KONFLIK PERAN GANDA PADA TENAGA KERJA PEREMPUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONFLIK PERAN GANDA PADA TENAGA KERJA PEREMPUAN"

Transkripsi

1 KONFLIK PERAN GANDA PADA TENAGA KERJA PEREMPUAN Idha Rahayuningsih Universitas Muhammadiyah Gresik Abstrak Bekerja di pabrik menjadi alternatif mendapatkan sumber penghasilan meskipun dengan standar Upah Minimum Regional. Para tenaga kerja perempuan pada umumnya sudah bekerja sebelum berumah tangga. Ketika sudah menikah dan memiliki anak tentu tugas mereka bertambah, yang semula hanya bekerja di pabrik maka sekarang ditambah dengan tugas-tugas keluarga.dalam kondisi menjalankan tugas ganda tersebut maka ada kemungkinan para tenaga kerja perempuan mengalami konflik peran ganda. Hal tersebut yang mendorong untuk meneliti tingkat konflik peran ganda dan faktor-faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda pada tenaga kerja perempuan. Subyek penelitian adalah perempuan yang bekerja pada perusahaan makanan di Gresik yang telah menikah dan berjumlah 52 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner, sedangkan analisis data menggunakan teknik statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para tenaga kerja mengalami konflik peran ganda 15% tergolong tinggi; 48% tergolong sedang dan 37% tergolong rendah. Konflik peran pekerjakeluarga 33% tergolong tinggi; 27% tergolong sedang dan 40% tergolong rendah.konflik peran keluarga-pekerjaan15% tergolong tinggi; 48% tergolong sedang dan 37% tergolong rendah. Bentuk konflik yang dialami adalah time based conflict dan strain base conflict. Beberapa faktor yang mempengaruhi konflik peran yaitu jumlah anak; usia anak balita; suami berperan membantu dalam merawat anak dan mengerjakan pekerjaan rumah serta adanya ibu, mertua atau saudara yang membantu mengasuh anak ketika ibu bekerja, tambahan jam kerja. Kata Kunci : Konflik Peran Ganda, Tenaga Kerja Perempuan. PENDAHULUAN Masyarakat dengan budaya patriarkhi menentukan bahwa tanggungjawab mencari dan menyediakan nafkah adalah suami sedangkan istri lebih fokus pada peran reproduksi di dalam ranah domestik. Pembakuan peran suami dan istri secara dikotomis publik-produktif diperankan oleh suami, sedangkan peran domestikreproduktif merupakan peran istri telah mengakar di masyarakat (Mufida, 2008:142). 73

2 Jurnal Psikosains. Vol. 5/No. 2/Februari 2013 Realitas kehidupan masyarakat telah mengalami perubahan, terutama fenomena pemenuhan kebutuhan keluarga dan upaya-upaya untuk mempertahankan hidup keluarga, meningkatnya kebutuhan pendidikan dan kesehatan, maka pencari nafkah tunggal sesungguhnya bukan masalah jika telah mencukupi kebutuhan keluarga. Apabila pencari nafkah tunggal tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga, maka dalam masyarakat telah terjadi pergeseran yang siap atau tidak siap, mampu atau tidak mampu istri mengambil peran produktif diluar tugas reproduktifnya pada wilayah domestik (Mufida,2008:146). Kondisi tersebut yang salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan partisipasi tenaga kerja perempuan baik pada sektor formal maupun informal. Jumlah pekerja perempuan dari tahun ke tahun meningkat cukup tajam. Tahun 2004 menurut data BPS pekerja perempuan berjumlah orang dari total sekitar pekerja Indonesia. Kaum perempuan, bekerja pada berbagai macam jenis pekerjaan, baik di sektor informal maupun formal. Laporan yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi tampak penyebaran pekerja perempuan berdasarkan usianya. Sejak usia 15 tahun pekerja perempuan mulai memasuki lapangan kerja. Berpedoman pada usia tersebut maka bisa diduga pendidikan rata-rata SD/SMP atau SLTA (Adisu dan Jehani,2007:1). Di Kabupaten Gresik banyak terdapat industri kecil, menengah dan besar terutama di Kawasan Industri Gresik yang terletak di Kecamatan Gresik, Kebomas dan Manyar. Perusahaan industri tersebut banyak menyerap tenaga kerja perempuan untuk melakukan kegiatan proses produksi. Para pekerja perempuan pada umumnya berpendidikan SLTP /SLTA. Pada umumnya para tenaga kerja tersebut berpendidikan SLTP dan SLTA dan berasal dari sosial ekonomi bawah. Motif ekonomi untuk mendapat penghasilan mendorong mereka bekerja meskipun menerima standar Upah Minimum Regional. Para tenaga kerja perempuan pada umumnya sudah bekerja sebelum berumah tangga. Ketika sudah menikah dan memiliki anak tentu tugas mereka bertambah, yang semula hanya bekerja di pabrik maka sekarang ditambah dengan tugas-tugas keluarga. Padahal para tenaga kerja perempuan tidak mempunyai kemampuan financial yang memadai untuk menggaji pembantu rumah tangga (PRT). Dalam kondisi menjalankan tugas ganda tersebut maka ada kemungkinan para tenaga kerja perempuan mengalami konflik peran ganda. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui : a) Bagaimana tingkat konflik peran ganda yang dialami tenaga kerja perempuan di perusahaan makanan Gresik? b) Faktor-faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda pada tenaga kerja perempuan? TINJAUAN TEORI Perspektif Perubahan Peran Dasar teoritik dari perspektif perubahan peran adalah pandangan makrososial dan historik dari evolusi kerja dan peran kerja. Myrdal dan Klein memperkenalkan istilah peran ganda perempuan (women two role) untuk menggambarkan 74

3 Idha Rahayuningsih. Konflik Peran Ganda... perempuan masa kini menambahkan peran kedua pada dunia kerja pada peran tradisional di keluarga. Pengamatan Myrdal menunjukkan bahwa perempuan dengan peran ganda pada akhirnya membutuhkan laki-laki untuk mempunyai peran ganda pula dengan menambahkan besar peran dalam keluarga pada peran tradisionalnya sebagai pencari nafkah. Young dan Willmott mempunyai pandangan sama dengan mengajukan istilah keluarga simetri yang maksudnya laki-laki (suami) dan perempuan (istri) mengkombinasikan tanggungjawab keluarga dan kerja (Andayani,B. dan Koentjoro,2004:58). Berdasarkan cara pandang ini, peningkatan peran keluarga adalah perwujudan paling penting dari perubahan peran laki-laki pada masyarakat sekarang, sebagaimana peningkatan partisipasi dalam dunia kerja merupakan perubahan penting yang terjadi pada peran perempuan. Rapoport dan Rapoport menyatakan bahwa masalah yang ada di masa sekarang ini adalah psychosocial lag antara perubahan perubahan peran laki-laki dalam keluarga yang lebih lambat dibanding dengan perubahan peran perempuan dalam dunia kerja yang relatif lebih cepat. Kondisi tersebut dapat dipandang sebagai sebagai pencerminan dari masalah penyesuaian transisional (Andayani,B. dan Koentjoro,2004:58). Konflik Peran Ganda Greenhaus & Beutell, (1985:77) menjelaskan konflik peran ganda merupakan bentuk konflik antar peran (interrole conflict) yang mana peran pekerjaan dan keluarga membutuhkan perhatian yang sama. Lebih lanjut, seseorang dikatakan mengalami konflik peran ganda apabila merasakan suatu ketegangan dalam peran pekerjaan dan keluarga. Penyebab dari konflik peran ganda yang terjadi secara umum, diantaranya yaitu konflik disebabkan waktu; konflik disebabkan ketegangan dan konflik disebabkan perilaku. Greenhaus & Beutell (1985:77) menjelaskan konflik disebabkan waktu yaitu konflik yang dialami pada saat tekanan waktu menuntut salah satu peran sehingga menghambat pemenuhan peran yang lain. Waktunya habis untuk melakukan aktifitas pada salah satu peran sehingga tidak dapat memenuhi peran yang lain. Ada dua macam konflik yang disebabkan oleh waktu, yaitu: a) tuntutan waktu pada salah satu peran yang membuat seseorang secara fisik tidak dapat memenuhi harapan peran lainnya; b) tuntutan waktu yang dialami seseorang sehingga mengalami kebingungan dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi pada satu peran, meskipun telah berusaha untuk memenuhi tugas dari peran lainnya. Greenhaus & Beutell, (1985:80) menjelaskan konflik disebabkan ketegangan yaitu konflik yang terjadi ketika ketegangan dari satu peran mempengaruhi kinerja peran yang lain. Hal tersebut terjadi ketika ketegangan dari satu peran bersamaan dengan pemenuhan tanggungjawab dari peran lain. Sumber konflik peran antara lain tuntuntan emosional dan stress di tempat kerja yang menimbulkan depresi, kelelahan dan kecemasan. Konflik disebabkan perilaku yaitu konflik yang terjadi karena pola-pola perilaku dalam satu peran tidak sesuai dengan pola-pola perilaku peran lainnya, perilaku pada satu peran mungkin tidak dapat dibandingkan dengan harapan bagi peran lainnya Greenhaus & Beutell, (1985:81). 75

4 Jurnal Psikosains. Vol. 5/No. 2/Februari 2013 Greenhaus & Beutell, (1985) membagi konflik peran ganda yang berkaitan dengan perempuan bekerja sebagai berikut: a) konflik dari pekerjaan yang mempengaruhi keluarga dan b) konflik dari keluarga yang mempengaruhi pekerjaan. VanBreda,A.D.,(2001:177) memaparkan bahwa konflik peran pekerjaankeluarga terjadi ketika tuntutan dari tempat kerja, berupa sejumlah waktu digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas pekerjaan dan stress/tekanan menyebabkan sistem kerja mengganggu penyelesaian tugas-tugas keluarga (Frone,Yardley, Markel,1997; Netemeyer, Boles & McMurrian,1996).Konflik keluarga-pekerjaan terjadi ketika tuntutan keluarga, berupa sejumlah waktu digunakan mengerjakan tugas-tugas keluarga dan stress/tekanan menyebabkan sistem keluarga mengganggu dalam penyelesaian tugas-tugas pekerjaan (Frone et al.,1977;netemeyer et al.,1996). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konflik Peran Ganda Bohen&Viveros-Long,1(981);Keith &Schafer,(1980) ;Pleck et.al.,(1980) dalam Hennessy,KD.(2005) menunjukkan hasil penelitian telah mengidentifikasi beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat konflik peran. Dalam kasus konflik yang disebabkan waktu dan ketegangan, variabel ukuran keluarga (jumlah anggota keluarga), usia anak-anak, banyak kelebihan jam kerja (waktu lembur), banyaknya jam kerja di luar rumah, tingkat fleksibilitas jam kerja, tingkat dukungan sosial. Dampak Konflik Peran Ganda pada Pekerjaan dan Keluarga Penelitian menemukan bahwa konflik peran pekerjaan-keluarga dan konflik peran keluaraga-pekerjaan keduanya berkorelasi negatif dengan komitmen organisasi, kepuasaan kerja, kepuasan hidup. Penelitian juga menunjukkan adanya korelasi positif antara konflik peran ganda dengan burnout, stress kerja, konflik peran, kekaburan peran, dan intensi keluar dari pekerjaan (Netemeyer et al.,1996:406). Studi yang dilakukan 277 psikolog menemukan bahwa konflik peran pekerjaan-keluarga berkorelasi negatif dengan penyesuaian perkawinan (Burley, 1995:490). Studi lain yang dilakukan terhadap 337 pasangan suami istri untuk mengungkap hubungan antara konflik peran pekerjaan-keluarga dengan kepuasan perkawinan (Matthews et.al.,1996). Peneliti menemukan bahwa konflik peran pekerjaan-keluarga berpengaruh terhadap diri sendiri maupun psikologis pasangan secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kepuasan perkawinan (yang tampak pada perilaku kekerasan atau sebaliknya ekspresi kehangatan dan dukungan dalam interaksi perkawinan) (ibid.,71). VanBreda,A.D.,(2001:177) memaparkan sebuah studi terhadap pekerja dewasa (Frone et.al.,1997) menunjukkan beberapa temuan yang menarik. Pertama, studi menunjukkan dukungan di tempat kerja mengurangi distress kerja dan overload kerja, hal tersebut mengurangi konflik peran pekerjaan-keluarga. Sejalan dengan hal itu, dukungan keluarga mengurangi distress keluarga dan parental overload, yangmana hal tersebut dapat mengurangi konflik peran keluarga- 76

5 Idha Rahayuningsih. Konflik Peran Ganda... pekerjaan (ibid,162). Kedua, pekerjaan berkaitan dengan distress yang mengarah pada konflik keluarga-pekerjaan yang menyebabkan distress pekerjaan (ibid,163).sejalan dengan hal itu keluarga berkaitan dengan distress yang mengarah pada konflik peran keluarga-pekerjaan yang menyebabkan distress keluarga (ibid,163).ketiga, konflik peran pekerjaan-keluarga berkorelasi negatif dengan outcomes keluarga, sedangkan konflik peran keluarga-pekerjaan berkorelasi dengan negatif dengan performen kerja (ibid). Tenaga Kerja Perempuan Sayogjo, P. (1989) dalam Tjaja R.P.(2000) menjelaskan bahwa faktor peningkatan partisipasi tenaga kerja perempuan yaitu: 1) sektor industri rokok, tekstil, konveksi, industri makanan dan minuman sebagian menuntut ketelitian, ketekunan dan sifat-sifat lain yang merupakan ciri kaum perempuan; 2) tenaga kerja perempuan dipandang lebih penurut dan murah sehingga secara ekonomis lebih menguntungkan bagi pengusaha. Selain itu, dipaparkan pula hasil penelitian Mather (1982), bahwa banyak perusahaan mencari tenaga kerja perempuan yang berumur tahun dengan tujuan menekan pengeluaran. Pengusaha memberikan upah murah.perusahaan juga tidak memberikan tunjangan sosial karena tenaga kerja perempuan yang masih muda belum memiliki tanggungan keluarga. METODE PENELITIAN Jenis penelitian Jenis penelitian adalah deskriptif. Azwar,S.(2011:6) menjelaskan yang dimaksud penelitian deskriptif yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan pada data yang diperoleh.uraian kesimpulan didasari oleh angka yang diolah tidak terlalu dalam. Variabel Penelitian Penelitian ini mengukur variabel tunggal yaitu yaitu tingkat konflik peran ganda yang terdiri konflik peran pekerjaan-keluarga dan konflik peran keluargapekerjaan. Definisi Operasional a) Tingkat Konflik Peran Ganda yaitu frekuensi terjadinya konflik yang dialami individu ketika waktu, ketegangan dan pola perilaku yang digunakan untuk melakukan tugas-tugas dan kewajiban salah satu peran keluarga/pekerjaan secara berlebihan sehingga mengganggu pemenuhan tugas-tugas dan kewajiban peran lain (keluarga/pekerjaan). b) Tingkat Konflik Peran Pekerjaan-Keluarga yaitu frekuensi terjadinya terjadinya konflik yang dialami individu ketika waktu, ketegangan dan pola perilaku yang digunakan untuk melakukan tugas-tugas dan kewajiban pekerjaan secara berlebihan sehingga mengganggu dalam memenuhi tugas 77

6 Jurnal Psikosains. Vol. 5/No. 2/Februari 2013 dan kewajiban keluarga. Kuisioner tingkat konflik peran pekerjaankeluarga diukur dengan skala likert yang disusun peneliti, semakin tinggi skor maka semakin tinggi tingkat konflik peran pekerjaan-keluarga. c) Tingkat Konflik Peran Keluarga-Pekerjaan yaitu frekuensi terjadinya konflik yang dialami individu ketika waktu, ketegangan dan pola perilaku yang digunakan untuk melakukan tugas-tugas dan kewajiban keluarga secara berlebihan sehingga mengganggu pemenuhan tugas-tugas dan kewajiban pekerjaan. Kuisioner tingkat Konflik Peran Keluarga-Pekerjaan diukur dengan skala likert yang disusun peneliti, semakin tinggi skor maka semakin tinggi tingkat Konflik Peran Keluarga-Pekerjaan. Kategori penilaian jika Skor T 45 maka tergolong rendah; jika 45<T<56 maka tergolong sedang dan jika T 56 maka tergolong tinggi. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah perempuan yang bekerja pada perusahaan makanan di Gresik yang telah menikah.. Pengambilan data subyek penelitian dilakukan secara aksidental. Subyek yang ditemui dan bersedia sebagai subyek penelitian yang mengisi kuisioner. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan kuisioner dengan skala likert untuk mengukur tingkat konflik peran ganda. Kuisioner Tingkat Konflik Peran Pekerjaan-Keluarga dan Tingkat Konflik Peran Pekerjaan-Keluarga masing-masing terdiri dari 10 item dengan lima pilihan jawaban yaitu sangat sering, sering, kadang-kadang, jarang, tidak pernah. Penelitian ini menggunakan validitas logik dalam penyusunan alat ukur sedangkan formula Alfa Conbach digunakan untuk penghitungan koefisien reliabilitas. Selain itu, digunakan pula angket dengan beberapa pertanyaan untuk mengungkap data mengenai keterlibatan anggota keluarga dalam membantu menjalankan peran domestik. Teknik Analisis Data Teknik analisis data menggunakan teknik statistik deskriptif. Data-data yang berupa kata-kata atau pilihan jawaban dikelompokkan berdasarkan kesamaan isi/pola selanjutnya masing-masing kelompok data dikode dengan angka yang berbeda. Tahap berikutnya data-data yang sudah berupa angka diolah. Pengolahan datanya didasarkan pada analisis prosentase dan analisis kecenderungan (trend). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Subyek Penelitian Jumlah subyek penelitian sebanyak 52 orang pekerja perempuan yang bekerja pada pabrik industri makanan. Para responden bekerja pada bagian produksi. Para pekerja perempuan tersebut berusia anatara 20 sampai dengan 40 tahun dengan tingkat pendidikan SLTP dan SLTA. Pada umumnya mereka telah bekerja antara 1 tahun sampai dengan 12 tahun. Sebagian besar sudah bekerja sebelum menikah, 78

7 Idha Rahayuningsih. Konflik Peran Ganda... dan ada pula yang bekerja setelah menikah. Sebesar 65% responden usia pernikahan sekitar 5 tahun ke bawah, 34% antara 6 10 tahun dan hanya 1% yang usia pernikahannya lebih dari 10 tahun. Gambaran Karakteristik Pekerjaan Gambaran mengenai pekerjaan yaitu para tenaga kerja perempuan tersebut bekerja pada bagian produksi. Waktu kerja 8 jam perhari selama 5 hari kerja. Waktu kerja dibagi menjadi tiga shift yaitu pagi, siang dan malam.shift pagi mulai jam WIB; shift siang mulai jam WIB dan shift malam WIB. Selain jam kerja normal ditambah pula jam kerja lembur 30 menit perhari dengan mengurangi waktu istirahat menjadi 30 menit dan lembur pada hari libur. Pekerjaan yang dilakukan memiliki karakteristik membutuhkan skill sederhana, rutinitas dan monoton akan tetapi jenis pekerjaan tersebut membutuhkan kecepatan, ketelitian dan ketahanan fisik agar target produksi terpenuhi. Instrumen Penelitian Hasil pengolahan data dengan SPSS versi dari kuisioner konflik peran ganda terdiri dari 20 item yaitu 10 item mengukur tingkat konflik Pekerjaan- Keluarga dan 10 item mengukur tingkat konflik Keluarga-Pekerjaan maka diperoleh 15 item yang nilai r > 0,3. Nilai r >0,3 berarti item tersebut mampu membedakan antara kelompok subyek yang konflik peran tinggi dengan konflik peran rendah. Selain itu, terdapat 5 item yang nilai r < 0,3. Nilai r < 0,3 berarti item tersebut tidak mampu membedakan antara kelompok subyek yang konflik peran tinggi dengan konflik peran rendah. Hasil penghitungan koefisien reliabilitas Alfa Conbach dengan program SPSS dari kelima belas item tersebut sebesar 7,76. Konflik Peran Ganda Tingkat konflik peran ganda digolongkan dalam tiga tingkatan yaitu tinggi, sedang dan rendah. Sebanyak 23% subyek mengalami konflik yang tergolong tinggi; 40% tergolong sedang dan 37% tergolong rendah. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 63% para pekerja perempuan cenderung mengalami benturan/situasi yang dilematis ketika waktu, ketegangan dan pola perilaku yang digunakan untuk melakukan tugas dan kewajiban salah satu peran keluarga/pekerjaan mengganggu pemenuhan tugas-tugas dan kewajiban peran lain (keluarga/pekerjaan).konflik peran ganda dibedakan menjadi dua yaitu konflik peran pekerjaan-keluarga dan konflik peran keluarga-pekerjaan. Konflik Peran Pekerjaan-Keluarga Konflik Peran Pekerjaan-Keluarga yaitu terjadinya konflik yang dialami individu ketika waktu, ketegangan dan pola perilaku yang digunakan untuk melakukan tugas-tugas dan kewajiban pekerjaan mengganggu dalam memenuhi tugas dan kewajiban keluarga. Berdasarkan data, diketahui bahwa sebanyak 33% responden mengalami konflik pekerjaan-keluarga tergolong tinggi; 27% tergolong 79

8 Jurnal Psikosains. Vol. 5/No. 2/Februari 2013 sedang dan 40% tergolong rendah. Sebanyak 60% para pekerja perempuan cenderung mengalami benturan/situasi yang dilematis ketika waktu, ketegangan dan pola perilaku yang digunakan untuk melakukan tugas dan kewajiban pekerjaan mengganggu pemenuhan tugas-tugas dan kewajiban keluarga. No. Tabel 1. Konflik Pekerjaan-Keluarga yang Cenderung Sering Terjadi Pada Sebagian Tenaga Kerja Perempuan Pernyataan 1. Saya merasa kepentingan pekerjaan mengalahkan kepentingan keluarga 2. Saya kesulitan memenuhi tanggungjawab keluarga ketika ada tambahan jam kerja 6. Saya hanya mampu mengerjakan sebagian tugas rumah tangga karena sudah lelah pulang kerja 5. Saya harus mengubah rencana kegiatan keluarga untuk memenuhi kewajiban yang terkait dengan pekerjaan 9. Saya menyiapkan keperluan keluarga seadanya agar bisa masuk kerja tepat waktu Pilihan Jawaban (%) SS S KK J TP 7,7 26,9 34,6 9,6 21,2 11,5 36,5 21,2 21,2 9,6 11,5 34, ,5 15,4 5,8 28,8 23,1 17,3 25 9,6 23,1 13,5 15,4 21,2 Berdasarkan Tabel 1. maka bentuk konflik yang sering dialami oleh sebagian tenaga kerja perempuan adalah Pertama, konflik waktu (time based conflict), yang berupa : 1) kesulitan memenuhi tanggungjawab keluarga ketika ada tambahan jam kerja dan; 2) merasa kepentingan pekerjaan mengalahkan kepentingan keluarga; 3) Saya harus mengubah rencana kegiatan keluarga untuk memenuhi kewajiban yang terkait dengan pekerjaan; 4) menyiapkan keperluan keluarga seadanya agar bisa masuk kerja tepat waktu. Kedua, konflik ketegangan (strain base conflict), yang berupa :1) hanya mampu mengerjakan sebagian tugas rumah tangga karena sudah lelah pulang kerja. 80

9 Idha Rahayuningsih. Konflik Peran Ganda... Tabel 2. Konflik Pekerjaan-Keluarga yang Kadang-Kadang Terjadi Pada Sebagian Tenaga Kerja Perempuan No. Pernyataan 3. Saya ingin melakukan aktifitas dengan keluarga tetapi tidak dapat dilakukan karena melaksanakan pekerjaan yang dibebankan pada saya 4. Saya kesulitan memenuhi kewajiban terhadap keluarga karena merasakan ketegangan yang ditimbulkan pekerjaan saya 7. Saya tidak bisa merawat anak sakit di rumah karena harus masuk kerja 8 Saya mudah marah pada anggota keluarga ketika sedang ada masalah pekerjaan 10. Saya merasa kebiasaan perilaku di tempat kerja sulit berubah ketika saya sudah di rumah sehingga anggota keluarga kurang nyaman Pilihan Jawaban (%) SS S KK J TP 23,1 36,5 23,1 17,3 1,9 15,4 26,9 32,7 23,1 7,7 13,5 21,2 21,2 36,5 1,9 9,6 28, ,6 11,5 21,2 28,8 38,5 Berdasarkan Tabel 2. maka bentuk konflik yang kadang-kadang dialami oleh sebagian tenaga kerja perempuan adalah Pertama, konflik waktu (time based conflict), yang berupa : 1) ingin melakukan aktifitas dengan keluarga tetapi tidak dapat dilakukan karena melaksanakan pekerjaan yang dibebankan. Kedua, konflik ketegangan (strain base conflict), yang berupa:1) kesulitan memenuhi kewajiban terhadap keluarga karena merasakan ketegangan yang ditimbulkan pekerjaan; 2) mudah marah pada anggota keluarga ketika sedang ada masalah pekerjaan. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa konflik peran pekerjaankeluarga yang terjadi pada tenaga kerja perempuan disebabkan oleh waktu,ketegangan fisik maupun psikologis untuk melakukan pekerjaan sehingga mengganggu pelaksanaan tugas-tugas keluarga. Konflik Peran Keluarga-Pekerjaan Konflik Peran Keluarga-Pekerjaan yaitu terjadinya konflik yang dialami individu ketika waktu, ketegangan dan pola perilaku yang digunakan untuk melakukan tugas-tugas dan kewajiban keluarga mengganggu pemenuhan tugastugas dan kewajiban pekerjaan. Berdasarkan data, diketahui bahwa sebanyak 15% responden mengalami konflik peran keluarga-pekerjaan yang tergolong tinggi; 81

10 Jurnal Psikosains. Vol. 5/No. 2/Februari % tergolong sedang dan 37% tergolong rendah. Sebanyak 60% para pekerja perempuan cenderung mengalami benturan/situasi yang dilematis ketika waktu, ketegangan dan pola perilaku yang digunakan untuk melakukan tugas dan kewajiban keluarga secara berlebihan sehingga mengganggu pemenuhan tugastugas dan kewajiban pekerjaan. No. 82 Tabel 3. Konflik Keluarga-Pekerjaan yang Cenderung Sering Terjadi Pada Sebagian Tenaga Kerja Perempuan Pernyataan 11. Saya merasa kepentingan keluarga mengalahkan kepentingan pekerjaan 17. Saya kurang konsentrasi bekerja karena memikirkan anggota keluarga yang sakit di rumah 18. Saya tidak bisa kerja lembur karena ada keperluan keluarga SS Pilihan Jawaban (%) S KK J TP 17,3 28,8 21,2 13, 5 19,2 17,3 30,8 26,9 7,7 17,3 7,7 30,8 7,7 23, 1 Berdasarkan Tabel 3. maka bentuk konflik yang sering dialami oleh sebagian tenaga kerja perempuan adalah Pertama, konflik waktu (time based conflict), yang berupa: 1) merasa kepentingan keluarga mengalahkan kepentingan pekerjaan; 2) Saya tidak bisa kerja lembur karena ada keperluan keluarga. Kedua, konflik ketegangan (strain base conflict), yang berupa kurang konsentrasi bekerja karena memikirkan anggota keluarga yang sakit di rumah. No. Tabel 4. Konflik Keluarga-Pekerjaan Kadang-Kadang Terjadi Pada Sebagian Tenaga Kerja Perempuan Pernyataan SS Pilihan Jawaban (%) 7,7 S KK J TP 12. Saya harus menangguhkan/menunda 9, ,7 17,3 15,4 beberapa tugas pekerjaan sebab ada masalah keluarga yang harus diselesaikan 13. Saya ingin melakukan beberapa hal berkaitan dengan pekerjaan tetapi tidak 7,7 19,2 26,9 23,1 23,1 dapat dilakukan karena harus melakukan hal-hal yang dibutuhkan keluarga 14. Saya kesulitan memenuhi 7,7 9,6 19,2 28,8 34,6

11 Idha Rahayuningsih. Konflik Peran Ganda... tanggungjawab pekerjaan karena berbenturan tugas-tugas keluarga 15. Saya merasa ada hambatan untuk berkinerja baik karena ketegangan dalam masalah keluarga 16. Saya mudah tersinggung dengan sikap rekan kerja karena masih kesal dengan masalah di rumah 19. Saya merasa bekerja kurang maksimal karena sudah lelah mengerjakan tugastugas rumah tangga 20. Saya merasa kebiasaan perilaku di rumah sulit berubah ketika saya sudah di tempat kerja sehingga menimbulkan masalah 3,8 13,5 23,1 28,8 30,8 3,8 13,5 36, ,2 3,8 15,4 32,7 26,9 21,2 7,7 15,4 34,6 42,3 Berdasarkan Tabel 4. maka bentuk konflik yang kadang-kadang dialami oleh sebagian tenaga kerja perempuan adalah Pertama, konflik waktu (time based conflict), yang berupa: 1) menunda beberapa tugas pekerjaan sebab ada masalah keluarga yang harus diselesaikan. Kedua, konflik ketegangan (strain base conflict), yang berupa : 1) mudah tersinggung dengan sikap rekan kerja karena masih kesal dengan masalah di rumah; 2) merasa bekerja kurang maksimal karena sudah lelah mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Secara keseluruhan para tenaga kerja perempuan mengalami konflik peran ganda dengan tingkat konflik yang bervariasi. Sebagian besar mengalami konflik peran ganda pada tingkat sedang. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah anak, dukungan suami dalam bentuk membantu mengurus anak dan membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Selain itu adanya sanak saudara yang membantu mengurus anak ketika bekerja. Pertama, jumlah anak. Jumlah anak sudah tentu mempengaruhi beban tugas yang diemban ibu dalam merawat maupun mendidik anak. Semakin banyak jumlah anak tentunya beban tugas semakin tinggi sehingga kemungkinan mengalami konflik peran lebih tinggi. Selain itu, usia anak juga mempengaruhi semakin anak berusia balita, biasanya semakin membutuhkan perhatian dan perawatan yang fisik lebih banyak jika dibandingkan anak-anak yang usianya lebih besar. Data yang diperoleh dari angket menunjukkan bahwa sebanyak 36% mempunyai satu anak; 17% mempunyai dua anak; 4% mempunyai tiga anak dan sisanya 10% belum memiliki anak. Sekitar 31% usia anak pertama yang berkisar 2 tahun kebawah; 36% berusia diatas 2 tahun sampai 4 tahun; 23% berusia sementara 10% belum memilki anak. Berdasarkan data trsebut maka dapat dilihat bahwa jumlah anak relatif sedikit sekitar 1 sampai dengan, hanya 4 % yang mempunyai 2 anak bahkan ada 10% yang belum punya anak. Kedua, bantuan/keterlibatan suami dalam melakukan peran domestik. Pandangan tradisional peran domestik tersebut menjadi tugas perempuan untuk menjalankannya. Sementara laki-laki secara sosial dibentuk untuk menjalankan 83

12 Jurnal Psikosains. Vol. 5/No. 2/Februari 2013 peran publik dalam rangka mencari nafkah. Peran domestik dibedakan menjadi dua yaitu tugas yang berkaitan dengan pengasuhan anak dan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan rumah. Tugas yang berkaitan dengan pengasuhan anak meliputi memandikan, menyuapi, menemani bermain, menemani belajar dan lainnya sedangkan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci baju, membersihkan rumah dan lainnya. Seiring perkembangan jaman dan tuntutan kebutuhan hidup maka terjadi pergeseran peran yaitu perempuan merambah dunia kerja baik pada sektor formal maupun informal untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga, bahkan tidak sedikit perempuan menjadi penyangga ekonomi utama keluarga. Kondisi tersebut menyebabkan perempuan mempunyai peran ganda. Ketika perempuan menjalankan peran ganda akan tetapi laki-laki (suami) tidak atau kurang terlibat dalam menjalankan peran domestik maka hal tersebut akan membuat beban kerja perempuan lebih banyak, sehingga tingkat konflik peran ganda yang dialami perempuan lebih tinggi. Sebaliknya apabila lai-laki (suami) bersedia melibatkan diri melakukan peran domestik hal tersebut dapat mengurangi konflik peran ganda perempuan. Data dari angket menunjukkan keterlibatan suami membantu merawat anak. Sebanyak 83% responden menyatakan bahwa suaminya membantu merawat anak; 9% menyatakan sering dan 8% menyatakan kadang-kadang. Hal tersebut menunjukkan kesediaan suami untuk membantu istri dalam menjalankan pengasuhan terhadap anak sehingga mengurangi beban tugas istri. Selain itu, data dari angket juga menunjukkan bahwa suami juga membantu pekerjaan rumah. Sebanyak 65% menyatakan suami membantu; 27% menyatakan kadang-kadang dan 8% menyatakan sering. Hal tersebut menunjukkan kesediaan suami untuk membantu istri mengerjakan pekerjaan rumah. Apabila dibandingkan maka dapat dilihat bahwa para suami lebih banyak membantu melakukan pengasuhan anak daripada melakukan pekerjaan rumah. Ketiga, adanya sanak saudara.data dari angket menunjukkan bahwa sebanyak 65% responden meminta bantuan sanak saudara yaitu ibu, mertua atau saudara untuk membantu merawat/mengurus anak ketika ditinggal bekerja. Hal tersebut mengingat secara ekonomi mereka kurang memiliki kemampuan finansial untuk membayar pembantu rumah tangga atau menitipkan anak di tempat penitipan. Kompensasi finansial yang dikeluarkan jauh lebih ringan jika yang membantu mengurus anak adalah sanak saudara. Keuntungan lain yang dirasakan dengan adanya ibu, mertua atau saudara yang membantu yaitu merasa lebih merasa aman mempercayakan anak-anaknya kepada keluarga sendiri. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Para tenaga kerja mengalami konflik peran ganda 15% tergolong tinggi; 48% tergolong sedang dan 37% tergolong rendah. Konflik peran pekerja-keluarga 33% tergolong tinggi; 27% tergolong sedang dan 40% tergolong rendah.konflik peran keluarga-pekerjaan 15% tergolong tinggi; 48% tergolong sedang dan 37% tergolong rendah. Bentuk konflik yang dialami adalah time based conflict dan 84

13 Idha Rahayuningsih. Konflik Peran Ganda... strain base conflict. Beberapa faktor yang mempengaruhi konflik peran yaitu jumlah anak; usia anak balita;suami berperan membantu dalam merawat anak dan mengerjakan pekerjaan rumah serta adanya ibu, mertua atau saudara yang membantu mengasuh anak ketika ibu bekerja dan tambahan jam kerja. Saran Bagi Keluarga, ibu, mertua atau saudara agar tetap memberikan bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas keluarga, khususnya dalam mengasuh anak ketika ditinggal bekerja. Selain itu, suami perlu menciptakan suasana yang kondusif untuk mengurangi ketegangan emosi tenaga kerja perempuan. Bagi Perusahaan, hendaknya dalam memberikan tugas tambahan( lembur) disesuaikan dengan peraturan yang ada sehingga tidak membebani pekerja. Selain itu, memberikan kemudahan dalam memberikan ijin bagi pekerja yang anggota keluarganya sakit. Daftar Pustaka Andayani,B. dan Koentjoro (2004). Psikologi Keluarga : Peran Ayah Menuju Coparenting. Penerbit : CV. Citra Media Adisu, E. dan Jehani,L.,(2007), Hak-Hak Pekerja Perempuan. Tangerang: Visimedia Azwar,S., (2011), Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Greenhaus, JH.&Beutell, N.J.(1985). Sources of Conflict between Work and Family Role.Academy of Management Review, 10 (1) Hennessy,KD. (2005). Thesis : Work-Family Conflic Self-Efficacy: A Scale Validation Study, Netemeyer,R.G., oles,j.s., & McMurrian,R. (1996). Development and Validation of Work-Family Conflict and Family Work Conflict Scale. Journal of Applied Psychology,81(4) Tjaja, R.P., (2000). Naskah N0.20, Juni-Juli 2000 Mufidah, Ch.(2008). Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender. Malang: Universitas Islam Negeri - Malang Press. VanBreda,A.D., (2001) Resilience Theory:A Literature Review. SouthAfrican Military Health Service,Military Psychological Institute, Social Work Research & Development 85

14 Jurnal Psikosains. Vol. 5/No. 2/Februari

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, jumlah pengangguran meningkat sehingga berimbas pada peningkatan jumlah penduduk miskin. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita yang ikut dalam aktifitas bekerja. Wanita sudah mempunyai hak dan

BAB I PENDAHULUAN. wanita yang ikut dalam aktifitas bekerja. Wanita sudah mempunyai hak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada jaman sekarang kebutuhan hidup individu semakin meningkat. Bekerja menjadi hal yang penting untuk memenuhi kebutuhan individu. Aktifitas bekerja banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keduanya merupakan peran bagi pria, sementara bagi wanita akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. keduanya merupakan peran bagi pria, sementara bagi wanita akan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan pekerjaan dan keluarga menjadi bagian yang akan dilalui oleh setiap individu dalam hidupnya. Memilih keduanya atau menjalani salah satu saja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya saing dalam dunia usaha. Hal ini merupakan suatu proses kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. daya saing dalam dunia usaha. Hal ini merupakan suatu proses kegiatan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekonomi abad ke dua puluh satu, ditandai dengan globalisasi ekonomi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia serta menuntut adanya efisiensi dan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. area, seperti di area pekerjaan dan keluarga. Demikian juga dengan para pegawai

BAB I PENDAHULUAN. area, seperti di area pekerjaan dan keluarga. Demikian juga dengan para pegawai BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap individu memiliki peran dalam menjalani kehidupan di berbagai area, seperti di area pekerjaan dan keluarga. Demikian juga dengan para pegawai PT. X

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan berdasarkan jenis kelamin yang sangat luas di semua Negara (Anker,

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan berdasarkan jenis kelamin yang sangat luas di semua Negara (Anker, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dari masa ke masa, perbedaan waktu dan tempat mengelompokan pekerjaan berdasarkan jenis kelamin yang sangat luas di semua Negara (Anker, 1998). Di Eropa, fokus

Lebih terperinci

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan permintaan pasar. Apabila permintaan pasar mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan permintaan pasar. Apabila permintaan pasar mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari perusahaan adalah menghasilkan produk atau jasa yang sesuai dengan permintaan pasar. Apabila permintaan pasar mengalami peningkatan maka

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA 5.1 Pendahuluan Fenomena konflik pekerjaan keluarga atau work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita dari masyarakat dan pengusaha pun semakin tinggi. Di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. wanita dari masyarakat dan pengusaha pun semakin tinggi. Di Amerika Serikat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sudah banyak wanita yang bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing dan di berbagai macam perusahaan. Permintaan untuk karyawan wanita dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT 6.1 Pendahuluan Fenomena work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan, baik terhadap wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara suami dan istri, sikap saling percaya-mempercayai dan sikap saling

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara suami dan istri, sikap saling percaya-mempercayai dan sikap saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hidupnya. Dalam perkawinan diperlukan kematangan emosi, pikiran, sikap toleran, sikap saling pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam mengelola urusan keluarga. Sedangkan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam mengelola urusan keluarga. Sedangkan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era modern ini, terjadi pergeseran dari rumah tangga tradisional ke rumah tangga modern. Dalam rumah tangga tradisional terdapat pembagian tugas yang jelas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole

BAB II LANDASAN TEORI. Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole BAB II LANDASAN TEORI A. Work-Family Conflict 1. Definisi Work-Family Conflict Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole conflict yaitu tekanan atau ketidakseimbangan peran antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan jaman, saat ini banyak wanita yang mengenyam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan jaman, saat ini banyak wanita yang mengenyam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan jaman, saat ini banyak wanita yang mengenyam pendidikan tinggi. Dengan demikian, lebih banyak wanita/istri yang bekerja di luar rumah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat banyak harga-harga kebutuhan rumah tangga, angkutan umum dan biaya rumah sakit semakin mahal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya zaman, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat. Angkatan kerja dituntut untuk kompeten dan memiliki keterampilan yang mumpuni

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan dan keluarga adalah dua area dimana manusia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan dan keluarga adalah dua area dimana manusia menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pekerjaan dan keluarga adalah dua area dimana manusia menggunakan sebagian besar waktunya. Meskipun berbeda, pekerjaan dan keluarga saling interdependent satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa dekade terakhir peran wanita telah bergeser dari peran tradisional menjadi modern. Hal ini terlihat dari peran sosial yang diikuti sebagian wanita dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir separuh dari seluruh kehidupan seseorang dilalui dengan bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan berbagai perasaan dan sikap. Saat ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan pada perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Posisi atau

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 62 BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian untuk menjawab masalah penelitian dan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian. Disamping itu, akan dibahas pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menemukan makna hidupnya. Sedangkan berkeluarga adalah ikatan perkawinan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam menemukan makna hidupnya. Sedangkan berkeluarga adalah ikatan perkawinan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bekerja dan berkeluarga menjadi bagian yang akan dilalui oleh setiap individu dalam hidupnya. Bekerja adalah salah satu sarana atau jalan yang dapat dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah tenaga kerja hampir terjadi di seluruh kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah tenaga kerja hampir terjadi di seluruh kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah tenaga kerja hampir terjadi di seluruh kota kota besar di Indonesia, salah satunya adalah kota Bandung. Hal tersebut dikarenakan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan yang terjadi di kedua domain (pekerjaan personal).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan yang terjadi di kedua domain (pekerjaan personal). 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan dunia yang penuh dinamika dan mengalami perubahan secara terus menerus dari waktu ke waktu, begitu pula dengan kehidupan personal orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suami istri yang bersama-sama mencari nafkah (bekerja) untuk masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era globalisasi ini. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang menarik di banyak negara, termasuk negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang menarik di banyak negara, termasuk negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan partisipasi wanita yang memilih bekerja telah menjadi fenomena yang menarik di banyak negara, termasuk negara-negara berkembang salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut World Health Organization, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu organisasi yang bergerak di bidang kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut World Health Organization, rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia merupakan sumber daya yang penting di dalam sebuah perusahaan atau organisasi, sehingga masalah sumber daya manusia menjadi hal

Lebih terperinci

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Konflik Peran Ganda Pada Wanita Bekerja Yang Menyusui. Rizky Wijayanti

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Konflik Peran Ganda Pada Wanita Bekerja Yang Menyusui. Rizky Wijayanti Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Konflik Peran Ganda Pada Wanita Bekerja Yang Menyusui Rizky Wijayanti 18513012 BAB I Latar Belakang Masalah Tuntutan Kebutuhan Hidup Wanita Bekerja Wanita Bekerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang layak diperdebatkan lagi, sekat pemisah antara pria dan wanita dalam bekerja semakin menipis

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab 5 ini, akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan diskusi dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kemudian, saran-saran juga akan dikemukakan untuk perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan dunia tempat sekumpulan individu melakukan suatu aktivitas kerja, yang mana aktivitas tersebut terdapat di dalam perusahaan atau organisasi.

Lebih terperinci

BAB VII CARA MENGHADAPI MASALAH WORK FAMILY CONFLICT. Walaupun berbagai dampak yang muncul akibat dari masalah work family

BAB VII CARA MENGHADAPI MASALAH WORK FAMILY CONFLICT. Walaupun berbagai dampak yang muncul akibat dari masalah work family BAB VII CARA MENGHADAPI MASALAH WORK FAMILY CONFLICT 7.1 Pendahuluan Walaupun berbagai dampak yang muncul akibat dari masalah work family conflict dirasakan oleh narasumber akibat bentroknya dua kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era globalisasi saat ini semakin mendorong wanita untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era globalisasi saat ini semakin mendorong wanita untuk memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan era globalisasi saat ini semakin mendorong wanita untuk memiliki peran dalam dunia kerja. Wanita mulai mengecap pendidikan yang tinggi dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tenaga kerja hampir terjadi di seluruh kota kota besar di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tenaga kerja hampir terjadi di seluruh kota kota besar di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini, laju peningkatan tenaga kerja di Indonesia sangat pesat. Peningkatan tenaga kerja hampir terjadi di seluruh kota kota besar di Indonesia,

Lebih terperinci

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KONFLIK PERAN PEKERJAAN-KELUARGA DAN FASE PERKEMBANGAN DEWASA PADA PERAWAT WANITA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROYO MAGELANG Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri

Lebih terperinci

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG Mega Nurhayati 1, Lili Erina 2, Tatang Sariman 3 1,2,3 Program Studi Kependudukan, Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta tanggung jawab sosial untuk pasangan (Seccombe & Warner, 2004). Pada

BAB I PENDAHULUAN. serta tanggung jawab sosial untuk pasangan (Seccombe & Warner, 2004). Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah suatu hubungan yang sah dan diketahui secara sosial antara seorang pria dan seorang wanita yang meliputi seksual, ekonomi dan hak serta tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan keprihatinan tentang kesejahteraan psikologis perempuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan keprihatinan tentang kesejahteraan psikologis perempuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Partisipasi perempuan dalam angkatan kerja meningkat di seluruh dunia. Kecenderungan ini mengakibatkan transformasi dalam peran gender tradisional dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran sosial dimana dapat bekerja sesuai dengan bakat, kemampuan dan. antara tugasnya sebagai istri, ibu rumah tangga.

BAB I PENDAHULUAN. peran sosial dimana dapat bekerja sesuai dengan bakat, kemampuan dan. antara tugasnya sebagai istri, ibu rumah tangga. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman telah membawa perubahan terhadap peran wanita dari peran tradisional yang hanya melahirkan anak dan mengurus rumah tangga, menjadi peran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S1

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan anggota

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel adalah gejala yang dipersoalkan (Purwanto, 2010). Gejala bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel adalah gejala yang dipersoalkan (Purwanto, 2010). Gejala bersifat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel adalah gejala yang dipersoalkan (Purwanto, 2010). Gejala bersifat membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga adalah unit sosial terkecil di masyarakat. Peran keluarga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga adalah unit sosial terkecil di masyarakat. Peran keluarga menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Keluarga adalah unit sosial terkecil di masyarakat. Peran keluarga menjadi penting untuk dasar sosialisasi dari banyak hal yang harus dibekalkan pada anakanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dan keluarga dibagi oleh gender, dimana pria bertanggung jawab atas

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dan keluarga dibagi oleh gender, dimana pria bertanggung jawab atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa abad yang lalu di sebagian besar masyarakat, tanggung jawab pekerjaan dan keluarga dibagi oleh gender, dimana pria bertanggung jawab atas urusan-urusan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN INTERPRETASI

BAB 4 HASIL DAN INTERPRETASI 48 BAB 4 HASIL DAN INTERPRETASI 4.1 Gambaran Partisipan penelitian berdasarkan data partisipan Dalam bab 4 ini akan dipaparkan gambaran demografis partisipan, gambaran tingkat konflik kerja-keluarga dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buku berjudul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Kartini

BAB 1 PENDAHULUAN. buku berjudul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Kartini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan untuk menghasilkan produktifitas kinerja yang baik dan mencapai tujuan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode-metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu masalah penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel, populasi dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.A. Komitmen Organisasi II.A.1. Definisi Komitmen Organisasi Streers dan Porter (1991) mengemukakan bahwa komitmen merupakan suatu keadaan individu dimana individu menjadi sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak wanita yang ikut bekerja untuk membantu mencari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak wanita yang ikut bekerja untuk membantu mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak wanita yang ikut bekerja untuk membantu mencari tambahan penghasilan dari suami. Selain karena faktor ekonomi keluarga, wanita juga bisa mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini kami menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya

Lebih terperinci

Hubungan Work Family Conflict Dengan Quality Of Work Life Pada Karyawan Wanita Perusahaan X

Hubungan Work Family Conflict Dengan Quality Of Work Life Pada Karyawan Wanita Perusahaan X UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan Work Family Conflict Dengan Quality Of Work Life Pada Karyawan Wanita Perusahaan X Arlinda Ashar 11511192 3PA09 Pembimbing : Marchantia Andranita, Mpsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan-perusahaan ritel sedang berkembang dengan maraknya belakangan ini. Retailer atau yang disebut dengan pengecer adalah pedagang yang kegiatan pokoknya melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya penyakit di masyarakat, maka pelayanan kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pekembangan zaman yang modern di Indonesia, semakin memberikan kesempatan pada setiap perempuan untuk berperan aktif dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Sementara itu pada saat ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Sementara itu pada saat ini banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia dapat dikatakan sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Sementara itu pada saat ini banyak negara berkembang

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa point penting

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa point penting BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa point penting yang dapat dijadikan kesimpulan, yaitu: 1. Dari data yang didapatkan mengenai konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu mampu menjalankan segala aktivitas kehidupan dengan baik. Kesehatan juga

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu mampu menjalankan segala aktivitas kehidupan dengan baik. Kesehatan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah faktor utama dalam kehidupan karena dengan tubuh yang sehat setiap individu mampu menjalankan segala aktivitas kehidupan dengan baik. Kesehatan

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Pekerjaan Istri = Bekerja / Tidak Bekerja Apa pekerjaan Istri Anda? = Berapa jam perhari Istri bekerja = Usia Anak =...Tahun Pembantu Rumah Tangga = Punya / Tidak Punya (Lingkari Salah Satu) Dengan hormat,

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini berupaya menjawab masalah konflik peran pada Ibu bekerja yang baru pertama kali memiliki anak dan cara mereka mengatasinya. Dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manajemen bila ditinjau sebagai suatu proses merupakan suatu rangkaian tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manajemen bila ditinjau sebagai suatu proses merupakan suatu rangkaian tahap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen bila ditinjau sebagai suatu proses merupakan suatu rangkaian tahap kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan semaksimal

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009 1 1. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manajer merupakan seseorang yang berusaha menggapai tujuan organisasi atau perusahaan dengan mengatur orang lain agar bersedia melakukan tugas yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ROLE OVERLOAD DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT

HUBUNGAN ANTARA ROLE OVERLOAD DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT HUBUNGAN ANTARA ROLE OVERLOAD DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh: RISKI NUGRAENI F 100100130 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak yang ditimbulkan dari perubahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psychological well-being (kesejahteraan psikologis) merupakan suatu kondisi tertinggi yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan

BAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wanita Indonesia saat ini memiliki kesempatan yang terbuka lebar untuk bekerja, sehingga hampir tidak ada lapangan pekerjaan dan kedudukan yang belum dimasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan era modern ini, pemandangan wanita bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari budaya Timur yang pada umumnya peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Kota Bandung telah menjadi salah satu dari sekian banyak kota di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Kota Bandung telah menjadi salah satu dari sekian banyak kota di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Kota Bandung telah menjadi salah satu dari sekian banyak kota di Indonesia yang menjadi tujuan wisata. Sejak tahun 2005, kegiatan usaha di bidang perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dewasa menghabiskan sebagian besar waktunya dalam dunia kerja dan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dewasa menghabiskan sebagian besar waktunya dalam dunia kerja dan keluarga. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dewasa menghabiskan sebagian besar waktunya dalam dunia kerja dan keluarga. Pekerjaan dan keluarga merupakan dua area yang berbeda, namun keduanya tetap

Lebih terperinci

Puji Hastuti F

Puji Hastuti F HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA WANITA KARIER DENGAN SIKAP KERJA NEGATIF ABSTRAKSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh : Puji Hastuti F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tingkat ekonomi masyarakat Indonesia mulai meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tingkat ekonomi masyarakat Indonesia mulai meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini, tingkat ekonomi masyarakat Indonesia mulai meningkat. Menurut Badan Statistik jumlah pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2011 USD3.542. Akan

Lebih terperinci

UJI VALIDITAS KONSTRUK PADA INSTRUMEN DENGAN METODE CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS (CFA)

UJI VALIDITAS KONSTRUK PADA INSTRUMEN DENGAN METODE CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS (CFA) JP3I Vol. VI No. 1 Januari 2017 UJI VALIDITAS KONSTRUK PADA INSTRUMEN DENGAN METODE CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS (CFA) Satrio Hartono satriohrtn@gmail.com Anggota HIMPSI Jakarta Abstract Desi Yustari Muchtar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja. Selain dampaknya terhadap penggunaan alat-alat produksi dan strategi pemasaran. Modernisasi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kehidupan masyarakatnya dan menyebabkan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kehidupan masyarakatnya dan menyebabkan kebutuhan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini kondisi ekonomi diberbagai negara terasa sangat mempengaruhi kehidupan masyarakatnya dan menyebabkan kebutuhan hidup yang terus meningkat,

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DAN DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWATI DI RUMAH SAKIT ABDUL RIVAI-BERAU

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DAN DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWATI DI RUMAH SAKIT ABDUL RIVAI-BERAU ejournal Psikologi, 2013, 1 (1): 58-68 ISSN 0000-0000, ejournal.psikologi.fisip-unmul.org Copyright 2013 HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DAN DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa secara kuantitas, pekerja wanita merupakan faktor tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa secara kuantitas, pekerja wanita merupakan faktor tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya kebutuhan akan sandang, pangan dan papan, mendorong perempuan berperan aktif dalam sektor publik. Sumbangan wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah

Lebih terperinci

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG Oleh : Dra. Sofi Sufiarti. A ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keluarga interdependent satu sama lain sebagaimana keduanya. berkaitan dengan pemenuhan hidup seseorang. Melalui pekerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. dan keluarga interdependent satu sama lain sebagaimana keduanya. berkaitan dengan pemenuhan hidup seseorang. Melalui pekerjaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pekerjaan dan keluarga adalah dua area dimana manusia menghabiskan sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga interdependent satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Lingkungan dari keluarga dan kerja seringkali disimpulkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Lingkungan dari keluarga dan kerja seringkali disimpulkan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perubahan bertahap di tempat kerja dan pada tingkah laku karyawan membuat penelitian tentang hubungan antara kerja dan keluarga menjadi semakin penting. Jumlah

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir, Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir, menikah dan meninggal dunia. Pada umumnya wanita menikah di usia yang lebih muda

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wanita Karir Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu rumah tangga sebenarnya adalah seorang wanita karir. Namun wanita karir adalah wanita yang

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A Skala Penelitian A-1 SKALA SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA A-2 SKALA KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Skala SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA LAMPIRAN A-2 Skala KESADARAN

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Korelasi Beban Kerja dengan Work-Family Conflict pada Perawat Wanita yang Sudah Menikah Correlation Study Between Workload with Work-Family Conflict on Married

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterbukaan ekonomi dan politik, perubahan nilai-nilai di dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Keterbukaan ekonomi dan politik, perubahan nilai-nilai di dalam masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterbukaan ekonomi dan politik, perubahan nilai-nilai di dalam masyarakat membuat perubahan yang dramatis di pasar kerja dan keluarga. Secara tradisional,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan CV. Harum Sejahtera merupakan perusahaan yang berdiri sejak tahun 2 lalu, perusahaan ini adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai

Lebih terperinci