profan, salah satunya sebagai unit perekat masyarakat atau jembatan untuk integrasi sosial. Meski 14 Matti Justus. Schindehütte, Zivilreligion als Verantwortung der Gesellschaft : Religion als politischer Faktor innerhalb der Entwicklung der Pancasila Indonesiens, Thesis Ph.D, Hamburg University, Susan Selden Purdy, Legitimation of power and authority in a pluralistic state : Pancasila and civil religion in Indonesia, Thesis (Ph. D. Columbia University, 1984). 16 Karel A. Steenbrink, The Pancasila Ideology and an Indonesian Muslim Theology of Religion dalam Jacques Waardenburg (ed), Muslim Perceptions of Other Religions: A Historical Survey (New York: Oxford University Press, 1999). 17 Benyamin Fleming Intan, Public Religion and the Pancasila-based State of Indonesia: A Normative Argument within a Christian-Muslim Dialogue ( ), (Ph.D Dissertasi, Boston College Department of Theology, 2004).

7 7 tentu saja harus diuji kembali apakah gagasan agama sipil yang dikembangkan oleh Bellah memiliki kesesuaian konteks dengan agama sipil di Indonesia. Tetapi, diskusi tentang Pancasila sebagai agama sipil ini sebenarnya masih bisa dilanjutkan. Memaknai Pancasila sebagai agama sipil ini memang bisa diperdebatkan. Salah satu kritik terhadap diskursus itu adalah karena agama sipil (di Amerika) mengasumsikan untuk dipisahkan secara penuh dari agama dan negara. Di Indonesia, agama dan negara tentu saja memainkan peran penting. Kehadiran Pancasila sebagai etika bersama itu saja tidak lepas dari justifikasi agama-agama. Dengan begitu, Pancasila penting untuk diteologisasi, yang menyebabkan gagasan agama sipil tidak bisa dipisahkan dari kehidupan keagamaan. Sekali lagi, ini penting untuk dikembangkan agar bisa memberikan kenyamanan bagi pemeluk agama agar tidak terjadi benturan identitas primordial (baca: agama) dengan identitas nasional di dalamnya. Diskusi agama sipil di Indonesia dengan menjadikan Pancasila sebagai unit analisisnya, karenanya masih bisa dikembangkan. Pancasila merupakan dasar negara yang telah diteologisasi, dijustifikasi secara keagamaan dan dijadikan sebagai fundamen kehidupan bangsa yang memeluk beragam agama. Pancasila merupakan milestone bagi pluralitas bangsa Indonesia. Pancasila adalah cerita tentang sebuah bangsa yang bernama Indonesia dengan pluralitas suku dan agamanya. Mereka yang berbeda itu bersepakat untuk hidup bersama sebagai sebuah bangsa. Dalam pemahaman seperti inilah transformasi Pancasila dalam sebuah religiositas sipil akan dikembangkan. Rumusan Masalah Setiap bangsa tentu memiliki apa yang disebut sebagai cita-cita bersama sebagai sebuah bangsa. Indonesia, negara dengan beragam suku, bahasa, agama

8 8 dan etnis, juga pastinya memiliki simbol integrasi tersebut. Cita-cita itu sejatinya termaktub dalam dasar negara konstitusi kita. Dalam diskursus sosiologi agama, ada yang disebut agama sipil untuk menyebut sebuah dimensi keagamaan sebuah masyarakat yang terekspresikan dalam konstitusi. Kerangka civil religion ini akan menjadi pijakan awal untuk menggali tentang (i) apa yang dimaksud dengan ide religiositas sipil dan apa yang membedakannya dengan agama sipil? (ii) bagaimana ekspresi religiositas sipil dijabarkan dalam sebuah masyarakat yang pluralis dari sudut pandang agama? (iii) sebagai dasar negara, bagaimana Pancasila dipahami, kaitannya dengan transformasi religiositas sipil dalam menghadapi kemajemukan identitas primordial bangsa Indonesia? Tujuan Penulisan Dengan merujuk pada masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab beberapa persoalan yakni untuk menggambarkan apa yang menjadi cita-cita bersama bangsa Indonesia dengan berbagai macam latar belakang suku dan agamanya seperti yang termaktub dalam dasar negara konstitusi kita. Dengan menjadikan diskursus agama sipil sebagai titik keberangkatan awal, karya ini akan membahas isu baru yakni religiositas sipil. Sehingga penelitian ini hendak mendeskripsikan perbedaan antara ide agama sipil dan religiositas sipil. Disertasi ini juga bermaksud untuk mendeskripsikian ekspresi religiositas sipil yang dimanifestasikan dalam sebuah masyarakat pluralis dari sudut pandang agama. Tujuan dari karya ini juga untuk bagaimana Pancasila dipahami dalam kaitannya dengan religiositas sipil saat berhadapan dengan kemajemukan identitas primordial bangsa Indonesia. Pembatasan Masalah Pencarian terhadap diskursus agama sipil dalam penelitian ini akan dibatasi pada aras konstitusi. Dalam konteks ini, konstitusi yang dimaksud merujuk pada dua dasar yakni Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945

9 9 sebelum diamandemen. UUD 1945 yang dimaksud di sini adalah menyangkut apa yang ada baik dalam Pembukaan maupun batang tubuhnya. Sementara agama sipil sebagai kerangka teoritik yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gambaran dari yang ditulis oleh Bellah dalam Civil Religion in America dan The Broken Covenant. Telaah Pustaka Gagasan tentang agama sipil yang dihubungkan dengan semangat kolektif bangsa Indonesia, telah beberapa kali diulas sebagai karya akademik. Penulis menemukan setidaknya empat tulisan mengenai agama sipil dan gagasan keindonesiaan yang sudah dieksplorasi. Matti J. Schindehütte, mahasiswa Hamburg University Jerman menulis disertasi yang berjudul Zivilreligion als Verantwortung der Gesellschaft. Religion als politischer Faktor innerhalb der Entwicklung der Pancasila Indonesiens/Civil religion as a responsibility of the society: Religion as a political factor within the development of the Pancasila in Indonesia. Menurut Matti, wacana mengenai civil religion mencari jalan keluar dari dilema kekerasan atas nama agama yang menggejala. Yang menjadi masalah ialah hubungan yang wajar antara agama dan masyarakat sebuah masalah yang serta merta dihadapi baik di dunia barat maupun di dunia Islam. Disertasi itu hendak mengantar ke dalam wacana itu. Sebagai contoh telah dipilih Republik Indonesia yang sejak tahun 1945 diasaskan atas Pancasila sebagai semacam civil religion. Dengan demikian, Indonesia sebagai negara yang terbesar jumlah warganya yang memeluk agama Islam di seluruh dunia, menolak mewajibkan umat Islam untuk tunduk pada hukum syari'at. Tulisan Matti menjelaskan bagaimana Pancasila perlu dilihat atas latar belakang prasejarahnya sendiri dan dengan demikian ia dapat diterima sebagai jawaban masyarakat Indonesia atas pertanyaan mengenai asal mulanya.

10 10 Tulisan berikut tentang agama sipil di Indonesia dieksplorasi oleh Elma Haryani dalam karya yang berjudul Gagasan Agama Sipil di Indonesia: Mencari Format Demokratisasi Agama. 18 Tesis pada program Centre for Religion and Cross Cultural Studies, Universitas Gajah Mada Jogjakarta itu menelaah faktor yang mendukung gagasan agama sipil di Indonesia. Dalam kesimpulannya, Elma menuturkan ada beberapa faktor yang mendukung tema agama sipil ini di Indonesia, yaitu: Pertama, keberadaan ideologi negara Pancasila yang dimulai dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dimana Tuhan dipahami secara bersama antar berbagai agama; Kedua, warga negara yang heterogen terdiri dari berbagai suku, etnis, bahasa dan agama tumbuh berkembang dan berelasi dengan tingkat toleransi dan empati sosial yang relatif tinggi. Karya serupa ditulis oleh Nafisul Atho dalam Pancasila sebagai Civil Religion di Indonesia. 19 Karya yang merupakan tesis pada jurusan Filsafat Islam di Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta itu kurang lebih bertutur tentang Pancasila sebagai agama sipil bangsa Indonesia. Susan Selden Purdy menulis disertasi yang berjudul Legitimation of power and authority in a pluralistic state: Pancasila and civil religion in Indonesia. Disertasi di Columbia University ini ditulis untuk melihat kekuatan legitimasi dan otoritas dalam masyarakat yang pluralistik seperti halnya Indonesia. 20 Menurut Purdy, meskipun klaim fungsional dari agama sipil memiliki validitas, tentu saja perlu kualifikasi. Walau agama sipil Indonesia yang bekerja menuju integrasi negara dinyatakan pluralistik, hal itu secara bersamaan disfungsional, kontribusi perpecahan tinggi, dengan kelompok-kelompok 18 Elma Haryani, Gagasan Agama Sipil di Indonesia: Mencari Format Demokratisasi Agama, (Tesis Pascasarjana Ilmu Perbandingan Agama UGM Jogjakarta, 2004). 19 Nafisul Atho, Pancasila sebagai Civil Religion di Indonesia, (Tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005). 20 Susan Selden Purdy, Legitimation of power and authority in a pluralistic state : Pancasila and civil religion in Indonesia, Thesis (Ph. D. Columbia University, 1984).

11 11 tertentu. Jadilah agama sipil sebagai suatu retorika yang tidak otentik. Lebih jauh lagi, bukti menunjukkan bahwa munculnya agama sipil sering lebih menyerupai manuver untuk kontrol sosial oleh elit politik ketimbang gerakan massa yang mencari instrumen makna dalam hidup mereka. Di Indonesia, matriks ideologi agama sipil, ritual dan simbol dimobilisasi negara untuk mewujudkan sasaran nasional, mewujud dalam kenyataan yang paradoks, dengan gaya konservatif. Di luar empat karya Pancasila tentang agama sipil, ada juga bahasan tentang ide Hak Asasi Manusia (HAM) Berdasarkan Ideologi Pancasila 21 dan Konsep Keadilan dalam Pancasila. 22 Keduanya berusaha menggali aspek HAM dan Keadilan Pancasila. Signifikansi Merujuk pada karya terdahulu tentang agama sipil di Indonesia, penulis melihat bahwa kebanyakan tulisan tersebut lebih banyak merujuk pada Pancasila sebagai manifestasi apa yang disebut sebagai agama sipil. Hemat penulis, kesimpulan itu memiliki, setidaknya dua kelemahan. Pertama, muatan sila-sila dalam Pancasila tidak dapat dipisahkan dari pembukaan Undangundang Dasar Dengan begitu, analisis terhadap Pancasila tanpa mengaitkannya dengan pembukaan UUD 1945 mengakibatkan hilangnya signifikansi dalam memahami traktat bersama atau kontrak sosial bangsa Indonesia. Kedua, UUD 45 (terutama pada pembukaannya), penting untuk dieksplorasi karena ia tidak hanya sekedar pengantar sebuah Undang-undang. Pembukaan UUD 1945 merupakan proklamasi diri sebuah bangsa yang baru saja 21 Gunawan Setiardja, Hak-hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila (Yogyakarta: Kanisius, 1993). 22 Thobias A. Messakh, Konsep Keadilan dalam Pancasila (Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Program Studi Pascasarjana Sosiologi Agama, 2007).

12 12 terbentuk dan sudah barang pasti hakikatnya dalam. Penulis menduga, bahwa disitulah ada sebentuk dimensi religiositas bangsa Indonesia. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni data yang disajikan dalam bentuk verbal. 23 Mengutip Bogdan dan Taylor, Lexy J. Moleong mengatakan bahwa metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. 24 Dalam penelitian ini metode pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran terhadap bahan-bahan pustaka yang menjadi sumber data, sumber data tersebut berupa literatur yang berkaitan dengan substansi penelitian ini. Ada dua sumber data dalam penelitian ini, primer dan sekunder. Data primer meliputi, Pancasila dan UUD Sementara, sumber sekundernya adalah dokumen-dokumen seperti P-4, Tap MPR, dan karya yang membahas tentang Pancasila dan UUD Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti menggunakan metode library research atau studi kepustakaan yaitu usaha untuk memperoleh data dengan cara mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam kepustakaan (sumber bacaan, buku referensi atau hasil penelitian lain. 25 Kerangka Teori 23 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), 29. Hadawi dan Mimi Martin, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1996), Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Rosdakarya, 2002), M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 45.

13 13 Sebagai landasan teoritik, penelitian ini mula-mula akan menyandarkan diri pada diskursus mengenai wacana agama sipil seperti yang dielaborasi oleh Bellah dalam The Broken Covenant dan Civil Religion in America. Menurut Bellah, agama sipil adalah dimensi keagamaan publik yang terekspresikan dalam seperangkat keyakinan, simbol dan ritual. 26 Dimensi keagamaan itu ada dalam kehidupan setiap masyarakat, melalui interpretasinya terhadap pengalaman sejarahnya dalam terang realitas transenden. 27 Sistematika Penulisan Penulisan karya ini akan dibagi ke dalam enam bab. Bab pertama merupakan pendahuluan sebagai pengantar masuk pada kajian pokok. Di dalamnya akan diuraikan mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Telaah Pustaka, Kerangka Teori serta Sistematika Penulisan. Bab II merupakan landasan teoritik tentang agama sipil dan religiositas sipil. Pada bagian ini, pembahasan mengenai agama sipil akan dimulai dengan bahasan ihwal formulasi awal agama sipil yang dikembangkan oleh JJ. Rousseau dan Durkheim. Setelah itu pembahasan diteruskan dengan menjabarkan pengalaman agama sipil Amerika dengan bersandar pada karya Robert N. Bellah. Dua bahasan berikutnya masing-masing; Agama Sipil Pasca Bellah: Shank dan Coleman serta Agama Sipil Sebagai Kuasi Agama. Di akhir bab, penulis akan jabarkan tentang pergeseran dari diskursus agama sipil menuju religiositas sipil dengan menggunakan jembatan transformasi. Bab III masih merupakan landasan teoritik yang menitikberatkan pada kajian mengenai agama, negara dan sekularisme. Dalam bab ini akan diawali 26 Robert N. Bellah, Beyond Belief Robert N Bellah, The Broken Covenant: American Civil Religion in Time of Trial (University of Chicago Press, 1992), 3

14 14 dengan bahasan mengenai pengertian agama, kemudian dilanjutkan dengan memetakan pengertian agama sebagai sebuah fakta sosial seperti yang dijelaskan oleh Karl Marx, Max Weber dan Emil Durkheim. Bab ini akan dipungkasi dengan memetakan agama, negara dan sekularisme. Pembahasan di Bab IV merupakan upaya penulis untuk melihat dimensi religius dari Pancasila. Asumsinya, Pancasila tidak hanya memiliki fungsi sebagai dasar negara, tetapi didalamnya mengandung seperangkat keyakinan dan nilai. Dengan kata lain, tesis yang hendak menjadi pintu masuk pembahasan dalam bab ini adalah Pancasila sebagai agama sipil. Ada dua elemen dari agama sipil yang akan dibahas, yakni tentang identitas Tuhan bangsa Indonesia dan Pancasila itu sendiri kaitannya dengan upaya untuk mencari jalan keluar atas keragaman agama, budaya, suku, etnis dan ras bangsa Indonesia. Identitas Tuhan yang akan dideskripsikan dalam bab ini seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea 3. Setelah melihat Pancasila dengan menggunakan pendekatan agama sipil, bahasan berikutnya adalah menganalisisnya dengan dua cara. Yang pertama adalah analisis sosial dan politik. Kedua, menganalisis Pancasila sebagai momentum integrasi yang disarikan dari dua sudut, eksternal (nasionalisme) dan internal (teori tiga lapis budaya Soekarno). Bab V merupakan pembahasan atau analisis terhadap data yang terkumpul dalam Bab IV dengan landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya. Setelah menelaah Pancasila sebagai sebentuk agama sipil dan juga religiositas sipil, bagian ini lebih fokus melihat Pancasila yang dinarasikan oleh penguasa dari tiga masa, Soekarno di era orde lama ( ), Soeharto pada masa orde baru ( ) dan KH. Abdurrahman Wahid di era reformasi ( ).

15 15 Bab VI merupakan analisis terhadap Pancasila dan Ide Transformasi Religusitas Sipil. Didalamnya akan dipaparkan mengenai Pancasila sebagai Milestone Pluralitas Bangsa Indonesia, Transformasi Pancasila dalam Religiositas Sipil: Merawat Pluralisme, Menjamin Kebebasan Beragama, Transformasi Pancasila dalam Religiositas Sipil: Teori Sekularisasi, Privatisasi dan Pasar serta Pancasila Sebagai Kekuatan Integratif. Karya ini akan dipungkasi melalui Bab VII yang berisi penutup. Di dalamnya akan dibahas mengenai Kesimpulan, Saran-saran dan Penutup.

BAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan

BAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan BAB VII KESIMPULAN Kesimpulan Setiap bangsa tentu memiliki apa yang disebut sebagai cita-cita bersama sebagai sebuah bangsa. Indonesia, negara dengan beragam suku, bahasa, agama dan etnis, juga pastinya

Lebih terperinci

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa 1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU

BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU Pada dasarnya kesepakatan yang dimaksudkan dalam bagian

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. B. rumusan masalah

A. Latar Belakang. B. rumusan masalah ABSTRAKSI Mempelajari Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah kewajiban moral seluruh warga negara Indonesia. Pancasila yang

Lebih terperinci

BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA Pasal 29 Ayat (2)

BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA Pasal 29 Ayat (2) BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar Indonesia merupakan negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modren adalah negara yang pembentukannya didasarkan

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: 05 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila Sebagai Dasar Negara Modul ini membahas mengenai Pancasila Sebagai Dasar Negara Yang Merupakan Ideologi Terbuka, Batasan keterbukaan Pancasila sebagai

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA PANCASILA Modul ke: 03Fakultas Ekonomi dan Bisnis PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia Presiden

Lebih terperinci

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL Oleh : Erna Karim DEFINISI AGAMA MENGUNDANG PERDEBATAN POLEMIK (Ilmu Filsafat Agama, Teologi, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Perbandingan Agama) TIDAK ADA DEFINISI AGAMA YANG

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT Disusun Oleh: Nama : DEFRI MUSTIKA LUBIS NIM : 11.11.5534 Kelompok : F Prog. Studi : Pendidikan Pancasila Jurusan : S1-Teknik Informatika Dosen :Dr.

Lebih terperinci

ETIKA POLITIK PANCASILA

ETIKA POLITIK PANCASILA ETIKA POLITIK PANCASILA Oleh: Dwi Yanto Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Ma arif Buntok, Kalimantan Tengah Abstrak Pengertian secara sederhana tentang Politik adalah, Suatu kegiatan untuk mencapai

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA Di susun oleh : Nama : Adam Putra Bakti NIM : 11.02.8089 Kelompok : A P. Studi : Pendidikan Pancasila Jurusan : D3-MI Dosen : Drs. M. Khalis Purwanto, MM

Lebih terperinci

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi NAMA : Bram Alamsyah NIM : 11.12.6286 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : S1-SI : J : Junaidi Idrus,

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA

RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA Modul ke: RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA SEBAGAI SALAH SATU MATA KULIAH PENGEMBANGAN KARAKTER Fakultas FAKULTAS TEKNIK RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 11 Fakultas Ikhwan Fikom Mata Kuliah Ini Memuat Pancasila dan Implementasinya (Sila Pertama) Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Humas 2 Pendahuluan Dr. Sila Ketuhanan

Lebih terperinci

PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA

PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA Diah Uswatun Nurhayati Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, suku, ras, agama, kebudayaan ataupun peradaban. Pemicu

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,

Lebih terperinci

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia Penyelenggaraan otonomi daerah yang kurang dapat dipahami dalam hal pembagian kewenangan antara urusan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI KELOMPOK F NAMA : AZIS AGUS PRADHIKA NIM : 11.11.5556 KELAS : 11-S1 TI-13 DOSEN : ABIDARIN ROSIDI Dr,M,Ma STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 Pancasila

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DEMOKRASI PANCASILA MENURUT UUD 1945

TUGAS AKHIR DEMOKRASI PANCASILA MENURUT UUD 1945 TUGAS AKHIR DEMOKRASI PANCASILA MENURUT UUD 1945 Di susun oleh : Nama : Garna Nur Rohiman NIM : 11.11.4975 Kelompok : D Jurusan Dosen : S1-TI : Tahajudin Sudibyo, Drs Untuk memenuhi Mata Kuliah Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 4 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

BAB 4 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA BAB 4 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Modul ke: Mengapa mempelajari? Agar memahami Pancasila yang hidup dalam setiap tata peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia Fakultas Rina Kurniawati, SHI,

Lebih terperinci

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI NAMA : Ragil Prasetia Legiwa NIM : 11.02.7942 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : D3 - MI : A : M. Khalis Purwanto

Lebih terperinci

SILABUS. : Pend. Matematika A dan International. : 2 (Teori) : L. Andriani P., M. Hum I. DESKRIPSI MATA KULIAH:

SILABUS. : Pend. Matematika A dan International. : 2 (Teori) : L. Andriani P., M. Hum I. DESKRIPSI MATA KULIAH: SILABUS Fakultas Program Studi Mata Kuliah & Kode SKS Mata Kuliah Prasyarat Dosen : FMIPA : Pend. Matematika A International : Pendidikan : 2 (Teori) : I atau II : Tidak ada : L. Andriani P., M. Hum I.

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

A. Pengertian Pancasila

A. Pengertian Pancasila PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI A. Pengertian Pancasila Istilah nilai dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan atau kebaikan. Di samping itu juga untuk menunjuk kata kerja yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN PEMBANGUNAN HUKUM TAHUN

BAB II LANDASAN PEMBANGUNAN HUKUM TAHUN BAB II LANDASAN PEMBANGUNAN HUKUM TAHUN 2015-2019 Uraian dalam bab sebelumnya memberikan gambaran bahwa sesungguhnya pembangunan hukum nasional memerlukan landasan yang kuat. Terdapat 2 (dua) landasan

Lebih terperinci

HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Sani Hizbul Haq Kelompok F. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma.

HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Sani Hizbul Haq Kelompok F. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR Disusun oleh : Sani Hizbul Haq 11.11.5585 Kelompok F Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. JURUSAN S1 TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag 3.2 Uraian Materi 3.2.1 Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag dari negara, ideologi negara, staatsidee. Dalam hal

Lebih terperinci

BAB IV PANCASILA, AGAMA SIPIL DAN LAPISAN BUDAYA

BAB IV PANCASILA, AGAMA SIPIL DAN LAPISAN BUDAYA BAB IV PANCASILA, AGAMA SIPIL DAN LAPISAN BUDAYA Menelisik aspek agama sipil dalam formasi negara merupakan kajian arus utama tentang agama sipil. Penelaahan terhadap formasi negara itu biasanya dimulai

Lebih terperinci

Urgensi Memahami Kembali Pancasila Oleh : Bambang Trisutrisno Ketua Lembaga Kajian Pertahanan untuk Kedaulatan NKRI KERIS

Urgensi Memahami Kembali Pancasila Oleh : Bambang Trisutrisno Ketua Lembaga Kajian Pertahanan untuk Kedaulatan NKRI KERIS Urgensi Memahami Kembali Pancasila Oleh : Bambang Trisutrisno Ketua Lembaga Kajian Pertahanan untuk Kedaulatan NKRI KERIS www.lembagakeris.net Sebagai Bangsa yang dihuni oleh berbagai suku bangsa, etnis,

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Zaka nurhadi Nim : 11.11.5663 Kelompok : F Program studi : S1-Teknik informatika Dosen : Dr.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Disusun Oleh : Nama NIM Kelompok Program Studi/ Jurusan Nama Dosen : : : : : SUHENDRA JUNIAR A. 11.11.5565 F S1/Teknik Informatika Abidarin

Lebih terperinci

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

B. Tujuan C. Ruang Lingkup 27. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah (MA)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Pendidikan di diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hidup sekarang merupakan sebuah rumah makan dengan jumlah pilihan tak terbatas.mau hobi, liburan, gaya hidup, pandangan-dunia atau agama, selalu ada sesuatu bagi setiap

Lebih terperinci

PANCASILA. Pancasila sebagai Dasar Negara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Manajemen

PANCASILA. Pancasila sebagai Dasar Negara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.  Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Manajemen PANCASILA Modul ke: Pancasila sebagai Dasar Negara www.mercubuana.ac.id Fakultas MKCU Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen Dasar Negara Indonesia dalam pengertian historisnya merupakan

Lebih terperinci

BERPERILAKU PANCASILA

BERPERILAKU PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MAKALAH PANCASILA BERPERILAKU PANCASILA DISUSUN OLEH : NAMA : EKO RAHMANTO NPM : 11.01.2979 KELOMPOK PRODI : B : PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN : D3 - TEKHIK INFORMATIKA 03 NAMA DOSEN

Lebih terperinci

TUTORIAL DALAM RANGKA UJIAN DINAS DAN PENYESUAIAN PANGKAT BPOM-RI

TUTORIAL DALAM RANGKA UJIAN DINAS DAN PENYESUAIAN PANGKAT BPOM-RI PANCASILA UUD 1945 Bhinneka Tunggal Ika TUTORIAL DALAM RANGKA UJIAN DINAS DAN PENYESUAIAN PANGKAT BPOM-RI Oleh: Dr. M. Japar, M.Si. Nama : Dr. M. Japar, M.Si Biodata Narasumber TTL : Teluk Betung, 12 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat). BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1 Identifikasi Masalah Manusia entah sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dalam lingkup kehidupannya. Manusia akan selalu berhadapan

Lebih terperinci

Pancasila dan Implementasinya

Pancasila dan Implementasinya Modul ke: Pancasila dan Implementasinya Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Sejarah Lahirnya Pancasila Kata Pancasila pertama kali dapat ditemukan dalam buku Sutasoma karya Mpu

Lebih terperinci

PANCASILA & ISLAM. Di susun oleh : Dyah Ayu Wredhiningsih / A D3 Manajemen Informatika. Nama Dosen : Kalis Purwanto, Drs., MM.

PANCASILA & ISLAM. Di susun oleh : Dyah Ayu Wredhiningsih / A D3 Manajemen Informatika. Nama Dosen : Kalis Purwanto, Drs., MM. PANCASILA & ISLAM Di susun oleh : Dyah Ayu Wredhiningsih 11.02.7906 / A D3 Manajemen Informatika Nama Dosen : Kalis Purwanto, Drs., MM. PROGRAM STUDI D3 MANAJEMEN INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011

Lebih terperinci

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI NAMA : FITRIANA NURHADI NIM : 11.12.6145 KELOMPOK : J PROGRAM STUDI : S1 JURUSAN : SI NAMA DOSEN : DJUNAIDI IDRUS,SH.,M.HUM EKSISTENSI

Lebih terperinci

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut 2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut diamandemen. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA Disusun Oleh: Nama : Heruadhi Cahyono Nim : 11.02.7917 Dosen : Drs. Khalis Purwanto, MM STIMIK AMIKOM

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Disusun Oleh : Nama NIM Kelompok Program Studi/ Jurusan Nama Dosen : : : : : Doni Saputra.P 11.11.5553 F S1/Teknik Informatika Abidarin Rosidi,

Lebih terperinci

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, 2.4 Uraian Materi 2.4.1 Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar tentang kehidupan yang

Lebih terperinci

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM)

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) Jamuan Ilmiah tentang Hukum Hak Asasi Manusia bagi Tenaga Pendidik Akademi Kepolisian Semarang Jogjakarta Plaza Hotel, 16 18 Mei 2017 MAKALAH INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) Oleh: Despan Heryansyah,

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PENTINGNYA PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

PENTINGNYA PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA PENTINGNYA PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN -ABSTRAKSI BERNEGARA Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki arti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita

Lebih terperinci

RANGKUMAN / KESIMPULAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NASIONAL

RANGKUMAN / KESIMPULAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NASIONAL RANGKUMAN / KESIMPULAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NASIONAL Melalui perjalanan panjang negara Indonesia sejak merdeka hingga saat ini, Pancasila ikut berproses pada kehidupan bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Nama : Rakhmat Subandi NIM : 11.11.5598 Kelompok : F Jurusan : S1-TI Dosen Pembimbing : DR. Abidarin Rosyidi, Mma JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pancasila dan Implementasinya Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen Bagian Isi Gerakan Pembasisan Pancasila Pancasila

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: FALSAFAH DAN IDEOLOGI 1. Secara etimologis, filsafat berasal dari kata philein dan sophos. Perpaduan kata tersebut mengandung arti A. Cinta ilmu pengetahuan B. Teman dari kebijakan C. Kumpulan orang bijaksana

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan, cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan, cita-cita bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan, cita-cita bangsa Indonesia ialah membangun sebuah Negara hukum. Cita-cita Negara hukum itu dicantumkan dalam tiap-tiap

Lebih terperinci

MAKALAH KULIAH PANCASILA DAMPAK PANCASILA TERHADAP HAM (HAK ASASI MANUSIA) NAMA : AGUNG NUR HIDAYAT NIM : KELAS : D3 MI B

MAKALAH KULIAH PANCASILA DAMPAK PANCASILA TERHADAP HAM (HAK ASASI MANUSIA) NAMA : AGUNG NUR HIDAYAT NIM : KELAS : D3 MI B MAKALAH KULIAH PANCASILA DAMPAK PANCASILA TERHADAP HAM (HAK ASASI MANUSIA) NAMA : AGUNG NUR HIDAYAT NIM : 09.02.7478 KELAS : D3 MI B BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila

Lebih terperinci

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA Disusun oleh: Nama : Gigih Fajar Kurniawan Nim : 11.11.5519 Kelompok Jurusan Nama Dosen : F : S1-TI :Abidarin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal BAB I PENDAHULUAN Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal menghargai keanekaragamaan budaya dan agama yang ada di dalamnya. Pancasila ini menjadi inti dari tindakan masyarakat

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1 Modul ke: 05Fakultas Gunawan EKONOMI PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Ideologi Negara Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen S1 Tujuan Perkuliahan Menjelaskan: Pengertian Ideologi Pancasila dan

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat.

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat. BAB IV ANALISA GPIB adalah sebuah gereja yang berasaskan dengan sistem presbiterial sinodal. Cara penatalayanan dengan sistem presbiterial sinodal selalu menekankan: 1. Penetapan kebijakan oleh presbiter

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Pancasila PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Pancasila Sebagai Dasar

Lebih terperinci

MANUSIA dan AGAMA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI. Pertemuan III FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

MANUSIA dan AGAMA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI. Pertemuan III FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 MANUSIA dan AGAMA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI Pertemuan III FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 Agama adalah salah satu bentuk kontruksi sosial. Tuhan, ritual, nilai, hierarki keyakinankeyakinan,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam Pasal UUD 1945 dan Kebijakan Negara Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen Bagian Isi

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME A. Pengantar Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 Tulisan pada artikel ini akan menyajikan persoalan peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal jika berbicara tentang identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat multidimensional. Kemajemukan

Lebih terperinci

Tujuan pembangunan suatu negara adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya supaya mereka dapat hidup baik dan sejahtera. Untuk itu pembangunan

Tujuan pembangunan suatu negara adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya supaya mereka dapat hidup baik dan sejahtera. Untuk itu pembangunan PENDAHULUAN 1 Tujuan pembangunan suatu negara adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya supaya mereka dapat hidup baik dan sejahtera. Untuk itu pembangunan harus mencakup dua aspek yaitu aspek fisik

Lebih terperinci

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA (Penyusun: ) Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Dasar Negara Indikator: Untuk dapat menguji pengetahuan tersebut, mahasiswa akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran, perilaku, dan kebijakan pemerintahan negara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

Embrio Sosiologi Militer di Indonesia

Embrio Sosiologi Militer di Indonesia Pengantar Redaksi Embrio Sosiologi Militer di Indonesia GENEALOGI SOSIOLOGI MILITER Kalau diteliti lebih dalam, setiap sosiolog besar pasti pernah berbicara tentang institusi militer, tak terkecuali Marx,

Lebih terperinci

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Maria Alfonsa Chintia Dea P. NIM : A12.2013.04844 Kelompok : A12.6701 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik. Hal BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republik. Hal tersebut merupakan hasil daripada upaya merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari pihak-pihak yang

Lebih terperinci

MAKNA, HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP PANCASILA

MAKNA, HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP PANCASILA MAKNA, HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP PANCASILA A. Makna Pancasila sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara Pancasila sebagai Dasar Negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia Pancasila sebagai dasar negara

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara Disusun oleh: NAMA : HARI ANGGARA NIM : 11.12.5805 KELOMPOK STUDI JURUSAN DOSEN : H (HAK ASASI) : PANCASILA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut dengan UUD 1945) secara tegas menyebutkan negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Disusun Oleh : Galang Swawinasis (11.02.8059) Dosen Pembimbing : Kalis Purwanto Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Pancasila

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA AGAMA SEBAGAI DASAR PANCASILA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA AGAMA SEBAGAI DASAR PANCASILA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA AGAMA SEBAGAI DASAR PANCASILA DI SUSUN : NAMA : NANDA GILANG YUDHA PRATAMA NIM : 11. 11. 4788 KELAS : 11 S1T1 03 KELOMPOK : C DOSEN : TAHAJUDIN S. Drs SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

Makalah Pendidikan Pancasila

Makalah Pendidikan Pancasila Makalah Pendidikan Pancasila PANCASILA MELAWAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Di susun oleh : Nama : Anggita Dwi Chrisyana No : 11.12.6279 Jurusan : S1-Sistem Informasi FAKULTAS S1 SISTEM INFORMASI STMIK

Lebih terperinci

Mam MAKALAH ISLAM. Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara

Mam MAKALAH ISLAM. Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara Mam MAKALAH ISLAM Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara 20, September 2014 Makalah Islam Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara M. Fuad Nasar Pemerhati Sejarah, Wakil Sekretaris BAZNAS Polemik seputar

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI NILAI DAN KEDUDUKAN PANCASILA DALAM UUD 1945

IMPLEMENTASI NILAI DAN KEDUDUKAN PANCASILA DALAM UUD 1945 Modul ke: IMPLEMENTASI NILAI DAN KEDUDUKAN PANCASILA DALAM UUD 1945 Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri www.mercubuana.ac.id DR. Rais Hidayat, M.Pd KOMPETENSI Diharapkan dapat menerapkan Pancasila

Lebih terperinci

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. www.kangmartho.c om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: Fakultas MKCU PENDIDIKAN PANCASILA Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain (Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi liberalism) Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi

Lebih terperinci

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA Nama : Nurina jatiningsih NIM : 11.11.4728 Kelompok Jurusan Dosen : C : S1 Teknik Informatika : Drs. Tahajudin Sudibyo STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK

Lebih terperinci

C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Tabel 2.3 Arti Penting UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 No Unsur Manfaat Akibat apabila tidak ada UUD 1 Warga Negara 2 Bangsa dan Negara Kesimpulan : C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik

Lebih terperinci

HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UUD 1945 DAN HUBUNGAN ANTARA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 A. A. Hubungan Pancasila Dengan Uud 1945

HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UUD 1945 DAN HUBUNGAN ANTARA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 A. A. Hubungan Pancasila Dengan Uud 1945 HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UUD 1945 DAN HUBUNGAN ANTARA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 A. A. Hubungan Pancasila Dengan Uud 1945 Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MAKALAH PANCASILA Disusun Oleh : Nama : DIMAS RIZA RAHMAN NIM : 11.11.5313 Kelompok : E Program Studi : S1 Jurusan : TEKNIK INFORMATIKA Dosen Pembimbing : DR. Abidarin Rosyidin,MMa STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA Era global menuntut kesiapan segenap komponen Bangsa untuk mengambil peranan sehingga pada muara akhirnya nanti dampak yang kemungkinan muncul, khususnya dampak negatif dari

Lebih terperinci

NU, PANCASILA DAN CIVIL RELIGION. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel

NU, PANCASILA DAN CIVIL RELIGION. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel NU, PANCASILA DAN CIVIL RELIGION Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel Pengantar Secara historis NU memiliki kontribusi yang sangat besar dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA PADA MASA KINI

TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA PADA MASA KINI TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA PADA MASA KINI DI SUSUN NAMA : LEVYNA ISTA NIM : 11.01.2856 PROGRAM STUDY JURUSAN DOSEN : DIPLOMA TIGA : TEKNIK INFORMATIKA : IRTON SE, M.Si SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepatnya pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. tepatnya pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut paham nomokrasi bahkan semenjak negara Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Paham nomokrasi adalah sebuah paham yang menempatkan

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci