IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS Sukri Karnedi SMP Negeri 3 Tanjung Pura, kab. Langkat Abstract: This study aims to improve student learning outcomes by applying the model of learning Numbered Heads Together (NHT) in social learning in class VII-2 SMP Negeri 3 Tanjung Pura. Subjects in this study were students of class VII-2 SMP Negeri 3 Tanjung Pura with the number of students as many as 34 people. Based on the result of research result of student learning by applying cooperative learning model type NHT in social subjects in first cycle showed 15 students complete (44,11%) and on second cycle showed 29 complete student with complete class (85,29%). Thus there is an increase in student learning outcomes in class VII-2 SMP Negeri 3 Tanjung Pura academic year 2015/2016. The average data of the students' activity according to the two observers in the first cycle included writing and reading (34%), working (27%), asking fellow friends (14%), asking teachers (10%), and irrelevant to KBM (15%). While the average activity of students in second cycle write and read (23%), work (38%), ask fellow friends (19%), ask teachers (14%), and irrelevant to KBM (5%). Thus there is an increase in student learning activities by applying cooperative learning model type NHT in class VII-2 SMP Negeri 3 Tanjung Pura academic year. 2015/2016. Keywords: Numbered Heads Together, Hindu kingdom Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran IPS di Kelas VII-2 SMP Negeri 3 Tanjung Pura. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII-2 SMP Negeri 3 Tanjung Pura dengan jumlah siswa sebanyak 34 orang. Berdasarkan hasil penelitian hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mata pelajaran IPS pada siklus I menunjukkan 15 siswa tuntas (44,11%) dan pada siklus II menunjukkan 29 siswa tuntas dengan kelas tuntas (85,29%). Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar siswa di kelas VII-2 SMP Negeri 3 Tanjung Pura Tahun Pelajaran 2015/2016. Analisis data rata-rata aktivitas siswa menurut kedua pengamat pada siklus I antara lain menulis dan membaca (34%), bekerja (27%), bertanya sesama teman (14%), bertanya kepada guru (10%), dan yang tidak relevan dengan KBM (15%). Sedangkan rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menulis dan membaca (23%), bekerja (38%), bertanya sesama teman (19%), bertanya kepada guru (14%), dan yang tidak relevan dengan KBM (5%). Dengan demikian terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Togetherdi kelas VII-2 SMP Negeri 3 Tanjung Pura T.A. 2015/2016. Kata kunci: Numbered Heads Together, kerajaan Hindu 294

2 Berdasarkan pengalaman peneliti untuk pengolahan pembelajaran, peneliti memang cenderung monoton dengan menerapkan metode ceramah selama pembelajaran. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa seperti yang terjadi di kelas VII- 2 SMP Negeri 3 Tanjung Pura. Dari hasil ulangan harian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa hanya 22 dari 34 siswa yang mendapat nilai di atas KKM. Hal ini menunjukkan hasil belajar yang masih rendah karena hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan belajar di kelas VII-2 SMP Negeri 3 Tanjung Pura. Sehingga peneliti mencoba menganalisis penyebab rendahnya hasil belajar ini. Dari hasil analisis yang telah peneliti lakukan, diperoleh bahwa metode pembelajaran yang selama ini peneliti terapkan memiliki beberapa kelemahan, diantaranya siswa menjadi pasif dan cenderung hanya menerima informasi dari guru, hasil belajar siswa rendah, dan aktivitas belajar siswa rendah. Selain itu guru juga jarang menggunakan media selama mengajar dan jarang memberi motivasi kepada siswa sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Kurangnya minat siswa bertanya pada teman dan kepada guru selama KBM sehingga aktivitas siswa rendah selama KBM. Sebagian siswa juga sering ribut pada saat pembelajaran yang menyebabkan proses pembelajaran berlangsung kurang efektif. Salah satu upaya yang peneliti lakukan untuk menyelesaikan berbagai masalah di atas ialah dengan melakukan penelitian tindakan kelas untuk mata pelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Penerapan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan aktvitas belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VII-2 SMP Negeri 3 Tanjung Pura. NHT adalah salah satu teknik dari model pembelajaran kooperatif. Teknik belajar mengajar kepala bernomor (Number Head) dikembangkan oleh Spencer Kagen (Lie, 2004). Teknik Ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertim bangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik. Kooperatif tipe NHT digunakan untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran yang diajarkan. Guru menciptakan interaksi yang mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri dan ingin maju. Guru memberikan suatu informasi yang mendasar saja sebagai dasar pemikiran bagi anak didik dalam mencari dan menemukan sendiri informasi lainnya. METODE Penelitian ini dilakukan di kelas SMP Negeri 3 Tanjung Pura, Jln. Terusan Desa Lalang No. 148, kecamatan Tanjung Pura, kabupaten Langkat dan pelaksanaannya pada bulan Maret sampai dengan Juli tahun pelajaran 2015/2016. Pokok bahasan yang diterapkan selama pengambilan 295

3 data tersebut ádalah Masa Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia. Pengambilan data dilaksanakan dalam empat pertemuan yang terbagi dalam dua siklus. Subjek penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak satu kelas yaitu kelas VII-2 SMP Negeri 3 Tanjung Pura. Banyak subjek penelitian yakni 34 orang siswa. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah soal tes hasil belajar dan lembar observasi aktivitas belajar siswa. Tes hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada tingkat kognitif, lembar observasi aktivitas untuk mengetahui aktivitas belajar siswa (afektif). Tes hasil belajar ini berjumlah 10 soal bentuknya pilihan berganda dengan 4 option. Tes hasil belajar yang memiliki kasifikasi dan tingkat kesukarannya berbeda. Tes hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan akhir siswa. Setelah kegiatan belajar mengajar dilaksanakan (Siklus I), maka dilakukan tes hasil belajar disebut Formatif I dengan jumlah 5 soal. Akhir KBM pada Siklus II, dilakukan tes hasil belajar terakhir atau disebut Formatif II dengan jumlah 5 soal, dan soalnya diambil dari soal pretes sesuai dengan materi Pembelajaran. Untuk melihat keberhasilan penelitian tindakan kelas ini, maka digunakan KKM mata pelajaran IPS di kelas VII-2 untuk penilaian kognitif, dikatakan berhasil jika 85% siswa secara klasikal mendapat hasil ulangan di atas KKM yang ditentukan. Sedangkan untuk aktivitas belajar siswa menurunnya aktivitas individual (menulis,membaca), aktivitas yang tidak relevan dengan KBM, dan semakin meningkatnya aktivitas mengerjakan LKS, bertanya pada teman, bertanya pada guru. HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian yang diperoleh berupa data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan tujuan meningkatkkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, peneliti melakukan pretes kepada siswa. Hal ini untuk melihat kemampuan siswa sebelum menerima pembelajaran yang nantinya akan dibandingkan dengan hasil formatif setelah siswa memperoleh pengalaman belajar dengan menerapkan model pembelajaran NHT. Uji pretes dilakukan sebelum dilaksanakan siklus I dengan memberi soal yang mencakup seluruh indikator pembelajaran. Adapun data hasil uji pretes siswa yakni nilai rata-rata yang diperoleh 36,92 dengan tak seorang siswa pun mencapai nilai KKM. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa siswa memang belum dapat mempelajari sendiri konsep materi tersebut karena memang masih dalam tingkat dasar sementara materi uji memang belum diajarkan pada siswa. Minat dan rasa ingin tau siswa terhadap materi yang akan dipelajari juga rendah. 296

4 Siklus I Perencanaan Siklus pertama diawali dengan perencanaan meliputi analisis permasalahan, rumusan masalah, metode pemecahan, pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1 dan 2), pembuatan LKS 1 dan 2, pembuatan lembar observasi, pembuatan instrumen tes formatif I. Pelaksanaan Pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan (KBM). KBM pertama dilaksanakan dalam 2 x 40. Tiap KBM dilaksanakan sesuai RPP dengan menerapkan model pembelajaran NHT. Siswa dibagi dalam 6 (enam) kelompok yang disusun secara heterogen oleh guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan pemungutan data observasi aktivitas belajar dan dokumentasi penelitian. Observasi Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas dilakukan pada saat siswa bekerja dalam kelompok diskusi. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap kegiatan belajar mengajar (KBM). Setelah dua KBM dilalui, maka siswa diberi tes formatif I. Soal formatif I berjumlah 5 soal yang diambil dari indikator yang telah diajarkan untuk 2 KBM. Tabel 1. Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I Aktivitas Skor Persentase Menulis, membaca 62 34% Mengerjakan LKS 48 27% Bertanya pada teman 25 14% Bertanya pada guru 18 10% Yang tidak relevan dengan 27 15% KBM Jumlah % Tabel 2. Deskripsi Data Formatif I Nilai Frekuensi Rata-rata , Jumlah 34 Refleksi Merujuk pada aktivitas dan dokumentasi penelitian, belum tercapainya hasil belajar siswa pada ketuntasan klasikal disebabkan oleh : 1. Siswa masih enggan untuk berkomunikasi dan mengerjakan LKS bersama-sama. Bahkan beberapa siswa masih tidak peduli pada saat kegiatan diskusi. Hal ini dapat dilihat pada data aktivitas belajar siswa di mana aktivitas menulis/ membaca mendominasi (34%) dan tingginya aktivitas yang tidak relevan dengan KBM (15%). 2. Guru kurang merata dalam membimbing kelompok. Guru hanya terfokus pada kelompok 297

5 siswa yang paling tidak kondusif sehingga ada kelompok yang terabaikan. 3. Guru kurang dalam memotivasi siswa, hal ini mempengaruhi minat belajar siswa. Kurangnya motivasi menyebabkan rasa ingin tau siswa terhadap pembelajaran rendah yang mengakibatkan siswa kurang fokus atau sepele terhadap pembelajaran yang dilakukan. 4. Guru belum menjelaskan tahapan belajar sehingga siswa tampak binggung dan tidak mau tau pada saat KBM dilaksanakan. Setelah melakukan refleksi maka peneliti melakukan diskusi dengan teman sejawat. Hal ini dilakukan untuk menemukan tindakan perbaikan yang akan peneliti lakukan untuk pelaksanaan siklus II. Adapun tindakan perbaikan yang akan peneliti lakukan yakni: 1. Guru menjelaskan tahapan pembelajaran kepada siswa sebelum masuk pada kegiatan inti sesuai dengan sintaks model pembelajaran Numbered Heads Together. Guru juga menjelaskan fungsi dan manfaat belajar dalam kelompok dan bagaimana seharusnya siswa dalam belajar kelompok. 2. Guru memotivasi siswa dengan mengaitkkan materi ajar dengan kegiatan siswa sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk membangkitkkan rasa ingin tau siswa. 3. Guru melakukan pengawasan secara menyeluruh, dengan menetapkan hukuman bagi siswa yang tidak fokus serta melakukan tindakan-tindakan yang tidak relevan dengan KBM. Hal ini juga akan mempengaruhi nilai kelompok sehingga setiap kelompok bertanggung jawab atas aktivitas anggotanya. Semakin kondusif dan fokus anggota kelompoknya maka semakin baik penilaian terhadap kelompok tersebut. Siklus II Perencanaan Siklus kedua ini semua kegiatan tetap sama seperti pada siklus I, hanya saja materi yang disampaikan berbeda dan dilakukan perbaikan kelemahan kelemahan pada siklus I. Perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1. Guru menjelaskan tahapan pembelajaran kepada siswa sebelum masuk pada kegiatan inti sesuai dengan sintaks model pembelajaran Numbered Heads Together. Guru juga menjelaskan fungsi dan manfaat belajar dalam kelompok dan bagaimana seharusnya siswa dalam belajar kelompok. Hal ini dilakukan untuk membangun sikap kooperatif antar siswa dalam kelompok. 2. Guru memotivasi siswa dengan mengaitkkan materi ajar dengan kegiatan siswa sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk membangkitkkan rasa ingin tau siswa. 3. Guru melakukan pengawasan secara menyeluruh, dengan menetapkan hukuman bagi siswa yang tidak fokus serta melakukan tindakan-tindakan yang tidak relevan dengan KBM. Kegiatan diawali dengan perencanaan meliputi menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 3 dan 4), LKS 3 dan 4, lembar 298

6 observasi aktivitas, dan soal tes formatif II. Seperangkat instrumen-instrumen tersebut disusun dalam diskusi peneliti bersama pembimbing dan pendamping penelitian beserta guru sejawat sebelum pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan Pembelajaran siklus II dilaksanakan sama dengan siklus I dengan mempertimbangkan tindakan perbaikan yang direncanakan dalam dua kali pertemuan (KBM). Tiap KBM dilaksanakan sesuai RPP dengan menerapkan model pembelajaran NHT. Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan pemungutan data observasi aktivitas belajar dan dokumentasi penelitian. Selesai pembelajaran dilakukan tes hasil belajar. Observasi Data hasil observasi siklus II terjadi perubahan aktivitas belajar siswa dibandingkan siklus I karena perubahan yang terjadi cukup signifikan. Tabel 3. Deskripsi Data Formatif II Nilai Frekuensi Rata-rata ,31 Jumlah 34 Tabel 4. Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II Aktivitas Skor Persentase Menulis, membaca 37 23% Mengerjakan LKS 61 38% Bertanya pada teman 31 19% Bertanya pada guru 23 14% Yang tidak relevan dengan 8 5% KBM Jumlah % Refleksi Dari hasil observasi pada sikuls II tingkat kelulusan secara klasikal telah mencapai 87,5%. Hal ini menun-jukkan indikator penelitian telah mencapai keberhasilan. Sampai akhir siklus II telah terlihat perubahan aktivitas siswa yang lebih baik dibandingkan siklus I. Aktivitas menulis dan membaca mengalami penurunan dari 34% menjadi 23%. Aktivitas mengerjakan LKS naik dari 27% menjadi 38%. Sementara aktivitas bertanya pada teman mengalami peningkatan dari 14% menjadi 19%. Bertanya pada guru mengalami peningkatan dari 10% menjadi 14%. Dan aktivitas tidak relevan menyusut dari 15% menjadi 5%. Pembahasan Penelitian dilakukan dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 KBM. Setiap KBM peneliti meneliti aktivitas belajar siswa pada saat bekerja dalam kelompok yang dilakukan oleh 2 orang pengamat. 299

7 Dari setiap siklusnya diperoleh data aktivitas sebagai berikut: (1) Aktivitas membaca dan menulis mengalami penurunan dari 34% menjadi 23%. Hal ini baik karena menunjukkan siswa lebih kooperatif dan lebih mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran di sekolah. (2) Aktivitas mengerjakan LKS mengalami peningkatan dari 27% menjadi 38%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa lebih terampil dalam berdiskusi. Siswa menjadi lebih aktif dalam bekerja kelompok dan lebih fokus. Oleh karena itu peningkatan aktivitas ini menunjukkan perbaikan pada proses pembelajaran IPS. (3) Aktivitas bertanya pada teman mengalami peningkatan dari 14% menjadi 19%. Hal ini menunjukkan siswa semakin terbuka dan saling tolong menolong satu dengan yang lainnya atau mengindikasikan sikap kooperatif siswa meningkat dan ini dinilai baik. (4) Aktivitas bertanya pada guru mengalami peningkatan dari 10% menjadi 14%. Hal ini menunjukkan siswa sudah berani bertanya pada gurunya dan berani mengajukan pendapat. (5) Aktivitas yang tidak relevan dengan KBM mengalami penurunan dari 15% menjadi 5% yang menunjukkan siswa semakin aktif dan melakukan diskusi atau mengikuti tahapan belajar yang telah ditentukan. Secara keseluruhan menyusutnya aktivitas ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPS membaik. Selain data aktivitas belajar siswa data lain yang diperoleh yakni data hasil belajar siswa. Berdasarkan data persiklus, terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I diperoleh rata-rata nilai siswa 68,46. Rata-rata nilai siswa ini masih belum di atas KKM mata pelajaran IPS yang ditentukan yakni 70. Walaupun demikian 15 orang mendapat nilai di atas 70 sehingga kentutasan klasikal mencapai 44%. Karena ketuntasan klasikal yang diharapkan masih di bawah 85%, maka dapat dikatakan siklus I masih gagal. Sedangkan pada siklus II, diperoleh rata-rata nilai siswa 82,31. Rata-rata nilai siswa ini sudah melewati KKM mata pelajaran IPS yang ditentukan, 29 orang mendapat nilai di atas 70 sehingga ketuntasan klasikal mencapai 85,3% dan karena sudah mencapai ketuntasan klasikal yang diharapkan maka dapat dikatakan siklus II berhasil. Terjadinya kegagalan pada siklus I disebabkan oleh beberapa hal. Berdasarkan refleksi yang peneliti lakukan adapun hal yang mempengaruhi kegagalan siklus I antara lain: 1. Siswa masih enggan untuk berkomunikasi dan mengerjakan LKS bersama-sama. Bahkan beberapa siswa masih tidak peduli pada saat kegiatan diskusi. Hal ini dapat dilihat pada data aktivitas belajar siswa di mana aktivitas menulis/ membaca mendominasi (34%) dan tingginya aktivitas yang tidak relevan dengan KBM (15%). 2. Guru belum menjelaskan tahapan belajar sehingga siswa tampak binggung dan tidak mau tau pada saat KBM dilaksanakan. 3. Guru kurang dalam memotivasi siswa, hal ini mempengaruhi minat 300

8 belajar siswa. Kurangnya motivasi menyebabkan rasa ingin tau siswa terhadap pembelajaran rendah yang mengakibatkan siswa kurang fokus atau sepele terhadap pembelajaran yang dilakukan. 4. Guru kurang merata dalam membimbing kelompok. Guru hanya terfokus pada kelompok siswa yang paling tidak kondusif sehingga ada kelompok yang terabaikan. Setelah melakukan refleksi maka peneliti melakukan diskusi dengan teman sejawat. Hal ini dilakukan untuk menemukan tindakan perbaikan yang akan peneliti lakukan untuk pelaksanaan siklus II. Adapun tindakan perbaikan yang akan peneliti lakukan yakni: 1. Guru menjelaskan tahapan pembelajaran kepada siswa sebelum masuk pada kegiatan inti sesuai dengan sintaks model pembelajaran Numbered Heads Together. Guru juga menjelaskan fungsi dan manfaat belajar dalam kelompok dan bagaimana seharusnya siswa dalam belajar kelompok. Hal ini dilakukan untuk membangun sikap kooperatif antar siswa dalam kelompok. 2. Guru memotivasi siswa dengan mengaitkkan materi ajar dengan kegiatan siswa sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk membangkitkkan rasa ingin tau siswa. 3. Guru melakukan pengawasan secara menyeluruh, dengan menetapkan hukuman bagi siswa yang tidak fokus serta melakukan tindakan-tindakan yang tidak relevan dengan KBM. Hal ini juga akan mempengaruhi nilai kelompok sehingga setiap kelompok bertanggung jawab atas aktivitas anggotanya. Semakin kondusif dan fokus anggota kelompoknya maka semakin baik penilaian terhadap kelompok tersebut. Setelah menerapkan tindakan perbaikan maka siklus II berhasil meningkatkan aktivitas maupun hasil belajar siswa. Dengan demikian hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan sesuai dengan harapan peneliti. SIMPULAN Kegiatan belajar mengajar pada siklus I dan II maka diperoleh data-data hasil belajar siswa dan aktivitas belajar siswa. Data tersebut antara lain: formatif I, formatif II, aktivitas belajar siswa yang kemudian dianalisis sehingga dapat disimpulkan: 1. Hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam mata pelajaran IPS pada siklus I menunjukkan 15 siswa tuntas dengan kelas tidak tuntas dan pada Siklus II menunjukkan 29 siswa tuntas dengan kelas tuntas. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar siswa di kelas VII-2 SMP Negeri 3 Tanjung Pura Tahun Pelajaran 2015/ Analisis data rata-rata aktivitas siswa menurut kedua pengamat pada siklus I antara lain menulis dan membaca (34%), bekerja (27%), bertanya sesama teman (14%), bertanya kepada guru (10%), dan yang tidak relevan dengan KBM (15%). Sedangkan rata-rata aktivitas siswa menurut 301

9 kedua pengamat pada Siklus II antara lain menulis dan membaca (23%), bekerja (38%), bertanya sesama teman (19%), bertanya kepada guru (14%), dan yang tidak relevan dengan KBM (5%). Dengan demikian terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together yang berpusat pada siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas mengerjakan LKS dan penurunan aktivitas membaca/ menulis serta aktivitas yang tidak relevan dengan KBM. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Z Penelitian Tindakan Kelas Untuk : Guru, Bandung: Yrama Widya. Pakpahan, R., dkk IPS untuk SMP/MTs Kelas VII, Jakarta: PT. Grasindo. Sanjaya, B., 2010, IPS Untuk SMP dan MTs Kelas VII, Jakata: Epsilon Grup. Sardiman Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 302