ii

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ii"

Transkripsi

1

2 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Sebagai Unit Organisasi/Badan yang baru, Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) memulai untuk menyusun dan menerapkan sistem pengelolaan kinerja sehingga kinerja BPIW dapat diukur atas dasar penilaian indikator-indikator keberhasilan pencapaian sasaran-sasaran baik sasaran strategis, sasaran program, maupun sasaran kegiatan sebagaimana telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) antara Kepala BPIW dengan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada tahun Pelaporan Kinerja BPIW Tahun 2015 merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi BPIW pada Tahun Anggaran 2015 dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran baik sasaran strategis, sasaran program, maupun sasaran kegiatan BPIW yang tercermin dalam capaian indikator-indikator kinerja utama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang menjadi tanggung jawab BPIW. Kinerja tersebut juga merupakan realisasi dari Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun anggaran 2015 yang mengacu kepada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PUPR dan Renstra BPIW Tahun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini disusun secara sistematis agar dapat memberikan gambaran yang jelas, obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pimpinan dan publik tentang kinerja BPIW baik keberhasilan yang telah dicapai maupun kendala yang dihadapi selama Tahun Anggaran LAKIP BPIW tahun 2015 ini akan dievaluasi oleh Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian PUPR serta evaluator eksternal. Selanjutnya, hasil evaluasi iv

5 tersebut digunakan sebagai bahan untuk LAKIP Kementerian PUPR Tahun Pada tahun 2014, hasil evalusi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian PUPR memperoleh nilai 73,35 (kategori B+/Sangat Baik), yang kemudian diperbaharui dengan surat dari Kemen PAN dan RB dari hasil evaluasi dengan menggunakan Lembar Kerja Evaluasi (LKE) baru menjadi 68 (Kategori B/Baik). Hal ini menunjukkan bahwa akuntabilitas kinerja Kementerian PUPR perlu lebih ditingkatkan untuk mencapai lebih dari tahun BPIW sebagai sebuah Badan yang baru, pada tahun 2015 ini memulai penilaian LAKIP. Pada tahun 2015 target-target kinerja berhasil dicapai oleh BPIW dengan baik meskipun sebenarnya beberapa capaian masih dapat dicapai lebih baik lagi dengan beberapa catatan. Keberhasilan yang dicapai tidak terlepas dari hasil kerja keras dan upaya optimal seluruh jajaran BPIW serta karunia Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu selaku pimpinan BPIW kami mengucapkan selamat, disertai ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada segenap jajaran BPIW atas keberhasilan yang telah dicapai dalam pelaksanaan tugas yang dipercayakan kepada BPIW. Harapan ke depan BPIW dapat menjaga momentum capaian yang sudah baik untuk dipertahankan, ditingkatkan, dan yang belum baik untuk disempurnakan guna meraih hasil kerja yang maksimal. Dalam rangka mewujudkan harapan tersebut, BPIW akan terus melakukan penataan dalam aspek-aspek strategis organisasi melalui upaya penataan SDM, penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis, serta penerapan dan pengembangan indikator-indikator kinerja utama di lingkungan BPIW yang dilakukan secara konsisten. v

6 LAKIP tahun anggaran 2015 ini disampaikan sebagai bentuk akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi kepada Menteri PUPR dengan harapan dapat bermanfaat sebagai kelengkapan bahan dalam perumusan kebijakan serta pemanfaatan informasi kinerja bagi BPIW dan Kementerian PUPR pada khususnya serta menjadi sumber informasi untuk dapat dimanfaatkan bagi masyarakat pada umumnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Rahmat-Nya bagi keberhasilan dalam melaksanakan peran strategis, tugas, fungsi, dan tanggung jawab pada tahun- tahun berikutnya. Jakarta, Januari 2016 Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah A. Hermanto Dardak vi

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix RINGKASAN EKSEKUTIF... xvi BAB 1 Pendahuluan LATAR BELAKANG TUGAS DAN FUNGSI BPIW STRUKTUR ORGANISASI BPIW PERMASALAHAN (STRATEGIC ISSUED)... 8 BAB 2 Perencanaan Kinerja URAIAN SINGKAT PERENCANAAN STRATEGIS RENCANA TARGET TAHUN 2015 DI RENSTRA BPIW PERJANJIAN KINERJA BPIW TAHUN METODE PENGUKURAN KINERJA BAB 3 Kapasitas Organisasi SUMBER DAYA MANUSIA SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG PENDANAAN BAB 4 Akuntabilitas Kinerja CAPAIAN KINERJA ORGANISASI REALISASI ANGGARAN BAB 5 Penutup PERMASALAHAN TINDAK LANJUT vii

8 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Target Renstra Kementerian PUPR Tahun Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Tabel 2.3 Scorecard / Kartu Kinerja Indikator Utama 1 BPIW Tabel 2.4 Scorecard / Kartu Kinerja Indikator Utama 2 BPIW Tabel 2.5 Scorecard / Kartu Kinerja Indikator Utama 3 BPIW Tabel 2.6 Scorecard / Kartu Kinerja Indikator Utama 4 BPIW Tabel 2.7 Scorecard / Kartu Kinerja Indikator Utama 5 BPIW Tabel 2.8 Cara Pengukuran atas Indikator Utama Sasaran Strategis 1 BPIW Tabel 2.9 Cara Pengukuran atas Indikator Utama 1 Sasaran Strategis 2 BPIW Tabel 2.10 Cara Pengukuran atas Indikator Utama 2 Sasaran Strategis 2 BPIW Tabel 2.11 Detil Cara Pengukuran atas Indikator Utama 2 Sasaran Strategis 2 BPIW 48 Tabel 3.1 Hasil analisis kebutuhan SDM Tabel 3.2 Rincian Pendanaan per Kegiatan per Tahun Tabel 4.1 Realisasi Sasaran Strategis BPIW Tabel 4.2 Sandingan Output Renstra Kementerian PUPR BPIW dengan RPJMN. 150 Tabel 4.3 Rencana Triwulan Kinerja BPIW Tabel 4.4 Realisasi Anggaran BPIW viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Struktur Organisasi Badan Pengembangan Infrastruktur Wiayah... 6 Gambar 1.2 Flow Proses Bisnis Badan Pengembangan Infrastruktur Wiayah... 7 Gambar 2.1 Buku Renstra PUPR dan Renstra BPIW Gambar 2.2 Peta Strategi Kementerian PUPR Tahun Gambar 2.3 Peta Strategi Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Gambar 2.4 Keterkaitan strategi perencanaan strategis dengan perencanaan SDM Gambar 2.5 Rencaan Pengelolaan SDM BPI Gambar 2.6 Tingkatan Indikator Kinerja Utama Gambar 3.1 Jumlah Pegawai Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Gambar 3.2 Jumlah PNS Berdasarkan Golongan Gambar 3.3 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Diagram Anggaran Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Tahun Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan Tebing Tinggi Dumai - Pekanbaru Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pusat PertumbuhanSedang Berkembang Sabang-Banda Aceh-Langsa Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam-Tanjung Pinang Gambar 4.4 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga Padang - Bengkulu Gambar 4.5 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Jambi-Palembang- Bangka Belitung Gambar 4.6 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Terpadu Merak-Bakauheni-Bandar Lampung- Palembang-Tanjung Api-api Gambar 4.7 Gambar 4.8 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Terpadu Jakarta-Bogor-Ciawi- Sukabumi Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan terpadu Jakarta Bandung Cirebon - Semarang Gambar 4.9 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Tanjung Lesung-Sukabumi- Pangandaran-Cilacap Gambar 4.10 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Terpadu Yogyakarta-Solo-Semarang Pusat Gambar 4.11 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Terpadu Semarang-Surabaya Gambar 4.12 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Yogyakarta Parigi Blitasr - Malang Gambar 4.13 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Terpadu Malang-Surabaya-Bangkalan ix

10 Gambar 4.14 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Surabaya-Pasuruan-Bayuwangi Gambar 4.15 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Gilimanuk-Denpasar-Padangbay Gambar 4.16 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Lombok Gambar 4.17 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Sumbawa Gambar 4.18 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Baru Waingapu-Komodo-Labuan Bajo-Ende Gambar 4.19 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pertumbuhan Baru Kupang - Atambua Gambar 4.20 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ketapang Pontianak Singkawang Sambas Gambar 4.21 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pertumbuhan Baru Temajuk Sebatik Gambar 4.22 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Palangkaraya Banjarmasin Batulicin Gambar 4.23 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan Samarinda Maloy Gambar 4.24 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Manado Bitung Amurang Lolak - Kotamobagu Gambar 4.25 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Gorontalo Bolaan Mongondow Gambar 4.26 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pertumbuhan Baru Palu Banggai Gambar 4.27 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pertumbuhan Baru Mamuju Mamasa Toraja Kendari Buton Wakatobi Gambar 4.28 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Makassar Pare-Pare Mamuju Gambar 4.29 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ternate Sofifi Morotai Gambar 4.30 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon Masohi Gambar 4.31 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Sorong-Manokwari Gambar 4.32 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Manokwari Bintuni Gambar 4.33 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Nabire Enarotali (Ilaga Timika) Wamena Gambar 4.34 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Jayapura Merauke Gambar 4.35 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pulau Terluar x

11 Gambar 4.36 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai- Pekanbaru Gambar 4.37 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Sabang-Banda Aceh-Langsa Gambar 4.38 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam-Tanjung Pinang Gambar 4.39 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga-Padang-Bengkulu Gambar 4.40 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Jambi-Palembang-Bangka Belitung Gambar 4.41 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Terpadu Merak Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang-Tanjung Api-api Gambar 4.42 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Terpadu Jakarta-Bogor-Ciawi- Sukabumi Gambar 4.43 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta-Bandung-Cirebon-Semarang Gambar 4.44 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Tanjung Lesung-Sukabumi-Pangandaran-Cilacap Gambar 4.45 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Terpadu Yogyakarta-Solo-Semarang Pusat Gambar 4.46 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Semarang-Surabaya Gambar 4.47 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Yogyakarta-Prigi-Blitar-Malang 104 Gambar 4.48 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Malang-Surabaya-Bangkalan Gambar 4.49 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Surabaya-Pasuruan-Bayuwangi Gambar 4.50 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Gilimanuk-Denpasar-Padangbay Gambar 4.51 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Lombok Gambar 4.52 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Sumbawa Gambar 4.53 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Kupang-Atambua Gambar 4.54 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Baru Waingapu-Komodo-Labuan Bajo Gambar 4.55 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ketapang-Pontianak-Singkawang- Sambas Gambar 4.56 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Temajuk Sebatik xi

12 Gambar 4.57 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Palangkaraya-Banjarmasin- Batulicin Gambar 4.58 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan-samarinda-Maloy Gambar 4.59 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Manado-Bitung-Amurang-Lolak- Kotamobagu Gambar 4.60 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pertumbuhan Baru Palu-Banggai Gambar 4.61 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Gorontalo Bolaang Mongondow Gambar 4.62 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pertumbuhan Baru Mamuju-Mamasa-Toraja-Kendari-Buton-Wakatobi Gambar 4.63 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Makassar-Pare-pare-Mamuju Gambar 4.64 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ternate-Sofifi-Morotai Gambar 4.65 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon-Masohi Gambar 4.66 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Sorong-Manokwari Gambar 4.67 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Baru Manokwari-Bintuni Gambar 4.68 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Baru Nabire-Enarotali-(Ilagi-Timika)-Wamena Gambar 4.69 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Baru Jayapura-Merauke Gambar 4.70 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pulau Terluar Gambar 4.71 Kawasan di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru Gambar 4.72 Pengukuran Keterpaduan Pengembangan Kawasan Megapolitan Mebidangro Gambar 4.73 Pengukuran Keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan - Tebing Tinggi - Dumai - Pekanbaru Gambar 4.74 Pengukuran Keterpaduan Pengembangan di Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sabang-Banda Aceh-Langsa Gambar 4.75 Pengukuran Keterpaduan di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam- Tanjung Pinang Gambar 4.76 Pengukuran Keterpaduan di WPS Pertumbuhan Terpadu Metro Medan - Tebing Tinggi - Dumai - Pekanbaru Gambar 4.77 Pengukuran Keterpaduan di WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Jambi-Palembang-Bangka Belitung Gambar 4.78 Pengukuran Keterpaduan di WPS Pertumbuhan Terpadu Merak- Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang-Tanjung Api-api xii

13 Gambar 4.79 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Terpadu Jakarta-Bogor-Ciawi- Sukabumi Gambar 4.80 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta-Bandung-Cirebon-Semarang Gambar 4.81 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Tanjung Lesung-Sukabumi-Pangandaran-Cilacap Gambar 4.82 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Terpadu Yogyakarta Solo Semarang Pusat Gambar 4.83 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Semarang-Surabaya Gambar 4.84 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Yogyakarta Prigi Blitar - Malang Gambar 4.85 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Malang-Surabaya-Bangkalan Gambar 4.86 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi Gambar 4.87 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Gilimanuk-Denpasar-Padangbay Gambar 4.88 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Lombok Gambar 4.89 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Sumbawa Gambar 4.90 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pertumbuhan Baru Waingapu-Komodo-Labuan Bajo-Ende Gambar 4.91 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pertumbuhan Baru Kupang-Atambua Gambar 4.92 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ketapang-Pontianak-Singkawang-Sambas Gambar 4.93 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Temajuk Sebatik Gambar 4.94 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Palangkaraya Banjarmasin-Batulicin Gambar 4.95 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan-Samarinda-Maloy Gambar 4.96 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Manado-Bitung-Amurang-Lolak- Kotamobagu Gambar 4.97 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Gorontalo-Bolaang Mongondow Gambar 4.98 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pertumbuhan Baru Palu-Banggai Gambar 4.99 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pertumbuhan Baru Mamuju-Mamasa-Toraja-Kendari-Buton-Wakatobi Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Makassar-Pare-pare-Mamuju xiii

14 Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ternate-Sofifi-Morotai Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon-Masohi Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Sorong-Manokwari Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Manokwari - Bintuni Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Nabire-Enarotali-(Ilaga-Timika)-Wamena Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Jayapura - Merauke Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Terluar Gambar Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun ini dengan target Jangka Menengah untuk Sasaran Strategis Gambar Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun ini dengan target Jangka Menengah untuk Sasaran Strategis Gambar Intermediate Outcome pada setiap Indikator Gambar Intermediate Outcome pada Indikator Gambar Intermediate Outcome pada Indikator xiv

15 xv

16 RINGKASAN EKSEKUTIF LAKIP BPIW Tahun 2015 ini disusun secara sistematis dengan harapan dapat memberikan gambaran yang jelas, obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pimpinan dan publik tentang kinerja BPIW mengenai keberhasilan yang telah dicapai maupun kendala yang dihadapi selama Tahun Anggaran BPIW sebagai salah satu badan baru, mempunyai peran yang strategis (sangat penting) dalam menterpadukan pembangunan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah antar sektor, antar daerah dan antar pemerintahan dalam rangka mengurangi disparitas dan meningkatkan daya saing yang menjadi kepentingan nasional. Peran Strategis yang diemban BPIW terebut, antara lain adalah dalam: 1. Keterpaduan perencanaan pembangunan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah dalam rangka mengurangi disparitas pembangunan pada Kawasan Indonesia bagian Timur dan Kawasan Indonesia bagian Barat serta meningkatkan daya saing nasional; 2. Keterpaduan dan kesikronan program baik kewenangan pusat maupun daerah serta antar sektor; 3. Pengendalian keterpaduan melalui monitoring dan evaluasi dengan diserta penerapan reward dan punishment bagi keterpaduan infrastruktur bidang PUPR antar sektor, antar daerah dan antar pemerintahan. Lebih dari itu, BPIW juga harus mampu berperan untuk menterpadukan pembangunan dengan sektor lain yang memerlukan dukungan fungsi pengembangan bidang PUPR baik akses jalan, air bersih, drainase, pengendali daya rusak air, layanan jaringan irigasi, sanitasi layak, penanganan limbah xvi

17 maupun penyediaan perumahan melalui instrumen keterpaduan perencanaan, keterpaduan dan kesinkronan program serta pengendalian keterpaduan pelaksanaan baik pemerintah pusat maupun daerah sehingga dapat memberikan kontribusi peningkatan dalam PDB guna menopang pembangunan wilayah nasional. Pelaksanaan peran yang strategis tersebut perlu mempertimbangkan aspek aspek strategis organisasi, dalam perencanaan kinerja agar dapat maksimal dalam melaksanakannya, yaitu meliputi aspek sosial ekonomi, aspek kelembagaan, aspek Sumber daya manusia (SDM), aspek regulasi, aspek pendanaan serta aspek sarana dan prasarana pendukung. Aspek sosial ekonomi sebagai faktor eksternal yang sangat mempengaruhi keberhasilan keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah perlu menjadi pertimbangan pengambilan kebijakan terutama permasalahan-permasalahan utama yang juga menjadi isu-isu strategis seperti berikut di bawah ini : 1. Kepadatan penduduk di Pulau Jawa-Bali merupakan yang tertinggi dengan kepadatan rata-rata diatas 500 Jiwa/Km 2 ; 2. Secara spasial, wilayah dengan proporsi penduduk miskin yang tinggi terdapat di wilayah Papua dan Nusa Tenggara (diatas 30%) sementara terendah di Kalimantan (dibawah 10%); 3. Distribusi ekonomi wilayah Jawa dan Bali mendominasi hingga mencapi 58,8% terhadap nasional, Sumatera 23%, dan Kalimantan 9,3% sisanya kurang dari 10%; 4. Belum efektifnya pemanfaatan Rencana Tata Ruang sebagai basis pembangunan wilayah; 5. Kesenjangan antara wilayah perkotaan dan perdesaan yang tinggi dengan indikasi hampir seluruh fasilitas terakumulasi di kawasan perkotaan, sehingga cenderung menimbulkan arus urbanisasi. xvii

18 Aspek SDM yang juga sangat penting dalam konteks memampukan BPIW menjalankan peran strategis BPIW untuk berhasil atau gagal mencapai kinerja yang telah ditargetkan, melalui dukungan SDM yang kompeten. Aspek kelembagaan yang juga tidak kalah pentingnya bagi keberhasilan atau kegagalan capaian kinerja BPIW. Yang mengacu kepada konteks kelembagaan internal maupun eksternal. Aspek Pendanaan merupakann aspek yang sangat penting dan selalu masuk dalam Permasalahan utama yang muncul setiap tahun anggaran. Pemenuhan kebutuhan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur hingga tahun 2019 yang terbatas sangat memerlukan terobosan skema dan sumber pendanaan yang jelas selain dari APBN dan APBD. Aspek regulasi juga sangat penting sebagai aspek strategis BPIW dalam rangka pencapaian kinerja yang melampaui target sasaran-sasaran Renstra BPIW dan Kementerian PUPR. Masih banyak gap peraturan perundang-undangan baik level Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, hingga yang terkecil dalam bentuk Pedoman, Kriteria, Petunjuk Pelaksanaan, Petunjuk Teknis, Standar Prosedur maupun Instruksi Kerja yang sangat dibutuhkan untuk merealisasikan target-target BPIW. Selanjutnya adalah aspek sarana prasarana pendukung yang sangat penting dalam menjalankan tugas, fungsi dan peran BPIW terutama teknologi informasi real time currency, peralatan operasional dan peralatan kantor penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi, bangunan serta pendukung mobilitasi para pegawai BPIW dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Visi BPIW adalah: Terwujudnya keterpaduan perencanaan, pemrograman dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR dengan pengembangan xviii

19 wilayah antarsektor, antardaerah, dan antarpemerintahan. Sedangkan untuk mewujudkan visi tersebut diwujudkan melalui Misi BPIW sebaagai berikut: 1. Memadukan perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur bidang PUPR dengan pengembangan wilayah antar sektor, antar daerah, dan antar pemerintahan; 2. Memadukan pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang PUPR dengan pengembangan wilayah antar sektor, antar daerah, dan antar pemerintahan; dan 3. Meningkatkan tatakelola sumberdaya organisasi BPIW untuk mendukung fungsi manajemen meliputi perencanaan terpadu, pengorganisasian yang efisien, pelaksanaan yang tepat dan pengawasan yang ketat. Tujuan Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah secara umum adalah sebagai berikut: 1. Memadukan infrastruktur PUPR guna mendukung pengembangan sektorsektor ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi, mendukung konektivitas dalam rangka meningkatkan produktivitas, efisiensi dan pelayanan sistem logistik nasional, mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip infrastruktur untuk semua, serta membangun dari pinggiran untuk keseimbangan pembangunan antar daerah tertutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan dan kawasan perdesaan dalam rangka NKRI. Indikasi keberhasilannya dicerminkan dengan tercapainya sasaran strategis Memadukan pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah untuk memacu pertumbuhan wilayah. Indikasi keberhasilannya dicerminkan dengan tercapainya sasaran strategis 2. xix

20 Dari stakeholder perspective, customer perspective, internal process perspective serta Learning and Growth Perspective yang tertuang di dalam peta strategi pada Renstra BPIW dihasilkan sasaran-sasaran-sasaran utama BPIW yang terstruktur secara hirarki, sehingga memudahkan BPIW untuk mengukur dari level terkecil hingga level tertinggi yaitu organisasi BPIW. Setiap sasasan dan indikator disusun berdasarkan pemenuhan kaidah ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Permen PPN no. 5 tahun 2014 tentang penyusunan renstra dan Permen Keuangan no. 136 tahun 2014 tentang penyusunan Arsitektur Dan Informasi Kinerja Kementerian/ Lembaga serta Permen PAN dan RB no. 53 tahun 2014 tentang penyusunan LAKIP, dan setiap sasaran unit kerja diturunkan ke dalam Sasaran kinerja individu yang mengikuti kaidah UU no 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan Permen PAN dan RB no 53 tahun 2014 tentang penyusunan LAKIP, Permen PAN dan RB no 12 tahun 2015 tentang evaluasi SAKIP serta perka BKN yang terkait mengatur operasionalisasi terkait pelaksanaan Sasaran Kerja Pegawai. Strategi-strategi untuk mengimplementasikan arah kebijakan-kebijakan keterpaduan dirangkum dalam satu program Pengembangan Infrastruktur Wilayah, yang meliputi kegiatan: 1. Kegiatan Dukungan Manajemen Pengembangan Infrastruktur Wilayah; 2. Kegiatan Perencanaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 3. Kegiatan Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 4. Kegiatan Pengembangan Kawasan Strategis Perdesaan;dan 5. Kegiatan Pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan. Setiap kegiatan unit eselon 2 tersebut berkontribusi langsung kepada Program BPIW. Setiap kegiatan unit eselon 2 tersebut mempunyai output dan xx

21 intermediate outcome yang berkontribusi langsung kepada Outcome BPIW. Sedangkan untuk aspek SDM sebagai dukungan manajemen, perencanaannya dijabarkan didalam kerangka kelembagaan Renstra BPIW. Pengukuran Kinerja merupakan proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran strategis dan tujuan yang telah ditetapkan dalam Renstra. Proses ini dilakukan dengan menilai pencapaian target setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran strategis. Pengukuran kinerja dilakukan dengan mengacu pada dokumen Perencanaan kinerja dan anggaran, dan Dokumen Perjanjian Kinerja masing-masing organisasi/unit kerja. Konsep manajemen kinerja BPIW yang menggunakan pendekatan 4 perspektif serta reviu secara berkala dan evaluasi pada dasarnya sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan RB) Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Reviu Atas Pelaporan Kinerja. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa Sasaran Strategis (SS), Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Perjanjian Kinerja (PK) dengan menggunakan pendekatan 4 perspektif serta evaluasi dan reviu berkala sebangun dengan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja sebagaimana tertuang dalam dokumen PK dan RKT dalam konsep Permenpan RB Nomor 53 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Teknis. Setiap indikator memiliki scorecard/kartu kinerja yang di dalamnya memuat informasi deskripsi sasaran, sasaran pengukuran, cara pengukuran, target, periode pengukuran, asumsi, dan sumber data sehingga bagaimana pengukuran setiap indikator menjadi jelas. xxi

22 Kapasitas organisasi merupakan pondasi kerangka kelembagaan yang memampukan BPIW untuk mengeksekusi kebijakan dan strategik serta rencana kerja tahun Kerangka kelembagaan BPIW merupakan perangkat BPIW yang meliputi seluruh elemen organisasi; struktur organisasi, ketatalaksanaan, dan pengelolaan aparatur sipil negara yang didayagunakan untuk pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran serta strategi, kebijakan, program dan kegiatan BPIW sesuai dengan tugas dan fungsi BPIW yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan Renstra Kementerian PUPR. Peran Strategis BPIW utamanya memerlukan dukungan SDM dan sarana dan prasarana bagi Peningkatan kapasitas organisasi dalam mewujudkan sistem perencanaan dan pemrograman yang berkualitas, pelaksanaan kegiatan yang optimal, dan responsibilitas evaluasi keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah, peningkatan budaya BPIW yang berkinerja tinggi dan berintegritas, peningkatan pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik serta pelayanan publik. Dalam melaksanakan sasaran sebagaimana tersebut diatas, BPIW didukung dengan pendanaan sebesar Rp dengan realisasi sebesar Rp (69,97%). Gaji dan tunjangan yang masih ditanggung oleh Sekretariat Jenderal dan pemindahan pembayaran gaji juga baru terlaksana pada bulan September 2015 sehingga meyebabkan gaji yang baru terserap sebesar 5,6 M dari alokasi sebesar 38,9 M. Terdapat dana cadangan yang tidak bisa terpakai karena sudah melewati batas akhir untuk mengajukan usulan pemanfaatan dana cadangan pada bulan April Pertanggungjawaban akuntabilitas (capaian kinerja) baik keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan kewenangan yang sudah menjadi tugas dan fungsi BPIW akan dievaluasi oleh Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR. xxii

23 Informasi Capaian Kinerja BPIW Tahun Anggaran 2015 sebagai kelengkapan bahan dalam perumusan kebijakan serta pemanfaatan informasi kinerja bagi BPIW khususnya dan Kementerian PUPR serta menjadi sumber informasi untuk dapat dimanfaatkan bagi masyarakat pada umumnya, yaitu sebagai berikut: Target perencanaan tahun 2015 untuk tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman adalah 80 %, sedangkan capaian kinerjanya adalah 80,3 %. Capaian 80,3 % ini merupakan agregard dari seluruh hasil penilaian dari 35 WPS dan antarwps. Target tahun 2015 untuk keterpaduan Infrastruktur PUPR di dalam kawasan adalah 78 %, dengan capaian kinerjanya adalah 78,68%. Adapun target keterpaduan Infrastruktur PUPR antar kawasan adalah 78%, dengan capaian kinerjanya adalah 78,44%. Selanjutnya target keterpaduan Infrastruktur PUPR antar WPS adalah 76 %, dengan capaian kinerjanya adalah 76,38%. Periode Pengukurannya adalah setiap tahun, dengan pendekatan Lag. Sedangkan Sumber Data pengukuran adalah data dari masing-masing Kawasan Strategis pada 35 WPS yang diterpadukan (dari Kementerian PUPR dan Pemerintah Daerah). Sementara asumsinya adalah ketersediaan data eksiting infrastruktur bidang PUPR dan Pemerintah daerah yang telah terbangun lengkap dari semua direktorat jenderal sektor di bawah Kementerian PUPR serta data progress tahun berjalan, data hasil monitoring dan evaluasi kesesuaian kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu serta pelaksanaan rekomendasi perbaikan pelaksanaan keterpaduan. Demikian juga realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan target jangka menengah dalam dokumen Renstra BPIW dapat dilihat di LAKIP ini. Pengungkit keberhasilan pencapaian kinerja BPIW antara lain: 1. Perencanaan, pemrograman dan monitoring evluasi serta pemberian rekomendasi perbaikan pelaksanaan keterpaduan pembangunan xxiii

24 infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah berada di bawah kewenangan Kementerian PUPR melalui BPIW; 2. Kementerian PUPR merupakan penanggung jawab backbone pada setiap kawasan/ wilayah (baik jalan maupun sungai); 3. Perencanaan pengembangan wilayah yang aplikatif dan diprogramkan untuk dilaksnakan sangat diperlukan; 4. Sektor lain (Kementerian/Lembaga lain) mulai terbuka untuk menyampaikan dukungan yang diperlukan serta kooperatif untuk berkoordinasi. Kendala/Permasalahan dalam pencapaian kinerja BPIW adalah: 1. Sulitnya mendapatkan data baik data rencana, program maupun kemajuan pelaksanaan pembangunan infrastruktur dari daerah, karena belum adanya data informasi satu pintu; 2. Belum adanya legalitas mekanisme koordinasi kolaborasi dan sinkronisasi secara berkala dengan semua pemangku kepentingan (pihak yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur PUPR); 3. Kurangnya intensitas pertemuan koordinasi intens dengan pemerintah daerah yang terkait, serta kurang intensitasnya pemantauan pada tiap pelaksanaan komponen keterpaduan baik perencanaan, pemrograman dan pelaksanaan. Tindak lanjut pencapaian kinerja BPIW ke depan antara lain: 1. Membuat mekanisme sekaligus data dengan pemda; 2. Melegalkan koordinasi mekanisme kolaborasi dan sinkronisasi secara berkala dengan semua pemangku kepentingan; 3. Meningkatkan intensitas pertemuan koordinasi dengan pelaksanaan; 4. Meningkatkan kualitas-kualitas intensitas momen pada tiap komponen keterpaduan. xxiv

25 Efisiensi bagi BPIW berbasiskan kepada outcome atau hasil daripada hanya keluaran/output. Untuk itu, BPIW mengelola kinerja dengan memunculkan intermediate outcome pada level eselon 2 agar BPIW dapat lebih efisien dalam mengidentifikasi capaian outcome pada level eselon 1. Sehingga dapat diketahui apakah outcome masih jauh untuk dicapai atau sudah dapat tercapai serta dapat diketahui segera pada unit kerja eselon 2 mana yang bermasalah. Capaian khusus aspek SDM: 1. Pemetaan kebutuhan jumlah, kualitas, komposisi dan distribusi Pegawai sesuai dengan kebutuhan riil organisasi; 2. Telah dimulai pelaksanaan analisis jabatan serta penghitungan beban kerja; 3. Telah dimulai perencanaan pengembangan kualitas SDM; 4. Telah dimulai penyusunan kompetensi jabatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi; 5. Telah dimulai peningkatan kompetensi pegawai untuk menduduki suatu jabatan masih kurang; 6. Telah dimulai penjabaran kinerja pegawai secara langsung dari visi, misi, tujuan dan sasasaran organisasi; 7. Telah dimulai penilaian kinerja secara transparan dan obyektif; 8. Telah menyusun sistem manajemen kinerja yang dikaitkan dengan kinerja pegawai. Permasalahan khusus aspek SDM: 1. Jumlah, kualitas, komposisi dan distribusi pegawai belum sesuai dengan kebutuhan riil organisasi; 2. Penentuan jumlah, komposisi dan distribusi belum sepenuhnya melalui analisis jabatan serta distribusi yang menggunakan penghitungan beban kerja; xxv

26 3. Jabatan yang dibutuhkan belum mencerminkan kebutuhan untuk mencapai tujuan organisasi; 4. Pegawai yang berkualitas atau kompeten untuk menduduki suatu jabatan masih kurang; 5. Mutasi pegawai (promosi, rotasi dan demosi) belum berdasarkan pola karier; 6. Kinerja pegawai belum sepenuhnya dijabarkan langsung dari misi organisasi; 7. Kinerja pegawai belum digunakan sebagai instrumen utama dalam pemberian reward and punishment termasuk untuk promosi, rotasi dan demosi pegawai; 8. Peningkatan kesejahteraan pegawai belum dapat dikaitkan dengan kinerja individu dan kinerja orgaisasi. Tindak lanjut khusus aspek SDM : 1. Perencanaan jumlah, kualitas, komposisi dan distribusi pegawai yang sesuai dengan kebutuhan riil organisasi; 2. Penentuan jumlah, komposisi dan distribusi melalui analisis jabatan serta distribusi yang sepenuhnya menggunakan penghitungan beban kerja; 3. Perencanaan pengembangan kualitas SDM; 4. Penetapan jabatan yang dibutuhkan mencerminkan kebutuhan mencapai tujuan organisasi; 5. Peningkatan pegawai yang berkualitas atau kompeten untuk menduduki suatu jabatan; 6. Mutasi pegawai (promosi, rotasi dan demosi) yang berdasarkan pola karir; 7. Kinerja pegawai dijabarkan langsung dari misi organisasi; 8. Penilaian kinerja dilakukan secara transparan dan obyektif; 9. Penilaian kinerja pegawai sebagai bahan diagnosis dalam upaya peningkatan kinerja organisasi; xxvi

27 10. Kinerja pegawai digunakan sebagai instrumen utama dalam pemberian reward and punishment termasuk untuk promosi, rotasi dan demosi pegawai. 11. Peningkatan kesejahteraan pegawai dikaitkan dengan kinerja individu dan kinerja orgaisasi Melalui LAKIP BPIW Tahun 2015 ini diharapkan dapat menjadi bahan perbaikan kinerja kegiatan untuk tahun selanjutnya sesuai dengan tujuan dan sasaran Renstra Tahun xxvii

28 xxviii

29 1

30 BAB 1 Pendahuluan Pertanggungjawaban atas kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi BPIW dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran baik sasaran strategis, sasaran program, maupun sasaran kegiatan BPIW pada Tahun Anggaran 2015 yang tercermin dalam capaian indikator-indikator kinerja utama Kementerian PUPR Tahun 2015 yang menjadi tanggung jawab BPIW serta merupakan realisasi dari Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun Anggaran 2015 yang mengacu kepada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PUPR dan Renstra BPIW Tahun diwujudkan dalam bentuk Pelaporan Kinerja BPIW Tahun 2015 (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah/LAKIP). LAKIP ini disusun secara sistematis agar dapat memberikan gambaran yang jelas, obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pimpinan dan publik tentang kinerja BPIW baik keberhasilan yang telah dicapai maupun kendala yang dihadapi selama Tahun Anggaran Sebagai sebuah Badan yang baru, BPIW harus memulai melaksanakan mandat tugas pokok, fungsi dan peran strategisnya, mendayagunakan dengan bijak aspek-aspek strategis organisasi serta mampu memberikan solusi terhadap isu-isu strategis/permasalahan utama. 2

31 1.1 LATAR BELAKANG BPIW adalah salah satu badan baru yang mempunyai peran yang strategis (sangat penting) dalam memadukan pembangunan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah antar sektor, antar daerah dan antar pemerintahan dalam rangka mengurangi disparitas dan meningkatkan daya saing yang menjadi kepentingan nasional. Peran strategis yang diemban BPIW terebut, antara lain adalah dalam: 1. Keterpaduan perencanaan pembangunan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah dalam rangka mengurangi disparitas pembangunan pada Kawasan Indonesia bagian Timur dan Kawasan Indonesia bagian Barat serta meningkatkan daya saing nasional; 2. Keterpaduan dan kesinkronan program baik kewenangan pusat maupun daerah serta antar sektor; 3. Pengendalian keterpaduan melalui monitoring dan evaluasi dengan disertai penerapan reward dan punishment bagi keterpaduan infrastruktur bidang PUPR antar sektor, antar daerah dan antar pemerintahan. Peran tersebut memiliki kontribusi yang siginifikan dalam pencapaian peningkatan pertumbuhan ekonomi pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) maupun antar WPS terutama dalam menggerakkan pertumbuhan melalui keterpaduan perencanaan, keterpaduan dan kesinkronan program serta keterpaduan pelaksanaan pembanguan infrastruktur bidang PUPR yang diarahkan terutama untuk peningkatan pertumbuhan pada Wilayah dan kontribusi pada PDB nasional dalam negeri serta meningkatkan daya saing infrastruktur Indonesia dalam Era Globalisasi baik regional maupun internasional 3

32 sehingga mampu membuka peluang bagi perdagangan dan industri dalam negeri menjadi semakin kreatif dan berkembang untuk mampu bersaing di tingkat internasional sekaligus meningkatkan ekspor produk hilir (bukan bahan mentah). Lebih dari itu, BPIW juga harus mampu berperan untuk memadukan pembangunan dengan sektor lain yang memerlukan dukungan fungsi pengembangan bidang PUPR baik akses jalan, air bersih, drainase, pengendali daya rusak air maupun layanan jaringan irigasi melalui instrumen keterpaduan perencanaan, keterpaduan dan kesinkronan program dan pengendalian keterpaduan pelaksanaan baik pemerintah pusat maupun daerah yang juga dapat memberikan kontribusi dalam PDB guna menopang pembangunan wilayah nasional. Pelaksanaan peran yang strategis tersebut perlu mempertimbangan aspek aspek strategis organisasi, agar dapat maksimal menjalankannya. 1.2 TUGAS DAN FUNGSI BPIW Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan strategi keterpaduan antara pengembangan kawasan dengan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Dalam melaksanakan tugas tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1021, BPIW menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 4

33 a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat; b. Penyusunan strategi keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat; c. Pelaksanaan sinkronisasi program antara pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat; d. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penyelenggaraan keterpaduan rencana dan sinkronisasi program antara pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat; e. Pelaksanaan administrasi Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah; dan Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. 1.3 STRUKTUR ORGANISASI BPIW Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, BPIW didukung oleh 1 (satu) sekretariat dan empat (4) pusat serta didukung oleh kelompok jabatan fungsional, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015, dimana tiap-tiap Pusat dan Sekretariat didalam BPIW memiliki tugas pokok dan fungsi spesifik yang menunjang baik secara langsung maupun tidak langsung pencapaian kinerja flow process business BPIW dan keterkaitan dengan masing-masing unit kerja eselon 2, maupun dengan unit kerja eselon 1 lainnya adalah sebagai berikut: 5

34 Gambar 1.1 Struktur Organisasi Badan Pengembangan Infrastruktur Wiayah 6

35 HUBUNGAN KETERPADUAN PERENCANAAN, SINKRONISASI PROGRAM DAN KETERPADUAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAA INFRATRUKTUR PUPR DENGAN PENGEMABNGAN WILAYAH MENTERI PUPR SEKRETARIAT JENDERAL INSPEKTORAT JENDERAL 1 EVALUASI DAMPAK MANFAAT DAN KINERJA 2 PERENCANAAN STRATEGIS 3 PERENCANAAN PENGEMBANGAN 4 SINKRONISASI PROGRAM 5 KOORDINASI - MONITORING JKETERPADUAN INFRASRTRUKTUR PUPR DENGAN PENGEMBANGAN 6a PEMBINAAN (KONSULTANSI TEKNIS) PERENCANAAN STRATEGIS, PERENCANAAN PENGEMBANGAN 6b PEMBINAAN (KONSULTANSI TEKNIS) SINKRONISASI KA BPIW DITJEN SDA DITJEN BINA MARGA DITJEN CIPTA KARYA DITJEN PENYEDIAAN PERUMAHAN DITJEN PEMBIAYAAN PERUMAHAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BADAN PENGEMBANGAN SDM SEKRETARIAT BADAN 6b PEMBINAAN (KONSULTASI) TEKNIS SINKRONISASI PROGRAM 6b 6b 6b 6b 6b PUSAT PERENCANAAN INFRASTRUKTUR PUPR 2&3 2&3 PUSAT PEMROGRAMAN DAN EVALUASI KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PUPR PUSATVPENGEMBANG AN KAWASAN STRATEGIS PEMBINAAN (KONSULTASI) TEKNIS PERENCANAAN STRATEGIS, PERENCANAAN PENGEMBANGAN PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN EVALUASI DAMPAK DAN MANFAAT KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN 4 6a KOORDINASI - MONITORING PELAKSANAAN KETERPADUAN INFRASRTRUKTUR PUPR DENGAN PENGEMBANGAN WILAYAH 2& &3 4 2&3 2&3 2&3 2&3 2& Gambar 1.2 Flow Proses Bisnis Badan Pengembangan Infrastruktur Wiayah 7

36 Aspek-aspek strategis yang dipertimbangkan di dalam perencanaan kinerja adalah meliputi aspek sosial ekonomi, aspek kelembagaan, aspek SDM, aspek regulasi, aspek pendanaan dan aspek sarana dan prasarana pendukung. 1.4 PERMASALAHAN (STRATEGIC ISSUED) Pengembangan wilayah merupakan strategi memanfaatkan dan mengkombinasikan faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya teknologi. Sementara, faktor eksternal dapat berupa peluang dan ancaman yang muncul seiring dengan interaksinya dengan wilayah lain. Konsep pengembangan wilayah dapat memberikan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pengembangan wilayah memberikan kemudahan prasarana dan pelayanan logistik serta menciptakan pusat-pusat produksi. Sedangkan dalam konteks jangka panjang, pengembangan wilayah dapat mendorong pemanfaatan potensi sumber daya alam dan potensi pengembangan lokal. Lebih lanjut, pengembangan wilayah mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial, termasuk pengentasan kemiskinan, serta upaya mengatasi kendala pembangunan di daerah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Potensi dan keunggulan kawasan dapat memberikan nilai tambah dan kapasitas produksi unggulan di kawasan. Pemberdayaan masyarakat, yang berpotensi mendorong akselerasi investasi industri melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dengan kawasan penyangga, dapat lebih memperoleh dukungan. Selama ini, masyarakat petani, nelayan, peternak, 8

37 pengrajin kesulitan memasarkan produknya. Selain itu, kuantitas produk mereka masih relatif rendah. Isu strategis Nasional pengentasan kemiskinan dan rendahnya laju pertumbuhan ekonomi yang diakibatkan oleh dikotomi dan disparitas antara Kawasan Barat Indonesi (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI) merupakan kendala yang masih harus dihadapi dalam mewujudkan targettarget nasional. Salah satu penyebabnya adalah intervensi pemerintah dalam pembangunan infrastruktur pemenuhan kebutuhan dasar dan jaringan transportasi lebih besar di Kawasan Barat Indonesia (Jawa, Sumatera, dan Bali) dibandingkan Kawasan Timur Indonesia. Akibatnya, disparitas pembangunan infrastruktur sangat besar. Kontribusi Kawasan Barat Indonesia terhadap PDB nasional lebih besar dari pada Kawasan Timur Indonesia yang kaya sumber daya alam, laut, dan mineral. Selain itu, penyelengaraan pembangunan infrastruktur PUPR juga menghadapi beberapa tantangan terutama dalam menyeimbangkan pertumbuhan dan pembangunan. Pembangunan infrastruktur memiliki kontribusi yang besar dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat, mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, dan daya saing global. Dalam hal ini, pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat (PUPR) memiliki kontribusi besar dalam pembangunan wilayah karena menjadi tulang punggung (back bone) dari suatu wilayah. Oleh karena itu, aktualisasi dari pembangunan infrastruktur PUPR harus menjadi pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan selalu memperhatikan daya dukung dan daya tampung agar hasil pembangunan dapat dimanfaatkan oleh generasi sekarang dan diwariskan pada generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan menjadi dasar kerangka keterpaduan pembangunan infrastruktur bidang PUPR dengan pengembangan wilayah. 9

38 Pembangunan infrastruktur bidang PUPR perlu diarahkan untuk mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi wilayah dan bersinergi dengan kelestarian lingkungan. Pembangunan infrastruktur merupakan pemicu terciptanya pusatpusat pertumbuhan baru. Kota-kota atau pusat permukiman baru dapat menjadi penyeimbang pertumbuhan ekonomi wilayah dan mengurangi disparitas antar wilayah. Selain itu, pembangunan infrastruktur diarahkan untuk mengurangi laju urbanisasi, meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar dan kesejahteraan masyarakat dalam wilayah, serta menjaga stabilitas dan kesatuan nasional. Untuk dapat memenuhi hal tersebut, pembangunan bidang PUPR harus berlandaskan pada pendekatan pengembangan wilayah secara terpadu oleh seluruh sektor. Komponen penting dari keterpaduan tersebut adalah adanya sinergitas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang juga melibatkan badan usaha dan masyarakat. Sinergi tersebut juga perlu mengacu kepada aktivitas ekonomi, sosial, keberlanjutan lingkungan hidup, potensi wilayah dan kearifan lokal, dan rencana tata ruang wilayah, atau dengan kata lain pembangunan wilayah. Meskipun keterpaduan sektor-sektor di bawah Kementerian PUPR maupun di luar Kementerian PUPR telah tertuang dalam Rencana-rencana Strategis sebelumnya, tetapi perencanaan belum terpadu terhadap pengembangan wilayah. Parameter penyaringan program masih didasarkan pada kriteria kesiapan pembangunan masing-masing sektor. Selain itu, penganggarannya pun masih dengan kriteria sektor. Perencanaan, pemrograman, dan penganggaran pembangunan belum spesifik kepada keterpaduan pembangunan infrastruktur bidang PUPR dengan pengembangan wilayah antarsektor, antardaerah, dan antarpemerintahan. Konsekuensinya, capaian secara spesifik belum dapat disajikan. Kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur PUPR sebelumnya masih belum terpadu dengan pengembangan wilayah yang memperhatikan rencana tata ruang. 10

39 Pengukuran kinerja keterpaduan Infrastruktur bidang PUPR dengan pengembangan wilayah pada kawasan-kawasan yang menjadi katalis pertumbuhan dari 35 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) akan mulai dilakukan di tahun 2015 untuk menentukan dasar pengukuran kinerja secara berkala setiap tahun. Permasalahan-permasalahan utama terkait pengukuran kinerja BPIW di kelompokkan berdasarkan aspek-aspek strategis yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya, diantaranya adalah: A. Permasalahan utama pada aspek Sosial dan Ekonomi : Aspek sosial ekonomi sebagai faktor eksternal yang sangat mempengaruhi keberhasilan keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah perlu diperhatikan serta menjadi pertimbangan pengambilan kebijakan terutama permasalahan-permasalahan utama yang juga menjadi isu-isu strategis sebagai berikut: a. Kepadatan penduduk di Pulau Jawa-Bali merupakan yang tertinggi dengan kepadatan rata-rata diatas 500 Jiwa/Km 2 ; b. Secara spasial, wilayah dengan proporsi penduduk miskin yang tinggi terdapat di wilayah Papua dan Nusa Tenggara (diatas 30%) sementara terendah di Kalimantan (dibawah 10%); c. Distribusi ekonomi wilayah Jawa dan Bali mendominasi hingga mencapi 58,8% terhadap nasional, Sumatera 23%, dan Kalimantan 9,3% sisanya kurang dari 10%; d. Belum efektifnya pemanfaatan Rencana Tata Ruang sebagai basis pembangunan wilayah; e. Kesenjangan antara wilayah perkotaan dan perdesaan yang tinggi dengan indikasi hampir seluruh fasilitas terakumulasi di kawasan perkotaan, sehingga cenderung menimbulkan arus urbanisasi. B. Permasalahan utama pada aspek Sumber Daya Manusia : 11

40 SDM merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam konteks memampukan BPIW untuk berhasil atau gagal mencapai kinerja yang telah ditargetkan. Peran Strategis BPIW yang telah dibahas pada bagian sebelumnya diatas sangat memerlukan dukungan sumber daya manusia yang kompeten. Adapun Permasalahan-permasalahan utama aspek SDM BPIW adalah: 1. Kurangnya jumlah pegawai yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan jabatan (kuantitas); 2. Belum adanya ketetapan standar kompetensi teknis jabatan; 3. Kurangnya kompetensi teknis pegawai-pegawai BPIW yang ada saat ini (kualitas); 4. Kurangnya perencanaan dan pengelolaan pegawai yang berbasis kinerja. C. Permasalahan utama pada aspek Kelembagaan : Aspek kelembagaan adalah aspek yang sangat penting bagi keberhasilan atau kegagalan capaian kinerja BPIW. Dalam hal ini mengacu kepada konteks kelembagaan internal maupun eksternal. Adapun permasalahanpermasalahan utama pada aspek kelembagaan adalah: 1. Belum berjalannya kelembagaan pengelola WPS di daerah sebagai kepanjangan tangan BPIW dalam keterpaduan infrastruktur PUPR; 2. Belum adanya kelembagaan koordinasi antar sektor di luar Kemen PUPR; 3. Kurangnya dukungan kelembagaan lintas sektor, lintas daerah, dan lintas pemerintahan terkait kompleksitas kawasan dari berbagai dimensi baik sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, dan keamanan. D. Permasalahan utama pada aspek Pendanaan: Aspek pendanaan merupakan aspek yang selalu ada dalam permasalahan utama yang muncul setiap tahun anggran. Pemenuhan kebutuhan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur hingga tahun

41 memerlukan terobosan skema dan sumber pendanaan yang jelas selain APBN dan APBD. Permasalahan-permasalahan dalam aspek pendanaan adalah sebagai berikut: 1. Kurangnya pendanaan dan opsi sumber pendanaan; 2. Masih belum optimalnya keterpaduan antarprogram/antarsektor yang berbeda sumber pendanaannya; 3. Minimnya akses serta anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk pembangunan pada kawasan yang baru bertumbuh terutama pada kawasan perbatasan/ terpencil/tertinggal. E. Permasalahan utama pada Aspek Regulasi : Aspek regulasi juga merupakan aspek strategis BPIW dalam rangka pencapaian kinerja melampaui target sasaran-sasaran Renstra BPIW dan Kementerian PUPR. Masih banyak gap peraturan perundang-undangan baik dari Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, hingga yang terkecil baik dalam bentuk Pedoman, Kriteria, Petunjuk Pelaksanaan, Petunjuk Teknis, Standar Prosedur maupun Instruksi Kerja yang dibutuhkan untuk merealisasikan target-target BPIW khususnya dan Kementerian PUPR umumnya adalah sebagai berikut : 1. Masih belum terpadunya dan sinergisnya kebijakan, peraturan, standar dan manual dalam perencanaan, pemrograman dan penganggaran pembangunan infrastruktur bidang PUPR dengan pengembangan wilayah dengan mempertimbangkan aktivitas ekonomi, sosial dan keberlanjutan lingkungan serta kearifan lokal sebagai keunggulan kompetitif; 2. Belum ditetapkanya standar pengelolaan dan pembangunan kawasan baik dalam perencanaan, pemrograman, penganggaran, maupun pelaksanaan pembangunan; 13

42 3. Belum ditetapkannya sistem pendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi kawasan baik industri maupun perdagangan yang berbasis potensi sumber daya kawasan serta pemberdayaan masyarakat; 4. Belum adanya penetapan kawasan yang akan dikembangkan dan dukungan fungsi yang dibutuhkan dikaitkan dengan daya dukung, daya tampung, dan lingkungan fisik pendukung fungsi. F. Permasalahan utama pada aspek sarana dan prasarana pendukung: Permasalahan dalam aspek sarana prasarana pendukung untuk menjalankan tugas, fungsi dan peran BPIW adalah: 1. Kurangnya teknologi informasi real time currency terutama untuk data informasi yang dinamis yang harus disajikan secara dinamis; 2. Kurangnya sarana prasarana operasional dan peralatan kantor penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi, bangunan serta pendukung mobilitasi para pegawai BPIW dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. 14

43 15

44 16

45 17

46 BAB 2 Perencanaan Kinerja 2.1 URAIAN SINGKAT PERENCANAAN STRATEGIS BPIW telah menyusun Rencana Strategis sebagai acuan bagi setiap unit kerja di lingkungan Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah yang selaras dengan Renstra Kementerian PUPR dalam menyusun dokumen perencanaan, pemrograman dan penganggaran, serta evaluasi Rencana Kerja (Renja), Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-KL), dan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) secara berjenjang mulai dari Unit Organisasi Eselon II sampai dengan unit kerja terkecil. Dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BPIW Tahun Anggaran 2015 ini, Rencana Strategis BPIW akan dijadikan acuan sebagai salah satu baseline pengukuran kinerja. Rencana Strategis memuat langkah-langkah perencanaan dalam bentuk Visi, Misi, Tujuan, Sasaran beserta Indikatorya, Kebijakan, Strategi, serta Program dan Kegiatan BPIW. Visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis BPIW merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam rangka mewujudkan visi Kementerian PUPR tahun yang terkait dengan pengembangan infrastruktur wilayah, infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang terpadu dengan 18

47 pengembangan wilayah rinci diperlukan untuk mendukung agenda prioritas nasional dan Kementerian PUPR, antara lain mengurangi disparitas pembangunan wilayah, mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik untuk meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan konektivitas untuk peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan, serta untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara. Gambar 2.1 Buku Renstra PUPR dan Renstra BPIW Adapun Visi BPIW adalah: Terwujudnya keterpaduan perencanaan, pemrograman dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah antarsektor, antardaerah, dan antarpemerintahan. 19

48 Sedangkan untuk mewujudkan visi tersebut diwujudkan melalui Misi BPIW sebaagai berikut: i. Memadukan perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur bidang PUPR dengan pengembangan wilayah antarsektor, antardaerah, dan antarpemerintahan; ii. Memadukan pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang PUPR dengan pengembangan wilayah antarsektor, antardaerah, dan antarpemerintahan; iii. Meningkatkan tatakelola sumberdaya organisasi BPIW untuk mendukung fungsi manajemen meliputi perencanaan terpadu, pengorganisasian yang efisien, pelaksanaan yang tepat dan pengawasan yang ketat. Sesuai mandat Peraturan Pemerintah Nomor 165 Tahun 2014 tentang penataan tugas dan fungsi kabinet kerja, amanat RPJMN tahap ketiga, serta perubahan kondisi lingkungan strategis yang dinamis, tujuan Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah secara umum adalah sebagai berikut: 1. Memadukan perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR guna mendukung pengembangan sektor-sektor ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi, mendukung konektivitas dalam rangka meningkatkan produktivitas, efisiensi dan pelayanan sistem logistik nasional, mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip infrastruktur untuk semua. Indikasi keberhasilannya dicerminkan dengan tercapainya sasaran strategis 1 2. Memadukan pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR dari pinggiran untuk keseimbangan pembangunan antar daerah terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan dan kawasan perdesaaan dalam rangka NKRI. Indikasi keberhasilannya dicerminkan dengan tercapainya sasaran strategis 2. 20

49 Langkah berikutnya adalah memetakan strategi yang telah di rumuskan atas dasar RPJPN, RTRWN, RPJMN , Renstra Kementerian PUPR serta dokumen perancanaan lain diatasnya, dan capaian kinerja Kementerian PUPR hingga tahun dimulainya perencanaan, serta isu-isu strategis dan tantangan hingga Pemetaan strategi Kementerian PUPR dilakukan dengan menggunakan pendekatan 4 perspektif; stakeholder perspective, customer perspective, internal process perspective dan Learning and Growth Perspective. Adapun Peta Stategi Kementerian PUPR tahun adalah sebagai berikut: menjadi jawab bpiw tanggung Gambar 2.2 Peta Strategi Kementerian PUPR Tahun

50 Selaras dengan Kementerian PUPR, BPIW pun menggunakan pendekatan 4 perspektif; stakeholder perspective, customer perspective, internal process perspective dan learning and growth perspective dimana stakeholder dan customer perspective merupakan cerminan harapan stakeholders dan customers terhadap BPIW yang harus dipenuhi; sementara itu internal process perspective mencerminkan bahwa untuk dapat memenuhi harapan stakeholders dan customers, internal process apa yang harus dilaksanakan BPIW. Sedangkan Learning and Growth Perspective mencerminkan bahwa untuk melaksanakan internal process, learning and growth apa yang diperlukan BPIW. Dengan kata lain, tanpa pemenuhan internal process dan learning and growth, harapan stakeholders dan customers terhadap BPIW tidak akan dapat dipenuhi. Selain itu juga diilakukan reviu berkala dan evaluasi terhadap sasaran-sasaran strategis yang digambarkan pada peta strategi BPIW tersebut, dimana pada saat reviu berkala akan dapat diidentifisikasi permasalahannhya, bagaimana implikasinya, serta rencana tindak lanjut apa saja yang menjadi keputusan solusi dari beberapa opsi penyelesaian yang dihasilkan serta unit mana sajakah yang akan bertanggung jawab untuk melaksanakannya, yang terpenting apakah sasaran-sasaran strategis di dalam peta tersebut perlu disesuaikan atau tidak. Sesuai dengan yang tertera pada Rencana Strategis BPIW yang merupakan cerminan dampak dari hasil sasaran-sasaran strategis, goals BPIW adalah meningkatnya keterpaduan pembangunan infrastruktur bidang PUPR untuk keseimbangan pembangunan antardaerah, antarsektor, dan antar tingkat pemerintahan sehingga dapat memenuhi kesejahteraan masyarakat. Adapun sasaran-sasaran strategis yang ingin dicapai oleh BPIW dalam stakeholder perspective, customer perspective, internal process perspective 22

51 serta learning and growth perspective yang tertuang di dalam Renstra BPIW dapat digambarkan pada peta strategi dibawah ini. Harapan Stakeholders dan customer yang harus dipenuhi SS1. Meningkatnya keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR antardaerah, antar sektor dan antar tingkat pemerintahan SC1. Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan SC2. Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan Harapan stakeholders dan customers dapat dipenuhi melalui internal proses : KETERPADUAN PERENCANAAN, IP.1. Meningkatnya keterpaduan perencanaan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis perkotaan dan non perkotaan KETERPADUAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN KETERPADUAN DAN SINKRONISASI PEMROGRAMAN DAN PENGANGGARAN IP.2. Meningkatnya keterpaduan dan kesinkronan pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis perkotaan dan non perkotaan PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN IP4. Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan IP5. Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis non Perkotaan LG1. Meningkatnya SDM BPIW yang kompeten dan berkepribadian Untuk melaksanakan internal proses diperlukan : LG2. Meningkatnya budaya BPIW yang Berkinerja Tinggi dan Berintegritas LG3. Meningkatnya pengelolan regulasi dan layanan hukum, sarana prasarana dan Teknologi informasi bpiw Gambar 2.3 Peta Strategi Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Dari dasar peta strategi BPIW tersebut di atas dihasilkan sasaran-sasaran utama BPIW yang terstruktur secara hirarki, sehingga memudahkan BPIW untuk mengukur dari level terkecil hingga level tertinggi yaitu organisasi BPIW. Sasaran-sasaran dan indikator disusun dengan cara bottom up dan top down, sebagai berikut: 1. Top down berdasarkan tugas dan fungsi unit organisasi dan unit kerja serta sasaran-sasaran strategis yang telah diproyeksikan oleh Kementerian PUPR yang dijabarkan dari visi dan misi Kementerian PUPR dan dari visi, misi, dan tujuan BPIW hingga tahun 2019; 2. Bottom up berdasarkan sasaran-sasaran kegiatan unit kerja eselon 2 yang lebih mengerti kebutuhan untuk mewujudkan sasasaran strategis 23

52 Kementerian PUPR dan BPIW dari tahun 2015 hingga tahun 2019, serta melalui pemetaan dan penstrukturan output dan indikator yang selama ini telah ada untuk disesuaikan; 3. Penyelarasan dari top down dan bottom up dengan mengindahkan benang merah yang saling terkait sampai dengan dihasilkan sasaran kegiatan/output dan indikatornya yang selaras dengan sasaran-sasaran strategis Kementerian PUPR dan BPIW. Setiap sasasan dan indikator disusun berdasarkan pemenuhan kaidah ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Permen PPN no. 5 tahun 2014 tentang penyusunan renstra dan Permen Keuangan no. 136 tahun 2014 tentang penyusunan Arsitektur Dan Informasi Kinerja Lementerian/ Lembaga serta Permen PAN dan RB no. 53 tahun 2014 tentang penyusunana LAKIP. Ada beberapa hal yang memerlukan penyesuaian-penyesuaian untuk mengindahkan ketiga kaidah tersebut. BPIW sebagai Badan yang juga bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan penyusunan Renstra Kementerian PUPR berusaha untuk melaksanakan ketiga kaidah tersebut namun tetap menyesuaikan dengan yang dapat diaplikasikan di lingkungan Kementerian PUPR. Sasaran-sasaran utama BPIW yang telah terstruktur secara hirarki tersebut harus juga dijabarkan ke bawah hingga ke level individu, sehingga memudahkan BPIW untuk mengukur dari level terkecil hingga level tertinggi yaitu organisasi BPIW. Dengan kata lain hasil kinerja setiap individu akan dapat dibedakan satu dengan yang lain berdasarkan kinerjanya. Sasaran Strategis (Outcome) BPIW diturunkan ke dalam intermediate outcome untuk unit kerja eselon 2, sehingga Unit eselon 2 tidak hanya bertanggung jawab terhadap sasaran kegiatan (output) saja, karena pada dasarnya output merupakan tanggung jawab unit eselon 3 ynag diturunkan sub output ke unit 24

53 eselon 4. Adapun intermediate outcome eselon 2 seperti digambarkan dalam gambar berikut ini : SS 1 : Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan INDIKATOR 1 : Tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS TARGET : 80 % CAPAIAN : 80,3 % Meningkatnya keterpaduan perencanaan strategis infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan 30 INDIKATOR 1 : Tingkat keterpaduan perencanaan strategis TARGET : 80 % CAPAIAN :..% OUTPUT 1 :Kebijakan dan strategi keterpaduan pembangunan infrastruktur wilayah bidang PUPR antar sektor/ wilayah OUTPUT 2 :Rencana jangka panjang dan rencana strategis pembangunan infrastruktur terpadu bidang PUPR INDIKATOR 1.1. : Jumlah dokumen rumusan kebijakan dan strategi keterpaduan pembangunan infrastruktur wilayah bidang PUPR antar sektor/ wilayah yang disusun dan difasilitasi INDIKATOR 1.2 : Jumlah pedoman perencanaan dan pengembangan infrastruktur terpadu bidang PUPR yang disusun dan difasilitasi penerapannya INDIKATOR 2 : Jumlah dokumen rencana strategis serta rumusan rencana jangka panjang dan menengah pembangunan infrastruktur bidang PUPR yang disusun dan difasilitasi OUTPUT 4 : Rekomendasi hasil evaluasi INDIKATOR 4 : Jumlah dokumen rekomendasi hasil keterpaduan perencanaan, pemrograman dan analisis kesesuaian dengan kebutuhan pengembangan infrastruktur PUPR dalam pengembangan infrastruktur PUPR kawasan, antar kawasan, antar WPS OUTPUT 5 : Fasilitasi kerjasama regional INDIKATOR 5 : Jumlah fasilitasi kerjasama dan global yang dilaksanakan regional dan global yang dilaksanakan OUTPUT 6 :Rekomendasi hasil analisis dampak dan manfaat keterpaduan pengembangan infrastruktur PUPR INDIKATOR 6 : Jumlah dokumen rekomendasi hasil analisis kesesuaian dengan kebutuhan pengembangan infrastruktur PUPR Meningkatnya keterpaduan perencanaan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan INDIKATOR 2 : Tingkat keterpaduan perencanaan pengembangan kawasan TARGET : 79 % 70 CAPAIAN : % OUTPUT 2 : Rencana keterpaduan pengembangan kawasan perkotaan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat OUTPUT 2 : Rencana keterpaduan pengembangan kawasan strategis dan antar kawasan strategis dengan pembangunan infrastruktur bidang PUPR INDIKATOR 2 : Jumlah dokumen rencana keterpaduan pengembangan kawasan perkotaan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang disusun dan difasilitsi INDIKATOR 2 : Jumlah rencana keterpaduan pengembangan kawasan strategis dan antar kawasan strategis dengan pembangunan infrastruktur bidang PUPR yang disusun dan difasilitasi OUTPUT 1 : Kebijakan teknis keterpaduan pengembangan kawasan perkotaan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat INDIKATOR 1 : Jumlah kebijakan teknis keterpaduan pengembangan kawasan perkotaan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang disusun dan difasilitasi Meningkatnya SDM yang kompeten dan berintegritas INDIKATOR 1 : Prosentase sumber daya manusia yang kompeten dan berintegritas TARGET : 10 % CAPAIAN : 10% OUTPUT 1 : kebijakan teknis keterpaduan pengembangan kawasan strategis dan antar kawasan strategis dengan pembangunan infrastruktur bidang PUPR D U K U N G A N M A N A J E M E N Meningkatnya budaya organisasi yang berkinerja tinggi dan berintegritas INDIKATOR 1 : Persentase pegawai BPIW yan kompeten dan berintegritas INDIKATOR 1.1. : Jumlah pedoman teknis perencanaan dan pemrograman keterpaduan pengembangan kawasan strategis dan antar kawasan strategis dengan pembangunan infrastruktur PUPR yang disusun dan difasilitasi INDIKATOR 1.2. : Jumlah kebijakan teknis keterpaduan pengembangan kawasan strategis dan antar kawasan strategis dengan pembangunan infrastruktur bidang PUPR yang disusun dan difasilitasi Gambar 2.4 Outcome - Intermediate Outcome- Output Perencanaan TARGET : 72.25% CAPAIAN : 72.25% Meningkatnya pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik, serta sarana dan prasarana INDIKATOR 1 : Tingkat pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik, serta sarana dan prasarana TARGET : 80 % CAPAIAN : 80 % Untuk outcome meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan akan dicapai melalui intermediate outcome peningkatan keterpaduan perencanaan strategis infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan serta peningkatan keterpaduan perencanaan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan, dimana setiap intermediate outcome ada unit eselon 2 yang bertanggung jawab. Dengan kata lain eselon 2 dikatakan 25

54 berkinerja jika dapat menunjukkan keberhasilannya melalui indikator intermediate outcome. SS 1: Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan INDIKATOR 2 : Tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman TARGET : 79 % CAPAIAN : 80,27 % Meningkatnya kesinkronan program jangka panjang dan menengah infrastruktur PUPR INDIKATOR 2 : Tingkat sinkronisasi program jangka panjang (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman TARGET : 79 % CAPAIAN: 53,80 % Meningkatnya kesinkronan program jangka pendek dan tahunan infrastruktur PUPR 70 INDIKATOR 2 : Tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman TARGET : 79 % 30 CAPAIAN:.. 91,63 % OUTPUT 5 :Program jangka panjang dan jangka menengah keterpaduan yang telah disinkronisasi OUTPUT 5 : Kinerja pelaksanaan kebijakan dan program keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang PUPR OUTPUT 6 : Layanan data dan informasi keterpaduan antara pengembangan kawasan dan infrastruktur bidang PUPR rakyat OUTPUT 1 : Pedoman teknis sinkronisasi program jangka pendek dan tahunan keterpaduan pembangunan infrastruktur wilayah bidang PUPR OUTPUT 2 : Program tahunan keterpaduan yang telah disinkronisasi untuk 35 WPS OUTPUT 3 : Layanan teknis terkait sinkronisasi program jangka pendek dan tahunan keterpaduan pembangunan infrastruktur wilayah bidang PUPR OUTPUT 4 : Rekomendasi hasil evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan dan program keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang PUPR INDIKATOR 5 : Jumlah dokumen program jangka panjang dan jangka menengah keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang sinkron INDIKATOR 5 : Jumlah dokumen kebijakan keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang PUPR yang dilaksanakan INDIKATOR 6 : Jumlah dokumen data dan informasi keterpaduan antara pengembangan kawasan dan infrastruktur bidang PUPR yang disebarluaskan OUTPUT 4 : Program jangka pendek keterpaduan INDIKATOR 4 : Jumlah rumusan progam yang disinkronkan pengembangan kawasan perkotaan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan INDIKATOR 1 : Jumlah pedoman teknis sinkronisasi program jangka pendek dan tahunan keterpaduan pembangunan infrastruktur wilayah bidang PUPR yang disusun dan difasilitasi INDIKATOR 2 : Jumlah rumusan program tahunan untuk 35 WPS yang sinkron INDIKATOR 3 : Jumlah layanan teknis yang diaplikasikan oleh stakeholders INDIKATOR 4 : Jumlah Rekomendasi hasil evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan dan program keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang PUPR yang susun Meningkatnya SDM yang kompeten dan berintegritas INDIKATOR 1 : Prosentase sumber daya manusia yang kompeten dan berintegritas TARGET : 10 % CAPAIAN : 10% D U K U N G A N M A N A J E M E N Meningkatnya budaya organisasi yang berkinerja tinggi dan berintegritas INDIKATOR 1 : Persentase pegawai BPIW yan kompeten dan berintegritas Gambar 2.5 Outcome - Intermediate Outcome- Output Pemrograman TARGET : 72.25% CAPAIAN : 72.25% Meningkatnya pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik, serta sarana dan prasarana INDIKATOR 1 : Tingkat pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik, serta sarana dan prasarana TARGET : 80 % CAPAIAN : 80 % Untuk outcome meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan akan dicapai melalui intermediate outcome peningkatan kesinkronan program jangka panjang dan menengah infrastruktur PUPR serta peningkatan kesinkronan program jangka pendek dan tahunan infrastruktur PUPR. 26

55 SS 2 : Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dalam kawasan INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar kawasan INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dantar WPS TARGET : 78 % CAPAIAN : 78,68% TARGET : 78% CAPAIAN : 78,44% TARGET : 76% CAPAIAN : 76,38% Meningkatnya SDM yang kompeten dan berintegritas INDIKATOR 1 : Prosentase sumber daya manusia yang kompeten dan berintegritas TARGET : 10 % CAPAIAN : 10% Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dalam Kawasan INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur dalam kawasan TARGET : 78% CAPAIAN : 78,68% Meningkatnya keterpaduan infrastruktur 40 PUPR antar Kawasan INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur antar kawasan Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR antar WPS 20 INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur antar WPS TARGET : 78% CAPAIAN : 78,44% TARGET : 76% CAPAIAN : 76,38% OUTPUT 3 : Layanan data dan informasi keterpaduan pengembangan kawasan perkotaan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat OUTPUT 5 : Area inkubasi pada kawasan perkotaan yang dibangun OUTPUT 6 ; Pedoman teknis, rencana, dan program keterpaduan pengembangan kawasan perkotaan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat OUTPUT 7 : Layanan Teknis keterpaduan pengembangan kawasan perkotaan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat OUTPUT 8 : Rekomendasi hasil evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan dan program keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur bidang PUPR OUTPUT 3 : Layanan data dan informasi keterpaduan pengembangan kawasan perkotaan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat OUTPUT 4 : Area inkubasi pada kawasan strategis yang dibangun OUTPUT 7 : Fasilitasi pencadangan dan pengadaan tanah yang dilaksanakan untuk 35 WPS OUTPUT : Rekomendasi hasil analisis dampak dan manfaat keterpaduan pengembangan infrastruktur PUPR D U K U N G A N M A N A J E M E N OUTPUT : Layanan data dan informasi pengembangan infrastruktur terpadu bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat INDIKATOR 3 : Jumlah layanan data dan informasi INDIKATOR 5.1. : Jumlah dokumen rencana teknis area inkubasi pada kawasan perkotaan yang disususn dan ditetapkan INDIKATOR 5.2. : Jumlah area inkubasi pada kawasan perkotaan yang dibangun INDIKATOR 6 : Jumlah pedoman teknis, rencana, dan program keterpaduan pengembangan kawasan perkotaan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat INDIKATOR 7 :Jumlah Layanan Teknis keterpaduan pengembangan kawasan perkotaan dengan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat INDIKATOR 3 : Jumlah laporan layanan data informasi INDIKATOR 4 : Jumlah rencana teknis area inkubasi pada kawasan strategis yang ditetapkan INDIKATOR 7.1. : Jumlah pencadangan tanah yang difasilitasi INDIKATOR 7.2. : Jumlah pengadaan tanah yan difasilitasi INDIKATOR 7.3. : Jumlah lokasi pengadaan tanah yang dilaksanakan untuk area inkubasi di 35 WPS INDIKATOR OUTPUT : Jumlah dokumen rekomendasi hasil analisis kesesuaian dengan kebutuhan pengembangan infrastruktur PUPR INDIKATOR OUTPUT : Jumlah layanan data informasi Gambar 2.6 Outcome - Intermediate Outcome- Output Pengendalian Keterpaduan 40 Meningkatnya budaya organisasi yang berkinerja tinggi dan berintegritas INDIKATOR 1 : Persentase pegawai BPIW yan kompeten dan berintegritas TARGET : 72.25% CAPAIAN : 72.25% Meningkatnya pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik, serta sarana dan prasarana INDIKATOR 1 : Tingkat pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik, serta sarana dan prasarana TARGET : 80 % CAPAIAN : 80 % Untuk outcome meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan akan dicapai melalui intermediate outcome peningkatan keterpaduan infrastruktur PUPR dalam Kawasan serta peningkatan keterpaduan infrastruktur PUPR antar Kawasan Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR antar WPS. 27

56 Sekretariat Badan sebagai pendukung manajemen maka berperan secara cross cutting mendukung semua outcome yang dicapai melalui intermediate outcome lintas unit kerja eselon 2 yaitu peningkatan SDM BPIW yang kompeten dan berintegritas, peningkatan budaya berkinerja BPIW, peningkatan pelayanan hukun dan regulasi,bmn, dan keuangan, sehingga semua unit kerja eselon 2 terukur intermediate outcome nya. Sasaran kinerja individu yang mengikuti kaidah UU no 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan Permen PAN dan RB no 53 tahun 2014 tentang penyusunan LAKIP, Permen PAN dan RB no 12 tahun 2015 tentang evaluasi SAKIP serta perka BKN yang terkait mengatur operasionalisasi terkait pelaksanaan Sasaran Kerja Pegawai. SKP juga disusun dengan cara bottom up dan top down, sebagai berikut: 1. Top down berdasarkan tugas dan fungsi unit kerja serta sasaran-sasaran kegiatan yang telah jabarkan dari sasaran-sasaran strategis dan sasaransasaran program BPIW, yang kemudian dijabarkan aktivitas-aktivitasnya. 2. Bottom up berdasarkan sasaran-sasaran kegiatan dan aktivitas-aktivitas unit kerja eselon 2 yang telah dijabarkan karena individu pegawai lebih mengerti apa yang harus dikerjakan untuk merealisasaikan aktivitas-aktivitas tersebut, serta melalui pemetaan dan penstrukturan paket pekerjaan yang selama ini telah ada untuk disesuaikan. 3. Penyelarasan dari top down dan bottom up dengan mengindahkan benang merah yang saling terkait sampai dengan dihasilkan sasaran kerja pegawai dan indikatornya yang selaras dengan sasaran kegiatan/output dan indikator dan sasaran-sasaran program dan sasaran-sasaran strategis BPIW. Sebagai langkah awal adalah menjabarkan secara detil rencana tahun 2015 dari rencana lima tahun hasil dari cascading peta strategi BPIW yang telah di rumuskan atas dasar RPJPN, RTRWN, RPJMN , Renstra Kementerian 28

57 PUPR serta dokumen perancanaan lain diatasnya, dan capaian kinerja Kementerian PUPR hingga tahun dimulainya perencanaan, serta isu-isu strategis dan tantangan hingga tahun Arah kebijakan utama pembangunan wilayah Kementerian PUPR mempunyai fokus pada percepatan pemerataan pembangunan antar wilayah yang mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI dengan menjaga momentum pertumbuhan di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Pengembangan kawasan strategis; 2. Pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan; 3. Peningkatan keterkaitan perkotaan dan perdesaan; 4. Pengembangan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; 5. Penanggulangan bencana; 6. Pengembangan tata ruang wilayah nasional; dan 7. Tata kelola pemerintahan dan otonomi daerah. Arah kebijakan pengembangan wilayah tersebut ditujukan untuk mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara kawasan barat Indonesia dan kawasan timur Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu adanya keterpaduan pembangunan baik antar sektor, antar wilayah, antar kawasan, maupun antar pemerintahan. Keterpaduan tersebut meliputi perencanaan pemrograman dan pelaksanaan pembangunan. Strategi-strategi untuk mengimplementasikan arah kebijakan-kebijakan keterpaduan tersebut, dirangkum dalam satu program Pengembangan Infrastruktur Wilayah, yang meliputi kegiatan: 1. Kegiatan Dukungan Manajemen Pengembangan Infrastruktur Wilayah; 29

58 2. Kegiatan Perencanaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 3. Kegiatan Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 4. Kegiatan Pengembangan Kawasan Strategis Perdesaan; dan 5. Kegiatan Pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan. Setiap kegiatan unit eselon 2 tersebut berkontribusi langsung kepada Program BPIW. Setiap kegiatan unit eselon 2 tersebut mempunyai output dan intermediate outcome yang berkontribusi langsung kepada outcome BPIW. Sedangkan untuk aspek SDM yang menjadi bagian dari dukungan manajemen, perencanaannya dijabarkan di dalam kerangka kelembagaan Renstra BPIW. Adapaun keterkaitan antara perencanaan strategis BPIW dengan perencanaan SDM dapat dijelaskan sebagai berikut: PERENCANAAN STRATEGIS ORGANISASI Analisis strategi Menetapkan: Tujuan dibentuknya BPIW Peran strategis organisasi BPIW Mengenali peluang & ancaman Mengetahui sumber-sumber competitive advantage bagi BPIW Penyusunan strategi Mengklarifikasi ekspektasi stakeholders dan metode manajemen untuk mencapainya: nilai, prinsip visi, misi, sasaran serta indikator keberhasilan dan prioritas alokasi sumber daya Implementasi strategi Implementasi proses untuk mencapai hasil yang diharapkan: Tujuan dibentuknya BPIW Peran strategis organisasi BPIW visi, misi, sasaran serta indikator keberhasilan dan prioritas alokasi sumber daya Identifikasi isu-isu yang berkaitan dengan SDM Mendefinisikan strategi, sasaran dan action plan bagi Manajemen SDM Perencanaan SDM Implementasi kebijakan, proses dan praktek-praktek manajemen SDM Gambar 2.7 Keterkaitan strategi perencanaan strategis dengan perencanaan SDM 30

59 Secara detil rencana pengelolaan SDM BPIW adalah: Perkiraan Kebutuhan SDM PERTIMBANGAN: Tuntutan beban target/ beban kerja organisasi Lingkungan strategis Teknologi Pendanaan Penambahan/Moratorium rekrutmen TEKNIK: - Analisa Trend - Proyeksi manajemen - Perencanan/ penganggaran INTERN: Pengembangan BPIW EKSTERN: - Benchmarking Filosofi Audit tenaga manajemen kerja - Perubahan demografis Perencanaan Suksesi - Tingkat pendidikan - Faktor mutase/perpindahan - Kebijakan pemerintah - Tingkat pengangguran - Komposisi (pusat &daerah) Perkiraan Ketersediaan SDM Menyeimbangkan Kebutuhan dan Ketersediaan Kekurangan SDM= Rekrutmen &pengembangan kompetensi pegawai yang yg ada Kelebihan SDM yang kurang kompetehn= Mutasi Gambar 2.8 Rencana Pengelolaan SDM BPIW Perencanaan SDM 2015 dirancang untuk memastikan bahwa kebutuhan tenaga kerja BPIW tahun 2015 yang dapat terpenuhi secara tepat. Detil rencana pengelolaan SDM BPIW tahun 2015 meliputi: 1. Pengadaan pegawai 2. Pemetaan kompetensi pegawai 3. Penempatan dalam jabatan (fungsional, struktural) 4. Pengelolaan kinerja pegawai 5. Pengembangan kompetensi pegawai 6. Penerapan disiplin pegawai 7. Penyiapan ISO untuk layanan kepegawaian 8. Remunerasi 31

60 2.2 RENCANA TARGET TAHUN 2015 DI RENSTRA BPIW Pada Renstra Kementerian PUPR yang menjadi tangung jawab BPIW terdapat 2 (dua) sasaran strategis dan 2 (dua) sasaran program berdasarkan rencana strategis Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Pada sasaran strategis Kementerian PUPR yang pertama, keberhasilannya diukur melalui indikator indeks rasio dukungan infrastruktur PUPR terhadap keterpaduan pengembangan kawasan dengan target pada tahun 2015 sebesar 80%. Sasaran strategis Kementerian PUPR kedua, keberhasilannya diukur melalui indikator tingkat keterpaduan kebijakan, perencanaan, pemrograman terhadap penganggaran pembangunan bidang PUPR dengan target pada tahun 2015 juga sebesar 80%. Sedangkan pada Renstra BPIW sasaran strategis BPIW (yang merupakan sasaran program pada Renstra Kementerian PUPR) meliputi : SS 1: Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan dengan indikator : 1) Tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS 2) Tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman SS 2 : Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan, dengan indikator : 1) Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dalam kawasan 2) Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar kawasan 3) Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar WPS Target Renstra Kementerian PUPR tahun 2015 yang terkait dengan BPIW, dapat dilihat pada tabel berikut: 32

61 Tabel 2.1 Target Renstra Kementerian PUPR Tahun 2015 Kedua sasaran strategis tersebut di jabarkan kedalam sasaran-sasaran program BPIW, yang selanjutnya didalam Renstra BPIW menjadi sasaran-sasaran strategis BPIW yaitu: Yang pertama Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik di perkotaan, kluster industri maupun perdesaan yang keberhasilannya diukur dengan indikator-indikator: tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dalam kawasan dengan target tahun 2015 yaitu 78%, tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar kawasan dengan target tahun 2015 yaitu 78% juga serta tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antarwps dengan target tahun 2015 yaitu 76%. 33

62 Sasaran strategis kedua yaitu Meningkatnya keterpaduan perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik di perkotaan, kluster industri maupun perdesaan yang keberhasilannya diukur dengan indikator-indikator: tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS dengan target tahun 2015 sebesar 80% dan indikator tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman dengan target 79%. Target Renstra tahun 2015 tersebut dijadikan dasar penyusunan Usulan Rencana Kerja 2015 yang kemudian setelah melalui tahapan Pra Konreg, Konreg, Musrenbang, Bilateral Meeting, Trilateral Meeting bersama Bappenas dan Kementerian Keuangan, dilanjutkan dengan Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Kerja Tahunan, penetapan Nota Keuangan yang kemudian ditetapkan oleh DPR sebagai Daftar Isian Pelaksanaan Anggraan (DIPA) tahun PERJANJIAN KINERJA BPIW TAHUN 2015 Perjanjian Kinerja sebagai bagian dari siklus Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur berdasarkan sumber daya yang tersedia. Dalam kinerja yang terukur berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta sumber daya yang tersedia dan tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan sebelumnya, namun mencakup outcome/dampak manfaat/ impact yang dihasilkan dari program dan kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Perjanjian kinerja tersebut menyajikan indikator kinerja utama organisasi pada berbagai tingkatan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 dibawah ini. 34

63 Gambar 2.9 Tingkatan Indikator Kinerja Utama Sebagaimana telah diuraikan pada Bab sebelumnya, Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah memiliki program Pengembangan Infrastruktur Wilayah. Pada tahun 2015, Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah telah menandatangani Perjanjian Kinerja terkait pelaksanaan program dimaksud dengan target sebagaimana pada Tabel 2.2 berikut ini. 35

64 Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah KODE Sasaran Strategis KODE Indikator Kinerja Utam Target -3 Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik di perkotaan, kluster industri maupun perdesaan SP1-* Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dalam kawasan Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar kawasan di dalam WPS Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar WPS 78% 78% 76% SS-4 Meningkatnya keterpaduan perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik di perkotaan, kluster industri maupun perdesaan SP2-* Tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS Tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman 80% 79% Program Pengembangan Infrastruktur Wilayah dilaksanakan dalam rangka mencapai 2 (dua) sasaran program yaitu meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan kawasan strategis baik di perkotaan, kluster industri maupun perdesaan dan meningkatnya keterpaduan perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan kawasan strategis baik di perkotaan, kluster industri maupun perdesaan. Sasaran program pertama dicapai dengan 3 (tiga) indikator keberhasilan yaitu tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dalam kawasan, tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar kawasan di dalam WPS, dan tingkat keterpaduan 36

65 infrasrtruktur PUPR antar WPS. Sedangkan sasaran program kedua dicapai dengan 2 (dua) indikator keberhasilan yaitu tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan, dan antar WPS dan tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) dengan disparitas kebutuhan dengan pemrograman. 2.4 METODE PENGUKURAN KINERJA Pengukuran Kinerja merupakan proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran strategis dan tujuan yang telah ditetapkan dalam Renstra. Proses ini dilakukan dengan menilai pencapaian target setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran strategis. Pengukuran kinerja dilakukan dengan mengacu pada dokumen Perencanaan kinerja dan anggaran, dan Dokumen Perjanjian Kinerja masing-masing organisasi/unit kerja. Penetapan kinerja Tahun Anggaran 2015 BPIW disusun dengan mendasarkan pada sistem pengelolaan kinerja yang menggunakan pendekatan 4 perspektif serta reviu berkala dan evaluasi yang selaras dengan Kementerian PUPR, sehingga kinerja BPIW diukur atas dasar penilaian Indikator Kinerja Sasaran Strategis BPIW (sebagai cerminan pencapaian outcome impact), Indikator Kinerja Sasaran Program BPIW (sebagai cerminan pencapaian outcome BPIW), Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan BPIW (sebagai cerminan pencapaian output), yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian sasaran-sasaran strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam Kontrak Kinerja antara Kepala Badan dengan Menteri PUPR tahun

66 Konsep manajemen kinerja yang menggunakan pendekatan 4 perspektif serta reviu berkala dan evaluasi pada dasarnya sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan RB) Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Reviu Atas Pelaporan Kinerja. Sistem pengelolaan kinerja dilakukan dengan pendekatan 4 perspektif serta evaluasi dan reviu berkala dengan berbicara mengenai Permenpan RB Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Reviu Atas Pelaporan Kinerja. Dengan demikian, hal-hal yang disampaikan dalam LAKIP BPIW 2015 ini, apabila terdapat perbedaan terminologi, pada hakikatnya membicarakan masalah yang sama. Dalam Permenpan Nomor 29 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan Permenpan RB Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknik Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Reviu Atas Pelaporan Kinerja. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa Sasaran Strategis (SS), Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Kontrak Kinerja dengan menggunakan pendekatan 4 perspektif serta evaluasi dan reviu berkala sebangun dengan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja sebagaimana tertuang dalam dokumen PK dan RKT dalam konsep Permenpan RB Nomor 53 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Reviu Atas Pelaporan Kinerja. Dalam konsep dengan menggunakan pendekatan 4 perspektif serta reviu berkala dan evaluasi stakeholder perspective, customer perspective, internal process perspective dan learning and growth perspective dimana stakeholder dan customer perspective merupakan cerminan harapan stakeholders dan customers terhadap BPIW yang harus dipenuhi. Sementara itu internal process perspective mencerminkan bahwa untuk dapat memenuhi harapan 38

67 stakeholders dan customers, internal process apa yang harus dilaksanakan BPIW, sedangkan learning and growth perspective mencerminkan bahwa untuk melaksanakan internal process, learning and growth apa yang diperlukan BPIW: dengan kata lain tanpa pemenuhan internal process dan learning and growth, harapan stakeholders dan customers terhadap BPIW tidak akan dapat dipenuhi. Selain itu juga dilakukan reviu berkala atas capaian sasarn-sasaran strategis serta evaluasi terhadap sasaran-sasaran strategis yang digambarkan pada peta strategi BPIW tersebut, dimana pada saat reviu berkala akan dapat diidentifisikasi dari hasil evaluasinya apa saja permasalahannya, bagaimana implikasinya, serta rencana tindak lanjut apa saja yang menjadi keputusan solusi dari beberapa opsi penyelesaian yang dihasilkan serta unit mana sajakah yang akan bertanggung jawab untuk melaksanakannya, yang terpenting apakah sasaran-sasaran strategis di dalam peta tersebut perlu disesuaikan ataukah tidak. Sasaran Strategis (SS) tersebut kemudian dipetakan dalam suatu Peta Strategi dengan kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan perjalanan strategi organisasi. BPIW akan melaksanakan pemantauan kinerja setiap sasaran baik bulanan, triwulanan maupun semester secara berkala yang mengacu kepada dokumen Rencana Aksi Penetapan Kinerja yang telah disepakati. Penilaian ini dilakukan untuk memonitor, mengukur, serta mengevaluasi pelaksanaan sasaran di tahun 2015 dalam rangka memberikan gambaran keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran di akhir tahun anggaran. Setiap indikator dibuatkan scorecard/kartu kinerja yang memuat informasi nama sasaran, deskripsi sarasan beserta operasionalisasi pencapaiannya, 39

68 sasaran pengukurannya, cara pengukuran, target, periode pengukuran, asumsi, dan sumber data sehingga jelas cara pengukurannya serta asumsi dan sumber datanya sebagai dasar untuk melaksanakan pengukuran saat melakukan reviu secara berkala agar tetap konsisten untuk setiap pengukuran. Hasil pengukuran dicatat dalam strategic report yang menjelaskan IIAA (Issue, Implication, Action Plan and Accountability) artinya menjelaskan permasalahan, implikasi yang ditimbulkan akibat permasalahan tersebut, rencana aksi bagi solusinya serta siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Kedepannya BPIW akan membentuk Strategic Office Management yang akan mengelola kinerja BPIW. Konsep Strategic Office Management adalah bahwa setiap Strategic Officer akan bertanggung jawab mengawal setiap kartu kinerja, yang berarti akan selalu memantau dan memberikan peringatan ketika kinerjanya belum sesuai dengan rencana yang ditetapkan, juga untuk mengingatkan ketika ada permasalahan atau saat solusi atas Permasalahan tersebut belum dilaksanakan. Bukan berarti bahwa keberhasilan atau kegagalan kinerja bagi indikator tersebut menjadi tanggung jawab Strategic Officer tersebut saja, namun merupakan tanggung jawab seluruh tim. Strategic Officer berperan sebagai person in charged saat strategic meeting yang membahas mengenai scorecard/ kartu kinerja tersebut berlangsung untuk menyampaikan segala hal mengenai pengungkit keberhasilan maupun penyebab kegagalan pencapaian kinerja untuk indikator tersebut serta mendokumentasikan hasil reviu atas indikator tersebut. Adapun corecard/kartu kinerja indikator utama BPIW adalah sebagai berikut: 40

69 Tabel 2.3 Scorecard / Kartu Kinerja Indikator Utama 1 BPIW ISS1 Tingkat keterpaduan Infrastruktur PUPR di dalam kawasan SS.1. Meningkatnya Keterpaduan Infrastruktur PUPR dengan Pengembangan Wilayah Penanggung Jawab Sasaran Strategis :.Ka BPIW cq, Kapus 4 Tim :Kapus 1, Kapus 2, Kapus 3 dan Setba Tim Pelaksana: Bidang 1 Pusat 4 Indikator 1: Tingkat keterpaduan Infrastruktur PUPR di dalam kawasan Nama Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Keterpaduan Infrastruktur PUPR dengan Pengembangan Wilayah Deskripsi: Kementerian PUPR menjadikan konsep tiga pilar utama kerangka pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan ekonomi yang berdaya saing, pembangunan sosial yang inklusif, dan pelestarian lingkungan hidup melalui ketepaduan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah antarsektor, antardaerah dan antarpemerintahan sebagai fokus bagi sasaran program dalam Rencana Strategis Kementerian PU , yaitu : 1. Meningkatnya ketepaduan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah antarsektor, antardaerah dan antarpemerintahan 2. Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman dan penganggaran Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah yang menjamin keterpaduan antar sektor, antardaerah, dan antarpemerintahan untuk mengurangi disparitas dan meningkatkan pertumbuhan dengan cara : 1) Menyusun kebijakan, strategi, dan rencana strategis keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah melalui 35 Wilayah Pengembangn Strategis 2) Mensikronkan program pembangunan infrastruktur bidang PUPR dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis; 3) Mengembangkan rencana pengembangan 35 Wilayah Pengembangan Strategis 4) Mengembangkan rencana pengembangan kawasan strategis baik perkotaan maupun non perkotaan 5) Melaksanakan monitoring dan evaluasi dengan menerapkan reward dan punishment secara berkala sebagai bentuk pengendalian 6) Melaksanakan stimulan pengembangan kawasan. Sehingga dengan prinsip keterpaduan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan seluruh masyarakat diberi ruang yang seluasluasnya dalam proses menterpadukan, maupun meningkatkan kualitas hasil keterpaduan pembangunan. Hasil Keterpaduan infrastruktur PUPR dengan Pengembangan Wilayah adalah berkurangnya disparitas dan meningkatnya pertumbuhan kawsan proporsional yang dirasakan oleh masyarakat secara terus menerus, berkelanjutan, dan global untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan Keterpaduan infrastruktur PUPR diperlukan sinergitas dan efisiensi baik dalam proses perencanaan, pemrograman maupun pelaksanaan dan terukurnya dampak keterpaduan. Sasaran Pengukuran : Dengan mengukur keterpaduan infrastruktur PUPR di dalam kawasan, maka akan diketahui efektifitas program kegiatan BPIW yang ditujukan untuk menterpadukan pembangunan Infrastruktur semua sektor di bidang PUPR dalam kawasan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung kawasan serta fungsional linhgkungan fisik terbangun yang terpadu dalam dukungan fungsi, lokasi, besaran, kesiapan pembangunan, dan waktu. Cara Pengukuran : Menghitung rasio/perbandingan antara perencanaan, pemrograman dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR yang direncanakan antar WPS pada tahun 2015 dibandingkan dengan rencana strategis dan rencana pengembangan, program jangka panjang, menengah, pendek dan tahunan keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR oleh unit kerja eselon bidang PUPR dan Pemerintah Daerah di dalam kawasan yang dikembangkan hingga akhir tahun 2015, serta dikombinaskan melalui pembobotan tertimbang. Target : 76% Periode Pengukuran: Setiap tahun Lead / Lag? : Lag Data Source : Data rencana dan program jangka panjang, rencana dan program jangka menengah, rencana dan program jangka pendek, dan rencana dan program tahunan keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah serta data monitoring evaluasi keterpaduan infrastruktur bidang PUPR dengan pengembangan dari masing-masing Kawasan Strategis pada 35 WPS yang diterpadukan. Asumsi : Ketersediaan data rencana dan program jangka panjang, rencana dan program jangka menengah, rencana dan program jangka pendek, dan rencana dan program tahunan keterpaduan infrastruktur PUPR serta data monitoring (kemajuan) serta evaluasi keterpaduan pembangunan infrastruktur bidang PUPR yang telah dilaksanakan oleh direktorat jenderal sub bidang PUPR 41

70 Tabel 2.4 Scorecard / Kartu Kinerja Indikator Utama 2 BPIW ISS2 Tingkat keterpaduan Infrastruktur PUPR antar kawasan SS.1. Meningkatnya Keterpaduan Infrastruktur PUPR dengan Pengembangan Wilayah Penanggung Jawab Sasaran Strategis :.Ka BPIW cq, Kapus 3 Tim :Kapus 1, Kapus 2, Kapus 4 dan Setba Tim Pelaksana: Bidang 1 Pusat 3 Indikator 2: Tingkat keterpaduan Infrastruktur PUPR antar Kawasan Nama Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Keterpaduan Infrastruktur PUPR dengan Pengembangan Wilayah Deskripsi: Kementerian PUPR menjadikan konsep tiga pilar utama kerangka pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan ekonomi yang berdaya saing, pembangunan sosial yang inklusif, dan pelestarian lingkungan hidup melalui ketepaduan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah antarsektor, antardaerah dan antarpemerintahan sebagai fokus bagi sasaran program dalam Rencana Strategis Kementerian PU , yaitu : 3. Meningkatnya ketepaduan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah antarsektor, antardaerah dan antarpemerintahan 4. Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman dan penganggaran Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah yang menjamin keterpaduan antar sektor, antardaerah, dan antarpemerintahan untuk mengurangi disparitas dan meningkatkan pertumbuhan dengan cara : 7) Menyusun kebijakan, strategi, dan rencana strategis keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah melalui 35 Wilayah Pengembangn Strategis 8) Mensikronkan program pembangunan infrastruktur bidang PUPR dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis; 9) Mengembangkan rencana pengembangan 35 Wilayah Pengembangan Strategis 10) Mengembangkan rencana pengembangan kawasan strategis baik perkotaan maupun non perkotaan 11) Melaksanakan monitoring dan evaluasi dengan menerapkan reward dan punishment secara berkala sebagai bentuk pengendalian 12) Melaksanakan stimulan pengembangan kawasan. Sehingga dengan prinsip keterpaduan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan seluruh masyarakat diberi ruang yang seluasluasnya dalam proses menterpadukan, maupun meningkatkan kualitas hasil keterpaduan pembangunan. Hasil Keterpaduan infrastruktur PUPR dengan Pengembangan Wilayah adalah berkurangnya disparitas dan meningkatnya pertumbuhan kawsan proporsional yang dirasakan oleh masyarakat secara terus menerus, berkelanjutan, dan global untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan Keterpaduan infrastruktur PUPR diperlukan sinergitas dan efisiensi baik dalam proses perencanaan, pemrograman maupun pelaksanaan dan terukurnya dampak keterpaduan. Sasaran Pengukuran : Dengan mengukur keterpaduan infrastruktur PUPR antar kawasan maka akan diketahui efektifitas program kegiatan BPIW yang ditujukan untuk menterpadukan pembangunan Infrastruktur semua sektor di bidang PUPR antar kawasan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung kawasan serta fungsional linhgkungan fisik terbangun yang terpadu dalam dukungan fungsi, lokasi, besaran, kesiapan pembangunan, dan waktu. Cara Pengukuran : Menghitung rasio/perbandingan antara perencanaan, pemrograman dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR yang direncanakan antar kawasan pada tahun 2015 dibandingkan dengan rencana strategis dan rencana pengembangan, program jangka panjang, menengah, pendek dan tahunan keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR oleh unit kerja eselon bidang PUPR dan Pemerintah Daerah antar kawasan yang dikembangkan hingga akhir tahun 2015, serta dikombinaskan melalui pembobotan tertimbang. Target : 76% Periode Pengukuran: Setiap tahun Lead / Lag? : Lag Data Source : Data rencana dan program jangka panjang, rencana dan program jangka menengah, rencana dan program jangka pendek, dan rencana dan program tahunan keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah serta data monitoring evaluasi keterpaduan infrastruktur bidang PUPR dengan pengembangan dari masing-masing Kawasan Strategis pada 35 WPS yang diterpadukan. Asumsi : Ketersediaan data rencana dan program jangka panjang, rencana dan program jangka menengah, rencana dan program jangka pendek, dan rencana dan program tahunan keterpaduan infrastruktur PUPR serta data monitoring (kemajuan) serta evaluasi keterpaduan pembangunan infrastruktur bidang PUPR yang telah dilaksanakan oleh direktorat jenderal sub bidang PUPR 42

71 Tabel 2.5 Scorecard / Kartu Kinerja Indikator Utama 3 BPIW ISS3 Tingkat keterpaduan Infrastruktur PUPR antar WPS SS.1. Meningkatnya Keterpaduan Infrastruktur PUPR dengan Pengembangan Wilayah Penanggung Jawab Sasaran Strategis :.Ka BPIW cq, Kapus 1 Tim :Kapus 2, Kapus 3, Kapus 4 dan Setba Tim Pelaksana: Bidang 1 Pusat 1 Indikator 3: Tingkat keterpaduan Infrastruktur PUPR antar WPS Nama Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Keterpaduan Infrastruktur PUPR dengan Pengembangan Wilayah Deskripsi: Kementerian PUPR menjadikan konsep tiga pilar utama kerangka pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan ekonomi yang berdaya saing, pembangunan sosial yang inklusif, dan pelestarian lingkungan hidup melalui ketepaduan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah antarsektor, antardaerah dan antarpemerintahan sebagai fokus bagi sasaran program dalam Rencana Strategis Kementerian PU , yaitu : 5. Meningkatnya ketepaduan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah antarsektor, antardaerah dan antarpemerintahan 6. Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman dan penganggaran Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah yang menjamin keterpaduan antar sektor, antardaerah, dan antarpemerintahan untuk mengurangi disparitas dan meningkatkan pertumbuhan dengan cara : 13) Menyusun kebijakan, strategi, dan rencana strategis keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah melalui 35 Wilayah Pengembangn Strategis 14) Mensikronkan program pembangunan infrastruktur bidang PUPR dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis; 15) Mengembangkan rencana pengembangan 35 Wilayah Pengembangan Strategis 16) Mengembangkan rencana pengembangan kawasan strategis baik perkotaan maupun non perkotaan 17) Melaksanakan monitoring dan evaluasi dengan menerapkan reward dan punishment secara berkala sebagai bentuk pengendalian 18) Melaksanakan stimulan pengembangan kawasan. Sehingga dengan prinsip keterpaduan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan seluruh masyarakat diberi ruang yang seluasluasnya dalam proses menterpadukan, maupun meningkatkan kualitas hasil keterpaduan pembangunan. Hasil Keterpaduan infrastruktur PUPR dengan Pengembangan Wilayah adalah berkurangnya disparitas dan meningkatnya pertumbuhan kawsan proporsional yang dirasakan oleh masyarakat secara terus menerus, berkelanjutan, dan global untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan Keterpaduan infrastruktur PUPR diperlukan sinergitas dan efisiensi baik dalam proses perencanaan, pemrograman maupun pelaksanaan dan terukurnya dampak keterpaduan. Sasaran Pengukuran : Dengan mengukur keterpaduan infrastruktur PUPR antar wilayah pengembangan strategis (WPS), maka akan diketahui efektifitas program kegiatan BPIW yang ditujukan untuk menterpadukan pembangunan Infrastruktur semua sektor di bidang PUPR antar WPS sesuai dengan daya dukung dan daya tampung kawasan serta fungsional linhgkungan fisik terbangun yang terpadu dalam dukungan fungsi, lokasi, besaran, kesiapan pembangunan, dan waktu. Cara Pengukuran : Menghitung rasio/perbandingan antara perencanaan, pemrograman dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR yang direncanakan antar WPS pada tahun 2015 dibandingkan dengan rencana strategis dan rencana pengembangan, program jangka panjang, menengah, pendek dan tahunan keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR oleh unit kerja eselon bidang PUPR dan Pemerintah Daerah antar WPS yang dikembangkan hingga akhir tahun 2015, serta dikombinaskan melalui pembobotan tertimbang. Target : 76% Periode Pengukuran: Setiap tahun Lead / Lag? : Lag Data Source : Data rencana dan program jangka panjang, rencana dan program jangka menengah, rencana dan program jangka pendek, dan rencana dan program tahunan keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah serta data monitoring evaluasi keterpaduan infrastruktur bidang PUPR dengan pengembangan dari masing-masing Kawasan Strategis pada 35 WPS yang diterpadukan. Asumsi : Ketersediaan data rencana dan program jangka panjang, rencana dan program jangka menengah, rencana dan program jangka pendek, dan rencana dan program tahunan keterpaduan infrastruktur PUPR serta data monitoring (kemajuan) serta evaluasi keterpaduan pembangunan infrastruktur bidang PUPR yang telah dilaksanakan oleh direktorat jenderal sub bidang PUPR 43

72 Tabel 2.6 Scorecard / Kartu Kinerja Indikator Utama 4 BPIW ISS4 Tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan SS.2. Meningkatnya keterpaduan perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR Penanggung Jawab Sasaran Strategis :.Ka BPIW cq, Kapus 1 Tim :Kapus 2, Kapus 3, Kapus 4 dan Setba Tim Pelaksana: Bidang 1 Pusat 1 Indikator 1: Tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS Nama Sasaran Strategis 2: Meningkatnya keterpaduan perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik di perkotaan, kluster industri Deskripsi: Kementerian PUPR menjadikan konsep tiga pilar kerangka keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan dengan pengembangan wilayah antarsektor, antardaerah dan antarpemerintahan yaitu keterpaduan perencanaan, keterpaduan dan kesinkronan program dan keterpaduan pelaksanaan sebagai fokus bagi sasaran program dalam Rencana Strategis Kementerian PU ,yaitu : 1. Meningkatnya ketepaduan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah antarsektor, antardaerah dan antarpemerintahan 2. Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman dan penganggaran Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah yang menjamin keterpaduan antar sektor, antardaerah, dan antarpemerintahan untuk mengurangi disparitas dan meningkatkan pertumbuhan dengan cara : 1. Menyusun kebijakan, strategi dan rencana pengembangan wilayah melalui 35 Wilayah Pengembangan Strategis 2. Mengembangkan rencana pengembangan 35 Wilayah Pengembangan Strategis 3. Mengembangkan rencana pengembangan kawasan strategis baik perkotaan maupun non perkotaan 4. Menterpadukan rencana dan mensinkronkan program pembangunan infrastruktur bidang PUPR dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis; 5. Melaksanakan stimulan pengembangan kawasan.. Sehingga dengan prinsip keterpaduan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan seluruh masyarakat diberi ruang yang seluas-luasnya dalam proses menterpadukan,maupun meningkatkan kualitas hasil keterpaduan pembangunan. Hasil Keterpaduan infrastruktur PUPR dengan Pengembangan Wilayah adalah berkurangnya disparitas dan meningkatnya pertumbuhan kawsan proporsional yang dirasakan oleh masyarakat secara terus menerus, berkelanjutan, dan global untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan Keterpaduan infrastruktur PUPR diperlukan sinergitas dan efisiensi baik dalam proses perencanaan, pemrograman maupun pelaksanaan dan terukurnya dampak ekonomi keterpaduan. Keterpaduan Perencanaan antara lain dalam : 1. Perencanaan Strategis (Jangka Panjang, jangka menegah, jangka pendek dan tahunan) 2. Perencanaan Pengembangan (Jangka Panjang, jangka menegah, jangka pendek dan tahunan) Sasaran Pengukuran : Dengan mengukur keterpaduan perencanaan infrastruktur PUPR, maka akan diketahui efektifitas perencanaan kegiatan BPIW yang ditujukan untuk menterpadukan pembangunan Infrastruktur semua sektor di bidang PUPR dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS sesuai dengan daya dukung dan daya tampung kawasan serta fungsional linhgkungan fisik terbangun yang terpadu dalam dukungan fungsi, lokasi, besaran, kesiapan pembangunan, dan waktu. Cara Pengukuran : Menghitung rasio/perbandingan antara rencana jangka panjang, rencana jangka menengah, dan rencana tahunan pembangunan infrastruktur PUPR dan pengembangan kawasan/wialyah yang direncanakan Bappenas, Kementerian PUPR dan sektor lain terkait di dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS yang dikembangkan hingga akhir tahun 2015, dibandingkan dengan perencanaan pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR oleh unit kerja eselon 1 bidang PUPR dan Pemerintah Daerah di dalam Kawasan, antar kaswasan dan anatar WPS pada tahun 2015 serta dikombinaskan melalui pembobotan tertimbang. Target : 78% Periode Pengukuran: Setiap tahun Lead / Lag? : Lag Data Source : Data rencana jangka panjang, rencana jangka menengah, rencan jangka pendek, dan rencana tahunan serta data monitoring evaluasi keterpaduan infrastruktur bidang PUPR dengan pengembangan dari masing-masing Kawasan Strategis pada 35 WPS yang diterpadukan. Asumsi : Ketersediaan data rencana jangka panjang, rencana jangka menengah, rencan jangka pendek, dan rencana tahunan serta data monitoring (kemajuan) serta evaluasi keterpaduan pembangunan infrastruktur bidang PUPR yang telah dilaksanakan oleh direktorat jenderal sub bidang PUPR 44

73 ISS4 Tabel 2.7 Scorecard / Kartu Kinerja Indikator Utama 5 BPIW Tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS SS.2. Meningkatnya keterpaduan perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR Penanggung Jawab Sasaran Strategis :.Ka BPIW cq, Kapus 2 Tim :Kapus 1, Kapus 3, Kapus 4 dan Setba Tim Pelaksana: Bidang 1 Pusat 2 Indikator 1: Tingkat sinkronisasi program (fungsi, lokasi, besaran, kesiapan pembangunan dan waktu) disparitas kebutuhan dengan pemrograman Nama Sasaran Strategis 2: Meningkatnya keterpaduan perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik di perkotaan, kluster industri Deskripsi: Kementerian PUPR menjadikan konsep tiga pilar kerangka keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan dengan pengembangan wilayah antarsektor, antardaerah dan antarpemerintahan yaitu keterpaduan perencanaan, keterpaduan dan kesinkronan program dan keterpaduan pelaksanaan sebagai fokus bagi sasaran program dalam Rencana Strategis Kementerian PU ,yaitu : 1. Meningkatnya ketepaduan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah antarsektor, antardaerah dan antarpemerintahan 2. Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman dan penganggaran Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur bidang PUPR dengan Pengembangan Wilayah yang menjamin keterpaduan antar sektor, antardaerah, dan antarpemerintahan untuk mengurangi disparitas dan meningkatkan pertumbuhan dengan cara : 6. Menyusun kebijakan, strategi dan rencana pengembangan wilayah melalui 35 Wilayah Pengembangan Strategis 7. Mengembangkan rencana pengembangan 35 Wilayah Pengembangan Strategis 8. Mengembangkan rencana pengembangan kawasan strategis baik perkotaan maupun non perkotaan 9. Menterpadukan rencana dan mensinkronkan program pembangunan infrastruktur bidang PUPR dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis; 10. Melaksanakan stimulan pengembangan kawasan.. Sehingga dengan prinsip keterpaduan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan seluruh masyarakat diberi ruang yang seluas-luasnya dalam proses menterpadukan,maupun meningkatkan kualitas hasil keterpaduan pembangunan. Hasil Keterpaduan infrastruktur PUPR dengan Pengembangan Wilayah adalah berkurangnya disparitas dan meningkatnya pertumbuhan kawsan proporsional yang dirasakan oleh masyarakat secara terus menerus, berkelanjutan, dan global untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan Keterpaduan infrastruktur PUPR diperlukan sinergitas dan efisiensi baik dalam proses perencanaan, pemrograman maupun pelaksanaan dan terukurnya dampak ekonomi keterpaduan. Keterpaduan dan Kesinkronan Program antara lain dalam :Fungsi dan dukungan fungsi pengembangan, Lokasi yang dibutuhkan pada kawasan pengembangan, Besaran yang dibutuhkan, Kesiapan pembangunan dan Waktu dibutuhkannya Sasaran Pengukuran : Dengan mengukur keterpaduan dan kesinkronan program (fungsi, lokasi, besaran, kesiapan pembangunan, waktu) disparitas kebutuhan dengan pemrograman, maka akan diketahui efektifitas program-program Kementerian PUPR yang ditujukan untuk menterpadukan pembangunan Infrastruktur masing-masing sektor di bidang PUPR baik dalam kawasan, antar kawasan maupun antar WPS sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta fungsional lingkungan fisik terbangun yang terpadu dalam lokasi, besaran, kesiapan pembangunan dan waktu. Cara Pengukuran : Membandingkan (rasio) dari program kegiatan infrastruktur PUPR yang berhasil diterpadukan dan disinkron dengan fungsional lingkungan fisik terbangun, lokasi, besaran, kesiapan pembangunan dan waktu pada 35 WPS dan antar WPS di tahun 2015 dibandingkan dengan rencana program ideal sesuai dengan kesepakatan konreg, serta dikombinaskan melalui pembobotan dengan faktor-faktor non fisik antara lain aspek kelembagaan, pembiayaan, regulasi, serta manfaat ekonomi ( berkurangnya disparitas dan meningkatnya pertumbuhan). Target : 79 % Periode Pengukuran: Setiap tahun Lead / Lag? : Lag Data Source : Data rencana program kegiatan dari masing-masing Kawasan Strategis baik perkotaan maupun non perkotaan baik pada 35 WPS maupun antar WPS yang disinkronkan (dari Kementerian PUPR dan Pemerintah Daerah) Asumsi : Ketersediaan data eksiting rencana program kegiatan infrastruktur bidang PUPR yang telah terbangun lengkap baik dari direktorat Jenderal di bawah Kementerian PUPR maupun pemerintah daerah terkait bidang PUPR 45

74 Tabel 2.8 Cara Pengukuran atas Indikator Utama Sasaran Strategis 1 BPIW KODE Sasaran Strategis Stakeholders/Customers Perspective KODE Indikator Kinerja Utama Cara Pengukuran SS-1 Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik di perkotaan, kluster industri maupun perdesaan SP1-* Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dalam kawasan Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar kawasan di dalam WPS Menghitung rasio kesesuaian perencanaan strategis dan perencanaan pengembangan dengan perencanaan sektor dan daerah di dalam kawasan Menghitung rasio kesesuaian perencanaan strategis dan perencanaan pengembangan dengan perencanaan sektor dan daerah antar kawasan Menghitung rasio kesesuaian perencanaan Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar WPS strtaegis dan perencanaan pengembangan dengan perencanaan sektor dan daerah antar WPS Tabel 2.9 Cara Pengukuran atas Indikator Utama 1 Sasaran Strategis 2 BPIW DE Sasaran Strategis Stakeholders/Customers Perspective KODE Indikator Kinerja Utama Cara Pengukuran SS-2 Meningkatnya keterpaduan perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan SP2-* Tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS Menghitung rasio (deviasi) rencana pengembangan dengan rencana tahunan dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS Kawasan Strategis baik di perkotaan, kluster industri maupun perdesaan 46

75 Tabel 2.10 Cara Pengukuran atas Indikator Utama 2 Sasaran Strategis 2 BPIW DE Sasaran Strategis KODE keholders/customers Perspective Indikator Kinerja Utama Cara Pengukuran S-2 Meningkatnya keterpaduan perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik di perkotaan, kluster industri maupun perdesaa n SP2-* Tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman Penghitungan Rasio : (1).Jenis fungsi pengembangan : Setelah dihitu Menghitung kesesuaian aktivitas kegiatan dengan jenis fungsi hasilnya dima pengembangan, dengan membandingkan target (yang diambil telah ditentuk dari kondisi ideal) dengan capaian yang ditetntukan berdasarkan Selanjutnya d 0 Tidak diprogramkan 1 Diprogramkan namun tidak sesuai jenis fungsi pengembangan 2 Diprogramkan sesuai dengan jenis fungsi pengembangan namun belum berfungs 3 Diprogramkan sesuai jenis fungsi pengembangan danberfungsi (2).Lokasi Menghitung kesesuaian lokasi aktivitas kegiatan dengan kebutuhan pengembangan, dengan membandingkan target Setelah dihitu hasilnya dima telah ditentuk (yang diambil dari kondisi ideal) dengan capaian yang ditetntukan 0 Tidak diprogramkan Selanjutnya d 1 Diprogramkan, lokasi di luar kawasan dan tidak sesuai dengan kebutuhan pengem 2 Diprogramkan, lokasi di dalam kawasan dan sesuai dengan kebutuhan pengemba 3 Diprogramkan, lokasi di dalam kawasan dan sesuai dengan kebutuhan pengemba (3).Jenis dukungan fungsi Menghitung kesesuaian aktivitas kegiatan dengan jenis dukungan kebutuhan pengembangan, dengan membandingkan target Setelah dihitu hasilnya dima telah ditentuk (yang diambil dari kondisi ideal) dengan capaian yang ditetntukan 0 Tidak diprogramkan Selanjutnya d 1 Diprogramkan, jenis dukungan tidak sesuai dengan kebutuhan fungsi pengemban 2 Diprogramkan, jenis dukungan tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan fungs 3 Diprogramkan, jenis dukungan sesuai dengan kebutuhan fungsi pengembangan (4).Besaran Menghitung kesesuaian besaran aktivitas kegiatan dengan kebutuhan pengembangan, dengan membandingkan target (yang Setelah dihitu hasilnya dima telah ditentuk diambil dari kondisi ideal) dengan capaian yang ditetntukan 0 Tidak diprogramkan Selanjutnya d 1 Diprogramkan,besaran aktivitas kegiatan sangat besar gapnya dibandingkan deng 2 Diprogramkan,besaran aktivitas kegiatan sedikit gapnya dibandingkan dengan keb 3 Diprogramkan,besaran aktivitas kegiatan sesuai dengan kebutuhan pengembanga (5).Biaya Menghitung kesesuaian biaya aktivitas kegiatan yang diprogramkan terhadap biaya kebutuhan pengembangan, dengan cara membandingkan biaya pemrograman terhadap baya Biaya yang diprogramkan Biaya kebutuhan Setelah dihitu hasilnya dima telah ditentuk Selanjutnya d (5).Readiness Cryteria Menghitung kesesuaian kesiapan aktivitas kegiatan dengan readiness cryteria, dengan membandingkan target (yang diambil dari kondisi ideal) dengan capaian yang ditetntukan berdasarkan Setelah dihitu hasilnya dima telah ditentuk 0 Tidak ada satupun readiness cryteria yang dipenuhi Selanjutnya d 1 Hanya satu readiness cryteria terpenuhi 2 Hampir semua readiness cryteria terpenuhi 3 Semua readiness cryteria terpenuhi (7).Waktu Menghitung kesesuaian waktu aktivitas kegiatan dengan kebutuhan pengembangan, dengan cara membandingkan waktu pemrograman terhadap waktu kebutuhan pengembangan (batas atas periode renstra - tahun program) (batas atas -tahun kebutuhan pengembangan) Setelah dihitu hasilnya dima telah ditentuk Selanjutnya d 47

76 Tabel 2.11 Detil Cara Pengukuran atas Indikator Utama 2 Sasaran Strategis 2 BPIW SDA u ) N JALAN set AN et UMAHAN au Aset UMAHAN u Aset rdasarkan Penghitungan Rasio : (1).Jenis fungsi pengembangan : Setelah dihitung rasionya semua kemudian di averagetingkadeskripsi Formulasi Menghitung kesesuaian aktivitas kegiatan dengan jenis fungsi hasilnya dimasukkan ke dalam peringkat yang pengembangan, dengan membandingkan target (yang diambil telah ditentukan (skala 1 sampai dengan 5) 5 Sangat Baik > 85 % s/d 100 % dari kondisi ideal) dengan capaian yang ditetntukan berdasarkan Selanjutnya dikalikan dengan bobot nya 4 Baik > 70 % s/d 85 % 0 Tidak diprogramkan 3 Cukup > 55 % s/d 70 % 1 Diprogramkan namun tidak sesuai jenis fungsi pengembangan 2 Kurang > 45 % s/d 55 % 2 Diprogramkan sesuai dengan jenis fungsi pengembangan namun belum berfungsi sepenuhnya 1 Kurang Sekali < 45 % 3 Diprogramkan sesuai jenis fungsi pengembangan danberfungsi (2).Lokasi Menghitung kesesuaian lokasi aktivitas kegiatan dengan kebutuhan pengembangan, dengan membandingkan target Setelah dihitung rasionya semua kemudian di averagetingka hasilnya dimasukkan ke dalam peringkat yang Deskripsi Formulasi telah ditentukan (skala 1 sampai dengan 5) 5 Sangat Baik > 85 % s/d 100 % (yang diambil dari kondisi ideal) dengan capaian yang ditetntukan 0 Tidak diprogramkan Selanjutnya dikalikan dengan bobot nya 4 Baik > 70 % s/d 85 % 1 Diprogramkan, lokasi di luar kawasan dan tidak sesuai dengan kebutuhan pengembangan 3 Cukup > 55 % s/d 70 % 2 Diprogramkan, lokasi di dalam kawasan dan sesuai dengan kebutuhan pengembangan 2 Kurang > 45 % s/d 55 % 3 Diprogramkan, lokasi di dalam kawasan dan sesuai dengan kebutuhan pengembangan 1 Kurang Sekali < 45 % (3).Jenis dukungan fungsi Menghitung kesesuaian aktivitas kegiatan dengan jenis dukungan kebutuhan pengembangan, dengan membandingkan target Setelah dihitung rasionya semua kemudian di averagetingka hasilnya dimasukkan ke dalam peringkat yang Deskripsi Formulasi telah ditentukan (skala 1 sampai dengan 5) 5 Sangat Baik > 85 % s/d 100 % (yang diambil dari kondisi ideal) dengan capaian yang ditetntukan 0 Tidak diprogramkan Selanjutnya dikalikan dengan bobot nya 4 Baik > 70 % s/d 85 % 1 Diprogramkan, jenis dukungan tidak sesuai dengan kebutuhan fungsi pengembangan 3 Cukup > 55 % s/d 70 % 2 Diprogramkan, jenis dukungan tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan fungsi pengembangan 2 Kurang > 45 % s/d 55 % 3 Diprogramkan, jenis dukungan sesuai dengan kebutuhan fungsi pengembangan 1 Kurang Sekali < 45 % (4).Besaran Menghitung kesesuaian besaran aktivitas kegiatan dengan kebutuhan pengembangan, dengan membandingkan target (yang Setelah dihitung rasionya semua kemudian di averagetingka hasilnya dimasukkan ke dalam peringkat yang Deskripsi Formulasi telah ditentukan (skala 1 sampai dengan 5) 5 Sangat Baik > 85 % s/d 100 % diambil dari kondisi ideal) dengan capaian yang ditetntukan 0 Tidak diprogramkan Selanjutnya dikalikan dengan bobot nya 4 Baik > 70 % s/d 85 % 1 Diprogramkan,besaran aktivitas kegiatan sangat besar gapnya dibandingkan dengan kebutuhan pengembangan 3 Cukup > 55 % s/d 70 % 2 Diprogramkan,besaran aktivitas kegiatan sedikit gapnya dibandingkan dengan kebutuhan pengembangan 2 Kurang > 45 % s/d 55 % 3 Diprogramkan,besaran aktivitas kegiatan sesuai dengan kebutuhan pengembangan 1 Kurang Sekali < 45 % (5).Biaya Menghitung kesesuaian biaya aktivitas kegiatan yang diprogramkan terhadap biaya kebutuhan pengembangan, dengan Setelah dihitung rasionya semua kemudian di averagetingka hasilnya dimasukkan ke dalam peringkat yang Deskripsi Formulasi cara membandingkan biaya pemrograman terhadap baya telah ditentukan (skala 1 sampai dengan 5) 5 Sangat Baik > 85 % s/d 100 % Biaya yang diprogramkan Selanjutnya dikalikan dengan bobot nya 4 Baik > 70 % s/d 85 % Biaya kebutuhan Cukup Kurang Kurang Sekali > 55 % s/d 70 % > 45 % s/d 55 % < 45 % (5).Readiness Cryteria Menghitung kesesuaian kesiapan aktivitas kegiatan dengan readiness cryteria, dengan membandingkan target (yang diambil Setelah dihitung rasionya semua kemudian di averagetingka hasilnya dimasukkan ke dalam peringkat yang telah ditentukan (skala 1 sampai dengan 5) 5 dari kondisi ideal) dengan capaian yang ditetntukan berdasarkan 0 Tidak ada satupun readiness cryteria yang dipenuhi Selanjutnya dikalikan dengan bobot nya 4 1 Hanya satu readiness cryteria terpenuhi 3 2 Hampir semua readiness cryteria terpenuhi 2 3 Semua readiness cryteria terpenuhi 1 Deskripsi Formulasi Sangat Baik > 85 % s/d 100 % Baik > 70 % s/d 85 % Cukup > 55 % s/d 70 % Kurang > 45 % s/d 55 % Kurang Sekali < 45 % (7).Waktu Menghitung kesesuaian waktu aktivitas kegiatan dengan kebutuhan pengembangan, dengan cara membandingkan waktu Setelah dihitung rasionya semua kemudian di averagetingka hasilnya dimasukkan ke dalam peringkat yang Deskripsi Formulasi pemrograman terhadap waktu kebutuhan pengembangan telah ditentukan (skala 1 sampai dengan 5) 5 Sangat Baik > 85 % s/d 100 % (batas atas periode renstra - tahun program) Selanjutnya dikalikan dengan bobot nya 4 Baik > 70 % s/d 85 % (batas atas -tahun kebutuhan pengembangan) Cukup Kurang Kurang Sekali > 55 % s/d 70 % > 45 % s/d 55 % < 45 % 48

77 49

78 50

79 51

80 BAB 3 Kapasitas Organisasi Kapasitas organisasi merupakan pondasi kerangka kelembagaan yang memampukan BPIW untuk mengeksekusi kebijakan dan strategis serta rencana kerja tahun Kerangka kelembagaan BPIW merupakan perangkat BPIW yang meliputi seluruh elemen organisasi yang meliputi struktur organisasi, ketatalaksanaan, dan pengelolaan aparatur sipil negara yang digunakan untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran serta melaksanakan strategi, kebijakan, program dan kegiatan BPIW sesuai dengan tugas dan fungsi BPIW dan disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan Renstra Kementerian PUPR. BPIW merupakan Badan baru di bawah Kementerian PUPR yang merupakan penggabungan (merger) dua Kementerian yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat, oleh karena itu dalam penyusunan kelembagaan BPIW selain memperhatikan hal tersebut diatas juga mengacu pada Undang-Undang No. 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara, Peraturan Presiden No. 165 tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja, dan Keputusan Presiden No. 121/P tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode serta berdasarakan tugas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mendukung dalam upaya mewujudkan ketahanan air, kedaulatan pangan, kedaulatan energi, penguatan konektivitas nasional, permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, penyediaan jasa konstruksi 52

81 dan sistem investasi infrastruktur yang memadai, fasilitasi penyediaan rumah, pengusahaan penyediaan pembiayaan, membina sumber daya manusia (SDM) konstruksi dan aparatur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta pemberdayaan organisasi dinas terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Keberhasilan pelaksanaan keterpaduan pembangunan bidang PUPR dengan pengembangan wilayah antarasektor, antardaerah dan antarpemerintahan memerlukan kerangka kelembagaan yang efektif, efisien dan akuntabel sebagai pelaksana program dan kegiatan yang melibatkan banyak sektor dan banyak pihak. Kelembagaan BPIW disusun berdasarkan kepada hubungan internal dan antar lembaga, sumber daya manusia aparatur, tugas, fungsi, kewenangan, peran strategis, kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah serta kompleksitas permasalahan yang akan dihadapi. Selain itu didasarkan pula pada prinsip-prinsip tata kelola lembaga yang baik seperti transparansi, partisipasi, efektivitas dan efisiensi pengaturan, pengendalian, pengawasan, pembinaan dan pelaksanaan serta penyesuaian dengan ketersediaan anggaran pemerintah. Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Eselon IA) dibentuk untuk menterpadukan perencanaan, pemrograman dan penganggaran bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat berbasis pengembangan wilayah untuk mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu struktur organisasi dan tata kerja BPIW tersebut diharapkan mampu mengemban amanat penyelenggaraan urusan menterpadukan perencanaan, pemrograman dan penganggaran bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat berbasis pengembangan wilayah dalam membantu Kementerian PUPR, terutama untuk mencapai sasaran keterpaduan Infrastruktur bidang PUPR dengan pengembangan wilayah serta tetap memperhatikan efektivitas dan efisiensi organisasi. 53

82 Kapasitas organisasi BPIW dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek strategis organisasi sebagai berikut di bawah ini: 3.1 SUMBER DAYA MANUSIA Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah merupakan unit Eselon I di dalam Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang baru terbentuk pada periode awal tahun Peran Strategis BPIW yang telah dibahas pada Bab I diatas memerlukan dukungan sumber daya yang sangat salah satunya adalah sumber daya manusia. Hasil analisis kebutuhan SDM kuantitas dan kualitas adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Hasil analisis kebutuhan SDM No Unit Kerja Struktural Fungsional Tertentu Fungsional Umum Substansi Penunjang Kesatkeran Jumlah Total B T S B T S B T S B T S B T S B T S B T S 1 Sekretariat BPIW Pusat Perencanaa n Infrastruktur PUPR Pusat Pemrograma n dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR Pusat Pengemban gan Kawasan Strategis Pusat Pengemban gan Kawasan Perkotaan Total

83 Berdasarkan hasil analisis beban kerja, kebutuhan pegawai BPIW adalah 347 orang, sedangkan PNS yang tersedia adalah sebanyak 162 orang, sehingga terdapat selisih sebanyak 185 orang. Jumlah PNS BPIW yang pensiun dalam 4 tahun ke depan adalah sebanyak 19 orang. Pemenuhan selisih kebutuhan pegawai tersebut akan diisi oleh tenaga non PNS (staf profesional) sebanyak 106 orang. Selain itu, terdapat juga tenaga pendukung non PNS (pengemudi, pramubakti, satpam, dan tenaga pendukung lainnya) sebanyak 87 orang. Sedangkan kondisi eksisting saat ini akan menyebabkan BPIW tidak dapat melaksanakan perannya sesuai dengan harapan stakerholder/ pemangku kepentingan dalam rangka keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah apabila tidak dilakukan perencanaan penyediaan penempatan yang berbasis kompetensi. Dalam pelaksanaan kegiatannya, seluruh unit kerja di BPIW didukung oleh SDM sebagai pengelola program/kegiatan dalam berbagai jenjang dan klasifikasi. SDM ini merupakan salah satu variabel penting dalam konteks keberhasilan atau kegagalan suatu program/kegiatan. Pada tahun 2015, Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah didukung oleh SDM sebanyak 353 orang, dimana 162 diantaranya merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS), 104 orang merupakan staf professional non-pns, dan 87 orang merupakan tenaga pendukung non-pns. Rincian jumlah SDM pada masing-masing unit kerja eselon2 di Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah dapat dilihat pada gambar chart dibawah ini. 55

84 Gambar 3.1 Jumlah Pegawai Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Pada porsi PNS nya saja, berdasarkan golongan ruang, komposisi pegawai di lingkungan Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah terisi oleh mayoritas golongan III di masing-masing unit kerja eselon 2 dengan jumlah total sebanyak 125 (seratus dua puluh lima) orang. Golongan IV merupakan kedua yang terbesar dengan jumlah total sebanyak 31 (tiga puluh satu) orang. Golongan II berjumlah sebanyak 17 (tujuh belas) orang dan golongan I berjumlah sebanyak 3 (tiga) orang. Gambar 3.2 Jumlah PNS Berdasarkan Golongan Sedangkan berdasarkan tingkat pendiidikan, komposisi pegawai di lingkungan Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah terdiri atas 11 (sebelas) orang berpendidikan S3, 62 (enam puluh dua) orang berpendidikan S2, 61 (enam 56

85 puluh satu) orang berpendidikan S1, 2 (dua) orang berpendidikan D IV, 5 (lima) orang berpendidikan DIII, 18 (delapan belas) orang berpendidikan SLTA, 2 (dua) orang berpendidikan SLTP, dan 1 (satu) berpendidikan SD. Pada grafik berikut menunjukkan perbandingan komposisi pegawai PNS BPIW di masingmasing unit eselon 2. Kedepannya BPIW harus berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan SDM baik dalam kuantitas maupun kualitas sesuai kebutuhan kompetensi yang diharapkan oleh jabatan untuk mewujudkan target-target BPIW melalui aktivitas-aktivitas kegiatan di dalam kegiatan dukungan manajemen sebagai berikut: (1) Peningkatan pengelolaan kelembagaan BPIW yang efektif, efisien, dan sinergis, yang meliputi: a. Penyempurnaan tata hubungan kerja organisasii; b. Penataan tugas, fungsi dan kewenangan, dan penataan hubungan kerja organisasii; c. Penguatan sinergisitas unit kerja/perangkat baik di pusat maupun di daerah. (2) Penerapan manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) yang transparan, kompetitif, dan berbasis merit, yang meliputi: a. Penerapan sistem perencanaan SDM berbasis kompetensi; b. Penerapan sistem seleksi dan penempatan pegawai yang transparan, kompetitif, berbasis merit dan ICT; c. Penerapan sistem promosi secara terbuka, kompetitif, dan berbasis kompetensi didukung oleh efektifnya KASN; d. Penerapan sistem manajemen kinerja pegawai; dan e. Penerapan sistem informasi kepegawaian. 57

86 3.2 SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG Peran dukungan sarana dan prasarana bagi Peningkatan kapasitas organisasi dalam mewujudkan sistem perencanaan dan pemrograman yang berkualitas, pelaksanaan kegiatan yang optimal, dan responsibilitas evaluasi keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah sangat diperlukan. Sarana prasarana pendukung untuk menjalankan tugas, fungsi dan peran BPIW sangat diperlukan. Perencanaan spasial sangat memerlukan pemetaan spasial yang berteknologi real time currency, karena banyak data informasi yang dinamis yang harus disajikan secara dinamis. Pemenuhan sarana prasarana Teknologi Informasi sebagaai Decission Support System baik terkait dalam keterpaduan perencanaan, keterpaduan dan kesinkronan program serta keterpaduan pelaksanaan sangat mutlak diperlukan. Disamping itu juga diperlukan sarana prasarana peralatan operasional dan peralatan kantor penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi, bangunan serta pendukung mobilitasi para pegawai BPIW dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Peningkatan kapasitas organisasi salah satunya yang sangat penting adalah melalui dukungan sarana prasarana dalam rangka peningkatan budaya BPIW yang berkinerja tinggi dan berintegritas; pengelolaan regulasi dan layanan hukum, data dan informasi publik melalui penyediaan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis BPIW; dan dukungan sarana dan prasarana aparatur BPIW dengan : (1). Peningkatan kualitas layanan administrasi dalam mendukung implementasi program dan kegiatan BPIW; a. Peningkatan kualitas penyelenggaraan adminsitrasi dan pemberdayaan aparatur BPIW 58

87 b. Peningkatan kualitas pembinaan pengelolaan dan pengolahan kearsipan, penerapan e-arsip BPIW; c. Peningkatan pelayanan administrasi publik melalui tata laksana administrasi; d. Optimalisasi peran Setba sebagai unit terdepan dalam mendukung implementasi program dan kegiatan BPIW. e. Peningkatan kepatuhan terhadap peraturan pengelolaan keuangan; a. Peningkatan kualitas penatausahaan dan pengelolaan BMN; a. Peningkatan kapasitas pengendalian kinerja pelayanan publik, yang meliputi pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pengawasan, termasuk pengawasan oleh masyarakat dan komunikasi publik yang baik. b. Peningkatan koordinasi dan harmonisasi penyusunan peraturan perundangan; c. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan; (2). Pengembangan, pengelolaan dan penyediaan data spasial/peta dan data literal/numerik keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah yang meliputi: a. Peningkatan penyediaan infrastruktur teknologi informasi yang handal dalam mendukung proses bisnis BPIW; b. Penyediaan Data dan Informasi Spasial dan Statistik dalam mendukung TUSI BPIW; c. Pengembangan dan penerapan sistem e-planning dan programming yang terintegrasi; d. Penyediaan aplikasi sistem informasi yang dapat menyediakan informasi kepada pimpinan (Decision Support System (DSS). (3). Pengembangan, pengelolaan dan penyediaan data spasial/peta dan data literal/numerik keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah. 59

88 3.3 PENDANAAN Secara Nasional kebutuhan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur hingga tahun 2019 baru dapat tersedia sepertiganya sehingga untuk mewujudkan target-target pembangunan infrastruktur hingga tahun 2019 harus disiapkan skema dan sumber pendanaan selain APBN dan APBD. Sehingga dalam kerangka pendanaan diperlukan beberapa opsi skenario dan skema pendanaan. Skenario dan skema pendananaan juga memerlukan kebijakan yang dapat memudahkan BPIW untuk merencanakan keterpaduan infrastruktur bidang PUPR dengan pengembangan wilayah. Investasi pemerintah dalam pembangunan infrastruktur PUPR yang terpadu dengan pengembangan wilayah masih relatif belum sebesar kebutuhan lainnya ataupun dibandingkan dengan negara lainnya. Namun, investasi tersebut sangat penting sebagai bentuk nyata peningkatan kesejahteraan masyarakat. Agar peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud, kerangka pendanaan pembangunan infrastruktur PUPR yang terpadu dengan pengembangan wilayah diarahkan pada kebijakan pembiayaan terpadu. Untuk melaksanakan arah, kebijakan, strategi, program dan kegiatan utama pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat diperlukan dukungan kerangka pendanaan yang maksimal. Perhitungan pendanaan harus memperhatikan Alokasi pendanaan Program (penjumlahan dari alokasi pendanaan kegiatan), Alokasi pendanaan Kegiatan (penjumlahan dari alokasi pendanaan Output) dan Alokasi pendanaan Output (hasil proyeksi berdasarkan volume target). Alokasi pendanaan untuk BPIW dalam RPJMN selama 5 tahun adalah sebesar Rp ,00. Sedangkan kebutuhan pendanaan berdasarkan perhitungan BPIW dalam Renstra Kementerian PUPR yaitu sebesar 60

89 Rp ,00. Rincian pendanaan per kegiatan per tahun terdapat pada Tabel 4.1. Setiap tahun Anggaran pada Tabel 4.1 mengalami kenaikan yang disebabkan kuantitas perencanaan pembangunan infrastruktur di tiap wilayah di indonesia akan semakin meningkat. Perencanaan ini akan berupa suatu program yang akan dilaksanakan setiap tahunnya. Berdasarkan hasil perhitungan BPIW, beberapa perbedaan struktur output dan pendanaan Program Pengembangan Infrastruktur Wilayah dalam renstra dan RPJMN diantaranya disebabkan oleh: 1. Adanya perbedaan struktur organisasi dengan yang tercantum dalam RPJMN yaitu semula terdiri dari 6 unit Eselon II menjadi sebanyak 5 unit Eselon II, hal ini berpengaruh terhadap struktur keluaran dan targetnya; 2. Adanya muatan pekerjaan pengembangan wilayah strategis termasuk inkubasinya serta fasilitasi pengadaan tanah, hal ini berimplikasi perlunya penambahan dana. Unit Organisasi Tabel 3.2 Rincian Pendanaan per Kegiatan per Tahun ANGGARAN (JUTA) Total Sekretariat Badan Pusat Perencanaan Infrastruktur PUPR Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR Pusat Pengembangan Kawasan Strategis Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan

90 Kompleksitas yang dihadapi dalam pembangunan infrastruktur PUPR yang terpadu dengan pengembangan wilayah harus diimbangi dengan kapasitas kemampuan dan sumber daya yang salah satunya adalah pendanaan untuk mendukung hal tersebut. Pendanaan yang dikucurkan untuk membangun infrastruktur cenderung menurun tiap tahun. Apabila pada tahun , pembiayaan infrastruktur mencapai 5,34 % dari total Pendapatan Domestik Bruto (PDB), maka tahun 2002 nilainya semakin menurun menjadi hanya 2,33% dari total PDB. Perhitungan memperlihatkan bahwa untuk mencapai pertumbuhan PDB sebesar 6% per tahun, dibutuhkan pembiayaan infrastruktur sebesar 5% per tahun dari total PDB. Sedangkan pada tahun bidang infrastruktur membutuhkan dana Rp227 triliun, sementara pemerintahan hanya menyediakan Rp127 triliun. Rp98 triliun diharapkan bisa ditutupi dari investasi swasta dan masyarakat sehingga terdapat kekurangan dana Rp 9,8 triliun. Oleh karean itu diperlukan skenario dan skema pendanaan yang memiliki kejelasan regulasi untuk memudahkan BPIW dalam merencanakan keterpaduan dan mensikronkan program infrastruktur bidang PUPR dengan pengembangan wilayah. Kendala yang ada terkait opsi skenario Pendanaan sangat erat kaitannya terhadap regulasi terutama dalam hal procurement dan mekanisme. Adapun DIPA tahun 2015 Kementerian PUPR untuk BPIW adalah sebagai berikut: 62

91 Gambar 3.3 Diagram Anggaran Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Tahun

92 64

93 65

94 66

95 67

96 68

97 69

98 70

99 71

100 BAB 4 Akuntabilitas Kinerja Bab ini menjelaskan pertanggungjawaban akuntabilitas (capaian kinerja) baik keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan kewenangan yang sudah menjadi tugas dan fungsi BPIW yang akan dievaluasi oleh Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian PUPR. Sebagai sebuah Badan yang baru, BPIW mulai menyusun laporan capaian Kinerjanya. Pada tahun 2015 ini beberapa hal berhasil dicapai oleh BPIW dengan baik namun sebenarnya beberapa juga masih dapat ditingkatkan. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari hasil kerja keras dan upaya optimal seluruh jajaran BPIW serta karunia Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, momentum capaian BPIW yang sudah baik ini harus dipertahankan untuk kemudian dapat ditingkatkan dan disempurnakan guna meraih hasil kerja yang maksimal. Informasi Capaian Kinerja BPIW Tahun Anggaran 2015 ini disampaikan kepada Menteri PUPR dengan harapan dapat bermanfaat sebagai kelengkapan bahan dalam perumusan kebijakan serta pemanfaatan informasi kinerja bagi BPIW dan Kementerian PUPR khususnya serta menjadi sumber informasi untuk dapat dimanfaatkan bagi masyarakat pada umumnya. Penyampaian informasi capaian kinerja BPIW ini telah mengacu kepada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 72

101 4.1 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Pada bab sebelumnya dijelaskan konsep dengan menggunakan pendekatan 4 perspektif serta reviu berkala dan evaluasi, akuntabilitas kinerja BPIW diarahkan kepada pemenuhan harapan stakeholders kepada Kementerian PUPR yaitu Meningkatnya keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR antardaerah, antar sektor dan antar tingkat pemerintahan dengan indikasi keberhasilannya indeks rasio dukungan infrastruktur PUPR terhadap keterpaduan pengembangan kawasan serta Meningkatnya keterpaduan perencanaan pemrograman dan penganggaran dengan indikasi keberhasilannya tingkat keterpaduan kebijakan, perencanaan pemrograman terhadap penganggaran pembangunan bidang PUPR. Demikian pula pemenuhan harapan customers terhadap BPIW yang menjadi sasaran strategis BPIW yaitu Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan dengan indikasi keberhasilannya; Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dalam kawasan, Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar kawasan dan Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar WPS serta Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan dengan indikasi keberhasilannya; Tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS dan Tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman oleh karena itu BPIW perlu melaksanakan internal process untuk dapat memenuhi harapan stakeholders dan customers tersebut, sedangkan untuk melaksanakan internal process tersebut BPIW memerlukan Learning and Growth, jika tidak maka harapan stakeholders dan customers terhadap BPIW tidak akan dapat dipenuhi. 73

102 Selain itu juga diilakukan reviu berkala atas capaian sasaran-sasaran strategis serta evaluasi terhadap sasaran-sasaran strategis tersebut, dimana pada saat reviu berkala dan dari hasil evaluasinya akan dapat diidentifikasi apa saja permasalahannya, bagaimana implikasinya, rencana tindak lanjut apa saja yang menjadi keputusan solusi dari beberapa opsi penyelesaian yang dihasilkan serta unit mana sajakah yang akan bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Pengukuran tingkat capaian kinerja BPIW tahun 2015 sesuai dengan konsep tersebut diatas dilakukan dengan cara membandingkan antara capaian indikator kinerja yang terdapat dalam Peta Strategi BPIW Tahun 2015 dengan targetnya. Secara umum target Indikator Kinerja Utama BPIW Tahun 2015 sebagaimana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja dan Rencana Kerja Tahunan telah tercapai dengan baik walaupun masih ada catatan pada indikator-indikator Kinerja Utama yang pengukuran capaiannya belum memasukkan seluruh sub parameter/kriteria pada parameter-parameter penilaian dikarenakan BPIW baru mulai terbentuk pada tahun Ke 5 Indikator Kinerja Utama berstatus "hijau" (realisasi memenuhi setidaknya 100% dari target yang ditetapkan dengan catatan), rincian status tersebut dapat dilihat pada tabel halaman berikutnya. 74

103 Tabel 4.1 Realisasi Sasaran Strategis BPIW KODE Sasaran Strategis KODE Indikator Kinerja Utama Target Realisasi SS-1 SS-2 Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik di perkotaan, kluster industri maupun perdesaan Meningkatnya keterpaduan perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik di perkotaan, kluster industri maupun perdesaan IP1-* IP2-* Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dalam kawasan Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar kawasan di dalam WPS Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar WPS Tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS Tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman 78% 78,68% 78% 78,44% 76% 76,38% 80% 80,3% 79% 80,27% 75

104 4.1.1 Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini Keterpaduan perencanaan, keterpaduan dan kesinkronan program serta keterpaduan pelaksanaan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah, untuk itu BPIW yang memiliki tugas, fungsi dan peran strategis dalam memastikan terwujudnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah berusaha untuk selalu meningkatkan kinerja yang berpengaruh pada keterpaduan tersebut. Informasi Capaian Sasaran Strategis Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik di perkotaan seta sasaran strategis, kluster industri maupun perdesaan serta sasaran strategis Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan pada tahun 2014 atau tahun sebelumnya belum tersedia (N/A - Not Available) karena organisasi BPIW belum terbentuk, namun baselinenya sudah ditetapkan untuk menjadi dasar pengukuran. ANALISIS UNTUK SASARAN STRATEGIS 1.: Meningkatnya keterpaduan perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik di perkotaan, kluster industri maupun perdesaan dengan Indikator : 1. Tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS. Indikator Kinerja Utama ini bertujuan untuk mendorong kinerja proses keterpaduan perencanaan infrastruktur PUPR untuk menjadi lebih 76

105 meningkat baik dalam kawasan, antar kawasan maupun antar WPS yang menjadi tanggung jawab BPIW. Hal ini merupakan salah satu upaya dari BPIW untuk memberikan kontribusi perencanaan baik perencanaan strategis maupun perencanaan pengembangan kawasan/wilayah yang lebih baik serta untuk mengukur tingkat keterpaduan perencanaan yang lebih mudah diterapkan dalam rangka meningkatkan Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR. Target tahun 2015 untuk Tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS adalah 80 %, sedangkan capaian kinerjanya adalah 80,3 %. Capaian ini 80,3 %. merupakan agregard dari seluruh hasil penilaian dari 35 WPS dan antarwps. Penghitungan capaiannya adalah penghitungan agregard dari hasil-hasil antara lain berikut ini (selengkapnya dapat dilihat pada lampiran): Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai- Pekanbaru untuk keterpaduan Perencanaan total adalah 88%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 89,5% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 87,9 % 77

106 Gambar 4.1 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan Tebing Tinggi Dumai - Pekanbaru Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sabang- Banda Aceh- Langsa untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 75%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 80,0% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 73,5 %. Gambar 4.2 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pusat PertumbuhanSedang Berkembang Sabang-Banda Aceh-Langsa Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam- Tanjung Pinang untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 87 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 90,4 % sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 86,4 %. 78

107 Gambar 4.3 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam-Tanjung Pinang Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga- Paadang - Bengkulu untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 80 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 70,4 % sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 85,4 %. Gambar 4.4 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga Padang - Bengkulu Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Jambi- Palembang- Bangka Belitung untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 78 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 79,2 % sedangkan 79

108 untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 78,2 %. Gambar 4.5 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Jambi-Palembang- Bangka Belitung Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak- Bakauheni- Bnadar Lampung- Palembang- Tanjung Api-api untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 86 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 70,4 % sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 93,6 %. Gambar 4.6 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Terpadu Merak-Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang- Tanjung Api-api Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta - Bogor - Ciawi - Sukabumi untuk keterpaduan 80

109 Perencanaan totalnya adalah 86 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 70,3 % sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 92,8 %. Gambar 4.7 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Terpadu Jakarta-Bogor-Ciawi- Sukabumi Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta - Bandung - Cirebon - Semarang untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 89 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 80,0 % sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 93,1 %. Gambar 4.8 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta Bandung Cirebon - Semarang Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Tanjung Lesung - Sukabumi - Pangandaran - 81

110 Cilacap untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 77 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 70,4 % sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 80,8 %. Gambar 4.9 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Tanjung Lesung-Sukabumi-Pangandaran- Cilacap Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Yogyakarta - Solo - Semarang untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 88 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 90,4 % sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 87,2 %. Gambar 4.10 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Terpadu Yogyakarta-Solo-Semarang Pusat 82

111 Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Semarang - Surabaya untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 87 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 88,5 % sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 87,9 %. Gambar 4.11 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Terpadu Semarang-Surabaya Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Yogyakarta Prigi Blitar - Malang untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 74 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 89,53% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 73,5 %. 83

112 Gambar 4.12 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Yogyakarta Parigi Blitasr - Malang Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Malang Surabaya - Bangkalan untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 88 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 80,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 92,4 %. Gambar 4.13 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Terpadu Malang-Surabaya-Bangkalan Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Surabaya Pasuruan - Banyuwangi untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 88 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 90,4% sedangkan 84

113 untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 87,2 %. Gambar 4.14 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Surabaya-Pasuruan-Bayuwangi Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Gilimanuk Denpasar - PadangBay untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 88 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 90,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 87,2 %. Gambar 4.15 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Gilimanuk-Denpasar-Padangbay Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Lombok untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 73 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan 85

114 rencana strategis adalah 70,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 74,6 %. Gambar 4.16 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Lombok Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sumbawa untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 76 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 70,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 79,2 %. Gambar 4.17 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Sumbawa Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pertumbuhan Baru Waingapu Manado- Labuan Bajo- Ende untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 73 %, dengan rincian untuk keterpaduan 86

115 dengan rencana strategis adalah 90,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 66,4 %. Gambar 4.18 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Baru Waingapu-Komodo-Labuan Bajo-Ende Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pertumbuhan Baru Kupang Atambua untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 72%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 70,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 70,8 %. Gambar 4.19 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pertumbuhan Baru Kupang - Atambua Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ketapang Pontianak Singkawang - Sambas 87

116 untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 74%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 60% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 80%. Gambar 4.20 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ketapang Pontianak Singkawang Sambas Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pertumbuhan Baru Temajuk Sebatik untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 73%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 70,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 74,6 %. Gambar 4.21 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pertumbuhan Baru Temajuk Sebatik 88

117 Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Palangkaraya Banjarmasin - Batulicin untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 75%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 80,3% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 73,5 %. Gambar 4.22 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Palangkaraya Banjarmasin Batulicin Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan erpadu Balikpapan Samarinda Maloy untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 88%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 80,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 92,4 %. Gambar 4.23 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan Samarinda Maloy 89

118 Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Manado Bitung Amorang Lolak - Kotamobagu untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 88%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 90,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 87,2 %. Gambar 4.24 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Manado Bitung Amurang Lolak - Kotamobagu Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Gorontalo Bolaan Mongondow untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 86%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 70,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 93,6 %. Gambar 4.25 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Gorontalo Bolaan Mongondow 90

119 Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pertumbuhan Baru Palu Banggai untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 69%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 80% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 65,4 %. Gambar 4.26 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pertumbuhan Baru Palu Banggai Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pertumbuhan Mamuju Mamasa Toraja Kendari Buton Wakatobi untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 67%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 70,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 66,4 %. Gambar 4.27 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pertumbuhan Baru Mamuju Mamasa Toraja Kendari Buton Wakatobi 91

120 Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Makassar Pare-Pare Mamuju untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 85%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 80% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 87,2 %. Gambar 4.28 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Makassar Pare-Pare Mamuju Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ternate Sofifi Morotai untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 77%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 7,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 80,8 %. Gambar 4.29 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ternate Sofifi Morotai 92

121 Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon Masohi untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 77%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 70,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 80%. Gambar 4.30 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon Masohi Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pertumbuhan Baru Sorong Manokwari untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 73 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 70,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 74,6 %. Gambar 4.31 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Sorong-Manokwari 93

122 Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pertumbuhan Baru Manokwari Bintuni untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 73%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 90,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 66,4 %. Gambar 4.32 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Manokwari Bintuni Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pertumbuhan Baru Manokwari Bintuni untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 66%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 80,8% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 60 %. Gambar 4.33 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Nabire Enarotali (Ilaga Timika) Wamena 94

123 Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pertumbuhan Baru Manokwari Bintuni untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 75%, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 80% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 73,5 %. Gambar 4.34 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Jayapura Merauke Hasil pengukuran keterpaduan rencana di WPS Pulau pulau terluar untuk keterpaduan Perencanaan totalnya adalah 66 %, dengan rincian untuk keterpaduan dengan rencana strategis adalah 80,4% sedangkan untuk keterpaduan dengan rencana pengembangan WPS adalah 60,0 %. Gambar 4.35 Pengukuran Keterpaduan Rencana Pengembangan WPS Pulau Terluar 95

124 2. Keterpaduan dan Tingkat sinkronisasi program (fungsi, lokasi, besaran, waktu) disparitas kebutuhan dengan pemrograman Indikator Kinerja Utama ini bertujuan untuk mendorong kinerja proses sinkronisasi program infrastruktur PUPR untuk menjadi lebih meningkat baik dalam kawasan, antar kawasan maupun antar WPS yang menjadi tanggung jawab BPIW. Hal ini merupakan salah satu upaya dari BPIW untuk memberikan kontribusi pemrograman yang terpadu dan sinkron dengan kebutuhan pengembangan kawasan baik program jangka panjang, program jangka menengah, program jangka pendek maupun program tahunan yang lebih baik serta untuk mengukur tingkat keterpaduan dan kesinkronan program yang lebih sesuai kebutuhan pengembangan dalam rangka meningkatkan Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah. Target tahun 2015 untuk Tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman adalah 79 %, sedangkan capaian kinerjanya adalah 80,27 %, Capaian 80,3 % ini merupakan agregard dari seluruh hasil penilaian dari 35 WPS dan antarwps. Penghitungan capaiannya adalah penghitungan agregard dari hasilhasil antara lain berikut ini (selengkapnya bias dilihat pada lampiran): Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan Tebing Tinggi Dumai Pekanbaru untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 86 %, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 80% sedangkan 96

125 untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 89,2 %. Gambar 4.36 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sabang Banda Aceh - Langsa untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 77 %, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 70,3% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 80,0 %. Gambar 4.37 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Sabang-Banda Aceh-Langsa 97

126 Hasil pengukuran kesinkronan/keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam - Tanjung Pinang untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 89%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjangjangka menengah adalah 89,7% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 89,2%. Gambar 4.38 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam-Tanjung Pinang Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga - Padang - Bengkulu untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 86%, dengan rincian untuk kesinkronan/keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 80% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 89,8%. 98

127 Gambar 4.39 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga-Padang-Bengkulu Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Jambi - Palembang - Bangka Belitung untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 88%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 81,6% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 90,2%. Gambar 4.40 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Jambi-Palembang-Bangka Belitung 99

128 Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pertumbuhan Terpadu Merak - Bakauheni - Bandar Lampung - Palembang - Tanjung Api-Api untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 88%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 81,2% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 90,2%. Gambar 4.41 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Terpadu Merak Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang- Tanjung Api-api Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Terpadu Jakarta - Bogor - Ciawi - Sukabumi untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 75%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 70,3% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 78,0% 100

129 Gambar 4.42 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Terpadu Jakarta-Bogor-Ciawi- Sukabumi Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta - Bandung - Cirebon - Semarang untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 87%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 80,0% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 90,2% Gambar 4.43 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta-Bandung-Cirebon-Semarang 101

130 Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Tanjung Lesung - Sukabumi - Pangandaran - Cilacap untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 78%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 79,3% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 78,0%. Gambar 4.44 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Tanjung Lesung-Sukabumi-Pangandaran- Cilacap Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pertumbuhan Terpadu Yogyakarta - Solo - Semarang Pusat untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 80%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 80,4% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 80%. 102

131 Gambar 4.45 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Terpadu Yogyakarta-Solo-Semarang Pusat Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Semarang - Surabaya untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 88%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 81,6% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 90,2%. Gambar 4.46 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Semarang-Surabaya 103

132 Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Yogyakarta - Prigi - Blitar - Malang untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 76%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 90,3% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 70,2%. Gambar 4.47 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Yogyakarta-Prigi-Blitar-Malang Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Malang - Surabaya - Bangkalan untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 87%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 80,6% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 90,2%. 104

133 Gambar 4.48 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Malang-Surabaya-Bangkalan Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Surabaya - Pasuruan - Banyuwangi untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 88%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 81,6% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 90,2%. Gambar 4.49 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Surabaya-Pasuruan-Bayuwangi 105

134 Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Gilimanuk - Denpasar - Padangbay untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 88%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 81,6% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 89,2%. Gambar 4.50 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Gilimanuk-Denpasar-Padangbay Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Lombok untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 73%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 80,6% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 70,2%. 106

135 Gambar 4.51 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Lombok Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Sumbawa untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 74%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 80,6% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 71,2%. Gambar 4.52 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Sumbawa 107

136 Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pertumbuhan Baru Kupang - Atambua untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 73%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 80,6% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 70,2%. Gambar 4.53 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Kupang-Atambua Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pertumbuhan Baru Waingapu - Komodo - Labuan Bajo - Ende untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 72%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 79,6% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 70,2%. 108

137 Gambar 4.54 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Baru Waingapu-Komodo-Labuan Bajo Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ketapang - Pontianak - Singkawang - Sambas untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 74%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 60,0% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 80,0%. Gambar 4.55 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ketapang-Pontianak-Singkawang- Sambas 109

138 Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pertumbuhan Baru Temajuk Sebatik untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 6%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 69,3% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 69,2% Gambar 4.56 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Temajuk Sebatik Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Palangkaraya - Banjarmasin - Batulicin untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 75%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 90,3% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 70,0% 110

139 Gambar 4.57 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Palangkaraya-Banjarmasin-Batulicin Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan - Samarinda - Maloy untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 85%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 80,6% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 88,2%. Gambar 4.58 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan-samarinda-Maloy 111

140 Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Manado - Bitung - Amurang - Lolak - Kotamobagu untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 88%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 81,6% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 89,2%. Gambar 4.59 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Manado-Bitung-Amurang-Lolak- Kotamobagu Hasil pengukuran kesinkronan/keterpaduan program di WPS Pertumbuhan Baru Palu - Banggai untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 73%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 80,6% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 70,2%. 112

141 Gambar 4.60 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pertumbuhan Baru Palu-Banggai Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Gorontalo - Bolaang Mongondow untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 86%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 81,2% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 88,2%. Gambar 4.61 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Gorontalo Bolaang Mongondow 113

142 Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pertumbuhan Baru Mamuju - Mamasa - Toraja - Kendari - Buton - Wakatobi untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 67%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 60,3% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 70,2%. Gambar 4.62 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pertumbuhan Baru Mamuju-Mamasa-Toraja-Kendari-Buton-Wakatobi Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Makassar - Pare-Pare - Mamuju untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 88%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 80,3% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 87,8%. 114

143 Gambar 4.63 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Makassar-Pare-pare-Mamuju Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ternate - Sofifi - Morotai untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 77%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 70,3% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 80,0%. Gambar 4.64 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ternate-Sofifi-Morotai 115

144 Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon - Masohi untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 77%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjangjangka menengah adalah 89,3% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 71,2%. Gambar 4.65 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon-Masohi Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pertumbuhan Baru Sorong - Manokwari untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 73%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 80,6% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 70,2% 116

145 Gambar 4.66 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Sorong-Manokwari Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pertumbuhan Baru Manokwari - Bintuni untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 73%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 81,6% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 71,2%. Gambar 4.67 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Baru Manokwari-Bintuni 117

146 Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pertumbuhan Baru Nabire - Enarotali - (Ilaga - Timika) - Wamena untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 66%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 61,2% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 68,2%. Gambar 4.68 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Baru Nabire-Enarotali-(Ilagi-Timika)-Wamena Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pertumbuhan Baru Jayapura - Merauke untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 75%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 89,3% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 70,2%. 118

147 Gambar 4.69 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Baru Jayapura-Merauke Hasil pengukuran kesinkronan/ keterpaduan program di WPS Pulau Terluar untuk kesinkronan/ keterpaduan program totalnya adalah 66%, dengan rincian untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka panjang- jangka menengah adalah 80,0% sedangkan untuk kesinkronan/ keterpaduan program dengan program jangka pendek dan tahunan pengembangan WPS adalah 60,0%. Gambar 4.70 Pengukuran Keterpaduan Program Pengembangan WPS Pulau Terluar 119

148 ANALISIS UNTUK SASARAN STRATEGIS 2: Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan dengan Indikator : 1. Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dalam kawasan 2. Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar kawasan 3. Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar WPS Ke 3 Indikator Kinerja Utama ini bertujuan untuk mendorong kinerja proses monitoring, evaluasi dan pelaksanaan rekomendasi perbaikan berkelanjutan sebagai bentuk pengendalian pelaksanaan keterpaduan infrastruktur PUPR untuk menjadi lebih meningkat baik dalam kawasan, antar kawasan maupun antar WPS yang menjadi tanggung jawab BPIW. Hal ini merupakan salah satu upaya dari BPIW untuk memberikan kontribusi perangkat/tool pengendalian, monitoring evaluasi serta layanan teknis pelaksanaan yang lebih baik serta untuk mengukur tingkat keterpaduan pelaksanaan yang lebih mudah diterapkan dalam rangka meningkatkan Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR sesuai atau melebihi target yang ditetapkan. Pelaksanaan Keterpadun sebagai salah satu mata rantai dalam proses Keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah dapat berpengaruh terhadap tingkat Keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah. Sasaran Pengukuran: tingkat Keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah adalah untuk 120

149 mengetahui efektifitas program-program Kementerian PUPR yang ditujukan untuk menterpadukan pembangunan Infrastruktur masing-masing sektor di bidang PUPR dalam kawasan strategis sesuai dengan daya dukung dan daya tampung kawasan serta fungsional lingkungan fisik terbangun yang terpadu dalam fungsi, lokasi, besaran dan waktu. Cara Pengukurannya adalah dengan menghitung rasio hasil monitoring dan evaluasi kesesuaian kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu serta pelaksanaan rekomendasi perbaikan pelaksanaan keterpaduan infrastruktur PUPR di dalam kawasan, antar kawasan maupun antar WPS di tahun 2015 dibandingkan dengan kebutuhan (faktor-faktor non fisik hingga akhir tahun 2015). Target tahun 2015 untuk di dalam kawasan adalah 78 %, sedangkan capaian kinerjanya adalah 78,68%, kemudian target antar kawasan adalah 78%, sedangkan capaian kinerjanya adalah 78,44%, selanjutnya target antar WPS adalah 76 %, sedangkan capaian kinerjanya adalah 76,38%. Periode Pengukurannya adalah setiap tahun, dengan pendekatan Lag. Sedangkan Sumber Data pengukuran adalah data dari masing-masing Kawasan Strategis pada 35 WPS yang diterpadukan (dari Kementerian PUPR dan Pemerintah Daerah) Sementara Asumsinya adalah ketersediaan data eksiting infrastruktur bidang PUPR yang telah terbangun lengkap dari semua direktorat jenderal sektor di bawah Kementerian PUPR, beserta data progress tahun berjalan, data hasil monitoring dan evaluasi kesesuaian kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu serta pelaksanaan rekomendasi perbaikan pelaksanaan keterpaduan. Kinerja keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan melibatkan banyak pihak/ 121

150 stakeholders untuk keberhasilannya, sehingga BPIW sebagai Badan baru yang mendapatkan mandat untuk mewujudkan sasaran tersebut harus Berkolaborasi Untuk Mewujudkannya. Pengukuran Keterpaduan dilakukan pada level kawasan pertumbuhan yang ada di dalam wilayah pengembangan strategis, sebagai contoh pada WPS 2 (Pusat Pertumbuhan Terpadu Mentro Medan-Tebing Tinggi Dumai-Pekanbaru) : 2.1 KWS. MEGAPOLITAN MEBIDANGRO -Kota Medan (PKN) -Kota Binjai (PKN) -Kab Deli Serdang (PKW) -Kab Karo (PKW) - KI Medan - KI Medan Star Industrial Park - Pelabuhan Belawan - KI Lamhotma Belawan -KI & Pergudangan Pantai Labu - KSN Mebidangro - KI Tanjung Morowa (KI Star) - KI Hamparan Perak - KI Binjai - KPS Dolok Masihul, Kab Serdang Bedagai - Bandara Kualanamu 2. Kawasan di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan Tebing Tinggi Dumai - Pekanbaru 2.2 KWS. Pertumbuhan Baru SEI MANGKE KUALA TANJUNG - Kota Tebing Tinggi (PKW) - Pelabuhan Kuala Tanjung - KI Kuala Tanjung - KI Sei Mangke - KEK Sei Mangke - Kota Baru Sei Mangke 2.4 KWS. INDUSTRI DUMAI - Kota Dumai (PKN dan PKSN) - KSPN Rupat - Pelabuhan Dumai - KI Dumai (Pelintung) - KI Lubuk Gaung 2.3 KWS. Strategis Pariwisata DANAU TOBA - SAMOSIR - Kab Balige (PKW) - Kab Simalungun - Kab Samosir - Kab Tapanuli Utara - Kab Toba Samosir - Kab Humbang Hasundutan - Kab Dairi - KSPN Danau Toba - KSN Danau Toba 2.5 KWS Pertumbuhan Utama PEKANSIKAWAN (PEKANBARU, SIAK, KAMPAR, PELALAWAN) - Kota Pekanbaru (PKN) - Kab Siak (PKW) - Kab Kampar (PKW) - Kab Pelalawan (PKW) - KI Tanjung Buton - KI Penayan 2 Gambar 4.71 Kawasan di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru Pada WPS 2 (Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan-Tebing Tinggi Dumai - Pekanbaru) terdapat 5 kawasan yang menjadi fokus pengembangan. 122

151 Gambar 4.72 Pengukuran Keterpaduan Pengembangan Kawasan Megapolitan Mebidangro Sebagai contoh hasil pengukuran di Kawasan Megapolitan Mebidangro untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0.27 (27%), kesinkronan program adalah 0.29 (29 %), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0.23 (23 %), sehingga total nilai keterpaduan di Kawasan Megapolitan Mebidangro adalah 79%, dan seterusnya hingga ke semua 5 kawasan yang menjadi fokus di WPS 2 tersebut terukur. Selanjutnya dihitung agregard dari 5 kawasan tersebut sehingga hasil pengukuran di WPS 2 Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan - Tebing Tinggi - Dumai - Pekanbaru adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,46 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 88,7%), kesinkronan program adalah 0,28 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 86%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,14, sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan - Tebing Tinggi - Dumai - Pekanbaru adalah 88%. 123

152 Gambar 4.73 Pengukuran Keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan - Tebing Tinggi - Dumai - Pekanbaru Seperti WPS 2, WPS yang lain juga dihitung agregard dari kawasan-kawasan yang menjadi katalis di dalam WPS yang bersangkutan sehingga di dapatkan hasil pengukuran WPS yang dimaksud. Adapun hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sabang - Banda Aceh Langsa adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,40 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 75%), kesinkronan program adalah 0,25 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 77%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,11, sehingga total nilai keterpaduanya adalah 75%. Gambar 4.74 Pengukuran Keterpaduan Pengembangan di Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sabang-Banda Aceh-Langsa 124

153 Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam - Tanjung Pinang adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,46 (konversi dengan bobot tertimbang diibulatkan 87%), kesinkronan program adalah 0,28 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 89,1%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,13, sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam - Tanjung Pinang adalah 87%. Gambar 4.75 Pengukuran Keterpaduan di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Batam- Tanjung Pinang Hasil pengukuran di WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga - Padang - Bengkulu adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,42 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 80%), kesinkronan program adalah 0,26 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 86%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,11, sehingga total nilai keterpaduan di Sibolga - Padang - Bengkulu adalah 80%. Pertumbuhan Sedang Berkembang 125

154 Gambar 4.76 Pengukuran Keterpaduan di WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga Padang - Bengkulu Hasil pengukuran di WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Jambi - Palembang - Bangka Belitung adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,41 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 78 %), kesinkronan program adalah 0,28 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 88 %), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,10 (konversi dengan bobot tertimbang 76,65%), sehingga total nilai keterpaduan di Jambi - Palembang - Bangka Belitung adalah 78%. Pertumbuhan Sedang Berkembang Gambar 4.77 Pengukuran Keterpaduan di WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Jambi-Palembang-Bangka Belitung 126

155 Hasil pengukuran di WPS Pertumbuhan Terpadu Merak - Bakauheni - Bandar Lampung - Palembang - Tanjung Api-Api adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,46 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 86%), kesinkronan program adalah 0,28 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 88%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,13, sehingga total nilai keterpaduan di Pertumbuhan Terpadu Merak - Bakauheni - Bandar Lampung - Palembang - Tanjung Api- Api adalah 86%. Gambar 4.78 Pengukuran Keterpaduan di WPS Pertumbuhan Terpadu Merak- Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang-Tanjung Api-api Hasil pengukuran di WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Terpadu Jakarta - Bogor - Ciawi - Sukabumi adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,46 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 86%), kesinkronan program adalah 0,24 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 75%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,14, sehingga total nilai keterpaduan di Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Terpadu Jakarta - Bogor - Ciawi - Sukabumi adalah 86%. 127

156 Gambar 4.79 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Terpadu Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta - Bandung - Cirebon - Semarang adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,47 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 89%), kesinkronan program adalah 0,28 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 87%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,14, sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta - Bandung - Cirebon - Semarang adalah 89%. Gambar 4.80 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta-Bandung-Cirebon-Semarang 128

157 Hasil pengukuran di WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Tanjung Lesung - Sukabumi - Pangandaran - Cilacap adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,41 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 77%), kesinkronan program adalah 0,25 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 78%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,14, sehingga total nilai keterpaduan di Pertumbuhan Sedang Berkembang Tanjung Lesung - Sukabumi - Pangandaran - Cilacap adalah 77%. Gambar 4.81 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Tanjung Lesung-Sukabumi-Pangandaran-Cilacap Hasil pengukuran di WPS Pertumbuhan Terpadu Yogyakarta - Solo - Semarang Pusat adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,46 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 88%), kesinkronan program adalah 0,26 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 80%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,14, sehingga total nilai keterpaduan di Pertumbuhan Terpadu Yogyakarta - Solo - Semarang Pusat adalah 88%. 129

158 Gambar 4.82 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Terpadu Yogyakarta Solo Semarang Pusat Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Semarang - Surabaya adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,46 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 87%), kesinkronan program adalah 0,28 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 88%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,13, sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Terpadu Semarang - Surabaya adalah 87%. Gambar 4.83 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Semarang-Surabaya 130

159 Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Yogyakarta - Prigi - Blitar - Malang adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,39 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 74%), kesinkronan program adalah 0,24 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 76%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,11, sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Yogyakarta - Prigi - Blitar - Malang adalah 74%. Gambar 4.84 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Yogyakarta Prigi Blitar - Malang Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Malang - Surabaya - Bangkalan adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,47 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 88 %), kesinkronan program adalah 0,28 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 87 %), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,13, sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Terpadu Malang - Surabaya - Bangkalan adalah 88%. 131

160 Gambar 4.85 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Malang-Surabaya-Bangkalan Hasil pengukuran di WPS Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Surabaya - Pasuruan - Banyuwangi adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,47 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 88 %), kesinkronan program adalah 0,28 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 88 %), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,13, sehingga total nilai keterpaduan di Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Surabaya - Pasuruan - Banyuwangi adalah 88%. Gambar 4.86 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Konektivitas Keseimbangan Pertumbuhan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi 132

161 Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Gilimanuk - Denpasar - Padangbay adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,46 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 88%), kesinkronan program adalah 0,28 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 88 %), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,13, sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Terpadu Gilimanuk - Denpasar - Padangbay adalah 88%. Gambar 4.87 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Gilimanuk-Denpasar-Padangbay Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Lombok adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,39 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 73%), kesinkronan program adalah 0,23 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 73 %), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,11, sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Lombok adalah 73%. 133

162 Gambar 4.88 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Lombok Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Sumbawa adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,40 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 76%), kesinkronan program adalah 0,24 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 76 %), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,12, sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Sumbawa adalah 76%. Gambar 4.89 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Pulau Sumbawa 134

163 Hasil pengukuran di WPS Pertumbuhan Baru Waingapu - Komodo - Labuan Bajo - Ende adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,38 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 73%), kesinkronan program adalah 0,23 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 72 %), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,11, sehingga total nilai keterpaduan di Pertumbuhan Baru Waingapu - Komodo - Labuan Bajo - Ende adalah 73%. Gambar 4.90 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pertumbuhan Baru Waingapu-Komodo-Labuan Bajo-Ende Hasil pengukuran di WPS Pertumbuhan Baru Kupang - Atambua adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,38 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 72%), kesinkronan program adalah 0,23 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 73%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,11, sehingga total nilai keterpaduan di Pertumbuhan Baru Kupang - Atambua adalah 72%. 135

164 Gambar 4.91 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pertumbuhan Baru Kupang-Atambua Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ketapang - Pontianak - Singkawang - Sambas adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,40 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 74%), kesinkronan program adalah 0,24 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 74%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,11, sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ketapang - Pontianak - Singkawang - Sambas adalah 74%. Gambar 4.92 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ketapang-Pontianak-Singkawang-Sambas 136

165 Hasil pengukuran di WPS Pertumbuhan Baru Temajuk Sebatik adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,38 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 73%), kesinkronan program adalah 0,22(konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 69%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,12, sehingga total nilai keterpaduan di Pertumbuhan Baru Temajuk Sebatik adalah 73%. Gambar 4.93 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Temajuk Sebatik Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Palangkaraya - Banjarmasin - Batulicin adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,40 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 75%), kesinkronan program adalah 0,24 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 75 %), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,11, sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Palangkaraya - Banjarmasin - Batulicin adalah 75%. 137

166 Gambar 4.94 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Palangkaraya Banjarmasin-Batulicin Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan - Samarinda - Maloy adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,47 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 88%), kesinkronan program adalah 0,27 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 85%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,14, sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan - Samarinda - Maloy adalah 88%. Gambar 4.95 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan-Samarinda-Maloy 138

167 Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Manado - Bitung - Amurang - Lolak - Kotamobagu adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,41 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 88%), kesinkronan program adalah 0,28 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 88 %), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,13, sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Manado - Bitung - Amurang - Lolak - Kotamobagu adalah 88%. Gambar 4.96 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Manado-Bitung-Amurang-Lolak-Kotamobagu Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Gorontalo - Bolaang Mongondow adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,46 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 86%), kesinkronan program adalah 0,28 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 86%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,13, sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Gorontalo - Bolaang Mongondow adalah 86%. 139

168 Gambar 4.97 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Sedang Berkembang Gorontalo-Bolaang Mongondow Hasil pengukuran di WPS Pertumbuhan Baru Palu - Banggai adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,36 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 69%), kesinkronan program adalah 0,23 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 73 %), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,06, sehingga total nilai keterpaduan di Pertumbuhan Baru Palu - Banggai adalah 69%. Gambar 4.98 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pertumbuhan Baru Palu-Banggai Hasil pengukuran di WPS Pertumbuhan Baru Mamuju - Mamasa - Toraja - Kendari - Buton - Wakatobi adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 140

169 0,36 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 67%), kesinkronan program adalah 0,21 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 67 %), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,10, sehingga total nilai keterpaduan di Pertumbuhan Baru Mamuju - Mamasa - Toraja - Kendari - Buton - Wakatobi adalah 67%. Gambar 4.99 Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pertumbuhan Baru Mamuju-Mamasa-Toraja-Kendari-Buton-Wakatobi Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Makassar - Pare-Pare - Mamuju adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,45 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 85%), kesinkronan program adalah 0,28 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 88%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,12, sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Terpadu Makassar - Pare-Pare - Mamuju adalah 85%. 141

170 Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Makassar-Pare-pare-Mamuju Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ternate - Sofifi - Morotai adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,41 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 77%), kesinkronan program adalah 0,25 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 77%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,12 sehingga total nilai keterpaduan di Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ternate - Sofifi - Morotai adalah 77%. Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ternate-Sofifi-Morotai 142

171 Hasil pengukuran di WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon - Masohi adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,41 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 77%), kesinkronan program adalah 0,25 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 77%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,12 (konversi dengan bobot tertimbang 75,55%), sehingga total nilai keterpaduan di Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon - Masohi adalah 77%. Pusat Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Ambon-Masohi Hasil pengukuran di WPS Pertumbuhan Baru Sorong - Manokwari adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,38 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 73%), kesinkronan program adalah 0,23 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 73%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,11, sehingga total nilai keterpaduan di Pertumbuhan Baru Sorong - Manokwari adalah 73%. 143

172 Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Sorong-Manokwari Hasil pengukuran di WPS Pertumbuhan Baru Manokwari - Bintuni adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,39 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 73%), kesinkronan program adalah 0,23 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 73 %), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,11, sehingga total nilai keterpaduan di Pertumbuhan Baru Manokwari - Bintuni adalah 73%. Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Manokwari - Bintuni Hasil pengukuran di WPS Pertumbuhan Baru Nabire - Enarotali - (Ilaga - Timika) - Wamena adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,35 (konversi 144

173 dengan bobot tertimbang dibulatkan 66%), kesinkronan program adalah 0,21 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 66 %), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,10, sehingga total nilai keterpaduan di Pertumbuhan Baru Nabire - Enarotali - (Ilaga - Timika) - Wamena adalah 66%. Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Nabire-Enarotali-(Ilaga-Timika)-Wamena Hasil pengukuran di WPS Pertumbuhan Baru Jayapura - Merauke adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,40 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 75%), kesinkronan program adalah 0,24 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 75%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,11, sehingga total nilai keterpaduan di Pertumbuhan Baru Jayapura - Merauke adalah 75%. 145

174 Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Pertumbuhan Baru Jayapura - Merauke Hasil pengukuran di WPS Pulau Terluar adalah untuk keterpaduan Perencanaan adalah 0,35 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 66%), kesinkronan program adalah 0,21 (konversi dengan bobot tertimbang dibulatkan 66%), sedangkan untuk keterpaduan dan kesinkronan pelaksanaan adalah 0,10, sehingga total nilai keterpaduan di Pulau Terluar adalah 66%. Gambar Pengukuran Keterpaduan pada Pengembangan WPS Terluar 146

175 Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir Benchmark bagi pengukuran kinerja keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik Perkotaan maupun Non Perkotaan belum tersedia, bahkan untuk infrastruktur selain PUPR sekalipun. Di tingkat regional dan internasional pun masih sangat terbatas, serta belum ada metode/alat ukur yang baku/standar, namun BPIW telah menyusun alat/tool untuk mengukur keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Serta telah memulai menjalin network baik regional maupun internasional untuk memulai mengatur benchmarking Membandingkan antara realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi Di dalam Renstra BPIW ditetapkan target-target atas sasaran-sasaran strategis BPIW. Renstra BPIW yang mengacu pada Renstra Kementerian PUPR tidak terlepas darai catatan-catatan baik pada kerangka pendanaan, kerangka regulasi maupun kerangka kelembagaan dikarenakan bahwa keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan merupakan kerja bersama yang melibatkan unit kerja eselon 1 lainnya bahkan dengan sektor lain dan pemda terkait. 147

176 Adapun realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi adalah : SS 2 : Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan RENSTRA KEMENTERIAN PUPR DAN BPIW TAHUN INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dalam kawasan TARGET : 78 % CAPAIAN : 78,68% INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dalam kawasan TARGET HINGGA 2019: 100 % GAP : 21,32%% INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar kawasan TARGET : 78% CAPAIAN : 78,44% INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar kawasan TARGET HINGGA 2019: 100 % GAP : 21,56% INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dantar WPS TARGET : 76% CAPAIAN : 76,38% INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dantar WPS TARGET HINGGA 2019: 100 % GAP : 23,62% Gambar Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun ini dengan target Jangka Menengah untuk Sasaran Strategis 2 148

177 SS 1: Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan TARGET RENSTRA KEMENTERIAN PUPR DAN BPIW INDIKATOR 2 : Tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman TARGET : 79 % CAPAIAN : 80,27 % INDIKATOR 2 : Tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman TARGET hingga 2019: 100 % GAP : 19,73 % SS 1 : Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan TARGET RENSTRA KEMENTERIAN PUPR DAN BPIW INDIKATOR 1 : Tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS TARGET : 80 % CAPAIAN : 80,3 % INDIKATOR 1 : Tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS TARGET hingga 2019: 100 % GAP : 19,7 % Gambar Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun ini dengan target Jangka Menengah untuk Sasaran Strategis 1 Sementara itu untuk perbandingan dengan RPJMN, karena BPIW merupakan unit organisasi yang baru yang terbentuk setelah ditetapkannya RPJMN , maka secara tersurat ada perbedaan output-output karena berbedanya peran baru BPIW dibandingkan unit organisasi yang lama. Namun tetap saja dapat dikelompokkan menurut kelompok output dan outcomenya. Sehingga pada dasaranya semua output sesuai RPJMN yang menjadi tanggung jawab BPIW telah tercapai dalam kelompok output atau outcome terkait. Sebagai contoh penyandingan pengelompokkan output yang berbeda antara Renstra Kementerian PUPR BPIW dengan RPJMN adalah sebagai berikut. 149

178 Tabel 4.2 Sandingan Output Renstra Kementerian PUPR BPIW dengan RPJMN NO OUTPUT (SASARAN KEGIATAN) 2 Terselenggaranya keterpaduan perencanaan pembangunan infrastruktur wilayah, monitoring evaluasi pengembangan dan penyediaan lahan INDIKATOR OUTPUT (INDIKATOR SASARAN KEGIATAN) Unit kerja : Pusat Perencanaan Infrastruktur PU-PR 1 Tersusunnya dokumen rencana kebijakan dan strategi jangka menengah dan panjang infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat Jumlah Dokumen Kebijakan Strategi Jumlah laporan hasil kajian kebijakan Jumlah laporan fasilitasi dan koordinasi Jumlah Rencana Terpadu Jangka Menengah Pengembangan Infrastruktur Sistem Nasional (Pulau Jumlah Rencana Terpadu Jangka Menengah Pengembangan Infrastruktur Sistem Nasional (KSN) RPJMN KEBUTUHA SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN TARGET N ANGGAR Unit kerja : Pusat Perencanaan Infrastruktur PU-PR 35 Kebijakan dan strategi Jumlah rumusan kebijakan dan keterpaduan strategi keterpaduan pembangunan infrastruktur pembangunan infrastruktur wilayah 25 wilayah bidang PUPR antar bidang PUPR antar sektor/ wilayah Jumlah pedoman perencanaan dan pengembangan infrastruktur terpadu bidang PUPR yang disusun Rekomendasi hasil analisis Jumlah rekomendasi hasil analisis dampak dan manfaat keterpaduan kesesuaian dengan kebutuhan pengembangan infrastruktur PUPR pengembangan 15 Fasilitasi kerjasama Jumlah kerjasama regional dan regional dan global yang global yang dilaksanakan 59 Rencana jangka panjang Jumlah rencana strategis serta dan rencana strategis rumusan rencana jangka panjang 59 pembangunan infrastruktur terpadu bidang PUPR dan menengah pembangunan infrastruktur bidang PUPR yang disusun dan difasilitasi RENSTRA PUPR KEBUTUHA TARGET N ANGGARA KETERANGAN Jumlah berbeda karena pedoman perencanaan berbasiskan pada WPS 43 Jumlah berbeda karena pedoman perencanaan berbasiskan pada WPS (di dalam WPS terdapat beberapa kawasan strategis perkotaan maupun non perkotaan) 3 Tersusunnya Dokumen Rencana Induk Sektor Jumlah Rencana Terpadu Jangka Menengah Pengembangan Infrastruktur Sistem Nasional (KEK/KPI) Jumlah Rencana Terpadu Jangka Menengah Pengembangan Infrastruktur Sistem Nasional (Kawasan Perdesaan dan Agropolitan Jumlah Rencana Terpadu Jangka Menengah Pengembangan Infrastruktur Sistem Nasional (Kawasan Perkotaan) Jumlah Dokumen Rencana Induk Sistem Infrastruktur (SDA, BM,CK, Sarana dan Prasarana Perumahan Rencana induk dan rencana pengembangan infrastruktur bidang PUPR terpadu antarsektor, antar wilayah pengembangan strategis, antartingkat pemerintahan, dan antarpulau Jumlah dokumen rencana induk dan rencana pengembangan infrastruktur bidang PUPR terpadu antarsektor, antar wilayah pengembangan strategis, antartingkat pemerintahan, dan antarpulau yang disusun dan difasilitasi 61 4 Terselenggaranya pengelolaan administrasi Perkantoran Jumlah Dokumen Rencana Pengembangan Kota Baru Jumlah laporan pengelolaan data dan informasi Infrastruktur Wilayah Jumlah laporan pengelolaan administrasi perkantoran Layanan data dan Tingkat layanan data dan informasi 100% informasi pengembangan pengembangan infrastruktur infrastruktur terpadu terpadu bidang pekerjaan umum 35 Layanan perkantoran Jumlah layanan perkantoran 100% 150

179 Membandingkan antara realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional jika ada Standar Nasional bagi pengukuran kinerja keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan hingga saat ini belum tersedia. BPIW telah memulai membangun tool/ alat untuk mengukur hal tersebut. Pada prinsipnya tool/ alat yang digunakan untuk mengukur menggunakan metode yang akan mudah diaplikasikan dan dapat merepresentasikan apa yang diukur Analisis penyebab keberhasilan atau kegagalan, peningkatan atau penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan. Keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan yang baru dimulai dilaksanakan tentunya masih memiliki pengungkit keberhasilan ataupun kendala-kendala dan masalah dalam pencapaian kinerjanya. Dalam bagian ini akan dibahas pengungkit keberhasilan atau kendala-kendala/permasalahan masing-masing sasaran BPIW. 1. Sasaran Strategis: Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan dengan Indikator : 1) Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dalam kawasan 2) Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar kawasan 151

180 3) Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar WPS Indikator Kinerja Utama ini bertujuan untuk mendorong kinerja proses keterpaduan infrastruktur PUPR untuk menjadi lebih meningkat baik dalam kawasan, antar kawasan maupun antar WPS yang menjadi tanggung jawab BPIW. Hal ini merupakan salah satu upaya dari BPIW untuk memberikan kontribusi yang lebih baik serta untuk mengukur tingkat keterpaduan yang lebih mudah diterapkan dalam rangka meningkatkan Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dengan waktu yang seminimal mungkin. Sasaran Pengukuran : tingkat Keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah yang ditujukan untuk mengetahui efektifitas program-program Kementerian PUPR dalam rangka menterpadukan pembangunan Infrastruktur masing-masing sektor di bidang PUPR dalam kawasan strategis sesuai dengan daya dukung dan daya tampung kawasan serta fungsional lingkungan fisik terbangun yang terpadu memiliki baik pengungkit keberhasilan maupun kendala yang tidak dapat menjadikan capaian BPIW jauh melampaui target BPIW. Adapun ynag menjadi pengungkit keberhasilan pencapaian kinerja BPIW adalah: 1. Perencanaan, pemrograman dan monitoring evluasi serta rekomendasi perbaikan pelaksanaan keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR dengan pengembangan 152

181 wilayah berada di bawah kewenangan Kementerian PUPR melalui BPIW. 2. Kementerian PUPR merupakan penanggung jawab backbone pada setiap kawasan/ wilayah (baik jalan maupun sungai). 3. Perencanaan pengembangan wilayah yang aplikatif dan siap diprogramkan untuk dilaksnakan sangat diperlukan. 4. Sektor lain (Kementerian/Lembaga lain) mulai terbuka untuk menyampaikan dukungan yang diperlukan serta kooperatif untuk berkoordinasi. Adapun pengungkit kendala/permasalahan dalam pencapaian kinerja BPIW adalah: 1. Sulitnya mendapatkan data baik data rencana, program maupun kemajuan pembangunan infrastruktur di daerah, karena belum adanya data informasi satu pintu. 2. Belum adanya legalitas mekanisme kolaborasi dan sinkronisasi secara berkala dengan semua pemangku kepentingan (pihak yang terlibat dalam pembangunan infrastruktur PUPR. 3. Kurangnya pertemuan koordinasi intens dengan pemerintah daerah yang terkait, dan pemantauan pada tiap pelaksanaan komponen keterpaduan baik perencanaan, pemrograman dan pelaksanaan. Untuk alternatif solusi dapat dilihat pada bagian tidak lanjut pada bab 5 153

182 Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya Berbicara efisiensi tidak dapat dilepaskan dengan sumber daya. Sumber daya yang dimiliki BPIW saat ini belum dapat memampukan BPIW untuk melaksanakan seluruh mandat yang harus dilaksanakan. Bagi BPIW efisiensi lebih berdasarkan kepada outcome atau hasil daripada hanya keluaran/ output. Sehingga BPIW mengelola kinerja dengan memunculkan intermediate outcome pada level eselon 2 agar dapat membuat BPIW lebih efisien dalam mengidentifikasi kendala dalam pencapaian outcome pada level eselon 1, apakah outcome masih jauh untuk dicapai atau sudah dapat tercapai serta dapat diketahui segera pada unit kerja eselon 2 mana yang bermasalah (seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya) Adapun gambaran dari intermediate outcome serta target dan capaiannya adalah sebagai berikut : 154

183 SS 2 : Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dalam kawasan TARGET : 78 % CAPAIAN : 78,68% Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dalam Kawasan INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur dalam kawasan TARGET : 78% CAPAIAN : 78,68% INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar kawasan INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dantar WPS TARGET : 78% CAPAIAN : 78,44% TARGET : 76% CAPAIAN : 76,38% Meningkatnya keterpaduan PUPR antar Kawasan INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur antar kawasan infrastruktur Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR antar WPS INDIKATOR : Tingkat keterpaduan infrastruktur antar WPS TARGET : 78% CAPAIAN : 78,44% TARGET : 76% CAPAIAN : 76,38% Gambar Intermediate Outcome pada setiap Indikator Sasaran Strategis 2 155

184 SS 1 : Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan INDIKATOR 1 : Tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan dan antar WPS TARGET : 80 % CAPAIAN : 80,3 % Meningkatnya keterpaduan perencanaan strategis infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan INDIKATOR 1 : Tingkat keterpaduan perencanaan strategis TARGET : 80 % CAPAIAN :..% Meningkatnya keterpaduan perencanaan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan INDIKATOR 2 : Tingkat keterpaduan perencanaan pengembangan kawasan TARGET : 79 % CAPAIAN : % SS 1: Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis Perkotaan dan Non Perkotaan INDIKATOR 2 : Tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman Gambar Intermediate Outcome pada Indikator 1 TARGET : 79 % CAPAIAN : 80,27 % Sasaran Strategis 1 Meningkatnya kesinkronan program jangka panjang dan menengah infrastruktur PUPR INDIKATOR 2 : Tingkat sinkronisasi program jangka panjang (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman TARGET : 79 % CAPAIAN: 53,80 % Meningkatnya kesinkronan program jangka pendek dan tahunan infrastruktur PUPR INDIKATOR 2 : Tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) disparitas kebutuhan dengan pemrograman Gambar Intermediate Outcome pada Indikator 2 Sasaran Strategis 1 TARGET : 79 % CAPAIAN:.. 91,63 % 156

185 Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja Semua kegiatan BPIW yang dibungkus dalam program pengembangan infrastruktur wilayah adalah pengungkit bagi keberhasilan dari pencapaian sasaran strategis dan sasaran program dengan kontribusi dan bobot yang hampir seimbang karena pembagian struktur organisasi berdasarkan kepada fungsi dan lokus. Pemetaan atas fungsi BPIW telah selaras denga pemetaan terhadap output, intermediate outcome, dan outcome BPIW. Namun dari hasil analisis atas dasar evaluasi kinerja yang telah dilakukan melalui reviu berkala, maka kinerja program/kegiatan BPIW mendapatkan kendala karena masalah regulasi terkait Unit Pelaksanan Teknis/ Balai menhyebabakan BPIW belum dapat memiliki UPT/ Balai di daerah sehingga anggaran pada UPT/ Balai belum dapat direalisasikan yang menyebabkan dari sisi penganggaran, pencapaian penyerapan anggaran BPIW menjadi lebih kecil dari yang seharusnya karena tidak dapat mengeksekusi anggran untuk UPT/ Balai. Capaian pada aspek SDM yang masuk di dalam kegiatan dukungan manajemen adalah telah dimulai pemetaan kebutuhan jumlah, kualitas, komposisi dan distribusi Pegawai; telah dimulai pelaksanaan analisis jabatan serta penghitungan beban kerja; telah dimulai perencanaan pengembangan kualitas SDM; telah dimulai penyusunan kompetensi Jabatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi; telah dimulai peningkatan kompetensi pegawai untuk menduduki suatu jabatan masih kurang; telah dimulai penjabaran Kinerja pegawai langsung dari visi, misi, tujuan dan 157

186 sasaran organisasi; telah dimulai penyusunan sistem manajemen Kinerja yang dikaitkan dengan kinerja pegawai. Semua target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) eselon I dapat terpenuhi, begitu juga beberapa target renstra yang dapat terpenuhi mengingat penyusunan PK tingkat eselon II di lingkungan BPIW telah mengacu pada Renstra PUPR , meskipun memang ada beberapa target dalam renstra harus ditinjau kembali besaran serta satuannya. Dengan SDM yang terbatas BPIW telah mampu menunjukkan bisa mencapai target dengan membungkus beberapa pekerjaan yang sifatnya sejalan dan dalam satu siklus. 158

187 4.2. REALISASI ANGGARAN Sesuai dengan dokumen DIPA tahun anggaran 2015, BPIW mengelola pagu anggaran sebesar Rp. 525 miliar untuk mendukung tugas dan fungsi dalam menangani isu-isu strategis dalam pembangunan infrastruktur PUPR dalam pengembangan wilayah serta mensinkronkan program-program PUPR untuk membangun infrastruktur PUPR yang tepat sasaran dan berdampak langsung pada masyarakat. Tabel 4.3 Rencana Triwulan Kinerja BPIW Sasaran Program Indikator Kinerja Target 2015 Kinerja T-1 T-2 T-3 T-4 RN RL KNJ RN RL KNJ RN RL KNJ RN RL KNJ PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH 1 Tingkat Keterpaduan Infrastruktur PUPR 78% ,97 35, ,48 dalam kawasan Meningkatnya keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan kawasan strategis,baik di perkotaan, kluster industry maupunn perdesaan 2 Tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR antar kawasan di dalam WPS 3 Tingkat keterpaduan infrasrtruktur PUPR antar WPS 78% ,43 24,76 52, ,04 76% ,89 48, ,22 Meningkatnya keterpaduan perencanaan dan pemrograman infrastruktur PUPR dengan pengembangan Kawasan Strategis baik di perkotaan, kluster industri maupun perdesaan 1 Tingkat keterpaduan perencanaan dengan pelaksanaan (deviasi) dalam kawasan, antar kawasan, dan antar WPS 2 Tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi, lokasi, besaran) - disparitas kebutuhan dengan pemrograman 80% ,21 52, ,60 79% , , ,69 Pada triwulan ke-1 BPIW belum bisa melaksankan progress dan triwulan ke-2 walaupun sudah bisa berprogres namun tidak begitu optimal mengingat perangkat/eselon III dan IV di llingkungan BPIW baru ada di akhir triwulan ke-2, sedangkan pada triwulan ke-3 progress mulai dapat terlihat mulai dari prosess 159

188 penyusunan renstra BPIW, persiapan dan penajaman program tahunan pengembangan infrastruktur PUPR melalui Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) yang memuat dukungan infrastruktur sebagai basis pengembangan wilayah, penyusunan rencana induk pengembangan infrastruktur PUPR di Indonesia (berbasis) pulau, penyusunan Rencana Terpadu Jangka Menengah Pengembangan Infrastruktur Sistem Nasional Infrastruktur PUPR, serta persiapan Konreg untuk program pembangunan infrastruktur PUPR Untuk mencapai target yang ditetapkan dalam PK, pada triwulan ke-4 finaliasasi renstra BPIW dan persiapan bahan untuk mereview renstra PUPR, update data program tahunan infrastruktur pada WPS untuk mencapai ultimate konsep masing-masing WPS, finalisasi dokumen-dokumen rencana induk dan rencana jangka menengah pengembangan infrastruktur PUPR sistem nasional. Realiasi keuangan BPIW baru dimulai pada triwulan ke-2 mengingat badan ini baru terbentuk. Pada kegiatan Perencanaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, penyerapan terlihat karena ada persiapan untuk proses fasilitasi fasilitasi dan koordinasi perencanaan, kerjasama dan pembinaan bidang PUPR yang digunakan untuk mencari data serta masukan-masukan dari sektor dalam PU maupun luar PU untuk dukungan kerjasama pengembangan infrastruktur. Sedangkan untuk triwulan ke-3 pekerjaan-pekerjaan di kegiatan ini baru bisa berjalan karena pekerjaan yang dilakukan dengan melibatkan pihak ke-3 baru terkontrak. Triwulan ke-4 realisasi keuangan kegiatan Perencanaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mencapai 80,74% banyak kegiatan yang tidak terserap yakni pada pekerjaan yang bersifat swakelola dikarenakan banyaknya perjalanan dinas yang tidak dapat terserap, namun pekerjaan-pekerjaan yang menghasilakan output strategis telah selesai dengan baik. 160

189 Pada kegiatan Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, penyerapan terlihat triwulan ke-3 karena persiapan dan pekerjaan swakelola maupun yang melibatkan pihak ke-3. Triwulan ke-4 realiasai keuangan kegiatan Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mencapai 50,54% banyak kegiatan yang tidak terserap yakni pada pekerjaan yang dialokasikan untuk balai-balai yang seyogyanya terbentuk pada tahun ini. Pada kegiatan Pengembangan kawasan perkotaan, penyerapan anggaran sudah mulai terlihat pada triwulan ke-2. Pada periode ini terdapat penyerapan karena adanya penyiapan dokumen NSPK, rencana pengembangan dan rencana teknis infrastruktur di kawasan perbatasan. Pada triwulan ketiga kegiatan sudah mulai berjalan namun masih dalam tahap awal sehingga penyerapan anggaran masih rendah. Adanya perbedaan pemaham pada pejabat inti satker juga menjadi kendala pada periode ini karena pelakanaan kegiatan juga menjadi terhambat. Pada triwulan ke-4 penyerapan pada masingmasing kegiatan sudah berjalan cukup optimal sehingga secara keseluruhan kegiatan Pengembangan Kawasan Strategis sebesar 83,38%. Penyerapan pada kegiatan Pengembangan Kawasan Perkotaan baru terlihat pada periode triwulan ke-3. Pada periode ini realisasi anggaran pada kegiatan pengelolaan data dan informasi kawasan perkotaan sudah melebihi target yang direncanakan dan pada penyusunan rencana terpadu jangka menengah pengembangan infrastruktur sistem nasional juga mendekati target sehingga secara keseluruhan pun cukup baik. Pada triwulan ke-4 realisasi anggaran dari kegiatan Pengembangan Kawasan Perkotaan mencapai 88,30% yang 161

190 menandakan penyerapannya berjalan sangat baik meskipun juga dalam pelaksanaannya masih terdapat permasalahan. Sekretariat Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah memiliki 4 (empat) kegiatan utama, antara lain: (1) pembinaan dan pengelolaan kepegawaian, organisasi dan tata laksana; (2) perencanaan anggaran, evaluasi kinerja, serta pengelolaan data dan informasi; (3) pelayanan umum, pengelolaan keuangan dan BMN; dan (4) penyelenggaraan bantuan hukum, kerjasama dan komunikasi publik. Berdasarkan Tabel berikut, terlihat perkembangan kinerja Sekretariat Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah pada tiap triwulannya. Dari 4 (empat) output utama yang dihasilkan oleh Sekretariat Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, 3 (tiga) diantaranya berkinerja meningkat secara signifikan pada triwulan ketiga dan satu ouput yang meningkat namun tidak signifikan. Pada output Pembinaan dan pengelolaan kepegawaian, organisasi dan tata laksana, output Perencanaan anggaran, evaluasi kinerja, serta pengelolaan data dan informasi dan output laporan pelayanan umum, pengelolaan keuangan dan BMN kinerjanya mengalami kenaikan yang signifikan pada triwulan ketiga. Pada triwulan empat, ketiga output tersebut juga mengalami kenaikan. Output Pembinaan dan pengelolaan kepegawaian, organisasi dan tata laksana mencapai 67,90%, output Perencanaan anggaran, evaluasi kinerja, serta pengelolaan data dan informasi mencapai 81,20%, dan output Laporan pelayanan umum, pengelolaan keuangan dan BMN di triwulan empat mencapai 66,98%, sedangkan Penyelenggaraan bantuan hukum, kerjasama dan komunikasi publik pada triwulan empat mencapai 64,71%. Sehingga untuk kegiatan Dukungan Manajemen Pengembangan Infrastruktur Wilayah realisasi anggarannya mencapai 46,77%. 162

191 Tabel 4.4 Realisasi Anggaran BPIW NO Program/ Kegiatan/Output Program Pengembangan Infrastruktur Wilayah Dukungan Manajemen Pengembangan Infrastruktur Wilayah Laporan pembinaan dan pengelolaan kepegawaian, organisasi dan tata laksana. Laporan perencanaan anggaran, evaluasi kinerja, serta pengelolaan data dan informasi Laporan pelayanan umum, pengelolaan keuangan dan BMN Laporan penyelenggaran bantuan hukum, kerjasama dan komunikasi publik 5 Layanan Perkantoran 6 7 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 8 Output Cadangan 2 9 Perencanaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Laporan fasilitasi dan koordinasi Target Pagu Realisasi Keuangan Fisik Capaian (Rp Ribu) (Rp Ribu) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Target RN RL RN RL RN RL RN RL RN RL KN RN RL KN RN RL KN RN RL 0,15 0,07 8,62 0,19 42,04 14,94 100,00 69,99 0,15 0,08 51,34 8,70 0,70 8,00 41,97 15,54 37,01 100,00 88,61 0,00 0,17 22,66 0,17 51,06 8,69 100,00 46,77 0,00 0,18 100,00 22,62 0,18 0,79 50,98 8,70 17,06 100,00 94,45 8 Laporan ,00 0,00 1,31 0,00 34,17 21,99 100,00 67,90 0,00 0,00-1,31 0,00 0,00 34,17 21,67 63,40 100,00 7 Laporan ,00 2,24 0,00 2,24 28,76 21,35 100,00 81,20 0,00 2,28 100,00 0,00 2,28 100,00 28,76 21,13 73,44 100,00 13 Laporan 10 Laporan 12 Bulan Layanan ,00 0,00 0,00 0,00 31,89 20,06 100,00 66,98 0,00 0,00-0,00 0,00-31,89 19,68 61,72 100, ,00 0,00 1,51 0,00 24,18 8,81 100,00 64,71 0,00 0,00-1,51 0,00 0,00 24,18 9,04 37,37 100, ,00 0,00 45,48 0,00 73,25 5,43 100,00 22,36 0,00 0,00-45,39 0,00 0,00 73,06 5,43 7,43 100,00 1 Unit ,00 0,00 0,00 0,00 40,00 0,00 100,00 84,72 0,00 0,00-0,00 0,00-40,00 0,00 0,00 100,00 4 Unit ,00 0,00 0,00 0,00 27,76 3,65 100,00 26,49 0,00 0,00-0,00 0,00-27,76 3,65 13,16 100,00 41,08 2 Cadangan ,00 0,00 100,00 0, ,0 0 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00-100,0 0 0,00 0,00 100, , , , , , ,0 0 0,00 0,00 100,00 0,00 0,71 0,00 4,73 0,31 41,18 19,16 100,00 80,74 0,71 0,00 0,00 4,73 0,34 7,12 41,21 18,81 45,65 100,00 86,73 2 Laporan ,00 0,00 11,38 0,00 50,06 4,04 100,00 74,69 0,00 0,00-11,72 0,00 0,00 51,43 4,04 7,85 100,00 74,

192 NO Program/ Kegiatan/Output Rencana Terpadu Jangka Menengah Pengembangan Infrastruktur Sistem Nasional (Pulau) Dokumen Kebijakan dan Strategi jangka menengah dan panjang bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat Laporan kajian kebijakan, pembiayaan, dan analisa manfaat pembangunan bidang perkerjaan umum dan perumahan rakyat Target Pagu Realisasi Keuangan Fisik Capaian (Rp Ribu) (Rp Ribu) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Target RN RL RN RL RN RL RN RL RN RL KN RN RL KN RN RL KN RN RL 9 RPI2JM ,06 0,00 1,80 0,00 38,44 22,06 100,00 88,32 0,06 0,00 0,00 1,80 0,00 0,00 38,44 21,64 56,29 100,00 96,03 2 Dokumen ,74 0,00 4,81 1,23 41,11 10,44 100,00 69,37 0,74 0,00 0,00 4,82 1,23 25,53 41,11 10,44 25,39 100,00 69,37 9 Laporan ,00 0,00 0,00 0,00 36,29 24,83 100,00 90,73 0,00 0,00-0,00 0,00-36,29 24,78 68,29 100,00 100, Laporan fasilitasi dan koordinasi perencanaan, kerjasama dan pembinaan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat Dokumen rencana pengembangan infrastruktur terpadu antar sektor (Pulau, KSN, KEK/KPI, Perkotaan, Perdesaan dan Agropolitan) Laporan pengelolaan administrasi Perkantoran 16 Layanan Perkantoran 3 Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 5 Laporan ,16 0,00 18,76 0,26 55,21 5,48 100,00 41,03 3,16 0,00 0,00 18,76 0,26 1,39 55,21 5,48 9,93 100,00 41,03 5 Dokumen ,00 0,00 0,00 0,00 36,20 18,10 100,00 90,50 0,00 0,00-0,00 0,00-36,20 18,15 50,13 100,00 3 Laporan ,27 0,00 22,72 0,00 61,46 11,55 100,00 47,63 3,27 0,00 0,00 22,72 0,00 0,00 61,46 11,55 18,80 100,00 48,31 10 Bulan Layanan ,00 0,00 40,00 15,96 70,00 28,44 100,00 54,50 10,00 0,00 0,00 40,00 15,96 39,89 70,00 28,44 40,63 100,00 54, ,00 0,00 1,08 0,40 31,63 10,09 100,00 50,44 0,00 0,00 0,00 1,07 4,15 386,13 31,63 13,57 42,90 100,00 52,53 100,

193 NO Program/ Kegiatan/Output Laporan Fasilitasi dan Koordinasi Keterpaduan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Dokumen rumusan keterpaduan program jangka pendek pembangunan bidang infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat Dokumen program dan rencana alokasi anggaran tahunan pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat Laporan monitoring dan evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan dan program keterpaduan pembangunan infrastruktur bidang PUPR Laporan pengelolaan data dan informasi program dan evaluasi keterpaduan pembangunan Naskah Teknis dan Pedoman dan Kriteria perumusan dan evaluasi program pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat Laporan pengelolaan administrasi Perkantoran 24 Layanan Perkantoran Target 32 Laporan 5 Dokumen 2 Dokumen Pagu Realisasi Keuangan Fisik Capaian (Rp Ribu) (Rp Ribu) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Target RN RL RN RL RN RL RN RL RN RL KN RN RL KN RN RL KN RN RL ,00 0,00 1,55 0,00 24,27 0,00 100,00 16,43 0,00 0,00-1,56 0,00 0,00 24,28 0,00 0,00 100,00 17, ,00 0,00 0,00 0,00 40,00 26,07 100,00 93,65 0,00 0,00-0,00 0,00-40,00 25,94 64,84 100, ,00 0,00 1,51 3,43 33,46 9,04 100,00 54,48 0,00 0,00-1,51 3,43 227,02 33,46 9,04 27,03 100,00 54,48 6 Laporan ,00 0,00 0,50 0,23 38,61 16,06 100,00 87,43 0,00 0,00-0,49 0,24 48,46 38,60 15,94 41,29 100,00 91,79 2 Laporan ,00 0,00 1,69 0,00 35,27 19,10 100,00 80,96 0,00 0,00-1,65 0,00 0,00 35,24 19,10 54,21 100,00 80,96 2 Dokumen ,00 0,00 0,00 0,00 40,00 35,51 100,00 92,24 0,00 0,00-0,00 0,00-40,00 35,81 89,52 100,00 5 Laporan ,00 0,00 1,21 0,00 36,37 7,56 100,00 48,43 0,00 0,00-1,19 52,69 10 Bulan Layanan 4,425,0 9 36,35 58,28 160, , , ,00 48, ,00 0,00 2,49 7,90 38,99 24,62 100,00 69,02 0,00 0,00-2,37 7,90 333,44 38,74 24,62 63,54 100,00 69,

194 NO Program/ Kegiatan/Output Pengembangan Kawasan Strategis Dokumen Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis KSN/KEK/KPI/Kawasan Khusus Lainnya Laporan Pengelolaan Data dan Informasi Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Khusus Lainnya Dokumen Rencana Terpadu Jangka Menengah Pengembangan Infrastruktur Sistem Nasional (KSN) Dokumen Rencana Terpadu Jangka Menengah Pengembangan Infrastruktur Sistem Nasional (KEK/KPI) KSN yang Mendapatkan Dukungan Pengembangan Wilayah Dokumen NSPK, rencana pengembangan, dan rencana teknis infrastruktur wilayah di kawasan strategis Dokumen NSPK, rencana pengembangan, dan rencana teknis infrastruktur wilayah di antar kawasan strategis Target 1 Dokumen Pagu Realisasi Keuangan Fisik Capaian (Rp Ribu) (Rp Ribu) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Target RN RL RN RL RN RL RN RL RN RL KN RN RL KN RN RL KN RN RL 0,00 0,00 1,48 0,09 42,29 11,73 100,00 83,38 0,00 0,00 0,00 1,83 0,10 5,39 42,07 11,47 27,25 100,00 99, ,00 0,00 0,00 0,00 60,00 33,56 100,00 93,22 0,00 0,00-0,00 0,00-60,00 33,56 55,93 100,00 3 Laporan ,00 0,00 0,00 0,00 36,67 7,92 100,00 91,31 0,00 0,00-0,00 0,00-36,67 7,69 20,97 100,00 5 Dokumen 14 Dokumen ,00 0,00 0,00 0,00 60,00 18,52 100,00 92,60 0,00 0,00-0,00 0,00-60,00 18,52 30,87 100, ,00 0,00 0,00 0,00 60,00 17,62 100,00 88,09 0,00 0,00-0,00 0,00-60,00 17,79 29,64 100,00 1 Kawasan ,00 0,00 0,00 0,00 60,00 14,52 100,00 72,61 0,00 0,00-0,00 0,00-60,00 14,52 24,20 100,00 3 Dokumen 9 Dokumen ,00 0,00 1,82 0,37 39,27 8,25 100,00 78,82 0,00 0,00-1,82 0,37 20,14 39,27 8,25 21,02 100, ,00 0,00 1,35 0,29 42,41 9,72 100,00 79,52 0,00 0,00-3,94 0,32 8,11 40,32 10,28 25,50 100,00 100, , , , , , ,

195 NO Program/ Kegiatan/Output Laporan penyusunan panduan, fasilitasi, dan pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan infrastruktur wilayah di kawasan strategis dan antar kawasan strategis Laporan pemantauan pelaksanaan pengadaan tanah di kawasan strategis dan antar kawasan strategis Laporan pengelolaan administrasi Perkantoran Fasiliasi Pengadaan Tanah 36 Layanan Perkantoran Pengembangan Kawasan Perkotaan Dokumen Kebijakan Strategi Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan Laporan Pengelolaan Data dan Informasi Kawasan Perkotaan Laporan Fasilitasi Operasionalisasi RTR KSN Perkotaan Rencana Terpadu Jangka Menengah Pengembangan Infrastruktur Sistem Nasional (Kawasan Perkotaan) Laporan pengelolaan administrasi Perkantoran Target Pagu Realisasi Keuangan Fisik Capaian (Rp Ribu) (Rp Ribu) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Target RN RL RN RL RN RL RN RL RN RL KN RN RL KN RN RL KN RN RL 1 Laporan ,00 0,00 0,00 0,00 40,00 18,93 100,00 94,64 0,00 0,00-0,00 0,00-40,00 18,93 47,32 100,00 3 Laporan ,00 0,00 3,52 0,00 51,58 4,07 100,00 68,39 0,00 0,00-3,11 0,00 0,00 50,20 4,07 8,10 100,00 6 Laporan ,00 0,00 13,31 1,68 61,64 13,81 100,00 69,15 0,00 0,00-14,47 1,68 11,61 61,51 12,70 20,65 100, ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 77,28 0,00 0,00-0,00 0,00-0,00 0,00-100,00 97,89 17 Bulan Layanan 25 Dokumen ,00 0,00 31,74 0,00 69,52 18,20 100,00 61,44 0,00 0,00-31,89 0,00 0,00 73,18 18,20 24,87 100, ,27 0,13 6,87 0,13 37,22 26,80 100,00 88,30 0,27 0,14 53,08 6,87 0,14 2,05 37,23 28,04 75,32 100,00 92, ,09 0,00 5,22 0,00 35,58 28,54 100,00 92,41 0,09 0,00 0,00 5,22 0,00 0,00 35,58 31,82 89,43 100,00 96,69 1 Laporan ,00 0,00 0,00 0,00 30,00 41,33 100,00 93,93 0,00 0,00-0,00 0,00-30,00 41,33 3 Laporan ,62 0,00 41,69 0,00 75,84 7,09 100,00 94,71 0,62 0,00 0,00 41,68 0,00 0,00 75,84 0,97 1,29 100,00 53,33 16 Rencana ,08 0,00 4,09 0,00 34,45 29,23 100,00 90,09 0,08 0,00 0,00 4,09 0,00 0,00 34,48 29,03 84,20 100,00 5 Laporan ,47 0,77 19,48 0,77 50,71 7,73 100,00 44,28 0,47 0,77 165,50 19,48 0,77 3,96 50,71 7,73 15,24 100,00 48,62 137, ,00 100, , , , , ,

196 NO Program/ Kegiatan/Output 42 Layanan Perkantoran Target 10 Bulan Layanan Pagu Realisasi Keuangan Fisik Capaian (Rp Ribu) (Rp Ribu) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Target RN RL RN RL RN RL RN RL RN RL KN RN RL KN RN RL KN RN RL ,36 3,45 37,16 3,45 62,47 27,10 100,00 90,81 6,36 3,45 54,27 37,16 3,45 9,29 62,47 27,10 43,39 100,00 90, ,15 0,07 8,62 0,19 42,04 14,94 100,00 69,99 0,15 0,08 51,34 8,70 0,70 8,00 41,97 15,54 37,01 100,00 88,61 168

197 169

198 170

199 171

200 BAB 5 Penutup 5.1 PERMASALAHAN Sebagai sebuah organisasi baru dan memegang peranan strategis (peranan penting) dalam Kementerian PUPR, BPIW menghadapi tantangan yang sangat besar. Pembangunan pondasi melalui penjabaran peran dan kontribusi masingmasing Eselon II yang selanjutnya diturunkan ke tingkatan Eselon III dan IV hingga level terkecil individu terhadap outcome/hasil BPIW, menjadi tantangan utama bagi BPIW. Selain menghadapi permasalahan terkait penjabaran peran dan kontribusi masing-masing Eselon II yang selanjutnya diturunkan ke tingkatan Eselon III dan IV hingga level terkecil individu, Permasalahan lain yang dihadapi adalah pada aspek SDM, yaitu : Jumlah, kualitas, komposisi dan distribusi Pegawai belum sesuai dengan kebutuhan riil organisasi; penentuan jumlah, komposisi dan distribusi telah melalui analisis jabatan serta distribusi belum sepenuhnya menggunakan penghitungan beban kerja; jabatan yang dibutuhkan belum mencerminkan kebutuhan mencapai tujuan organisasi; pegawai yang berkualitas atau kompeten untuk menduduki suatu jabatan masih kurang; mutasi pegawai (promosi, rotasi dan demosi) belum berdasarkan pola karier; kinerja pegawai belum dijabarkan langsung dari misi organisasi; kinerja pegawai belum digunakan sebagai instrumen utama dalam pemberian reward and punishment termasuk untuk promosi, rotasi dan demosi 172

201 pegawai serta; peningkatan kesejahteraan pegawai belum dikaitkan dengan kinerja individu dan kinerja orgaisasi. Permaslahan terlambatnya proses pelaksanaan kegiatan di tahun 2015 pun menjadi permasalahan tersendiri mengingat hanya terdapat waktu efektif selama 5 bulan untuk melaksanakan program-program kegiatan yang sudah didesain untuk dikerjakan selama satu tahun anggaran. Oleh karena itu banyak kegiatan yang terhambat dan bahkan tidak dapat dilaksanakan. Permasalahan berikutnya terkait dengan terlambatnya pelaksanaan pelelangan yang berimbas terhadap terlambatnya juga pelaksanaan paket kegiatan kontraktual. Hal ini menyebabkan realisasi anggaran yang seharusnya sudah dapat besar di awal melalui penarikan uang muka menjadi terhambat dan pada akhirnya uang muka paket kegiatan kontraktual tidak dapat ditarik. Terhambatnya kegiatan di Tahun 2015 juga disebabkan oleh terlambatnya penetapan Pejabat Inti Satker, Kurang detailnya KAK kegiatan Swakelola maupun kontraktual, serta kondisi sarana dan prasarana yang kurang memadai sehingga pelaksanaan kegiatan belum dapat berjalan dengan efektif. Selain itu permasalahan terbesar dalam pencapaian target realisasi anggaran kegiatan adalah belum adanya keputusan mengenai pembentukan Balai Keterpaduan Infrastruktur PUPR. Hal ini menyebabkan anggaran Balai tidak dapat termanfaatkan sebesar 46,10% dari anggaran Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. Saat ini belum ada NSPK atau pedoman teknis mengenai output dan outcome yang harus di jawab oleh kegiatan kontraktual dan swakelola yang ada serta belum adanya Standar Operasional Prosedur maupun Manual Mutu. 173

202 Di Tahun 2015 terdapat dana cadangan yang tidak bisa di manfaatkan sebesar Rp 3,75 M dikarenakan sudah melewati batas waktu April 2015 untuk mengajukan usulan pemanfaatan dana cadangan. Permasalahan lainnya yang ditemui yaitu dana kontraktual termin ke-3 baru akan terserap pada bulan Desember. Gaji dan tunjangan yang masih ditanggung oleh Sekjen dan pemindahan pembayaran gaji juga baru terlaksana pada bulan September 2015 sehingga meyebabkan gaji yang baru terserap sebesar 5,6 M dari alokasi sebesar 38,9 M. Sedangkan sisa dana sebesar 12,3 M pada belanja mengikat dialokasikan untuk pembayaran gaji non NPS, pengelolaan gedung, perawatan perangkat pengolah data, perawatan kendaraan operasional, sewa gedung dan kendaraan operasional balai. 5.2 TINDAK LANJUT Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan BPIW di Tahun 2016 yang lebih baik, permasalahan-permasalahan yang dihadapi BPIW diharapkan dapat menjadi evaluasi untuk dapat melakukan perencanaan yang lebih matang sehingga permasalahan tersebut tidak kembali muncul di masa yang akan datang. Selain itu, dengan melihat permasalahan yang dihadapi BPIW pada Tahun 2015, diharapkan pada Tahun 2016 BPIW telah memiliki struktur organisasi, tupoksi, serta SDM yang sesuai kebutuhan. Tindak lanjut pada aspek SDM adalah pembenahan perencanaan Jumlah, kualitas, komposisi dan distribusi Pegawai yang sesuai dengan kebutuhan riil organisasi; penentuan jumlah, komposisi dan distribusi telah melalui analisis jabatan serta distribusi yang sepenuhnya menggunakan penghitungan beban kerja; perencanaan dan pelaksanaan pengembangan kualitas SDM ; 174

203 penetapan Jabatan yang dibutuhkan yang mencerminkan kebutuhan mencapai tujuan organisasi; perencanaan mutasi pegawai ( promosi, rotasi dan demosi) yang berdasarkan pola karier ; penjabaran kinerja pegawai langsung dari misi organisasi; penilaian kinerja dilakukan secara transparan dan obyektif; penilaian kinerja pegawai sebagai bahan diagnosis dalam upaya peningkatan kinerja organisasi; hasil penilaian kinerja pegawai digunakan sebagai instrumen utama dalam pemberian reward and punishment termasuk untuk promosi, rotasi dan demosi pegawai serta peningkatan kesejahteraan pegawai dikaitkan kinerja individu dan kinerja orgaisasi Tindak lanjut pelaksanaan kegiatan adalah penajaman terhadap KAK Swakelola dan Kontraktual melalui diskusi yang intensif, revisi pelaksanaan kegiatan swakelola sehingga skala kegiatan diperbesar untuk mengatasi bundling, waktu, serta energi yang terbatas tersebut. Tindak lanjut memperkokohnya pondasi BPIW melalui penjabaran peran dan kontribusi dari unit-unit kerja hingga unit kerja terkecil dan individu maka akan semakin baik juga perencanaan, pemrograman dan monitoring evaluasi sebagai bentuk pengendalian pelaksanaan keterpaduan infrastruktur PUPR dengan pengembangan wilayah untuk tahun ke depan terlebih apabila nantinya kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, dan kerangka pendanaan terpenuhi. Selain itu mekanisme koordinasi, kolaborasi dan sinkronisasi baik internal, unit kerja eselon 1 lain, sektor lain/pemda terkait diharapkan dapat membantu pelaksanaan target-target Renstra BPIW, Kementerian PUPR maupun Nasional, terutama dari segi sinkronisasi maupun terhadap penjadwalan dan sumber daya tersebut. 175

204 Tindak lanjut untuk keterlambatan penetapan Pejabat Inti Satker. Untuk mengantisipasinya, dilakukan percepatan proses pembentukan Pejabat Inti Satker. Sedangkan untuk alokasi gaji PNS BPIW yang masih difasilitasi melalui Sekretariat Jenderal Kementerian PUPR dilakukan upaya pemindahan beban pembayaran gaji pegawai BPIW. Adapun beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam meningkatkan pencapaian realisasi target kegiatan dan anggaran adalah meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi program maupun penjadwalan kegiatan si lingkungan BPIW, pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi rencana program dan realisasi baik kegiatan kontraktual maupun swakelola sesuai RMP dan RMK. Tindak lanjut pada realokasi dana potensial yang tidak terserap digunakan untuk mendukung kegiatan Pusat lain yang lebih siap. Kegiatan-kegiatan di lingkungan BPIW direncanakan dengan baik khususnya terkait Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rincian Anggaran Biaya (RAB), agar revisi anggaran di kemudian hari dapat diminimalisir sehingga kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik, tepat output, kualitas dan tertib administrasi. Balai Keterpaduan Infrastruktur dapat terbentuk pada Tahun Anggaran 2016 sehingga realisasi anggaran dapat dilaksanakan secara optimal; pemanfaatn informasi kinerja dalam LAKIP BPIW Tahun 2015 sebagai bahan perbaikan kinerja kegiatan untuk tahun selanjutnya sesuai dengan tujuan dan sasaran Renstra Tahun

205 177

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.16/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.16/Menhut-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.16/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 6188/KPTS-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.08 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.08 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.08 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.12-/216 DS9275-658-42-941 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-18.12-/215 DS33-9596-64-778 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan No.1864, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Perwakilan. Orta. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 03 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 03 TAHUN 2011 TENTANG KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 03 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 08 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I No.1273, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KOMINFO. ORTA. UPT Monitor Frekuensi Radio. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.6/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN 2011-2025 Disampaikan Pada acara: RAKERNAS KEMENTERIAN KUKM Jakarta,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-61/K/SU/2012 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-06.00.00-286/K/2001

Lebih terperinci

NOMOR : 36 TAHUN 2015 TANGGAL z 9 SEPTEMBER2OlS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

NOMOR : 36 TAHUN 2015 TANGGAL z 9 SEPTEMBER2OlS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PENYELENGGARA SELEKSI CALON DAN PENILAIAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 36 TAHUN 2015

Lebih terperinci

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA No.1058, 2014 BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 20142014 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR REGIONAL XIII DAN KANTOR REGIONAL XIV

Lebih terperinci

MENTERI HUKUM DAN HAM R.I REPUBLIK INDONESIA

MENTERI HUKUM DAN HAM R.I REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAM R.I REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M 01.PR.07.10 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, -1- SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 6170-4200-6854-7766 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN NOMOR: KEP-06.00.00-286/K/2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sepanjang tahun 2016.

Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sepanjang tahun 2016. 1 KATA PENGANTAR Pemantauan dan Evaluasi Kinerja diatur melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Lebih terperinci

Hasil Evaluasi Pelayanan Publik Tahun Jakarta 24 Januari 2018

Hasil Evaluasi Pelayanan Publik Tahun Jakarta 24 Januari 2018 Hasil Evaluasi Pelayanan Publik Tahun 2017 Jakarta 24 Januari 2018 Evaluasi Pelayanan Publik Tahun 2017 Evaluasi Pelayanan Publik Tahun 2017 Evaluasi Pelayanan Publik Tahun 2017 ASPEK KEMENTERIAN Evaluasi

Lebih terperinci

LAKIP Inspektorat Tahun 2014 KATA PENGANTAR

LAKIP Inspektorat Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan ridho yang telah diberikan, penyusunan LAKIP Tahun 2014 dapat selesai tepat waktu. Penyusunan LAKIP sebagai

Lebih terperinci

KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.07 TAHUN 2010 TENTANG

KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.07 TAHUN 2010 TENTANG KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.07 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PER.KBSN-01/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.538,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 10/PER/M.KOMINFO/03/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 03 /PER/M.KOMINFO/03/2011

Lebih terperinci

TA 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TA 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN TA 2016 DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja. No.2, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Outline

Lebih terperinci

Indeks Harga Konsumen di 66 Kota (2007=100),

Indeks Harga Konsumen di 66 Kota (2007=100), Umum Banda Aceh 216,59 246,43 278,90 295,67 112,07 139,01 172,41 190,86 109,37 115,47 119,06 124,90 127,19 Lhokseumawe 217,73 242,90 273,06 295,55 111,38 124,28 143,10 154,71 108,33 116,24 121,61 130,52

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : PER- 955/K/SU/2011 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-06.00.00-286/K

Lebih terperinci

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Jakarta, 7 Februari 2011 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Direktif Presiden tentang Penyusunan Masterplan Visi Indonesia 2025 Kedudukan Masterplan dalam Kerangka

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Bimbingan Teknis Ujian Dinas Tingkat I dan Ujian Penyesuaian Kenaikan Pangkat Tahun 2017 Jakarta, 18 Juli 2017 DASAR HUKUM, TUGAS,

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM

ALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM ALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM (dalam ribuan rupiah) RUPIAH MURNI NO. SATUAN KERJA NON PENDAMPING PNBP PINJAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN ENTERI PENDIDIKAN BLIK INDONESI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.22/MEN/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.15/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGAMANAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 03 /PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

Lebih terperinci

Program Pengembangan Infrastruktur Wilayah TA 2018 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Program Pengembangan Infrastruktur Wilayah TA 2018 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Program Pengembangan Infrastruktur Wilayah TA 2018 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 1 Latar Belakang 2 Pagu Anggaran BPIW 3 Sasaran Output BPIW TA 2018 4 Prioritas BPIW TA. 2018 O U T L

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 15/PRT/M/2015 TANGGAL 21 APRIL 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelolaan ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Le

2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelolaan ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Le No.208, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Balai Pengelolaan. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.12/MENLHK/SETJEN/OTL.0/1/2016 TENTANG

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Yth. (Daftar terlampir) SURAT EDARAN Nomor SE- /PB/0 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENCAIRAN DANA DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.12/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Governance) menjadi berhubungan satu dengan yang lainnya. Tujuan reformasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Governance) menjadi berhubungan satu dengan yang lainnya. Tujuan reformasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertolak dari proses reformasi yang menginginkan suatu perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintah yang lebih transparan, berkeadilan dan akuntabel, maka tuntunan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

Lampiran Surat No. : Kepada Yth.

Lampiran Surat No. : Kepada Yth. Lampiran Surat No. : Kepada Yth. I. Kementerian / Lembaga : 1. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol, Biro Umum, Kementerian Perumahan Rakyat 2. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat, Biro Humas dan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 68 / PMK. 06 / 2006 TENTANG PELAKSANAAN UJI COBA REKENING PENGELUARAN BERSALDO NIHIL PADA BANK UMUM MITRA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA DALAM RANGKA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 30/04/Th. XIX, 01 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2016 INFLASI 0,19 PERSEN Pada terjadi inflasi sebesar 0,19 persen dengan Indeks Harga Konsumen ()

Lebih terperinci

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 1 PENGANTAR Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/03/Th. XIX, 01 Maret 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2016 DEFLASI 0,09 PERSEN Pada 2016 terjadi deflasi sebesar 0,09 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2015 Nomor168); 3. Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri

2015, No Indonesia Tahun 2015 Nomor168); 3. Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1390, 2015 KEMENAG. Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang

2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang No.211, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Orta. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN, Menimbang

Lebih terperinci

GERAKAN INOVASI MASSIVE DALAM REFORMASI BIROKRASI. Jakarta, 28 September 2016

GERAKAN INOVASI MASSIVE DALAM REFORMASI BIROKRASI. Jakarta, 28 September 2016 GERAKAN INOVASI MASSIVE DALAM REFORMASI BIROKRASI Jakarta, 28 September 2016 ARAH KEBIJAKAN PELAYANAN PUBLIK DALAM RANGKA PERCEPATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK Kondisi Saat Ini UU 25/2009 ttg

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 31/05/64/Th.XIX, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ DI KOTA TARAKAN BULAN APRIL 2016 0,45 PERSEN Kota Tarakan pada bulan April 2016 mengalami Inflasi sebesar

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-15.9-/215 DS689-2394-8-376 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

Triwulan 3 Tahun 2014

Triwulan 3 Tahun 2014 Status Pengisian Data SIPKINDU Kode Unit Kerja 1000000000 Triwulan 3 Tahun 2014 s.d 22-10-2014 08:58:43 Unit Kerja BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN Jumlah Pegawai Pengisian

Lebih terperinci

MATRIK RENSTRA

MATRIK RENSTRA ALUR PIKIR PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) Dasar Hukum: 1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 2. Peraturan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

Rilis PUPR #1 7 November 2017 SP.BIRKOM/XI/2017/544. Komitmen 27 Kepala Daerah Membangun Kota Dengan Perencanaan dan Penganggaran yang Transparan

Rilis PUPR #1 7 November 2017 SP.BIRKOM/XI/2017/544. Komitmen 27 Kepala Daerah Membangun Kota Dengan Perencanaan dan Penganggaran yang Transparan Rilis PUPR #1 7 November 2017 SP.BIRKOM/XI/2017/544 Komitmen 27 Kepala Daerah Membangun Kota Dengan Perencanaan dan Penganggaran yang Transparan Jakarta Kepadatan penduduk yang tinggi di kawasan perkotaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Sistem Informasi/Teknologi Informasi (SI/TI) berevolusi secara

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Sistem Informasi/Teknologi Informasi (SI/TI) berevolusi secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Sistem Informasi/Teknologi Informasi (SI/TI) berevolusi secara signifikan (Ward and Peppard, 2003). Pada awal tahun 1960 SI/TI digunakan hanya untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 30/05/64/Th.XIX, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN APRIL 2016 DEFLASI -0,34 PERSEN Provinsi Kalimantan Timur

Lebih terperinci

PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA

PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 /PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Yth. (Daftar terlampir) SURAT EDARAN NomorSE- 2./PB/2018 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENCAIRAN DANA DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN

Lebih terperinci

LaKIP Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

LaKIP Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA LaKIP 2016 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 50/07/64/Th.XIX, 1 Juli 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN JUNI 2016 1,10 PERSEN Provinsi Kalimantan Timur pada bulan Juni

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2 MOR SP DIPA-24.12-/2 DS3612-4187-984-7 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017

Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017 Selama September 2017, terjadi deflasi sebesar 0,01 persen di Kalimantan

Lebih terperinci

REKAPITULASI SK PPID KOTA SE INDONESIA PUSAT PENERANGAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2013

REKAPITULASI SK PPID KOTA SE INDONESIA PUSAT PENERANGAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2013 REKAPITULASI SK PPID KOTA SE INDONESIA PUSAT PENERANGAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2013 NO KOTA SK No TENTANG TANGGAL PROV 1 Kota Banda Aceh Keputusan Walikota Banda Aceh Nomor

Lebih terperinci

DAFTAR KODE AWAL OPERATOR DI INDONESIA

DAFTAR KODE AWAL OPERATOR DI INDONESIA DAFTAR KODE AWAL OPERATOR DI INDONESIA JABODETABEK BANTEN (Jakarta, Bogor, Sukabumi, Karawang, Serang) TELKOMSEL 0811 - (Kartu Halo 10, 11 08111,08118,08119 0812 - (Kartu Halo, simpati 11, 12 081210,081211,081212,081213,081218,081219,08128,0

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 087/O/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 087/O/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 087/O/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMIN MUTU PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/09/53/Th. XVII, 1 September 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2014 NUSA TENGGARA TIMUR DEFLASI 0,71 PERSEN Pada Agustus 2014, Nusa Tenggara

Lebih terperinci

2015, No Kepegawaian Negara Untuk Menetapkan Keputusan Penyesuaian dan Penetapan Kembali Pensiun Pokok Pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan Janda

2015, No Kepegawaian Negara Untuk Menetapkan Keputusan Penyesuaian dan Penetapan Kembali Pensiun Pokok Pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan Janda BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1381, 2015 BKN. Keputusan Penyesuaian. Penetapan Kembali. Pensiun Pokok. PNS. Janda/Duda. Format Nomor. Keputusan Kepala BKN. Pencabutan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

REKAPITULASI SK PPID KOTA SE INDONESIA PUSAT PENERANGAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2016

REKAPITULASI SK PPID KOTA SE INDONESIA PUSAT PENERANGAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2016 REKAPITULASI SK PPID KOTA SE INDONESIA PUSAT PENERANGAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2016 NO DAERAH SK PPID TENTANG TANGGAL I Prov. Nanggroe Aceh Darusalam Keputusan Gubernur Aceh

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2016

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL Yth. (Daftar terlampir) SURAT EDARAN Nomor SE- 7 /PB/2018 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENCAIRAN DANA DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

Dalam rangka pengembangan kapasitas pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara tahun 2015, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:

Dalam rangka pengembangan kapasitas pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara tahun 2015, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut: ~ OOai Iskandar A I NIP 19600124{981121002 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL GEDUNG SYAFRUDDIN PRAWIRANEGARA IlLANTAI 9 SELATAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.09-0/AG/2014 DS 2461-5774-5715-7500 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

UNDANGAN PEMASUKAN PENAWARAN Nomor : 005/PAN-PPBJ/KPAN/III/2011

UNDANGAN PEMASUKAN PENAWARAN Nomor : 005/PAN-PPBJ/KPAN/III/2011 UNDANGAN PEMASUKAN PENAWARAN Nomor : 005/PAN-PPBJ/KPAN/III/2011 Panitia Pengadaan Barang/Jasa Komisi Penanggulangan AIDS Nasional mengundang calon penyedia barang/jasa guna berpartisipasi mengajukan penawaran

Lebih terperinci

2017, No Penyesuaian dan Penetapan Kembali Pensiun Pokok Pensiunan Hakim dan Janda/Dudanya, serta Orang Tua dari Hakim yang Tewas dan Tidak Men

2017, No Penyesuaian dan Penetapan Kembali Pensiun Pokok Pensiunan Hakim dan Janda/Dudanya, serta Orang Tua dari Hakim yang Tewas dan Tidak Men No.979, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Penetapan Format Nomor Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM - 2 - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.242, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAW ASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

KEPALA BADAN PENGAW ASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: KEP-06.00.00-286/K/2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN KEPALA BADAN PENGAW ASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dalam kerangka pembangunan kelautan dan perikanan saat ini dilakukan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0053-2318-0274-1679 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci