MODEL CONNECTED (MODEL 2: HOW TO INTEGRATE THE CURRICULA) Muktar Panjaitan Universitas HKBP Nommensen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL CONNECTED (MODEL 2: HOW TO INTEGRATE THE CURRICULA) Muktar Panjaitan Universitas HKBP Nommensen"

Transkripsi

1 I. Pendahuluan MODEL CONNECTED (MODEL 2: HOW TO INTEGRATE THE CURRICULA) Muktar Panjaitan Universitas HKBP Nommensen Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba untuk memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995 dalam Sa ud, 2006). Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek materi belajar dan aspek kegiatan belajar mengajar. Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri atas beberapa bidang kajian adalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan siswa mendapat pengalaman belajar yang dapat menghubungkaitkan konsep-konsep dari berbagai bidang kajian. Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan tema atau topik tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Pengertian terpadu disini mengandung makna menghubungkan IPA dengan berbagai bidang kajian (Carin, 1997 dalam Puskur, 2005). Lintas bidang kajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu seperti makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, geologi dan astronomi. Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan bidang kajian lain di luar bidang kajian IPA dan hal ini lebih sesuai untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Pada jenjang SMP keterpaduan akan lebih baik bila dibatasi bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam pembelajaran dan penilaian, mengingat semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin dalam dan luas pula pemahaman konsep yang harus diserap oleh peserta didik. Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik dan unit tematiknya, Fogarty (1991) mengemukakan 10 model yaitu : 1). Fragmented, 1

2 2).Connected, 3). Nested, 4). Sequenced, 5). Shared, 6). Webbed, 7). Threaded, 8). Integrated, 9). Immersed dan 10). Networked. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai model pembelajaran terpadu Connected. II. Pembahasan Dalam setiap mata pelajaran, materi ajar terkait antara topik ke topik, konsep ke konsep, pekerjaan satu tahun pertama ke tahun berikutnya dan menghubungkan ide-ide secara eksplisit. Menurut Robert Maynard Hutchins (dalam Fogarty, 1991) tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan kaum muda mendidik diri sendiri sepanjang hidup mereka. 2.1 Apa yang dimaksud dengan Model Connected? Walaupun bidang disiplin ilmu terpisah, model Connected berfokus pada pembentukan keterkaitan secara eksplisit dalam setiap mata pelajaran, keterkaitan satu topik ke topik berikutnya, keterkaitan antar konsep, keterkaitan antar keterampilan, keterkaitan tugas pada hari ini dan selanjutnya, bahkan ide-ide satu semester dengan selanjutnya. Pada pembelajaran dengan model ini, kunci utamanya adalah adanya usaha sadar untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu. Contohnya adalah guru mengaitkan konsep pecahan decimal, selanjutnya dikaitkan dengan uang, untung rugi, bunga dan sebagainya. Gambar 1. Model Keterhubungan (Connected) 2.2 Ciri-ciri Model Connected Dalam kurikulum Sekolah Dasar, sebuah hubungan digambarkan antara batu dan mesin sederhana, dalam hal ini siswa menghubungkannya secara eksplisit serta 2

3 melihatnya sebagai dua bidang ilmu yang berbeda: satu adalah ilmu Bumi dan satunya ilmu Fisika tapi kedua-duanya masih merupakan bagian ilmu pengetahuan Dengan menanamkan istilah yang lebih luas bagi siswa (dalam hal ini ilmu Bumi dan ilmu Fisika), siswa mulai dapat mendefinisikan sains untuk diri mereka sendiri dengan menggunakan hal ini sebagai payung induk mata pelajaran. Hal ini menjadi langkah penting pertama bagi siswa dalam mengetahui konseptualisasi ilmu pengetahuan untuk memahami alam. Demikian juga untuk tingkat SMP atau sederajad, guru ilmu Bumi mengaitkan Geologi ke Astronomi dengan menghubungkan dengan sifat evolusi alami masingmasing. Kesamaan antara kedua unit itu menjadi pengikat bagi siswa karena mereka bekerja melalui kedua unit tersebut dan melihat bahwa mereka mampu membuat hubungan timbal balik secara eksplisit. 2.3 Apa makna Model Connected Siswa melihat hubungan antar subjek yang diajarkan terpisah secara tradisional. Berikut ini adalah suatu testimoni salah satu mantan siswa, Eric J. Lerner. Saya melihat perbedaan yang besar antara apa yang membuat saya senang, mencoba memahami alam semesta, dan apa yang terjadi di kelas fisika kita... Saya terganggu oleh kontradiksi logis dalam beberapa hal yang diajarkan... Akhirnya, saya sampai pada titik di mana saya tak bisa lagi menerima hukum Kedua Termodinamika, kenang Lerner. Kira-kira, konsep yang menyatakan bahwa tingkat energi dalam suatu sistem fisika cenderung keluar. Misalnya, memberikan sedikit panas ke dalam ruang dingin dan menyebar di seluruh ruang, dengan seketika tidak dapat dibedakan. Kemudian Lerner menjelaskan, pada skala yang lebih besar, Hukum Kedua Termodinamika tampaknya memperkuat teori Big Bang. Pada saat penciptaan, menurut dugaan semua energi terkonsentrasi pada satu titik dan alam semesta mengaturnya. Sejak itu, energi menyebar dan keteraturan alam semakin berkurang. Eric melanjutkan membuat keterkaitan. "Lalu aku memahami biologi yang bertentangan dengan Hukum Kedua Termodinamika," kata Lerner. "Pertimbangkan evolusi: bentuk hidup yang kurang kompleks, makhluk sel tunggal, ke yang lebih rumit, seperti manusia. Mengapa planet kita menjadi pengecualian? Aku bertanya pada diriku sendiri. Modus bahwa saya menyadari ada sesuatu yang secara fundamental salah dengan teori Big Bang dan konsepsi bahwa alam semesta akan semakin menyusut. 3

4 Guru dapat memfasilitasi dan memudahkan keterkaitan seperti di atas dalam pemikiran siswa secara eksplisit dan membuat mata rantai antar bidang studi. 2.4 Keuntungan-Keuntungan Model Connected Dari uraian di atas bahwa keuntungan dan kekuatan model pembelajaran Connected adalah: a. Dengan mengaitkan ide-ide dalam satu mata pelajaran, siswa memiliki keuntungan gambaran yang besar seperti halnya suatu mata pelajaran yang terfokus pada satu aspek. b. Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus menerus sehingga terjadi internalisasi. c. Mengaitkan ide-ide dalam suatu mata pelajaran memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, dan mengasimilasi ide secara berangsurangsur dan memudahkan transfer atau pemindahan ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah. 2.5 Kelemahan-Kelemahan Model Connected? Adapun kelemahan model pembelajaran keterhubungan (Connected) adalah: a. Berbagai mata pelajaran di dalam model ini tetap terpisah dan nampak tidak terkait, walaupun hubungan dibuat secara eksplisit antara mata pelajaran (interdisiplin). b. Guru tidak didorong untuk bekerja secara bersama-sama sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide antara mata pelajaran. c. Usaha-usaha yang terkonsentrasi untuk mengintregrasikan ide-ide dalam suatu mata pelajaran dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih global dengan mata pelajaran lain. 2.6 Kapan Model Connected ini Digunakan? Model Connected berguna sebagai langkah awal menuju kurikulum yang terintegrasi. Guru merasa yakin mencari koneksi dalam disiplin mereka sendiri. Ketika mereka menjadi mahir dalam menghubungkan ide-ide dalam disiplin, menjadi lebih mudah untuk melihat keterkaitan pada disiplin ilmu lainnya. Juga, pembuatan 4

5 keterkaitan dapat dilakukan bersama-sama dalam rapat departemen berikutnya, dewasa dan akrab yang membuat suasana menjadi aman terhadap perubahan. Tim guru mulai menggunakan model ini pada departemen atau tingkat kelas menjadi sebuah strategi yang berhasil untuk mengembangkan model integrasi yang lebih komplek pada waktu yang akan datang. III. Kesimpulan Dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka kesimpulan yang disajikan adalah sebagai berikut. 1. Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. 2. Model connected (keterhubungan) adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugastugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan di hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu mata pelajaran. 3. Pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu. 4. Keunggulan dari model connected adalah bahwa siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep, sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan terus menerus. 5. Pembelajaran terpadu bila dirancang dengan baik dapat memberikan pembelajaran yang efektif dan memberikan pengalaman belajar lebih bermakna, karena dengan pembelajaran terpadu peserta didik belajar sesuai dengan konteks kehidupan riil Buku Sumber: Fogarty, Robin How to Integrated the Curricula. Palatine, Ilinois: IRI/ Skylight Publishing, Inc. 5

6 Lampiran a. 6

7 Lampiran a Kembali ke sekolah Mindful, guru kami, Sue, Bob, Tom, dan Mulai maria mulai mengeksplorasi keterkaitan dalam mata pelajaran mereka sendiri. Tahun ini saya ingin memperkenalkan dan menyajikan konsep angka negative untuk siswa tetapi tampaknya lebih logis diberikan setelah mereka menyelesaikan kuadran pada grafik. Untuk membantu siswa memahami bagaimana segala sesuatu yang pelajari pada biologi berkaitan dengan teori evolusi. Aku minta mereka memahami catatan "evolusi". Mereka dapat menghubungkan ide-ide yang dipelajari, dibaca, dan dibahas pada berbagai topik Untuk menghasilkan pemahaman terpadu pada sastra Amerika, masing-masing siswa diminta untuk memberikan kritik pada tema mimpi Amerika. Ini akan memberikan keterkaitan antara bagian-bagiannya. Dengan pendekatan awal Yunani dan menghubungkan drama Yunani pada tugas semester, siswa akan mendapatkannya dari pelajaran humaniora, bukan dari sejarah diskrit dan sastra. 7

8 Lampiran b. CONTOH Memikirkan unit, topik, atau konsep dalam disiplin yang baru selesai Anda ajarkan dan menuliskan "kaitannya" Matematika Persentase Sains Kesehatan mental Estimasi (menaksir) Pengambilan keputusan yang baik Pecahan Hubungan/kehilangan Seni Bahasa Abad 19 IPS Budaya Amerika Suara Amerika Konflik Abad 20 Ekspansi barat Catatan dan Refleksi Setiap disiplin menghubungkan topik-topik tertentu, unit. atau konsep dengan hubungan yang diorganisasikan. Kerangka ini menyediakan pola/aturan umum untuk mengintegrasikan ide-ide. 8

9 BERPIKIR ULANG: RE-DESAIN Memikirkan kembali pada unit, topik, atau konsep dalam disiplin yang baru saja diajarkan. Mencatat hubungan yang dikaitkan Budaya Amerika Catatan dan Refleksi 9

10 BERPIKIR KE DEPAN: MEMBUAT DESAIN Sekarang, berpikir ke depan dan mencoba untuk menghubungkan ide-ide, topik, atau konsep dengan unit, topik, konsep-konsep yang direncanakan diajarkan semester ini Budaya Amerika Catatan dan Refleksi 10

11 PIKIRKAN KEMBALI: MEMPERBAIKI Desain atau desain ulang unit, topik, atau konsep sehingga pelajaran terhubung secara logis dan juga siswa Abad 20 Ekspansi barat Catatan dan Refleksi Banyak guru memadukan sejumlah ide-ide yang penting ke dalam suatu pelajaran secara nested atau "tersarang" 11

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TERPADU OLEH NOVI RESMINI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. A. Pendahuluan

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TERPADU OLEH NOVI RESMINI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. A. Pendahuluan MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TERPADU OLEH NOVI RESMINI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA A. Pendahuluan Sebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari segala peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared Noeraida, S.Si., M.Pd., Widyaiswara PPPPTK IPA noeraida67@yahoo.co.id Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

Standards for Science Teacher Preparation

Standards for Science Teacher Preparation Guru sains di SMP saat ini bukan output S1 Pendidikan IPA Standards for Science Teacher Preparation Memiliki kompetensi dalam biologi, kimia, fisika serta bumi dan antariksa. Guru-guru IPA harus memiliki

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MENGEMBANGKAN KECAKAPAN HIDUP DI ERA GLOBALISASI

PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MENGEMBANGKAN KECAKAPAN HIDUP DI ERA GLOBALISASI PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MENGEMBANGKAN KECAKAPAN HIDUP DI ERA GLOBALISASI Ria Wulandari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Surel: riawulandari.rw46@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Hakikat Belajar dan Pembelajaran a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Proses belajar adalah proses yang kompleks, tergantung pada teori belajar yang dianutnya. 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Ada beberapa pendapat mengenai pengertian

Lebih terperinci

Mochammad Maulana Trianggono, M.Pd. Prodi PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Jember 2016

Mochammad Maulana Trianggono, M.Pd. Prodi PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Jember 2016 Mochammad Maulana Trianggono, M.Pd Prodi PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Jember 2016 Model Pembelajaran Model Pembelajaran Suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di dalam proses belajar mengajar terdapat tiga komponen utama yang terlibat di dalamnya, yaitu pengajar (guru), pembelajar (siswa), dan bahan ajar. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tsani Fathani, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tsani Fathani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan rangkaian terpadu dari berbagai komponen yang saling berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.salah satu komponen tersebut

Lebih terperinci

A. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

A. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU A. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU A. Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran Tematik Terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam

Lebih terperinci

INTEGRATED APPROACH. Oleh : Dra. Siti Sriyati, M.Si

INTEGRATED APPROACH. Oleh : Dra. Siti Sriyati, M.Si INTEGRATED APPROACH Oleh : Dra. Siti Sriyati, M.Si JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008 1 A. PENDAHULUAN Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau dialaminya sebagai suatu kesatuan yang utuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hayyah Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hayyah Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ilmu pengetahuan memiliki peranan penting dalam kehidupan individu dan pembangunan bangsa secara ilmiah dan teknologi. Maju mundurnya suatu bangsa sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keberadaan dan kebermaknaan kurikulum akan terwujud apabila ada proses pembelajaran

Lebih terperinci

MODEL KETERPADUAN PEMBELAJARAN SAINS DALAM KURIKULUM 2013

MODEL KETERPADUAN PEMBELAJARAN SAINS DALAM KURIKULUM 2013 MODEL KETERPADUAN PEMBELAJARAN SAINS DALAM KURIKULUM 2013 Eli Trisnowati Jl. Raya Kalibeber km. 3, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia elitrisnowati@ymail.com ABSTRAK Kurikulum 2013 memiliki beberapa perubahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rasionalisasi Kurikulum 2013 dipaparkan bahwa perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum KTSP 2006 adalah pada terdapatnya pemisahan antara mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang Lingkup mata pelajaran IPA di SMP menekankan pada pengamatan fenomena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, isu-isu fenomena alam tersebut

Lebih terperinci

Pembelajaran IPA Terintegrasi di SMP A. Pendahuluan

Pembelajaran IPA Terintegrasi di SMP A. Pendahuluan Pembelajaran IPA Terintegrasi di SMP A. Pendahuluan Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat sebagai bangunan ilmu (body of knowledge),cara berpikir (way of thinking), cara penyelidikan (way of investigation).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) diajarkan secara terpadu dalam mata pelajaran IPA Terpadu. IPA Terpadu merupakan

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS) MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 6 PENGORGANISASIAN MODEL KURIKULUM PEMBELAJARAN TERPADU IMMERSED Dr. RATNAWATI SUSANTO., M.M., M.Pd KEMAMPUAN AKHIR : MAHASISWA MEMILIKI KEMAMPUAN

Lebih terperinci

[learning subject and supporting through direct instruction model to increase students achievement in Physical Chemistry I class]

[learning subject and supporting through direct instruction model to increase students achievement in Physical Chemistry I class] ISSN 2301-5934 Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia Vol. 1, No. 1, April 2012 Tersedia online di www.sainsjurnal.com Pembelajaran Terpadu Materi Pokok dan Pendukung Melalui Model Pembelajaran Langsung untuk

Lebih terperinci

ISSN: Inovasi Kurikulum, Februari 2009, Thn.4 Vol. 1 No: 4

ISSN: Inovasi Kurikulum, Februari 2009, Thn.4 Vol. 1 No: 4 PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (Studi Pengembangan pada Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Gunungkidul)

Lebih terperinci

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 8 (2), 2016,

Tersedia online di EDUSAINS Website:  EDUSAINS, 8 (2), 2016, Tersedia online di EDUSAINS Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains EDUSAINS, 8 (2), 2016, 144-148 Research Artikel UJI KETERPAHAMAN DAN KELAYAKAN BAHAN AJAR IPA TERPADU Nurul Ashri 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. 1 Hasil

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Terpadu untuk Mengukur Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 3 Palu

Penerapan Model Pembelajaran Terpadu untuk Mengukur Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 3 Palu Penerapan Model Pembelajaran Terpadu untuk Mengukur Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 3 Palu Muhammad Zulkifli, Syamsu dan Sahrul Saehana oel_81@yahoo.com Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran pokok pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dalam pembelajaran IPA terdapat

Lebih terperinci

KONSEP IPS TERPADU KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU

KONSEP IPS TERPADU KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU KONSEP IPS TERPADU KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU Pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang dituangkan ke dalam kertas atau buku dapat digolongkan ke media

BAB II KAJIAN TEORI. yang dituangkan ke dalam kertas atau buku dapat digolongkan ke media BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoretik 1. Buku Pelajaran Buku merupakan salah satu media pembelajaran yang berupa tulisan yang dituangkan ke dalam kertas atau buku dapat digolongkan ke media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Terpadu 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TERPADU

PEMBELAJARAN TERPADU PERANGKAT PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN TERPADU Dosen Pengampu Mata Kuliah: Mochammad Maulana Trianggono, M. Pd NIDN. 0709049101 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI JEMBER

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TERPADU

PEMBELAJARAN TERPADU PEMBELAJARAN TERPADU Oleh: Drs. Johar Permana Program S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia 2008 1 LATAR BELAKANG SK Mendiknas No. 16 Tahun 2007 Tentang

Lebih terperinci

Jurnal Pembelajaran Prospektif 1 (2) (2016) 1-8 J P P. Journal of Prospective Learning

Jurnal Pembelajaran Prospektif 1 (2) (2016) 1-8 J P P. Journal of Prospective Learning J P P Journal of Prospective Learning http://jurnal.untan.ac.id/index.php/lp3m Group Investigation Model (Pembelajaran Terpadu Anak Usia Dini) Program Studi Pendidikan Guru PAUD FKIP Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran IPA sebagai bagian dari mata pelajaran di SMP menurut kurikulum 2013, dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science atau IPA terpadu bukan sebagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd Pendidikan IPA, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Makalah disampaikan dalam PPM Workshop Pengembangan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA TIPE WEBBED DENGAN PENDEKATAN INKUIRI

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA TIPE WEBBED DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA TIPE WEBBED DENGAN PENDEKATAN INKUIRI Nita Novianti Guru IPA, SMPN 6 Sukabumi, Jl. Pelda Suryanta 96 Sukabumi nitanovianti1302@gmail.com

Lebih terperinci

MODEL TERPADU DALAM PEMBELAJARAN IPS DAN REKONSTRUKSI STANDAR ISI. Oleh: Tim Pengembang IPS

MODEL TERPADU DALAM PEMBELAJARAN IPS DAN REKONSTRUKSI STANDAR ISI. Oleh: Tim Pengembang IPS MODEL TERPADU DALAM PEMBELAJARAN IPS DAN REKONSTRUKSI STANDAR ISI Oleh: Tim Pengembang IPS DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR SUPARDI Sukoharjo, 15 Maret 1973

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS) MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 5 PENGORGANISASIAN MODEL KURIKULUM PEMBELAJARAN TERPADU WEBBED Dr. RATNAWATI SUSANTO., M.M., M.Pd KEMAMPUAN AKHIR : MAHASISWA MEMILIKI KEMAMPUAN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SAINS DALAM DESAIN PENDEKATAN TEMATIK INTEGRATIF. Suhendi Dosen STAIN Jurai Siwo Metro

PEMBELAJARAN SAINS DALAM DESAIN PENDEKATAN TEMATIK INTEGRATIF. Suhendi Dosen STAIN Jurai Siwo Metro PEMBELAJARAN SAINS DALAM DESAIN PENDEKATAN TEMATIK INTEGRATIF Dosen STAIN Jurai Siwo Metro Email: hends9000@gmail.com Abstract Children who are in the early elementary classroom are children who are at

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkontruksi

Lebih terperinci

2016 PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE CONNECTED BERBASIS GUIDED INQUIRY

2016 PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE CONNECTED BERBASIS GUIDED INQUIRY BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran IPA ditingkat SMP/MTs merupakan pelajaran dengan keterpaduan. Berdasarkan sumber yang dikutip dari Balitbang Depdiknas, (2004) bahwa pembelajaran IPA yang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SECARA TERPADU Oleh Novi Resmini, M.Pd Universitas Pendidikan Indonesia

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SECARA TERPADU Oleh Novi Resmini, M.Pd Universitas Pendidikan Indonesia PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SECARA TERPADU Oleh Novi Resmini, M.Pd Universitas Pendidikan Indonesia Berbicara mengenai pembelajaran bahasa Indonesia secara terpadu, maka tidak akan terlepas dari pembicaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat sebagai bangunan ilmu (body of knowledge), cara berpikir (way of thinking), cara penyelidikan (way of investigation). Sebagai bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 8 (2), 2016,

Tersedia online di EDUSAINS Website:  EDUSAINS, 8 (2), 2016, Tersedia online di EDUSAINS Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains EDUSAINS, 8 (2), 2016, 122-127 Research Artikel PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE CONNECTED MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK

Lebih terperinci

proposal PTK tematik SD

proposal PTK tematik SD proposal PTK tematik SD A. JUDUL PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS RENDAH (Penelitian

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN MODUL IPA 1 TERPADU BERDASARKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA 1) Abstrak

MODEL PENGEMBANGAN MODUL IPA 1 TERPADU BERDASARKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA 1) Abstrak MODEL PENGEMBANGAN MODUL IPA 1 TERPADU BERDASARKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA 1) Oleh : Harto Nuroso 2) dan Joko Siswanto 3) Abstrak Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh kesesuaian tingkat berfikir

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN TERPADU MODEL CONNECTED TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMPN 1 PONTIANAK

PENGARUH PEMBELAJARAN TERPADU MODEL CONNECTED TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMPN 1 PONTIANAK PENGARUH PEMBELAJARAN TERPADU MODEL CONNECTED TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMPN 1 PONTIANAK Renita Wulandari, Rachmat Sahputra, Rody Putra Sartika Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN, Pontianak Email

Lebih terperinci

Konsep Dasar dan Model-model Pembelajaran Terpadu

Konsep Dasar dan Model-model Pembelajaran Terpadu Modul 1 Konsep Dasar dan Model-model Pembelajaran Terpadu Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Dra. Novi Resmini, M.Pd. S PENDAHULUAN ebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2011 Perencanaan Mengkaji dan memetakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemampuan berpikir siswa pada usia SMP cenderung masih berada pada tahapan kongkrit. Hal ini diungkapkan berdasarkan hasil pengamatan dalam pembelajaran IPA yang

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED dan SHARED PADA TEMA PEMANFAATAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED dan SHARED PADA TEMA PEMANFAATAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU TIPE WEBBED dan SHARED PADA TEMA PEMANFAATAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP Nita Novianti 1*), Any Fitriani 2 Prodi SPs UPI, Jl. Dr. Setiabudhi 229, Bandung

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS) MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 6 PENGORGANISASIAN MODEL KURIKULUM PEMBELAJARAN TERPADU INTEGRATED, IMMERSED, NETWORKING Dr. RATNAWATI SUSANTO., M.M., M.Pd KEMAMPUAN AKHIR :

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN ALAM

ILMU PENGETAHUAN ALAM Buku Guru ILMU PENGETAHUAN ALAM SMP/MTs KELAS IX Hak Cipta 2015 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Disklaimer: Buku ini merupakan buku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergantian zaman, pendidikan juga mengalami perkembangan, yaitu. menyesuaikan dengan keadaan yang sedang berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. pergantian zaman, pendidikan juga mengalami perkembangan, yaitu. menyesuaikan dengan keadaan yang sedang berlangsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan.seiring pergantian zaman, pendidikan juga mengalami perkembangan, yaitu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang berlangsung.

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sekarang mulai diterapkan di Indonesia. Penerapan kurikulum didasarkan pada amanat UU Nomor 20 Tahun 2003, bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya suatu perubahan (inovasi). Perubahan pada hakekatnya adalah sesuatu yang wajar karna itu adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lain-lain). Sementara itu dalam pandangan konstruktivisme yang lain belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lain-lain). Sementara itu dalam pandangan konstruktivisme yang lain belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan proses aktif dalam diri pembelajar untuk mengonstruksi arti (teks, dialog, pengalaman, fisik, dan lain-lain). Sementara

Lebih terperinci

PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI. Budiyono Saputro

PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI. Budiyono Saputro Pelatihan sebuah Solusi dalam Pembelajaran IPA Terpadu. PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga

Lebih terperinci

Lampiran-1 S I L A B U S (E D I S I R E V I S I) TAHUN Mata Kuliah/Kode : IPA Terintegrasi dan Pembelajaran

Lampiran-1 S I L A B U S (E D I S I R E V I S I) TAHUN Mata Kuliah/Kode : IPA Terintegrasi dan Pembelajaran DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Alamat: Karangmalang, Yogyakarta 55281 Telepon: 0274 586168 Psw. 217 Lampiran-1 S I L A B U S

Lebih terperinci

2008 PENDEKATAN INKUIRI mengenal masalah mengajukan pertanyaan mengemukakan langkah- langkah penelitian memberikan pemaparan yang ajeg

2008 PENDEKATAN INKUIRI mengenal masalah mengajukan pertanyaan mengemukakan langkah- langkah penelitian memberikan pemaparan yang ajeg PENDEKATAN INKUIRI Handout_BPF 2008 Melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri berarti mendorong membelajarkan siswa untuk menggunakan prosedur yang digunakan para ahli penelitian untuk

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) seharusnya dilakukan secara terpadu. Melalui pembelajaran IPA terpadu siswa diharapkan

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Terpadu Modifikasi Wolfinger di Sekolah Dasar

Model Pembelajaran Terpadu Modifikasi Wolfinger di Sekolah Dasar Model Pembelajaran Terpadu Modifikasi Wolfinger di Sekolah Dasar Farro Durrotul Qorri aina 1, Samsi Haryanto 2, Sri Anitah 3 1 Program Studi Magister Teknologi Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS REAL OBJECT DI SEKOLAH DASAR

PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS REAL OBJECT DI SEKOLAH DASAR PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS REAL OBJECT DI SEKOLAH DASAR Yeni Puji Astuti Prodi PGSD STKIP PGRI Sumenep Email: yeni_puji.062003@yahoo.co.id Abstract Permendiknas number 22 of 2006 which the states that

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat 1 Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat 1 Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasal 1 ayat 1 Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS) MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 3 PENGORGANISASIAN MODEL KURIKULUM PEMBELAJARAN TERPADU IMPLEMENTASI FRAGMENTED Dr. RATNAWATI SUSANTO., M.M., M.Pd KEMAMPUAN AKHIR : MAHASISWA

Lebih terperinci

PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Diana Endah Handayani Dosen PGSD IKIP PGRI Semarang

PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Diana Endah Handayani Dosen PGSD IKIP PGRI Semarang PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR Diana Endah Handayani handayani.hitam@gmail.com Dosen PGSD IKIP PGRI Semarang ABSTRAK Kualitas pendidikan sangatlah bergantung pada kesadaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang sistematis dan menyeluruh. Ilmu pengetahuan yang holistik, bukan merupakan ilmu yang parsial antara

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN IPS TERINTEGRASI DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013

PEMBELAJARAN IPS TERINTEGRASI DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013 PEMBELAJARAN IPS TERINTEGRASI DALAM KONTEKS KURIKULUM 2013 Nana Setiana 1 ABSTRAK Perubahan pendidikan dalam konteks global di dunia berimbas pada pendidikan di Indonesia. Tujuan akhir pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TERPADU PADA ANAK USIA DINI. Oleh Waluyo Adi *)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TERPADU PADA ANAK USIA DINI. Oleh Waluyo Adi *) IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TERPADU PADA ANAK USIA DINI Oleh Waluyo Adi *) Abstrak Penerapan pembelajaran terpadu di Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar kelas awal yang masih sebagai anak usia dini belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar merupakan jenjang terbawah dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar merupakan jenjang terbawah dari sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dasar merupakan jenjang terbawah dari sistem pendidikan nasional, ditetapkan dalam UU 20/2003. Pendidikan dasar diselenggarakan dalam upaya mengembangkan

Lebih terperinci

Pembelajaran IPA Terpadu Melalui Keterampilan Kerja Ilmiah Untuk Mengembangkan Nilai Karakter. Henry Januar Saputra

Pembelajaran IPA Terpadu Melalui Keterampilan Kerja Ilmiah Untuk Mengembangkan Nilai Karakter. Henry Januar Saputra Pembelajaran IPA Terpadu Melalui Keterampilan Kerja Ilmiah Untuk Mengembangkan Nilai Karakter Henry Januar Saputra IKIP PGRI SEMARANG h3nry.chow@gmail.com Abstrak Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MEMINDAI MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS IX MTs NEGERI 1 PALEMBANG

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MEMINDAI MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS IX MTs NEGERI 1 PALEMBANG MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MEMINDAI MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS IX MTs NEGERI 1 PALEMBANG Oleh Muhamad Nasir dan Abstrak Tulisan ini berawal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia, sehingga manusia mempunyai keterampilan dan keahlian khusus yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan sebagai salah satu tempat menempuh ilmu pengetahuan dan mengembangkan keterampilan mempunyai muara agar lulusannya memiliki kemampuan, keterampilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dengan pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh, baik

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dengan pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh, baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dibutuhkan untuk meningkatkan harkat, martabat, dan taraf hidup manusia dengan pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh, baik dari aspek kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang begitu cepat berimbas pada tuntutan perubahan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan memang selalu dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pengertian Koneksi Matematis Koneksi dengan kata lain dapat diartikan sebagai keterkaitan, dalam hal ini koneksi matematis berarti sebagai keterkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang diciptakan harus mampu mengembangkan dan mencapai kompetensi setiap matapelajaran sesuai kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Untuk itu, pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan bidang ilmu yang memiliki kedudukan penting

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan bidang ilmu yang memiliki kedudukan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bidang ilmu yang memiliki kedudukan penting dalam pengembangan dunia pendidikan. Hal ini disebabkan matematika merupakan ilmu dasar bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL Oleh Etik Khoirun Nisa NIM 090210102023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat kemampuan dasar berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat kemampuan dasar berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, ada empat kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Empat kemampuan dasar tersebut meliputi kemampuan menyimak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia salah satunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang

Lebih terperinci

POSISI MATERI SEJARAH DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA KURIKULUM 2013

POSISI MATERI SEJARAH DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA KURIKULUM 2013 POSISI MATERI SEJARAH DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA KURIKULUM 2013 Rochgiyanti Prodi Pendidikan Sejarah, Universitas Lambung Mangkurat Abstrak. Salah satu cara dalam memperkenalkan sejarah bangsa

Lebih terperinci

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (REGULER)

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (REGULER) SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (REGULER) Disusun Oleh: Dra. Hj. Nina Sundari, M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan hasil dari aktivitas para ilmuan. Produk sains dapat dicapai dengan pembelajaran yang fokus pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deni Ahmad Munawar, 2013 :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deni Ahmad Munawar, 2013 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD, salah satunya kita harus melihat seluruh aspek perkembangannya sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik).

Lebih terperinci

EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN TERPADU DI SEKOLAH DASAR

EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN TERPADU DI SEKOLAH DASAR EVALUASI DALAM DI SEKOLAH DASAR Sutrisno Widodo Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya Kampus Lidah Wetan Abstrak: Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006

TUJUAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006 TUJUAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006 Pengertian IPA Terpadu adalah pembelajaran IPA yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan dari berbagai bidang kajian (fisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Beragam strategi yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KONTEKSTUAL DI SD MUHAMMADIYAH 9 MALANG

PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KONTEKSTUAL DI SD MUHAMMADIYAH 9 MALANG JTP2IPS (2018) 03 19-26 http://dx.doi.org/10.17977/um022v3i12018p019 PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KONTEKSTUAL DI SD MUHAMMADIYAH 9 MALANG Efi Nilasari 1, Yudha Adrian 2, Ratno Susanto 3 Diterima 8 November

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. A. Simpulan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. A. Simpulan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai proses berpikir siswa kelas VII E SMP Negeri 10 Surakarta dalam memecahkan masalah matematika materi pecahan berdasarkan

Lebih terperinci

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 8 (1), 2016, 74-82

Tersedia online di EDUSAINS Website:  EDUSAINS, 8 (1), 2016, 74-82 Tersedia online di EDUSAINS Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains EDUSAINS, 8 (1), 216, 74-82 Research Artikel PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED DAN SHARED UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci