KAJIAN IDENTITAS BUDAYA DALAM FRAGMEN FAMILIEFEEST KARYA THEODOR HOLMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN IDENTITAS BUDAYA DALAM FRAGMEN FAMILIEFEEST KARYA THEODOR HOLMAN"

Transkripsi

1 KAJIAN IDENTITAS BUDAYA DALAM FRAGMEN FAMILIEFEEST KARYA THEODOR HOLMAN NADIA HAQ FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI BELANDA DEPOK DESEMBER 2012

2

3

4

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat- Nya, makalah yang berjudul Kajian Identitas Budaya Dalam Fragmen Familiefeest karya Theodor Holman ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir mata kuliah Sastra Hindia Belanda, Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Mevrouw Christina, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam penyusunan makalah ini; Semoga makalah ini membawa manfaat bagi para pembaca. Depok, 28 Desember 2012 Penulis ii

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Biografi Theodor Holman Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Sumber Data Metode Penulisan LANDASAN TEORI PEMBAHASAN Sinopsis Familiefeest karya Theodor Holman Kajian Identitas Budaya dalam Familiefeest Pappa as being dan as becoming SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA iii

7 Abstract Colonialism has an impact on many things, and most of the impact is negative. It also occurred during the Dutch colonial at Dutch-East Indies. The stories of the Dutch-East Indies often found in postcolonial literature, one of which is a fragment of a work entitled Familiefeest by Theodor Holman. As a mixed-blood Indo-Dutch, Holman will be a living witness of colonial and postcolonial continuing life. Through Familiefeest fragments, illustrated how people associated with the colonial period, especially the Indo-Dutch have problems with identity. They are trying to confirm that he is a pure Dutch, although physically they are not the same as the Dutch in general, but also did not like the indigenous. Problems of identity is a discourse that often appear in the story colonial legacy. Keywoords Cultural identity; Dutch-East Indies; Postcolonial Abstaksi Kolonialisme memiliki dampak terhadap banyak hal, dan sebagian besar dari dampak tersebut adalah dampak negatif. Hal itu terjadi pula pada masa penjajahan Belanda di Hindia- Belanda. Kisah-kisah mengenai Hindia Belanda banyak dijumpai pada karya sastra postkolonial, salah satunya adalah fragmen yang berjudul Familiefeest karya Theodor Holman. Holman yang berdarah campuran Indo-Belanda menjadi saksi hidup akan keberlangsungan kehidupan kolonial maupun postkolonial. Melalui fragmen Familiefeest, tergambarkan bagaimana orang-orang yang berhubungan dengan masa kolonial, terutama kaum Indo-Belanda memiliki permasalahan dengan identitasnya. Mereka berusaha mengukuhkan bahwa dirinya adalah seorang Belanda murni, walaupun secara fisik mereka tidak sama dengan orang Belanda pada umumnya, tetapi juga tidak seperti orang pribumi asli. Problematika identitas merupakan wacana yang seringkali muncul dalam cerita peninggalan penjajahan. Kata Kunci Hindia Belanda; Identitas budaya; Postkolonial

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua manusia memiliki identitas. Identitas yang dimiliki tiap individu pun berbeda-beda. Tidak ada orang di dunia ini memiliki identitas yang sama. Walaupun telah dimiliki sejak lahir, identitas yang dimiliki sesorang juga dapat berubah-ubah atau bersifat cair (Hall, 1933). Pada hakikatnya, identitas telah diberikan sejak seseorang dilahirkan. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan hidupnya, seseorang menentukan sendiri identitasnya. Perubahan identitas itu dapat disesuaikan dengan keadaan, keinginan, maupun tuntutan. Dalam proses pembentukan identitas, terdapat faktor yang berperan penting, yaitu budaya dan lingkungan. Sebagai contoh, identitas dalam satu keluarga yang memiliki dua orang anak. Walaupun tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga yang sama, bahkan dilahirkan dari rahim seorang ibu yang sama, kedua bersaudara tersebut memiliki identitas yang berbeda. Hal ini dikarenakan keduanya bergaul di luar lingkungan keluarga yang berbeda. Ketika mereka tumbuh dan mendapati lingkungan yang baru juga, identitas mereka pun berbeda dari sebelumnya, walaupun terkadang ada identitas yang tetap dipertahankan atau masih melekat dalam diri mereka. Lokasi menentukan identitasnya selama ia mau berubah, atau ada kemungkinan ia akan mempertebal identitas aslinya di lokasi yang baru. Karya sastra Hindia-Belanda muncul pada masa kolonial hingga poskolonial di lingkungan Belanda. Pada masa ini, terdapat banyak penulis yang menghasilkan karya-karyanya. Mereka mengangkat cerita mengenai isu-isu yang sedang menjadi pembicaraan hangat, salah satunya adalah isu identitas. Theodor Holman merupakan salah satu penulis yang mengangkat isu tersebut. Ia menyajikan ceritanya yang merupakan pengalaman pribadi dalam bentuk prosa yang baik. Memiliki ayah yang merupakan seorang Indo-Belanda dan pernah hidup pada masa Hindia-Belanda merupakan kisah tersendiri baginya. 1

9 2 Dalam makalah ini, penulis akan mengkaji sebuah fragmen cerita yang berjudul Familiefeest karya Holman. Latar tempat cerita ini adalah Belanda dan ada beberapa cerita dalam cerita yang berlatar di Hindia Belanda. Oleh karena itu, penulis memilih fragmen cerita Familiefeest sebagai sumber data untuk menganalisis identitas budaya pada masa poskolonial Biografi Theodor Holman Theodor Holman adalah seorang berkebangsaan Belanda. Ia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara yang lahir di Amsterdam pada 9 Januari Ia pernah menjadi guru, namun pada tahun 1982 ia memutuskan untuk menjadi seorang penulis untuk Propria Cures, de Volkskrant, dan Nieuwe Revu. Holman banyak menulis buku sejak tahun 1973 hinggal Karya-karyanya banyak menceritakan mengenai keluarganya, seperti Familiefeest dan t Blijft toch familie. Hingga saat ini, ia aktif menulis untuk Het Parool. Selain menulis di banyak koran serta menulis banyak buku, ia juga menulis skenario film. Saat ini, Holman menjadi presenter sebuah acara bertajuk Humanistische Omroep di radio Desmet Rumusan Masalah Rumusan masalah makalah ini terangkum dalam: 1. Bagaimana posisi tokoh pappa yang merupakan seorang Indo-Belanda dilihat dari kacamata identitas budaya? 2. Bagaimana wacana identitas as being dan as becoming dihadirkan dalam tokoh pappa? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dilakukannya penulisan makalah ini adalah: 1. Menemukan dan menjelaskan posisi tokoh pappa yang merupakan seorang Indo-Belanda dilihat dari kacamata identitas budaya. 1

10 3 2. Menjelaskan wacana identitas as being dan as becoming yang dihadirkan dalam tokoh pappa. 1.4 Sumber Data Fragmen cerita yang berjudul Familiefeest karya Theodor Holman. 1.5 Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif studi kasus dengan menggunakan pendekatan Cultural Identity. Metode ini dipergunakan dengan tujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Obyeknya adalah keadaan kelompok-kelompok dalam masyarakat, lembaga-lembaga masyarakat, maupun individu-individu dalam masyarakat. (Sri W. dan Sutapa Mulya, 2007). Pengertian penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan, 1984:5).

11 BAB II LANDASAN TEORI Ketika suatu kelompok manusia telah memiliki pengalaman yang sama dan cara yang sama untuk merepresentasikan atau memproduksi makna terhadap sesuatu, maka mereka akan memiliki visi atau pandangan dalam melihat hal, benda, objek, kejadian atau manusia lain. Hall (1997) mengatakan bahwa representasi adalah proses dimana seseorang menggunakan bahasa untuk memproduksi makna. Manusia tidak hanya memberi tanda pada objek, benda mati, atau kejadian (events) yang terjadi di sekitarnya, namun juga memberi makna pada manusia lain. Dengan memberi makna pada manusia lain, kita memberi eksistansi kepada orang tersebut dan mengakui keberadaannya. Dengan melakukan proses ini berarti kita telah memberi identitas pada orang tersebut. Oleh karena itu, proses representasi sangat erat kaitannya dengan identitas, karena seseorang mendapatkan identitas ketika eksistensinya dimaknai oleh orang lain. Identitas yang dimaksud adalah identitas budaya, yakni suatu identitas yang berubah-ubah tergantung dengan siapa seseorang berinteraksi, kapan, dan di mana ia berada. Hal ini terjadi karena seseorang pasti melakukan interaksi dengan orang lain, dengan orang berbeda, dalam waktu dan situasi yang berbeda pula. Identitas juga dapat diberikan oleh diri sendiri. Hal atau benda yang kita gunakan, ritual yang kita jalankan, cara berpakaian dan berpenampilan mendefinisi siapa kita, di kelompok mana keeksistensialis kita diakui dan tidak diakui. Dengan memberi makna dan identitas pada diri kita sendiri, berarti kita memberi kestabilan dan kejelasan terhadap siapa diri kita dalam keterlibatan yang kompleks dengan orang lain dalam hubungan sosial. Proses ketika seseorang mengklaim atau diklaim termasuk ke dalam suatu identitas berarti pada saat yang bersamaan ia tidak termasuk dalam identitas yang lain. Dalam hal ini, identitas erat kaitannya dengan perbedaan. Suatu identitas yang dilekatkan pada diri seseorang berarti secara otomatis ia terbedakan dan berkonfrontasi dengan identitas lain. 4

12 5 Rutherford (1990: 53) menuliskan pemikiran Hall mengenai bagaimana seseorang membentuk dirinya sebagai being dan becoming. Identitas budaya sangat bergantung kepada bagaimana seseorang menjadikan identitas budaya itu sebuah posisi bukan esensi, sehingga orang tersebut dapat menjadi siapa saja di mana pun ia berada. Hall menjelaskan mengenai identitas budaya yang masalah identifikasinya bersifat tidak tetap. Identitas adalah sesuatu yang tidak pernah berhenti pembentukannya, bukan hanya sekadar ada, namun sesuatu yang terus menjadi.

13 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Sinopsis Familiefeest Karya Theodor Holman Fragmen Familiefeest menceritakan tentang sebuah keluarga. Cerita dimulai ketika tokoh pappa meninggal ketika sedang mengantar cucunya yang merupakan anak tokoh de ik ke kamar mandi. Pada saat itu, yang ada di rumah kejadian adalah tokoh de ik, Marja anak de ik, dan mamma. Kemudian datang broer dan zus. Mamma dan zus terlihat sangat sedih dan terpukul dengan meninggalnya pappa, namun tokoh de ik dan broer terlihat lebih santai dan bahkan dapat bercanda dengan saling membuat lelucon. Selanjutnya merupakan cerita tentang pappa menurut pandangan de ik. Ia membayangkan apakah pappa semasa hidupnya pernah memikirkan bahwa ia akan meninggal di Belanda. Selain itu muncul juga kenangan-kenangan tentang pappa mengenai masa lalunya yang merupakan seorang assistent-resident di Hindia-Belanda. Pappa merupakan seorang Indo-Belanda, oleh karena itu, ia memiliki warna kulit yang tidak sama seperti orang Belanda pada umumnya. Disebutkan di cerita bahwa tokoh de ik tidak pernah mendengar cerita tentang pappa mengenai warna kulitnya, namun de ik ingat ketika ia berumur sekitar sembilan tahun, pappa pernah disangka sebagai seorang Hindia-Belanda, namun ia bersikukuh bahwa ia adalah seorang Belanda. Cerita selanjutnya adalah kenangan tokoh zus, broer, dan de ik akan pappa semasa hidupnya, baik ketika ia masih berada di Hindia-Belanda sampai usianya 34 tahun atau ketika pappa menginjakkan kakinya kembali di Belanda. Ketika Belanda kalah dengan Jepang, pappa berada di Hindia-Belanda dan merasakan hidup di kamp serta berteman dengan orang Hindia-Belanda. Kenangan-kenangan tersebut dapat muncul ketika Broer membuka dan membacakan kertas pidato kematian yang dimiliki pappa untuk teman-temannya di depan de ik dan Zus. 6

14 7 3.2 Kajian Identitas Budaya dalam Familiefeest Dalam cerita Familiefeest, teori identitas budaya yang dikemukakan oleh Stuart Hall merupakan pisau untuk membedah tokoh pappa penulisan makalah ini. Hall mengatakan bahwa representasi dapat dilakukan seorang manusia untuk memberikan identitas pada manusia lain, yakni dengan memberi makna pada manusia tersebut. Dengan demikian, manusia tersebut secara nyata telah mendapat pengakuan dari manusia lain akan keberadaannya. Pappa yang merupakan seorang Indo-Belanda terkadang mendapati dirinya mendapat perlakuan yang berbeda dengan orang Belanda asli. Wacana tentang identitas tokoh pappa mulai disinggung sejak halaman 499, paragraf terakhir. Ik heb bruine huidkleur dan hij. Was dat voor zijn dood ook zo? Kalimat tersebut merupakan pikiran de ik. Tokoh de ik sebelum kematian pappa tidak pernah membahas mengenai warna kulit pappa, walaupun setelah meninggal tentu saja warna kulit menjadi pucat karena tidak ada lagi sirkulasi darah. 2 Pikiran de ik ini mengindikasikan adanya wacana mengenai perbedaan warna kulit antara pappa dengan orang Belanda pada umumnya, atau yang lebih luas lagi perbedaan antara pappa dengan orang lain secara global. Wacana ini muncul karena pappa adalah seorang Indo-Belanda. Pappa lahir di Hindia-Belanda dari ayah seorang Belanda dan ibu yang sebenarnya tidak disebutkan dalam cerita. Ia sekolah di Belanda kemudian kembali lagi ke Hindia- Belanda untuk bekerja sebagai assistent-resident. Pada usia 34 tahun, ia kembali lagi ke Belanda dan bekerja di Bank Belanda. Pikiran mengenai warna kulit kembali menghampiri tokoh de ik....zou hij hier in Nederland, toen hij bij de Nederlandsche Bank ging werken, last hebben gehad van zijn kleur?... (hal. 500 paragraf 4) Hal di atas terlintas dalam pikiran tokoh de ik ketika ia sedang memandang tokoh pappa yang sudah tidak bernyawa yang berada di dekatnya sambil memikirkan kembali kenangan tentangnya. Pappa merupakan seseorang yang bangga dengan apa yang telah ia raih semasa hidupnya, namun de ik merasa rasa bangga pappa 2

15 8 semu, karena keberhasilan tersebut datang bersamaan dengan kehilangan. Jadi, kebanggaan datang sejalan dengan kesedihan. Pada paragraf selanjutnya, de ik menjelaskan mengapa ia sebelumnya tidak pernah membahas mengenai warna kulit bersama Pappa. Ik heb het met mijn vader nooit over de kleur van zijn huid gehad. Ik heb ook nooit met hem gesproken over de betekenis die Indië voor hem had. Afkomst, kleur... we spraken er nooit over, althans niet als het over onze eigen afkomst of kleur ging. Dat deden wij niet. Het begrip Indisch bestond daarom voor ons niet. (hal. 500 paragraf 5) Kutipan tersebut menunjukkan bahwa topik mengenai asal-usul maupun warna kulit merupakan topik yang tidak pernah disinggung dan tabu untuk diperbincangkan di keluarga de ik dan pappa. Dari situ kita dapat melihat bahwa ada keengganan pappa dalam membahas tema identitas, baik identitas dirinya, maupun identitas keluarganya. Pada dua paragraf selanjutnya: Nooit heb ik ook maar één verhaal gehoord dat hem iets werd geweigerd vanwege zijn afkomst of zijn kleur. (Racisme heeft hij altijd een modeverschijnsel gevonden, al ergerde hij zich wel aan het neerbuigende gedrag van de Nederlanders tegenover de Inlanders). (hal. 500, paragraf 7) Walaupun di awal de ik mengatakan tidak pernah menyadari warna kulit pappa, namun wacana mengenai warna kulit dan asal usul atau identitas secara luas kembali dihadirkan. Pappa berasal dari keluarga yang baik, dalam artian berada pada kelas sosial yang cukup dipandang. Ayahnya merupakan seorang kepala kantor pos di Batavia dan saudara-saudaranya memiliki jabatan yang tinggi di bidang militer. Ia sendiri dapat sekolah di Leiden Belanda. Akan tetapi, itu semua tidak merubah tampilan fisik pappa yang sedikit berbeda dengan orang berdarah asli Belanda. Sampai ketika kenangan de ik berikutnya bersama pappa ketika ia berusia sekitar sembilan tahun. [...] Onmiddelijk hoor ik vanuit de hemel de ijzingwekkende metalen stem gebieden: Wil die Indische mijnheer met dat kleine jongetje terugkeren en bij het stoplicht oversteken! [...] (hal. 502, paragraf 2)

16 9 Ketika mereka berdua menyebrang jalan, polisi yang sedang bertugas menggunakan pengeras suara menyebut dirinya sebagai Indische mijnheer. Pappa tidak mengindahkan peringatan itu, dia terus berjalan dan mengatakan kepada de ik bahwa ia orang Belanda, bukan seorang Indo-Belanda. Jika ditilik menggunakan pemikiran Hall mengenai pemberian identitas oleh orang lain, dengan penampilan fisik (uiterlijk) pappa yang seperti itu, bagi orang lain yang melihatnya dari luar, ia merupakan seorang Indo-Belanda. Asal usulnya telah memberinya identitas, yaitu keturunan Indo-Belanda. Akan tetapi, pappa terus berpegang teguh pada keyakinan dan ingin dipandang sebagai orang Belanda seutuhnya, tanpa ada embel-embel Hindia Belanda. Hal ini dapat saja dipertahankan, selama ia mau melakukannya, tetapi tetap tidak bisa memaksa orang lain untuk melihat dirinya sebagai orang Belanda asli, apalagi terhadap orang yang tidak dikenal sebelumnya. Selain posisinya sebagai assistent-resident, pappa tidak memiliki kenangan indah lain di Hindia-Belanda. [...] Alleen je herinneringen liet je nog binnen herinneringen aan een land dat niet meer bestaat, aan Indië [...] (hal. 502, paragraf 5) Kutipan di atas merupakan isi dari pidato pappa dalam upacara kematian temannya yang bernama Wim Schuitemaker. Ia merupakan seorang Indo-Belanda dan teman pappa sewaktu di kamp di Hindia-Belanda. Dengan kalimat tersebut, bahwa pappa telah melupakan Hindia-Belanda beserta seluruh isinya. Tidak peduli dengan apa yang telah Hindia-Belanda berikan kepadanya. Hal ini didasari pendapatnya bahwa ia merupakan orang Belanda yang tinggal di Belanda Pappa as being dan as becoming Identitas yang ada dalam diri pappa secara lahiriah adalah seorang Indo-Belanda. Hal ini tidak menjadi masalah ketika ia berada di Hindia Belanda. Bahkan, ia menjabat suatu posisi yang cukup tinggi di pemerintahan sebagai assistentresident. Terlahir dari ayah yang merupakan seorang Belanda asli dan ibu yang tidak diketahui di Hindia-Belanda, identitas as being tokoh pappa dapat dilihat dari penampilan luarnya yang seperti orang Hindia-Belanda. Dalam cerita ini, masalah warna kulit beberapa kali menjadi sorotan. Karena merupakan campuran

17 10 Indo-Belanda, warna kulit pappa cenderung coklat, dan itu berbeda dengan kulit orang Belanda kebanyakan. Oleh karena itu, terkadang orang salah mengganggapnya sebagi orang Hindia-Belanda. Dari identitas as being-nya yang seperti itu, pappa mengalami represi. Represi tersebut muncul karena ia tidak mau dianggap sebagai Indo-Belanda. Ia ingin disebut sebagai orang Belanda. Represi demi represi pada akhirnya menimbulkan resistensi. Resistensi itu muncul ketika ada yang menyebut dirinya seorang Indo-Belanda. [...] Die Indische mijnheer met die grijze jas en die alpinopet op, met dat kleine jongetje! Terugkeren naar het stoplicht! [...] Mijn vader loopt gewoon door en zegt tegen mij: Ik ben geen Indische mijnheer. Ik ben Nederlander. [...] (hal. 502 paragraf 2) Resistensi pappa atas perlakuan orang lain terhadap identitas as being-nya dilakukan sebagai bentuk identitas as becoming. Dengan kata lain, identitas as being pappa yang secara otomatis ia dapatkan ketika lahir dan pemberian dari orangtuanya adalah seorang Indo-Belanda yang memiliki kulit cenderung coklat. asli. Sedangkan identitas as becoming pappa adalah seorang Belanda seutuhnya. Pappa berusaha semaksimal mungkin untuk menunjukkan identitas as becomingnya sebagai seorang Belanda. Hal ini cukup berat dilakukan dan kadang mengalami hambatan dengan adanya keadaan fisik yang tidak bisa ditutupi, yakni warna kulit yang cenderung coklat.

18 BAB IV SIMPULAN Identitas as being tokoh pappa dalam fragmen Familiefeest karya Theordor Holman adalah seorang Indo-Belanda dengan ciri fisik kulit yang berwarna coklat. Wacana mengenai warna kulit merupakan pembahasan yang tidak lumrah diperbincangkan di keluarga pappa dan de ik, namun dengan adanya fakta bahwa pappa memiliki warna kulit lebih gelap dibandingkan dengan orang Belanda pada umumnya, terkadang orang lain selain keluarga memperlakukannya sebagai seorang Indo-Belanda. Akan tetapi, pappa tidak menyukai hal tersebut. Karena ia terus mendapat represi dari identitas as being-nya, yaitu tampilan fisik dirinya sebagai seorang Indo-Belanda, pappa mempertahankan identitas as becoming-nya, yaitu sebagai seorang Belanda asli. Ia tidak ingin disebut sebagai seorang Indo-Belanda. Pappa terus berusaha menunjukkan identitasnya sebagai seorang Belanda asli. Walaupun begitu, terkadang hal-hal yang terjadi, terjadi begitu saja dan tidak sesuai dengan keinginannya. Salah satu penyebabnya adalah kulitnya yang berwarna coklat yang tidak dapat ia tutupi, sehingga orang yang baru mengenalnya secara spontan menganggap ia seorang Indo-Belanda. 11

19 DAFTAR PUSTAKA Hall, Stuart Representation: Cultural Representations and Signifying Practices (Culture, Media and Identities series). London: Sage Publications Ltd. Mg. Sri Wiyarti dan Sutapa Mulya Sosiologi. Surakarta: UNS Press. Rutherford, Jonathan Identity: Community, Culture, Difference. London: Lawrence 7 Wishart. Taylor J, Steven. Bogdan, Robert Introduction to Qualitative Research Methods. Wiley. Internet: (diakses pada 24 Desember 2012 pukul 21.45) (diakses pada 27 Desember 2012 pukul 07:30) Sumber Korpus: Holman, Theodor Familiefeest. Amsterdam: Nijgh & Van Ditmar 12

: Astrina Nadia Wandasari NPM : : Eliza Gustinelly S.S., M.A. NIP : : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

: Astrina Nadia Wandasari NPM : : Eliza Gustinelly S.S., M.A. NIP : : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya ANALISIS PENGGAMBARAN DISKRIMINASI RAS, ETNIS, DAN KEBANGSAAN BESERTA DAMPAK YANG DITIMBULKAN DALAM TEKS POSTKOLONIAL FAMILIEFEEST KARYA THEODOR HOLMAN Penulis : Astrina Nadia Wandasari NPM : 0906643345

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI Bab II LANDASAN TEORI Teori yang digunakan dalam tulisan ini adalah teori Identitas Budaya-dalam kaitannya dengan multikulturalisme dari Stuart Hall.. 2.1 Teori Identitas Budaya dan kaitannya dengan multikulturalisme

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTITAS BUDAYA DALAM DE VEERTIGSTE DAG KARYA FRANS LOPULALAN

ANALISIS IDENTITAS BUDAYA DALAM DE VEERTIGSTE DAG KARYA FRANS LOPULALAN ANALISIS IDENTITAS BUDAYA DALAM DE VEERTIGSTE DAG KARYA FRANS LOPULALAN Penulis : Rani Dwika Artati NPM : 0906643515 Pembimbing : Mursidah NIP : 0706050099 Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1954 TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP ORANG ASING YANG BERADA DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1954 TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP ORANG ASING YANG BERADA DI INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1954 TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP ORANG ASING YANG BERADA DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan peraturan

Lebih terperinci

KALIMAT PASIF DALAM BAHASA BELANDA 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)

KALIMAT PASIF DALAM BAHASA BELANDA 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) KALIMAT PASIF DALAM BAHASA BELANDA 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) Dari berbagai referensi kalimat pasif dalam bahasa Belanda dan juga bahasa Inggris dikuasai anak Belanda

Lebih terperinci

PRONOMINA DALAM BAHASA BELANDA (HET VOORNAAMWOORD) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)

PRONOMINA DALAM BAHASA BELANDA (HET VOORNAAMWOORD) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) PRONOMINA DALAM BAHASA BELANDA (HET VOORNAAMWOORD) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) 1. Pronomina Persona (Kata Ganti Orang) (Het Persoonlijk Voornaamwoord) Objek/di belakang

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA KIASAN PUISI DE WOLKEN KARYA MARTINUS NIJHOFF DARI SUDUT PANDANG TOKOH AKU

ANALISIS MAKNA KIASAN PUISI DE WOLKEN KARYA MARTINUS NIJHOFF DARI SUDUT PANDANG TOKOH AKU ANALISIS MAKNA KIASAN PUISI DE WOLKEN KARYA MARTINUS NIJHOFF DARI SUDUT PANDANG TOKOH AKU Imas Nihono Sari Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424,

Lebih terperinci

Terkuak Sejarah Soekarno Tidak Pernah Dibuang ke Boven Digul,

Terkuak Sejarah Soekarno Tidak Pernah Dibuang ke Boven Digul, Terkuak Sejarah Soekarno Tidak Pernah Dibuang ke Boven Digul, Pembodohan Nasional atau Taktik Politikkah? 26 Agustus 2013 21:33:09 http://www.kompasiana.com/108da/terkuak-sejarah-soekarno-tidak-pernah-dibuang-ke-boven-digul-pembodohan-nasional-atau-taktik-politikkah_5520ad358133116c7419fab5

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi

Lebih terperinci

Cerita sang pejuang. Haduuh ayah kenapa aku harus menjual makanan ini sekarang. Aku mau. Aku memberi ikan gurame kepada salah satu ibu-ibu yang sedang

Cerita sang pejuang. Haduuh ayah kenapa aku harus menjual makanan ini sekarang. Aku mau. Aku memberi ikan gurame kepada salah satu ibu-ibu yang sedang Warganegara 1 Kresna Warganegara Rigen pratitisari Bahasa Indonesia 28 Agustus 2012 Cerita sang pejuang Tahun 1936, Desa Malik Haduuh ayah kenapa aku harus menjual makanan ini sekarang. Aku mau bermain

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1958 TENTANG PAJAK VERPONDING UNTUK TAHUN-TAHUN 1957 DAN BERIKUTNYA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1958 TENTANG PAJAK VERPONDING UNTUK TAHUN-TAHUN 1957 DAN BERIKUTNYA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 72 TAHUN 1958 TENTANG PAJAK VERPONDING UNTUK TAHUN-TAHUN 1957 DAN BERIKUTNYA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa oleh karena didalam praktek pemungutan tiap-tiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis sastra oral, berbentuk kisah-kisah yang mengandalkan kerja ingatan, dan diwariskan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

Pelajaran 1-6 PENGANTAR

Pelajaran 1-6 PENGANTAR Pelajaran 1-6 PENGANTAR Teks-teks Pelajaran 1-6 berasal dari buku yang sama: J. van Goor, De Nederlandse Kolonien, Geschiedenis van de Nederlandse expansie 1600-1975, Den Haag: Sdu Uitgeverij, 1994. Buku

Lebih terperinci

NAAR NEDERLAND HANDLEIDING

NAAR NEDERLAND HANDLEIDING NAAR NEDERLAND HANDLEIDING Bahasa Indonesia www.naarnederland.nl Bahasa Indonesia 1. Pengantar Sejak 15 Maret 2006 sebagian dari para pendatang baru yang ingin datang ke Belanda untuk jangka panjang dan

Lebih terperinci

NIET DAN GEEN PENGINGKARAN DALAM BAHASA BELANDA (NEGATIE) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)

NIET DAN GEEN PENGINGKARAN DALAM BAHASA BELANDA (NEGATIE) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) NIET DAN GEEN PENGINGKARAN DALAM BAHASA BELANDA (NEGATIE) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) Pengingkaran kata, frasa, dan klausa/kalimat dalam bahasa Belanda dinyatakan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

Konstruksi Identitas Budaya tokoh ik dalam cerita Onder de sneeuw een Indisch graf. Makalah. diajukan untuk melengkapi. Persyaratan mencapai gelar

Konstruksi Identitas Budaya tokoh ik dalam cerita Onder de sneeuw een Indisch graf. Makalah. diajukan untuk melengkapi. Persyaratan mencapai gelar Konstruksi Identitas Budaya tokoh ik dalam cerita Onder de sneeuw een Indisch graf Makalah diajukan untuk melengkapi Persyaratan mencapai gelar Sarjana Humaniora Oleh: Prilly R Nathalya NPM : 0906529275

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memang sudah umum dilakukan oleh semua orang. Hal ini dilakukan agar

BAB I PENDAHULUAN. memang sudah umum dilakukan oleh semua orang. Hal ini dilakukan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengabadikan sebuah fenomena yang terjadi di sekitar kita memang sudah umum dilakukan oleh semua orang. Hal ini dilakukan agar memiliki kenangan untuk mengingat kembali

Lebih terperinci

NASKAH IDENTIFIKASI NASKAH CUT 1

NASKAH IDENTIFIKASI NASKAH CUT 1 NASKAH IDENTIFIKASI NASKAH 1. Nama Program : Apresiasi Sastra 2. Judul Program : Novel Sebagai Sumber Sejarah 3. Topik : Novel sebagai Sumber Inspirasi Penulisan Sejarah 4. Judul Karya yang diulas : Layar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Komunikasi digunakan manusia untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Komunikasi digunakan manusia untuk mengetahui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi digunakan manusia untuk mengetahui berbagai informasi yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

KAJIAN POSTKOLONIALISME DAN KONSTRUKSI MASYARAKAT TERHADAP LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER)

KAJIAN POSTKOLONIALISME DAN KONSTRUKSI MASYARAKAT TERHADAP LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER) KAJIAN POSTKOLONIALISME DAN KONSTRUKSI MASYARAKAT TERHADAP LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER) Definisi Postkolonialisme Mendefinisikan istilah postkolonialisme sama susahnya dengan mendefinisikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI STRATEGI TIGA KATA. Nurkanti SMP Negeri 4 Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI STRATEGI TIGA KATA. Nurkanti SMP Negeri 4 Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI STRATEGI TIGA KATA Nurkanti SMP Negeri 4 Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia Abstrak: Kemampuan menulis cerpen merupakan salah satu kemampuan yang diujikan di

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT 53 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS A. Analisa Hukum Mengenai Keharusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra yang banyak diterbitkan merupakan salah satu bentuk dari berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk seni, tetapi sastra juga

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. Makalah Non-Seminar. Mutiara Aprilliannov. Pembimbing. Dr. Lilie Mundalifah Roosman

UNIVERSITAS INDONESIA. Makalah Non-Seminar. Mutiara Aprilliannov. Pembimbing. Dr. Lilie Mundalifah Roosman UNIVERSITAS INDONESIA Stereotip gender dilihat dari makna denotatif dan konotatif dalam lirik lagu Gers Pardoel Ik neem je mee dan Monique Smit Mijn vriendin Makalah Non-Seminar Mutiara Aprilliannov 1206202671

Lebih terperinci

Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme. (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian)

Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme. (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian) Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian) Seiring dengan perkembangan paradigma interpretivisme dan metodologi penelitian lapangan (f ield

Lebih terperinci

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955)

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955) 10 Dari kedua pendapat diatas maka penulis mengartikan Partisipasi adalah keikut sertaan (tindakan) yang dilakukan Lembaga, Institusi ataupun individu dalam suatu peristiwa. B. Konsep Peranan Peranan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2012 MAIDS' RESISTANCE THROUGH THE BOOK TO EQUALIZE THE RIGHTS AS POTRAYED IN "THE HELP" MOVIE (2011)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan. Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Psikologi Transgender Pada Tokoh Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan ringkasan dari

Lebih terperinci

UU 72/1958, PAJAK VERPONDING UNTUK TAHUN TAHUN 1957 DAN BERIKUTNYA *)

UU 72/1958, PAJAK VERPONDING UNTUK TAHUN TAHUN 1957 DAN BERIKUTNYA *) UU 72/1958, PAJAK VERPONDING UNTUK TAHUN TAHUN 1957 DAN BERIKUTNYA *) Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:72 TAHUN 1958 (72/1958) Tanggal:9 SEPTEMBER 1958 (JAKARTA) Tentang:PAJAK VERPONDING UNTUK TAHUN-TAHUN

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. BAB III TEMUAN PENELITIAN Dalam bab ini saya akan membahas temuan hasil penelitian terkait studi kasus kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. Mengawali deskripsi hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya terbatas pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan oleh semua makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri berfungsi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Peryaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

ABSTRAK PERANCANGAN KAMPANYE GERAKAN CINTA TAHURA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM KONSERVASI HUTAN KOTA BANDUNG

ABSTRAK PERANCANGAN KAMPANYE GERAKAN CINTA TAHURA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM KONSERVASI HUTAN KOTA BANDUNG ABSTRAK PERANCANGAN KAMPANYE GERAKAN CINTA TAHURA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM KONSERVASI HUTAN KOTA BANDUNG Oleh Nicowall Martin Djami NRP 0964125 Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda memiliki latar belakang pra

Lebih terperinci

Marilah kita lihat contoh berikut :

Marilah kita lihat contoh berikut : Sekarang kita menginjak ke tahapan penting kedua pelajaran kita. Dalam pelajaran IV ini, kita akan mempelajari pengungkapan kalimat yang TIDAK menggunakan AKAN, SUDAH, SEDANG. Kalimat yang kita buat disini

Lebih terperinci

PEMERINTAH SEBAGAI SUBJEK HUKUM PERDATA DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA. Oleh: Sarah S. Kuahaty

PEMERINTAH SEBAGAI SUBJEK HUKUM PERDATA DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA. Oleh: Sarah S. Kuahaty 53 PEMERINTAH SEBAGAI SUBJEK HUKUM PERDATA DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA Oleh: Sarah S. Kuahaty ABSTRACT Dalam pembagiannya subjek hukum Perdata terdiri atas manusia (naturlijkperson) dan badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang terletak di Pantai Timur Sumatera berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena berhadapan

Lebih terperinci

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk Program Bahasa ini berorientasi pada hakikat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA Identitas Indo Pada Lagu Ricky Risolles Jurnal Akademik Hemanda Prasetia 1006702355 Pembimbing Dr. Lilie Mundalifah Roosman 196409201994032001 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Standar Guru C C2 C3 C4 C5 C6 Menggunakan secara lisan wacana wacana lisan untuk wawancara Menggunakan wacana lisan untuk wawancara Disajikan penggalan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. menggunakan teori struktur novel Robert Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita,

BAB V KESIMPULAN. menggunakan teori struktur novel Robert Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita, BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis pada novel Nadira karya Leila S. Chudori dengan menggunakan teori struktur novel Robert Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita, tema, dan hubungan antarunsur, diperoleh

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 1.1 Menggunakan wacana lisan untuk wawancara 1.1.1 Disajikan

Lebih terperinci

REPRESENTASI PERNIKAHAN ANTARETNIS DALAM NOVEL MELAYU TIONGHOA NONA OLANDA S BAGI ISTRI TIONGHOA DAN R.A. SOELASTRI

REPRESENTASI PERNIKAHAN ANTARETNIS DALAM NOVEL MELAYU TIONGHOA NONA OLANDA S BAGI ISTRI TIONGHOA DAN R.A. SOELASTRI REPRESENTASI PERNIKAHAN ANTARETNIS DALAM NOVEL MELAYU TIONGHOA NONA OLANDA S BAGI ISTRI TIONGHOA DAN R.A. SOELASTRI OLEH: FARIDLATUS SYA ADAH 121214153005 MAGISTER KAJIAN SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

Bahasa dan Sastra Indonesia 3

Bahasa dan Sastra Indonesia 3 Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang Hak Cipta Buku ini dibeli Departemen Pendidikan Nasional dari CV Grahadi Bahasa dan Sastra Indonesia 3 Untuk SMA dan MA Kelas XII

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam bab ini dibicarakan tentang metode penelitian, teknik pengumpul data,

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam bab ini dibicarakan tentang metode penelitian, teknik pengumpul data, 53 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam bab ini dibicarakan tentang metode penelitian, teknik pengumpul data, sumber data, dan teknik analisis data. Adapun hal-hal tersebut dapat diuraikan sebagai

Lebih terperinci

Teks Sejarah (Pengertian,Ciri - Ciri, Jenis, Struktur, Kaidah, Mengabstraksi, Menulis, Menganalisis, dan Contoh)

Teks Sejarah (Pengertian,Ciri - Ciri, Jenis, Struktur, Kaidah, Mengabstraksi, Menulis, Menganalisis, dan Contoh) Teks Sejarah (Pengertian,Ciri - Ciri, Jenis, Struktur, Kaidah, Mengabstraksi, Menulis, Menganalisis, dan Contoh) Pengertian Teks Sejarah Teks Sejarah merupakan teks yang didalamnya menjelaskan/menceritakan

Lebih terperinci

PENUMBUHAN BUDAYA LITERASI DENGAN PENERAPAN ILMU KETERAMPILAN BERBAHASA (MEMBACA DAN MENULIS)

PENUMBUHAN BUDAYA LITERASI DENGAN PENERAPAN ILMU KETERAMPILAN BERBAHASA (MEMBACA DAN MENULIS) PENUMBUHAN BUDAYA LITERASI DENGAN PENERAPAN ILMU KETERAMPILAN BERBAHASA (MEMBACA DAN MENULIS) Mursalim Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman Jl. Pulau Flores No. 1 Samarinda, Kalimantan Timur Pos-el:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan juga dapat dikatakan sebagai hasil pemikiran manusia tentang penggambaran kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra, dalam hal ini novel, ditulis berdasarkan kekayaan pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah diungkapkan oleh Teeuw (1981:

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 2. Mengungkapkan wacana tulis nonsastra 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah berkomunikasi. Aktifitas yang sering dianggap sepele karena diasumsikan tidak perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

OCCULT PHENOMENA IN SHERLOCK HOLMES THE MOVIE THESIS BY CHRIESHER NAMAZCARRA

OCCULT PHENOMENA IN SHERLOCK HOLMES THE MOVIE THESIS BY CHRIESHER NAMAZCARRA OCCULT PHENOMENA IN SHERLOCK HOLMES THE MOVIE THESIS BY CHRIESHER NAMAZCARRA 0911110016 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF LANGUAGES AND LITERATURE FACULTY OF CULTURAL STUDIES UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang seperti yang banyak kita ketahui merupakan suatu negara maju dan

Bab 1. Pendahuluan. Jepang seperti yang banyak kita ketahui merupakan suatu negara maju dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui merupakan suatu negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan.

Lebih terperinci

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik)

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik) Kesalahan Umum Penulisan Disertasi (Sebuah Pengalaman Empirik) Setelah membimbing dan menguji disertasi di sejumlah perguruan tinggi selama ini, saya memperoleh kesan dan pengalaman menarik berupa kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA 65 No : PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Sebelum menjawab pernyataan, bacalah secara teliti 2. Pada lembar lembar berikut terdapat pernyataan yang membutuhkan tanggapan Anda. Pilihlah salah satu tanggapan yang

Lebih terperinci

Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam Novel Remaja Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek. Makalah Non-Seminar

Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam Novel Remaja Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek. Makalah Non-Seminar UNIVERSITAS INDONESIA Analisis Ragam Bahasa Remaja Laki-Laki dan Perempuan dalam Novel Remaja Ik ben jouw vriend niet meer karya Peter van Beek Makalah Non-Seminar Candra Bayu Salam 1206230145 Pembimbing

Lebih terperinci

EKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK

EKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK EKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK Oleh I Putu Wahyu Pradiptha Wirjana I Gusti Nyoman Agung Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Decisions that legally

Lebih terperinci

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya. Keberanian Pagi itu di pedesan Kaliurang udara tampak sejuk dan embun pagi mulai pupus. Pada hari pahlawan 10 November tahun dimana kita mengingat perjuangan para pahlawan Indonesia. Ibu Malino sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia MEMUTUSKAN

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia MEMUTUSKAN 1 UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1951 TENTANG PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PERUBAHAN ORDONANSI PAJAK PERALIHAN 1944, ORDONANSI PAJAK UPAH DAN ORDONANSI PAJAK KEKAYAAN 1932 (UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS STRUKTURAL

BAB II ANALISIS STRUKTURAL 16 BAB II ANALISIS STRUKTURAL Children literature menurut Hunt dalam An Introduction to Children s Literature (1994) adalah sastra yang sederhana, yang ditulis oleh orang dewasa dan ditujukan kepada anak-anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Televisi merupakan media yang dapat memberikan kepada khalayak penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang didapat ketika melihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. We live in a world where identity matters. (Gilroy dalam Kathryn

BAB 1 PENDAHULUAN. We live in a world where identity matters. (Gilroy dalam Kathryn BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang We live in a world where identity matters. (Gilroy dalam Kathryn Woodward, Identity and Difference, 1997: 301). Identitas merupakan hal yang penting karena identitas

Lebih terperinci

Mantan. Itu. Pengalaman

Mantan. Itu. Pengalaman Mantan Itu Pengalaman Penerbit Aksara Hati(k) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA Lingkup Hak Cipta: Pasal 2 1. Hak Cipta merupakan eksklusif bagi Pencipta dan Pemegang

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D) 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

NILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA

NILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA NILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA Oleh Fatmawati Nurul Ayu R Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

HIBRIDITAS, MIMIKRI, DAN AMBIVALENSI DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA: Analisis Postkolonial

HIBRIDITAS, MIMIKRI, DAN AMBIVALENSI DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA: Analisis Postkolonial HIBRIDITAS, MIMIKRI, DAN AMBIVALENSI DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA: Analisis Postkolonial SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar : 12.2 Menulis Teks Pidato/Ceramah/Khotbah dengan Sistematika dan Bahasa yang Efektif

Kompetensi Dasar : 12.2 Menulis Teks Pidato/Ceramah/Khotbah dengan Sistematika dan Bahasa yang Efektif Kompetensi Dasar : 12.2 Menulis Teks Pidato/Ceramah/Khotbah dengan Sistematika dan Bahasa yang Efektif Bapak kepala sekolah yang saya hormati. Bapak /Ibu Guru yang saya hormati. Para undangan yang saya

Lebih terperinci

MOTIF PENDENGAR RADIO RRI SURABAYA DALAM MENDENGARKAN PROGRAM ACARA LUDRUK SKRIPSI. Nama: Ardhi Pramudya NRP :

MOTIF PENDENGAR RADIO RRI SURABAYA DALAM MENDENGARKAN PROGRAM ACARA LUDRUK SKRIPSI. Nama: Ardhi Pramudya NRP : MOTIF PENDENGAR RADIO RRI SURABAYA DALAM MENDENGARKAN PROGRAM ACARA LUDRUK SKRIPSI Nama: Ardhi Pramudya NRP : 1423012037 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SURABAYA 2016

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN GUBERNUR DI JAWA TIMUR

PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN GUBERNUR DI JAWA TIMUR PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN GUBERNUR DI JAWA TIMUR TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu, tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat dan keadaan).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari fenomena yang dialami atau terjadi di sekeliling pengarang. Karya sastra yang diciptakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN POLITIK TAWAN KARANG PADA MASA KERAJAAN BALI KUNO DAN KOLONIAL BELANDA. Komang Ayu Suwindiatrini

KEBIJAKAN POLITIK TAWAN KARANG PADA MASA KERAJAAN BALI KUNO DAN KOLONIAL BELANDA. Komang Ayu Suwindiatrini 1 KEBIJAKAN POLITIK TAWAN KARANG PADA MASA KERAJAAN BALI KUNO DAN KOLONIAL BELANDA Komang Ayu Suwindiatrini Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract Tawan karang was more

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. responden, sehingga hasil atau data yang diperoleh benar-benar dari pihak atau

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. responden, sehingga hasil atau data yang diperoleh benar-benar dari pihak atau IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden merupakan sumber data primer dalam penulisan skripsi, untuk itu sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu perlu diketahui karakteristik

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak

BAB I PENDAHULUAN. bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan survei yang telah dilakukan dan wawancara dengan guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak masih kurang efektif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat

BAB V. Kesimpulan. Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat BAB V Kesimpulan A. Masalah Cina di Indonesia Studi mengenai etnis Tionghoa dalam penelitian ini berupaya untuk dapat melihat Masalah Cina, khususnya identitas Tionghoa, melalui kacamata kultur subjektif

Lebih terperinci

Permalink/DOI:

Permalink/DOI: Available online at website : http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/dialektika DIALEKTIKA: jurnal bahasa, sastra, dan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, 3(1), 2016, 52-66 Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/dialektika.v3i1.4181

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya yang menghubungkan dan mengikat anggota masyarakat satu dengan yang lain. Tradisitradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu informasi pada dasarnya mensyaratkan kecukupan (sufficient) dalam struktur internal informasi itu sendiri sehingga orang yang diajak komunikasi dapat memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. penulis dapat menarik kesimpulan mengenai pandangan para tokoh dalam novel Kicchin

Bab 4. Simpulan dan Saran. penulis dapat menarik kesimpulan mengenai pandangan para tokoh dalam novel Kicchin Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Melalui analisis yang dilakukan oleh penulis pada bab 3, secara keseluruhan penulis dapat menarik kesimpulan mengenai pandangan para tokoh dalam novel Kicchin secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

ASPEK-ASPEK TEMATIS DALAM BUKU KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA: Tinjauan Struktural Robert Stanton

ASPEK-ASPEK TEMATIS DALAM BUKU KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA: Tinjauan Struktural Robert Stanton ASPEK-ASPEK TEMATIS DALAM BUKU KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA: Tinjauan Struktural Robert Stanton SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

WACANA PENDIDIKAN POLITIK DALAM FILM GIE (ANALISIS SEMIOTIK KONSTRUKTIVISME)

WACANA PENDIDIKAN POLITIK DALAM FILM GIE (ANALISIS SEMIOTIK KONSTRUKTIVISME) WACANA PENDIDIKAN POLITIK DALAM FILM GIE (ANALISIS SEMIOTIK KONSTRUKTIVISME) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajad Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan IDHA KASIHATI A. 220040008

Lebih terperinci

SD kelas 5 - BAHASA INDONESIA BAB 2. PERISTIWA DALAM KEHIDUPANLatihan Soal 2.1

SD kelas 5 - BAHASA INDONESIA BAB 2. PERISTIWA DALAM KEHIDUPANLatihan Soal 2.1 SD kelas 5 - BAHASA INDONESIA BAB 2. PERISTIWA DALAM KEHIDUPANLatihan Soal 2.1 1. Kamu akan bermain peran menjadi Reporter Cilik. Reporter adalah seorang yang menyusun sebuah laporan. Reporter sama dengan

Lebih terperinci