TIPOLOGI FAÇADE RUMAH TINGGAL KOLONIAL BELANDA DI KAYUTANGAN - MALANG
|
|
- Siska Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TIPOLOGI FAÇADE RUMAH TINGGAL KOLONIAL BELANDA DI KAYUTANGAN - MALANG Arthantya Dwi Karisztia, Galih Widjil Pangarsa, Antariksa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Jalan Mayjen Haryono 167, Malang arta_23@yahoo.com ABSTRAK Tujuan studi ini adalah untuk mendapatkan tipologi façade rumah tinggal kolonial Belanda yang ada di kawasan bersejarah Kayutangan. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif. Penentuan sampel bangunan dilakukan secara purposif dengan analisisnya adalah façade (atap, dinding, dan lantai), dan metode analisis kualitatif-deskriptif dengan pendekatan tipologi. Hasil studi ditemukan bahwa macam atap yang digunakan pada rumah tinggal, yaitu perisai, pelana, dan gevel. Tipologi dinding dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu dinding polos, dinding dengan ornamen batu kali, dan dinding dengan ornamen batu tabur. Elemen bukaan pada rumah tinggal ditemukan empat jenis, yaitu pintu, jendela, bouvenlight, dan lubang angin. Jenis pintu dan jendela yang paling banyak ditemukan adalah jenis rangkap ganda dengan tipe gantung samping dengan bahan kayu sebagai bahan pembentuknya. Teritisan pada façade letaknya dikelompokkan menjadi dua, yaitu di sepanjang lebar façade dan di atas bukaan saja. Lantai pada keseluruhan kasus bangunan menggunakan bahan teraso dengan perbedaan ketinggian cm dari permukaan tanah. Elemen façade bangunan yang paling besar rentan terhadap perubahan dinding (hampir 70% berubah), sedang elemen façade yang paling tidak rentan terhadap perubahan adalah atap Kata kunci: tipologi, façade, rumah tinggal ABSTRACT The aims of this study are to find the typology of Dutch colonial house façade in historical area of Kayutangan. This study used descriptive method. A sample building has been made purposively through analyzing the façade (roof, wall, and floor), and used descriptive-qualitative analysis method with typology approach. The study finds that the roof variations used in the colonial house at the area are shield, saddle and gevel. Wall typology has been classified into two groups: plain, ornamental with river stone, and ornamental with spreading stone. Opening element in the colonial house at the area involves four types, door, window, bouvenlight, and wind hole. The most often used door and window types submit to the double-fold with wooden-side hanger as the frame. Façade eaves may be grouped into two, along the façade wide and above the opening. The floor in all building cases applies the terrace materials with different heights of cm above the ground surface. The greatest element of building façade seems susceptible to the wall modification (almost 70 % changes), while the strongest façade element against modification appears to be the roof. Keywords: typology, façade, house Pendahuluan Belanda masuk dan menguasai Kota Malang pada tahun Belanda datang ke Malang mendirikan benteng pertahanan sebagai pusat kekuatan bangsa Belanda. Tahun 1821 Belanda mulai memantapkan kedudukannya di Kota Malang. Permukiman yang dulu didirikan bangsa Belanda yang letaknya dekat dengan benteng pertahanan, mulai bergeser dan meluas ke luar dari area benteng tersebut. Pada tahun kedudukan Belanda makin kuat, sehingga praktis bentuk Kota Malang mulai diatur sesuai dengan kepentingan bangsa kolonial Belanda (Hadinoto & Soehargo 1996:17). Tahun 1882, bangsa Belanda mulai membangun rumah tinggal di sebelah alun-alun kota untuk 64
2 membangun citra kolonial. Alun-alun kota dipilih sebagai pusat pengembangan citra kolonial tersebut, karena alun-alun di kota-kota yang terdapat di Pulau Jawa merupakan pusat kota. Selain itu oleh Belanda alun-alun dijadikan pusat kontrol dalam Kota Malang. Arsitektur kolonial di Kota Malang secara nyata mendapat pengaruh besar dari langgam arsitektur kolonial yang berkembang dengan pesat di Hindia-Belanda. Pengaruh corak arsitektur kolonial ini terlihat pada kehidupan budaya arsitektur rumah tinggal di Kota Malang. Tidak semua langgam pada arsitektur kolonial dapat diterapkan pada iklim Kota Malang, hanya langgam tertentu yang dapat diadaptasikan dengan iklim lokal yang mayoritas digunakan pada bangunan kolonial di Kota Malang. Ciri khas gaya bangunan kolonial yang dibangun bangsa Belanda terutama terlihat jelas pada façade bangunan. Daerah Kayutangan merupakan kawasan pertumbuhan perekonomian bangsa Belanda di Kota Malang. Kawasan Kayutangan merupakan pusat perekonomian bangsa Belanda, yang kemudian menjadi pusat kebudayaan bagi bangsa Belanda yang perkembangannya diikuti oleh bangsa pribumi. Pengaruh perekonomian Belanda yang tinggi berdampak besar pada kehidupan masyarakat. Dampak dari perekonomian itu kemudian memunculkan satu pola ruang gerak masyarakat pada area belakang kawasan pertokoan Kayutangan. Masyarakat membentuk pola spasial ruang dengan mendirikan rumah-rumah tinggal yang kemudian membentuk satu pola permukiman. Permukiman yang dibentuk, secara tidak langsung mengadopsi gaya arsitektur Belanda yang memang pada masa itu menduduki dan menguasai Kota Malang. Pusat Kota Malang pada tahun 1914 terletak di kawasan Kayutangan hingga alunalun Kota Malang. Daerah permukiman orang Eropa terletak di sebelah barat daya alunalun Kota Malang (Taloen, Tongan, Sawahan, dan sebagainya). (Hadinoto & Soehargo 1996:42) Rumah tinggal yang ada di kawasan Kayutangan merupakan bagian dari kawasan permukiman bangsa Belanda yang pada waktu menguasai Kota Malang. Arsitektur kolonial di daerah Kayutangan merupakan perluasan pembangunan dan perluasan budaya arsitektur kolonial di Kota Malang. Rumah tinggal yang dibangun oleh Belanda pada masa penjajahan di kota Malang, merupakan keinginan penjajah untuk bermukim dan menguasai Kota Malang. Permukiman yang dibangun oleh bangsa Belanda pertama kali di area sebelah barat daya alun-alun Kota Malang (Kayutangan). Belanda menggotong gaya dan nilai bangunan yang kental sekali dengan gaya kolonial (Hadinoto & Soehargo 1996:42). Façade bangunan merupakan salah satu titik ukur penentuan ciri dari suatu bentukan bangunan. Façade bangunan ini sangat berperan aktif pada pengidentifikasian gaya bangunan. Façade pada bangunan kolonial secara visual berbeda dengan façade bangunan yang mengusung gaya arsitektur nusantara. Ciri yang paling menonjol tampak pada penggunaan barisan kolom pada rumah tinggal kolonial Belanda yang tidak diaplikasikan pada khasanah arsitektur nusantara. Façade menjadi peran media komunikasi keserbaragaman kultur budaya masyarakat. Façade bangunan rumah tinggal kolonial yang dibangun di daerah koloni Belanda tentunya mengalami adaptasi, baik itu terhadap iklim (karena hal tersebut berhubungan langsung dengan penghawaan dan pencahayaan dalam bangunan yang menentukan kenyamanan pada bangunan), maupun budaya setempat. Arsitektur kolonial di Indonesia merupakan fenomena budaya yang unik, tidak terdapat di tempat lain, juga pada negara-negara bekas koloni yang lain, karena arsitektur kolonial yang berkembang di Indonesia terdapat percampuran budaya antara Belanda dengan budaya Indonesia yang beraneka ragam desain arsitektur Belanda memiliki kekhasan, bangunan yang ada berusaha mengadaptasikan pada kondisi lokal dan iklim setempat pada setiap desainnya (Sumalyo 1993:9). Berdasar latar belakang di atas, maka permasalahan dalam studi ini dapat dirumuskan, yaitu bagaimana tipologi façade rumah tinggal kolonial Belanda di Kayutangan-Malang? Tujuan dilakukannya studi ini, adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis tipologi façade rumah tinggal kolonial Belanda di Kayutangan - Malang. 65
3 Tinjauan Pustaka 1. Tipologi arsitektur Tipologi dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep yang memilah sebuah kelompok objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat dasar, atau dapat diartikan pula bahwa tipologi adalah tindakan berfikir dalam rangka pengelompokkan (Moneo dalam Sulistijowati 1991:11). Tipologi arsitektur dibangun dalam bentuk arsip dari given tipes, yaitu bentuk arsitektural yang disederhanakan menjadi bentuk geometrik. Given tipes dapat berasal dari sejarah, tetapi dapat juga bersal dari hasil penemuan yang baru (Palasello dalam Sulistijowati 1991:13). Menurut Sulistijowati (1991:12), pengenalan tipologi akan mengarah pada upaya untuk mengkelaskan, mengelompokkan atau mengklasifikasikan berdasar aspek atau kaidah tertentu. Aspek tersebut antara lain: 1. Fungsi (meliputi penggunaan ruang, struktural, simbolis, dan lain-lain); 2. Geometrik (meliputi bentuk, prinsip tatanan, dan lain-lain); dan 3. Langgam (meliputi periode, lokasi atau geografi, politik atau kekuasaan, etnik dan budaya, dan lain-lain). 2. Tinjauan façade bangunan Bagian bangunan dan arsitektur yang paling mudah untuk dilihat adalah bagian wajah bangunan atau yang lebih dikenal dengan sebutan façade bangunan. Bagian façade bangunan ini juga sering disebut tampak, kulit luar ataupun tampang bangunan, karena façade bangunan ini merupakan yang paling sering diberi penilaian oleh para pengamat tanpa memeriksa terlebih dahulu keseluruhan bangunan baik di keseluruhan sisi luar bangunan, maupun pada bagian dalam bangunan. Penilaian tersebut tidak hanya dilakukan oleh para arsitek tetapi juga masyarakat awam (Prijotomo 1987:3). Komposisi suatu façade, dengan mempertimbangkan semua persyaratan fungsionalnya (jendela, pintu, sun shading, bidang atap) pada prinsipnya dilakukan dengan menciptakan kesatuan yang harmonis dengan menggunakan komposisi yang proporsional, unsur vertikal dan horisontal yang terstruktur, material, warna dan elemenelemen dekoratif. Hal lain yang tidak kalah penting untuk mendapatkan perhatian yang lebih adalah proporsi bukaan-bukaan, tinggi bangunan, prinsip perulangan, keseimbangan komposisi yang baik, serta tema yang tercakup ke dalam variasi (Krier 1988:72). Menurut Krier (1988:78) elemen-elemen arsitektur pendukung façade, yaitu sebagai berikut : 1. Pintu Pintu memainkan peranan yang menentukan dalam menghasilkan arah dan makna yang tepat pada suatu ruang. Ukuran umum yang digunakan adalah perbandingan proporsi 1:2 atau 1:3. Ukuran pintu selalu memiliki makna yang berbeda, misalnya pintu berukuran pendek untuk masuk ke dalam ruangan yang lebih privat. Posisi sebuah pintu dapat dipengaruhi oleh fungsi, bahkan pada batasan-batasan tertentu, yang memiliki keharmonisan geometris dengan ruangan tersebut. 2. Jendela Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penataan jendela façade, yaitu sebagai berikut : Proporsi geometris façade; Penataan komposisi; Memperhatikan keharmonisan proporsi geometri; Karena distribusi jendela pada façade, salah satu efek tertentu dapat dipertegas atau bahkan dihilangkan; dan Jendela dapat bergabung dalam kelompok-kelompok kecil atau membagi façade dengan elemen-elemen yang hampir terpisah dan membentuk simbol tertentu. 66
4 Tipe jendela dapat diklasifikasikan ke dalam satu atau kombinasi dari beberapa tipe dasar terutama dalam hubungannya dengan pengaturan aliran udara. Jendela dibagi ke dalam empat kategori, yaitu sebagai berikut: Tipe putar, horisontal dan vertikal; Tipe gantung, gantung samping, atas, bawah; Tipe lipat; dan Tipe sorong/geser, vertikal dan horizontal. 3. Dinding Penataan dinding juga dapat diperlakukan sebagai bagian seni pahat sebuah bangunan. Bagian khusus dari suatu bangunan dapat diekspos dengan latar depan dan latar belakang dapat ditentukan 4. Atap Atap merupakan mahkota bangunan yang disangga badan bangunan, yaitu dinding. 5. Sun Shading Façade beradaptasi dengan cuaca karena adanya ornamen di atas tembok, yaitu teritisan atau biasa disebut sun shading. Menurut Lippsmeier (1980:74-90) elemen façade dari sebuah bangunan yang sekaligus merupakan komponen-komponen yang mempengaruhi façade bangunan adalah: 1. Atap; 2. Dinding; dan 3. Lantai. 3. Tinjauan rumah tinggal Rumah tinggal merupakan kebutuhan primer yang berkedudukkan penting sebagai salah satu naungan hidup. Rumah tinggal merupakan salah satu komponen terkecil dari perkembangan dunia arsitektur. Arsitektur rumah sebagai hasil kebudayaan merupakan perpaduan suatu karya seni dan pengetahuan tentang bangunan, tempat manusia tinggal dan menjalankan aktifitasnya di dalamnya. Dalam suatu rumah, tidak hanya keindahan bangunan saja yang ditampilkan, segala hal yang berhubungan dengan keamanan dan kenyamanan juga harus dapat terpenuhi, arsitektur juga membicarakan berbagai aspek tentang keindahan, kenyamanan, dan konstruksi bangunan (Tutuko 2003:24). Menurut Silas dalam Moedjiono (1989:21), pada Vancuover Declaration on human Settlement yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1976, fungsi rumah tinggal terbagi sebagai berikut: 1. Untuk keamanan (security); 2. Untuk ketersendirian (privacy); dan 3. Untuk perlindungan (protection). 4. Tinjauan arsitektur kolonial Belanda Arsitektur kolonial, adalah arsitektur yang dibangun selama masa kolonial, ketika Indonesia menjadi negara jajahan bangsa Belanda pada tahun , yaitu 350 tahun penjajahan Belanda di Indonesia (Rachmawati 1990:15). Arsitektur kolonial menyiratkan adanya akulturasi diiringi oleh proses adaptasi antara dua bangsa berbeda. Proses adaptasi yang dialami oleh dua bangsa terbentuk dengan apa yang dinamakan arsitektur kolonial. Hal ini mencakup penyelesaian masalahmasalah yang berhubungan dengan perbedaan iklim, ketersediaan material, cara membangun, ketersediaan tenaga kerja, dan seni budaya yang terkait dengan estetika. Ditinjau dari proses akulturasi yang terjadi, terdapat dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya arsitektur kolonial Belanda, yaitu faktor budaya setempat dan faktor budaya asing Eropa/Belanda (BAPPEKO 2005:II,5-7). 67
5 5. Karakter arsitektur kolonial Belanda Pendapat Akihary (1990), Handinoto & Soehargo (1996), dan Nix (1994), dapat disimpulkan bahwa arsitektur kolonial Belanda dibagi menjadi dua periode: 1. Arsitektur sebelum abad XVIII; dan Arsitektur setelah abad XVIII. Gaya bangunan menurut Nix (1994:268) terdiri dari enam macam, yaitu sebagai berikut: 1. Indische Empire Style; 2. Voor 1900; 3. NA 1900; 4. Romantiek; 5. Tahun 1915-an; dan 6. Tahun 1930-an. 6. Variabel bangunan arsitektur kolonial Belanda di Indonesia Elemen-elemen bangunan bercorak Belanda yang banyak digunakan dalam arsitektur kolonial Hindia Belanda antara lain (Handinoto & Soehargo 1996: ): 1. Gevel (gable) pada tampak depan bangunan; 2. Tower; 3. Dormer; 4. Windwijzer (Penunjuk angin); 5. Nok Acroterie (Hiasan puncak atap); 6. Geveltoppen (Hiasan kemuncak atap depan); 7. Ragam hias pada tubuh bangunan; dan 8. Balustrade. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam studi ini, adalah metode deskriptif, analisa kualitatifdeskriptif dengan pendekatan tipologi. Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan analisisnya adalah façade rumah tinggal kolonial (berupa: atap, dinding, dan lantai), sedang variabel pembentuknya yang mempengaruhi (bahan pembentuk, ornamen hias, periode berdirinya rumah tinggal). Sampel terpilih berjumlah 15 buah (Gambar 1) 68
6 Sample G1 Sample G2 Sample PR1 Sample PR2 Sample PL1 Sample PL3 Sample PL4 Sample PL2 Sample PR4 Sample PR3 Sample PR6 Sample PR5 Sample PRG Sample PLPRG Sample PLPR Gambar 1. Peta persebaran sampel penelitian. 69
7 Hasil dan Pembahasan 1. Tipologi berdasar bentukkan atap Bagian paling atas pada façade bangunan adalah atap, sesuai dengan teori atap adalah ruang yang tidak jelas, yang paling sering dikorbankan demi eksploitasi volume bangunan. Kasus yang ditemukan pada rumah tinggal kolonial di Kayutangan ini justru berbanding terbalik dengan teori yang ada. Atap pada kasus rumah tinggal kolonial di Kayutangan merupakan bagian yang paling dipertahankan kemurnian bentuknya dari awal bangunan itu berdiri. Pada wilayah kajian dan pada kasus terpilih, mayoritas atap yang digunakan terbagi menjadi tiga, yaitu antara lain : 1. Perisai (PR); 2. Pelana (PL); dan 3. Gevel (G). Kasus yang paling banyak ditemukan adalah pemakaian atap perisai pada façade bangunan. Ditemukan sembilan rumah tinggal kolonial di Kayutangan yang menggunakan jenis atap perisai, yaitu pada kasus PR1, PR2, PR3, PR4, PR5, PR6, PRG, PLPRG, dan PLPR. Atap perisai pada kasus menggunakan bahan penutup berupa genteng karang pilang dicat coklat. Atap perisai cenderung digunakan pada kasus yang dibangun pada awal rumah tinggal kolonial mulai tumbuh di Kayutangan, sehingga pada perkembangannya bentukan tersebut menjadi bentukan atap mayoritas pada kasus ini. Pemakaian atap pelana pada façade rumah tinggal kolonial di Kayutangan ditemukan enam rumah tinggal, yaitu kasus PL1, PL2, PL3, PL4, PL4, PLPRG, dan PLPR. Dilihat pada beberapa kasus terdapat permainan bidang geometris pada bagian atap pelana (Gambar 2). Gambar 2. Ornamen pada kasus atap pelana. Atap pelana cenderung digunakan pada kasus yang dibangun pada periode tahun 1920-an. Atap gevel ditemukan pada wilayah kajian berjumlah empat kasus, yaitu kasus G1,G2,PRG, dan PLPRG. Atap gevel cenderung digunakan pada kasus yang dibangun pada periode tahun 1920-an. Kasus seperti kasus PRG (menggabungkan atap perisai dan gevel), PLPRG (menggabungkan atap pelana, perisai dan gevel), dan PLPR (menggabungkan atap 70
8 pelana dan perisai) menggabungkan berbagai bentuk atap menjadi satu bagian dari façade. Tipologi listplank pada kasus di Kayutangan terbagi atas berornamen dan polos. Empat belas kasus menggunakan jenis listplank polos, sedangkan kasus PR2 menggunakan listplank dengan ornamen (Gambar 3). Gambar 3. Ornamen pada listplank. 2. Tipologi berdasar elemen pada dinding Ditinjau dari tekstur dinding pada kasus terbagi menjadi dua, yaitu bertekstur halus dan bertekstur kasar. Hal ini dikarenakan permainan ornamen batu pada bidang dinding. Terlihat pada kasus PL1 dan PR6 menggunakan batu kali sebagai bagian dari dinding bangunan bagian bawah (Gambar 4). Gambar 4. Ornamen batu kali pada dinding. Teritisan pada kasus yang ada di wilayah Kayutangan tiga belas kasus letak teritisan sepanjang lebar façade bangunan sedangkan dua kasus, yaitu PL1 dan PLPR teritisan letaknya selebar bukaan (Gambar 5). 71
9 Gambar 5. Peletakkan teritisan pada bagian atas elemen bukaan. Lubang angin untuk kasus di Kayutangan ini terbagi atas dua jenis, yaitu berbentuk persegi dan berbentuk lengkung. Bentuk lubang angin lengkung hanya ditemui pada kasus PL2, sedangkan empat belas kasus yang lain menggunakan bentukan persegi pada lubang anginnya. Lubang angin pada kasus yang berda di Kayutangan mayoritas berbentuk persegi dengan permainan aksen garis. Bouvenlight pada kasus yang ditemukan di Kayutangan terbagi menjadi dua, yaitu bouvenlight yang terbuat dari besi tempa dan bouvenlight yang terbuat dari kusen kayu dan kaca. Bouvenlight yang terbuat dari besi tempa untuk kasus PR2 dan PR3 memiliki motif ornamen bergaya art nouveou yang tampak adalah ornamen sulur (Gambar 6). Gambar 6. Motif sulur pada bouvenlight. Jenis pintu pada lima belas kasus yang ditemukan di Kayutangan ini, keseluruhan pintu pada façade utama terbagi atas, antara lain : 1. Pintu rangkap ganda (kasus G1, PL1,PL4, PR1,PR3, PR5, PLPRG) ; 2. Pintu ganda (kasus G2, PL2, PL3, PR2, PR4, PR6, PRG, PLPR); dan 3. Pintu tunggal (kasus PL4, PR1, PR2, PR6). Bahan material yang digunakan pada pintu rangkap pada lapis terluar berupa kayu masif, sedang lapis terdalam berupa kusen kayu dan kaca. Bahan material pada pintu 72
10 jenis ganda, yaitu berupa kusen kayu dan kaca. Pintu tunggal menggunakan bahan material berupa kayu masif yang dicat (Gambar 7). Jenis jendela pada lima belas kasus yang ditemukan di Kayutangan ini, jendela pada façade utama terbagi menjadi, antara lain : 1. Jendela rangkap ganda (kasus G1, PL1, PL3, PL4, PR1, PR3, PR5, PRG, PLPRG, PLPR) ; 2. Jendela ganda (kasus G2, PL2, PR2, PR6); dan 3. Jendela tunggal (kasus PR4, PLPR). Jenis jendela yang ditemukan pada kasus kelima belas kasus semuanya menggunakan jenis gantung samping, tetapi pada kasus G2 ditemukan jendela jenis lipat. Bahan material yang digunakan pada jendela rangkap pada lapis terluar berupa kayu masif sedang lapis terdalam berupa kusen kayu dan kaca. Bahan material pada jendela jenis ganda dan tunggal, yaitu berupa kusen kayu dan kaca (Gambar 8). Gambar 7. Tipologi pintu. Gambar 8. Tipologi jendela. Berdasarkan atas tinjauan teori mengenai gaya, pada kasus Kayutangan terbagi menjadi empat tipe, yaitu (Gambar 9): 1. Pra 1900 (pada kasus PR2 dan PR3); 2. Pasca 1900 (pada kasus PLPRG); 3. Tahun 1920-an (kasus PLPR,G1, G2, PRG, PL3, PL4, PR1); dan 4. Tahun 1930-an (kasus PL1, PL2, PR4, PR5, PR6). 73
11 Pra 1900 Pasca an 1930-an Gambar 9. Tipologi gaya. 74
12 3. Tipologi lantai Lantai menggunakan penutup dari teraso yang bisa dapat menyerap panas, sehingga ruang yang ada di dalamnya cenderung lebih dingin, selain itu ubin juga kedap air dan keras, sehingga dapat menjaga dan mengatur temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan. Perbedaan ketinggian lantai luar dengan lantai dalam pada rumah tinggal ini dimaksudkan untuk dapat mengurangi pasir/debu yang terbawa angin dari luar masuk ke dalam ruangan. Lantai pada keseluruhan kasus menggunakan bahan teraso dengan perbedaan ketinggian cm dari permukaan (Gambar 10). Gambar 10. Peninggian pada lantai. Kesimpulan Bahwa macam atap yang digunakan pada rumah tinggal kolonial di Kayutangan, yaitu perisai, pelana, dan gevel. Tipologi dinding dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu dinding polos, dinding dengan ornamen batu kali dan dinding dengan ornamen batu tabur. Elemen bukaan ditemukan empat jenis, yaitu pintu, jendela, bouvenlight, dan lubang angin. Jenis pintu dan jendela yang paling banyak ditemukan adalah jenis rangkap ganda dengan tipe gantung samping dengan bahan kayu sebagai bahan pembentuknya. Teritisan pada fasade letaknya dikelompokkan menjadi dua, yaitu di sepanjang lebar fasade dan di atas bukaan saja. Lantai pada keseluruhan kasus menggunakan bahan teraso yang bisa dapat menyerap panas, sehingga ruang yang ada di dalamnya cenderung lebih dingin. Selain itu, ubin juga kedap air dan keras, sehingga dapat menjaga dan mengatur temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan. Dengan perbedaan ketinggian cm dari permukaan tanah. Tipologi gaya yang dapat ditemukan pada kasus rumah tinggal Kayutangan terbagi atas empat gaya, yaitu gaya pra 1900, pasca 1900, 1920-an dan 1930-an. Elemen fasade bangunan yang paling besar rentan terhadap perubahan adalah dinding (hampir 70% berubah), sedangkan elemen fasade yang paling tidak rentan terhadap perubahan adalah atap. Daftar Pustaka BAPPEKO. (2005). Studi Membuat Kriteria Karakter Desain Bangunan Berarsitektur Lama/Kuno atau Bersejarah. Laporan Fakta dan Analisa. Malang: Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. (Tidak dipublikasikan). Handinoto & Soehargo, P.H. (1996). Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang. Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Kristen PETRA. Krier, R. (1988). Architectural Composition. London: Academy Edition 75
13 Lippsmeier, G. (1980). Bangunan Tropis (Edisi ke-2). Jakarta: Erlangga Moedjiono, Z. (1989). Studi Pendahuluan Dalam Rangka Mencari Konsepsi Arsitektur Rumah Tinggal yang Sesuai Dengan Hakekat Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Pusat Penelitian Institut Teknologi Sepuluh November. Nix, T. (1994). Sumbangan Tentang Pengetahuan Bentuk Dalam Perancanaan dan Perancangan Kota Terutama Di Indonesia. Disertasi. Bandung: Fakultas Teknik, Universitas Tarumanegara. Prijotomo, J. (1987). Komposisi Olah Tampang Arsitektur Kampung (Telaah Kasus Kampung di Surabaya). Tidak dipublikasikan. Surabaya: Pusat Penelitian Institut Teknologi Sepuluh November. Rachmawati, M. (1990). Studi Olah Tampang Bangunan Kolonial (Rumah Tinggal di Malang). Tidak dipublikasikan. Surabaya: Pusat Penelitian Institut Teknologi Sepuluh November. Sulistijowati, M. (1991). Tipologi Arsitektur Pada Rumah Kolonial Surabaya (Dengan Kasus Perumahan Plampitan dan Sekitarnya). Tidak dipublikasikan. Surabaya: Pusat Penelitian Institut Teknologi Sepuluh November. Sumalyo, Y. (1993). Arsitektur Kolonial Belanda Di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Copyright 2008 by Antariksa 76
Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang
Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang Gevi Vembrista Nirwana Permai Permadi dan Antariksa Sudikno Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya,
Lebih terperinciElemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo
Elemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo Miryanti Putri Budiandari 1, Antariksa 2, Noviani Suryasari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya,
Lebih terperinciKARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG
KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG Efrina Amalia Ridwan, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend
Lebih terperinciSirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang
Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Rosawati Saputri 1, Antariksa 2, Lisa Dwi Wulandari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciH149 - ARSITEKTUR KOLONIAL PADA BANGUNAN RUMAH GUBERNUR JENDERAL VOC DI BENTENG ORANJE TERNATE
H149 - ARSITEKTUR KOLONIAL PADA BANGUNAN RUMAH GUBERNUR JENDERAL VOC DI BENTENG ORANJE TERNATE Endah Harisun 1, Sayyid Quraisy 1 1 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Khairun Ternate
Lebih terperinciTIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH KUNO DI DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG
TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH KUNO DI DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG Vivi Sintiasari 1, Antariksa 2, Noviani Suryasari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Univesitas Brawijaya 2 Dosen
Lebih terperinciTIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI NGAMARTO - LAWANG
TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI NGAMARTO - LAWANG Hany Perwitasari, Galih Widjil Pangarsa, Antariksa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang
Lebih terperinciKarakteristik Fasade Bangunan untuk Pelestarian Koridor Jalan Panggung Surabaya
Karakteristik Fasade Bangunan untuk Pelestarian Koridor Jalan Panggung Surabaya Nada Cholid Zubaidi, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Email:
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Karakteristik Bangunan Asli (Periode 1) Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam permukiman warga Cina (Chinese Kamp) di depan Benteng Marlborough mempunyai dua
Lebih terperinciBAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip
Lebih terperinciKARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN
Karakter Visual Fasade Bangunan Kolonial Belanda Rumah Dinas Bakorwil Kota Madiun (Pipiet Gayatri Sukarno, Antariksa, Noviani Suryasari) KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL
Lebih terperinciKARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA SDN DITOTRUNAN 1 LUMAJANG
KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA SDN DITOTRUNAN 1 LUMAJANG Anisa Riyanto¹, Antariksa², Noviani Suryasari ² ¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya ²Dosen Jurusan
Lebih terperinciElemen Pintu dan Jendela pada Stasiun Kereta Api Sidoarjo
Elemen Pintu dan Jendela pada Stasiun Kereta Api Sidoarjo Shabrina Maharani 1, Antariksa 2, Rinawati Pudji Handajani 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciKarakteristik Fasade Bangunan Kawasan Pasar Besar Kota Malang
Karakteristik Fasade Bangunan Kawasan Pasar Besar Kota Malang Retno Ulvi Setiamurdi dan Herry Santosa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Lebih terperinciPELESTARIAN BANGUNAN GEDUNG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU JATIM (EKS SOERABAIASCH HANDELSBLAD)
PELESTARIAN BANGUNAN GEDUNG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU JATIM (EKS SOERABAIASCH HANDELSBLAD) Lina Mardiani 1, Antariksa 2, Abraham M. Ridjal 2 1 Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Lebih terperinciKARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER
KARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER Prissilia Dwicitta Meykalinda, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167, Malang
Lebih terperinciKriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura
Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Universitas Tanjungpura Mariyah Nurul Fikroh 1, Rinawati P. Handajani 2, Rr Haru Agus Razziati 3 1 Mahasiswa Bimbingan, Jurusan arsitektur/ Teknik Universitas
Lebih terperinciPELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT
PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT Dion Farhan Harun, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang
Lebih terperinciTipologi Arsitektur Fasad Bangunan Kantor Kolonial di Kawasan Kota Lama Semarang
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Tipologi Arsitektur Fasad Kantor Kolonial di Kawasan Kota Lama Semarang Anggita Rahmi (1), Muhammad Sani Roychansyah (1) anggitarahmii@yahoo.co.id (1) Jurusan Teknik Arsitektur dan
Lebih terperinciKARAKTER SPASIAL DAN VISUAL PADA BANGUNAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI JAWA BARAT
KARAKTER SPASIAL DAN VISUAL PADA BANGUNAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI JAWA BARAT Dewa Gde Agung Wibawa 1, Antariksa 2, Abraham M. Ridjal 2 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Lebih terperinciKomposisi Fasad Bangunan Kompleks Pusat Penelitian Perkebunan Pabrik Gula Indonesia (P3GI) di Pasuruan
Komposisi Fasad Bangunan Kompleks Pusat Penelitian Perkebunan Pabrik Gula Indonesia (P3GI) di Pasuruan Dian Novia Putri Wijayanti 1, Antariksa 2 dan Noviani Suryasari 3 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009
BAB 4 KESIMPULAN Pembangunan sarana dan prasarana bagi kebutuhan pemerintahan dan orang-orang barat di Bandung sejalan dengan penetapan kota Bandung sebagai Gemeente pada tahun 1906. Gereja sebagai tempat
Lebih terperinciLINDETEVES: SI KEMBAR DARI BELANDA
Oscar Ryo Liaunardy/e-Jurnal Eco-Teknologi UWIKA (ejetu). ISSN: 2301-850X. Vol. I, Issue 2, Oktober 2013 pp. 37-42 LINDETEVES: SI KEMBAR DARI BELANDA Oscar Ryo Liaunardy 1 1) Arsitektur Universitas Widya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti aspek ekonomi, religi, seni, filsafat, dan termasuk juga
Lebih terperinciKarakter Visual Bangunan Utama Kompleks Asrama Inggrisan Kota Banyuwangi
Karakter Visual Bangunan Utama Kompleks Asrama Inggrisan Kota Banyuwangi Agustinha Risdyaningsih, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono
Lebih terperinciKARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES
KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES Agustina Putri Ceria, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167, Malang 65145
Lebih terperinciDefinisi Tipologi dan Morfologi Bangunan. dalam Arsitektur
Definisi Tipologi dan Morfologi Bangunan dalam Arsitektur Definisi Tipologi bangunan : Tipologi berasal dari dua suku kata yaitu Tipo yang berarti pengelompokan dan Logos yang mempunyai arti ilmu atau
Lebih terperinciDOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB
AR 3232 ARSITEKTUR INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN Dosen : Dr. Ir. Himasari Hanan, MAE DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB LAPORAN Oleh: Teresa Zefanya 15213035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEKOLAH ARSITEKTUR,
Lebih terperinci2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik
2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia 2.2.1 Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik Pada akhir zaman klasik, timbul kejenuhan terhadap bentuk, konsep dan norma arsitektur klasik, yang sudah merajai
Lebih terperinciKarakteristik Spasial dan Visual Balai Kota Madiun (Eks Raadhuis te Madioen)
Karakteristik Spasial dan Visual Balai Kota Madiun (Eks Raadhuis te Madioen) Vicky Rizaldi¹, Antariksa Sudikno², Noviani Suryasari² ¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya ²Dosen
Lebih terperinciTATANAN ELEMEN VISUAL GEDUNG BALAI KIRTI YANG KONTEKSTUAL DI KOMPLEK CAGAR BUDAYA ISTANA BOGOR JURNAL ILMIAH
TATANAN ELEMEN VISUAL GEDUNG BALAI KIRTI YANG KONTEKSTUAL DI KOMPLEK CAGAR BUDAYA ISTANA BOGOR JURNAL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : YUNI DIZI
Lebih terperinciKesimpulan dan Saran
Bab V Kesimpulan dan Saran V.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisa berdasarkan hasil observasi / survey, teori karakter kawasan dan teori fasade bangunan, didapat kesimpulan yang merupakan jawaban pertanyaan
Lebih terperinciKarakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok
Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok Alifah Laily Kurniati 1 dan Antariksa 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen
Lebih terperinciArsitektur Modern Indonesia (1940-Abad 20) BY: Dian P.E Laksmiyanti, S.T, M.T
Arsitektur Modern Indonesia (1940-Abad 20) BY: Dian P.E Laksmiyanti, S.T, M.T Arsitektur Awal Kemerdekaan Arsitektur awal kemerdekaan berakar dari usaha pengembalian pemerintah Hindia Belanda setelah Jepang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK TIPOLOGI ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA PADA RUMAH TINGGAL DI KAWASAN TIKALA Oleh : Larry Tyrone Tarore Sangkertadi Ivan R.
KARAKTERISTIK TIPOLOGI ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA PADA RUMAH TINGGAL DI KAWASAN TIKALA Oleh : Larry Tyrone Tarore Sangkertadi Ivan R.B Kaunang Abstrak Penelitian tesis ini bertujuan untuk mengungkapkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ARSITEKTUR KONTEKSTUAL 2.1.1 Definisi Arsitektur Kontekstual Brent C. Brolin (1980) dalam Firgus (2010) melalui bukunya Architecture in Context memberikan pengertian suatu perencanaan
Lebih terperinciPerkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta Augustinus Madyana Putra (1), Andi Prasetiyo Wibowo
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEMA INSERTION
BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION 3.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kota ditandai dengan makin pesatnya pembangunan fisik berupa bangunanbangunan baru di pusat kota. Bangunan-bangunan baru tersebut dibangun
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009
BAB 5 KESIMPULAN Bangunan Gereja Koinonia merupakan bangunan tinggalan kolonial pada awal abad 20 jika dilihat dari tahun berdirinya. Perkembangan gaya seni arsitektur di Indonesia tidak lepas dari pengaruh
Lebih terperinciSUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU
SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU Maharani Puspitasari 1, Antariksa 2, Wulan Astrini 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciKARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN
KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN Jurnal Ilmiah Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: PIPIET GAYATRI SUKARNO 0910651009 KEMENTERIAN
Lebih terperinciTIPOLOGI RANCANGAN PINTU DAN JENDELA RUMAH TINGGAL KOLONIAL BELANDA DI KAYUTANGAN MALANG
TIPOLOGI RANCANGAN PINTU DAN JENDELA RUMAH TINGGAL KOLONIAL BELANDA DI KAYUTANGAN MALANG Nova Juwita Hersanti, Galih Widjil Pangarsa, Antariksa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Lebih terperinciIdentitas Visual Bangunan Pendopo Sabha Swagata Blambangan Banyuwangi
Identitas Visual Bangunan Pendopo Sabha Swagata Blambangan Banyuwangi Arida Fitriana Yasmin 1 dan Abraham Mohammad Ridjal 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Lebih terperinciPELESTARIAN BANGUNAN KANTOR POS BESAR SURABAYA
PELESTARIAN BANGUNAN KANTOR POS BESAR SURABAYA Novalinda Puspitasari, Antariksa, Abraham M Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167, Malang 65145 Telp. (0341)
Lebih terperinciKAJIAN ARSITEKTUR MEDITERANIA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
ENCLOSURE Volume 7 No. 2 Juni 2008 Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman KAJIAN ARSITEKTUR MEDITERANIA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA M. Sahid Indraswara ABSTRAKSI Gaya Arsitektur mediterania
Lebih terperinciKOMPONEN PADA ELEMEN FASADE MASJID AGUNG JAMI MALANG PERIODE 1910, 1940, DAN 2016
KOMPONEN PADA ELEMEN FASADE MASJID AGUNG JAMI MALANG PERIODE 1910, 1940, DAN 2016 Rizka Pramita Kusumawardhani, Noviani Suryasari, Antariksa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan
Lebih terperinciGeometri Ornamen pada Fasade Masjid Jami Malang
Geometri Ornamen pada Fasade Masjid Jami Malang Nita Trias Pitasari 1 dan Abraham Mohammad Ridjal 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dinikmati oleh koloni-koloni Belanda yang pada masa itu ketika menjajah. yang diambil adalah Kolonial Belanda.
BAB V KESIMPULAN 5.1. Ide Gagasan Terispirasi dari rijsttafel, yaitu kemewahan pesta makan nan elegan khas orang kaya pada masa kolonial Belanda sekaligus menampilkan keanekaragaman seni kuliner Indonesia.
Lebih terperinciArchitecture. Modern Aesthetic. Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto. Home Diary #009 / 2015
Architecture Modern Aesthetic in Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto 86 Kolaborasi gaya neoklasik dengan elemen yang mengusung aspek kekinian, menjadi kekuatan desain rumah ini.
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 1.1 Konsep Perencanaan Dan Perancangan Proyek perencanaan dan perancangan untuk interior SCOOTER OWNERS GROUP INDONESIA Club di Bandung ini mengangkat tema umum
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang
Lebih terperinciTIPOLOGI RANCANGAN PINTU DAN JENDELA RUMAH KOLONIAL BELANDA DI KAYUTANGAN MALANG
TIPOLOGI RANCANGAN PINTU DAN JENDELA RUMAH KOLONIAL BELANDA DI KAYUTANGAN MALANG Nova Juwita Hersanti Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya E-mail: vatati88@yahoo.com Galih Widjil Pangarsa
Lebih terperinciMasjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja
SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur
Lebih terperinciKONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center
KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis
Lebih terperinciESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR
ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui
Lebih terperinciRumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar
Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya
Lebih terperinciARSITEKTUR FASADE BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL BELANDA DI KAWASAN NYAI AGENG AREM-AREM GRESIK
ARSITEKTUR FASADE BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL BELANDA DI KAWASAN NYAI AGENG AREM-AREM GRESIK Frisa Rizienta, Antariksa Sudikno, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Lebih terperinciBab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi
Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka diperlukan adanya saran atau rekomendasi yang dibuat sebagai masukan dalam menyusun pedoman penataan fasade bangunan-bangunan
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.
BAB VI HASIL PERANCANGAN Revitalisasi kawasan wisata makam Kartini ini berlandaskan pada konsep simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257. Nilai-nilai Islam yang terkandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 terjadi gelombang migrasi besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli kontrak akibat
Lebih terperinciek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO
ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO KAJIAN TIPOLOGI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER VISUAL DAN STRUKTUR KAWASAN Asyra Ramadanta * Abstract The aim of this article is to identify characteristic of architectural
Lebih terperinciPengaruh Gaya Arsitektur Kolonial Belanda pada Bangunan Bersejarah di Kawasan Manado Kota Lama
TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Pengaruh Belanda pada Bangunan Bersejarah di Kawasan Manado Kota Lama Veronica A. Kumurur Program Studi Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Manado Abstrak Kota Manado merupakan
Lebih terperinciPELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP
PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP Faridatus Saadah, Antariksa, dan Chairil Budiarto Amiuza Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Telp. (0341)
Lebih terperinciBENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO
BENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO Wahyuni Eka Sari¹, Antariksa², Abraham Mohammad Ridjal² ¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya ²Dosen
Lebih terperinciEkspresi gaya arsitektur kolonial pada desain interior Gedung Lindeteves Surabaya
Ekspresi gaya arsitektur kolonial pada desain interior Gedung Lindeteves Surabaya Juan Antonio Koeswandi Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur, Universitas Widya Kartika Jl. Sutorejo Prima Utara II/1, Surabaya
Lebih terperinciKeselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 152 Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya Shinta Mayangsari dan M. Dwi Hariadi Departemen Arsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur
Lebih terperincisekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang
BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai tahun 1942 (Sidharta, 1987 dalam Samsudi) Menurut Muchlisiniyati Safeyah (2006) Arsitektur kolonial merupakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arsitektur Kolonial 2.1.1. Pengertian Arsitektur Kolonial Arsitektur kolonial Belanda adalah arsitektur Belanda yang dikembangkan di Indonesia selama Indonesia masih dalam kekuasaan
Lebih terperinciTIPOLOGI FASADE BANGUNAN DI JALAN KAWI ATAS KOTA MALANG
TIPOLOGI FASADE BANGUNAN DI JALAN KAWI ATAS KOTA MALANG Titik Indra Setyowati 1, Lisa Dwi Wulandari 2, Sigmawan Tri Pamungkas 3 1Mahasiswa Bimbingan, Jurusan Arsitektur/ Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Lebih terperinciSINTESIS LANGGAM ARSITEKTUR KOLONIAL PADA GEDUNG RESTAURAN HALLO SURABAYA DI SURABAYA
Perjanjian Nomor : III / LPPM/ 2013-03 / 30-P SINTESIS LANGGAM ARSITEKTUR KOLONIAL PADA GEDUNG RESTAURAN HALLO SURABAYA DI SURABAYA Oleh: Dr. Ir. Bachtiar Fauzy, MT. Dr. Ir. Purnama Salura, MMT., MT. Agnes
Lebih terperinciGaya Kolonial pada Rumah Tinggal Keluarga Ko Som Ien dan Ko Kwat Ie di Magelang
Gaya Kolonial pada Rumah Tinggal Keluarga Ko Som Ien dan Ko Kwat Ie di Magelang Matthew Albert Lee Setiawan, Adi Santosa Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131,
Lebih terperinciKajian Facade Rumah Tradisional Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 PENELITIAN Kajian Facade Rumah Tradisional Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo Dyan Agustin (1), Wiwik Dwi S (1) agustin.dy an@y ahoo.co.id (1) Lab Kaw asan dan Bangunan A rsitektur,
Lebih terperinciArchitecture. White Simplicity in. Neoclassic. Home 80 #006 / Diary
Architecture White Simplicity in Neoclassic 80 #006 / 2014 Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto Eleganitas yang terpancar lewat pilihan warna, proporsi dan elemen detilnya, dapat melengkapi karakter
Lebih terperinciMasjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut Annisa Maharani mhrnannisa1997@gmail.com Mahasiswa Sarjana Prodi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan
Lebih terperinciBAB III ELABORASI TEMA
BAB III ELABORASI TEMA 1. Pengertian Arsitektur A. Kajian Gramatikal Arsitektur :... seni dan teknologi dalam mendesain dan membangun struktur atau sekelompok besar struktur dengan pertimbangan kriteria
Lebih terperinciTabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.
Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan
Lebih terperinciTIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi
ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI Alderina 1) Abstraksi Terdapat suatu gereja peninggalan Zending Barmen (Jerman) yang berlokasi di desa Saka Mangkahai
Lebih terperinciKARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH
KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH OLEH : SANDRA REZITHA KEMALASARI Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya Email: sandrarezitha@hotmail.com ABSTRAK Karakteristik
Lebih terperinciDesain Fasad Depan dan Ornamen pada Societeit Voor Officieren dan Stasiun KAI di Kota Cimahi
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Desain Fasad Depan dan Ornamen pada Societeit Voor Officieren dan Stasiun KAI di Kota Cimahi Jeremy Meldika jeremy meldika@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah
Lebih terperinciNatural Friendly Neoclassical Style. Architecture
Architecture Natural Friendly Neoclassical Style Teks: Widya Prawira Foto: BambangPurwanto Desain rumah yang everlasting dengan mengoptimalkan potensi lingkungan, menjadikan rumah ini bersahabat dengan
Lebih terperinciElemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Rihan Rizaldy Wibowo rihanrw @gmail.com Mahasisw a Jurusan A rsitektur, Sekolah
Lebih terperincipada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad
Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN
BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari proses yang dilakukan mulai pengumpulan data, analisa, sintesa, appraisal yang dibantu dengan penyusunan kriteria dan dilanjutkan dengan penyusunan konsep dan arahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar-mengajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BANGUNAN KOLONIAL UNTUK PELESTARIAN FASADE DI JALUR BELANDA KOTA SINGARAJA BALI
IDENTIFIKASI BANGUNAN KOLONIAL UNTUK PELESTARIAN FASADE DI JALUR BELANDA KOTA SINGARAJA BALI Agus Kurniawan 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Warmadewa agus_kurniawanst@yahoo.com
Lebih terperinciKajian Perumahan di Kawasan Gempol Bandung: Tinjauan dari Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan
Kajian Perumahan di Kawasan Gempol Bandung: Tinjauan dari Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan Sugeng Triyadi S. Andi Harapan S. Abstrak Perumahan gempol merupakan salah satu perumahan peninggalan Belanda
Lebih terperinciPELESTARIAN BANGUNAN KOLONIAL BELANDA DI JALAN PEMUDA DEPOK
PELESTARIAN BANGUNAN KOLONIAL BELANDA DI JALAN PEMUDA DEPOK Novia Estin, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universuras Brawijaya Dosen Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,
BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,
Lebih terperinciKualitas Visual Fasade Bangunan Modern Pasca Kolonial di Jalan Kayutangan Malang
Kualitas Visual Fasade Bangunan Modern Pasca Kolonial di Jalan Kayutangan Malang Nur Fauziah 1, Antariksa 2, Jenny Ernawati 3 Program Magister Arsitektur Lingkungan Binaan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Lebih terperinciSTUDI GOLDEN SECTION PADA FASADE BANGUNAN DI KAWASAN KAYUTANGAN, MALANG
STUDI GOLDEN SECTION PADA FASADE BANGUNAN DI KAWASAN KAYUTANGAN, MALANG Wulan Astrini, Indyah Martiningrum, dan Muhammad Satya Adhitama Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya wulanastrini@yahoo.com
Lebih terperinciGEVEL SEBAGAI KARAKTER BANGUNAN KOLONIAL DENGAN FUNGSI RUMAH TINGGAL DI KOTA TEGAL (STUDI KASUS JALAN GAJAH MADA KOTA TEGAL)
Available online through http://ejournal.undip.ac.id/index.php/modul Gevel Sebagai Karakter Bangunan Kolonial Dengan Fungsi Di GEEL SEBAGAI KARAKTER BANGUNAN KOLONIAL DENGAN FUNGSI RUMAH TINGGAL DI KOTA
Lebih terperinciTipologi Fasad Arsitektur Melayu dengan Fasad Arsitektur Tradisional Pelembang
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Tipologi Fasad Arsitektur Melayu dengan Fasad Arsitektur Tradisional Pelembang Andy Budiarto (1), Irma Indriani (1), Aditha Maharani Ratna (1) andybudiarto@univ-tridinanti.ac.id
Lebih terperinciKARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL PROTESTANCHE KERK (GEREJA MERAH)-PROBOLINGGO
KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL PROTESTANCHE KERK (GEREJA MERAH)-PROBOLINGGO Ramadhani Puspa Pratami Putri¹, Antariksa², Noviani Suryasari² ¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciMEDIA MATRASAIN ISSN Volume 14, No.1, Maret Oleh:
Oleh: Hery Purnomo (Mahasiswa Magister Arsitektur, Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, hery_arsitektur@yahoo.co.id) Judi O. Waani (Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam
Lebih terperinciAkulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta Firdha Ruqmana firdha.ruqmana30@gmail.com Mahasisw a Sarjana Program Studi A rsitektur,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pertemuan budaya yang ada pada Mesjid Raya Cipaganti dapat terkordinasi dengan baik antara budaya yang satu dengan lainnya. Budaya luar yang masuk telah mengalami
Lebih terperinci