PERAN JURNALIS RUBRIK METROPOLITAN JAWA POS DALAM MENENTUKAN ISI BERITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN JURNALIS RUBRIK METROPOLITAN JAWA POS DALAM MENENTUKAN ISI BERITA"

Transkripsi

1 PERAN JURNALIS RUBRIK METROPOLITAN JAWA POS DALAM MENENTUKAN ISI BERITA Arlin Rahmadini Giantri Putri Marketing Communication, School of Economic and Communication, Binus University. Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat, Telp. (62-21) , Arlin Rahmadini Giantri Putri, Gayes Mahestu S.S., M.Ikom Abstract The purpose of this research is to understand 'The Role of Jawa Pos Metropolitan Journalists in deciding the news content using conceptual theory the role of journalists and the nine principles of journalism Bill Kovach and Tom Ronsistiel. The method used is a qualitative research case study by analyzing journalist duty, principle of journalists, and process of editorial from the Jawa Pos Metropolitan Rubric.The result of this research indicates that Metropolitan journalists have responsibility for searching, processing, and determining the news contents. The Metropolitan editorial process is open where the journalists could intervene back the news results because there are misinterpretations frequently between editors and journalists. While in running their roles, Metropolitan Journalists have '9 Rukun Iman Jawa Pos' which is used as a guide to do their duties if it is already in line with the concept of the existing principles of journalism. But Metropolitan Journalists are still weak in verification news. The conclusion of this research is, Metropolitan Journalists have an important role in deciding the contents of news, began during the search for news in the field. In deciding the news contents, Jawa Pos Metropolitan editorial openness enables journalists have the rights to determine the contents of the news by running their duties to follow the editorial process until the end so as to produce news that is satisfying as a whole. Abstrak Tujuan Penelitian ini ialah untuk mengetahui Peran Jurnalis Rubrik Metropolitan Jawa Pos dalam menentukan isi berita dengan menggunakan landasan konseptual peran jurnalis dan sembilan prinsip jurnalisme Bill Kovach dan Tom Ronsistiel. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah studi kasus mendalam dengan menganalisa tugas, prinsip jurnalis, serta proses redaksional rubrik Metropolitan Jawa Pos. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jurnalis Metropolitan memiliki tanggung jawab mencari, mengolah, dan menentukan isi berita. Proses redaksional Metropolitan bersifat terbuka namun masih sering terjadi perbedaan persepsi karena kelalaian dalam kerja sama tim yang kurang maksimal. Sedangkan dalam menjalankan perannya, Jurnalis Metropolitan memiliki 9 rukun iman Jawa Pos yang dijadikan pedoman dalam menjalani tugasnya apakah sudah sesuai dengan konsep prinsip jurnalisme yang ada. Namun jurnalis Metropolitan masih lemah dalam verifikasi berita. Simpulan dari penelitian ini adalah jurnalis Metropolitan Jawa Pos memilik peran penting dalam menentukan isi berita. Dimulai pada saat mencari berita di lapangan. Dalam menentukan isi berita, keterbukaan redaksional Metropolitan Jawa Pos menjadikan jurnalis memilki hak dalam menentukan isi berita dengan menjalankan kewajibanya untuk mengikuti

2 proses redaksional sampai akhir sehingga menghasilkan berita yang memuaskan secara keseluruhan. Kata Kunci: Jurnalis, Isi berita, Metropolitan Jawa Pos PENDAHULUAN Profesi jurnalis di era globalisasi teknologi informasi memiliki peran penting bagi masyarakat. Peran jurnalis melalui lembaga pers dianggap sebagai penyempurna demokrasi yang ditempatkan sebagai pilar keempaat setelah lembaga legislatif, ekskutif dan yudikatif pemerintah. Menurut Tjahjo Kumolo, Menteri Dalam Negeri Indonesia saat ini, Walaupun berada di luar sistem politik formal, keberadaan pers memiliki posisi strategis dalam informasi massa, pendidikan kepada publik sekaligus menjadi alat kontrol sosial. Karenanya, kebebasan pers menjadi salah satu tolok ukur kualitas demokrasi di sebuah negara. Dalam iklim kebebasan pers, dapat dikatakan bahwa pers bahkan mempunyai peran lebih kuat dari ketiga pilar demokrasi lain yang berpotensi melakukan abuse of power. Informasi bervisi masa depan, baik dalam hal ekonomi maupun bidang lainya yang disampaikan kepada masyarakat akan sempurna apabila jurnalis berupaya menggali informasi secara mendalam. Pemilihan topik, narasumber, dan penggunaan bahasa merupakan instrumen penting guna mengukur keberpihakan seorang jurnalis terhadap publik. (Ishak, 2014 : 51). Oleh karena itu bagaimana seorang jurnalis dalam memaknai peran dan menjalankan tugasnya perlu dilakukan secara tepat. Seorang jurnalis sejatinya mampu mengikuti perkembangan informasi dan menentukan narasumber yang berkompeten. Tidak semua narasumberdapat member keterangan terhadap segala hal yang berkembang sesuai dengan situasi tertentu. Disinilah peran jurnalis diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan mengedepankan intelektual dan akal yang diaplikasikan dalam praktik jurnalistiknya. Menurut Lih dalam bukunya The Elements of Journalism, Jurnalisme bukan sekedar pekerjaan, tetapi sebuah jalan hidup dimana orang dituntut untuk selalu mencari gagasan baru It s not just a job, it s a way of life and you are always on the look-out for a new idea. Semua yang terlibat dalam kegiatan jurnalisme mempunyai kewajiban yang lebih besar kepada pembaca dibandingkan kepada pasar. Oleh karena itu peran yang dimainkan oleh seorang jurnalis memiliki tanggung jawab sosial yang sangat besar. Abad ke-21 membawa perubahan yang besar dalam jurnalisme. Menurut Luwi Ishwara Wartawan Senior Kompas, dalam bukunya Jurnalisme Dasar; untuk bertahan hidup, orang-orang yang bergerak dibidang pemberitaan, mulai merumuskan kembali keempat elemen pemberitaan, yaitu wartawan, pesan, media, dan audience. Audience bukan lagi sekedar pemirsa, pembaca, atau pengguna, audience kini dapat menjadi produsen sebuah berita (Ishwara, 201: 11). Salah satu perubahan yang terjadi adalah munculnya media massa jenis baru seperti portal media online dan sejenisnya yang merupakan produk baru dari kemajuan teknologi informasi. Perubahan ini memunculkan berbagai dampak dalam industri media massa. Keberadaan media konvensional seperti surat kabar pun dianggap akan mengalami penurunan jumlah konsumen. Namun, menurut Tom Rosenstiel dalam Editor & Publisher mengatakan kemajuan teknologi ini bukan ancaman bagi jenis media massa yang telah ada sebelumnya seperti media konvensional surat kabar. Ia mengatakan hal ini justru merupakan suatu kesempatan dimana garis-garis antara berita, hiburan, iklan, propaganda, dan lain-lainya menjadi kabur. Oleh karena itu, sampai saat ini surat kabar masih dianggap sebagai media yang memiliki tingkat akurasi dan sumber yang lebih jelas (Ishwara, 2011: 10). Hikmat Kusumaningrat dalam bukunya Jurnalistik Teori & Praktik mengatakan, dalam organisasi surat kabar dimana pun sebelum seorang wartawan diturunkan ke lapangan, ia harus

3 lebih dulu mendengarkan dari redakturnya apa-apa yang dihasilkan rapat redaksi di pagi hari seputar berita-berita yang perlu diliput. Rapat redaksi ini dilakukan dengan tujuan menentukan berita-berita apa saja yang akan mengisi halaman-halaman surat kabar mereka esok hari (Kusumaningrat, 2012: 72). Jawa Pos salah satu harian dengan oplah terbesar di Indonesia tercatat sebagai memiliki reputasi baik sebagai salah satu harian surat kabar Indonesia dengan markas besarnya di Surabaya. Tidak hanya menjadi surat kabar yang paling laris di Surabaya, Jawa Pos mampu memberi pengaruh yang besar bagi pembacanya atas informasi yang dituliskan dalam rubrikrubrik harian tersebut. Hal ini dibuktikan dengan respon masyarakat Surabaya yang tidak hanya menjadikan Jawa Pos sebagai surat kabar nomor satu yang paling banyak dibaca berdasarkan survey AC Nielsen. Kepercayaan masyarakat pada Jawa Pos pun terasa saat pemimpin Jawa Pos Dahlan Ishkan dijadikan tersangka kasus korupsi, ratusan massa di Surabaya turun ke jalan berdemo membela Raja Jawa Pos tersebut. Peristiwa ini memnunjukkan bahwa Jawa Pos memiliki kekuatan dalam mempengaruhi kepercayaan para pembacanya. Disaat terpaan digitalisasi media yang berkembang sangat pesat, pada desember 2012 Jawa Pos memperluas sirkulasinya ke wilayah Jakarta dan mendirikan kantor bertempat di Gedung Graha Pena Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Meskipun telah memiliki nama besar di Surabaya, bukan hal yang mudah bagi Jawa Pos dalam menghadapi pasar pasar Jakarta. Jawa Pos adalah pemain baru yang memiliki banyak pesaing hebat baik dari media surat kabar maupun jenis media pemberitaan lainya. Dalam strategi pemasaranya di wilayah Jakarta, Jawa Pos menambahkan rubrik Metropolitan. Rubrik Metropolitan merupakan rubrik khusus yang menyajikan berita yang khusus ditujukan bagi pembaca wilayah Jakarta. Rubrik ini memiliki orientasi berita yang berkaitan dengan kota Jakarta. Sebagai rubrik khusus bagi pembaca di Jakarta, rubrik ini menjadi salah satu rubrik yang berpengaruh dalam memikat pembeli di pasar Jakarta. Peran jurnalis rubrik ini pun menjadi bagian yang penting dalam menentukan isi berita rubrik Metropolitan Jawa Pos. Dalam menentukan isi berita jurnalis Jawa Pos dituntut untuk dapat menyajikan berita yang mempunyai kekhususan bagi kebutuhan, minat, dan kedekatan dengan pembaca kota Jakarta. Selain melaporkan sebuah berita, jurnalis Jawa Pos mempunyai kewajiban peran yang tidak kalah penting dari bagian lainya didalam redaksi. Proses pencarian berita, penentuan isi berita pada awalnya berada pada tangan jurnalis, bukan redaktur maupun tingkatan atas setelahnya. Untuk itu bagaimana pemahaman jurnalis mengenai sebuah informasi dan prinsip jurnalisme yang benar menjadi faktor yang sangat menentukan dalam pemuatan hasil berita dalam sebuah rubrik. Hal ini menarik minat penulis untuk melakukan penelitian mengenai peran jurnalis Jawa Pos dalam menentukan isi berita. Untuk melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian studi kasus mendalam. Pemilihan metode di nilai dapat menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa terhadap sesuatu yang diteliti. Melalui pertanyaan penelitian yang demikian, substansi mendasar yang terkandung di dalam kasus yang diteliti dapat digali dengan mendalam (Yusuf, 2014: 340). Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimana sesungguhnya para jurnalis tersebut menjalankan perannya terutama ketika menentukan isi dari berita. METODOLOGI Penelitian ini dimulai dengan pemahaman peran jurnalis dalam menjalankan, mengolah, menentukan isi berita serta proses penyuntingan redaksional hingga akhirnya menghasilkan rubrik Metropolitan akan dikaji dengan landasan konseptual yang telah dipaparkan pada bab dua sebelumnya yaitu prinsip jurnalisme serta konsep dan nilai berita.

4 Obyek dalam penelitian kali ini yaitu rubrik Metropolitan Jawa Pos dalam Menentukan Isi Berita yang dilakukan pada tangggal 9 februari 9 mei Teknik pengumpulan data yaitu wawancara yang merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Selain itu penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Maka dari itu penulis memakai coding untuk dapat menganalisis data yang terdiri dari open coding, axial coding dan selective coding. Dalam keabsahan data sendiri, penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dimana menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data dari beberapa sumber terdebut kemudian dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis akan menghasilkan kesimpulan yang selanjutnya akan diminta kesepakatan (member check) dengan beberapa sumber data tersebut. HASIL DAN BAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis, untuk menjadi seorang jurnalis disini latar belakang mahir jurnalisme bukan hal utama yang harus dimiliki sejak awal. Kemampuan jurnalis hanya dinilai secara general diawal dengan mempertimbangkan indeks prestasi akademis dan hasil tes masuk. Oleh karena itu menjalankan perannya terdapat kekhawatiran para jurnalis baru tidak paham akan prinsip jurnalisme. Pemahaman peran jurnalis berkembang bersama pemahaman diri dan pembelajaran yang diberikan oleh redaksional. Redaksi lebih banyak mengambil peran jurnalis apabila jurnalis tersebut masih kurang mahir dalam menuliskan beritanya dengan baik. Namun semakin jurnalis mampu menjalankan tugasnya dengan benar, dan mampu mengatasi antara tuntutan pekerjaan dan prinsip jurnalismenya maka campur tangan redaksi menjadi berkurang. Dalam menjalankan perannya jurnalis tidak bisa terlepas dari hubungan interaksi sosialnya dengan redaksi, narasumber, dan pembaca. Dalam menjalankan perannya target utama para jurnalis Rubrik Metropolitan adalah pembaca. Untuk mencapai kelompok target pembaca yang banyak, hubungan baik antara jurnalis dengan narasumber sebagai pemberi materi berita dan redaksi sebagai penyunting berita harus berjalan dengan baik. Para jurnalis menilai bahwa berita yang baik adalah berita yang diinginkan oleh pembaca, namun jurnalis juga tidak dapat terlepas dari kebijakan yang telah dibuat oleh redaksional. Menurut konsep peran yang banyak di pengaruhi oleh pandangan Mead menyatakan bahwa memang hubungan aktor-target adalah

5 untuk membentuk identitas aktor yang dalam hal ini dipengaruhi oleh penilaian sikap orangorang lain (target) yang telah digeneralisasikan oleh aktor. (Mulyana, 2013:75) Keseharian jurnalis Metropolitan pada umumnya sama dengan jurnalis lainya yakni, mencari, mengolah, dan menuliskan sebuah berita. Dalam sehari jurnalis diminta untuk dapat menyetor tiga berita. Selain itu, para jurnalis disini juga mendapat tugas mingguan untuk menulis laporan khusus (Lapsus) yang dikerjakan oleh tim berisikan tiga orang jurnalis yang telah dibentuk di rapat redaksional mingguan. Lapsus merupakan berita yang telah direncanakan sebelumnya, untuk berita ini disediakan kolom yang cukup besar dalam rubrik sehingga berita yang dituliskan pun harus dalam dan biasanya bersifat deskriptif. Selain itu jurnalis juga mempunyai tugas mandiri untuk mampu menulis berita human interest. Berita human interest di Rubrik ini ditulis dalam kolom box sehingga disebut dengan berita box. Berita box biasanya menyangkut profile seseorang yang menarik. Ide berita box diusulkan langsung oleh para jurnalis di rapat redaksi mingguan dan dibahas oleh redaktur untuk disetujui. Redaktur membatasi untuk tidak mengambil berita box yang mencerminkan kesusahan seseorang atau suatu keadaan yang buruk. Berita buruk harus diangkat dari sisi baiknya. Meskipun berada diurutan paling bawah struktur organisasi, jurnalis Metropolitan memiliki andil yang besar bagi perusahaan. Jurnalis Metropolitan diberi kebebasan dalam menentukan isu yang ingin ia liput tiap harinya, ini didasari oleh jurnalis yang lebih mengetahui kondisi dan perkembangan isu lapangan. dan arahan redaksi hanya pada isu-isu besar. Hal ini sesuai dengan prinsip jurnalisme ke sembilan yang dipaparkan oleh Bill Kovach dan Tom Ronsistel bahwa seorang jurnalis diperbolehkan mengikuti hati nurani mereka. Untuk itu setiap jurnalis harus memiliki rasa etika dan tanggung jawab personal. Agar hal ini bisa terwujud, keterbukaan redaksi adalah hal yang penting (Ishwara, 2011:25). Kebebasan jurnalis ini diharapkan agar jurnalis berkembang secara mandiri dan menjadi jurnalis yang cerdas. Dalam menjalankan perannya jurnalis dituntut mengembangkan pengetahuanya tanpa henti karena itu merupakan ciri jurnalistik yakni, skeptis, bertindak, berubah, dan merupakan seni dan profesi yang mensyaratkan para jurnalis selalu melihat dengan mata yang segar dalam setiap peristiwa agar mampu menangkap aspek-aspek yang unik. Setiap halaman berita di rubrik Metropolitan memiliki jurnalis dan redakturnya masingmasing. Sehingga setiap jurnalis memiliki tugas meliput berita dengan tema yang sama setiap harinya. Misalkan halaman lifestyle, para jurnalisnya selalu meliput berita tentang lifestyle. Halaman kirninal jurnalisnya hanya meliput berita kriminal dan halaman around jakarta jurnalisnya meliput berita tentang peristiwa dan masalah perkotaan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis, proses redaksional Metropolitan memiliki sistem hubungan kerja yang kekeluargaan. Setiap hari redaksional mengadakan rapat sore untuk menentukan berita yang layak diterbitkan berdasarkan listing judul berita yang disetorkan para jurnalis sebelum pukul WIB. Sebelumnya pada proses pencarian berita di lapangan para redaktur juga dapat berperan mengarahkan para jurnalisnya dalam meliput berita. Apabila ada perencanaan atau agenda setting itu direncanakan diawal sehingga para jurnalis dapat memenuhi kebutuhan isi berita yang diinginkan. Pada kenyataanya berita yang telah dipilih pada rapat sore masih dapat berubah. Perubahan itu dapat terjadi setelah para redaktur melihat keseluruhan isi berita yang telah diselesaikan oleh jurnalis sebelum pukul WIB. Berita yang dipilih dapat gagal terbit jika isinya tidak memenuhi nilai berita yang layak tayang atau berita yang tadinya tidak terpilih berdasarkan listing judul dapat naik cetak jika ternyata isinya bagus.

6 Setelah selesai diedit oleh tiap redaktur, isi berita kembali ditinjau oleh editor bahasa. Editor bahasa memiliki fungsi untuk membenarkan setiap kalimat yang digunakan dalam berita tersebut dan Jawa Pos memiliki buku saku yang berisi kamus penggunaan bahasa yang digunakan dalam penulisan berita di surat kabar ini agar selalu seragam ketika dibaca oleh pelangganya. Apabila seluruh berita telah melalui tahap tersebut, berita harus disesuaikan dengan kolom yang tersedia pada halamanya masing-masing. Tak jarang isi berita harus kembali disesuaikan dengan kolom tersebut.apabila kolom tidak muat maka berita haus diedit kembali menjadi lebih sedikit atau ketika berita tidak memenuhi kolom biasanya akan ditambahkan sebuah ilustrasi gambar atau grafis yang dibuat oleh bagian desain. Tampilan halaman rubrik Metropolitan juga tidak kaku yang artinya dapat dibentuk kreatif dengan potongan gambar yang tidak harus berbentuk kotak. Tentunya pada tahap ini seluruh bagian bekerja sama untuk menghasilkan isi dan tampilan yang sesuai. Terakhir, sebelum naik cetak, keseluruhan berita akan dibaca oleh kepala kompartemen dan kepala redaksi. Hal yang sudah seharusnya dilakukan oleh mereka karena nantinya merekalah yang bertanggung jawab ketika berita itu sudah terbit. Seluruh proses redaksional Metropolitan menghasilkan nilai dari setiap kinerja yang dilakukan karyawanya. Kinerja jurnalis akan diberi nilai oleh redakturnya berdasarkan berita yang telah ia buat, kinerja redaktur akan dinilai oleh kepala redaksi berdasarkan halaman berita yang telah dihasilkanya. Pada proses redaksional ada tiga tahap penting yang berkenaan dengan peran jurnalis yakni, tahap pencarian berita, tahap pengolahan berita dan tahap penyuntingan redaksi. Tahap pencarian berita adalah tahap utama yang dilakukan jurnalis dalam menjalankan tugas. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pencarian berita yang dilakukan oleh jurnalis Metropolitan dapat dilakukan dengan beberapa cara. yakni dengan mengikuti isu yang sedang berkembang, mendatangi undangan media yang dikirimkan ke redaksi, serta berhubungan dengan narasumber yang dianggap dapat memberi informasi yang dapat diangkat. Untuk itu menjalin kerjasama yang baik dengan narasumber adalah hal yang harus diperhatikan seorang jurnalis. Namun menjaga indepensi dan objektifitas narasumber juga harus ditegakan oleh seorang jurnalis. Menentukan narasumber dapat mempengaruhi hasil berita yang komperhensif dan proposional. Proposional berarti seimbang dan sebanding. (Ishwara, 2011:25) Setelah mengetahui berita apa yang ingin diliput, tidak semua jurnalis berbekal pengetahuan yang cukup untuk meliput berita tersebut. Untuk itu menjadi catatan penting bagi para jurnalis untuk selalu melakukan persiapan sebelum datang ke lapangan dan melakukan wawancara dengan narasumber. Hal menarik ditemukan oleh penulis yang didapat dari 4 informan jurnalis memilih diam saat tidak mengerti sebuah isu yang ia liput. Jurnalis Metropolitan memilih untuk mengerti dari sumber lain dan tidak bertanya pada sumber utama pada saat wawancara. Padahal, intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi. Kunci bagi seorang jurnalis agar terhindar dari penurunan nilai sebuah berita adalah dengan jujur tentang keterbatasan pengetahuanya dan keterbatasan daya pemikiranya. (Ishwara, 2011:22) Setelah mencari berita di lapangan, tahapan selanjutnya yang dilakukan oleh jurnalis adalah mengolah berita tersebut menjadi sebuah berita. Dalam mengolah berita biasanya para jurnalis memperkaya isi dengan mencari referensi tambahan melalui browsing internet. Browsing internet juga dilakukan untuk menghindari pengambilan angle yang sama dengan media online. Menghindari penulisan yang sama dengan online sangat diperhatikan oleh para jurnalis, walaupun konteksnya sama isi berita jurnalis Metropolitan setidaknya harus lebih detail. Selain itu jurnalis juga mengolah berita mulai dari sisi yang dianggapnya paling menarik. Dalam mengolah berita persepsi jurnalis sangat menentukan dan hal yang paling dimengerti akan

7 dijadikan fokus penulisan dan biasanya akan menghilangkan isi yang tidak begitu dipahami. Angle lain menjadi penekanan bagi jurnalis dalam mengolah berita. Dalam mengolah berita, ada dua target yang harus diperhatikan oleh seorang jurnalis. Pertama adalah kepada pembaca dan yang kedua adalah kebijakan redaksi. Seorang jurnalis harus mampu mengolah berita menjadi menarik dan relevan. Berita yang baik adalah berita yang dekat dengan pembacanya. Hal ini sesuai dengan apa yang diterangkan oleh Stieler dan Lipmann mengenai salah satu unsur nilai berita yakni, kedekatan (Proximity). Kedekatan berita secara geografis akan menarik perhatian. Namun kedekatan juga bukan hanya secara fisik tapi juga kedekatan emosional. (Kusumaningrat, 2012:63) Sedangkan pada redaksional juga harus menjadi pertimbangan jurnalis dalam mengolah berita. Berdasarkan pengamatan penulis, kebijakan redaksional Jawa Pos masih bersifat general tanpa menguntungkan kepentingan tertentu. Misalkan, isi berita tidak boleh terlalu makro karena rubrik Metropolitan hanya terfokus pada Ibu kota Jakarta dan berita kelas menengah keatas yang menjadi orientasi redaksional Metropolitan. Setiap redaksi pasti memiliki agenda seting dan biasanya agenda setting tersebut melalui perencanaan dan diskusi dengan para jurnalisnya. Akan sulit bagi seorang jurnalis yang tidak memikirkan kebijakan redaksi, karena redaksi lah yang memilih (Gate Keeper) berita tersebut dinaikan atau tidak. Menentukan apakah suatu berita memiliki nilai berita sesungguhnya merupakan tahap awal dari proses kerja redaksional. Namun pada tahap akhir sambil dilakukan penyuntingan, dilakukan pula pemerkayaan terhadap berita. (Kusumaningrat, 2012:72) Banyak unsur yang dapat memperkaya nilai berita. Seperti kejelasan isi berita, unsur kejutan, kedekatan secara geografis, dampak dan konflik persoalanya. Jika diringkaskan, nilai berita itu tidak lebih daripada asumsi-asumsi intiutif jurnalis tentang apa yang menarik bagi khalayak yang ditujunya. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis, peran yang dijalankan oleh redaktur Metropolitan memang memiliki fungsi untuk memperkaya nilai berita. Biasanya dalam memperkaya berita redaktur juga menyesuaikan dengan gaya bahasa yang menjadi ciri khas Jawa Pos. Dalam menuliskan beritanya Jawa Pos menggunakan bahasa tutur atau bahasa keseharian. Biasanya redaktur memiliki perbendaharaan kata yang lebih banyak untuk mempercantik tulisan. Seorang redaktur diharapkan mampu memperkaya isi berita dengan pengetahuan dan pengalamanya yang lebih banyak. Penambahan nilai dalam sebuah berita juga tidak bisa bebas dilakukan oleh seorang redaktur karena yang membedakan sebuah berita dengan tulisan lainya adalah isi berita memerlukan sumber. Apabila terdapat kekurangan dalam isi berita memang bisa saja redaktur menambahkan dari data sekunder namun jika redaktur juga tidak dapat memperkaya nilai berita tersebut maka jurnalis lah yang harus kembali mencari kelengkapan isi yang kurang. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, redaktur Metropolitan menerapkan sistem terbuka dalam melakukan penyuntingan berita. Artinya, berita yang telah diedit oleh redaktur dapat ditinjau kembali oleh jurnalisnya. Para informan juga mengakui bahwa konflik yang sering terjadi antara redaktur dan jurnalisnya adalah ketika terdapat perbedaan persepsi dalam menuliskan isi berita. Jika diringkaskan, banyak unsur yang dapat memperkaya nilai berita. Seperti kejelasan isi berita, unsur kejutan, kedekatan secara geografis, dampak dan konflik persoalanya. Nilai berita itu tidak lebih daripada asumsi-asumsi intiutif jurnalis tentang apa yang menarik bagi khalayak yang ditujunya.

8 Dalam mengedit berita seorang redaktur diharapkan tidak mengubah makna dari berita tersebut dan menjadi tanggung jawab jurnalis pula untuk mengawal agar hal tersebut tidak terjadi. Pada kenyataanya, berdasarkan hasil pengamatan penulis, banyak jurnalis yang tidak menunggu hasil akhir beritanya yang akan dimuat. Sebuah prinsip yang dipegang oleh tiap jurnalis menjadi patokan penting ketika ia menjalankan perannya dan akan sangat mempengaruhi hasilnya. Teori prinsip jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rosenstiel merupakan acuan untuk mewujudkan tujuan utama jurnalisme. Dalam prinsip jurnalisme dijelaskan bahwa, kewajiban pertama jurnalisme adalah kebenaran. Para jurnalis Metropolitan paham akan prinsip kebenaran ini. Akan menjadi boomerang bagi seorang jurnalis apabila ia menyampaikan berita tidak sesuai dengan fakta. Ia tidak bekerja sendiri, media massa lain tentunya memiliki kemungkinan untuk menghadirkan berita yang sama dan apabila seorang jurnalis merubah sebuah fakta maka tidak hanya jurnalis tersebut yang malu, tapi juga dapat mempermalukan citra medianya. Antar media pun menjadi pengawas untuk menjunjung tinggi prinsip kebenaran. Prinsip kedua adalah loyalitas utama jurnalis adalah kepada warga. Prinsip ini sangat dijiwai oleh jurnalis Metropolitan karena tujuan pembaca rubriknya terfokus jelas kepada pembaca Jakarta. Jurnalis Metropolitan dituntut untuk membuat berita yang dekat dengan pembaca Jakarta dan prinsip yang dipegangnya akan berita yang menarik adalah berita yang diinginkan oleh pembacanya. Prinsip ketiga adalah intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi. Pada prinsip ini para jurnalis sering mengabaikan perolehan sumber utama jika memungkinkan ada sumber lain yang lebih mudah didapatkan. Hal ini sering berbenturan dengan waktu yang membatasi jurnalis, pengetahuan dan pemahaman jurnalis. Tidak semua jurnalis mampu mendatangi seluruh narasumber dari tiga berita yang harus dibuatnya setiap hari. Biasanya jurnalis Metropolitan akan melakukan wawancara melalui telepon jika tidak memungkinkan untuk bertemu langsung dengan narasumber. Ini akan mengurangi akurasi berita karena wawancara yang baik adalah dilakukan dengan cara bertemu langsung dengan narasumber. Ketika tidak memahami sebuah isu juga para jurnalis Metropolitan cenderung tidak berani untuk bertanya saat wawancara dan memilih untuk memahami berita tersebut dari sumber lain yang justru bukan sumber utama dari berita tersebut. Seorang jurnalis seharusnya memiliki rasa rendah hati untuk jujur terhadap keterbatasan dan kemampuan pengetahuanya. Prinsip keempat jurnalisme adalah jurnalis harus menjaga indepedensi terhadap sumber berita. Para jurnalis Metropolitan menjaga indepedensi berita dengan cara menghadirkan berita secara seimbang. Jurnalis Metropolitan berusaha untuk menyampaikan berita yang tidak hanya dari satu pihak. Namun, indepedensi bukanlah tentang netralitas, seorang jurnalis bisa saja tidak netral namun semua itu harus mencakup sumber yang kredibel, sesuai fakta, kejujuran, intelektual, kemampuan menyampaikan informasi, dan bukan kesetiaan pada kelompok tertentu. (Ishwara, 2011:23) Prinsip kelima jurnalis harus menjadi pemantau kekuaasan. Tidak semua jurnalis Metropolitan bertugas menjadi pemantau kekuasaan karena perbedaan desk berita. Seorang jurnalis lifestyle Metropolitan jauh dari fungsi jurnalis sebagai pemantau kekuasaan namun jika ditelaah lebih dalam berita yang dihadirkan secara tidak langsung dapat mempengaruhi para pemangku kekuasaan untuk bertindak. Lain lagi dengan jurnalis desk politik pemerintahan yang sering menjadi watchdog para penguasa utamanya pemerintah. Sedangkan jurnalis around menitikberatkan perannya sebagai pelayan publik dengan menghadirkan berita yang terfokus terhadap masalah perkotaan di Jakarta.

9 Prinsip keenam adalah jurnalisme harus menyediakan forum kritik dan komentar publik. Rubrik Metropolitan tidak memiliki kolom opini publik karena koran Jawa Pos telah memiliki halaman opini tersendiri. Komentar publik yang dihadirkan oleh rubrik Metropolitan hanya sebagai narasumber yang mewakili pandangan public. Prinsip ketujuh adalah jurnalis harus membuat hal penting menjadi menarik dan relevan. Berita yang penting belum tentu menarik pembacanya untuk mau membaca berita tersebut sedangkan berita yang tidak penting dapat menjadi menarik apabila jurnalis mampu mengolah berita tersebut menarik minat pembaca. Membuat berita yang tidak penting menjadi menarik untuk dibaca harus mampu dilakukan oleh seorang jurnalis karena belum tentu setiap hari ada berita penting. Untuk membuat beritanya menjadi menarik, redaksi Metropolitan tidak hanya mengandalkan isi berita tapi juga menambahkan unsur ilustrasi, foto maupun grafis. Selain menarik berita tersebut juga harus relevan karena meskipun menarik namun tidak relevan berarti berita tersebut gagal diolah oleh seorang jurnalis. Berita yang relevan adalah berita yang bisa diterima logika pembaca atau berdasarkan deskripsi yang jelas. Prinsip kedelapan adalah jurnalis harus menyiarkan berita yang komperhensif dan proposional. Komperhensif dan proposional adalah kunci utama untuk mencapai akurasi. Komperhensif berarti luas dan menyeluruh dan proposional adalah berarti seimbang dan sebanding. Maka sebaiknya fakta yang disampaikan kepada pembaca berimbang dan detail. Jurnalis Metropolitan menyadari bahwa menulis berita secara detail adalah keharusan karena itulah yang membedakan tulisan media surat kabar dengan media online. Sebagai jurnalis yang bekerja di media surat kabar, tidaklah cukup hanya memenuhi 5w+1h karena jika hanya seperti itu berita koranya akan basi. Prinsip kesembilan jurnalis diperbolehkan mengikuti nurani mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa persepsi pribadi pasti akan mempengaruhi jurnalis dalam menentukan isi berita. Mengikuti nurani bukan berarti jurnalis secara bebas menyampaikan pendapatnya. Biasanya dalam mewawancarai narasumber, jurnalis cenderung mengarahkan jawaban pada opini yang dimilikinya. Koran Jawa Pos juga memiliki prinsip buatanya sendiri yang diberi nama Sembilan Rukun Iman Jawa Pos. Kesembilan rukun iman ini memiliki konteks yang sama dengan teori Bill Kovach dan Tom Rosesntiel walau tidak sama secara keseluruhan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis, prinsip jurnalisme yang digunakan oleh para jurnalis Metropolitan sangat mengacu pada sembilan rukun iman tersebut, yakni berita tersebut harus hangat. Hangat berarti berita tersebut tengah menjadi buah bibir dan sedang happening (digandrungi). Kedua walaupun sulit para jurnalis dituntut untuk mencari berita terbaru dan menjadikan berita tersebut pertama kali diangkat. Biasanya untuk mendatkan berita seperti ini jurnalis harus mencari isu sendiri. Ketiga, ekslusif adalah ketika jurnalis mampu menghadirkan berita yang tidak dapat dihadirkan oleh media lain. Ekskusif bisa datang dari narasumber yang diwawancarai secara pribadi. Keempat adalah magnitude. Berita yang bernilai adalah berita yang memiliki dampak luas. Kelima adalah proximity adalah kedekatan. Prinsip ini juga sangat diperhitungkan oleh rubrik Metropolitan karena sudah jelas bahwa target pembacanya adalah masyarakat Jakarta. Keenam adalah tokoh, yang dimaksud dengan tokoh tidak hanya orang melainkan sebuah merek juga dapat menjadi objek tokoh. Ketujuh adalah misi, berita yang baik adalah berita yang memiliki misi. Misi tersebut banyak ragamnya, utamanya adalah pemberi informasi kepada masyarakat. Kedelapan adalah unik. Berita yang unik adalah berita yang pasti menarik perhatian pembaca. Unsur unik dapat diperoleh dari point kesembilan yakni angle lain. Point terkahir

10 menjadi penting bagi koran Jawa Pos karena koran terbit dipagi hari, dan media lain seperti televisi dan online dapat menayangkanya lebih dulu. Untuk itu menulis berita dengan angle lain harus diusahakan para jurnalis. Dalam Rukun Iman Jawa Pos juga dipaparkan, Jawa Pos menganut American Style yang memiliki pendekatan luas. Contohnya, dalam membuat berita Jawa Pos mengutamakan berita bisnis yang titik beratnya adalah berita korporasi. Berita ini akan dibaca pengambil keputusan, dibaca pebisnisnya, dibaca konsumen fanatiknya, dibaca kompetitornya. Menghadapi gempuran berita online, konsep hangat dalam rukun iman Jawa Pos diperbarui.,ukuran hangat bukan lagi berdasarkan timeline tapi magnitude berita. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan oleh penulis dapat disimpulkan pada point-point berikut: 1. Jurnalis memiliki peran penting dalam redaksional rubrik Metropolitan Jawa Pos. Jurnalis memiliki tanggung jawab peliputan berita di lapangan, kemudian mengolah dan menyajikan beirta tersebut secara menarik kepada pembaca. 2. Dalam menjalankan perannya, hasil pekerjaan jurnalis bergantung pada proses interaksinya dengan narasumber dan tim redaksionalnya. Narasumber merupakan target jurnalis dalam memperkaya nilai berita yang diperlukan dalam setiap berita. Sedangkan setiap pihak dalam tim redaksional memiliki keterkaitan satu sama lain dimana unsur komunikasi yang baik dapat mendukung kelancaran proses produksi rubrik Metropolitan Jawa Pos. 3. Sistem redaksional Metropoltan bersifat terbuka, dimana jurnalis memiliki hak dalam menentukan isi berita dan menyuarakan indepedensinya dengan menjalankan kewajibanya untuk mengikuti seluruh proses produksi berita hingga akhir. Dalam menentukan isi berita, jurnalis memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan berita sesuai dengan prinsip jurnalisme. Jurnalis Rubrik Metropolitan Jawa Pos telah paham sebagian besar prinsip jurnalisme yang ada dan diterapkan ketika para jurnalis menjalankan tugas-tugasnya. 5.2 Saran Berdasarkan simpulan diatas, maka peneliti juga memberikan beberapa saran yang diharapkan berguna bagi jurnalis rubrik Metropolitan, penelitian selanjutnya dan kepada masyarakat luas. 1. Dalam menjalankan tugasnya, seorang jurnalis harus memiliki disiplin kerja yang tinggi akan waktu, wawasan yang luas dan selalu mengembangkan wawasan tersebut. 2. Sebagai seorang jurnalis harus membekali dirinya akan pemahaman konsep dan nilai berita serta menyesuaikan diri pada tiap prinsip jurnalisme guna mengedepankan orientasinya terhadap pembaca. 3. Dalam menentukan isi berita, membangun kerjasama dan komunikasi dengan setiap tim redaksi harus selalu diterapkan sesuai dengan hak dan kewajibanya guna memperlancar proses produksi dan memperoleh hasil berita yang memuaskan secara keseluruhan.

11 4. Untuk penelitian selanjutnya, skripsi ini dapat dikembangkan dengan menganalisis isi konten berita yang disajikan jurnalis guna menambah hasil penelitian yang lebih komperhensif. REFERENSI Ardianto, Elvinaro. & Bambang Q-Anees (2014). Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung : PT Simbiosa Rekatama Media. Bungin, Burhan, (2006). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Teknologi di Masyarakat. Jakarta: Kencana. Cangara, Hafied H, (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Effendy, Onong.Uchjana. (2013). Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ishak, Saidulkarnain. (2014). Jurnalisme Modern. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Ishwara, Luwi. (2011). Jurnalisme Dasar. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Kusumaningrat, H., & Kusumaningrat, P. (2012). Jurnalistik, Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moeleong, L.J. (2014). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Rosda. Morissan, Andy Corry, Farid Hamid, (2010). Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia. Nurudin, (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Sarwono, S.W. (2011). Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers. Sumadiria Haris, (2006). Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feauture. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Yusuf, Muri. (2014). Metode Penelitian. Jakarta: Kencana. Yin, Robert K Case Study Research: Design and Methods. California: Sage Publication.

12 RIWAYAT PENULIS Arlin Rahmadini Giantri Putri lahir di Jakarta pada 8 April Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ilmu Komunikasi Pemasaran peminatan Digital Journalism pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi jurnalis di era globalisasi teknologi informasi memiliki peran penting bagi masyarakat. Peran jurnalis melalui lembaga pers dianggap sebagai penyempurna demokrasi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rossenstiel merupakan salah

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rossenstiel merupakan salah BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rossenstiel merupakan salah satu pedoman yang digunakan media dan para wartawan untuk menjalankan tugas jurnalistiknya. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informasi menjadi suatu kebutuhan yang tidak lepas dari kehidupan manusia, apalagi pada zaman sekarang yang sudah semakin modern membuat kebutuhan akan informasi

Lebih terperinci

Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas

Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas (Analisis Isi Penerapan Etika Jurnalistik pada Berita Daerah Istimewa Yogyakarta di Portal Komunitas Suarakomunitas.net periode Januari Desember 2013) Yosephine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat keterkaitannya dengan masyarakat luas, menjadi salah satu pilar perubahan suatu negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kata infotainment merupakan neologisme, atau kata bentukan baru yang menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya infotainment adalah informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi semakin berkembang dengan cepat dan pesat. Semakin maju kemampuan teknologi maka juga berpengaruh pada

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita)

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita) BAB III PENYAJIAN DATA A. Penyajian Data Berikut ini penyajian data berdasarkan penelitian yang dilakukan di harian surat kabar Pekanbaru Pos. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut

Lebih terperinci

Priska / Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Priska / Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta PEMBERITAAN GEBRAKAN 100 HARI JOKOWI-BASUKI DI MEDIA ONLINE KOMPAS.COM (Studi Analisis Isi Fungsi Media pada Pemberitaan Gebrakan 100 Hari Jokowi-Basuki dalam Liputan Khusus di Media Online Kompas.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan pertentangan antara warga setempat dengan perusahaan swasta terkait dengan akses dan kepemilikan lahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi telah menjadi kebutuhan masyarakat di era modern. Informasi menambah pengetahuan masyarakat dan membantu mereka membuat keputusan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, media baru (internet) berkembang dengan pesat setiap tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan ketersediaan infrastruktur

Lebih terperinci

PENULISAN BERITA TELEVISI

PENULISAN BERITA TELEVISI Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi PENULISAN BERITA TELEVISI KAIDAH DAN PRINSIP JURNALISTIK, KODE ETIK JURNALISTIK TELEVISI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat

BAB I PENDAHULUAN. proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media televisi sebagai media komunikasi massa adalah mengutamakan suatu proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat lainnya saat yang

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMBELAJARAN

RANCANGAN PEMBELAJARAN RANCANGAN PEMBELAJARAN 1. Institusi : FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2. Tahun Akademik : 2011/2012 3. Semester : IV 4. Nama dan Kode Mata Kuliah : Jurnalistik Media Cetak (SPK 2207) 5. SKS : 2 6. Pengampu

Lebih terperinci

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam bahasa Prancis yang berarti hari (day). Asalmuasalnya dari

Lebih terperinci

PERAN PRODUSER DALAM PROGRAM BERITA INDONESIA TERKINI DI LPP TVRI

PERAN PRODUSER DALAM PROGRAM BERITA INDONESIA TERKINI DI LPP TVRI PERAN PRODUSER DALAM PROGRAM BERITA INDONESIA TERKINI DI LPP TVRI TEGUH HERI SANDI Universitas Bina Nusantara Jl Rawa Papan Rt04/003 no 17 A (081219701890) Dosen Pembimbing : Drs. Raden Damianus Cosmas

Lebih terperinci

Hendry Ch Bangun Wakil Pemred Warta Kota Sekolah Jurnalisme Indonesia 2012

Hendry Ch Bangun Wakil Pemred Warta Kota Sekolah Jurnalisme Indonesia 2012 Hendry Ch Bangun Wakil Pemred Warta Kota Sekolah Jurnalisme Indonesia 2012 Biodata Hendry Ch Bangun Lahir di Medan, 26 November 1958 Lulusan Fakultas Sastra UI tahun 1982 Menjadi wartawan Majalah Sportif

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Jurnalisme memiliki makna penting dalam proses politik di suatu negara. Peran penting ini semakin terasa di kala pemilihan umum, dimana masyarakat menggantungkan akses informasinya

Lebih terperinci

B A B III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen

B A B III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen 44 B A B III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan metode penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di dunia ini mengalami perkembangan, mulai dari informasi, teknologi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media mengandung istilah sebagai sebuah lembaga milik swasta maupun pemerintah yang mempunyai tugas memberikan informasi. Saat ini media merupakan faktor sentral dalam

Lebih terperinci

PERSEPSI JURNALIS TERHADAP CITIZEN JOURNALISM

PERSEPSI JURNALIS TERHADAP CITIZEN JOURNALISM PERSEPSI JURNALIS TERHADAP CITIZEN JOURNALISM (Studi Deskriptif Kuantitatif Persepsi Jurnalis Anggota AJI Kota Medan Terhadap Citizen Journalism) Anindita Marisa Ilham 090904034 ABSTRAK Skripsi ini berjudul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Deskriptif yaitu memberikan gambaran dari suatu gejala sosial tertentu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Deskriptif yaitu memberikan gambaran dari suatu gejala sosial tertentu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat / Tipe Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunaan metode Deskriptif. Menurut Robert K Yin dalam bukunya Studi Kasus Desain dan Metode mengatakan bahwa metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi massa. Wilbur Scramm menggunakan ide yang telah dikembangkan oleh seorang psikolog, yaitu Charles

Lebih terperinci

Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia

Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) penelitian Analisis isi Sampel: Suara Merdeka, Wawasan, Jawa Pos Radar Semarang, Koran Sindo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan masalah pokok yang akan diteliti, yaitu Bagaimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan masalah pokok yang akan diteliti, yaitu Bagaimana 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan masalah pokok yang akan diteliti, yaitu Bagaimana Manajemen Media Relations Humas PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 Jakarta dalam

Lebih terperinci

Media Komunitas Vs Hoax. Ahmad Rofahan Jingga Media Cirebon

Media Komunitas Vs Hoax. Ahmad Rofahan Jingga Media Cirebon Media Komunitas Vs Hoax Ahmad Rofahan Jingga Media Cirebon 10 Prinsip Jurnalistik Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001), dalam bukunya The Elements of Journalism menyebutkan bahwa, ada 10 prinsip prinsip

Lebih terperinci

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan September 2013 Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan jurnalistik. Jurnalistik dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu ingin mengetahui strategi humas Departemen Agama dalam mengkampanyekan penyelenggaraan ibadah haji untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media yang paling mudah dijangkau oleh berbagai kalangan, baik kalangan atas, menengah, maupun kalangan bawah. Harga televisi yang ramah di kantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat dewasa ini mulai berkembang ke arah masyarakat informasi. keberadaan sebuah informasi dianggap sangat penting. Sehingga dengan demikian masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sederhana jurnalistik adalah proses kegiatan meliput, membuat, dan menyebarluaskan berita dan pandangan kepada khalayak melalui saluran media massa (Romli: 2009:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Menurut M. Nazir: Metode penelitian deskriptif ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 49 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian mengenai kajian metodologi pada Strategi Media Relations PT. Televisi Transformasi Indonesia dalam Brand Positioning

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD 1. Goenawan Mohamad Goenawan Mohamad atau GM lahir di Batang, pada tanggal 29 Juli 1941. Saat masih duduk di bangku SMA dalam usia 17 tahun GM menulis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. manusia, suatu objek,suatu sistem kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. manusia, suatu objek,suatu sistem kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu

Lebih terperinci

2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi atau praktek-praktek yang

2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi atau praktek-praktek yang 29 2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi atau praktek-praktek yang berlaku. 3. Membuat perbandingan dan evaluasi. 4. Menentukan apa yang harus dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan konstruktivis dan metodologi riset kualitatif. Pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan konstruktivis dan metodologi riset kualitatif. Pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma atau pendekatan adalah falsafah yang mendasari suatu metodologi riset. 1 Paradigma yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang sangat krusial dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat merasa perlu mengetahui apa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk mencapai persamaan makna melalui pesan dari komunikator ke komunikan, adapun penyampaian pesan tersebut disampaikan

Lebih terperinci

STRATEGI BINUS TV DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SIARAN JURNAL 19

STRATEGI BINUS TV DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SIARAN JURNAL 19 STRATEGI BINUS TV DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SIARAN JURNAL 19 Guntamas Halim Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak TUJUAN PENELITIAN ialah untuk mengetahui bagaimana strategi produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. kekuatan terbesar dalam membuat agenda setting bagi permisanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. kekuatan terbesar dalam membuat agenda setting bagi permisanya. 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini kita tidak bisa melepaskan diri dari media massa. Ini terbukti dari adanya berbagai program komunikasi melalui media massa seperti surat kabar,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. tanggungjawab sosial memiliki asumsi utama bahwa di dalam kebebasan terkandung

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. tanggungjawab sosial memiliki asumsi utama bahwa di dalam kebebasan terkandung BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Teori tanggungjawab sosial dapat diterapkan secara luas karena teori ini meliputi beberapa jenis media massa dan lembaga siaran publik, salah satunya yaitu media

Lebih terperinci

Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom Wartawan profesional tidak sekadar "bisa nulis berita", tapi juga memahami dan menaati aturan yang berlaku di dunia jurnalistik, terutama kode etik jurnalistik. Jika

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. gambaran tentang bagaimana seharusnya pewarta komunitas membuat sebuah

BAB IV PENUTUP. gambaran tentang bagaimana seharusnya pewarta komunitas membuat sebuah BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Kode Etik Pewarta Komunitas hadir sebagai panduan untuk memberi gambaran tentang bagaimana seharusnya pewarta komunitas membuat sebuah berita. Setelah melakukan analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita merupakan tugas pokok wartawan, kemudian menyusunnya menjadi

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: TEORI KOMUNIKASI Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

DASAR DASAR JURNALISTIK

DASAR DASAR JURNALISTIK DASAR DASAR JURNALISTIK Perkembangan jurnalistik Sekilas tentang pengertian dan perkembangan jurnalistik, Assegaff sedikit menceritakan sedikit sejarah. Bahwa jurnalistik berasal dari kata Acta Diurna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berakhirnya pemerintahan orde baru, industri pers di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan informasi dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dapat dikesampingkan. Hal tersebut mendorong manusia untuk mencari informasi dari

Lebih terperinci

oleh Stephani Arum Sari Drs. Mario Antonius Birowo, M.A., Ph.D

oleh Stephani Arum Sari Drs. Mario Antonius Birowo, M.A., Ph.D Pemberitaan Partai Nasional Demokrat dalam Surat Kabar Harian SEPUTAR INDONESIA (Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Pemberitaan Partai Nasional Demokrat dalam Surat Kabar Harian Seputar Indonesia Periode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara khusus, hal ini berarti meningkatkan Sumber Daya Manusia. Salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1962 adalah TVRI ( Televisi Republik Indonesia). Selama 27

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1962 adalah TVRI ( Televisi Republik Indonesia). Selama 27 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stasiun televisi yang pertama kali muncul di Indonesia yaitu pada tahun 1962 adalah TVRI ( Televisi Republik Indonesia). Selama 27 tahun, sejak berdirinya TVRI penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap objek yang diteliti. Secara ontologi aliran ini bersifat critical realism yang

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap objek yang diteliti. Secara ontologi aliran ini bersifat critical realism yang 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma A. Post Positivisme Paradigma ini merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahankelemahan Positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, sudah tak asing lagi kita mendengar kata televisi.

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, sudah tak asing lagi kita mendengar kata televisi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, sudah tak asing lagi kita mendengar kata televisi. Televisi adalah sebuah media elektronik yang menjadi benda warisan ciptaan manusia, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudahnya mendapatkan pilihan informasi sesuai yang mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. mudahnya mendapatkan pilihan informasi sesuai yang mereka butuhkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi komunikasi massa mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dari mudahnya berkomunikasi jarak jauh, informasi dan peristiwa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal Batu Televisi (Batu TV) Kota Batu Jawa Timur pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penyusunan karya ilmiah (skripsi) tidak lepas dari penggunaan metode penelitian sebagai pedoman agar kegiatan penelitian terlaksana dengan baik. Sebuah penelitian dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi agar membawa dampak optimal untuk organisasi, publik, maupun kepentingan bisnis menuju ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi agar membawa dampak optimal untuk organisasi, publik, maupun kepentingan bisnis menuju ke arah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil dari sebuah program komunikasi, pada dasarnya diawali oleh perencanaan yang matang di bidang komunikasi. Perencanaan yang baik, tepat, akurat akan mendorong

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH DAYA TARIK PROGRAM ACARA INDONESIA LAWAK KLUB (ILK) DI TRANS 7 TERHADAP MINAT MAHASISWA MENONTON

SKRIPSI PENGARUH DAYA TARIK PROGRAM ACARA INDONESIA LAWAK KLUB (ILK) DI TRANS 7 TERHADAP MINAT MAHASISWA MENONTON SKRIPSI PENGARUH DAYA TARIK PROGRAM ACARA INDONESIA LAWAK KLUB (ILK) DI TRANS 7 TERHADAP MINAT MAHASISWA MENONTON (Studi Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2012 Universitas Muhammadiyah Malang) Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penghambat dalam melakukan aktivitas lain. Manusia tidak bisa hidup

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penghambat dalam melakukan aktivitas lain. Manusia tidak bisa hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh dengan berbagai aktivitas tentunya setiap orang menginginkan segala sesuatu yang serba instan. Sehingga tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari 9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari menjamurnya stasiun televisi swasta, dan televisi televisi lokal di daerah. Fenomena

Lebih terperinci

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG SKRIPSI PESAN KEMANUSIAAN PADA FOTO BENCANA MELETUSNYA GUNUNG KELUD di MEDIA CETAK (Analisis Isi Pada Harian Jawa Pos Edisi 15 Februari 23 Februari 2014 ) Disusun Oleh: Dito Wedyahusada 201010040311371

Lebih terperinci

ANALISIS ISI MEDIA INTERNAL HUMAS PERGURUAN TINGGI DI MALANG

ANALISIS ISI MEDIA INTERNAL HUMAS PERGURUAN TINGGI DI MALANG ANALISIS ISI MEDIA INTERNAL HUMAS PERGURUAN TINGGI DI MALANG (Studi pada Media Humas Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang Periode Tahun Terbitan 2007) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 88 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Dari apa yang telah dibahas tentang kerja praktek bab I hingga bab IV, laporan kerja praktek ini memiliki beberapa kesimpulan mengenai proses produksi program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi seperti yang dikatakan oleh Onong Uchyana Effendy adalah media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan kembali tercoreng. Sabtu 22 Maret 2014, Polda Metro

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan kembali tercoreng. Sabtu 22 Maret 2014, Polda Metro BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan kembali tercoreng. Sabtu 22 Maret 2014, Polda Metro Jaya mendapat laporan atas kejadian kasus pelecehan seksual. Korbannya adalah seorang murid

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi saat ini menuntut manusia untuk selalu tahu berbagai informasi. Media massa sebagai sarana informasi

Lebih terperinci

PENGANTAR PR Teknik Menulis PR. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

PENGANTAR PR Teknik Menulis PR. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA PENGANTAR PR Teknik Menulis PR Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA Teknik Menulis PR Keahlian menulis adalah keahlian yang sangat penting dalam profesi PR. Bila anda ingin bisa menulis, jangan hanya menekuni

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang telah dirumuskan pada bab I, yaitu Kredibilitas Redaktur TVRI Jawa Barat dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang telah dirumuskan pada bab I, yaitu Kredibilitas Redaktur TVRI Jawa Barat dalam BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang permasalahan yang telah dirumuskan pada bab I, yaitu Kredibilitas Redaktur TVRI Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan karena adanya realitas sosial mengenai perempuan yang menderita

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan karena adanya realitas sosial mengenai perempuan yang menderita BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini mengenai konsep diri pada perempuan penderita tumor jinak payudara, metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Metode

Lebih terperinci

Tetapi pada dasarnya media cetak pada saat ini tetap menjadi pilihan bagi masyarakat tertentu, dan media cetak yang dari dulu hingga sekarang masih ba

Tetapi pada dasarnya media cetak pada saat ini tetap menjadi pilihan bagi masyarakat tertentu, dan media cetak yang dari dulu hingga sekarang masih ba BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan jurnalistik tidaklah dapat berjalan dengan baik bila tanpa menggunakan perantara media massa. Media massa yang digunakan dapat berupa media cetak

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan, terdapat perbedaan di antra SKH

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan, terdapat perbedaan di antra SKH BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan Penelitian yang dilakukan, terdapat perbedaan di antra SKH Kompas dan SKh Solopos. SKH Kompas memiliki kecenderungan untuk bermain aman dan hati-hati dalam setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat atau berinteraksi dengan orang lain, bahasa menjadi hal yang sangat penting. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan gagasan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin menang dalam dunia industri akan memberikan perhatian penuh pada kualitas.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian dari pola interaksi unsur-unsur dalam sistem sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN MEDIA WARGA

PENGELOLAAN MEDIA WARGA PENGELOLAAN MEDIA WARGA WARGA / Komunitas Pengelolaan dapat juga diartikan sebagai pengaturan. Bagaimana mengatur media? Susahkan mengatur media? Atau bagaimana membuat media yang bagus? Marilah kita bahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Istilah televisi terdiri dari dua suku kata, yaitu tele yang berarti

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN. Demikian juga soal job descriptions-nya. Ada dua bagian besar sebuah penerbitan pers

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN. Demikian juga soal job descriptions-nya. Ada dua bagian besar sebuah penerbitan pers BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN 3.1 Proses Pelaksanaan umum Mengelola Majalah pada dasarnya sama dengan mengelola media cetak lain. Demikian juga soal job descriptions-nya. Ada dua bagian besar sebuah penerbitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita cukup penting peranannya bagi kehidupan kita sehari-hari. Berita dapat digunakan sebagai sumber informasi atau sebagai hiburan bagi pembacanya. Saat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dengan upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metode riset berasal dari Bahasa Inggris. Metode berasal dari kata method, yang berarti ilmu yang menerangkan cara-cara. Kata penelitian merupakan terjemahan

Lebih terperinci

Metode Penelitian Pendekatan kualitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisa data da

Metode Penelitian Pendekatan kualitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisa data da 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam pandangan filosof, paradigma merupakan pandangan awal yang membedakan, memperjelas dan mempertajam orientasi berpikir seseorang. Hal ini membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHUAN A. Latar Belakang Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG BAB IV PELAKSANAAN MAGANG g. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informasi Kabupaten Karanganyar yang beralamatkan di Jalan Nyi Ageng karang, Karanganyar, Jawa Tengah, merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini ada beragam media yang memberikan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini ada beragam media yang memberikan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Media massa merupakan sarana menyebarkan informasi kepada masyarakat. Oleh karena itu, media massa memiliki peranan penting dalam penyebaran informasi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan ragamnya, dari mulai drama, musik, olahraga, realita bahkan Fashion.

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan ragamnya, dari mulai drama, musik, olahraga, realita bahkan Fashion. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman modern seperti ini industri hiburan kreatif sudah semakin banyak jenis dan ragamnya, dari mulai drama, musik, olahraga, realita bahkan Fashion. Semua hal tersebut

Lebih terperinci