BAB I PENDAHULUAN. pencatatan, penghilangan dokumen dan mark-up yang merugikan keuangan atau

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dunia yang semakin berkembang ini, semakin tinggi tingkat kecurangan yang terjadi di sektor pemerintahan maupun di sektor swasta. Kecurangan terjadi karena adanya faktor keserakahan dari pegawai yang mencari peluang untuk memanipulasi laporan keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam penelitian Wilopo (2006) kecurangan akuntansi sebagai salah saji yang menimbulkan kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau menghilangkan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengaan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Tindak korupsi yang sering dilakukan diantaranya adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen dan mark-up yang merugikan keuangan atau perekonomian negara (Dhermawati,2013). Banyak yang menyalahgunakan laporan keuangan karena adanya kesempatan dalam melakukan penyelewengan yang dapat merugikan perekonomian negara karena semata-mata untuk kepentingan pribadi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fraud triangle yang di ungkapkan oleh Cressey (1953) yaitu suatu tindakan kecurangan 1

2 2 (fraud) didasari oleh adanya kesempatan (opportunity), tekanan (pressure) dan pembenaran (rationalization). Sistem pengendalian intern merupakan salah satu cara untuk mengendalikan atau mengawasi tingkat kewajaran laporan keuangan perusahaan. Diperlukannya pengendalian intern dalam suatu organisasi harus dilaksanakan secara konsisten untuk menjamin kesinambungan dan kepercayaan masyarakat. Menurut A. Arens-James (1994) sistem pengendalian intern adalah terdiri beberapa kebijaksanaan dan prosedur spesifikasi yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang wajar bahwa sasaran dan tujuan penting bagi perusahaan untuk dipenuhi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah berdasarkan pasal 1 ayat 1 sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Pada pasal 1 ayat 2 SPIP adalah sistem pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh dilingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undaangan.

3 3 Dalam perusahaan manusia merupakan salah satu faktor produksi yang dominan untuk menentukan tercapai atau tidaknya tujuan perusahaan yang telah dirancang sebelumnya (Perdana,2012). Pegawai dalam perusahaan merupakan hal yang penting karena memainkan peranan penting dari pelayanan yang telah mereka berikan kepada masyarakat. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan sehingga tujuan yang diharapkan oleh perusahaan dapat mencapai tujuan. Keadilan prosedural adalah persepsi pegawai mengenai keadilan berdasarkan prosedur yang digunakan pihak manajemen untuk menentukan alokasi penggajian didalam instansi pemerintah (Pristiyanti,2012). Pengukuran menggunakan item-item pertanyaan yang dikembangkan, dalam penelitian Colquitt (2001). Pernyataan-pernyataan tersebut disajikan dengan skala Likert anatara (1) sangat tidak setuju sampai (5) sangat setuju. Pada penelitian ini memproksikan suatu tekanan dengan adanya persepsi keadilan organisasional, yang berdasarkan pada teori ekuitas dan keadilan, konsep keadilan organisasional lebih lanjut dapat dipahami pada dua dimensi yaitu keadilan prosedural dan keadilan distributif. Dalam suatu pemerintahan adanya ketidakadilan yang dirasakan di dalam organisasi dapat pemicu seseorang melakukan fraud. Keadilan prosedural mengacu pada tingkat keadilan yang dirasakan terhadap suatu proses pengambilan keputusan sedangkan keadilan distributif adalah suatu konsep psikologis yang berhubungan dengan kewajaran terhadap hasil yang dirasakan (Rae Subramaniam,2008).

4 4 Rae Subramaniam (2008) berargumen bahwa pegawai cenderung untuk memandang kejadian-kejadian yang di ulangi dari hal yang tidak adil di tempat kerja sebagai suatu tanda dari kurang hormat untuk setiap individu yang akan menciptakan perasaan dan pengertian kebersamaan yang negatif ke arah organisasi, dan mendorong ke arah penyimpangan ditempat kerja. Adanya persepsi keadilan distributif dan keadilan prosedural yang rendah akan cenderung meningkatkan terjadianya fraud. Maka, diketahui bahwa dengan adanya persepsi keadilan prosedural dan keadilan distributif yang semakin tinggi akan menurunkan tingkat terjadinya fraud di sektor pemerintahan. Kecurangan (fraud) adalah suatu tindakan (action) ataupun pembiaran (omission) yang dilakukan atau di rekayasa untuk memanipulasi pihak lain sehingga menjadi korban dan menderita kerugian dan pelakunya memperoleh keuntungan. Fraud dalam skala besar menjadikan organisasi dan perusahaan menderita kerugian besar yang dapat berbentuk kerugian dalam investasi, legal cost yang tinggi, terbelenggunya individu kunci, atau hilangnya kepercayaan masyarakat dipasar modal. Pada 26 Februari 2010, Komisi Pemberatasan Korupsi gencar memberantas korupsi, kejaksaan sebalikya banyak menghentikan kasus korupsi dengan alasan tidak cukup bukti. Surat Penghentian Proses Penyidikan (SP3) diterbitkan karena tidak cukup bukti status mereka menjadi tidak tersangka. Pada tahun 2002, Polda Metro Jaya mencurigai pembabasan lahan bandara seluas 80 hektar dan merugikan negara sebesar 2,537 Miliar.

5 5 Pada 14 April 2015, Sekretaris KPU Kota Tangerang menjadi tersangka korupsi, karena di duga korupsi barang dan jas pemilihan kepala daerah kota tangerang tahun Ahmad Syafei tersangka korupsi di duga melakukan penyelewengan dana hibah pilkada 2013 dari pemerintah kota tangerang sebesar 5 miliar, dana yang dikorupsi meliputi pengeluaran dana untuk bahan bakar minyak kendaraan operasional KPU Kota Tangerang. Pada tanggal 20 Agustus 2015, ada dua tersangka korupsi pembangunan Flyover Cibodas ditahan karena merugikan negara sebesar 1,2 Miliar. Kasus tindak pidana korupsi proyek peningkatan jalan batas layang atau flyover cibodas yakni Oktavianus Sitompul selaku pemborong dan Dharma Sutisna sebagai staff di Kementerian Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat dan ketua pelaksana proyek. Penelitian ini menggunakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Tangerang sebagai objek penelitian, karena untuk mengkaji adanya pengaruh antara sistem pengendalian intern terhadap pencegahan fraud.. Penelitian ini mengacu kepada penelitian Pristiyanti (2012) yang menyatakan tidak terdapat pengaruh antara keadilan distributif dan keadilan prosedural terhadap fraud di sektor pemerintah dan terdapat pengaruh negatif antara sistem pengendalian internal, kepatuhan dan komitmen organisasi terhadap fraud di sektor pemerintah. Tetapi penelitian ini berbeda dengan penelitian Pristiyanti karena penelitian ini hanya meneliti sistem pengendalian intern, keadilan prosedural, keadilan distributif terhadap pencegahan fraud, akan tetapi penelitian Pristiyanti, meneliti juga tentang kepatuhan pengendalian internal,

6 6 budaya etis organisasi dan komitmen organisasi terhadap pencegahan fraud di dinas se-kota dan Kabupaten Semarang sementara penelitian ini dilakukan pada SKPD Kota Tangerang. Untuk menangani maupun mencegah fraud pada badan pemerintah, diperlukan upaya preventif yang berkaitan dengan cara mengendalikan faktor pendorong timbulnya fraud. Pada hakekatnya semua rakyat menginginkan seluruh perwakilan rakyat berperilaku jujur. Oleh karena itu, pemerintah bersama aparaturnya harus berupaya mencegah terjadinya fraud pada sektor pemerintah. Diharapkan dengan adanya penelitian ulang ini, dapat memberikan informasi bagi masyarakat mengenai Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Keadilan Prosedural, Keadilan Distributif Terhadap Pencegahan Fraud pada SKPD Kota Tangerang B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah di uraikan di atas, perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh Sistem Pengendalian Intern terhadap Pencegahan Fraud? 2. Apakah ada pengaruh Keadilan Prosedural terhadap Pencegahan Fraud? 3. Apakah ada pengaruh Keadilan Distributif terhadap Pencegahan Fraud?

7 7 C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini sebagai berikut : a. Mengkaji adanya Pengaruh antara Sistem Pengendalian Intern terhadap Pencegahan Fraud b. Mengkaji adanya Pengaruh antara Keadilan Prosedural terhadap Pencegahan Fraud c. Mengkaji adanya Pengaruh antara Keadilan Distributif terhadap Pencegahan Fraud 2. Kontribusi Penelitian a. Kontribusi Praktik Bagi pemerintah untuk lebih mementingkan kejujuran agar terhindar dari kecurangan-kecurangan yang sering terjadi dalam instansi pemerintah daerah. Pada penelitian ini diharapkan pula dapat membantu pegawai untuk memperbaiki kinerjanya agar sesuai dengan prosedur dan membantu penyajian pelaporan keuangan yang terjadi lebih akurat. b. Kontribusi Akademik Dapat menambah wawasan bagi dunia akademik mengenai pengaruh sistem pengendalian internal, keadilan prsedural dan keadilan distributif terhadap pencegahan fraud. Pada penelitian ini bertujuan untuk mencegah kecurangan yang tidak hanya terjadi di SKPD Kota Tanngerang tetapi di instansi pemerintah lainnya.