Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan"

Transkripsi

1 Danang D. Cahyadi / Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan 127 Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan Danang D. Cahyadi*, Masano P. Hutama, Ikhsan Setiawan, Agung B.S. Utomo Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada Sekip Utara BLS 21, Yogyakarta 55281, Indonesia. * danang.dwi.c@mail.ugm.ac.id Abstrak Makalah ini memaparkan tentang pembuatan dan pengujian sebuah prime mover termoakustik tipe gelombang berjalan. Prime mover termoakustik ini terdiri dari sebuah tabung resonator melingkar, regenerator, dan dua buah penukar panas. Sebuah alat pemanas listrik dengan daya maksimum 700 W dipasang pada penukar kalor panas untuk memberikan energi termal kepada prime mover. Suhu dan tekanan dinamik di dalam resonator masing-masing diukur dengan menggunakan termokopel tipe-k dan transduser tekanan. Hasil pengujian prime mover pada daya input alat pemanas 651 W memberikan hasil sebagai berikut: kondisi onset (kondisi saat prime mover mulai menghasilkan bunyi) terjadi ketika beda suhu di antara kedua ujung regenerator sebesar 763,9 C, waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi onset adalah 28 menit, gelombang bunyi yang dihasilkan memiliki frekuensi 289 Hz, dan amplitudo tekanan sebesar 1,4 kpa. Hasil-hasil tersebut mengindikasikan bahwa prime mover termoakustik tipe gelombang berjalan ini telah dapat beroperasi dengan baik. Berbagai upaya peningkatan amplitudo tekanan masih perlu dilakukan, sebagai contoh agar dapat menggerakkan alternator linear untuk menghasilkan energi listrik. Kata kunci: prime mover, termoakustik, regenerator, kondisi onset, frekuensi, amplitudo tekanan Abstract This paper describes the development and testing of a travelling wave prime mover. The thermoacoustic prime mover mainly consists of a looped-tube resonator, a regenerator and two heat exchangers. An electric heater with a maximum power of 700 W was installed at the hot heat exchanger to provide thermal energy to the prime mover. The temperatures and dynamic pressure within the resonator was measured using type-k thermocouples and pressure transducers. The prime mover was tested using an electric input power 651 W for the heater and achieved an onset condition or a condition when the prime mover begin to produce sound. The onset condition occurred when the temperature difference between the both ends of regenerator was C and the time required to achieve the onset condition was 28 minutes. Frequency and pressure amplitude of the generated sound were 289 Hz and 1,4 kpa, respectively. These results indicated that the travelling wave prime mover thermoacoustic has been able to operate properly. Though, various effort to increase the pressure amplitude is still need to enhance the thermoacoustic prime mover capability, for example to drive a linear alternator in order to generate electricity. Keywords: prime mover, thermoacoustic, regenerator, frequency, pressure amplitude I. PENDAHULUAN Termoakustika merupakan sebuah bidang kajian tentang interaksi termal antara kalor dan bunyi, yaitu tentang konversi energi termal menjadi energi akustik dan sebaliknya yaitu mengubah energi akustik menjadi energi termal (memompa kalor). Alat yang digunakan untuk mengubah energi termal menjadi energi akustik disebut prime mover termoakustik (thermoacoustic prime mover), sedangkan perangkat yang memompa kalor dari tandon kalor suhu rendah ke tandon kalor suhu tinggi disebut pompa kalor termoakustik (thermoacoustic heat pump) atau alat pendingin termoakustik (thermoacoustic refrigerator). Perangkat termoakustik telah menarik banyak minat dan perhatian para peneliti dalam beberapa tahun belakangan ini karena bersifat ramah lingkungan, memiliki struktur dan konfigurasi yang sederhana dan daya tahan yang tinggi sehingga dapat dibuat dan dirawat dengan relatif mudah dan murah. Secara khusus, pengoperasian prime mover termoakustik dapat menggunakan energi termal matahari [1,2] atau limbah kalor (waste heat) [3] sebagai sumber energi termal input, dan tidak menghasilkan gas buang seperti karbon dioksida yang dihasilkan oleh mesin-mesin konvensional. Di sisi lain, alat pendingin termoakustik dapat menggunakan gas-gas inert seperti udara dan gas-gas mulia sebagai zat kerja [4], tidak menggunakan gas freon dan sejenisnya, sehingga tidak berbahaya terhadap lingkungan. Disamping banyak keunggulannya, prime mover termoakustik memiliki kekurangan, yaitu secara umum efisiensinya rendah. Sejauh ini, efisiensi termal prime mover termoakustik tipe gelombang berjalan (travelling wave) sebatas 30% yang dibuat oleh Backhauss dan Swift [6]. Perangkat termoakustik prime mover tipe gelombang berjalan memiliki efisiensi termal lebih tinggi dari prime mover tipe gelombang berdiri (standing wave) yang umumnya terbatas 20% [5,6]. Hal tersebut terjadi karena prime mover tipe gelombang berdiri bekerja dengan siklus termodinamik yang secara intrinsik bersifat tak-

2 128 Danang D. Cahyadi / Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan reversibel, berbeda dengan prime mover tipe gelombang berjalan yang beroprasi dengan siklus Stirling yang secara inheren bersifat reversibel. Meskipun prime mover termoakustik secara umum memiliki efisiensi termal yang rendah, kemampuan perangkat tersebut bekerja dengan menggunakan limbah kalor membuat penerapan prime mover termoakustik menjadi menarik dan menguntungkan untuk meningkatkan efisiensi sistem termal secara keseluruhan. Prime mover termoakustik biasanya diaplikasikan untuk membangkitkan energi listrik dengan cara menggabungkannya dengan sebuah alternator linear [7,8]. Selain itu, apabila prime mover termoakustik dikombinasikan dengan alat pendingin termoakustik, maka dapat diperoleh sebuah sistem pendingin tanpa bagian yang bergerak [9,10]. Penelitian tentang prime mover termoakustik tipe gelombang berjalan di dunia masih terus dilakukan, salah satunya dilaporkan oleh Abduljalil [11] yang meneliti tentang efisiensi pada mesin prime mover termoakustik tipe gelombang berjalan. Penelitian ini menggunakan tabung melingkar dengan kalkulasi numerik yang diproses menggunakan perangkat lunak DeltaEC. Penelitian lainnya dilakukan oleh Jacobs [12] melakukan desain dan konstruksi serta penelitian eksperimental tentang prime mover termoakustik dengan fokus mengukur suhu onset, densitas daya akustik output dan efisiensi. Makalah ini memaparkan tentang rancang bangun sebuah prime mover termoakustik tipe gelombang berjalan serta pengujiannya secara eksperimen. Dalam bab selanjutnya, prinsip prinsip dasar prime mover termoakustik tipe gelombang berjalan disajikan. Setelah itu komponen perangkat termoakustik mencakup regenerator, penukar kalor (ambient heat exchanger, hot heat exchanger) dan resonator, diuraikan bersama dengan penjelasan tentang peralatan eksperimen dan susunannya. Berikutnya hasil eksperimen ditampilkan dan dibahas, dan setelah itu diakhiri dengan kesimpulan. II. LANDASAN TEORI A. Prinsip-prinsip Dasar Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan Perangkat prime mover termoakustik terdiri dari tabung resonator, regenerator, gas kerja dan dua buah penukar kalor. Tabung resonator diisi dengan gas kerja seperti udara, gas mulia atau gas-gas inert lainnya. Regenerator diapit oleh penukar kalor panas (hot heat exchanger/hhx) dan penukar kalor lingkungan (ambient heat exchanger/ahx). Gabungan regenerator dan dua buah penukar kalor diletakkan di dalam tabung resonator. Kedua penukar kalor akan memberikan gradien suhu yang besar sepanjang regenerator yang searah sumbu resonator. Gradien suhu tersebut diperlukan agar proses konversi energi secara termoakustik dapat terjadi. Beda suhu minimum antara kedua ujung regenerator yang diperlukan untuk memulai osilasi spontan gas kerja (bangkitnya gelombang bunyi) disebut beda suhu onset Mekanisme terbangkitnya gelombang bunyi dalam hal ini dapat dijelaskan dengan mengikuti hal-hal yang terjadi pada sebuah paket gas di dalam saluran pada regenerator (menggunakan cara pandang Lagrangian makroskopik). Proses-proses yang secara pendekatan dijalani oleh sebuah paket gas diilustrasikan secara Gambar 1. Empat tahap proses termodinamik yang dialami oleh gas (diadaptasi dari Panhuis, 2009). skematik oleh Gambar 1, dalam hal ini sisi panas berada di sebelah kanan, sisi dingin sebelah kiri dan pusat paket gas dianggap berjarak satu kali kedalaman penetrasi ternal gas kerja. Paket gas menjalani sebuah siklus termodinamik yang terdiri dari empat tahap [13]. Pada tahap (1) paket gas mengalami kompresi isotermal di dekat sisi dingin regenerator sehingga volume paket gas mengecil dan usaha sebesar dw 1 dilakukan pada paket gas oleh lingkungannya. Selanjutnya pada tahap (2) paket gas bergerak menuju sisi panas regenerator dan pada saat yang bersamaan paket gas mengalami pemanasan pada volume konstan dengan menyerap kalor dq 1 dari dinding pori regenerator sehingga pada saat itu usaha dw dilakukan pada paket gas. Kemudian, pada tahap (3) paket gas mengalami ekspansi isotermal di dekat sisi panas regenerator sehingga volume paket gas membesar dan paket gas melakukan usaha sebesar dw 1. Selanjutnya pada tahap (4) paket gas kembali menuju sisi dingin

3 Danang D. Cahyadi / Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan 129 regenerator dan pada saat yang bersamaam paket gas mengalami pendinginan pada volume konstan dengan melepaskan kalor dq 2 ke dinding pori regenerator dan paket gas melakukan usaha pada lingkungan. Gambar 2. memperlihatkan skema diagram tekanan dan volume untuk keempat proses termodinamik yang dijalani oleh paket gas sebagaimana tersebut di atas. Proses tersebut terjadi berulang-ulang dan tiap proses menghasilkan usaha netto dw 1 dw 2 yang dilakukan oleh paket gas berupa munculnya gelombang bunyi (kerja akustik). Gambar 2. Skema diagram tekanan-volume yang dijalani oleh paket gas. B. Beberapa Parameter dalam Perangkat Termoakustik Dalam perangkat termoakustik, ada beberapa parameter yang berperan penting menentukan kualitas mesin termoakustik yang digunakan. Parameter yang pertama adalah kedalaman penetrasi termal ( ) yang merupakan jarak difusi kalor yang dapat menyebar di dalam gas selama interval waktu satu periode osilasi akustik osilasi akustik. Kedalaman penetrasi termal merupakan jarak yang diukur dari dinding pori regenerator dan dirumuskan sebagai [14]. dengan adalah konduktifitas termal gas kerja, adalah frekuensi anguler gelombang bunyi, adalah massa jenis rerata gas kerja dan adalah kapasitas kalor gas kerja dan adalah difusivitas termal gas yaitu. Paket gas yang berada cukup jauh dari dinding kanal ( ) tidak merasakan kontak termal dengan dinding kanal dan hanya mengalami kompresi dan ekspansi isotermal secara adiabatik. Selain kedalaman penetrasi termal, ukuran kanal regenerator yang tepat harus dipilih. Untuk melakukan hal ini, nilai parameter perlu ditinjau, dengan adalah (1) waktu relaksasi termal pada penampang lintang kanal regenerator yang diungkapkan sebagai [15] dengan r h adalah jejari hidrolik kanal regenerator. Dari Pers. (1) dan Pers. (2), diperoleh ungkapan parameter sebagai Apabila, gas di dalam kanal akan bergerak secara reversibel dan suhunya selalu sama dengan suhu dinding lokal, sedangkan apabila, maka gerak gas bersifat isentropik tetapi secara pendekatan masih bersifat reversibel. Osilasi gas secara termodinamik bersifat irreversibel sebagai akibat dari adanya transfer kalor tak sempurna ke dinding kanal ketika [16]. Perangkat-perangkat termoakustik tipe gelombang berjalan dapat bekerja dengan baik dalam kondisi [13]. Oleh karena itu, diperlukan ukuran pori atau jejari hidrolik regenerator yang jauh lebih kecil dibandingkan kedalaman penetrasi termal di dalam perangkat-perangkat termoakustik tipe gelombang berjalan. C. Pemilihan Desain dan Pembuatan Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan Diagram skematik prime mover termoakustik tipe gelombang berjalan dengan resonator melingkar yang dibuat pada penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 4. Di dalam resonator terdapat regenerator, penukar kalor panas (HHX), penukar kalor lingkungan (AHX) dan udara biasa dengan tekanan atmosfer (1 atm) dan suhu kamar (27 C) dengan cepat rambat bunyi di udara ( ) sekitar 348 m/s. Resonator terbuat dari pipa baja anti karat (stainlesssteel) dengan diameter nominal 2,5 inci dan diameter dalam 68 mm yang saling disambung-sambung dengan menggunakan flange baja antikarat. Resonator dibentuk melingkar agar mampu menghasilkan gelombang berjalan yang memiliki beda fase antara osilasi kecepatan dan osilasi tekanan mendekati 0. Resonator melingkar ini memiliki panjang (keliling) total ( ) sebesar 3,64 m dan membentuk sebuah resonator satu panjang gelombang. Oleh karena itu, frekuensi-frekuensi harmonik diperkirakan sesuai dengan rumus dengan = 1, 2, 3,... adalah orde harmonik dan adalah cepat rambat gelombang bunyi di dalam resonator. Dengan demikian, frekuensi harmonik pertama, kedua, dan ketiga berturut-turut diperkirakan sebesar 95,6 Hz, 191,2 Hz, dan 286,8 Hz. Selanjutnya, dengan menggunakan nilai frekuensi ini dan nilai-nilai besaran-besaran udara pada tekanan 1 atm dan suhu 27 C, serta dengan menggunakan Pers. (1), diperoleh bahwa nilai kedalaman penetrasi termal ( di udara pada kondisi tersebut di dalam resonator adalah sebesar 0,27 mm. (2) (3) (4)

4 130 Danang D. Cahyadi / Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan Regenerator diapit diantara dua buah penukar kalor, seperti dapat ditunjukkan oleh skema dalam Gambar 2. Regenerator dibuat dari tumpukan yang rapat lembaranlembaran kasa kawat (wire mesh) baja antikarat yang rapat sehingga panjang regenerator mencapai 4 cm. Dipilih kasa kawat dengan nomor kasa 40 (yaitu 40 pori/inci) yang memiliki diameter kawat ( ) sebesar 0,2 mm. Jejari hidrolik regenerator diperkirakan dengan menggunakan persamaan [17, 18] dengan adalah porositas regenerator yang ditaksir dengan menggunakan persamaan [17, 18] sehingga diperoleh dan = 0,15 mm. Selanjutnya, digunakan sebuah model pendekatan yang telah teruji untuk regenerator kasa kawat, yaitu larik (array) tabung-tabung berpenampang lingkaran. Dalam model ini, jejari penampang tabung diwakili oleh besaran yang disebut jejari lingkaran efektif [19], yang diungkapkan sebagai (5) (6) resonator di tujuh lokasi yang berbeda, diukur menggunakan transduser tekanan Kyowa PGM-10KH. Lokasi pemasangan termokopel dan transduser tekanan dapat dilihat pada Gambar 3. Termokopel dan transduser tekanan dihubungkan ke sebuah data logger yang dikendalikan dengan komputer. (7) Jejari efektif ini tidak lain adalah jejari hidrolik dari regenerator larik tabung-tabung berpenampang lingkaran. Untuk regenerator yang digunakan dalam penelitian ini, nilai jejari efektifnya adalah 0,12 mm. Dengan demikian, untuk prime mover termoakustik tipe gelombang berjalan yang dibuat pada penelitian ini mempunyai 0,31. Tepat di sebelah kanan regenerator, dipasang penukar kalor panas (HHX) terdiri sebuah alat pemanas listrik berupa kawat fleksibel yang terbungkus (sheathed flexible cable heater) dan sebuah inti berupa blok tembaga yang berlubang-lubang. Alat pemanas tersebut (model 2M-2-400) memiliki daya input maksimum 700 W dan digulung pada blok tembaga. Blok tembaga memiliki banyak lubang kanal kecil yang memungkinkan gas berosilasi di sepanjang kanal tersebut. Penukar panas ini akan menyalurkan kalor kepada prime mover termoakustik. Daya input alat pemanas diatur dengan variac dan dihitung dari perkalian tegangan dan arus listrik dari masing-masing voltmeter dan ampermeter. Di sisi kiri regenerator dipasang sebuah blok tembaga yang juga memiliki lubang kanal kecil. Di bagian luar dipasang sistem keluar-masuk air yang dialirkan dari dan ke tandon air. Gabungan blok tembaga dan sistem keluar-masuk air membentuk penukar kalor lingkungan (AHX). Selain itu, dua buah pipa tipis baja antikarat diletakkan di dalam pipa resonator untuk menahan regenerator dan kedua blok tembaga pada tempatnya. Tiga buah termokopel tipe-k (model T35105) T P dan T D masing-masing digunakan untuk mengukur suhu ujung panas dan suhu ujung dingin pada regenerator. Termokopel yang ketiga, T R digunakan untuk mengukur suhu di lokasi yang ditunjukkan oleh Gambar 3. Tekanan-tekanan dinamik gelombang bunyi di dalam Gambar 3. Skema peralatan penelitian. III. PENGUJIAN PRIME MOVER TERMOAKUSTIK Prime mover termoakustik yang telah dibuat dioperasikan dengan cara menyalurkan energi termal (kalor) kepada mesin termoakustik melalui penukar kalor panas dengan daya listrik input 651 W. Diamati besar suhu sisi panas (T P) dan suhu sisi dingin (T D) regenerator ketika terjadi onset, yaitu saat awal terjadinya pembangkitan gelombang bunyi. Suhu referensi (T R) juga diamati untuk membantu mengidentifikasi terjadinya onset. Dari sini, beda suhu onset ( T onset) dapat diketahui. Selain itu, amplitudo tekanan gelombang bunyi yang dihasilkan dicari melalui sinyal tekanan dinamik yang dideteksi oleh transduser-transduser tekanan yang dihubungkan dengan sebuah data logger dan komputer, dengan periode sampling 1 ms. Frekuensi gelombang bunyi kemudian ditentukan dari spektrum frekuensi yang diperoleh dengan melakukan transformasi Fourier cepat (Fast Fourier Transform, FFT) dari sinyal osilasi tekanan gelombang bunyi yang dihasilkan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan daya input pemanas listrik sebesar 651 W memberikan hasil

5 Danang D. Cahyadi / Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan 131 pengukuran suhu-suhu sebagai fungsi waktu yang ditunjukkan oleh grafik dalam Gambar 4. Terlihat bahwa mula-mula suhu ujung panas regenerator (T P) meningkat dengan cepat, sedangkan suhu ujung dingin regenerator (T D) meningkat secara lebih lambat. Suhu T R meningkat secara lambat namun lebih cepat dibandingkan peningkatan suhu T D. Beda suhu antara kedua ujung regenerator adalah T = T P T D, yang bertambah besar secara cepat seiring dengan kenaikan suhu ujung panas regenerator. Setelah pemanas dihidupkan selama 28 menit kondisi onset tercapai. Di dalam Gambar 4 hal ini diindikasikan oleh adanya perubahan yang mencolok pada nilai- nilai T R dan T P. Dalam hal ini, diperoleh besar beda suhu onset ( T onset) untuk prime mover termoakustik ini adalah sekitar 763,9 C. Pada saat onset, nilai T R menurun tajam karena adanya gelombang bunyi dan efek mass streaming yang mengakibatkan kalor yang terkumpul di tempat itu tersebar secara cepat ke arah sisi kanannya. Hal tersebut juga menyebabkan terjadinya sedikit penurunan suhu T P, namun karena kalor terus diberikan oleh alat pemanas di lokasi ini maka suhu T P kembali meningkat. Selain itu, gelombang bunyi tersebut juga menyebarkan kalor ke arah sisi dingin regenerator, sehingga suhu sisi dingin regenerator (T D) juga meningkat secara mencolok pada saat onset. Adanya peningkatan T D tersebut selanjutnya (setelah onset) menyebabkan beda suhu antara kedua ujung regenerator hanya dapat meningkat secara relatif lebih lambat dibangingkan peningkatan suhu sebelum onset, meskipun kalor terus diberikan oleh alat pemanas ke ujung panas regenerator. Setelah pemanas dimatikan, sekitar 8 menit kemudian bunyi yang dihasilkan akan lenyap kondisi tersebut dinamakan kondisi offset. Gambar 4. Grafik suhu sebagai fungsi waktu. Kehadiran gelombang bunyi dapat didengar oleh peneliti selain itu juga dapat dideteksi dengan menggunakan transduser-transduser tekanan. Contoh sinyal yang diperoleh data logger dan komputer disimpan dalam dokumen Excel dan dapat diplot kembali sebagaimana ditampilkan oleh Gambar 5 untuk kurun waktu 1 detik. Selanjutnya, dengan melakukan transformasi Fourier cepat terhadap sinyal dalam Gambar 5, sebuah spektrum frekuensi dapat diperoleh, seperti ditunjukkan oleh Gambar 6. Dari Gambar 6 tersebut diketahui bahwa gelombang bunyi yang dihasilkan memiliki amplitudo tekanan sekitar 1,4 kpa dan frekuensi 289 Hz. Gambar 5. Grafik sinyal osilasi tekanan selama 1 sekon. Gambar 6. Spektrum frekuensi hasil FFT dari sinyal dalam Gambar 5. Amplitudo tekanan sebesar 1,4 kpa masih tergolong relatif kecil apabila akan digunakan, misalnya, untuk menggerakkan alternator linear untuk membangkitkan energi listrik. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya peningkatan amplitudo tekanan gelombang bunyi yang dihasilkan oleh prime mover termoakustik ini. Nilai frekuensi yang terukur (289 Hz) mendekati nilai perkiraan frekuensi harmonik ketiga sebesar 286,8 Hz. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata prime mover termoakustik ini membangkitkan bunyi yang memiliki 3 panjang gelombang di dalam resonator. Masih perlu dipelajari mengapa hal demikian dapat terjadi. Selain itu, Gambar 6 juga memberi informasi bahwa masih banyak terdapat gangguan (noise) sinyal tekanan dinamik yang direkam, di antaranya yang cukup nyata adalah sinyal berfrekuensi 50 Hz yang berasal dari sumber daya listrik PLN. Selain itu, gangguan sinyal tekanan juga dapat timbul dari getaran resonator. Dalam penelitian selanjutnya, permasalahan ini perlu diatasi. V. KESIMPULAN Sebuah prime mover termoakustik tipe gelombang berjalan telah berhasil dibuat dan telah diuji dengan hasil baik. Pengujian dilakukan dengan daya listrik input alat

6 132 Danang D. Cahyadi / Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan pemanas sebesar 651 W. Diperoleh beda suhu onset sebesar 763,9 C dengan waktu untuk mencapai kondisi onset adalah 28 menit. Selain itu, gelombang bunyi yang dihasilkan memiliki frekuensi 289 Hz (harmonik ketiga) dengan amplitudo tekanan sekitar 1,4 kpa. Dalam penelitian selanjutnya yang diperlu dilakukan diantaranya adalah upaya peningkatan amplitudo tekanan gelombang bunyi yang dihasilkan, mempelajari mekanisme seleksi harmonik gelombang bunyi yang terbangkit, dan upaya menekan gangguan (noise) dalam sistem akuisisi data. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Makoto Nohtomi dari Universitas Waseda, Jepang, atas dukungan beberapa peralatan yang digunakan dalam penelitian ini. PUSTAKA [1]. R.L. Chen dan S.L. Garret, Solar/heat-driven thermoacoustic engine, J. Acoust. Soc. Am. Vol. 103, 1998, hal [2]. J.A. Adeff dan T.J. Hoffler, Design and construction of solar-powered, thermoacous-tically driven, thermoacoustic refrigerator, J. Acoust. Soc. Am. Vol. 107, 2000, L37-L42. [3]. D.L. Gardner dan C.Q. Howard, Waste-heat-driven thermoacoustic engine and refri-gerator, Proc. of Acoustics, 2009, Australian Acoust. Soc., Adelaide, Australia. [4]. M.E.H. Tijani, Loudspeaker-driven thermoacoustic refrigeration, Tesis Ph.D., 2001, Technische Universiteit Eindhoven, Belanda. [5]. G.W. Swift, Analysis and performance of a large thermoacoustic engine, J. Acoust. Soc. Am. Vol. 92, 1992, hal [6]. S. Backhaus dan G.W. Swift, A thermoacoustic-stirling heat engine: Detailed study, J. Acoust. Soc. Am. Vol. 107, 2000, hal [7]. S. Backhaus, E. Tward dan M. Petach, Traveling-wave thermoacoustic electric generator, App. Phys. Lett. Vol. 85, 2004, hal [8]. Y. Kitadani, S. Sakamoto, K. Sahashi dan Y. Watanabe, Basic studi for practical use of thermoacoustic electric generation system, Proc. 20th Int l Congr. Acoust., 2010, Australian Acoust. Soc., Sidney. [9]. B. Yu, E.C. Luo, S.F. Li, W. Dai dan Z.H. Wu, Experimental study of a thermo-acoustically-driven traveling wave thermo-acoustic refrigerator, Cryogenics Vol. 51, 2011, hal [10]. P. Saechan, H. Kang, X. Mao dan A.J. Jaworski, Thermoacoustic refrigerator driven by a combustion powered thermoacoustic engine Demonstrator of device for rural areas of develoving countries, Proc. World Congr. Engineering, 2013, London, UK. [11]. Abduljalil, S. A., Investigation of Thermoacoustic Precesses in A Travelling Wave Looped-tube Thermoacoustic Engine, Thesis, University of Manchester, Inggris, 2012 [12]. Jacobs, J. C. B., Design, Construction and Experimental Observation of A Thermoacoustic Prime Mover, Thesis, Delft University of Technology, Belanda, 2014 [13]. In t Panhuis, P. H. M. W., Mathematical Aspect of Thermoacoustics, Thesis, Eindhoven University of Technology, Jerman, 2009 [14]. Saechan, P., Applicatiom of Thermoacoustic Technologies for Meeting The Refigerator Needs of Remotes and Rural Comunities in Developing Countries, Leinchester University, Jerman, 2014 [15]. Setiawan, I., Murti, P., Achmadin, W., N., Nohtomi, M., Design, Construction, and Evaluation of A Standing Wave Thermoacoustic Prime Mover, AIP Coference Proceeding Vol. 1717, 2016, [16]. T. Yazaki, A. Iwata, T. Maekawa dan A. Tominaga, Traveling wave thermoacoustic engine in a looped tube, Phys. Rev. Lett. Vol. 81, 1998, hal [17]. G.W. Swift, Thermoacoustics: A unifying persfective for some engines and refrigerators, Acoust. Soc. Am., 2002, New York, USA. [18]. Setiawan, I., Murti, P., Achmadin, W., N., Nohtomi, M., Experimental Study On A Standing Wave Thermoacoustic Prime Mover with Air as Working Gas at Various Pressure, Journal of Physics : Conference Series Vol. 710, 2016, [19]. Y. Ueda, T. Kato dan C. Kato, Experimental evaluation of the acoustic properties of stacked-screen regenerators, J. Acoust. Soc. Am. 125, 2009, hal TANYA JAWAB Anonim Apakah harus harmonik dan apakah harus harmonik 3? Danang, UGM Harus harmonik, tidak harus harmonik 3.

Penentuan Kondisi Optimum Panjang Pipa Resonator dan Daya Input Listrik Terhadap Kinerja Prime Mover Termoakustik Gelombang Berdiri

Penentuan Kondisi Optimum Panjang Pipa Resonator dan Daya Input Listrik Terhadap Kinerja Prime Mover Termoakustik Gelombang Berdiri Jurnal Fisika Indonesia Nur Achmadin et al. Vol. 20 (2016) No. 1 p.24-30 ISSN 1410-2994 (Print) ISSN 2579-8820 (Online) ARTIKEL RISET Penentuan Kondisi Optimum Panjang Pipa Resonator dan Daya Input Listrik

Lebih terperinci

Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Tegak

Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Tegak Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Tegak Ikhsan Setiawan 1, a *, Prastowo Murti 2, Agung B S Utomo 1, Wahyu N Achmadin 1, Makoto Nohtomi 3 1 Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Termoakustika (thermoacoustics) adalah studi tentang fenomena beda suhu yang dapat menghasilkan gelombang akustik (bunyi) atau pun sebaliknya, gelombang bunyi yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN PIRANTI PENDINGIN TERMOAKUSTIK GELOMBANG BERJALAN

PEMBUATAN PIRANTI PENDINGIN TERMOAKUSTIK GELOMBANG BERJALAN PEMBUATAN PIRANTI PENDINGIN TERMOAKUSTIK GELOMBANG BERJALAN Ikhsan Setiawan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada Sekip Utara BLS 21 Yogyakarta 55281 Indonesia Email : ikhsan_s@ugm.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

PENGARUH LOKASI PENUKAR PANAS COLD HEAT EXCHANGER TERHADAP KINERJA SISTEM PENDINGIN TERMOAKUSTIK STACK BAHAN ORGANIK GAMBAS

PENGARUH LOKASI PENUKAR PANAS COLD HEAT EXCHANGER TERHADAP KINERJA SISTEM PENDINGIN TERMOAKUSTIK STACK BAHAN ORGANIK GAMBAS Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor PENGARUH LOKASI PENUKAR PANAS COLD HEAT EXCHANGER TERHADAP KINERJA SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun kebelakang, isu lingkungan adalah isu yang menarik bagi seluruh peneliti di dunia. Peneliti dan engineer bekerja untuk menciptakan teknologi yang memudahkan

Lebih terperinci

penukar panas. Ukuran pori regenerator lebih kecil dibandingkan dengan ukuran pori stack. Ketiga, berdasarkan beda fase antara osilasi tekanan dan

penukar panas. Ukuran pori regenerator lebih kecil dibandingkan dengan ukuran pori stack. Ketiga, berdasarkan beda fase antara osilasi tekanan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Semua kegiatan manusia dalam rumah tangga, industri maupun pertanian memerlukan energi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kata termoakustika diartikan sebagai studi interdisiplin ilmu antara energi termal dan energi akustik yang pertama kali digunakan oleh Nikolaus Rott (Rott,1980). Efek

Lebih terperinci

Pengaruh Jejari Hidrolik Stack terhadap Beda Suhu Onset pada Prime Mover Termoakustik Gelombang Berdiri

Pengaruh Jejari Hidrolik Stack terhadap Beda Suhu Onset pada Prime Mover Termoakustik Gelombang Berdiri Pengaruh Jejari Hidrolik Stack terhadap Beda Suhu Onset pada Prime Mover Termoakustik Gelombang Berdiri Prastowo Murti 1*), Adhika Widyaparaga 1, Ikhsan Setiawan 2, Agung Bambang Setio Utomo 2, Makoto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin canggih selain menimbulkan dampak positif juga dapat menimbulkan dampak negatif seperti pemborosan energi. Selain itu semakin majunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih memunculkan berbagai macam barang elektronik yang dapat memudahkan dan memanjakan manusia dalam melakukan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PIRANTI TERMOAKUSTIK SEBAGAI PEMOMPA KALOR

RANCANG BANGUN PIRANTI TERMOAKUSTIK SEBAGAI PEMOMPA KALOR SIGMA, Vol. 10, No. 1, Januari 2007: 25-33 ISSN: 1410-5888 RANCANG BANGUN PIRANTI TERMOAKUSTIK SEBAGAI PEMOMPA KALOR Ikhsan Setiawan, Agung B.S. Utomo, dan Guntur Maruto Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

Agung B.S.U, Ikhsan Setiawan Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Agung B.S.U, Ikhsan Setiawan Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta OPTIMALISASI POSISI STACK BERPORI LINGKARAN PADA SISTEM TERMOAKUSTIK RESONATOR TERBUKA Eko Nursulistiyo Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Jurusan Pendidikan Fisika,

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG STACK SELUBUNG KABEL TERHADAP PERUBAHAN SUHU PADA SISTEM PENDINGIN TERMOAKUSTIK

PENGARUH PANJANG STACK SELUBUNG KABEL TERHADAP PERUBAHAN SUHU PADA SISTEM PENDINGIN TERMOAKUSTIK DOI: doi.org/10.21009/spektra.022.05 PENGARUH PANJANG STACK SELUBUNG KABEL TERHADAP PERUBAHAN SUHU PADA SISTEM PENDINGIN TERMOAKUSTIK Indah Kharismawati 1, a), Hanif Rafika Putri b) 1 IKIP PGRI Jember

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

DAFTAR ISI BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

Lebih terperinci

Pengembangan Pendingin Termoakustik dengan Menggunakan Penukar Kalor Tambahan dalam Resonator

Pengembangan Pendingin Termoakustik dengan Menggunakan Penukar Kalor Tambahan dalam Resonator 59 Pengembangan Pendingin Termoakustik dengan Menggunakan Penukar Kalor Tambahan dalam Resonator Asmara P, Pebriarti A, Setiawan I dan Setio Utomo A B, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG PIPA, POSISI STACK DAN INPUT FREKWENSI ACOUSTIC DRIVER/AUDIO SPEAKER PADA RANCANG BANGUN SISTEM REFRIGERASI THERMOAKUSTIK

PENGARUH PANJANG PIPA, POSISI STACK DAN INPUT FREKWENSI ACOUSTIC DRIVER/AUDIO SPEAKER PADA RANCANG BANGUN SISTEM REFRIGERASI THERMOAKUSTIK PENGARUH PANJANG PIPA, POSISI STACK DAN INPUT FREKWENSI ACOUSTIC DRIVER/AUDIO SPEAKER PADA RANCANG BANGUN SISTEM REFRIGERASI THERMOAKUSTIK Arda Rahardja Lukitobudi Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini teknologi berkembang sangat cepat. Setiap teknologi selalu terdapat sisi positif dan negatif sehingga perlu dipertimbangkan dengan baik. Misal, Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kini manusia semakin dimudahkan dan dimanjakan dengan kemajuan teknologi yang ada. Banyak hal bisa didapatkan secara instan dan cepat. Dengan bantuan peralatan memasak

Lebih terperinci

PENGARUH DIMENSI RESONATOR SILINDRIS TERHADAP KINERJA SUATU PENDINGIN TERMOAKUSTIK

PENGARUH DIMENSI RESONATOR SILINDRIS TERHADAP KINERJA SUATU PENDINGIN TERMOAKUSTIK PENGARUH DIMENSI RESONATOR SILINDRIS TERHADAP KINERJA SUATU PENDINGIN TERMOAKUSTIK Ikhsan Setiawan *, Agung Bambang Setio Utomo **, Mahmudah Erdhi Santi, Susilowati, dan Dwi Sampurna Jurusan Fisika, FMIPA,

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI RESONANSI DAN PANJANG STACK PADA KINERJA PENDINGIN TERMOAKUSTIK MENGGUNAKAN STACK BERPORI ACAK BAHAN ORGANIK (GAMBAS)

PENGARUH FREKUENSI RESONANSI DAN PANJANG STACK PADA KINERJA PENDINGIN TERMOAKUSTIK MENGGUNAKAN STACK BERPORI ACAK BAHAN ORGANIK (GAMBAS) PENGARUH FREKUENSI RESONANSI DAN PANJANG STACK PADA KINERJA PENDINGIN TERMOAKUSTIK MENGGUNAKAN STACK BERPORI ACAK BAHAN ORGANIK (GAMBAS) Anastasia F. Candraresita*, Wahyu N. Achmadin*, I. Setiawan, Agung

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Mesin Pendingin Termoakustik Performance Analysis of Thermoacoustic Refrigerator

Analisis Kinerja Mesin Pendingin Termoakustik Performance Analysis of Thermoacoustic Refrigerator Analisis Kinerja Mesin Pendingin Termoakustik (Heldinawati Hanifa Haq) 47 Analisis Kinerja Mesin Pendingin Termoakustik Performance Analysis of Thermoacoustic Refrigerator Oleh: Heldinawati Hanifa Haq

Lebih terperinci

A.Cahyono, Ikhsan Setiawan dan Agung Bambang Setio Utomo Jurusan Fisika, FMIPA-UGM. Intisari

A.Cahyono, Ikhsan Setiawan dan Agung Bambang Setio Utomo Jurusan Fisika, FMIPA-UGM. Intisari Analisis Kinerja Pompa Kalor Termoakustik Pada Variasi Diameter Stack Berpori Lingkaran (Analysis Of Thermoacoustic Heat Pump Performance For Varied Circle Pored Stack) A.Cahyono, Ikhsan Setiawan dan Agung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

PROTOTIPE PENDINGIN TERMOAKUSTIK RAMAH LINGKUNGAN MENGGUNAKAN VARIASI BAHAN RESONATOR DAN PERANGKAT INTERFACE BERBASIS MICROCONTROLLER ATMEGA8535

PROTOTIPE PENDINGIN TERMOAKUSTIK RAMAH LINGKUNGAN MENGGUNAKAN VARIASI BAHAN RESONATOR DAN PERANGKAT INTERFACE BERBASIS MICROCONTROLLER ATMEGA8535 PROTOTIPE PENDINGIN TERMOAKUSTIK RAMAH LINGKUNGAN MENGGUNAKAN VARIASI BAHAN RESONATOR DAN PERANGKAT INTERFACE BERBASIS MICROCONTROLLER ATMEGA8535 Ummi Kaltsum, Harto Nuroso, Irna Farikhah, Hadiyati Idrus,

Lebih terperinci

Pengaruh Stack Terhadap Periode Gelombang Tekanan Dalam Tabung Resonator Termoakustik Ramah Lingkungan

Pengaruh Stack Terhadap Periode Gelombang Tekanan Dalam Tabung Resonator Termoakustik Ramah Lingkungan Affandi Faisal Kurniawan / pengaruh stack terhadap periode gelombang tekanan dalam tabung resonator termoakustik ramah lingkungan 5 Pengaruh Stack Terhadap Periode Gelombang Tekanan Dalam Tabung Resonator

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK Ade Oktavia, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis,

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGERAK MULA TERMOAKUSTIK PISTON AIR DENGAN DIAMETER SELANG OSILASI 1 INCI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGERAK MULA TERMOAKUSTIK PISTON AIR DENGAN DIAMETER SELANG OSILASI 1 INCI B.5 STUDI EKSPERIMENTAL PENGGERAK MULA TERMOAKUSTIK PISTON AIR DENGAN DIAMETER SELANG OSILASI 1 INCI Aditya Nugraha 1*, Agus Kurniawan 1, Bayu Prabandono 1 1 Program Studi Teknik Mesin, Politeknik ATMI

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa 2 Metode yang sering digunakan untuk menentukan koefisien serap bunyi pada bahan akustik adalah metode ruang gaung dan metode tabung impedansi. Metode tabung impedansi ini masih dibedakan menjadi beberapa

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini Hukum Termodinamika Usaha dan Kalor Mesin Kalor Mesin Carnot Entropi Hukum Termodinamika Usaha dalam Proses Termodinamika Variabel Keadaan Keadaan Sebuah Sistem Gambaran

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika Persiapan PTS Semester Genap Halaman 1 01. Jika P adalah tekanan, V adalah volume, n adalah jumlah molekul, R adalah konstanta gas umum, dan T adalah suhu mutlak. Persamaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Pengenalan Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh seorang ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA Antiremed Kelas 11 FISIKA Persiapan UAS - Latihan Soal Doc. Name: K13AR11FIS02UAS Version : 2016-05 halaman 1 01. Perhatikan gambar berikut ini! F=15N 5kg kasar s = 0,4 Jika benda diam, berapakah gaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin Azridjal Aziz Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pembangkit listrik surya termal yang menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan mesin stirling jenis

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan Mahasiswa Program S1 Fisika Bidang Fisika Energi Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48 PENGARUH SIRIP CINCIN INNER TUBE TERHADAP KINERJA PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Sujawi Sholeh Sadiawan 1), Nova Risdiyanto Ismail 2), Agus suyatno 3) ABSTRAK Bagian terpenting dari Heat excanger

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN Ekoyanto Pudjiono, Gunowo Djojowasito, Ismail Jurusan Keteknikan Pertanian FTP, Universitas Brawijaya Jl. Veteran

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN 0 o, 30 o, 45 o, 60 o, 90 o I Wayan Sugita Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : wayan_su@yahoo.com ABSTRAK Pipa kalor

Lebih terperinci

Analisa Performa Kolektor Surya Tipe Parabolic Trough Sebagai Pengganti Sumber Pemanas Pada Generator Sistem Pendingin Difusi Absorpsi

Analisa Performa Kolektor Surya Tipe Parabolic Trough Sebagai Pengganti Sumber Pemanas Pada Generator Sistem Pendingin Difusi Absorpsi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print B-394 Analisa Performa Kolektor Surya Tipe Parabolic Trough Sebagai Pengganti Sumber Pemanas Pada Generator Sistem Pendingin

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara BAB II DASAR TEORI 2.1 Sejarah Tabung Vortex Tabung vortex ditemukan oleh G.J. Ranque pada tahun 1931 dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Prog. Hilsch pada tahun 1947. Tabung vortex menghasilkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Sonya Yuliantika, Elvaswer Laboratorium Fisika Material, Jurusan

Lebih terperinci

Heat Energy Harvesting untuk Sumber Listrik DC Skala Kecil

Heat Energy Harvesting untuk Sumber Listrik DC Skala Kecil Jurnal Integrasi Vol. 9 No. 1, April 2017, 80-83 e-issn: 2548-9828 Article History Received March, 2017 Accepted April, 2017 Heat Energy Harvesting untuk Sumber Listrik DC Skala Kecil Arif Febriansyah

Lebih terperinci

12/27/2013. Latihan Materi UAS FISIKA FTP FISIKA FLUIDA. Latihan Soal

12/27/2013. Latihan Materi UAS FISIKA FTP FISIKA FLUIDA. Latihan Soal Latihan Materi UAS FISIKA FTP FISIKA FLUIDA Latihan Soal 1 Kohesi dan Adhesi Manakah yang termasuk gaya tarik kohesi? Manakah yang termasuk gaya tarik adhesi C A B D Tegangan Permukaan Jika gaya tarik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN DATA

BAB 3 METODE PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN DATA BAB 3 METODE PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN DATA 3.1. Deskripsi Alat Adsorpsi Alat adsorpsi yang diuji memiliki beberapa komponan utama, yaitu: adsorber, evaporator, kondenser, dan reservoir (gbr. 3.1). Diantara

Lebih terperinci

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA Rasyid Atmodigdo 1, Muhammad Nadjib 2, TitoHadji Agung Santoso 3 Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR (TEG) DENGAN SUMBER KALOR ELECTRIC HEATER 60 VOLT MENGGUNAKAN AIR PENDINGIN PADA TEMPERATUR LINGKUNGAN

PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR (TEG) DENGAN SUMBER KALOR ELECTRIC HEATER 60 VOLT MENGGUNAKAN AIR PENDINGIN PADA TEMPERATUR LINGKUNGAN PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR (TEG) DENGAN SUMBER KALOR ELECTRIC HEATER 6 VOLT MENGGUNAKAN AIR PENDINGIN PADA TEMPERATUR LINGKUNGAN Nugrah Suryanto 1, Azridjal Aziz 2, Rahmat Iman Mainil 3 Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI

STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI Oleh : La Ode Torega Palinta (2108100524) Dosen Pembimbing : Dr.Eng Harus L.G, ST, M.Eng PROGRAM SARJANA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR I Wayan Sugita Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dari sudut pandang enjinering, pengoperasian sebuah hotel tidak terlepas dari kebutuhan akan sumber daya energi antara lain untuk penerangan dan pengoperasian alat-alat

Lebih terperinci

Pengukuran Difusivitas Termal dan Sifat Dielektrik pada Frekuensi Radio dari Andaliman

Pengukuran Difusivitas Termal dan Sifat Dielektrik pada Frekuensi Radio dari Andaliman Pengukuran Difusivitas Termal dan Sifat Dielektrik pada (Determination of Thermal Diffusivity and Dielectric Properties in Radio Frequency of Andaliman [Zanthoxylum acanthopodium DC]) Firman R. L. Silalahi

Lebih terperinci

Departemen Teknik Mesin, Sekolah Vokasi, UGM. 3)

Departemen Teknik Mesin, Sekolah Vokasi, UGM. 3) RANCANG BANGUN GENERATOR THERMOAKUSTIK UNTUK MENDUKUNG KINERJA TANGKI PENYIMPAN ENERGI TERMAL STRATIFIKASI Sugiyanto 1)., Soeadgihardo siswantoro 2), Adhika Widyaparaga 3) 1), 2) Departemen Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-18 Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF Akhmad Syukri Maulana dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-2 DAN R-34a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W Ridwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma e-mail: ridwan@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

Studi terhadap prestasi pompa hidraulik ram dengan variasi beban katup limbah

Studi terhadap prestasi pompa hidraulik ram dengan variasi beban katup limbah Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 2 No. 2, Desember (92 96) Studi terhadap prestasi pompa hidraulik ram dengan variasi Yosef Agung Cahyanta (1), Indrawan Taufik (2) (1) Staff pengajar Prodi Teknik

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1993

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1993 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1993 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Peluru ditembakkan condong ke atas dengan

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Azridjal Aziz 1,a* dan Boby Hary Hartanto 2,b 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ALAT PENDINGIN DAN PEMANAS PORTABLE MENGGUNAKAN MODUL TERMOELEKTRIK TEGANGAN INPUT 6 VOLT DENGAN TAMBAHAN HEAT PIPE SEBAGAI MEDIA PEMINDAH PANAS

ALAT PENDINGIN DAN PEMANAS PORTABLE MENGGUNAKAN MODUL TERMOELEKTRIK TEGANGAN INPUT 6 VOLT DENGAN TAMBAHAN HEAT PIPE SEBAGAI MEDIA PEMINDAH PANAS ALAT PENDINGIN DAN PEMANAS PORTABLE MENGGUNAKAN MODUL TERMOELEKTRIK TEGANGAN INPUT 6 VOLT DENGAN TAMBAHAN HEAT PIPE SEBAGAI MEDIA PEMINDAH PANAS Hendra Abdul Aziz 1, Rahmat Iman Mainil 2, dan Azridjal

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika Kurikulum 2013 Kelas 12 SA Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: K13AR12FIS01UTS Version : 2016-04 halaman 1 01. Suatu sumber bunyi bergerak dengan kecepatan 10 m/s menjauhi seorang pendengar

Lebih terperinci

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 2. Sebuah gelombang transversal frekuensinya 400 Hz. Berapa jumlah

Lebih terperinci

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Kampus 3, Paingan, Maguwoharjo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198

Lebih terperinci

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang 1. Grafik antara tekanan gas y yang massanya tertentu pada volume tetap sebagai fungsi dari suhu mutlak x adalah... a. d. b. e. c. Menurut Hukum Gay Lussac menyatakan

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin.

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin. Mengenal Cara Kerja Mesin Pendingin MESIN PENDINGIN Mesin pendingin adalah suatu rangkaian rangkaian yang mampu bekerja untuk menghasilkan suhu atau temperature dingin. Mesin pendingin bisanya berupa kulkas,

Lebih terperinci

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar. 5 TURBIN GAS Pada turbin gas, pertama-tama udara diperoleh dari udara dan di kompresi dengan menggunakan kompresor udara. Udara kompresi kemudian disalurkan ke ruang bakar, dimana udara dipanaskan. Udara

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G. EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G. Santika Department of Mechanical Engineering, Bali State Polytechnic,

Lebih terperinci

PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR

PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR Ardhi Kamal Haq 1*, Juhri Hendrawan 1, Ahmad Hasan Asyari 1, 1 Program Studi Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada Sekip Utara,

Lebih terperinci

ANTIREMED KELAS 10 FISIKA

ANTIREMED KELAS 10 FISIKA ANTIREMED KELAS 10 FISIKA Persiapan UAS 2 Doc. Name: AR10FIS02UAS Doc. Version: 2016-07 halaman 1 01. Seseorang berdiri di depan cermin datar sehingga ia dapat melihat keseluruhan bayangannya. Jika cermin

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR Nafisha Amelya Razak 1, Maksi Ginting 2, Riad Syech 2 1 Mahasiswa Program S1 Fisika 2 Dosen

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Dasar Teori Serat Alami

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Dasar Teori Serat Alami BAB II DASAR TEORI 2.1 Dasar Teori Serat Alami Secara umum serat alami yang berasal dari tumbuhan dapat dikelompokan berdasarkan bagian tumbuhan yang diambil seratnya. Berdasarkan hal tersebut pengelompokan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TEMPORARY AIR CONDITIONER BERBASIS PENYIMPANAN ENERGI TERMAL ES

RANCANG BANGUN TEMPORARY AIR CONDITIONER BERBASIS PENYIMPANAN ENERGI TERMAL ES ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3837 RANCANG BANGUN TEMPORARY AIR CONDITIONER BERBASIS PENYIMPANAN ENERGI TERMAL ES DESIGN AND CONSTRUCTION OF TEMPORARY AIR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Turbin gas adalah suatu unit turbin dengan menggunakan gas sebagai fluida kerjanya. Sebenarnya turbin gas merupakan komponen dari suatu sistem pembangkit. Sistem turbin gas paling

Lebih terperinci

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 )

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 ) No FISIKA 2015 TIPE C SOAL 1 Sebuah benda titik dipengaruhi empat vektor gaya yang setitik tangkap seperti pada gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. Besar resultan gayanya adalah. A. 60 N

Lebih terperinci

Arus Listrik dan Resistansi

Arus Listrik dan Resistansi TOPIK 5 Arus Listrik dan Resistansi Kuliah Fisika Dasar II TIP,TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. Jurusan Fisika FMIPA UGM ikhsan_s@ugm.ac.id Arus Listrik (Electric Current) Lambang : i atau I. Yaitu:

Lebih terperinci

FISIKA 2014 TIPE A. 30 o. t (s)

FISIKA 2014 TIPE A. 30 o. t (s) No FISIKA 2014 TIPE A SOAL 1 Sebuah benda titik dipengaruhi empat vektor gaya masing-masing 20 3 N mengapit sudut 30 o di atas sumbu X positif, 20 N mnegapit sudut 60 o di atas sumbu X negatif, 5 N pada

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua

Lebih terperinci