PERKEMBANGAN KOMUNITAS JAWA DI KECAMATAN BIES KABUPATEN ACEH TENGAH ( )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKEMBANGAN KOMUNITAS JAWA DI KECAMATAN BIES KABUPATEN ACEH TENGAH ( )"

Transkripsi

1 PERKEMBANGAN KOMUNITAS JAWA DI KECAMATAN BIES KABUPATEN ACEH TENGAH ( ) Ihwanto 1, Husaini 2, Anwar Yoesoef 3 Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala ihwanto94@yahoo.com husibram@gmail.com anwaryoesoef.sjh@fkip.unsyiah.ac.id ABSTRACT Appointed as the title is "The development of the Java community in the district of Central Aceh district Bies ( )", the purpose of this study were (1) to describe the Java community in the district of Central Aceh district Bies (1931 to 2015) in t erms of demography and (2) to describe the development of the Java community in the district of Central Aceh district Bies (1931 to 2015) in terms of the interaction process. Writing this thesis uses a quantitative approach and methods of historical research, which consists of five working procedures, namely, the choice of theme, heuristics, Verification, Interpretation) and Historiography. Data collection is done by interview and documentation study. From the results of the study showed that: (1) the arriv al of the Javanese community in District Bies began century 20th century precisely when programmed by the Dutch ethical politics. Java community continues to experience growth since Based on the data found in 1998 the population of Java in the district Bies has reached 25 families or 100 people. That number continues to rise even in 2003 there were 50 families or 200 persons in the District Javanese Bies, in 2008 the number of households has reached 68 families or 272 people, in the year 2009 to 2012 the population of Javanese in District Bies back up to 94 families or 376 soul and even that amount to 2015 has reached 125 families or 500 people, and (2) the development of the Javanese in terms of interaction with the local population since seen in many areas of life such as the field of marriage, livelihood, religion, language, gotong -royong, education, and infrastructure life (equipment, art and food). Keywords: Development, Community, Javanese ABSTRAK Sesuai dengan judul yang diangkat yaitu Perkembangan Komunitas Jawa di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah ( ), maka tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mendeskripsikan komunitas Jawa di kecamatan Bies kabupaten Aceh Tengah ( ) ditinjau dari aspek demografi dan (2) untuk mendeskripsikan perkembangan komunitas Jawa di kecamatan Bies kabupaten Aceh Tengah ( ) ditinjau dari proses interaksi. Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode penelitian sejarah, yang terdiri dari lima prosedur kerja yaitu, pemilihan tema, heuristik, Verifikasi, Interpretasi) dan Historiografi. 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah. 2 Dosen Pembimbing I. 3 Dosen Pembimbing II. 93

2 Pengumpulan data dilakukan cara wawancara dan studi dokumentasi. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa: (1) kedatangan komunitas Jawa di Kecamatan Bies dimulai abad abad ke-20 tepatnya saat diprogramkan politik etis oleh oleh Belanda. Komunitas Jawa terus mengalami perkembangan sejak Berdasarkan data yang ditemukan tahun 1998 jumlah penduduk Jawa di Kecamatan Bies sudah mencapai 25 KK atau 100 jiwa. Jumlah itu terus naik bahkan di tahun 2003 terdapat 50 KK atau 200 jiwa etnis Jawa di Kecamatan Bies, di tahun 2008 jumlah KK sudah mencapai 68 KK atau 272 jiwa, ditahun jumlah penduduk etnis Jawa di Kecamatan Bies kembali naik hingga 94 KK atau 376 jiwa dan bahkan jumlah itu sampai 2015 sudah mencapai 125 KK atau 500 jiwa, dan (2) perkembangan etnis Jawa di segi interaksi dengan penduduk setempat sejak terlihat dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang perkawinan, mata pencaharian, agama, bahasa, gotongroyong, pendidikan, dan sarana prasarana kehidupan (peralatan, kesenian dan makanan). Kata Kunci: Perkembangan, Komunitas, Etnis Jawa PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pada permulaan abad ke-20 Pemerintah Kolonial Belanda mulai menyadari bahwa kemiskinan sedang meningkat di Pulau Jawa. Salah satu alasan adalah kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Pada tahun 1900 jumlah penduduk Jawa 28,7 juta jiwa, sedangkan menurut perhitungan Raffles pada tahun 1815 terdapat hanya 4,6 juta jiwa. Sensus yang dilaksanakan pada tahun 1905 menunjukkan bahwa 30,1 juta orang tinggal di Pulau Jawa dan hanya 7,5 juta tinggal di pulau-pulau lain.peningkatankepadatanmerupakansalahs atualasanterjadinyakemelaratandipedesaanj awa.perubahanperubahanyangterjadipadaekonomipedesaan sebagaiakibatdarikegiatankegiatanperusahaanasinyang bekerja dibidang produksi dan ekspor tanaman dagang seperti tembakau dan juga gula, telah membawa akibat yang buruk pada penduduk Pulau Jawa. Meskipun perusahaan-perusahaan perkebunan telah mulai mengubah fokus kegiatannya ke Pulau Sumatera setelah tahun 1900 keadaan sosio-ekonomi di pedesaan Jawa tetap suram (Nurul Fitri, 2014:1). Dalamusahauntukmemperbaikikondisirakya tpedesaandijawa,pemerintahkolonialmemp erkenalkankebijakanbaruyangdisebutethisce politiek.vandeventer,yangterkenalkarenaan caman-ancamannyaterhadapkebijaksanaankebijaksanaanpemerintahbelandadikepulau anindonesia,pernahmenyarankanbahwapen didikan,irigasidanemigrasidapatmemperbai kikeadaansosioekonomidijawa.pemerintahkolonialkemudi anmulaimemikirkankemungkinanterlaksana nyakolonialisas,yaitupenempatan petanipetani dari daerah yang padat penduduknya di Jawa di desa-desa yang baru disebut koloni di daerah-daerah kosong di luar Jawa sebagai salah satu jalan untuk memecahkan masalah kemiskinan. Pemindahan petani-petani dari Jawa keluar Pulau Jawa sebagai dampak dari permasalahan sosio-ekonomi tersebut dan disertai kebijakan baru oleh Pemerintah Kolonial mengenai Ethisce Politiek menjadi awal bagi sejarah transmigrasi di Indonesia (Nurul Fitri, 2014:1-2). 94

3 Provinsi Aceh adalah termasuk salah satu daerah yang penduduknya jarang, ditambah dengan penyebaran yang tidak merata serta perbandingannya belum seimbang dengan luas wilayah. Sebagian besar penduduknya mendiami bagian-bagian daerah landai terutama pada bagian pesisir Utara dan Timur, sedangkan bagian Tengah, Barat dan Selatan adalah daerah-daerah yang mempunyai potensi ekonomi yang lebih baik namun berpenduduk jarang. Dengan demikian banyak sumber daya alam yang belum dijamah oleh tangan-tangan manusia, sehingga untuk mengelola sumber daya alam tersebut, pemerintah mengalami kesulitan dalam bidang ketenagakerjaan. Salah satu usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Aceh adalah dengan ikut berpartisipasi dalam program transmigrasi untuk menerima kedatangan para transmigran dari Jawa yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan daerah. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk membuka suatu daerah baru, perluasan pemenuhan kebutuhan akan tenaga kerja, perluasan areal pertanian dalam rangka peningkatan produksi dan pengembangan sosial ekonomi sehingga akan mempercepat pengembangan wilayah. Sebagai wilayah yang berada di dataran tertinggi di Provinsi Aceh dan letak geografisnya memadai untuk kegiatan pertanian, Pemerintah Belanda mendatangkan buruh perkebunan dari Pulau Jawa yang dipusatkan di Kampung Belang Gele Kabupaten Aceh Tengah yang persebarannya masuk kedalam wilayah Kecamatan Bies. Tujuan Pemerintah Belanda adalah untuk dipekerjakan sebagai buruh di perkebunan, untuk satu wilayah perkebunan para pekerja terdiri atas ratusan buruh dan memiliki fungsi masing-masing, ada yang ditempatkan sebagai mandor atau pengawas perkebunan dan sebagai pekerja (buruh) perkebunan (Nurul Fitri, 2014:1-3). Sejak awal kedatangan suku Jawa hingga saat ini, tentunya suku tersebut memiliki problema-problema yang harus dijalaninya salah satunya adalah masalah sosial ekonomi. Bagaimana suku Jawa beradaptasi di daerah yang sebelumnya belum pernah mereka tempati, bagaimana adat istiadat dan budaya mereka, bagaimana keadaaan ekonomi mereka apakah mereka diterima oleh masyarakat setempat hal ini tentunya sebuah hal yang menarik untuk dikaji dan dituangkan ke dalam sebuah tulisan yang bersifat ilmiah. Apa lagi suku Jawa adalah suku terbesar di Republik ini dan hamper di setiap daerah suku Jawa ada, dalam hal ini suku Jawa tentunya memiliki peran dalam beberapa bidang di daerah yang mereka tempati (Observasi, 12 Oktober 2016). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah disini adalah bagaimana perkembangan Komunitas Jawa di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah ( ) ditinjau dari aspek demografi dan proses interaksi? Tujuan Penelitian Berdasarkanrumusanmasalahdiatasy angmenjaditujuanpenulisdalampenelitianini adalah untukmendeskripsikankomunitas JawadiKecamatanBiesKabupatenAcehTeng ah( )ditinjaudariaspekdemografidanprosesi nteraksi. Anggapan Dasar Kecamatan Bies merupakan salah satu wilayah penempatan masyarakat yang 95

4 berasal dari pulau Jawa sejak masa pemerintahan Hindia Belanda tahun Hipotesis Penelitian Perkembangan demografi dan bentuk interaksi antara komunitas Jawa dan etnis setempat di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah mengalami dinamika sesuai dengan situasi politik di Aceh. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian historis yaitu kajian tentang perkembangan komunitas Jawa di Kecamatan Bies selama periode Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bies, Kabupaten Aceh Tengah. Penelitian ini menggunakan sumber berupa arsip dan dokumentasi, wawancara dan observasi. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif sendiri adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Maleong, 2007:06). Karena penelitian ini bertujuan merekonstruksi masa lalu, maka metode yang digunakan metode sejarah. Gilbert J. Garragahan dalam Dudung Abdurrahman (1999:43) mengemukakan bahwa metodesejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan mengajukan sistesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk yang tertulis. TempatdanWaktuPenelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Juli 2016 hingga bulan sepetember Teknik Pengumpulan Data 1. Dokumentasi 2. Wawancara 3. Observasi 4. Studi Kepustakaan Teknik Analisis Data Untuk mengolah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, peneliti melakukan teknik metode penelitian sejarah. Setelah data terkumpul baik dari data Kecamatan Bies seperti hasil wawancara, serta data Dinas Tenaga kerja Kabupaten Aceh Tengah peneliti melakukan kritik sumber baik internal maupun eksternal tentang keaslian sumber. Setelah mendapatkan data peneliti melakukan kritik sumber dengan hanya mengambil keterangan yang benar-benar terkait dengan permasalahan yang akan diteliti.langkah selanjutnya adalah menganalisis dan menginter-pretasikan data. Analisis data menunjuk pada kegiatan mengorganisasikan data ke dalam susunan sajian data yang dibutuhkan untuk 96

5 menjawab masing-masing masalah atau hipotesis dalam penelitian ini. Hal ini, guna memperoleh sejumlah fakta yang terkandung dalam sumber yang telah didapat dan akhirnya diinterpretasikan atau disimpulkan. Kemudian fakta tersebut dirangkai dalam satu kesatuan yang serasi dan logis sehingga menghasilkan karya sejarah ilmiah yang mudah dipahami dan menarik untuk dibaca. HASIL DAN PEMBHASAN Deskripsi Wilayah Penelitian Secara geografis Kabupaten Aceh Tengah berada pada ketinggian ratarata 100 sampai mdpl. Kabupaten Aceh Tengah (Ibukotanya Takengon) memiliki luas km² terdiri atas 14 Kecamatan dan 295 Desa Kabupaten ini didominasi oleh kondisi topografi wilayah yang berbukit-bukit (53,12 persen), kelerengan lahan yang ada beranekaragam mulai dari 0 sampai 65 persen, keadaan tanah yang subur serta cuaca dingin dengan curah hujan ratarata setiap tahunnya sebesar mm. Adapun musim penghujan berlangsung dari bulan September sampai Desember, sedangkan musim kemarau dari bulan Januari sampai Agustus. Temperatur maksimum sebesar 26 0 C dan minimum 15 0 C. Kecamatan Bies mempunyai luas wilayah 28,86 km2 dan terletak pada ketinggian meter diatas pemukaan laut. Ibukota Kecamatan Bies adalah Atang Jungket. Wilayah Kecamatan Bies memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: - Sebelah Utara : Kecamatan Bebesan - Sebelah Timur : Kecamatan Pegasing - Sebelah Selatan : Kecamatan Pegasing - Sebelah Barat : Kecamatan Silih Nara Secara administrasi Kecamatan Bies terdiri dari 12 desa, masing-masing desa dibawahi oleh seorang Kepala Desa dan Sekretaris Desa atau di daerah Aceh Tengah lebih dikenal dengan istilah Reje dan Banta. Kecamatan Bies terdiri dari 12 (dua belas) Kampung yaitu : Atang Jungket, Tebes, Bies Mulie, Lenga, Bies Baru, Lukub Badak, Pucuk Deku, Bies Penantanan, Uning Pegantungen, Arul Latong, Uning Niken dan Karang Bayur (Khaira Fitri, 2015: 47-51). Perkembangan Jumlah Penduduk Komunitas Jawa di Kecamatan Bies Perkembangan etnis Jawa di Kecamatan Bies sejak masa kolonial semakin bertambah hal ini dapat dilihat dari jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan itu sendiri yang hingga sekarang sudah mencapai jiwa. Penulisperlumempertegasketeranganbahwa data terkaitkependudukankhususnyaetnisjawa di Aceh Tengah padaumumnyadankecamatanbiespadakhus usnyaadalah data yang diperolehberdasarkanobservasidanwawanca ra di lapanganterutamadenganmengumpulkanbeb erapakartukeluarga (KK) dari para responden. Adapun perkembangan jumlah etnis Jawa sebagai etnis terbanyak ke dua di Kecamatan Bies dapat dilihat pada tabel berikut: 97

6 Tabel 4. Perkembangan Jumlah Penduduk Etnis Jawa Berdasarkan KK di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah, NO Tahun Jumlah Etnis Jawa/KK ± 100 jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa Sumber: BPS Aceh Tengah Dalam Angka danhasilwawancara2016. Berdasarkan tabel di atas, maka terlihat jelas bahwa jumlah penduduk Kecamatan Bies yang beretnis Jawa dari tahunke tahun terus mengalami perkembangan, sekalipun tidak secara drastis.hasilwawancaradengantokohmasyar akat yang beretnisjawa yang telahberumur 90 tahundikatakanbahwakedatangan kaum kolonial Hindia Belanda jauhsebelumtahun 1931 atautepatnyasekitar tahun 1904atauempattahunpascapencananganpolit iketisolehpemerintahanhindiabelanda, tidak terlepas dari potensi perkebunan di kawasantersebutyang sangat cocok untuk budidaya kopi arabika, tembakau dan damar. Pada periode itu wilayah Kabupaten Aceh Tengah dijadikan Onder Afdeeling Nordkus Atjeh dengan Sigli sebagai ibukotanya. Dalam masa kolonial Hindia Belanda tersebut di kawasan Takengon didirikan sebuah perusahaan pengolahan kopi dan damar. Sejak saat itu pula kawasan Takengon mulai berkembang menjadi sebuah pusat pemasaran hasil bumi, khususnya sayuran dan kopi. Untukmemenuhikebutuhantenagakerja di perkebunan, makapemerintahanbelandamengadakankebi jakanemigrasidenganmemasukkanpenduduk dariluar Aceh salahsatunyaialahetnisjawa (Wawancara: Harjo, 1 Oktober 2016). Keteranganinformanmenyebutkanba hwaawalkedatangansukajawake Aceh Tengah khusunyakekawasankecamatanbies berkisar ± 100 jiwa, yang terdiridari para pekerjalakilakidanhanyasendikitburuhperempuan. Padaperkembanganberikutnyasejak jumlah it uterus naik, namuntidakbegitupesat. Hal inidikarenakan para imigranjawatidakbanyakmembawaistridank eluargamereka. Merekahanyadijadikansebagaiburuh yang digajidenganmuraholehbelanda. Di tahun dunia dilandaolehperang Dunia kedua. Semasaberjalannyaperang yang melibatkanjepangsebagaisalahsatufronterku atdalamperangitu, Indonesia khusunya Aceh jatuhketanganpenjajahanjepang. MenurutPoniranpada masa pendudukanjepang di Aceh khusunya Aceh Tengah sebutan Onder Afdeeling Takengon di era Hindia Belanda, berubah menjadi Gun pada masa pendudukan Jepang (

7 1945). Gun dipimpin oleh Gunco.JumlahkomunitasJawa di KawasanBieskhusunya, umumnya Aceh Tengah berkisar 140 jiwa. Perkembangan yang tidak drastic inidikarenakanpada masa pendudukanjepanghampirtidakadakebijaka nemigrasipendudukkarenajepanglebihmem okuskanpendudukpribumipadabagiankemili teran agar bisamembantujepangdalammemenangipera ng Dunia ke-2 melawansekutu (Wawanca: Poniran, 30 Agustus 2016). Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, sebutan tersebut berganti menjadi wilayah yang kemudian berubah lagi menjadi kabupaten. Aceh Tengah berdiri sebagai satuan administratif pada tanggal 14 April 1948 berdasarkan Undang- UndangNomor 10 Tahoen 1948 dan dikukuhkan kembali sebagai sebuah kabupaten pada tanggal 14 November 1956 melalui Undang-Undang Nomor 7 (Darurat) Tahun Wilayahnya meliputi tiga kewedanaan, yaitu Kewedanaan Takengon, Kewedanaan Gayo Lues, dan Kewedanaan Tanah Alas.Pascakemerdekaandalamperiode terjadipenurunanjumlahetnisjawa di kawasanbiesmenjadi jiwa, halinidisebabkanbanyaknyaetnisjawa yang kembalikenegeriasalnyakarenasudahbebasd ariikatanpenjajahan, namunsebagianmerekatetapmendiamikawas anbiesbahkanada yang menikahipenduduksetempat. Mereka yang kembalikepulaujawabanyak yang tidakkembalike Aceh Tengah. Hinggatahun 1970-an saatordebaruberkuasajumlahinibaruterlihat meningkatkembalikarenaadanya program tranmigrasiolehpemerintahhinggatahun 1970-an inijumlahpendudukjawasudahmencapai ± jiwa yang terdiridaripenduduklakilakidanperempuan. Menurutlaporansensuskependudukan Aceh tahun 1977 dikatakanbahwadenganadanya program transmigrasiolehpemerintahanordebaruteru tamasejak , penduduketnisjawabahkanpenduduketnis lain seperti Madura banyakdidatangkanke Aceh, salahsatukawasanpenempatannyaialahkawa sabies yang berada di Aceh Tengah diperkirakanjumlahpenduduketnisjawasuda hberjumlah 250 jiwa di tahun 1981 (Wawancara: Girah, 26 Agustus 2016). Tahun 1981 terbentuklahkecamatanpengasingandansala hsatukawasan yang termasukdalamkawasaniniialahkecamatanb ies yang belumdimekarkan. Dalamrentetaninimerurutpengakuanrespond enjumlahetnisjawakembalimengalamipenur unanhingga 1998 atautepatnyaberakhirnyarezimordebaru. PenurunanjumlahkomunitasJawa di kawasanbiesinidisebabkankarenadalamrent etan digiatkanperaturanpenggunaankeluargaber encana (KB) olehpemerintah, sehinggatingkatkelahiranpendudukmenurun tidakhanyakomunitasjawamelainkan juga komunitas lain (Wawancara: Muslim, 4 Oktober 2016). Penulisperlumenegaskanbahwa data yang terdapat di ataskhusunyaperiode diperolehdarihasilwawancaradenganbebera paresponden yang memilikipengetahuankuattentangkomunitas Jawa. Dalamperkembanganselanjutnyaperjalanane 99

8 tnisjawa di KecamatanBiesberdasarkan data di lapangan di tahun 1998 julah penduduk Kecamatan Bies sudah mencapai 25 KK. Secara rata-rata berdasarkan pengamatan di lapangan, satu berjumlah 4 orang anggota keluarga. Jika dikalikan 25 KK maka ditahun 1998 jumlah penduduk Kecamatan Bies dari etnis jawa berjumlah 100 jiwa. Dalam perkembangan selanjutnya hingga tahun 2003 jumlah KK penduduk etnis Jawa di Kecamatan Bies berjumlah 50 KK atau 200 jiwa yang terdiri dari orang dewasa, remaja dan anak-anak. Jumlah ini terus meningkat hinggaterbentuknyakecamatanbies tahun 2006 sebagaikecamatan yang berdirisendirilepasdarikecamatanpengasing an di tahun 2006 inijumlah KK etnisjawasudahmencapai 62 KKdanjumlah KK initerus naik di tahun 2008 sudah mencapai 68 KK atau 272 jiwa. Ditahun jumlah penduduk etnis Jawa di Kecamatan Bies kembali naik hingga 94 KK atau 376 jiwa dan bahkan jumlah itu sampai 2015 sudah mencapai 125 KK atau 500 jiwa. Jumlah ini jika diperhatikan jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Bies maka, etnis Jawa di Kecamatan ini menjadi masyarakat yang mayoritas. Perkembangan Komunitas Jawa di Kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah ( ) Ditinjau dari Proses Interaksi Bidang Agama Masyarakat Kecamatan Bies baik yang berasal dari etnis Jawa maupun etnis Gayo dan Aceh dan lainnya manyoritas semuanya beragama Islam. Mereka sangat setuju apabila dalam pelaksanaan struktur kepengurusan dalam bidang agama dari etnis yang berbeda, dan kedua etnis tersebut mengatakan setuju apabila mendapatkan imam shalat dari etnis yang berbeda. Sebagai realisasi kehidupan beragama ini terlihat jika melaksanakan kegiatan ibadah di mesjid-mesjid atau mussalla tidak ada pandangan-pandangan yang berbeda terkait ajaran agama. Pelaksanaan ibadah berjama ah misanya yang menjadi imam tidak hanya suku Gayo atau Aceh, tetapi juga suku Jawa yang dianggap memiliki kealiman di antara mereka (Wawancara: Tgk. Salim, 24 Agustus 2016). Selain itu interaksi antara etnis Gayo dan Aceh sebagai penduduk setempat dengan etnis Jawa sebagai pendatang dalam bidang ibadah juga terlihat struktur pengurus meunasah dan masjid di Kecamatan Bies menunjukkan bahwa kebersamaan etnis Jawa dan etnis Gayo dan Aceh dalam bidang agama sudah tidak ada lagi perbedaan antara etnis Jawa dan etnis Aceh salah satunya dapat dilihat dari kebersamaan mereka dalam tugas kepengurusan Masjid. Dalam hal lain terkait interaksi yang harmonis anatar kedua etnis tersebut dapat dilihat dari kebersamaan dan partisipasi sosial apabila ada orang yang meninggal. Jika ada musibah kematian, baik penduduk etnis Aceh, Gayo dan Jawa saling bekerjasama dalam menyelesaikan fardzu kifayah bagi sang mayat. Dalam kegiatan membuat kerenda dan penggalian kubur misalnya, etnis Jawa turut ikut serta jiwa yang meninggal itu penduduk asli (Gayo, Aceh), begitu juga sebaliknya jika yang dilanda musibah penduduk etnis Jawa maka etnis Aceh dan Gayo juga ikut mengambil alih pekerjaan. Begitu pula dalam kegiatan kenduri duka cita keluarga yang kenak musibah, 100

9 pada malam harinya etnis Jawa dan etnis Gayo Aceh datang ke tempat yang terkena musibah untuk mengirim do a disebut Samadiah atau menurut orang Jawa Tahlil. Kebersamaan seperti inilah yang membuat hubungan antara kedua etnis semakin akrab. Dalam upacara kenduri seperti pernikahan, kematian atau sunatan proses pelaksanaannya dikerjakan oleh kedua kelompok etnis Jawa dan etnis Aceh. Mereka tidak lagi merasakan adanya rasa kesukuan dalam proses sosial sehari-hari karena baik etnis Jawa maupun etnis Aceh sudah menganggap sebagai bagian dari etnis mereka sendiri (Wawancara: Wasun, 24 Agustus 2016). Bidang Bahasa Bahasa yang digunakan di dalam percakapan sehari-hari antara etnis Jawa dengan etnis Gayo dan Aceh di Kecamatan Bies adalah Gayo, Aceh dan kebanyakan menggunakan bahasaindonesia jika antara ketiga etnis ini berinteraksi. Meskipun demikian, di antara etnis setempat dengan pendatang etnis Jawa telah terjadi interaksi yang kuat. Hal ini terlihat dengan sudah banyak di antara mereka yang saling memahami dan mempergunakan bahasa Gayo, Aceh dan Jawa. Tetapi, umumnya apabila orang-orang Jawa yang sudah bisa berbahasa Aceh mereka menggunakan bahasa Aceh dalam interaksinya dengan etnis Aceh. Kelompok orang Jawa dan kelompok orang Aceh umumnya terbuka untuk mempelajari bahasa baik bahasa Aceh, Gayo maupun bahasa Jawa untuk mempermudah hubungan mereka dalam kegiatan sehari-hari. Agus Budi Wibowo, dkk (2012: ), menyatakan bahwa interaksi dalam bidang bahasa bisa terjadi karena dua kelompok bergaul secara intensif. Proses seperti itu juga terjadi antara etnis Jawa dengan etnis Aceh. Di antara mereka berupaya untuk saling menyesuaikan dan melengkapi diri berbagai persamaan dan perbedaan. Bahkan etnis Jawa menginginkan agar pelajaran bahasa Aceh diajarkan di sekolah dasar, sehingga anakanaknya tidak susah berinteraksi dengan etnis Aceh. Interaksi dalam bidang bahasa daerah pada kalangan anak-anak secara alamiah terjadi di tempat-tempat pengajian dan pada saat bermain, sehingga dari proses intraksi tersebut anak-anak pribumi setempat dapat memahami baik bahasa Jawa maupun bahasa Aceh, walaupun demikian mereka sebagian tetap menggunakan bahasa sendiri apabila berkomunikasi dengan sesama etnis. Bidang Gotong Royong Dalam masyarakat Kecamatan Bies yang beragam etnis ini kegiatan gotongroyong biasa dilakukan disaat menyambut hari-hari besar. Seperti menyambut bulan suci Ramadhan dan menjelang hari Raya Idul Fitri/Idul Adha. Selain hari-hari itu rutinitas bergotong-royong juga dilaksanakan disetiap hari jum at/jum at bersih pagi hingga jam 10:30. Aktivitas gotong-royong dilakukan untuk mengerjakan berbagai sarana umum pedesaan, seperti mebersihkan perkarangan tempat ibadah dan halaman rumah serta membersihkan sampah di pinggir jalan umum yang sering mereka lalaui. Keberlansungan gotong-royong tidak hanya dilakukan oleh etnis Gayo dan Aceh saja, tetapi terjadi kerjasama yang harmonis di antara etnis Jawa dengan etnis setempat dan sama sekali tidak terlihat deskriminasi 101

10 seperti pembagian jadwal dan area yang harus mereka bersihkan. Kerjasama yang harmonis di antara suku pendatang Jawa dengan suku Aceh dan Gayo sebagai suku asli juga terlihat dalam menyelesaikan acara-acara besar seperti kenduri pernikahan, magang menjelang puasa dan lebaran dan lain-lain. Dalam acara pernikahan misalnya penduduk suku Jawa di Kecamatan Bies juga berperan serta dalam mengerjakan halhal yang dilakukan oleh suku Gayo dan Aceh, seperti memotong daging, memasak nasi serta memasang teratak dan keperluas acara lainnya. Hal ini sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat Kecamatan Bies untuk saling membantu baik yang mengadakan acara itu masyarakat yang berasal dari Suku Aceh dan Gayo maupun sebaliknya. Sebagaimana tradisi masyarakat Aceh di daerah lain, masyarakat Kecamatan Bies juga sering mengadakan gotongroyong secara massal, gotong royong ini dilakukan dalam mengerjakan sarana desa dan tempat ibadah. Untuk mengerjakan sarana ibadah masyarakat bergotong royong secara bersama-sama dan segala kalangan, mulai dari remaja, dewasa dan orang tua. Perilaku gotong royong ini berlaku pada setiap kegiatan untuk keperluan umum atau sarana publik pedesaan. Berdasarkan pengamatan penulis selama penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan gotong royong dalam kehidupan masyarakat di Kecamatan Bies berlangsung dengan baik dan harmonis. Hal ini didorong oleh nilai dan semangat gotong royong yang dimiliki oleh etnis Jawa, etnis Gayo dan etnis Aceh. Sebagaimana kita ketaahui bahwa dalam kehidupan etnis Jawa, gotong royong merupakan hal yang sangat pentig, kerja saling tolong menolong antar sesamanya berjalan sangat baik. Perilaku gotong royong dan saling membantu dalam masyarakat Jawa berjalan secara langsung tanpa perencanaan, ketika seseorang dari orang Jawa melihat saudaranya sedang melakukan pekerjaan yang berat maka orang Jawa yang lain yang sedang tidak bekerja langsung datang membantu walaupun tidak diminta dan tanpa diberi upah. Dalam kehidupan etnis Aceh di Kecamatan Bis juga berlaku perilaku gotong royong bergantian (ganti hari), maksudnya apabila salah satu dari masyarakat akan melakukan panen besar kopinyaatau mengerjakan lahan perkebunan yang sangat luas, maka orang tersebut mengajak beberapa orang masyarakat untuk menyelesaikan pekerjaannya yang nantinya orang tersebut akan membantu orang-orang yang ikut menyelesaikan pekerjaannya pada hari yang lain.adapun kebiasaan yang terjadi pada masyarakat Aceh atau Gayo dalam mengajak para pekerja ini biasanya dipanggil ialah mereka yang beretnis Jawa dan sangat jarang sesama etnis sendiri. Hal ini dikarenakan cara kerja etnis Jawa lebih disiplin dan teratur jika dibandingkan dengan etnis Aceh atau Gayo dan lain-lain (Wawancara: Suwandi, 26 Agustus 2016). Dalam kehidupan masyarakat, anatar etnis Jawa dan etnis Aceh bahu membahu menjaga dan membangun desa mereka secara bersama-sama, mereka tidak membedakan antara etnis Jawa dengan etnis Aceh, bahkan masyarakat desa ada yang memilih kepala desa mereka dari warga yang beretnis Jawa walaupun penduduknya manyoritas etnis Aceh, begitu pula sebaliknya masyarakat memilih kepala desa etnis Aceh walaupun penduduknya 102

11 manyoritas Etnis Jawa (Observasi: 26 Agustus 2016). Bidang Pendidikan Interaksi antara etnis Jawa dengan etnis Aceh dan Gayo dalam bidang pendidikan sudah berlangsung lama. Pendidikan di antara berbagai etnis di Kecamatan Bies pada awalnya terpisah, artinya pada awal-awak kedatangan etnis Jawa ke Kecamatan Bies pendidikan yang mereka utamakan ialah pendidikan keahlian secara turun temurun. Namun keberlansungan hidup bertetangga ini membuat etnis pendatang dalam proses sosialnya di Kecamatan Bies telah mengalami perubahan pola pikir terhadap pendidikan hal ini baru terlihat sejak tahun 1970-an hingga sekarang. Mereka sudah menganggap bahwa selain pendidikan keluarga secara turun temurun sangat penting, namun pendidikan formal jauh lebih penting karena dapat mengangkat derajat sosial mereka dari kaum wong cilik (orang kecil) menjadi golongan priyayi (pegawai,kaum intelektual). Tidak hanya masyarakat etnis Jawa yang menyadari betapa pentingnya pendidikan formal, namun masyarakat etnis Gayo dan Aceh yang pada awalnya juga mengutamakan pendidikan keluarga untuk menurunkan keahlian yang mereka miliki seperti cara berpakaian, mengembangkan tradisi kesenian dan bekerja dengan keahlian masing-masing. Sejak interaksi sosial yang berlangsung lama ini etnis Aceh juga memandang pendidikan keluarga untuk menurunkan keahlian yang dimiliki orang tuanya sangat penting, namun pendidikan formal dianggap jauh lebih penting. Perbedaan pandangan kedua etnis ini tentang pendidikan formal ialah, jika orang Jawa mengangap pendidikan formal dapat meningkatkan status sosial mereka, namun, masyarakat etnis Gayo dan Aceh yang tinggal baru naiknya status seseorang melalui pendidikan formal apabila seseorang sudah memperoleh pekerjaan dan mendapat gaji di setiap bulannya. Seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi baru dikatakan berhasil setelah orang tersebut mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang keilmuannya, sebelum orang tersebut pekerjaan maka orang tersebut dianggap sarjana yang belum sempurna. Selain dari itu ada juga yang berpandangan bahwa sesukar apapun seorang sarjana mendapatkan pekerjaan pendidikan formal haruslah diutamakan disamping pendidikan non formal (Wawancara: Muslim, 13 Agustus 2016). Selain pendidikan formal yang telah melibatkan ketiga etnis di Kecamatan Bies ini, dalam masyarakat di Kecamatan Bies sebagaimana di wilayah Aceh lainnya juga terdapat lembaga yang menyelenggarakan pendidikan agama seperti TPA untuk generasi penerus mereka terutama mereka yang beragama Islam. Baik masyarakat etnis Jawa maupun etnis Gayo dan Aceh memberikan dukungan terhadap lembaga pendidikan agama ini hal ini dibuktikan dengan memasuki anak-anak mereka untuk belajar ilmu agama. Biasanya aktivitas ini dilaksanakan sekita pukul 16:00-18:00 di mesjid-mesjid dan tempat-tempat yang telah disediakan. Menariknya hubungan sosial yang harmonis ini juga dilihat tidak sedikinya para orang tua anak baik dari etnis Jawa maupun Aceh dan Gayo yang mendatangkan guru pengajian ke rumah mereka untuk memberikan pelajaran tambahan bagi anak mereka. Dengan 103

12 adanya interkasi tersebut hampir tidak ada lagi masyarakat yang putus sekolah karena cara pandang mereka terhadap pendidikan. Sebagian besar dari masyarakat usia sekolah lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya, dan tidak ada lagi warga desa yang bersuku Jawa menikah pada usia sekolah, mereka lebih memilih melanjutkan pendidikan atau merantau ke daerah lain untuk mencari pekerjaan. KESIMPULAN Kecamatan Bies merupakan salah satu kecamatan dalam wilayah kabupaten Aceh Tengah yang bersifat multikultur yang didiami oleh beberapa etnis, baik penduduk asli maupun pendatang. Etnis yang bukan etnis Gayo dan etnis Aceh telah menetap dalam waktu yang cukup lama, sejak zaman penjajahan Belanda hingga saat penelitian ini berlangsung. Salah satu etnis pendatang yang tinggal di Kecamatan Bies ini adalah etnis Jawa. Terjadinya migrasi etnis Jawa ke Kecamatan Bies tersebut dilatarbelakangi oleh faktor politik, yaitu kebijakan kaum liberal Belanda yang terkenal dengan politik etis yang salah satu isinya ialah emigrasi. Faktor politik diakibatkan oleh adaya politik etis kolonial Belanda. Sementara alasan ekonomi adalah untuk mencari penghidupan yang lebih baik dari etnis Jawa. Perkembangan jumlah penduduk etnis Jawa di Kecamata ini dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan. Berdasarkan data yang penulis peroleh di lapangan di tahun 1998 jumlah penduduk etnis Jawa di Kecamatan Bies berjumlah 25 KK dan jumlah ini terus naik dari tahun ke tahun hingga tahun 2015 jumlah penduduk etnis Jawa sudah mencapai 125 KK atau hampir 80% penduduk Kecamatan Bies tersebut. Dengan datangnya etnis Jawa di Kecamatan Bies menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat setempat dan pendatang. Akibat adanya interaksi antar etnis secara terus menerus telah menyebabkan adanya saluran untuk memudahkan terjadinya proses integrasi, sehingga melahirkan bentuk dan sistem nilai budaya yang baru tanpa menghilangkan bentuk dan sistem nilai budaya yang telah dibawa dari daerah asalnya. Interaksi antara penduduk setempat dengan dengan etnis Jawa dapat terlihat dari segi tradisi perkawinan, mata pencaharian hidup, bidang agama, bahasa, gotongroyong, pendidikan sarana dan prasarana hidup seperti peralatan, prasarana kesenia dan makanan. Saran BagiPemerintah, disarankan agar berusahameningkatkankeharmonisanantarsu kuetnis di KecamatanBies, supayakehidupanberbangsadanbernegarabis aterjagadenganutuhsesuaiamanat UUD 1945 dan Pancasila. Bagipembaca, disarankan agar mengadakanpenelitiankedepanterkaitperke mbangankomunitasjawa di KecamatanBiesinidenganlebihobjektifberda sarkan data yang ada di lapangan. Bagi Masyarakat, diharapkan agar terusmeningkatkankerjasamasekalipunberbe dasukudalammenjalankanaktivitasseharihari. Serta menghindariterjadinyakonflikantarsuku yang berbeda. 104

13 DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Bert F. Hoselitz, ed Panduan Dasar Ilmu-ilmu Sosial.Jakarta: CV. Rajawali. Basrowi & Suwandi, (2008:21). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta. BPS (2014). Kecamatan Bies Dalam Angka, Aceh Tengah. Djufri, dkk (2016). PedomanPenulisanSkripsi. Banda Aceh: UniversitasSyiah Kuala. Koentjaraningrat (1997). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kuntowijiyo Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya. Fitri, Khaira (2015). Peran Komoditas Kopi Sebagai Sektor BasisTerhadap Pengembangan WilayahDi Kabupaten Aceh Tengah.Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara. Fitri, Nurul (2014). PerkembanganPemukimanTransmi grasi di KecamatanJagongJeget, Kabupaten Aceh Tengah, Skripsi. Banda Aceh: UniversitasSyiah Kuala. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Dasar-dasar demografi. Jakarta: Lembaga Demografi Fakutas Ekonomi Universitas Indonesia. Maleong, Laxy (2007). MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: RemajaRosdaKarya. Soemanto, Wasty (2004). Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara. Pranoto, Suhartono. (2006). Teori Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Purwadarminta (2012) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: ISBN. Taher, Alamsyah (2009). Metode Penelitian Sosial. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. TM. Ramadhani (2014). PerkembanganDesaTransmigrasiJa nthobaru, Kabupaten Aceh Besar, Skripsi. Banda Aceh: UniversitasSyiah Kuala. pengertian-individu-populasikomunitas.html diakses pada hari senin 21 Desember pukul 11:58). Subki Maula Fatah (2015). KonflikEtnis Aceh Dan EtnisJawa.Makalah. Depok: Universitas Gunadarma. Wibowo, Agus Budi (2012). Akulturasi Budaya Aceh Pada Masyarakat 105

14 Jawa di Kota Langsa. Banda Aceh: Balai Pelestarian Nilai Budaya Banda Aceh. 106

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Lokasi KKN

A. Gambaran Umum Lokasi KKN BAB I PENDAHULUAN Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu cara meningkatkan kesadaran masyarakat akan suatu hal, pemberdayaan juga dapat didefinisikan memanfaatkan sumberdaya yang terdapat pada suatu wilayah

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG RANTAU PANJANG KUCHING SARAWAK. Secara umum Kampung Rantau Panjang termasuk dalam kawasan

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG RANTAU PANJANG KUCHING SARAWAK. Secara umum Kampung Rantau Panjang termasuk dalam kawasan 17 BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG RANTAU PANJANG KUCHING SARAWAK A. Letak dan Aksesibilitas Secara umum Kampung Rantau Panjang termasuk dalam kawasan Batu Kawa lama yang terletak 17.4 km dari

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS 13 BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS A. Geografi Kelurahan Terkul adalah kelurahan yang terletak di samping kota Batupanjang kecamatan Rupat, dengan status adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak geografis, luas wilayah dan kependudukan Desa Petaonan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG 1) Kabupaten Aceh Tengah secara resmi dikukuhkan pada tahun 1956 melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956, tepatnya 11 tahun setelah Negara Republik Indonesia memproklamirkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial

MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial Dosen Pengampu: Drs. Mudji Hartono, M.Hum. (REVISI) Disusun oleh: Arief Wibowo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Kampar adalah merupakan satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar dengan ketinggian 30/50 Meter dari permukaan laut, suhu maksimum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung, Indonesia. Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 12 tahun

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung, Indonesia. Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 12 tahun 49 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. 45 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota yang menjadi ibukota provinsi Lampung, Indonesia. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan masyarakatnya masih bergantung pada kepemilikan lahan. Warga pedesaan kebanyakan masyarakatnya

Lebih terperinci

Profil Permukiman Transmigrasi Simpang Tiga SP 3 Provinsi Sumatera Selatan

Profil Permukiman Transmigrasi Simpang Tiga SP 3 Provinsi Sumatera Selatan 1 A. GAMBARAN UMUM 1. Nama Permukiman Transmigrasi Simpang Tiga SP 3 2. Permukiman Transmigrasi Simpang Tiga SP 3 Terletak di Kawasan a. Jumlah Transmigran (Penempatan) Penempata 2009 TPA : 150 KK/563

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo. BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik 1. Demografi Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bila kita lihat fenomena hari ini, hubungan antara kopi dengan gaya hidup

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bila kita lihat fenomena hari ini, hubungan antara kopi dengan gaya hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bila kita lihat fenomena hari ini, hubungan antara kopi dengan gaya hidup masyarakat sangat terkait. Kopi hadir di kegiatan-kegiatan publik seperti seminar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun

I. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Jawa adalah salah satu suku di Indonesia yang banyak memiliki keunikan seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun perhubungan-perhubungan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah dari Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yaitu:

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah dari Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yaitu: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Kasikan Desa Kasikan berada di Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yang mempunyai luas 22.700 ha yang terdiri dari 4 dusun dan 11 RW dan

Lebih terperinci

1.1 Gambaran Umum Lokasi KKN Sejarah Gampong Baro Demografi Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) TOTAL

1.1 Gambaran Umum Lokasi KKN Sejarah Gampong Baro Demografi Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) TOTAL BAB I PENDAHULUAN Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah salah satu bagian dari kegiatan akademik yang bersifat sosial aplikatif, di mana saat kegiatan berlangsung mahasiswa dituntut untuk mengabdi kepada masyarakat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Geografis Desa Lebung Gajah Desa Lebung Gajah adalah merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah hukum Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengangguran, diperkirakan dapat membahayakan keamanan, di samping itu

I. PENDAHULUAN. pengangguran, diperkirakan dapat membahayakan keamanan, di samping itu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada permulaan abad kedua puluh kemiskinan sedang meningkat di Pulau Jawa dikarenakan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dari masa ke masa. Hal ini menarik perhatian

Lebih terperinci

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian regional secara keseluruhan. Sistem perkebunan masuk ke Indonesia pada akhir Abad

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Kasikan Desa Kasikan berada di Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yang mempunyai luas 22.700 ha yang terdiri dari 4 dusun dan 11 RW dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Letak geografis yang penulis ambil sebagai obyek pembahasan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN 42 BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Titik Lokasi penelitian ini berada di wilayah Kabupaten Lamongan, dengan luas wilayah kurang lebih 1.812,8 km2 atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat bermukim di pedesaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR A. Letak Dan Sejarah Geografis Pada tahun 1923 Jepang masuk yang diberi kekuasaan oleh Raja Siak untuk membuka lahan perkebunan karet dan sawit yang

Lebih terperinci

BAB II BEBERAPA BIDANG PERMASALAHAN GAMPONG. peserta KKN ke masyarakat. Sebagai pengabdian diri kepada masyarakat,

BAB II BEBERAPA BIDANG PERMASALAHAN GAMPONG. peserta KKN ke masyarakat. Sebagai pengabdian diri kepada masyarakat, BAB II BEBERAPA BIDANG PERMASALAHAN GAMPONG A. Pendidikan, Agama, Ekonomi, dan Sosial Budaya Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan dengan penerjunan mahasiswa peserta KKN ke masyarakat. Sebagai pengabdian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduknya untuk mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian di daerah yang

I. PENDAHULUAN. penduduknya untuk mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian di daerah yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transmigrasi di Indonesia dikenal sebagai upaya untuk memindahkan penduduk dari daerah asal yang padat penduduknya ke daerah baru yang jarang penduduknya untuk

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan: IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Wilayah Sukaraja Atas 1. Letak Geografis dan Luas Berdasarkan administrasi pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Resort Sukaraja Atas sebagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MUSHOLLA DARUL ULLUM DESA INDRAPURI. seluas 1487,5 ha/m2. Dan jumlah penduduk Desa Indrapuri adalah 3955

BAB II GAMBARAN UMUM MUSHOLLA DARUL ULLUM DESA INDRAPURI. seluas 1487,5 ha/m2. Dan jumlah penduduk Desa Indrapuri adalah 3955 BAB II GAMBARAN UMUM MUSHOLLA DARUL ULLUM DESA INDRAPURI A. Demografi Desa Indrapuri Batas wilayah Desa Indrapuri adalah sebelah utara Desa Gading Sari, sebelah selatan PT. Egasuti, sebelah timur PTPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Kolonial Belanda. Kolonisasi yang dijalankan di Indonesia pada awal

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Kolonial Belanda. Kolonisasi yang dijalankan di Indonesia pada awal 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolonisasi adalah bagian migrasi dari program politik etis yang dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Kolonisasi yang dijalankan di Indonesia pada awal abad 20

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAUAN. A. Gambaran Umum Lokasi KKN

BAB I PENDAHULAUAN. A. Gambaran Umum Lokasi KKN BAB I PENDAHULAUAN A. Gambaran Umum Lokasi KKN Arah pembangunan sesuai dengan amanat GBHN 1999 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014

SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014 SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014 HARI/TANGGAL : KAMIS, 25 SEPTEMBER 2014 WAKTU : PUKUL 08.00 WIB TEMPAT : SE-KOTA BANDUNG BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji Desa Sungai Keranji merupakan desa yang berada Di Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi dengan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Geografis a. Letak Desa Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul. Memiliki luas 71,61 km 2 dan jumlah penduduk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun secara lambat, atau perubahan yang direncanakan maupun perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun secara lambat, atau perubahan yang direncanakan maupun perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat secara umum bersifat dinamis, artinya bahwa masyarakat dalam proses sosialnya selalu mengalami perubahan baik itu perubahan secara cepat maupun secara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Identifikasi Desa Pelangko a. Sejarah Berdiri Desa Pelangko Asal muasal terjadinya Desa Pelangko sedang mulanya belum dinamakan, hanya masih disebut oleh warga

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember 2 PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia pernah mengalami goncangan yang berat di bidang perekonomian dan juga politik yang terjadi pada tahun 1950-an yang disebabkan karena tidak puas terhadap keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PROFIL WILAYAH

BAB I PROFIL WILAYAH BAB I PROFIL WILAYAH A. Deskripsi Wilayah 1. Dusun a. Data Geografis 1) Lokasi, Nama dan Luas Padukuhan Padukuhan Pudak terletak di perbukitan yang terletak pada 324 meter di atas permukaan laut. Terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan yang Indonesia miliki, kebudayaan yang beranekaragam ini merupakan aset negara yang harus tetap dipertahankan maupun dilestarikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa ini merupakan

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DALAM PARIWISATA DI DESA WISATA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL

PERAN PEREMPUAN DALAM PARIWISATA DI DESA WISATA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL PERAN PEREMPUAN DALAM PARIWISATA DI DESA WISATA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL TE ROLE OF WOMEN IN TOURISM ACTIVITY AT WUKIRSARI TOURISM VILLAGE IN IMOGIRI DISTRICT BANTUL REGENCY Oleh :

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Desa Cikalong merupakan salah satu dari 13 desa di dalam wilayah Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat yang terletak di

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN 2.1 Sejarah Desa Pauh Desa Pauh ini terletak di Jalan Jala X Lingkungan 14 Terjun Medan. Nama asli dari desa ini sebenarnya adalah Desa Terjun Jalan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG A. Letak Geografis 1. Letak Lokasi Desa Ragang merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Waru Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI A. Kondisi Geografis dan Demografis 1. Keadaan Geografis Desa Muara Jalai merupakan salah satu dari Desa yang berada di Kecamatan Kampar utara Kabupaten Kampar sekitar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wawancara, curah pendapat, serta mengacu buku profil desa dan profil Dusun

BAB I PENDAHULUAN. wawancara, curah pendapat, serta mengacu buku profil desa dan profil Dusun BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Berdasarkan hasil survey dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Pudak, Desa Terbah, baik melalui wawancara, curah pendapat,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR 33 BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR A. Letak Geografis Berdirinya desa pujud pada tahun ± 1901, dimana desa ini di sebelah barat berbatasan dengan desa kasangbangsawan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM KELURAHAN SOREK SATU KECAMATAN PANGKALAN KURAS

BAB II TINJAUAN UMUM KELURAHAN SOREK SATU KECAMATAN PANGKALAN KURAS BAB II TINJAUAN UMUM KELURAHAN SOREK SATU KECAMATAN PANGKALAN KURAS A. Sejarah Kelurahan Sorek Satu Pada permulaan berdirinya Kelurahan SorekSatu masih merupakan hutan yang pada umumnya tanaman bambu yang

Lebih terperinci

Kondisi Fisik. KKN- PPM XIII Desa Bebandem 2016 Page 1

Kondisi Fisik. KKN- PPM XIII Desa Bebandem 2016 Page 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Tema Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Desa untuk Mewujudkan Desa Bebandem yang BERSEMI (Bersih, Sehat,Mandiri dan Terintegrasi) 1.2 Lokasi Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK TRANSMIGRAN DI DESA KOTARAYA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG

FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK TRANSMIGRAN DI DESA KOTARAYA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK TRANSMIGRAN DI DESA KOTARAYA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG ARIF MASHURI HIDAYAT & IKA LISTIQOWATI Alumni dan Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS A. Kondisi Geografis Kelurahan Lomanis merupakan salah satu kelurahan dari 4 wilayah kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya disebelah

Lebih terperinci

A. GAMBARAN UMUM LOKASI KKN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI KKN BAB I PENDAHULUAN Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu bentuk pengamalan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dimana mahasiswa akan langsung berinteraksi dengan masyarakat guna menerapkan ilmu yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 3 (2) (2014) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN GAJAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelurahan dan profil Rukun Warga (RW) 22 dari Kelurahan Wirogunan. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. kelurahan dan profil Rukun Warga (RW) 22 dari Kelurahan Wirogunan. Hasil BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Hasil survei ini merupakan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui lokasi sesungguhnya dari wilayah Mergangsan Kidul, Kelurahan Wirogunan. Hasil survei ini

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Koto Tuo Barat adalah Desa yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN A. Gambaran Umum Desa Bajur 1. Letak Lokasi Masyarakat Bajur merupakan salah satu suku bangsa yang berada di wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI KELURAHAN SAIL KECAMATAN TENAYAN RAYA PEKANBARU sampai dengan berakhir periode masa jabatannya yaitu pada tanggal 02

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI KELURAHAN SAIL KECAMATAN TENAYAN RAYA PEKANBARU sampai dengan berakhir periode masa jabatannya yaitu pada tanggal 02 19 BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI KELURAHAN SAIL KECAMATAN TENAYAN RAYA PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Sejarah Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya yaitu berdiri diawali dengan adanya kepala

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK 12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK A. Kondisi Geografis Desa Olak merupakan salah satu daerah integral yang terletak di Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak

Lebih terperinci