BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Deiksis Sosial pada Tuturan Perawat Medis dan Perawat Non-Medis dengan Pasien di PKU Muhammadiyah Merden Kecamatan Purwanegara Kabupaten Banjarnegara Periode September 2015 Karya Ibnu Ngafan tahun 2016 ( ) Penelitian Ibnu Ngafan bertujuan untuk mengetahui penggunaan deiksis sosial dan faktor-faktor penentu peristiwa tutur terhadap deiksis sosial pada perawat medis dan perawat non-medis dengan pasien di PKU Muhammadiyah Merden Banjarnegara. Data penelitian Ibnu Ngafan yang diambil berupa tuturan perawat medis dan perawat non-medis dengan pasien, sedangkan data sumber yang digunakan yaitu satu perawat medis, enam perawat non-medis, dan tigapuluh sembilan pasien. Pada tahap penyediaan data dan penelitian Ibnu Ngafan menggunakan teknik simak dan teknik rekam. Selanjutnya pada tahap analisis data penelitian Ibnu Ngafan menggunakan metode agih. Pada tahap hasil analisis menggunakan penyajian informal. Persamaan penelitian Ibnu Ngafan dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti deiksis sosial. Perbedaannya, deiksis yang diteliti oleh Ibnu Ngafan yaitu deiksis sosial berupa tuturan percakapan perawat dengan pasiennya, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu deiksis sosial pada tuturan yang terdapat pada acara talkshow Hitam Putih. Sumber datanya yaitu acara talkshow Hitam Putih di Trans7 edisi Februari Tahap penyediaan data peneliti 8

2 9 menggunakan metode simak dengan teknik rekam. Pada tahap analisis data penelitian ini menggunakan metode agih. Pada tahap hasil analisis menggunakan penyajian informal. 2. Bentuk Deiksis Sosial dalam Wacana Rubrik Khazanah pada Surat Kabar Republika Edisi Desember 2015 Karya Nurul April Liani tahun 2016 ( ) Penelitian Nurul April Liani bertujuan untuk mengetahui bentuk deiksis sosial dalam wacana rubrik Khazanah. Data yang diambil dalam penelitian ini berupa wacana yang mengandung bentuk-bentuk deiksis sosial. Sumber data yang digunakan yaitu rubrik Khazanah pada Surat Kabar Repbuplika edisi Desember Pada tahap penyediaan data menggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap. Pada tahap analisis data penelitian menggunakan metode padan referensial, metode agih perluas, dan teknik ganti. Penyajian hasil analisis penelitian Nurul April Liani menggunakan metode penyajian informal. Persamaan penelitian Nurul April Liani dengan penelitian ini yaitu samasama meneliti deiksis sosial. Perbedaannya, penelitian Nurul April Liani meneliti penggunaan deiksis sosial pada wacana tulis berupa rubrik khazanah pada sebuah surat kabar, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu deiksis sosial pada tuturan acara talkshow Hitam Putih. Sumber datanya yaitu acara talkshow Hitam Putih di Trans7 edisi Februari Tahap penyediaan data peneliti menggunakan metode simak dengan teknik rekam. Pada tahap analisis data

3 10 penelitian ini menggunakan metode agih. Pada tahap hasil analisis menggunakan penyajian informal. B. Deiksis Sosial 1. Pengertian Deiksis Sosial Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal penunjukan secara langsung. Istilah tersebut digunakan oleh tata bahasawan Yunani dalam pengertian kata ganti penunjuk, yang dalam bahasa Indonesia ialah kata ini dan itu (Putrayasa, 2015: 37). Sedangkan Yule (2006: 13) menjelaskan bahwa deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti penunjuk melalui bahasa. Ketika Anda menunjuk objek asing dan bertanya Apa itu?, maka Anda menggunakan ungkapan deiksis ( itu ) untuk menunjuk suatu konteks secara tiba-tiba. Ungkapan-ungkapan itu berada di antara bentuk-bentuk awal yang dituturkan oleh anak-anak masih kecil dan dapat digunakan untuk menunjuk orang dengan deiksis persona ( ku, mu ), atau untuk menunjuk tempat dengan deiksis spasial ( di sini, di sana ), atau untuk menunjuk waktu dengan deiksis temporal ( sekarang, kemudian ). Purwo (1984: 10) menjelaskan bahwa sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu. Djajasudarma (2010:57) menjelaskan bahwa deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks di dalam struktur bahasa itu sendiri. Deiksis dapat berupa lokasi

4 11 (tempat), identifikasi orang, objek, peristiwa, proses atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang diacu dalam hubungan dimensi ruang dan waktu pada saat dituturkan. Deiksis didefinisikan sebagai ungkapan yang terikat dengan konteksnya. Contohnya dalam kalimat Saya menyayangi dia, informasi dari kata ganti saya dan dia hanya dapat ditelusuri dari konteks ujaran. Ungkapanungkapan yang hanya diketahui dari konteks ujaran itulah yang disebut deiksis. Menurut Chaer dan Agustina (2004: 57) yang dimaksud dengan deiksis adalah suatu hubungan antar kata yang digunakan di dalam tindak tutur dengan referen kata itu yang tidak tetap atau dapat berubah dan perpindah. Kata-kata yang referennya bisa menjadi tidak tetap ini disebut dengan kata-kata deiksis. Kata-kata yang referennya deiksis antara lain adalah kata-kata yang berkenaan dengan persona (dalam tindak tutur berupa kata-kata pronominal), tempat (dalam tindak tutur berupa kata-kata yang menyatakan tempat seperti di sini, di sana, di situ), dan waktu (seperti tadi, besok, nanti, dan kemarin). Deiksis juga mempelajari bagaimana mengkodekan atau secara tata bahasa menampilkan konteks ucapan dan bagaimana menafsirkan ucapan tergantung pada analisis konteks (Pangribuan, 2015: 172). Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa deiksis adalah bentuk bahasa baik berupa kata, frasa ataupun lainnya yang referennya tidak tetap dapat berubah-ubah atau berganti-ganti. Deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks di dalam struktur bahasa itu sendiri. Deiksis berfungsi menunjuk secara langsung mengenai tuturan yang dipakai untuk menggambarkan seseorang, waktu, dan

5 12 lainnya yang menghubungkan tindak ujar, situasi pembicaraan. Misalnya pada contoh kalimat berikut: Radit : Hari ini saya akan pergi ke Bandung. Kalau kamu? Icha : Saya santai di rumah. Kata saya pada kalimat di atas sebagai kata ganti dari dua orang. Kata pertama adalah kata ganti dari Radit, sedangkan kedua adalah kata ganti Icha. Dari contoh di atas, tampak kata saya memiliki referen yang berpindah-pindah sesuai dengan konteks pembicaraan serta situasi berbahasa. Dengan demikian deiksis merupakan kata, frasa atau ungkapan yang rujukannya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi pembicara, waktu, dan tempat dituturkannya satuan bahasa tersebut. Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan bahasa dan konteks di dalam struktur bahasa itu sendiri. Deiksis juga terbagi menjadi beberapa jenis/macam diantaranya yaitu deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, deiksis sosial. Jenis deiksis yang pertama adalah deiksis persona. Menurut Lyons dalam Putrayasa (2015: 43) istilah persona berasal dari kata Latin persona sebagai terjemahan dari kata Yunani prosopon, yang artinya topeng (topeng yang dipakai seorang pemain sandiwara). Deiksis orang ditentukan menurut peran peserta dalam peristiwa bahasa, dan peran peserta itu dapat dibagi menjadi tiga. Pertama ialah orang pertama (persona pertama), yaitu kategori rujukan pembicara kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya, misalnya saya, kita, dan kami. Kedua ialah orang kedua (persona kedua), yaitu kategori rujukan pembicara

6 13 kepada seorang pendengar atau lebih yang hadir bersama orang pertama, misalnya kamu, kalian, saudara. Ketiga ialah orang ketiga (persona ketiga), yaitu kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu, baik hadir maupun tidak, misalnya dia dan mereka. Jenis deiksis yang kedua adalah deiksis tempat. Menurut Putrayasa (2015: 48) deiksis tempat dalam bahasa Indonesia disebut dengan sebutan pronominal penunjuk tempat yaitu sini, situ, atau sana. Titik pangkal perbedaan diantara ketiganya ada pada si pembaca. Jika sesuatu yang ditunjuk berada dekat dengan pembicara, maka digunakan kata sini. Jika sesuatu yang ditunjuk berada agak jauh dengan pembicara, maka digunakan kata situ. Jika sesuatu yang ditunjuk berada jauh dengan pembicara, maka digunakan kata sana. Karena menunjuk lokasi, pronominal penunjuk tempat sering digunakan dengan preposisi pengacu arah, di/ke/dari, sehingga membentuk beberapa pronominal penunjuk tempat yaitu: di sini, ke sini, dari sini, di situ, ke situ, dari situ. Jenis deiksis yang ketiga adalah deiksis waktu. Unsur pembentuk deiksis waktu mengacu pada penggambaran waktu dan bersifat temporal. Deiksis waktu paling sering dikodekan dalam bahasa Inggris dalam berbagai kata keterangan seperti now dan then dan dalam istilah-istilah penanggalan (istilah-istilah yang didasarkan pada kalender) seperti yesterday, today, dan tomorrow (Cummings, 2007: 35). Sedangkan Putrayasa (2015: 50) berpendapat deiksis disebut sebagai adverbial waktu, yaitu pengungkapan kepada titik atau jarak waktu dipandang dari saat suatu ujaran terjadi, diungkapkan dengan sekarang atau

7 14 saat ini. Untuk waktu-waktu berikutnya digunakan kata-kata: besok, lusa, nanti; untuk waktu sebelum waktu terjadinya ujaran tadi, kemarin, minggu. Jenis deiksis keempat adalah deiksis wacana. Putrayasa (2015: 51) menyatakan deiksis wacana adalah acuan kepada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah diperikan (sebelumnya) atau yang sedang dikembangkan (yang akan terjadi). Deiksis wacana berhubungan dengan unngkapan di dalam suatu ujaran untuk mengacu kepada suatu again wacana yang mengandung ujaran itu (termasuk ujaran itu sendiri). Misalnya, karena wacana itu mengungkapkan waktu, maka wajar saja jika kata-kata deiksis waktu dapat dipakai untuk mengacu kepada bagian-bagian wacana tersebut. Jika mempunyai deiksis waktu seperti akhir minggu, bulan berikut, maka untuk deiksis wacana dapat juga memakai bentuk akhir paragraf, awal paragraf. Jenis deiksis yang kelima adalah deiksis sosial. Deiksis persona dan deiksis sosial tampaknya saling mempengaruhi karena kedua deiksis ini saling melengkapi fungsinya masing-masing saat dipergunakan dalam situasi komunikasi atau tuturan. Deiksis sosial berhubungan dengan aspek-aspek kalimat yang mencerminkan kenyataan-kenyataan tertentu tentang situasi sosial ketika tindak tutur terjadi. Deiksis sosial menunjukkan perbedaan-perbedaan sosial (perbedaan yang disebabkan oleh faktor-faktor sosial seperti jenis kelamin, usia, kedudukan di dalam masyarakat, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya) yang ada pada partisipan dalam sebuah komunikasi verbal yang nyata, terutama yang berhubungan dengan segi peran antara penutur dan petutur, atau penutur dengan topik atau acuan lainnya (Purwo dalam Putrayasa, 2015: 53). Putrayasa (2015:

8 15 53) menjelaskan bahwa deiksis sosial dikatakan sebagai deiksis yang di samping mengacu kepada referen tertentu, juga mengandung konotasi tertentu. Dalam bahasa Indonesia hal itu tampak, misalnya dalam penggunaan kata sapaan kamu, kau, Anda, saudara, tuan, Bapak, Ibu dan sebagainya. Menurut Cummings (2007: 32-33) dengan ciri-ciri status sosial dan atribut orang, penjelasan tentang deiksis sosial harus mencakup penyebutan deiksis orang tertentu. Fungsi deiksis ungkapan-ungkapan vokatif amat sangat jelas yakni bahasa yang digunakan untuk menyapa, memanggil atau merujuk sesesorang menunjukkan referent tertentu dalam suatu konteks ruang waktu sebuah ujaran. Filmore dalam Levinson (1983: 89) mengatakan bahwa that aspect of sentences which reflect or established o are determited by certain realities of the social situation in wich the speech act accours. Hal tersebut menjelaskan bahwa deiksis sosial merupakan sebuah aspek yang mengarah pada penggunaan kalimat untuk memberikan penilaian yang tepat terhadap suatu kejadian dalam situasi sosial dimana pembicaraan itu terjadi. Deiksis sosial mengkodekan identitas sosial manusia, atau hubungan sosial antara manusia, atau antara dari satu manusia dan orang-orang serta lingkungan sekitar. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa deiksis sosial adalah deiksis yang berkaitan dengan lingkungan sosial antara penutur dan mitra tutur atau penulis dengan pembaca. Hal tersebut dipengaruhi oleh perbedaan kemasyarakatan, sebagai status sosial seseorang, kelas, dan golongan sosial seseorang sehingga deiksis ini menyebabkan adanya penghormatan kepada orang dan kesopanan dalam berbahasa. Dengan memahami deiksis sosial, seseorang dapat berbahasa dengan

9 16 baik, sopan, dan sesuai dengan norma yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Kaitannya dalam kehidupan sehari-hari, yang perlu diperhatikan ialah cara menggunakan semua deiksis sosial dengan tepat. Hal ini karena dalam suatu peristiwa berbahasa, pemakai bahasa dituntut dapat menggunakan deiksis sesuai dengan kadar sosial dan santun berbahasa yang tepat. 2. Bentuk Deiksis Sosial Menurut Levinson (1983: 90), deiksis sosial memiliki dua bentuk dasar yaitu bentuk relational (relasional) dan bentuk absolute (mutlak). Bentuk deiksis sosial relasional yaitu deiksis sosial yang berhubungan dengan peringkat relative atau rasa hormat yang ditujukan oleh penutur kepada rujukannya, lawan tuturnya, atau sesuatu yang dibicarakannya. Bentuk absolute (mutlak) adalah bentuk-bentuk bahasa yang telah ditetapkan bagi penutur atau petutur saja. Bentuk deiksis sosial mutlak terkadang dikaitkan dengan status sosial yang berbeda (lebih tinggi dan lebih rendah). Berikut penjabaran kedua bentuk deiksis sosial tersebut: a. Bentuk Deiksis Sosial Relational (Relasional) Bentuk deiksis sosial relasional yaitu deiksis sosial yang berhubungan dengan peringkat relative atau rasa hormat yang ditujukan oleh penutur dan rujukan (acuan), penutur dan petutur (mitra tutur), penutur dan pendengar/penonton, serta penutur dan latar. Bentuk relasi deiksis sosial penutur dan rujukan (acuan) hanya dapat disampaikan dengan mengacu atau menargetkan rasa hormat kepada siapa rasa hormat tersebut ditujukan. Sedangkan bentuk honorifik petutur, rasa hormat dapat langsung disampaikan tanpa harus ada target yang diacu atau dirujuk. Honorifik pendengar/penonton merupakan sebuah bentuk

10 17 bahasa yang digunakan oleh penutur untuk menandakan bentuk penghormatan yang tidak hanya ditujukan kepada orang, tetapi juga untuk menyatakan suatu hal yang sedang dibicarakan, pendengar/penonton tidak terlibat tuturan. Penutur dan latar merupakan bentuk bahasa yang berkaitan kesantunan dengan pemilihan kata sebagai bentuk keformalitasan dan kesopanan berbahasa untuk menyampaikan suatu hal atau peristiwa. 1) Penutur dan Rujukan (Honorifiks Rujukan/Acuan) Bentuk deiksis sosial relasional yang pertama adalah hubungan antara penutur dengan rujukannya atau acuannya. Huang (2014: 209) mengungkapkan bahwa referent honorifics are froms that are employed by the speaker to show respect towards the referent. Hal tersebut menjelaskan bahwa honorifiks rujukan adalah bentuk bahasa yang digunakan oleh pembicara/penutur untuk menunjukkan rasa hormat terhadap orang yang dirujuk atau diacu. Bentuk relasi deiksis sosial penutur dan rujukannya hanya dapat disampaikan dengan mengacu pada dan menargetkan rasa hormat kepada siapa rasa hormat tersebut ditunjukkan. Honorifiks rujukan lebih mengekspresikan status seseorang yang sedang dibicarakan yang dikodekan dengan gelar atau sapaan. Misalnya dikodekan dalam bentuk gelar yaitu Profesor atau Doctor dan lainnya yang biasanya ditempatkan sebelum nama seseorang. Huang (2014: 263) mengatakan bahwa a variety of relational social deixis that holds between speaker and referent. Referent honorifics are froms used by a speaker to show respect towars a referent. In this type of honorifics, respect or honour can only be conveyed by referring to the targret of the respect. Hal

11 18 tersebut menjelaskan bahwa bentuk relasional deiksis sosial juga berpegang pada penutur dan rujukan (acuan). Honorifiks rujukan adalah bentuk-bentuk bahasa yang digunakan oleh penutur untuk menunjukkan rasa hormat terhadap rujukannya. Dalam honorifiks rujukan ini rasa hormat atau ungkapan hormat hanya dapat disampaikan dengan mengacu pada target yang dihormati. Berikut ini contoh dari penutur dan Rujukan (honorifiks rujukan/acuan): Waktu berangkat saya naik kapal barang, Ibu saya memberi uang saku seadanya saja tapi sampai ditempat tujuan yaitu Manado, saya mendapat banyak kemurahan. Saya diberikan jalan dan bertemu dengan Profesor Doktor Samratulangi dengan moto yang sangat luar biasa sehingga saya bisa menjadi seperti sekarang. Kutipan tersebut merupakan kutipan percakapan yang dituturkan oleh dokter Maekel kepada Dedi Courbuzier, dari kutipan tersebut menunjukkan adanya bentuk deiksis sosial relasional berkategori honorifiks rujukan. Honorifiks rujukan ditandai dengan adanya penghormatan yang dikodekan dengan bentuk gelar berupa Profesor Doktor Samratulangi. Dalam hal ini yang berperan sebagai penutur adalah dokter Maekel, sedangkan orang yang menjadi target untuk dirujuk atau diacu adalah Profesor Doktor Samratulangi. Bentuk penghormatan berupa gelar Profesor yang diberikan oleh penutur kepada Samratulangi sebagai orang yang dirujuk bertujuan untuk menunjukkan bawha Samratulangi memiliki pendidikan yang tinggi dan juga menjadi seorang peneliti. Sebutan Profesor merujuk kepada penghormatan professional, artinya orang yang ahli dalam bidang ilmu tertentu. 2) Penutur dan Petutur (Honorifiks Petutur)

12 19 Menurut Huang (2014: 209) mengungkapkan honorifiks petutur (mitra tutur) yaitu A type of relational social deixis that holds between speaker and addressee. Addressee honorifics are linguistic from used by a speaker to signify respect towards and addressee. In this type honorifics, respect or honour can be conveyed without a direct reference to the target of the respect being necessary. E.g. the use of ma am. Hal tersebut menjelaskan bahwa bentuk relasi deiksis sosial juga berkaitan dengan penutur dan petutur (mitra tutur). Honorifiks petutur merupakan bentuk bahasa yang digunakan oleh penutur/pembicara/penulis untuk menandakan rasa hormat terhadap mitra tuturnya. Bentuk relasi deiksis sosial juga berkaitan dengan penutur dan petutur (mitra tutur). Dalam honorifiks petutur, rasa hormat dapat langsung disampaikan tanpa harus ada target yang diacu atau dirujuk. Misalnya kata Bapak, Ibu, Saudara, dan Anda sudah menunjukkan rasa penghormatan kepada mitra tutur meskipun penghormatan tersebut tanpa menambahkan subyek atau nama orannya. Berikut ini contoh dari penutur dan petutur (honorifiks petutur): Chika J. : Kalau Bapak mau pake bodyguard ngga?. Deddy C. : Saya sudah pernah usaha pake bodyguard, saya pake 10 bodyguard tapi badan lebih kecil semua dari saya. Kutipan tersebut merupakan kutipan percakapan yang dituturkan oleh Chika Jesika kepada Dedi Courbuzier, dari kutipan tersebut menunjukkan adanya bentuk deiksis sosial relasional berkategori honorifiks petutur. Dalam hal ini yang berperan sebagai penutur adalah Chika, sedangkan peran petutur (mitra tutur) adalah Deddy Corbuzier. Pada kutipan percakapan tersebut Chika memberikan

13 20 pertanyaan kepada Deddy Corbuzier dengan menggunakan panggilan Bapak. Panggilan Bapak digunakan oleh Chika untuk menghormati mitra tuturnya, karena Chika berperan sebagai sekretaris atau asisten yang merupakan bawahan dari Deddy Corbuzier dalam acara tersebut. Adanya kata Bapak bertujuan untuk menghormati mitra tuturnya maka dapat dikatakan tuturan tersebut menunjukan bentuk deiksis sosial relasional yaitu adanya hubungan antar penutur dengan mitra tutur yang dikodekan bentuk sapaan berupa Bapak. 3) Penutur dan Pendengar/Penonton (Honorifiks Pendengar/Penonton) Bentuk deiksis sosial yang ketiga adalah hubungan antara penutur dengan pendengar/penonton/pembaca yang bukan petutur. Huang (2014: 209) mengungkapkan: Bystander honorifics are froms that are used by the speaker signify respect to a bystander, including participants in the role of audience and non-participants overnheares. A classic example is mother in law and brother in law. Hal tersebut menjelaskan bahwa honorifiks pendengar/pembaca merupakan sebuah bentuk sebutan penghormatan yang digunakan oleh penutur/penulis untuk menandakan bentuk penghormatan yang tidak hanya ditujukan kepada orang, tetapi juga untuk menyatakan suatu hal yang sedang dibicarakan, pendengar/pembaca tidak terlibat tuturan. Levinson (1983: 90) mengatakan bahwa The third kind of relational information, that between speaker and bystander, is more rarely encoded in bystander honorifics.the term bystander here does duty as a cover term for partichipants in audience role and for non-participating overhears. Hal tersebut

14 21 menjelaskan bahwa bentuk ketiga mengenai relasional yaitu antara penutur dan pengamat. Istilah pengamat di sini melakukan tugasnya sebagai peran pendengar/pembaca yang mengamati apa yang dibicarakan oleh penutur/penulis, baik orang yang dibicarakan maupun suatu hal yang dibicarakan. Bentuk ketiga sebutan kehormatan penonton ini terjadi sebagai akibat dari penamaan, pemberian julukan, dan juga ekspresi yang diberikan kepada orang lain atau pengamat yang berdasarkan kepada konteks sosial yang terjadi di sekitarnya. Berikut ini contoh dari penutur dan pendengar/penonton (honorifiks penonton): Saya kagum sekali dengan apa yang mereka lakukan, saya sangat amat kagum pada pasukan orange. Tapi saya tidak setuju dengan apa yang mereka lakukan, mari kita berpikir bahwa apa yang dilakukan amat terpuji tapi resiko amat banya Bagaimana virus dan penyakit yang menyerang?. Pada kutipan diatas terdapat julukan kata pasukan orange. Julukan pasukan orange termasuk bentuk deiksis sosial relasional yang berkategori honorifik penonton. Penonton tidak terlibat percakapan dengan penutur, tetapi penonton mengamati kalimat atau kode yang digunakan oleh penutur. Julukan pasukan orange tersebut ditujukan kepada PPSU yaitu Satuan Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum yang siaga di Jakarta membersihkan got-got yang tersumbat dan mereka dijuluki pasukan orange oleh penutur. Penutur menjelaskan informasi yang diperoleh dengan membaca artikel dan penutur menyebut PPSU dengan sebutan pasukan orange. 4) Penutur dan Latar (Tingkat Formalitas) Levinson (dalam Horn and Gregory Ward, 2006: 120) mengatakan bahwa the fourth axis involves respect conveyed to the setting or event. Many European

15 22 languages have distinct registers used on formal occasions, where eat becomes dine, home becomes residence, ect. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa bentuk relasi deiksis sosial yang keempat yaitu bentuk hormat yang disampaikan berkaitan dengan tempat dan peristiwa. Banyak bahasa Eropa yang memiliki istilah khusus yang berbeda beda yang digunakan untuk suatu formal, misalnya dalam bahasa inggris eat menjadi dine, home menjadi residence. Bentuk relasi deiksis sosial dapat dilihat dari tingkat keformalitasan suatu bahasa yang dapat digunakan dengan memperhatikan tempat dan dapat pula digunakan untuk menyatakan suatu konteks sosial atau peristiwa. Putrayasa (2015: 54) kesantunan dalam bahasa Indonesia dapat dilihat melalui cara penyampaian dan juga cara pemilihan kata. Pemilihan kata tersebut sebagai bentuk keformalitasan dan kesopanan berbahasa untuk menyampaikan suatu hal atau peristiwa sehingga menimbulkan kesan yang halus dan lembut. Misalnya kata diamankan lebih sering digunakan dengan menggantikan kata ditangkap, kemudian frasa wafat dan meninggal dunia digunakan untuk menggantikan kata mati. Penggantian kata-kata tersebut menimbulkan kesan yang halus dan lembut jika di dengar atau dibaca. Hal tersebut bertujuan menjaga kesopanan agar kata-kata yang di ucapkan dapat diterima oleh lawan tutur. b. Bentuk Deiksis Sosial Absolute (Mutlak) Bentuk absolute (mutlak) adalah bentuk-bentuk bahasa yang telah ditetapkan bagi penutur atau petutur saja. Bentuk deiksis sosial mutlak terkadang dikaitkan dengan status sosial yang berbeda, misalnya status sosial yang lebih

16 23 tinggi dan status sosial yang lebih rendah. Bentuk deiksis sosial mutlak terbagi menjadi dua yaitu Authorized speaker dan Authorized recipient. Authorized speaker yaitu bentuk-bentuk bahasa yang dienkodekan secara mutlak sebagai penutur. Sedangkan Authorized recipient adalah bentuk kehormatan yang dibatasi penerimanya. 1) Authorized Speaker (Penutur yang Berwenang) Sumarsono (dalam Putrayasa, 2015: 56) menjelaskan bahwa dalam hal informasi deiksis sosial dapat dikatakan ada bentuk-bentuk bahasa yang dienkodekan secara mutlak sebagai penutur saja. Bentuk tersebut dapat dikatakan sebagai bentuk absolute (mutlak) Authorized speaker. Misalnya, dalam bahasa Thailand morfem krab adalah partikel santun yang hanya dapat digunakan oleh penutur pria, ada kha bagi penutur wanita. Dalam bahasa Jepang ada bentuk khusus bagi persona pertama bagi kaisar Jepang. Jika di dalam suatu kerajaan misalnya Patik, Hamba yang hanya dapat digunakan oleh penutur (bawahan raja). Authorized speaker adalah bentuk penghormatan yang hanya dapat digunakan oleh penutur saja. Authorized speaker adalah bentuk penghormatan yang hanya dapat digunakan oleh penutur saja. Jadi penyanyi, awalnya waktu itu aku main bola di timnas Bruney. Sempet masuk timnas UU16 dan tanding di Thailand, tapi waktu pulang ke Bruney gak diijinin lagi sama omaku. Soalnya waktu itu aku masih SMP dan lagi ujian, jadi berantakan sekolah gara-gara latihan sampe akhirnya tidak diperbolehkan.

17 24 Pada kutipan kalimat di atas merupakan sebuat percakapan antara Dedi Courbuzier dengan salah satu bintang tamunya yaitu Jaz in artis pendatang baru yang berasal dari Bruney. Dalam hal ini Jaz in berperan sebagai penutur, sedangkan pada tuturan yang dituturkan oleh Jaz in terdapat kata aku yang termasuk bentuk deiksis sosial mutlak berkatagori authorized speaker (penutur yang berwenang). Kata aku hanya digunakan oleh penutur untuk menunjukkan dirinya sendiri. Penggunaan kata aku digunakan untuk menunjukkan keakraban dan hanya dipakai terbatas pada sesama kawan sebaya dan bukan digunakan terhadap lawan bicara yang jauh lebih tua, seperti terhadap guru, dosen maupun orang asing. 2) Authorized Recipient (Penerima yang Berwenang) Bentuk deiksis sosial absolute (mutlak) yang kedua adalah Authorized recipient. Authorized recipient adalah bentuk kehormatan yang dibatasi penerimanya. Menurut Levinson (1983: 91) There are also in manylanguages forms reserved for authorized recipient, including restrictions on most titles of address (Your, Mr President, ect). Hal tersebut menjelaskan bahwa ada banyak bentuk bahasa yang ditunjukan untuk penerima yang berwenang dan berhak, misalnya pembatasan seperti penyebutan gelar (Yang Mulia, Bapak Presiden, dan sebagainya). Authorized recipient digunakan sebagai title atau gelar kehormatan yang ditujukan kepada penerima yang berhak atau yang berwenang menerimanya, misalnya penggunaan Yang Mulia digunakan hanya untuk penutur dalam

18 25 kerajaan saja. Menurut Rolnicki (2006: 201) gelar juga bisa menunjukan pekerjaan, kedudukan, atau profesi. Penyebutan gelar yang berkaitan dengan profesi misalnya, pelatih, perawat, konselor, dan sebagainya. Penyebutan gelar seseorang dapat menunjukan kedudukan, golongan, dan status sosial seseorang yang tinggi. Berikut ini contoh dari authorized recipient (penerima yang berwenang): Ok Ustad Wijayanto, bagaimana melihat fenomena peramal? Kan banyak sekali peramal, kalau menurut Ustad sendiri bagaimana?. Pada kalimat diatas terdapat bentuk mutlak deiksis sosial berupa authorized recipient, yaitu pembatasan titel kehormatan yang hanya ditujukan benar-benar kepada penerima yang berwenang dan berhak. Hal tersebut ditandai dengan adanya panggilan Ustad. Penerima kehormatan Ustad hanya ditujukan kepada seorang laki-laki yang menjadi guru agama Islam, sedangkan panggilan Ustad pun penerimanya hanya ditujukan khusus untuk keagamaan dalam Islam. 3. Fungsi Deiksis Sosial Deiksis sosial kaitannya dengan pragmatik, deiksis sosial ini punya kontribusi dalam melahirkan bentuk ujaran yang sesuai dengan situasi sosial masyarakat tertentu. Dengan kata lain, dengan memahami deiksis sosial, seseorang dapat berbahasa dengan baik, sopan, dan sesuai dengan norma yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Adanya deiksis ini menyebabkan kesopanan berbahasa atau etika berbahasa. karena bentuk/ragam bahasa yang dipilih selaras dengan aspek-aspek sosial budaya yang dimiliki oleh para partisipan yang terlibat dalam peristiwa berbahasa (Astuti, 2015: 27).

19 26 Deiksis sosial dalam masyarakat di gunakan sebagai etika bahasa yang mempengaruhi kedudukan sosial antara pembicara, pendengar, atau yang dibicarakan. Fungsi pemakaian deiksis sosial, yaitu: (1) Sebagai salah satu bentuk efektivitas kalimat, misalnya: Kapolwil; (2) Sebagai pembeda tingkal sosial seseorang, membedakan tingkat sosial penulis, orang yang dibicarakan dan pembaca, misalnya: Drs, Prof; karena orang yang mendapatkan gelar Drs atau Prof adalah orang yang menempuh pendidikan yang tinggi, jadi panggilan tersebut merupakan pembeda tingkat sosial seseoran;. (3) Untuk menjaga sopan santun berbahasa misalnya: PSK, Istri; (4) Untuk menjaga sikap sosial kemasyarakatan, penggunaan sistem sapaan guna memperhalus bahasa misalnya: sungkem. Fungsi deiksis sosial mencakup penyebutan deiksis orang tertentu. Penutur memiliki otoritas tertentu terhadap mitra tutur yang menunjukkan bahwa penutur memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh mitra tutur. Misalnya penggunaan nama binatang oleh penutur dengan nada dan maksud merendahkan tersebut menunjukkan kurangnya jarak sosial antara penutur dan mitra tutur. Deiksis sosial berhubungan dengan dengan hubungan sosial antara partisipan, statusnya dan hubungannya dengan topik wacana. Piranti yang digunakan untuk deiksis ini meliputi berbagai bentuk, kata ganti untuk kesopanan, istilah keturunan dan kehormatan. Gejala kebahasaan yang didasarkan pada sikap sosial kemasyarakatan atau untuk tujuan bersopan santun demikian disebut eufemisme. Deiksis sosial mengungkapkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat yang terdapat antara para partisipan dalam peristiwa berbahasa, terutama yang berhubungan dengan aspek budayanya. Adanya deiksis ini

20 27 menyebabkan kesopanan atau etika berbahasa. Sedangkan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari, yang perlu diperhatikan ialah bagaimana menggunakan semua deiksis ini dengan tepat. Dengan perkataan lain dalam suatu peristiwa berbahasa pemakai bahasa dituntut dapat menggunakan deiksis sesuai dengan kadar sosial dan santun berbahasa yang tepat. C. Tuturan 1. Pengertian Tuturan Tuturan adalah suatu ujaran dari seorang penutur terhadap mitra tutur ketika sedang berkomunikasi. Tuturan dalam pragmatik diartikan sebagai produk suatu tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri) (Leech, 2011:20). Sementara itu Austin (dalam Leech, 2011: 280) menyatakan bahwa semua tuturan adalah performantif dalam arti bahwa semua tuturan merupakan sebuah bentuk tindakan dan tidak sekedar mengatakan sesuatu tentang dunia. Tindak ujar atau tutur adalah fungsi bahasa sebagai sarana penindak, semua kalimat atau ujaran yang diucapkan oleh penutur sebenarnya mengandung fungsi komunikatif tertentu. Kemudian Sperber dan Wilson ( dalam Wijana, 1996:10 ) menjelaskan bahwa sebuah tuturan tidak senantiasa merupakan representasi langsung elemen makna unsur-unsurnya. Dengan demikian, tuturan tidak harus mempunyai makna langsung (eksplisit), namun juga mempunyai makna tidak langsung (implisit). Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa mengujarkan sesuatu dapat disebut sebagai aktifitas atau tindakan. Hal tersebut dimungkinkan karena dalam setiap tuturan memiliki maksud tertentu yang

21 28 berpengaruh pada orang lain. Sehubungan dengan pengertian-pengertian di atas, tuturan dapat diartikan sebagai ujaran yang di dalamnya terkandung suatu makna, baik makna langsung dan tidak langsung yang digunakan dalam situasi-situasi tertentu sehingga dapat mempengaruhi tindakan orang lain. 2. Aspek-Aspek Situasi Tutur a. Penutur dan Lawan Tutur Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Sementara itu, mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam pentuturan. Di dalam peristiwa tutur peran penutur dan mitra tutur dilakukan secara silih berganti, yang semula berperan penutur pada tahap tutur berikutnya dapat menjadi mitra tutur, demikian sebaliknya. Aspek-aspek yang terkait dengan komponen penutur dan mitra tutur antara lain usia, latar belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat keakraban,dan sebagainya. b. Konteks Tuturan Istilah konteks diartikan sebagai setiap latar belakang pengetahuan yang diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh Pa (penutur) dan Pk (Penyimak) serta yang menunjang interpretasi Pk (penyimak) terhadap apa yang dimaksud Pa (penutur) dengan ucapan tertentu (Tarigan, 2009:33). Di dalam tata bahasa, konteks tuturan mencakup semua aspek fisik atau latar sosial yang relevan dengan tuturan yang diekspresikan. Konteks yang bersifat fisik, yaitu fisik tuturan dengan tuturan lain, biasa disebut ko-teks. Sementara itu, konteks latar sosial lazim dinamakan konteks. Di dalam pragmatik konteks itu berarti semua latar

22 29 belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tuturnya. Konteks ini berperan membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur. c. Tujuan Tuturan Tujuan tuturan adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Komponen ini menjadikan hal yang melatarbelakangi tuturan karena semua tuturan memiliki suatu tujuan. Dalam hal ini bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama. Bentuk-bentuk tuturan Pagi, selamat pagi, dan met pagi dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama, yakni menyapa lawan tutur yang ditemui pada pagi hari. Selain itu, Selamat pagi dengan berbagai variasinya bila diucapkan dengan nada tertentu, dan situasi yang berbeda-beda dapat juga digunakan untuk mengejek teman atau kolega yang terlambat datang ke pertemuan, atau siswa yang terlambat masuk kelas, dan sebagainya. d. Tindak Tutur sebagai Bentuk Tindakan Tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas adalah bahwa tindak tutur itu merupakan tindakan juga. Jika tata bahasa menangani unsur-unsur kebahasaan yang abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik, dan sebagainya, pragmatik berhubungan tindak verbal yang lebih konkret yang terjadi dalam situasi tertentu. Tindak tutur sebagai suatu tindakan tidak ubahnya sebagai tindakan mencubit. Hanya saja, bagian tubuh yang

23 30 berperan berbeda. Pada tindakan mencubit tanganlah yang berperan, sedangkan pada tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan. e. Tuturan sebagai Produk Tindak Verba Manusia sebagai pengguna bahasa tidak lepas dari bertutur, karena tuturan merupakan bentuk manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Sedangkan sebuah tuturan merupakan hasil dari suatu tindakan. Tindakan manusia itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan tindakan nonverbal. Berbicara atau bertutur termasuk dalam tindakan verbal. Hal tersebut karena berbicara tercipta melalui tindakan verbal, sehingga berbicara atau tuturan merupakan produk tindak verbal. Tindak verbal adalah tindak yang mengekpresikan kata-kata atau bahasa. Oleh karena itu berbicara atau tuturan dikatan sebagai produk tindak verba. D. Host/Presenter 1. Pengertian Host/Presenter Host atau presenter menurut arti kata yaitu seorang yang mengantar suatu sajian. Sajian tersebut macam-macam, seperti musik, aneka program, feature, magazine, dan kuis. Sebagai pengantar sajian seorang presenter boleh menambah daya tarik dari materi yang disajikan lewat kata-katanya. Jadi, presenter adalah orang yang membawakan dan menyampaikan sebuah informasi, atau narasi dalam

24 31 sebuah program acara di stasiun televisi. Seperti program acara berita, kuis, game show, talkshow, acara musik, innmenfotait, olah raga dan realityshow. Presenter adalah orang yang bekerja dengan mengandalkan suara dan kemampuan bahasa dilengkapi dengan keterampilan dalam membawakan suatu acara, sehingga pembawa acara atau presenter menjadi citra bagi stasiun televisi. Banyak orang yang lebih suka memilih program informasi pada stasiun televisi tertentu karena alasan pembawa acaranya. Kredibilitas presenter dapat menjadi aset penting suatu stasiun televisi. Kemampuan seorang presenter membawakan acara, berpengaruh terhadap kesuksesan sebuah acara. Ketidakmampuan presenter dalam membawakan acara, berakibat fatal bagi diri presenter dan program acara yang dibawakan. 2. Jenis Host/Presenter Dalam dunia penyiaran televisi dikenal dua jenis host/presenter acara, yaitu Presenter berita (news presenter) dan Presenter acara (non-news). Presenter berita (news presenter) adalah presenter yang bertugas membacakan sebuah berita, tidak terlibat dalam proses peliputan, serta penentu sebuah berita. Materi yang dibacakannya telah disusun dan disiapkan oleh redaksi pemberitaan. Masing-masing stasiun televisi dalam menyajikan program berita, serta cara presenter dalam membacakan berita, memiliki ciri serta karakter tersendiri, disesuaikan dengan target audien masing-masing stasiun televisi. Sedangkan Presenter acara (non-news) adalah presenter yang bertugas membawakan sebuah program acara, namun tidak terlibat dalam konsep, persiapan serta tanggung

25 32 jawab dan jalannya acara. Acara yang dibawakan telah disiapkan dan diproduksi oleh masing-masing stasiun televisi atau rumah produksi, seperti presenter musik, infotainment dan kuis, show, talkshow dan sebagainya. E. Bintang Tamu 1. Pengertian Bintang Tamu Bintang Tamu adalah seseorang yang diundang untuk mendatangi salah satu siaran Televisi atau salah satu acara tertentu yang kemudian orang itu akan ikut serta dalam kegiatan tersebut. Biasanya orang yang menjadi bintang tamu bukanlah orang yang biasa-biasa saja, tetapi orang yang mempunyai sesuatu yang menarik sehingga dicari oleh banyak orang dan diundang dalam suatu acara tertentu. Sesuatu yang menarik dari seorang bintang tamu bisa bermacam-macam, mulai dari kelebihannya, keunikannya, bakatnya, prestasinya, dan lain sebagainya. Dari berbagai kelebihannya itulah orang biasanya di undang dalam sebuah acara untuk menjadi bintang tamu. Bintang tamu kemudian akan menampilkan sesuatu atau diwawancarai sesuai dengan apa yang dimilikinya dalam acara tersebut. 2. Ciri-ciri Bintang Tamu Tidak semua orang bisa di undang dalam sebuah acara dan menjadi bintang tamu. Bintang tamu, biasanya di undang dan mengisi sebuah acara karena memiliki sesuatu yang berbeda yang tidak dimiliki oleh semua orang kebanyakan. Pada umumnya bintang tamu dalam sebuah acara memiliki kelebihan yang menjadikan ia istimewa sehingga dicari oleh banyak orang untuk mengisi suatu

26 33 acara. Bintang tamu memiliki ciri-ciri yang khas yang membuat berbeda dari yang lainnya. Misalnya memiliki sesuatu yang unik, memiliki bakat yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain, mempunyai sesuatu profesi yang tidak biasa ataupu prestasi yang menakjubkan. F. Talk Show Hitam Putih 1. Pengertian TalkShow Hitam Putih Talk Show adalah ungkapan bahasa Inggris yang berasal dari dua kata: Talk dan Show. Show berarti tontonan, pertunjukan atau pameran, sedangkan talk artinya omong-omong, ngobrol-ngobrol. Dengan begitu Talk Show berarti pertunjukkan orang-orang yang sedang mengobrol. Wibowo (2007: 67) Talk Show adalah program yang ditampilkan dalam bentuk sajian yang mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik. Acara Talk Show berupa program televises atau radio bahwa seseorang atau grup berkumpul bersamamendiskusikan berbagai hal topik dengan suasana santai tapi serius, yang dipadukan dengan seorang moderator. Dalam perbincangan Talk Show biasanya menampilkan tema-tema yang terkini agar pendengar atau penonton lebih tertarik untuk menontonnya. Talk Show Hitam Putih merupakan salah satu acara Talk Show yang diproduksi oleh stasiun televise swasta di Indonesia yaitu Trans7, yang mengupas mengenai berbagai bakat dan prestasi yang dimiliki seseorang ataupun sesuatu fenomena yang sedang berkembang di masyarakat. Talk Show Hitam Putih tayang

27 34 setiap hari senin sampai hari jumat, pukul WIB. Konsep Talk Show Hitam Putih berbeda dengan Talk Show lainnya. Pada Talk Show ini menghadirkan tokoh-tokoh dari berbagai kalangan yang memiliki keunikan, bakat dan prestasi yang perlu dikupas agar tereksplore dan menambah pengetahuan bagi masayrakat yang menyaksikan. Selain itu bahasa yang digunakan dalam Talk Show Hitam Putih sangat santai dan terkadang mengandung bahasa humor sehingga penonton akan terhibur dan tidak membosankan. 2. Ciri Khas Talk Show Hitam Putih Talk Show Hitam Putih merupakan program nonfiksi dengan aksi-aksi menarik khas Deddy Corbuzier yang diselipkan di setiap segmen Talk Show. Program ini merupakan Variety Show yang menayangkan materi acara yang edukatif, inspiratif dan menghibur. Talk Show Hitam Putih selalu dimulai dengan pembahasan tema apa yang akan dibahas dan selanjutnya perkenalan tokoh disetiap segmen yang diawali dengan gimmick berupa video ulasan, adegan yang dramatis yang memancing suasana hati penonton dari pembahasan tersebut akan disusun secara rapih pada setiap segmen lalu narasumber bercerita tentang apa yang dilakukannya, baik itu pekerjaan, penghasilan, keuntungan, kerugian, bahkan sampe kisah mengharukan, disinilah point dimana acara Talk Show benar-benar sangat menarik.

28 34 G. Peta Konsep H. Peta Konsep ANALISIS PENGGUNAAN DEIKSIS SOSIAL PADA TUTURAN HOST DAN BINTANG TAMU DALAM ACARA TALK SHOW HITAM PUTIH DI TRANS7 EDISI FEBRUARI 2017 Deiksis Sosial Tuturan Host/Presenter Pengertian Deiksis Sosial Bentuk Deiksis Sosial Pengertian Tuturan Aspek-aspek Tuturan Pengertian Host 1. Deiksis Sosial Relasional a. Honorifik Rujukan b. Honorifik Petutur c. Honorifik Penonton d. Tingkat Formalitas 2. Deiksis Sosial Mutlak a. Authorized Speaker b. Authorized Recipient 1. Penutur dan Lawan Tutur 2. Konteks Tuturan 3. Tindak Tutur sebagai Bentuk Tindakan 4. Tujuan Tuturan 5. Tuturan Sebagai Produk Verba Jenis-jenis Host Bintang Tamu Pengertian Bintang Tamu HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Ciri-ciri Bintang Tamu Talk Show Hitam Putih Pengertian TalkShow Hitam Putih Ciri Khas TalkShow Hitam Putih Penutur dan Pendengar Penutur dan Pendengar Penutur dan Pendengar Percakapan Acara Talk Show Hitam Putih di Tran7

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal penunjukan secara langsung. Istilah tersebut digunakan oleh tata bahasawan Yunani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Deiksis Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Deiksis Dalam 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Relevan Penelitian kebahasaan yang berhubungan dengan kajian pragmatik khususnya pada kajian deiksis bukanlah hal yang baru lagi dalam penelitian bahasa. Sudah ada

Lebih terperinci

DAN PUTIH DI TRANS7 SKRIPSI. Disusun. Oleh:

DAN PUTIH DI TRANS7 SKRIPSI. Disusun. Oleh: ANALISIS PENGGUNAAN DEIKSIS SOSIAL PADA TUTURAN HOST DAN BINTANG TAMU DALAM ACARA TALK SHOW HITAM PUTIH DI TRANS7 EDISI FEBRUARI 2017 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua deiksis ini saling melengkapi fungsinya masing-masing saat dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. kedua deiksis ini saling melengkapi fungsinya masing-masing saat dipergunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deiksis merupakan istilah dari bahasa Yunani Kuno yang digunakan untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti penunjuk melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kesantunan antara lain adalah deiksis sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kesantunan antara lain adalah deiksis sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam komunikasi tentunya terjadi interaksi. Interaksi tersebut umumnya disertai kesantunan. Interaksi seperti ini terutama dilakukan masyarakat yang menjunjung

Lebih terperinci

BENTUK DEIKSIS SOSIAL DALAM WACANA RUBRIK KHAZANAH PADA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2015

BENTUK DEIKSIS SOSIAL DALAM WACANA RUBRIK KHAZANAH PADA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2015 BENTUK DEIKSIS SOSIAL DALAM WACANA RUBRIK KHAZANAH PADA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2015 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) oleh: NURUL APRIL LIANI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan masyarakat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang kepentingannya dalam

Lebih terperinci

Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada. suatu proses komunikasi dalam menyampaikan atau menyebutkan satu maksud

Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada. suatu proses komunikasi dalam menyampaikan atau menyebutkan satu maksud 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada suatu proses komunikasi dalam menyampaikan atau menyebutkan satu maksud oleh penutur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan dan mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pragmatik merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang makna yang

BAB II KAJIAN TEORI. Pragmatik merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang makna yang BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pragmatik Pragmatik merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang makna yang terdapat dalam sebuah ujaran yang disampaikan oleh penutur kepada orang yang diajak berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian dengan judul Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan dalam Percakapan Pembawa Acara Musik Inbox Edisi Desember 2015 di Stasiun Televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya agar apa yang disampaikan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, siaran televisi dipandang sebagai salah satu media informasi dan hiburan yang memiliki banyak sekali penonton, tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Televisi merupakan media yang dapat memberikan kepada khalayak penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang didapat ketika melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya, dan dalam pemakainnya dimungkinkan dapat memakai lebih dari satu bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran media televisi di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, banyak membawa berkah bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran media televisi di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, banyak membawa berkah bagi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan media massa di tanah air khususnya media televisi, saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas keseharian masyarakat. Kehadiran media televisi

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR

ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Erdi Sunarwan, Muhammad Rohmadi, Atikah Anindyarini Universitas Sebelas Maret E-mail: sn_erdi@yahoo.com Abstract: The objective of this

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya stasiun TV di Indonesia, tidak dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya stasiun TV di Indonesia, tidak dipungkiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya stasiun TV di Indonesia, tidak dipungkiri menimbulkan persaingan bagi industri televisi. Melihat akan hal itu, stasiun-stasiun televisi pun berlomba-lomba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan yang lain, juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana komunikasi, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana komunikasi, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam bentuk komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi atau melakukan tindak tutur jika sedang berinteraksi dengan sesamanya. Searle mengatakan,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi saat ini mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi tersebut dapat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan manusia untuk berinteraksi, komunikasi dalam kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan manusia untuk berinteraksi, komunikasi dalam kegiatan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia komunikasi merupakan hal mendasar yang dibutuhkan manusia untuk berinteraksi, komunikasi dalam kegiatan manusia mampu membuat mareka mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan.

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pragmatik ialah ilmu bahasa yang mempelajari makna berdasarkan situasi dan tempat tuturan dilakukan. Levinson (dalam Suwandi, 2008: 64) menyatakan pragmatik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Percakapan atau dialog dalam sebuah tuturan diperlukan suatu kerja sama yang baik antara penutur dengan mitra tutur. Selain kerja sama, faktor kesopanan harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk memudahkan makhluk hidup berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan penyampaiannya, komunikasi

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS Wisnu Nugroho Aji Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Widya Dharma Klaten wisnugroaji@gmail.com Abstrak Bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014

ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014 ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014 ARTIKELE-JOURNAL Diajukanuntukmememenuhisebagianpersyaratanmemeperolehgelar SarjanaPendidikan (S. Pd.)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk menjalankan segala aktivitas. Bahasa juga sebagai salah satu aspek tindak tutur yang terkait

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh peneliti dalam menuju ke pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur kerja bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa perbincangan atau diskusi seseorang atau sekelompok orang (tamu) tentang

BAB I PENDAHULUAN. berupa perbincangan atau diskusi seseorang atau sekelompok orang (tamu) tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu program acara televisi yang bersifat informatif, mendidik, tetapi juga menghibur adalah talk show. Talk show adalah suatu jenis acara televisi yang berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang padat akan aktifitas membutuhkan hiburan dan informasi yang cepat, mudah dan murah. Ketat dan pesatnya persaingan dalam industri televisi khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

Korelasi Tingkat Pemahaman Dengan Motivasi. Menonton Remaja, di Perumahan Cikande Permai. Blok O Rt 01 Rw 08 Serang Banten, Terhadap Program

Korelasi Tingkat Pemahaman Dengan Motivasi. Menonton Remaja, di Perumahan Cikande Permai. Blok O Rt 01 Rw 08 Serang Banten, Terhadap Program Lampiran 1 Kuesioner penelitian Korelasi Tingkat Pemahaman Dengan Motivasi Menonton Remaja, di Perumahan Cikande Permai Blok O Rt 01 Rw 08 Serang Banten, Terhadap Program Acara Kick Andy di MetroTV Responden

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai kebutuhan pokok,

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di awali dengan penyiapan materi atau konsep, lalu proses produksi atau pengambilan gambar dan juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Pesbukers di ANTV merupakan program variety show yang banyak digemari oleh masyarakat. Pada awalnya Pesbukers tayang hanya selama bulan puasa, yang hanya menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber : (Graeme Burton, 2007:125)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber : (Graeme Burton, 2007:125) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya program acara televisi dalam pengembangan kreatifitas membuat stasiun televisi bersaing untuk menarik minat penonton. Stasiun televisi terus bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu bentuk perwujutan peradaban dan kebudayaan manusia. Dalam kamus linguistik, bahasa adalah satuan lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini, telah banyak terdapat aneka ragam jenis medium

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini, telah banyak terdapat aneka ragam jenis medium BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman modern ini, telah banyak terdapat aneka ragam jenis medium komunikasi atau sering disebut sebagai komunikasi massa. Komunikasi massa ialah komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia telah menjadi sistem pertukaran informasi yang pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia telah menjadi sistem pertukaran informasi yang pesat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia telah menjadi sistem pertukaran informasi yang pesat dan semakin besar. Dengan keterbukaan informasi, seseorang dapat dengan mudah dan cepat mengakses informasi

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian, 2 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab 1 peneliti memaparkan yang menjadi pendahuluan penelitian Studi tentang Register Penyiar Radio sebagai Bahan Pembelajaran Berbicara serta Pelaksanaannya pada Siswa Kelas X

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar sesamanya di dalam suatu lingkungan pergaulan hidup untuk melaksanakan maksud tertentu. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem komunikasi yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem komunikasi yang sangat penting bagi manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahasa merupakan sistem komunikasi yang sangat penting bagi manusia. Hal ini tidak terlepas dari keharusan manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan media massa. Media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan media massa. Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan manusia salah satunya yaitu sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi sekarang ini kebutuhan akan informasi sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa komunikasi. Karena komunikasi adalah usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penggunaan bahasa yang menarik perhatian pembaca maupun peneliti adalah penggunaan bahasa dalam surat kabar. Kolom dan rubrik-rubrik dalam surat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kertas. Seperti Koran, majalah, tabloid, dll. Media Massa Elektronik (Electronic Media).

BAB 1 PENDAHULUAN. kertas. Seperti Koran, majalah, tabloid, dll. Media Massa Elektronik (Electronic Media). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini Media massa adalah sumber informasi seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, dengan otoritas dan memiliki organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan akan informasi dan diiringi dengan kemajuan zaman yang sangat pesat, media massa menjadi sangat penting. Berbagai fungsi dan berbagai macam jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon. menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon. menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam bertindak tutur manusia mempunyai banyak cara untuk menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon orang lain selaku mitra tutur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Bahasa itu terdiri atas dua bagian yaitu lisan, seperti percakapan, pembacaan berita, berpidato,kegiatan diskusi/seminar,

Lebih terperinci

PENGARUH PRESENTER TAYANGAN TALK SHOW HITAM PUTIH DITRANS 7 TERHADAP MINAT MENONTON (STUDI TERHADAP SISWA-SISWI SMA ADVENT JAKARTA PUSAT) SKRIPSI

PENGARUH PRESENTER TAYANGAN TALK SHOW HITAM PUTIH DITRANS 7 TERHADAP MINAT MENONTON (STUDI TERHADAP SISWA-SISWI SMA ADVENT JAKARTA PUSAT) SKRIPSI PENGARUH PRESENTER TAYANGAN TALK SHOW HITAM PUTIH DITRANS 7 TERHADAP MINAT MENONTON (STUDI TERHADAP SISWA-SISWI SMA ADVENT JAKARTA PUSAT) SKRIPSI Oleh Ika Windarti 1100056041 DISUSUN OLEH : UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harold D. Lasswell menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With What Effect? (siapa mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program talk show merupakan suatu format acara yang dikemas dengan adanya suatu perbincangan maupun diskusi dengan mengundang narasumber maupun bintang tamu. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Televisi dibandingkan dengan media massa lainnya seperti radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya, tampaknya memiliki sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa pada saat ini sangat berpengaruh untuk mempengaruhi persepsi, pikiran serta tingkah laku masyarakat. Media massa pada saat ini sangat berpengaruh untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar sesama dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menyampaikan maksud dan tujuan kepada orang lain sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lebih kuat dari surat kabar, majalah maupun radio karena pesawat televisi. bagaikan melihat sendiri peristiwa yang disiarkan itu.

BAB I PENDAHULUAN. Lebih kuat dari surat kabar, majalah maupun radio karena pesawat televisi. bagaikan melihat sendiri peristiwa yang disiarkan itu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan peristiwa sosial dan terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Komunikasi merupakan realita pokok kehidupan manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenggelamnya kapal vanderwick diceritakan bahwa tokoh Randy Danistha sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tenggelamnya kapal vanderwick diceritakan bahwa tokoh Randy Danistha sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi menghadirkan berbagai macam tayangan untuk menghibur masyarakat di Indonesia. Tayangan hiburan di Indonesia ini dilakukan dengan berbagai macam cara, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah suatu hal yang keberadaannya sangat penting untuk saling berhubungan dengan orang lain. Seseorang yang memiliki komunikasi yang baik, ia akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siaran televisi saat ini telah menjadi suatu kekuatan yang sudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

ANALISIS GENRE PROGRAM QUIZ SHOW BULAN NOVEMBER TAHUN 2013 PADA STASIUN TELEVISI SWASTA NASIONAL DI INDONESIA SKRIPSI

ANALISIS GENRE PROGRAM QUIZ SHOW BULAN NOVEMBER TAHUN 2013 PADA STASIUN TELEVISI SWASTA NASIONAL DI INDONESIA SKRIPSI ANALISIS GENRE PROGRAM QUIZ SHOW BULAN NOVEMBER TAHUN 2013 PADA STASIUN TELEVISI SWASTA NASIONAL DI INDONESIA SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berjalan dengan lancar. Alisjahbana (dalam Pateda dan Pulubuhu,

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berjalan dengan lancar. Alisjahbana (dalam Pateda dan Pulubuhu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Tanpa bahasa, tentunya segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. 1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktifitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dalam kegiatan berkomunikasi berfungsi sebagai alat penyampai pesan atau makna. Bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya akan informasi (Kuswandi ; 2008:99).

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya akan informasi (Kuswandi ; 2008:99). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan jaman, televisi bukanlah lagi merupakan kebutuhan tersier bagi masyarakat melainkan sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari. Setidaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan dan profesi baik dibidang politik, wirausaha, instansi pemerintah, pendidikan, dan sebagainya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. munculnya berbagai media komunkasi yang semakin canggih sehingga mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. munculnya berbagai media komunkasi yang semakin canggih sehingga mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi semakin pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai media komunkasi yang semakin canggih sehingga mampu memperkecil jarak antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. TVRI. Siaran perdananya menayangkan upacara peringatan Hari Kemerdekaan

BAB 1 PENDAHULUAN. TVRI. Siaran perdananya menayangkan upacara peringatan Hari Kemerdekaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1962, stasiun televisi yang pertama kali muncul di Indonesia adalah TVRI. Siaran perdananya menayangkan upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap individu berusaha untuk mengenal dan mencari jati dirinya, mengetahui tentang orang lain, dan mengenal dunia luar atau selalu mencari tahu mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan orang kepada orang lain. Bahasa juga digunakan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan orang kepada orang lain. Bahasa juga digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat atau sarana komunikasi. Dengan komunikasi, kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan ketahui kepada orang lain. Bahasa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas

BAB I PENDAHULUAN. bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Register salah satu cabang kajian sosiolinguistik yang mempelajari bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas maupun bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci