RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PROMOSI KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN CIANJUR NISA SILMI AFINA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PROMOSI KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN CIANJUR NISA SILMI AFINA"

Transkripsi

1 RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PROMOSI KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN CIANJUR NISA SILMI AFINA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun Sistem Promosi Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Nisa Silmi Afina NIM H

4 ABSTRAK NISA SILMI AFINA. Rancang Bangun Sistem Promosi Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh BURHANUDDIN. Sektor primer berperan sangat besar dalam membentuk struktur ekonomi Kabupaten Cianjur. Sektor primer yang merujuk pada subsistem budidaya merupakan penggerak industri pengolahan dan perdagangan. Konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah konsep pemasaran sektor publik yang menjelaskan bahwa pemerintah berperan sebagai promotor dalam memasarkan produk yang dihasilkan di daerahnya. Perancangan sistem menggunakan pendekatan sistem prototyping sebagai metode pengembangan sistem dengan dibatasi hanya pada 2 langkah, yaitu identifikasi kebutuhan pengguna dan pembuatan prototipe. Analisis kualitatif murni digunakan dalam pengolahan data dengan alat analisis, di antaranya analisis lembaga tataniaga, analisis kebutuhan pengguna, dan diagram alir data (data flow diagram DFD). Hasil penelitian berupa model proses sistem informasi promosi komoditas unggulan (SIPKU) subsektor tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur yang menunjukan bahwa perbedaan karakteristik pada ketiga komoditas menyebabkan perbedaan entitas dan aliran data yang terjadi. Kata kunci: dfd, komoditas unggulan, promosi, sistem informasi ABSTRACT NISA SILMI AFINA. Promotion Information System Design of The Advantages Commodities of Cianjur Regency s Food and Horticulture Subsector. Supervised by BURHANUDDIN. Prime sector has the highest role in forming economics structure in Cianjur Region. Prime sector which refers to the farming is the mover for industrial sector and trade. This research used marketing concept of public sector which explains that government roles as promoter of the local product marketing. System design used prototyping as the methode in system development by cutting off in 2 stage, that is user's needs analysis and prototyping. Qualitative analysis is used in data processing by the analytical instrument: marketing institution analysis, user's needs analysis, and data flow diagram (DFD). The result of this research is model process of promotion information system of the advantages commodities of the Cianjur Regency's food and horticulture subsector which is showed that differences of the characteristic of the 3 groups commodities cause the differences of entities and data flows. Keywords: advantages commodities, dfd, information system, promotion

5 RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PROMOSI KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN CIANJUR NISA SILMI AFINA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi Nama NIM Rancang Bangun Sistem Infonnasi Promosi Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur Nisa Silmi Afina H Disetujui oleh Ir Burhanuddin, MM Pembimbing Diketahui oleh Tanggal Lulus: 1 4 AUG 2013'

8 Judul Skripsi : Rancang Bangun Sistem Promosi Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur Nama : Nisa Silmi Afina NIM : H Disetujui oleh Ir Burhanuddin, MM Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

9 PRAKATA Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2013 ini adalah sistem informasi, dengan judul Rancang Bangun Sistem Promosi Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur. Terimakasih kepada Bapak Ir Burhanuddin, MM sebagai pembimbing akademik serta pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak ide, saran, dan masukan dalam pembuatan skripsi ini. Terimakasih kepada Dr Ir Wahyu Budi Priatna selaku penguji utama dan Ir Narni Farmayanti, MSc selaku penguji komisi pendidikan yang telah memberikan banyak saran dan masukan bagi perbaikan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orangtua dan seluruh keluarga atas dukungan, doa, dan kasih sayangnya. Tidak lupa, penghargaan penulis sampaikan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Cianjur, Dinas Pertanian Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan, Balai Penelitian Tanaman Pangan dan Hortikultura Desa Gekbrong, Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cipanas dan Sukaresmi, Gabungan Kelompok Tani Agropolitan Kecamatan Cipanas, dan Kelompok Tani Hijau Daun Sukaresmi. Penulis juga mengucapkan terima kasih dan sukses kepada Nur Nudhar Azizah selaku teman bimbingan atas semangat dan kerjasamanya selama ini, teman-teman Agribisnis 46, serta teman-teman Unit Kegiatan Mahasiswa Karate yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama pembuatan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2013 Nisa Silmi Afina

10 ix DAFTAR ISI Daftar Tabel x Daftar Gambar x Daftar Lampiran x Pendahuluan 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 4 Ruang Lingkup Penelitian 4 Tinjauan Pustaka 4 Kajian Mengenai Pendekatan Sistem 4 Kajian Mengenai Model Perancangan Sistem 5 Keterkaitan Kajian Terdahulu dengan Penelitian 6 Kerangka Pemikiran 6 Kerangka Pemikiran Teoritis 6 Pemasaran dan Promosi 6 Sistem 7 Pendekatan Sistem 8 Konsep Basis Data (Database) 9 Perancangan Model Sistem 9 Kerangka Pemikiran Operasional 10 Metode Penelitian 10 Waktu dan Lokasi Penelitian 10 Sumber dan Jenis Data 11 Metode Pengolahan dan Analisis Data 12 Gambaran Umum Daerah 14 Letak Geografis 14 Topografi 16 Hasil dan Pembahasan 17 Identifikasi Komoditas Unggulan dan Penetapan Kawasan Sentra 17 Analisis Kebutuhan Pengguna 20 Analisis Lembaga Tataniaga Komoditas Unggulan 20 Identifikasi Ketersediaan Sistem 25 Rancang Bangun Sistem Promosi Komoditas Unggulan (SIPKU) 28 Simpulan dan Saran 43 Simpulan 43 Saran 43 Daftar Pustaka 43 Lampiran 45

11 x DAFTAR TABEL 1 Jumlah industri di Kabupaten Cianjur menurut kelompok produk 2 2 Identifikasi pengguna dan kebutuhan pengguna sistem 31 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran operasional 11 2 Bentuk tabel/file database 13 3 Peta lokasi penelitian 16 4 Peta kawasan sentra pengembangan komoditas unggulan Kabupaten Cianjur 19 5 Rantai tataniaga komoditas padi Pandan Wangi 21 6 Rantai tataniaga komoditas wortel di Kecamatan Cipanas 23 7 Rantai tataniaga komoditas wortel di Kecamatan Warungkondang 23 8 Rantai tataniaga komoditas bunga potong Krisan 25 9 Alur penyelenggaraan pameran pembangunan Kabupaten Cianjur Diagram konteks sistem informasi potensi unggulan berbasis web Diagram konteks pameran pembangunan Kabupaten Cianjur Struktur database SIPKU Diagram Konteks SIPKU Diagram level 1 SIPKU Diagram level 2 SIPKU Diagram level 3 SIPKU 42 Daftar Lampiran 1 Komponen data dari sistem informasi potensi unggulan berbasis web 44 2 Komponen data pameran pembangunan Kabupaten Cianjur 44 3 Isi (Field) Tabel pada database SIPKU 44

12 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Basis pembangunan wilayah seharusnya memperhatikan kearifan lokal yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Kearifan lokal ini dapat berupa komoditas unggulan wilayah, sistem dan aturan adat, nilai-nilai budaya, dan sebagainya. Makmun (2011) menjelaskan hal ini dalam konsep green economy atau sustainable development yang menekankan pada tiga dimensi yang saling terkait yakni lingkungan (environtment), sosial (social), dan ekonomi (economy). Dengan memaksimalkan keunggulan sumberdaya lokal, baik sumberdaya alam maupun masyarakat, dan didukung oleh perencanaan pembangunan daerah yang tepat, maka penguatan kapasitas lokal yang unggul dan berdayasaing dapat tercapai (Daryanto & Hafizrianda 2010). Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Jawa Barat untuk tahun 2005 sampai 2025, terdapat beberapa misi yang ingin dicapai oleh Pemerintah Jawa Barat, di antaranya ialah: 1) meningkatkan perekonomian yang berbasis potensi daerah dan berdaya saing, 2) mewujudkan lingkungan hidup yang asri dan lestari, 3) mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan. Upaya perwujudan visi dan misi dari rencana tersebut dilaksanakan secara bertahap melalui rencana jangka menengah dan didukung oleh rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) yang disusun oleh tiap Bupati daerah di Jawa Barat dengan memperhatikan RPJPD dan RPJPM Jawa Barat serta disesuaikan dengan potensi serta kearifan lokal masing-masing daerah. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu jalur agribsisnis di Provinsi Jawa Barat yang memiliki persentase produk domestik regional bruto (PDRB) tertinggi pada sektor pertanian, yaitu sebesar 37.38% dari total PDRB Kabupaten Cianjur. Pendapatan sektor pertanian ini didominasi oleh subsektor pertanian tanaman bahan makanan dan hortikultura dengan persentase sebesar 27.23% dari total PDRB, sedangkan sisanya dari subsektor pertanian lainnya. 1 Kondisi tersebut menunjukan bahwa struktur ekonomi Kabupaten Cianjur masih didominasi oleh subsistem budidaya (sektor primer). Kontributor kedua terbesar setelah sektor pertanian adalah sektor perdagangan, yaitu sebesar 26.07%. Kondisi ini memperlihatkan adanya keterkaitan antara sektor produksi dengan sektor perdagangan. Meningkatnya produksi pertanian di Kabupaten Cianjur dapat mengangkat peran perdagangan di daerah ini. Di sisi lain, kondisi ini menunjukan kelemahan sektor industri pengolahan di Kabupaten Cianjur. Sektor agribisnis tidak berdiri sendiri. Guna mengetahui peran sektor agribisnis, maka perlu dilihat peran beberapa sektor, seperti sektor pertanian secara luas, sektor industri pengolahan, perdagangan, restoran, dan lain sebagainya. Sektor industri di Kabupaten Cianjur menyumbang sebesar 3.76% terhadap PDRB melalui 13 industri pengolahan besar dan 126 industri kecil dan menengah (Statistik Daerah Kabupaten Cianjur 2012). Industri terbanyak pada kelompok industri makanan dan sebagian besar masih didominasi oleh industri kecil dan menengah (Tabel 2). Demikian pula penyerapan tenaga kerja pada sektor industri masih relatif kecil yaitu 1 Kabupaten Cianjur Dalam Angka 2012.

13 2 sebanyak 9095 orang. Kondisi ini masih memerlukan upaya peningkatan sektor industri dengan mengundang investor dari luar untuk menanamkan investasi di sektor industri di Kabupaten Cianjur. Tabel 1 Jumlah industri di Kabupaten Cianjur menurut kelompok produk Industri menurut kelompok produk Besar Kecil dan Menengah Farmasi,obat kimia, dan Tradisional 3 1 Karet, barang dari karet, dan plastik 2 6 Kayu, barang dari kayu, dan Gabus - 19 Kendaraan bermotor dan Trailer - 1 Komputer, barang elektronik, dan optik 1 - Kulit, barang dari kulit, dan alas kaki 1 2 Tekstil - 2 Pengelolaan limbah - 6 Bahan kimia dan barang dari bahan kimia - 4 Barang galian bukan logam - 5 Barang logam, bukan mesin, dan peralatan - 3 Mabelair - 5 Makanan 5 58 Mesin dan perlengkapan ytdl - 2 Pakaian jadi 1 4 Pengolahan lainnya - 4 Pengolahan tembakau - 4 Jumlah Sumber: BPS, survei IBS dalam Statistik Daerah Kabupaten Cianjur 2012 Dalam mendukung pembangunan agribisinis Kabupaten Cianjur, dibutuhkan suatu upaya untuk mempromosikan komoditas maupun produk turunannya, terutama komoditas maupun produk yang berasal dari subsektor basis, yaitu subsektor tanaman pangan dan hortikultura. Dalam hal ini peran pemerintah sebagai fasilitator sangat dibutuhkan, terutama dalam memperbaiki sistem pemasaran dan promosi komoditas yang dihasilkan (Supranto & Limakrisna 2010). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu rancangan sistem yang dapat memfasilitasi para pihak yang berkepentingan pada subsektor tanaman pangan dan hortikultura yang kemudian akan dikembangkan dalam suatu sistem yang terdiri dari 3 komponen, yakni data (data), orang (people/brainware), dan prosedur (procedures). Rumusan Masalah Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah dengan potensi subsektor tanaman pangan dan hortikultura yang sangat besar. Adanya fokus pengembangan dengan menekankan pada komoditas-komoditas unggulan daerah dapat meningkatkan keunggulan kompetitif daerah. Kabupaten Cianjur memiliki keunggulan komparatif untuk beberapa jenis komoditas pertanian secara luas namun, rendahnya industri pengolahan di daerah tersebut menyebabkan kurangnya keunggulan kompetitif untuk produk-produk agribisnis potensial. Besarnya potensi subsistem budidaya di Kabupaten Cianjur seharusnya dapat ditunjukan oleh tingkat kesejahteraan pelaku usaha pada sektor tersebut. Pada kenyataannya, insentif yang diperoleh petani, sebagai pelaku usaha sektor primer

14 belum menunjukan tingkat kesejahteraan yang baik. Kondisi ini salah satunya disebabkan oleh keterbatasan informasi pada tingkat petani, sehingga dalam hal pemasaran komoditas, petani masih sangat bergantung pada pedagang pengumpul, sedangkan pedagang pengumpul sebagian besar telah memiliki tujuan tertentu dalam memasarkan komoditas primer yang diperoleh petani. Akibatnya, tidak ada nilai tambah komoditas yang diberikan oleh tingkat pelaku usaha budidaya (petani). Begitupun dengan sektor perdagangan yang notabene berada di posisi kedua setelah sektor primer (BAPPEDA Kabupaten Cianjur 2012), sehingga sangat sedikit manfaat yang diperoleh dari adanya nilai tambah produk, sebab nilai tambah yang diberikan juga sangat sedikit. Pembangunan agribisnis Kabupaten Cianjur sudah didukung oleh berbagai teknologi yang memadai, namun perencanaan pengadaan sistem yang kurang matang menyebabkan aliran informasi kurang berjalan dengan baik antar stakeholder agribisnis di Kabupaten Cianjur. Hal ini terlihat dari substansi informasi yang belum mengakomodasi kebutuhan stakeholder agribisinis di Kabupaten Cianjur. Akibatnya, antar pelaku agribisnis dan pihak berkepentingan masih menjadi entitas terpisah satu sama lain, belum menjadi satu entitas utuh. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Siapa saja komponen orang atau entitas eksternal dari sistem informasi komoditas unggulan subsektor tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur? 2. Mengapa kondisi sistem informasi komoditas unggulan Kabupaten Cianjur belum bisa berperan dengan baik bagi pembangunan agribisnis Kabupaten Cianjur? 3. Bagaimana sistem informasi promosi yang dapat dibangun untuk memperbaiki pemasaran sektor primer agar dapat menggerakan industri pengolahan dan perdagangan di Kabupaten Cianjur? 3 Tujuan Penelitian Penelitian Rancang Bangun Sistem Promosi Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur ini adalah: 1. Mengidentifikasi pihak-pihak yang berkepentingan dalam aliran informasi antar pelaku agribisnis di Kabupaten Cianjur. 2. Mengidentifikasi ketersediaan sistem informasi potensi daerah. 3. Merancang sistem baru sebagai pengembangan atau perbaikan dari sistem sebelumnya.

15 4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dikategorikan bagi beberapa pihak, diantaranya: Mahasiswa : penelitian ini harapannya dapat memberikan informasi mengenai kondisi faktual di lokasi penelitian dan menjadi rujukan untuk karya ilmiah maupun penelitian berikutnya. Peneliti : penelitian ini dapat memberikan informasi serta menjadi pembanding bagi penelitian yang akan dilakukan berikutnya. Pemerintah : penelitian ini dapat membantu pemerintah setempat dalam menciptakan suatu sistem pemasaran dan informasi yang terintegrasi. Masyarakat : penelitian ini dapat membuka wawasan masyarakat untuk lebih mengenal Kabupaten Cianjur sebagai salah satu daerah dengan jalur agribisnis strategis. Programmer : penelitian ini dapat menjadi rujukan serta masukan dalam mengembangkan aplikasi program atau software yang berguna bagi stakeholder agrisbisnis (entitas dalam sistem). Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi berdasarkan tahapan dalam pendekatan sistem prototyping. Pengkajian masalah dimulai dengan identifikasi sistem, komponen sistem, dan dibatasi sampai pengembangan prototipe. Tidak dilakukan konfirmasi dan/atau implementasi prototipe pada penelitian ini. Setiap tahap dilakukan dengan fokus pada penyelesaian permasalahan pada sistem dan kebutuhan pengguna. Penelitian ini mengkaji tiga komponen utama sistem informasi, yaitu orang (people), data (data/datum), prosedur (procedures). Pengkajian dilakukan secara kualitatif murni menggunakan data flow diagram (DFD). TINJAUAN PUSTAKA Kajian Mengenai Pendekatan Sistem Pendekatan sistem merupakan suatu kerangka berpikir sistematis yang digunakan dalam proses perancangan sistem. Pendekatan sistem memiliki tahapantahapan yang selanjutnya menjadi proses di dalam merancang suatu sistem. Ada beberapa tahapan yang seringkali ditemukan pada perancangan sistem, diantaranya tahap investigasi, identifikasi permasalahan, identifikasi kebutuhan, analisis sistem, desain sistem, uji coba sistem, evaluasi dan implementasi sistem (Olivia 2008, Harris 2008, Apripradono 2008, Ekanala 2011). Pendekatan sistem yang paling sering digunakan dalam perancangan sistem ialah System Development Life Cycle (SDLC) sebab tahapan-tahapan di dalamnya

16 dianggap paling rasional untuk digunakan sebagai metode perancangan sistem. SDLC dapat digunakan untuk membangun sistem yang benar-benar baru seperti yang dilakukan oleh Olivia (2008). SDLC dibedakan dalam 4 model, yaitu waterfall, iterative, spiral, dan V model. Bassil (2012) membuat model simulasi untuk SDLC tipe waterfall yang menunjukan bahwa kelima proses pada tipe ini harus diselesaikan secara berurutan, jika ditemukan kekurangan pada proses ke-x maka proses harus dilakukan mengulang dari proses awal. Selain SDLC, pendekatan sistem yang cukup dikenal ialah prototyping. Metode ini berfokus pada kebutuhan penggunanya (McLeod 2004). Apripradono (2008) melakukan tahapan-tahapan yang serupa dengan metode prototyping, yaitu analisa dan perancangan sistem informasi pemasaran (SIPI) yang terbagi menjadi studi kebutuhan SIPI, studi analisa sistem yang ada, fitur-fitur SIPI, desain dan pengembangan SIPI, serta verifikasi SIPI. Metode prototyping juga digunakan oleh Iriani et al. (2013) dalam penelitiannya mengenai sistem informasi kepuasan pelanggan terhadap produk salah satu bank. Metode prototyping dianggap tepat untuk digunakan pada penelitian tersebut karena fokus penelitian adalah kepuasan pelanggan yang berperan sebagai end user di dalam sistem informasi yang dikembangkan. Paradigma prototyping dimulai dengan adanya komunikasi antara pengembang dan pengguna, sehingga kebutuhan pengguna dapat diidentifikasi (Iriani et al. 2013, McLeod 2004). Iterasi prototyping direncanakan secara cepat, demikian juga pemodelan dalam bentuk rancangan segera dibuat. Perancangan yang cepat berfokus pada penggambaran aspek-aspek perangkat lunak yang akan dilihat oleh pengguna, seperti tampilan antar muka pengguna dengan sistem, atau format tampilan output. Rancangan yang cepat ini akan membawa ke arah pembuatan (konstruksi) program dari prototipe (Iriani et al. 2013). 5 Kajian Mengenai Model Perancangan Sistem Model perancangan sistem merupakan gambaran konseptual komponen dari sistem yang dikembangkan. Model logis yang seringkali digunakan dalam perancangan sistem, yaitu diagram alir data (data flow diagram DFD) dan diagram keterhubungan-entitas (entitiy relationship diagram ERD). DFD digunakan untuk mendokumentasikan prosedur aliran data pada sistem (Ekanala 2011, Triwari et al. 2012, Aziz et al. 2013, Ibrahim & Yen 2011). Penggunaan DFD biasanya ditemukan pada penelitian yang berfokus pada proses (Ibrahim & Yen 2011), sedangkan ERD biasanya ditemukan pada penelitian yang berfokus pada hubungan antar data dan entitas. Ibrahim & Yen (2011) menggunakan DFD untuk mengembangkan model proses bisnis. Selain itu, penelitian tersebut juga menemukan suatu alat untuk mengurangi ketidakterkaitan antar level pada DFD. Kautsar (2011) menggunakan DFD untuk merancang aliran informasi pada pada Sistem Agroindustri Belimbing Dewa (Sisagribingwa) serta ERD untuk merancang model data yang digunakan pada Sisagribingwa. Sistem informasi yang dibangun dalam bentuk website dengan tujuan mempermudah akses masyarakat akan informasi yang disediakan.

17 6 Keterkaitan Kajian Terdahulu dengan Penelitian Penelitian mengenai perancangan sistem informasi telah banyak dilakukan. Metode yang digunakan sangat variatif, namun metode-metode tersebut pada dasarnya adalah pengembangan atau perbaikan dari metode klasik, yaitu SDLC. Selain dua metode yang disebutkan, terdapat beberapa metode lainnya, seperti The Open Group Architecture Framework (TOGAF) (Supriyana 2010, Harumiaty et al. 2013, Yustrilia et al. 2013, Rendy 2013, Widyana et al. 2013) dan service oriented architecture (SOA) (Toninetti [tahun tidak diketahui]). Perbedaan metode-metode tersebut terletak pada orientasinya. Metode-metode baru yang merupakan pengembangan dari model klasik SDLC digunakan untuk pengembangan sistem yang sudah berjalan, sementara SDLC lebih tepat digunakan untuk membangun sistem yang benar-benar baru. Oleh karena itu, untuk kasus pada penelitian ini metode yang lebih tepat untuk diadopsi adalah prototyping karena sudah ditemukan adanya sistem yang dikembangkan. Pada model perancangan sistem, sebenarnya terdapat banyak jenis model perancangan sistem, namun dua model logis yang disebutkan relatif lebih sering digunakan dalam pendokumentasian. DFD lebih tepat digunakan bagi penelitian ini, sebab DFD berfokus pada proses atau prosedur alir data sistem. Telah banyak penelitian mengenai analisis sistem informasi dilakukan, tetapi belum banyak yang menganalisis sistem informasi pada sistem agribisnis. Padahal adanya sistem informasi yang baik sangat dibutuhkan bagi kelangsungan agribisnis mengingat sifat produk agribisnis yang mudah rusak dan tidak tahan lama serta pentingnya efisiensi produksi maupun pemasaran. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pemasaran dan Promosi Konsep pemasaran lebih banyak memfokuskan upaya perusahaan pada kebutuhan pembeli dan/atau pelanggan. Kunci sukses mencapai tujuan organisasi terletak pada bagaimana suatu organisasi menciptakan, menyampaikan, dan menggunakan nilai pelanggan yang superior kepada pasar sasaran yang dipilih (Supranto dan Limakrisna 2010). Perbedaan penjualan (sale) dengan pemasaran (marketing) terletak pada fokus kebutuhan yang diupayakan. Penjualan berfokus pada kebutuhan penjual untuk memperoleh balas jasa (insentif) dari barang atau jasa yang dijual. Sedangkan pemasaran berfokus pada kebutuhan dan kepuasan pembeli dan/atau pelanggan. Dengan demikian, konsep yang dibangun pada pemasaran ialah, menciptakan dan menjual barang atau jasa yang dibutuhkan oleh pembeli. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui kebutuhan pembeli sebelum menjual barang atau jasa. Di sisi lain, konsep pemasaran holistik dapat dijelaskan dalam 4 komponen pemasaran holistik, yaitu relationship marketing, integrated marketing, internal marketing, dan social responsibility marketing (Supranto dan Limakrisna 2010). McCarthy dalam Supranto dan Limakrisna (2010)

18 mengklasifikasikan alat pemasaran dalam 4 bauran pemasaran yang disebut 4P, yaitu product, price, place, dan promotion. Hal ini sejalan dengan pernyataan Robert Lauterban (tahun tidak diketahui) dalam Supranto dan Limakrisna (2010), bahwa 4P dari sudut pandang penjual sesuai dengan 4C dari sudut pandang pelanggan, yaitu customer solution, customer cost, convenience, dan communication. 2 Konsep promosi dari sudut pandang penjual sesuai dengan communication dan convenience dari sudut pandang pembeli. Promosi identik dengan strategi mengkomunikasikan barang atau jasa kepada pembeli. Hal ini harus memberi kenyamanan, baik secara fisik maupun psikologis bagi calon pembeli. Sistem Dalam mendefinisikan sistem, dapat digunakan dua pendekatan, yakni pendekatan elemen atau komponen dan pendekatan prosedur (Sutabri 2010). Pendekatan elemen atau komponen menekankan pada interaksi antar elemen atau komponen pembentuk sistem tersebut. Sedangkan pendekatan prosedur menekankan pada jaringan kerja prosedur-prosedur yang saling berhubungan satu sama lain untuk menyelesaikan tujuan tertentu. Secara sederhana suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu (Lucas [tahun tidak diketahui] diacu dalam Kumorotomo 2004). Teori sistem mengatakan bahwa setiap unsur pembentuk organisasi adalah penting dan harus mendapat perhatian yang utuh supaya pengambil keputusan dan komponen lainnya dalam organisasi tersebut dapat bertindak lebih efektif. McLeod (2004) membedakan sistem ke dalam dua jenis, yakni sistem fisik dan sistem konseptual. Sistem fisik terdiri dari sejumlah sumberdaya fisik, sedangkan sistem konseptual terdiri dari sumberdaya konseptual data dan informasi untuk mewakili suatu sistem fisik. Data dan informasi adalah dua konsep yang berbeda. Data terdiri dari faktafakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai, baik dalam dimensi waktu maupun kebutuhan. merupakan data atau kumpulan data yang diolah sehingga bernilai manfaat bagi penggunanya. Dalam prosesnya, data dapat diolah ditambah, kurang, kali, atau bagi dengan data atau nilai tertentu, direkayasa, diklasifikasikan, atau diinterpretasikan untuk menghasilkan sebuah informasi yang berguna. diibaratkan sebagai darah yang mengalir dalam organisasi, sehingga suatu sistem yang kekurangan informasi akan menjadi loyo, kerdil, dan kemudian berakhir. Sutabri (2012) mengelompokan informasi menjadi 3 bagian, yaitu: 1. strategis. ini digunakana untuk mengambil keputusan jangka panjang, yang mencakup informasi eksternal, rencana perluasan perusahaan, dan sebagainya. 2. taktis. ini dibutuhkan untuk mengambil keputusan jangka menengah, seperti informasi tren penjualan yang dapat dimanfaatkan untuk menyusun rencana penjualan. 7 2 Dalam Supranto dan Limakrisna (2010), hlm 48

19 8 3. teknis. ini dibutuhkan untuk keperluan operasional sehari-hari, seperti informasi persediaan stok, retur penjualan, dan laporan kas harian. Pendekatan Sistem Pendekatan sistem merupakan sebuah metodoogi, yakni tahap-tahap yang direkomendasikan dalam menyelesaikan masalah. Metode pengembangan sistem dijelaskan dalam kerangka berpikir klasik System development life cycle (SDLC). Kroenke (1992) menyebutkan proses ini secara singkat dan sederhana, yaitu membangun sistem, menggunakan sistem, modifikasi sistem, rekonstruksi sistem, menggunakannya lagi, dan seterusnya. Sedangkan McLeod dan Schell (2007) menyebutkan ada 5 proses dalam SDLC tradisional yang seringkali disebut sebagai pendekatan air terjun (waterfall) yaitu perencanaan, analisis, desain, implementasi, dan penggunaan sistem. Meskipun metode SDLC waterfall ini memiliki tahapantahapan yang logis, namun tidak dapat dibantah bahwasanya metode ini masih juga memiliki kelemahan. Pada SDLC waterfall, setiap tahap harus dilewati sekali jalan dan proses tidak dapat dilanjutkan apabila proses sebelumnya belum selesai. Para ahli kemudian menerapkan suatu teknik yang telah terbukti efektif dalam pekerjaan lain, misalnya desain mobil. Teknik pengembangan ini disebut pembuatan prototipe (prototyping). Ada 2 jenis prototipe, yaitu prototipe jenis I (prototipe evolusioner) dan prototipe jenis II (prototipe persyaratan). Pada prototipe evolusioner dilakukan penyempurnaan terus-menerus hingga memenuhi berbagai fungsi yang dibutuhkan oleh pengguna. Kemudian, prototipe ini akan menjadi sistem operasional atau sistem aktual. Sedangkan prototipe persyaratan dikembangkan sebagai suatu cara untuk mendefinisikan persyaratan-persyaratan dari sistem baru. Persyaratanpersyaratan dikemukakan sebagai stimulan bagi pengguna yang sulit mendefinisikan kebutuhan mereka akan sistem baru. Oleh karenanya sistem ini seringkali disebut sebagai blue print bagi sistem operasional (aktual) dan tidak selalu menjadi sistem aktual karena prototipe ini dapat dibuang apabila sudah mencapai tujuannya. Tahapan pada prototipe evolusioner maupun prototipe persyaratan hampir sama. Perbedaan proses ditemukan pada tahap ke-4 dan seterusnya. McLeod dan Schell (2001) mengemukakan, terdapat 4 tahap dalam prototipe evolusioner, yaitu: 1. Mengidentifikasikan kebutuhan pemakai 2. Mengembangkan prototipe 3. Memastikan prototipe dapat digunakan 4. Menggunakan prototipe Tahap 1 sampai dengan 3 pada prototipe persyaratan sama dengan yang dilakukan pada prototipe operasional, sedangkan pada tahap 4 dan seterusnya, ditemukan perbedaan antara keduanya, yaitu: 4. Mengkodekan sistem operasional 5. Menguji sistem operasional 6. Menentukan jika sistem operasional dapat diterima 7. Membuat sistem baru (sistem operasional) dapat digunakan menjadi sistem produksi Inti dari prototyping ialah pendekatan sistem yang berfokus pada kebutuhan pengguna. Prototyping dapat berada di dalam SDLC atau berdiri sendiri. Bagi

20 sistem berskala kecil dan sistem yang sudah pernah dibangun atau dikembangkan, prototyping dapat menggantikan SDLC, sedangkan pada sistem yang benar-benar baru, prototyping biasanya berada di dalam tahapan SDLC. Konsep Basis Data (Database) Pengertian database dalam bahasan organisasi adalah seluruh sumber daya berbasis komputer milik organisasi, sedangkan manajemen database adalah aplikasi perangkat lunak yang menyimpan struktur database, hubungan antar data dalam database serta berbagai file (input), laporan (output), dan arsip (history) yang berkaitan dengan database tersebut. McLeod (2004) menjelaskan konsep database sebagai integrasi logis dari catatan-catatan dalam banyak file. Konsep ini menunjukan bahwa lokasi fisik dalam penyimpanan tidak tergantung pada lokasi logis. Konsep database memiliki dua tujuan utama, yaitu meminimalkan pengulangan data (data redundancy) dan mencapai independensi data. Pengulangan data dapat diartikan sebagai penyimpanan data yang sama dalam beberapa file, sehingga apabila terjadi pembaharuan pada data tersebut memungkinkan terjadinya kesalahan pada salah satu file penyimpanan data. Ketika hal ini tidak disadari, maka akan sulit untuk menentukan file mana yang benar dan salah. Kondisi ini disebut inkonsistensi data. Independensi data adalah kemampuan untuk membuat perubahan dalam struktur data tanpa membuat perubahan pada program yang memproses data (McLeod 2004). Hal ini dicapai dengan menempatkan spesifikasi data dalam tabel yang terpisah dari program. Spesifikasi data, kemudian ditempatkan pada kamus data, yakni seperangkat penjelasan mengenai data tertentu. Prosedur pembuatan database mencakup 3 proses penting, yaitu menentukan kebutuhan data, menjelaskan data tersebut, dan memasukan data ke dalam database. Pada proses penentuan kebutuhan data, terdapat 2 pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan berorientasi proses atau masalah dan pendekatan model perusahaan (enterprise model). Proses penjelasan data menggunakan kamus data yang kemudian menghasilkan skema. Skema bukan berisi data itu sendiri, tetapi atribut atau karakteristik dari data yang dijelaskan (McLeod 2004), di antaranya: 1. Nama data field, 2. Alias (nama lain yang digunakan untuk data field yang sama 3. Jenis data (angka, abjad, dan lain-lain) 4. Jumlah posisi 5. Jumlah posisi desimal (hanya untuk data angka) 6. Berbagai aturan integrasi data Perancangan Model Sistem Terdapat dua model sistem dalam mendokumentasikan sistem informasi, yaitu model data dan model proses. Model data digambarkan dengan diagram hubungan entitas (entity relationship diagram ERD), sedangkan model proses digambarkan dengan diagram arus data (data flow diagram DFD). Model ERD digunakan untuk mendokumentasikan data dengan mengidentifikasi jenis entitas dan hubungannya, sedangkan DFD mendokumentasikan proses transformasi data tersebut. 9

21 10 Model sistem Data Flow Diagram (DFD) merupakan model logik yang menunjukan secara logis kepada pemakai tentang bagaimana fungsi-fungsi dalam sistem bekerja. DFD menekankan pada segi proses. Secara umum, DFD dapat didefinisikan sebagai suatu jaringan yang menggambarkan suatu sistem, subsistem dan aliran data di dalamnya yang dilakukan secara komputerisasi, manualisasi, atau gabungan dari keduanya dengan aturan main tertentu. Keuntungan penggunaan DFD adalah memungkinkan untuk menggambarkan sistem dari level yang paling tinggi kemudian menguraikannya menjadi level yang lebih rendah (dekomposisi). Sedangkan kekurangannya ialah model ini tidak menunjukan proses pengulangan (looping), proses keputusan, dan proses perhitungan (Sutabri 2012). Arus data di dalam DFD dijelaskan menggunakan kamus data (data dictionary). Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka pemikiran yang dibangun ialah ketersediaan sistem informasi mengenai komoditas unggulan Kabupaten Cianjur. Sejalan dengan tujuan dan manfaat penelitian bagi stakeholder, maka dilakukan identifikasi komoditas unggulan subsektor tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur untuk mengetahui komponen sistem. Investigasi dan analisis sistem dilakukan untuk mengetahui ketersediaan sistem informasi komoditas unggulan yang dibangun di Kabupaten Cianjur. Analisis sistem juga digunakan untuk mengidentifikasi komponen sistem informasi (data, orang, dan prosedur). Pada tahap analisis sistem, dilakukan tahap wawancara kepada stakeholder untuk menganalisis kebutuhan setiap stakeholder. Analisis kebutuhan bertujuan untuk menyesuaikan perencanaan sistem yang akan dibangun dengan kebutuhan pengguna sistem, sehingga sistem yang dibangun memberikan manfaat bagi pengguna. Selanjutnya dilakukan reduksi dan sintesis data sebagai tahap pra desain sistem. Terakhir, dilakukan perancangan sistem baru apabila pada tahap investigasi sistem tidak ditemukan adanya sistem informasi komoditas unggulan, sedangkan perencanaan pengembangan sistem dilakukan apabila pada tahap investigasi sistem ditemukan adanya sistem informasi komoditas unggulan. Tahap-tahap kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terbagi dua tahap, yaitu investigasi dan observasi lapang dan pengumpulan data. Tahap investigasi dan observasi lapang dimulai sejak pertengahan bulan Februari 2013 dan dilanjutkan dengan pengumpulan data yang berlangsung selama bulan Maret sampai minggu ke-2 bulan April Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat dengan mengambil satu kawasan sentra untuk masing-masing komoditas unggulan subsektor tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur sebagai fokus pengamatan. Pemilihan

22 kawasan sentra dilakukan secara cluster random sampling, namun berdasarkan judgmental peneliti dan dinas setempat. Perencanaan perancangan sistem informasi potensi unggulan sektor basis yang kurang matang 11 Komoditas Unggulan Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Komoditas Unggulan Sayuran Komoditas Unggulan Tanaman Hias Sistem yang sudah dibangun Analisis sistem (Komponen sistem dan kebutuhan pengguna sistem) Orang (entitas eksternal) Data Prosedur Rancang Bangun Sistem sebagai alat pemasaran komoditas unggulan subsektor tanaman pangan dan hortikultura Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari publikasi terbuka di media masa dan internet serta instansi terkait, seperti laporan tahunan dinas-dinas terkait, Kajian Masterplan Pembangunan Agribisnis Kabupaten Cianjur yang disusun oleh BAPPEDA Kabupaten Cianjur dan BPS Kabupaten Cianjur. Selain itu, data sekunder lainnya juga diperoleh dari studi lapang serta laporan atau hasil pencatatan lembagalembaga agribisnis yang menjadi objek pengamatan. Data primer diperoleh melalui investigasi pra penelitian; observasi lapang; wawancara mendalam (in depth interview) dengan perwakilan penting di dinasdinas terkait, pelaku usaha, dan keyperson lainnya; dan dokumen. Pada penelitian

23 12 kualitatif ini, data didekati melalui instrumen manusia. Data primer didokumentasikan dalam bentuk catatan tertulis. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pada penelitian sistem informasi, tahap pengolahan dan analisis data seringkali dilakukan secara bersamaan. Metode pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif melalui tahap-tahap pada metode prototyping, yaitu analisis kebutuhan pengguna dengan mengidentifikasi stakeholder pada sistem yang sudah ada dan mengembangkan prototipe dengan analisis komponen sistem dan perancangan model proses (data flow diagram). Identifikasi Komoditas Unggulan dan Penentuan Kawasan Sentra Identifikasi komoditas unggulan digunakan untuk memudahkan analisis sistem komoditas unggulan. Dengan mengetahui sistem informasi dari komoditas unggulan pada masing-masing kelompok komoditas, maka sistem untuk setiap kelompok komoditas diasumsikan sama karena adanya kesamaan karakteristik komoditas pada masing-masing kelompok. Kawasan sentra merupakan kawasan yang memiliki potensi lebih besar daripada daerah lainnya dalam menghasilkan komoditas unggulan. Penentuan kawasan sentra bertujuan untuk menemukan lokasi penelitian secara spesifik dari komoditas unggulan pada setiap kelompok komoditas. Penentuan kawasan sentra dilakukan berdasarkan Laporan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur 2012, data-data yang tersedia di BPS, dan informasi yang diperoleh langsung dari dinas maupun balai penelitian dan penyuluhan (BPP) pertanian pada tingkat kecamatan. Pendekatan Sistem: Prototyping Tahapan pengolahan data pada penelitian ini dimulai setelah data dan informasi terkumpul sebanyak-banyaknya. Data dan informasi akan digunakan untuk memasuki tahap-tahap dalam metode prototyping, sebagai pendekatan sistem yang digunakan pada penelitian ini. Jenis prototipe yang akan digunakan ialah prototipe jenis I yaitu, prototipe evolusioner, sedangkan tahapan yang digunakan, berdasarkan output penelitian, hanya 2 tahap, yaitu: 1) analisis kebutuhan dan 2) pengembangan prototipe. Analisis Kebutuhan Pengguna Sebelum dilakukan analisis kebutuhan pengguna, hal yang dilakukan terlebih dulu ialah mengidentifikasi sistem yang sudah pernah dikembangkan dan/atau yang sedang berjalan. Setelah diperoleh informasi mengenai sistem-sistem yang tersedia, maka pengguna sistem dapat diidentifikasi dan diklasifikasikan berdasarkan peran dan fungsinya. Selain itu, identifikasi stakeholder juga dilakukan dengan menganalisis lembaga tataniaga setiap komoditas yang menjadi unggulan pada masing-masing kelompok.

24 Analisis lembaga tataniaga Analisis lembaga tataniaga pada penelitian ini tidak sama dengan analisis lembaga tataniaga pada penelitian dengan tema tataniaga. Pada penelitian ini, analisis lembaga tataniaga dilakukan untuk mengidentifikasi stakeholder dari setiap kelompok komoditas. Guna mempermudah identifikasi ini, maka diasumsikan karakteristik stakeholder pada setiap komoditas di masing-masing kelompok adalah sama, sehingga identifikasi hanya dilakukan pada 1 jenis komoditas pada masingmasing kelompok. Penentuan komoditas dilakukan berdasarkan hasil studi literatur, kajian terkait komoditas unggulan, dan informasi langsung dari sumber terpercaya. Pengembangan Prototipe Di dalam tahap ini dilakukan klasifikasi serta reduksi data dan informasi. Data dan informasi yang diperoleh dari hasil observasi diklasifikasikan menjadi tiga komponen sistem informasi, yakni pengguna, data yang dapat dihasilkan oleh pengguna, dan prosedur yang terjadi. Klasifikasi juga dilakukan untuk pembuatan database (Gambar 2) sebelum pendokumentasian proses. Setelah semua komponen sistem disiapkan, maka pengembangan prototipe menggunakan model sistem data flow diagram (DFD) dapat dilakukan. Perancangan model DFD dilakukan menggunakan software Edraw Max Nama Tabel/File Nama Data Kode Struktur Data Keterangan 1 Keterangan 2 Keterangan... Keterangan X Gambar 2 Bentuk tabel/file database DFD merupakan cara paling alamiah untuk mendokumentasikan proses (McLeod 2004). Alat ini memiliki beberapa simbol untuk mempermudah analisis. Terdapat 4 simbol dalam perancangan model proses menggunakan DFD, diantaranya: a. External entity Simbol ini menunjukan elemen lingkungan yang berada di luar batas sistem. Nama terminator digunakan untuk menunjukan elemen lingkungan. Terminator dapat berupa orang, organisasi, atau sistem lain yang berhubungan dengan sistem yang dikembangkan.

25 14 b. c. Proses (Process) Simbol ini digunakan untuk proses pengolahan atau transformasi data. Proses menunjukan adanya perubahan input menjadi output. Setiap aliran data antar entitas maupun dari dan/atau ke data store akan melewati transformasi data. Data flow Simbol ini digunakan untuk menggambarkan aliran data dari dan/atau menuju proses. Inti dari sistem ialah adanya input yang diubah menjadi output. Dalam hal ini, input adalah data flow menuju simbol proses dan output ditunjukan oleh data flow yang berasal dari proses. d Data store. Simbol ini digunakan untuk menggambarkan data flow yang sudah disimpan atau diarsipkan. Data store dalam istilah DFD adalah suatu penampungan data. Simbol ini hanya muncul pada proses yang menggunakan data store tersebut (Kroenke 1992) DFD seringkali disebut sebagai diagram multilevel karena terdiri dari beberapa level atau tingkatan proses. Tingkatan proses menunjukan adanya dekomposisi sistem, sehingga semakin rendah tingkatannya memperlihatkan proses yang semakin detail dari sistem tersebut. Kroenke (1992) menjelaskan dibutuhkan 3 (tiga) tahap atau tingkat konstruksi dalam membuat DFD, yaitu: 1. Diagram Konteks (Context Diagram). Diagram konteks merupakan level 0 (nol) atau level tertinggi pada DFD. Digram ini memperlihatkan keseluruhan aktivitas yang dijangkau oleh model. Pada diagram konteks, hanya ditemukan 1 proses yang menggambarkan keseluruhan proses yang terjadi pada sistem. 2. Diagram Level 1. Diagram ini dibuat untuk menggambarkan proses-proses pengolahan data, yang penjabarannya lebih terperinci. Proses-proses ini merupakan dekomposisi dari proses umum yang ada pada diagram konteks. 3. Diagram Detail (Level 2, 3,.dan seterusnya). Diagram ini dibuat untuk menggambarkan arus data secara lebih mendetail lagi dari tahapan proses yang ada di dalam diagram konteks maupun diagram level 1. GAMBARAN UMUM DAERAH Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Cianjur berada di tengah propinsi Jawa Barat dengan jarak sekitar 65 km dari ibu kota Provinsi Jawa Barat (Bandung) dan 120

26 km dari ibu kota negara (Jakarta). Posisi tersebut menempatkan Kabupaten Cianjur berada ditengah-tengah Wilayah Provinsi Jawa Barat, memanjang dari Utara ke Selatan. Di bagian utara, Kabupaten Cianjur berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi (Gambar 3). Kabupaten Cianjur secara geografis terbagi dalam 3 wilayah yaitu wilayah utara, wilayah tengah dan wilayah selatan dengan jumlah kecamatan sebanyak 32 kecamatan, jumlah desa sebanyak 342 desa dan jumlah kelurahan sebanyak 6 kelurahan dan luas wilayah seluas ha. Masing-masing wilayah mempunyai ciri-ciri khusus baik dari segi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Sumberdaya alam dapat dibedakan berdasarkan topografi, jenis tanah, iklim, jenis penggunaan tanah dan lain-lain. Sumber daya manusia dapat dibedakan berdasarkan jumlah penduduk, jumlah rumah tangga petani, tingkat pendidikan dan lain-lain. Berdasarkan wilayah pembangunan, Kabupaten Cianjur dibagi menjadi Wilayah Pengembangan Utara (WPU), Wilayah Pengembangan Tengah (WPT), dan Wilayah Pengembangan Selatan (WPS) : 1. Wilayah Pengembangan Utara, merupakan dataran tinggi yang terletak di kaki Gunung Gede yang sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi pegunungan dan sebagian lagi merupakan dataran yang dipergunakan untuk pesawahan. Kecamatan yang termasuk wilayah ini adalah Kecamatan Cibeber, Bojongpicung, Haurwangi, Ciranjang, Karangtengah, Cianjur, Warungkondang, Gekbrong, Cugenang, Pacet, Cipanas, Mande, Cikalongkulon, Sukaluyu, Cilaku, dan Sukaresmi. 2. Wilayah Pengembangan Tengah, merupakan daerah yang berbukit-bukit kecil dengan keadaan struktur tanahnya labil sehingga sering terjadi tanah longsor, dataran lainnya terdiri dari areal perkebunan, ladang dan pesawahan. Kecamatan yang termasuk daerah ini adalah Kecamatan Tanggeung, Pasirkuda, Pagelaran, Kadupandak, Cijati, Takokak, Sukanagara, Campaka dan Campaka Mulya. 3. Wilayah Pengembangan Selatan, merupakan dataran rendah akan tetapi terdapat bukit-bukit kecil yang diselingi oleh pegunungan yang melebar sampai ke daerah pantai Samudra Hindia. Seperti halnya daerah Cianjur bagian tengah, bagian selatan pun tanahnya labil dan sering terjadi longsor, disini terdapat juga areal perkebunan, ladang dan pesawahan tetapi tidak begitu luas. Kecamatan yang termasuk wilayah ini adalah Kecamatan Agrabinta, Leles, Sindangbarang, Cidaun, Naringgul, Cibinong, Cikadu. 15

27 16 Gambar 3 Peta lokasi penelitian Topografi Keadaan topografi Kabupaten Cianjur sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit-bukit dan sebagian merupakan dataran, dengan ketinggian 0 meter sampai dengan meter di atas permukaan laut (Puncak Gunung Gede), dengan kemiringan antara 1 0 sampai dengan Kabupaten Cianjur memiliki jalur agribisnis yang sangat startegis. Selain topografinya dan kondisi geografisnya yang mendukung untuk mengusahakan berbagai sektor pertanian secara luas, Kabupaten Cianjur juga memiliki jarak tempuh yang relatif dekat menuju ke kota-kota besar di sekitarnya, seperti Bandung, Bogor, dan Jakarta sehingga hal ini menjadi keunggulan tersendiri bagi Kabupaten Cianjur jika dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Hampir sebagian besar wilayah di Kabupaten Cianjur diusahakan untuk usaha pertanian, baik itu pertanian pangan, hortikultura, perikanan, perkebunan, peternakan, maupun kehutanan. Demikian pula dengan komoditas yang diusahakan, sangat banyak dan beragam.

28 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Komoditas Unggulan dan Penetapan Kawasan Sentra Analisis sistem dilakukan dengan melihat minimal 3 komponen sistem informasi, yaitu orang, data, dan prosedur (Kroenke 1992, Burhanuddin 1997). Pada penelitian ini, identifikasi stakeholder dilakukan untuk mengetahui komponen orang pada sistem. Jika komponen orang sudah diperoleh, maka komponen data dan prosedur dapat dengan mudah diketahui. Sebelum mengidentifikasi pihakpihak yang berkepentingan dalam aliran sistem informasi komoditas unggulan subsektor tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur, maka perlu diketahui terlebih dahulu komoditas-komoditas unggulan subsektor tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Cianjur. Hal ini dilakukan untuk mempersempit sistem yang diamati, sehingga mempermudah tahapan analisis sistem. Identifikasi komoditas unggulan menggunakan data sekunder Laporan Akhir Masterplan Pembangunan Agribisnis Kabupaten Cianjur Berdasarkan laporan tersebut, berikut ini telah ditentukan kriteria penilaian komoditas unggulan Kabupaten Cianjur: 1. Kriteria pasar dan pemasaran, meliputi: a. Permintaan pasar yang tinggi dan memenuhi preferensi pasar b. Segmen pasar luas c. Dapat menghasilkan devisa d. Merupakan substitusi impor 2. Kriteria teknologi agribisnis, meliputi: a. Benih (Bibit) berkesinambungan dan unggul b. Penguasaan teknologi pembuatan benih (bibit) unggul c. Penguasaan teknologi budidaya yang mutakhir d. Penguasaan teknologi pasca panen (pengolahan) yang mutakhir 3. Kriteria lingkungan, yang meliputi: a. Produk bebas pestisida b. Memenuhi standar kesehatan c. Ramah terhadap lingkungan sekitarnya 4. Kriteria keunggulan komparatif, yang meliputi: a. Sesuai dengan agroklimat dan lokalitas b. Sumber daya alam lokal c. Supply bahan baku industri d. Keterkaitan ke depan dan ke belakang. 5. Kriteria keunggulan kompetitif, yang meliputi : a. Bernilai ekonomi dan menguntungkan b. Nilai tambah dan margin tinggi c. Berkualitas d. Dapat bersaing dengan daerah lain 6. Kriteria pendapatan dan kesejahteraan, yang meliputi : a. Mampu meningkatkan PAD b. Merupakan sumber pendapatan petani (pelaku agribisnis) c. Memperluas lapangan pekerjaan

29 18 d. Memberikan dampak ekonomi yang tinggi terhadap masyarakat dan daerah 7. Kriteria Keunikan dan Khas Daerah, yang meliputi : a. Produk spesifik hanya terdapat pada daerah tertentu b. Menjadi ciri khas daerah c. Memiliki karakteristik yang unik Analisis komoditas unggulan yang dilakukan oleh BAPPEDA Kabupaten Cianjur menggunakan teknik scoring yang melibatkan pelaku usaha dan pejabat pemerintahan terkait. Dari analisis tersebut diperoleh masing-masing satu komoditas yang memiliki nilai tertinggi pada total skor prioritas. Sektor pertanian menjadi sektor yang sangat penting dalam struktur perekonomian Kabupaten Cianjur. Jika dikaitkan dengan teori keunggulan komparatif, Kabupaten Cianjur dapat dikatakan unggul dalam sektor pertanian. Sektor pertanian yang diunggulkan terbagi menjadi tiga, yaitu pertanian pangan, hortikultura sayuran, dan hortikultura tanaman hias. Berdasarkan laporan akhir Kajian Masterplan Pembangunan Agribisnis Kabupaten Cianjur 2012, telah ditetapkan komoditas-komoditas yang menjadi prioritas dalam pembangunan agribisnis Kabupaten Cianjur, yaitu: 1. Subsektor Pertanian Pangan adalah Padi 2. Subsektor Pertanian Sayuran adalah Wortel 3. Subsektor Pertanian Hortikultura Tanaman Hias adalah Krisan 4. Subsektor Peternakan adalah Sapi potong 5. Subsektor Perkebunan adalah Teh 6. Subsektor Perikanan adalah Ikan mas Guna menetapkan komoditas unggulan yang akan diamati sistemnya, maka dilakukan konfirmasi ke dinas-dinas terkait sebagai pihak pemerintah yang bersinggungan langsung dengan berbagai kondisi yang terjadi di lapangan. Hasil konfirmasi tersebut menunjukan beberapa komoditas yang ditetapkan oleh BAPPEDA sebagai komoditas prioritas sesuai dengan kondisi di lapangan. Pada komoditas unggulan subsektor pertanian, hasil kajian tersebut dapat dikatakan tepat sebab terdapat beberapa komoditas pertanian yang menjadi prioritas di Kabupaten Cianjur, diantaranya: 1. Padi Varietas Pandan Wangi dengan produk berupa Beras Pandan Wangi yang menjadi unggulan nasional yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian. 2. Tanaman hias bunga krisan sebagai komoditas unggulan nasional 3. Sayuran Wortel dan bawang daun sebagai unggulan daerah karena kondisi geografis Kabupaten Cianjur, terutama bagian utara sangat cocok untuk dua komoditas ini dan keduanya sudah dibudidayakan secara turuntemurun oleh masyarakat. Sedangkan beberapa jenis sayuran eksklusif, yakni sayuran yang bibitnya berasal dari impor, seperti peterseli, paprika, dan sebagainya, menjadi komoditas prospektif, sebab sedang dikembangkan di beberapa kecamatan, namun masih sedikit petani yang pindah ke komoditas sayuran eksklusif tersebut. Dengan demikian, komoditas subsektor pertanian yang kemudian akan menjadi fokus adalah komoditas Padi Pandan Wangi, Wortel, dan Bunga Krisan. Penetapan kawasan sentra dilakukan untuk ketiga komoditas unggulan pada masing-masing kelompok, yaitu Padi Pandan Wangi sebagai unggulan tanaman

30 pangan, komoditas wortel sebagai unggulan tanaman hortikultura sayuran, dan komoditas bunga potong Krisan sebagai unggulan tanaman hias. Dalam hal ini diasumsikan sistem yang dikembangkan di kawasan sentra mewakili sistem di kawasan pengembangan komoditas yang lainnya. Terdapat beberapa kecamatan yang menjadi kawasan sentra pengembangan komoditas unggulan (Gambar 4), diantaranya: 1. Kecamatan Warungkondang dan Gekbrong merupakan wilayang pengembangan Padi Pandan Wangi. Akan tetapi, pada penelitian ini Kecamatan Gekbrong menjadi fokus penelitian karena adanya program yang sedang dikembangkan di kecamatan tersebut, sehingga sejalan dengan kebutuhan penelitian. 2. Data BPS dan laporan dinas menunjukan bahwa Kecamatan Pacet merupakan penghasil wortel terbesar. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukan bahwasanya produktivitas wortel Kecamatan Cipanas lebih tinggi daripada Kecamatan Pacet. Hal ini dikarenakan adanya perubahan wilayah administrasi, sehingga salah satu desa produsen wortel terbesar (Sindangjaya) yang sebelumnya termasuk Kecamatan Pacet kini termasuk Kecamatan Cipanas. Oleh karena itu, fokus penelitian komoditas wortel dilakukan di Kecamatan Cipanas. 3. Terdapat dua kecamatan yang merupakan sentra tanaman hias di Kabupaten Cianjur, yaitu Kecamatan Cipanas (terutama Desa Cimacan dan Sindanglaya) dan Kecamatan Sukaresmi. Hampir seluruh desa di Kecamatan Sukaresmi merupakan sentra tanaman hias, terutama bunga potong, khususnya Krisan. Sementara itu, Kecamatan Cipanas merupakan sentra tanaman hias taman. 19 Gambar 4 Peta kawasan sentra pengembangan komoditas unggulan Kabupaten Cianjur

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur 69 BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Kecamatan Warungkondang secara administratif terletak di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Secara geografis,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Cianjur mempunyai luas wilayah daratan 3.646,72 km2, secara geografis terletak di antara garis 6.036 8-7.030 18 LS serta di antara 106.046

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar km 2 dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar km 2 dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Deskripsi Wilayah Deskripsi mengenai karakteristik Wilayah Utara Kabupaten Cianjur dikelompokkan dalam beberapa aspek, yaitu (1) keadaan geografi, (2) pertanian,

Lebih terperinci

IX. KETERKAITAN ANTARA ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN IDENTIFIKASI WILAYAH CIANJUR SELATAN

IX. KETERKAITAN ANTARA ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN IDENTIFIKASI WILAYAH CIANJUR SELATAN 147 IX. KETERKAITAN ANTARA ALTERNATIF STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN IDENTIFIKASI WILAYAH CIANJUR SELATAN Beberapa permasalahan yang terjadai dalam proses pembangunan wilayah di Kabupaten Cianjur diantaranya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR

KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR BUPATI CIANJUR KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG BESARNYA UANG PERSEDIAAN (UP) BAGI ORGANISASI PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 BUPATI CIANJUR, Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan prioritas pada pembangunan sektor pertanian, karena sektor pertanian di Indonesia sampai

Lebih terperinci

KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH. ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat )

KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH. ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) Oleh : Evy Syafrina Harahap A14302004 FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Cianjur. Luas wilayah Kabupaten Cianjur hektar dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Cianjur. Luas wilayah Kabupaten Cianjur hektar dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di objek lokasi Wiasata Pantai Sereg yang terletak di Kampung Panglayungan, Desa Saganten, Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur.

Lebih terperinci

Nomor : 800/ 571 / BKPPD/2015 Cianjur, 21 Agustus 2015 Lampiran : 1 (satu) berkas Kepada Periahal : Pemberitahuan

Nomor : 800/ 571 / BKPPD/2015 Cianjur, 21 Agustus 2015 Lampiran : 1 (satu) berkas Kepada Periahal : Pemberitahuan PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH Jalan Raya Bandung KM 2 Sadewata Cianjur Telp/Fax. (0263) 265295 e-mail : bkd@cianjurkab.go.id Nomor : 800/ 571 / BKPPD/2015

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN. Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan

BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN. Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jl. Selamet Riyadi No. 8 Telp. (0263) 261293 Jl. Arif Rahman Hakim No. 26 Telp.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN

VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN 93 VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN Wilayah yang berperan sebagai pusat pertumbuhan merupakan wilayah yang menjadi pusat pemukiman, pelayanan, industri,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur

Lampiran 1. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur 64 Lampiran. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur Fasilitas Pendidikan Fasilitas Kesehatan P.Keliling P.Keliling No. Nama Kecamatan Desa TK SD SLTP SMA SMK RA MI MTs MA RS Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET 47 6.1. Aspek Biofisik 6.1.1. Daya Dukung Lahan VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET Berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Cianjur tahun 2010, kondisi aktual pertanaman karet

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH MUHAMMAD MARDIANTO 07114042 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak 282.964 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak 65 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom baru yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek peneletian dimana penulis melakukan penelitian yaitu di PT.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek peneletian dimana penulis melakukan penelitian yaitu di PT. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek peneletian dimana penulis melakukan penelitian yaitu di PT. Indonesia Mastite Gasket (PT. IMG) yang berada di Jl. Soekarno-Hatta 159 Bandung-Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada toko AP Music Gallery Bandung yang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada toko AP Music Gallery Bandung yang BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian pada toko AP Music Gallery Bandung yang beralamat di Jalan Jl. Surapati No.235. Toko ini belum memiliki media dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi meskipun istilah sistem yang digunakan bervariasi,semua sistem pada bidangbidang tersebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia telah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian antara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Investigasi Sistem. Tahap Analisa Sistem. Tahap Perancangan Sistem. Tahap Penerapan Sistem. Tahap Pemeliharaan Sistem

III. METODOLOGI. Tahap Investigasi Sistem. Tahap Analisa Sistem. Tahap Perancangan Sistem. Tahap Penerapan Sistem. Tahap Pemeliharaan Sistem III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat telah meningkatkan persaingan dalam dunia bisnis. Ketersediaan informasi yang cepat, tepat dan akurat akan memperlancar

Lebih terperinci

V. KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI CIANJUR

V. KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI CIANJUR 79 V. KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI CIANJUR Suatu wilayah memiliki potensi dan karakteristik wilayah yang berbeda dengan wilayah lain. Hal ini sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan

BAB II LANDASAN TEORI. yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Terdapat dua kelompok pendekatan dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau elemennya. Pendekatan

Lebih terperinci

Gambar I.1 Jumlah Petani Indonesia tahun 2013 (Sumber : BPS, 2013)

Gambar I.1 Jumlah Petani Indonesia tahun 2013 (Sumber : BPS, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya yang tersebar di seluruh kawasan di Indonesia. 1 Indonesia juga terkenal dengan tanahnya yang subur sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, usaha kecil selalu. sector ini mampu menunjang upaya pemerataan sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, usaha kecil selalu. sector ini mampu menunjang upaya pemerataan sebagai salah satu tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, usaha kecil selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunya peranan yang penting, karena sebagian besar jumlah penduduk

Lebih terperinci

I.1. Latar Belakang strategi Permasalahan Dari sisi pertanian

I.1. Latar Belakang strategi  Permasalahan Dari sisi pertanian 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai industri yang mengolah hasil pertanian, yang menggunakan dan memberi nilai tambah pada produk pertanian secara berkelanjutan maka agroindustri merupakan tumpuan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang sama untuk mencapai suatu tujuan RAY[6]. dan lebih berarti bagi yang menerimanya RAY[6].

BAB II LANDASAN TEORI. yang sama untuk mencapai suatu tujuan RAY[6]. dan lebih berarti bagi yang menerimanya RAY[6]. 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Sistem Informasi Sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan RAY[6]. Informasi adalah data

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berkaitan secara terpadu, terintegrasi dalam suatu hubungan hirarki.

BAB III LANDASAN TEORI. berkaitan secara terpadu, terintegrasi dalam suatu hubungan hirarki. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Gondodiyoto (2007) menyatakan sistem adalah merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen atau sub sistem yang berorientasi untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di Jl. Naripan No.111 Bandung 40112 Toko ini masih menggunakan sosial media

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 58 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Administrasi Pemerintahan dan Wilayah Pelayanan Kabupaten Cianjur adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukota Cianjur. Kabupaten Cianjur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan rangkaian kegiatan integral dari pembangunan ekonomi nasional yang dilaksanakan terarah dan terus

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

: ENDRO HASSRIE NIM : MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA

: ENDRO HASSRIE NIM : MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA NAMA : ENDRO HASSRIE NIM : 41813120047 MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA Pemodelan data (ER Diagram) adalah proses yang digunakan untuk mendefinisikan dan menganalisis kebutuhan data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif.

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif. BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan. Maksudnya pemberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Institut merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI. Institut merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Informasi Umum Pendidikan Tinggi Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia dijabarkan bahawa Institut merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan

Lebih terperinci

BUPATI CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2OL6 TENTANG BUPATI CIANJUR, Undang-Undang Nomor 14 Tahun Tahun 1950

BUPATI CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2OL6 TENTANG BUPATI CIANJUR, Undang-Undang Nomor 14 Tahun Tahun 1950 BUPATI CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 8 TAHUN 2OL6 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN CIANJUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIANJUR,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH. ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat )

KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH. ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) Oleh : Evy Syafrina Harahap A14302004 FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI PENGERTIAN AGRIBISNIS Arti Sempit Suatu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian sebagai upaya memaksimalkan keuntungan. Arti Luas suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Lusyani Sunarya S.Sn (2010:45) Company Profile. sebuah aset lembaga atau perusahaan yang biasa digunakan sebagai tanda

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Lusyani Sunarya S.Sn (2010:45) Company Profile. sebuah aset lembaga atau perusahaan yang biasa digunakan sebagai tanda BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Company Profile Menurut Lusyani Sunarya S.Sn (2010:45) Company Profile adalah sebuah aset lembaga atau perusahaan yang biasa digunakan sebagai tanda pengenal perusahaan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek data penulis adalah Sistem Informasi Penjualan Produk untuk

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek data penulis adalah Sistem Informasi Penjualan Produk untuk BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek data penulis adalah Sistem Informasi Penjualan Produk untuk Wanita Berbasis Web pada Butik Rumah Azka Cimahi yang berlokasi di Jalan Terusan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. bertempat di jalan Raya Batujajar Cimareme Padalarang.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. bertempat di jalan Raya Batujajar Cimareme Padalarang. 39 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Balai Pengobatan Sumber Medika yaitu suatu Yayasan yang bergerak dalam bidang kesehatan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Landasan teori ini merupakan dasar tentang teori-teori dalam melakukan

BAB III LANDASAN TEORI. Landasan teori ini merupakan dasar tentang teori-teori dalam melakukan BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori ini merupakan dasar tentang teori-teori dalam melakukan penelitihan atau penemuan yang didukung oleh data dan sumber informasi. Fungsinya yaitu untuk menjelaslan beberapa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. (sumber:

BAB III LANDASAN TEORI. (sumber: BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Koperasi Menurut UU No. 25/1992 Pasal 1 Ayat 1 tentang Perkoperasian, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah diberlakukan pada akhir 2015 lalu tidak hanya menghadirkan peluang yang sangat luas untuk memperbesar cakupan bisnis bagi para pelaku dunia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

KABUPATEN CIANJUR NOMOR 07 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

KABUPATEN CIANJUR NOMOR 07 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 07 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN DAERAH DAN PEMBENTUKAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut O Brien dalam Baridwan dan Hanum (2007:155) terdapat tiga dimensi pengukuran kualitas informasi, ketiga dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 42 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Pemerintah daerah Sumatera Barat dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah melakukan upaya memperbaiki perekonomian dengan menfokuskan pengembangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah) 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan astronomis Indonesia sangat strategis. Secara georafis, Indonesia terletak diantara dua Benua dan dua samudera. Benua yang mengapit Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 26 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian adalah tempat dimana penulis melakkukan penelitian untuk menyusun laporan skripsi ini. Pada kasus ini penulis melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian berisi tentang gambaran objek yang ada dalam suatu penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi Pemesanan

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI : Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berubahnya orientasi usahatani dapat dimaklumi karena tujuan untuk meningkatkan pendapatan merupakan konsekuensi dari semakin meningkatnya kebutuhan usahatani dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. ARINDO PRATAMA (PT. AP) merupakan sebuah perusahaan nasional yang berdiri pada tahun 1993 di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. ARINDO PRATAMA (PT. AP) merupakan sebuah perusahaan nasional yang berdiri pada tahun 1993 di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. ARINDO PRATAMA (PT. AP) merupakan sebuah perusahaan nasional yang berdiri pada tahun 1993 di Bandung, Jawa Barat, Indonesia. PT ARINDO PRATAMA adalah badan

Lebih terperinci

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL 1 SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL a. Membangun 22 Jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) b. Mengoptimalkan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial ( PSKS) GOAL ( TUJUAN UMUM ) MENINGKATKAN KUALITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM BAB III ANALISIS SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek data penulis adalah Program Aplikasi Penjualan pada Butik Sally Lovely Berbasis Web Menggunakan PHP yang berlokasi di Jalan Bidadari No. 9 Flores NTT.

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. bentuk kegiatan untuk mengetahui bagaimana perusahaan ini bisa berdiri

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. bentuk kegiatan untuk mengetahui bagaimana perusahaan ini bisa berdiri 1 5 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. OBJEK PENELITIAN bentuk kegiatan untuk mengetahui bagaimana perusahaan ini bisa berdiri dan berkembang dengan baik. 3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Sejalan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menurut Arsyad (1999) dalam Rustiadi et al (2003) dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja sebuah sistem klaster agroindustri hasil laut dilakukan dengan berbagai dasar dan harapan dapat dijadikan sebagai perangkat bantuan untuk pengelolaan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur) Oleh : DESTI FURI PURNAMA H 34066032 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta dan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pusat bisnis di Ibukota

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta dan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pusat bisnis di Ibukota BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kotamadya Jakarta Pusat yang terletak di tengah-tengah Provinsi DKI Jakarta dan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pusat bisnis di Ibukota Jakarta, merupakan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMESANAN PAKET PERNIKAHAN PADA CV. SABILLAH MANDIRI JAKARTA

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMESANAN PAKET PERNIKAHAN PADA CV. SABILLAH MANDIRI JAKARTA Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2015, pp. 83~88 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMESANAN PAKET PERNIKAHAN PADA CV. SABILLAH MANDIRI JAKARTA 83 Ropiyan 1, Oky Irnawati 2 1 AMIK BSI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Sistem Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan kegiatan atau untuk melakukan sasaran tertentu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mengumpulkan (input), memanipulasi (process), menyimpan, dan menghasilkan

BAB III LANDASAN TEORI. mengumpulkan (input), memanipulasi (process), menyimpan, dan menghasilkan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Informasi Ialah sebuah set elemen atau komponen terhubung satu sama lain yang mengumpulkan (input), memanipulasi (process), menyimpan, dan menghasilkan (output) data dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. disebut dengan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS). SHPS adalah. dijelaskan langkah-langkah yang terdapat pada SHPS.

BAB II LANDASAN TEORI. disebut dengan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS). SHPS adalah. dijelaskan langkah-langkah yang terdapat pada SHPS. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem Dalam melakukan kegiatan berupa analisa dan merancang sistem informasi, dibutuhkan sebuah pendekatan yang sistematis yaitu melalui cara yang disebut

Lebih terperinci

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C Kriteria yang digunakan dalam penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut: Bulan kering (BK): Bulan dengan C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Indikator penting untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini

BAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini BAB III LANDASAN TEORI Dalam membangun aplikasi ini, terdapat teori-teori ilmu terkait yang digunakan untuk membantu penelitian serta menyelesaikan permasalahan yang ada berkaitan dengan sistem yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem informasi merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan

Lebih terperinci