Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam Novel Remaja Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek. Makalah Non-Seminar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam Novel Remaja Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek. Makalah Non-Seminar"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam Novel Remaja Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek Makalah Non-Seminar Candra Bayu Salam Pembimbing Eliza Gustinelly, M.A FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI BELANDA DEPOK JUNI 2016

2 i

3 ii

4 iii

5 iv

6 Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam Novel Remaja Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek Candra Bayu Salam ( ) Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia. Abstrak Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi antara sesama manusia. Ragam bahasa pada setiap orang dapat berbeda karena banyak faktor. Ragam bahasa laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik masing-masing menurut para ahli. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan antara ragam bahasa remaja laki-laki dan perempuan melalui ujaranujaran tokoh didalam novel Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka. Setelah dianalisis, ditemukan bahwa terdapat beberapa ujaran yang tidak sesuai dengan ciri ragam bahasa laki-laki dan perempuan menurut para ahli linguistik didalam novel remaja ini. kata kunci: bahasa, laki-laki, perempuan, ujaran, novel remaja. The Analysis of Language Variety of Youth Men and Women in Teen Novel Ik ben jouw vriend niet meer by Peter van Beek Abstract Language plays an important role in communication among people. Variety of language on every person can vary due to many factors. Language varieties of men and women have their own characteristics, according to experts. This study aims to look at the differences between the various languages of teenage boys and girls through the utterances of the characters in the novel Ik ben jouw vriend niet meer by Peter van Beek. The method used in this study is a literature review. Once analyzed, it was found that there are several utterances that do not fit with the explanation of the notion based on the experts in the novel. keywords: language, male, female, speech, young adult novels I. Pendahuluan Menurut Fodor (1974), Bahasa adalah sistem simbol dan tanda. Yang dimaksud dengan sistem simbol adalah hubungan simbol dengan makna yang bersifat konvensional. Sedangkan yang dimaksud dengan sitem tanda adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan konvensional tetapi ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi 1

7 yang dimaksud. Dengan bahasa, manusia dapat berhubungan satu sama lain. Akan tetapi, ragam bahasa yang digunakan oleh satu orang dengan yang lainnya cenderung dapat berbeda karena banyak faktor. Menurut Chaer dan Agustina (2003), variasi bahasa merupakan keragaman atau perbedaan dalam penggunaan bahasa. Variasi bahasa terjadi karena penutur bahasa yang tidak homogen. Perbedaan bahasa terjadi karena banyak faktor. Misalnya faktor kelas sosial atau pendidikan, yang biasa disebut elaborated code dan resticted code atau bahasa formal dan informal. Selain itu bahasa juga dapat dipengaruhi oleh usia. Orang yang sudah dewasa biasanya akan lebih menggunakan ragam bahasa yang formal karena telah memiliki banyak kosakata. Sedangkan pada anak-anak, mereka biasanya menggunakan ragam bahasa yang lebih sederhana. Perbedaan ini juga dapat terjadi karena adanya perbedaan jenis kelamin antar penutur, yaitu laki-laki dan perempuan. Apa yang membedakan seorang laki-laki dan perempuan berbeda? Yang membedakan tidak hanya jenis kelamin, pakaian, sikap, cara bergerak, mereka juga berbicara dan mendengar dengan cara yang berbeda (Oppermann dan Weber, 1997). Oleh karena itu, secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa dalam percakapan sehari-hari, laki-laki dan perempuan berbicara menggunakan ragam bahasa yang berbeda, baik secara sadar maupun tidak. perbedaan cara berbahasa laki-laki dan perempuan bertumpu pada konteks jaringan sosial dan maksud pembicara. Maksud pembicara ditentukan oleh beberapa konteks, yaitu waktu, tempat, peristiwa, etnik, agama, lingkungan sosial, ekonomi, politik dan mitra tutur. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti novel Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek sebagai korpus. Peter van Beek merupakan seorang penulis laki-laki yang berkewarganegaraan Belanda. Buku ini merupakan salah satu karyanya yang diterbitkan pada tahun 1997 oleh penerbit Kok Educatief. Novel Ik ben jouw vriend niet meer bercerita tentang percintaan sekaligus pertemanan. Novel ini dibangun dengan tiga tokoh sentral, yaitu Daaf, Bram dan Elsa. Cerita cinta, persahabatan dan persaingan sangat kental didalam novel ini. Tokoh Daaf dan Elsa berusaha untuk menjebak temannya, yaitu Bram karena Bram dianggap selalu superior dibanding mereka berdua. Didalam suatu novel tentunya banyak hal yang dapat disorot dan diteliti lebih dalam seperti, alur, ruang, waktu dan penokohan. Pada novel remaja biasanya akan terdapat penggunaan bahasa yang lebih menarik karena sesuai dengan tujuan pembaca yaitu remaja yang bi asanya lebih sering menggunakan bahasa yang sedang trend. Novel remaja biasanya 2

8 dibangun oleh dua tokoh sentral, yaitu tokoh laki-laki dan perempuan. Masalah penelitian yang akan dibahas didalam penulisan ini adalah ini adalah: Bagaimana ragam bahasa remaja laki-laki dan perempuan dalam novel Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek ditampilkan, dilihat dari ujaran-ujaran yang lugas dan tegas, penggunaan kata sifat dan ujaran-ujaran yang penuh dengan keyakinan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan antara ragam bahasa laki-laki dan perempuan yang terdapat pada novel remaja Ik ben jouw vriend niet meer lewat percakapan antara tokoh-tokoh yang terdapat didalam cerita. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan adalah studi pustaka. Peneliti pertama-tama akan membaca teori mengenai ragam bahasa laki-laki dan perempuan menurut para ahli linguistik. Lalu peneliti akan mencari korpus yang sesuai dengan topik penelitian. Selanjutnya peneliti akan memilah-memilah dialog yang terdapat didalam cerita. Kemudian peneliti akan menganalisis potongan-potongan dialog yang terdapat dalam cerita dengan teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli linguistik. Langkah terakhir peneliti akan membuat kesimpulan berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Landasan Teori Menurut Oppermann dan Weber (1997) ragam bahasa laki-laki yang sering muncul adalah laki-laki biasanya berbicara seputar status dan kekuasaan, laki-laki berbicara secara tegas, jelas dan langsung, laki-laki memformulasikan kalimat-kalimatnya secara sederhana dan tanpa rasa keragu-raguan, laki-laki cenderung kompetitif dan nonkooperatif. Sebaliknya, ciri ragam bahasa perempuan yang sering muncul adalah perempuan sering mengeluarkan pendapatnya dengan hati-hati, seperti menggunakan bentuk kalimat tanya (Oppermann dan Weber: 1997), perempuan sering menggunakan saya kira walaupun mereka sebenarnya sangat yakin, perempuan memperhalus kata-kata mereka seperti menggunakan; bentuk konjungtif yang tidak perlu, partikel, permintaan maaf, pernyataan yang menjadi pertanyaan. Selain itu, Robin Lakoff dalam buku nya yang berjudul Language and women's place (1973) membuat beberapa stereotipe mengenai ragam dan gaya berbicara yang lekat dengan perempuan. Berikut 10 stereotipe ragam bahasa perempuan yang lekat dengan perempuan : 1. Kontur intonasi berbicara perempuan lebih bervariasi daripada laki-laki. 3

9 2. Perempuan lebih banyak menggunakan eufemis atau diminutif daripada laki-laki. 3. Perempuan lebih banyak menggunakan bentuk-bentuk ekspresif seperti kata sifat. 4. Perempuan menggunakan pola intonasi dengan nada pertanyaan, mengindikasi ketidakpastian atau membutuhkan penerimaan. 5. Suara perempuan lebih mendesah daripada laki-laki. 6. Perempuan lebih menggunakan bahasa-bahasa yang tersirat dan lebih sopan daripada laki-laki 7. Didalam percakapan perempuan lebih sering diinterupsi. 8. Gaya komunikatif perempuan lebih bersifat kolaboratif daripada kompetitif. 9. lebih banyak perempuan yang berekspresi secara non-verbal (melalui gestur dan intonasi) daripada laki-laki. 10. Ketika berbicara, perempuan cenderung berhati-hati dalam penggunaan bahasanya, seperti menggunakan gramatika yang lebih baik daripada laki-laki. Perempuan juga sering menungkapkan sesuatu secara tidak lansung, mengutamakan intonasi bertanya pada kalimat pernyataan dan permintaan (Samel: 1995), menggunakan tag-questions, menggunakan bentuk penghalusan, mengungkapkan kalimat dengan lebih baik dan benar secara sintaksis, dan bersifat kooperatif. sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa laki-laki berbicara secara langsung atau frontal. Sedangkanmenurut Dede Brouwer (1991), perempuan berkomunikasi satu dengan lainnya atas dasar sesama perempuan atau tidak mengenal klasifikasi sosial dan laki-laki berkomunikasi satu dengan lainnya atas dasar kekuasaan. Perempuan sering membicarakan mengenai perasaan dan hubungan ketika mereka sedang berbincang-bincang, sedangkan laki-laki lebih sering membicarakan tentang olahraga, kompetisi dan bisnis yang pernah mereka baca atau dengar. Perempuan sering menggunakan bentuk kata-kata yang tersirat dan tidak jelas maksudnya. Bentuk kata-kata tersebut sering digunakan perempuan ketika berbicara dengan laki-laki. Ketika perempuan berbicara mereka lebih ke arah penerimaan dan pengakuan. Mereka juga dapat saling bertukar pengalaman pribadi. (Brouwer: 1991). Laki-laki lebih mengambil jarak ketika berbicara satu sama lain. Mereka lebih memilih membicarakan aktivitas umum daripada membicarakan masalah mereka. Mereka lebih sering membicarakan masalah mereka dengan perempuan. Mereka lebih merujuk kepada hierarki/tingkatan dan menghindari segala hal yang menunjukkan kelemahan mereka. Selain itu, laki-laki sangat rasional dan teknis (Brouwer: 1991). Oleh karena itu perempuan ketika berbicara, perempuan lebih terlihat kooperatif sedangkan laki-laki ketika berbicara laki-laki lebih terlihat kompetitif (Brouwer: 1991). 4

10 Batasan Masalah Peneliti hanya akan melihat dan membahas dialog yang diujarkan oleh tiga tokoh sentral, yaitu Daaf, Bram dan Elsa. Penelitian ini hanya berfokus pada ragam bahasa laki-laki yang berbicara secara langsung, tegas dan jelas. sedangkan perempuan biasanya lebih memperhalus ujarannya. Kedua penelitian ini juga membahas tentang penggunaan kata sifat. Terakhir penelitian ini juga akan berfokus pada keyakinan ujaran antara laki-laki dan perempuan. II. Analisis dan Pembahasan Pada bagian pembahasan peneliti akan memetakan bagian-bagian dialog yang memunculkan ciri-ciri ragam bahasa laki-laki dan perempuan. Kemudian potongan-potongan dialog tersebut akan dianalisis secara mendalam. Selanjutnya peneliti akan membuktikan apakah potonganpotongan dialog tersebut sesuai atau tidak dengan ciri-ciri ragam bahasa laki-laki maupun perempuan. Peneliti pertama akan membahas tentang ujaran secara tegas, lugas dan jelas yang merupakan ciri ragam bahasa laki-laki. Namun sangat sering ditampilkan didalam novel remaja ini. Kedua Peneliti akan membahas tentang penggunaan kata sifat. Terakhir peneliti akan membahas dan menganalisis tentang keyakinan ujaran didalam novel Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek. II.1 Pada pembahasan yang pertama peneliti akan melihat dan menganalisis mengenai ujaran secara langsung dan tidak langsung pada ragam bahasa laki-laki dan perempuan. Menurut para ahli laki-laki biasanya berbicara secara langsung, tegas dan jelas, sedangkan perempuan biasanya lebih memperhalus kata-kata saat berbicara dengan lawan bicara. 1. Elsa :Het kan niet mislukken. We hebben het goed voorbereid. Straks haal je vijfhonderd gulden 1 van de bank. Het geld breng je naar mij. Ik doe het geld in een portemonne. Het is een gaaf plan. (Rencana ini tidak akan gagal. Kita sudah mempersiapkannya dengan sangat baik. Segera ambil uang lima ratus gulden dari tabunganmu. Kemudian 1 Merupakan mata uang negara Belanda sebelum negara Belanda menggunakan mata uang Euro. 5

11 berikan uang itu kepadaku. Aku akan menyimpan uang itu kedalam dompet. Ini rencana yang bagus) 2. Daaf :Als het maar goed afloopt. Anders ben ik vijfhonderd gulden kwijt. (Semoga saja berhasil. Apabila gagal maka aku akan kehilangan uang lima ratus gulden) 3. Elsa: Je moet niet zo twijfelen. Het mislukt echt niet. (Kamu tidak boleh ragu. Rencana ini tidak akan gagal) 4. Daaf: Ik doe het voor jou. (Aku melakukan ini untuk kamu) Ciri ragam bahasa laki-laki terlihat pada ujaran nomor 2 saat Daaf berbicara kepada Elsa. Ketika Daaf merasa takut kehilangan uangnya. Daaf mengatakan langsung bahwa ia benarbenar takut apabila rencana nya gagal dan ia kehilangan uangnya tanpa menggunakan bentuk penghalusan (Oppermann dan Weber: 1997) 5. Elsa: Waar denk je aan? (Apa yang kamu pikirkan?) 6. Daaf: Aan Bram (Tentang Bram) 7. Elsa: Hij is overal goed in. Hij haalt hoge cijfers. Hij is de beste van de klas. En hij speelt graag de baas over iedereen. Daarom heeft hij een lesje nodig. We nemen het plan nog een keer door. (Dia itu bisa apa saja. Dia mendapat nilai yang bagus. Dia yang terbaik di kelas. Dia selalu seolah olah membuat dirinya menjadi bos diantara kita semua. Oleh karena itu kita harus memberikan dia sedikit pelajaran. Kita lakukan rencana ini sekali saja.) 8. Daaf: Goed (Baiklah) Pada dialog nomor 6 dan 8 juga terdapat ciri ragam bahasa laki-laki pada ujaran Daaf. Daaf memformulasikan kata-kata nya dengan singkat dan jelas. Laki-laki sering menjawab dengan 6

12 singkat (respon minimal) dibanding perempuan yang biasanya menggunakan lebih banyak kata-kata (Lakoff: 1973). 9. Daaf: Komt snel, naar mijn kamer. Het is hetzelfde handschrijft. (Cepat kesini. ke kamarku. Ini tulisan yang sama.) 10. Bram: Wat een gemene streek! (Apa-apaan ini!) Pada dialog antara Daaf dan Bram nomor 9 terlihat ragam bahasa remaja laki-laki. Daaf mengatakan kata-katanya dengan lugas dan jelas tanpa ada kiasan kata sedikitpun. Hal ini tentunya sesuai dengan teori yang dikemukankan oleh Oppermann dan Weber dimana lakilaki memformulasikan kata-kata nya dengan jelas,lamgsung dan tegas. 11. Bram: Dus je gaat niet mee? (Jadi kamu tidak mau ikut?) 12. Daaf: Nee, het is jouw geld. Je doet het maar allen. (Tidak. Itu uangmu. Kamu gunakan saja sendiri.) Pada percakapan antara Bram dan Daaf diatas, terlihat pada nomor 12 bahwa Daaf mengatakan sesuatu secara langsung dan jelas tanpa memperhalus ataupun memformulasikan kata-katanya agar terdengar lebih baik. Satu dari sepuluh stereotipe yang dirumuskan oleh Robin Lakoff (1973) mengatakan bahwa perempuan biasanya lebih menggunakan bahasa yang tersirat dan lebih sopan. Sedangkan laki-laki berbicara secara langsung, tegas dan lugas. 13. Bram: Zet de muziek uit! Ik wil iets zeggen. Laten we het mooiste meisje uit de klas kiezen. Alleen de jongens mogen stemmen. (Matikan musik! Aku ingin mengatakan sesuatu. Bagaimana kalau kita pilih perempuan yang paling cantik di kelas. Hanya anak laki-laki yang boleh bersuara.) 14. Jongens: Doen, doen, doen! (Ayo, ayo, ayo!) 15. Bram: Allemaal stil! (Semua tenang!) 7

13 Pada ujaran Bram diatas terlihat di nomor 13 dan 15. Bram mengungkapkan dan memformulasikan kata-katanya secara langsung, tegas dan jelas saat Bram meminta untuk mematikan musik dan memberikan instruksi. Ujaran Bram tentunya sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Oppermann dan Weber (1997), dimana laki-laki memformulasikan katakatanya dengan jelas dan tegas tanpa menggunakan penghalusan. 16. Elsa: Waar ligt een grote steen? (Dimana letak batu besar?) 17. Daaf: Bij de molen! (Di dekat kincir angin!) 18. Elsa: Dat is niet in het midden van de stad. (Tetapi itu tidak berada ditengah kota.) Pada ujaran Daaf nomor 17 di atas, Daaf menjawab pertanyaan Elsa dengan lugas dan jelas. Hal ini tentunya sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Oppermann dan Weber (1997). Menurut Oppermann dan Weber (1997), pria berbicara lebih jelas dan langsung, pria memformulasikan kalimat-kalimat mereka dengan tegas dan pasti, pria cenderung kompetitif dan nonkooperatif. 19. Elsa: Die N is Nederland! In het midden van Nederland ligt grote steen. (N adalah Belanda! Di tengah negara Belanda terletak batu besar.) 20. Daaf: Het middelpunt van Nederland. Waar is dat? (Sebuah titik tengah di negara Belanda. Di manakah itu?) 21. Elsa: In Lunteren 2. Vorig jaar ben ik er geweest. (Di Lunteren. Tahun lalu aku di sana.) 22. Daaf: Lunteren? (Lunteren?) 23. Elsa: Een dorp op de Veluwe 3. We gaan erheen! (Sebuah desa di Veluwe. Kita akan ke sana.) 2 Merupakan sebuah kota kecil di provinsi Gelderland, Belanda. 3 Merupakan sebuah daerah yang dipenuhi pepohonan di provinsi Gelderland, Belanda. 8

14 Pada ujaran Elsa kepada Daaf di atas, Elsa menjawab pertanyaan Daaf secara lugas dan pasti. Sedangkan menurut Oppermann dan Weber (1997), perempuan sering menggunakan kata "saya kira" walaupun sebenarnya mereka sangat yakin dengan ujaran mereka. 24. Elsa: Je kunt nu kiezen. Bram of mij. (Sekarang kamu bisa memilih. Bram atau aku.) 25. Daaf: Stik jij maar! (Mati saja kau!) Pada ujaran nomor 25 ketika Daaf berbicara kepada Elsa diatas, Daaf mengatakan secara lugas dan pasti. Daaf menggunakan umpatan dan menanggapi secara langsung pernyataan Elsa. Hal ini tentunya sesuai dengan teori ragam bahasa laki-laki dan perempuan dan perempuan menurut Oppermann dan Weber (1997), pria berbicara lebih jelas dan langsung, pria memformulasikan kalimat-kalimat mereka dengan tegas dan pasti. 26. Bram: Ben je bang of zo? (Apakah kamu takut?) 27. Daaf: Helemaal niet. (Tidak sama sekali.) 28. Bram: Nou, kom op dan! (Ayo masuk!) Ujaran Daaf kepada Bram pada nomor 27 diatas, memperlihatkan bahwa Daaf benar-benar tidak takut kepada Bram. Daaf mengatakan itu secara tegas dan pasti. Menurut Robin Lakoff, laki-laki cenderung berbicara secara langsung, tanpa memformulasikan kata-kata untuk memperhalus ujarannya. II.2 Pada pembahasan selanjutnya peneliti akan melihat penggunaan kata sifat. Menurut para ahli linguistik perempuan biasanya lebih sering menggunakan kata sifat untuk mengekspresikan ujarannya. 29..Elsa: Hoi. (Hai.) 9

15 30. Daaf: Je laat me schrikken. (Kamu mengejutkanku.) 31. Elsa: Grapje! Die Bram is minder slim dan ik dacht. Je speelt goed toneel. (Bercanda! Bram tidak sepintar yang aku pikirkan. Kamu berperan baik.) 32. Daaf: Het was jouw plan (Itu kan rencanamu) Pada dialog percakapan nomor 31 diatas saat Elsa mengungkapkan kata sifat minder slim dan juga goed gaya bahasa remaja perempuan terlihat. Hal ini senada dengan teori Robin Lakoff dalam buku nya Language and women's place (1973). Lakoff mengungkapkan bahwa perempuan sering menggunakan kata-kata ekspresif seperti kata sifat daripada laki-laki. Namun pada ujaran Elsa selanjutnya justru teori yang diungkapkan Lakoff tidak tergambarkan. Lakoff menerangkan bahwa gaya komunikasi perempuan lebih kolaboratif daripada kompetitif. Tetapi ujaran Elsa diatas justru lebih kompetitif karena Elsa menganggap Bram tidak lebih pintar dari yang ia bayangkan. Hal ini mungkin terjadi karena Elsa yang tidak suka kepada Bram. 33. Elsa: Hij denkt dat hij alles kan, ik ben nog steeds kwaad op hem. Hoe kun je vriend zijn met zo'n gozer. (Dia berpikir bahwa ia dapat melakukan semuanya. Aku masih masih marah padanya. Bagaimana bisa kamu berteman dengan laki-laki seperti itu.) 34. Daaf: Dit is de laatste dag. Daarna zijn we geen vrienden meer. (Ini hari terakhir. Selanjutnya aku tidak akan berteman lagi dengannya.) 35. Elsa: Jij ben te lief. (Kamu terlalu baik.) Pada ujaran Elsa nomor 33 dan 35 diatas, Elsa menggunakan kata sifat untuk mengungkapkan perasaanya kepada Daaf. Hal ini tentunya serupa dengan teori yang dikemukakan oleh Robin Lakoff (1973), Lakoff mengatakan bahwa perempuan lebih sering menggunakan kata sifat untuk mengambarkan perasaan mereka. 10

16 II.3 Pada pembahasan yang terakhir peneliti akan membahas tentang keyakinan dalam berbicara dalam ragam bahasa laki-laki dan perempuan. Menurut para ahli linguistik perempuan biasanya berhati-hati dan sering penuh keraguan dalam berbicara, sedangkann laki-laki lebih lugas dan jelas. 36. Elsa: Het kan niet mislukken. We hebben het goed voorbereid. Straks haal je vijfhonderd gulden van de bank. Het geld breng je naar mij. Ik doe het geld in een portemonne. Het is een gaaf plan. (Rencana ini tidak akan gagal. Kita sudah mempersiapkannya dengan sangat baik. Segera ambil uang lima ratus Gulden dari tabunganmu. Kemudian berikan uang itu kepadaku. Aku akan menyimpan uang itu kedalam dompet. Ini rencana yang bagus.) 37. Daaf: Als het maar goed afloopt. Anders ben ik vijfhonderd gulden kwijt. (Tetapi jika itu berhasil. Apabila gagal maka aku akan kehilangan uang lima ratus Gulden.) 38. Elsa: Je moet niet zo twijfelen. Het mislukt echt niet. (Kamu tidak boleh ragu. Rencana ini tidak akan gagal.) 39. Daaf: Ik doe het voor jou. (Aku lakukan ini untuk kamu.) Ciri ragam bahasa perempuan tidak terlihat pada ujaran Elsa di nomor 36 dan 38. Elsa terlihat sangat yakin dengan ujarannya kepada Daaf. Bahkan Elsa juga coba membuat Daaf yakin dengan ujarannya. Sedangkan Oppermann dan Weber (1997) menerangkan bahwa perempuan sangat berhati-hati dalam mengeluarkan pendapat walaupun sebenarya sangat yakin dengan ujarannya. 40. Daaf: Maar wat gebeurt er als Bram het geld toch opmaakt? (Namun apa yang terjadi jika Bram menghabiskan seluruh uangnya?) 41. Elsa: Dat doet hij niet. Hij brengt het geld vanavond terug. Hij heeft de envelop toch meegenomen? (Dia tidak akan melakukan itu. Dia mengembalikan uangnya malam ini. Dia membawa amplopnya kan?) 11

17 42. Daaf: Het is al mijn spaargeld. (Ini semua uang tabunganku.) Menurut teori yang dikemukakan oleh Oppermann dan Weber (1997). Perempuan sering memperhalus kata-kata mereka dengan konjungtif yang tidak perlu, partikel, permintaan maaf dan pernyataan yang dibuat pertanyaan. Menurut Lakoff hal ini terjadi karena perempuan meminta kepastian dari lawan bicara atau mengidentifikasikan keraguan perempuan terhadap ujarannya. Hal ini tentunya serupa dengan ujaran Elsa kepada Daaf pada nomor 41. Elsa memberikan bentuk pertanyaan kepada Daaf karena Elsa ragu akan pendapatnya dan Elsa meminta kepastian jawaban itu dari Daaf. 43. Elsa: Om acht uur vanavond heb je al je gel terug. Deze avond zal hij nooit meer vergeten. (Pada pukul delapan malam uangmu akan dikembalikan seluruhnya. Dia tidak akan pernah melupakan malam ini.) 44. Daaf: Maken we het niet te erg? Is het niet strafbaar wat we doen? (Apakah kita tidak keterlaluan? Apakah yang kita lakukan ini tidak kena hukuman?) 45. Elsa: Hij heeft een lesje nodig. Bram is een verwaande kwal. (Dia membutuhkan pelajaran. Bram adalah anak yang sombong.) Pada percakapan Daaf nomor 44 di atas ragam bahasa remaja laki-laki tidak terlihat karena Daaf justru terlihat ragu dengan ujarannya karena Daaf merasa bersalah melakukan sesuatu kepada Bram. Daaf memformulasikan kata-katanya dengan pertanyaan kepada Elsa. Sedangkan menurut Oppermann dan Weber (1997) laki-laki mengatakan sesuatu dengan jelas, lugas dan tegas. 46. Elsa: Bram zal zo wel komen. We hebben nog een half uur. (Bram pasti akan datang. Kita masih punya waktu setengah jam lagi.) 47. Daaf: Toch vind ik dat we te ver zijn gegaan. (Namun menurutku kita sudah kelewatan.) 48. Elsa: Bram heeft straf verdiend. (Bram telah mendapat ganjarannya.) 12

18 49. Daaf: Jij wilt wraak. Dat is wat anders. Het is al twee maanden geleden. Je moet dingen kunnen vergeten. (Kamu ingin balas dendam. Itu lain lagi. Itu sudah dua bulan berlalu. kamu harus bisa melupakan.) Pada percakapan nomor 46 diatas terlihat Elsa sangat yakin dengan ujarannya. Elsa yakin bahwa Bram akan datang. Hal ini tentunya sangat tidak sesuai dengan teori yang dikatakan oleh (Samel: 1995) Perempuan juga sering menungkapkan sesuatu secara tidak langsung, mengutamakan intonasi bertanya pada kalimat pernyataan dan permintaan, menggunakan tag-questions, menggunakan bentuk penghalusan,. Namun sebaliknya pada ujaran nomor 47 Daaf berujar secara tidak lugas dan tegas oleh Daaf, Daaf justru ragu. Sedangkan menurut Oppermann dan Weber (1997),laki-laki memformulasikan kalimat-kalimat mereka dengan tegas dan pasti. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan ujaran Daaf kepada Elsa. Daaf menjawab dengan keraguan dan penuh ketidakpastian. 50. Elsa: Daar doen wij net aan mee! (Kita baru saja ikut melakukannya!) 51. Bram: Jij hoeft niet ook niet mee te doen. Lelijke meiden mogen naar huis.jij kunt toch niet winnen. Klopt dat jongens? (Kamu tidak perlu ikut serta. Gadis-gadis jelek boleh pulang. Kamu juga tidak akan menang kan. Benar tidak teman-teman?) 52. Jongens: Ja! (Iya!) Pada percakapan nomor 51 di atas Bram terlihat kurang yakin dengan ujarannya. Bram justru meminta pengakuan dari lawan berbicara lainnya. Bram mengharapkan respon yang baik dari teman-temannya sehingga Bram menggunakan bentuk pertanyaan dan menggunakan kata tochmenekanan pertanyaanya. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan gaya bahasa laki laki, dimana seharusnya yang sering menggunakan bentuk pertanyaan itu adalah perempuan bukan laki-laki. Seperti yang dirumuskan Samel (1995), perempuan juga sering menungkapkan sesuatu secara tidak lansung, mengutamakan intonasi bertanya pada kalimat pernyataan dan permintaan. 13

19 53.Daaf: 54.Elsa: 55.Daaf: Nog een minuut. (Satu menit lagi.) Komt hij wel? (Apakah dia akan datang?) Daar is hij. (Itu dia) Pada ujaran Elsa nomor 54 di atas. Memperlihatkan kekhawatiran Elsa. Sehingga Elsa memformulasikan kata-katanya dengan bentuk pertanyaan, dan berharap mendapat kepastian dari Daaf. Artinya ujaran Elsa sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Robin Lakoff (1973), pada salah satu stereotipe yang dirumuskannya mengatakan bahwa, Perempuan menggunakan pola intonasi dengan nada pertanyaan, mengindikasi ketidakpastian atau membutuhkan penerimaan. 56. Elsa: Wat zei hij? (Apa yang dia katakan?) 57. Daaf: Het was een andere stem. Misschien was het Bram niet. (Itu suara yang berbeda. Mungkin itu bukan Bram.) 58. Elsa: Natuurlijk wel. Wat heeft hij gezegd? (Tentu saja. Apa yang dia katakan?) 59. Daaf: Schrijf maar op: In het midden van N ligt een grote steen. Vanmiddag om een uur. Dit raadsel is honderd gulden waard. (Tulis saja: Di tengah N terletak batu besar. Siang ini pukul satu. Teka-teki ini bernilai ratusan gulden) Pada percakapan nomor 57 antara Daaf dan Elsa di atas terlihat bahwa Daaf terlihat ragu karena Daaf berdua menggunakan adverbia misschien. Ujaran dengan keragu-raguan dan penuh kehati-hatian mungkin lebih sering digunakan oleh perempuan dibanding laki-laki. Menurut Oppermann dan Weber (1997), ciri ragam bahasa perempuan yang sering muncul adalah wanita sering mengeluarkan pendapatnya dengan hati-hati. 14

20 Sedangkan Elsa justru memberikan jawaban dengan lugas dan pasti pada ujaran nomor 58.Menurut Robin Lakoff (1973), Ketika berbicara, perempuan cenderung berhati-hati dalam penggunaan bahasanya, seperti menggunakan adverbia dan modalitas. Maka ujaran Elsa diatas kurang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli linguistik. 60. Elsa: We moeten eerst weten wat die N betekent. (Pertama kita harus tahu apa maksud dari N) 61. Daaf: Een plaats? (Sebuah tempat?) 62. Elsa: Misschien. (Mungkin) 63. Daaf: Ik wil dit niet. (Aku tidak menginginkan ini.) Pada ujaran nomor 62 Elsa kepada Daaf di atas, Elsa kembali menggunakan kata misschien untuk memperlihatkan kehati-hatiannya dalam menjawab. Hal ini tentunya selaras dengan pendapat yang dikatakan oleh Oppermann dan Weber (1997), ciri ragam bahasa perempuan yang sering muncul adalah; wanita sering mengeluarkan pendapatnya dengan hati-hati. Ujaran Elsa diatas memperlihatkan kehati-hatian Elsa dalam mengemukakan pendapatnya. 64. Daaf: Weet jij de weg? (Kamu tahu jalan ini?) 65. Elsa: Ongeveer. Het is in het bos. (Ya kira-kira. Itu terletak di sebuah hutan.) 66. Daaf: We vragen het aan het loket. (Kita bertanya di loket.) Menurut Robin Lakoff (1973), perempuan sering memberikan jawaban yang ragu-ragu walaupun sebenarnya mereka sangat yakin. Pada ujaran nomor 65 ketika Elsa menjawab pertanyaan Daaf memperlihatkan keragu-raguan Elsa. Padahal Elsa yakin akan jawabannya karena Elsa pernah berkunjung ke tempat itu sebelumnya. 67. Daaf: Toch had je haar niet zo moeten laten afgaan. (Kamu tidak harus meninggalkannya kan.) 15

21 68. Bram: Misschien niet. Wie heeft het plan met de portemonne bedacht? (Mungkin tidak. Siapa yang memikirkan rencana dompet itu?) 69. Daaf: Elsa. Ze wilde je een lesje leren. (Elsa. Dia ingin memberikanmu sedikit pelajaran.) Pada percakapan antara Daaf dan Bram nomor 68 di atas, ketika Bram menjawab pertanyaan dari Daaf, Bram terlihat ragu-ragu akan ujarannya. Menurut Oppermann dan Webber, lakilaki berbicara secara lugas dan tegas. Ujaran Bram diatas tentunya kurang tepat dengan teori tersebut. III.Kesimpulan Novel yang berjudul Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek ini adalah novel yang menarik untuk dibaca oleh para remaja karena cerita didalam novel ini dekat dengan kehidupan sehari-hari.sehingga dapat diambil nilai moral yang baik pada novel ini. Ragam bahasa laki-laki dan perempuan sangat terlihat didalam novel ini. Melalui penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa ujaran-ujaran yang sesuai dengan teori-teori para ahli. Seperti ungkapan yang lugas dan jelas yang sering diucapkan oleh laki-laki sangat sering muncul di dalam novel ini. Dapat dilihat pada ujaran yang bernomor 2,6,8,9,12,13,15,17,25 dan 27, pada semua ujaran tersebut laki-laki memformulasikan kata-katanya sesuai dengan teori yang telah dibuat para ahli. Tetapi ujaran nomor 22 tidak sesuai dengan teori para ahli karena ujaran lugas dan jelas tersebut dituturkan oleh perempuan, sedangkan untuk penggunaan kata sifat penulis hanya menemukan sedikit kata sifat yang diujarkan. Seperti pada ujaran nomor 31,33 dan 35, pada ujaran tersebut perempuan yang menggunakan kata sifat sehingga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli linguistik. Untuk bagian keraguan dalam berbicara, penulis juga banyak menemukan ujaran-ujaran yang terliahat ragu-ragu. Akan tetapi tidak semua ujaran tersebut diujarkan oleh perempuan sehingga ada banyak yang tidak sesuai dengan teori. Pada nomor ujaran 41,54,62 dan 65 ujaran yang ragu-ragu diungkapkan oleh perempuan sehingga untuk nomor-nomor ujaran tersebut sangat sesuai dengan teori para ahli linguistik. Sedangkan pada nomor ujaran 36,38,44,46,47,51,57,58 dan 68 ujaran yang terlihat ragu-ragu diungkapkan oleh laki-laki. Sehingga semua ujaran tersebut tidak sesuai dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. 16

22 Daftar Refrensi: Sumber Data: Beek, Peter van Ik ben jouw vriend niet meer. Kampen: Kok Educatief Sumber Pustaka: Brouwer, Dede Gender Variation in Dutch. Amsterdam: Walter De Gruyter & Co. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta Lakoff, Robin Tolmach Language and women's place. Cambridge: University Press. Oppermann, Katrin dan Erika Weber Frauensparche - Mannersprache. Die verschiedenen Kommunikationsstile von Mannern und Frauen. Landsberg am Lech: mvg-verlag. Rahayu, Purwiati Analisis Ragam Bahasa Pria dan Wanita dalam Novel Das Superweib Karya Hera Lind Ditinjau dari Implikatur Percakapan. Depok: Universitas Indonesia Samel. Ingrid Einfuhrung in die feministische Sprachwissenschaft. Berlin: Erich Schmidt verlag. Sumber Elektronik diakses pada 12Maret pukul WIB diakses pada 17 Mei pukul WIB diakses pada 23 Mei pukul WIB diakses pada 23 Mei pukul WIB 17

UNIVERSITAS INDONESIA. Makalah Non-Seminar. Mutiara Aprilliannov. Pembimbing. Dr. Lilie Mundalifah Roosman

UNIVERSITAS INDONESIA. Makalah Non-Seminar. Mutiara Aprilliannov. Pembimbing. Dr. Lilie Mundalifah Roosman UNIVERSITAS INDONESIA Stereotip gender dilihat dari makna denotatif dan konotatif dalam lirik lagu Gers Pardoel Ik neem je mee dan Monique Smit Mijn vriendin Makalah Non-Seminar Mutiara Aprilliannov 1206202671

Lebih terperinci

Cerita sang pejuang. Haduuh ayah kenapa aku harus menjual makanan ini sekarang. Aku mau. Aku memberi ikan gurame kepada salah satu ibu-ibu yang sedang

Cerita sang pejuang. Haduuh ayah kenapa aku harus menjual makanan ini sekarang. Aku mau. Aku memberi ikan gurame kepada salah satu ibu-ibu yang sedang Warganegara 1 Kresna Warganegara Rigen pratitisari Bahasa Indonesia 28 Agustus 2012 Cerita sang pejuang Tahun 1936, Desa Malik Haduuh ayah kenapa aku harus menjual makanan ini sekarang. Aku mau bermain

Lebih terperinci

PRONOMINA DALAM BAHASA BELANDA (HET VOORNAAMWOORD) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)

PRONOMINA DALAM BAHASA BELANDA (HET VOORNAAMWOORD) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) PRONOMINA DALAM BAHASA BELANDA (HET VOORNAAMWOORD) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) 1. Pronomina Persona (Kata Ganti Orang) (Het Persoonlijk Voornaamwoord) Objek/di belakang

Lebih terperinci

NIET DAN GEEN PENGINGKARAN DALAM BAHASA BELANDA (NEGATIE) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)

NIET DAN GEEN PENGINGKARAN DALAM BAHASA BELANDA (NEGATIE) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) NIET DAN GEEN PENGINGKARAN DALAM BAHASA BELANDA (NEGATIE) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) Pengingkaran kata, frasa, dan klausa/kalimat dalam bahasa Belanda dinyatakan dengan

Lebih terperinci

KALIMAT PASIF DALAM BAHASA BELANDA 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)

KALIMAT PASIF DALAM BAHASA BELANDA 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) KALIMAT PASIF DALAM BAHASA BELANDA 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) Dari berbagai referensi kalimat pasif dalam bahasa Belanda dan juga bahasa Inggris dikuasai anak Belanda

Lebih terperinci

KAJIAN IDENTITAS BUDAYA DALAM FRAGMEN FAMILIEFEEST KARYA THEODOR HOLMAN

KAJIAN IDENTITAS BUDAYA DALAM FRAGMEN FAMILIEFEEST KARYA THEODOR HOLMAN KAJIAN IDENTITAS BUDAYA DALAM FRAGMEN FAMILIEFEEST KARYA THEODOR HOLMAN NADIA HAQ 0906643484 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI BELANDA DEPOK DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia untuk

BAB l PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia untuk BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia untuk menyampaikan pesan atau informasi dan berinteraksi dengan sesamanya, maka dari itu manusia

Lebih terperinci

NAAR NEDERLAND HANDLEIDING

NAAR NEDERLAND HANDLEIDING NAAR NEDERLAND HANDLEIDING Bahasa Indonesia www.naarnederland.nl Bahasa Indonesia 1. Pengantar Sejak 15 Maret 2006 sebagian dari para pendatang baru yang ingin datang ke Belanda untuk jangka panjang dan

Lebih terperinci

KAMUS KECIL INDONESIA - BELANDA; BELANDA - INDONESIA : Dr. Sugeng Riyanto, M.A. Dini Saraswati, S.S.

KAMUS KECIL INDONESIA - BELANDA; BELANDA - INDONESIA : Dr. Sugeng Riyanto, M.A. Dini Saraswati, S.S. KAMUS KECIL INDONESIA - BELANDA; BELANDA - INDONESIA oleh : Dr. Sugeng Riyanto, M.A. Dini Saraswati, S.S. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Pelajaran 1-6 PENGANTAR

Pelajaran 1-6 PENGANTAR Pelajaran 1-6 PENGANTAR Teks-teks Pelajaran 1-6 berasal dari buku yang sama: J. van Goor, De Nederlandse Kolonien, Geschiedenis van de Nederlandse expansie 1600-1975, Den Haag: Sdu Uitgeverij, 1994. Buku

Lebih terperinci

Konsep komunikasi verbal dan non verbal dalam wawancara pekerjaan. Komunikasi tatap muka

Konsep komunikasi verbal dan non verbal dalam wawancara pekerjaan. Komunikasi tatap muka Komunikasi Bisnis Konsep komunikasi verbal dan non verbal dalam wawancara pekerjaan Komunikasi tatap muka Komunikasi Non Verbal dalam Wawancara Hadir 15 menit sebelum waktu wawancara Dengan demikian anda

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS STRUKTURAL

BAB II ANALISIS STRUKTURAL 16 BAB II ANALISIS STRUKTURAL Children literature menurut Hunt dalam An Introduction to Children s Literature (1994) adalah sastra yang sederhana, yang ditulis oleh orang dewasa dan ditujukan kepada anak-anak.

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

PERBANDINGAN FRASE VERBA DALAM BAHASA INDONESIA DENGAN FRASE VERBA DALAM BAHASA BELANDA: SEBUAH KAJIAN ANALISIS KONTRASTIF

PERBANDINGAN FRASE VERBA DALAM BAHASA INDONESIA DENGAN FRASE VERBA DALAM BAHASA BELANDA: SEBUAH KAJIAN ANALISIS KONTRASTIF PERBANDINGAN FRASE VERBA DALAM BAHASA INDONESIA DENGAN FRASE VERBA DALAM BAHASA BELANDA: SEBUAH KAJIAN ANALISIS KONTRASTIF Semadi, Yoga Putra 1, Suandi, I Nengah 2, Putrayasa, Ida Bagus 3 1,2,3 Program

Lebih terperinci

KALIMAT DALAM BAHASA BELANDA (DE ZIN) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)

KALIMAT DALAM BAHASA BELANDA (DE ZIN) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) KALIMAT DALAM BAHASA BELANDA (DE ZIN) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) 1. Kalimat Simpleks (De Eenvoudige Zin) Kalimat simpleks (kalimat tunggal) paling sedikit terdiri atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

SRC. Stichting Revalidatie Cirebon Yayasan Revalidasi Cirebon

SRC. Stichting Revalidatie Cirebon Yayasan Revalidasi Cirebon SRC Stichting Revalidatie Cirebon Yayasan Revalidasi Cirebon Inleiding Stichting Revalidatie Cirebon is een non-profit organisatie met als doel het bijstaan van gehandicapten op Java (Indonesië), in het

Lebih terperinci

Tata Bahasa Belanda Praktis

Tata Bahasa Belanda Praktis Tata Bahasa Belanda Praktis oleh Yolande Spaans, Yulia Irma Pattopang & Feba Sukmana Leiden - Jakarta 2007 Versi 1.1 Hak Cipta 2007 Yolande Spaans, Yulia Irma Pattopang & Feba Sukmana. Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

RAGAM BAHASA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL PURABAYA SURABAYA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK. Ratna Dewi Kartikasari Universitas Muhammadiyah Jakarta

RAGAM BAHASA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL PURABAYA SURABAYA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK. Ratna Dewi Kartikasari Universitas Muhammadiyah Jakarta RAGAM BAHASA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL PURABAYA SURABAYA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Ratna Dewi Kartikasari Universitas Muhammadiyah Jakarta ABSTRAK Penelitian ini mengaji tentang ragam bahasa Pedagang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita dengan istilah sex, dalam hal psikologis para ahli memberi istilah

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita dengan istilah sex, dalam hal psikologis para ahli memberi istilah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pria dan wanita memiliki banyak perbedaan, seperti apa yang telah kita pelajari sejak sekolah dasar tentang perbedaan biologis pria dan wanita. Tetapi,selain perbedaan

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke BAB IV SIMPULAN Dan sebagai konjungsi menduduki dua kategori sekaligus yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Posisi konjungsi dan berada di luar elemen-elemen bahasa yang dihubungkan.

Lebih terperinci

2014 ALIH KOD E, CAMPUR KOD E, D AN ID IOLEK SUJIWO TEJO D ALAM BUKU REPUBLIK #JANCUKERS

2014 ALIH KOD E, CAMPUR KOD E, D AN ID IOLEK SUJIWO TEJO D ALAM BUKU REPUBLIK #JANCUKERS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buku Republik #Jancukers ditulis oleh Sujiwo Tejo dengan menggunakan banyak bahasa (multilingual), yaitu bahasa Indonesia, bahasa Asing, dan bahasa Daerah. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

Kepada yang terhormat orang tua-tua, saudara-saudari, anak2 Beilohy Amalatu,

Kepada yang terhormat orang tua-tua, saudara-saudari, anak2 Beilohy Amalatu, Secretariaat: Vrijhof 4, 5301 ZL Zaltbommel secretariaat@paban.nl www.paban.nl No : Paban/15102014/031/Penulis Pokok : Perayaan Natal Beilohy Amalatu Zaltbommel, 15 Oktober 2014 Kepada yang terhormat orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai: (1) latar belakang, (2) fokus penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) penegasan istilah. Berikut diuraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA KIASAN PUISI DE WOLKEN KARYA MARTINUS NIJHOFF DARI SUDUT PANDANG TOKOH AKU

ANALISIS MAKNA KIASAN PUISI DE WOLKEN KARYA MARTINUS NIJHOFF DARI SUDUT PANDANG TOKOH AKU ANALISIS MAKNA KIASAN PUISI DE WOLKEN KARYA MARTINUS NIJHOFF DARI SUDUT PANDANG TOKOH AKU Imas Nihono Sari Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424,

Lebih terperinci

PEMERINTAH SEBAGAI SUBJEK HUKUM PERDATA DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA. Oleh: Sarah S. Kuahaty

PEMERINTAH SEBAGAI SUBJEK HUKUM PERDATA DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA. Oleh: Sarah S. Kuahaty 53 PEMERINTAH SEBAGAI SUBJEK HUKUM PERDATA DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA Oleh: Sarah S. Kuahaty ABSTRACT Dalam pembagiannya subjek hukum Perdata terdiri atas manusia (naturlijkperson) dan badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Proses interaksi tersebut terjadi karena adanya komunikasi antar anggota masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia. Nederlands

Bahasa Indonesia. Nederlands Nederlands Dames en heren, vrienden, hartelijk welkom! In het bijzonder; de bupati van het kabupaten Jayawijaya Jon Wempi Wetipo, de vorige bupati Nicolas Jigibalom, het hoofd van het district Hubikiak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Bahasa adalah milik manusia dan merupakan satu ciri pembeda utama umat manusia dengan

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Bahasa Indonesia Modul ke: Ragam Bahasa Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Hakikat Bahasa Kedudukan Bahasa Kedudukannya Sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesantunan dalam berbahasa di lingkungan masyarakat dan sekolah sangatlah penting, karena dengan bertutur dan berkomunikasi dengan santun dapat menjaga nilai diri sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK Indah Riyanti Pascasarjana UNNES indahriyantipps@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan atau dihindari dari kehidupan manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Alih Kode Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. Menurut KBBI konsep adalah rancangan dasar, ide, pengertian, dan gambaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT 53 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS A. Analisa Hukum Mengenai Keharusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin beragam dan kreatif. Keanekaragaman penggunaan bahasa di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. semakin beragam dan kreatif. Keanekaragaman penggunaan bahasa di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jawa merupakan alat komunikasi yang sangat penting peranannya bagi masyarakat Jawa. Penggunaan Bahasa Jawa di masyarakat semakin beragam dan kreatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

Kecakapan Antar Personal

Kecakapan Antar Personal Kecakapan Antar Personal Essay Sopan santun dalam Komunikasi Oleh : Andrian Ramadhan Febriana 10512318 Sistem Informasi 8 Berkomunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam melaksanakan kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh: ERNI FITRIANA A. 310090015

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTITAS BUDAYA DALAM DE VEERTIGSTE DAG KARYA FRANS LOPULALAN

ANALISIS IDENTITAS BUDAYA DALAM DE VEERTIGSTE DAG KARYA FRANS LOPULALAN ANALISIS IDENTITAS BUDAYA DALAM DE VEERTIGSTE DAG KARYA FRANS LOPULALAN Penulis : Rani Dwika Artati NPM : 0906643515 Pembimbing : Mursidah NIP : 0706050099 Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal 1 I. PENDAHULUAN Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal yang menjadi latar belakang pemilihan topik penelitian, termasuk mensignifikasikan pemilihan topik penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan film di Indonesia akhir-akhir ini membuat sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan film di Indonesia akhir-akhir ini membuat sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia akhir-akhir ini membuat sikap masyarakat menjadi berubah, masyarakat yang biasanya melihat film hanya untuk hiburan semata,

Lebih terperinci

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. Pendefinisian kalimat, baik segi struktur, fungsi, maupun maknanya banyak ditemukan dalam buku-buku tata

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan dari dua pertanyaan penelitian dan pembahasan pada pada Bab 4. Bab ini diawali dengan simpulan dan ditutup

Lebih terperinci

Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras.

Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras. Sahabat Lama 19:52, Sebuah kafe di Jakarta Selatan, Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras. Mencintai orang lain? tanyaku lemah. Farel

Lebih terperinci

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com MEMBILAS PILU Oleh: Dipa Tri Wistapa Copyright 2014 by Dipa Tri Wistapa Penerbit Dipa Tri Wistapa Website dipoptikitiw@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai wahana komunikasi digunakan setiap saat. Bahasa merupakan alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan manusia lain untuk memenuhi segala kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo Oleh: Rinda Aprilia Eka Wati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Rindaapriliaekawati@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

Lebih terperinci

2. Koleh Koleh. 1. Ayo Mama

2. Koleh Koleh. 1. Ayo Mama 1. Ayo Mama Ayo, mama jangan mama marah beta, dia cuma, dia cuma cium beta Ayo, mama jangan mama marah beta, 'lah orang muda punya biasa Ayam hitam telurnya putih mencari makan di pinggir kali Sinyo hitam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni sebagai bahasa Negara dan Bahasa Nasional. Mengingat fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. yakni sebagai bahasa Negara dan Bahasa Nasional. Mengingat fungsi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting yakni sebagai bahasa Negara dan Bahasa Nasional. Mengingat fungsi yang diemban oleh Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan media massa. Media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan media massa. Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan manusia salah satunya yaitu sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur. Dalam bertindak tutur manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat tumbuh, berkembang dan melakukan interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial, maka dalam kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk melangsungkan hidup mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai insan sosial, manusia berkomunikasi untuk mencapai tujuantujuan tertentu. Dalam proses komunikasi, bahasa dipilih sebagai sarana yang dapat mempermudah

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

Ambonese woonoorden Barneveld

Ambonese woonoorden Barneveld Ambonese woonoorden Barneveld r B A R N E V E L D RAPPORT VAN C. 23-3.75 Aan : CFO No. : 18.307 Betr.: Ontruiming woonoord te Barneveld. Op 21-2-1973 werd van Hip., GP-Barneveld, het volgende vernomen*

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang diungkapkan oleh Holmes, Gender is more appropriate for

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang diungkapkan oleh Holmes, Gender is more appropriate for BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita membahas tentang sebuah kata yaitu jender maka kata tersebut tidak akan jauh ikatannya dengan wanita dan pria dalam konteks kebiasaan mereka dalam bersosialisasi

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI FUNDAMENTAL DAN FORMANT SUARA MANUSIA DEWASA BERDASARKAN PERBEDAAN SUKU DAN GENDER MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT

PENENTUAN FREKUENSI FUNDAMENTAL DAN FORMANT SUARA MANUSIA DEWASA BERDASARKAN PERBEDAAN SUKU DAN GENDER MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT PENENTUAN FREKUENSI FUNDAMENTAL DAN FORMANT SUARA MANUSIA DEWASA BERDASARKAN PERBEDAAN SUKU DAN GENDER MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT Endah Mulyani (1), Erwin (2), dan Salomo (2) 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN ANTARA JUMLAH PENGGUNAAN KATA DALAM JEJARING SOSIAL TWITTER OLEH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BELANDA

ANALISIS PERBEDAAN ANTARA JUMLAH PENGGUNAAN KATA DALAM JEJARING SOSIAL TWITTER OLEH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BELANDA ANALISIS PERBEDAAN ANTARA JUMLAH PENGGUNAAN KATA DALAM JEJARING SOSIAL TWITTER OLEH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BELANDA Penulis : Jaya Wijaya NPM : 0906529205 Pembimbing : Andrea Pradsna Paramita Djarwo NIP

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwujud bahasa. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. berwujud bahasa. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu sarana komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Setiap orang dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Percakapan atau dialog dalam sebuah tuturan diperlukan suatu kerja sama yang baik antara penutur dengan mitra tutur. Selain kerja sama, faktor kesopanan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Konsep Umum Konsep dari media yang akan dibuat adalah membantu pengajar dalam memberikan pengajaran pada siswa dalam belajar pengetahuan desain. Media pembelajaran yang disebut

Lebih terperinci

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia MEMUTUSKAN

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia MEMUTUSKAN 1 UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1951 TENTANG PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PERUBAHAN ORDONANSI PAJAK PERALIHAN 1944, ORDONANSI PAJAK UPAH DAN ORDONANSI PAJAK KEKAYAAN 1932 (UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

Tips Menghadapi Wawancara 5 artikel/tulisan Saran-Saran Menghadapi Wawancara

Tips Menghadapi Wawancara 5 artikel/tulisan Saran-Saran Menghadapi Wawancara Tips Menghadapi Wawancara Di bawah ini diberikan 5 artikel/tulisan yang terkait dengan tips & trick menghadapi wawancara kerja (artikel ini kami edit agar relatif mudah difahami). Semoga 5 artikel ini

Lebih terperinci