Pendahuluan. Pada 2015 setidaknya ada dua momentum penting yang berkaitan dengan pembangunan lingkungan. Pertama, awal tahun 2015 merupakan titik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pendahuluan. Pada 2015 setidaknya ada dua momentum penting yang berkaitan dengan pembangunan lingkungan. Pertama, awal tahun 2015 merupakan titik"

Transkripsi

1 Saat ini Indonesia tengah serius melakukan agenda pembangunan berwawasan lingkungan. Wacana pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) akan diterapkan setelah pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDGs). Banjir, krisis air bersih, kelangkaan energi dan bahan bakar, serta sampah adalah beberapa persoalan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat di Indonesia. Hubungan antara manusia dengan lingkungan yang tidak seimbang ditengarai sebagai salah satu faktor penyebab menurunnya kualitas lingkungan. Untuk mengatasinya, tidak cukup hanya mengandalkan pemerintah sebagai regulator maupun implementator, tetapi lebih penting adalah pelibatan masyarakat. Intervensi melalui berbagai media persuasif dan promosi lingkungan, pendidikan lingkungan, dan program-program pemberdayaan akan mampu menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Pendahuluan Pada 2015 setidaknya ada dua momentum penting yang berkaitan dengan pembangunan lingkungan. Pertama, awal tahun 2015 merupakan titik akhir pelaksanaan tujuan pembangunan milenium (MDGs) yang salah satu indikatornya adalah memastikan kelestarian lingkungan hidup. Menurut laporan monitoring dunia (World Bank, 2013), persoalan lingkungan, khususnya terkait sanitasi dan akses air bersih, masih ditemukan di sebagian besar negara-negara miskin. Padahal target separuh penduduk dengan akses air bersih dan sanitasi harus tercapai tahun Indonesia sebagai salah satu negara yang turut menandatangani tujuan pembangunan milenium juga harus mewujudkan cita-cita tersebut. Sayangnya, persoalan lingkungan di Indonesia juga tidak kalah dengan negara-negara miskin di Asia-Afrika. Dalam konteks air bersih misalnya, sekitar tujuh persen penduduk Indonesia (21 juta) belum memiliki akses sanitasi dan air minum yang baik. Dengan berakhirnya MDGs yang telah diperbarui menjadi Sustainable Development Goals (SDGs). Salah satu indikator seperti tercantum dalam tujuan

2 SDGs yang ke-15 adalah melindungi, memulihkan, dan mempromosikan secara berkelanjutan pemanfaatan ekosistem darat, pengelolaan hutan secara berkelanjutan, memerangi terjadinya perubahan lahan menjadi gurun, menghentikan dan memperbaiki proses degradasi lahan, serta menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati. Berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara, diketahui rasio kawasan tertutup pepohonan dengan luas daratan tahun 1990 sebesar 59,97 persen dan tahun 2010 menjadi 52,52 persen (Bappenas, 2013). Indikator berikutnya, yaitu konsumsi energi primer (per kapita), mengalami peningkatan dari 2,64 BOE tahun 1990 menjadi 4,95 BOE. Sejalan dengan persoalan lingkungan yang ada, Indonesia dihadapkan pada tantangan pergeseran tujuan pembangunan dari pembangunan milenium (MDGs) menjadi pembangunan berkelanjutan (SDGs). Ini merupakan tantangan besar mengingat agenda dan indikator pembangunan MDGs untuk memastikan kelestarian lingkungan hidup belum semua terlaksana dengan baik. Sementara itu, di sisi lain Indonesia dihadapkan pada agenda pembangunan berkelanjutan (SDGs). Pembangunan yang berkelanjutan adalah upaya memenuhi kebutuhan manusia saat ini dengan memperhatikan kebutuhan generasi di masa mendatang. Saat ini Indonesia belum terbebas dari permasalahan lingkungan. Jumlah penduduk terus bertambah, sedangkan sumber daya yang menopang kehidupan, seperti air, energi, dan pangan, justru mengalami kelangkaan. Kondisi ini diperparah oleh persoalan pemanasan global dengan berbagai implikasinya, seperti banjir, longsor, dan kekeringan. Apabila masalah lingkungan ini tidak ditangani dengan baik, maka akan dapat menghambat pencapaian pembangunan. Diperkirakan pada 40 tahun ke depan karena adanya tekanan penduduk terhadap lahan semakin besar, harga pangan akan naik 50 persen dan akses penduduk terhadap air bersih, sanitasi, dan energi akan semakin menurun. Terkait dengan hal tersebut, maka pembangunan berkelanjutan menjadi suatu pilihan mutlak. Pembangunan yang berkelanjutan adalah upaya memenuhi kebutuhan manusia saat ini dengan memperhatikan kebutuhan generasi di masa mendatang. Permasalahannya adalah sering kali pemenuhan kebutuhan saat ini kurang memperhatikan kebutuhan generasi mendatang. Manusia cenderung tidak berperilaku arif terhadap lingkungan, bahkan mengarah pada tindakan eksploitatif. Degradasi yang disebabkan oleh ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan dapat dideteksi dari meningkatnya jumlah emisi karbon dioksida (CO2) dan meningkatnya jumlah konsumsi bahan perusak ozon. Di samping itu, dapat dideteksi juga dari menurunnya rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas kawasan hutan. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak juga masih terbatas. Berbagai persoalan lingkungan tersebut adalah dampak dari perilaku masyarakat yang mengedepankan ego daripada kepedulian terhadap lingkungan. Indikator dan Parameter 1.1 Perilaku dalam Penghematan Energi Energi mempunyai peran strategis dalam kehidupan masyarakat. Kebutuhan energi masyarakat cukup tinggi untuk mendukung kegiatan sosial ekonomi. Selain itu, energi juga menjadi bahan baku untuk kebutuhan lainnya, seperti industri, manufaktur, pertanian, hotel, dan perkantoran. Sejalan dengan ketergantungan yang tinggi terhadap energi, pemerintah belum sepenuhnya mampu menyediakan kebutuhan energi masya-

3 rakat. Pemadaman listrik secara bergantian dan peningkatan tarif listrik bagi rumah tangga dengan pemasangan daya volt ke atas merupakan beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengelola agar kebutuhan energi listrik masyarakat dapat terpenuhi. Karena peranannya itu, maka sangat layak apabila perilaku penghematan energi dijadikan indikator untuk mengukur perilaku peduli lingkungan. Perilaku penghematan energi dapat diukur melalui penggunaan lampu hemat energi yang terpasang dalam rumah. Dengan demikian, subindeks perilaku penghematan energi dihitung sebagai rasio antara lampu hemat energi yang terpasang dengan lampu biasa yang terpasang terhadap ruang. Asumsi yang dibangun adalah semakin besar rasio lampu hemat energi terhadap lampu biasa yang terpasang akan semakin baik perilaku masyarakat. Sejalan dengan ketergantungan yang tinggi terhadap energi, pemerintah belum sepenuhnya mampu menyediakan kebutuhan energi masyarakat. 1.2 Perilaku Membuang Sampah Kota-kota besar di Indonesia dihadapkan pada persoalan sampah. Tidak ada keseimbangan antara kemampuan pengelolaan dengan sampah yang dihasilkan oleh individu atau rumah tangga. Pemerintah sebenarnya telah menyediakan tempat pembuangan sampah sementara (TPS), tempat pembuangan sampah akhir (TPA), dan melakukan berbagai upaya lainnya untuk menangani persoalan sampah. Sayangnya, usaha pemerintah ini belum diimbangi dengan partisipasi masyarakat. Di negara-negara maju, sampah tidak menjadi persoalan dalam pembangunan karena sistem kelembagaan berjalan dengan baik. Ada mekanisme denda dan sanksi yang terwadahi melalui kebijakan dan peraturan hukum. Sejak usia dini, masyarakat negara maju telah dibekali dengan pengetahuan kelestarian lingkungan sehingga kesadaran lingkungan mereka cukup baik. Hal ini tercermin dari perilaku sehari-hari yang cukup ramah lingkungan. Perilaku membuang sampah menjadi indikator penting dalam kajian ini. Membuang sampah di sembarang tempat dapat menimbulkan dampak negatif, seperti menimbulkan penyumbatan pada saluran drainase dan saluran air hujan sehingga mengakibatkan banjir. Buang sampah sembarangan juga mencemari lingkungan, mengganggu kesehatan, dan menjadi sumber penyakit. Perilaku membuang sampah yang dimaksud dalam kajian ini adalah sebagai berikut. Tabel 1 Indikator Parameter Indeks Perilaku Membuang Sampah

4 1.3 Perilaku Pemanfaatan Air Air memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Menurut BPS, tahun 2007 sekitar 3 persen rumah tangga di Indonesia menjadikan sungai sebagai sumber air minum. Kondisi itu menandakan bahwa krisis air bersih telah mulai mengancam kehidupan. Krisis air bersih juga terlihat dari tidak berfungsinya sumur sebagai sumber air sebagian besar masyarakat Indonesia, menurunnya debit air permukaan tanah, berkurangnya pasokan air tanah, serta berkurangnya daerah resapan air sehingga menimbulkan kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan. Untuk itu, kebiasan pemanfaatan air menjadi indikator penting dalam melihat apakah masyarakat peduli terhadap lingkungan atau tidak. Dalam penyusunan IPPL, pertanyaan perilaku pemanfaatan air sebagai salah satu unsurnya dikembangkan dari pertanyaan greendex. Beberapa jawaban dan pilihan jawaban dikembangkan dengan penyesuaian kondisi sosial budaya, seperti opsi tidak adanya fasilitas mandi. Jawaban ini sebagai antisipasi terhadap masyarakat di wilayah perdesaan Indonesia yang umumnya terbiasa mandi di sungai atau danau. Asumsi yang dibangun dalam subindeks ini adalah pentingnya perilaku penghematan penggunaan air bersih sehingga semakin minimal air bersih yang digunakan akan semakin baik nilai indeksnya. Tabel 2 Indikator Parameter Indeks Perilaku Pemanfaatan Air 1.4 Perilaku Penyumbang Emisi Karbon Emisi karbon merupakan persoalan lingkungan yang serius. Menurut laporan PBB, emisi karbon telah melewati ambang batas terburuk. Selain itu, angka emisi karbon penyebab efek rumah kaca terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, telah berkomitmen untuk menurunkan laju emisi karbon hingga tidak lebih dari 20 tahun 2020 sebagaimana tertulis dalam Protokol Kyoto. Upaya tersebut dilakukan untuk menghindari dampak buruk yang disebabkan oleh peningkatan rata-rata suhu permukaan bumi, seperti perubahan iklim dan suhu yang ekstrim, gelombang panas, kekeringan parah, banjir besar, dan bencana alam lainnya.

5 Dalam tataran kewilayahan emisi karbon dapat dikurangi dengan memperbanyak tutupan lahan, seperti hutan tropis. Sementara itu, dalam level individu, emisi karbon dapat dikurangi dengan mengontrol perilaku sehari-hari, terutama perilaku yang berpotensi menyumbang pada emisi karbon. Untuk itu, indeks emisi karbon didefinisikan sebagai pengukuran terhadap perilaku masyarakat yang mendukung munculnya emisi karbon. Beberapa kegiatan dalam kehidupan Tabel 3 Indikator dan Parameter Indeks Perilaku Penyumbang Emisi Karbon sehari-hari digunakan sebagai tolok ukurnya, antara lain, adalah pernah tidaknya melakukan uji emisi kendaraan dan perawatan mesin dalam setahun terakhir dan penggunaan AC di rumah maupun saat berkendara. Pertanyaan ini diadopsi dari pertanyaan penyusun greendex yang telah diujicobakan di 14 negara. 1.5 Perilaku Hidup Sehat Perilaku sehat, menurut beberapa literatur, merupakan keputusan-keputusan untuk menjaga keberlangsungan fungsi kehidupan, baik di tingkat individu maupun lingkungan. Berbagai indikator diturunkan dalam pertanyaan untuk mengukur seberapa sehat perilaku hidup masyarakat. Pilihan hidup sehat terukur dari kebiasaan membuang air besar, tempat pembuangan akhir tinja, pemanfaatan cahaya matahari di dalam ruangan/rumah, pemeliharaan tanaman di sekitar rumah, penyediaan area resapan air, serta sumber utama air yang digunakan untuk mandi, masak, dan mencuci. Selain itu, juga kebiasaan mengonsumsi makanan impor, makanan yang dimasak dari bahan yang ditanam sendiri, serta kebiasaan makan buah, sayur, dan ikan. Setiap variabel dikonsistenkan nilainya untuk menghasilkan nilai indeks. Salah satunya adalah frekuensi mengonsumsi barang-barang impor. Dalam hal ini semakin sering konsumsi dilakukan akan semakin rendah nilainya, sedangkan untuk konsumsi sayur, buah, ikan, dan makanan dari bahan makanan yang ditanam sendiri akan semakin tinggi nilainya. Tabel 4 Indikator Parameter Indeks Perilaku Hidup Sehat

6 SEMAKIN TINGGI JUMLAH PENDUDUK AKAN SEMAKIN TINGGI PULA PERMINTAAN BAHAN BAKAR. apabila TIDAK DIKON- TROL, SUATU SAAT PERSEDIAAN BAHAN BAKAR DUNIA AKAN HABIS. 1.6 Perilaku Penggunaan Bahan Bakar Bensin merupakan jenis bahan bakar yang tidak dapat diperbarui. Menurut salah satu ahli demografi, penggunaan bahan bakar diprediksi menjadi penyebab krisis di muka bumi. Terdapat hubungan lurus antara penggunaan bahan bakar dengan laju pertumbuhan penduduk. Semakin tinggi jumlah penduduk akan semakin tinggi pula permintaan bahan bakar. Apabila tidak dikontrol, suatu saat persediaan bahan bakar dunia akan habis. Akibatnya adalah terhentinya kegiatan ekonomi, pengangkutan, dan pembangunan. Pemikiran itu didasarkan pada ketergantungan berbagai sektor kegiatan terhadap bahan bakar. Sebagai contoh di sektor pertanian, bahan bakar dibutuhkan sejak proses produksi hingga pemasaran. Demikian pula dengan sektor industri. Tanpa bahan bakar, produksi tidak dapat dilakukan dan hasilnya pun tidak dapat didistribusikan kepada konsumen. Memperhatikan perannya tersebut, maka penggunaan bahan bakar menjadi penting dalam mengukur perilaku peduli lingkungan. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menghemat penggunaan bahan bakar mencerminkan kepedulian terhadap lingkungan. Terlebih bahan bakar adalah jenis sumber daya tidak terbarui sehingga apabila tidak ada kepedulian dalam penggunaannya, kemungkinan punah akan sangat besar. Dalam konteks pengukuran indeks perilaku peduli lingkungan, penghematan bahan bakar diukur dari banyaknya konsumsi bahan bakar per kapita. Asumsi yang dibangun adalah semakin banyak bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan bermotor akan semakin rendah kepeduliannya terhadap lingkungan. Indeks Peduli Lingkungan di Yogyakarta Berdasarkan subindeks perilaku peduli lingkungan di Yogyakarta, diketahui yang paling tinggi adalah perilaku hidup sehat karena mencapai 0,96. Tingginya nilai indeks tersebut kemungkinan berkaitan dengan banyak hal, salah satunya adalah kesadaran masyarakat terhadap sanitasi lingkungan. Hal ini terutama berkaitan dengan kebiasaan masyarakat yang buang air besar telah menggunakan jamban sendiri. Selain itu, pembuangan akhir tinja juga telah dibuat dengan baik, dalam arti sebagian besar telah membuat septik tank atau SPAL. Sementara itu, apabila dibandingkan antara Kota Yogyakarta dan Gunung Kidul, tidak tampak perbedaan yang signifikan. Keduanya memiliki nilai indeks yang tinggi meskipun Gunung Kidul sedikit di atas Kota Yogyakarta (0,97 dan 0,95). Subindeks berikutnya dan merupakan tertinggi kedua adalah perilaku dalam pemanfaatan air bersih yang mencapai sebesar 0,55. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar masyarakat Yogyakarta telah memiliki kesadaran yang cukup baik untuk berperilaku dalam memanfaatkan air. Misalnya dalam hal mencuci pakaian dan tidak membiarkan air mengalir tanpa digunakan telah dipahami dengan baik, yakni

7 menggunakan air sesuai dengan keperluan. Jika dibandingkan antarwilayah, terlihat bahwa nilai indeks Kota Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan dengan Gunung Kidul, yakni 0,60 dan 0,51. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa penduduk yang tinggal di perkotaan ternyata lebih memiliki kepedulian dalam pemanfaatan air bersih dibandingkan dengan penduduk di perdesaan. Gambar 1 Indeks Perilaku Peduli Lingkungan di Yogyakarta Subindeks tertinggi ketiga adalah perilaku pemanfaatan bahan bakar. Indeks ini menggambarkan perilaku masyarakat dalam menggunakan bahan bakar, baik sepeda motor maupun mobil. Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa nilai indeks bahan bakar di DI Yogyakarta mencapai 0,54. Nilai indeks tersebut menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar masyarakat Yogyakarta cukup tinggi. Hal ini karena kepemilikan kendaraan bermotor hampir dimiliki oleh sebagian besar penduduk. Jika dilihat menurut wilayah, nilai indeks pemanfaatan bahan bakar ternyata Gunung Kidul sedikit lebih tinggi daripada Kota Yogyakarta (0,56 dan 0,52). Subindeks berikutnya adalah perilaku penyumbang emisi karbon dan perilaku membuang sampah yang nilai indeks keduanya sama, yakni 0,53. Perilaku penyumbang emisi tersebut dibentuk dari dua variabel, yaitu uji emisi dan perawatan mesin kendaraan bermotor. Nilai indeks menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar masyarakat Yogyakarta cukup tinggi. Hal ini karena kepemilikan kendaraan bermotor hampir dimiliki oleh sebagian besar penduduk. Nilai indeks tersebut masuk dalam kategori cukup baik karena lebih banyak didukung oleh masyarakat yang rutin melakukan perawatan mesin dibandingkan dengan melakukan uji emisi karbon pada mobil. Demikian juga dengan perilaku membuang sampah yang dibentuk dari variabel melakukan pemilahan sampah dan perlakuan terhadap barang bekas layak pakai. Jika dibandingkan antara kedua wilayah, tampak bahwa tidak terdapat perbedaan nilai indeks penyumbang emisi karbon dan perilaku membuang sampah antara Kota Yogyakarta dan Gunung Kidul. Subindeks terakhir adalah perilaku konsumsi energi, yakni pemanfaatan listrik, yang menunjukkan nilai indeksnya hanya mencapai 0,34. Dengan nilai indeks tersebut, dapat dikatakan bahwa penduduk di Yogyakarta tergolong boros dalam penggunaan listrik. Perilaku menghemat listrik dengan membatasi pengunaan dan lebih banyak memasang lampu hemat energi belum banyak dilakukan. Penduduk di Gunung Kidul sedikit lebih baik karena nilai indeksnya mencapai 0,37, sedangkan nilai indeksnya di Kota Yogyakarta sebesar 0,33.

8 Berdasarkan nilai keenam subindeks, dapat diketahui besarnya nilai indeks perilaku peduli lingkungan di DI Yogyakarta mencapai 0,62. Artinya bahwa nilai indeks tersebut tergolong dalam kategori cukup baik. Jika dirinci per nilai indeks, terbaik pertama adalah indeks perilaku hidup sehat, berikutnya adalah perilaku pemanfaatan air bersih, perilaku pemanfaatan bahan bakar, perilaku penyumbang emisi karbon dan perilaku membuang sampah, dan indeks terendah adalah perilaku konsumsi energi. Implikasi Kebijakan Kajian lingkungan selama ini menyajikan indikator pada tataran makro melalui variabel-variabel output, seperti kualitas air, kualitas udara, dan kualitas lahan. Hal ini menyebabkan terabaikannya hal-hal yang substantif, terutama determinan kerusakan lingkungan yang di dalamnya mencakup hubungan manusia sebagai pelaku pembangunan terhadap keseimbangan lingkungan. Selama ini belum ada indeks yang menggunakan variabel nonfisik perilaku manusia pada tingkat proses yang berpengaruh terhadap kualitas lingkungan. Indeks perilaku masyarakat terhadap lingkungan ini menjadi penting selain karena agenda dunia terkait isu global warming, juga lebih menekankan pada perilaku manusia yang merupakan determinan terhadap baik buruknya kualitas lingkungan. Oleh karenanya, dibutuhkan upaya-upaya strategis berupa hal-hal berikut ini. 1. menjadikan lingkungan sebagai prioritas utama pembangunan Perlu adanya tindakan nyata untuk mewujudkan lingkungan sebagai prioritas utama pembangunan. Kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya ini, antara lain, adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk peduli lingkungan, meningkatkan kualitas lingkungan melalui ruang terbuka hijau, dan menjaga keseimbangan ekosistem. 2. anggaran di bidang pembangunan lingkungan Upaya peningkatan kualitas lingkungan sebagai langkah strategis harus diimbangi dengan aspek pembiayaan. Pembiayaan bidang lingkungan terdiri atas upaya penggalian, pengalokasian, dan penggunaan sumber daya keuangan yang terpadu dan saling mendukung. 3. mengembangkan upaya-upaya pendidikan dan komunikasi lingkungan kepada masyarakat luas 4. kebijakan dan program bidang lingkungan perlu disinergikan dengan kebijakan bidang lainnya serta memperhatikan konteks yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Bappenas Konsep, Perencanaan, dan Kerangka Kerja Pencapaian MDGs. Jakarta. Global Monitoring Report Rural-Urban Dynamics and the Millennium Development Goals. Worldbank. Kementerian Lingkungan Hidup, Perilaku Masyarakat Peduli Lingkungan. Kerja sama dengan pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM. Policy Brief ini ditulis oleh Eddy Kiswanto dan Agus Joko Pitoyo berdasarkan hasil penelitian Indeks Perilaku Peduli Lingkungan di Yogyakarta yang dibiayai oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Jl. Tevesia, Bulaksumur, Yogyakarta Tlp. (0274) , , Faks. (0274) homepage:

secara prinsip penggunaan energi di lingkungan hunian penduduk akan meningkat seiring dengan kepadatan rumah.

secara prinsip penggunaan energi di lingkungan hunian penduduk akan meningkat seiring dengan kepadatan rumah. Sumber penerangan utama yang digunakan oleh rumah tangga menjadi salah satu indikator kemiskinan yang digunakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik). Rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan selain

Lebih terperinci

Krisis air bersih di Indonesia mulai terlihat dari tidak berfungsinya sumur sebagai sumber

Krisis air bersih di Indonesia mulai terlihat dari tidak berfungsinya sumur sebagai sumber Krisis air bersih di Indonesia mulai terlihat dari tidak berfungsinya sumur sebagai sumber air bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, menurunnya debit air permukaan tanah, berkurangnya pasokan air tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum BPLH Kota Bandung I su-isu kerusakan lingkungan saat ini bukan lagi hanya merupakan isu lokal daerah, akan tetapi sudah menjadi isu global, dimana negara-negara di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu pemanasan global sudah sering dibicarakan pada media berita dan masyarakat sendiri sudah tidak asing lagi dengan kata pemanasan global. Namun isu pemanasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bumi semakin lama semakin terasa panas, apalagi di kota- kota besar, karena dipenuhi oleh mobil, motor, kendaraan lainnya, dan jumlah pohon-pohon yang semakin

Lebih terperinci

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang. Penebangan hutan yang liar mengurangi fungsi hutan sebagai penahan air. Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang. Selain itu, penggundulan hutan dapat menyebabkan terjadi banjir dan erosi. Akibat

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI PERAN EKOSISTEM HUTAN BAGI IKLIM, LOKAL, GLOBAL DAN KEHIDUPAN MANUSIA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,

Lebih terperinci

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi sudah ada sejak jaman dahulu. Bumi merupakan sebuah tempat hunian yang di dalamnya terdapat makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan. Bentuk bumi tidaklah

Lebih terperinci

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia khususnya pembangunan di bidang industri dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri dan transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan kota yang cepat secara langsung berimplikasi pada pembangunan infrastruktur dasar pelayanan publik. Kurangnya pelayanan prasarana lingkungan seperti infrastruktur

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatkan suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun

Lebih terperinci

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017 LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017 A. Dasar Pemikiran Tanggal 10 Juli 2017, Pemerintah Indonesia telah mengundangkan Peraturan Presiden

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

UJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat!

UJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat! UJI KOMPETENSI SEMESTER II Latihan 1 Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat! 1. Berikut ini yang tidak termasuk kriteria teknologi ramah lingkungan

Lebih terperinci

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Urbanisasi dan Pentingnya Kota Tingginya laju urbanisasi menyebabkan semakin padatnya perkotaan di Indonesia dan dunia. 2010 2050 >50% penduduk dunia tinggal

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raden Roby Maulidan, 2014 Kesiapan Warga Kampus UPI Menuju ECO-Campus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raden Roby Maulidan, 2014 Kesiapan Warga Kampus UPI Menuju ECO-Campus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini isu-isu tentang lingkungan menjadi salah satu suatu pusat perhatian seluruh Dunia, diantaranya isu global warming, krisis ketersedian sumber daya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

Iklim Telah Berubah, Selanjutnya Bagaimana?

Iklim Telah Berubah, Selanjutnya Bagaimana? Iklim Telah Berubah, Selanjutnya Bagaimana? Pembicaraan tentang perubahan iklim (climate change) akibat pemanasan global (global warming) telah terjadi dalam satu abad terakhir ini. Saat itu manusia mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berisi Unilever sebagai perusahaan multinasional memiliki program Green and

BAB I PENDAHULUAN. berisi Unilever sebagai perusahaan multinasional memiliki program Green and BAB I PENDAHULUAN Pada bab 1 berisi pendahuluan, menjelaskan latar belakang masalah yang berisi Unilever sebagai perusahaan multinasional memiliki program Green and Clean untuk membantu menangani masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu permasalahan mengenai lingkungan merupakan topik yang tidak pernah lepas dari pemberitaan sampai saat ini, mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, maupun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29 Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi

Lebih terperinci

PENGERTIAN GREEN CITY

PENGERTIAN GREEN CITY PENGERTIAN GREEN CITY Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 F. Iklim 2.9. Kondisi Iklim di Provinsi DKI Jakarta Dengan adanya perubahan iklim menyebabkan hujan ekstrem di Ibu Kota berdampak pada kondisi tanah yang tidak lagi bisa menampung volume air, dimana tanah

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut menyangkut beberapa masalah

Lebih terperinci

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA Peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia 5 Juni 2010 PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, baik tumbuhan maupun hewan. Sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, menempatkan manusia sebagai subjek utama yang mengambil. hidup sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, menempatkan manusia sebagai subjek utama yang mengambil. hidup sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan dapat dipengaruhi oleh aktivitas dan perilaku manusia. Kehidupan

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan, manusia menjadi salah satu komponen dari lingkungan hidup itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan, manusia menjadi salah satu komponen dari lingkungan hidup itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sangat bergantung pada kondisi lingkungan hidup dan tempat manusia tinggal. Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Bahkan, manusia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (PPRG) DALAM PERUBAHAN IKLIM Disampaikan Oleh: Drg. Ida Suselo Wulan, MM Deputi Bidang PUG Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia seharusnya dapat di akses oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya. Tapi

Lebih terperinci

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi Oleh: Nugrahana Fitria Ruhyana, SP., ME. (Perencana Muda - Bappeda Kab. Sumedang) I. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 seiring berakhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Benyamin Lakitan Kementerian Negara Riset dan Teknologi Rakorda MUI Lampung & Jawa Jakarta, 22 Juli 2008 Isu Global [dan Nasional] Krisis Pangan Krisis Energi

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target Tabel 5.1 Rencana, Kegiatan, Kinerja, Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan SKPD Badan Hidup Kabupaten Pelalawan (Satuan Dalam Juta Rupiah) 1.1. Meningkatkan 1.1.1. kinerja Membaiknya pelayanan kinerja

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Strategi dapat didefinisikan sebagai upaya dalam mencapai tujuan yang terdiri dari berbagai cara atau pendekatan secara metodologi dan teknis, maka sebagai langkah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini manusia di seluruh dunia (termasuk Indonesia) berteriak akan adanya pemanasan global yang berakibat terjadinya perubahan iklim. Kekhawatiran

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Summary Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Merliyanti Ismail 811 409 043 Jurusan kesehatan masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar. Peran strategis Kabupaten Banyuwangi dikarenakan letak Banyuwangi

BAB I PENDAHULUAN. belajar. Peran strategis Kabupaten Banyuwangi dikarenakan letak Banyuwangi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1 Alasan Pemilihan Judul Banyuwangi merupakan kota yang memiliki potensi alam, wisata dan pendidikan yang baik, seperti pantai, gunung, dan juga tempat rekreasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Millenium Development Goals (MDGs) merupakan paradigma pembangunan global yang mempunyai delapan (8) tujuan dengan delapan belas (18) sasaran. Delapan tujuan

Lebih terperinci

Pembangunan Kehutanan

Pembangunan Kehutanan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Pembangunan Kehutanan Sokoguru Pembangunan Nasional Berkelanjutan Dr. Ir. Hadi Daryanto, DEA (Sekretaris Jenderal) Disampaikan dalam Seminar

Lebih terperinci

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *) Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim oleh: Erna Witoelar *) Pemanasan Bumi & Perubahan Iklim: tidak baru & sudah jadi kenyataan Kesadaran, pengetahuan & peringatan

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang tiga per empat luas wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

APA ITU GLOBAL WARMING???

APA ITU GLOBAL WARMING??? PEMANASAN GLOBAL APA ITU GLOBAL WARMING??? Pemanasan global bisa diartikan sebagai menghangatnya permukaan Bumi selama beberapa kurun waktu. Atau kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Lingkungan adalah semua yang berada di

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

Sustainable Development Lingkungan Hidup dan Pembangunan. SEPNB Hubungan Internasional Universitas Komputer Indonesia 2015

Sustainable Development Lingkungan Hidup dan Pembangunan. SEPNB Hubungan Internasional Universitas Komputer Indonesia 2015 Sustainable Development Lingkungan Hidup dan Pembangunan SEPNB Hubungan Internasional Universitas Komputer Indonesia 2015 Kerusakan lingkungan hidup hampir selalu membawa dampak paling parah bagi orang-orang

Lebih terperinci

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan. Banyak terjadi penurunan kualitas lingkungan, baik yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan. Banyak terjadi penurunan kualitas lingkungan, baik yang terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi lingkungan di Jawa Barat sudah berada dalam taraf menghawatirkan. Banyak terjadi penurunan kualitas lingkungan, baik yang terjadi di perairan, tanah, dan udara.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Global warming merupakan isu lingkungan terbesar dalam kurun waktu terakhir. Jumlah polutan di bumi yang terus bertambah merupakan salah satu penyebab utama terjadinya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan yang berjalan pesat memberikan dampak tersendiri bagi kelestarian lingkungan hidup Indonesia, khususnya keanekaragaman hayati, luasan hutan dan

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan

Lebih terperinci

3/1/2018. Millennium Development Goals and Sustainable Development Goals. Pembangunan harus BERKELANJUTAN

3/1/2018. Millennium Development Goals and Sustainable Development Goals. Pembangunan harus BERKELANJUTAN Millennium Development Goals and Sustainable Development Goals PEMBANGUNAN adalah usaha yang terus menerus dilakukan untuk menuju perubahan yang lebih baik menuju terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan karakter saat ini banyak diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang

Lebih terperinci

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : AMBAR YULIASTUTI L2D 004 294 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1 1.1. Latar Belakang. Dalam kontek Program Pembangunan Sektor Sanitasi Indonesia (ISSDP), sanitasi didefinisikan sebagai tindakan memastikan pembuangan tinja, sullage dan limbah padat agar lingkungan rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang diakibatkan oleh proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang diakibatkan oleh proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanasan global menjadi isu yang penting dikalangan masyarakat akhirakhir ini. Pemanasan global adalah suatu bentuk ketidak seimbangan ekosistem di bumi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi sangat penting di pusat-pusat perkotaan untuk transportasi, produksi industri, kegiatan rumah tangga maupun kantor. Kebutuhan pada saat sekarang di

Lebih terperinci

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Disusun oleh: Mirza Zalfandy X IPA G SMAN 78 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA Agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan Indikator

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS) KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS) I. Pernyataan Tujuan A. Perubahan iklim menimbulkan tantangan dan resiko global terhadap lingkungan dan ekonomi, membawa dampak bagi kesehatan manusia,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bumi merupakan satu-satunya tempat tinggal bagi makhluk hidup. Pelestarian lingkungan dilapisan bumi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Suhu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak kota di dunia dilanda oleh permasalahan lingkungan, paling tidak adalah semakin memburuknya kualitas udara. Terpapar oleh polusi udara saat ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul dan Pengertian Judul 1. Judul Jakarta Integrated Urban Farm 2. Pengertian Judul Jakarta merupakan ibu kota Indonesia, daerah ini dinamakan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Business Council for Sustainable Development (2005), kondisi air di dunia

BAB I PENDAHULUAN. World Business Council for Sustainable Development (2005), kondisi air di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Air berperan utama dalam pemenuhan hajat hidup manusia, khususnya dalam mendukung

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 1. Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan yang menyebabkan gundulnya hutan adalah Kebakaran hutan karena puntung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

menyebabkan kekeringan di musim kemarau,

menyebabkan kekeringan di musim kemarau, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Pengertian Drainase dan Perubahan Konsep Drainase Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara

Lebih terperinci