BAB III STRATEGI DAN KONSEP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III STRATEGI DAN KONSEP"

Transkripsi

1 BAB III STRATEGI DAN KONSEP 1.1 Tujuan Komunikasi Pembuatan film documenter ini memiliki tujuan komunikasinya tersendiri, yaitu penulis berharap pesan yang terdapat dalam film documenter ini dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat dan mampu menjadi inspirasi, serta memotivasi kepada penerus kebudayaan sendiri. Maka dari itu diharapkan dengan film documenter ini pengenalan kebudayaan dalam film ini dapat tersampaikan dengan baik kepada seluruh masyarakat yang menjadi target audience. Karena film documenter dapat menyampaikan masalah ini secara informatife, edukatif, emosional Strategi Komunikasi Pembuatan karya audio visual berupa film documenter ini memiliki efek penyampaian pesan komunikasi tersendiri yang diharapkan mampu dimengerti dan diterima oleh penonton yang menjadi target pasaran. Penulis menggunakan penyampaian data pada film dokumenter dilakukan secara silih berganti antara data yang disampaikan oleh narasumber dengan data yang disampaikan oleh narator. Fungsinya adalah agar terjadi kesinambungan yang variatif dalam penyampaian tersebut. Penulis pada kali ini mengangkat tema tentang kesenian pencak silat cingkrig karena kesenian pencak silat cingkrig adalah salah satu dari kebudayaan kota Jakarta yang saat ini sudah jarang sekali terlihat, sehingga pencipta ingin menggambarkan eksistensi dari kesenian pencak silat cingkrig ini yang artinya kesenian ini masih ada di kota kelahirannya, yaitu di kota Jakarta. 34

2 35 Silat Cingkrik adalah seni bela diri Indonesia yang perkembangannya termasyur di wilayah Betawi dan telah berumur ratusan tahun dan diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.di tiap-tiap daerah di Indonesia ada tokoh-tokoh pencak silat yang ternama. Salah satu tokoh silat Cingkrik ini diantaranya adalah Ki Pitung yang menjadi legenda di kalangan masyarakat Betawi. Ki Pitung bagi masyarakat Betawi adalah pendekar dan pahlawan pembela kaum lemah dari kesewenang-wenangan penjajah Belanda dan antek-anteknya.ki Pitung beliau belajar pencak silat dari seorang haji yang berasal dari daerah Menes di Banten Jawa Barat. Beliau menyebar-luaskan pencak silat cingkrik Betawi ini ke daerah Marunda dan ke daerah Rawa Belong Kebon Jeruk serta daerah Jakarta dan sekitarnya. 1 Penulis mengharapkan film documenter yang dibuatnya dapat menjadi panutan dan inspirasi bagi kaum muda Indonesia khususnya pada pemuda betawi. Dari film documenter ini para pemuda betawi dapat melestarikan dan mengembangkan bukan hanya di dalam negeri namun juga untuk ke mancanegara. 1.2 Segmentasi Yang menjadi target dalam hal ini adalah : a. Demografi Segmentasi ini ditujukan kepada pria/wanita tetapi lebih cenderung kepada pemuda baik yang berkalangan menengah kebawah dan menengah keatas.seluruh masyarakat menengah kebawah maupun masyarakat keatas harus mengetahui cerita film tesebut. Karena didalam cerita ini terdapat banyak beberapa cerita yang menceritakan tentang betapa berharganya sebuah kebudayaan yang kita miliki. b. Geografi DKI Jakarta. Sehubung dengan kisah yang digunakan dalam cerita ini, maka dilihatdari kelompok para remaja putra maupun putri dimana mereka adalah sebagai generasi muda dan penerus bangsa dan kebudayaan. Penulis atau 1

3 36 sutradara membuat film ini mencoba mencari masyarakat kota, karena ini salah satu kebudayaan dari kota Jakarta, yaitu kesenian pencak silat cingrig, dan juga para pelaku pelaku dari kesenian pencak silat cingkrig tersebut. c. Psikografi Segmentasi psikografis adalah umur 5 40 tahun yang telah memiliki kedewasaan fisik dan psikologi yang mampu mengolah nalar dan mencerna imajinasi ke dalam bentuk nyaa. Banyak pertimbangan dalam pemikiran dan pemulihan akan sesuatu. Telah mampu mencerna jalan cerita yang kompleks dan psikologis mempunyai kelompok- kelompok tersendiri seperti mempunyai cerita fantasi dan lain-lain. Penggunaan media film dokumenter utuk menuturkan cerita yang menggabungkan antara visual dan audio denganbentuk visual secara nyata dan penambahan efek efek visual digital maupun manual untuk lebih mendramatisir cerita agar lebih menarik untuk dilihat. 3.3 Konsep Visual Dalam proses perancangan film menggunakan konsep visual yang mengacu pada bentuk bentuk dasar yang dipakai didalam dunia film documenter. Tetapi perwujudan ke dalam bahasa visual film dengan penyederhanaan yang disesuaikan dengan kondisi pada suatu waktu tertentu yang diambil pada saat itu juga. 3.4 Strategi Visual Konsep yang digunakan dalam pembuatan film ini adalah dengan cara dialog dari para nara sumber. Informasi yang disampaikan oleh para nara sumber berupa dialog atau Tanya jawab antara penulis dan nara sumber. Pembuatan film ini juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan editing yang baik. Karena tanpa kemampuan tersebut informasi yang akan disampaikan sulit

4 37 untuk dicerna oleh audience atau masyarakat dan sulit untuk mempengaruhi emosi masyarakat. Kemudian menggunakan teknik pengambilan gambar dan pengeditan gambar yang sempurna, agar dalam tayangan film tersebut audience dapat memahami dan mencerna isi dalam cerita film tersebut. 3.5 Analisa SWOT Analisa karya atau SWOT merupakan sebuah cara menganalisis data melalui pemahaman keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman suatu produk. Sebuah produk sudah pasti memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan harus semakin ditonjolkan, sementara kelemahan harus terus diminimalisir. Berikut pejelasan SWOT : 1. Kekuatan Produk (Strenght) Kekuatan film dokumenter yang pencipta buat ini mengangkat tentang kebudayaan dari kota Jakarta. Indonesia begitu kaya akan kebudayaan yang tedapat di dalamnya, sangat disayangkan jika kebudayaan asli yang ada di Indonesia lambat laun akan hilang. Melalui film dokumenter yang pencipta buat ini, di harapkan dapat menimbulkan kesadaran untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan asli dari kota Jakarta yang ada di Indonesia setelah khalayak menyaksikan tayangan dokumenter ini. mengangkat tema tentang kebudayaan dari kota Jakarta, yaitu kesenian pencak silat cingkrig. Film dokumenter ini juga memiliki kekuatan yang dikemas dengan narasi untuk memperjelas apa yang ingin disampaikan melalui program dokumenter ini. 2. Kelemahan (Weakness)

5 38 Film dokumenter dengan tema kebudayaan tentunya tidak semua masyarakat menyukainya. Hal ini disebabkan masyarakat saat ini lebih banyak mengenal kebudayaan dari luar daripada kebudayaan mereka sendiri. Ini menjadi kelemahan dari program dokumenter yang pencipta buat. Tetapi pencipta akan berusaha memperkenalkan kebudayaan dan melakukan promosi melalui program dokumenter ini agar masyarakat yang tadinya kurang mengenal dan mengenal kebudayaan Indonesia, menjadi lebih mengenal, menyukai dan bahkan ikut berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan asli dari kota - kota yang ada di Indonesia. 3. Peluang (Oportunity) Jarangnya film televisi yang khusus mengangkat tentang kebudayaan dari kota-kota yang ada di Indonesia, menarik minat audience terhadap isi film ini, sehingga rasa keingintahuan khalayak sangat besar. Kemasan film dokumenter "Jawara Metropolitan" dikemas lebih santai, bahasa narasi yang di bawakan narator sangat menghayati tiap bait narasi yang dibawakannya. Ini dimaksudkan agar apa yang ingin disampaikan melalui film ini dapat diterima dan dicapai dengan baik. 4. Ancaman (heath) Kebanyakan masyarakat saat ini lebih menyukai acara yang berbentuk hiburan seperti sinetron, film, acara komedi, dan sebagainya, dan juga program dokumenter televisi yang dikemas dengan baik. 3.6 Ide Cerita Deskripsi Karya Langkah awal pencipta di dalam pembuatan film documenter ini adalah dengan memberikan informasi dan meyakinkan audience, serta mengenali audience. Hal ini dilakukan agar pencipta dapat memberikan

6 39 inspirasi kepada audience di dalam memberikan informasi untuk meyakinkan penonton, dan tentunya juga untuk membawa manfaat besar bagi penonton yang menyaksikan tayangan film dokumenter ini. Kategori Media Format Judul Film Durasi Film Target Audience Jenis Kelamin : Informasi dan Edukasi : Televisi : Dokumenter Televisi : Jawara Metropolitan : 15 menit : Semua Umur : Perempuan dan Laki-laki Stat. Ekonomi Sosial : Semua Kalangan Karakteristik Produksi : Live Record / taping (multi kamera) Pra Produksi Proses ini adalah proses awal dalam pembuatan film, yang dilakukan pencipta sebagai scriptwriter: 1. Ide Penciptaan Karya Ide video dokumenter Jawara Metropolitan ini datang ketika pencipta melihat kesenian pencak silat cingkrig di rawa belong. Kemudian pencipta melakukan pendekatan dengan pelaku dari kesenian pencak silat cingkrig dan kemudian melakukan penelusuran untuk mengetahui kesenian pencak silat cingkrig ini. Ternyata pencipta melihat bahwa kesenian pencak silat cingkrig ini sudah jarang sekali terlihat ditengah

7 40 masyarakat kota Jakarta. Dari hasil tersebut pencipta mempunyai ide untuk mengangkat kebudayaan asli kota Jakarta, yaitu kesenian pencak silat cingkrig ke dalam bentuk karya documenter potret dengan tema kebudayaan. 2. Menentukan Tema Setelah tercapai kesepakatan dengan tim produksi, tema yang diangkat adalah sebuah film dokumenter dengan tema kebudayaan. Pada film ini pencipta memberikan narasi agar apa yang ingin disampaikan melalui film dokumenter ini dapat tercapai dengan baik. 2 Briefing Pertemuan pencipta di sini sebagai scriptwriterdengan produser akan membahas sejauh mana kesiapan menuju tahap produksi. 3 Menentukan Tim Produksi Tim produksi inilah yang nantinya akan membantu pencipta sebagai scriptwriter di sini dalam mengembangkan bahasa tulisan menjadi bahasa visual. Penulis Naskah Sutradara Kameraman Editor Narator : Febi Fajri : Febi Fajri : Andre Naubaty dan Fatahillah : Asep Rosady dan Rifky : Anisa Saraswanti 5. Hunting Lokasi Pemilihan lokasi untuk menentukan pengambilan gambar dilakukan agar tidak terjadi kekacauan saat berlangsungnya kegiatan produksi, dan juga

8 41 untuk melihat alat apa saja yang nanti akan dipakai pada saat proses produksi berlangsung. 6. Pengumpulan Materi Materi yang penciptaangkatsebagaireferensibaiktulisanmaupuninformasidarinarasumbe rsemuanyapenciptakumpulkanmenjadisatuhinggaakhirnyapenciptadapatme ngembangkantugasakhirini. 7. Pembuatan Konsep Naskah Pada program dokumenter Sketsa Kota pencipta membuat konsep naskah yang terdiri dari ide (sinopsis), treatment, dan naskah narasi Judul Film Judul film ini adalah Film Dokumenter Jawara Metropolitan. Mengangkat judul yang membahas tentang kebudayaan asli kota Jakarta, yaitu kesenian pencak silat cingkrig Sinopsis Sinopsis Film Dokumenter Jawara Metropolitan Pencak silat cingkrig adalah salah satu kebudayaan Betawi yang saat ini sudah jarang sekali terlihat di masyarakat kota Jakarta. Pencak silat cingkrig ini berasal dari daerah Rawa Belong. Di daerah Rawa Belong ini lahirlah delapan padepokan pencak silat cingkrig yang ingin melestarikan dan

9 42 mempertahankan kebudayaan dari kota Jakarta ini agar tetap bisa di kenal oleh masyarakat. Delapan padepokan itu diantaranya sanggar si pitung, cingkrig rawa belong, cingkrig kong ayat, cingkrig kong hamdan, cingkrig nasrullah, cingkrig kong acik, cingkrig mar'ali, dang cingkrig amri. Saat ini padepokan-padepokan pencak silat cingkrig yang ada di Rawa Belong terus berusaha untuk mernpertahankan dan melestarikan kebudayaan pencak silat cingkrig ini. Mereka tidak mau warisan dari kebudayaan Betawi ini lambat laun akan hilang seiring dengan perkembangan kota Jakarta yang semakin maju. Istilah yang mereka pakai sekarang adalah Pitung Jawara tempo dulu engan menggunakan golok, tetapi Pitung sekarang sebagai jawara metropolitan dengan menggunakan pena. Maksudnya adalah selain pandai menguasai pencak silat cingkrig atau pintar bermain pukulan, masyarakat suku asli Betawi juga harus mempunyai otak yang berarti mempunyai pendidikan. 3.7 Treatment - Opening - Gambar pengantar mengenai suasana kota Jakarta - Pemaparan pencak silat cingkrig - Penampilan pencak silat cingkrig - Steatment dan harapan dari para budayawan betawi, pemerintah dan masyarakat kota jakarta 3.8 Narasi NASKAH NARASI JAKARTA/ KOTA YANG IDENTIK DENGAN KOTA METROPOLITAN// PERKEMBANGANNYA KINI BEGITU PESAT// GEDUNG-GEDUNG PENCAKAR LANGIT YANG MENJULANG TINGGI/ SEOLAH MENJADI SEBUAH LUKISAN DARI KOTA JAKARTA ITU SENDIRI// HAL INI MENYEBABKAN KESENIAN ASLI DARI KOTA JAKARTA/ YAKNI KESENIAN BETAWI/ SAAT INI SUDAH JARANG SEKALI TERLIHAT DI TENGAH MASYARKAT KOTA JAKARTA// ONDEL-ONDEL/ GAMBANG

10 43 KROMONG/ TANDJIDOR/ TARI JALI-JALI/ DAN SILAT CINGKRIG/ ADALAH BEBERAPA DARI KESENIAN BETAWI/ YANG SAAT INI KEBERADAANNYA SUDAH MULAI TERLUPAKAN SEBAGAI KESENIAN ASLI DARI KOTA JAKARTA// KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG/ ADALAH KESENIAN BETAWI YANG SEKARANG INI SUDAH JARANG SEKALI TERLIHAT DI TENGAH MASYARAKAT KOTA JAKARTA// KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG INI BERASAL DARI DAERAH RAWA BELONG// DI DAERAH RAWA BELONG INI LAHIR KE DELAPAN PADEPOKAN PENCAK SILAT CINGKRIG YANG SAAT INI MASIH BERTAHAN// KEDELAPAN PADEPOKAN ITU DIANTARANYA SANGGAR SI PITUNG/ CINGKRIG RAWA BELONG/ CINGKRIG KONG AYAT/ CINGKRIG KONG HAMDAN/ CINGKRIG NASRULLAH/ CINGKRIG KONG ACIK/ CINGKRIG MAR ALI/ DAN CINGKRIG AMRI// KE DELAPAN PADEPOKAN INI AKAN TERUS MEMPERTAHANKAN KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG AGAR BISA TETAP DI KENAL SEBAGAI KESENIAN ASLI DARI KOTA JAKARTA// SAYANGNYA/ KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG INI/ KINI HANYA BISA DI TEMUI DI DAERAH PERKAMPUNGAN KOTA JAKARTA// KEBERADAANNYA SEKARANG PERLAHAN MULAI MENGHILANG/ SEIRING DENGAN PERKEMBANGAN KOTA JAKARTA YANG SEMAKIN MODERN/ DAN MASUKNYA KEBUDAYAAN-KEBUDAYAAN ASING YANG MENDOMINASI KOTA JAKARTA// JIKA HAL INI TERUS DI BIARKAN/ TENTUNYA KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG INI KE DEPANNYA HANYALAH TINGGAL CERITA// EKSISTESI DARI KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG/ SAAT INI MASIH TERUS DI PERTAHANKAN// NAMUN/ ADA BEBERAPA HAL YANG MENYEBABKAN KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG INI/ SEKARANG MENJADI KURANG BEGITU DI KENAL SEBAGAI KESENIAN ASLI DARI KOTA JAKARTA //

11 44 UNTUK MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI DARI KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG INI/ PARA PELAKU DARI KESENIAN PENCAK SILAT CIINGKRIG/ MEMPUNYAI CARA TERSENDIRI UNTUK MEMPERKENALKANNYA// MELIHAT EKSISTENSI KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG YANG SAAT INI SUDAH JARANG SEKALI TERLIHAT/ PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA/ DALAM HAL INI DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN/ TERUS BERUPAYA UNTUK MENJAGA DAN MELESTARIKAN KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG INI/ AGAR BISA TETAP DI KENAL OLEH MASYASAKAT KOTA JAKARTA// SEMENTARA ITU/ LEMBAGA KEBUDAYAAN BETAWI SEBAGAI LEMBAGA YANG MEMELIHARA DAN MENJAGA KEBUDAYAAN ASLI DARI KOTA JAKARTA/ SAAT INI JUGA TERUS BERUSAHA UNTUK MENGEKSISTENSIKAN KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG/ AGAR BISA LEBIH DI KENAL OLEH MASYARAKAT KOTA JAKARTA// SEBAGAI PELAKU DARI KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG/ TENTUNYA/ MEREKA TIDAK MAU LAMBAT LAUN KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG INI AKAN HILANG SEIRING DENGAN PERKEMBANGAN KOTA JAKARTA YANG SEMAKIN MODERN// MEREKA PUN TERUS BERUSAHA UNTUK MEMPERTAHANKAN KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG INI// PEMERINTAH PUN SAAT INI/ TERUS MENCOBA MELAKUKAN USAHA- USAHA AGAR KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG BISA DAPAT TERUS BERTAHAN DAN TETAP EKSIS DI TENGAH MASYARAKAT KOTA JAKARTA// DEMIIKIAN PULA HALNYA DENGAN LEMBAGA KEBUDAYAAN BETAWI/ LEMBAGA INI AKAN TERUS BERUSAHA MEMPERTAHANKAN KESENIAN PENCAK SILAT CINKGRIG INI SEBAGAI KESENIAN ASLI DARI KOTA JAKARTA//

12 45 BERBAGAI UPAYA DAN USAHA TELAH DILAKUKAN UNTUK MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI DARI KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG INI// PELAKU KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG/ PEMERINTAH/ LEMBAGA KEBUDAYAAN BETAWI/ DAN MASYARAKAT KOTA JAKARTA/ MEMPUNYAI HARAPAN-HARAPAN KE DEPAN TERHADAP KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG INI// PARA PELAKU DARI KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG/ AKAN TERUS MEMELIHARA DAN MENJAGA EKSISTENSI KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG INI// MEREKA ADALAH JAWARA- JAWARA METROPOLITAN YANG SIAP MENJAGA DAN MELESTARIKAN KESENIAN PENCAK SILAT CINGKRIG / AGAR BISA TETAP BERTAHAN DAN BERKEMBANG DI TENGAH PERKEMBANGAN KOTA JAKARTA YANG SEMAKIN MODERN/ SEHINGGA KE DEPANNYA NANTI/ KESENIAN PENCAK SILAT CINGRIG INI/ TIDAK LAGI MENJADI TAMU DI TANAH KELAHIRAN MEREKA SENDIRI/ MELAINKAN MENJADI TUAN RUMAH DI MANA MEREKA BERASAL/ YAKNI DI KOTA JAKARTA// 3.9 Perencanaan Budget No Nama Jumlah Jumlah satua Pra Produksi Harga Keterangan 1 Konsumsi Rp Rapat Produksi Rp Fotokopi Naskah Rp Produksi 4 Kamera 3 Rp Rp x sewa

13 46 5 Clip On 1 Rp Rp x sewa 6 Kaset Mini DV 6 Rp Rp Beli Transportasi Rp Tripod 1 Rp Rp x sewa Pasca produksi 7 Processing Sendiri 8 Editing Sendiri 9 Mastering 3 Rp Rp Total Rp Tabel Time Schedule NO KEGIATAN April Mei Juni PRA PRODUKSI -Penemuan Ide -Pengumpulan Materi -Pembuatan naskah -Menentukan tim produksi -Menghubungi narasumber 2 PRODUKSI -Shooting -Laporan produksi -Evaluasi produksi

14 47 3 PASCA PRODUKSI -Editing Video -Mixing audio video -On line editing / preview 3.11 Strategi Media Tabel 3.2 Strategi media adalah taktik dalam menentukan media yang tepat yang akan digunakan dalam melakukan sebuah penyampaian informasi. Dan di sini strategi media yang akan digunakan menggunakan media audio visual yaitu film dokumenter karena media audio visual adalah media yang membutuhkan dua panca indra dalam berkomunikasi sehingga memungkinkan untuk lebih mudah di mengerti oleh remaja. Media audio visual yang digunakan berbentuk kepingan CD atau biasa kita sebut DVD. Menggunakan media ini karena selain mengandung unsur audio visual. permasalahan yang diangkat lebih mudah disampaikan dengan adanya unsur verbal dan non- verbal yang disampaikan dalam film tersebut Strategi Pemasaran Strategi pemasaran adalah pengambilan keputusan-keputusan tentang biaya pemasaran, alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dan kondisi persaingan. Distribusi DVD ini dilakukan disekolah-sekolah, perpustakaan karena sebagai pedoman pendukung pembelajaran pada setiap siswa - siswi disekolah tersebut dan agar dalarn menyaksikan film tersebut para siswa maupun siswi dapat menghormati kebudayaan mereka, sehingga termotivasi untuk melestarikan kebudayaan mereka. Pada tempat-tempat tersebut diharapkan akan dapat sering terjadi perubahan oleh para pecinta film khususnya oleh audience yang telah menyaksikan film documenter.

15 Media Promosi Sebuah film documenter ini dengan tema kebudayaan yang memberikan informasi tentang kebudayaan dan juga dapat memotivasi masyarakat untuk semakin mencintai dan menjaga kebudayaan asli Indonesia. Film ini menceritakan tentang kebudayaan asli dari kota Jakarta yaitu pencak silat cingkrigenalkan film inikepada masyarakat, pencipta melakukannya dengan mempromosikan ini bukan hanya dari mulut ke mulut saja, akan tetapi juga ada media promosi lainnya sebagai berikut : 1. Poster 2. T- Shirt 3. Cakram CD 4. Cover CD 5. Sticker 6. X Banner 7. Mug

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota metropolitan yang sangat padat penduduknya. Penduduknya bukan hanya berasal dari asli Jakarta saja yang ada disana, tetapi dari luar pulau bahkan

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN 46 BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tujuan Komunikasi Film dokumenter Lipsync in My Life ini pada dasarnya bertujuan untuk memberikan informasi tentang potret kehidupan kehidupan seorang waria yang berprofesi

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIS PRODUKSI

BAB IV TEKNIS PRODUKSI BAB IV TEKNIS PRODUKSI 4.1 Teknis Produksi Dalam pembuatan film, banyak tahapan yang dilalui oleh penulis. Pertama tama penulis mempersiapkan konsep atau ide cerita film yang ingin dibuat. Lalu melakukan

Lebih terperinci

27 BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tujuan Komunikasi Di harapkan dengan film documenter Bisnis Ilegal 2x1 ini akan membuka mata masyarakat tentang realita yang sebenarnya terjadi di seluk beluk pemakaman

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan peneliti dalam film dokumenter Creation Of Daniel s ini, peneliti

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan peneliti dalam film dokumenter Creation Of Daniel s ini, peneliti BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tujuan Komunikasi Tujuan peneliti dalam film dokumenter Creation Of Daniel s ini, peneliti ingin menunjukan karya dari Daniel Alamsjah kepada masyarakat bahwa Bukit Rhema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Topik yang dipilih oleh penulis adalah editing dalam pasca produksi. tayangan drama dokumenter Seniman Kulit Telur.

BAB I PENDAHULUAN. Topik yang dipilih oleh penulis adalah editing dalam pasca produksi. tayangan drama dokumenter Seniman Kulit Telur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Topik / Judul Tayangan Topik yang dipilih oleh penulis adalah editing dalam pasca produksi tayangan drama dokumenter Seniman Kulit Telur. Judul Tayangan : Seniman Kulit Telur 1.2.

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI DAN KONSEP

BAB III STRATEGI DAN KONSEP BAB III STRATEGI DAN KONSEP 3.1 Strategi Komunikasi Pembuatan karya audio visual berupa film dokumenter ini memiliki efek penyampaian pesan komunikasi tersendiri yang diharapkan mampu dimengerti dan diterima

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( )

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( ) ABSTRAK Indonesia memiliki banyak kebudayaan, tradisi, dan adat istiadat yang tidak banyak diketahui oleh generasi muda. Budaya dan tradisi yang dipercaya turun temurun dan merupakan identitas bangsa harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari menjadi kebutuhan untuk bersosialisasi dengan individu atau masyarakat. Komunikasi menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan.

Lebih terperinci

BAB III TEKNIK PODUKSI. dibuat adalah peneliti ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang

BAB III TEKNIK PODUKSI. dibuat adalah peneliti ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang 28 BAB III TEKNIK PODUKSI 3.1 Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasi daripada dokumenter televisi Luntur yang akan dibuat adalah peneliti ingin menyampaikan kepada masyarakat tentang kebudayaan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tujuan Komunikasi Film dokumenter ini menceritakan mengenai kehidupan masyarakat suku Baduy yang dimana terdapat problematika sosial budaya dalam konteks kepercayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ujungberung yang terletak di Kota Bandung ini memiliki beragam kesenian, salah satunya adalah kesenian yang berkembang saat perjuangan kemerdekaan Indonesia. menurut

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya adalah salah satu aset berharga yang sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan. Indonesia sebagai negara yang memiliki beragam suku, tentu memiliki

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. Budaya Lokal Betawi. Ondel-ondel. Bentuk Ondel-ondel. Data. Video, Artikel, Buku dan lain-lain. Macam-macam aplikasi ondel-ondel

II. METODOLOGI. Budaya Lokal Betawi. Ondel-ondel. Bentuk Ondel-ondel. Data. Video, Artikel, Buku dan lain-lain. Macam-macam aplikasi ondel-ondel II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Budaya Lokal Betawi Ondel-ondel Sejarah Ondel-ondel Bentuk Ondel-ondel Ornamen pada ondel-ondel dan pakaiannya. Data Ondel-ondel Boneka besar Topeng Rambut (kembang

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Kebutuhan akan informasi dan hiburan secara instan menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan peneliti dalam film dokumenter SENJANG ini, peneliti ingin

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan peneliti dalam film dokumenter SENJANG ini, peneliti ingin 48 BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tujuan Komunikasi Tujuan peneliti dalam film dokumenter SENJANG ini, peneliti ingin menunjukan mengaplikasikan teori yang sudah penulis pelajari sebelumnya. Melalui produksi

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. alat-alat elektronik dibandingkan bermain bersama teman-temannya dilapangan

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. alat-alat elektronik dibandingkan bermain bersama teman-temannya dilapangan 27 BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Tujuan Komunikasi Iklan ini dibuat berdasarkan pada fenomena perubahan pola permainan anakanak pada masa sekarang ini yang lebih sering terlihat bermain

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. sesuai dengan tujuannya program tersebut dibuat. Program news feature adalah

BAB IV PENUTUP. sesuai dengan tujuannya program tersebut dibuat. Program news feature adalah BAB IV PENUTUP Sebuah stasiun televisi membutuhkan karya karya kreatif setiap hari untuk mengisi slot jam tayangnya. Karya karya program televisi yang dibuat harusnya sebuah program yang berbeda, unik,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG... ii. HALAMAN PENGESAHAN SIDANG.. iii

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG... ii. HALAMAN PENGESAHAN SIDANG.. iii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.. HALAMAN JUDUL..... i HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG... ii HALAMAN PENGESAHAN SIDANG.. iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS MATERI.. iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH.....

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stasiun televisi menayangkan berbagai jenis program acara setiap harinya dalam jumlah yang banyak dan beragam. Ada program berita yang terbagi menjadi hardnews dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN Masalah yang akan dikomunikasikan

BAB 4 METODE PERANCANGAN Masalah yang akan dikomunikasikan BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Strategi komunikasi 4.1.1.1 Masalah yang akan dikomunikasikan Masalah yang akan dikomunikasikan yaitu mengenai media televisi. Pada masa sekarang media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai agar data yang dikirim oleh pengirim bisa sampai ke penerima. Media yang dipakai bisa melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya dan komunitas masyarakat yang unik seperti ras, suku, agama, dan etnis. Kebudayaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerita rakyat adalah salah satu budaya Indonesia yang menambah keragaman budaya di negeri kita dan patut dilestarikan. Setiap daerah di Indonesia pada umumnya mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dalam pembuatan produksi sebuah film, pada dasarnya memiliki suatu rangkaian tahapan yang harus dilalui. Rangkaian tersebut akan membantu menentukan hasil proses produksi program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi visual sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi visual sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan manusia di BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Komunikasi visual sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan manusia di bidang informasi visual melalui lambang-lambang kasat mata, dewasa ini perkembangannya

Lebih terperinci

promosi batik genes bagi remaja di Surakarta Oleh :

promosi batik genes bagi remaja di Surakarta Oleh : 1 Perancangan desain komunikasi visual sebagai media promosi batik genes bagi remaja di Surakarta Oleh : Amelia Pitra Rizki Khoirunnisa NIM. C.0702002 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan Film Pendek Passing note merupakan salah satu media Audio Visual yang menceritakan tentang note cinta yang berlalu begitu saja tanpa sempat cinta itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberi informasi melalui berbagai media seperti cetak, elektronik dan internet. Salah

BAB I PENDAHULUAN. pemberi informasi melalui berbagai media seperti cetak, elektronik dan internet. Salah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengikuti perekembangan teknologi, penyebaran informasi begitu cepat dan mudah dengan berbagai sarana yang ada masa kini, siapapuhn dapat mengakses serta menjadi pemberi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang padat akan aktifitas membutuhkan hiburan dan informasi yang cepat, mudah dan murah. Ketat dan pesatnya persaingan dalam industri televisi khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan. pesan/informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan. pesan/informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memahami pengertian manajemen komunikasi, terlebih dahulu dijelaskan pengertian komunikasi secara umum. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Jawa Barat atau dikenal dengan Pantura yang menghubungkan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Kerangka berpikir studi diatas merupakan tahap dari konsep berpikir penulis, berikut penjelasan secara singkat: 1. Passing note Judul dari film pendek yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kesenian. Salah satunya adalah angklung. Angklung adalah kesenian yang berupa alat musik tradisional. Angklung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, negara kepulauan yang menghubungkan dari Sabang sampai Merauke. Hasil atau produk Indonesia pun sebenarnya

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan komunikasi dalam film Harmony ini, peneliti ingin

BAB III KONSEP PERANCANGAN. Tujuan komunikasi dalam film Harmony ini, peneliti ingin BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1. Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasi dalam film Harmony ini, peneliti ingin menginformasikan bahwa di daerah Jatiwarna, Bekasi, Jawa Barat, bermukim sekelompok Betawi Kristen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya Indonesia memiliki kekayaan budaya yang berlimpah dan beragam. Namun dengan kekayaan budaya yang Indonesia miliki ternyata tidak memberikan bukti nyata

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG... ii. HALAMAN PENGESAHAN SIDANG.. iii

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG... ii. HALAMAN PENGESAHAN SIDANG.. iii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.. HALAMAN JUDUL..... i HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG... ii HALAMAN PENGESAHAN SIDANG.. iii KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH.....iv ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Gambar 2.1 Animasi edukasi KOK BISA Sumber : Youtube Animasi yang digunakan sebagai media edukasi ini pernah dibuat oleh kanal Youtube asal Indonesia yang bernama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain sebagai negara dengan jumlah pulau terbanyak di dunia, Indonesia juga merupakan negara dengan jumlah suku bangsa terbanyak di dunia, yaitu terdapat lebih

Lebih terperinci

REDESAIN VIDEO PROFILE BALAI PENELITIAN TANAMAN BUAH TROPIKA (BALITBU TROPIKA) KABUPATEN SOLOK JURNAL

REDESAIN VIDEO PROFILE BALAI PENELITIAN TANAMAN BUAH TROPIKA (BALITBU TROPIKA) KABUPATEN SOLOK JURNAL REDESAIN VIDEO PROFILE BALAI PENELITIAN TANAMAN BUAH TROPIKA (BALITBU TROPIKA) KABUPATEN SOLOK JURNAL Oleh : MUHAMMAD ILHAM 1201217/2012 PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL JURUSAN SENI RUPA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Elwin Adlian Raharja, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Elwin Adlian Raharja, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni bela diri yang menjadi salah satu budaya Indonesia dan juga merupakan saksi jalannya perjuangan rakyat Indonesia pada masa penjajahan adalah seni bela diri pencak

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses, produksi dan pasca produksi dalam pembuatan film AGUS. Berikut ini adalah penjelasan proses pembuatan film yang berjudul AGUS, sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III TEKNIK PRODUKSI

BAB III TEKNIK PRODUKSI BAB III TEKNIK PRODUKSI 3.1 Rencana Pra Produksi Dalam membuat tayangan dokumenter Terjajah Keadaan dibuat daftar keinginan (wish list) untuk mempermudah pembuatan tayangan film documenter. 3.1.1 Para

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA 1501204956 SCHOOL OF DESIGN INTERIOR DESIGN DEPARTMENT UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2015 2 BAB

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUA. budaya etnis Tionghoa, yakni Budaya Seni Tari Barongsai. Judul Tayangan : Liukan Barongsai

BAB I PEDAHULUA. budaya etnis Tionghoa, yakni Budaya Seni Tari Barongsai. Judul Tayangan : Liukan Barongsai BAB I PEDAHULUA 1.1 Topik dan/atau Judul Tayangan Topik yang dipilih oleh penulis adalah tentang melestarikan salah satu budaya etnis Tionghoa, yakni Budaya Seni Tari Barongsai. Judul Tayangan : Liukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran

BAB III LANDASAN TEORI. 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan merupakan proses perubahan sikap seseorang untuk menjadi lebih baik baik dari segi pengetahuan dan segi moral atau tingkah laku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki ragam warisan budaya. Seiring perubahan zaman, kemajuan teknologi menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki keanekaragaman budaya, dimana kenekaragaman tersebut merupakan kekayaan bagi bangsa Indonesia. Saat ini, keanekaragaman budaya tersebut beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa ini perkembangan teknologi komunikasi telah berkembang sehingga membuat sebuah informasi bertumbuh pesat, hal ini membuat kebutuhan setiap individu terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki segudang kesenian dan kebudayaan yang sangat menarik untuk kita gali. Banyak sekali kebudayaan serta kesenian Indonesia yang sudah mulai punah karena

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser 1 ABSTRAK Film pendek memiliki banyak genre mulai drama cerita, documenter, kartun, bisu, animasi, boneka, stop-motion, dll, dengan waktu yang pendek. Film ANTOMIME bergenre bisu atau silent movie. Proses

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari beragam suku, budaya, dan bahasa. Indonesia memiliki banyak bahasa Ibu yang disebut juga sebagai bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 STRATEGI KREATIF 4.1.1 Strategi Komunikasi Strategi komunikasi adalah sebuah perencanaan komunikasi yang digunakan untuk mencapai tujuan dari publikasi buku pada masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab dua, dalam kajian komunikasi. menurut Laswel terdapat lima unsur komunikasi.

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab dua, dalam kajian komunikasi. menurut Laswel terdapat lima unsur komunikasi. 144 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kajian dari Ilmu Komunikasi Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab dua, dalam kajian komunikasi menurut Laswel terdapat lima unsur komunikasi. Yaitu: (1) komunikator dalam program

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Perancangan Video Virtual Reality Gunung Tangkuban Perahu ini termasuk dalam lingkungan non-fisik, yaitu sebagai media penyampaian cerita dongeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagian besar kota besar yang ada di Indonesia saat ini semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu kota yang berkembang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Cangkuang adalah sebuah desa yang terletak diantara kota Bandung dan kota Garut, di desa ini terdapat sebuah kampung yang bernama kampung Pulo, dan di kampung

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Indonesia sebagai Negara Kepulauan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metode Penelitian Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya 1.1.1 Alasan Pemilihan Tema Di Indonesia pada dasarnya sangat kental dengan cerita misteri, sampai saaat ini pun di radio-radio tanah air

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BONEKA TAMBANG MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BONEKA TAMBANG MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL BAB II PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BONEKA TAMBANG MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL I I. 1 Sejarah Boneka Boneka merupakan salah satu mainan tradisional yang paling tua, karena boneka sudah ada pada Zaman Yunani,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan dan memiliki peran untuk menyampaikan apa yang disebut dengan pesan. Pesan bisa menjadi sebuah informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, yang memiliki seni budaya, dan adat istiadat, seperti tarian tradisional. Keragaman yang

Lebih terperinci

BAB V PASCA PRODUKSI

BAB V PASCA PRODUKSI BAB V PASCA PRODUKSI 5.1 Editing dan Mixing Setelah melakukan proses produksi, tahap selanjutnya adalah pasca produksi. Pasca produksi yang dilakukan meliputi editing dan mixing. Pembuat karya yang bertugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan nilai-nilai dan penelitian normativ yang dibaurkan dengan berita dan

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan nilai-nilai dan penelitian normativ yang dibaurkan dengan berita dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan media informasi seperti media elektronik dan cetak kian mendekatkan kita dengan arus informasi serta globalisasi yang kian deras. Media menyuguhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga pada akhirnya menjadi seperti film masa kini yang penuh dengan efek, dan sangat

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST

BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST 3.1 Tujuan Komunikasi Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication). Ia lahir seiring dengan penggunaan alat-alat

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Gambar 2.1 Animasi Adab Berpakaian Sumber : Youtube Selama ini animasi 2D berbasis bitmap dengan konten adab - adab Islami yang beredar memiliki alur cerita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku adalah sebuah media penyambung ilmu yang efektif bagi pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain menambah banyak ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA Pada laporan penelitian tugas akhir Bab III ini, menjelaskan tentang metodologi dan perancangan karya. Dengan melakukan pengamatan, mengumpulkan data,

Lebih terperinci

#" Karlinah dalam Karlinah, dkk.(1999) mengemukakan fungsi komunikasi secara umum adalah. 1 A. Fungsi Informasi, Media massa adalah penyebar informasi

# Karlinah dalam Karlinah, dkk.(1999) mengemukakan fungsi komunikasi secara umum adalah. 1 A. Fungsi Informasi, Media massa adalah penyebar informasi !" BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media Massa mengalami perkembangan yang pesat dalam beberapa puluh tahun terakhir ini, hal ini disebabkan oleh faktor kebutuhan manusia dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan tentang implementasi karya atau penerapan. perancangan karya pada proses pembuatan karya.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan tentang implementasi karya atau penerapan. perancangan karya pada proses pembuatan karya. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan tentang implementasi karya atau penerapan perancangan karya pada proses pembuatan karya. 4.1 Pra Produksi Pra produksi yang dilakukan setelah segala

Lebih terperinci

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan Strategi adalah siasat yang direncanakan dengan sebaik mungkin sehingga dalam sebuah pembuatan sesuatu akan berjalan dengan baik

Lebih terperinci

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN BAB IV KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan Dalam sebuah produksi perfilman harus memiliki struktur manajemen yang baik agar sebuah produksi tersebut dapat berjalan dengan lancar. Tim-tim yang terlibat didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni dan budaya merupakan hal yang sangat penting dan harus dihargai dari sebuah negara. Seni dan budaya adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ondel-Ondel merupakan sebuah kesenian yang berasal dari suku Betawi yang telah hadir dari zaman dahulu. Ondel-ondel berbentuk boneka besar dengan rangka anyaman

Lebih terperinci

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya.

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya. ABSTRAK Televisi memiliki potensi yang besar sebagai sarana untuk menyampaikan isu-isu sejarah yang cenderung membosankan melalui penyajian tayangan news feature, yang bertujuan menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendakian gunung atau yang disebut mountaineering adalah olahraga, profesi, dan rekreasi. Ada banyak alasan mengapa orang ingin mendaki gunung, terutama di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ludruk merupakan seni kesenian tradisional khas daerah Jawa Timur. Ludruk digolongkan sebagai kesenian rakyat setengah lisan yang diekspresikan dalam bentuk gerak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Garut merupakan sebuah kabupaten yang berada di Jawa Barat. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Garut merupakan sebuah kabupaten yang berada di Jawa Barat. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Garut merupakan sebuah kabupaten yang berada di Jawa Barat. Kabupaten Garut pada saat ini sedang berkembang pesat dari berbagai aspek, baik dalam perekonomian maupun

Lebih terperinci

II. METODE PERANCANGAN

II. METODE PERANCANGAN II. METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS (State of Art) Para kreator film 8 detik saat ini sudah mulai banyak memproduksi karya nya. Durasi yang singkat membuat siapapun bias membuat film 8 detik. Namun

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI KARYA 49 BAB IV PEMBAHASAN DAN IMPLEMENTASI KARYA 2.2 Pembahasan Karya Pencipta sebagai penulis naskah Program Dokumenter WAYANG KULIT BETAWI telah menggabungkan narasi, statement dan gambar yang dirangkai sebagai

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING 3.1. STRATEGI KOMUNIKASI Media komunikasi visual, merupakan media yang tepat dan efektif dalam menyampaikan sebuah informasi. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan Strategi perancangan dalam pembuatan video klip Blood Angel yang berjudul Perjalanan Cinta adalah dengan menggunakan teknik chroma

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam penelitian ini, peneliti memaparkan konsep manajemen produksi program acara televisi Bincang-Bincang Sore mengenai proses produksi televisi swasta lokal yang berjaringan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada hakikatnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan untuk dapat melanjutkan generasi manusia secara turun-temurun. Untuk itu, antara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan pengolahan data serta proses perancangan dalam pembuatan film dokumenter

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan pengolahan data serta proses perancangan dalam pembuatan film dokumenter BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab III ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam pengambilan dan pengolahan data serta proses perancangan dalam pembuatan film dokumenter ini. 3.1 Metodologi Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI. 5.1 Editing dan Mixing

BAB V EVALUASI. 5.1 Editing dan Mixing BAB V EVALUASI 5.1 Editing dan Mixing Dalam tahap pasca produksi ini dilakukan tahap editing dan mixing. Hasil shooting yang sebelumnya dilakukan selama 3 hari, disortir dan dibuat list yang setelah itu

Lebih terperinci