Introduksi Varietas Unggul Jagung untuk Pengembangan Jagung di Kabupaten Berau (Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman terpadu)

Transkripsi

1 Introduksi Varietas Unggul Jagung untuk Pengembangan Jagung di Kabupaten Berau (Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman terpadu) Yossita Fiana dan M. Hidayanto Balai PengkajianTeknologiPertanian Kalimantan Timur Jl. PM. Noor-Sempaja, Samarinda Abstrak Kontribusi provinsi Kalimantan Timur dalam mencukupi kebutuhan pangan secara nasional masih rendah, walaupun memiliki potensi lahan yang luas, terutama potensinya untuk pengembangan jagung. Hal ini disebabkan tingkat kesuburan tanah yang relatif rendah sehingga menyebabkan produktivitas jagung rata-rata di Kalimantan Timur hanya 2,3 ton per ha. Kabupaten Berau merupakan salah satu daerah sentra pengembangan jagung di Provinsi Kalimantan Timur. Introduksi varietas jagung dilakukan di Kabupaten ini, yang bertujuan untuk mengetahui produktivitas jagung varietas unggul baru di kawasan pengembangan. Kegiatan pengkajian dilaksanakan di Desa Ekasapta, Kecamatan Talisayan, Kabupaten, Berau pada Oktober-Desember Varietas yang digunakan adalah SrikandiKuning, Srikandi Putih, Pulut Uri, Sukmaraga, Lamuru, Bima 19 danbima 20. Varietas Bima dan Pulut Uri produktivitasnya di bawah potensi hasil, sedangkan Sukmaraga, Srikandi Kuning dan Srikandi Putih mendekati potensi hasil. Hasilanalisis B/C ratio diperoleh 2,95 yang menunjukkan bahwa usaha budidaya jagung di Desa Eka Sapta layak dikembangkan dan menguntungkan. Kata kunci: Berau, introduksi varietas, jagung, produktivitas. Pendahuluan Bagi penduduk Indonesia, jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu, jagung juga diperlukan untuk pakan ternak dan industri pakan ternak yang kebutuhannya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan peningkatan pendapatan dan pengetahuan masyarakat, konsumsi protein hewani khususnya daging, ayam dan telur juga semakin meningkat. Secara tidak langsung hal ini mendorong peningkatan kebutuhan akan jagung, karena 51 persen komponen pakan ternak terdiri atas jagung. ( 2011). Pada periode , produksi jagung nasional meningkat 9,95% pertahun, dan produktivitasnya naik 4,78%. Bahkan dalam 3 tahun terakhir, produksi jagung nasional meningkat 15,16% pertahun, dan produktivitasnya naik 6,72%. Hasil atau produksi tersebut akan mampu dicapai jika diimbangi dengan naiknya luas panen dan produktivitas. Produksi jagung diproyeksikan naik rata-rata 10% per tahun, luas panen diproyeksikan naik rata-rata 4,07% per tahun, dan produktivitas jagung diproyeksikan naik rata-rata 6,93% per tahun. Kebutuhan jagung akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, sehingga perlu upaya peningkatan produktivitas. Untuk dapat meningkatkan produktivitas ini diperlukan penerapan teknologi yang mutakhir (Purna dan Hamidi, 2010). Jagung ( Zea mays L.) merupakan tanaman semusim determinat tingkat tinggi yang termasuk ke dalam kelas monocotyledoaneae, famili Poaceae. Satu siklus hidupnya hari. Siklus paruh pertama merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk generatif.produksi jagung antar daerah berbeda-beda, terutama disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, ketersediaan air dan varietas yang ditanam. Variasi lingkungan tumbuh akan mengakibatkan adanya interkasi genotipe x lingkungan (Iriany, 2007). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 629

2 Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri terutama jagung, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian telah melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan terus melakukan penelitian dan pengembangan tanaman jagung, serta inovasi teknologi pembudidayaan jagung oleh Badan Litbang Pertanian. Salah satu terobosan Badan Litbang Pertanian yang telah mampu mengangkat produktivitas jagung di beberapa daerah sentra produksi dapat dilihat pada keberhasilan penerapan komponen-komponen teknologi melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Hasil penelitian Balitsereal menunjukkan bahwa dengan pendekatan PTT, produktivitas jagung dapat mencapai 7-9 ton/ha. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) jagung merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas jagung dan pendapatan petani dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT dan iklim secara terpadu dan sepsifik lokasi ( Zubachtirodin et al., 2009) dan melalui PTT produktivitas jagung dapat ditingkatkan serta produktivitas jagung bergantung kepada potensi lahan dan teknologi yang diterapkan (Purwanto, 2007; Subandi et al., 2004; Subandi et al. 2006). Mengacu pada sinergisnya konsep pengembangan kawasan, maka perlu dilaksanakan pengkajian Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada tanaman jagung yang spesifik lokasi sebagai bentuk dukungan Badan Litbang Pertanian untuk mendukung pembangunan pertanian di Kalimantan Timur. Upaya ini juga diharapkan dapat mendukung program intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi, dan diversifikasi usaha pertanian dalam melestarikan swasembada pangan. Dalam kerangka inilah maka inovasi teknologi yang diciptakan dan dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan pengguna ditinjau dari aspek teknis dan sosial-ekonomi, sehingga didapatkan komponen teknologi jagung yang spesifik lokasi.salah satukegiatan yang dilaksanakanadalahmelaluiintroduksivarietas, dengantujuanuntukmengujibeberapavarietasjagungpadakondisispesifiklokasi di KabupatenBerau. Peluang peningkatan produksi jagung dalam negeri masih sangat terbuka, baik melalui peningkatan produktivitas yang sekarang masih rendah (3,43 ton/ ha) maupun pemanfaatan lahan yang masih luas utamanya di luar pulau Jawa (Zubachtirodin, et al., 2007) dan juga melalui introduksi varietas baru yang adaptif. Untuk itu dalam upaya meningkatkan produktivitas dan produksi jagung, perlu dilakukan introduksi berbagai varietas melalui pendekatan PTT di kawasan pengembangan jagung. Metodologi Pendekatan Kontribusi provinsi Kalimantan Timur dalam mencukupi kebutuhan pangan secara nasional masih rendah, walaupun memiliki potensi lahan yang luas. Hal ini disebabkan tingkat kesuburan tanah yang relatif rendah sehingga menyebabkan produktivitas jagung rata-rata di Kalimantan Timur hanya 2,3 ton/ha. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung di Kalimantan Timur adalah melalui pengelolaan tanaman terpadu ( PTT). PTT adalah pendekatan dalam budidaya yang mengutamakan pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu dan bersifat spesifiklokasi. Dalam penerapannya, PTT bersifat (1) partisipatif, (2) dinamis, (3) spesifik lokasi, (4) terpadu, dan (5) sinergis antar komponen teknologi yang diterapkan. Prinsip Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) mencakup empat unsur, yaitu: 630 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

3 1. Integrasi. Dalam implementasinya dilapangan, PTT mengintegrasikan sumber daya lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim untuk mampu meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi petani. 2. Interaksi. PTT berlandaskan pada hubungan sinergis atau interaksi antara dua atau lebih komponen teknologi produksi. 3. Dinamis. Karena selalu mengikuti perkembangan teknologi dan penerapannya disesuaikan dengan keinginan dan pilihan petani, sehingga PTT selalu bercirikan spesifik lokasi. Teknologi yang dikembangkan senantiasa mempertimbangkan lingkungan fisik, biofisik, iklim, dan kondisi sosial ekonomi petani setempat. 4. Partisipatif. Membuka ruang bagi petani untuk memilih, mempraktekkan, dan bahkan memberikan saran kepada penyuluh dan peneliti untuk menyempurnakan PTT, serta menyampaikan pengetahuan yang dimiliki kepada petani yang lain. Waktu dan Tempat DilaksanakanmulaiFebruari 2014 sampaidesember 2014 di Kampung KecamatanTalisayan, KabupatenBerau di KelompoktaniSukaMaju. EkaSapta, Bahan Bahan-bahan yang diperlukanadalahbenih VUB jagung (varietas Bima 4, Bima 5, Bima 19, Bima 20, Provit A, Pulut Uri, Lamuru), pupuk Urea, SP-36 dankcl, pupuk orgaik, pupuk hayati, pestisida, dan herbisida. Pelaksanaan Introduksi Varietas a. Pengolahan Tanah Lahan yang akan digunakan untuk introduksi varietas dibersihkan dari sisa tanaman dan juga dibersihkan dari rumput yang ada di kawasan tersebut. Kegiatan ini dimulai tanggal 25 Maret Sistem tanam yang dilakukan oleh petani adalah dengan Tanpa Olah Tanah (TOT). Sistem ini selain hemat tanaga kerja juga dalam rangka melaksanakan sistem pertanian konservasi di lahan kering. b. Benih Benih yang digunakan untuk introduksi adalah jagung varietas unggul yang belum digunakan di kawasan pengembangan jagung. c. Penanaman Penanaman dilakukan dengan sistem tugal sedalam 5 cm. Masukkan benih dalam lubang tanam, lalu tutup dengan tanah atau pupuk kandang. Penanamanjagung di lokasi demplot introduksi varietas dilaksanakan pada tanggal 14 April 2014 dengan satu biji per lubang tanam dan jarak tanam 70 cm X 20 cm. Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan tugal, serta memasang tali dan ajir agar jarak tanam teratur. Setelah ditugal, benih dimasukkan dan ditutup dengan pupuk kandang yang dicampur dengan pupuk hayati Petroganik. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 631

4 d. Pemupukan Saat pengolahan tanah diberikan pupuk organik dan dolomit dimaksudkan untuk perbaikan sifat fisik, biologis dan kimia tanah dan meningkatkan ph tanah. Dosis pupuk anorganik spesifik lokasi ditentukan dari analisis tanah atau dengan Bagan Warna Daun (N) dan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK). Pupuk Urea, SP -36 dan KCl diberikan 2 kali, pertama 7-10 hari setelah tanam. Pemberian pupuk kedua hari setelah tanam, yang diberikan hanya pupuk urea saja. Pupuk diberikan dalam lubang/larikan ± 10 cm di samping tanaman dan ditutup dengan tanah. e. Penyiangan Penyiangan pertama dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam. Penyiangan kedua pada umur hari setelah tanam dilakukan sebelum pemupukan kedua. f. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit mengacu teknik pengendalian hama-penyakit terpadu. Sesuai dengan kondisi di lapangan, pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada saat tanaman berumur 26 hst dan umur 50 hst berupa hama ulat putih yang menyerah mahkota bunga. Hama tersebut dapat dikendalikan dengan baik dengan menggunkan pestisida. g. Pembumbunan Pembumbunan dilakukan untuk memperkokoh tanaman sekaligus penyiangan. Pembumbunan dilakukan saat umur 6 minggu bersamaan dengan penyiangan kedua. h. Panen dan Pascapanen Jagung sudah siap dipanen jika klobot sudah mengering dan berwarna coklat muda, biji mengkilap, dan bila ditekan dengan kuku tidak membekas. Pemipilan jagung menggunakan mesin pemipil jagung. Panen dilakukan ditandai dengan daun tanaman mulai mengering dan klobot berwarna coklat mengering dan biji berwarna coklat dan mengeras, atau pada saat umur tanaman mencapai sekitar 105 hari. Pascapanen dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil panen tongkol, mengupas klobot, penjemuran tongkol, penyortiran tongkol, pemipilan, penjemuran dan pengemasan jagung pipilan kering. Hasil dan Pembahasan Gambaran Umum Lokasi Kegiatan Kampung Eka Sapta dalam struktur pemerintahan termasuk dalam wilayah kecamatan Talisaya, KabupatenBerau. Secara Administratif Kampung Eka Sapta mempunyai batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kampung Sumber Mulya, sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Purnasari Jaya, sebelah timur berbatasan dengan Kampung Suka Murya dan sebelah barat berbatasan dengan HPH PT Sumalimdo. Kampung Eka Sapta berjarak 17 km dari ibukota Kecamatan Talisayan, sedangkan dari ibukota Kabupaten berjarak 169 km yang dapat ditempuh melalui jalan darat. Keadaan Wilayah Luas Wilayah Kampung ha, dengan perincian: pemukiman warga 200 ha, lahan usaha I dan II seluas 600 ha, fasilitas umum dan TKD 23 ha, rencana Padang Penggembalaan sapi10 ha, lahan Restan10 ha, lahan usahatani masyarakat 221 ha dan luas lahan cadangan 632 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

5 kampung 620 ha. Tinggi tempat kampung 34 dpl, suhu Rata rata 32 o C, bentuk tanah datar dan bergelombang, ph tanah 5-6.5; kemiringantanah 5-15%. Pada umumnya petani dikampung Eka Sapta Kecamatan Talisayan berusahatani padi ladang, palawija dan sayuran. Hal ini sesuai dengan tingkat kesesuaian lahan di kawasan tersebut dan juga minat petani yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Tanaman palawija yang banyak dibudidayakan adalah jagung dan kedelai, dan sebagai pergiliran tanaman adalah kacang tanah dan kacang hijau dengan produksi yang cukup tinggi. Namun demikian hama babi yang masih banyak di kawasan tersebut, sehingga petani banyak menggunakan cara-cara yang seharusnya tidak boleh dipergunakan sebagai pengendali hama tersebut, misalnya dengan kontak setrum tegangan rendah menggunakan kekuatan accu. Tanaman pangan yang diusahakan paling luas adalah jagung, dengan luas lahan ha dan produktivitasnya 5,5 ton per ha. Data selengkapnya pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis tanaman, luas, produktivitas dan produksi tanaman pangan di EkaSapta (t ahun 2014). No JenisTanaman Luas (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton) 1. PadiLadang 88 1, Jagung , Kedelai Kacang Tanah KacangHijau UbiKayu 8, UbiJalar 2, Di wilayah kampung Eka Sapta terdapat 7 Kelompoktani dengan kelas kelompok pemula, sehingga masih perlu ditingkatkan kemampuannya sesuai dengan limajurus kemampuan kelompoktani dan sudah terbentuk Gapoktan Maju Bersama. Adapun nama kelompoktani dan organisasinya di kampung Eka Sapta disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kelompok tani di Kampung Eka Sapta Tahun No NamaKelompok JumlahAnggota KontakTani Ketua Sekretaris Bendahara 1. MugiRahayu 20 KK Fadli Nuri. J Sugiran 2. SukaMaju 30 KK Abdullah Tentrem B Kadir 3. KaryaUtama 30 KK Mursal K A s e p Sesem 4. SumberRejeki 22 KK Sutiono Mujianto Rohmat 5. SadarBina 20 KK Yohanes S Rovinus R Alfonsa 6. Nusa Bunga 29 KK Benediktus G GanrielGw Gabriel SM 7. SumberMakmur 16 KK Abd Hamid Maryono Sukri 4.2. Hasil Panen Introduksi Varietas Hasil Panen Tahan I Pada musim tanam April- Maret 2014 dengan pelaksana kegiatan Mursal Kamarudin (kelompoktani Suka Maju), diperolah hasil kg. Berdasarkan hasil analisa usahatani yang dilakukan oleh Petugas Lapangan, diperoleh B/C ratio 4,95 artinya usaha budidaya jagung di kawasan tersebut layak dan menguntungkan. Dengan perincian bahwa biaya sarana produk sisebesarrp dan upah tenaga Rp (jumlah pengeluaran riil Rp ).Hasil panen jagung sebanyak kg dengan harga Rp Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 633

6 2.300 per kg, sehingga diperoleh pendapatan Rp dan didapatkan B/C ratio 4,95. Hasil Panen Tahan II Pada musim periode tanam Desember, dari beberapa lokasi ujiadaptasi diperoleh hasil yang bervariasi dari berbagai varietas yang diuji. Varieras yang diuji pada periode taman Desember antara lain Bima-19, Bima-20, Pulut Uri, Sukmaraga, Lamuru, Srikandi Kuning dan Srikandi Putih. Hasil dari masing-masing varietas di beberapa lokasi kegiatan belum bisa sesuai dengan potensi hasil yang tertera dalam deskripsi. Kondisi tersebut sesuai dengan pendapat Syafruddin et al., 2012 bahwa adaptasi terhadap lingkungan akan berpengaruh terhadap produksi dan hasil tanaman. Data produktivitas jagung selengkapnya dari masing-masing varietas yang diuji disajikan pada Tabel3. Tabel 3. Produktivitas Beberapa Varietas Jagung di Ekasapta. No Lokasi (Petani) Varietas Produktivitas (kg/ha) Produktivitas Sesuai Deskripsi (kg/ha) Potensi Rata-2 1. Nurdin Bima Bima Pulut Uri Salam Bima Bima Pulut Uri Iqbal Sukmaraga Srikandi Kuning Srikandi Putih Lamuru Keterangan: data hasil uji lapangan dan deskripsi dari Balitsereal Maros. Kesimpulan 1. Introduksi Varietas Jagung melalui pendekatan PTT di Desa Eka Sapta, diperoleh produktivitas jagung pipilan kering kg/ha atau lebih tinggi dari hasil pertanaman jagung di lahan sekitarnya. 2. Hasil analisis B/C ratio sebesar 4,95 atau menunjukkan bahwa usaha budidaya jagung di Desa Eka Sapta layak dilaksanakan dan menguntungkan. Hal ini didukung oleh luasan usaha budidaya jagung mulai tahun 2014 yang terus meningkat. 3. Hasil Ujiadaptasi berbagai varietas jagung menunjukkan bahwa produktivitasnya belum sesuai dengan potensi hasil dari masing-masing varietas yang diuji, sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung di kawasan tersebut. 634 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

7 Daftar Pustaka Iriany, RN.,2007. Asal, Sejarah, Evolusi dan Taksonomi Tanaman Jagung. Jagung; Teknik Produksi dan Pengembangannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Purna, I. dan Hamidi, Peran Teknologi Pertanian dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung. Sumber: index.php?option=com_content&task=view&id=4360&itemid=29 diakses: 10 Juni Purwanto, S Perkembangan produksi dan kebijakan dalam peningkatan produksi jagung. Dalam: Jagung, teknik produksi dan pengembangan. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Subandi Peran inovasi dalam produksi jagung. Seminar Inovasi Pertanian, 5 Agustus Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Subandi, Zubachtirodin, S. Saenong, dan I.U. Firmansayah Ketersediaan teknologi produksi dan program penelitian jagung.prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Makassar, September Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Syafruddin, Nurhayati, dan Ratna Wati Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Jagung Manis. Jurnal Floratek 7: Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian PTT Jagung Meningkatkan Produksi dan Pendapatan. Vol 30 (2) : Produksi Jagung, Aspek Pemasaran dan peluang Pasar. Sumberhttp:// 10 Juni Zubachtirodin, M.S. Pabbage, dan Subandi Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung; Jagung, Teknik Produksi dan Pengembangannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Zubachtirodin, Sania Saenong, Mappaganggang S. Pabbage, M.Azrai, Diah Setyorini, Sunendar Kartaatmadja, dan Firdaus Kasim Pedoman Umum PTT Jagung. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 635