BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perjumpaan dan aktivitas orangutan sumatera Pengamatan awal terhadap orangutan umumnya menemui hambatan yang disebabkan faktor topografi yang bergelombang berat dan ringan yaitu antara 16-60% dengan dominasi kelerengan >50% (OCSP 2008). Selain itu karena orangutan adalah satwa soliter yang cenderung hidup sendiri dan memiliki pergerakan lambat (sloth) dalam rimbunan pohon-pohon di hutan, sehingga menyebabkan orangutan menjadi sulit untuk ditemukan. Selama penelitian orangutan berhasil dijumpai sebanyak 28 kali dengan 16 individu yang berbeda, tetapi dari 28 kali perjumpaan tidak semua berhasil dilanjutkan dengan pengamatan. Orangutan yang berhasil diamati aktivitas makannya hanya 5 individu jantan dan 2 individu betina. Hal ini dikarenakan beberapa orangutan yang dijumpai saat pencarian lokasinya keluar dari area penelitian, topografi curam sehingga tidak dapat dijangkau peneliti, dan kondisi cuaca yang buruk. Berdasarkan hasil survei Tim SOCP Batang Toru, perjumpaan orangutan pada saat penelitian ini termasuk banyak dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2006 sampai 2009, orangutan hanya dijumpai ±20 individu dalam waktu 2 tahun. Sedangkan pada saat penelitian orangutan dijumpai 28 kali dari 16 individu dalam waktu 3 bulan. Kemungkinan kondisi ini disebabkan habitat orangutan yang semakin menyempit, sehingga menyebabkan ruang gerak orangutan menjadi semakin terbatas. Menurut Fredriksson dan Indra (2007) penyempitan habitat ini disebabkan karena adanya penebangan, baik secara legal yang dilakukan oleh HPH dan penebangan liar serta perambahan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan. Perizinan penebangan oleh HPH ini disebabkan karena status hutan Batang Toru adalah hutan produksi yang mana pada saat ini masih dalam proses pengajuan kepada Kementrian Kehutanan untuk dijadikan sebagai Hutan Lindung. Perjumpaan orangutan sumatera dapat dilihat pada Gambar 4.

2 28 Perjumpaan orangutan (Individu) Juni Juli Agustus Betina Jantan 2011 Gambar 4 Grafik perjumpaan orangutan sumatera. Nilai perjumpaan paling tinggi adalah bulan Juni, yakni 14 kali yang terdiri dari 10 betina dan 4 jantan. Pada bulan Juli perjumpaan orangutan adalah 10 kali dengan 5 jantan dan 5 betina. Perjumpaan paling rendah adalah bulan Agustus, yakni 4 kali yang terdiri dari 2 jantan, 1 betina dan 1 lagi tidak teridentifikasi jenis kelaminnya. Data menyatakan bahwa perjumpaan orangutan dari bulan Juni hingga Agustus mengalami penurunan. Intensitas perjumpaan orangutan dipengaruhi oleh musim buah suatu jenis pakan di habitatnya. Pada saat musim buah tinggi, peluang perjumpaan orangutan semakin rendah karena orangutan tidak banyak bergerak untuk mencari makanan. Begitu sebaliknya, jika musim buah rendah maka perjumpaan orangutan akan semakin tinggi, karena orangutan akan lebih banyak bergerak untuk mencari/menemukan sumber pakannya. Hasil penelitian Wich et al. (2006) di Ketambe, musim buah dimulai bulan Mei sampai dengan September yang semakin meningkat, sehingga perjumpaan ini dinyatakan berbanding positif dengan meningkatnya musim buah. Perjumpaan orangutan dari bulan Juni ke Agustus yang mengalami penurunan ini diduga karena meningkatnya musim buah dari bulan Juni sampai dengan Agustus, seperti pada hasil fenologi tahun Selain itu, penyebab penurunan perjumpaan ini diduga karenaa seringnya perjumpaan dengan manusia dan penaksiran peneliti terhadap pergerakan orangutan yang tidak tepat. Pendugaan ini didasarkan atas penelitian Sinaga (1992) bahwa orangutan sensitif atau takut dengan kehadiran manusia. Selain itu

3 29 Meijaard et al. (2006) menyatakan bahwa dalam pengamatan satwaliar peluang perjumpaan satwa adalah <1. Perjumpaan orangutan pertama kali adalah orangutan betina dewasa (Gambar 5) dengan anak (Gambar 6). Menurut Tim Sumatran Orangutan Conservation Program (SOCP) di Batang Toru, orangutan betina adalah Indah (Ibu) dan Iben (Anak). Orangutan ini sudah terhabituasi sehingga pada saat berjumpa dengan manusia tidak menunjukkan perilaku takut seperti halnya satwa atau primata lain. Berbeda dengan orangutan jantan, pada umumnya perilaku orangutan jantan di Batang Toru ketika berjumpa dengan manusia akan selalu menghindar. Pada saat pengamatan pergerakan orangutan ini sangat cepat dibandingkan dengan betina. orangutan jantan berusaha menghindar dari pengamat dengan mengeluarkan kissquek berkali-kali dan seruan panjang yang disebut dengan longcall. Seruan ini hanya dapat dikeluarkan orangutan jantan, karena orangutan jantan dewasa mempunyai kantung suara (air sack) yang terdapat pada lehernya. Selain itu kantung ini juga berfungsi untuk mengambil serta mengumpulkan beberapa liter udara (MacKinnon 1972). Perilaku menghindar lainnya ditunjukkan dengan mematahkan ranting atau cabang pohon dan berusaha untuk melempar kepada pengamat. Semua orangutan jantan yang diamati belum terhabituasi sehingga sulit dalam melakukan identifikasi. Selama penelitian orangutan yang berhasil diidentifikasi hanya 3 individu. Identifikasi tersebut dilakukan dengan mengetahui jenis kelamin, kelas umur, dan ciri spesifik yang terlihat pada anggota tubuh. Berikut ini adalah penjelasan dari orangutan yang berhasil diidentifikasi. 1. Orangutan betina dewasa (Indah) Indah adalah nama orangutan yang berjenis kelamin betina dewasa dengan umur ± tahun. Tanda untuk mengenali orangutan ini ialah jari tengah di tangan kiri terlihat lebih pendek dari jari lainnya. Hal ini diperkirakan jari tersebut pernah mengalami patah. Selain itu urat di keningnya terlihat sangat jelas / menonjol dan warna kulit terlihat lebih gelap. Orangutan ini sudah terhabituasi sehingga mudah untuk diamati. Indah terlihat lebih santai ketika berjumpa dengan manusia. Orangutan ini mempunyai anak yang selalu digendong dan bersikap protektif terhadap anaknya (Iben).

4

5

6 32 cepat dan kondisi vegetasi yang rapat di stasiun penelitian (Fredriksson dan Indra 2007). Selain itu orangutan tidak dapat diamati karena pergerakannyaa keluar dari area stasiun penelitian atau masuk ke area jurang yang tidak memungkinkan untuk dijangkau peneliti. Lama waktu aktif merupakan periode aktif orangutan dalam melakukan aktivitas hariannya, mulai dari bangun pagi dan keluar dari sarang sampai dengan aktivitas terakhir yang dilakukan pada sore hari yang ditandai dengann selesainya membuat sarang. Waktu aktif orangutan di Batang Toru dimulai antara pukul WIB sampai dengan WIB dan mengakhiri aktivitasnya pada sore hari antara pukul WIB sampai dengan WIB. Sebelum memulai keaktifan biasanya orangutan melakukan urinasi dan defikasi terlebih dahulu di luar sarang. Keaktifan pagi hari ditandai dengan berjalan, makan, dan sedikit beristirahat. Pada umumnya kegiatan tersebut merupakan aktivitas rutin sehari-hari selama waktu penelitian. Hasil penelitian Krisdijantoro (2007) bahwa orangutan kalimantan bangun pada pagi hari dimulai antara pukul sampai dengan jam WIB sedangkan mengakhiri aktivitasnya pada sore hari antara pukul WIB sampai dengan jam WIB. Hasil perbandingan ini menunjukkan bahwaa orangutan kalimantan bangun lebih cepat daripada orangutan sumatera di Batang Toru, Tapanuli Tengah. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan cuaca di Kalimantan dan Sumatera Utara. Aktivitas utama orangutan sumatera pada saat penelitian adalah makan, berpindah, istirahat dan aktivitas lainnya. Hasil perbandingan aktivitas harian orangutan dapat dilihat pada Gambar 9. Lainnya 1,87 Istirahat Berpindah 27,58 31,23 Makan 39, Persentase 50 Gambar 9 Perbandingan aktivitas harian orangutan sumatera.

7 33 Hasil penelitian menyatakan aktivitas paling tinggi adalah makan yakni 39,31%, selanjutnya berpindah 31,23%, istirahat 27,58%, dan aktivitas lainnya 1,87%. Frekuensi aktivitas makan paling tinggi terjadi pada siang hari antara pukul WIB yaitu sebesar 42,32% dari total aktivitas makan, selanjutnya pada pagi hari antara pukul WIB sebesar 31,38% dan aktivitas makan rendah pada sore hari antara pukul WIB sebesar 26,29 %. Hasil ini berbeda dengan penelitian aktivitas makan orangutan di Ulu Segama, Ranun (MacKinnon 1972), Ketambe (Rijksen 1978) dan Mentoko (Rodman 1988), bahwa orangutan banyak melakukan aktivitas makan di pagi dan sore hari, sebaiknya di siang hari aktivitasnya lebih didominasi oleh aktivitas istirahat. Fredriksson (1995) dalam Kuncoro (2004) memperkirakan perbedaan pola aktivitas makan tersebut dikarenakan terdapat perbedaan umur pada populasi orangutan yang diamati. Selanjutnya adalah aktivitas berpindah 31,23%, istirahat 27,58% dan aktivitas lainnya 1,87%. Hasil ini dapat dibandingkan dengan penelitian aktivitas orangutan di beberapa tempat seperti di Tanjung Puting, Kutai, dan Ulu Segama seperti yang terlihat pada Tabel 4. Tabel 4 Perbandingan aktivitas harian orangutan di beberapa lokasi berbeda Daerah Pergerakan (%) Istirahat (%) Makan (%) Kutai, kalimantan Timur (Rodman dan Mitani 1988) Ulu Segama, sabah (MacKinnon 1972) 16,50 51,70 31 Tanjung puting, Kalimantan Tengah (Galdikas 1978) 17,74 18,26 62,14 Terdapat perbedaan aktivitas harian antara orangutan di Batang Toru dengan orangutan di tiga lokasi pada Tabel 4. Ketiga lokasi pada Tabel 4 menunjukkan bahwa aktivitas istirahat lebih tinggi daripada aktivitas bergerak. Sedangkan orangutan di Batang Toru, aktivitas bergerak lebih tinggi daripada aktivitas istirahat. Perbedaan aktivitas harian ini diasumsikan terjadi karena pengaruh kondisi habitat. Studi orangutan sumatera di Batang Toru dilakukan pada habitat hutan dataran rendah dan perbukitan. Sedangkan di Tanjung Puting dilakukan pada habitat hutan dataran rendah yang bercampur dengan hutan rawa-rawa air tawar dan gambut (Galdikas 1978 dalam Fredriksson 1995 dalam Peters 1995).

8 34 Hasil analisis selanjutnya mengenai pengaruh jenis kelamin terhadap aktivitas hariannya. Hasil perbandingan aktivitas harian antara orangutan jantan dan orangutan betina dapat dilihat pada Gambar ,92 32,53 Makan 25,39 27,06 38,29 28,21 2,62 Berpindah Istirahat 0,96 Lainnya Betina Jantan Gambar 10 Grafik perbandingan aktivitas harian orangutan jantan dan orangutan betina. Jenis aktivitas tertinggi adalah makan, orangutan betina menghabiskan waktu makan sebanyak 44,92% dan orangutan jantan sebanyak 32,53% dari total aktivitas harian lainnya. Aktivitas bergerak orangutan jantan sebanyak 38,29% dan orangutan betina 25,39%. Aktivitas istirahat orangutan jantann sebanyak 28,21% dan orangutan betina 27,06%. Aktivitas lainnya (membuat sarang, urinasi, defikasi, dan sosialisasi) ), untuk orangutan jantan sebanyak 0,96% dan orangutan betina sebanyak 2,62%. Jika dilihat dari ukuran tubuh, seharusnyaa orangutan jantan lebih banyak membutuhkan energi karena ukuran tubuhnya yang lebih besar. Berdasarkan dataa yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwaa tidak ada pengaruhnya dengan jenis kelamin. Persentase makan yang tinggi padaa orangutan betina, diduga karena pakan yang dimakan oleh orangutan betina mengandung kalori yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan orangutan tidak perlu mencari makanan lain yang banyak atau mencari makan dalam waktu yang lama, sehingga orangutan betina hanya memakan pakan yang ada disekitarnya tanpa banyak melakukan aktivitas berpindah-pindah. Hal ini terbukti bahwa orangutan betina banyak memakan buah yang berjenis Naigea neriifolium, yakni sebanyak 143 kali. Buah ini berada pada jalur pergerakan orangutan betina dan dari hasil analisis proksimat buah ini memiliki kandungan karbohidrat tinggi, yaitu 26,72%. Selanjutnya aktivitas bergerak lebih banyak dilakukan oleh orangutan jantan yaitu

9 35 38,29% dan orangutan betina 25,39%. Aktivitas pergerakan yang lebih tinggi ini diasumsikan dengan strategi orangutan dalam mencari pasangan. Orangutan jantan mencari orangutan betina yang tidak dalam pengawasan ataupun dalam kondisi consort bersama orangutan jantan dominan (Atmoko 2000). 5.2 Preferensi pakan orangutan sumatera 1. Spesies tumbuhan sumber pakan orangutan Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegetasi yang merupakan sumber pakan orangutan sumatera sebanyak 33 spesies. Spesies tersebut terdiri dari 5 habitus, yakni pohon, liana, herba, bambu, dan epifit. Selain itu orangutan juga memakan rayap (Dicus piditermes). Spesies pohon pakan yang dimanfaatkan orangutan pada saat penelitian sebanyak 27 spesies. Hal ini berarti hanya 12.56% dari 215 spesies pohon pakan yang terdapat dalam plot permanen. Hasil penelitian CII untuk konservasi orangutan di Batang Toru selama dua tahun terakhir ( ) telah diidentifikasi 143 spesies pohon pakan orangutan. Selain itu Simorangkir (2009) juga menyatakan di hutan Batang Toru menyediakan pohon pakan orangutan sebanyak 96 jenis (77,4%-78,5%). Variasi pakan orangutan betina lebih tinggi daripada orangutan jantan. Orangutan betina memakan 19 spesies pohon, sedangkan orangutan jantan memakan 16 spesies pohon. Menurut Dierenfeld (1997), orangutan termasuk satwa yang highly opportunistic feeders bahwa satwa tersebut mampu mengkonsumsi jenis makanan lebih dari 100 jenis tanaman bahkan lebih dari 300 jenis tanaman di habitatnya (Rijksen 1978). Analisis jenis-jenis pakan yang disukai oleh orangutan sumatera digunakan asumsi bahwa semakin besar frekuensi suatu spesies tumbuhan dimakan dan ketersediaannya di alam sedikit, maka semakin disukai spesies tumbuhan tersebut. Penentuan apakah suatu spesies disukai atau tidak disukai, menggunakan perhitungan Indeks Neu (Indeks Preferensi). Menurut Neu et al. (1974) dalam Kadhafi (2011), jika nilai w 1, maka spesies tumbuhan tersebut disukai. Penghitungan Indeks Neu dilakukan hanya dengan mengetahui ketersediaan pakan di alam dari hasil analisis vegetasi. Spesies pohon dan indeks preferensi pakan orangutan sumatera disajikan dalam Tabel 5.

10 36 Hasil analisis Indeks Neu menyatakan spesies pohon yang disukai orangutan sebanyak 10 spesies dari 27 spesies yang teramati. Orangutan jantan menyukai 7 spesies dan orangutan betina 8 spesies. Menurut Sugardjito et al. (1987) dalam Wich et al. (2006), pakan orangutan di stasiun penelitian orangutan Ketambe sebanyak 174 spesies diantaranya Nephelium sp., Polyalthia sp., Mastixia sp., Durio sp., Artocarpus sp., Baccaurea sp., Ficus sp., dan Lansium sp. Terdapat kesamaan jenis antara pakan orangutan di Ketambe dengan pakan orangutan di Batang Toru. Salah satu jenis pakan yang sama adalah Ficus sp. Jenis ini merupakan sumber pakan alami yang sangat penting bagi orangutan. Dapat dikatakan jenis ini merupakan keystone spesies, yaitu jenis tumbuhan yang selalu dikonsumsi sepanjang tahun dan juga mampu menyediakan buah sepanjang tahun sehingga keberadaannya dapat membantu kestabilan populasi orangutan. Studi kasus di Ketambe, bahwa orangutan tidak pernah mengalami kekurangan pakan, Tabel 5 Preferensi spesies pohon yang dimakan orangutan sumatera di Batang Toru No Nama Lokal Nama Ilmiah Suku Jenis kelamin Indeks preferensi 1 Kandri Eurya nutida Theaceae Malaka Tetrameristra glabra Theaceae Hotang Naigea neriifolium Podocarpaceae Jambu Syzygium sp. Myrtaceae Fikus Ficus sp. Moraceae Jambu Rodhomirtus tomentosa Myrtaceae Damar daging Agathis borneensis Araucariaceae Sampinur bunga Dacrycarpus imbricatus Podocarpaceae Kandis Garcinia parvifolia Guttiferae Medang kunyit Gironniera subaequalis Ulmaceae Terentang C. auriqulatum Anacardiaceae Mayang susu Palaquium rostratum Myrtaceae Hydnocarpus kunstleri Flacourtiaceae Andis Swimingtonia floribunda Anacardiaceae Damar suri Symingtonia populnea Hamamelidaceae Atur mangan Gymnostoma sumatrana Casuarinaceae Bintangur Calophyllum soulatri Guttiferae Baja-baja Gomphia serrata Ochnaceae Manggis liar Garcinia hombroniana Guttiferae Malu tua Tristaniopsis whiteana Myrtaceae Mayang merah Madhuca laurifolia Sapotaceae Fikus Ficus elasticus Moraceae - 23 Nangka Arthocarpus sp. Moraceae - 24 Unknown 1 Unknown 1-25 Unknown Unknown - 26 Unknown 3 Unknown 3-27 Unknown 4 Unknown 4 - Total 27 spesies pohon 16 19

11 37 karena jika musim buah rendah orangutan masih dapat memakan buah Ficus sp. yang hampir selalu tersedia sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan energinya. Hal ini dapat dilihat dari sampel urin orangutan sumatera yang tidak ditemukan zat kimia berupa keton. Adanya keton dalam urin orangutan mengindikasikan bahwa produksi energi orangutan bersifat rendah (Wich et al dalam Wich et al. 2006). Berbeda halnya orangutan kalimantan di Gunung Palung yang tidak tersedia pohon ficus. Pada saat tidak musim berbuah, orangutan akan sangat menderita karena kekurangan makanan, sehingga orangutan hanya memakan kambium (Knott 1998 dalam Wich et al. 2006). Beberapa pakan yang disebutkan dalam tabel 5, terdapat 6 spesies yang tidak diketahui nilai INP, sehingga tidak dapat dihitung nilai indeks preferensinya. Spesies-spesies tersebut adalah Ficus elasticus, Arthocarpus sp. Unknown 1, Unknown 2, Unknown 3, dan Unknown 4. Spesies yang tidak dapat ditentukan INP nya ini disebabkan karena spesies pakan orangutan tersebut terdapat di luar plot analisis vegetasi dan spesies tersebut belum teridentifikasi. Ketersediaan Ficus sp. di plot permanen stasiun penelitian Batang Toru memiliki nilai INP rendah yaitu 0,27%. Ficus sp. merupakan pakan orangutan yang memiliki potensi tinggi. Meskipun diluar plot permanen masih dijumpai jenis ini, namun perlu dilakukan pengkayaan jenis Ficus sp. di dalam plot permanen untuk mengantisipasi kekurangan pakan. Selain habitus pohon, orangutan juga makan spesies tumbuhan pada habitus lainnya yaitu spesies liana (Freycinetea sp.) dengan persentase 5,49%, pandan (Pandanus sp.) 3,32%, epifit 0,11%, pakis 0,11% dan bambu 1,26%. Jenis serangga yang dimakan adalah rayap (Dicus piditermes) yaitu 2,86%. 2. Preferensi bagian tumbuhan yang dimakan orangutan Preferensi timbul akibat bekerjanya indra penciuman, peraba, dan perasa (McDonald et al dalam Zuhra 2009). Umumnya pakan yang lebih disukai (memiliki preferensi yang tinggi) akan lebih mudah dicerna hewan daripada pakan yang lebih bernutrisi tetapi preferensinya rendah (Morrison 1959). Hasil pengamatan bagian tumbuhan yang dimakan orangutan dengan mengikuti pergerakannya di lokasi penelitian didapat 33 spesies tumbuhan dan 6 bagian tumbuhan yang dikonsumsi. Bagian tumbuhan yang teramati dimakan oleh

12 38 orangutan yakni buah, bunga, daun muda, kulit kayu, empulur batang (pith), dan batang muda (stem). Bagian yang paling banyak dimakan adalah buah dengan persentase 62,59% dari 27 spesies pohon pakan orangutan yang ditemukan. Urutan selanjutnya adalah bunga dengan persentase 11,56%, empulur batang (pith) 7,89%, daun muda 7,32%, kulit kayu 6,52%, dan batang muda 1,14%. Orangutan juga memakan rayap (Dicus piditermes) sebanyak 2,97%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian tumbuhan yang disukai orangutan adalah buah. Galdikas (1984) menyatakan orangutan termasuk satwa frugivora (pemakan buah) yang paling besar di planet bumi. Diperkirakan 60% makanan orangutan adalah buah (seperti durian, nangka, lychees, manggis, mangga, dan ara). Orangutan sumatera di Bahorok, Taman Nasional Gunung Leuser juga menghabiskan waktu makan sebesar 55,6% (Sinaga 1992). Di Mentoko, Taman Nasional Kutai, orangutan mengkonsumsi buah dengan persentase tertinggi yaitu 63,2% (Krisdijantoro 2007). Di Kalimantan Tengah orangutan memakan buah dengan persentase 61% dari waktu makan (Galdikas 1984). Orangutan di TN. Tanjung Puting 60,9%, dan di Ulu Segama 62,0% (Rodman 1988 dalam Wich et al. 2006), Gunung Palung 66,8% (Knott 1988 dalam Wich et al. 2006), Ketambe 67,5% (Fox et al dalam Wich et al. 2006), dan Suaq 66,2% (MacKinnon 1974 dalam Rodman 1988 dalam Wich et al. 2006). Menurut Meijaard dan Rijksen (1999), di habitat berkualitas baik, antara 57% (jantan) dan 80% (betina) waktu makannya dihabiskan untuk memakan buah-buahan. Menurut Ungar (1995), orangutan lebih menyukai buah yang matang, mengandung banyak air, dan berukuran besar. Buah yang dipilih kadang manis ataupun masam. Perbedaan kelamin juga berpengaruh terhadap proporsi makan orangutan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 11.

13 39 Serangga 2,21 4,22 Batang Muda 1,85 0 Empulur (Pith) 9,59 5,12 Kulit Kayu Daun Muda 0,6 2,41 10,15 10,33 Betina Jantan Bunga 1,29 28,31 Buah 64,58 59, Persentase Gambar 11 Grafik perbandingan proporsi jenis makanan orangutan jantan dan orangutan betina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangutan betina lebih banyak mengkonsumsi buah daripada orangutan jantan. Persentase orangutan betina memakan buah adalah 64,58%, sedangkan orangutan jantan 59,34%. Sebaliknya untuk bunga orangutan jantan menduduki persentase lebih tinggi yaitu 28,31%, sedangkan orangutan betina hanya 1,29%. Bagian daun muda orangutan betina lebih banyak mengkonsumsi ini yaitu 10,33% dan orangutan jantan hanya 0,6%. Empulur batang orangutan betina mengkonsumsi 9,59% dan orangutan jantan 5,12%, dan bagian batang muda hanya dikonsumsi orangutan betina yaitu 1,85%. Jenis buah yang disukai orangutan adalah Eurya nutida, Tetramerisrta glabra, Naigea neriifolium, Syzygium sp., Ficus sp., Agathis borneensis, Dacrycarpus imbricatus, Garcinia parvifolia, dan Gironniera subaequalis. Jenis- banyak jenis tersebut dianggap pakan preferensial karena orangutan mengkonsumsi jenis ini sedangkan ketersediaan di alam rendah, sehingga dari hasil analisis indeks nue >1. Selain buah orangutan juga mengkonsumsi bunga. Konsumsi bunga paling banyak adalah pada orangutan jantan yaitu 28,31% sedangkan orangutan betina hanya 1,29%. Jenis bunga yang paling sering dikonsumsi orangutan adalah Palaquium rostratum. Jenis ini tidak dapat disebut pakan preferensial, karena ketersediaan jenis ini tergolong tinggi yaitu 16,04%. Penentuan jenis preferensial

14 40 berdasarkan asumsi bahwa semakin besar frekuensi suatu spesies tumbuhan dimakan dan ketersediaannya di alam sedikit, maka semakin disukai spesies tumbuhan tersebut. Daun muda banyak dikonsumsi oleh orangutan betina yaitu 10,33%, sedangkan orangutan jantan hanya 2,41%. Bagian yang dikonsumsi adalah semua daun dari pangkal sampai ujungnya. Jenis daun muda yang dikonsumsi diantaranya Gironniera subaequalis, Symingtonia populnea, dan Tristanopsis witheana. Namun jenis yang termasuk preferensial hanya Gironniera subaequalis karena nilai indeks preferen 1. Di hutan Mentoko, Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur, orangutan juga mengkonsumsi daun sebanyak 26,2%. Di Wilayah Bahorok orangutan juga mengkonsumsi daun yaitu sebanyak 35,3% (Sinaga 1992). Kulit kayu banyak dikonsumsi oleh orangutan betina, sebesar 10,15%, sedangkan orangutan jantan hanya 0,6%. Cara orangutan mengkonsumsi kayu sangat unik, orangutan menguliti kayu hingga bagian kambium terlihat. Kulit kayu yang diperoleh akan dikunyah untuk mendapatkan sarinya. Setelah dikunyah beberapa saat, ampas kulit kayu akan dikeluarkan dari mulutnya. Jenis-jenis pohon yang dimanfaatkan kulit kayunya adalah Palaquium rostratum dan Rodhomirtus tomentosa. Nilai indeks preferensi untuk jenis Rodhomirtus tomentosa adalah 4,38 sehingga kulit kayu dari jenis Rodhomirtus tomentosa merupakan pakan preferens. Orangutan di Mentoko, Taman nasional Kutai, juga mengkonsumsi kulit kayu sebanyak 8,48% (Krisdijantoro 2007). Zuhra (2009) menyatakan bahwa orangutan yang sering mengkonsumsi kulit kayu dan daun adalah kelompok Sumatera. Meskipun orangutan adalah satwa frugivora, namun pada saat penelitian ditemukan orangutan makan habitus selain pohon, yakni herba (pandan 3,32%), liana (0,11%), epifit (0,11%), pakis (0,11%) dan bambu (1,26%). Orangutan juga ditemukan makan serangga (Dicus piditermes) 2,86%. Jenis pandan dan liana dimanfaatkan batang mudanya. Dalam memakan batang muda, orangutan terlihat menghisap sarinya beberapa saat, kemudian ampas batang akan dikeluarkan dari mulutnya. Jenis tanaman yang dimanfaatkan batang mudanya adalah Pandanus sp. dan Freycinetea sp. Persentase orangutan memakan jenis selain pohon

15 A b c d E F g h i j K l m n o

16 9 8,56 8 7,37 Persentase ,45 6,32 6,25 5,99 5,79 5,13 5,2 5,73 5,33 4,81 3,42 3,09 2,12 2,17 0,99 0,86 0,33 0,39 0,59 0,33 0,26 0,26 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust 2011 % Buah % Bunga % Buah dan Bunga

17 43 spesies sumber pakan orangutan. Menurut Nurmansyah (in press), hasil analisis vegetasi untuk spesies pohon pakan orangutan yang ditemukan pada saat penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Komposisi vegetasi jenis pakan orangutan di Batang Toru No Nama Jenis KR FR DR INP 1 Agathis borneensis 0,89% 0,52% 1,90% 3,31% 2 Calophyllum soulattri 0,89% 1,22% 0,98% 3,08% 3 Palaquium rostratum 8,14% 2,43% 5,46% 16,04% 4 Dacrycarpus imbricatus 0,22% 0,52% 0,92% 1,66% 5 Eurya nitida 0,07% 0,17% 0,01% 0,26% 6 Ficus sp. 0,07% 0,17% 0,02% 0,27% 7 Garcinia hombroniana 1,04% 0,87% 1,49% 3,39% 8 Garcinia parvifolia 0,22% 0,35% 0,14% 0,71% 9 Madhuca laurifolia 7,40% 1,04% 4,84% 13,28% 10 Gomphia serrata 0,96% 1,04% 0,30% 2,30% 11 Campnosperma auriculatum 3,33% 1,91% 6,95% 12,20% 12 Hydnocarpus kunstleri 0,59% 0,52% 0,17% 1,29% 13 Naigea neriifolium 0,22% 0,35% 0,07% 0,64% 14 Palaquium hexandrum 1,55% 1,04% 2,62% 5,22% 15 Rhodomyrtus tomentosa 0,07% 0,17% 0,09% 0,34% 16 Syzygium sp. 2,22% 2,26% 1,70% 6,18% 17 Unknown 2,52% 2,26% 1,24% 6,02% 18 Swintonia floribunda 0,52% 0,35% 1,47% 2,34% 19 Symingtonia populnea 0,74% 0,70% 2,43% 3,86% 20 Gironniera subaequalis 2,66% 1,74% 1,41% 5,82% 21 Tetrameristra glabra 0,07% 0,17% 0,03% 0,28% 22 Tristaniopsis whiteana 2,22% 1,04% 2,12% 5,39% 23 Gymnostoma sumatrana 1,70% 1,04% 2,71% 5,46% Sumber: Nurmansyah (in press) Diketahui bahwa untuk jenis-jenis pakan preferensi memiliki nilai INP rendah, seperti pada Eurya nutida 0,26%, Tetrameristra glabra 0,28%, Naigea neriifolium 0,64%, dan Rhodomyrtus tomentosa 0,34%. Pengetahuan tentang ketersediaan pakan satwa tidak cukup hanya dengan mengetahui struktur dan komposisi jenis pohon pakan yang dilakukan dengan analisis vegetasi, namun perlu dilakukan monitoring pohon pakan atau yang disebut dengan fenologi untuk mengetahui jumlah produktivitas/ketersediaan bagian yang dimakan oleh orangutan, seperti buah, bunga, dan daun muda, karena

18 a b c d e f g

19 45 Hasil analisis proksimat diketahui kandungan protein, karohidrat, lemak, kadar air, serat kasar, dan kadar abu. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil analisis proksimat terhadap jenis-jenis pakan orangutan sumatera No Jenis sampel Bagian Kadar Karbohidrat Protein Lemak Serat Abu air (%) (%) (%) (%) kasar (%) (%) 1 N. neriifolium Buah 67,69 26,72 1,71 0,16 3,07 0,66 2 A.borneensis Buah 76,17 13,85 1,58 0,95 6,36 1,095 3 D.imbricatus Buah 50,61 25,31 2,93 9,26 10,87 1,04 4 T. glabra Buah 89,88 6,64 0,41 0,15 2,63 0,30 5 C.auriqulatum Buah 86,35 10,74 0,56 0,13 1,85 0,38 6 Liana Intisari 87,33 7,92 0,91 0,12 2,99 0,76 7 Pandan batang 92,03 4,44 0,59 0,095 2,21 0,64 Diantara tujuh jenis sampel tersebut, jenis yang memiliki kandungan karbohidrat dengan urutan paling tinggi adalah Naigea nerifolium (26,72%), Dacrycarpus imbricatus (25,31%), Agathis borneensis (13,85%), Camnosperma auriqulatum (10,74%), Freycinetea sp. (7,92%), Tetrameristra glabra (6,64%), dan pandan (4,44%). Orangutan banyak makan jenis Naigea neriifolium. Jenis ini merupakan jenis yang tergolong preferens. Pertimbangan dalam pemilihan jenis ini diduga karena cepat dalam mencukupi kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari. Hasil analisis proksimat bahwa kandungan karbohidrat Naigea neriifolium adalah paling tinggi dari jenis-jenis lainnya yang diujikan, yaitu 26,72%. Karbohidrat ini memegang peranan sangat penting di dalam tubuh satwa, karena bila energi terpenuhi untuk target produksi tertentu maka kebutuhan protein, mineral, dan vitamin dengan sendirinya akan tercukupi, dan suplai asam amino mungkin membatasi produksi (Reksohadiprodjo 1988). Jenis pakan yang memiliki kandungan protein dengan urutan paling tinggi adalah Dacrycarpus imbricatus (2,93%), Naigea nerifolium (1,71%), Agathis borneensis (1,58%), Freycinetea sp. (0,91%), pandan (0,59%), Campnosperma auriqulatum (0,56%), Tetrameristra glabra (0,41%). Protein juga memegang peranan penting untuk pertumbuhan dan aktivitas metabolisme dalam tubuh hewan, terutama untuk hewan yang diproduksikan untuk produksi daging (Parakkasi 1995). Pakan sumber protein untuk hewan adalah pakan yang mengandung protein kasar lebih dari 20% (NRC 1981). Hasil analisis jenis pakan yang memiliki kandungan protein dengan urutan paling tinggi adalah Dacrycarpus imbricatus (2,93%), Naigea nerifolium (1,71%), Agathis borneensis (1,58%), Freycinetea sp. (0,91%), pandan (0,59%), Campnosperma auriqulatum

20 46 (0,56%), Tetrameristra glabra (0,41%). Kadar ini cukup tinggi dibandingkan dengan kadar protein daun makanan siamang (Hylobates syndactylus) 0,13% (Harianto 1988 dalam Bismark 1994) dan kadar protein daun makanan bekantan (Nasalis larvatus) antara 7,27-11,16% (Bismark 1994). Hasil analisis jenis pakan yang memiliki kandungan lemak dengan urutan paling tinggi adalah Dacrycarpus imbricatus (9,26%), Agathis borneensis (0,95%), Naigea nerifolium (0,16%), Tetrameristra glabra (0,15%), Campnosperma auriqulatum (0,13%), Freycinetea sp. (0,12%), Pandanus sp. (0,095%). Hasil analisis proksimat kandungan lemak dari ke 7 contoh tergolong rendah, yaitu paling tinggi hanya 0,95% yang terdapat dalam spesies Agathis borneensis dan paling rendah hanya 0,095% pada spesies Pandanus sp. Dalam tubuh, lemak berfungsi sebagai cadangan makanan jika karbohidrat telah habis dirombak sebagai energi. Selain itu fungsi lemak adalah suspensi bagi vitamin A, D, E, dan K yang berguna untuk proses biologis, penahan goncangan untuk melindungi organ vital, dan melindungi tubuh dari suhu luar yang kurang mendukung (Widodo 2002). Pada saat penelitian kondisi orangutan tergolong sehat. Hal ini dapat dilihat dari penampakan fisik, yakni kulit tampak cerah (tidak kusam), tubuh terlihat gemuk, dan pergerakannya yang lincah. Kandungan lemak yang rendah ini tidak bermasalah bagi kebutuhan nutrisi orangutan, karena kadar lemak yang rendah dapat disubtitusi dari lemak dalam pakan lainnya. Hasil analisis jenis pakan yang memiliki kandungan serat kasar dengan urutan tertinggi yaitu Dacrycarpus imbricatus (10,87%), Agathis borneensis (6,36%), Naigea nerifolium (3,07%), Freycinetea sp. (2,99%), Tetrameristra glabra (2,63%), Pandanus sp. (2,21%), Campnosperma auriqulatum (1,85%). Serat sangat penting dalam pencernaan, selain itu mencegah dari timbulnya penyakit. Komposisi serat terdiri dari selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin dan lain-lain. Komposisi ini dipengaruhi oleh spesies tumbuhan, bagian tumbuhan (daun, akar, batang) dan derajat kematangan tumbuhan tersebut (Tala 2009). Kadar Abu atau yang biasa disebut mineral memiliki peranan penting dalam tubuh satwa. Kadar abu paling tinggi dari ke 7 contoh adalah spesies Freycinetea sp. 0.76%. Dalam tubuh, mineral hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, apabila termakan dalam jumlah besar dapat bersifat racun. Mineral yang diketahui bersifat

21 47 toksik diantaranya selenium, fluorin, arsen, timah hitam, perak, dan molibdenum. Mineral berfungsi sebagai metabolisme tubuh dan melancarkan pencernaan. Selain itu untuk memelihara tekanan osmotik cairan tubuh, menjaga kepekatan otot dan syaraf, dan mengatur transport zat makanan dalam sel. Selain itu berfungsi untuk perbaikan dan pertumbuhan jaringan seperti dalam gigi dan tulang (K, F dan Mg), perbaikan bulu/rambut, tanduk dan kuku, jaringan lunak dan sel darah (Widodo 2002). Hasil analisis jenis pakan yang memiliki kadar air dengan urutan tertinggi yakni Pandanus sp. (92,03%), Tetrameristra glabra (89,88%), Freycinetea sp. (87,33%), Campnosperma auriqulatum (86,35%), Agathis borneensis (76,17%), Naigea neriifolium (67,69%), Dacrycarpus imbricatus (50,61%). Hasil analisis jenis pakan yang memiliki kadar abu dengan urutan tertinggi yakni Agathis borneensis (1,09%), Dacrycarpus imbricatus (1,04%), Freycinetea sp. (0,76%), Naigea neriifolium (0,66%), Pandanus sp. (0,64%), Campnosperma auriqulatum (0,38%), Tetrameristra glabra (0,30%). Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis). Penentuan kadar air dalam analisis proksimat ini sangat penting untuk diketahui. Mutu stabilitas suatu contoh pakan ditentukan oleh kadar air yang merupakan salah satu syarat utama pada pengujian contoh pakan. Syarat tersebut harus dipenuhi, karena jika kadar air melebihi standar, akan menyebabkan produk tersebut rentan ditumbuhi mikroba atau jasad renik lainnya sehingga akan mempengaruhi kestabilannya. Kandungan air dalam bahan pakan menentukan acceptability, kesegaran, dan sangat berpengaruh terhadap masa simpan contoh pakan, karena air dapat mempengaruhi sifat-sifat fisik atau adanya perubahan-perubahan kimia seperti contoh, kandungan air dapat mempengaruhi tekstur, kenampakan, dan cita rasa bahan pakan (Buckle et al dalam Winarno 2002). Tujuh contoh pakan yang diujikan, spesies yang memiliki kandungan nutrisi terbaik adalah Dacrycarpus imbricatus. Spesies ini memiliki kandungan nutrisi yang terbaik daripada yang lainnya. Bagian yang dimakan dari spesies ini adalah buah. Buah Dacrycarpus imbricatus berbentuk bulat lonjong dan agak mirip dengan kacang hijau, berwarna hijau ketika belum masak, dan merah ketika sudah

22 48 masak. Rasa buah ini adalah sepat-manis. Rasa sepat ini diduga karena dalam lapisan kulit buah terdapat getah (Gambar 14e). Ketersediaan spesies Dacrycarpius imbricatus dalam plot permanen tergolong rendah, yakni 1,66%, namun di luar plot masih bisa dijumpai jenis ini. Hasil wawancara dengan salah satu ahli primata di Batang Toru, bahwa buah ini juga dimakan oleh Hylobates syndactylus (siamang) dan Hylobates agilis (owa ungko).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di stasiun penelitian Yayasan Ekosistem Lestari Hutan Lindung Batang Toru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera

Lebih terperinci

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP. 21 BAB V HASIL 5.1 Distribusi 5.1.1 Kondisi Habitat Area penelitian merupakan hutan hujan tropis pegunungan bawah dengan ketinggian 900-1200 m dpl. Kawasan ini terdiri dari beberapa tipe habitat hutan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Orangutan. tetapi kedua spesies ini dapat dibedakan berdasarkan warna bulunnya

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Orangutan. tetapi kedua spesies ini dapat dibedakan berdasarkan warna bulunnya TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Orangutan Secara morofologis orangutan Sumatera dan Kalimantan sangat serupa, tetapi kedua spesies ini dapat dibedakan berdasarkan warna bulunnya (Napier dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Orangutan Orangutan merupakan hewan vertebrata dari kelompok kera besar yang termasuk ke dalam Kelas Mamalia, Ordo Primata, Famili Homonidae dan Genus Pongo, dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Umum Habitat Kawasan Hutan Batang Toru Bagian Barat merupakan hutan hujan tropis primer yang sebagian besar merupakan areal konsesi Hak Pengusahaan Hutan (HPH)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dimulai bulan Juni hingga Agustus 2011. Lokasi penelitian bertempat di Kawasan Hutan Batang Toru Bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-Ekologi Orangutan 2.1.1 Klasifikasi Nama orangutan merujuk pada kata orang (manusia) dan hutan yang berarti manusia hutan (Galdikas 1978). Sebelum genus Pongo digunakan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-ekologi Ungko (Hylobates agilis) dan Siamang (Symphalangus syndactylus) 2.1.1 Klasifikasi Ungko (Hylobates agilis) dan siamang (Symphalangus syndactylus) merupakan jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan

I. PENDAHULUAN. Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Distribusi dan status populasi -- Owa (Hylobates albibarbis) merupakan satwa endemik di Kalimantan Tengah. Distribusi owa (H. albibarbis) ini terletak di bagian barat daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan primer (primary forest) adalah hutan yang telah mencapai umur lanjut dan ciri struktural tertentu yang sesuai dengan kematangannya serta memiliki sifat-sifat

Lebih terperinci

EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA

EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA Jito Sugardjito Fauna & Flora International-IP Empat species Great Apes di dunia 1. Gorilla 2. Chimpanzee 3. Bonobo 4. Orangutan Species no.1 sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Nilai Gizi Pakan Gizi pakan rusa yang telah dianalisis mengandung komposisi kimia yang berbeda-beda dalam unsur bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke dalam keluarga Hylobatidae. Klasifikasi siamang pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Hylobates syndactylus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pongo pygmaeus di Borneo dan orangutan Pongo abelii di Sumatera merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Pongo pygmaeus di Borneo dan orangutan Pongo abelii di Sumatera merupakan TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Orangutan Sumatera Orangutan berasal dari bahasa melayu yaitu orang hutan. Orangutan Pongo pygmaeus di Borneo dan orangutan Pongo abelii di Sumatera merupakan satu-satunya kera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2011. Lokasi penelitian berada di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai obat. Sekarang ini banyak sekali berbagai jenis obat yang dikemas

BAB I PENDAHULUAN. sebagai obat. Sekarang ini banyak sekali berbagai jenis obat yang dikemas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali dijumpai berbagai jenis sirup, dari asam sampai yang paling manis. Sirup itu sendiri merupakan sediaan minuman cair berupa larutan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

Kampus USU Medan 20155

Kampus USU Medan 20155 Analisis Karakteristik Pohon dan Sarang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Bukit Lawang Kabupaten Langkat Analysis of the Trees and Nest Characteristics of Sumatran Orangutan (Pongo abelii) in Bukit

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

Lampiran 2. Peta sebaran pohon pakan orangutan jantan dan betina dewasa (Jenggot dan Minah) berdasarkan ketinggian pohon (m dpl)

Lampiran 2. Peta sebaran pohon pakan orangutan jantan dan betina dewasa (Jenggot dan Minah) berdasarkan ketinggian pohon (m dpl) Lampiran 1. Peta sebaran pohon pakan Orangutan jantan dan betina dewasa (Jenggot dan Minah) berdasarkan kelas diameter pohon Lampiran 2. Peta sebaran pohon pakan orangutan jantan dan betina dewasa (Jenggot

Lebih terperinci

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao TANAMAN PERKEBUNAN Kelapa Melinjo Kakao 1. KELAPA Di Sumatera Barat di tanam 3 (tiga) jenis varietas kelapa, yaitu (a) kelapa dalam, (b) kelapa genyah, (c) kelapa hibrida. Masing-masing mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan sumber daya genetik (plasma nutfah) yang sangat besar. Oleh karena itu Indonesia termasuk negara dengan megabiodiversity terbesar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti daging, telur dan susu, semakin meningkat seiring meningkatnya pengetahuan dan pendapatan.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Lampiran 2. Foto Objek Fokal Orangutan Dalam Penelitian Individu jantan dewasa Individu jantan remaja Individu betina dewasa Individu betina dewasa bersama anaknya Lampiran

Lebih terperinci

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN 1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang membentang di wilayah 10 Kabupaten dan 2 Provinsi tentu memiliki potensi wisata alam yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa Cugung, KPHL Gunung Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Klasifikasi ilmiah orangutan Sumatera menurut Groves (2001) adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Klasifikasi ilmiah orangutan Sumatera menurut Groves (2001) adalah TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Klasifikasi ilmiah orangutan Sumatera menurut Groves (2001) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Subfilum Kelas Bangsa Keluarga

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kondisi Penangkaran Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Bogor terletak di Jalan Raya Bogor-Jakarta KM 46, Desa Sampora, Kecamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus L. Merr) Nanas merupakan tanaman buah yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yoghurt merupakan salah satu bentuk produk minuman hasil pengolahan susu yang memanfaatkan mikroba dalam proses fermentasi susu segar menjadi bentuk produk emulsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

KONSERVASI Habitat dan Kalawet

KONSERVASI Habitat dan Kalawet 113 KONSERVASI Habitat dan Kalawet Kawasan hutan Kalimantan merupakan habitat bagi dua spesies Hylobates, yaitu kalawet (Hylobates agilis albibarbis), dan Hylobates muelleri. Kedua spesies tersebut adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penampilan Produksi Sapi Madura Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sapi PO maupun sapi Brahman, turunan dari Bos indicus. Sapi

Lebih terperinci

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan keberadaannya banyak dijumpai, seperti pada kayu-kayu yang sudah lapuk ataupun di berbagai tanaman

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Berdasarkan hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah pada 20 buah petak contoh di Arboretum PT Arara Abadi diperoleh jumlah tumbuhan bawah

Lebih terperinci

UJI PROTEIN DAN LEMAK PADA TELUR ASIN HASIL PENGASINAN DENGAN ABU PELEPAH KELAPA

UJI PROTEIN DAN LEMAK PADA TELUR ASIN HASIL PENGASINAN DENGAN ABU PELEPAH KELAPA UJI PROTEIN DAN LEMAK PADA TELUR ASIN HASIL PENGASINAN DENGAN ABU PELEPAH KELAPA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Oleh: SUPRAPTI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Itik adalah salah satu jenis unggas yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler merupakan salah satu ternak yang penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Ransum merupakan faktor yang penting dalam peningkatan produksi

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis proksimat bahan uji sebelum dan sesudah diinkubasi disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji ditunjukkan pada Tabel 3. Sementara kecernaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal

Lebih terperinci

STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG

STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG Sri Sumarni Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang e-mail : sri_nanisumarni@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian PENDAHULUAN Latar Belakang Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan. Pengolahan buahbuahan bertujuan selain untuk memperpanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak serta zat yang lain yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Usaha untuk meningkatkan konsumsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam melimpah. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Bicara tentang diabetes pasti juga perlu membicarakan mengenai diet makanan bagi penderita diabetes. Diet makanan bagi penderita diabetes dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-ekologi Orangutan 2.1.1 Klasifikasi Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di benua Asia dan satu-satunya kera besar yang rambutnya berwarna coklat kemerahan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman hayati yang terkandung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 106 Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 1. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa energi matahari akan diserap oleh tumbuhan sebagai produsen melalui klorofil untuk kemudian diolah menjadi

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu yang banyak mengandung vitamin, mineral, protein, karbohidrat dan lemak. Es krim banyak disukai setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pakan. Davendra, (1993) mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan berat badan maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ungko (Hylobates agilis) dan siamang (Symphalangus syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke dalam keluarga Hylobatidae. Klasifikasi ungko dan siamang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari PENDAHULUAN Latar Belakang Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari campuran sari buah dan air dengan penambahan bahan pembentuk gel yang dapat membuat teksturnya menjadi kenyal.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di Malaysia (Semenanjung Malaya) H. syndactylus continensis (Gittin dan Raemaerkers, 1980; Muhammad,

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

Pengalaman Melaksanakan Program Restorasi di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Resort Sei Betung 2007-2011

Pengalaman Melaksanakan Program Restorasi di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Resort Sei Betung 2007-2011 Pengalaman Melaksanakan Program Restorasi di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Resort Sei Betung 2007-2011 Kondisi Umum Sei Betung Hutan primer Sei Betung, memiliki keanekaragaman hayati yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan, oleh karena itu penyediaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci