BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA Pasal 29 Ayat (2)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA Pasal 29 Ayat (2)"

Transkripsi

1 BAB II UNDANG-UNDANG DASAR NEGERA REPUBLIK INDONESIA 1945 Pasal 29 Ayat (2) II.1. Pengantar Indonesia merupakan negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modren adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme, yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk mambangun suatu masa depan bersama dibawah satu negara walaupun warga masyarakat tersebut berbeda agama, suku etnis, ras atau golongan. 1 Sebagai suatu negara modern, Indonesia diciptakan dengan sengaja dan dalam waktu yang singkat. Maksud diciptakan dengan sengaja disini adalah, pertama, diciptakan dengan bermodalkan rakyat yang semula tidak merupakan suatu kesatuan bangsa karena perbedaan etnis, suku, agama dan golongan kemudian bersepakat menjadi sebuah bangsa. Kedua, diciptakan berdasarkan filsafat tentang negara dalam hal ini adalah pancasila, yang di dalamnya terdapat tujuan negara dan cara-cara dasariah untuk mencapai tujuan negara. Maksud diciptakan dengan singkat adalah dengan penciptaan dan terciptanya bangsa Indonesia sekaligus penciptaan dan terciptanya Negara Indonesia. 2 Proses penciptaan ini dilakukan oleh para pendiri bangsa dalam waktu yang relative singkat. ini Jadi dalam perjalanan negara ini harus selalu mengingat sejarah terbentuknya yang bermodalkan rakyat (berbeda agama, ras, etnis dan golongan) yang bersepakat untuk membentuk sebuah negara. 1 Syaafruedin Bahar & Nannie Hudawati (tim penyunting). Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)-Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), dengan kata pengantar Taufik Abdullah (Jakarta: Sekertariat Negara R.I, 1998), xlix. 2 Broto Semedi, Kehidupan Beragama Berdasarkan Pancasila: Menuju Toleransi Beragama (Yogyakarta: TPK Gunung Mulia, tanpa tahun),

2 Kehendak suku-suku nusantara menyatukan diri untuk merdeka dengan menyelenggarakan kehidupan negara sebagai suatu bangsa yang merdeka, dan pada saat bersamaankonsep filsafati tentang negara bertumbuh dan berkembang, yang di ujung perjuangan Soekarno mengkristalisasikannya dan menyampaikannya dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang kemudian dikenal sebagai pidato lahirnya Pancasila. 3 Jadi Pancasila selain sebagai filsafat negara, pancasila juga dapat dipahami sebagai perjanjian kesepakatan suku-suku bangsa penghuni nusantara untuk hidup bersama berbangsa dan bernegara. 4 Nilai-nilai yang ada dalam pancasila merupakan hasil galian dari nilai-nilai luhur sosiokultural bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang ada dalam pancasila ini kemudian menjadi pokokpokok pikiran pembukaan UUD Pembukaan UUD 1945 selanjutnya menjiwai rancangan batang tubuh UUD Untuk dapat memahami maksud UUD 1945 terlebih dahulu kita harus mempunyai pemahaman tentang pancasila. Semangat dan nilai-nilai serta ide-ide yang terkandung dalam Pancasila menjadi dasar untuk menafsirkan atau menjelaskan batang tubuh UUD UUD 1945 yang dirancang dengan dijiwai nilai-nilai pancasila adalah hukum dasar tertulis negara Indonesia. 6 UUD 1945 pasal 29 ayat (1) sebagai pengkuan terhadap dimensi religious adalah penerjemahan pancasila sila pertama. 7 Sila pertama Pancasila saat ini dijiwai oleh prinsip ketuhanan yang disampaikan Soekarno dalam pidato pada 1 Juni. Menurut Soekarno prinsip Ketuhanan bukan saja memaksudkan bangsa Indonesia ber-tuhan, tetapi 3 Ibid., Ibid., Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2011), Ibid., Broto Semedi, Kehidupan Beragama Berdasarkan Pancasila,

3 masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-tuhan. Hendaknya Negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara leluasa. 8 Soekarno merumuskannya dengan istilah Ketuhanan yang berkebudayaan ke-tuhanan yang berbudi perkerti luhur, ke-tuhanan yang saling hormat-menghormati. Indonesia sebagai bangsa yang lahir dan terbentuk oleh masyarakat plural, termasuk di dalamnya pluralitas agama. Sebuah fakta dalam masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dengan pluralisme. 9 Sila pertama dalam pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa didasari oleh prinsip ketuhanan yang disampaikan Soekarno dalam pidatonya. Prinsip ketuhanan tersebut mengakui kemajemukan agama yang ada di Indonesia dan sekaligus memberikan jaminan untuk menjalankan agamanya dengan leluasa. Pengakuan kemajemukan agama dan prinsip jaminan untuk dapat menjalankan agamanya merupakan bagian dari prinsip kebebasan beragama. Prinsip jaminan kebebasan beragama ini selanjutnya secara tegas diatur dalam UUD 1945 pasal 29 ayat (2). II.2. Proses Perumusan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 Undang-undang Dasar 1945 merupakan sumber hukum tertulis tertinggi dalam kasanah perundang-undangan di Indonesia. 10 Proses pembahasan dan perumusan UUD 1945, diawali setelah rapat BPUPKI pada 11 Juli 1945 dengan membentuk panitia perancang hukum dasar dengan anggota 19 orang, dan diketuai oleh Soekarno. Setelah mengalami proses yang panjang akhirnya pada 18 Agustus 1945 UUD disahkan dalam rapat pertama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). 8 Saafroedin Bahar & Nannie Hudawati, Risalah Sidang Badan Penyelidik, Djohan Effendi, Pluralisme dan Kebebasan Beragama (Yogyakarta:Interfidei, 2011), vii. 10 Sri Bintang Pamungkas & Ernalia Sri-Bintang, Menggugat Dakwaan Subversi : Sri-Bintang Pamungkas di balik Jeruji Besi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000),

4 Pada saat penyusunan rancangan dasar negara (Pancasila) dan UUD 1945 terjadi perdebatan antara dua golongan, yaitu golongan kebangsaan dan golongan Islam. Golongan Islam berpandangan bahwa negara tidak dapat dipisahkan dari agama. Hal ini dinyatakan oleh Ki Bagoes Hadikoesoemo dalam paparan pandangannya bahwa Islam mengandung ideologi negara, sehingga Islam dan negara tidak dapat dipisahkan. 11 Golongan kebangsaan dalam pandangan hubungan negara dan agama terbagi dalam dua pandangan lagi. Ada golongan kebangsaan yang menghendaki agar urusan negara dan agama dipisahkan dengan tegas. Ada pula golongan kebangsaan yang menghendaki tidak sepenuhnya pemisahan negara dan agama. 12 Namun pada prinsipnya golongan kebangsaan menghendaki agar negara netral terhadap agama. Soekarno akhirnya berhasil membuat kedua golongan ini berkompromi dengan menjembatani kesenjangan kedua kepentingan melalui pidatonya tanggal 1 Juni. Soekarno menyatakan bahwa Negara mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Esa dan tiap orang dapat menyembah Tuhannya dengan leluasa. Dalam hal ini hubungan negara dan agama tidaklah terpisahkan, namun negara tidak berdasarkan satu agama tertentu. Kompromi antara golongan kebangsaan dan Islam berlanjut pada saat perancanga Undang-Undang Dasar Menurut Parada Harahap pada saat membaca mukadimah, sesungghunya sudah melihat gambaran dari pada undang-undang dasar itu. Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat Soepomo sebagai panitia penyusun rancangan hukum dasar (undang-undang dasar). Menurut Soepomo dalam merumuskan undang-undang dasar bahwa cita-cita dan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan itu, menjadi dasar cita-cita dan pokok pikiran 11 Saafroedin Bahar & Nannie Hudawati, Risalah Sidang Badan Penyelidik, Yudi Latif, Negara Paripurna, Ibid.,

5 undang-undang yang akan disusun. Dalam pembukaan kita menerima aliran pengertian negara persatuan yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi negara mengatasi segala paham golongan dan segala paham perseorangan. Negara menurut paham pembukaan adalah negara persatuan meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah yang menjadi dasar negara yang tidak boleh dilupakan. 14 Dalam Pidato tanggapan Moh. Yamin terhadap hasil rancangan hukum dasar (UUD) dari panitia, Yamin menyatakan bahwa UUD yang kita rancang tidak saja menjamin kesejahteraan, haruslah juga menjamin hak rakyat sebagai manusia yang merdeka. 15 Selayaknya rakyat mendengar isi konstitusi ini atau membacanya hendaklah ia merasa masuk ke negara baru dan negara merdeka. Selanjutnya dalam pidato Yamin menegaskan bahwa Republik ini bukan negara yang anti-tuhan, melainkan republik yang ber-tuhan. Konstisusi Republik Indonesia berlindung kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. 16 Soepomo juga menyatakan hal yang tidak berbeda bahwa salah satu pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan ialah negara berdasar atas ke-tuhanan, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap. Oleh karena itu UUD harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara. untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. 17 Penolakan Latuharhary terhadap rancangan UUD pasal 29 ayat (1) (pada saat itu pasal 28 ayat (1)) mengawali perdebatan panjang pembahasan undang-undang dasar tersebut. Karena 14 Saafroedin Bahar & Nannie Hudawati, Risalah Sidang Badan Penyelidik, Ibid., Ibid., Ibid.,

6 menurut Latuharhary pasal tersebut berakibat besar sekali terhadap agama lain dan dapat menimbulkan benih-benih atau kemungkinan yang dapat diartikan macam-macam yang dapat membawa perasaan tidak senang kepada golongan yang bersangkutan. 18 Menurut Soepomo undang-undang dasar adalah hasil keadaan histori, keadaan negara pada waktu membentuk undang-undang itu. Sehingga tidak perlu ada kekuatiran terhadap pasal tersebut, sebab pasal 29 ayat (2) merupakan penegasan untuk menghilangkan kekuatiran atau keraguan warga negara yang tidak beragama Islam. 19 Pasal 29 ayat (2) pada saat itu berbunyi demikian negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama lain dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya masing-masing. Pada saat bunyi pasal 29 ayat (1) dan (2) diperdebatkan dalam sidang BPUPKI Soepomo sebagai panitia perancang UUD mengatakan bahwa UUD merupakan hasil kompromis kaum kebangsaan dan kaum islam. Namun yang harus diingat adalah negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama lain dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya masing-masing. Sekali-kali bukan maksudnya kompromis untuk membatasi kemerdekaan penduduk untuk beragama lain, sama sekali tidak! Kita menghendaki dasar ke-tuhanan dan dasar kemanusiaan dan atas dasar-dasar itu kita menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama apapun dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya masingmasing. 20 Bunyi pancasila sila pertama ( Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya ) dan UUD 1945 pasal 29 ayat (1) yang merupakan hasil kompromis beberapa kali ditolak oleh Ki Bagoes Hadikoesoemo. Sebab kalimat ini terkesan tidak tegas bagaimana sikap negara terhadap Islam. 21 Penolakan golongan Islam berlanjut pada rancangan UUD pasal 29 ayat (2) (pada saat itu pasal 28 ayat (2)). Dalam pandangan 18 Ibid., Ibid., Ibid., Ibid.,

7 Islam pasal ini dapat menyinggung kaum muslimin karena sebagai sugesti kaum muslimin untuk meninggalkan agamanya. Mereka meminta supaya perkataan untuk yang pertama dalam ayat kedua itu diganti dengan kata yang dan perkataan dan disitu dibuang sama sekali. Jadi bunyi teksnya begini negara menjamin kemerdekaan tiap2 penduduk yang memeluk agama lain untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya masingmasing. 22 Hal tersebut sempat disetujui oleh oleh Soepomo sebagai pantia perancang undangundang dasar. Latuharhary langsung memberikan tanggapan penolakan terhadap usul tersebut. Sebab dengan dihilangkannya kedua kata tersebut, maka kalimat tersebut berbunyi negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk yang memeluk agama lain. Maksud pasal tersebut yang awalnya melindungi agama berubah menjadi melindungi orang yang memeluk agama. Sedangkan maksud panitia sebenarnya adalah menghormati agama bukan orang yang memeluk agama. 23 Terhadap permasalahan tersebut anggota Dahler mengusulkan bunyi pasal 29 ayat (2) negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya masing-masing. 24 Usul ini dimufakati semua peserta rapat BPUPKI. Rancangan UUD 1945 oleh BPUPKI selanjutnya dibawa dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dalam sidang pertama pada 18 Agustus 1945 PPKI mengesahkan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 dengan beberapa hal pokok perubahan. Perubahan ini dipengaruhi oleh teks proklamasi Indonesia yang tidak menggunakan naskah rencana Pernyataan Indonesia Merdeka (PIM) yang disusun oleh 22 Ibid., Ibid., Ibid.,

8 BPUPKI. Akibat tidak digunakannya teks PIM tersebut pada saat Indonesia menyatakan kemerdekaannya, maka naskah Piagam Jakarta seluruhnya hendak dijadikan Pembukaan UUD Wakil dari Protestan dan Katolik menolak tujuh kata dalam alenea keempat. Pada akhirnya disepakatilah perubahan Piagam Jakarta menjadi pembukaan UUD Perubahan yang terjadi pada alenia ke tiga dan keempat. Perubahan pada alenia ketiga ialah dihapusnya kata Allah dan pada alenia keempat pada kata berdasar kepada ketuhanan, dengan kewajiban melakukan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. 25 Pada sidang pertama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945, suasana kebatinan dan situasi politik Indonesia berubah secara dramatis, hal ini dikarenakan proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus sebelumnya. Dalam sidang pertama ini tujuh kata dalam sila pertama dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya disepakati untuk dihapus. Dengan disepakatinya dihapus ketujuh kata tersebut mengakibatkan hilangnya keistimewaan Islam. 26 Oleh sebab itu, seluruh rancangan batang tubuh UUD 1945 yang mengandung keistimewaan Islam seluruhnya dihapus. Piagam Jakarta yang kemudian disepakati menjadi pembukaan juga harus menghapus kata yang mengandung keistimewaan islam. 27 Perubahan yang terjadi pada pasal 29 ayat (1) negara berdasar ketuhanan Yang Maha Esa tujuh kata dibelakang dihapus. Pasal 6 ayat (1) (pada saat itu pasal 6 alenea 1) juga mengalami perubahan Presiden ialah orang Indonesia Asli tidak ada tambahan yang beragama Islam. 28 Pengaruh dihapusnya syarat beragam Islam bagi Presiden dapat membantu dalam memahami pasal 29 ayat 25 John Titaley, Nilai-nilai Dasar Yang Terkandung Dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945(Salatiga: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, 1999), Yudi Latif, Negara Paripurna, John Titaley, Nilai-nilai Dasar, Ibid.,

9 (2).Kata Allah dalam Alenea preambule diganti dengan kata Tuhan Yang Maha Kuasa. Ketujuh kata keistimewaan Islam yang tercantum dalam preambule juga dihapus. II.3. Penjelasan pasal 29 ayat 2 Apabila mengacu pada penjelasan UUD 1945 yang disusun oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia, tidak ada penjelasan terhadap UUD 45 pasal 29 ayat (2) tersebut. Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga hukum negara yang diberikan kewenangan sebagai penafsir final terhadap batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 secara resmi tidak memberikan tafsiran terhadap UUD 45 pasal 29 ayat (2). 29 Pasal ini dianggap tidak perlu dijelaskan karena sudah jelas. Sebab tidak ada pakar, ahli atau pembicara dalam seminar-seminar yang tidak meyakini atau menolak bahwa UUD 1945 pada dasarnya telah mengakui dan memberikan jaminan terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan. 30 Secara eksplisit, soal kebebasan beragama telah jelas dan tidak perlu diperdebatkan lagi karena telah diamanatkan oleh UUD Sebuah undang-undang dasar tidak dapat dipahami secara utuh hanya dengan membaca teks-teks pasal tertulis saja, akan tetapi perlu juga dipahami suasana kebatinan (geistlichen hintergrund) dari berbagai persitiwa yang terjadi yang meliputi segenap lahirnya pasal-pasal, serta ruang lingkup perdebatan ketika pasal tersebut dirumuskan. Hal ini sangat penting ketika melakukan penafsiran konstitusi agar konstitusi tersebut menjadi hidup dan 29 Lihat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 24C ayat (1). 30 Moh Mahfud MD, Kebebasan Beragama Dalam Perspektif Konstitusi. ma+dalam+perspektif+konstitusi&spell=1&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.&fp=63d2b467ac9ef5e0&biw=1278&bih=

10 berkembang dalam masyarakat dengan tetap menjaga makna, maksud dan tujuan setiap pasal dan ayatnya (original intent). 31 Berdasarkan pemahaman di atas, maka suasana kebatinan, perdebatan dan dinamika dalam perumusan UUD pasal 29 ayat (2) ini perlu dilihat. Namun, untuk membantu memahami pasal 29 ayat (2) lebih utuh, maka suasana kebatinan dalam perumusan pasalpasal lain yang berhubungan dengan pasal 29 ayat (2) juga harus dilihat. Apabila mengacu pada proses perumusan UUD 1945 pasal 29 ayat (2) yang telah dipaparkan di atas. Ada beberapa hal yang dapat dilihat. Pertama, Yamin menyatakan bahwa UUD yang kita rancang tidak saja menjamin kesejahteraan, haruslah juga menjamin hak rakyat sebagai manusia yang merdeka. 32 Pandangan Moh. Yamin menegaskan bahwa UUD yang akan dirumuskan mengakui hak asasi manusia dan sekaligus menjamin perlidungan terhadap hak asasi manusia. Pengakuan sekaligus jaminan terhadap Hak Asasi Manusia baru di deklarasikan tahun 1948, yaitu 3 tahun setelah disahkannya Undang-Undang Dasar Jadi tidaklah berlebihan jika Moh. Hatta menyatakan UUD 1945 merupakan konstitusi terbaik di zamannya. 33 Seharusnya hal ini menjadi motivasi untuk tetap menjaga dan memelihara amanat para pendiri bangsa ini. Bahwa sejak dahulu kala kita sebagai bangsa menyadari pentingnya akan pengakuan dan jaminan terhadap hak asasi manusia termasuk di dalamnya hak setiap orang untuk memeluk agamanya dan beribadat sesuai dengan agamanya. 31 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Naskah Komprehensif Perubahan Undang-undang Dasar Negara Republic Indonesia 1945 (Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2010), XiV. 32 Saafroedin Bahar & Nannie Hudawati, Risalah Sidang Badan Penyelidik, Ibid.,

11 Kedua, Yamin menyampaikan bahwa Republik ini bukan negara yang anti-tuhan, melainkan republic yang ber-tuhan. Konstitusi Republik Indonesia berlindung kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Soepomo juga menyatakan hal tidak berbeda bahwa salah satu pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan ialah negara berdasar atas ke-tuhanan, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 34 Pandangan ini jelas bahwa negara mengakui akan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Pengakuan akan Ketuhaan tersebut didasari prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab. Prinsip ke-tuhanan ini dapat diartikan sebagai pengakuan kepada Tuhan dengan didasari sikap saling menghormati, menghargai dan mengakui keberadaan orang lain. Hal ini seturut dengan prinsip ke-tuhanan yang disampaikan Soekarno dalam pidatonya, yaitu ke-tuhanan yang saling hormat-menghormati dan semua orang dapat menyembah tuhannya dengan leluasa. 35 Pada saat bunyi pasal 29 ayat (1) dan (2) diperdebatkan, Soepomo dalam pidato penjelasaannya sebagai panitia perancang UUD mengatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama lain dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya masing-masing. Kita menghendaki dasar ke-tuhanan dan dasar kemanusiaan dan atas dasar-dasar itu kita menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama apapun dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya masingmasing. 36 Jadi ada dua hal yang mendasari pasal 29, pertama, bahwa negara mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, pengakuan tersebut dengan tetap menjunjung tinggi dasar kemanusian. Nilai dasar kemanusiaan adalah martabat yang melekat pada 34 Ibid., Ibid., Ibid.,

12 manusia, salah satunya adalah kebebasan beragama. 37 Jadi pengakuan terhadap nilai dasar kemanusiaan adalah adanya jaminan kemerdekaan setiap orang untuk memeluk agama yang diyakininya dan beribadat sesuai dengan agamanya. Atas dasar ini, maka tidak dibernarkan jika ada larangan atau hambatan bagi setiap orang untuk memilih agamanya, menjalankan ajaran agamanya, beribadat menurut agamanya. Selanjutnya Soepomo mengatakan bahwa walaupun pasal 29 ini merupakan hasil kompromis kaum kebangsaan dan kaum Islam. Namun yang harus diingat adalah negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Jadi hasil kompromis maksudnya bukan untuk membatasi kemerdekaan penduduk untuk memeluk agamanya dan beribadat sesuai dengan agamanya. 38 Penegasan Seopomo sebagai panitia perancang Undang-Undang Dasar dapat kita pahami sebagai suasana kebatinan para pendiri bangsa saat itu dalam menyusun rancangan Undang- Undang Dasar. Suasana kebatinan itu terlihat bahwa walaupun ada perbedaan pendapat antara golongan kebangsaan dan Islam dalam rumusan pasal 29, namun pada prinsipnya baik golongan kebangsaan dan golongan Islam menginginkan negara ini menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agama yang diyakininya dan beribadat menurut agamanya. 39 Berdasarkan uraian di atas dapat kita pahami bahwa pemerintah tidak boleh melakukan pembatasan bagi setiap warga negaranya untuk memeluk agama yang diyakininya dan beribadat sesuai dengan agamanya. Apabila negara tidak bisa melakukan pembatasan kemerdekaan penduduk untuk memeluk agamanya dan beribadat sesuai agamanya, maka 37 John Kesley & Summer B Twiss, Agama dan Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: Interfidei, 2007), Ii. 38 Saafroedin Bahar & Nannie Hudawati, Risalah Sidang Badan Penyelidik, 39 Moh. Mahfud MD, Kebebasan Beragama, 6. 24

13 masyarakat juga tidak boleh membatasi setiap orang untuk memeluk agamanya dan beribadat sesuai dengan agamanya dengan alasan apapun. Sebab pada prinsipnya semua warga negara setara, mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Tindakan sekelompok masyarakat yang membatasi orang lain untuk beribadat menurut agamanya, jelas tidak sesuai dengan prinsip dan semangat konstitusi Indonesia. Pemerintah berdasarkan pasal 29 ayat (2) berkewajiban untuk menjaga dan melindungi setiap warga negara dari tindakan intimidasi dan diskriminasi berupa pembatasan kebebasan beragama dan beribadat. Sepakatnya para pendiri bangsa untuk menghapuskan tujuh kata dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, merupakan kesepakatan para pendiri bangsa untuk menghilangkan keistimewaan satu kelompok atau golongan yang dalam hal ini adalah agama Islam. Kesepakatan menghilangkan keistimewaan Islam berarti kesepakatan untuk menjadikan semua warga negara sama, punya hak dan kewajiban yang sama, tidak ada kelompok, golongan atau agama yang lebih tinggi dan tidak ada kelompok, golongan atau agama yang lebih rendah. Dengan prinsip seperti ini, maka tidak boleh ada tindakan intimidasidan diskriminasi dari satu kelompok pada kelompok lainnya. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pelaksana amanat konstitusi berkewajiban untuk menjaga dan melindungi setiap warga negara dari tindakan intimidasi dan diskriminasi dari satu kelompok tertentu. Walaupun kelompok tersebut adalah mayoritas. Fakta masyarakat Indonesia ada yang mayoritas dan ada pula yang minoritas. Namun pendiri bangsa telah sepakat bahwa tidak ada warga negara yang istimewa dan tidak tidak ada kelompok, golongan atau agama yang istimewa. Karena semua warga negara sama kedudukan, hak dan kewajibannya. Berdasarkan prinsip ini di atas, maka pemerintah berkewajiban untuk melindungi setiap warga negara dari tindakan intimidasi dan diskriminasi. Tidak hanya sampai disitu, 25

14 pemerintah juga berkewajiban memastikan semua warga negara diperlakukan sama. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pelaksana amanat konstitusi tidak boleh memberikan peluang adanya produk-produk hukum yang dapat dijadikan payung hukum oleh satu kelompok yang dapat mengintimidasi kelompok lain. Apalagi apabila produk hukum tersebut dapat menciptakan tindakan diskriminasi terhadap satu kelompok tertentu. Sebab apabila hal itu terjadi, maka produk hukum tersebut tidak sesuai dengan konstitusi yang telah amanatkan bersama para pendiri bangsa ini. Menurut Moh. Mahfud MD UUD 1945 pasal 29 adalah pengakuan agama sebagai hak asasi manusia. Pasal itu menegaskan soal tugas negara untuk memberikan perlindungan terhadap kebebasan beragama dan menjalankan ibadah dan kepercayaannya masing-masing warga negara dan penduduk Indonesia. Dalam konteks negara Indonesia yang mengakui posisi penting agama, perlindungan terhadap kebebasan beragama harus dipadukan dengan perlindungan terhadap kemurnian ajaran agama. 40 II.4. Kesimpulan Melalui pernyataan dan argument-argument yang disampaikan para pendiri bangsa di atas ada beberapa hal yang dapat dipahami sebagai ide dasar para pendiri bangsa merumuskan pasal 29 ayat (2). Pertama, negara mengakui akan adanya Tuhan yang Maha Kuasa. Kedua, sesuai dengan semangat dan jiwa pembukaan bahwa negara yang di bentuk adalah negara persatuan yang melindungi seluruh golongan, agama, suku, dan paham yang ada. Ketiga, pengkuan dan sekaligus jaminan hak rakyat sebagai manusia yang merdeka. Dan atas dasar ide-ide inilah dapat pula dipahami maksud dan tujuan dari UUD 45 pasal 29 ayat (2) bahwa 40 Moh Mahfud MD, Kebebasan Beragama Dalam Perspektif Konstitus, 9. 26

15 negara menjamin kemerdekaan setiap penduduk sebagai manusia merdeka untuk memeluk agama atau keyakinannya dan negara menjamin melindungi tiap-tiap penduduk untuk beribadat menurut agama dan kepercayaanya. Walaupun terjadi perdebatan antara golongan kebangsaan dan golongan Islam dalam perumusan pasal 29, namun pada prinsipnya kedua golongan memiliki pandangan yang sama bahwa negara tidak boleh membatasi penduduk untuk memeluk agamanya dan beribadat sesuai dengan agamanya. Dalam perdebatan tersebut pasal 29 ayat (1) masih berbunyi Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Dihapuskannya tujuh kata dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya mengakibatkan hilangnya keistimewaan Islam. Penghapusan ke-tujuh kata tersebut bukan hanya menghilangkan keistimewan Islam, namun penegasan para pendiri bangsa bahwa setiap warga negara bebas memeluk agamanya dan beribadat sesuai dengan agamanya. Hal ini sekaligus penegasan para pendiri bangsa bahwa tidak boleh ada pembatasan bagi setiap warga negara untuk menjalankan ajaran agamanya dan beribadat menurut agama atau kepercayaannya. Dengan dihapusnya 7 kata dalam sila pertama pancasila mengakibatkan hilangnya keistimewaan Islam. Hilangnya keistimewaan Islam adalah penolakan ideologi Islam sebagai dasar negara. Menurut pemahaman ini hubungan negara dan agama menjadi netral. Dengan demikian, negara kembali kepada gagasan negara persatuan yang mengatasi paham perseorangan dan golongan. 41 Hal ini sesuai dengan pidato soepomo terhadap rancangan UUD yang menyatakan dalam merumusakan undang-undang dasar bahwa cita-cita dan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan itu, menjadi dasar cita-cita dan 41 Yudi Latif, Negara Paripurna,

16 pokok pikiran undang-undang yang akan disusun. Dalam pembukaan kita menerima aliran pengertian negara persatuan yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi negara mengatasi segala paham golongan dan segala paham perseorangan. Negara menurut paham pembukaan adalah negara persatuan meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah yang menjadi dasar negara yang tidak boleh dilupakan. 42 Hilangnya keistimewaan Islam juga mengakibatkan dihapusnya seluruh rumusan yang mengandung keistimewaan Islam dalam pembukaan dan batang tubuh UUD Termasuk hilangnya syarat beragama Islam bagi seorang presiden dalam pasal 6 ayat (1) (pada saat itu pasal 6 alenia 1). Hilangnya syarat beragama Islam bagi seorang presiden menjadikan seluruh warga negara memiliki kedudukan yang setara, tanggungjawab yang sama, kesempatan yang sama dan hak yang sama di negara Republik Indonesia. Hal ini dapat diartikan sebagai amanah dari para pendiri bangsa agar negara tidak melakukan tindakan diskriminasi terhadap kelompok atau golongan tertentu dan negara melindungi tindakan diskriminasi dari satu kelompok terhadap yang lain. Inilah yang menjadi semangat bersama para pendiri bangsa pada saat mendirikan negara ini. 42 Safroedin Bahar, Nannie Hudawati, Risalah Sidang Badan Penelidik, Yudi Latif, Negara Paripurna,

BAB V PENUTUP. merumuskannya dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

BAB V PENUTUP. merumuskannya dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Konteks kemajemukan beragama di Indonesia menjadikan prinsip kebebasan beragama begitu penting. Para pendiri bangsa telah menyadari akan pentingnya hal ini yang kemudian merumuskannya

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : VI / I Alokasi Waktu : 6 x 35 Menit Standar Kompetensi 1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses

Lebih terperinci

MODUL 2 PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

MODUL 2 PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA MODUL 2 PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Sejarah lahirnya Pancasila Tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA PANCASILA Modul ke: 03Fakultas Ekonomi dan Bisnis PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia Presiden

Lebih terperinci

SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA

SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA Nama : Chikita Putri M. Kelas : 8A Panitia Sembilan Panitia Sembilan dibentuk pada 1 Juni 1945. Panitia Sembilan ini adalah panitia yang beranggotakan

Lebih terperinci

PANCASILA. Pancasila sebagai Dasar Negara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Manajemen

PANCASILA. Pancasila sebagai Dasar Negara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.  Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Manajemen PANCASILA Modul ke: Pancasila sebagai Dasar Negara www.mercubuana.ac.id Fakultas MKCU Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen Dasar Negara Indonesia dalam pengertian historisnya merupakan

Lebih terperinci

Pancasila dan Implementasinya

Pancasila dan Implementasinya Modul ke: Pancasila dan Implementasinya Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Sejarah Lahirnya Pancasila Kata Pancasila pertama kali dapat ditemukan dalam buku Sutasoma karya Mpu

Lebih terperinci

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA Tatap muka ke -3 suranto@uny.ac.id 1 Asalmula Pancasila Pancasila sebagai dasar negara RI digali dari nilai-nilai agama dan budaya bangsa Indonesia Sebelum Pancasila disahkan

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Zaka nurhadi Nim : 11.11.5663 Kelompok : F Program studi : S1-Teknik informatika Dosen : Dr.

Lebih terperinci

2. Perumusan Dasar Negara oleh Pendiri Negara

2. Perumusan Dasar Negara oleh Pendiri Negara 2. Perumusan Dasar Negara oleh Pendiri Negara Ketua BPUPKI dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat pada pidato awal sidang pertama BPUPKI, menyatakan bahwa untuk mendirikan Indonesia merdeka maka diperlukan suatu

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DEMOKRASI PANCASILA MENURUT UUD 1945

TUGAS AKHIR DEMOKRASI PANCASILA MENURUT UUD 1945 TUGAS AKHIR DEMOKRASI PANCASILA MENURUT UUD 1945 Di susun oleh : Nama : Garna Nur Rohiman NIM : 11.11.4975 Kelompok : D Jurusan Dosen : S1-TI : Tahajudin Sudibyo, Drs Untuk memenuhi Mata Kuliah Pendidikan

Lebih terperinci

Nama : Yogi Alfayed. Kelas : X ips 1. Tugas : Kaidah yang fundamental (PPKn) JAWABAN :

Nama : Yogi Alfayed. Kelas : X ips 1. Tugas : Kaidah yang fundamental (PPKn) JAWABAN : Nama : Yogi Alfayed Kelas : X ips 1 Tugas : Kaidah yang fundamental (PPKn) JAWABAN : 1. Pengertian pokok kaidah fundamental negara Nilai-nilai pancasila sebagai dasar filsafat negara bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

Habib Rizieq: "Indonesia bukan Negara Demokrasi"

Habib Rizieq: Indonesia bukan Negara Demokrasi Habib Rizieq: "Indonesia bukan Negara Demokrasi" http://www.arrahmah.com/news/2013/02/23/habib-rizieq-indonesia-bukan-negara-demokrasi.html#.us5v0febjlk Oleh Saif Al Battar Sabtu, 17 Rabiul Akhir 1434

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. B. rumusan masalah

A. Latar Belakang. B. rumusan masalah ABSTRAKSI Mempelajari Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah kewajiban moral seluruh warga negara Indonesia. Pancasila yang

Lebih terperinci

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: 05 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila Sebagai Dasar Negara Modul ini membahas mengenai Pancasila Sebagai Dasar Negara Yang Merupakan Ideologi Terbuka, Batasan keterbukaan Pancasila sebagai

Lebih terperinci

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA KEWARGANERAAN Modul ke: PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Fakultas FEB SYAMSUNASIR, S.SOS., M. M. Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id SEJARAH SINGKAT LAHIRNYA PANCASILA Istilah Pancasila pertama

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG Jl. Sompok No. 43 Telp. 8446802 Semarang Website.www.smp 37.smg.sch.id Email: smp 37 smg @ yahoo.co.id ULANGAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pancasila dan Implementasinya

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pancasila dan Implementasinya Modul ke: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pancasila dan Implementasinya Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1.Sejarah Lahirnya Pancasila 2.Pancasila

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI DALAM

Lebih terperinci

BAB 4 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

BAB 4 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA BAB 4 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Modul ke: Mengapa mempelajari? Agar memahami Pancasila yang hidup dalam setiap tata peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia Fakultas Rina Kurniawati, SHI,

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 8 OLEH : TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA Pancasila Material ; Filsafat hidup bangsa, Jiwa bangsa, Kepribadian bangsa, Sarana tujuan hidup bangsa, Pandangan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS; MENGETAHUI SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA MENJELASKAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 105 CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR (KONVENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Nama : Rakhmat Subandi NIM : 11.11.5598 Kelompok : F Jurusan : S1-TI Dosen Pembimbing : DR. Abidarin Rosyidi, Mma JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Pancasila PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Pancasila Sebagai Dasar

Lebih terperinci

C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Tabel 2.3 Arti Penting UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 No Unsur Manfaat Akibat apabila tidak ada UUD 1 Warga Negara 2 Bangsa dan Negara Kesimpulan : C. Peran Tokoh Perumus UUD Negara Republik

Lebih terperinci

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta S a m b u t a n UPACARA BENDERA PERINGATAN DETIK-DETIK PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI KE-72 TAHUN 2017 Yogyakarta, 17 Agustus 2017 --------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 8 OLEH : TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA Pancasila Material ; Filsafat hidup bangsa, Jiwa bangsa, Kepribadian bangsa, Sarana tujuan hidup bangsa, Pandangan

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Dasar Negara-1

Pancasila sebagai Dasar Negara-1 PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 04 Pancasila sebagai Dasar Negara-1 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi AKUNTANSI Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara Dasar negara

Lebih terperinci

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA Pancasila dalam Konteks Sejarah Bangsa Zaman Kuno Sejak adanya kerajaan-kerajaan di nusantara dan masuknya agama Hindu, Budha, dan Islam unsur-unsur Pancasila sudah ada di masyarakat,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 105 CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR (KONVENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 5

BAHAN TAYANG MODUL 5 Modul ke: PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 SERTA PENJABARAN PADA PASAL- PASAL UUD 1945 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN NEGARA SEMESTER GASAL

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA Dosen: Muhammad Idris Disusun Oleh: Nama : Dimas Pandu W. NIM : 11.01.3005 Kelompok : B Kelas : 11-D3TI-03 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA PENETAPAN PANCASILA Dosen: Muhammad Idris

Lebih terperinci

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Modul ke: 03 Fakultas Udjiani EKONOMI DAN BISNIS A. Sejarah Lahirnya Pancasila B. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia C. Implementasi Pancasila dalam Kehidupan

Lebih terperinci

Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3.

Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3. PANCASILA LANJUT Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3. Peri ketuhanan 4. Peri kerakyatan 5. Kesejahteraan

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH

TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh : Richi Ardianto 11.11.5468 Kelompok F S1 TI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai dasar negara dan hubungannya dalam Pasal UUD 45. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom.

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai dasar negara dan hubungannya dalam Pasal UUD 45. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Pendidikan Pancasila Berisi tentang Pancasila sebagai dasar negara dan hubungannya dalam Pasal UUD 45 Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: Pancasila sebagai Dasar Negara-1

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: Pancasila sebagai Dasar Negara-1 PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 04 Pancasila sebagai Dasar Negara-1 Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil www.mercubuana.ac.id Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. : Oby rohyadi. Nomer mahasiswa : Program studi : STRATA 1. : Teknik Informatika

TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. : Oby rohyadi. Nomer mahasiswa : Program studi : STRATA 1. : Teknik Informatika TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Oby rohyadi Nomer mahasiswa : 11.11.5471 Kelompok : F Program studi : STRATA 1 Jurusan Nama Dosen : Teknik Informatika : Dr.abidarin rosidi,m.ma Implementasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UUD 1945 DAN HUBUNGAN ANTARA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 A. A. Hubungan Pancasila Dengan Uud 1945

HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UUD 1945 DAN HUBUNGAN ANTARA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 A. A. Hubungan Pancasila Dengan Uud 1945 HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UUD 1945 DAN HUBUNGAN ANTARA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 A. A. Hubungan Pancasila Dengan Uud 1945 Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pancasila dan Implementasinya Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen Bagian Isi Gerakan Pembasisan Pancasila Pancasila

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI

Lebih terperinci

AKU WARGA NEGARA YANG BAIK

AKU WARGA NEGARA YANG BAIK AKU WARGA NEGARA YANG BAIK Dosen Pembimbing: M. Ayub Pramana SH Disusun oleh Nama: Surya Widianto P.Y NIM : 11.12.5487 Kel : G Program studi : Pancasila Jurusan : S1 Sistem Informatika SEKOLAH TINGGI MANAJEMN

Lebih terperinci

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa 1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya

Lebih terperinci

NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Disusun Oleh : Galang Swawinasis (11.02.8059) Dosen Pembimbing : Kalis Purwanto Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Pancasila

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Disusun Oleh : Nama NIM Kelompok Program Studi/ Jurusan Nama Dosen : : : : : Doni Saputra.P 11.11.5553 F S1/Teknik Informatika Abidarin Rosidi,

Lebih terperinci

MATERI TES WAWASAN KEBANGSAAN 1. PANCASILA Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini berasal dari bahasa Sansekerta yaitu pañca

MATERI TES WAWASAN KEBANGSAAN 1. PANCASILA Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini berasal dari bahasa Sansekerta yaitu pañca MATERI TES WAWASAN KEBANGSAAN 1. PANCASILA Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini berasal dari bahasa Sansekerta yaitu pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI DALAM

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 57, 1999 KONVENSI. TENAGA KERJA. HAK ASASI MANUSIA. ILO. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

Lebih terperinci

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Nama : Muhammad Anis NIM : 11.11.5300 Kelompok : E Jurusan S1 TI Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. ABSTRAKSI Artinya

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA PADA MASA KINI

TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA PADA MASA KINI TUGAS AKHIR PENERAPAN PANCASILA PADA MASA KINI DI SUSUN NAMA : LEVYNA ISTA NIM : 11.01.2856 PROGRAM STUDY JURUSAN DOSEN : DIPLOMA TIGA : TEKNIK INFORMATIKA : IRTON SE, M.Si SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam Pasal UUD 1945 dan Kebijakan Negara Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen Bagian Isi

Lebih terperinci

17. Berikut ini yang bukan sebutan identik bahwa Pancasila sebagai dasar negara adalah... a. Ideologi negara

17. Berikut ini yang bukan sebutan identik bahwa Pancasila sebagai dasar negara adalah... a. Ideologi negara 1. Suatu kumpulan gagasan,ide ide dasar serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang memberikan arah dan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu bangsa dan negara adalah pengertian... a. Ideologi c. Tujuan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PANCASILA SEJARAH PANCASILA. `: Roni Guswiyanto NIM : : S1 Teknik Informatika. : DR. Abidarin Rosyidi, MMa.

TUGAS AKHIR PANCASILA SEJARAH PANCASILA. `: Roni Guswiyanto NIM : : S1 Teknik Informatika. : DR. Abidarin Rosyidi, MMa. TUGAS AKHIR PANCASILA SEJARAH PANCASILA Nama `: Roni Guswiyanto NIM : 11.11.5434 Kelompok Jurusan Dosen : E : S1 Teknik Informatika : DR. Abidarin Rosyidi, MMa. STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAKSI Pancasila

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Disusun Oleh : Nama NIM Kelompok Program Studi/ Jurusan Nama Dosen : : : : : SUHENDRA JUNIAR A. 11.11.5565 F S1/Teknik Informatika Abidarin

Lebih terperinci

BERPERILAKU PANCASILA

BERPERILAKU PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MAKALAH PANCASILA BERPERILAKU PANCASILA DISUSUN OLEH : NAMA : EKO RAHMANTO NPM : 11.01.2979 KELOMPOK PRODI : B : PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN : D3 - TEKHIK INFORMATIKA 03 NAMA DOSEN

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TUGAS AKHIR PANCASILA PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA NAMA : ANASTASYA SAHIM NIM : 11.02.8098 KELAS :11-D3 MI 03 DOSEN KELOMPOK : M.Khalis Purwanto, Drs, MM : A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK

Lebih terperinci

Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945)

Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945) Mata Kuliah Pancasila Modul ke: Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945) Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Panti Rahayu, SH, MH Program Studi MANAJEMEN Pancasila Sebagai Dasar2

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Pancasila, Ideologi Negara, Implementasi Pancasila di Negara Indonesia. Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis. iii

KATA PENGANTAR. Penulis. iii KATA PENGANTAR Pertama-tama, kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Terimakasih juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : II/MPR/1978 TENTANG PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (EKAPRASETIA PANCAKARSA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS

Lebih terperinci

INSTRUMEN SOAL DAN PEDOMAN PENILAIAN

INSTRUMEN SOAL DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN SOAL DAN PEDOMAN PENILAIAN Mata Pelajaran Kelas/ Semester Teknik Penilaian Bentuk Soal/ Instrumen : Pendidikan Kewarganegaraan : VII A- VII D/ BAB I : Tes Tertulis : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA AGAMA SEBAGAI DASAR PANCASILA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA AGAMA SEBAGAI DASAR PANCASILA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA AGAMA SEBAGAI DASAR PANCASILA DI SUSUN : NAMA : NANDA GILANG YUDHA PRATAMA NIM : 11. 11. 4788 KELAS : 11 S1T1 03 KELOMPOK : C DOSEN : TAHAJUDIN S. Drs SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Bab III Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Sumber: http://www.leimena.org/id/page/v/654/membumikan-pancasila-di-bumi-pancasila. Gambar 3.1 Tekad Kuat Mempertahankan Pancasila Kalian telah

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I. Kom. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen

Pendidikan Pancasila PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I. Kom. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen Pendidikan Pancasila Modul ke: 05Fakultas Ekonomi Bisnis PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I. Kom Program Studi Manajemen Bagian Isi A. Pendahuluan B. Hubungan Pancasila dengan

Lebih terperinci

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -------------- KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR XVII /MPR/1998 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MAKALAH PANCASILA TINJAUAN HISTORIS PANCASILA

MAKALAH PANCASILA TINJAUAN HISTORIS PANCASILA MAKALAH PANCASILA TINJAUAN HISTORIS PANCASILA DisusunOleh: MahendraWahyuAngkasa[11.11.5241] JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

ETIKA POLITIK PANCASILA

ETIKA POLITIK PANCASILA ETIKA POLITIK PANCASILA Oleh: Dwi Yanto Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Ma arif Buntok, Kalimantan Tengah Abstrak Pengertian secara sederhana tentang Politik adalah, Suatu kegiatan untuk mencapai

Lebih terperinci

PEMBUKAAN UUD 1945 (Kuliah-8) 1

PEMBUKAAN UUD 1945 (Kuliah-8) 1 PEMBUKAAN UUD 1945 (Kuliah-8) suranto@uny.ac.id 1 1. Pembukaan UUD 1945 sebagai tertib hukum tertinggi. Mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan UUD dan dijelmakan dalam pasal-pasal

Lebih terperinci

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU A. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia Konstitusi (Constitution) diartikan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA Nama : Dini Fathnin Suroyo NIM :11.02.8137 Kelompok A Dosen : Drs. Khalis Purwanto,MM DIII MANAJEMEN INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA PANCASILA

Lebih terperinci

Nilai Juang Proses. Sumber: ClipArt Corel Gambar 1.1 Garuda Pancasila

Nilai Juang Proses. Sumber: ClipArt Corel Gambar 1.1 Garuda Pancasila I Nilai Juang Proses Per erum umusan usan Pancasila Seba bagai ai Dasar Negar ara Sumber: ClipArt Corel Gambar 1.1 Garuda Pancasila Pancasila 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN TERKAIT PENGGUNAAN KONSEP EMPAT PILAR DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN DPD RI. Sudijono Sastroatmodjo

POKOK-POKOK PIKIRAN TERKAIT PENGGUNAAN KONSEP EMPAT PILAR DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN DPD RI. Sudijono Sastroatmodjo POKOK-POKOK PIKIRAN TERKAIT PENGGUNAAN KONSEP EMPAT PILAR DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN DPD RI Sudijono Sastroatmodjo 1. Berawal dari Tugas Pimpinan MPR 1.1 Berawal dari Pasal 15 ayat (1) huruf e Undang Undang

Lebih terperinci

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan Posted by KuliahGratisIndonesia Materi soal Undang-undang merupakan salah satu komposisi dari Tes Kompetensi Dasar(TKD) yang mana merupakan

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA

RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA Modul ke: RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA SEBAGAI SALAH SATU MATA KULIAH PENGEMBANGAN KARAKTER Fakultas FAKULTAS TEKNIK RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi

Lebih terperinci

Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Indonesia. Selly Rahmawati, M.Pd.

Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Indonesia. Selly Rahmawati, M.Pd. Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Indonesia Selly Rahmawati, M.Pd. 1 Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia Pancasila sebagai dasar Negara merupakan asas kerokhanian atau dasar filsafat

Lebih terperinci

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, 2.4 Uraian Materi 2.4.1 Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar tentang kehidupan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya didasari oleh keinginan untuk hidup berbangsa dan bernegara secara demokratis. Terdapat alasan lain

Lebih terperinci

MAKNA, HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP PANCASILA

MAKNA, HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP PANCASILA MAKNA, HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP PANCASILA A. Makna Pancasila sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara Pancasila sebagai Dasar Negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia Pancasila sebagai dasar negara

Lebih terperinci

KEDUDUKAN PANCASILA DI INDONESIA

KEDUDUKAN PANCASILA DI INDONESIA KEDUDUKAN PANCASILA DI INDONESIA MAKALAH Nama : Adi Prasetyo Nugroho NIS : 11.11.5317 Kelompok : E Dosen Pembimbing : DR. Abidarin Rosyidi, MMa JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Di Susun Oleh : Jumat Waskito Aji 11.11.5242 11 S1.TI 09 KELOMPOK E PENDIDIKAN PANCASILA S1 TEKNIK

Lebih terperinci

Realisasi, 29 Apr 45 dibentuk Dekuritsu Zyunbi Tyoosakai / BPUPKI Dilantik 28 Mei 45

Realisasi, 29 Apr 45 dibentuk Dekuritsu Zyunbi Tyoosakai / BPUPKI Dilantik 28 Mei 45 PERTEMUAN KE 4 7 Sept. 44, Teikuku Gikoi (Parlemen Jepang) Janji Indonesia merdeka 24 Agust, 45 Realisasi, 29 Apr 45 dibentuk Dekuritsu Zyunbi Tyoosakai / BPUPKI Dilantik 28 Mei 45 Ketua Ketua muda Ketua

Lebih terperinci

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi NAMA : Bram Alamsyah NIM : 11.12.6286 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : S1-SI : J : Junaidi Idrus,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1 Modul ke: 05Fakultas Gunawan EKONOMI PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Ideologi Negara Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen S1 Tujuan Perkuliahan Menjelaskan: Pengertian Ideologi Pancasila dan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Implementasi Nilai Pancasila sebagai Dasar Negara dalam perundang-undangan dan kebijaksanaan Negara

MODUL PERKULIAHAN. Implementasi Nilai Pancasila sebagai Dasar Negara dalam perundang-undangan dan kebijaksanaan Negara MODUL PERKULIAHAN Implementasi Nilai Pancasila sebagai Dasar Negara dalam perundang-undangan dan kebijaksanaan Negara Modul 4 Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode

Lebih terperinci

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup)

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup) 1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup) Pengertian pandangan hidup adalah suatu hal yang dijadikan sebagai pedoman hidup, dimana dengan aturan aturan yang di buat untuk mencapai yang di

Lebih terperinci

Makalah Pendidikan Pancasila

Makalah Pendidikan Pancasila Makalah Pendidikan Pancasila PANCASILA MELAWAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Di susun oleh : Nama : Anggita Dwi Chrisyana No : 11.12.6279 Jurusan : S1-Sistem Informasi FAKULTAS S1 SISTEM INFORMASI STMIK

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: FALSAFAH DAN IDEOLOGI 1. Secara etimologis, filsafat berasal dari kata philein dan sophos. Perpaduan kata tersebut mengandung arti A. Cinta ilmu pengetahuan B. Teman dari kebijakan C. Kumpulan orang bijaksana

Lebih terperinci

dalamnya turut mempertahankan dan mengamalkan pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

dalamnya turut mempertahankan dan mengamalkan pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. A. Abstraksi Pancasila sebagai ideologi merupakan bagian terpenting dari fungsi kehidupan dan kedudukan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai ideologi memiliki kedudukan

Lebih terperinci

KISI-KISI PTS PKN KELAS 8 SEMESTER GASAL 2017

KISI-KISI PTS PKN KELAS 8 SEMESTER GASAL 2017 KISI-KISI PTS PKN KELAS 8 SEMESTER GASAL 2017 BAB I. PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGARA 1. Latar belakang Pancasila sebagai Ideologi Negara Pancasila adalah dasar Negara Kesatuan Repulik Indonesia

Lebih terperinci

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Hermawan Hadi Saputra NIM : 11.11.5634 Kelompok F S1 Teknik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MAKALAH PANCASILA Disusun Oleh : Nama : DIMAS RIZA RAHMAN NIM : 11.11.5313 Kelompok : E Program Studi : S1 Jurusan : TEKNIK INFORMATIKA Dosen Pembimbing : DR. Abidarin Rosyidin,MMa STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM Yogyakarta NAMA : Listia Fitriani NIM : 11.01.2931 Kelompok : B Program Studi : Diploma 3 Jurusan : Teknik Informatika Dosen

Lebih terperinci

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP; UUDS 1950 A. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Sementara 1950 (UUDS) Negara Republik Indonesia Serikat yang berdiri pada 27 Desember 1949 dengan adanya Konferensi Meja Bundar, tidak dapat bertahan lama di

Lebih terperinci

PANCASILA & ISLAM. Di susun oleh : Dyah Ayu Wredhiningsih / A D3 Manajemen Informatika. Nama Dosen : Kalis Purwanto, Drs., MM.

PANCASILA & ISLAM. Di susun oleh : Dyah Ayu Wredhiningsih / A D3 Manajemen Informatika. Nama Dosen : Kalis Purwanto, Drs., MM. PANCASILA & ISLAM Di susun oleh : Dyah Ayu Wredhiningsih 11.02.7906 / A D3 Manajemen Informatika Nama Dosen : Kalis Purwanto, Drs., MM. PROGRAM STUDI D3 MANAJEMEN INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011

Lebih terperinci

MAKALAH PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

MAKALAH PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MAKALAH PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Muhammad Noor Dwi Hadnomo NIM : 11.02.7965 Kelompok Program studi dan jurusan Nama dosen : A : D3 Manajemen Informatika :

Lebih terperinci