LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT LAPORAN PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT LAPORAN PENELITIAN"

Transkripsi

1 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT LAPORAN PENELITIAN INVENTARISASI SERANGGA DIURNAL PADA POHON TEMBESU (Fagraea fragrans Roxb) DALAM PEMBUATAN BUKU SAKU SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATERI KEANEKA RAGAMAN HAYATI TIM PENELITI OLEH; Ria Rosdiana Hutagaol, S. Hut., M. P ( Ketua Tim) Syarif Nizar Kartana, S. P., M. P ( Anggota) Yulius Saesar Badarullius, S. Pd ( Anggota) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KAPUAS SINTANG AGUSTUS TAHUN 2017

2 Lembaran Identitas dan Pengesahan 1 Judul : Inventarisasi Serangga Diurnal Pada Pohon Tembesu (Fagraea Fragrans Roxb) Dalam Pembuatan Buku Saku Sebagai Sumber Belajar Materi Keanekaragaman Hayati 2. Ketua Peneliti: Nama ; Ria Rosdiana Hutagaol, S. Hut., M. P Jenis kelamin ; Perempuan Nik-Nidn ; Jabatan Fungsional ; Unit Kerja ; FKIP Unka Sintang Bidang Ilmu ; Pendidikan Biologi Anggota ; 1. Syarif Nizar Kartana, S. P., M. P ( Anggota) 2. Yulius Saesar Badarullius, S. Pd ( Anggota). 3 Lokasi Penelitian ; Kecamatan Sintang 4 Jangka Waktu ; 5 ( lima ) bulan 5 Biaya ; Rp ,- 6 Sumber biaya ; Yayasan Melati Sintang LP2M Unka Sintang 7 Objek penelitian ; Serangga Pada Pohon Tembesu 8 Teori Hama ; Serangga dan Hayati Mengetahui, Dekan FKIP Sintang, Agustus 2017 Ketua Peneliti, Ria Rosdiana Hutagaol, S. Hut., M. P Ria Rosdiana Hutagaol, S. Hut., M. P Nik-Nidn: Nik-Nidn: LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS KAPUAS SINTANG Ketua LP2M: Kepala Bidang Penelitian: Kamaludin., S.Hut., M.MA Nik-Nidn: Ir. Sumartoyo., M.P Nik-Nidn:

3 ABSTRAK Yulius Saesar Badarullius 2016, Inventarisasi Serangga Diurnal pada Pohon Tembesu (Fagraea fragrans Roxb) Dalam Pembuatan Buku Saku Sebagai Sumber Belajar Materi Keanekaragaman Hayati. Pembimbing I, Ria Rosdiana Hutagaol, S.Hut., MP, pembimbing II, Nazarudin, SP.,M.Si. Penelitian ini untuk mengetahui keanekaragaman serangga yang terdapat pada Pohon Tembesu (Fagraea fragrans Roxb), juga akan dijadikan sebagia sumber belajar dalam bentuk media buku saku yang bertujuan mempermudah guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran biologi materi keanekaragaman hayati. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif.pengumpulan data dilakukan dengan teknik inventarisasi. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui taksonomi serangga diurnal pada Pohon Tembesu (Fagraea fragrans Roxb). Data hasil penginventarisasian serangga yang didapat pada lokasi penelitian I dan II dihitung untuk mengetahui tingkat keanekaragamanya mengunakan indeks Margalef. Hasil analisi menunjukan bahwa Indeks Keragaman jenis yang dihitung pada lokasi I memiliki nilai keragaman (D) 2, 97 dan pada lokasi II keragaman(d) 2,39. Nilai tersebut didalam tingkatan keragaman jenis menurut margalef termasuk kedalam kriteria dengan nilai keanekaragaman jenis rendah. Hasil validasi dari media buku saku menunjukan bahwa setelah diketahui rata-rata keriteria ke-i, rata-rata aspek, rata-rata total validasi aspek maka diketahui pula keriteria kevalidan buku saku yaitu 3,5 (Valid). Kata Kunci :Inventarisasi Serangga Diurnal, Pohon Tembesu (Fagraea fragrans Roxb), Pembuatan Buku Saku Sebagai Sumber Belajar Materi Keanekaragaman Hayati.

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa, yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-nya, sehinga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. penelitian yang berjudul INVENTARISASI SERANGGA DIURNAL PADA POHON TEMBESU (Fagraea fragrans Roxb) DALAM PEMBUATAN BUKU SAKU SEBAGAI SUMBER BELAJAR METERI KEANEKARAGAMAN HAYATI pada kesempatan ini juga tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada : Tim Peneliti dan Kepala LP2M Universitas Kapuas Sintang. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan penelitian ini, Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis, dan bagi pembaca serta bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan di masa yang akan datang.. Sintang, Juni 2017 Penulis Ria Rosdiana Hutagaol, Syarif Nizar Kartana, Yulius Saesar Badarullius

5 Daftar Isi Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... Bab I Pendahuluan Latar Belakang 1 A. Rumusan Masalah... 3 B. Tujuan Penelitian... 4 C. Manfaat Penelitian Aspek Teoritis Aspek Praktis... 4 D. Ruanglingkup Penelitian... 4 Bab II Kajian Pustaka... 6 A. Hakikat pembelajaran... 6 B. Sumber Belajar... 7 C. Serangga... 7 D. Serangga Diurnal... 8 E. Pohon Tembesu F. Indeks Keragaman Bab III Metodologi Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Metodologi Penelitian C. Teknik Pengumpulan Data D. Alat dan Bahan E. Analisi Data F. Analisi Validasi Media Buku Saku Bab IV Hasil dan Pembahasan A. Keragaman Serangga Diurnal Pada Pohon Tembesu... 23

6 B. Jenis-jenis Serangga Diurnal Pada Pohon Tembesu C. Indeks Margalef D. Validasi Media Buku Saku Bab V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan B. Saran Daftar Pustaka... 49

7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara terbesar yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna, flora dan fauna Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan tropis, salah satu bentuk keanekargaman itu terdapat pada serangga (Endarwin 2006). Menurut (Sembel 2009) Serangga (insecta) adalah salah satu kelas avertebrata di dalam filum arthropoda yang memiliki exoskeleton berkitin, tubuh yang terbagi tiga bagian (kepala, thorax, dan abdomen), tiga pasang kaki, mata majemuk dan sepasang antena, serangga termasuk salah satu kelompok hewan yang paling beragam, mencakup lebih dari satu juta spesies dan menggambarkan lebih dari setengah organisme hidup yang telah diketahui, jumlah spesies yang masih ada diperkirakan antara enam hingga sepuluh juta dan berpotensi mewakili lebih dari 90% bentuk kehidupan hewan yang berbeda-beda di bumi, serangga dapat ditemukan di hampir semua lingkungan, serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi, ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi dengan menyesuaikan diri dengan berbagai jenis habitat. Beberapa aktivitas insekta dipengaruhi oleh responya terhadap cahaya, sehingga timbul spesies insekta yang aktif pada pagi, siang, sore, atau malam hari,

8 Insekta yang bersifat diurnal yakni aktif pada siang mengunjungi bunga, meletakkan telur atau makan pada bagian-bagian tanaman dan lain-lain, contoh walang sangit (leptocoriya acuta), wereng coklat (Nilavarpara logens) dan belalang besar (Valanga nigricornis), selain tertarik pada cahaya, ditemukan juga insekta yang tertarik oleh suatu warna, hijau dan kuning, sesungguhnya insekta juga memiliki preferensi (kesukaan) tersendiri terhadap warna dan bau, seperti terhadap warna-warna bunga, contoh kupu-kupu (Pieris brassicae) dalam mencari makananya memperlihatkan preferensi yang nyata terhadap warna biru dan ungu (Jumar 2000: 94), hampir semua tempat menjadi habitat bagi serangga seperti rumput, bunga dan pohon memberikan tempat hidup kepada lebih banyak jenis serangga, hanya lautan yang hampir tidak memiliki serangga, padahal lautan memberikan tempat hidup untuk begitu banyak organisme lainnya (Soematyoto dan Idjah 1984), salah satu jenis pohon yang menjadi habitat bagi serangga adalah pohon tembesu. Tembesu (Fragraea Fragrans Roxd.) termasuk salah satu jenis kayu yang menjadi unggulan bagi masyarakat lokal di daerah kabupaten sintang, mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dan kelas ketahanan yang cukup baik, dimanfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai bahan bangunan meliputi bagian tiang kerangka rumah, dinding rumah, daun pintu, serta ornamen di dalam rumah, hal inilah yang membuat tembesu banyak dicari dan nilai ekonominya tinggi. Tembesu termasuk suku Loganiaceae, menurut (Junaidah et al. 2014) tembesu merupakan jenis yang adaptif dan dapat tumbuh pada berbagai jenis

9 tanah dan kondisi lingkungan, seperti pada tanah datar, tanah pasir atau tanah liat berpasir, selain itu tembesu juga dapat tumbuh baik pada tanah dengan drainase yang buruk dan daerah rawa, secara umum tembesu menghendaki iklim basah sampai agak kering dan tumbuh baik pada ketinggian meter diatas permukaan laut, itulah yang menjadikan pohon tembesu sebagai habitat yang disukai serangga, baik sebagai tempat tinggal maupun sebagai tempat utntuk mencari makan bagi serangga, karna sifat dari tembesu yang hampir bisa hidup disemua tempat tidak meneutup kemungkinan bahwa banyak jenis serangga yang menjadikan tembesu sebagai tempat tinggal maupun tempat untuk mencari makan, untuk itu perlu dilakukannya inventarisasi, menurut (Rahmat 2013:23) inventarisasi seranga adalah untuk mendapatkan sebanyak mungkin jenis-jenis serangga yang diharapkan, hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keragaman serangga yang berada dipohon tembesu. Hasil penelitian ini selain untuk mengetahui keanekaragaman serangga yang terdapat pada pohon tembesu juga akan dijadikan sebagia sumber belajar dalam bentuk media buku saku yang bertujuan mempermudah serta membantu pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran biologi materi keanekaragaman hayati. A. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut

10 1. Bagaimana keanekaragaman serangga yang terdapat di pohon tembesu 2. Apakah hasil penelitian inventarisasi serangga pada pohon tembesu dapat diimplementasikan pada mata pelajaran biologi dalam materi keanekaragaman hayati dalam bentuk media buku saku B. Tujuan penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1. Mengetahui bagaimana keanekaragaman serangga yang terdapat di pohon tembesu 2. Mengetahui apakah dapat diimplementasikan pada mata pelajaran biologi materi keanekaragaman hayati dalam bentuk media buku C. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1. Aspek teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terutama yang berkaitan dengan inventarisasi serangga pada pohon 2. Aspek Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumber belajar dalam bentuk buku saku yang diimplementasikan dalam mata pelajaran biologi dalam materi keanekaragaman hayati

11 D. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka diberikan ruang lingkup penelitian sebagai berikut 1. Serangga yang diteliti adalah serangga makro yang dapat dilihat dengan mata tanpa alat bantu dan termasuk kedalam kelas insekta. 2. Serangga yang masih dalam bentuk larva atau telur tidak dimasukan dalam perhitungan 3. Serangga yang dijadikan sampel penelitian adalah insekta yang aktif pada siang hari (diurnal) 4. Identifikasi sampai tingkat Ordo.

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran menurut (Sugihartono, 2007: 80) merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar dan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar, lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa, konsep pembelajaran dibagi dalam 3 pengertian, yaitu 1. Pembelajaran dalam pengertian kuantitatif Secara kuantitatif pembelajaran berarti penularan pengetahuan dari guru kepada murid, dalam hal ini guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyampaikanya kepada siswa dengan sebaik-baiknya. 2. Pembelajaran dalam pengertian Institusional Secara Institusional pembelajaran berarti penataan segala kemampuan mengajar sehingga dapat berjalan efisien, dalam pengertian ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa yang memiliki berbagai perbedaan individual.

13 3. Pembelajaran dalam pengertian kualitatif Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar siswa, dalam pengertian ini peran guru dalam pembelajaran tidak sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga melibatkan siswa dalam aktifitas belajar yang efektif dan efisien. B. Sumber Belajar (Buku Saku) Satu diantara media pembelajaran yang umum ditemukan adalah media cetak menurut (Susilana dan Riyana 2007) kelebihan media cetak adalah menyajikan pesan dan informasi dalam jumlah yang banyak, pesan dan informasi dapat dipelajari oleh siswa sesuai dengan kebutuhan dan minat masing-masing, dapat dipelajari kapan dan dimana saja karena mudah dibawa, lebih menarik lagi bila dilengkapi dengan gambar dan warna. Buku saku (Pocket Book) menurut (Poerwadarminta 2006) adalah buku berukuran kecil yang dapat disimpan dalam saku dan mudah dibawa kemana-mana, buku saku merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan pada proses pembelajaran, buku saku dapat digunakan sebagai media yang menyampaikan informasi tentang materi pelajaran dan lainnya yang bersifat satu arah, sehingga bisa mengembangkan potensi siswa menjadi pebelajar mandiri (Sulistyani et al. 2013).

14 Menurut Sulistyani et al. (2013) manfaat dari penggunaan buku saku pada proses belajar mengajar adalah penyampaian materi dengan menggunakan buku saku dapat diseragamkan, proses pembelajaran dengan menggunakan buku saku menjadi lebih jelas, menyenangkan, dan menarik karena desainnya yang menarik dan dicetak dengan full colour, efisien dalam waktu dan tenaga, buku saku yang dicetak dengan ukuran kecil dapat mempermudah siswa dalam membawanya dan memanfaatkan kapanpun dan dimanapun, penulisan materi yang singkat dan jelas pada buku saku dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa serta desain buku saku yang menarik dan full colour dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. Buku saku dalam penelitian ini berisi gambar serangga hasil dari inventarisasi pada pohon tembesu beserta deskripsi singkat spesifikasi serangga, buku saku ini digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran pada materi keanekaragaman hayati, gambar dan deskripsi singkat yang disampaikan dari media dapat membantu peserta didik untuk memahami materi dengan lebih baik, karena biasanya guru akan menggunakan metode pengamatan langsung (field trip) saat menyampaikan materi keanekaragaman hayati, materi keanekaragaman hayati Indonesia yang terkait dengan penelitian ini adalah mengenai keanekaragaman hayati pada tingkat gen dan jenis serta berbagai peranan keanekaragaman hayati bagi manusia. C. Serangga (Insekta)

15 Serangga kingdom Animalia yang termasuk dalam filum Arthopoda, dan kelas Insekta yang merupakan kelas terbesar dilihat dari segi jumlah spesies untuk semua filum dalam kerajaan binatang, menurut (Sembel 2009) ciri khas dari bentuk dewasa kelas filum dalam kelas Insekta (Heksapoda) sebagai berikut 1. Bagian luar tubuh tertutup oleh lapisan keras yang disebut integument atau eksoskeleton 2. Tubuh terdiri dari tiga segmen, yaitu kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen) 3. Kepala memiliki satu pasang antena, satu pasang mandible, memiliki maksila dan labium serta mempunyai satu pasang mata majemuk 4. Pada bagian dada terdapat tiga pasang tungkai dan satu atau dua pasang sayap 5. Perut (abdomen) tidak memiliki tungkai, kecuali pada bentuk pradewasa terutama anggota-anggota dari ordo Lepidopteraada yang bertungkai semu 6. Struktur dari sistem pencernaan makanan berbentuk tabung 7. Sistem peredaran darah terbuka 8. Sistem pernapasan melalui trakea dan terbuka pada bagian luar melalui spirakel 9. Biasanya mengalami proses metamorphosis Insekta atau serangga merupakan spesies hewan yang jumlahnya paling dominan di antara spesies hewan lainnya dalam filum Anthropoda, mula-mula perkembangan Anthropoda dimulai dari bentuk tubuhnya, yaitu dimulai dengan terbentuknya alat-alat tambahan pada bagian ventral tubuh, terbentuknya sepasang

16 mata dan antena pada bagian prostomium, terjadinya ruas-ruas pada pasangan kaki, serta terjadinya persatuan antara prostomium dan segmen postoral membentuk struktur caput yang disebut procephalon, kemudian tiga pasang alat tubuh berikutnya (segmen 4, 5, dan 6) yang mengalami modifikasi bentuk yang memendek dan hanya berfungsi untuk mendorong makanan ke mulut. Kelas Insekta (Heksapoda) Menurut (Hadi et al, 2009) pada Klasisifikasi Antrhopoda memiliki ciri ciri sebagai berikut a. Tubuh beruas-ruas, terdiri dari tiga segmen, yaitu caput, thorax dan abdomen b. Thorax terdiri dari tiga ruas prothorax, mesothorax dan metathorax c. Pada serangga dewasa terdapat dua pasang sayap yang masing-masing terdapat meso dan metathorax d. Pada ruas thorax masing-masing terdapat satu pasang kaki Menurut (Hadi et al,2009) berdasarkan ada tidaknya keberadaan sayap, maka seranga dibagi menjadi dua sub kelas dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Sub Kelas Afterygota ialah serangga primitif, berukuran kecil dan tidak bersayap sejak dahulu, metamorfosis sederhana contohnya antara lain ordo Protura, ordo Colembolla, ordo Diplura, dan ordo Thysanura 2. Sub Kelas Pterygota ialah serangga yang umumnya bersayap Metamorfosis sederhana hingga metamorfosis sempurna, contohnya ordo Odonata, ordo Orthoptera, ordo Isoptera, ordo Dermaptera, ordo

17 Thysanoptera, ordo Hemiptera, ordo Homoptera, ordo Coleoptera, ordo Lepidoptera, ordo Diptera, danordo Hymenoptera. Menurut (Suheriyanto 2008) serangga memiliki alat kelamin luar dan alat kelamin dalam, alat kelamin luar serangga berasal dari embelan ruas abdomen 8-10 alat kelamin jantan adalah organ primer yang berperan dalam kopulasi dan pemindahan sperma ke betina, sedangkan alat kelamin betina berperan dalam peletakan telur pada atau dalam substrat yang sesuai, alat kelamin dalam serangga jantan terdiri dari sepasang kelenjar kelamin, testis, saluran keluar dan kelenjarkelenjar tambahan, alat kelamin dalam pada serangga betina terdiri dari sepasang ovari, satu sistem saluran telur dan kelenjar-kelenjar yang terkait. Reproduksi pada serangga terdiri atas reproduksi seksual dan reproduksi aseksual, reproduksi seksual terdiri dari ovipar (pada serangga betina terjadi proses pembentukan telur, fertilisasi dan peletakkan telur), Ovovivipar (telur dibentuk dan difertilisasi, tetapi tetap berada dalam tubuh induk betina, telur mempunyai kuning telur yang cukup untuk perkembangan embrio, larva segera keluar setelah telur diletkan, contohnya dari ordo Lepidoptera, Coleoptera dan Thysanoptera, vivipar (embrio berkembang di dalam tubuh induk betina, dilahirkan dalam bentuk nimpha atau larva), sedangkan reproduksi aseksual terdiri dari parteogenensis (serangga betina yang mampu menghasilkan keturunan tanpa melibatkan pejantan atau adanya fertilisasi), paedogenesis (reproduksi yang dilakukan oleh serangga yang belum dewasa, (larva) secara aseksual dimana reproduksi ini terjadi karena adanya proses

18 neotoni yaitu kematangan seksual pada stadium pra dewasa), serangga memiliki suatu sistem sirkulasi terbuka, dengan sebuah jantung yang memompa hemolimfa melalui organ ekskretoris yang disebut Tubulus Malphigi, yang merupakan kantung luar saluran pencernaan, pertukaran gas pada serangga dilakukan melalui sistem trakea tabung bercabang yang dilapisi khitin yang menginfiltrasi tubuh dan membawa oksigen secara langsung ke sel, sistem trakea membuka ke bagian luar tubuh melalui spirakel, pori yang dapat membuka atau menutup untuk mengatur aliran udara dan membatasi kehilangan air. D. Serangga Diurnal Beberapa aktivitas insekta dipengaruhi oleh responya terhadap cahaya sehingga timbul spesies insekta yang aktif pada pagi, siang, sore, atau malam hari, Insekta yang bersifat diurnal yakni aktif pada siang mengunjungi bunga, meletakkan telur atau makan pada bagian-bagian tanaman dan lain-lain, contoh walang sangit (leptocoriya acuta), wereng coklat (Nilavarpara logens) dan belalang besar (Valanga nigricornis), selain tertarik pada cahaya, ditemukan juga insekta yang tertarik oleh suatu warna hijau dan kuning, sesungguhnya insekta juga memiliki preferensi (kesukaan) tersendiri terhadap warna dan bau, seperti terhadap warna-warna bunga, contoh kupu-kupu (Pieris brassicae) dalam mencari makananya memperlihatkan preferensi yang nyata terhadap warna biru dan ungu, insekta berperan dalam penyerbukan, sebagai predator dan parasit beberapa jenis hama tanaman dan sangat bermanfaat dalam pengendalian hama tanaman, insekta habitatnya tersebar karena

19 makanan insekta bermacam-macam, misalnya bagian tanaman berupa akar, batang, daun, buah-buahan, biji, butir tepung sari dari tanaman, ada juga makan jaringan atau hasil ekresi hewan (Jumar, 2000 : 94). E. Pohon Tembesu Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) merupakan salah satu jenis dari famili Loganiaceae yang mempunyai wilayah penyebaran alami sangat luas, menurut (Lemmens et al, 1995 dalam Junaidah et al. 2014), penyebaran Fagraea fragrans mulai dari Bengal di India, Myanmar, Andaman Islands, Indo-Cina, Filipina, Thailand, Peninsular Malaysia, Singapura, Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi dan Yapen Island di Papua, untuk wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung) kayu tembesu termasuk jenis yang sangat populer dan mempunyai nilai ekonomi serta budaya yang sangat tinggi bagi sebagian masyarakatnya. Menurut ( Junaidah et al.2014:1) tembesu yang termasuk kedalam kerajaan Plantae, ordo Gentianales dan famili Gantinaceae serta genus fragraea, spesies F. fragrans Roxb merupakan jenis yang adaptif dan dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan kondisi lingkungan, seperti pada tanah datar, tanah pasir atau tanah liat berpasir, dikatakan pula bahwa tembesu dapat tumbuh baik pada tanah dengan drainase yang buruk dan daerah rawa, secara umum tembesu menghendaki iklim basah sampai agak kering dan tumbuh baik pada ketinggian meter diatas permukaan laut, karena tembesu termasuk tanaman yang

20 adaptif dan hampir bisa tumbuh di berbagai macam kondisi lingkungan maka dapat dikatakan keanekaragaman jenis serangga yang hidup juga bervariasi. F. Indeks Keragaman Menurut (Indriyanto 2006:145) Keanekaragaman spesies merupakan ciri tingkat komunitas berdasarkan organisasi biologinya, keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap setabil, meskipun ada gangguan terhadap komponenkomponenya, keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi. Suatu komunitas memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies, sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya ada sedikit saja spesies yang dominan, untuk memprakirakan keanekaragaman spesies ada beberapa indeks keanekaragaman yang dapat dipilih untuk dipakai dalam analisis komonitas salah satunya adalah indeks Margalef (d). keterangan : d = Indeks Margalef = Indeks Keanekaragaman Margalef s = Jumlah Spesies N = Jumlah Individu D (Keanekaragaman) < (kurang dari) 3,5 maka kekayaan jenis rendah D (Keanekaragaman) 3,5 < (kurang dari) 5 maka kekayaan jenis sedang D (Keanekaragaman) > (lebih dari) 5 maka kekayaan jenis tinggi.

21 Nilai indeks keragaman Margalef akan meningkat apabila nilai N (jumlah total individu yang teramati) semakin bertambah disertai dengan pertambahan nilai S (jumlah jenis yang teramati), sedangkan untuk mengetahui nilai indeks keragaman margalef akan bervariasi jika hanya salah satu dari kedua S dan N meningkat Contoh a. Nilai S tetap dan nilai N semakin bertambah = d (diversitas/keragaman margalef) rendah. b. Nilai N tetap dan nilai S semakin bertambah = d (diversitas/keragaman margalef) tinggi.

22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu Jerora I, dan Sesar yang masih berada dalam daerah Kabupaten Sintang pada bulan sampai pada tahun B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif, penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai taraf deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan data secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan, penelitian eksploratif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru berupa pengelompokan suatu gejala dan fakta, penelitian deskriptif eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan suatu fenomena, dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, 2002). C. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan persiapan-persiapan yang telah direncanakan, berikut adalah langkah-langkah dalam pengumpulan data

23 1. Persiapan Melakukan observasi di lokasi penelitian, yang mayoritas ditumbuhi pohon tembesu, memilih pohon yang akan dijadikan sampel pada penelitian, dengan tinggi 2,5 meter sebanyak 3 pohon mewakili semua populasi pohon tembesu di setiap lokasi penelitian, hal ini bertujuan agar pada saat penelitian dilaksanakan lokasi dan sampel penelitian sudah benar-benar siap untuk digunakan. 2. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut a. Disetiap lokasi penelitian ditentukan 3 pohon yang menjadi sampel penelitian yang mewakili seluruh populasi pohon tembesu di lokasi penelitian dengan ukuran tinggi pohon 2,5 meter b. Penjaringan serangga dilakukan dalam kurun waktu 2 minggu, dimulai pukul WIB. c. Serangga yang terkumpul akan dimasukan ke dalam toples koleksi sebagai tempat penyimpanan sebelum di identifikasi. 3. Cara Pengumpulan Serangga diurnal untuk mengumpulkan serangga yang aktif pada Siang hari dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap jaring (Sweep Net) yang dibuat dari bahan yang ringan dan kuat, yaitu warin yang dililitkan pada besi dan

24 diberikan gagang, perangkap jaring dapat digunakan dengan cara mengayunkan jaring perangkap, dalam keadaan ini diperlukan kecepatan dan keterampilan, khususnya bagi serangga yang terbang cepat, untuk serangga yang berada dibagian batang pohon, cukup dengan menempelkan perangkap diatasnya lalu mendorongnya mengunakan pinset agar terpisah dari batang pohon dan jatuh kedalam jaring serangga. 4. Inventarisasi Serangga Serangga yang telah didapatkan dari hasil inventarisasi kemudian dimasukkan kedalam toples koleksi, identifikasi serangga dilakukan sampai ketingkat ordo, dengan cara mengurutkan sesuai dengan taksonominya seperti kerajaan, filum, kelas dan ordo agar lebih akurat pada saat pengidentifikasian dan mengetahui ciri-ciri dari serangga yang kita dapatkan lebih jelas serta sesuai dengan taksonominya maka pada saat mengidentifikasi serangga dilakukan pencocokkan sampel yang didapat dengan gambar-gambar atau uraian yang ada pada buku acuan identifikasi serangga dan Pengenalan Pelajaran Serangga dengan penulis sebagai berikut a. Biologi Insekta Entomologi (H. Mohamad Hadi et al. 2009) b. Ekologi Serangga (Dwi Suheriyanto, 2008) c. Klasifikasi Hewan (Lilis Sri Astutu, 2007) 5. Pembuatan Media Buku Saku

25 Buku saku yang dibuat pada penelitian ini berukuran ± panjang 11 cm dan lebar 14,6 cm, isi dari buku saku adalah deskripsi hasil penginventarisasian serangga yang dilakukan pada pohon tembesuk berupa penjelasan klasifikasi beserta gambar serangga yang di disain dengan bentuk yang menarik. Buku saku juga dilengkapi dengan beberapa bagian yang membantu pembaca untuk memahami isi buku saku. Beberapa bagian tersebut seperti pedoman penggunaan buku saku, daftar isi, dan tujuan pembelajaran D. Alat dan Bahan a. Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu : 1. Perangkap jaring serangga (Sweep Net) berfungsi untuk mengambil sampel serangga vegetasi 2. Kain kasa berfungsi untuk tadahan serangga yang lolos dari jaring dan terjatuh ketanah 3. Toples koleksi berfungsi untuk menyimpan serangga yang didapat 4. Pinset berfungsi untuk mengambil serangga yang berhasil terjaring 5. Alat tulis berfungsi untuk mencatat dalam pengumpulan sempel 6. Kamera berfungsi untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian 7. Buku panduan identifikasi serangga berfungsi sebagai pedoman dalam pengidentifikasian serangga. b. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini

26 1. Alkohol 70% berfungsi untuk mengawetkan serangga yang di dapat dilokasi penelitian. 2. kapur barus berfungsi untuk mengawetkan serangga yang di dapat dilokasi penelitian. 3. E. ANALISIS DATA Sampel dari serangga yang diperoleh dikumpulkan di dalam wadah sesuai dengan jenisnya masing-masing, kemudian membuat tabel yang berisi nama kelompok serangga berdasarkan hasil identifikasi dan jumlah kelompok. Untuk mengetahui nilai keragaman serangga yang ditentukan dilakukan perhitungan statistik sebagai berikut : keterangan : d = Indeks Margalef = Indeks Keanekaragaman Margalef s = Jumlah Spesies N = Jumlah Individu Nilai indeks keragaman Margalef akan meningkat apabila nilai N (jumlah total individu yang teramati) semakin bertambah disertai dengan pertambahan nilai S (jumlah jenis yang teramati).sedangkan untuk mengetahui nilai indeks keragaman margalef akan bervariasi jika hanya salah satu dari kedua S dan N meningkat Contoh

27 c. Nilai S tetap dan nilai N semakin bertambah = d (diversitas/keragaman margalef) rendah d. Nilai N tetap dan nilai S semakin bertambah = d (diversitas/keragaman margalef) tinggi Ketetapan tingkat nilai kekayaan jenis margalef D (Keanekaragaman) < (kurang dari) 3,5 maka kekayaan jenis rendah D (Keanekaragaman) 3,5 < (kurang dari) 5 maka kekayaan jenis sedang D (Keanekaragaman) > (lebih dari) 5 maka kekayaan jenis tinggi F. Analisi Validasi Media Buku Saku Hasil penelitian tentang inventarisasi serangga digunakan sebagai bahan atau sumber untuk membuat media pembelajaran berupa buku saku yang sesuai dengan materi Keanekaragaman Hayati kelas X SMA, untuk untuk mengetahui kevalidan buku saku dilakukan validasi, validasi merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti, dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian ( Sugiyono, 2011), validasi buku saku dilakukan oleh dua orang dosen biologi dan 3 orang guru biologi, setiap jawaban dari validator berupa skor untuk setiap kriteria yaitu empat (4) sangat baik, tiga (3) baik, dua (2) kurang baik, satu (1) tidak baik. Tahapan melakukan analisis validasi menurut Khabibah (dalam Yamasari, 2010) Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Membuat dan menganalisis tabel buku saku 2) Mencari rata rata tiap kriteria dari kelima validator dengan rumus :

28 Keterangan : Ki = rata-rata kriteria ke-i Vhi = skor hasil penilayan validator ke-h untuk kriteria ke-i I = kriteria H = validator 3. Mencari rata-rata aspek dengan rumus: Keterangan : Ai Kij n i j ij = rata-rata aspek ke-i = rata-rata aspek ke-i untuk ke-j = banyaknya kriteria dalam aspek ke-i = aspek = kriteria =aspek ke-i dan kriteria ke-j 4. Mencari rata-rata total validasi aspek dengan rumus: RTV = rata-rata total validasi Aij = rata-rata aspek ke-i i = banyaknya aspek n

29 5. Mencocokkan rata-rata total dengan kriteria kevalidan, yaitu : 3 RTVTK 4 = valid 2 RTVTK 3 = cukup valid 1 RTVTK 2 = tidak valid ASPEK KRITERIA Tanggapan Format 1. Kesesuaian warna huruf dan tampilan gambar background pada media buku saku Isi 2. Kesesuaian bentuk dan ukuran huruf pada judul dan tulisan 3. Pencapaian indikator dan tujuan pembelajaran pada RPP terhadap minat belajar siswa 4. Konsep ciri-ciri morfologi serangga dan klasifikasi serangga 5. Pesan pembelajaran yang disampaikan pada media buku saku secara ringkas, jelas dan mudah dimengerti 6. Media buku saku membantu guru menjelaskan materi berdasarkan tujuan pembelajaran 7. Informasi media buku saku akurat dan terbaru Bahasa 8. Penggunaan bahasa Asing/Latin pada media Kepraktisan 9. Bahasa sesuai usia siswa tingkat SMA Efektifitas 10. Fasilitas pendukung dalam pemakaian media buku saku 11. Bersifat interaktif dan efektif 12. Ketahanan media buku saku

30 Komentar dan Saran : 13. Penggunaan media buku saku untuk pembelajaran perorangan/kelompok Sintang, 2016 Validator

31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keragaman Serangga Diurnal Pada Pohon Tembesu Hasil inventarisasi serangga diurnal pada pohon tembesu dari lokasi penelitian pertama Jerora I sebanyak 8 jenis serangga dengan 7 Ordo sebagai berikut, Orthoptera, Hymenoptera, Hemiptera, lepidoptera, coleoptera, Phasmida dengan jumlah populasi yang berhasil di inventarisasi sebanyak 226 serangga dan hasil inventarisasi serangga diurnal pada pohon tembesu yang di dapat dari lokasi penelitian II sebanyak 6 jenis serangga dengan 4 Ordo sebagai berikut, Hymenoptera, Hemiptera, Coleoptra, Mantodae dengan jumlah populasi yang berhasil di inventarisasi sebanyak 125 serangga, dari total 8 Ordo yang didapat dikedua lokasi penelitian (Jerora I dan Kpuas Kiri Hulu) terdapat serangga yang memiliki ordo yang sama yaitu Ordo Coleoptra Carbidae (Kumbang Tanah) dan Chrysomelidae (Kumbang Daun), Ordo Hemiptera Nezara Viridula (Kepik Daun), Helopeltis antonii (Kutu Penghisap daun) dan Nilaparvata (Wereng), Ordo Hymenoptera Oecophylla Smaragdina (Kerangga/Rangrang), Anoplius Atrox (Lebah Tanah) dan Dolichoderus Thoracicus Smith (Semut Hitam), jumlah keseluruhan dapat di lihat pada table 4.1 dibawah ini yang berisikan susunan ordo serta spesies serangga diurnal dari kedua lokasi penelitian ( Jerora I dan Kapuas kanan hulu)

32 Tabel 4.1 jenis serangga hasil inventarisasi pada lokasi penelitian I Jerora I(sedaun) dan lokasi penelitian II kapuas kiri hulu No. Ordo Spesies 1. Coleoptra Carbidae (Kumbang Tanah) Hemiptera Hymenoptera Chrysomelidae (Kumbang Daun) Nezara Viridula (Kepik Daun) Helopeltis antonii (Kutu Penghisap daun) Nilaparvata (Wereng) Oecophylla Smaragdina (Kerangga/Rangrang) Anoplius Atrox (Lebah Tanah) Lepidoptera Mantodae Odonata Orthoptera Dolichoderus Thoracicus Smith (Semut Hitam) Lampides Monarch butterfly (Kupu-kupu) Mantis religiosa (Belalang Sembah) Neurothemis (Capung) Valanga nigricornis (Belalang kayu)

33 8. Phasmida Diapheromera femorata (Serangga Ranting) Hasil inventarisasi serangga diurnal pada pohon tembesu yang di dapat dari lokasi penelitian pertama Jerora I sebanyak 8 jenis serangga dengan 7 Ordo sebagai berikut, Orthoptera, Hymenoptera, Hemiptera, lepidoptera, coleoptera, Phasmida dengan jumlah populasi yang berhasil di inventarisasi sebanyak 226 serangga dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 4.2 jenis serangga hasil inventarisasi pada lokasi penelitian I (Jerora I) No. Jenis Nama Ilmiah Ordo Jumlah 1. Lebah Tanah Anoplius Atrox Hymenoptera 1 2. Belalang kayu Valanga nigricornis Orthoptera 2 3. Kerangga/Rangrang Oecophylla Smaragdina Hymenoptera Kepik Daun Nezara Viridula Hemiptera Kumbang Tanah Carbidae Coleoptra 2 6. Capung Neurothemis Odonata 4 7. Serangga Ranting Diapheromera femorata 8. Kupu-kupu Lampides Monarch butterfly Phasmida 1 Lepidoptera 2

34 Total hasil inventarisasi serangga diurnal pada pohon tembesu yang di dapat dari lokasi penelitian II sebanyak 6 jenis serangga dengan 4 Ordo sebagai berikut, Hymenoptera, Hemiptera, Coleoptra, Mantodae dengan jumlah populasi yang berhasil diinventarisasikan sebanyak 125 serangga dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 4.3 jenis serangga hasil inventarisasi pada lokasi penelitian II (kapuas kiri hulu) No. Jenis Nama Ilmiah Ordo Jumlah 1. Kerangga/Rangrang Oecophylla Smaragdina Hymenoptera Semut Hitam Dolichoderus Hymenoptera 4 Thoracicus Smith 3. Belalang Sembah Mantis religiosa Mantodae 1 4. Kumbang Daun chrysomelidae Coleoptra 2 5. Kutu Penghisap Helopeltis antonii Hemiptra 1 daun 6. Wereng Nilaparvata Hemiptra 1 Total B. Jenis-jenis Serangga Diurnal Pada Pohon Tembesu

35 Berdasarkan hasil inventarisasi yang telah dilakukan maka ditemukan sebanyak 13 jenis serangga pada pohon tembesu, serangga-serangga yang didapat kemudian identifikasi di laboratorium universitas kapuas sintang, identifikasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui taksonomi dari jenis serangga yang didapat sampai ketingkat ordo, identifikasi dilakukan menggunakan buku acuan Biologi Insekta Entomologi (H. Mohamad Hadi et al. 2009), Ekologi Serangga (Dwi Suheriyanto, 2008), Klasifikasi Hewan (Lilis Sri Astutu, 2007), dalam pengidentifikasian bagian-bagian dari anggota tubuh serangga yang kecil dan sulit untuk dilihat diamati menggunakan bantuan mikroskop, berikut adalah 13 jenis serangga yang telah di identifikasi. 1. Kumbang Tanah (Carbidae) Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coloeptera Famili : Carbidae Genus : Chlaenius Gambar 4.1 Kumbang Tanah (Carbidae) Species : Chlaenius amplipenni (Bonelli, 1810) Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai berikut, panjang tubuh 0,8 cm,memiliki sepasang antena beruas, mata majemuk, tipe mulut menggigit, kaki terdiri dari 3 pasang depan tengah dan belakang, kaki depan

36 memiliki ukuran lebih kecil dari kaki bagian tengah dan belakang, kaki berbulu halus, memiliki sayap, sayap bagian depan dan belakang, sayap bagian depan tebal sedangkan sayap bagian belakang tipis seperti selaput, berikut adalah bagian dari kumbang tanah yang diambil menggunakan mikroskop a. b. c. d. Gambar 4.1 a. bagian kepala b. bagian sayp luar c. bagian sayap dalam d. kaki gambar di atas menunjukan bagian kepala, kaki, sayap bagian depan dan belakang, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan mikroskop 40x perbesaran. 2. Kumbang Daun (Chrysomelidae) Kerajaan : Animalia Phylum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Coleoptera Famili : Chrysomelidae Gambar4.2 Kumbang Daun (chrysomelidae) Genus : Phaedonia Spesies : Phaedonia inclusa (Stal) Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai berikut, panjang 0,6 cm, memiliki sepasang antena pendek, mata majemuk tipe mulut menggigit, kaki terdiri dari 3 bagian depan tengah dan belakang, kaki bagian depan

37 dan tengah bentuk dan ukuranya sama, sedangkan kaki bagian belakng besar pada bagian pangkalnya, memiliki 2 buah sayap, sayap depan dan sayap belakang, sayap bagian belakang lebih tebal dan keras, sedangkan sayap bagian belakang tipis, berikut adalah bagian dari kumbang daun yang diambil menggunakan mikroskop a. b. c. d. Gambar 4.2 a. bagian kepala b. kaki c. sayap luar d. sayap dalam gambar di atas menunjukan bentuk kepala, kaki serta sayap bagian dalam dan bagian luar, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan mikroskop 40x perbesaran. 3. Kepik Daun (Nezara Viridula) Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Hemiptera Famili : Pentatomidae Genus : Nezara Amyot And serville Spesies : Nezara Viridula (Leach, 1815) Gamabr4.3 Kepik Daun(NezaraViridula) Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai berikut, panjang tubuh 0,8 cm, memiliki mata majemuk, bentuk mulut menusuk menghisap, memiliki 3 pasang kaki, kaki depan tengah dan belakang, kaki memliki

38 ukuran dan bentuk yang hampir sama, memiliki sepasang sayap, bagian depan dan belakang, sayap bagian depan sedikit lebih tebal dibandingkan sayap bagian dalam yang tipis seperti selaput, berikut adalah bagian dari kepik daun yang diambil menggunakan mikroskop a. b. c. gambar 4.3 a. bagian kepala b. bagian sayap luar c. bagian sayap dalam gambar diatas menunjukan bagian dari kepala, sayap bagian luar dan bagian dalam, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan mikroskop 40x pembesaran. 4. Kutu Penghisap Daun (Helopeltis antonii) kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta : Hemiptera : Miridae : Helopeltis Species : Helopeltis Antonii (Signoret, 1858) Gambar4.4 Kutu Penghisap Daun (Helopeltis antonii) Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai berikut, panjang badan 1,4 cm, memiliki sepasang antena panjang beruas, mata besar

39 majemuk, tipe mulut penghisap, memiliki 3 pasang kaki, depan tengah dan belakang, bentuk dan ukuran kaki depan dan tengah hampir sama, bentuk kaki belakang sedikit lebih panjang dibandingkan dengan kaki depan dan tengah, memiliki sayap depan dan sayap belakang, sayap depan keras dan sedikit lebih tebal dibandingkan sayap bagian belakang, berikut adalah bagian dari kumbang daun yang diambil menggunakan mikroskop. a. b. c. d. Gambar 4.4 a. bagian kepala b. sayap luar c. sayap dalam d. bagian kaki gambar di atas menunjukan bagian dari kepala, sayap dan kaki pada kutu penghisap daun, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan bantuan mikroskop 40x pembesaran. 5. Wereng Coklat (Nilaparvata) Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Homoptera Famili : Delphacidae Gambar 4.5 Wereng (Nilaparvata) Genus : Nilaparvata Species : Nilaparvata lugens (Stal) Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai berikut, panjang 1,5 cm mata majemuk, tipe mulut penghisap, memiliki 3 pasang kaki, depan tengah dan belakang, bentuk dan ukuran kaki depan dan tengah hampir sama, bentuk kaki belakang sedikit lebih panjang dibandingkan dengan kaki depan

40 dan tengah, memiliki sayap depan dan sayap belakang, sayap depan keras dan sedikit lebih tebal dibandingkan sayap belakang, berikut adalah bagian dari wereng yang diambil menggunakan mikroskop. a. b. Gambar 4.5 a. sayap bagian luar b. sayap bagian dalam gambar di atas menunjukan bagian sayap depan dan sayap bagian belakang pada wereng, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan bantuan mikroskop 40x pembesaran. 6. Kerangga/Rangrang (Oecophylla Smaragdina) Kerajaan : Animalia Filum Kelas Ordo Famili Genus : Hexapoda : Insecta : Hymenoptera : Formicidae : Oecophylla Spesies : Oecophylla Gambar 4.6 Kerangga/Rangrang (Oecophylla Smaragdina (Smith, 1860) Smaragdina) Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai berikut, memiliki panjang tubuh 1 cm, memiliki sepasang antena panjang beruas,

41 mata majemuk, bentuk mulut menggigit, memiliki 3 pasang kaki, kaki bagian depan, tengah dan belakang, bentuk dan ukuran dari ketiga kaki sama, berikut adalah bagian dari kerangga/rang-rang yang diambil menggunakan mikroskop a. b.. Gambar 4.6.a. Bagian kepala b. Bagian kaki pada kerangga gambar di atas adalah bagian kepala dan kaki pada kerangga, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan mikroskop 40x pembesaran. 7. Lebah Tanah (Anoplius Atrox) Kerajaan Filum : Animalia : Arthopoda Kelas : Insecta Ordo : Pymenoptera Famili : Pompilidae Genus : Anoplius Species : Anoplius Atrox (Dufour, 1834 ) Gambar 4.7 Lebah Tanah (Anoplius Atrox) Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai berikut, memiliki panjang tubuh 2,4 cm, mempunyai sepasang antena panjang beruas

42 dan berbulu, mata besar majemuk, tipe mulut penusuk/menghisap, kaki terdiri dari 3 bagian, depan, tengah dan belakang, kaki bagian depan dan tengah mempunyai ukuran dan bentuk yang hampir sama, sedangkan kaki bagian belakang sedikit lebih panjang dan pangkal paha sedikit membesar, mempunyai 2 pasang sayap, bagian depan dan belakang, sayap bagian depan lurus dan tebal dibandingkan sayap bagian belakang yang tipis seperti selaput, mumpunyai sengat pada bagian buntut yang berbentuk seperti jarum halus yang merupakan alat pertahanan diri bila merasa terancam berikut adalah bagian dari lebah penggali yang diambil menggunakan mikroskop, a. b. c. Gambar 4.7 a. sayap bagian luar b. sayap bagian dalam c. bagian sengat gambar diatas menunjukan bagian dari sayap tengah dan bagian ujung, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan mikroskop 40x perbesaran. 8. Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus) Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hymenoptera

43 Famili Genus Spesies : Formicidae : Dolichoderus : Dolichoderus thoracicus (Smith, F. 1860) Gambar 4.8 Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus) Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai berikut, memiliki panjang 1 cm, memiliki sepasang antena beruas, mata majemuk, tipe mulut menggigit, memiliki 3 pasang kaki, kaki bagian depan, tengah dan bagian belakang, memiliki bentuk dan ukuran yang hampir sama, berikut adalah bagian dari semut hitam yang diambil menggunakan mikroskop a. b. Gambar 4.8. a. Bagian tubuh semut hitam b. Bagian kaki semut hitam gambar di atas menunjukan bagian dari kepala, badan dan kaki pada semut hitam gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan bantuan mikroskop 40x pembesaran. 9. Kupu-kupu (Lampides Monarch butterfly) Kerajaan Filum kelas : Animalia : Arthropoda : Insecta

44 Ordo Famili Genus Species : Lepidoptera : Lycaenidae : Lampides : Lampides Boeticus (Linnaeus 1767) Gambar 4. 9 Kupu-kupu (Lampides Monarch butterfly) Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai berikut, memiliki panjang tubuh 2,1 cm, memiliki sepasang antena, memiliki mata faset besar, tipe mulut mengisap, memiliki 3 pasang kaki yang ukuran dan bentuknya hampir sama, memiliki sepasang sayap, sayap mempunyai ukuran yang sama, sayap terlihat bersisik bila diamati menggunakan mikroskop, berikut adalah bagian dari kupu-kupu yang diambil menggunakan mikroskop a. b. c. Gambar 4.9. a. bagian kepala b. bagian kaki c. bagian sayap gambar di atas menunjukan bagian dari kepal, bagian kaki dan bagian sayap dari kupu-kupu lampides, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan mikroskop 40x perbesaran. 10. Belalang Sembah (Praying mantis) Kerajaan : Animalia Filum Kelas : Arthropoda : Insecta

45 Ordo Famili Genus Species : Mantodae : Mantidae : Mantiss : Mantis religiosa (linnaeus, 1758) Gambar 4.10 Belalang Sembah (Praying mantis) Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai berikut, memiliki panjang tubuh 6,6 cm memiliki sepasang antena tipis seperti bulu, mata majemuk, tipe mulut menggigit, memiliki 3 pasang kaki, kaki depan, tengah dan belakang, kaki bagian depan ukuran serta bentuk lebih besar dibandingkan kaki bagian tengah dan belakang, kaki bagian depan bergerigi seperti kampak, berikut adalah bagian dari kumbang daun yang diambil menggunakan mikroskop a. b. c. Gambar 4.10 a. Bagian Kepala b. antenna c. bagian sayap gambar diatas adalah bagian dari mulut, antenna dan sayap pada belalang sembah, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan mikroskop 40x pembesaran. 11. Capung (Neurothemis Vulpa) Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Odonata

46 Famili : Libellulidae Genus : Neurothemis Spesies : N. terminata (Ris, 1911) Gambar 4.11 Capung (Neurothemis Vulpa) Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai berikut, panjang badan 3,3 cm, memiliki sepasang antena pendek, mata besar majemuk, tipe mulut menggigit, mempunyai kaki 3 pasang berukuran sama, memiliki 2 pasang sayap belakang dan depan bentuk dan ukurannya hampur sama berwarna merah paa bagian ujung sayap berwarna transparan berikut adalah bagian dari kumbang daun yang diambil menggunakan mikroskop\ a. b. Gambar 4.11 a. bagian pangkal sayap b. bagian ujung sayap gambar diatas menunjukan bagian dari sayap tengah dan bagian ujung, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan mikroskop 40x perbesaran. 12. Belalang kayu (Valanga nigricornis) Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Orthoptera Famili : Acrididae Genus : Valanga Species : Valanga nigricornis Gambar 4.12 Belalang kayu (H. Burmeister, 1838) (Valangani gricornis)

47 Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai berikut, panjang tubuh 2,2 cm, memiliki 2 pasang antena panjang beruas, mata majemuk, tipe mulut menggigit, tedapat 3 pasang kaki, bagian depan tengah dan belakang, kaki bagian depan dan tengah memiliki bentuk dan ukuran yang hampir sama, sedangkan kaki bagian belakang bentuknya berbeda, pada bagian paha membesar, terdapat 2 pasang sayap, sayap depan dan bagian belakang bentuk dari sayap bagian depan lurus lebih tebal dan kaku, sedangkan sayap bagian belakang tipis seperti selaput, berikut adalah gambar pada bagian belalang kayu yang diambil menggunakan mikroskop a. b. c. Gambar a. Sayap bagian luar b. Sayap bagian dalam c. Bagian kepala gambar di atas menunjukan bagian sayap depan, sayap bagian dalam dan kepala pada belalang kayu, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan mikroskop 40x perbesaran. 13 Serangga Ranting (Phobaeticus chani) Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta

48 Ordo Famili Genus : Phasmatoptera : Phasmatidae : Diapheromera Species : Diapheromera femorata (Say, 1824) Gambar Serangga Ranting (Phobaeticus chani) Hasil identifikasi yang telah dilakukan maka didapatkan ciri-ciri sebagai berikut, memiliki panjang tubuh 5,8 cm, mempunyai sepasang antena panjang beruas dan berbulu, mata besar majemuk, tipe mulut menggigit, kaki terdiri dari 3 bagian, depan, tengah dan belakang, kaki bagian depan dan tengah mempunyai ukuran dan bentuk yang hampir sama, sedangkan kaki bagian belakang sedikit lebih panjang dan pangkal paha sedikit membesar, mempunyai 2 pasang sayap, bagian depan dan belakang, sayap bagian depan lurus dan tebal dibandingkan sayap bagian belakang yang tipis seperti selaput, berikut adalah bagian dari serangga ranting yang diambil menggunakan mikroskop, a. b. c. d. Gambar a. bagian kepala b. antenna c. sayap bagian luar d. sayap bagian luar gambar diatas di atas menunjukan bagian dari kepala, sayap bagian depan dan sayap bagian belakang dari serangga ranting, gambar diambil di laboratorium universitas kapuas sintang dengan menggunakan mikroskop 40x perbesaran.

Inventarisasi Serangga Pada Pohon Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb)

Inventarisasi Serangga Pada Pohon Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb) INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb) Ria Rosdiana Hutagaol Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email : riarose.h@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BIOLOGI INSEKTA (ENTOMOLOGI) : H. Mochamad Hadi Udi Tarwotjo Rully Rahadian. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009

BIOLOGI INSEKTA (ENTOMOLOGI) : H. Mochamad Hadi Udi Tarwotjo Rully Rahadian. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009 BIOLOGI INSEKTA (ENTOMOLOGI) Oleh : H. Mochamad Hadi Udi Tarwotjo Rully Rahadian Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009 Hak Cipta 2009 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

biologi SET 23 ANIMALIA 3 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri b. Klasifikasi

biologi SET 23 ANIMALIA 3 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri b. Klasifikasi 23 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri SET 23 ANIMALIA 3 1. Bersegmen metameri 2. Peredaran darah terbuka 3. Tidak punya Hb, tetapi memiliki haemocyanin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Serangga Hama Berdasarkan hasil identifikasi serangga hama dilokasi Agroekosistem berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies Scripophaga

Lebih terperinci

KLASIFIKASI & JENIS ORDO SERANGGA

KLASIFIKASI & JENIS ORDO SERANGGA KLASIFIKASI & JENIS ORDO SERANGGA KLASIFIKASI SERANGGA Insekta terbagi 2 ordo: 1. Apterygota: tanpa sayap Protura, collembola, Diplura, Thysanura, Microcoryphia 2. Pterygota: bersayap Pterygota: bersayap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1 CLASSIS : ARTHROPODA (SERANGGA) Kode MPB2a Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan dan mengetahui karakteristik Apis sp b. Mengetahui serangga-serangga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI

FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI Kata Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu Arthros berarti sendi (ruas) dan Podos berarti kaki. Jadi arthropoda adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

Petunjuk Praktikum. Entomologi Dasar. ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono

Petunjuk Praktikum. Entomologi Dasar. ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono Petunjuk Praktikum Entomologi Dasar ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono Laboratorium Entomologi Dasar Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

KLASIFIKASI APTERYGOTA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI

KLASIFIKASI APTERYGOTA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI KLASIFIKASI APTERYGOTA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Classis : Insecta KLASIFIKASI Subclassis : Apterygota dan Pterygota Subclassis Apterygota terdiri dari 4 Ordo: 1. Ordo Protura 2. Ordo Collembola

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SPESIES INSEKTA PADA TANAMAN RAMBUTAN DI PERKEBUNAN MASYARAKAT GAMPONG MEUNASAH BAK U KECAMATAN LEUPUNG KABUPATEN ACEH BESAR

KEANEKARAGAMAN SPESIES INSEKTA PADA TANAMAN RAMBUTAN DI PERKEBUNAN MASYARAKAT GAMPONG MEUNASAH BAK U KECAMATAN LEUPUNG KABUPATEN ACEH BESAR Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, Volume 1, Issue 1, Agustus 2016, hal 71-77 KEANEKARAGAMAN SPESIES INSEKTA PADA TANAMAN RAMBUTAN DI PERKEBUNAN MASYARAKAT GAMPONG MEUNASAH BAK U KECAMATAN LEUPUNG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan 63 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Penangkapan serangga malam dilakukan di Kawasan Pinggiran Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng. Hutan Bumi Perkemahan Nyaru Menteng merupakan kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Mega Biodiversity yang kaya akan keanekaragaman hayati. Menurut Asti, (2010, hlm. 1) bahwa Diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia

Lebih terperinci

I. Ordo Hemiptera ( bersayap setengah )

I. Ordo Hemiptera ( bersayap setengah ) Tugas Pengendalian Hama Terpadu Harry Sugestiadi / 0806132041 I. Ordo Hemiptera ( bersayap setengah ) Ciri-ciri dari Ordo Hemiptera yaitu : Tipe mulut menusuk menghisap Mempunyai dua pasang sayap, tebal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal

Lebih terperinci

I. ANATOMI SERANGGA. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

I. ANATOMI SERANGGA. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP I. ANATOMI SERANGGA ANATOMI SERANGGA MODUL-01 Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic Jl. Prof. Herman

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam suku Poaceae, yaitu jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam suku Poaceae, yaitu jenis I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam suku Poaceae, yaitu jenis rumput-rumputan dan hanya tumbuh di daerah beriklim tropis termasuk Indonesia. Dalam marga Saccharum

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Bangsa : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, termasuk juga keanekaragaman

Lebih terperinci

MODUL-02 GEJALA KERUSAKAN DAN TIPE ALAT MULUT SERANGGA II. GEJALA KERUSAKAN DAN TIPE ALAT MULUT SERANGGA

MODUL-02 GEJALA KERUSAKAN DAN TIPE ALAT MULUT SERANGGA II. GEJALA KERUSAKAN DAN TIPE ALAT MULUT SERANGGA II. GEJALA KERUSAKAN DAN TIPE ALAT MULUT SERANGGA GEJALA KERUSAKAN DAN TIPE ALAT MULUT SERANGGA Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP MODUL-02 Department of Dryland Agriculture Management,

Lebih terperinci

RPP Dunia Hewan Fillum Anthropoda. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP Dunia Hewan Fillum Anthropoda. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) LAMPIRAN 2 RPP Dunia Hewan Fillum Anthropoda Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran : SMA : Biologi Kelas/Semester : X/2 Materi Pokok Alokasi Waktu : Dunia hewan : 1 x 3 JP

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

Perkiraan jumlah makhluk hidup yang menghuni bumi

Perkiraan jumlah makhluk hidup yang menghuni bumi Filum Arthropoda Perkiraan jumlah makhluk hidup yang menghuni bumi 1. Filum Arthropoda memiliki anggota spesies yang paling banyak dari filum lainnya dalam Kingdom Animalia. 2. Diperkirakan sekitar 1 juta

Lebih terperinci

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN Gejala dan Kerusakan akibat Serangan Hama Oleh : Nama : Arif Hermanto NIM : 0910480021 Kelompok : Selasa, 15.00 WIB Asisten : Mbak Mia JURUSAN ILMU HAMA DAN PENYAKIT

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah. Materi pengembangan bahan ajar mata kuliah ini akan disajikan dalam 9 (sembilan) modul sebagai berikut.

Tinjauan Mata Kuliah. Materi pengembangan bahan ajar mata kuliah ini akan disajikan dalam 9 (sembilan) modul sebagai berikut. ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini memberikan dasar pengetahuan tentang serangga dan manusia. Selain itu, juga memberikan pengetahuan tentang struktur, anatomi, dan perkembangan serangga, serta siklus

Lebih terperinci

Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Insects dan Arachnids

Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Insects dan Arachnids Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan Insects dan Arachnids Insekta : Termasuk dalam filum arthropoda. Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies)

TINJAUAN PUSTAKA. ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Morfologi Capung Capungdiklasifikasikankedalam kingdom animalia, kelasinsekta, ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies) dansubordozygopteraa (damselflies)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah,

BAB I PENDAHULUAN. golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insekta atau serangga yang termasuk dalam filum Arthropoda merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah, serangga melebihi semua hewan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah

Lebih terperinci

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak. SMK Hang Tuah 2

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak. SMK Hang Tuah 2 Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak SMK Hang Tuah 2 1. Perbedaan yang ditemukan antar kambing dalam satu kandang disebut... A. Evolusi B. Adaptasi C. Variasi D. Klasifikasi 2. Diantara individu

Lebih terperinci

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga masuk dalam filum Arthropoda dan kingdom Animalia yang memiliki keragaman Spesies terbesar dibandingkan dengan binatang yang lain yaitu hampir 75% dari total

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengisap Polong Kedelai (Riptortus linearis) Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hemiptera

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

TINJAUAN PUSTAKA. Capung TINJAUAN PUSTAKA Capung Klasifikasi Capung termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, klas Insecta, dan ordo Odonata. Ordo Odonata dibagi ke dalam dua subordo yaitu Zygoptera dan Anisoptera. Kedua

Lebih terperinci

5. Phylum Brachiopoda Invertebrata 6. Phylum Mollusca 7. Phylum Arthropoda 8. Phylum Echinodermata >>> Vertebrata

5. Phylum Brachiopoda Invertebrata 6. Phylum Mollusca 7. Phylum Arthropoda 8. Phylum Echinodermata >>> Vertebrata POKOK-POKOK BAHASAN PALEONTOLOGI 1. Pendahuluan 2. Phylum Protozoa 3. Phylum Porifera 4. Phylum Coelenterata 5. Phylum Brachiopoda Invertebrata 6. Phylum Mollusca 7. Phylum Arthropoda 8. Phylum Echinodermata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta T.) berikut : Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai Kelas Ordo Famili Genus Species : Insekta : Hemiptera

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOLOGI DASAR OPT (SERANGGA)

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOLOGI DASAR OPT (SERANGGA) LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN BIOLOGI DASAR OPT (SERANGGA) Oleh : Golongan E Kelompok 5A 1. Arya Widya Kunthi Savitri (161510501277) 2. Renjana Dyahpastika Ametis (161510501281) 3. Taufiq Iradah (161510501289)

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Klasifikasi Makhluk Hidup dan Ciri-ciri Makhluk Hidup untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kumbang Koksi (Epilachna admirabilis)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kumbang Koksi (Epilachna admirabilis) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kumbang Koksi (Epilachna admirabilis) Kumbang koksi adalah salah satu serangga dari ordo Coleoptera. Famili Coccinellidae secara umum mempunyai bentuk tubuh bulat, panjang tubuh

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biodiversitas Biodiversitas mencakup keseluruhan ekosistem. Konsep tersebut mencoba untuk menekan variasi habitat yang diterapkan pada suatu area. Biodiversitas meliputi

Lebih terperinci

JMSC Tingkat SD/MI2017

JMSC Tingkat SD/MI2017 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan cara menyilang (X)abjad jawaban pada lembar jawaban kerja yang disediakan. 1. Pada sore hari jika kita menghadap pada matahari, bayangan tubuh kita tampak lebih...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

Lebih terperinci

Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup

Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup Ilmu Pengetahuan Alam Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup Kelas IX L/O/G/O Konten Ilmu Pengetahuan Alam Topik yang dipelajari Adaptasi Seleksi Alam Perkembangbiakan Adaptasi Kemampuan makhluk hidup untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan di penangkaran PT. Mega Citrindo di Desa Curug RT01/RW03, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Entomologi Fakultas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Fauna Tanah 4.1.1. Populasi Total Fauna Tanah Secara umum populasi total fauna tanah yaitu mesofauna dan makrofauna tanah pada petak dengan jarak pematang sempit (4 m)

Lebih terperinci

BIOLOGI SERANGGA PENGENALAN ARTHROPODA DAN. Upik Kesumawati Hadi Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan IPB

BIOLOGI SERANGGA PENGENALAN ARTHROPODA DAN. Upik Kesumawati Hadi Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan IPB PENGENALAN ARTHROPODA DAN BIOLOGI SERANGGA Upik Kesumawati Hadi Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bila dibandingkan dengan banyaknya jenis hewan di dunia ini, ternyata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. mempunyai luas wilayah kurang lebih 318 Km 2 atau Ha. Batas-batas

BAB IV HASIL PENELITIAN. mempunyai luas wilayah kurang lebih 318 Km 2 atau Ha. Batas-batas 50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Kecamatan Mentaya Hilir Selatan secara geografis terletak pada 111 0 0 50-113 0 0 46 Bujur Timur dan 0 0 23 14-3 0 32 54 Lintang Selatan mempunyai

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA Serangga merupakan kelompok hama paling banyak yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013) II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kumbang Tanduk (O. rhinoceros). berikut: Sistematika kumbang tanduk menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta

Lebih terperinci

MODUL VI PENGAMATAN ORGAN-ORGAN HEWAN

MODUL VI PENGAMATAN ORGAN-ORGAN HEWAN 35 MODUL VI PENGAMATAN ORGAN-ORGAN HEWAN TUJUAN Mempelajari organ-organ bagian luar dan dalam pada hewan. TEORI Umumnya hewan dibedakan dalam 2 kelompok utama yaitu vertebrata dan avertebrata. Golongan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORITIS

II. LANDASAN TEORITIS SERANGGA I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan dan mengetahui karakteristik Apis sp b. Mengetahui serangga-serangga lain yang sering terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Sebagai Vektor Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki panjang. Antar

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kopi Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan apabila tidak dipangkas tanaman ini dapat mencapai tinggi 12 m. Tanaman

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai (Glycines max L. Merril) Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman eksotik yang diperkirakan berasal dari Manshukuw (Cina) yang

Lebih terperinci

PENGAMATAN SERANGGA ORTHOPTERA PADA BELALANG (Atractomorpha sp.)

PENGAMATAN SERANGGA ORTHOPTERA PADA BELALANG (Atractomorpha sp.) PENGAMATAN SERANGGA ORTHOPTERA PADA BELALANG (Atractomorpha sp.) LAPORAN INDIVIDU disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Entomologi yang dibimbing oleh Ibu Sofia Eri Rahayu Oleh: Offering HL Muhammad

Lebih terperinci

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh I. Latar Belakang Tanaman pala merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keanekaragaman hayati di suatu negara memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Keanekaragaman hayati merupakan sumber penghidupan dan kelangsungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi baik flora maupun fauna. Flora dan fauna tersebut tersebar luas di Indonesia baik di

Lebih terperinci

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan Adaptasi Pengertian Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan Adaptasi dibedakan menjadi 3 jenis 1. Adaptasi Morfologi Proses adaptasi yang dilakukan dengan menyesuaikan bentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Serangga Hama pada Tanaman Cabai Berdasarkan hasil pengamatan tanaman Cabai di Tiga Varietas Berbeda selama 10 minggu terdapat 5 famili yakni Famili Aphididae, Famili

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. burung,1000 jenis reptil dan amphibi sertainsektakurang lebih 8000 jenis.

BAB I PENDAHULUAN. burung,1000 jenis reptil dan amphibi sertainsektakurang lebih 8000 jenis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kurang lebih 4000 jenis ikan, 2000 jenis burung,1000 jenis reptil dan amphibi sertainsektakurang lebih 8000 jenis. Insekta merupakan fauna yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Ketinggian wilayah di Atas Permukaan Laut menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar tahun 215 Kecamatan Jumantono memiliki ketinggian terendah 3 m dpl

Lebih terperinci

INVENTARISASI INSEKTA PERMUKAAN TANAH DI GAMPONG KRUENG SIMPO KECAMATAN JULI KABUPATEN BIREUEN. Fakhrah 1*) ABSTRAK

INVENTARISASI INSEKTA PERMUKAAN TANAH DI GAMPONG KRUENG SIMPO KECAMATAN JULI KABUPATEN BIREUEN. Fakhrah 1*) ABSTRAK INVENTARISASI INSEKTA PERMUKAAN TANAH DI GAMPONG KRUENG SIMPO KECAMATAN JULI KABUPATEN BIREUEN Fakhrah 1*) 1 Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: fakhrah_88@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei

Lebih terperinci

PENGAMATAN HAMA DAUN TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri) DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: ANDI RAMLAH NIM.

PENGAMATAN HAMA DAUN TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri) DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: ANDI RAMLAH NIM. PENGAMATAN HAMA DAUN TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri) DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh: ANDI RAMLAH NIM. 110500002 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999). 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau

Lebih terperinci

Gambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung

Gambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung TINJAUAN PUSTAKA Kepik Coklat (R.linearis Fabr.) Biologi Hama Hama ini sering dikenal dengan sebutan kepik penghisap polong kedelai karena hama ini menyerang polong kedelai. Menurut Wahyu (2010), klasifikasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes TINJAUAN PUSTAKA Biologi Oryctes rhinoceros Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes rhinoceros adalah sebagai berikut : Phylum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Arthropoda :

Lebih terperinci