BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelanggaran Sanitasi yang layak dan layanan air bersih merupakan prasyarat dasar pembangunan, sebuah investasi yang harus diamankan terlebih dahulu untuk menjamin berjalannya sektor pembangunan lainya. Akses sanitasi dan air minum layak ditargetkan mencapai 100 persen pada tahun Target tersebut tidak hanya melalui upaya pemerintah. Salah satu komponen yang sangat penting adalah keterlibatan masyarakat yang akan membuat pembiayaan pembangunan infrastruktur sanitasi dan air minum lebih efisien (Sofyan A. Jalil; KOMPAS, 2 November 2015) Target 7C Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas dasar pada tahun Menurut target MDGs pelayanan air minum perpipaan nasional pada tahun 2015 adalah mencapai 57,4% (Bappenas, 2007). Berdasarkan laporan capaian tujuan pembangunan millennium di Indonesia tahun 2011 proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak meningkat dari 37,73% (1993) menjadi 42,76% (2011), sedangkan untuk fasilitas sanitasi dasar layak dari 24,81% (1993) menjadi 55,60% (2011) (Bappenas, 2011). Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ketersediaan air bersih di pedesaan adalah dengan pelaksanaan pembangunan sarana air bersih sebagai sumber air minum. Pelaksanaan pembangunan sarana air bersih dan penyehatan lingkungan, khususnya di pedesaan pada era , banyak yang mengalami kegagalan dalam pengoperasian dan pemeliharaannya. Pola pembangunan yang bersifat top-down dan kurang melibatkan peran serta masyarakat, diduga menjadi penyebab kegagalan ini (Bappenas, 2003). Jenis proyek yang partisipatif mempengaruhi kondisi sistem penyediaan air bersih, beberapa kendala keberhasilan penyediaan air bersih dipengaruhi beberapa faktor yaitu: politis, finansial, institusional, dan teknis. Tanggung jawab 1

2 2 masyarakat dalam proyek air bersih adalah ikut serta menyediakan sumber daya yang diperlukan, berkontribusi, rasa memiliki proyek, berpartisipasi dalam keamanan proyek, berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan proyek, monitoring kegiatan proyek, menerima dan membahas laporan, dan menghadiri pertemuan dalam rangka memberikan saran dan ide-ide untuk meningkatkan kinerja proyek (Masduqi,2008). Dusun Banjar secara geografis merupakan daerah lereng dengan kemiringan lahan masuk kategori curam ( kemiringan > 25 ) kondisi daerah gersang dan kekurangan air. Di daerah ini penduduknya sebagian besar bekerja sebagai petani yang mengandalkan hasil bumi, namun jika musim kemarau beralih menjadi tukang batu atau lainnya. Kemarau panjang mengakibatkan sejumlah daerah mengalami kekeringan dan kekurangan air. Kondisi itu juga dialami warga Dusun Banjar Desa Giripanggung, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul.Kondisi ini, membuat warga kerepotan mendapatkan air untuk keperluan sehari hari, kalau pun ada warga terpaksa harus mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli air. Padahal air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Di desa ini warga hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber air bersih, pada saat musim kemarau, terkadang sampai tujuh bulan lebih tidak turun hujan, sehingga kekeringan yang terjadi di daerah itu sangat dirasakan oleh warga setempat. Beberapa warga menyatakan, terpaksa membeli air dengan harga setiap tanki kapasitas liter seharga Rp ,- sampai Rp ,-. Air tersebut hanya bisa dipergunakan beberapa hari saja, setelah itu mereka harus membeli lagi. Akibat kekeringan tersebut, setiap kepala keluarga rata rata membeli 5 tanki air perbulannya. Bagi warga yang tidak mampu terpaksa mencari air dengan jalan kaki yang jaraknya sekitar 10 kilometer dan harus naik turun gunung. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah air bersih di Kabupaten Gunungkidul, Rotary Club of Jogja Merapi (RCJM), melalui program bantuan kemanusiaanya, yang berfokus pada masalah-masalah air bersih dan sanitasi, sejak pertengahan tahun 2015 telah memfasilitasi pembangunan Sarana Air Bersih

3 3 Penampungan Air Hujan (PAH) di Dusun Banjar dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam proyek pembangunan tersebut, dimana mekanisme teknis pembangunan dan pendanaan sepenuhnya ditanggung oleh Rotary Club of Jogja Merapi (RCJM). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pengorganisasian dan Pembiayaan yang dilaksanakan oleh Rotary Club of Jogja Merapi dalam Pembangunan Sarana Air Bersih di Dusun Banjar Desa Giri Panggung Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul. C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui Mekanisme Pengorganisasian dan Pembiayaan Penyediaan Sarana Air Bersih di Dusun Banjar Desa Giri Panggung Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul serta manfaatnya bagi masyarakat. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk : 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan ilmiah bagi kajian Metode Penyediaan Air Bersih yang sehat, khususnya kajian tentang Penyediaan Air Bersih bagi masyarakat yang berada di daerah dengan tingkat kesuliatan air bersih tinggi. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan masukan bagi pemerintah daerah selaku pengambil kebijakan, perencana dan pengelola program penyadiaan air bersih, dengan menerapkan Metode Penyediaan Air Bersih Bak Penampungan Air Hujan (PAH) khususnya di daerah yang kurang atau tidak ada sumber air bersih selain air hujan.

4 4 E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan topik Penyediaan Air Bersihadalah sebagai berikut: Tabel 1 Penelitian dengan Topik Penyediaan Air Bersih No Judul Penelitian (Tahun) Metode dan Sampel Hasil 1. Efektifitas Program Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PAB- PLB) Bagi Masyarakat Pedesaan : Studi Kasus di kabupaten Gunungkidul. Ningsih Veronika Dwi Utari Meirika (2002) 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penguatan Kapasitas Kelembagaan dan Evektifitas Pengelolaan Air Bersih Berbasis Komunitas. Sri Intiyastuti (2014) 3. Optimasi Pengelolaan Air Bersih Sistem Sumber Air Ngobaran. Tony Mardianto (2004) 4. Evaluasi Penampungan Air Hujan (PAH) Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Domestik Di Desa deskriptif kualitatif dengan melakukan observasi dan wawancara kualitatif dengan strategi studi kasus melalui terapan deskriptif. Teknik pengumpulan data, dengan studi dokumentasi, observasi berpartisipasi, wawancara mendalam. kualitatif dengan strategi studi kasus. Penelitian dilakukan dengan pendekatan studi kasus dengan teknik observasi lapangan, Target cakupan pasokan air bersih di pedesaan sebesar 69,8% dan target cakupan kepemilikan jamban 82,9%. Angka Kesakitan Penyakit diare berada pada posis ketujuh dari sepuluh daftar penyakit yang ada. PAB Tirta Kencana ternyata cukup mampu memberikan pelayanan kepada anggotanya, meskipun belum optimal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas kelembagaan pengelolaan air bersih berbasis masyarakat di DesaKarangrejek, diantaranya faktor kapasitas pengurus, kapasitas anggota dan adanya kebijakan serta intervensi program pemerintah Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa permasalahan utama adalah kurangnya kapasitas yang diproduksi PDAM dan tidak optimalnya jaringan sistem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa curah hujan di Desa Giriharjo rata-rata mencapai 5,5 mm/hari. Rata-rata tiap

5 5 Giriharjo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunungkidul. Aditya Eka Putra (2015) wawancara dan pengisian kuesioner. Metode yang digunakan berupa metode sensus untuk mengetahui volume bak, luas atap, dan pemakaian air. Perhitungan curah hujan digunakan untuk memperkirakan simpanan air tersedia dengan mempertimbangkan nilai koefisien runoff. rumah tangga mengalami defisit pemakaian air hingga 17 m3. Keseluruhan bak penampungan mampu digunakan untuk menampung air hujan. Kemudian untuk ukuran atap, ada 6 atap dari 33 rumah yang belum mencukupi untuk menangkap air hujan, perlu dimaksimalkan luasannya. Evaluasi tambahan berupa penggunaan talang berbahan PVC yang berfungsi untuk menghasilkan kualitas simpanan air hujan yang lebih baik.