KEEMPUKAN UMBI PADA 9 (SEMBILAN) GENOTIPE UBI KAYU (Manihot esculenta) ASAL PROVINSI RIAU Hidayat Pratamasari 1, Dewi Indriyani Roslim 2, Herman 2

Transkripsi

1 KEEMPUKAN UMBI PADA 9 (SEMBILAN) GENOTIPE UBI KAYU (Manihot esculenta) ASAL PROVINSI RIAU Hidayat Pratamasari 1, Dewi Indriyani Roslim 2, Herman 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi 2 Dosen Bidang Genetika Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus BinaWidya Pekanbaru, 28293, Indonesia Hidayat_ pratama@yahoo.com ABSTRACT This study was aimed to characterize cassava tuber from Riau Provinve based on the biochemical characters. This study was carried out at Biological Research Station, Fac, of Math and Natural Science, Riau University. That located at 5 m above sea level for 12 months started from February 2014 until February This study way conducted using group random design with nine cassava genotypes, i.e ubi kuning1, ubi kuning 2, ubi lurus, ubi jari tangkai merah, ubi roti, ubi sayur, ubi cita, ubi jari-jari tangkai putih, ubi hijau. The character observation was the softness of steamed cassava. The result showed that ubi kayu kuning2, ubi roti, ubi kayu ceta were classified as soft cassava. Whlle ubi kayu kuning1, ubi tangkai merah, ubi lurus, ubi jari-jari tangkai putih, ubi sayur ubi hijau were classified as hard cassava. Keywords : softness cassava. ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik biokimia umbi ubi kayu asal Provinsi Riau. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Biologi Universitas Riau, Pekanbaru yang berada ± 5m dpl selama 12 bulan terhitung mulai bulan Februari 2014 sampai Februari Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 10 ulangan, yang terdiri dari 9 sampel ubi kayu diantaranya: ubi kuning1, ubi kuning2, ubi lurus, ubi jari tangkai merah, ubi roti, ubi sayur, ubi cita, ubi jari-jari tangkai putih, ubi hijau. Pengamatan dilakukan terhadap karakter keempukan ubi kukus. Hasil peneletian menunjukan bahwa umbi dari ubi kayu kuning2, ubi roti, dan ubi kayu ceta tergolong empuk. Sedangkan yang tidak empuk ubi adalah ubi kayu kuning1, ubi tangkai merah, ubi lurus, dan ubi jari-jari tangkai putih, ubi sayur dan ubi hijau. Kata kunci : keempukan ubi. 1

2 PENDAHULUAN Ubi kayu (Manihot esculenta), yang termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae, berasal dari Brazil, Amerika Selatan, kemudian menyebar ke Asia pada awal abad ke-17 dibawa oleh pedagang Spanyol dari Mexico ke Philipina, kemudian ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ubi kayu merupakan makanan pokok di beberapa negara di benua Afrika dan juga di beberapa daerah di Indonesia ( Purwono 2009). Di Indonesia mempunyai banyak nama daerah, yaitu ketela, keutila, ubi kayee (Aceh), ubi parancih (Minangkabau), ubi singkung (Jakarta), batata kayu (Manado), bistu atau gkel (Ambon), huwi dangdeur, huwi jendral, kasapen, sampeu, ubikayu (Sunda), bolet, kasawe, kaspa, kaspe, katela budin, katela jendral, katela kaspe, katela mantri, katela marikan, katela menyog, katela poung, katela prasman, katela sabekong, katela sarmunah, katela tapah, katela cengkol, tela pohung (Jawa), blandong, manggala menyok, puhung, pohong, sabhrang balandha, sawe, tela balandha, tengsag (Madura), kesawi, ketela kayu, sabrang sawi (Bali), kasubi (Gorontalo), lame kayu (Makasar), lame aju (Bugis), dan kasibi (Ternate, Tidore ) (Purwono 2009). Ubi kayu banyak dimanfaatkan untuk bahan pangan, pakan ternak, serta bahan baku industri makanan, kosmetik, maupun biodiesel. Setelah padi dan jagung, ubi kayu merupakan makanan pokok ketiga di Indonesia. Ubi kayu menghasilkan daun dan umbi yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Umbi dapat diolah menjadi tepung tapioka dan gaplek (Hafzah 2003). Umbi ubi kayu mengandung air sekitar 60%, pati 25-35%, mengandung energi kkal per 100 gram, serta protein, mineral, serat, kalsium, dan fosfat (CGIAR 2000). Umbi ubi kayu dapat diolah dengan cara direbus, dikukus, dibakar, dipanggang, atau digoreng. Aneka olahan pangan tradisional yang dapat dibuat dari ubi kayu adalah getuk, timus, keripik, gemblong, tape, dan lain-lain. Dari semua itu, keripik yang paling populer, digemari oleh semua lapisan masyarakat. Umbi juga dapat diolah menjadi gaplek, nasi tiwul, tepung gaplek, dan tepung tapioka yang merupakan bahan setengah jadi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keempukan umbi kayu pada sembilan genotipe ubi kayu asal Provinsi Riau. METODE PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan kebun Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau. Penelitian dilakukan bulan Februari 2014 sampai Februari Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan di dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, timbangan, meteran, ember, karung, kamera, kertas label, gunting, kain latar berwarna hitam dan merah, dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sembilan genotipe ubi kayu koleksi Laboratorium Genetika, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Ilmu 2

3 Pengetahuan Alam Universitas Riau. Ubi kayu koleksi Lab Genetika berasal dari beberapa kabupaten di Provinsi Riau, antara lain Kabupaten Rokan Hilir, Rokan Hulu, Pelalawan, Kampar, Pekanbaru, Bengkalis, dan Kuantan Singingi. Kesembilan Ubi kayu tersebut adalah ubi kayu kuning1, kuning2, lurus, jati-jari tangkai merah, roti, sayur, cita, jarijari tangkai putih, hijau. a. Prosedur Penelitian Jumlah tanaman ubi kayu yang ditanam sebanyak sembilan genotipe ubi kayu. Ubi kayu ditanam dengan jarak antar tanaman di dalam satu baris genotipe adalah 60 cm. Jarak antara barisan genotipe ubi kayu adalah 1 m. Rancangan percobaan adalah rancangan acak kelompok lengkap b. Persiapan Tanah Pengolahan tanah dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah yang padat menjadi gembur dan membersihkan kebun yang akan ditanami ubi kayu dari gulma sehingga tanaman terhindar dari hama dan penyakit. Lahan yang akan ditanami ubi kayu dicangkul untuk menggemburkan tanah, kemudian dibuat lubang dengan ukuran panjang 60 cm lebar 60 dengan kedalaman 60 cm, gundukan di atasnya untuk mempermudah pemeliharaan dan penyiangan gulma. c. Persiapan Bibit Bibit batang ubi kayu diperoleh dari koleksi Laboratorium Genetika. Masing-masing bibit batang ubi kayu dipotong sepanjang 35 cm. Bibit ubi kayu diruncingkan guna menghindari penyakit dan hama yang menempel pada ujung bibit. Bibit ditanam sedalam 15 cm lalu ditimbun dengan tanah sepertiga batang d. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman dilakukan agar tanaman terhindari dari penyakit dan hama sehingga bibit ubi kayu cepat tumbuh dan berkembang. Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiangan, penyulaman, pembumbunan, pemangkasan, dan penyiraman. e. Pemanenan Panen dilakukan pada saat ubi kayu berumur 12 bulan. Panen dilakukan dengan cara memangkas sebagian cabang ubi kayu untuk mempermudah pencabutan ubi kayu. Batang dicabut menggunakan tangan dan alat lainnya seperti cangkul dan parang. f. Metode Penentuan Keempukan Ubi Kukus Ubi yang dipanen di kebun biologi diambil dan dibersihkan. Setelah itu umbi dibuang kulitnyan dan dibersihkan. Umbi yang sudah bersih diberi label dan dikukus selama 20 menit. Setelah itu dilakukan uji keempukan umbi pada sepuluh orang panelis. Data keempukan umbi kukus dilakukan dengan cara memberi skor pada setiap genotipe, skore karakter 1= empuk, 2= tidak empuk. HASIL DAN PEMBAHASAN Keempukan Ubi Kayu Penggolongan kesembilan ubi kayu berdasarkan keempukan ubi kukus 3

4 yang dilakukan dengan pemberian skor sesuai Tabel 4.3. berapa waktu yang baik merebus ubi. untuk Tabel 1. Hasil keempukan no Genotipe Karakter Keempukan ubi kukus 1 Ubi kuning1 Tidak empuk 2 Ubi kuning2 Empuk 3 Ubi lurus Tidak empuk 4 Ubi jari-jari Tidak empuk tangkai merah 5 Ubi roti Empuk 6 Ubi sayur Tidak empuk 7 Ubi cita Empuk 8 Ubi jari-jari Tidak empuk tangkai putih 9 Ubi hijau Tidak empuk Keempukan ubi pada Sembilan genotipe menunjukkan bahwa umbi dari ubi kayu kuning2, ubi roti, dan ubi kayu ceta tergolong empuk. Sedangkan yang tidak empuk ubi adalah ubi kayu kuning1, ubi tangkai merah, ubi lurus, dan ubi jari-jari tangkai putih, ubi sayur dan ubi hijau. Perbedaan keempukan ubi dipengaruhi oleh jenis ubi itu sendiri. Ubi dapat di golongkan pada empuk dan tidak empuknya ubi tersebut selain dapat dilihat dari jenis nya dan dapat juga dari pati pada ubi. Pati juga berpengaruh karna ubi akan lebih keras dan berkayu jika ubi lama dipanen serta membuat umbi tidak empuk bila dimakan. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh lamanya pengukusan. menurut Haris dan Karmas (1989) pengukusan dalam waktu yang lama dapat mempengaruhi tekstur dari ubi sehingga menjadi lunak dan mudah hancur, sebaliknya pengukusan dalam waktu singkat akan membuat ubi masih keras. Waktu yang ideal untuk melakukan perebusan ubi kayu sampai saat ini belum ditemukan KESIMPULAN Ubi kuning2, ubi roti, ubi cita memiliki umbi kukus yang empuk. Ubi yang tidak empuk adalah ubi kuning1, ubi lurus, ubi jari-jari tangkai merah, ubi sayur, ubi jarijari tangkai putih, dan ubi hijau. DAFTAR PUSTAKA Akinfala EO, Aderibigbe AO, Matanmi O Evaluation of the nutritive value of whole cassava plant meal as replacement for maize in the starter diets for broiler chickens. Res. Rural Dev. 14(6). akin.htm. [diakses tanggal 20 April 2014]. CGIAR Root and tubers in the global food system. A vision statement to the year Hafzah M.J Bisnis ubi kayu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Harris R.S. Karmas Nutricional Evaluation of Food Processing. The Avi Publiching Co. Wesport Connecticut. Penerjemah Sumirah Achmadi Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Bandung: Penerbit ITB. Purwono Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya. Roslim, DI. Herman, Sofiyanti. N Plasma Nutfah Ubi Kayu di Provinsi Riau, Pekanbaru: UR Press. 4

5 Sunarto Membuat Kerupuk Ubi kayu dan Keripik Kedelai. Yogyakarta: Kanisius. 5