PENGARUH DIMENSI RESONATOR SILINDRIS TERHADAP KINERJA SUATU PENDINGIN TERMOAKUSTIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH DIMENSI RESONATOR SILINDRIS TERHADAP KINERJA SUATU PENDINGIN TERMOAKUSTIK"

Transkripsi

1 PENGARUH DIMENSI RESONATOR SILINDRIS TERHADAP KINERJA SUATU PENDINGIN TERMOAKUSTIK Ikhsan Setiawan *, Agung Bambang Setio Utomo **, Mahmudah Erdhi Santi, Susilowati, dan Dwi Sampurna Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Gadjah Mada Sekip Utara, Yogyakarta 5581, Indonesia * ikhsan_s@ugm.ac.id ** agungbambang@ugm.ac.id INTISARI Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh dimensi resonator silindris, meliputi panjang dan diameternya, terhadap kinerja suatu pendingin termoakustik. Secara sederhana, kinerja piranti pendingin ini dapat dilihat dari besar penurunan suhu tandon dingin yang dapat dicapai dan teramati bahwa penurunan suhu cenderung berbanding terbalik dengan panjang resonator. Selain itu, teramati adanya diameter optimum yang memberikan penurunan suhu yang maksimum dan diameter optimum cenderung bergeser menuju nilai yang lebih besar bila panjang resonator semakin panjang. Kata kunci: Pendingin termoakustik, panjang resonator, diameter resonator THE INFLUENCE OF CYLINDRICAL RESONATOR DIMENSION ON THE PERFORMANCE OF A THERMOACOUSTIC REFRIGERATOR ABSTRACT It has been done the investigation of the influence of cylindrical resonator dimension, which are included its length and diameter, on the performance of a thermoacoustic refrigerator. The performance can simply be seen from the magnitude of temperature drop of the cold reservoir that can be achieved by the device, and it has been observed that the temperature drop tends to inversely proportional to the resonator length. In addition, there is an optimum diameter which gives a maximum temperature drop, and the optimum diameter tends to shift to a larger value when the resonator length is being longer. Keywords: Thermoacoustic refrigerator, resonator length, resonator diameter

2 1. PENDAHULUAN Piranti pendingin termoakustik bekerja dengan memanfaatkan efek termoakustik, yaitu suatu perbedaan suhu yang dibangkitkan oleh gelombang bunyi. (Fenomena gelombang bunyi yang dibangkitkan oleh adanya perbedaan suhu juga merupakan efek termoakustik; pirantinya disebut mesin kalor termoakustik.) Dalam pendingin temoakustik, gelombang bunyi melakukan usaha untuk memindahkan kalor dari tandon dingin ke tandon panas melalui sebuah komponen yang disebut stack. Pendingin termoakustik memiliki keunggulan dibandingkan dengan pendingin konvensional, terutama karena piranti ini tidak menggunakan medium pendingin yang berbahaya bagi lingkungan, seperti CFC dan HFC, melainkan menggunakan medium pendingin yang ramah lingkungan, seperti udara dan gas-gas mulia. Keunggulan lainnya di antaranya adalah konstruksinya relatif lebih sederhana dan ketersediaan medium kerja yang melimpah, sehingga pembuatannya memerlukan biaya yang relatif murah. Prinsip kerja piranti pendingin termoakustik telah banyak dipaparkan, seperti oleh Russell dan Weibull (00) dan Wheatley dkk (1985). Sebuah pustaka yang secara komprehensif membahas tentang termoakustika telah ditulis oleh Swift (00). Suatu prototipe pendingin termoakustik yang pertama telah dibuat oleh Hofler (198). Bentuk resonator yang termudah dibuat untuk piranti termoakustik adalah bentuk silinder, meskipun piranti termoakustik seperti ini memiliki efisiensi rendah (Swift, 1988). Studi eksperimental dan analisis terhadap komponen-komponen piranti pendingin termoakustik telah dilakukan oleh Nohtomi dan Katsuta (1999). Sedangkan prosedur mendesain pendingin termoakustik telah disajikan oleh Tijani dkk (00a), dan pembuatan serta pengukuran kinerjanya (performance) telah juga dipaparkan oleh Tijani dkk (00b). Suatu demonstrasi eksperimental tentang konversi energi termoakustik dalam sebuah resonator telah sajikan oleh Biwa dkk (00). Sedangkan penyelidikan teoritis dan eksperimental tentang karakteristik frekuensi pada pendingin termoakustik telah dilakukan oleh Tu dkk (00) dan suatu pemodelan numerik untuk integrasi gradien suhu di dalam stack termoakustik telah dilakukan oleh Jensen dkk (00). Terdapat banyak faktor yang menentukan kinerja piranti pendingin termoakustik, diantaranya adalah dimensi resonator. Ikhsan dkk (007) telah membuat sebuah piranti termoakustik sederhana sebagai pemompa kalor yang menggunakan resonator silindris.

3 kalor Makalah ini membahas tentang pengaruh dimensi resonator, meliputi panjang dan diameternya, terhadap kinerja piranti pendingin termoakustik yang dibuat. Secara sederhana, kinerja pendingin ini dapat dilihat dari seberapa besar penurunan suhu tandon dingin yang dapat dicapai. II. DASAR TEORI Pada resonator silindris dengan satu ujung terbuka dan satu ujung tertutup, dapat hadir gelombang bunyi tegak dengan frekuensi resonansi nv f n =, L (1) dengan n = 1, 3, 5, adalah orde harmonik, v adalah cepat rambat gelombang bunyi di udara, dan L adalah panjang resonator. Bila koreksi ujung diterapkan pada resonator silindris, maka selain panjang resonator, diameter resonator (D) juga akan berpengaruh terhadap frekuensi resonansinya menurut persamaan (Kinsler dkk, 1999) nv f n =. 1 D L + () 3π Di sisi lain, berkaitan dengan transfer kalor antara plat-plat stack dan gas pengisi resonator, frekuensi bunyi (f) mempengaruhi besaran kedalaman penetrasi, yaitu kedalaman penetrasi termal (δbκb) dan kedalaman penetrasi viskos (δv), berturut-turut melalui persamaan (Russell dan Weibull, 00) δ κ = κ π f ρ c p (3) dan (Wetzel dan Herman, 1997; Wheatley dkk,1985) η δv =, () πρ f dengan κ adalah konduktivitas termal gas, ρ adalah kerapatan gas, cbpb spesifik isobarik gas, dan η adalah viskositas dinamik gas. Kedalaman penetrasi termal terkait dengan porositas stack, dimana jarak antar plat-plat stack yang optimum berkisar antara tiga hingga empat kali kedalaman penetrasi termal (Swift, 1995; Tijani dkk, 00). Sedangkan kedalaman penetrasi viskos menggambarkan ketebalan lapisan fluida (gas) di sekitar plat-plat stack yang geraknya terhambat akibat pengaruh gaya viskos, 3

4 dan berturut-turut sehingga terdapat rugi energi kinetik (rugi viskos) yang akan memberi dampak negatif terhadap efek termoakustik. Di sisi lain, diameter resonator silindris juga mempengaruhi faktor kualitas (Q) resonator yang merupakan gambaran rugi energi yang terjadi di dalam resonator, sehingga akan mempengaruhi laju transfer kalor. Ketergantungan faktor kualitas (Q) resonator akustik silindris terhadap diameternya dapat dinyatakan sebagai (Moloney dan Hatten, 001) ( cd D)( cr D ) Q = (3) c D + c D dengan cbdb cbrb d r adalah tetapan-tetapan yang berkaitan dengan rugi dinding resonator (termal dan viskos) dan rugi radiasi bunyi, yang menggambarkan adanya diameter optimum yang memberikan faktor kualitas yang maksimum. III. EKSPERIMEN Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan resonator yang terbuat dari pipa PVC, dengan beragam ukuran panjang dan diameter. Untuk keperluan eksperimen variasi panjang resonator, disiapkan resonator berdiameter 1¼ in., dengan panjang 50 cm, 0 cm, 70 cm, 80 cm, 90 cm, dan 100 cm. Sedangkan untuk eksperimen variasi diameter resonator, disiapkan resonator dengan panjang 50 cm dan 80 cm masing-masing dengan diamater 1 in., 1¼ in., 1½ in., in., ½ in., dan 3½ in., (Ukuran diameter pipa tetap dinyatakan dalam satuan inchi, karena satuan ini telah dipergunakan secara luas secara komersial untuk pipa PVC). Sistem pendingin termoakustik beserta peralatan pengukurannya diperlihatkan secara skematik oleh Gambar 1. Dua macam stack yang digunakan pada penelitian ini adalah stack dari film fotografi dan stack dari kertas kardus, dengan panjang 3,5 cm dan jarak antar plat sekitar 1 mm. Bunyi yang digunakan untuk melakukan kerja transfer kalor dihasilkan oleh sebuah loudspeaker ½ in. 8 Ω 0 W yang memperoleh sinyal dari sebuah audio function generator (AFG) digital yang diperkuat oleh sebuah penguat audio 0 W. Tegangan sinyal masukan loudspeaker dibuat maksimum yaitu sekitar 1 volt yang memberikan kuat intensitas bunyi sekitar 10 db (db-meter tidak diperlihatkan di dalam Gambar 1). Pemantauan bunyi di dalam resonator menggunakan sebuah mikrofon kecil jenis mic-condensor yang dipasang di ujung tertutup resonator,

5 sinyalnya diperkuat oleh sebuah pre-amp, kemudian diteruskan ke komputer melalui sebuah sound card. Pada komputer, sinyal ini diamati dengan menggunakan perangkat lunak Oscilloskop,51 yang dapat menampilkan bentuk gelombang (waveform) maupun spektrum bunyi yang dideteksi oleh mikrofon tersebut. Sedangkan suhu pada tandon dingin dan tandon panas diukur dengan menggunakan dua buah termometer digital dengan sensor suhu tipe LM-35. Eksperimen dengan variasi panjang resonator pada diameter tetap dilakukan dengan cara mengukur suhu tandon dingin dan suhu tandon panas sebagai fungsi waktu pengoperasian piranti. Hal ini dilakukan pada berbagai frekuensi bunyi di sekitar frekuensi resonansi yang diestimasi berdasarkan persamaan (1). Sedangkan eksperimen dengan variasi diameter resonator dilakukan dengan cara mengukur suhu masingmasing tandon seiring dengan waktu pengoperasian piranti untuk berbagai diameter resonator dengan panjang tetap. Hal ini juga dilakukan pada berbagai frekuensi bunyi di sekitar frekuensi resonansi yang diestimasi berdasarkan persamaan (). Frekuensi resonansi yang teramati dapat berbeda dengan nilai frekuensi yang diestimasi oleh persamaan (1) atau persamaan () karena berbagai faktor seperti adanya stack di dalam resonator. Gambar 1. Skema susunan peralatan eksperimen piranti pendingin termoakustik. 5

6 B (Kenaikan III. HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu tandon sebagai fungsi waktu Dari tampilan spektrum bunyi, kondisi resonansi diketahui terjadi bila puncak spektrum mencapai maksimum. Dalam hal ini, frekuensi resonansi tabung resonator merupakan frekuensi kerja piranti termoakustik. Sesaat piranti mulai dioperasikan pada frekuensi resonansi, mulai teramati terjadinya penurunan suhu tandon dingin dan kenaikan suhu tandon panas. Hal ini menunjukkan telah terjadi pemompaan (transfer) kalor dari tandon dingin ke tandon panas yang dilakukan oleh gelombang bunyi. Gambar menunjukkan hasil yang diperoleh untuk piranti dengan panjang L = 50 cm dan diameter D = 1¼ in., menggunakan stack film pada frekuensi f = 15 Hz serta stack kardus pada frekuensi f = 10 Hz. Kondisi stabil tercapai setelah piranti dioperasikan selama sekitar 8 menit, hal ini menandakan telah terjadinya kesetimbangan termal antara piranti dengan lingkungannya. Pada kondisi stabil untuk stack film, terlihat bahwa penurunan suhu yang dapat dicapai oleh tandon dingin sebesar TBdinginB = C, sedangkan kenaikan suhu yang dapat dicapai oleh tandon panas sebesar TBpanas B= 9 C. B dan penurunan suhu tandon diukur relatif terhadap suhu awal (suhu kamar).) Dengan demikian, beda suhu antara kedua tandon yang dapat dicapai oleh piranti ini adalah sebesar T = 15 C. Sedangkan untuk stack kardus TBdinginB = 5 C, TBpanasB = 7 C, dan T = 1 C. Suhu tandon Stack Film, 15 Hz Tandon Panas Stack Film, 15 Hz Tandon Dingin Stack Kardus, 10 Hz Tandon Panas Stack Kardus, 10 Hz Tandon Dingin Waktu operasi (menit) Gambar. Grafik suhu tandon panas dan tandon dingin sebagai fungsi waktu operasi piranti dengan L = 50 cm dan D = 1¼ in., menggunakan stack film pada f = fbresb = 15 Hz dan stack kardus pada f = fbresb = 10 Hz.

7 Penurunan suhu dan beda suhu sebagai fungsi frekuensi bunyi Eksperimen untuk memperoleh hasil seperti yang telah ditunjukkan oleh Gambar (suhu vs waktu) dilakukan juga untuk berbagai frekuensi bunyi di sekitar frekuensi resonansi, sehingga diperoleh hasil seperti yang diperlihatkan oleh Gambar 3. Gambar 3(a) memperlihatkan penurunan suhu yang dapat dicapai oleh tandon dingin, sedangkan Gambar 3(b) memperlihatkan beda suhu antara tandon panas dan tandon dingin. (Nilai-nilai penurunan suhu dan beda suhu pada Gambar 3 diambil dari nilainilainya pada keadaan stabil dari gambar-gambar seperti pada Gambar.) Pada kedua gambar tersebut tampak jelas bahwa terdapat nilai fre-kuensi optimum yang memberikan penurunan suhu dan perbedaan suhu yang maksimum, yaitu pada frekuensi resonansinya. Hal ini dikarenakan transfer energi optimum terjadi pada saat resonansi. Hasil yang diperoleh pada frekuensi resonansi yaitu penurunan maksimum suhu tandon dingin adalah C dan 5 C berturut-turut untuk piranti dengan stack film dan stack kardus. Sedangkan beda maksimum suhu kedua tandon panas dan dingin berturut-turut adalah 15 C dan 1 C. Penurunan suhu stack film stack kardus Frekuensi bunyi (Hz) (a) Beda suhu kedua tandon stack film stack kardus Fekuensi bunyi (Hz) (b) Gambar 3. (a) Grafik penurunan suhu tandon dingin dan (b) grafik beda suhu kedua tandon sebagai fungsi frekuensi, menggunakan stack film dan stack kardus, dan dengan L = 50 cm dan D = 1¼ in. Pengaruh panjang resonator (L) terhadap penurunan suhu dan beda suhu Eksperimen untuk memperoleh hasil seperti pada Gambar 3 dilakukan juga untuk berbagai panjang resonator (dengan D = 1¼ in.), sehingga diperoleh hasil yang diperlihatkan oleh Gambar (a) dan Gambar (b), yaitu penurunan suhu tandon dingin dan beda suhu kedua tandon sebagai fungsi panjang resonator, menggunakan stack film 7

8 Penurunan suhu Stack film Stack kardus Panjang resonator (cm) (a) Beda suhu Stack film Stack kardus Panjang resonator (cm) Gambar. (a) Grafik pengaruh panjang resonator terhadap penurunan suhu tandon dingin, dan (b) grafik beda suhu kedua tandon, dengan diamter D = 1¼ in., menggunakan stack film dan stack kardus. (b) dan stack kardus. Pada Gambar (a) tampak adanya kecenderungan bahwa semakin pendek resonator yang digunakan, maka semakin besar penurunan suhu tandon dingin yang dapat dicapai oleh piranti ini, baik untuk piranti dengan stack film maupun piranti dengan stack kardus. Pada ukuran resonator yang pendek (L kecil), frekuensi resonansi akan cukup besar (f besar) menurut persamaan (1). Hal ini berakibat pada gerak molekul-molekul gas yang cepat di dalam kanal-kanal stack, sehingga transfer kalor dari tandon dingin ke tandon panas dapat berlangsung dengan baik (cepat). Dalam hal ini laju transfer kalor tersebut masih jauh lebih besar dari pada laju aliran balik kalor dari tandon panas ke tandon dingin secara konduksi melalui bahan stack. Sedangkan saat resonator semakin panjang (L besar), maka frekuensi resonansi semakin kecil (f kecil). Hal ini berakibat pada gerak molekul-molekul udara yang lebih lambat, sehingga transfer kalor dari tandon dingin ke tandon panas menjadi kurang efektif. Dalam hal ini laju aliran kalor hanya sedikit lebih besar dari pada laju aliran balik kalor secara konduksi melalui bahan stack. Dapat diperkirakan adanya kemungkinan bahwa untuk panjang resonator yang terus diperpendek, penurunan suhu tidak lagi bertambah besar, melainkan akan semakin kecil. Hal ini disebabkan f yang terlalu besar untuk L yang terlalu kecil, berakibat pada tidak efektifnya transfer kalor dari paket gas (kumpulan molekul gas) ke bahan stack karena geraknya yang sudah sangat cepat. Dalam hal ini, molekul-molekul telah bergerak kembali menuju ke posisi semula padahal transfer kalor antara paket gas dan dinding stack belum terjadi secara sempurna. Selain itu, dalam hal 8

9 ini frekuensi yang sangat besar mengakibatkan jarak antar plat stack yang digunakan tidak lagi masuk dalam daerah optimumnya (persamaan (3)). Pada eksperimen variasi panjang resonator ini, penurunan suhu terbesar, yaitu sekitar C (stack film), diperoleh dari penggunaan resonator yang terpendek (L = 50 cm). Di samping itu, dari hasil secara umum terlihat adanya kecenderungan penurunan suhu berbanding terbalik dengan panjang resonator yang digunakan. Oleh karena itu, ada baiknya diselidiki lebih lanjut tentang pengaruh panjang resonator yang lebih pendek lagi terhadap penurunan suhu yang dapat dicapai oleh piranti ini, dengan tetap mempertimbangkan kesesuaian antara jarak antar plat resonator dan kedalaman penetrasi termal. Dengan kata lain, stack dengan jarak antar plat yang lebih kecil digunakan ketika panjang resonator semakin pendek. Gambar (b) memperlihatkan pengaruh panjang resonator terhadap beda suhu antara kedua tandon piranti ini. Tampak adanya kecenderungan yang serupa seperti halnya pengaruh panjang resonator terhadap penurunan suhu, yaitu semakin pendek resonator yang digunakan maka semakin besar pula beda suhu antara kedua tandon yang dapat dicapai. Pengaruh diameter resonator (D) terhadap penurunan suhu dan beda suhu Secara teori, dengan memperhitungkan koreksi ujung, maka frekuensi resonansi dipengaruhi juga oleh diameter resonator (persamaan ()). Frekuensi resonansi yang ditemukan secara eksperimen ini sedikit berbeda dengan nilai teoritisnya karena adanya stack di dalam resonator. Teramati bahwa resonansi terjadi pada frekuensi sekitar 15 Hz untuk resonator dengan L = 50 cm, dan sekitar 103 Hz untuk resonator dengan L = 80 cm. Pengaruh diameter resonator terhadap penurunan suhu diperlihatkan oleh Gambar 5(a) dan Gambar 5(b), yang diamati pada dua buah resonator masing-masing dengan panjang 50 cm dan 80 cm, dan menggunakan stack kardus maupun stack film. B BTampak adanya kecenderungan bahwa terdapat nilai diameter optimum yang memberikan penurunan maksimum suhu tandon dingin. Selain itu, diameter optimum ini cenderung semakin besar bilab Bresonator semakin panjang. Pada penelitian ini, diperoleh bahwa diameter optimum adalah sebesar 1¼ in. untuk resonator dengan panjang 50 cm, dan sebesar ½ in. untuk resonator dengan panjang 80 cm. Adanya nilai diameter optimum ini berkaitan dengan laju transfer kalor antara gas dan stack 9

10 yang maksimum. Pada dasarnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan saling berkompetisi mempengaruhi laju transfer kalor antara gas dan stack, yaitu (i) volume gas yang terlibat berinteraksi dengan stack, semakin besar volume gas akan semakin besar laju transfer kalor antara gas dan stack; (ii) faktor kualitas Q resonator yang menggambarkan besar kecilnya rugi energi (energy losses) di dalam resonator. Menurut Moloney dan Hatten (001), terdapat dua mekanisme rugi energi yang mempengaruhi faktor kualitas resonator akustik sebagai fungsi diameter resonator, yaitu berasal dari medium di dekat dinding resonator (efek termal dan efek viskositas) dan dari radiasi bunyi itu sendiri. Kedua mekanisme rugi energi ini, sebagai fungsi diameter resonator, saling berkompetisi sehingga terdapat diameter resonator optimum yang memberikan faktor kualitas Q resonator yang maksimum. Adanya kecenderungan pergeseran diameter optimum ke arah nilainya yang lebih besar jika panjang resonator L semakin besar juga merupakan kombinasi efek-efek tersebut di atas bersama dengan efek yang ditimbulkan oleh variasi panjang resonator yang telah dibahas di muka. Gambar (a) dan Gambar (b) memperlihatkan hasil eksperimen tentang pengaruh diameter resonator terhadap beda suhu tandon dingin dan tandon panas, diamati pada dua buah resonator dengan panjang 50 cm dan 80 cm, dan menggunakan stack kardus maupun stack film. Terlihat juga adanya kecenderungan bahwa diameter resonator optimum memberikan beda suhu yang maksimum antara kedua tandon, dengan mekanisme serupa seperti yang terjadi pada penurunan suhu tandon dingin (Gambar 5(a) dan Gambar 5(b)). Penurunan suhu Diameter resonator (in.) (a) Stack film Stack kardus L = 50 cm Penurunan suhu L = 80 cm Stack film Stack kardus Diameter resonator (in.) Gambar 5. Grafik pengaruh diameter resonator terhadap penurunan suhu tandon dingin untuk (a) panjang resonator L =50 cm dan (b) panjang resonator L = 80 cm, menggunakan stack kardus maupun stack film. (b) 10

11 Beda suhu Stack film Stack kardus Diameter (in.) (a) L = 50 cm Beda suhu L = 80 cm Stack film Stack kardus Diameter (in.) (b) Gambar. Grafik pengaruh diameter resonator terhadap beda suhu kedua tandon dingin untuk (a) panjang resonator L =50 cm dan (b) panjang resonator L = 80 cm, menggunakan stack kardus maupun stack film. Sebagai pendingin termoakustik, maka penekanan perhatian utama adalah pada penurunan suhu tandon dingin. Untuk dapat memaksimalkan penurunan suhu ini maka haruslah kalor yang terkumpul pada tandon panas sedapat mungkin segera dibuang ke lingkungannya, agar gradien suhu disepanjang stack tidak menjadi semakin besar. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan menggunakan bahan konduktor kalor yang baik sebagai bahan tandon panas. Di lain pihak, sedapat mungkin diusahakan agar tidak ada kalor dari lingkungan yang masuk ke tandon dingin, misalnya dengan melingkupi tandon dingin dengan dinding adiabatik (bahan isolator kalor). IV. KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, bahwasanya kinerja piranti pendingin termoakustik pada penelitian ini dipengaruhi secara nyata oleh dimensi resonator silindris yang digunakan, meliputi panjang dan diameter resonator. Kinerja pendingin termoakustik ini cenderung semakin baik bila menggunakan resonator yang semakin pendek sehingga memberikan pendinginan yang semakin besar. Selain itu, terdapat diameter optimum yang memberikan kinerja pendingin yang maksimum. Diameter optimum ini cenderung bergeser ke nilai yang lebih besar bila resonator semakin panjang. Beberapa hal yang dapat disarankan adalah bahwa resonator yang digunakan agar dibuat dari bahan yang lebih tegar, supaya energi dari sumber bunyi tidak banyak diserap oleh bahan resonator akibat ia turut bergetar. Serapan energi ini akan semakin 11

12 P ASME/JSME besar bila amplitudo bunyi yang digunakan sangat besar. Di samping itu, variasi panjang resonator agar diperluas ke ukuran yang lebih pendek dari 50 cm (resonator tependek pada penelitian ini) dan variasi diameter agar diperbanyak dan diperhalus supaya pengetahuan tentang pengaruh kedua parameter ini terhadap kinerja pendingin termoakustik semakin baik. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Universitas Gadjah Mada, yang telah membiayai penelitian ini melalui Anggaran DIPA UGM tahun 00. DAFTAR PUSTAKA Biwa, T., Yashiro, Y., Kozuka, M., Yazaki, T. dan Mizutani, U., 00, Experimental Demonstration of Thermoacoustic Energy Conversion in a Resonator, Phys. Rev. E 9, 030. Hofler, T.J., 198, Thermoacoustic Refrigerator Design and Performance, Doctoral Dissertation, Physics Department, University of California, San Diego, CA. Ikhsan S., Agung, B.S.U., Guntur M., dan Andi R.W., 007, Rancang Bangun Piranti Termoacoustic sebagai Pemompa Kalor, Sigma Vol. 10 No.1, Jensen, C., Raspet, R. dan Slaton, W., 00, Temperatur gradient integration in thermoacoustic stacks, App. Acoust. 7, Kinsler, L.E., Frey, A.R. Coppens, A.B. dan Sanders, J.V., 1999, Fundamentals of Acoustics, Wiley, Ney York, Edisi ke-, Bab 8. Moloney, M.J. dan Hatten, D.L., 001, Acoustic Quality Factor and Energy Losses in Cylindrical Pipes, Am. J. Phys. 9(3), Nohtomi, M. dan Katsuta, M., 1999, Experimental Study and Analysis on Components of a Thermoacoustic Refrigerator and a Thermoacoustic Prime Mover, th Proceedings of the 5P Thermal Engineering Joint Conference, March 15-19, San Diego, California. Russell, D.A. dan Weibull, P., 00, Tabletop Thermoacoustic Refrigerator for Demonstration, Am. J. Phys. 70, Swift, G.W., 1988, Thermoacoustic Engines, J. Acoust. Soc. Am. 8, Swift, G.W., 1995, Thermoacoustic engines and refrigerators, Phys. Today 8, 8 Swift, G.W., 00, Thermoacoustics: A Unifying Perspective for Some Engines and Refrigerators, Los Alamos National Laboratory, Acoustical Society of America Publications. 1

13 Tijani, M.E.H., Zeegers, J.C.H., dan de Waele, A.T.A.M., 00a, Design of Thermoacoustic Refrigerator, Cryogenics, Tijani, M.E.H., Zeegers, J.C.H., dan de Waele, A.T.A.M., 00b, Construction and Performance of a Thermoacoustic Refrigerator, Cryogenics, 59. Tu, Q., Gusev, V., Bruneau, M., Zhang, C., Zhao, L., dan Guo, F., 00, Experimen-tal and theoretical investigation on frequency characteristic of loudspeaker-driven thermoacoustic refrigerator, Cryogenics 5, Wetzel, M. dan Herman, C., 1997, Design optimization of thermoacoustics refrigerators, Int. J. Refrig. 0, 3 1. Wheatley, J., Hofler, T., Swift, G.W., dan Migliori, A., 1985, Understanding some simple phenomena in thermoacoustics with applications to acoustical heat engines, Am. J. Phys 53,

RANCANG BANGUN PIRANTI TERMOAKUSTIK SEBAGAI PEMOMPA KALOR

RANCANG BANGUN PIRANTI TERMOAKUSTIK SEBAGAI PEMOMPA KALOR SIGMA, Vol. 10, No. 1, Januari 2007: 25-33 ISSN: 1410-5888 RANCANG BANGUN PIRANTI TERMOAKUSTIK SEBAGAI PEMOMPA KALOR Ikhsan Setiawan, Agung B.S. Utomo, dan Guntur Maruto Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

Pengembangan Pendingin Termoakustik dengan Menggunakan Penukar Kalor Tambahan dalam Resonator

Pengembangan Pendingin Termoakustik dengan Menggunakan Penukar Kalor Tambahan dalam Resonator 59 Pengembangan Pendingin Termoakustik dengan Menggunakan Penukar Kalor Tambahan dalam Resonator Asmara P, Pebriarti A, Setiawan I dan Setio Utomo A B, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Agung B.S.U, Ikhsan Setiawan Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Agung B.S.U, Ikhsan Setiawan Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta OPTIMALISASI POSISI STACK BERPORI LINGKARAN PADA SISTEM TERMOAKUSTIK RESONATOR TERBUKA Eko Nursulistiyo Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Jurusan Pendidikan Fisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin canggih selain menimbulkan dampak positif juga dapat menimbulkan dampak negatif seperti pemborosan energi. Selain itu semakin majunya

Lebih terperinci

A.Cahyono, Ikhsan Setiawan dan Agung Bambang Setio Utomo Jurusan Fisika, FMIPA-UGM. Intisari

A.Cahyono, Ikhsan Setiawan dan Agung Bambang Setio Utomo Jurusan Fisika, FMIPA-UGM. Intisari Analisis Kinerja Pompa Kalor Termoakustik Pada Variasi Diameter Stack Berpori Lingkaran (Analysis Of Thermoacoustic Heat Pump Performance For Varied Circle Pored Stack) A.Cahyono, Ikhsan Setiawan dan Agung

Lebih terperinci

Pengaruh Stack Terhadap Periode Gelombang Tekanan Dalam Tabung Resonator Termoakustik Ramah Lingkungan

Pengaruh Stack Terhadap Periode Gelombang Tekanan Dalam Tabung Resonator Termoakustik Ramah Lingkungan Affandi Faisal Kurniawan / pengaruh stack terhadap periode gelombang tekanan dalam tabung resonator termoakustik ramah lingkungan 5 Pengaruh Stack Terhadap Periode Gelombang Tekanan Dalam Tabung Resonator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih memunculkan berbagai macam barang elektronik yang dapat memudahkan dan memanjakan manusia dalam melakukan

Lebih terperinci

Penentuan Kondisi Optimum Panjang Pipa Resonator dan Daya Input Listrik Terhadap Kinerja Prime Mover Termoakustik Gelombang Berdiri

Penentuan Kondisi Optimum Panjang Pipa Resonator dan Daya Input Listrik Terhadap Kinerja Prime Mover Termoakustik Gelombang Berdiri Jurnal Fisika Indonesia Nur Achmadin et al. Vol. 20 (2016) No. 1 p.24-30 ISSN 1410-2994 (Print) ISSN 2579-8820 (Online) ARTIKEL RISET Penentuan Kondisi Optimum Panjang Pipa Resonator dan Daya Input Listrik

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Mesin Pendingin Termoakustik Performance Analysis of Thermoacoustic Refrigerator

Analisis Kinerja Mesin Pendingin Termoakustik Performance Analysis of Thermoacoustic Refrigerator Analisis Kinerja Mesin Pendingin Termoakustik (Heldinawati Hanifa Haq) 47 Analisis Kinerja Mesin Pendingin Termoakustik Performance Analysis of Thermoacoustic Refrigerator Oleh: Heldinawati Hanifa Haq

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

DAFTAR ISI BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG STACK SELUBUNG KABEL TERHADAP PERUBAHAN SUHU PADA SISTEM PENDINGIN TERMOAKUSTIK

PENGARUH PANJANG STACK SELUBUNG KABEL TERHADAP PERUBAHAN SUHU PADA SISTEM PENDINGIN TERMOAKUSTIK DOI: doi.org/10.21009/spektra.022.05 PENGARUH PANJANG STACK SELUBUNG KABEL TERHADAP PERUBAHAN SUHU PADA SISTEM PENDINGIN TERMOAKUSTIK Indah Kharismawati 1, a), Hanif Rafika Putri b) 1 IKIP PGRI Jember

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

PROTOTIPE PENDINGIN TERMOAKUSTIK RAMAH LINGKUNGAN MENGGUNAKAN VARIASI BAHAN RESONATOR DAN PERANGKAT INTERFACE BERBASIS MICROCONTROLLER ATMEGA8535

PROTOTIPE PENDINGIN TERMOAKUSTIK RAMAH LINGKUNGAN MENGGUNAKAN VARIASI BAHAN RESONATOR DAN PERANGKAT INTERFACE BERBASIS MICROCONTROLLER ATMEGA8535 PROTOTIPE PENDINGIN TERMOAKUSTIK RAMAH LINGKUNGAN MENGGUNAKAN VARIASI BAHAN RESONATOR DAN PERANGKAT INTERFACE BERBASIS MICROCONTROLLER ATMEGA8535 Ummi Kaltsum, Harto Nuroso, Irna Farikhah, Hadiyati Idrus,

Lebih terperinci

PENGARUH LOKASI PENUKAR PANAS COLD HEAT EXCHANGER TERHADAP KINERJA SISTEM PENDINGIN TERMOAKUSTIK STACK BAHAN ORGANIK GAMBAS

PENGARUH LOKASI PENUKAR PANAS COLD HEAT EXCHANGER TERHADAP KINERJA SISTEM PENDINGIN TERMOAKUSTIK STACK BAHAN ORGANIK GAMBAS Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor PENGARUH LOKASI PENUKAR PANAS COLD HEAT EXCHANGER TERHADAP KINERJA SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Termoakustika (thermoacoustics) adalah studi tentang fenomena beda suhu yang dapat menghasilkan gelombang akustik (bunyi) atau pun sebaliknya, gelombang bunyi yang

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI RESONANSI DAN PANJANG STACK PADA KINERJA PENDINGIN TERMOAKUSTIK MENGGUNAKAN STACK BERPORI ACAK BAHAN ORGANIK (GAMBAS)

PENGARUH FREKUENSI RESONANSI DAN PANJANG STACK PADA KINERJA PENDINGIN TERMOAKUSTIK MENGGUNAKAN STACK BERPORI ACAK BAHAN ORGANIK (GAMBAS) PENGARUH FREKUENSI RESONANSI DAN PANJANG STACK PADA KINERJA PENDINGIN TERMOAKUSTIK MENGGUNAKAN STACK BERPORI ACAK BAHAN ORGANIK (GAMBAS) Anastasia F. Candraresita*, Wahyu N. Achmadin*, I. Setiawan, Agung

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG PIPA, POSISI STACK DAN INPUT FREKWENSI ACOUSTIC DRIVER/AUDIO SPEAKER PADA RANCANG BANGUN SISTEM REFRIGERASI THERMOAKUSTIK

PENGARUH PANJANG PIPA, POSISI STACK DAN INPUT FREKWENSI ACOUSTIC DRIVER/AUDIO SPEAKER PADA RANCANG BANGUN SISTEM REFRIGERASI THERMOAKUSTIK PENGARUH PANJANG PIPA, POSISI STACK DAN INPUT FREKWENSI ACOUSTIC DRIVER/AUDIO SPEAKER PADA RANCANG BANGUN SISTEM REFRIGERASI THERMOAKUSTIK Arda Rahardja Lukitobudi Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini teknologi berkembang sangat cepat. Setiap teknologi selalu terdapat sisi positif dan negatif sehingga perlu dipertimbangkan dengan baik. Misal, Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kini manusia semakin dimudahkan dan dimanjakan dengan kemajuan teknologi yang ada. Banyak hal bisa didapatkan secara instan dan cepat. Dengan bantuan peralatan memasak

Lebih terperinci

penukar panas. Ukuran pori regenerator lebih kecil dibandingkan dengan ukuran pori stack. Ketiga, berdasarkan beda fase antara osilasi tekanan dan

penukar panas. Ukuran pori regenerator lebih kecil dibandingkan dengan ukuran pori stack. Ketiga, berdasarkan beda fase antara osilasi tekanan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Semua kegiatan manusia dalam rumah tangga, industri maupun pertanian memerlukan energi.

Lebih terperinci

PEMBUATAN PIRANTI PENDINGIN TERMOAKUSTIK GELOMBANG BERJALAN

PEMBUATAN PIRANTI PENDINGIN TERMOAKUSTIK GELOMBANG BERJALAN PEMBUATAN PIRANTI PENDINGIN TERMOAKUSTIK GELOMBANG BERJALAN Ikhsan Setiawan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada Sekip Utara BLS 21 Yogyakarta 55281 Indonesia Email : ikhsan_s@ugm.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun kebelakang, isu lingkungan adalah isu yang menarik bagi seluruh peneliti di dunia. Peneliti dan engineer bekerja untuk menciptakan teknologi yang memudahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kata termoakustika diartikan sebagai studi interdisiplin ilmu antara energi termal dan energi akustik yang pertama kali digunakan oleh Nikolaus Rott (Rott,1980). Efek

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa 2 Metode yang sering digunakan untuk menentukan koefisien serap bunyi pada bahan akustik adalah metode ruang gaung dan metode tabung impedansi. Metode tabung impedansi ini masih dibedakan menjadi beberapa

Lebih terperinci

Pengaruh Jejari Hidrolik Stack terhadap Beda Suhu Onset pada Prime Mover Termoakustik Gelombang Berdiri

Pengaruh Jejari Hidrolik Stack terhadap Beda Suhu Onset pada Prime Mover Termoakustik Gelombang Berdiri Pengaruh Jejari Hidrolik Stack terhadap Beda Suhu Onset pada Prime Mover Termoakustik Gelombang Berdiri Prastowo Murti 1*), Adhika Widyaparaga 1, Ikhsan Setiawan 2, Agung Bambang Setio Utomo 2, Makoto

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK OSCILLOSCOPE 2.51 DAN CURVEEXPERT 1.3 DALAM PENGUKURAN FAKTOR KUALITAS AKUSTIK RESONATOR

PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK OSCILLOSCOPE 2.51 DAN CURVEEXPERT 1.3 DALAM PENGUKURAN FAKTOR KUALITAS AKUSTIK RESONATOR Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Yogyakarta, 16 Mei 2009 PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK OSCILLOSCOPE 2.51 DAN CURVEEXPERT 1.3 DALAM PENGUKURAN

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK Ade Oktavia, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis,

Lebih terperinci

SISTEM RESONANSI AKUSTIK BERBANTUAN KOMPUTER DAN PENGARUH DIAMETER TERHADAP FAKTOR KUALITAS RESONATOR AKUSTIK SILINDRIS

SISTEM RESONANSI AKUSTIK BERBANTUAN KOMPUTER DAN PENGARUH DIAMETER TERHADAP FAKTOR KUALITAS RESONATOR AKUSTIK SILINDRIS Jurnal Fisika Indonesia, No: 21, vol.vii. Edisi Agustus 23 ISSN:141-2994, hal.43 55. SISTEM RESONANSI AKUSTIK BERBANTUAN KOMPUTER DAN PENGARUH DIAMETER TERHADAP FAKTOR KUALITAS RESONATOR AKUSTIK SILINDRIS

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan

Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan Danang D. Cahyadi / Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan 127 Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan Danang D. Cahyadi*, Masano P. Hutama,

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Sonya Yuliantika, Elvaswer Laboratorium Fisika Material, Jurusan

Lebih terperinci

3. Resonansi. 1. Tujuan Menentukan cepat rambat bunyi di udara

3. Resonansi. 1. Tujuan Menentukan cepat rambat bunyi di udara 1. Tujuan Menentukan cepat rambat bunyi di udara 3. Resonansi 2. Alat dan Bahan 1. Statip dengan tinggi 100 cm dan diameter 1.8 cm 1 buah 2. Capit buaya (logam) 2 buah 3. Tabung kaca resonansi berskala,

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang 1. Grafik antara tekanan gas y yang massanya tertentu pada volume tetap sebagai fungsi dari suhu mutlak x adalah... a. d. b. e. c. Menurut Hukum Gay Lussac menyatakan

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Vonny Febrita, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Dasar Teori Serat Alami

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Dasar Teori Serat Alami BAB II DASAR TEORI 2.1 Dasar Teori Serat Alami Secara umum serat alami yang berasal dari tumbuhan dapat dikelompokan berdasarkan bagian tumbuhan yang diambil seratnya. Berdasarkan hal tersebut pengelompokan

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup Edo Wirapraja, Bambang

Lebih terperinci

KOLOM UDARA BERDINDING BAMBU SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN PAGAR

KOLOM UDARA BERDINDING BAMBU SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN PAGAR KOLOM UDARA BERDINDING BAMBU SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN PAGAR Rina Nismayanti, Agus Purwanto, Sumarna Laboratorium Getaran dan Gelombang, Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta Email:

Lebih terperinci

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan Mahasiswa Program S1 Fisika Bidang Fisika Energi Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548

Lebih terperinci

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL KELOMPOK II BRIGITA O.Y.W. 125100601111030 SOFYAN K. 125100601111029 RAVENDIE. 125100600111006 JATMIKO E.W. 125100601111006 RIYADHUL B 125100600111004

Lebih terperinci

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Wafha Fardiah 1), Joko Sampurno 1), Irfana Diah Faryuni 1), Apriansyah 1) 1) Program Studi Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP

PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP Yugo Setiawan*, Juandi M, Krisman Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Gangguan Pada Audio Generator Terhadap Amplitudo Gelombang Audio Yang Dipancarkan Pengukuran amplitudo gelombang audio yang dipancarkan pada berbagai tingkat audio generator

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL A. TUJUAN 1. Mengukur konduktivitas termal pada isolator plastisin B. ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dapat diperhatikan pada gambar 1.

Lebih terperinci

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji LABORATORIUM AKUSTIK (11154) PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM 17 1 Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class () pada Suatu Sampel Uji Mohammad Istajarul Alim, Maslahah, Diky Anggoro Departemen

Lebih terperinci

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN LAJU ALIRAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL DENGAN MENGGUNAKAN SOLAR ENERGY DEMONSTRATION TYPE LS-17055-2 DOUBLE SPOT LIGHT SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA Antiremed Kelas 11 FISIKA Persiapan UAS - Latihan Soal Doc. Name: K13AR11FIS02UAS Version : 2016-05 halaman 1 01. Perhatikan gambar berikut ini! F=15N 5kg kasar s = 0,4 Jika benda diam, berapakah gaya

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric) BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Modul termoelektrik adalah sebuah pendingin termoelektrik atau sebagai sebuah pompa panas tanpa menggunakan komponen bergerak (Ge dkk, 2015, Kaushik dkk, 2016). Sistem pendingin

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini terus dilakukan beberapa usaha penghematan energi fosil dengan pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan. Salah satunya yaitu dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR

PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR Ardhi Kamal Haq 1*, Juhri Hendrawan 1, Ahmad Hasan Asyari 1, 1 Program Studi Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada Sekip Utara,

Lebih terperinci

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. 5. Resonansi

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. 5. Resonansi 5. Resonansi A. Tujuan Menentukan cepat rambat bunyi di udara B. Alat dan Bahan 1. Statip dengan tinggi 100 cm dan diameter 1.8 cm 1 buah 2. Capit buaya (logam) 2 buah 3. Tabung kaca resonansi berskala,

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika Persiapan PTS Semester Genap Halaman 1 01. Jika P adalah tekanan, V adalah volume, n adalah jumlah molekul, R adalah konstanta gas umum, dan T adalah suhu mutlak. Persamaan

Lebih terperinci

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR I Wayan Sugita Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Kebutuhan listrik bagi masyarakat masih menjadi permasalahan penting di Indonesia, khususnya

Lebih terperinci

STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI

STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI Oleh : La Ode Torega Palinta (2108100524) Dosen Pembimbing : Dr.Eng Harus L.G, ST, M.Eng PROGRAM SARJANA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS Ayu Wardana 1, Maksi Ginting 2, Sugianto 2 1 Mahasiswa Program S1 Fisika 2 Dosen Bidang Energi Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

EFEK REDAMAN PADA SIMULASI KONVERVI ENERGI GELOMBANG LAUT MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN PRINSIP RESONANASI. Oleh

EFEK REDAMAN PADA SIMULASI KONVERVI ENERGI GELOMBANG LAUT MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN PRINSIP RESONANASI. Oleh EFEK REDAMAN PADA SIMULASI KONVERVI ENERGI GELOMBANG LAUT MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN PRINSIP RESONANASI Oleh Drs. Defrianto, DEA Jurusan Fisika Fmipa UNRI Abstrak Sistem mekanik yang terdiri dari tabung,

Lebih terperinci

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu Konduksi Tunak-Tak Tunak, Persamaan Fourier, Konduktivitas Termal, Sistem Konduksi-Konveksi dan Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh Marina, 006773263, Kelompok Kalor dapat berpindah dari satu tempat

Lebih terperinci

RESONANSI. Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal dan dapat dipandang sebagai

RESONANSI. Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal dan dapat dipandang sebagai RESONANSI I. TUJUAN Menggunakan peristiwa resonansi bunyi dalam tabung terbuka untuk menentukan laju rambat bunyi di udara II. TEORI Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal dan dapat dipandang sebagai

Lebih terperinci

Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Tegak

Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Tegak Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Tegak Ikhsan Setiawan 1, a *, Prastowo Murti 2, Agung B S Utomo 1, Wahyu N Achmadin 1, Makoto Nohtomi 3 1 Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

HANDOUT MATA KULIAH KONSEP DASAR FISIKA DI SD. Disusun Oleh: Hana Yunansah, S.Si., M.Pd.

HANDOUT MATA KULIAH KONSEP DASAR FISIKA DI SD. Disusun Oleh: Hana Yunansah, S.Si., M.Pd. HANDOUT MATA KULIAH KONSEP DASAR FISIKA DI SD Disusun Oleh: Hana Yunansah, S.Si., M.Pd. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU 2013 HandOut Mata Kuliah Konsep Dasar Fisika Prodi. PGSD Semester

Lebih terperinci

GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI

GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran 01. EBTANAS-06-24 Pada getaran selaras... A. pada titik terjauh percepatannya maksimum dan kecepatan minimum B. pada titik setimbang kecepatan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Gelombang - - GELOMBANG - GELOMBANG ------------------------------- 1 Gelombang Gelombang Berjalan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT Diajukan sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES Nama Kelompok: 1. Diah Ayu Suci Kinasih (24040115130099) 2. Alfiyan Hernowo (24040115140114) Mata Kuliah Dosen Pengampu : Ilmu Material Umum : Dr.

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGERAK MULA TERMOAKUSTIK PISTON AIR DENGAN DIAMETER SELANG OSILASI 1 INCI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGERAK MULA TERMOAKUSTIK PISTON AIR DENGAN DIAMETER SELANG OSILASI 1 INCI B.5 STUDI EKSPERIMENTAL PENGGERAK MULA TERMOAKUSTIK PISTON AIR DENGAN DIAMETER SELANG OSILASI 1 INCI Aditya Nugraha 1*, Agus Kurniawan 1, Bayu Prabandono 1 1 Program Studi Teknik Mesin, Politeknik ATMI

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga Jurusan Fisika-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA KARAKTERISTIK TERMOAKUSTIK BERDASARKAN VARIASI MODEL STACK SKRIPSI. Gilang Arrahman Ikhsan Varian FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA KARAKTERISTIK TERMOAKUSTIK BERDASARKAN VARIASI MODEL STACK SKRIPSI. Gilang Arrahman Ikhsan Varian FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA KARAKTERISTIK TERMOAKUSTIK BERDASARKAN VARIASI MODEL STACK SKRIPSI Gilang Arrahman Ikhsan Varian 07 06 26 7023 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPOK JUNI 2011 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) 138 M. A. Fatkhurrohman et al., Tingkat Redam Bunyi Suatu Bahan TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) M. Aji Fatkhurrohman*, Supriyadi Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika,

Lebih terperinci

Getaran, Gelombang dan Bunyi

Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran 01. EBTANAS-06- Pada getaran selaras... A. pada titik terjauh percepatannya maksimum dan kecepatan minimum B. pada titik setimbang kecepatan dan percepatannya maksimum

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN Fajri Ridhola, Elvaswer Laboratorium Fisika Material, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah dan Pengenalan Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh seorang ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah

Lebih terperinci

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR Akhmad Dzakwan, Analisis Sistem Kontrol ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR (DC MOTOR CONTROL SYSTEMS ANALYSIS AS A FUNCTION OF POWER AND VOLTAGE OF HEAT) Akhmad

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

Mesin Carnot Kuantum Berbasis Partikel Dua Tingkat di dalam Kotak Potensial Satu Dimensi

Mesin Carnot Kuantum Berbasis Partikel Dua Tingkat di dalam Kotak Potensial Satu Dimensi JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 6, NOMOR 1 JANUARI,010 Mesin Carnot Kuantum Berbasis Partikel Dua Tingkat di dalam Kotak Potensial Satu Dimensi Yohanes Dwi Saputra dan Agus Purwanto Laboratorium Fisika

Lebih terperinci

UN SMA IPA Fisika 2015

UN SMA IPA Fisika 2015 UN SMA IPA Fisika 2015 Latihan Soal - Persiapan UN SMA Doc. Name: UNSMAIPA2015FIS999 Doc. Version : 2015-10 halaman 1 01. Gambar berikut adalah pengukuran waktu dari pemenang lomba balap motor dengan menggunakan

Lebih terperinci

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN Ekoyanto Pudjiono, Gunowo Djojowasito, Ismail Jurusan Keteknikan Pertanian FTP, Universitas Brawijaya Jl. Veteran

Lebih terperinci

PENGARUH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK SKRIPSI

PENGARUH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK SKRIPSI PENGARUH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK SKRIPSI ADE OKTAVIA 0810443049 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fasa (phase) adalah suatu wujud atau kondisi dari suatu zat yang dapat berupa cair, padat, dan gas. Aliran multi fasa (multiphase flow) adalah aliran simultan dari

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

Kata kunci : PATS, PCM, TES, HTF, paraffin wax, proses charging

Kata kunci : PATS, PCM, TES, HTF, paraffin wax, proses charging Banjarmasin, 7-8 Oktober 25 Studi Eksperimental Penyimpanan Energi Termal pada Tangki Pemanas Air Tenaga Surya yang Berisi PCM Muhammad Nadjib, a *, Sukamta, b, Novi Caroko, c dan Tito Hadji A.S.,d Jurusan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA 2.1 Konsep Dasar Thermodinamika Energi merupakan konsep dasar termodinamika dan merupakan salah satu aspek penting dalam analisa teknik. Sebagai gagasan dasar bahwa

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS PERPINDAHAN PANAS DAN TAHANAN TERMAL TERHADAP RANCANGAN TERMAL ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE

ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS PERPINDAHAN PANAS DAN TAHANAN TERMAL TERHADAP RANCANGAN TERMAL ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE ISSN: 1410-233 ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS PERPINDAHAN PANAS DAN TAHANAN TERMAL TERHADAP RANCANGAN TERMAL ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE Chandrasa Soekardi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Transmisi Bunyi di Dalam Pipa

Transmisi Bunyi di Dalam Pipa Transmisi Bunyi di Dalam Pipa Didalam Bab 4.1 telah dijelaskan bahwa gelombang suara di dalam fluida tidak dipengaruhi oleh permukaan luarnya yang sejajar dengan arah suara propagasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci